Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta
Post on 04-Aug-2015
1272 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
M A K A L AH
Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya
di Laboratorium Kimia Dasar STTN-BATAN Yogyakarta
Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Semester VII di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir
Di susun oleh :
Nama : Argo Satrio Wicaksono
NIM : 020900242
Program Studi : Elektronika Instrumentasi
Jurusan : Teknofisika Nuklir
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2012
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “Kecelakaan Akibat Kerja dan Pencegahannya di
Laboratorium Kimia Dasar” ini, merupakan hasil analisa penulis yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yang di berikan, pada
semester VII di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir – Badan Tenaga Nuklir Nasional
Yogyakarta. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bpk. Dr. Sutomo Budihardjo, M.Eng selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir –
Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta yang telah memberikan segala fasilitas
kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Bpk. Toto Trikasjono, S.T, M.Kes yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan
dan ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat melaksanakan proses demi proses dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan doa serta dukungan baik berupa
moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Teman-teman program studi elektronika instrumentasi angkatan 2009 yang telah
banyak memberikan dukungan dan motivasi .
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan di
dalamnya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para mahasiswa sebagai referensi dalam
mempelajari mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Yogyakarta, Oktober 2012
Penulis
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1
1.2 Permasalahan………………………………………………...... . 2
1.3 Tujuan…………………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelompokkan bahan-bahan kima berbahaya………………. 3
2.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya……………………… 4
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Peralatan yang digunakan……………………………………... 6
3.2 Aturan-aturan yang diberlakukan…………………………….. 8
3.3 Prosedur/ langkah-langkah …………………………………… 10
3.4 Penanggulangan Hazard ……………………………………… 12
3.5 Alat pelindung diri (APD) yang digunakan………………… 13
3.6 Potensi kecelakaan…………………………………………….. 14
3.7 Cara pencegahannya…………………………………………… 17
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ...................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22
POSTER K3.......................................................................................................... 23
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Salah satu
contohnya adalah laboratorium yang kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi, dan
digunakan untuk meningkatkan ketrampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun
peralatan analisis (instrumentasi). Laboratorium kimia dengan segala kelengkapan peralatan dan
bahan kimia merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika
para pekerja di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja.
Laboratorium kimia merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, serta
uji mutu atau quality control. Berbagai jenis laboratorium kimia telah banyak dimiliki oleh
sekolah lanjutan atas (SMA dan SMK), perguruan tinggi, industri dan jasa serta lembaga
penelitian dan pengembangan. Termasuk Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-Badan Tenaga Nuklir
Nasional (STTN-BATAN) Yogyakarta. Karena perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan
sendirinya berbeda pula dalam desain, fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Walaupun
demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium-laboratorium kimia
mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di
dalamnya.
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Dalam hal
ini mahasiswa dan dosen STTN-BATAN Yogyakarta. Aman terhadap setiap kemungkinan
kecelakaan fatal, dari sakit maupun gangguan kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman
seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan
kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada
kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa
kecelakaan dapat berakibat pada para pengguna, maupun orang lain serta lingkungan di
sekitarnya. Selain itu, disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 2
dalam keselamatan kerja. Kedua faktor penting tersebut bergantung pada faktor manusianya,
yang ternyata merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium.
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yakni
cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanan. Pengetahuan
tentang nama dan kegunaan alat dan bagaimana cara penggunaannya juga sangat penting.
Misalnya alat-alat gelas harus diperiksa sebelum digunakan. Apakah ada yang retak, pecah, atau
masih kotor. Dalam makalah ini akan diuraikan tentang bagaimana perawatan alat dan bahan
praktikum kimia, bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan alat dan bahan-bahan
kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah kecelakaan-kecelakan kerja, potensi bahaya dan pencegahannya di Laboratorium Kimia
Dasar STTN-BATAN Yogyakarta.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan prinsip
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang meliputi peralatan yang digunakan, aturan-aturan yang
diberlakukan, prosedur/ langkah-langkah, penanggulangan Hazard, alat pelindung diri (APD)
yang digunakan, potensi kecelakaan serta cara pencegahannya di Laboratorium Kimia Dasar
STTN-BATAN Yogyakarta.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelompokkan bahan-bahan kima berbahaya
Bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Explosif (mudah meledak) contohnya : kalium klorat, Trinitrotaluen (TNT), natrium
nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium klorat .
2. Flamable (mudah terbakar) contohnya : metanol, eter, aseton, heksana, benzena, uap ini
dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter.
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator) contohnya : natrium nitrit/nitrat, kalium klorat,
kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya. Sekalipun tidak ada 02 dari
luar dapat menyebabkan kebakaran .
4. Bahan mudah terbakar oleh air, contohnya logam Na , K dan asam sulfat pekat .
5. Bahan mudah terbakar oleh asam contohnya logam paduan Na dan K,senyawa hidrida
dan sebagainya .
6. Gas bertekanan tinggi, misalnya gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi .
7. Bahan-bahan beracun contohnya : C02 , CI2 , benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya
8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya.
Akibat penggunaan bahan kimia tersebut di atas berbagai jenis bahaya mungkin dapat terjadi
antara lain :
a. Keracunan, sebagai akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui paru-paru,
mulut dan kulit . Keracunan dapat berakibat fatal misalnya hilang kesadaran atau
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 4
gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah beberapa tahun setelah bekerja, atau
menjelang pensiun.
b. Iritasi, sebagai akibat kontak dengan bahan kimia korosif, misalnya peradangan pada
kulit, mata dan saluran pernapasan.
c. Kebakaran atau luka bakar, sebagai akibat peledakan bahan-bahan reaktif (peroksida dan
bahan-bahan pelarut organik). Selain bahan-bahan kimia sebagai sumber kecelakaan
bekerja dilaboratorium, maka teknik percobaan seperti destilasi, ekstraksi dan sarana-
sarana laboratorium lainnya seperti air, gas, listrik juga merupakan sumber terjadinya
kecelakaan.
2.2 Simbol-simbol Bahan Kimia Berbahaya
Bahan kimia yang diperdagangkan sering disertai dengan simbol tertentu pada label kemasan,
dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan dari bahan
kimia tersebut. Beberapa simbol yang sering dijumpai pada bahan kimia yang diperdagangkan
sebagai berikut:
HARMFUL
Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir,
mengganggu sistem pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan.
Misal NaOH, C6H5OH, Cl2
TOXIC
Bahan kimia bersifat racun, dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius bila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau
debu, atau penyerapan melalui kulit. Misal CCl4, H2S, C6H6.
CORROSIVE
Bahan kimia bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan
iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas.
MisalH2SO4, HNO3, HCl.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 5
FLAMMABLE
Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan
api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. MisalC2H5OC2H5,
CS2, C2H2
EXPLOSIVE
Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api,
guncangan atau gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3
OXIDISING
Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan
menghasilkan panas saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll.
Misal KMnO4, H2O2, K2Cr2O7
NATURE POLLUTING
Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam
lingkungan kehidupan. Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2
Kemasan bahan kimia dapat mengandung satu bahkan lebih simbol bahaya. Namun
demikian, kemasan tanpa simbol bahaya bukanlah berarti bahwa bahan kimia tersebut aman dan
bebas bahaya, untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam penanganan bahan kimia.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peralatan yang digunakan
Untuk menunjang praktikum kimia dasar yang dilakukan oleh mahasiswa STTN-BATAN,
beberapa peralatan yang telah disediakan oleh pihak kampus, diantaranya :
1. Wadah atau tempat menyimpan bahan-bahan kimia.
Gambar 1. Berbagai Wadah larutan Kimia di Lab. Kimia Dasar STTN-BATAN
2. Botol reagen atau botol pereaksi, yang digunakan untuk menyimpan larutan bahan
kimia atau sering juga di gunakan untuk menyimpan indikator asam basa seperti
fenolftalin.
Gambar 2. Botol reagen atau botol pereaksi
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 7
3. Neraca analitik, yang digunakan untuk menimbang massa suatu zat.
Gambar 3. Neraca analitik
4. Botol Semprot, biasanya digunakan untuk menyimpan aquades dan digunakan untuk
mencuci ataupun membilas bahan-bahan yang tidak larut dalam air. Selain itu digunakan
juga untuk mencuci atau menetralkan peralatan-peralatan yang akan digunakan.
Gambar 4. Botol Semprot
5. Evaporating dish atau cawan porselin, digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan
atau mengubah suatu zat pada suhu tinggi. Misalnya penguapan larutan dari suatu bahan
yang tidak mudah menguap, mengabukan kertas saring.
6. Pipet tetes digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang
kecil.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 8
7. Kertas lakmus, merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil,
berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator
Fenolftalein (PP), Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur
atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
3.2 Aturan-aturan yang diberlakukan
Dalam laboratorium kimia dasar STTN-BATAN sangat banyak bahan-bahan berbahaya. Oleh
karena itu harus berhati-hati dalam melakukan kegiatan-kegiatan dalam laboratorium. Untuk
menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan
ketika berada dalam laboratorium kimia dasar, yakni :
1. Jagalah agar semua senyawa dan pelarut jauh dari mulut, kulit, mata dan pakaian.
2. Hindarilah dari menghirup uat atau debu. Untuk mencium gas kibaskas gas menggunakan
tangan sampai bau tercium.
3. Jangan mencicipi atau membawa makanan atau minuman dalam laboratorium.
4. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil
dan mudah terbakar.
5. Menggunakan kacamata pengaman atau gunakan penutup yang lebih besar untuk
menutupi seluruh wajah.
6. Bagi yang menggunakan lensa kontak berhati-hati agar tidak ada bahan kimia yang masuk
ke mata. Zat-zat yang bersifat korosif atau beracun dapat masuk dengan cepat ke bagian
belakang lensa kontak, sehingga tidak mungkin dapat dicuci.
7. Menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Namun perlu diingat kerja menggunakan
sarung tangan akan sedikit menghambat pekerjaan terutama dalam merangkai alat.
8. Selama bekerja dilaboratorium harus menggunakan baju laboratorium dan harus
dikancingkan dengan baik untuk melindungi diri dan mencegah kontaminasi pada baju
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 9
yang digunakan sehari-hari. Baju laboratorium harus dicuci secara teratur dan berhati bila
telah terkontaminasi.
9. Jangan memanaskan, mencampur, menuang atau mengocok bahan kimia dekat wajah dan
tubuh sendiri ataupun orang lain.
10. Jangan mengambil larutan menggunakan mulut, selalu gunakan filer pipet.
11. Berhati-hati terhadap asam dan basa kuat khusunya bila dipanaskan dan jangan pernah
menambah air ke asam atau basa pekat.
12. Bahan-bahan yang menghasilkan gas yang berbahaya harus ditangani di lemari asam dan
menggunakan sarung tangan pelindung. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah halida
fosfor, brom, semua klorida asam, anhidrida asam, asam nitrat berasap, larutan amonia
pekat, cairan amonia, belerang dioksida.
13. Bahan-bahan kimia yang telah di ambil tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok dan
jangan membuang pelarut ke wadah yang telah disediakan terutama bahan-bahan
organik. Untuk bahan-bahan yang lain dibuang sesuai petunjuk pembimbing.
14. Jangan pernah memanaskan cairan organik meskipun sedikit atau dekat api. Selalu
gunakan penangas air atau penangas minyak atau mantel pemanas listrik. Bila bekerja
dengan eter, petroleum eter dan karbon disulfida diperlukan perhatian khusus karena
bersifat volatil dan mempunyai titik nyala yang rendah, sehingga harus dipastikan tidak
ada nyala api atau sumber api.
15. Jangan memanaskan cairan atau larutan terutama cairan organik ditempat yang terbuka.
Jika ingin dipanaskan harus menggunakan kondensor yang dapat disusun sebagai refluks
atau destilasi. Untuk semua cairan organik jangan pernah menguapkan ke udara.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 10
16. Jangan pernah memanaskan sistem tertutup karena dapat terjadi ledakan.
17. Beberapa pelarut misalnya eter dan hidrokarbon dapat membentuk peroksida yang
eksplosif secara spontan waktu disimpan. Destilasi pelarut yang mengandung peroksida
sangat berbahaya, sebab residu peroksida dapat meledak dengan hebat bila
dipanaskan. Oleh karena itu pelarut seperti ini tidak boleh diuapkan atau didestilasi.
3.3 Prosedur/ Langkah-Langkah
Preparasi merupakan teknik laboratorium yang sangat penting dikuasai oleh setiap kimiawan.
Tanpa pengetahuan dan ketrampilan yang memadahi dalam teknik preparasi ini, maka akan
sangat sulit untuk menjalankan eksperimen/percobaan kimia secara baik dan benar di
laboratorium. Menjalankan eksperimen dengan baik dan benar juga menyangkut efisiensi dan
tidak membahayakan bagi diri sendiri maupun orang lain baik yang ada disekitarnya maupun
yang berada di tempat lain.
Adapun hal-hal yang perlu disiapkan saat preparasi adalah :
1. Konsentrasi Larutan.
Beberapa jenis konsentrasi yang perlu diketahui dan yang sering digunakan di
laboratorium antara lain:
Molaritas (M). Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat di
dalam satu liter larutan. Misal akan di buat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL.
Diketahui bahwa Mr NaOH = 40 Maka ini berarti bahwa 1 mol NaOH massanya
adalah 40 g. Sehingga untuk 0,1 mol NaOH massanya adalah 4 g. Untuk membuat
larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1000 mL, maka sebanyak 4 gram kristal NaOH
dilarutkan ke dalam akuades sedemikian rupa sehingga volume larutannya adalam
1000 mL atau 1 L.
Normalitas (N). Normalitas menyatakan banyaknya gram ekuivaleen (grek) zat
terlarut yang terdapat dalam satu liter larutan.
Molalitas (m). Molalitas adalah menyatakan banyaknya mol zat terlarut yang terdapat
dalam satu kilogram pelarut.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 11
Fraksi mol (X). Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol zat terlarut dalam
larutan terhadap jumlah mol total zat-zat yang ada dalam larutan (pelarut dan zat
terlarut).
Persen (%).Ada beberapa macam penyataan persentase yang sering digunakan di
laboratorium, antara lain:
a. persen volume/volume (v/v), menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada
di dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan mL per 100 mL larutan.
b. Persen berat/volume (b/v), menyatakan banyaknya spesien kimia yang ada di
dalam larutan yang dinyatakan dalam satuan berat (gram) per 100 gram
larutan.
c. c. Persen berat/berat, menyatakan banyaknya spesies kimia yang ada di dalam
larutan atau campuran/padatan yang dinyatakan dalam satuan gram per 100
gram larutan atau campuran atau padatan.
2. Penyiapan Alat.
Alat yang akan digunakan dalam eksperimen atau percobaan kimia harus disesuaikan
dengan jenis dari bahan yang akan ditangani. Bahan-bahan tersebut dapat berupa cairan,
padatan, atau gas.
a. Bahan-bahan berupa cairan.
Untuk menangani bahan berupa cairan diperlukan alat-alat gelas seperti Gelas
Ukur, Pipet Gondok, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong, dan lain-lainnya.
b. Bahan-bahan berupa padatan.
Untuk menangani bahan berupa padatan, terutama padatan dalam bentuk serbuk
dibutuhkan alat-alat sebagai berikut: Alat Timbang, Gelas Arloji, Spatula/Sendok
Sungu, Corong, dan Erlenmeyer.
c. Bahan-bahan berupa gas.
Untuk menangani bahan-bahan berupa gas diperlukan alat-alat dengan spesifikasi
standar yang telah ditentukan untuk setiap jenis gas. Hal ini dikarenakan setiap
jenis gas mempuynyai karakteristik dan resiko yang dihadapi oleh pengguna lebih
tinggi daripada bila menangani bahan-bahan cair maupun padatan.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 12
3.4 Penanggulangan Hazard
Untuk menanggulangi dan mengantisipasi hazard yang sewaktu-waktu dapat terjadi,
Laboratorium kimia dasar STTN-BATAN juga telah dilengkapi beberapa fasilitas,
diantaranya :
1. Jas Praktikum, merupakan pengaman langsung, terbuat dari bahan yang baik, yaitu
tidak mudah terbakar, tidak berupa bahan konduktor listrik maupun panas, tahan bahan
kimia.
2. Ventilasi, desain laboratorium yang baik harus memiliki ventilasi yang cukup dan
memadai dengan sirkulasi udara segar yang baik.
3. Alat Pemadam Kebakaran, mutlak dimiliki setiap laboratorium karena kebanyakan
laboratorium telah terhubung dengan arus listrik tegangan tinggi sebagai sumber
energinya terhadap alat praktikum yang digunakan didalamnya.
Gambar 5. Alat pemadam api yang terletak di luar lab Kimia Dasar STTN
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 13
4.Penyediaan P3K, meskipun penerapan prosedur keselamatan kerja telah diberlakukan,
bukan tidak mungkin terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.
Gambar 6. Kotak P3K yang disediakan di Laboratorium Kimia Dasar STTN
5.Pengadaan Tanda-tanda Peringatan Bahaya, mengurangi statistik kecelakaan dalam
laboratorium dengan alarm, kode tertulis seperti poster dan sebagainya.
3.5 Alat pelindung diri (APD) yang digunakan
Dalam melakukan praktikum di laboratorium kimia dasar STTN-BATAN Yogyakarta, para
mahasiswa diwajibkan untuk mengenakan alat pelindung diri yang disediakan. Diantaranya
adalah :
1. Pakaian Kerja
Baju yang dikenakka selama bekerja di laboratoium atau yang disebut jas laboratorium pada
umumnya terbuat dari kain katun dan bahan sintetik. Selain jas laboratorium, perlindungan
bahan lainnya dapat berupa apron yang berfungsi untuk melindungi diri dari cairan korosif
dan irirtan dan jumpsuits yang direkomendasikan untuk keadaaan berisiko tinggi seperti
penanganan bahan karsinogenik dalam jumlah banyak. Bahan perlindungan badan harus
dapat melindungi pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas ,uap, lembab dan
radiasi.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 14
2. Sarung tangan
Fungsi melindingi tangan dan jari-jari api, panas, dingin, radiasi elktromagnetik dan radiasi
mengion, listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bahan pelindung
tangan yang dipilih harus sesuai dengan bahan kimia yang ditangani karena sifat sarung
tangan yang mudah rusak.
3. Pelindung Kaki
Fungsinya untuk melindungi kaki dari tertima benda-benda berat, terbakar karena logam cair,
bahan kimia Korosif, dermatitis karena bahan-bahan kimia, kemungkinan tersandung atau
tergelincir.
4. Masker
Kontaminasai bahan kimia yang paling sering kedalam tubuh manusia lewat pernafasan
seperti partikel udara, debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Masker
dapat mencegah kontaminasi seperti ini.
3.6 Potensi Kecelakaan
Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apapun
sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan baker
bensin dan gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan
penanganan dan pengendalian yang baik, transportasi jutaan ton tiap hari dalah hal yang biasa.
Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia meliputi:
a. Bahan-bahan kimia berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan
penyimpanannya,
b. Teknik percobaan, yang seperti pencampuran bahan, distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan
c. Sarana laboratorium, yakni gas, air, listrik, lemari asam, dan sebagainya.
Ketiga sumber tersebut di atas saling berkaitan, tetapi praktis potensi bahaya terletak pada
keunikan sifat bahan kimia yang digunakan. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan
memudahkan dalam cara penanganannya, yakni cara pencampuran, mereaksikan, pemindahan
atau transportasi, dan penyimpanan.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 15
Dalam makalah ini uraian difokuskan pada bagaimana perawatan bahan praktikum kimia,
bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta
bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
Kerusakan bahan-bahan kimia dapat disebabkan oleh:
a. Udara. Udara mengandung oksigen dan uap air. Bahan-bahan kimia yang sifatnya
higroskopis harus disimpan di dalam botol yang dapat ditutup rapat. Bahan-bahan
kimia semacam ini jika menyimpannya tidak benar, maka akan berair, bahkan
dapat berubah menjadi larutan.
b. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam
tempat yang kering. Apalagi bahan kimia yang reaktif terhadap air. Logam-logam
seperti Na, K, dan Ca bereaksi dengan air menghasilkan gas H2 yang langsung
terbakar oleh panas reaksi yang terbentuk. Zat-zat lain yang bereaksi dengan air
secara hebat, seperti asam sulfat pekat, logam halide anhidrat, oksida non logam
halide harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruangan yang kering dan
bebaskebocoran di waktu hujan. Kebakaran akibat zat-zat di atas tak dapat
dipadamkan denganpenyiraman air. Cairan yang bersifat asam mempunyai daya
merusak lebih hebat dari air. Asam yangsifatnya gas gas, misalnya asam klorida
lebih ganas lagi. Sebab bersama udara akan mudahberpindah dari tempat asalnya.
Cara yang paling baik adalah dengan mengisolir asam itusendiri, misalnya
menempatkan botol asam yang tertutup rapat dan ditempatkan dalam lemari
khusus, atau di lemari asam.
c. Panas/temperature. Pengaruh temperatur akan menyebabkan reaksi atau
perubahan kimia terjadi, dan juga mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi
dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan temperatur yang terlalu rendah
juga mempunyai akibat yang serupa. Untungnya Indonesia beriklim tropis,
sehingga penyebab kerusakan akibat panas tinggi dan terlalu rendah jarang terjadi
di laboratorium.
d. Mekanik. Benturan, tarikan, maupun tekanan yang besar harus dihindari,
khususnya pada bahan kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat,
nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 16
e. Sinar. Sinar, terutama sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-bahan
kimia. Sebagai contoh larutan kalium permanganat, apabila terkena sinar UV akan
mengalami reduksi, sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu untuk
menyimpan larutan kalium permanganat dianjurkan menggunakan botol yang
berwarna coklat. Kristal perak nitrat juga akan rusak jika terkena sinar UV, oleh
sebab itu dalam penyimpanan harus dihindarkan dari pengaruh sinar UV.
f. Api. Api/kebakaran dapat terjadi bila tiga komponen berada bersama-sama pada
suatu saat, dikenal dengan “segitiga api”
Gambar x. Segitiga Api
Ketiga komponen itu ialah:
Adanya bahan bakar (bahan yang dapat dibakar)
Adanya panas yang cukup tinggi, yang dapat mengubah bahan baker
menjadi uap yang dapat terbakar (mencapai titik bakarnya)
Adanya oksigen (di udara, di sekitar kita)
Maka pada saat yang demikian itulah, oksigen yang mudah bereaksi dengan bahan
baker yang berupa uap yang sudah mencapai titik bakarnya akan menghasilkan
api. Api inilah yang selanjutnya dapat mengakibatkan kebakaran. Maka untuk
menghindari terjadinya kebakaran haruslah salah satu dari komponen segitiga api
tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah menyimpan bahan-bahan yang
mudah terbakar di tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik temperaturnya
dan tidak mudah berubah menjadi uap yang mencapai titik bakarnya.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 17
g. Sifat bahan kimia itu sendiri. Bahan-bahan kimia mempunyai sifat khasnya
masing-masing. Misalnya asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-reaksi
kimia dapat berjalan dari yang sangat lambathingga ke yang spontan. Reaksi yang
spontan biasanya menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat terjadi
bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup. Contoh reaksi spontan: asam sulfat
pekat yang diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula pasir seketika
akan terjadi api. Demikian juga kalau kristal kalium permanganate ditetesidengan
gliserin.
3.7 Cara Pencegahannya
Mengingat bahwa sering terjadi kebakaran, ledakan, atau bocornya bahan-bahan kimiaberacun
dalam gudang, maka dalam penyimpanan bahan-bahan kimia selain memperhatikan ketujuh
sumber-sumber kerusakan di atas juga perlu diperhatikan faktor lain, yaitu:
Interaksi bahan kimia dengan wadahnya., bahan kimia dapat berinteraksi dengan
wadahnya dan dapat mengakibatkan kebocoran.
Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, atau
timbulnya gas beracun
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas , beberapa syarat penyimpanan bahan secara
singkat adalah sebagai berikut:
a. Bahan beracun.Banyak bahan-bahan kimia yang beracun. Yang paling keras dan sering
dijumpai di laboratorium sekolah antara lain: sublimate (HgCl2), persenyawaan sianida,
arsen, gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas. Syarat penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi
jauh dari bahaya kebakaran
dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak
sedangdipergunakan
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 18
disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
b. Bahan korosif. Contoh bahan korosif, misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali.
Bahan ini dapat merusak wadah dan bereaksi dengan zat-zat beracun. Syarat
penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi
wadah tertutup dan beretiket
dipisahkan dari zat-zat beracun.
c. Bahan mudah terbakar. Banyak bahan-bahan kimia yang dapat terbakar sendiri,
terbakar jika kena udara, kena benda panas, kena api, atau jika bercampur dengan bahan
kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran (BH3) misalnya akan
terbakar sendiri jika kena udara. Pipa air, tabung gelas yang panas akan menyalakan
karbon disulfide (CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas. Syarat
penyimpanan:
temperatur dingin dan berventilasi
jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
tersedia alat pemadam kebakaran
d. Bahan mudah meledak. Contoh bahan kimia mudah meledak antara lain: ammonium
nitrat, nitrogliserin, TNT. Syarat penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi
jauhkan dari panas dan api
hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Banyak reaksi eksoterm antara gas-gas dan serbuk zat-zat padat yang dapat meledak
dengan dahsyat. Kecepatan reaksi zat-zat seperti ini sangat tergantung pada komposisi
dan bentuk dari campurannya. Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium
pada waktu melakukan percobaan misalnya:
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 19
natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan air
kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat (CH3COONa)
nitrat dengan eter
peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau aluminium (Al)
klorat dengan asam sulfat
asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau logam lain
halogen dengan amoniak
merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau klorat
e. Bahan Oksidator. Contoh: perklorat, permanganat, peroksida organic. Syarat
penyimpanan :
temperatur ruangan dingin dan berventilasi
jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan api listrik dan bara rokok
jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau reduktor
f. Bahan reaktif terhadap air. Contoh: natrium, hidrida, karbit, nitrida. Syarat
penyimpanan:
temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
jauh dari sumber nyala api atau panas
bangunan kedap air
disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)
g. Bahan reaktif terhadap asam. Zat-zat tersebut kebanyakan dengan asam menghasilkan
gas yang mudah terbakar atau beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida. Syarat
penyimpanan:
ruangan dingin dan berventilasi
jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 20
ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-
kantong hidrogen
disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
h. Gas bertekanan. Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam tabung silinder. Syarat
penyimpanan:
disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
jauh dari api dan panas
jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katub-katub
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya.Dalam hal ini
seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatu laboratorium yang aman.
Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimia yang ada di laboratorium
seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan kimia tersebut, termasuk
bagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman. Bukan hanya faktor bahan kimia yang
menyebabkan keadaan tidak aman, faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem
pengaman gas tidak bekerja dengan baik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Diperlukan
suatu kerjasama dari berbagai pihak, baik dari para mahasiswa, dosen sebagai pengawas. Dalam
melakukan praktikum mahasiswa juga dituntut untuk berhati-hati, tidak menganggap remeh
setiap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Peran mahasiswa sebagai pengawas juga penting.
Prosedur dan cara kerja perlu diberikan secara jelas dan sempurna sebelum dikerjakan oleh para
siswa dan laboran. Dengan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak maka akan tercipta
laboratorium kimia yang aman dan nyaman bagi semua orang yang menggunakannya.
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 22
DAFTAR PUSTAKA
http://jayaanakjuni.blogspot.com/2012/06/alat-perlindungandiri-apd-dalam.html
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/edkhusus962937.pdf
http://k3l.ui.ac.id/mewujudkan-ui-menjadi-kampus-yang-berwawasan-k3l
http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=
71:3&download=1330:3&Itemid=11
http://healthsafetyprotection.com/safety-training/hsp-academy-in-house-training/in-house-
training-laboratory-safety/
http://chemistry6623.blogspot.com/2012/07/mengenal-bahan-kimia-dan-simbol-bahaya.html
Argo Satrio Wicaksono-020900242-14 Oktober 2012 Page 23
POSTER K3
top related