KARYA TULIS ILMIAH LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN …repo.stikesperintis.ac.id/138/1/16 RESI ANGGARA.pdf · LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADATn.A DENGAN STROKE HEMORAGIKDI NEOROLOGI
Post on 26-Oct-2020
7 Views
Preview:
Transcript
7
KARYA TULIS ILMIAH
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADATn.A DENGAN STROKE
HEMORAGIKDI NEOROLOGI RSUDDR.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2018
OLEH :
RESI ANGGARA
NIM :1514401016
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN STROKE
HEMORAGIK DI NEOROLOGI RSUD DR.ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI
8
TAHUN 2018
LAPORAN STUDI KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang
OLEH :
RESI ANGGARA
NIM : 1514401016
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERINTIS PADANG
TAHUN 2018
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Laporan Studi Kasus, Juli 2018
Mahasiswa D III Keperawatan
RESI ANGGARA1
9
Email : 1ranggara993@gmail.com
Dosen S1 Keperawatan STIKes Perintis Padang
LISA MUSTIKA SARI2
Email : 2chailchalms3@gamil.com
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Degan Stroke Hemoragik Di Ruang Rawat
Neorologi RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018
V + V BAB + 84 Halaman + 2 Gambar + 9 Tabel + 3 Lampiaran
ABSTRAK
Stroke (Cerebrovasculer Accident/ CVA) merupkan penyakit yang menyerang siapapun
dengan kejadian yang sangat mendadak dan merupakan salh satu peneybeb kematian dan
kecactn neurologi utama di Indonesia selain penyakit jantung dan kanker. DSiperkirakan
prevalensi stroke dipopulasi sekitar 47 per 10.000 yang umumnya mengalami kecacata.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien dengan stroke mengalami ganguan cognitive
(33%), gangguan ekstremitas (30%) dan ganguan bicara (27%) (Tarwoto Edisi II). Dari
survey awal di RSUD Dr Ahmad Mochtar Bukittiinggi di dapatkan kejadian stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik dari januari 2018 sampai juni 2018 sebanyak 85 %.
Penyakit stroke non hemoragik merupakan penyakit dua terbanyak yang terdapat diruang
Neurologi RSUD Dr. Ahmt Mochtar Bukittinggi tahun 2018. Pada kasus Tn.A
mengalami stroke di usia 64 tahun dengan jenis kelamin laki-laki Pada saat pemeriksaan
Tn.A mengalami kelemahan pada ekstremitas sebelah kiri (tangan dan kaki), sedangkan
pada teoritis penderita stroke mengalami kelemahan sebagian anggota tubuh.Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 06 juni 2018 jam 09:00WIB diruangan rawatan
neurologi dengan keluhan keluarga mengatakan pasien sering mengeluh sakit
kepala,pundak terasa berat,tangan dan kaki terasa lemah dan berat.GCS:10 E:4 V:4 M:2.
Pada kasus Tn. A didapatkan diagnosa :Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan aliran darah ke otak terhambat. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
gangguan neuromuscular. Ketidak seimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient. Defisit perawatan
diri berhubungan dengan kelemahan.
Kata kunci : Stroke Hemoragik, Asuhan Keperawatan Stroke
Hemoragik, Gangguan perfusi jaringan serebral,
Gangguan mobilitas fisik
Daftar Pustaka : 9 (2011-2016)
HIGH SCHOOL OF PADANG POVERTY HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM D III NURSING
Scientific Writing, Case Study Report, July 2018
Student D III in Nursing
RESI ANGGARA1
Email: 1ranggara993@gmail.com
10
Lecturer in Nursing S1 Padang Pioneer STIKes
LISA MUSTIKA SARI2
Email: 2chailchalms3@gamil.com
Nursing Care At Tn. A With Hemorrhagic Stroke in the Neorology Room of
RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi in 2018
V + V CHAPTER + 84 Pages + 2 Images + 9 Tables + 3 Lampiaran
ABSTRAK
Stroke (Cerebrovasculer Accident / CVA) is a disease that attacks anyone with a very
sudden event and is one of the major causes of death and neurological death in Indonesia
in addition to heart disease and cancer. DS is estimated that the prevalence of stroke in
the population of around 47 per 10,000 which generally experience disability. The results
showed that patients with stroke had cognitive impairment (33%), extremity disorders
(30%) and speech disturbances (27%) (Tarwoto Edition II). From the initial survey at
RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittiinggi, the incidence of hemorrhagic stroke and non-
hemorrhagic stroke from January 2018 to June 2018 was 85%. Non-hemorrhagic stroke
is the second most common disease in the Dr. Neurology Hospital. Achmat Mochtar
Bukittinggi in 2018. In the case of Mr. An, he suffered a stroke at 64 years of age with
male sex. At the time of Mr. An's examination, he experienced weakness in the left
extremity (hands and feet), whereas theoretically stroke patients experienced weakness in
some members. body.At the time of assessment on 06 June 2018 at 09: 00WIB the
neurological room with family complaints said patients often complain of headaches,
shoulders feel heavy, hands and feet feels weak and heavy.GCS: 10 E: 4 V: 4 M : 2. In the
case of Mr. A diagnosis is obtained: Cerebral tissue perfusion disorders associated with
blood flow to the brain are inhibited. Impaired physical mobility is associated with
neuromuscular disorders. Insufficient nutritional imbalances from the body's needs are
related to the inability to absorb nutrients. Self-care deficits are related to weakness.
Keywords : Hemorrhagic Stroke, Nursing Care Hemorrhagic Stroke,
Cerebral tissue perfusion disorders, Impaired physical
mobility
Bibliography : 9 (2011-2016)
11
12
KATA PENGANTAR
13
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga Laporan Studi Kampus
denga judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. A dengan Stroke Hemoragik Di
Ruangan Neorologi RSUD. Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 “ ini
dapat disajikan dalam bentuk tulisan. Dalam penyusunan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, M.Kep, M.Biomed selaku Ketua STIKes.
2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku penanggung jawab Program Studi D III
Keperawatan STIKes Perintis Padang.
3. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
4. Bapak Ns. Muhammad Arif, M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
5. Ibu Ns. Reni Mulyanti, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus.
6. Bapak dan Ibu Staff Penagajar Program Studi D III Keperawatan STIKes
Perintis Padang yang telah banyak memberikan ilmu serta bimbingan yang
bermanfaat bagi penulis.
7. Teman-teman mahasiswa mahasiswi STIKes Perintis Prodi D III Keperawatan
yang telah memberi masukan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari kesempurnaan, hal ini
bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan
14
penulis.untuk itu penulis berharap tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
Akhir kata penulis mengharapkan agar laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi
kita semua, semoga allah SWT memberikan rahmad dan hidayah kepada kita
semua aminnnn
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bukittinggi , Juli
2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
15
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Dasar
...................................................................................................................
7
2.1.1. Pengertian
.......................................................................................................
7
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi
.......................................................................................................
8
2.1.3. Etiologi
.......................................................................................................
10
2.1.4. Manifestasi Klinis
.......................................................................................................
13
2.1.5. Patofisiologi dan WOC
.......................................................................................................
17
16
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
.......................................................................................................
22
2.1.7. Penatalaksanaan
.......................................................................................................
23
2.1.8. Komplikasi
.......................................................................................................
24
2.2.Asuhan Keperawatan
...................................................................................................................
26
2.2.1. Pengkajian
.......................................................................................................
26
2.2.2. Kemungkinan Diagnosa Muncul
.......................................................................................................
34
2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
.......................................................................................................
35
2.2.4. Implementasi
.......................................................................................................
40
2.2.5. Evaluasi
.......................................................................................................
40
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1.Pengkajian
...................................................................................................................
41
17
3.2.Diagnosa Keperawatan
...................................................................................................................
56
3.3.Intervensi keperawatan
...................................................................................................................
57
3.4.Implementasi
...................................................................................................................
57
3.5.Evaluasi
...................................................................................................................
61
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.Pengkajian
...................................................................................................................
74
4.2.Diagnosa Keperawatan
...................................................................................................................
76
4.3.Intervensi keperawatan
...................................................................................................................
77
4.4.Implementasi
...................................................................................................................
78
4.5.Evaluasi
...................................................................................................................
80
BAB V PENUTUP
18
5.1.Kesimpulan
...................................................................................................................
82
5.2.Saran
...................................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Otak .................................................................................... 8
Gambar 2.2 Circle Willis ...................................................................................... 19
19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1Manifestasi Klinis Teori......................................................................... 16
Tabel 2.2 Perbedaan PIS dan PSA ........................................................................ 16
Tabel 2.3 Pemeriksaan Reflek............................................................................... 32
Tabel 2.4 Fungsi Saraf ......................................................................................... 33
Tabel 2.5 Intervensi Teori ..................................................................................... 35
20
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Konsul Bimbingan Revisi ........................................................................
Lembar Konsul Bimbingan ...................................................................................
Daftar Hadir Ujian Pengamatan Kasus .................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Stroke (Cerebrovasculer Accident/ CVA) merupkan penyakit yang
menyerang siapapun dengan kejadian yang sangat mendadak dan
merupakan salh satu peneybeb kematian dan kecactn neurologi utama di
Indonesia selain penyakit jantung dan kanker. DSiperkirakan prevalensi
stroke dipopulasi sekitar 47 per 10.000 yang umumnya mengalami
kecacata. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien dengan stroke
mengalami ganguan cognitive (33%), gangguan ekstremitas (30%) dan
ganguan bicara (27%) (Tarwoto Edisi II).
Stroke atau cerebrovaskular disease menurut WHO adalah tanda-tanda
klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokalatau
global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah diotak
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih.
Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari berapa kategori, diantaranya:
22
berdasrkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam dua
type yaitu: iskemik stroke ( infark / non hemoragik ) dan Stroke
Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya ( Arifianto, 2014).
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari gejala hilangnya fungsi system
saraf pusat fokal ( global ) yang berkembang cepat (dalam detik atau
menit). Gejala- gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematian. Penyebab tersering terjadinya stroke adalah penyakit
degenerative arterial, baik aterosklerosis pada pembuluh darabesar (dengan
trombo emboli) maupun penyakit pembuluh daraah kecil (hipohialinosis).
Kemungkinan berkembangnya penyakit degenerative arteri yang signifikan
meningkat pada beberapa factor resiko vaskuler, salahsatunya adalah
hipertensi (Hasmono,2013).
Stroke dapat dibagi berdasarkan penyebabnya yait stroke hemoragik dan
iskemik. Stroke hemoragik terjadi akibat perdarahan atau rusaknya
pembuluh darah otak. Sedangkan stroke iskemik terjadi akibat suplai darah
keotak terhambat atau terhenti. Stroke iskemik adalah tipeyang paling
sering ditemukan, 85% dari seluruh kasus stroke. Sedangkan stroke
hemoragik mencakup 15% dari seluruh kasus stroke ( Liliswanti, 2015)
Factor resiko stroke terbagi menjadi factor resiko yang dapat di modifikasi
yaitu : hipertensi, merokok, diabetes, obesitas. Factor resiko yang tidak
dapat di modifikasi yaitu: usia , jenis kelamin, BBLR dan genetic ( Human
, 2015).
23
Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi ( Go dkk, 2014 ).
Menurut data dari WHO , 15 juta orang menderita stroke seiap tahunya,
5,5 juta diantaranya meninggal, 10 juta lainya mengalami kecacataan
permanen. Di Indonesia stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan
utama pada semua umur dengan prefalensi sebanyak 500 ribu jiwa setiap
tahun. Dari jumalah itu, sekitar 250 ribu orang meninggal dunia , dann
sisanya cacat ringan maupun berat ( Lefrinadan Yeni, 2010 ). Diperkirakan
angka ini akan terus meningkat, mengingat gaya hidup yang terus serba
mudah, usia seseorang meningkat, kemiskinan, dan aksen pelayanan
kesehatang yang kurang memuaskan. Apabila angka kematian, kesakitan
dan kecacatan ini terus meningkat maka akan berpengaruh terhadap
produktifitas kerja dan meningkatnya biaya pengobatan (WHO,2013).
Sumatera barat dalam prevalensi penyakit stroke iskemik menepati urutan
keenam dari 33 provinsi setelah Provinsi NAD, Kepri, Gorontalo, DKI
Jakarta, NTB dengan persentase 10,6%. Menurut data BPS Kota Padang
tahun 2011, stroke adalah penyebab kematian kelima di kota Padang
dengan pesentase 8% setelah penyakit ketuaan /lansia, DM, Hipertensi,
Jantung (Badan Pusat Statistik [BPS], 2011)
Dari survey awal di RSUD Dr Ahmad Mochtar Bukittiinggi di dapatkan
kejadian stroke hemoragik dan stroke non hemoragik dari januari 2018
sampai juni 2018 sebanyak 85 %. Penyakit stroke non hemoragik
merupakan penyakit dua terbanyak yang terdapat diruang Neurologi
RSUD Dr. Ahmt Mochtar Bukittinggi tahun 2018.
24
Selama perawatan pasien stroke mengalami berbagai masalah
keperawatan, sehingga membutuhkan proses keperawatan, proses
keperawatan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, mencegah, dan
mengatasi masalah keperawatan yang dialami pasien baik masalah
keperawatan actual maupun potensial untuk meningkatkan kesehatan,
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sangat mempengaruhi
kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan
menerapkan berbagai peran perawat, selama berpraktek penulis
menjalankan peran perawat sebagai perawat klinis educator dan pemberi
asuhan keperawatan , sehingga dapat membantu pasien yang mengalami
masalah fisik maupun psikologis yang membutuhkan perawatan lebih
lanjut.
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul
penderita stroke iskemik dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada
pasien dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut mahasiwa
mengambil kasus tersebut sebagai penyusun karya tulis DIII keperawatan
dengan mengambil judul “Bukittinggi Asuhan Kperawatan Pada Tn. A
Dengan Stroke Iskemik di Ruangan Neurologi RSUD Dr. Ahmat Mochtar
Tahun 2017.
1.5 Tujuan
1.5.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Tn.A dengan stroke hemoragik di ruangan RSAM Bukittinggi.
25
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit stroke
hemoragik
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap Tn.A
dengan stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD
Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi.
3. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan pada
Tn.A dengan stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi 2018.
4. Mahasiwa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada
Tn.A dengan stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi 2018.
5. Mahasiswa ampu melakukan implementasi keperawatan pada
pasien stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi 2018.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.A
dengan stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi 2018.
7. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian keperawatan
pada stroke hemoragik di ruangan Neurologi RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi 2018.
1.6 Manfaat
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
26
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif, kolaborasi dengan disiplin ilmu
kesehatan lainya serta memlibatkan keluarga dalam merawat pasien
stroke.
2. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga pasien mengetahui penyakit dan perawatan stroke
hemoragik dan dapat mencegah terjadinya stroke berulang.
3. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi
mahasiswa dalam memberikan dan menyusun Asuhan keperawatan
pada pasien Stroke Hemoragik, dan sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
27
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3.6.Konsep Dasar
3.6.1. Pengertian
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, non convulsive yang disebabkan karna
gangguan peredaran darah otak non traumatic.
Stroke merupakan syndrome klinis dengan gejala gangguan fungsi otak
secara vocal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari
24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak (
WHO ). Stroke terjadi ketika aliran darah pada lokasi tertentu diotak
terganggu sehingga suplai oksigen juga terganggu . lokasi pada daerah
yang kekurangan oksigen menjadi rusak dan menimbulkan gejala. Tipe
dan beratnya deficit neorologi mempunyai gejala- gejala yang berfariasi
tergantung dari bagian-bagian otak yang terkena (Tarwoto Edisi II).
Stroke hemoragik disebabkan oleh pendarahan kedalam jaringan otak
(disebut hemoragik intreaserebrum/ hematom intraserebrum) atau
kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruangan sempit antra permukaan otak
dan lapisan jaringan yang menutupi otak (hemragik subaraknoid). Ini
adalah jenis stroke yang paling mematikan, tetapi hanya menyusun
sebagian kecil dari strok total : 10- 15% untuk perdarahan intraserebrum
dan sekitar 5% untuk pendarahan subaraknoid (Stroke,Valery
Feigin,2006).
28
Berdasarkan penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke
hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah di otak yang menyebabkan kelemahan sebagian anggota tubuh,
yang jika terlambat penangananya akan menyebabkan kematian otak.
3.6.2. Anatomi dan Fisiologi
Gamabar.2.1. Anatomi Otak
1) Perdarahan intra serebral (PIS)
Perdarahan Intra Serebral diakibatkan oleh pecahnya pembuluh
darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan
kemudian masuk ke dalam jaringan otak (Junaidi, 2011). Penyebab
PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi
29
kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah
terjadinya mikroaneurisma. Faktor pencetus lain adalah stress fisik,
emosi, peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60-70% PIS disebabkan oleh
hipertensi. Penyebab lainnya adalah deformitas pembuluh darah
bawaan, kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal,
terutama apabila perdarahannya luas (masif) (Junaidi, 2011).
2) Perdarahan ekstra serebral / perdarahan sub arachnoid (PSA).
Perdarahan sub arachnoid adalah masuknya darah ke ruang
subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarachnoid
sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari rongga subarachnoid
itu sendiri (perdarahan subarachnoid primer) (Junaidi, 2011)
Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah robeknya
aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA
berupa aneurisma sakuler congenital, angioma (6-20%), gangguan
koagulasi (iatronik/obat anti koagulan), kelainan hematologic
(misalnya trombositopenia,leukemia, anemia aplastik), tumor,
infeksi (missal vaskulitis, sifilis, ensefalitis, herpes simpleks,
mikosis, TBC), idiopatik atau tidak diketahui (25%), serta trauma
kepala (Junaidi, 2011) Sebagian kasus PSA terjadi tanpa sebab dari
luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stress mental dan fisik.
Kegiatan fisik yang menosnjol seperti : mengangkat beban,
menekuk, batuk atau bersin yang terlalu keras, mengejan dan
hubungan intim (koitus) kadang bisa jadi penyebab (Junaidi, 2011).
30
3.6.3. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke
hemoragik) disebabkan oleh arteri yang mensuplai darah ke otak pecah.
Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau
oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan
tekanan lainnya, seperti mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan
sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya karena arteri tersebut
berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri
yang lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011). Selain hal-hal yang
disebutkan diatas, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan stroke
(Tarwoto Edisi II) diantaranya :
1) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
a) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya
stroke. Hipertensi mengakibatkan adanya gangguan aliran
darah yang mana diameter pembuluh darah akan mengecil
sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang. Dengan
pengurangan aliran darah ke otak, maka otak kekurangan suplai
oksigen dan glukosa, lama- kelamaan jaringan otak akan mati.
b) Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian
otot jantung) menjadi factor terbesar terjadinya stroke. Jantung
merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat pengaturan
31
mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi
terganggu, termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan aliran
darah itu dapat mematikan jaringan otak secara mendadak
ataupun bertahap.
c) Diabetes mellitus
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya
lebih kaku atau tidak lentur. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan atau oenurunan kadar glukosa darah secara tiba-
tiba sehingga dapat menyebabkan kematian otak.
d) Hiperkolesterlemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol
dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan
terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi seperti ini
lama-kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran
darah ke otak.
e) Obesitas
Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu
faktor terjadinya stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar
kolesterol dalam darah. Pada orang dengan obesitas, biasanya
kadar LDL (Low- Density Lipoprotein) lebih tinggi disbanding
kadar HDL (High- Density Lipoprotein). Untuk standar
Indonesia,seseorang dikatakan obes jika indeks massa tubuhnya
melebihi 25 kg/m. sebenarnya ada dua jenis obesitas atau
kegemukan yaitu obesitas abdominal dan obesitas perifer.
32
Obesitas abdominal ditandai dengan lingkar pinggang lebih
dari 102 cm bagi pria dan 88 cm bagi wanita.
f) Merokok
Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang
merokok mempunyai kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi
dibanding orang-orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar
fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh
darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku.
Karena pembuluh darah menjadi sempit dan kaku, maka dapat
menyebabkan gangguan aliran darah.
2) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Usia
Semakin bertambahnya usia, semakin besar resiko terjadinya
stroke. Hal ini terkait dengan degenerasi (penuaan) yang terjadi
secara alamiah. Pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah
lebih kaku karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak
yang berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah
ke tubuh, termasuk otak.
b) Jenis kelamin
Dibanding dengan perempuan, laki-laki cenderung beresiko
lebih besar mengalami stroke. Ini terkait bahwa laki-laki
cenderung merokok. Bahaya terbesar dari rokok adalah
merusak lapisan pembuluh darah pada tubuh
33
c) Riwayat keluarga
Jika salah satu anggota keluarga menderita stroke, maka
kemungkinan dari keturunan keluarga tersebut dapat
mengalami stroke. Orang dengan riwayat stroke pada keluarga
memiliki resiko lebih besar untuk terkena stroke disbanding
dengan orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
d) Perbedaan ras
Fakta terbaru menunjukkan bahwa stroke pada orang Afrika-
Karibia sekitar dua kali lebih tinggi daripada orang non-
Karibia. Hal ini dimungkinkan karena tekanan darah tinggi dan
diabetes lebih sering terjadi pada orang afrika-karibia daripada
orang non-Afrika Karibia. Hal ini dipengaruhi juga oleh factor
genetic dan faktor lingkungan
3.6.4. Manifestasi Klinis
Menurut (Tarwoto Edisi II) , manifestasi klinis stroke tergantung dari
sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan
adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau
hemiplegia (paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik di
korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya
jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot
pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot vulenter
34
dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi
maupun fleksi.
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom
dan gangguan saraf sensorik.
c) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma),
terjadi akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan
batang otak atau terjadinya gangguan metabolik otak akibat
hipoksia.
d) Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara, termasuk
dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika
terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada
hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan
pada arteri middle sebelah kiri.
Afasia dibagi menjadi 3 yaitu:
(1) Afasia motorik
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca,
yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini
pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat
mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara.
(2) Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,
yang terletak pada lobus temporal. Pada afasia sensori pasien
35
tidak dapat menerima stimulasi pendengaran tetapi pasien
mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon
pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren.
(3) Afasia global
Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik
menerima maupun mengungkapkan pembicaraan.
e) Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga
ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat
memahami pembicaraan, menulis, mendengarkan maupun
membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial
sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien
juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
f) Gangguan penglihatan, diplopia.
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi
ganda, gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi
karena kerusakan pada lobus temporal atau parietal yang dapat
menghambat serat saraf optik pada korteks oksipital. Gangguan
penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf
cranial III, IV dan VI.
g) Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus
cranial IX. Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis
menutup kemudian makanan masuk ke esophagus.
36
h) Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
Table 2.1
Manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi pembuluh darah
Lokasi Syndrome
Arteri Karotis Interna
(ICA) Kelumpuhan pada tangan, kaki dan wajah
yang berlawanan dengan kerusakan otak.
Gangguan sensori pada kaki, wajah, dan
tangan yang berlawanan dengan kerusakan
otak.
Afasia, apraksia, agnosia
Middle Cerebral Arteri
(MCA)
Hemiplegi kontralateral .
Gangguan sensori kontralateral.
Afasia .
Anterior Cerebral Arteri
(ACA) Paralisis kontralateral
Gangguan berjalan
Kehilangan sensoris
Kerusakan kognitif
Inkontinensia urine
Arteri Vertebra Pusing
Nistagmus
Dispagia
Disatria
Nyeri pada muka, hidung, atau mata
Kelemahan pada wajah
Gangguan pergerakan
Arteri basiler Quadriplegia
Kelemahan otot wajah, lidah, dan faringeal
Sumber : (Tarwoto Edisi II 2013)
Table 2.2
perbedaan PIS dan PSA
Gejala dan tanda PIS PSA
Kelainan / defisit Hebat Ringan
Sakit kepala Hebat Sangan Hebat
Kaku kuduk Jarang Biasanya ada
Kesadaran Terganggu Terganggu sebentar
Hipertensi Selalu ada Biasanya tidak ada
Lemah sebelah tubuh Ada sejak awal Awalnya tak ada
LCS Erotrosit > 5000/mm3 Eritrosit . 25.000/mm3
Angiografi Shift ada Shift tidak ada
CT-Scan Area putih Kadang normal
Sumber: Junaidi, 2011
37
3.6.5. Patofisiologi dan WOC
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensisitif oksigen dan
glukosa karena jaringan otak tidak dapat menyimpan kelebihan oksigen
dan glukosa seperti halnya pada otot. Meskipun berat otak sekitar 2%
dari seluruh badan, namun menggunakan sekitar 25% suplay oksigen
dan 70%glukosa. Jika aliran darah ke otak terhambat maka akan terjadi
iskemia dan terjadi gangguan metabolism otak yang kemudian terjadi
gangguan perfusi serebral. Area otak disekitar yang mengalami
hipoperfusi disebut penumbra. Jika aliran darah ke otak terganggu, lebih
dari 30 detik pasien dapat mengalami tidak sadar dan dapat terjadi
kerusakan jaringan otak yang permanen jika aliran darah ke otak
terganggu lebih dari 4 menit.(Tarwoto Edisi II 2013)
Untuk mempertahankan aliran darah ke otak maka tubuh akan
melakukan dua mekanisme tubuh yaitu mekanisme anastomis dan
mekanisme autoregulasi. Mekanisme anastomis berhubungan dengan
suplai darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan glukosa.
Sedangkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan
mekanisme/usaha sendiri dalam menjaga keseimbangan.
Misalnya jika terjadi hipoksemia otak maka pembuluh darah otak akan
mengalami vasodilatasi . (Tarwoto Edisi II).
1) Mekanisme anastomis
Otak diperdarahi melalui 2 arteri karotis dan 2 arteri vertebralis.
38
a) Arteri Karotis
Arteri karotis terbagi manejadi karotis interna dan karotis eksterna.
Karotis interna memperdarahi langsung ke dalam otak dan
bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum menjadi arteri serebri
anterior dan media. Karotis eksterna memperdarahi wajah, lidah
dna faring, meningens.
b) Arteri Vertebralis
Arteri vertebralis berasal dari arteri subclavia. Arteri vertebralis
mencapai dasar tengkorak melalui jalan tembus dari tulang yang
dibentuk oleh prosesus tranverse dari vertebra servikal mulai dari c6
sampai dengan c1. Masuk ke ruang cranial melalui foramen
magnum, dimana arteri-arteri vertebra bergabung menjadi arteri
basilar. Arteri basilar bercabang menjadi 2 arteri serebral posterior
yang memenuhi kebutuhan permukaan medial dan inferior arteri
baik bagian lateral lobus temporal dan occipital. Meskipun arteri
karotis interna dan vertebrabasilaris merupakan 2 sistem arteri yang
terpisah yang mengaliran darah ke otak, tapi ke duanya disatukan
oleh pembuluh dan anastomosis yang membentuk sirkulasi wilisi.
Arteri serebri posterior dihubungkan dengan arteri serebri media
dan arteri serebri anterior dihubungkan oleh arteri komunikan
anterior sehingga terbentuk lingkaran yang lengkap. Normalnya
aliran darah dalam arteri komunikans hanyalah sedikit. Arteri ini
merupakan penyelamat bilamana terjadi perubahan tekanan darah
arteri yang dramatis.
39
Gamabar 2.2 Circle Willis
2) Mekanisme autoregulasi
Oksigen dan glukosa adalah dua elemen yang penting untuk
metabolisme serebral yang dipenuhi oleh aliran darah secara terus-
menerus. Aliran darah serebral dipertahankan dengan kecepatan
konstan 750ml/menit. Kecepatan serebral konstan ini dipertahankan
oleh suatu mekanisme homeostasis sistemik dan local dalam rangka
mempertahankan kebutuhan nutrisi dan darah secara adekuat.
Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan aliran
darah otak, baik karena sumbatan/oklusi pembuluh darah otak
maupun perdarahan pada otak menimbulkan tidak adekuatnya
suplai oksigen dan glukosa. Berkurangnya oksigen atau
meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk
berdilatasi sebagai kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran
darah lebih banyak. Sebalikya keadaan vasodilatasi memberi efek
pada tekanan intracranial. Kekurangan oksigen dalam otak
40
(hipoksia) akan menimbulkan iskemia. Keadaan iskemia yang
relative pendek/cepat dan dapat pulih kembali disebut transient
ischemic attacks (TIAs). Selama periode anoxia (tidak ada oksigen)
metabolism otak cepat terganggu. Sel otak akan mati dan terjadi
perubahan permanen antara 3-10 menit anoksia.
Perdarahan dari sebua arteri intrakranium biasnya disebabkan oleh
aneurisma (arteri yang melebar) yang pecahnya karena suatu
penyakit. Penyakit yang menyebabkan dinding arteri menipis dan
rapuh adalah penyebab tersering perdarahan intraserebrum.
Penyakit semavam ini adalah hipertensi atau angiopati amiloid
(dimana penegndapan protein di dinding arteri-arteri kecil diotak).
Jika seseorang mengalami perdarahan intraserebrum, darah dipaksa
masuk ke dalam jaringan otak, merusak neuron (sel-sel) otak yang
terkena tidak dapat berfungsi dengan benar.
Pecahnya sebuah aneurisma merupakan penyebab tersering
perdarahan subaraknoid. Pada perdarahan subaraknoid, darah
didorong kedalam ruang subaraknoid yang mengelilingi otak.
Jaringan otak pada awalnya tidak terpengaruh tetapi pada tahap
selanjutnya dapat terganggu.
Kadang satu-satunya gejala perdarahan subaraknoid adalah nyeri
kepala, tetapi jika diabaikan maka gejala ini dapat berakibat fatal.
Nyeri kepala khas pada pedarahan subaraknoid timbul mendadak,
parah, dan tanpa sebab yang jelas.pasien menerangkan sebagai
“kepala seperti dipukul palu”, “sakit kepala terparah seumur
41
hidupku”. Nyeri kepala ini sering disertai oleh muntah, kaku leher,
atau kehilangan kesadaran sementara. Namun, hamper 30% dari
semua perdarahan subaraknoid memperlihatkan gejala yang
berbedadengan gejala yang dijelaskan diatas, dan perdarahan
subaraknoid yang kecil, terutama pada orang berusia lanjut,
mungkin tidak menimbulkan nyeri kepala hebat atau memiliki
serangan yang parah. Karena itu, semua nyeri kepala yang
timbulmendadak harus segera diperiksa oleh dokter.
42
WOC
Katup jantung rusak, miokard infark,
endokarditis Aneurisma, malformasi,
arteriovenous
Factor-faktor risiko stroke
Pendarahan intarserebral
Emboli serebral Perembesan darah ke dalam
parenkim otak
Penekanan jaringan otak
Infark otak, edema dan henrniasi otak
Stroke (cerebrovaskular accident)
Deficit neurologis
Infark
serebral
Kehilangan
control volunter MK :Risiko
peningkatan TIK
Kerusakan terjadi
pada lobus frontal
kapasitas, memori,
atau fungsi
intelektual kortikal
Disfungsi bahasa
dan komunikasi
MK: gangguan
perfusi jaringan
serebral
Hemiplagi
dan
hemiparesis
Kompresi
batang otak Kerusakan
fungsi dan
efek psikologis
Disatria,
disfasia, afasia
apraksia
MK: Gangguan
mobilitas fisik
koma
Depresi saraf
kardiovaskuler dan
pernapasan
Lapang perhatian
terbatas, kesulitan
dalam pemahaman
lupa, kurang mtivasi,
MK :
gangguan
komunikasi
verbal
Intake nutrisi
tidak adekuat
Kelemahan
fisik umum
Kegagalan
kardiovaskuler
dan pernafasan
MK : Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
MK : gangguan
perawataan diri ( ADL) kematian
Sumber:
Buku ajar Arif Muttaqin
43
3.6.6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Tarwoto Edisi II):
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
2. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
3. Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
44
terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding
aneurisma pada perdarahan subaraknoid.
3.6.7. Penatalaksanaan
Menurut (Tarwoto,Edisi II):
1. Medis
a) Pembedahan
Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm
atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau
pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada
hidrosefalus obstruktif akut.
b) Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke :Stroke
hemoragik
1) Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium
2) Diuretik : manitol 20%, furosemide
3) Antikonvulsan : fenitolin
2. Keperawatan
a) Pada fase akut
1) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan
ventilator.
2) Monitor peningkatan tekanan intrakranial
3) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah
4) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
5) Evaluasi status cairan dan elektrolit
45
6) Kontrol kejang jika ada
7) dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi
lambung dan pemberian makanan
8) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan
antikoagulan
9) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,
keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus kranial,
dan refleks
b) Fase rehabilitasi
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat
2) Program management bladder dan bowel
3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang gerak
sendi (ROM)
4) Pertahankan integritas kulit
5) Pertahankan komunikasi yang efektif
6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7) Persiapan pasien pulang
3.6.8. Komplikasi
Menurut (Tarwoto Edisi II)
1. Hipoksia serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen
yang dikirimkan ke jaringan.
46
2. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral.Hidrasi adekuat
(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan
memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi
ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran
darah serebral dan potensi luasnya area cedera.
3. Embolisme serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal.
Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki. (Suddarth, 2010)
47
3.7. Asuhan Keperawatan
Menurut (Tarwoto Edisi II) pengkajian keperawatan pada pasien stroke
meliputi :
3.7.1. Pengkajian
Menurut Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke
meliputi :
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Keluhan yang didapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi, nyeri kepala, gangguan sensorik, kejang, penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke infark biasanya didahului dengan serangan awal
yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal
sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada
serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat pasien melakukan aktifitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
48
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, kegemukan ( Donna D.Ignativicius,2010).
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun
diabetes mellitus.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga
7) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
samnolen, apatis, sopor, soporos coma, hingga coma dengan
GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat
pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan
compos metis dengan GCS 13-15.
b) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke hemoragik memiliki riwayat
tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan
diastole > 80.
49
(2) Nadi
Biasanya nadi normal.
(3) Pernafasan
Biasanya pasien stroke hemoragik mengalami gangguan
pada bersihan jalan napas.
(4) Suhu
Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
hemoragik.
c) Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah
d) Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V
(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan
dan pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas
halus, klien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada
Nervus VII (facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat
mengangkat alis, mengernyitkan dahi, mengernyitkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi
tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat
diminta mengunyah pasien kesulitan untuk mengunyah.
e) Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, kelopak mata tidak oedema. Pada pemeriksaan nervus II
(optikus) : biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada
nervus III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil 2mm/2mm,
50
pupil kadang isokor dan anisokor, palpebra dan reflek kedip
dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata . Nervus IV
(troklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan
perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen) : biasanya
hasil nya pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri
dan kanan.
f) Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksan nervus I
(olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang
diberikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya
ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda dan pada
nervus VIII (akustikus) : biasanya pada pasien yang tidak
lemah anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan
gerak tangan-hidung.
g) Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga coma
akan mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir
kering. Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya lidah
dapat mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat
menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX
(glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak
simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien
dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
51
(hipoglasus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan
dapat dipencongkan ke kiri dan kanan namun artikulasi kurang
jelas saat bicara.
h) Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan
nervus VIII (akustikus) : biasanya pasien kurang bisa
mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana
lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat mendengar jika suara
keras dan dengan artikulasi yang jelas.
i) Leher
Pada pemeriksaan nervus X (vagus) : biasanya pasien stroke
hemragik mengalami gangguan menelan. Pada peemeriksaan
kaku kuduku biasanya (+) dan bludzensky 1 (+) .
j) Thorak
(1) Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sam aantara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal (sonor)
Auskultasi: biasanya suara normal (vesikuler)
(2) Jantung
Isnpeksi : biasanya iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi: biasanya suara vesikuler
52
(3) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi: biasanya biasanya bising usus pasien tidak
terdengar. Pada pemeriksaan reflek dinding perut, pada
saat perut pasien digores biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa.
(4) Ekstremitas
(a) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra / sinistra.
CRT biasanya normal yaitu < 2 detik.Pada
pemeriksaan nervus XI (aksesorius) : biasanya pasien
stroke hemoragik tidak dapat melawan tahanan pada
bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan
reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon
apa-apa dari siku, tidak fleksi maupun ekstensi (reflek
bicep (-)) dan pada pemeriksaan tricep respon tidak
ada fleksi dan supinasi (reflek bicep (-)). Sedangkan
pada pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari
tidak mengembang ketika diberi reflek (reflek
Hoffman tromer (+)).
53
(b) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat pemeriksaan
bluedzensky I kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky
(+)). Pada saat telapak kaki digores biasanya jari tidak
mengembang (reflek babinsky (+)). Pada saat dorsum
pedis digores biasanya jari kaki juga tidak beresponn
(reflek caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut
dari atas ke bawah biasanya tidak ada respon fleksi
atau ekstensi (reflek openheim (+)) dan pada saat betis
diremas dengan kuat biasanya pasien tidak merasakan
apa-apa (reflek gordon (+)). Pada saat dilakukan reflek
patella biasanya femur tidak bereaksi saat di ketukkan
(reflek patella (+)).Menurut (Tarwoto Edisi II):
Tabel 2.3 pemeriksaan Reflek
Reflek Teknik Pemeriksaan Respon
Bisep Lengan pasien disemiflesikan,
ketok tendon bisep
Fleksi lengan
bawah
Trisep Lengan bawah disemiflesikan,
ketok tendon trisep
Ekstensi lengan
bawah
Patella Tingkai di fleksikan dan
digantung, ketok pada tendon
muskulus kuadrisep femoralis,
di bawah atau di atas patella
Ekstensi tungkai
bawah
Achiles Tungkai bawah di fleksikan
sedikit, ketok tendon achiles
Plantar fleksi
pada kaki.
54
Tabel 2.4 ringkasan fungsi-fungsi saraf cranial
NO NERVUS FUNGSI
1 Alfaktorius Sensorik :Menerima ransangan dari hidung
dan mghantarkan ke otak untuk diproses
sebagai sensasi bau.
2 Optikus Sensorik :Menerima ransangan dari mata
dan mghantarkan ke otak untuk diproses
sebagai sensasi visual (penglihatan).
3 Oculomotorius Motorik :Menggerakkan sebagian besar otot
bola mata
4 Trochlearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
5 Abducen Motorik Melakukan gerakan abduksi mata
6 Trigeminus Sensori : menerima ransangan dari wajah
lalu diproses diotak sebagai
ransangan sentuhan
Motorik : menggerakkan rahang
7 Fasialis Sensori:
menerima ransangan dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai
persepsi rasa
Motorik:
mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
8 Vestibulotrochlearis Sensorik :Mengendalikan keseimbangan
tubuh,Menerima ransangan dari telinga
untuk dip roses di otak sebagai suara
9 Glassofaringeus Sensori: menerima ransangan dari bagian
posterior lidah sebagai sensi rasa
Motoris : mengendalikan organ-organ
dalam
10 Vagus Sensori: menerima ransangan dari organ-
organ dalam
Motoris : mengendalikan organ-organ
dalam
11 Assesorius Motorik :Mengendalikan pergerakan kepala
12 Hipoglasus Motorik :Mengendalikan pergerakan lidah
Sumber : Arif Muttaqin
55
3.7.2. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
Menurut (Tarwoto Edisi II):
a) Gangguan perfusi jaringan serbral b.d gangguan aliran darah,
oklusi, perdarahn, vasospasme seperbal, edema serebral,
peningkatan tekanan intra cranial.
b) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neoromuskuler, kelemahan ,
parestesia, paralisis
c) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidak mampuan untuk mengabsorsi mutrien.
d) Gangguan perawatan diri : ADL b.d deficit neoromuskuler,
menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilanga control otot,
gangguan koknitof.
e) Resiko peningkatan TIK berhubungan dengan penurunan perfusi
serebral ≤ 50-60 mmHg.
f) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
neoromuskuler, kelemahan umum.
56
3.7.3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 2.5 intervensi teoritis
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi ( NIC)
1 Gangguan perfusi
jaringan serebral
berhubungan
dengan aliran darah
keotak tersumbat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan selama 3x
24 jam, diharapkan suplai aliran darah
ke otak lancar.
Kriteria Hasil :
Nyeri kepala berkurang sampai
hilang
Berfungsinya saraf dengan bai
TTV stabil
Monitoring neurologis
1. Monitor ukuran dan kesimetrisan pupil
2. Monitor keluhan nyeri kepala
3. Monitor TTV
4. Monitor respon klien terhadap pengobatan
5. Hindari aktifutas jika TIK meningkat
6. Atur posisi pasien semi fowler 45°
7. Anjurkan pasien untuk istirahat
8. Ajarkan pasien teknik relaksasi
9. Ukur skala nyeri
10. Kaji status neurologic setiap jam
11. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS
12. Kaji reflek kornea
13. Evaluasi keadaan motorik dan sensorik pasien
14. Anjurkan pasien untuk tidak nenekuk lututnya, batuk, bersin,
mengedan
15. Pertahankan suhu normal
16. Monitor kejang dan beri obat antikejang
2 Gangguan mobilitas
fisik Joint movemen:active
Mobility level
Self care:ADLs
Transfer performance
Criteria hasil:
Klien meningkat dalam aktifitas
fisik
Exercisetherapy:ambulation
1. Monitoring vital sign sebelum /sesudahlatihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cidera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
57
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memferbalisasikan perasaan
dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
Memperagakan pengunaan alat
bantu untuk mobilisasi(walker)
5. Kaji kemampuan pasien tentang ambulasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhanADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
7. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhanADLs
8. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
10. Kaji kemampuan motorik
11. Ajarkan pasien untuk melakukan ROM minimal 4x
perharinbila mungkin
12. Atur posisi pasien
13. Observasi daerah yang tertekan
3 Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan status nutrisi
dapat ditingkatkan dengan kriteria
hasil:
1. Asupan Nutrisi tidak
menyimpang dari rentang normal
2. Asupan makanan tidak
menyimpang dari rentang normal
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan Status
nutrisi: Asupan nutrisi dapat
ditingkatkan dengan kriteria hasil :
1. Asupan kalori sebagian besar
adekuat
2. Asupan protein sebagian besar
adekuat
3. Asupan lemak sebagian besar
adekuat
4. Asupan karbohidrat sebagian
Menajemen Nutrisi
1. Identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan yang dimiliki
pasien
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang di butuhkan pasien
3. Anujrkan pasien untuk meningkatkan intake
4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5. Kaji kemmpuan pasien untukmendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
Terapi nutrisi
6. Kaji kebutahan nutrisi parenteral
7. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
8. Berikan nutrisi enteral
9. Hentikan pemberian makanan melalui selang makan begitu
pasien mampu mentoleransi asupan (makanan) melalui oral
10. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang
dianjurkan
Nutrion Monitoring
11. BB pasien dalam batas normal
12. Monitor adanya penurunan berat badan
58
besar adekuat
5. Asupan vitamin sebagian besar
adekuat
13. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
14. Monitor interaksi anak/ orang tua selama makan
15. Monitor turgor kulit
16. Monitor mual dan muntah
17. Monitor kadar alb, protein, Hb ,Ht
18. Catat adanya edema hiperemik, hipertonik papilla lidah dan
cavitas oral
4 Deficit perawatan diri Tujuan :
Activity intolerance
Mobility : physical impaired
Self care deficit hygiene
Sensory perception, auditory disturbed
Kriteria Hasil :
Perawatan diri : aktivitas
kehidupan sehari-hari ( ADL)
mampu untuk melakukan aktifitas
perawatan fisik dan pribadi secara
mandiri atau dengan alat bantu
Perawatan diri mandi : mampu
untuk membersihkan diri sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa
alat bantu
Perawatan diri hygiene: mampu
untuk memepertahankan
kebersihan dan penampilan yang
rapi secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu
Perawatan diri Hygiene oral
:mampu untuk merawat mulut
dan gigi secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
Mampu mempertahankan
Self care assistane : ADLs
1. Monitor kemampuan klien untu perawatan diri yang mandiri
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk
kebersihan diri
3. Sediakan bntuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self care
4. Borong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
5. Dorong klien untuk melakukn secara mandiri dan beri bantuan
ketika tidak mampu melakukan
6. Berika aktivitas yang rutin setiap hari
Self care assistance bathing/ hygiene
7. Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan
aktivitas perawatan diri
8. Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
9. Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
10. Tempat handuk, sabun, deodorant, alat cukur, dan aksesoris
lainnya yang dibutuhkan disamping tempat tidur atau dikamar
mandi
11. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan ( misalnya
deodorant, sikat gigi, sabun mandi, sampo, lotin, dan produk
aroma terapi )
12. Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
hangat, santai, pengalaman pribadi, dan personal
13. Memfasilitasi pasien menyikat gigi pasien
59
mobilitas yang diperlukan untuk
kekamar mandi dan menyediakan
perlengkapan mandi
Membersihkan dan mengeringkan
tubuh
Mengungkapkan secara verbal
kepuasan tentang kebersihan
tubuh dan hygiene oral
14. Mementau pembersihan kuku, menurut kemampuan
perawatan diri pasien
15. Memantau intekgritas kulit pasien
16. Menjaga kebersihan ritual
17. Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa pasien tidur,
isyarat sebelum tidur/ alat peraga , dan benda-benda asing
5 Resiko peningkatan
TIK berhubungan
dengan penurunan
perfusi serebral ≤ 50-
60 mmHg.
Tujuan
Circulation status
Tissue perfusion : serebral
Criteria Hasil :
Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif yang ditandai dengan:
Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
Menunjukan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuka keputusan dengan
benar
Menunjukan sensori motorik cranial
yang utuh :
Tingkat kesadaran membaik
Tidak ada gerakan involunter
Intracranial pressure (ICP) monitoring
1. Berikan informasi pada keluarga
2. Monitor tekanan perfusi serebral
3. Catat respon pasien terhadap stimulation
4. Monitor tekanan intracranial dan respon neorologi terhadap
aktifitas
5. Monitor intake dan outputcairan
6. Kolaborasi pemberian antibiotic
7. Posisikan pasien pada posisi semi fowler
8. Minimalkan stimulasi dari lingkungan
Peripheral sensasion management
9. Monitor adanya daerah tertentu yang peka terhadap panas atau
dingin, tajam atau tumpul
10. Monitor adanya paretese
11. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi
atau laserasi
12. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
13. Batasi gerak pada kepala, leher dan punggung
14. Monitor kemampuan BAB
15. Kolaborasi pemberian analgesic
16. Monitor adanya tromboplebitis
60
6 Gangguan
komunikasi verbal
berhubungan
dengan gangguan
neoromuskuler,
kelemahan umum.
NOC :
Anxiety self control
Coping
Sensory function : hearing& vision
Fear sefl control
Criteria Hasil :
Komunikasi : penerimaan,
intrepretasi dan ekspresi pada
lisan, tulisan, dan non
verba;meningkat.
Komunikasi ekspresif (kesulitan
bicara) : ekspresi pesan verbal
Pengolahan informasi : klien
mampu untuk memperoleh,
mengatur dan menggunkan
informasi
Mampu mengontrol respon
ketakutan dan kecemasan
Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang dimiliki
Mampu mengkomunikasikan
kebutuhan lingkungan dan sosial.
Communication Enhacement : speech Defisit
1. Gunakan penerjemah jika diperlukan
2. Beri satu kalimat simple satiap bertemu, jika diperlukan
3. Konsultasikan dengan dokter kebutuan terapi bicara
4. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan utuk
mengulagi permintaan
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
6. Berdiri didepan pasien ketika sedang berbicara
7. Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar,
daftar, kosakata bahasa asing, computer, dan lainnya untuk
memfasilitasi
8. Ajarkan bicara dari esophagus, jika diperlukan
9. Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan
alat bantu bicara
10. Berikan pujian positif jika perlu
11. Anjurkan pada pertemuan kelompok
12. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur
61
3.7.4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksananakan, melaksanakan intervensi yang telah
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melakukan intervensi yang
telah dicatat dalam rencana keperawatan klien. Agar implementasi
perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya ,pertama-tama
harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan
telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien terhadap setiap
intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini pada penyedia perawatan
kesehatan lainya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat
mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya.
3.7.5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefektifan intervensi
keperawatan, kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian.
62
BAB III
TINJAUAN KASUS
5.1.Pengkajian
5.1.1. Identitas Klien
Nama/initial : Tn. A No MR :499097
Umur : 64 th Ruang Rawat : Neuro
Jenis Kelamin : Laki-lak Tgl Masuk : 3 juni 2018
Satus : Kawin Tgl Pengkajian: 6 juni 2018
Agama : Nasrani Tgl Operasi : -
Pekerjaan : Pensiunan Dx. Medis :Stroke
Pendidikan : STM Haemoragik
Alamat : Panyabungan
Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Umur : 43 th
Hub Keluarga : Menantu
Pekerjaan : IRT
5.1.2. Alasan Masuk
Pasien masuk IGD pada tanggal 03 juni 2018 diantar keluarga jam 02:00
WIB dengan keluhan kepala pusing,nyeri dan kelemahan anggota gerak
sebelah kiri sejak 14 jam yang lalu TD:190/80 mmhg,N:80x/i,S:37,6˚C,
P:22x/i. GCS=15 E:4 V:5 M:6
63
5.1.3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 juni 2018 jam
09:00WIB diruangan rawatan neurologi dengan keluhan keluarga
mengatakan pasien sering mengeluh sakit kepala,pundak terasa
berat,tangan dan kaki terasa lemah dan berat.GCS:10 E:4 V:4 M:2
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah di rawat 2 bulan yang lalau
dengan riwayat hipertensi di RSU Panyabungan(Tidak Terkontrol).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama
dengan pasien dan tidak mempunyai penyakit kronis lainnya.
5.1.4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Apatis
GCS : 10 (E:4 V:4 M:2)
BB/TB :54 kg/164 cm
Tanda Vital
Suhu : 37˚C Pernafasan : 21 x/i
Nadi : 70 x/i TD : 140/ 90 mmHg
64
a. Kepala
1. Rambut
Rambut pasien tampak hitam beruban, lebat, rambut tidak
menunjukan tanda- tanda kekurangan gizi (rambut
jagung)teraba kasar, tidak ada penonjolan .
2. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, bola mata simetris kiri dan kanan,
warna konjungtiva tidak anemis , ukuran pupil 3mm ( +/+ )tidak
ada gangguan penglihatan.
3. Telinga
Bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit bagus,
warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda- tanda infeksi,
dan tidak ada alat bantu dengar.Tidak ada nyeri tekan,tidak ada
gangguan pendengaran.
4. Hidung
Simertiskiridan kanan, warna kulit sama dengan warna kulit
laintidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada tanda- tanda
infeksi perdarahan,tidak ada polip dan tidak ada gangguan
pendengaran.
5. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, gigi lengkap, tidak ada karies,
65
b. Leher
Warna sama dengan kulit yang lain, integritas kulit baik,, tidak ada
pembesaran kelenjer tiroid. Teraba arteri karotis.
c. Thorak
1. Paru-paru
I. simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi,pergerakan dinding
dada sama kiri dan kanan P:21x/i.
P. tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembengkakan
P. sonor
A. vesikuler
2. Jantung
I. simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi
P. tidak teraba iktus cordis di ICS 5
P. redup
A. Bj1,Bj2 normal,tidak ada bunyi tambahan(mur-mur
d. Abdomen
I. tidak ada lesi,
P. bising usus normal,15x/m
P. tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas
A. timpany
e. Punggung
Tidak terdapat lesi, tidak ada tanda tanda dekubitus.
66
f. Ekstremitas
Atas :
Pasien mengalami kelemahan pada tangan kiri, terpasang infus RL
di sebelah kanan.
Bawah :
Pasien mengalami kelemahan pada kaki bagian kiri.
Kekuatan Otot
5555 2222
5555 2222
Reflek:
1) Fisiologis
a) Reflek patela(KPR)
Positf (+) pada kaki kanan, negartif(-) pada kaki kiri
b) Bisep(BPR)
Positif (+) pada tangan kanan kanan.
c) Tricep(TPR)
Positif (+) pada tangan kanan kanan.
d) Achiles(APR)
Positf (+) pada kaki kanan, negartif(-) pada kaki kiri
67
2) Patilogis
a) Openhem
Positif (+) pada kaki kanan, Negatif (-) pada kaki kiri
b) Babinsky
Positif (+) pada kaki kanan, Negatif (-) pada kaki kiri
g. Genetalia
Tidak di periksa
h. Integument
Turgor kulit lembab, elastisitas kulit <3 dtk, terdapat udem pada
anggota gerak bawah.
i. Persyarafan
NO NERVUS FUNGSI HASIL
PEMERIKSAAN
1 Alfaktorius Menerima ransangan dari
hidung dan mghantarkan ke otak
untuk diproses sebagai sensasi
bau.
tidak ada kelainan,
pasien dapat
membedakan bau
dengan baik
2 Optikus Menerima ransangan dari mata
dan mghantarkan ke otak untuk
diproses sebagai sensasi visual (
penglihatan).
tidak ada ganggua pada
penglihatan pasien.
3 Oculomotorius Menggerakkan sebagian besar
otot bola mata
tidak ada gangguan pada
otot mata.
4 Trochlearis Menggerakkan beberapa otot
mata
Pergerakan bola mata
tidak terganggu
5 Abducen Melakukan gerakan abduksi
mata
Pergerakan mata tidak
terganggu
6 Trigeminus Sensori : menerima ransangan
dari wajah lalu diproses diotak
sebagai ransangan sentuhan
Motorik : menggerakkan rahang
pasien dapat merasakan
nyeri tekan yang sama
7 Fasialis Sensori: menerima ransangan
dari bagian anterior lidah untuk
diproses di otak sebagai persepsi
rasa
pasien dapat merasakan
dan membedakan rasa
asam , manis, pahit dan
asin.
68
Motorik: mengendalikan otot
wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah
Namun terdapat pelo
karena mengalami
kelemahan otot wajah
8 Vestibulotrochle
aris
Mengendalikan keseimbangan
tubuh
Menerima ransangan dari telinga
untuk dip roses di otak sebagai
suara
pasien dapat mendengar
dengan baik, namun
mengalami gangguan
keseimbangan.
9 Glassofaringeus Sensori: menerima ransangan
dari bagian posterior lidah
sebagai sensi rasa
Motoris : mengendalikan organ-
organ dalam
tidak ada ganggun
10 Vagus Sensori: menerima ransangan
dari organ-organ dalam
Motoris : mengendalikan organ-
organ dalam
Tidak ada gangguan
11 Assesorius Mengendalikan pergerakan
kepala
Tidak ada gangguan
pada pergerakan kepala
12 Hipoglasus Mengendalikan pergerakan lidah pasien mampu
menggerakkan lidah dari
kiri ke kanan dan
sebaliknya.
5.1.5. Data Biologis
NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT
1 Makanan dan Minuman
Makan
Menu Nasi+sayur+lauk Nasi+sayur+lauk
Porsi 1 ½ porsi 1/2 porsi
Makanan kesukaan Mie instan Tidak ada
Pantangan Makanan
mengandung
garam
Ikan bakar, lalapan, telur
mata sapi
Cemilan Tidak ada Buah dan bubur
Minuman
Jumlah 8 gelas/ hari 4 gelas/ hari
Minuman kesukaan Semua suka Air putih + susu
Pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1x/hari Tidak ada
Warna Kekuningan Tidak ada
69
Bau Khas
Konsistensi Lembek Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi ±5x/ hari Terpasang kateter, out
500cc/12 jam
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Pesing Pesing
Konsistensi Cair Cair
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat Tidur
Waktu Malam Tidak ada
Lama 8 jam 6 jam
Waktu bangun Pagi Pagi
Hal yang
mempermudah tidur
Tidak ada Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
Mandi 3x/hari Total care
Cuci rambut Setiap mandi Total care
Gosok gigi 2x/hari 1x/hari
Potong kuku Ada Tidak ada
5 Rekreasi
Hobi Memancing Tidak ada
Minat khusus Tidak ada Tidak ada
Penggunaan waktu
luang
Memancing Tidak ada
6 Ketergantungan
Merokok Tidak Tidak
Minuman Tidak Tidak
Obat-obatan Tidak Tidak
5.1.6. Riwayat Alergi
Keluarga mengataka tidak ada riwayat alergi terhadap
pasien(makanan,obat-obatan,udaradan debu.
5.1.7. Data Psykologis
Saat berkomukikasi pasien mampu mempertahankan kontak mata.Pasien
mampu menjawab pertanyaan saat pengkajian dengan baik.
70
5.1.8. Data Sosial
pasien dapat memahami apa yang kita jelaskan,orang yang sangat
berharga dan dapat memberi rasa nyaman bagi pasienyaitu keluarga
karna keluarga yang selalu ada untuk pasien(anak dan istri).hubungan
pasien dengan masyarakat sangat baik dan aktif dalam lingkungan
masyarakat.
5.1.9. Data Spiritual
Saat sehat pasien taat beribadah.namun sekarang pasien tengah terbaring
di rumah sakit sejak 4 hari yang lalu sehingga pasien tidak dapat karna
proses penyakit yg di alaminya
5.1.10. Data Penunjang
EKG : Sinus Rhyitym
71
CT-Scan
Senin 4 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Normal
Kalium 3,30 mg/dl 9-11 mg/dl
Natrium 125,1 mEq/l 135-147 mEq/l
Klorida 90,9 mEq/l 100-106 mEq/l
Rabu 6 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Normal
HB 11,6 g/dl 13-16 g/dl
Leukosit 11.790 /mm 5.000-10.000/mm
Trombosit 385.000 /mm 150-400 ribu/mm
Hematokrit 32 %
72
Jumat 8 Juni 2018
Pemeriksaan Hasil Normal
Kalium 3,46 mEq/l 3,5-5,5 mEq/l
Natrium 114,9 mEq/l 135-147 mEq/l
Khlorida 83,3 mEq/l 100-106 mEq/l
Test Report Flag Unit Normal
Alb 2,9 L g/dl 3,8-5,4
ALT 22 U/L 0-41
AST 40 H U/L 0-37
Bili-D 0,11 Mg/dl _ _-0,20
Bili-D 0,35 Mg/dl _ _-1,23
C-Chol 254 H Mg/dl _ -201
C-HDL 37 Mg/dl 30-71
CREAT 2,08 H Mg/dl 0,80-1,30
Gluk 93 H Mg/dl 74-106
TPROT 5,4 L g/dl 6,3-8,4
Trigly 109 Mg/dl 60-165
UA 5,6 Mg/dl 3,5-7,2
Urea 60 H Mg/dl 15-43
LDL 195 Mg/dl 0-130
5.1.11. Data Pengobatan
Obat Dosis Kegunaan Efek samping
Obat oral Amlodipine 1x1
5mg
Mengatasi hipertensi -dapat menyebabkan
pusing
Haloperidol 2x1
0,5 mg
Untuk mengatasi
gangguan pergerakan
yang tidak terkintrol
pada pasien
Keinginan untuk terus
bergerak
Cilostazol 2x1
100 mg
Digunakan untuk
mencegah pengumpalan
darah
-sakit kepala
-jantung berdebar
-pusing
Injeksi Citicolin 2x1
250 mg
Untuk menghilangkan
luka pada otak seperti
penyakt stroke
Aman diminum dalam
jangka pendek 0-90 hari
73
Infus RL 500cc
20x/i
Digunakan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit dan
mengatasi dehidrasi
-nyeri dada
-detak jantung abnormal
-penurunan TD
5.1.12. Data Fokus
DS :
Pasien mengatakan nyeri kepala
Pasien mengatakan kurang beristirahat karna nyeri
Pasien mengatakan pundak terasa berat
Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktifitas seperti
biasa.
Pasien mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri terasa berat.
Pasien mengatakan aktifitasnya di bantu oleh keluarga
Pasien mengeluh badan terasa lemah
Pasien mengatakan mual saat akan makan
Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien berkurang
Keluarga mengatakan pasien tidak mau makan
Pasien mengatakan badan teras gatal-gatal
Pasien mengatakan badan terasa bedan terasa berkeringat
Keluarga mengatakan pasien tidak ada mandi selama dirawat
Keluarga mengatakan pasien hanya dilap selama dirawat
74
DO :
TD:140/90 mmhg, N:70x/i, P:21x/i, S:37˚C
GCS=10 E:4 V:4 M:2
Skala nyeri 3-4
Pasien tampak memengangi kepala
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
Pasien tampak terbaring lemah
Pasien tampak kesusahan saat mengangkat kaki dan sebelah kiri
Paisen tampak di bantu saat beraktivitas ADL
Kalium : 3,30 mg/dL
Natrium : 125,1mEg/l
Klorida : 90,9 mEg/l
Hb : 11,6 g/dL
Alb 2,9 g/dl
Pasien tampak menolak saat makan
Pasien tampak menghabiskan ½ porsi makanan
Pakaian pasien tampak kotor
Rambut pasien tampak kotor
Rambut tampak beruban dan berminyak
Pasien tampak tidak mampu untuk mandi
Pasien tidak mampu berpakian sendiri
75
Kekuatan otot:
5555 2222
5555 2222
5.1.13. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS:
Pasien mengatakan nyeri kepala
Pasien mengatakan kurang
beristirahat karna nyeri
Pasien mengatakan pundak
terasa berat
DO:
Pasien tampak memengangi
kepala
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
Pasien tampak lemah
Pasien tampak di bantu keluarga
saat beraktifitas
GCS : 10 E: 4 V: 4 M: 2
TD:140/90 mmhg,
N:70x/i,
P:21x/i,
S:37˚C
Skala Nyeri 3-4
Gangguan perfusi
jaringan serebral
aliran darah
keotak
tersumbat
2 DS:
Pasien mengatakan tidak mampu
melakukan aktifitas seperti biasa.
Pasien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri terasa berat.
Pasien mengatakan aktifitasnya
di bantu oleh keluarga
Gangguan
mobilitas fisik
gangguan
neuro
muskular.
76
DO:
Pasien tampak terbaring lemah
Pasien tampak kesusahan saat
mengangkat kaki dan sebelah kiri
Paisen tampak di bantu saat
beraktivitas ADL
Kekuatan otot
5555 2222
5555 2222
3 DS:
Pasien mengeluh badan terasa
lemah
Pasien mengatakan mual saat
akan makan
Keluarga pasien mengatakan
nafsu makan pasien berkurang
Keluarga mengatakan pasien
tidak mau makan
DO:
Kalium : 3,30 mg/dL
Natrium : 125,1mEg/l
Klorida : 90,9 mEg/l
Hb : 11,6 g/dL
Alb 2,9 g/dl
Pasien tampak menolak saat
makan
Pasien tampak menghabiskan ½
porsi makanan
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
darikebutuhan
tubuh
ketidak
mampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrien
4 DS:
Pasien mengatakan badan teras
gatal-gatal
Pasien mengatakan badan terasa
bedan terasa berkeringat
Keluarga mengatakan pasien tidak
ada mandi selama dirawat
Keluarga mengatakan pasien
hanya dilap selama dirawat
DO:
Pasien tidak mampu untuk mandi
Pasien tidak mampu untuk
Defisit perawatan
diri
kelemahan
77
berpakain sendiri
Rambut pasien tampak kotor
Rambut tampak beruban dan
berminyak
Pasien tampak tidak rapi
Pakaian pasien tampak kotor
5.2.Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke
otak terhambat.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular.
c. Ketidak seimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
78
3.4 IMPLEMENTASI
No Hari/
Tgl
Diagnose Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1 Rabu
6 Juni
2018
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan pecahnya
pembuluh darah
diotak
1. Memonitor ukuran dan
kesimetrisan pupil reflek cahaya
2. Memonitor keluhan nyeri kepala
3. Memonitor TTV
4. Mengatur posisi pasien semi
fowler 45°
5. Menganjurkan pasien untuk
istirahat
6. Mengukur skala nyeri
7. Mengukur GCS pasien
10.00
10.15
10.20
S:
Pasien mengatakan nyeri kepala
Pasien mengatakan kurang
beristirahat karna nyeri
Pasien mengatakan pundak
terasa berat
Pasien mengatakan nyaman
dengan posisi saat ini
O:
Pasien tampak memengangi
kepala
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
Ukuran pupil 3/3 mm (+/+)
GCS:10 E:4 V:4 M:2
TD:140/90 mmhg, N:70x/i,
P:21x/i, S:37˚C
Skala Nyeri 3-4
A:
Maslah belum teratasi
Ketidakefektifan perfusi aringan
serebral
79
P: intervebsi dilanjutkan
1. Monitor ukuran dan
kesimetrisan pupil
2. Monitor keluhan nyeri kepala
3. Monitor TTV
4. Atur posisi semi fowler 45°
5. Anjurkan pasien untuk
istirahat
2 Rabu
6 Juni
2018
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan gangguan
neuro muscular.
1. Memonitoring TTV sebelum
dan sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Melatih pergerakan rom pasien
4. Mengajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan berikan
bantuan
5. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhanADLs secara mandiri
sesuai kemampuan (makan dan
minum sendiri) 6. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi (mengajarkan cara
miring kanan dan kiri) 7. Mengatu posisi pasien (semi
fowler, fowler, miring kiri/ kanan) 8. Mengobservasi daerah yang
tertekan (punggung, panggul,
bahu)
11.00 S:
Pasien mengatakan tidak mampu
melakukan aktifitas seperti biasa.
Pasien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri terasa berat.
Pasien mengatakan aktifitasnya
di bantu oleh keluarga.
Pada saat latihan pasien
mengatakan suasah saat
mengangkat kaki dan tangan
kirinya
O:
TD:140/90 mmhg, N:70x/i,
P:21x/i, S:37˚C
Pasien tampak terbaring lemah
Pasien tampak kesusahan saat
mengangkat kaki dan sebelah
kiri
Paisen tampak di bantu saat
beraktivitas ADL
80
Tidak ada daerah yang tertekan
Kekuatan otot
5555 2222
5555 2222
GCS:10 E:4 V:4 M:2
A:
Masalah belum teratasi Hambatan
mobilitas fisik
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitoring TTV sebelum dan
sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Damping dan bantu pasien
saat mobilisasi
4. Ajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan
berikan bantuan jika pelu
5. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
Ambulasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
81
No Hari/
Tgl
Diagnose Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1 Kamis
7 Juni
2018
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan pecahnya
pembuluh darah
diotak
8. Memonitor ukuran dan
kesimetrisan pupil reflek cahaya
9. Memonitor keluhan nyeri kepala
10. Memonitor TTV( nadi, tekanan
darah, pernafasan , suhu) 11. Mengatur posisi pasien semi
fowler 45°
12. Menganjurkan pasien untuk
istirahat
13. Mengukur skala nyeri
14. Mengukur GCS pasien
09.00 S:
Pasien mengatakan kepala
masih terasa nyri
Pasien mengatakan masih belum
bisa beristirahat karna nyeri
Pasien mengatakan pundak
masih terasa berat
O:
Pasien tampak memengangi
kepala
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
GCS:10 E:4 V:4 M:2
TD:130/80 mmhg, N:78x/i,
P:20x/i, S:37,5˚C
Skala Nyeri 3-4
A:
Maslah belum teratasi
Ketidakefektifan perfusi aringan
serebral
82
P: Intervensi dilanjutkan
6. Monitor ukuran dan
kesimetrisan pupil
7. Monitor keluhan nyeri kepala
8. Monitor TTV
9. Atur posisi semi fowler 45°
10. Anjurkan pasien untuk
istirahat
2 Kamis
7 Juni
2018
Hambatan mobilitas
fisik berhubungan
dengan gangguan
neuro muscular.
9. Memonitoring TTV sebelum
dan sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
10. Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
11. Melatih pergerakan ROM
pasien
12. Mengajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan berikan
bantuan jika pelu
13. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhanADLs secara mandiri
sesuai kemampuan (makan dan
minum sendiri) 14. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi (mengajarkan cara
miring kanan dan kiri) 15. Atur posisi pasien (semi fowler,
fowler, miring kiri/ kanan)
16. Mengobservasi daerah yang
tertekan (punggung, panggul,
10.00
S:
Pasien mengatakan masih belum
mampu melakukan aktifitas
seperti biasa.
Pasien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri terasa berat.
Pasien mengatakan aktifitasnya
masih di bantu oleh keluarga
O:
Td: 130/ 80mmHg N: 78x/m
RR: 20x/m S: 37,5°C
Pasien tampak terbaring lemah
Pasien tampak kesusahan saat
mengangkat kaki dan sebelah
kiri
Paisen tampak di bantu saat
beraktivitas ADL
5555 2222
5555 2222
83
bahu)
GCS:10 E:4 V:4 M:2
A:
Masalah belum teratasi Hambatan
mobilitas fisik
P: Intervensi dilanjutkan
6. Monitoring TTV sebelum dan
sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
7. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
8. Damping dan bantu pasien
saat mobilisasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan
berikan bantuan jika pelu
10. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
Ambulasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
3 Kamis
6 Juni
2018
Deficit perawatan
diri berhubungan
dengan kelemahan
Self care assistane : ADLs
1. Memonitor kemampuan
klien untu perawatan diri
yang mandiri
2. Memonitor kebutuhan klien
untuk alat alat bantu untuk
11.00 S:
Keluarga mengatakan pasien
tidak mamapu untu makan
dan minum sendiri
Keluarga mengatakan pasien
tidak mampu untuk ke toilet
84
kebersihan diri
3. Menyediakan bntuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self care
4. Membantu klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
5. Membantu klien untuk
melakukn secara mandiri dan
beri bantuan ketika tidak
mampu melakukan
6. Memberika aktivitas yang
rutin setiap hari
Self care assistance bathing/ hygiene
1. Memfasilitasi pasien menyikat
gigi pasien
2. Memfasilitasi pasien mandi
3. Mementau pembersihan kuku,
menurut kemampuan perawatan
diri pasien
4. Memantau intekgritas kulit
pasien
5. Menjaga kebersihan ritual
sendiri
Keluarga mengatakan pasien
tidak mampu madi sendiri
O:
Pasien tampak disuapi saat
makan
Kulit pasien tampak
berminyak
Pasien tampak terbaring di
termpat tidur
Pakaian pasien tampak tidak
rapi
Kulit pasien tampak kotor
A:
Deficit perawatan diri
P: Intervensi dilanjutkan
1. Monitor kebutuhan klien
untuk alat alat bantu untuk
kebersihan diri
2. Sediakan bntuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self care
3. Borong klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
85
No Hari/
Tgl
Diagnose Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1 Jumat
8 Juni
2018
Gangguan
perfusi jaringan
serebral
berhubungan
dengan pecahnya
pembuluh darah
diotak
15. Memonitor ukuran dan
kesimetrisan pupil
16. Memonitor keluhan nyeri kepala
17. Memonitor TTV
18. Mengatur posisi pasien semi
fowler 45°
19. Menganjurkan pasien untuk
istirahat
20. Mengukur skala nyeri
21. Mengukur GCS pasien
10.00 S:
Pasien mengatakan kepala
masih terasa nyri
Pasien mengatakan masih belum
bisa beristirahat karna nyeri
Pasien mengatakan pundak
masih terasa berat
O:
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
GCS:10 E:4 V:4 M:2
TD:140/90 mmhg, N:82x/i,
P:22x/i, S:37,5˚C
Skala Nyeri 3-4
Ukuran pupil 3/3 mm
Reflek cahaya +/+
A:
Maslah belum teratasi
Ketidakefektifan perfusi aringan
serebral
86
P: Intervensi dilanjutkan
11. Monitor ukuran dan
kesimetrisan pupil
12. Monitor keluhan nyeri kepala
13. Monitor TTV
14. Atur posisi semi fowler 45°
15. Anjurkan pasien untuk
istirahat
2 Jumat
8 Juni
2018
Gangguan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan gangguan
neuro muscular.
17. Memonitoring TTV sebelum
dan sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
18. Mengkaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
19. Melatih dan bantu pasien saat
mobilisasi (ROM pasif)
20. Mengajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan berikan
bantuan jika pelu
21. Melatih pasien dalam pemenuhan
kebutuhanADLs secara mandiri
sesuai kemampuan (makan dan
minum sendiri) 22. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi (mengajarkan cara
miring kanan dan kiri) 23. Mengatur posisi pasien (semi
fowler, fowler, miring kiri/ kanan)
24. Mengobservasi daerah yang
10.00 S:
Pasien mengatakan masih belum
mampu melakukan aktifitas
seperti biasa.
Pasien mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri terasa berat.
Pasien mengatakan aktifitasnya
masih di bantu oleh keluarga
O:
TD:140/90 mmhg, N:82x/i,
P:22x/i, S:37,5˚C
Pasien tampak terbaring lemah
Pasien tampak kesusahan saat
mengangkat kaki dan sebelah
kiri
Paisen tampak di bantu saat
beraktivitas ADL
5555 2222
87
tertekan (punggung, panggul,
bahu)
5555 2222
GCS:10 E:4 V:4 M:2
A:
Masalah belum teratasi Hambatan
mobilitas fisik
P: Intervensi dilanjutkan
11. Monitoring TTV sebelum dan
sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
12. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
13. Damping dan bantu pasien
saat mobilisasi
14. Ajarkan pasien bagaimana
cara merubah posisi dan
berikan bantuan jika pelu
15. Ajarkan pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang teknik
Ambulasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
88
3 Jumat
8 Juni
2018
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
1. Mengdentifikasi adanya alergi
atau intolerasi akanan yang
dimiliki pasien
2. Memberikan nutrisi enteral,
sesuai kebutuhan
3. Memberikan nutrisi enteral
4. Memberikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
5. Memastikan isersi intravena
cukup paten untuk pemberian
nutrisi intravena
6. Mempertahankan kecepatan
aliran yang konstan
7. Memonitor masukan dan output
10.00 S:
Pasien mengeluh badan terasa
lemah
Pasien mengatakan mual saat
akan makan
Keluarga pasien mengatakan
nafsu makan pasien berkurang
Keluarga mengatakan pasien
tidak mau makan
O:
Kalium : 3,30 mg/dL
Natrium : 125,1mEg/l
Klorida : 90,9 mEg/l
Hb : 11,6 g/dL
Alb 2,9 g/dl
Pasien tampak menolak saat
makan
Pasien tampak menghabiskan ½
porsi makanan
A:
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P: Intervensi dilanjutkan
1. Kaji kebutahan nutrisi parenteral
89
2. Berikan nutrisi enteral, sesuai
kebutuhan
3. Berikan nutrisi enteral
4. Monitor masukan dan output
cairan
5. Monitor kadar albumin, protein
total, elektrolit, profil lipid,
glukosa darah dan kimia darah
4 Jumat
8 Juni
2018
Deficit perawatan
diri berhubungan
dengan kelemahan
Self care assistane : ADLs
7. Memonitor kemampuan
klien untu perawatan diri
yang mandiri
8. Memonitor kebutuhan klien
untuk alat alat bantu untuk
kebersihan diri
9. Menyediakan bntuan sampai
klien mampu secara utuh
untuk melakukan self care
10. Membantu klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
11. Membantu klien untuk
melakukn secara mandiri dan
beri bantuan ketika tidak
mampu melakukan
12. Memberika aktivitas yang
rutin setiap hari
Self care assistance bathing/ hygiene
11.00 S:
Keluarga mengatakan pasien
tidak mamapu untu makan
dan minum sendiri
Keluarga mengatakan pasien
tidak mampu untuk ke toilet
sendiri
Keluarga mengatakan pasien
tidak mampu madi sendiri
O:
Pasien tampak disuapi saat
makan
Pasien tampak terbaring di
termpat tidur
Pasien tampak rapi
Pakaian pasien tampak bersih
A: masalah teratasi
Deficit perawatan diri
90
6. Memfasilitasi pasien menyikat
gigi pasien
7. Memfasilitasi pasien mandi
8. Mementau pembersihan kuku,
menurut kemampuan perawatan
diri pasien
9. Memantau intekgritas kulit
pasien
10. Menjaga kebersihan ritual
P: intervensi di pertahankan
4. Monitor kebutuhan klien
untuk alat alat bantu untuk
kebersihan diri
5. Sediakan bntuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self care
6. Borong klien untuk
melakukan aktivitas sesuai
kemampuan
7. Dorong klien untuk melakukn
secara mandiri dan beri
bantuan ketika tidak mampu
melakukan
8. Berika aktivitas yang rutin
setiap hari
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama mahasiswa melakukan asuhan keperawatan pada klien Stroke Hemoragik
dengan di Ruang Rawat Neorologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Sumatra Barat dari tanggal 06 sampai 08 Juni 2018. Berapa hal yang perlu
dibahas, disini mahasiswa juga menemukan beberapa faktor penghambat dan
terdapat pula factor pendukung dari kasus yang penulis ambil.
Dalam penerapan kasus keperawatan tersebut mahasiswa telah berusaha mencoba
menerapkan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Hemoragik
sesuai dengan teori- teori yang ada keberhasilan yang dicapai akan diuraikan
sesuai dengan proses keperawatan dimulai dari pengkajian , diagnose, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
8.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Pada kasus Tn.A mengalami stroke di usia 64 tahun sedangkan menurut
teori Tarwoto semakin bertambahnya usia,semakin besar resiko terjadinya
stroke. Hal ini tekait dengan penuaan yang terjadi secara alamiah. Pada
orang-orang usia lanjut pembuluh darah lebih kaku karena banyak
penimbunan plak.
Pada kasus Tn.A dengan jenis kelamin laki-laki sedangkan menurut teori
Tarwoto dibandingkan dengan perempuan, laki-laki juga cendrung
berisiko lebih besar mengalami stroke. Hal ini disebabkan karena laki-laki
76
cendrung merokok dan bahaya dari merokok adalah merusak lapisan
pembuluh darah pada tubuh.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada saat pemeriksaan Tn.A mengalami kelemahan pada ekstremitas
sebelah kiri (tangan dan kaki), sedangkan pada teoritis penderita stroke
mengalami kelemahan sebagian anggota tubuh. Pada kasus Tn.A
mengalami kesulitan saat berbicara tapi masih bisa jelas dan dapat
dipahami, sedangkan tinjauan teoritis terdapat afasia (kesulitan dalam
berbicara) pada penderita stroke (Tarwoto Edisi II).
3. Riwayat Kesehatan
Pada kasus Tn.A mengalami hipertensi dengan TD: 140/90 mmhg dan
sudah sering dirawat di rumah sakit dengan hipertensinya, sedangkan
menurut teori Tarwoto stroke juga cendrung terjadi akibat riwayat
hipertensi. karena hipertensi yang terjadi secara mendadak dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada tubuh.
4. Data Psikologis
Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan.
Dimana pada tinjauan teoritis terdapat tingkat stress dan kecemansan.
Sedangkan Pada tinjuan Tn.A mengalami stres, cemas dengan
penyakitnya Tn.A mempunyai harapan bisa cepat pulang kerumah dan
berkumpul kembali dengan keluarganya.
5. Pemeriksaan Penunjang
77
Pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus penulis mengalami hambatan
dalam pengkajian. Dimana pada tinjauan teoritis yang dilakukan
pemeriksaan tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium. Angiografi serebral, CT scan, Lumbal pungsi,
MRI (Magnetic Imaging Resonance), EEG, Sinar X tengkorak, EKG.
Sedangkan pada tinjauan kasus Tn.A hanya melakukan pemeriksaan
laboratorium (natrium 114,9 mEq/l, klorida 83.3 mEq/l, Hb 11.6 g/dL, Alb
2.9 g/dl) EKG (sinus rhyitim) dan CT-Scan (stroke perdarahan).
8.2.Diagnosa Keperawatan
Pada tujuan teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan sedangkan pada
tinjauan pada kasus Tn.A karena hanya 4 diagnosa keperawatan yang
menjadi masalah dalam kasus Tn.A.
Diagnosa keperawatan tinjauan teoritis yang muncul :
a. Pada tinjauan teoritis Gangguan perfusi jaringan serbral b.d
gangguan aliran darah, oklusi, perdarahn, vasospasme seperbal,
edema serebral, peningkatan tekanan intra cranial, sedangkan pada
kasus Tn.A Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan pecahnya pembuluh darah diotak. Karena pada Tn.A
mengalami nyeri kepala dengan skala nyeri 3-4, dan pada hasil CT-
Scan di jelaskan bahwa pasien mengalami stroke perdarahan.
b. Pada tinjauan teoritis Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan
neoromuskuler, kelemahan , parestesia, paralisis sedangkan pada
kasus Tn.A Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
78
gangguan neuromuscular. Karena pada Tn.A didapatkan data bahwa
pasien mengalami kelemahan sebagian anggota gerak, paisen tidak
mampu untuk beraktifitas, pasien mengatakan tangan dan kaki
sebelah kiri teras berat, pasien tampak tidak mampu mengangkat
tangan dan kaki sebelah kiri, kekuatan otot pasien
5555 2222
5555 2222
c. Pada tinjauan teoritis Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan untuk mengabsorsi mutrien,
sedangkan pada kasus Tn.A Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrient. Karena pada Tn.A didapatkan data bahwa
pasien mual pada saat akan makan, pasien hanya menghabiskan ½
dari porsi makan yang diberikan, kalium 3.30 mg/dL, natrium 125.1
mEg/l, klorida 90.9 mEg/l, Hb 11.6 g/dl, Alb 2.9 g/dl.
d. Pada tinjauan teoritis Gangguan perawatan diri : ADL b.d deficit
neoromuskuler, menurunya kekuatan otot dan daya tahan, kehilanga
control otot, gangguan koknitof, sedangkan pada kasus Tn.A Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. Karena pada Tn. A
didapatkan data bahwa mengatakn bahwa badan terasa gatal-gatal,
rambut pasien tampak kotor, pasien tampak tidak rapi, pakaian
pasien tampak kotor.
79
8.3.Intervensi
Dalam penyusunan rencana tindakan keperawtan pada klien berdasarkan
prioritas msalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan dan keadaan klien.
Diagnosa pertama Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat, perencanaan mahasiswa adalah Monitor
ukuran dan kesimetrisan pupil, Monitor keluhan nyeri kepala, Monitor TTV (nadi,
tekanan darah, pernafasan , suhu), Atur posisi pasien semi fowler 45°, Kaji tingkat
kesadaran dengan GCS.
Diagosa kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular perencanaan mahasiswa yaitu : ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi (mengajarkan cara miring kanan dan kiri), Atur posisi pasien (semi
fowler, fowler, miring kiri/ kanan), observasi daerah yang tertekan (punggung,
panggul, bahu), latih pasien dalam pemenuhan kebutuhanADLs secara mandiri
sesuai kemampuan (makan dan minum sendiri).
Diagnosa ketiga, Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
Perencanaannya yaitu identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan yang
dimiliki pasien, berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan, berikan nutrisi
yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan, Memonitor masukan
dan output.
80
Diagnosa keempat Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,
Perencanaannya yaitu monitor kemampuan klien untu perawatan diri yang
mandiri, monitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan
diri, sediakan bntuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self care, bantu klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
8.4.Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakkan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawtan
pada klien dengan Stoke Hemoragik tidak mudah, rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan tetapi terlebih dahulu harus melakukan
pendekatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan apa yang
perawat anjurkan. Sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Diagnosa pertama Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat, tindakan mahasiswa adalah Memonitor
ukuran dan kesimetrisan pupil, Memonitor keluhan nyeri kepala, Memonitor TTV
(nadi, tekanan darah, pernafasan , suhu), mengatur posisi pasien semi fowler 45°,
mengkaji tingkat kesadaran dengan GCS.
Diagosa kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular, tindakan mahasiswa yaitu : mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi (mengajarkan cara miring kanan dan kiri), mengatur posisi pasien
81
(semi fowler, fowler, miring kiri/ kanan), mengobservasi daerah yang tertekan
(punggung, panggul, bahu),melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhanADLs
secara mandiri sesuai kemampuan (makan dan minum sendiri).
Diagnosa ketiga, Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
tindakannya yaitu mengidentifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan
yang dimiliki pasien, memberikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan,
memberikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan,
Memonitor masukan dan output.
Diagnosa keempat Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,
tindakannya yaitu memonitor kemampuan klien untu perawatan diri yang
mandiri, memonitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan
diri, menyediakan bntuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self care, membantu klien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.
Dengan melakukan rencan tindakan keperawatan penulis tidak menemukan
kesulitan yang berarti hal ini disebabkan karena :
1. Adanya factor perencanaan yang baik dan sistemtis sehingga klien
memudahkan untuk melakukan tindakan keperawatan.
2. Pendekatan yang dilakukan pada klien
8.5.Evaluasi
82
Dari 4 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa
yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan belum ada perkembangan, maka untuk mencapai hasil yang
maksimal perlu adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, keluarga
dan tim kesehatan lainnya.
Diagnosa pertama Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
aliran darah ke otak terhambat,ditegakkan pada tanggal 6 Juni 2018.
Masalah belum teratasi dengan data pasien Pasien tampak gelisah, Pasien
tampak meringis, GCS : 12( E: 2 V: 4, TD:140/90 mmhg, N:82x/i, P:22x/i,
S:37,5˚C, Skala Nyeri 3-4, Ukuran pupil 3/3 mm, Reflek cahaya +/+
Diagosa kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuscular, ditegakkan pada tanggal 6 Juni 2018. Maslah teratasi pada
tangal 9 Juni 2018 dengan Pasien mengatakan masih belum mampu
melakukan aktifitas seperti biasa, Pasien mengatakan tangan dan kaki
sebelah kiri terasa berat, Pasien mengatakan aktifitasnya masih di bantu
oleh keluarga
Diagnosa ketiga Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient,
ditegakkan pada tanggal 6 Juni 2018 malah belum teratasi Pasien
mengatakan Pasien mengatakan mual saat akan makan, Keluarga pasien
mengatakan nafsu makan pasien berkurang, Keluarga mengatakan pasien
tidak mau makan
83
Diagnosa keempat Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan,
masalah teratasi dengan data pasien Pasien tampak terbaring di termpat
tidur, Pasien tampak rapi, Pakaian pasien tampak bersih
84
BAB V
PENUTUP
12.1. Kesimpulan
a. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data-data yang sesuai dengan
penyakit Stroke Hemoragik, dan nantinya data tersebut menjadi dasar bagi
mahasiswa untuk menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan
keperawatan. Data yang didapatkan antara lain : keluarga mengatakan
pasien sering mengeluh sakit kepala,pundak terasa berat,tangan dan kaki
terasa lemah dan berat. GCS:10 E:4 V:4 M:2.
b. Diagnosa
Berdasarkan data yang didapatkan dalam pengkajian ditemukan 4 diagnosa
pada kasus Tn.A yaitu Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan aliran darah ke otak terhambat, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuscular, Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrient, Defisit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan.
c. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada Tn.A diantaranya yaitu : Monitor ukuran dan
kesimetrisan pupil, Monitor keluhan nyeri kepala, Monitor TTV (nadi, tekanan
darah, pernafasan , suhu), Atur posisi pasien semi fowler 45°, Kaji tingkat
kesadaran dengan GCS, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi (mengajarkan
85
cara miring kanan dan kiri), Atur posisi pasien (semi fowler, fowler, miring kiri/
kanan), observasi daerah yang tertekan (punggung, panggul, bahu), latih pasien
dalam pemenuhan kebutuhanADLs secara mandiri sesuai kemampuan (makan dan
minum sendiri).
identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan yang dimiliki pasien,
berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan, berikan nutrisi yang dibutuhkan
sesuai batas diet yang dianjurkan, Memonitor masukan dan output. monitor
kemampuan klien untu perawatan diri yang mandiri, monitor kebutuhan
klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan diri, sediakan bntuan sampai
klien mampu secara utuh untuk melakukan self care, bantu klien untuk
melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
d. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Tn.A yaitu: Memonitor ukuran dan
kesimetrisan pupil, Memonitor keluhan nyeri kepala, Memonitor TTV (nadi,
tekanan darah, pernafasan , suhu), mengatur posisi pasien semi fowler 45°,
mengkaji tingkat kesadaran dengan GCS.
mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi (mengajarkan cara miring kanan
dan kiri), mengatur posisi pasien (semi fowler, fowler, miring kiri/ kanan),
mengobservasi daerah yang tertekan (punggung, panggul, bahu),melatih pasien
dalam pemenuhan kebutuhanADLs secara mandiri sesuai kemampuan (makan dan
minum sendiri).
mengidentifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan yang dimiliki pasien,
memberikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan, memberikan nutrisi yang
86
dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan, Memonitor masukan dan
output.memonitor kemampuan klien untu perawatan diri yang mandiri,
memonitor kebutuhan klien untuk alat alat bantu untuk kebersihan diri,
menyediakan bntuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self care, membantu klien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan.mengukur dan mementau Td, nadi, pernafasan dan suhu pasien
e. Evaluasi
Evaluasi yang penulis dapatkan selama melakukan asuhan keperawatan
pada Tn. A dengan implementasi/ tindakan keperawatan yang telah di
lakukan 3 diagnose keperawatan belum teratasi 1 diagnosa teratasi dan
dipertahankan yaitu Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
12.2. Saran
Berdasarkan hasil penerapan proses keperawatan yang telah dilakukan maka
mahasiswa dapat memberikan saran yang mungkin berguna untuk pembaca.
Saran-saran tersebut antara lain: walaupun sudah dilakukan pengkajian sebaik
mungkin namun masih perlu ditingkatkan dimasa yang akan datang disamping
itu diharapkan keluarga bersikap terbuka dalam memberikan informasi yang
sangat berguna untuk melakukan rencana tindakan, diharapkan dalam
melakukan rencana keperawatan terhadap pasien, mahasiswa dan perawat
ruangan dapat mengembangkan teori- teori atau menggunkan sumber yang
terbaru yang dapat diterapkan dengan baik pada pasien, dalam pelaksanaan
diharapkan perawat betul-betul melaksanakan rencana keperawatan dalam
bentuk nyata dan melakukan penanganan Stroke Hemoragik dengan cepat dan
87
tepat, dan evaluasi diharapkan merupakan kebenaran dari suatu keadaan itu
sebagi perawat yang profesional dituntut untuk lebih cermat dalam
mengevaluasi suatu keadaan
88
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta:
Interna Publishing.
Badan pusat statistic, (2013, juli) bps. go. Id. [online], http:// sp 2010. Bps. go. Id
/index. Php / siti/ table? Tid = 321
Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 12 . Jakarta: EGC
Junaidi, Iskandar.,2011.Stroke Waspadai Ancamannya.Yogyakarta : ANDI
Kelompok Studi Serebrovaskuler Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia.,2004. Guidelines Stroke 2004. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI).
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Nanda (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 T
Heather Heather Herdaman, Shigemi Kamitsuru, Jakarta: EGC.
Rico JS, Suharyo H, dan Endang K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stroke pada Usia Muda Kurang dari 40 Tahun. Jurnal
Epidemiologi.2008:1-13.
Susilo, Hendro. 2007. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke,
Suatu Pendekatan Baru. Bangkalan.
Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Yayasan Stroke Indonesia.2007. Penderita Stroke Meningkat. Jakarta: Yayasan
Stroke Indonesia
89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
Nama : Resi Anggara
Tempat / Tanggal Lahir : Labuh Gunung / 5 Januari 1995
Alamat : Labuh Gunung
II. Nama Orang Tua
Ayah : Arius
Ibu : Mesrawati
III. Pendidikan
1. SD N 01 LABUAH GUNUNG : 2002 - 2009
2. SMP N 1 LAREH SAGO HALABAN : 2009 – 2012
3. SMK KOSGORO 2 PAYAKUMBUH : 2012-2015
4. STIKes PERINTIS PADANG : 2015- sampai sekarang
90
91
92
93
94
top related