KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM ERA …p4tksb-jogja.com/arsip/images/WI/Kebijakan Pendidikan Nasional... · Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ... Menjamin kualitas kerja yang
Post on 03-Feb-2018
220 Views
Preview:
Transcript
1
KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM ERA
GLOBAL MENYANGKUT PENDIDIKAN NILAI
OLEH: IS YULI GUNAWAN
Abstrak
Is Yuli Gunawan: Kebijakan Pendidikan Nasional dalam Era Global menyangkut
Pendidikan Nilai
Indonesia yang dikenal dengan budaya timur yang cinta akan kedamaian, kebersamaan,
dan saling menghormati seolah hanya tinggal kenangan karena akhir-akhir ini banyak
terjadi fenomena negative yang terjadi karena ulah manusia, seperti banyaknya tawuran
antar remaja atau antar pelajar, banyaknya kenakalan remaja yang menjurus ke hal-hal
negative yang justru hanya akan merusak masa depan generasi muda. Dari fenomena-
fenomena negative yang sering muncul akhir-akhir ini, timbul pertanyaan siapa yang
salah dan apa yang harus diperbuat agar budaya timur yang menjadi symbol Negara
Indonesia dapat terbangun kembali. Sekolah sebagai pusat pembangun manusia agar
menjadi manusia yang berbudaya bukan hanya pintar saja memiliki peran yang sangat
kuat dalam membangun budaya. Penerapan pendidikan nilai di sekolah merupakan hal
yang sangat tepat untuk dilaksanakan disekolah karena pendidikan nilai ini akan
membangun jiwa peserta didik menjadi manusia yang berbudaya menuju era globalisasi.
Arah dari penerapan pendidikan nilai adalah: (1) mengembangkan keharmonisan
hubungan dalam komunikasi dan kolaborasi untuk meningkatkan partisipasi, (2)
mengembangkan keamanan, baik secara psikologis, fisik, sosial, maupun keamanan
cultural, (3) mengembangkan lingkungan sekolah yang agamis, lingkungan sekolah yang
bersih, indah, dan nyaman, dan mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif
secara akademik.
Kata Kunci: Pendidikan nasional, dan pendidikan nilai
2
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diharapkan
dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi
peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan,
yang diyakini akan menjadi faktor
determinan bagi tumbuh
kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Pasal 3 UU Sisdiknas
menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”
Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada era yang disebut era globalisasi. Globalisasi
diakibatkan karena semakin berkembangnya teknologi, kemajuan ekonomi dan semakin
canggih sarana informasi dan komunikasi. Di era globalisasi ini semakin banyak
problematika yang dihadapi. Kondisi tersebut telah membawa dampak positif dan negatif
bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan barat yang mengedepankan rasionalitas telah
mempengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia yang masih memegang teguh adat dan
kebudayaan leluhur yang menjunjung nilai tradisi dan keagamaan. Beberapa akibat
negatif dari globalisasi yang semakin sering kita jumpai adalah makin maraknya tawuran
antar pelajar.
Kenyataan tersebut menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan. Pendidikan
merupakan upaya untuk mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang bertujuan
3
untuk melahirkan generasi yang memiliki intelektual dengan tetap memelihara
kepribadian dan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Dengan kata lain pendidikan
memiliki dua misi yaitu transfer of values dan transfer of knowledge. Pendidikan saat ini
dihadapkan pada situasi yang sangat genting, dimana pendidikan sebagai upaya untuk
mewariskan nilai-nilai lokal dihadapkan pada semakin derasnya nilai-nilai globalisasi
yang masuk ke Indonesia.
Gambaran tersebut semakin membuka khazanah kita tentang pentingnya pendidikan
berbasis pendekatan nilai, sehingga mampu menciptakan generasi yang memiliki
intelektual tinggi tanpa melupakan nilai-nilai lokal. Generasi yang cerdas serta memiliki
sikap yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Sehingga ke depan kelak
bangsa Indonesia mampu bersaing dengan Negara-negara barat tanpa melupakan
identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
B. KONSEP BUDAYA SEKOLAH
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1987) merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
miliknya melalui belajar.
Budaya sekolah adalah nilai-
nilai dominan yang didukung
oleh sekolah atau falsafah
yang menuntun kebijakan
sekolah terhadap semua unsur
dan komponen sekolah
termasuk stakeholder
pendidikan, seperti cara
melakukan pekerjaan di
sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah. Budaya
sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan, dan norma-norma yang diterima
secara bersama-sama serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami
4
yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara
seluruh unsur dan stakeholder sekolah.
Budaya sekolah sangat erat hubungannya dengan pembentukan suasana sekolah yang
kondusif. Untuk mencapai efektifitas pengembangan kondisi sekolah harus memenuhi
indikator-indikator sebagai berikut:
1. Memusatkan fokus pembelajaran pada hasil belajar peserta didik.
2. Menjamin keseimbangan antara kegiatan belajar individual, kolaborasi, dan
belajar dalam interaksi sosial.
3. Selaras dengan kebutuhan pengembangan motivasi peserta didik.
4. Sensitif terhadap perbedaan individu.
5. Menantang peserta didik dengan tidak memberikan lebih dari kapasitasnya.
Untuk membangun budaya sekolah yang baik diperlukan kepala sekolah yang mampu
membangun susasana sekolah, suasana kelas, membangun hubungan yang harmonis agar
terbentuk norma, keyakinan, sikap, karakter, dan motif berprestasi sehingga tumbuh
menjadi sikap berpikir warga sekolah yang positif. Disamping itu juga diperlukan kepala
sekolah yang cerdas dan pandai memecahkan masalah yang kompleks pada gelombang
perubahan yang arahnya tidak pasti.
C. TUJUAN PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH
Tujuan pengembangan budaya sekolah adalah untuk membangun suasana sekolah yang
kondusif melalui pengembangan komunikasi dan interaksi yang sehat antara kepala
sekolah dengan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik,
masyarakat, dan pemerintah.
Manfaat pengembangan budaya sekolah antara lain:
1. Menjamin kualitas kerja yang lebih baik
2. Membuka seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik vertikal
maupun horizontal
3. Lebih terbuka dan transparan
4. Menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi
5. Meningkatkan solideritas dan rasa kekeluargaan
6. Jika ada kesalahan akan dapat segera diperbaiki
7. Dapat beradaptasi dengan IPTEK
5
Peran orang
tua/masyara
kat
D. KERANGKA PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLALH
Diagram Arah Pengembangan Budaya Sekolah
Berdasarkan diagram pengembangan budaya sekolah, kepala sekolah memiliki
kewajiban untuk mengembangkan kondisi sekolah yang kondusif. Kondisi ini dapat
terwujud apabila tercipta
komunikasi dan interaksi yang
harmonis antara kepala sekolah
dengan pendidik, orang tua
peserta didik, tenaga
kependidikan, dan peserta didik.
Dengan dukungan sekolah yang
kondusif, para pemangku
kepentingan memiliki
keyakinan bahwa sekolahnya
dapat mewujudkan prestasi terbaik karena ditunjang dengan motif prestasi yang tinggi.
Untuk membangun kondisi sekolah yang kondusif, kepala sekolah memiliki 3 (tiga)
bidang tugas utama, yaitu:
1. Mengembangkan keharmonisan hubungan yang direalisasikan dalam komunikasi
dan kolaborasi untuk meningkatkan partisipasi.
Factor
External
Peran kepala
sekolah dlm
pembanguna
n budaya
sekolah
Peran
Guru
Suasana
Kelas
Suasana
Sekolah
Pembiasaan
Belajar Siswa
Norma/
nilai-
nilai
Motif
Berpres
tasi
Keyaki
nan
Sikap/
Karakter
Pola
Pikir
6
2. Mengembangkan keamanan, baik secara psikologis, fisik, sosial, maupun
keamanan kultural.
3. Mengembangkan lingkungan sekolah yang agamis, lingkungan sekolah yang
bersih, indah, dan nyaman, dan mengembangkan lingkungan sekolah yang
kondusif secara akademik. Pendidik dan peserta didik memiliki motif berprestasi
serta keyakinan yang tinggi untuk mencapai target belajar yang bernilai dengan
suasana yang berdisiplin dan kompetitif.
Untuk mendukung dalam mewujudkan kondisi sekolah yang kondusif maka kepala
sekolah hendaknya mampu mengendalikan kepribadian, perilaku, dan sikap
kepemimpinan sehingga semua pihak dapat menjaga harmoni kerjasama yang baik. Oleh
karena itu, tinggi rendahnya semangat kerjasama, kepatuhan terhadap norma atau nilai-
nilai yang baik, kebiasaan yang baik, keyakinan yang tinggi, dan motif berprestasi guru
dan siswa sangat tergantung pada karakter kepemimpinan kepala sekolah.
Untuk menunjang pengembangan budaya sekolah, Fullan (2001) menyatakan bahwa
kepala sekolah hendaknya menegakkan lima prinsip, yaitu;
1. Selalu berorientasi pada pencapaian tujuan, mengembangkan visi dengan jelas dan
kandungannya menjadi milik bersama.
2. Menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran pendidik
dalam pengambilan keputusan.
3. Berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif dengan meningkatkan keyakinan
bahwa pendidik dapat mengembangkan perilaku yang mendukung perubahan.
4. Memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik sehingga mereka
berpersepsi bahwa kepala sekolahnya “benar” menunjang efektifitas mereka
dalam bekerja.
5. Mengembangkan kerjasama yang baik antar pendidik dalam interaksi formal
maupun informal.
Disamping itu, untuk mengembangkan budaya sekolah, Peter Senge menyatakan bahwa
kepala sekolah hendaknya memerankan diri sebagai teladan yang ditunjukkan dengan
indikator sebagai berikut:
7
1. Menjadi personal yang berdisiplin tinggi dalam memfokuskan energi dalam
mewujudkan visi-misi, bersabar, dan memahami fakta secara obyektif.
2. Menjadi mental model dalam mempengaruhi dan memahami keadaan sekitar dan
dapat merespon dengan tepat.
3. Mengembangkan visi-misi bersama sebagai dasar untuk mengembangkan
komitmen yang berkembang secara berkelanjutan sehingga kepala sekolah tidak
hanya mengembangkan kepatuhan.
4. Mengembangkan tim pembelajar yang dialogis, mengembangkan kapasitas tim,
dan mengganti asumsi dengan pemikiran bersama.
5. Mengembangkan berpikir sistem yang mengintegrasikan dengan keempat disiplin
di atas.
E. MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA SEKOLAH
Pengembangan budaya sekolah tidak dapat terlepas dari budaya masyarakat sekitarnya.
Pengembangan budaya sebaiknya berdasarkan kebutuhan sekolah yang didalamnya
terdapat kepala sekolah, pendidik, dan peserta didik yang diintegrasikan dengan budaya
yang berkembang dilingkungannya. Dalam hal ini sekolah harus dapat berfungsi sebagai
agen pengembang budaya lingkungan. Oleh karena itu sekolah perlu merumuskan
rencana, strategi pengembangan, dan monitoring dan evaluasi pembangunan budaya
sekolah dengan menggunakan model pengembangan sebagai berikut:
1. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Pada tahap ini sekolah perlu mengidentifikasi peluang dan ancaman yang datang
dari budaya sekitar sekolah serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari
dalam.
2. Merumuskan strategi yang meliputi penetapan visi-misi yang menjadi arah
pengembangan.
Arah pengembangan dijabarkan menjadi indikator pada pencapaian tujuan,
misalnya dalam pengembangan keyakinan dapat dibuktikan dengan target yang
tinggi pada setiap indikator pencapaian yang kemudian dijabarkan lagi pada
model operasional penguatan nilai kerjasama dan yang kompetitif, misalnya
dengan membagi kelompok kerja dengan semangat kebersamaan. Dari kelompok
kerja ini kemudian ditetapkan oleh kepala sekolah melalui surat tugas.
8
3. Implementasi Strategi.
Pada tahap ini sekolah hendaknya menyusun strategi pada kegiatan yang dapat
dikolaborasikan dan dikompetisikan. Sekolah dapat memilih bidang yang akan
dikolaborasikan yang bersifat kompetitif dari berbagai bidang kegiatan yang
memiliki nilai kebersamaan, semangat berkolaborasi, dan semangat berpartisipasi
dari seluruh pemangku kepentingan di sekolah. Pengembangan nilai harus
diwujudkan dalam kepatuhan atas kesepakatan yang dituangkan dalam peraturan.
Pada tahap ini peran kepala sekolah adalah:
1) Menetapkan kebijakan atas kesepakatan bersama
2) Merealisasikan strategi
3) Melaksanakan perbaikan proses berdasarkan data yang diperoleh dari
pemantauan
4) Melakukan evaluasi kegiatan berbasis pada data hasil pemantauan
4. Monitoring dan Evaluasi
Langkah ini merupakan bagian dari system penjaminan mutu. Dengan monitoring
dan evaluasi akan dapat diketahui apakah proses pelaksanaan kegiatan dan hasil
kegiatan sesuai dengan yang diharapkan. Jika proses pelaksanaan dan hasil yang
dicapai tidak sesuai dengan target maka kepala sekolah segera melakukan
perbaikan proses agar hasil akhir dapat sesuai dengan harapan.
Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam mengembangkan budaya sekolah, yaitu:
1) Berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah
2) Menciptakan komunikasi formal dan informal
3) Memperhitungkan resiko
4) Menggunakan strategi yang jelas dan terukur
5) Memiliki komitmen yang kuat
6) Mengevaluasi keterlaksanaan dan keberhasilan budaya sekolah.
9
Disamping prinsip-prinsip di atas, sebaiknya dalam upaya pengembangan budaya
sekolah juga berpegang pada asas-asas sebagai berikut:
1) Kerjasama Team (team work)
2) Menunjuk pada
kemampuan untuk
mengerjakan tugas dan
tanggung jawab
3) Keinginan merujuk pada
kemauan atau kerelaan
melaksakan tugas dan
tanggungjawab untuk
memberikan kepuasan terhadap peserta didik dan masyarakat
4) Kegembiraan. Nilai kegembiraan akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim
sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia, dan
bangga menjadi bagian dari personil sekolah
5) Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa
saja baik dalam lingkungan sekolah maupun stakeholders pendidikan lainnya
6) Jujur merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik
kejujuran pada diri sendiri maupun kepada orang lain
7) Disiplin merupakan bentuk ketaatan pada peraturan dan sangsi yang berlaku
dalam lingkungan sekolah
8) Empati, kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain namun tidak ikut laut dalam perasaan itu
9) Pengetahuan dan kesopanan para stakeholders sekolah yang disertai dengan
kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja dan dapat
memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain
10
F. KESIMPULAN.
Bentuk penanaman nilai di tingkat sekolah juga dapat diwujudkan dalam bentuk
pengembangan budaya sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan, dan norma-norma yang diterima secara bersama-sama serta dilaksanakan
dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami yang dibentuk oleh lingkungan yang
menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan stakeholder sekolah.
Budaya sekolah berperan penting dalam menghadapi era globalisasi. Dengan
mengembangkan budaya sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana sekolah yang
kondusif bagi peserta didik, dan warga sekolah lainnya. Dengan mengembangkan budaya
sekolah akan tercipta suasana komunikasi yang terbuka sehingga mampu menimbulkan
rasa memiliki yang tinggi dan solidaritas yang tinggi serta mampu beradaptasi dengan
perkembangan IPTEK.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D. & Anderson, LA 2001. Beyon Change Management: Advanced Strategies for
Today’s Transformational Leaders. San Fransisco: Jossey-Bass
Bradford, D.L. and Burke, W.W. 2005. Reinventing Organization Development. New
Approaches to Change in Organizations. San Fransisco, CA: Pfeiffer
Fullan Michael, 2001. Leading in A Culture of Change. San Fransisco : Jossey-Bass
Gordon Mitchell. 1999. Change Management: Best Practice in Whole School Development,
Denmark : Danida
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 A tahun 2013. Tentang Implementasi
Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud.
Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Gramedia: Jakarta
Kooter, John P. 1990. A Force For Change: How Leaders Differs From Management. New
York : The Free Press
MacGregor Burns, James. 1978. Leadership. Harper & RowLondon: Harper & Row
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa
Tahun 2010 – 2025. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia
Prijatna, Hendra. 2014. Pembelajaran Nilai Dalam Pendidikan IPS.
http://hendraprijatna68.wordpress.com. (diunduh 25 Maret 2014)
Rakhmat, Cece. 2013. Menyemai Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Dalam Menghadapi
Tantangan Modernitas. http://www.file.upi.edu (diunduh 1 November 2013)
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline. Doubleday/Currency.
Sergiovanni, T.J. 1996. Moral Leadership. San Fransisco, CA : Jossey-Bass
Stanley Gordon, 2006. Seven Principles for Change Management. Australia :Faculty of
Education and Social Work, University of Sydney
Stolp, Stephen. 1994. Leadership for School Culture. USA : Eric Digest.
top related