KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI LAHAN … · ABSTRAK WIWI WILDASARI. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang Silika dan Kapur PT Holcim Indonesia Tbk., Jawa
Post on 06-Mar-2019
238 Views
Preview:
Transcript
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI
LAHAN BEKAS TAMBANG SILIKA DAN KAPUR
PT HOLCIM INDONESIA Tbk., JAWA BARAT
WIWI WILDASARI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Bawah di Lahan Bekas Tambang Silika dan Kapur PT Holcim
Indonesia Tbk., Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Wiwi Wildasari
NIM E44120074
ABSTRAK
WIWI WILDASARI. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di lahan bekas
tambang Silika dan Kapur PT Holcim Indonesia Tbk., Jawa Barat. Dibawah
bimbingan CAHYO WIBOWO dan DADAN MULYANA
Kegiatan penambangan yang dilakukan secara terbuka menyebabkan
kerusakan vegetasi penutup tanah, peningkatan laju erosi, penurunan produktifitas
dan stabilitas lahan tidak produktif serta menurunkan kesuburan tanah. Kegiatan
revegetasi membutuhkan waktu yang lama sehingga memerlukan penanaman
tanaman penutup tanah (cover crop). Tujuan penanaman cover crop adalah untuk
melindungi tanah dari ancaman erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
komposisi jenis, keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah untuk
dijadikan sebagai cover crop. Komposisi tumbuhan bawah di lahan bekas
tambang kapur lebih tinggi dibandingkan dengan lahan bekas tambang silika.
Keragaman jenis (H’) pada masing – masing lokasi penelitian tergolong sedang.
Kemerataan jenis (E) pada kedua lokasi penelitian tergolong tinggi. Kekayaan
jenis (R1) pada kedua lokasi penelitian tergolong tinggi. Indeks dominansi (C)
pada kedua lokasi penelitian tergolong rendah. Sifat tanah pada masing – masing
lokasi tergolong kurang subur. Unsur hara yang terdapat pada kedua lokasi
penelitian tergolong rendah
Kata kunci: cover crop, keanekaragaman jenis, sifat tanah, tumbuhan bawah
ABSTRACT
WIWI WILDASARI. Diversity Species of Understorey in the Land of Silica and
Lime Closure PT Holcim Indonesia Tbk., West Java Supervised by CAHYO
WIBOWO and DADAN MULYANA.
The mining activities are carried out in an open understorey vegetation
causing damage, damage on water management, increased rates of erosion, the
decline in productivity and stability of the land Which is not productiveas well as
Reducing soil nutrients fertility. The revegetation process take a long time so it
need to planting the cover crop plants. The goal of planting a cover crop is to
protect the soil From the erotion impact. This research aims to study the
composition of species, the diversity of the plants and its potential to administer it
function as cover cropson the soil which contain lime and silica in PT Holcim
Indonesia Tbk. The composition of the cover plants in the land With lime
dominant compositionis higher compared to the Soil with silica contain. The
diversity of types (H ') at each location were classified as research. The evenness
index (E) the type of equity at both locations research belongs to high. The
Richness index (R1) at both locations research belongs to high. Dominance index
(C) on these location of the research belongs to low. Soil properties at each
location belongs not fertile. Nutrient elements found in both locations research are
belongs not high to low.
Key words: cover crop, diversity of species, soil properties, understorey
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI
LAHAN BEKAS TAMBANG SILIKA DAN KAPUR
PT HOLCIM INDONESIA Tbk., JAWA BARAT
WIWI WILDASARI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2016 ini ialah
Tumbuhan bawah, dengan judul Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di
Lahan Bekas Tambang Silika dan Kapur PT Holcim Indonesia Tbk., Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Cahyo Wibowo, MSc
Ftrop dan Bapak Dadan Mulyana, SHut MSi selaku pembimbing yang telah
banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
PT Holcim Indonesia Tbk., dan Holcim Educational Forest (HEF). Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada keluarga, sahabat SVK 4991, Fahutan 49
dan teman – teman penulis atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016
Wiwi Wildasari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian.............................................................................................. 1
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
METODE ............................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 2
Alat dan Bahan ................................................................................................. 2
Prosedur Pengambilan Data ............................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 5
Hasil ................................................................................................................. 5
Pembahasan.................................................................................................... 11
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 15
Simpulan ........................................................................................................ 15
Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 16
DAFTAR TABEL
1 Jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang kapur 7
2 Jenis-jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang silika 8
3 Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada masing – masing lokasi
penelitian
8
4 Hasil analisis sifat fisika tanah pada masing – masing lokasi penelitian 9
5 Hasil analisis pH, bahan organik, P tersedia tanah pada masing –
masing lokasi penelitian
10
6 Hasil analisis nilai tukar kation dan kejenuhan basa pada masing –
masing lokasi penelitian
10
DAFTAR GAMBAR
1 Plot pengamatan tumbuhan bawah 2
2 Plot pengambilan contoh tanah 3
3 Jumlah jenis tumbuhan bawah pada setiap lokasi penelitian 6
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai cover crop 19
2 Jenis – jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi 22
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komunitas tumbuhan hutan dapat mengalami perubahan, baik yang
disebabkan oleh bencana alam maupun aktivitas manusia. Aktivitas manusia di
dalam hutan dapat bersifat merusak maupun memperbaiki kondisi komunitas
tumbuhan hutan. Menurut Indriyanto (2008) aktivitas manusia yang bersifat
merusak komunitas tumbuhan adalah penebangan pohon, pencurian hasil hutan,
peladangan liar, penggembalaan liar, pembakaran hutan dan penambangan
sedangkan aktivitas manusia yang bersifat memperbaiki kondisi komunitas
tumbuhan adalah kegiatan reboisasai dalam rangka rehabilitasi areal kosong bekas
penebangan, areal kosong bekas kebakaran, maupun reboisasi dalam rangka
pembangunan hutan tanaman industri dan reklamasi lahan bekas tambang.
Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT Holcim Indonesia Tbk.
adalah penambangan batu gamping dan silika untuk bahan baku semen.
Penambangan ini dilakukan secara terbuka yaitu dengan cara membuka dan
mengupas lapisan tanah bagian atas. Menurut Darwo (2003), lapisan atas tanah
yang dikupas sangat peka terhadap gangguan, karena eksistensi makhluk hidup
terletak pada horison O, A dan B. Dampak negatif kegiatan penambangan terbuka
menyebabkan kerusakan vegetasi penutup tanah, kerusakan sistem tata air,
peningkatan laju erosi, penurunan produktifitas dan stabilitas lahan tidak produktif
serta penurunan kesuburan tanah. Oleh karena itu, kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang yang perlu dilakukan pada lahan bekas tambang adalah kegiatan
revegetasi. Kegiatan revegetasi membutuhkan waktu yang lama sehingga
memerlukan penanaman tanaman penutup tanah terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanaman pohon. Tanaman penutup tanah atau cover crop adalah
tanaman yang ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan yang
disebabkan oleh erosi serta memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah.
Kendala dalam penggunaan cover crop yang dipakai untuk revegetasi lahan
bekas tambang salah satunya adalah ketersediaan benih cover crop. Menurut
Arafat (2015), benih cover crop belum banyak di komersilkan di Indonesia, oleh
karena itu benih harus didatangkan dari luar negeri. Selama ini penelitian
mengenai karakteristik tanah dan vegetasi tumbuhan pada lahan bekas tambang
telah banyak dilakukan, namun penelitian secara khusus mengenai potensi
tumbuhan bawah yang bisa dijadikan sebagai cover crop jenis lokal di lahan bekas
tambang masih belum banyak dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jumlah jenis, keanekaragaman jenis
dan potensi tumbuhan bawah untuk dijadikan sebagai cover crop di lahan bekas
tambang silika dan kapur PT Holcim Indonesia Tbk.
2
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
mengenai jumlah jenis, keanekaragaman jenis dan potensi tumbuhan bawah untuk
dijadikan sebagai tanaman penutup tanah di lahan bekas tambang PT Holcim
Indonesia Tbk.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember
2015. Pengambilan data dilakukan di lahan bekas tambang kapur Narogong
Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor dan lahan bekas tambang silika
Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi PT Holcim Indonesia Tbk.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah meteran, patok, tally sheet,
kayu pemukul ring, ring contoh tanah, cangkul, pisau, garpu besar, plastik 1 kg,
alkohol 70%, gunting, kertas label, plastik besar, kertas koran, sasak, oven, alat
tulis, kamera dan buku identifikasi tumbuhan bawah. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan bawah dan contoh tanah.
Prosedur Pengambilan Data
Penentuan plot pengamatan
Plot pengamatan dibuat pada dua lokasi yaitu lahan bekas tambang kapur
dan silika. Lima plot pengamatan diletakkan pada masing – masing lokasi
penelitian secara purposive sampling. Total plot pengamatan berjumlah 10 buah.
Pembuatan plot pengamatan untuk tumbuhan bawah
Pembuatan plot pengamatan untuk tumbuhan bawah dilakukan dengan
menggunakan metode petak kuadrat pada lahan seluas 100 m x 100 m. Pada
masing-masing lokasi penelitian dibuat 5 plot berukuran 2 m x 2 m dengan jarak
antar plot 40 m. Plot pengamatan tumbuhan bawah disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Plot pengamatan tumbuhan bawah
3
Pembuatan herbarium dan identifikasi jenis
Pembuatan herbarium dilakukan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan
bawah yang belum teridentifikasi di lapangan. Tumbuhan bawah yang belum
teridentifikasi dibuat herbarium dengan cara dikeringkan dalam oven pada suhu
150°C selama 24 jam. Kegiatan pembuatan herbarium dan identifikasi jenis
tumbuhan bawah dilakukan di Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan IPB.
Pengambilan contoh tanah
Contoh tanah untuk analisis sifat kimia diambil sampai kedalaman 20 cm
dengan teknik mencangkul. Contoh tanah diambil dari 5 titik plot pengamatan
pada setiap lokasi penelitian, kemudian tanah dikompositkan dan diambil
sebanyak 1 kg untuk dianalisis. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat
fisika tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah utuh menggunakan ring
tanah sebanyak 4 ring. Ring tanah ditekan sampai badan ring tertanam di dalam
tanah. Ring yang sudah tertanam diambil menggunakan cangkul untuk
mengeluarkan ring yang telah berisi contoh tanah, kemudian tanah bagian
bawahnya diiris menggunakan pisau untuk meratakan permukaan bagian bawah.
Ring yang berisi tanah dilapisi dengan perekat bening supaya terjaga keutuhannya.
Plot pengambilan contoh tanah disajikan pada Gambar 2.
Keterangan :=
=
Plot pengambilan contoh tanah untuk sifat kimia
Plot pengambilan contoh tanah untuk sifat fisika dan kimia
Gambar 2 Plot pengambilan contoh tanah
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
komposisi dan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah adalah perhitungan
analisis vegetasi. Adapun pengolahan data hasil analisis vegetasi meliputi Indeks
Nilai Penting, indeks kekayaan, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan
jenis.
Indeks Nilai Penting Indeks Nilai Penting (INP) merupakan parameter kuantitatif yang dipakai
untuk mengetahui tingkat dominansi jenis - jenis dalam suatu komunitas
4
tumbuhan (Soegianto 1994 dalam Indriyanto 2008). Berikut rumus-rumus yang
digunakan dalam menentukan nilai INP:
Kerapatan (ind ha−1) =jumlah individu (ind)
luas seluruh petak contoh (ha)
Kerapatan Relatif % =kerapatan spesies
kerapatan seluruh spesies x 100%
Frekuensi = jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies
jumlah seluruh petak contoh
Frekuensi Relatif % =frekuensi suatu spesies
frekuensi seluruh spesies x 100%
INP (%) = KR + FR
Indeks kekayaan jenis
Indeks kekayaan jenis Margalef (R1) merupakan perhitungan kekayaan jenis
dalam suatu komunitas. Menurut Magguran (2004) besaran R1<3.5 menunjukkan
kekayaan jenis tergolong rendah, R1=3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis
tergolong rendah dan R1>5.0 kekayaan tergolong tinggi.
R1 =S − 1
ln(N)
Keterangan :
R1 = Indeks Margalef
S = Jumlah jenis
N = Jumlah seluruh individu
Indeks keanekaragaman jenis
Menurut Magguran (2004), nilai indeks keanekaragaman jenis umumnya
berada pada kisaran antara 1.0 – 3.5, jika H’ mendekati 3.5 maka menggambarkan
tingkat keanekaragaman yang semakin tinggi.
H′ = − ni
Nx ln
ni
N
Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman jenis
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah seluruh individu
Indeks kemerataan jenis Tingkat kemerataan vegetasi pada suatu komunitas ditunjukkan oleh indeks
kemerataan spesies. Indeks kemerataan ini menunjukkan penyebaran individu
spesies dalam suatu komunitas. Menurut Magguran (2004) besaran nilai E < 0.3
menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E = 0.3 – 0.6 menunjukkan
5
kemerataan jenis tergolong sedang dan E > 0.6 menunjukkan kemerataan jenis
tergolong tinggi.
E =H′
ln(S)
Keterangan :
E = indeks kemerataan jenis
H’ = indeks keanekaragaman jenis
S = jumlah jenis
Indeks dominansi
Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya
dominansi jenis dalam suatu komunitas.
C = ni
N
2
Keterangan :
C = indeks dominansi
ni = jumlah spesies ke-i
N = jumlah seluruh spesies
Indeks kesamaan komunitas
Indeks kesamaan komunitas (IS) diperlukan untuk mengetahui tingkat
kesamaan antara beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas serta
mengetahui perbandingan komposisi dan struktur komunitasnya (Indriyanto 2008).
IS (%) =2w
a + bx 100%
Keterangan:
IS = Indeks kesamaan komunitas
w = Jumlah nilai penting (INP) yang sama atau nilai yang terendah
dari jenis-jenis yang terdapat dalam dua petak contoh yang
dibandingkan
a = jumlah INP di dalam komunitas A
b = jumlah INP di dalam komunitas B
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Letak dan posisi geografis
PT Holcim Indonesia Tbk. merupakan produsen semen terbesar di dunia
dengan kapasitas produksi lebih dari 170 juta ton semen. Holcim Indonesia
mengoperasikan pabrik semen di Narogong, Cilacap, Tuban dan Sukabumi. PT
Holcim yang beroperasi di Narogong berada di daerah Narogong, Kecamatan
Cileungsi Kabupaten Bogor dengan letak geografis pada koordinat 6°53’33” LS
6
dan 106°27’37” BT. PT Holcim yang beroperasi di Sukabumi terletak di
Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi dengan letak geografis pada koordinat
6°54’55”LS dan 106°46’39”BT.
Kondisi fisik lingkungan
Topografi areal PT Holcim yang beroperasi di Sukabumi memiliki
kemiringan lereng berkisar antara 40% – 60%. Berdasarkan klasifikasi Schmidt
dan Ferguson (1951), areal ini memiliki tipe iklim B dengan rata-rata suhu pada
bulan basah sekitar 21°C – 29.9°C, sementara suhu pada bulan kering sekitar
21.6°C – 30.8°C. PT Holcim Tbk yang beroperasi di Narogong memiliki curah
hujan rata-rata 3 315 mm/tahun, yang berdasarkan klasifikasi Schmidt dan
Ferguson (1951) memiliki tipe iklim A. Musim hujan terjadi antara bulan Oktober
sampai April dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sampai
Februari, sedangkan musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Mei sampai
September. Rata – rata kelembaban adalah 85.25%, kelembaban terendah berada
pada bulan September sebesar 79% dan tertinggi pada bulan Desember dan
Januari sebesar 89%. Kondisi tanah di areal operasi PT Holcim Tbk yang
beroperasi di Sukabumi terdiri dari jenis tanah Latosol Merah Kekuningan,
Latosol Cokelat, Podsolik Merah Kekuningan dan Litosol. Jenis tanah di PT
Holcim yang beroperasi di Narogong adalah Litosol.
Jumlah Jenis Tumbuhan Bawah pada Setiap Lokasi Penelitian
Jumlah jenis tumbuhan bawah secara umum sangat beragam pada masing –
masing lahan bekas tambang di PT Holcim Indonesia Tbk. Jumlah jenis tumbuhan
bawah yang ditemukan pada lahan bekas tambang kapur yaitu 31 jenis tumbuhan
bawah dari 20 famili, sedangkan pada lahan bekas tambang silika ditemukan 22
jenis tumbuhan bawah dari 9 famili. Total jumlah jenis tumbuhan bawah yang
ditemukan pada kedua lokasi sebanyak 51 jenis dari 24 famili. Perbandingan
jumlah jenis pada masing – masing lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3 Jumlah jenis tumbuhan bawah pada setiap lokasi penelitian
31
2220
9
0
5
10
15
20
25
30
35
Lahan bekas tambang kapur
Lahan bekas tambang silika
Jum
lah
jen
is
Jumlah jenis
Jumlah famili
7
Dominansi jenis tumbuhan bawah pada masing – masing lokasi penelitian
Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lahan bekas tambang kapur
disajikan pada Tabel 1. Jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP lebih besar dari
10% di lahan bekas tambang kapur adalah jenis Ageratum conyzoides dengan INP
10.34%, Bidens pilosa dengan INP 10.79%, Mimosa pudica dengan INP 14.91%,
Cyperus rotundus dengan INP 17.28% dan Eulesine indica dengan INP 38.08%.
Tabel 1 Jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang kapur
No Nama Jenis Famili INP (%) Keterangan*)
1 Eleusine indica Poaceae 38.08 Invasif
2 Cyperus rotundus Cyperaceae 17.28 Invasif
3 Mimosa pudica Fabaceae 14.91 Invasif
4 Bidens pilosa Asteraceae 10.79 Invasif
5 Ageratum conyzoides Asteraceae 10.34 Invasif
6 Spigelia anthelmia Loganiaceae 8.46 Invasif
7 Centella asiatica Apiaceae 8.03 tidak invasif
8 Paspalum vaginatum Poaceae 7.91 Invasif
9 Gendarussa vulgaris Acanthaceae 6.34 tidak invasif
10 Phyllanthus urinaria Phyllanthaceae 6.32 tidak invasif
11 Lindernia anagallis Linderniaceae 5.79 tidak invasif
12 Amaranthus spinosus Amaranthaceae 5.79 Invasif
13 Imperata cylindrica Poaceae 5.62 Invasif
14 Fimbristylis aphylla Cyperaceae 4.92 tidak invasif
15 Isachne globosa Poaceae 4.92 tidak invasif
16 Digitaria ciliaris Poaceae 4.76 Invasif
17 Phyllanthus debilis Phyllanthaceae 4.24 tidak invasif
18 Brachiaria paspaloides Gramineae 3.91 Invasif
19 Paspalum commersonii Poaceae 2.66 Invasif
20 Sida rhombifolia Malvaceae 2.43 Invasif
21 Vigna trilobata Fabaceae 2.35 tidak invasif
22 Hydrolea zeylanica Hydrophyllaceae 2.27 Invasif
23 Bergia capensis Elatinaceae 2.27 Invasif
24 Oxalis barrelieri Oxalidaceae 2.27 Invasif
25 Aeschynomene indica Fabaceae 2.27 Invasif
26 Mikania micrantha Asteraceae 2.20 Invasif
27 Ipomoea triloba Convolvulaceae 2.20 Invasif
28 Portulaca oleracea Portulaceae 2.20 Invasif
29 Mimosa invisa Fabaceae 2.12 Invasif
30 Euphorbia heterophyllaa Euphorbiaceae 2.12 Invasif
31 Cardiospermum halicacabum Sapindaceae 2.12 tidak invasif *)
Keterangan: SEAMEO BIOTROP 2008
Jenis tumbuhan bawah yang terdapat di lahan bekas tambang silika
disajikan pada Tabel 2. Jenis tumbuhan yang memiliki INP lebih besar dari 10%
pada lahan bekas tambang silika adalah jenis Panicum paludosum dengan INP
8
10.41%, Pennisetum polystachyon dengan INP 12.47%, Mimosa pudica dengan
INP 15.01%, Calopogonium muconoides dengan INP 15.93%, Paspalum
cartilagineum dengan INP 17.05%, Paspalum conjugatum dengan INP 19.76%
dan Imperata cilindrica dengan INP 32.90%.
Tabel 2 Jenis-jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang silika
No Nama Jenis Famili INP (%) Keterangan*)
1 Imperata cylindrica Poaceae 32.90 Invasif
2 Paspalum conjugatum Poaceae 19.76 Invasif
3 Paspalum cartilagineum Poaceae 17.05 Invasif
4 Calopogonium muconoides Fabaceae 15.93 tidak invasif
5 Mimosa pudica Fabaceae 15.01 Invasif
6 Pennisetum polystachyon Poaceae 12.47 Invasif
7 Panicum paludosum Poaceae 10.41 Invasif
8 Mimosa invisa Fabaceae 9.57 Invasif
9 Echinochloa stagnina Poaceae 8.62 Invasif
10 Ischaemum ciliare Poaceae 7.43 tidak invasif
11 Ishaemum rugosum Poaceae 6.63 tidak invasif
12 Paspalum longifolium Poaceae 6.51 Invasif
13 Calopogonium polytscyon Fabaceae 6.24 tidak invasif
14 Melastoma malabathricum Melastomataceae 4.25 Invasif
15 Ischaemum timorense Poaceae 4.25 tidak invasif
16 Tridax procumbens Asteraceae 3.85 Invasif
17 Lycopidium clavantum Lycopidium 3.65 tidak invasif
18 Clidemia hirta Melastomataceae 3.25 Invasif
19 Ludwigia hyssopifolia Onagraceae 3.06 Invasif
20 Bacopa procumbens Scrophulariaceae 3.06 tidak invasif
21 Oxalis barrelieri Oxalidaceae 3.06 Invasif
22 Crotalaria retusa Fabaceae 3.06 tidak invasif *)
Keterangan : SEAMEO BIOTROP 2008
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
Nilai indeks keanekaragaman, kekayaan, kemerataan dan dominansi jenis
tumbuhan bawah pada setiap lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.
Keanekaragaman jenis (H’) pada masing –masing lokasi penelitian memiliki nilai
yang tidak jauh berbeda. Nilai indeks kemerataan jenis (E) pada lahan bekas
tambang silika lebih tinggi dibandingkan dengan lahan bekas tambang kapur.
Nilai indeks kakayaan jenis (R1) pada lahan bekas tambang kapur lebih tinggi
dibandingkan dengan lahan bekas tambang silica. Nilai indeks dominansi (C) pada
lahan bekas tambang kapur sebesar 0.07 sedangkan pada lahan bekas tambang
silika sebesar 0.11.
Tabel 3 Keanekaragaman jenis tumbuhan pada masing – masing lokasi penelitian Lokasi H' R1 E C
Lahan bekas tambang kapur 2.46 4.05 0.72 0.07
Lahan bekas tambang silika 2.47 3.38 0.80 0.11
9
Indeks kesamaan komunitas (IS)
Indeks kesamaan menggambarkan tingkat kesamaan komposisi jenis dari
dua komunitas yang dibandingkan. Parameter yang digunakan untuk menganalisis
indeks kesamaan adalah kelimpahan jenis dan kehadiran jenis yang sama. Nilai
indeks kesamaan antara lahan bekas tambang kapur dengan lahan bekas tambang
silika memiliki nilai yang rendah yaitu sebesar 12.46%.
Sifat fisika tanah
Hasil analisis sifat fisika tanah pada masing – masing lokasi penelitian
disajikan pada tabel 4. Parameter sifat fisika tanah yang diamati adalah tekstur,
bulk density, particle density, ruang pori total, kadar air dan permeabilitas.
Tabel 4 Hasil analisis sifat fisikatanah pada masing – masing lokasi penelitian
Lokasi Penelitian
Tekstur BD
1) PD
1) RPT*) KA
*) Permea
*) Bilitas Pasir Debu Klei
.......... % .......... ........... g cm−3 .......... % vol cm jam-1
Lahan Bekas
Tambang Kapur
46 23 31 1.07 2.31 46.98 25.33 6.96
Lahan Bekas
Tambang
Silika 58 14 28 1.23 2.40 54.75 25.88 2.99
Keterangan : BD = Bulk density, PD = particle density, RPT = Ruang pori total,
KA = Kadar air. *)
Rata – rata dari 4 ulangan
Tabel 4 menunjukkan bahwa tanah pada lahan bekas tambang silika
memiliki kelas tekstur sandy clay loam yang didominasi oleh kandungan pasir
yang tinggi yaitu 58%. Tanah di lahan bekas tambang kapur memiliki kelas
tekstur sandy clay loam yang didominasi oleh kandungan pasir yang tinggi yaitu
46%. Bulk density (BD) pada lahan bekas tambang silika lebih tinggi (1.23
g cm−3) dibandingkan dengan lahan bekas tambang kapur (1.07 g cm−3). Particle
density (PD) pada lahan bekas tambang silika lebih tinggi (2.40 g cm−3 )
dibandingkan dengan lahan bekas tambang kapur (2.31 g cm−3). Ruang pori total
di lahan bekas tambang silika lebih tinggi (54.75 g cm−3) dibandingkan dengan
tanah di lahan bekas tambang kapur (46.75 g cm−3). Nilai KA pada lahan bekas
tambang silika lebih tinggi (25.88% vol) dibandingkan dengan lahan bekas
tambang kapur (25.33% vol). Permeabilitas pada lahan bekas tambang kapur lebih
tinggi (6.96 cm jam-1
) dibandingkan dengan lahan bekas tambang silika (2.99 cm
jam-1
).
Analisis sifat kimia tanah
Parameter sifat kimia tanah yang dianalisis antara lain pH tanah, bahan
organik tanah, P tersedia, nilai tukar kation dan kejenuhan basa. Hasil analisis
sifat kimia tanah terhadap pH tanah, bahan organik dan P tersedia disajikan pada
Tabel 5.
10
Tabel 5 Hasil analisis pH, bahan organik, P tersedia tanah pada masing – masing
lokasi penelitian
Lokasi penelitian
pH Bahan Organik P tersedia
H2O KCl C N C/N Bray Olsen
........... % .......... ppm
Lahan bekas tambang kapur 8.4 7.8 0.98 0.07 14
25
Kategori*) AA AA SR SR S R
Lahan bekas tambang silika 5 4.9 0.75 0.08 9 7.8
Kategori*) M M SR SR R SR
Keterangan : M = Masam, AA = Agak alkalis, R = Rendah, S =Sedang, SR = Sangat
rendah, ST = Sangat tinggi *)
Sumber : Juknis Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk (Balai Penelitian Tanah
Departemen Pertanian 2005)
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai pH tanah pada lahan bekas tambang
kapur termasuk kedalam kriteria masam sedangkan pada lahan bekas tambang
silika termasuk kedalam kriteria agak alkalis.
Tabel 6 Hasil analisis nilai tukar kation dan kejenuhan basa pada masing – masing
lokasi penelitian
Lokasi penelitian
Nilai Tukar Kation KB
Ca Mg K Na KTK
...................... cmolc kg-1
.................... %
Lahan bekas tambang kapur 44.5 1.18 0.16 0.13 18.79 >100
Kategori*) ST S R R S ST
Lahan bekas tambang silika 1.48 0.48 0.08 0 8.82 23
Kategori*) SR R R R R R
Keterangan : R = Rendah, S =Sedang, SR = Sangat rendah, ST = Sangat tinggi,
KTK = Kapasitas Tukar Kation *)
Sumber : Juknis Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk (Balai Penelitian Tanah
Departemen Pertanian 2005)
Tabel 6 menunjukkan bahwa tanah pada masing-masing lokasi penelitian
mengandung unsur magnesium yang tergolong sedang, unsur nitrogen, fosfor dan
kalium yang tergolong rendah. kandungan unsur kalsium pada lahan bekas
tambang kapur tergolong sangat tinggi sedangkan pada lahan bekas tambang
silika tergolong sangat rendah. Kapasitas tukar kation pada lahan bekas tambang
kapur tergolong sedang sedangkan untuk lahan bekas tambang silika tergolong
rendah. Kandungan KB pada lahan bekas tambang kapur tergolong sangat tinggi
sedangkan pada lahan bekas tambang silika tergolong rendah.
11
Pembahasan
Jumlah jenis tumbuhan bawah
Jumlah jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang kapur lebih banyak
dibandingkan dengan lahan bekas tambang silika. Hal ini diduga karena
terbukanya lahan tanpa pohon penaung mengakibatkan tumbuhan bawah di lahan
bekas tambang kapur tumbuh lebih banyak. Hasil penelitian Hilwan et al. (2013)
menunjukkan bahwa lahan yang memiliki naungan kurang rapat memiliki jumlah
jenis tumbuhan bawah yang lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang
memiliki naungan rapat. Hasil penelitian ini berbanding lurus dengan pernyataan
Indriyanto (2008) yang mengemukakan bahwa pohon yang bertajuk rapat
menyebabkan matahari tidak dapat menembus lantai hutan, sehingga tidak
memungkinkan bagi tumbuhan bawah untuk berkembang di bawah naungan tajuk
pohon, kecuali jenis tumbuhan yang telah beradaptasi dengan baik untuk tumbuh
di bawah naungan.
Rendahnya jumlah jenis tumbuhan bawah di lahan bekas tambang silika
diduga karena terdapat pohon pinus yang telah ditanam di lahan tersebut.
Senyawa alelopati yang berasal dari pinus diduga memengaruhi komposisi jenis
tumbuhan bawah. Menurut Samingan (1988) dalam Kunarso et al. (2012),
tanaman pinus menghasilkan senyawa alelopati yang menyebabkan akumulasi
nitrogen terhambat sehingga pertumbuhan tanaman akan terhambat pula karena
tidak dapat menyerap unsur N secara optimal.
Dominansi jenis tumbuhan
Indeks Nilai Penting (INP) menunjukkan peran penting suatu jenis dalam
sebuah komunitas. Jenis yang memiliki nilai INP paling tinggi merupakan jenis
yang mendominasi. Sutisna (1981) dalam Gustiani (2015), menyatakan bahwa
suatu jenis memiliki peran yang besar dalam komunitas apabila nilai INP jenis
tersebut lebih dari 10% untuk tingkat tumbuhan bawah. Terdapat dua jenis
tumbuhan bawah yang paling mendominasi di lahan bekas tambang silika dan
kapur yaitu Imperata cylindrica dan Eulesine indica yang termasuk kedalam
famili Poaceae. Jenis ini berasal dari daerah tropis Amerika, di Indonesia hampir
tersebar merata pada semua daerah (Gustiani 2015). Kedua jenis tumbuhan bawah
ini diduga memiliki daya adaptasi lingkungan yang tinggi sehingga dapat tumbuh
di lahan bekas tambang kapur dan silika.
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
Nilai indeks kekayaan jenis (R1), keanekaragaman jenis (H’) dan
kemerataan jenis (E) merupakan gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi
keanekaragaman suatu komunitas. Penggunaan indeks kekayaan jenis pada
penilaian keanekaragaman bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis yang
ditemukan pada suatu komunitas. Berdasarkan klasifikasi Magguran (2004) nilai
R1 tumbuhan bawah yang terdapat di lahan bekas tambang kapur tergolong sedang,
sementara indeks kekayaan lahan bekas tambang silika tergolong rendah.
Perbedaan nilai kekayaan jenis pada kedua lokasi penelitian dipengaruhi oleh
jumlah jenis yang ditemukan di lokasi penelitian. Nilai indeks keanekaragaman
jenis (H’) pada masing – masing lokasi penelitian berdasarkan klasifikasi
Magguran (2004) tergolong sedang. Hal tersebut dipengaruhi oleh kegiatan
12
penambangan di kedua lokasi sehingga lingkungannya terganggu dan
menyebabkan jenis tumbuhan bawah yang ditemukan hanya sedikit. Nilai indeks
kemerataan jenis (E) pada masing – masing lokasi penelitian tergolong tinggi.
Istomo dan Kusmana (1997) menyatakan bahwa indeks dominansi adalah
suatu ukuran untuk memeriksa tingkat penguasaan suatu jenis dalam komunitas.
Nilai indeks dominansi mendekati 1, tergolong tinggi, yang berarti bahwa
dominansi terpusat pada satu atau beberapa jenis; dan jika nilai indeks dominansi
mendekati 0 tergolong rendah, yang berarti bahwa dominansi tersebar pada
banyak jenis. Berdasarkan hasil perhitungan, indeks dominansi pada kedua lokasi
penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks dominansi tergolong rendah yang
artinya jenis tumbuhan bawah pada kedua lokasi penelitian menyebar pada
banyak jenis.
Indeks kesamaan jenis (IS)
Indeks kesamaan jenis menggambarkan tingkat kesamaan antara beberapa
komunitas. Istomo dan Kusmana (1997) menyatakan bahwa jika nilai IS < 75%
maka dua komunitas yang dibandingkan dianggap berbeda dan jika nilai IS ≥ 75%
maka kedua komunitas yang dibandingkan dianggap sama. Nilai IS yang
diperoleh dari hasil perhitungan IS pada kedua tempat menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan komposisi tumbuhan bawah yang cukup signifikan. Perbedaan
struktur ini diduga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kondisi tanah, curah
hujan dan kelerengan.
Potensi jenis tumbuhan bawah sebagai cover crop
Cover crop adalah suatu tanaman yang tumbuh rapat yang ditanam untuk
melindungi dan memperbaiki tanah (Kementerian Kehutanan 2011). Tanaman
cover crop dapat berperan dalam menghambat dan mencegah erosi yang
berlangsung secara cepat. Cover crop dapat menghalangi jatuhnya air hujan secara
langsung, mengurangi kecepatan aliran permukaan, dan mendorong
perkembangan biota tanah yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
(Maisyaroh 2010).
Karakteristik cover crop untuk kegiatan revegetasi adalah mudah ditanam,
cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri atau fungi yang
menguntungkan, menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah
terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit
(Dariah et al. 2010).
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah menunjukkan bahwa tumbuhan
bawah yang paling cocok untuk dikembangkan sebagai cover crop adalah jenis
Calopogonium mucunoides karena jenis ini tidak bersifat invasif dan tersedia
dalam jumlah yang banyak di lahan bekas tambang silika. Selain jenis C.
mucunoides tumbuhan bawah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai cover crop
adalah jenis Centella asiatica, Gendarussa vulgaris, Phyllanthus urinaria,
Lindernia anagallis, Fimbristylis aphylla, Isachne globosa, Phyllanthus debilis,
Vigna trilobata, Cardiospermum halicacabum, Crotalaria retusa, Bacopa
procumbens, Lycopidium clavantum, Ischaemum timorense, Calopogonium
polytscyon, Ishaemum rugosum, Ischaemum ciliare. Jenis tersebut diduga dapat
menjadi cover crop karena tidak bersifat invasif, namun jumlah jenis tumbuhan
13
bawah tersebut hanya terdapat sedikit di lokasi penelitian, diduga karena jenis –
jenis tumbuhan bawah yang invasif mempengaruhi keberadaan jenis tersebut.
Jenis Tumbuhan bawah Eleusine indica, Imperata cylindrica, Paspalum
conjugatum, Paspalum cartilagineum, Ageratum conyzoides, Cyperus rotundus,
Mimosa pudica memiliki nilai INP >10% tetapi diduga kurang cocok untuk
dikembangkan menjadi cover crop karena jenis – jenis tersebut tergolong jenis
invasif (SEAMEO BIOTROP 2008).
Analisis sifat fisika tanah
Tanah bertekstur klei memiliki kemampuan memegang air yang lebih besar
dibandingkan tanah bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan
adsorptifnya, semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan
airnya (Haridjaja et al. 2013). Tanah bertekstur lempung dianggap sebagai tanah
yang mempunyai bahan organik tinggi dan optimal bagi pertumbuhan tanaman,
karena kapasitas tanah menahan air dan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah
berpasir, sedangkan drainase dan aerasenya lebih baik dibanding liat (Mahmud et
al. 2014).
Bulk density (BD) adalah ukuran masa tanah di dalam volume tanah yang
dinyatakan dalam g cm−3 (Subandiono et al. 2014). Semakin padat suatu tanah,
maka BD akan semakin tinggi, artinya tanah akan semakin sulit untuk
meneruskan air. Nilai BD tanah mineral umumnya berkisar antara 1.1 g cm−3 –
1.6 g cm−3 . Hasil analisis tanah terhadap BD menunjukkan bahwa nilai BD di
kedua tempat lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori rendah karena nilai BD
lebih kecil dari 0.90 g cm−3. Nilai BD tanah ini menunjukkan bahwa tanah pada
masing – masing lokasi penelitian terjadi ketidakstabilan struktur tanah akibat
penambangan dan terjadi pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat
dalam proses penambangan.
Particle density (PD) adalah nisbah antara bobot kering partikel padat tanah
terhadap volumenya. Volume ini tidak termasuk ruang pori yang terdapat diantara
partikelnya. Nilai PD dipengaruhi oleh komponen bahan mineral dan bahan
organik tanah. Nilai PD tanah mineral umumnya berkisar antara 2.60 g cm−3 –
2.70 g cm−3 (Puja 2008 dalam Ritonga 2015). Nilai PD tanah di lahan bekas
tambang silika lebih rendah dibandingkan dengan lahan bekas tambang kapur. Hal
ini diakibatkan oleh kandungan bahan organik yang berbeda. Menurut Ritonga
(2015) semakin tinggi bahan organik tanah maka nilai PD semakin kecil.
Ruang pori total (RPT) tanah merupakan bagian tanah yang ditempati air
dan udara. RPT di dalam tanah sangat erat kaitannya dengan BD, menurut
Subandiono et al. (2014). Peningkatan BD menyebabkan total RPT menurun.
Nilai RPT di lahan bekas tambang silika lebih tinggi dibandingkan dengan tanah
di lahan bekas tambang kapur, kondisi ini disebabkan oleh nilai BD yang rendah
di lahan bekas tambang silika. Kadar air di lahan bekas tambang kapur memiliki
kadar air lebih tinggi dibandingkan dengan lahan bekas tambang silika.
Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk meloloskan air pada tanah
dalam keadaan jenuh. Permeabilitas umumnya diukur dengan laju aliran air
melalui tanah dalam suatu waktu dan umumnya dinyatakan dalam cm jam-1
(Foth
1988 dalam Pratiwi 2014). Permeabilitas pada lahan bekas tambang kapur dan
silika secara berturut – turut tergolong agak cepat dan sedang. Kemampuan tanah
menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah bertekstur halus akan menahan
14
air lebih banyak dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar. Oleh karena itu,
tanah bertekstur pasir lebih mudah kekeringan sehingga mengganggu
pertumbuhan tanaman.
Analisis sifat kimia tanah
Hilangnya lapisan tanah atas merupakan indikasi buruknya tingkat
kesuburan tanah pada lahan bekas penambangan. Menurut Asir (2013), kendala
areal bekas penambangan bahan baku semen yang paling utama ditemukan adalah
tidak tersedianya unsur hara yang esensial seperti nitrogen, fosfor, toksisitas
mineral kemasaman tanah atau pH tanah yang tidak normal dapat terjadi rendah
atau sebaliknya.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH tanah. Nilai pH tanah sangat penting untuk menentukan mudah tidaknya
unsur-unsur hara diserap oleh tanaman serta menunjukkan kemungkinan adanya
unsur-unsur beracun pada tanah (Hardjowigeno 2010). Nilai pH tanah pada lahan
bekas tambang silika bersifat masam sedangkan nilai pH tanah pada lahan bekas
tambang kapur bersifat agak alkalis. Tanaman pada tanah masam tidak dapat
menyerap unsur P karena diikat oleh unsur Al begitu pula dengan tanah alkalis
tidak dapat menyerap unsur P karena diikat oleh unsur Ca. Nilai pH masam dapat
dinaikkan dengan cara menambahkan kapur kedalam tanah sedangkan pH tanah
alkalis dapat diturunkan dengan cara menambahkan belerang (Hardjowigeno
2010).
Kandungan C organik dan N total di masing – masing lokasi penelitian
tergolong sangat rendah, sementara nisbah C/N tergolong rendah dan sedang.
Menurut Larson dan Pierce (1994) dalam Subandiono et al. (2014) bahan organik
memegang peranan yang penting terhadap kualitas tanah, penurunan C organik
mengindikasikan penurunan kualitas tanah. Bahan organik memengaruhi
kemampuan tanah memegang dan menyediakan hara dan air bagi tanaman,
mendorong dan mempertahankan pertumbuhan akar, menciptakan habitat yang
sesuai untuk biotik dan menahan degradasi.
Kadar P tersedia adalah P tanah yang dapat larut dalam air dan asam nitrat.
Nilai pH tanah dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk
membandingkan hasil uji P. Metode Olsen biasanya digunakan untuk tanah yang
memiliki pH lebih besar dari 5.5, sedangkan metode Bray biasanya digunakan
untuk tanah yang memiliki pH lebih kecil dari 5.5 (Umaternate et al. 2014).
Berdasarkan penilaian sifat kimia tanah (Eviati dan Sulaeman 2009), kandungan P
di lahan bekas tambang silika dan kapur berturut-turut tergolong kedalam kriteria
rendah dan sangat rendah. Rendahnya nilai P di lahan bekas tambang silika diduga
dipengaruhi oleh nilai pH tanah yang tergolong masam, sedangkan rendahnya
nilai P pada lahan bekas tambang kapur dipengaruhi oleh pH tanah yang tergolong
alkalis. Unsur P yang rendah dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
terhambat karena pembelahan sel terganggu.
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah, sebab tanah tidak akan mampu
menyerap dan menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman apabila
memiliki KTK yang rendah (Hardjowigeno 2003). Hasil analisis sifat kimia tanah
pada KTK di lahan bekas tambang silika termasuk kedalam kriteria rendah
sedangkan pada lahan bekas tambang kapur termasuk kedalam kriteria sedang.
15
Menurut Setiadi (2012) dalam Oktavia et al. (2014), rendahnya nilai KTK akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stagnan bagi tanaman. Besarnya nilai KTK
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah kandungan klei, bahan
organik dan pH tanah (Oktavia et al. 2014).
Kandungan Ca di lahan bekas tambang silika tergolong rendah, sementara
kadar Ca di lahan bekas tambang kapur tergolong sangat tinggi. Kondisi ini
dipengaruhi oleh bahan induk pada tanah tersebut, di lahan bekas tambang kapur
memiliki kadar Ca yang sangat tinggi karena tanah tersebut memiliki bahan induk
kapur. Kandungan unsur Mg, K dan Na di masing-masing lokasi penelitian
tergolong sedang hingga rendah, bahkan untuk unsur Na di lahan bekas tambang
silika berada dalam keadaan sedikit sekali dalam tanah sehingga nilainya nol.
Ketersediaan unsur hara makro (Ca, Mg, K dan Na) dalam jumlah sedikit didalam
tanah dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh dengan normal.
Kondisi Kejenuhan Basa (KB) pada lahan bekas tambang silika termasuk ke
dalam kategori rendah. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Pudjiharta et al.
(2007), dimana kejenuhan basa di lahan bekas tambang silika tergolong rendah
karena nilai pH di lahan tersebut tergolong masam. Hal ini didukung oleh Wilson
et al. (2015) yang menyatakan KB berhubungan linier terhadap pH tanah, apabila
pH rendah maka kejenuhan basa akan rendah. Kondisi KB pada lahan bekas
tambang kapur termasuk sangat tinggi, hal ini diduga karena kandungan bahan
induk kapur yang terdapat di lahan tersebut sehingga kejenuhan basa tergolong
tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jumlah total jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada masing – masing
lokasi penelitian di PT Holcim Indonesia Tbk adalah sebanyak 51 jenis dari 24
famili, yang tersebar pada lahan bekas tambang kapur sebanyak 31 jenis dan lahan
bekas tambang silika 22 jenis. Tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
pada masing – masing lokasi penelitian tergolong sedang. Jenis yang memiliki
INP tertinggi pada lahan bekas tambang silika dan kapur adalah jenis Imperata
cylindrica dan jenis Eulesine indica. Tumbuhan bawah yang cocok
dikembangkan sebagai cover crop adalah jenis Calopogonium mucunoides.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik jenis – jenis tumbuhan
bawah untuk digunakan sebagai cover crop serta perlu adanya penelitian teknis
budi daya (silvikultur) tumbuhan bawah yang berpotensi dijadikan sebagai cover
crop.
16
DAFTAR PUSTAKA
[Kementerian Kehutanan]. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik
Indonesia Nomor: P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan.
Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.
[SEAMEO BIOTROP] Southeast Asian Regional for Tropical Biology. 2008.
Invasive Alien Species Database. [internet]. [diunduh pada 25 Juni 2016].
Tersedia pada : http://www.biotrop.org/database.
Arafat NI. 2015. Pertumbuhan Desmodium heterophyllum (Willd.) DC. Sebagai
tanaman penutup tanah di lahan bekas tambang silika [skripsi]. Bogor:
Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Asir LO. 2013. Alternatif teknik rehabilitasi lahan terdegradasi pada lahan bekas
galian industri. J. Balai Penelitian Kehutanan Manado. 1 (1): 9-17.
Dariah A, Abdurachman A, Subardja D. 2010. Reklamasi lahan eks
penambangan untuk perluasan areal pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan. 4
(1): 1-12.
Darwo. 2003. Respon pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. DA, Acacia
crassicarpa, A. Cunn. Ex. Benth. Terhadap penggunaan endomikoriza, pupuk
kompos dan asam humat pada lahan pasca penambangan semen [tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Eviati, Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor
(ID): Balai Penelitian Tanah.
Gustiani A. 2015. Pola penyebaran jenis kapasan kuning (Thespesia lampas Dalz
and Gibs) di savana bekol Taman Nasional Baluran [skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Hardjowigeno S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID):
Akademika Pressindo.
Haridjaja O, Baskoro DPT, Setianingsih M. 2013. Perbedaan nilai kadar air
kapasitas lapang berdasarkan metode alhricks, drainase bebas, dan pressure
plate pada berbagai tekstur tanah dan hubungannya denngan pertumbuhan
bunga matahari (Helianthus annus L.). J.Tanah dan Lingkungan. 15 (2): 52 –
59.
Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WG. 2013. Keanekaragaman jenis tumbuhan
bawah pada tegakan sengon buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan
trembesi (Samanea saman Merr.) di lahan pasca tambang batubara PT
Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur
Tropika. 04 (01):6 – 10.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara
Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi
Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Kunarso A, Azwar F. 2012. Keragaman jenis tumbuhan bawah pada berbagai
tegakan hutan tanaman di Bekanat Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman. 10 (2):85 – 98.
Magguran. 2004. Measuring Biological Diversity. Oxford (UK): Blackwell
Science Ltd.
17
Mahmud, Wardah, Toknok B. 2014. Sifat fisik tanah di bawah tegakan mangrove
di Desa Tumpapa Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. J. Warta
Rimba. 2 (1):129 – 135.
Maisyaroh W. 2010. Struktur komunitas tumbuhan penutup tanah di taman hutan
raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. 1
(1): 1-9.
Oktavia D, Setiadi Y, Hilwan I. 2014. Sifat fisika dan kimia tanah di hutan
kerangan dan lahan pasca tambang timah Kabupaten Belitung Timur. Jurnal
Silvikultur Tropika. 05 (3):149 – 154.
Pratiwi EF. 2014. Karakteristik fisika tanah pada beberapa penggunaan lahan di
tanah latosol darmaga dan podsolik jasinga [skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pudjiharta A, Santoso E, Turjaman M. 2007. Reklamasi lahan terdegradasi
dengan revegetasi pada bekas tambang bahan baku semen. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam. IV (3):223 – 238.
Ritonga IWS. 2015. Pengaruh konversi lahan hutan terhadap sifat fisika tanah
(studi kasus : Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Bogor) [skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Subandiono RE, Suryani E, Subardja D. 2014. Sifat – sifat tanah pada lahan
potensial untuk pengembangan pertanian di Provinsi Jambi dan implikasi
pengelolaannya. J. Tanah dan Iklim. 36(1):1 – 51.
Umaternate GR, Abidjuju J, Wuntu AD. 2014. Uji metode olsen dan bray dalam
menganalisis kandungan fofat tersedia pada tanah sawah di Desa Konarom
Barat Kecamatan Dumoga Utara. Jurnal Mipa UNSTRAT. 3(1):6 – 11.
Wilson, Supriadi, Guchi H. 2015. Evaluasi sifat kimia tanah pada lahan kopi di
Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3(2): 642 –
648.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi tumbuhan bawah pada lokasi penelitian yang berpotensi
sebagai cover crop
No Nama Jenis Deskripsi
1 Mimosa
pudica
Akar tunggang, batang berbentuk segi empat dengan duri
menempel tumbuh rapat tiap sisinya dan berwarna coklat
kemerahan. Daun majemuk menyirip genap, bentuk anak daun
berbentuk lonjong atau bulat telur, dengan warna hijau dan
tepinya merah keunguan, sensitif terhadap sentuhan. Memiliki
bungayang keluar dari ketiak daun tergolong bunga majemuk
dengan warnamahkota merah muda atau merah keunguan.
Bentuk bunga majemukmembulat dengan tangkai yang cukup
panjang. Buah polong mengelompok pada tangkai karangan
bunga dan berambut kasar atau berduri.
2 Eulesine
indica
Terna tumbuhan, berserat kuat. Memiliki akar tungang, bentuk
batang sangat pipih, bergaris longitudinal, mengkilap, bercabang
dan sangat kuat. Pada pangkal daun terdapat rambut-rambut
kasar berwarna putih. Daun distichous, memiliki bunga tegak
berbentuk bulir yang tersusun di ujung dengan buliran yang rata
dan licin.
3 Ageratum
conyzoides
Terna tahunan, memiliki akar serabut, batang bulat dengan
banyak cabang memiliki batang berwarna cokelat keunguan.
Daun berwarna hijau dan berbentuk lonjong dengan tepi
bergerigi, permukaan daunya berambut halus, daun tunggal
bertangkai yang letaknya bersilang berhadapan. Memiliki bunga
berupa bonggol yang terletak di ujung batang. Bunga majemuk,
dengan mahkota bunga berwarna putih atau putih keunguan.
4 Mikania
micrantha
Tumbuhan herba tahunan, batang tumbuh menjalar berwarna
hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Panjang batang dapat mencapai 3-6 m. Pada tiap ruas terdapat
dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru dan bunga.
Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati dengan panjang
daun 4-13 cm dan lebar daun 2-9 cm. Permukaan daun
menyerupai mangkok dengan tepi daun bergerigi, bunga
berwarna putih, berukuran kecil dengan panjang 4-6 mm, dan
tumbuh dari ketiak daun atau pada ujung tunas, biji dihasilkan
dalam jumlah besar, berwarna coklat kehitaman dengan panjang
2 mm.
19
Lampiran 1 Deskripsi tumbuhan bawah pada lokasi penelitian yang berpotensi
sebagai cover crop
No Nama Jenis Deskripsi
5 Bidens pilosa Tanaman herba tahunan, tinggi bisa mencapai 1 m, tangkai
berbentuk persegi empat. Seringkali bercabang banyak, tegak
lurus, sedikit berbau harum. Daun berhadapan, daun bagian
bawah berbentuk bulat telur dengan ujung lancip, daun bagian
atas berbentuk lansat berujung runcing. Bunga bertangkai
panjang, mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna
kuning, banyak tumbuh ditempat teduh dan basah. Bunga pita
berjumlah 4-6 mahkota berwarna kuning yang merupakan
hemaprodit serta menyatu dengan buah keras dibawahnya dan
bunga tabung yang begitu banyak keluar dari tengah bunga pita
dengan kepala sari menjulur keluar berwarna kecoklatan dan
putik yang bagian tepinya bergerigi. Tidak memiliki pappus.
6 Imperata
cylindrica
Tumbuh berumpun, tunas batang tidak akan tumbuh memanjang
hingga menjelang berbunga. Batang berwarna keunguan.
Rimpang tumbuh memanjang dan bercabang-cabang di tanah
pada kedalaman 0 - 20 cm. Rimpang berwarna keputihan dengan
panajang mencapai 1 m. Berakar serabut yang tumbuh dari
pangkal batang dan ruas-ruas pada rimpang. daun tumbuh tegak
berbentuk garis-garis yang menyempit ke bagian pangkal.
panjang daun 12-80 cm dengan lebar 5-18 mm. Tulang daun
berbentuk lebar dan berwarna agak pucat. tepi daun bergerigi
halus dan terasa kasar.
7 Paspalum
conjugatum
Helai daun berbentuk pita, dengan ujung yang runcing dan
berbulu di sepanjang tepi dan permukaannya. Bentuk batang
agak pipih, tidak berbulu, berwarna hijau bercorak ungu. Akar
berbentuk serabut putih hingga kekuning-kuningan. Selain itu,
akar berbentuk seperti benang serta tidak memiliki ruas-ruas.
memiliki bunga bercabang dua dan terdapat di ujung batang
8 Paspalum
cartilagineum
Batang berbentuk bulat, permukaan batang licin dan berwarna
kehijauan. Panjang batang 71 cm. Jenis daun adalah daun
tunggal berwarna hijau dan berbentuk pita. Permukaan daun
kasap. Pangkal daun membulat dan ujung daun meruncing.
Ukuran panjang daun 6 cm. Sistem perakaran serabut dan
berwarna coklat. Panjang akar 3 cm. bunga majemuk berupa
bulir. Terdapat 3 tangkai bunga majemuk pada ujung batang.
Dimana bulir hanya tersusun pada satu sisi tangkai.
9 Calopogonium
muconoides
Leguminose yang bersifat memanjang dan merambat di atas
tanah. Batang seolah terbagi ke dalam dua bagian, bagian bawah
menjalar sedangkan bagian atas memanjang. Berdaun tiga pada
setiap tangkai, helai daun berbentuk oval ditutupi bulu-bulu
halus coklat keemasan di kedua permukaannya, berbunga kupu-
kupu tersusun seperti tandan berwarna kuning kecoklatan dan
tertutup bulu-bulu lebat.
20
Lampiran 1 Deskripsi tumbuhan bawah pada lokasi penelitian yang berpotensi
sebagai cover crop
No Nama Jenis Deskripsi
10 Pennisetum
polystachyon
Batang berbentuk silindris, permukaan batang licin dan berwarna
hijau. Panjang patang 14 cm. Jenis daun adalah tunggal berwarna
hijau dan berbentuk pita. Permukaan daun licin. Ukuran daun 5.5
cm-7 cm. Sistem perakaran serabut dan
berwarna coklat
11 Panicum
paludosum
Batang berbentuk silindris bulat, permukaan batang licin dan
berwarna kehijauan. Panjang batang 71.5 cm. Jenis daun adalah
daun tunggal berwarna hijau dan berbentuk pita. Permukaan
daun kasap. Pangkal daun membulat dan ujung daun meruncing.
Ukuran daun 18.3 cm x 0.5 cm. Sistem perakaran serabut dan
berwarna coklat. Bunganya adalah bunga majemuk yang berupa
malai panjangnya 10 cm
12 Mimosa invisa Tumbuh menjalar dan bercabang. Daun majemuk, panjang anak
daun 3-8 mm, lebar 1-1.5 mm, tepi daun rata, ujung daun
runcing, warna hijau dan sedikit sensitif terhadap sentuhan.
Panjang bunga 5 mm, berjumlah satu sampai tiga, benang sari 8,
mahkota berbentuk tabung dan berwarna ungu. Bunga berbentuk
polong, berambut dengan panjang 1.5 - 5 cm dan lebar 5 mm.
13 Cyperus
rotundus
Rimpang yang sudah tua memiliki banyak tunas yang menjadi
umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan
dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa
rumpun. pada batang rumput teki ini memiliki ketinggian
mencapai 10 sampai 75 cm. daun berbentuk pita, berwarna
mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal
batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup
tanah. bunga berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai
dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih,
membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu
berupa payung. buahnya berbentuk kerucut besar pada
pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan
panjang 1.5 – 4.5 cm dengan diameter 5 - 10 mm. bijinya
berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang
digunakan untuk proses penyerbukan
21
Lampiran 2 Jenis – jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP lebih besar dari 10%
Ageratum conyzoides
Bidens pilosa
Cyperus rotundus
Eleusine indica
Imperata cylincdrica
Paspalum cartilagineum
Paspalum conjugatum
Calopogonium mucunoides
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 6 Agustus 1993,
dari pasangan Mimin Aminah dan Herman. Penulis merupakan anak pertama dari
dua bersaudara. Penulis lulus dari SMAN 1 Jatiwangi pada tahun 2012, dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SNMPTN
Undangan IPB dan diterima di Mayor Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Selama masa perkuliahan penulis aktif di beberapa organisasi seperti Bicara
Desa (2012 – 2013) sebagai anggota, Paguyuban Bidikmisi IPB (2013 – 2014)
sebagai anggota, BEM KM IPB Kabinet Rumah Kita (2015-2016) sebagai
anggota Kementerian Kesejahteraan Mahasiswa, dan Media Edukasi Petani Cilik
(METALIC) IPB (2015 – 2016) sebagai sekretaris. Penulis juga aktif dalam
kepanitiaan seperti panitia seleksi beasiswa Bidikmisi IPB (2013 – 2015), tim
visitasi mahasiswa Bidikmisi IPB (2014 – 2015), BELANTARA (2014), dialog
rektor IPB (2015), forum OMDA IPB (2015), seleksi beasiswa Ikatan Alumni IPB
(2015), dan seleksi beasiswa IPB Speech Out (2015). Penulis pernah menjadi
koordinator peneliti pada penelitian Keberdayaan Konsumen dari Kementerian
dan Perdagangan RI (2016), dan enumerator tracer study IPB dari CDA IPB
(2015-2016). Penulis menjadi juara II pada lomba business plan tingkat TPB IPB
2013, juara II film dokumenter Bidikmisi IPB 2014, 10 terbaik cerita inspiratif
Bidikmisi IPB dan Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat
Nasional didanai DIKTI 2015.
Penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) 2014
di Sancang Barat dan Talaga Bodas, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) 2015 di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, magang mandiri 2015 di Hutan Pendidikan
Gunung Walat Sukabumi dan Praktek Kerja Profesi (PKP) 2016 di PT Bina Silva
Nusa Kalimantan Barat.
Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah di Lahan Bekas
Tambang Silika dan Kapur PT Holcim Indonesia Tbk., Jawa Barat”
top related