KAJIAN TEKNIS PENGGUNAAN BETON PRACETAK DAN ......Penggunaan struktur beton pracetak dan prategang dapat meminimalisir masalah mutu, karena dengan pelaksanaan di pabrik, maka mutu

Post on 26-Dec-2020

50 Views

Category:

Documents

15 Downloads

Preview:

Click to see full reader

Transcript

KAJIAN TEKNIS PENGGUNAAN BETON PRACETAK DAN PRATEGANG PADA KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR : PENGUJIAN LAPANGAN SEBAGAI ACUAN STANDAR KEAMANAN DAN KEHANDALAN STRUKTUR

Josia I. Rastandi

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

“Inovasi Teknologi Beton Pracetak dan Prategang dalam Mendukung Program Pembangunan Nasional”

Webinar Beton Indonesia Digital Series , Selasa 01 Desember 2020

PENDAHULUAN

Sejak dibangunnya jalan tol Jagorawi pada tahun 1975, sebagai jalan tol pertama di Indonesia, hingga tahun 2014, panjangjalan tol yang dibangun mencapai 742,1 km. Sedangkan dalam kurun waktu 2015-2020 panjang jalan tol yang dibangun dantelah diresmikan mencapai 1561,7 km. Ini berarti dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, pemerintah telah membangun jalantol lebih dari dua kali panjang jalan tol yang dibangun dalam kurun waktu 40 tahun sebelumnya.

Sebagai insan Teknik Sipil dan sebagai masyarakat Indonesia, hal ini patut kita syukuri, karena pembangunan ini merupakansarana bagi kita insan Teknik Sipil Indonesia untuk berkarya. Pesatnya pembangunan ini juga menuntut kita untuk dapat tetapmempertahankan kualitas. Kecepatan tidak boleh meninggalkan kualitas.

Pemerintahpun telah membentuk komite-komite yang terdiri dari para pakar dari seluruh Indonesia untuk mengawaljalannya pembangunan ini dari sisi keamanan dan kehandalan struktur. Salah satu cara yang direkomendasikan oleh komiteini untuk menjaga keamanan dan kehandalan struktur adalah dengan melakukan pengujian. Pengujian merupakan verifikasidari kajian teknis yang telah dilakukan selama masa perencanaan dan pembangunan. Pengujian merupakan bukti kebenaranakan kajian yang telah dilakukan.

Penggunaan struktur beton pracetak dan prategang dapat meminimalisir masalah mutu, karena dengan pelaksanaan dipabrik, maka mutu dapat lebih terkendali, walaupun tidak dapat dipungkiri kadang terjadi juga masalah. Kajian teknisseringkali dilakukan untuk mengatasi masalah dan memperbaikinya, akan tetapi jika terdapat keraguan akan suatu hal, makapengujian struktur dapat menjadi jawabannya.

STRUKTUR PRACETAK DAN PRATEGANG YANG UMUM DIPAKAI

Secara umum jenis struktur pracetak dan prategang yang banyak dipakai dalam pembangunan infrastrukturadalah :

1. Slab on PileJenis struktur ini seringkali dipakai untuk menggantikan struktur jalan dengan timbunan atau jika terdapat tanahyang perlu dilakukan improvement atau perbaikan tanah. Timbunan atau perbaikan tanah memerlukan waktuyang seringkali berbenturan dengan jadwal proyek, sehingga alternatif yang sering dipilih adalah struktur slab onpile.

2. PC I-GirderJika diperlukan struktur jembatan dengan bentang yang panjangnya menengah hingga sekitar 50m, maka sistemstruktur jembatan bentang sederhana dengan PC I-Girder sering kali menjadi pilihan.

3. Balanced Cantilever Box GirderUntuk bentang jembatan yang panjang, sistem balanced cantilever seringkali dipilih karena tidak memerlukanperancah dari bawah, sehingga kegiatan yang berada di bawahnya dapat tetap berlangsung.

Ketiga sistem struktur tersebutlah akan dibahas dalam paparan kali ini. Dalam paparan ini akan disampaikanmengenai pengujian-pengujian yang dilakukan dalam rangka menjamin mutu dan juga sebagai pembuktiankehandalan/kebenaran kajian teknis yang dilakukan jika terdapat suatu masalah.

SLAB ON PILE

SLAB ON PILE STRUCTURE

• SISTEM STRUKTUR

• KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN SLAB ON PILE

• DESIGN

• PELAKSANAAN KONSTRUKSI

• UJI DINAMIK

• UJI STATIK

SISTEM STRUKTUR

GAMBAR FULLSLAB – PLAN DAN PROFIL

GAMBAR FULLSLAB – POTONGANMELINTANG

GAMBAR FULLSLAB – PILEHEAD

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

KELEBIHAN

• Pelaksanaan yang lebih sederhana

• Pengerjaan relatif cepat

• Dapat dibuat continuous dengan pile untuk menahan gaya lateral

• Perawatan sedikit

KEKURANGAN

• Bentang relative pendek ( 5 – 15 m)

• Keterbatasan tinggi, maksimal 10 m. untuk struktur yang lebih tinggidigunakan bracing atau pile yang lebih besar.

DESIGN

3D MODELLING

RESPONS DINAMIK STRUKTUR

Respon ragam getar (mode) 1

Respon ragam getar (mode) 2

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

PEMASANGAN BEKISTING PILEHEAD

BEKISTING PILEHEAD

INSTALASI FULLSLAB

PENGECORAN ISIAN FULLSLABUrutan Pekerjaan1. Pembesian Isian Fulslab2. Pembersihan Area Pengecoran3. Aplikasi Bonding Agent4. Pengecoran dengan Beton Non Shrink fc – 415. Finishing Pengecoran Menggunakan Roskam6. Curring Beton menggunakan Karung Goni Basah

PENGUJIAN

UJI BEBAN STATIK

PENGUJIAN BEBAN STATIK

Displacement transducer, strain gage dan accelerometer

LOKASI SENSOR

TAHAP PEMBEBANAN

PEMBEBANAN DENGAN 5 TAHAPAN PEMBEBANAN

GRAFIK DEFORMASI VS TAHAP PEMBEBANAN

KONFIGURASI 1

KONFIGURASI 2

TEORI UJI BEBAN

Konfigurasi Beban 1

Konfigurasi Beban 2

Konfigurasi

Beban

Pengukuran Teori

OU1 OU2 OU3 OU4 OU1 OU2 OU3 OU4

1 -1.15995 -1.03578 -1.20666 -1.07824 -1.609 -1.56 -1.713 -1.66

2 -1.65945 -1.67735 -1.69874 -1.75682 -2.496 -2.506 -2.649 -2.659

Nilai displacement transducer maksimum pada saat pembebanan konfigurasi 1 dan 2

Nilai maksimum displacement yang tercatat masih lebih kecil dari hasil maksimum hasil

analisa. Hasil pengukuran lebih kecil 27.9% - 35.9% dari hasil analisa.

UJI DINAMIK

UJI DINAMIK FULL SLAB

14.583 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

12.492 Hz Drelatif = -17%

FREKUENSI DOMAIN

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

Text Unitless Sec Hz Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless

Mode 1 0.276178 3.620853 0.43 0.05017 2.163E-08 0.43 0.05017 2.16E-08 0.07124 0.57 0.07851 0.07124 0.57 0.07851

Mode 2 0.275462 3.630265 0.05223 0.44 2.715E-08 0.48 0.49 4.88E-08 0.62 0.06934 0.19 0.69 0.64 0.26

Mode 3 0.251642 3.973899 0.005606 0.002678 1.259E-09 0.49 0.49 5E-08 0.0038 0.007445 0.21 0.69 0.65 0.47

Mode 4 0.080048 12.4925 0.000006666 5.056E-07 0.16 0.49 0.49 0.16 0.01148 0.005502 0.000002003 0.71 0.66 0.47

Mode 5 0.079288 12.61225 0.000001536 0.000002178 0.49 0.49 0.49 0.65 0.03585 0.06448 0.000002827 0.74 0.72 0.47

Mode 6 0.078405 12.75429 7.031E-07 2.037E-07 0.0003026 0.49 0.49 0.65 0.0001776 0.00005094 3.764E-07 0.74 0.72 0.47

Mode 7 0.074539 13.4158 1.367E-11 0.00002547 0.04844 0.49 0.49 0.7 0.003023 0.002125 0.000005417 0.75 0.72 0.47

Mode 8 0.072362 13.81941 3.011E-07 8.014E-08 0.00003532 0.49 0.49 0.7 0.0000269 0.01007 2.084E-07 0.75 0.73 0.47

Mode 9 0.07228 13.83509 1.938E-07 8.438E-07 0.0005703 0.49 0.49 0.7 0.00003524 0.0002189 0.00001149 0.75 0.73 0.47

Mode 10 0.067452 14.82536 6.851E-09 0.000004781 0.000008753 0.49 0.49 0.7 0.001624 0.000000696 0.000001343 0.75 0.73 0.47

Mode 11 0.061934 16.14622 6.615E-09 2.464E-08 0.12 0.49 0.49 0.82 0.007078 0.006149 6.022E-09 0.75 0.74 0.47

Mode 12 0.061472 16.26757 7.224E-07 6.678E-08 0.00004576 0.49 0.49 0.82 3.405E-07 0.0003757 3.037E-07 0.75 0.74 0.47

Mode 13 0.058593 17.06689 0.00002905 7.723E-10 0.000000169 0.49 0.49 0.82 4.713E-07 0.01836 0.000007554 0.75 0.76 0.47

Mode 14 0.057839 17.28937 1.062E-08 8.893E-07 0.0009428 0.49 0.49 0.82 0.0005856 0.0001065 1.912E-07 0.75 0.76 0.47

Mode 15 0.057389 17.42494 0.000000114 6.725E-07 0.01569 0.49 0.49 0.84 0.0004738 0.0002592 3.504E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 16 0.054624 18.30697 0.000001314 1.141E-08 0.00009899 0.49 0.49 0.84 0.000004294 0.002753 0.000001021 0.76 0.76 0.47

Mode 17 0.05237 19.0949 1.001E-09 3.749E-08 0.0006994 0.49 0.49 0.84 0.0000289 0.00003298 1.221E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 18 0.048831 20.47879 2.557E-08 2.427E-09 2.505E-07 0.49 0.49 0.84 1.416E-09 0.00005466 1.078E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 19 0.045929 21.77274 6.805E-08 3.158E-10 0.005839 0.49 0.49 0.84 0.0003099 0.000354 1.18E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 20 0.045031 22.20692 1.449E-07 7.369E-11 0.01377 0.49 0.49 0.86 0.0007138 0.0008231 4.271E-08 0.76 0.76 0.47

Hasil uji dinamik memberikan nilai frekuensi 17% lebih tinggi dari hasil teoritis. Frekuensi alami merupakan fungsi dari

𝑘

𝑚, berarti dalam hal ini nilai k yang sesungguhnya lebih besar 1.172 = 1.37 kali dari hasil teoritis. Hal ini sejalan dengan

hasil uji beban statik, dimana nilai displacelement yang terjadi lebih kecil 27.9 % - 35.9 % dari hasil analisa.

14.583 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

12.492 Hz Drelatif = -17%

FREKUENSI DOMAIN

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

Text Unitless Sec Hz Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless

Mode 1 0.276178 3.620853 0.43 0.05017 2.163E-08 0.43 0.05017 2.16E-08 0.07124 0.57 0.07851 0.07124 0.57 0.07851

Mode 2 0.275462 3.630265 0.05223 0.44 2.715E-08 0.48 0.49 4.88E-08 0.62 0.06934 0.19 0.69 0.64 0.26

Mode 3 0.251642 3.973899 0.005606 0.002678 1.259E-09 0.49 0.49 5E-08 0.0038 0.007445 0.21 0.69 0.65 0.47

Mode 4 0.080048 12.4925 0.000006666 5.056E-07 0.16 0.49 0.49 0.16 0.01148 0.005502 0.000002003 0.71 0.66 0.47

Mode 5 0.079288 12.61225 0.000001536 0.000002178 0.49 0.49 0.49 0.65 0.03585 0.06448 0.000002827 0.74 0.72 0.47

Mode 6 0.078405 12.75429 7.031E-07 2.037E-07 0.0003026 0.49 0.49 0.65 0.0001776 0.00005094 3.764E-07 0.74 0.72 0.47

Mode 7 0.074539 13.4158 1.367E-11 0.00002547 0.04844 0.49 0.49 0.7 0.003023 0.002125 0.000005417 0.75 0.72 0.47

Mode 8 0.072362 13.81941 3.011E-07 8.014E-08 0.00003532 0.49 0.49 0.7 0.0000269 0.01007 2.084E-07 0.75 0.73 0.47

Mode 9 0.07228 13.83509 1.938E-07 8.438E-07 0.0005703 0.49 0.49 0.7 0.00003524 0.0002189 0.00001149 0.75 0.73 0.47

Mode 10 0.067452 14.82536 6.851E-09 0.000004781 0.000008753 0.49 0.49 0.7 0.001624 0.000000696 0.000001343 0.75 0.73 0.47

Mode 11 0.061934 16.14622 6.615E-09 2.464E-08 0.12 0.49 0.49 0.82 0.007078 0.006149 6.022E-09 0.75 0.74 0.47

Mode 12 0.061472 16.26757 7.224E-07 6.678E-08 0.00004576 0.49 0.49 0.82 3.405E-07 0.0003757 3.037E-07 0.75 0.74 0.47

Mode 13 0.058593 17.06689 0.00002905 7.723E-10 0.000000169 0.49 0.49 0.82 4.713E-07 0.01836 0.000007554 0.75 0.76 0.47

Mode 14 0.057839 17.28937 1.062E-08 8.893E-07 0.0009428 0.49 0.49 0.82 0.0005856 0.0001065 1.912E-07 0.75 0.76 0.47

Mode 15 0.057389 17.42494 0.000000114 6.725E-07 0.01569 0.49 0.49 0.84 0.0004738 0.0002592 3.504E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 16 0.054624 18.30697 0.000001314 1.141E-08 0.00009899 0.49 0.49 0.84 0.000004294 0.002753 0.000001021 0.76 0.76 0.47

Mode 17 0.05237 19.0949 1.001E-09 3.749E-08 0.0006994 0.49 0.49 0.84 0.0000289 0.00003298 1.221E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 18 0.048831 20.47879 2.557E-08 2.427E-09 2.505E-07 0.49 0.49 0.84 1.416E-09 0.00005466 1.078E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 19 0.045929 21.77274 6.805E-08 3.158E-10 0.005839 0.49 0.49 0.84 0.0003099 0.000354 1.18E-08 0.76 0.76 0.47

Mode 20 0.045031 22.20692 1.449E-07 7.369E-11 0.01377 0.49 0.49 0.86 0.0007138 0.0008231 4.271E-08 0.76 0.76 0.47

Konfigurasi

Beban

Pengukuran Teori

OU1 OU2 OU3 OU4 OU1 OU2 OU3 OU4

1 -1.15995 -1.03578 -1.20666 -1.07824 -1.609 -1.56 -1.713 -1.66

2 -1.65945 -1.67735 -1.69874 -1.75682 -2.496 -2.506 -2.649 -2.659

UJI DINAMIK STRUKTUR PILE

HASIL PENGUJIAN

ANALISA DAN HASIL PENGUJIAN

PENGUJIAN SISTEM SAMBUNGAN ANTAR FULL SLAB

SAMBUNGAN ANTAR PANEL FULL SLAB DENGAN LATERAL PRESTRESSING

SAMBUNGAN ANTAR PANEL FULL SLAB DENGAN PENULANGAN GESER DAN CAST IN SITU

2 SISTEM SAMBUNGAN ANTAR PELAT FULL SLAB

KONFIGURASI PEMBEBANAN

Lokasi instrumenTampak atas detail penempatan displacement tranducer

dan strain gage dibawah slab

BATASAN STRAIN TEORITIS TARIK

131.91µε

εs = fr/E = 0.62xsqrt(42)/(4700xsqrt(42)) = 131.91µε329.79µε

εs2 = 131.91µε x 250/100 = 329.79µε

εs2

NilaiPembacaan regangan tahap 3 (konfigurasi 1)

S6 S7

Pengukuran VWSG 241.329 19.058

Regangan teoritis pada posisi sambungan bernilai 329.79µε, sedangkan dari hasil pengujian sistem sambungan full slabdengan lateral stressing memberikan nilai sebesar 555.10 µε dan sistem sambungan dengan penulangan dan cast in situmemberikan nilai 241.33 µε

329.79µεTeoritis

241.33µεPenulangan geser + cast in situ

555.10 µεLateral stressing

PC I-GIRDER

PERMASALAHAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Keterbatasan Lahan

Lahan yang terbatas menyebabkan tidak memungkinkanuntuk membuat stressing bed yang baik. Stressing bedhanya berupa tanah yang dipadatkan kemudian dibuatslab on grade dan menggunakan beberapa sleepersebagai perletakan untuk menahan beban akibat beratsendiri

Penurunan Perletakan Saat Stressing

Ketika dilakukan stressing, terjadi camber, akibatnyabeban akibat berat sendiri terkonsentrasi pada duaperletakan ujung yang tidak didesain untuk menahanbeban yang berat. Akibatnya kedua perletakan ujungturun. Perletakan lainnya tidak turun, dan inimenyebabkan adanya gaya reaksi ke atas.

Gaya Terpusat Ke Atas Dari Perletakan Sleeper

Akibat Perletakan Sleeper ujung yang turun sedangkan perletakan sleeper tengahtidak turun, meyebabkan adanya gaya terpusat pada tengah bentang

Retakan Pada Sisi Atas.

Over camber menyebabkan timbunya retakan pada sisiatas akibat adanya gaya ke atas dari perletakan sleepertengah (yang tidak turun), karena penurunan pada keduaperletakan.

Spalling Pada Sisi Bawah

Akibat penurunan perletan dan adanya gaya terpusat keatas dari perletakan sleeper yang tidak turunmenyebabkan momem negatif yang menyebabkan overstress pada sisi bawah, sehingga pada sisi bawah girderterjadi spalling.

VERIFIKASI KAPASITAS GIRDER DENGAN PENGUJIAN

Pasal 9.9.5.2 :“Penilaian beban bangunan atasyang ditentukan melalui bebanstatik percobaan, tidak bolehmelebihi 0.70 kali Faktor BebanEkuivalen dari pembebananmaksimum yang diberikan.”

PC I-GIRDER

Uji beban girder dengan beban DL + 0.7 LL sesuai dengan BMS

BALANCED CANTILEVER BOX GIRDER

TOL BECAKAYU, FLYOVER D. I. PANJAITAN

JEMBATAN BECAKAYU PCB27-PCB29

FOTO KONDISI JEMBATAN

FOTO SAAT UJI BEBAN STATIK

FOTO SAAT UJI BEBAN STATIK

STATIK LOADING TEST

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 1

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 2

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 3

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 4

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 5

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 6

PENEMPATAN TRUK PEMBEBANAN TAHAP 7

PEMBEBANAN TAHAP 8 (TANPA TRUK)

POSISI SENSOR

STRAIN GAUGE

STRAIN GAUGE DATA LOGGER & SOFTWARE

SETTLEMENT MONITORING

Tiltmeter

WATERPASS

Hasil pembacaan Settlement Sensor tanpa beban (pengaruh suhu)

10

15

20

25

30

35

40

5

5.5

6

6.5

7

7.5

8

8.5

9

9.5

10

10.5

11

11.5

12

10/7

/201

8 2

1:21

:36

10/7

/201

8 2

3:45

:36

10

/8/2

01

8 2

:09

:36

10

/8/2

01

8 4

:33

:36

10

/8/2

01

8 6

:57

:36

10

/8/2

01

8 9

:21

:36

10/8

/201

8 1

1:45

:36

10/8

/201

8 1

4:09

:36

10/8

/201

8 1

6:33

:36

10/8

/201

8 1

8:57

:36

10/8

/201

8 2

1:21

:36

10/8

/201

8 2

3:45

:36

10

/9/2

01

8 2

:09

:36

10

/9/2

01

8 4

:33

:36

10

/9/2

01

8 6

:57

:36

10

/9/2

01

8 9

:21

:36

Suh

u (

oC

)

Dis

pla

cem

en

t (m

m)

Pembacaan SS1 ~ SS5

SG1 SG2 SG3 SG4 SG5 Suhu SG1 Suhu SG2 Suhu SG3 Suhu SG4 Suhu SG5

+- 2.7 mm

Hasil pembacaan Settlement Sensor

Hasil pembacaan Settlement Sensor

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

-90-70-50-30-1010

Beb

an (

Ton

)

Deformasi (mm)

Deformasi di 1/2 L

TS Teori SS Pengukuran

Perbanding hasil pengukuran beberapa alat ukur untuk lendutan tengah bentang

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-150

-100

-50

0

50

100

150

10/7

/18 7

:12 P

M

10/8

/18 1

2:0

0 A

M

10/8

/18 4

:48 A

M

10/8

/18 9

:36 A

M

10/8

/18 2

:24 P

M

10/8

/18 7

:12 P

M

10/9

/18 1

2:0

0 A

M

10/9

/18 4

:48 A

M

10/9

/18 9

:36 A

M

10/9

/18 2

:24 P

M

10/9

/18 7

:12 P

M

10/1

0/1

8 1

2:0

0 A

M

10/1

0/1

8 4

:48 A

M

10/1

0/1

8 9

:36 A

M

10/1

0/1

8 2

:24 P

M

10/1

0/1

8 7

:12 P

M

10/1

1/1

8 1

2:0

0 A

M

Su

hu

(oC

)

ΔS

train

(με)

ΔREGANGAN PCB27-PCB29

SG1A SG2A SG3A SG4A SG5A T-SG1A T-SG2A T-SG3A T-SG4A T-SG5A

Pengamatan tanpa bebanLoading test

Hasil pembacaan Regangan

UJI DINAMIK

PENEMPATAN ACCELEROMETER

KERUSAKAN STRUKTURAL

Vibrasi ke 1, titik 2

1.450 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

1.35 Hz Drelatif = -7%

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREKUENSI DOMAIN

Vibrasi ke 1, titik 3

1.432 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

1.35 Hz Drelatif = -6%

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREKUENSI DOMAIN

Vibrasi ke 2, titik 2

1.440 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

1.35 Hz Drelatif = -7%

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREKUENSI DOMAIN

Vibrasi ke 2, titik 3

1.432 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

1.35 Hz Drelatif = -6%

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREKUENSI DOMAIN

1. Lendutan maksimum pada bentang yang dibebani akibat uji beban statik adalah sebesar 62.75 mm dari pengukuran settlement sensor dan 65 mm dari

pengukuran waterpass yang ditempatkan pada pier PCB29, lebih besar sedikit dari lendutan hasil analisa 64.5 mm. Sedangkan lendutan residu, sesaat

setelah unloading adalah sebesar 5.19 mm (settlement sensor) atau 8.3% dari lendutan maksimum dan 1 mm atau 1.54% (waterpass) dan dari lendutan

maksimum terukur.

2. Uji dinamik memberikan nilai frekuensi alami antara 1.432 Hz – 1.45 Hz dengan deviasi antara 6.07% hingga 7.4% lebih besar dari frekuensi alami teoritis

sebesar 1.35 Hz.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

-90-70-50-30-1010

Be

ba

n (

To

n)

Deformasi (mm)

Deformasi di 1/2 L

TS Teori SS Pengukuran1.440 Hz Drelatif = (fteoritis - factual)/fteoritis * 100%

1.35 Hz Drelatif = -7%

FREQUENCY DOMAIN

Frequency actual

Frequency teoritis

TIME DOMAIN

TIME DOMAIN

FREKUENSI DOMAIN

KESIMPULAN

Dari paparan yang telah disampaikan dapat kita simpulkan bahwa :1. Pengujian struktur pratekan ataupun pratekan dan pracetak memberikan

hasil yang sangat mendekati hasil analisa, dengan kecenderungan yang lebihkaku. Ini menandakan bahwa struktur dengan sistem pracetak dan ataupratekan dapat lebih memberikan jaminan keamanan dan kehandalanstruktur.

2. Keakuratan model struktur serta sensitifitas alat ukur sangat mempengaruhiketelitian hasil pengujian.

3. Pengujian dan data-data hasil pengujian seharusnya menjadi dasarpengambilan keputusan jika di lapangan ditemui masalah-masalah pada struktur.

TERIMA KASIH

top related