JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU …
Post on 22-Oct-2021
10 Views
Preview:
Transcript
EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QIRAATI
(Studi Kasus Siswa Kelas V MI Darul Muttaqin Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
AHMAD SYAUQI
NIM 1111011000108
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/ 1439 H
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
FITK No. Revisi: : 01
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Syauqi
Tempat/tgl lahir : Jakarta, 01 Agustus 1993
NIM : 1111011000108
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Angkatan : 2011
Alamat : Jln. H. Abd. Wahid RT 008 RW 03 No.29 Jatipadang,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Qiraati (Studi Kasus
Siswa Kelas V MI Darul Muttaqin Jakarta)”. Adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen:
Nama : Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag
NIP : 19580707 198703 1 005
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 26 Juni 2018
Mahasiswa Ybs.
Ahmad Syauqi
NIM. 1111011000108
ABSTRAK
Ahmad Syauqi (1111011000108). Efektivitas Metode Pembelajaran Qiraati
(Studi Kasus Siswa Kelas V MI Darul Muttaqin Jakarta). Skripsi Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode Qiraati pada
kemampuan membaca Alquran siswa, yang diukur melalui beberapa aspek yaitu
makharijul huruf, kemampuan membaca per kata, membaca surat Al-Zalzalah dan
kelancaran membaca Alquran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang
digunakan yaitu metode eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, ingin
diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap obyek penelitian dalam kondisi
yang terkontrol. Penelitian yang bersifat eksperimen ini, menguji penerapan
Metode Qiraati untuk pembelajaran Alquran pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Darul Muttaqin yang memiliki dampak pada kemampuan membaca Alquran
siswa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai
kemampuan membaca Alquran siswa setelah diajarkan menggunakan metode
Qiraati .Oleh karena itu, dalam penelitian ini metode Qiraati terbukti efektif untuk
meningkatkan kemampuan membaca Alquran siswa, dapat dilihat dari hasil tes
membaca Alquran siswa yang mencapai nilai rata-rata 80,5.
Kata Kunci: Efektivitas, Metode Qiraati
ABSTRACT
Ahmad Syauqi (1111011000108). Effectiveness of Qiraati Learning Method
(Case Study of Grade V student MI Darul Muttaqin Jakarta). Thesis
Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training,
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2018.
This study aims to find out how the effectiveness of the Qiraati method
on the ability to read the Qur'an, which is measured through several aspects
namely makharijul letters, the ability to read per word, read the letter of Al-
Zalzalah and the smooth reading of the Qur'an.
This research uses qualitative approach and the method used is
experimental method. In experimental research, to know the effect of certain
treatment on the object of research under controlled conditions. This experimental
study will examine whether the application of the Qiraati Method for the study of
the Qur'an to the students of Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin has an impact
on students' reading ability.
The results of this study indicate that there is an increase in the value of
students 'Quran reading ability after being taught using Qiraati method. Therefore,
in this study Qiraati method proved effective to improve students' Qur'an reading
ability.
Keywords: Effectiveness, Qiraati Method
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Semoga kita
sebagai ummatnya yang selalu mengikuti sunnah-sunnahnya akan mendapat
syafa’atnya di hari Kiamat nanti, amiin.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar betul masih banyak kekurangan
dan banyak hambatan yang dilalui baik hambatan dari luar maupun dari penulis
sendiri, namun berkat tekad yang kuat dan merasa penuh tanggung jawab demi
membahagiakan hati orang tua, Alhamdulillah semuanya dapat dilewati dengan
baik.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan moril berupa motivasi
maupun masukan dari semua pihak yang tidak akan penulis lupakan jasa-jasanya.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Maka,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK).
2. Dr. H. Abdul Majid Khon,. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
sekaligus Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian,
bimbingan, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang besar dalam
proses penulisan skripsi ini.
3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Semoga kebijakan yang telah dilakukan selalu mengarah kepada
kontinuitas eksistensi mahasiswanya.
4. Dr. Akhmad Sodiq, MA. Dosen pebimbing akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan pelayanan konsultasi bagi
penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat memahami berbagai materi
perkuliahan.
6. Ayahanda Bapak Usman Hamid dan Mama tercinta Ibu Romlah
KH.Ahmad yang telah banyak mencurahkan kasih sayang, perhatian dan
doanya yang tiada henti. Juga mendidik putra-putrinya dengan tulus
ikhlas, dan mencukupi kebutuhan moril dan materil serta membimbing,
memotivasi dan mendo’akan penulis dalam menempuh kehidupan ini.
7. Kakak dan adikku tersayang. Fauzan Zamahsyarie, Meuthia Ariefiani,
Riza Fauziah, Nasyitha Amelia yang tidak pernah bosan memberikan
motivasinya.
8. Sahabat-sahabat seperjuangan Wildan Tamam, Lutfi Wibowo, Tarmizi
Hamdi, Irvan Shaddiq Munsyawi dan khususnya kepada Wardatul Jamilah
yang masih setia mendampingi hari-hari penulis dan terus memberikan
semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kawan-kawan PAI C angkatan 2011, khususnya kawan CMPS yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Abdul Azis, Wiguna
Miharja, Achmad Widadi, Ahmad Irfan, M.Haikal Al-Yusdi, Akmal
Nurullah, Ade Esa Nur Iskandar.
10. Dewan Guru dan Staff Majelis Rasulullah, Habib Ja’far bin Muhammad
Bagir Al-Athos, Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Habsyi, Habib Baghir
bin Yahya yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis
dalam menjalani kehidupan ini, khususnya kepada Guru Mulia Al-Habib
Umar bin Hafidh, serta kepada Tim Hadroh Majelis Rasulullah Pusat yang
telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu
karena sedemikian banyaknya orang yang memberikan bantuan dalam
proses pembuatan skripsi ini, penulis hanya berharap semoga semuanya
mendapatkan balasan yang terbaik dan terindah dari Allah SWT. Amin.
Akhirnya penulis sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah
semata. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian
dan bantuan semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan barokah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga apa yang telah
ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Âmîn Yâ Robbal
`Âlâmîn.
Jakarta, 22 Juni 2018
Ahmad Syauqi
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran Alquran .................................................................... 7
B. Pengertian, Sejarah, Sistem dan Isi Buku Metode Qiraati .......................... 14
C. Kemampuan Membaca Alquran yang Baik dan Benar ................................ 27
D. Efektivitas Metode Qiraati .......................................................................... 31
E. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 34
F. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian......................................................................................... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 36
vii
C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 36
D. Setting Penelitian ....................................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 37
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian ………………………. .................................... 43
B. Analisis Hasil Penelitian ............................................................................. 53
C. Usaha Peningkatan Kemampuan Membaca Alquran Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin ........................................................................... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 67
B. Saran ............................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Isi Buku Metode Qiraati ................................................................... 24
Tabel 2 Sarana Prasarana MI Darul Muttaqin ............................................... 49
Tabel 3 Jadwal Jam Pelajaran Harian ............................................................ 50
Tabel 3.1 Kemampuan Terkait Makhraj Huruf Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Qiraati ........................................................... 57
Tabel 4 Kemampuan Terkait Membaca Per Kata Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Qiraati ............................................................ 59
Tabel 5 Kemampuan Terkait Aplikasi Surat Al-Zalzalah Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran Metode Qiraati ............................................. 60
Tabel 6 Kemampuan Terkait Kelancaran Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Qiraati ........................................................... 62
Tabel 7 Rangkuman Hasil Penelitian Kemampuan Membaca Alquran
Siswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Metode Qiraati ............. 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dalam bentuk lafal Arab melalui Malaikat Jibril, diturunkan secara mutawatir,
diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, serta ditulis
dalam mushaf.1 Al-Qur‟an merupakan sumber utama ajaran Islam dan sebagai
pedoman hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur‟an bukan sekedar memuat petunjuk
tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya (hablum mina Allah wa hablum minan-Nas), bahkan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya.”2
Alquran merupakan Kalam/Firman Allah yang dijadikan sebagai pedoman
hidup dan petunjuk bagi umat Islam. Allah SWT telah berfirman dalam surat al-
Isra ayat 9, yang berbunyi:
لون م ع ين ي ين إل ن ؤم م إل ش ب وم وي ق ت ه آ ل ي ل د ن ي رآ ق إ إل ذ ن ه إ
يرإ ب رإ ك ج م آ ه ن ل ات آ ح ال إلص“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka pahala yang besar.” (QS. Al-
Isra: 9)3
Allah yang menurunkan Alquran sebagai “bacaan mulia” agar dapat menjadi
petunjuk bagi manusia dan menjadi pembeda antara yang benar dan yang bathil.4
Alquran diturunkan untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia yang ingin
1 Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h.25 2 Choirudin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Qur‟an, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), Cet. 1, h.
25. 3 Depag RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Semarang, CV. Toha Semarang, 1988), Edisi Revisi, h.
45. 4 Ahmad Fathoni, Metode Maisura, (Jakarta: Transhop Printing, 2014), h.1
2
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, karena di dalamnya terdapat segala
aspek kehidupan manusia. Alquran tidak diturunkan untuk satu umat atau untuk
satu masa, akan tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa
(universal).5 Benar adanya bahwa membaca Alquran mempunyai aturan baku
sejak diturunkannya. Allah menjanjikan pahala berlipat ganda untuk setiap huruf
bagi pembacanya walaupun tidak tahu artinya, bahkan di hari kiamat nanti Allah
memberi jaminan bahwa bacaan Alquran bisa memberi syafa‟at atau pertolongan
bagi pembacanya.
Kitab Alquran adalah kitab yang sangat penting untuk dibaca dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena di dalamnya memuat tentang aturan hidup,
hukum, sejarah atau cerita-cerita umat terdahulu, dan juga Alquran merupakan
petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Oleh karena itu, bagi umat
Islam mampu membaca Alquran dengan baik dan benar merupakan hal yang
sangat penting, selain mendapatkan pahala dan ilmu, mereka juga akan
mendapatkan petunjuk kehidupan dari Allah menuju jalan yang benar. Sudah
maklum adanya, bahwa Alquran tidak boleh dengan dibaca asal, akan tetapi harus
dibaca dengan tartil. Maka dari itu umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk
membaca Alquran saja, akan tetapi harus mempelajari ilmu-ilmu dalam
memahami dan menguasai Alquran agar dapat membaca Alquran dengan tartil.
Karena, ada beberapa aspek yang harus dicapai dalam membaca Alquran, diawali
dengan mengenal huruf, menguasai makharijul huruf agar dapat melafalkan
Alquran dengan fasih, serta ilmu tajwid agar dapat melafalkan bacaan Alquran
dengan baik dan benar.
Namun saat ini, berdasarkan hasil pengamatan penulis generasi muda Islam
menjadi jarang membaca Alquran, karena kurangnya peranan orang tua dalam
membimbing anak-anaknya sejak dini dan pengaruh lingkungan yang kurang
5 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung : PT.Remaja Rosda Karya, 2011), cet. 2, h. 179
3
baik, sehingga ketika menjadi remaja ataupun beranjak dewasa mereka tidak bisa
membaca Alquran. Maka dari itu pentingnya peranan orang tua dalam
membimbing anak-anaknya haruslah sejak dari usia dini.
Pendidikan Alquran yang diberikan orang tua kepada anaknya sejak dini bisa
dilakukan dengan cara memasukan anaknya ke Taman Pendidikan Alquran
(TPA). Karena pembelajaran Alquran di sekolah-sekolah formal hanya dimasukan
ke dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam dari jenjang TK hingga
SMU. Sehingga pembelajaran yang diadakan di sekolah-sekolah sangatlah
sedikit, sehingga anak didiknya belum mempunyai kemampuan untuk membaca
Alquran dengan baik dan benar. Untuk menyiasati keterbatasan tersebut, maka
dibutuhkan suatu metode pengajaran yang cepat dan tepat serta menarik dalam
pengajaranya, sehingga anak didik di sekolah-sekolah formal mampu menguasai
cara membaca Alquran dengan baik dan benar.
Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan atau pembelajaran
merupakan suatu aspek pendidikan atau pembelajaran yang sangat penting guna
mentransfer pengetahuan dari seorang guru kepada muridnya. Melalui metode
pembelajaran terjadi proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh murid sehingga
mereka dapat memahami dan menyerap dengan baik apa yang telah dipelajari.
Terutama dalam proses membaca Alquran diperlukan metode yang cocok agar
tujuan dapat tercapai dengan mudah, terarah dan efisien. Dahulu, apabila
seseorang ingin bisa membaca Alquran diperlukan waktu yang bertahun-tahun
lamanya, bahkan ada yang belajar sejak kecil hingga dewasa baru mampu
membaca Alquran dengan baik dan benar. Akan tetapi, tidak menjamin waktu
yang lama tersebut, adakalanya sudah belajar Alquran bertahun-tahun tapi tetap
saja tidak dapat membaca Alquran dengan benar. Dari hal seperti ini, maka
muncullah berbagai macam metode pengajaran Alquran yang disusun oleh para
tokoh dari kalangan pesantren maupun kalangan tokoh agama yang lain untuk
mempermudah, mempercepat serta menarik perhatian dalam pengajaran Alquran.
Metode-metode tersebut adalah:
4
a. Metode Iqra‟
b. Metode Qawaidul Baghdadiyah
c. Metode Jibril
d. Metode An-Nahdiyah
e. Metode Qiraati.6
Berbagai metode tersebut yang digunakan di lembaga-lembaga pengajaran
Alquran seperti TKQ/TPA/TPQ/LPQ maupun di sekolah tentu saja memiliki
kelebihan dan kekurangan. Munculnya metode-metode tersebut didasari oleh
perbedaan latar belakang dan tuntutan masyarakat yang mengharapkan anak-anak
mereka mampu membaca Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu
tajwid dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Metode qiraati adalah suatu metode membaca Alquran yang langsung
memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Metode qiraati merupakan metode yang pertama kali disusun oleh KH. Dachlan
Salim Zarkasyi pada tahun 1986. Metode ini dibuat oleh KH. Dachlan Salim
Zarkasyi atas pengamatan dan kajiannya terhadap para guru dan pembimbing
Alquran, yang beliau nilai lamban dan asal-asalan dalam mengajarkan Alquran
kepada siswanya, sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas tentang efektivitas
metode qiraati, dan mengangkat tema untuk dijadikan skripsi dengan judul
“Efektivitas metode pembelajaran Qiraati (studi kasus siswa kelas V MI
Darul Muttaqin Jakarta)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat
diidentifikasikan beberapa persoalan yang menyangkut tugas guru dalam
meningkatkan keberhasilan pembelajaran Alquran antara lain :
6 http://qashthaalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode-pembelajaran-alquran.html
5
1. Masih banyak kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam membaca
Alquran.
2. Kurangnya minat siswa dalam mempelajari Alquran.
3. Banyaknya siswa yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya dalam
mempelajari Alquran dirumah.
4. Lingkungan yang kurang memperhatikan dan memfasilitasi generasi muda
dalam mempelajari Alquran.
5. Penerapan pembelajaran qiraati di sekolah oleh guru.
C. Pembatasan Masalah
Agar penulisan ini lebih terarah dan tidak terjadi peluasan masalah di dalam
pembahasanya, maka penulis membatasi permasalahan yang ada.
Adapun masalah yang penulis batasi yaitu:
1. Pembelajaran Qiraati yang dimaksud adalah pembelajaran yang dilakukan
disekolah oleh guru untuk menyampaikan materi membaca Alquran yang
terkait dengan makhorijul huruf, kemampuan membaca per kata dan
kelancaran membaca Alquran.
2. Efektivitas dan dampak penerapan metode pembelajaran Qiraati pada
kemampuan membaca Alquran siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar pembatasan di atas, penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Alquran Metode Qiraati di MI
Darul Muttaqin?
2. Apakah penerapan metode Qiraati dapat meningkatkan kemampuan membaca
Alquran siswa kelas V MI Darul Muttaqin?
6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Metode Qiraati di MI
Darul Muttaqin.
b. Untuk mengetahui apakah Metode Qiraati dapat meningkatkan
kemampuan membaca Alquran siswa kelas V MI Darul Muttaqin.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kajian ini sangat berguna untuk:
1. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi para
pengajar di Lembaga Pendidikan Alquran (TKQ/TPA/TPQ/LPQ) untuk
memilih metode yang lebih efektif dalam pembelajaran Alquran.
2. Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam meningkatkan
belajar Alquran di kalangan anak-anak.
3. Untuk menambah wawasan para Guru Alquran baik lembaga formal
maupun non formal, serta masyarakat umumnya dalam rangka
memberantas buta huruf Alquran di Indonesia.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran Alquran
Metode merupakan salah satu cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu
kegiatan yang nantinya akan membantu terlaksanannya kegiatan dengan hasil
yang baik dan maksimal. Dalam dunia pendidikan, metode mempunyai peranan
yang sangat penting terutama dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercipta
suasana yang kondusif baik di dalam maupun di luar kelas.
Metodologi atau methodology dalam bahasa Inggris, diserap dari bahasa
Perancis “méthodologie” yang berasal dari bahasa Latin modern “methodologia”
yang tersusun dari kata Latin “methodos – logia” (merriam-webster). Beberapa
pendapat juga mengemukakan bahwa metodologi berasal dari bahasa Yunani
yang tersusun dari kata “methodos – logos“. Dengan penambahan leksem
“logia atau logos” menunjukkan pengertian “yang bersifat ilmiah” atau menunjuk
pada ilmu itu sendiri.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan, bahwa Metode adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
yang dikehendaki; “Cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.8
Pengertian metode menurut arti Etimologi sebagaimana termaktub dalam
buku sosiologi suatu pengantar yang mengartikan metode (method) adalah: “Cara
Kerja.”9
7 Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Research Design & Methodology, 2010) 8 Frista Artmanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media)
9 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 20, h. 48
8
Sedangkan secara Simatik, “metodologi berarti ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu
tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.”10
H.M Arifin, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa
kata metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari “meta” yang berarti
“melalui” dan “hodos” yang berarti “jalan”. Jadi metode berarti jalan yang
dilalui.11
Dalam hal ini metode dapat dikatakan sebagai suatu cara teratur dan sistematis
dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan yang diinginkan yang
nantinya akan berpengaruh terhadap hasil yang efektif dan efisien.
Kata metode dapat diartikan dengan kata “metodologi, yang secara ringkas
berarti pembahasan tentang metode atau metode-metode.”12
Dengan kata lain metodologi adalah: “ilmu tentang metode-metode yang
mengkaji/membahas mengenai bermacam-macam metode mengajar, tentang
keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat/serasi untuk penyajian pelajaran apa,
bagaimana penerapannya dan sebagainya.”13
Banyak macam jenis metode tersebut, disebabkan oleh karena metode tersebut
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor berikut:
1. Tujuan yang berbeda-beda dari masing-masing bidang studi.
2. Perbedaan latar belakang dan kemampuan masing-masing anak didik atau
murid.
3. Perbedaan orientasi, sifat dan kepribadian atau kemampuan dari masing-
masing guru.
10
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Da‟wah Islamiyah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu), 1979, h. 90
11 M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1987) . hal. 89
12 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet. 3,
h. 12. 13
Tayar Yusuf&Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada), Cet. 1, h. 1-2
9
4. Faktor situasi dan kondisi, dimana proses pendidikan dan pengajaran
berlangsung. Termasuk dalam hal ini jenis lembaga pendidikan dan faktor
geografis yang berbeda-beda.
5. Tersedianya fasilitas pengajaran yang berbeda-beda, baik secara kualitas
maupun kuantitasnya.14
Dalam penerapan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran, setidaknya
memperhatikan beberapa faktor sebagai seperti: tujuan masing-masing bidang
studi, latar belakang kemampuan peserta didik, orientasi serata kepribadian
dan kemampuan guru, situasi dan kondisi serta fasilitas pengajaran.
Dari berbagai macam pengertian metode di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematis dalam rangka
mempermudah proses penyampaian materi pelajaran dari seorang guru kepada
peserta didik agar materi tersebut dapat dipahami dengan cepat dan mudah.
Dalam proses pembelajaran, metode mempunyai peranan sangat penting
dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Dibawah ini akan disebutkan
beberapa metode pembelajaran Alquran yang berkembang di Indonesia15
,
sebagai berikut:
A. Metode Al-Baghdadi
Metode Al-Baghdadi atau yang sering dikenal dengan baghdadiyah adalah
metode yang pertama kali muncul dan merupakan metode tertua di Indenesia
yang berasal dari baghdad, irak. Cara Belajar membaca Alquran yang diawali
14
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, ( Surabaya, 1983), h. 80.
15 http://www.wahdah.or.id/wis/images/stories/Metode%20baca%20tulis%20al-Qur‟an.pdf
10
dengan mengenalkan huruf-huruf hijaiyah tunggal, dilanjutkan dengan meng-
eja perkata dan membaca surat-surat pendek dengan dituntun oleh guru.16
1) Kelebihan
a) Santri akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi,
santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
b) Santri yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya
karena tidak menunggu orang lain.
2) Kekurangan
a) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan harus dieja.
b) Santri kurang aktif karena harus mengikuti guru dalam membaca.
c) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
B. Metode Iqra
Metode Iqra adalah suatu Metode membaca Alquran yang menekankan
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqra terdiri dari 6 jilid
di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan
yang sempurna.
Metode Iqra ini disusun oleh Ustadz As‟ad Humam yang berdomisili di
Yogyakarta. Kitab Iqra dari keenam jilid tersebut di tambah satu jilid lagi
yang berisi tentang doa-doa. Dalam setiap jilid terdapat petunjuk
pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang yang belajar
maupun yang mengajar Al-Qur‟an.
Cara belajar membaca Alquran dengan mengacu pada buku Iqra susunan
KH. As‟ad Humam yang terdiri dari 6 jilid, yang dapat diselesaikan dalam
tempo 12 bulan pada paket A. Prinsip-prinsip pembelajaranya adalah bacaan
16 Muhammad Zuhri, Terjemah Juz „Amma, (Jakarta : Pustaka Amani, 1994) h. 3
11
langsung (tanpa di-eja/di-urai), tatap muka langsung (musyafahah), CBSA,
dapat melalui asistensi, dan menggunkana sistem modul.17
a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqra
1) Kelebihan
a) Menggunakan Metode CBSA, jadi bukan guru yang aktif melainkan
santri yang dituntut aktif.
b) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara
bersama), prifat (penyimakan secara individual), maupun cara
eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan
temannya yang berjilid rendah).
c) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan
benar guru dapat memberikan sanjungan, perhatian dan penghargaan.
d) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan sistem
tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya
menyimak.
e) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.
2) Kekurangan
a) Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini.
b) Tidak ada media belajar
c) Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal.
4. Metode An-Nahdliyah
Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca Alquran yang
muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur. Metode ini disusun oleh sebuah
lembaga pendidikan Ma‟arif Cabang Tulungagung. Karena metode ini
merupakan metode pengembangan dari metode Al-Baghdadi maka materi
pembelajaran Alquran tidak jauh berbeda dengan Metode Qiraati dan Iqra. Dan
17
U. Syamsuddin, MZ, Pedoman Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Alquran (TKA) dan
Taman Pendidikan Alquran (TPA), (Jakarta, : LPPTKA BKPRMI Pusat, Rev. 2006) h. 35
12
perlu diketahui bahwa pembelajaran metode ini lebih ditekankan pada kesesuaian
dan keteraturan bacaan dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran
Alquran pada metode ini lebih menekankan pada kode “Ketukan”.18
Dalam pelaksanaan pembelajaran, metode ini mempunyai dua program yang
harus diselesaikan oleh para santri, yaitu:
a. Program buku paket yaitu program awal sebagai dasar pembekalan untuk
mengenal dan memahami serta mempraktekan membaca Alquran.
b. Program sorogan Alquran yaitu progam lanjutan sebagai aplikasi praktis
untuk mengantarkan santri mampu membaca Alquran sampai khatam.
Dalam metode ini buku paketnya tidak dijual bebas bagi yang ingin
menggunakannya atau ingin menjadi guru pada metode ini harus sudah
mengikuti penataran calon guru metode An-Nahdliyah.
Dalam program sorogan Alquran ini santri akan diajarkan bagaimana cara-
cara membaca Alquran yang sesuai dengan sistem bacaan dalam membaca
Alquran. Dimana santri langsung praktek membaca Alquran besar. Disini santri
akan diperkenalkan beberapa sistem bacaan, yaitu tartil, tahqiq, dan taghani.
5. Metode Jibril
Terminology (istilah) Metode Jibril yang digunakan sebagai nama dari
pembelajaran Alquran yang diterapkan di PIQ Singosari Malang, adalah di latar
belakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. untuk mengikuti
bacaan Alquran yang telah diwahyukan melalui Malaikat Jibril. Menurut KH. M.
Bashori Alwi (dalam Taufiqurrahman) sebagai pencetus Metode Jibril, bahwa
teknik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat
atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga
18
Moh. Muhgin Arief dan Khanan Mukhtar, Pedoman Pengelolaan Taman Pendidikan Alquran
Metode An-Nahdiyah, (Tulung Agung : LP. Ma‟arif NU. 1993) h. 9
13
mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas. Metode Jibril terdapat 2 tahap
yaitu tahqiq dan tartil.
Di dalam metode Jibril terdapat dua tahap, yaitu tahqiq dan tartil.
a. Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur‟an dengan pelan dan mendasar.
Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan
kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah
huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.
b. Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur‟an dengan durasi sedang
dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan
pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu
ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping pendalaman
artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek
hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan ibtida‟,
hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya.
Metode ini sudah dipakai pada zaman Rasulullah dan para sahabat. Setiap kali
Rasulullah SAW menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-Qur‟an, beliau
membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat-
ayat tersebut sampai hafal di luar kepala. metode yang digunakan Nabi mengajar
para sahabat tersebut, dikenal dengan metode belajar kuttab. Di samping
menyuruh menghafalkan, Nabi menyuruh kuttab (penulis wahyu) untuk
menuliskan ayat-ayat yang baru diterimanya itu.19
6. Metode Qiraati
Metode Qiraati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1986
bertepatan pada tanggal 1 Juli. H.M Nur Shodiq Achrom (sebagai penyusun di
dalam bukunya “Sistem Qoidah Qiro‟ati” Ngembul, Kalipare), metode ini ialah
19 Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur‟an&Tafsir (Semarang: As-Syifa,1991), h. 104
14
membaca Alquran yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan tartil
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sistem pendidikan dan pengajaran metode
Qiraati ini melalui sistem pendidikan berpusat pada murid dan kenaikan
kelas/jilid tidak ditentukan oleh bulan/tahun dan tidak secara klasikal, tapi secara
individual (perseorangan).
a. Kelebihan dan kekurangan Metode Qiraati
1) Kelebihannya :
a) Siswa walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca
Alquran secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya
fardlu kifayah sedangkan membaca Alquran dengan tajwidnya itu
fardlu „ain.
b) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
c) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan ghorib.
d) Jika santri sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnya, maka ditest
bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah jika
lulus test.
2) Kekurangannya:
Bagi yang tidak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini
lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun, melainkan kemampuan membaca
seseorang.
B. Pengertian, Sejarah, Sistem dan Isi Buku Metode Qiraati
1. Pengertian Metode Qiraati
Qiraati artinya “Bacaanku” secara bahasa arab merupakan kata dasar atau
masdar. Masdar yang disandarkan pada Ya Mutakalim, artinya bacaanku.
15
Secara ilmu nahwu, dapat menakdirkan atau dapat menyembunyikan.
Contoh: (1) Iqra Qiraati artinya: “bacalah bacaanku”, (2) Itba‟ Qiraati:
“Ikutilah Bacaanku”.
Dapat juga diartikan khobar dari mubtada yang disembunyikan seperti
hadzihi qiraati (inilah bacaanku), dan dapat juga dijadikan mubtada,
khobarnya dibuang seperti qiroati hadzihi (bacaanku, ini bukunya). Mengapa
bacaanku? Dan mengapa bukan bacaan kita? Bacaanku mempunyai arti,
sudah saya gurukan, sudah saya ijazahkan pada beberapa ahli Alquran.20
Meskipun Qiraati berarti bacaanku, namun secara lebih jelasnya bahwa
Qiraati merupakan nama salah satu metode membaca Alquran yang tujuann
utamanya sama dengan metode-metode yang lain, namun ciri khas metode ini
adalah lebih menekankan kepada bacaan.
Dari pengertian metode dan Qiraati di atas dapat disimpulkan, bahwa
Metode Qiraati adalah suatu cara yang teratur dan sistematis dalam proses
pembelajaran Alquran yang menekankan pada aspek bacaan dan disampaikan
dengan sistem klasikal dan individual yang nantinya akan dihasilkan
kemampuan membaca Alquran secara baik dan benar.
2. Sejarah Metode Qiraati
Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar
Alquran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang
pada umumnya belum dapat membaca Alquran dengan baik dan benar,
Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi tergugah untuk melakukan
pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga pembelajaran
Alquran dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan
pembimbing Alquran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (Ustadz)
20
Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur‟an, (Semarang: Yayasan
Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin), Cet. 1, h. 61-62
16
yang masih asal-asalan mengajarkan Alquran sehingga yang diperoleh kurang
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Hal itulah yang mendorong Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi pada
tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Alquran yang sangat
praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas
sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan
menyusun metode baca tulis Alquran sering melakukan Studi Banding
keberbagai pesantren dan madrasah Alquran hingga beliau sampai ke
Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang
pada saat itu dipimpin oleh Almukarram KH. Muhammad.
KH. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan Studi Banding
sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Alquran
balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh KH. Muhammad sejak tahun 1965
dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan
yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Alquran Sedayu adalah
TK Alquran pertama di Indonesia bahkan di dunia.
Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada
tanggal 1 Juli 1986, KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK
Alquran yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang
disusunnya sendiri dengan target rencana 4 tahun seluruh muridnya akan
khatam Alquran. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan
7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat
Alquran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah mengkhatamkan Alquran dan
mampu membaca dengan baik dan benar (Mujawwad Murattal).
TK Alquran yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena
keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang
melakukan Studi Banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode
yang diciptakannya. KH. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus
17
melakukan evaluasi dan meminta penilaian dari para Kyai Alquran atas
motode yang diciptakannya.
Atas usul dari Ustadz A. Juned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini
diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya
BACAANKU (pada saat itu ada sepuluh jilid).
Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan Metode Qiraati,
tampaknya KH. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para kyai
ummul quran, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri
namun kehidupannya salalu dekat dengan para kyai sehingga tampak
tawadhu, mukhtish dan berwibawa.
Atas restu para Kyai, Metode Qiraati selanjutnya menyebar luas dan
digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Alquran di
masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.”21
3. Sistem Pengajaran Metode Qiraati
a. Klasikal
Kegiatan klasikal dibedakan menjadi 2, yaitu klasikal besar dan
klasikal individual.
1) Klasikal Besar
Sebelum santri atau peserta didik masuk ke dalam kelasnya masing-
masing, mereka berkumpul di aula atau diluar kelas untuk membaca
doa kemudian dilanjutkan dengan membaca materi penunjang sesuai
dengan jadwal. Hal ini dilaksanakan selama ± 30 menit.
Adapun materi penunjang yang dibaca pada kegiatan klasikal besar
adalah surat-surat pendek (Adh-dhuha s/d An-Nash), doa-doa harian
(dari bangun tidur sampai tidur kembali), dan bacaan sekitar shalat.
21
http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html
18
2) Klasikal Peraga
Klasikal peraga ialah pembelajaran Alquran yang dilaksanakan di
kelas dengan menggunakan alat peraga, yaitu guru menerangkan
materi pokok yang berada di dalam alat peraga kemudian santri
membaca secara bersama-sama, sewaktu-waktu guru menyuruh salah
satu santri untuk membaca sendiri sementara santri yang lain
menyimak dan mengoreksi.
b. Kegiatan Pembelajaran di Kelas
Setelah kegiatan klasikal besar selesai, semua murid masuk ke kelasnya
masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas selama
± 30 menit dengan sistem pembelajaran sebagai berikut:
1) Klasikal peraga awal (15 Menit Pertama)
Pada kegiatan ini, seorang guru mengajarkan kepada santri dengan
menggunakan alat peraga dengan cara guru menerangkan dan memberikan
contoh pokok bahasan yang bergaris bawah yang berada di peraga tanpa
dieja kemudian anak mengikutinya, setelah itu anak membaca materi yang
ada di bawah pokok bahasan secara bersama-sama dan sewaktu-waktu guru
menunjuk salah satu murid untuk membaca sendiri sementara yang lainnya
memperhatikan bacaan dari temannya dengan cara tidak dituntun (daktun).
2) Individual (30 Menit)
Kegiatan individual dilaksanakan setelah para santri belajar dengan
menggunakan alat peraga. Pelaksanaan kegiatan ini yaitu, santri membaca
jilid/ buku Qiraati di depan guru secara bergantian sementara yang lainnya
diberi tugas menulis atau membaca sendiri halaman yang akan dibaca di
depan guru sebagai persiapan.
3) Klasikal Peraga Akhir (15 Menit Akhir)
19
Yaitu pembelajaran dengan menggunakan peraga untuk yang kedua
kalinya. Pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan klasikal
peraga awal, perbedaannya hanya pada pembacaan halaman peraga. Kalau
pada klasikal peraga awal, guru mengajarkan materi peraga dari halaman
pertama sampai terakhir (± lima halaman), sedangkan pada pelaksanaan
klasikal peraga akhir, pengajaran Alquran dengan peraga dari halaman
terakhir sampai awal sesuai dengan materi peraga yang dibaca pada klasikal
peraga awal.
Adapun inti dari pembelajaran Alquran Metode Qiraati adalah
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, hal ini dirasa sangat efektif
karena pada pelaksanaan klasikal peraga, santri akan lebih semangat belajar
sebab dituntut untuk membaca secara serempak/bersama-sama, kemudian
pada saat guru menunjuk salah satu santri untuk membaca peraga, secara
tidak langsung guru melatih agar anak mempunyai sifat pemberani untuk
membaca sendiri sementara guru dan murid yang lainnya mendengarkan
dan mengoreksi bacaannya.
Santri/anak didik dapat naik kelas/jilid berikutnya dengan syarat:
A. Sudah menguasai materi/paket pelajaran yang diberikan di kelas
B. Lulus tes yang telah diujikan oleh sekolah/TPA
1. Prinsip-prinsip Dasar Qiraati
a. Prinsip-prinsip yang di pegang oleh guru/ustadz yaitu:
1) Tiwasgas (teliti, waspada dan tegas)
2) Daktun (tidak boleh menuntun)
b. Prinsip-prinsip yang harus dipegang santri/anak didik:
1) CBSA : Cara Belajar Santri Aktif
2) LCTB : Lancar, Cepat, Tepat, dan Benar
2. Visi, Misi dan Ciri-ciri Metode Qiraati
20
Dalam suatu metode pembelajaran membaca Alquran, tentunya
mempunyai Visi, Misi, dan Moto, tidak terkecuali Metode Qiraati sebagai
berikut:22
a. Visi Qira‟ati
Membudayakan membaca Alquran dengan tartil.
b. Misi Qira‟ati
1) Mengadakan pendidikan Alquran untuk menjaga, memelihara
kehormatan dan kesesuaian Alquran dari segi bacaan yang tartil.
2) Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qira‟ati
hanya bagi lembaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah
dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator.
3) Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan
Alquran.
4) Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan
kualitas pendidikan pengajaran Alquran.
5) Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif.
6) Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus
tashih.
7) Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ
yang diadakan oleh kordinator.
8) Menunjuk/memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang
amanah/profesional dan berakhlakul karimah.
9) Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru
senantiasa mohan petunjuk dan per-tolongan kepada Allah demi
kemajuan lembaga-nya dan mencari keridhaan-Nya.
22
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/
21
c. Ciri-ciri Qiraati
1) Tidak dijual secara bebas
2) Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3) Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama
3. Strategi Mengajar dalam Qiraati
Dalam mengajar Alquran dikenal beberapa macam stategi, yaitu:
a. Strategi Mengajar Umum (Global)
1) Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu
persatu.
2) Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz
untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.
3) Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk
mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Alquran orang
lain.
b. Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan
syarat-syaratnya, karena strategi ini mengajarkannya secara khusus
atau detil.
4. Tahapan dan Langkah-langkah Penerapan Metode Qiraati
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tentunya menggunakan beberapa
tahapan dan langkah-langkah agar pelaksanaan pembelajaran disesuaikan
dengan tingkat dan kemampuan peserta didik.
Adapun tahapan dan langkah-langkah penerapan Metode Qiraati adalah
sebagai berikut:
a. Jilid 1-6
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada kelas jlid 1-6 dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu tahap pertama murid belajar membaca Alquran
22
dengan menggunakan alat peraga selama 15 menit (peraga awal). Tahap
kedua, santri membaca Jilid/Buku Qiraati satu-persatu (individual) selama
30 menit, sementari santri yang lainnya menulis. Tahap ketiga, santri
membaca peraga untuk kedua kalinya (peraga akhir) selama 15 menit,
kemudian diakhir pembelajaran guru dan murid menutup kegiatan belajar-
mengajar dengan membaca surat al-Asr dan doa kafarotul majelis, kemudian
guru memberikan nasehat.
Tahapan dalam mengajarkan Metode Qiraati ada jilid I sampai VI
yaitu:
1) Jilid I
Jilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Alquran.
Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru
harus memperhatikan kecepatan santri.
2) Jilid II
Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target
Jilid I.
3) Jilid III
Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan
panjang (huruf mad).
4) Jilid IV
Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan
bertajwid.
5) Jilid V
Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan santri sudah
harus mampu membaca dengan baik dan benar.
6) Jilid VI
23
Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan
dengan pelajaran Juz 27.
Jilid I sampai jilid VI mempunyai target yang harus dicapai sehingga
disini guru harus lebih sering melatih peserta didik agar target-target
itu tercapai.
b. Alquran
Pada kelas Alquran dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkatan
Tadarus (Juz 1-10), tingkatan Tadarus Gharib (Juz 11-20), dan Tadarus
Tajwid (Juz 21-30). Adapun pelaksanaan pembelajarannya dibagi menjadi 4
tahap:
1) Guru mengajarkan santri dengan alat peraga gharib kemudian
menguraikan materi yang ada diperaga.
2) Murid membaca tadarus Alquran sementara guru menyimak dan
membanarkan bacaan yang salah kemudian menyuruh untuk
diulang/disempurnakan.
3) Santri membaca buku gharib/tajwid satu persatu, sementara santri yang
lainnya membaca dan menghafal materi gharib/tajwid secara individual
sebagai persiapan.
4) Guru mengajarkan santri dengan peraga untuk kedua kalinya, setelah
selesai guru dan murid menutup kegiatan pembelajaran dengan
membaca doa dan memberikan nasehat.
c. Finishing
Kelas Finishing terdiri dari santri yang sudah menghatamkan Alquran
sampai 30 juz dan sudah menguasai materi gharib dan tajwid, serta materi
penunjang/tambahan. Kegiatan pembelajaran pada kelas finishing sifatnya
adalah ricek dan penyempurnaan materi-materi yang sudah disampaikan
sebelumya, hal ini bertujuan agar santri tidak lupa dan sebagai persiapan
dalam menghadapi Imtihan Akhir Santri (IMTAS)
24
4. Isi Buku Metode Qiraati
Pertama kali muncul, buku Qiraati terdiri dari 10 jilid kemudian
mengalami dua kali revisi hingga sekarang buku Qiraati terdiri dari 6 jilid.
Isi Buku Metode Qiraati
NO JILID/
KELAS MATERI MISI TARGET
1.
Pra TK
(41 Pokok
Bahasan)
Huruf Hijaiyah
berharakat
fathah
Memberantas
bacaan yang
kurang jelas
dengan mulut
terbuka
40 hari
2.
1
(39 Pokok
Bahasan)
1. Huruf
Hijaiyah
berharakat
fathah
2. Bunyi huruf
hijaiyah asli
3. Huruf
sambung
Memberantas
bacaan yang
kurang jelas
(nggremeng)
dengan mulut
terbuka
A: 45 hari
B: 40 hari
C: 28 hari
3.
II
(13 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 6, 11,
13, 16, 20, 23, 24,
28, 29, 33, 36, 40
1. Mad Thabi‟I
2. Harakat
3. Fathah
Panjang
(fathah
berdiri yang
dibaca
panjang)
4. Angka 1-99
5. Huruf ،س، ب
م د6. Ta‟
Marbuthah
(ت = ـة = ة )
1. Meberantas
bacaan yang
kurang jelas
(nggremeng)
dengan mulut
terbuka
2. Meberantas
bacaan yang
asal-asalan,
dengan
membaca
harakat
dengan
benar
A: 30 hari
B: 45 hari
4. III 1. Mad Shilat
Qashirah
Memberantas
bacaan yang A: 30 hari
25
(13 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 2, 4,
6, 10, 15, 19, 26,
28, 31, 35, 38, 41
2. Al Qamariah
3. Huruf
berharakat
sukun
4. Idzhar
Syafawi
5. Layyin
6. Hukum “Ra”
Tafkhim dan
Tarqiq
7. Huruf : ع+ ء
8. Angka 21-
976
tawallud
(ndlewer)
B: 45 hari
5.
IV
(14 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 5, 7,
10, 12, 13, 16, 18,
19, 23, 25, 30, 32,
36, 39.
1. Ikhfa ( / ن
) 2. Ahruf Al
Muqatha‟ah
3. Mad Wajib
Muttasil
4. Mad Jaiz
Munfasil
5. Huruf: س-
خ-ح -ش
6. Huruf
bertasydid
7. Tanda sukun
( )
8. Al
Syamsiyah
9. Huruf wawu
yang tidak
dibaca
10. Idgham
Mimi
11. Ghunnah
12. Idgham
Bighunnah
(bertemu
dengan mim)
13. Idgham bila
ghunnah
Memberantas
bacaan yang
tidak bertajwid
A: 38 hari
B: 33 hari
26
6.
V
(18 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 3, 4,
6, 7, 8, 11, 12, 14,
16, 18, 20, 23, 24,
26, 28, 34, 38.
1. Idgham
Bighunnah
(yang
bertemu
dengan و dan
ى )
2. Waqaf
3. Mad „Arid
Lis sukun
4. Mad „Iwadh
5. Tanda
tasydid ( )
6. Huruf : هـ-غ-
ث7. Lafdzhu
Jalalah
8. Iqlab
9. Ikhfa
Syafawi
10. Qalqalah
11. Idzhar
Syafawi
12. Mad Lazim
Mutsaqal
Kalimi
Memberantas
bacaan yang
tidak bertajwid
dan tartil
A: 36 hari
B: 21 hari
7. Juz 27
1. Tanaffus
2. Ibtida wan
Nihayah
3. Kelancaran
Memberantas
bacaan yang
tidak bertajwid
dan tidak tartil
30 hari
8.
VI
(10 Pokok
Bahasan):
Halaman 1, 5, 8,
12, 15, 18, 19, 21,
22.23
Idzhar Halqi
Memberantas
bacaan yang
tidak bertajwid
dan tidak tartil
24 hari
23
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur‟an, (Semarang: Yayasan
Pendidikan Al-Qur‟an Raudhatul Mujawwidin, 1990), Jilid 1-6.
27
9.
Tadarus
Alquran
(Juz 1-10)
1. Fashahah
a. Mura‟atul
Huruf
b. Mura‟atul
Harakat
c. Mura‟atus
Shifat
d. Volume
2. Tartil
a. Mura‟atut
Tajwid
b. Mura‟atul
Kalimah
c. Waqaf-
Ibtida
d. Tanaffus
e. Kelancara
n
90 hari Al-
Qur‟an&Gharib
(Juz 11-20)
Alquran &
Tajwid (Juz 21-
30)
10. Finishing
1. Alquran
2. Gharib
3. Tajwid
4. Materi
Tambahan
(cheking
hafalan)
Pengulangan
dan pemantapan
bacaan Alquran,
materi Gharib
dan Tajwid,
serta materi
tambahan dalam
rangka
persiapan
Imtihan Akhir
Santri (IMTAS)
C. Kemampuan Membaca Alquran yang Baik dan Benar (Tartil)
1. Pengertian Membaca Alquran yang Baik dan Benar (Tartil)
Dalam ilmu bacaan Alquran, dapat dikatakan bahwa membaca tartil
adalah membaca Alquran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, makhorijul huruf,
dan sifatul huruf. Jadi dalam hirarki membaca Alquran, tartil menduduki
28
tingkat paling tinggi karena dikatakan orang yang membaca dengan tartil
berarti dia sudah menguasai tajwid dan makhorijul huruf serta sifatul huruf.
Adapun tingkatan bacaan yang diakui oleh Ulama Qiraat ada empat
tingkatan:
a. At Tartil, yaitu bacaan lambat dengan menggunakan kaidah-kaidah
ilmu tajwid dan mentadabburkan. Allah berfirman dalam Alquran:
(٤)المزمل: ورتل القرآن ت رتيلا
“Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil:4)
b. At Tarqiq, yaitu bacaan yang lebih lambat dari pada tartil, yang lazim
digunakan untuk mengajarkan Alquran dengan sempurna.
c. Al Hard, yaitu bacaan yang dilakukan dengan cepat tetapi
mempraktekan tajwidnya.
d. At Tadwir, yaitu bacaan yang tidak telalu cepat dan tidak terlalu
lambat, pertengahan antara al hard dan at tartil.24
2. Langkah-langkah Membaca Tartil
Ada beberapa tahap membaca secara tartil, yaitu dengan menguasai
ilmu tajwid dan makharijul huruf (fasohah) terlebih dahulu.
a. Tajwid
Tajwid berasal dari bahasa Arab yaitu kata Jawwada د-تجويدا د-يجو .جو
Tajwīd (تجويد) secara harfiah bermakna melakukan sesuatu dengan elok dan
indah atau bagus dan membaguskan. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari
24
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Alqu‟an, (Jakarta: Dzilal Press, 1997), Cet. 6, h. 8-9
29
bagaimana cara membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang
terdapat dalam kitab suci al-Quran.25
Lafadz tajwid menurut bahasa artinya membaguskan, sedangkan
menurut istilah ialah mengeluarkan huruf dari tempat keluarnya dengan
memberikan haknya dan mustahiknya.
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu
bersamanya, seperti sifat al-jahr, isti‟la, istifal, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan mustahik huruf adalah sifat yang
nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa dan lain sebagainya.26
Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan Alquran dari kesalahan
dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca.27
b. Makharijul Huruf
Makhraj di tinjau dari morfologi berasal dari fiil madhi Kha Ra Ja
yang artinya keluar. Sedangkan menurut istilah makhraj adalah Suatu nama
tempat yang padanya huruf dibentuk (diucapkan).
Dengan demikian, makhraj huruf adalah tempat keluarnya huruf pada
waktu huruf tersebut dibunyikan.
Ketika membaca Alquran, setiap huruf harus dibunyikan sesuai
makhraj hurufnya. Kesalahan dalam mengucapkan huruf atau makhraj
bacaan yang tengah dibaca. Dalam kondisi tertentu, kesalahan ini bahkan
dapat menyebabkan kekafiran manakala seseorang melakukannya dengan
sengaja dan sadar.
25 http://khazanahtajwid.blogspot.com/2008/10/pengertian-tajwid.html 26
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman Tahsin Alquran, (Jakarta: Dzilal Press, 1997), Cet. 6, h. 5. 27 Imam Zarkasyi, Pelajaran Tajwid, (Jawa Timur: Trimurti Press Gontor Ponorogo, 1995), h. 1
30
Untuk mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut
disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup
dibelakangnya, lalu bacalah! Tatkala suara tertahan, maka tampaklah
makhraj huruf dari huruf yang bersangkutan.
Bagi pembaca Alquran apabila tidak atau kurang menguasai makhraj
dan sifat huruf baik secara teori dan praktik, tentulah kualitas bacaan
tartilnya tidak akan mencapai derajat tartil optimal atau kurang bertajwid.28
Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang pembagian
makhraj huruf. Imam Syibaweh dan Asy-Syatibi berpendapat bahwa
makhraj huruf terbagi atas 16 makahraj, sementara menurut Imam al-Fara‟
terbagi atas 14 makhraj.
Namun, pendapat yang paling masyhur dalam perkara ini adalah yang
menyatakan bahwa makhraj huruf terbagai atas 17 makhraj. Imam Khalil
bin Ahmad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh
para qari–termasuk Imam Jazari–seta para ahli nahwu.
Selanjutnya 17 makhraj ini diklasifikasikan ke dalam lima tempat
(Maudli). Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari setiap
huruf.
Lima tempat yang dimaksudkan dalam mahkrijul huruf ialah:
1) Al-Jauf, ialah makhraj huruf yamg terletak pada rongga mulut. Dari
tempat ini muncul satu makhraj.
2) Al-Halaq, ialah makhraj huruf yang terletak pda tenggorokan. Dari
tempat ini muncul tiga makhraj.
28 Ahmad Fathoni, Petujuk Praktis Tahsin Tartil Alquran Metode Maisura, (Bogor: CV Duta Grafika,
2017), h.15
31
3) Al-Lisan, ialah makhraj huruf yang teretak pada lidah. Dari tempat ini
muncul sepuluh makhraj.
4) Asy-Syafatain, ialah makhraj huruf yang terletak pada dua bibir. Dari
tempat ini muncul dua makhraj.
5) Al-Khoisyum, ialah makhraj huruf yang terletak pada pangkal hidung.
Ditempat ini muncul satu makhraj.29
Dengan demikian total makhraj yang muncul adalah tujuh belas
makhraj. Pembahasan dibawah ini akan merinci ke tujuh belas makhraj
tersebut yang terbagi ke dalam lima tempat: al-jauf, al-halaq, al-lisan,
asy-syafatain, dan al-khaisyum.
D. Efektivifitas Metode Qiroati
Kata „‟Efektivitas‟‟ merupakan kata sifat dari kata “efektif” yang berarti ada
efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil;
berhasil, guna.30
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, efektif berarti ada
pengaruhnya, ada akibatnya dan ada efeknya.31
Efektifitas adalah salah satu kriteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
Hal ini didukung oleh pendapat Etzioni bahwa: “Efektifitas dapat dinyatakan
sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.” Sesuatu
dapat dikatakan efektif jika dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai (telah direncanakan) sebelum melakukan hal tersebut.
Jadi, berdasarkan pendapat tersebut bahwa secara umum efektifitas berarti
ketercapaian suatu usaha dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
29 Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung, CV Penerbit Diponogoro, 2007),
Cet. 10, h. 20-22. 30
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka),
Cet.ke-8, h.961 31
Em Zul Fajri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta : Aneka Ilmu, 2008), Cet.ke-3, h.269
32
Sejalan dengan pendapat diatas, tim pembina mata kuliah Didaktika / metodik
kurikulum IKIP Surabaya mengemukakan bahwa, “Efektifitas adalah tingkat
keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan tersebut adalah siswa dan guru,
sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan pembelajaran.”
Menurut E. Mulyasa, efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur
keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua istilah yang
diperhatian yaitu validasi dan evaluasi.
Validasi dapat dilihat dari dua sisi yakni intern dan ekstern. Validasi itu
merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untukmengetahui
secara pasti apakah suatu program pendidikan telah mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Adapun validasi eksternal merupakan serangkai tes dan
penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah sasaran
perilaku dari suatu persiapan mengajar secara intern telah valid. Sedangkan
evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tiga tahapan,yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan.32
Dalam dunia pendidikan efektifitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi
efektifitas mengajar guru dan segi efektifitas belajar murid. Efektifitas mengajar
guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik, efektifitas belajar murid terutama
menyangkut tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan telah tercapai melalui
kegiatan belajar mengajar yang telah ditempuh.33
Suatu belajar mengajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui
beberapa kriteria efektifitas, baik efektifitas bagi guru, maupun bagi siswa.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh tim penyusun Didaktik Metode Kurikulum
IKIP Surabaya bahwa demi ketetapan dan keobjektifan dalam pengamatan dan
penilaian terhadap proses belajar mengajar guru, maka perlu digunakan sebuah
32
E. Mulyasa, Impelementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006). h.90 33
Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Offset, 1990), Cet.ke-1, h.63
33
daftar pertimbangan dan penilaian efektifitas mengajaryang berisi (10) kriteria
efektifitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar, diantaranya;
a. Persiapan: seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya
b. Sikap guru harus berwibawa daan suara didalam mengajar harus jelas
c. Perumusan kompetensi dasar, harus dinyatakan secara konkret
d. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
e. Menguasai bahan pelajaran
f. Penguasaan situasi kelas
g. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar
h. Pengunaan alat pengajaran
i. Jalan pengajaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien
j. Tehnik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah
laku murid yang diaharapkan.34
Menurut Nana Sudjana, indikator-indikator efektifitas pembelajaran meliputi;
a. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum
b. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru
c. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa
d. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa
e. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
f. Motivasi siswa meningkat
g. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi
kualitas hasil nelajar yang dicapai oleh siswa.35
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas belajar membaca Al-
Qur‟an adalah :
34
Tim Penyusun Didaktik Metode Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
PBM, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993). Cet.ke-5, h.164 35
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar,([Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1991).
Cet. Ke-3 hal. 60-63
34
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi
jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan yang
digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.36
5. Hasil Penelitian yang Relevan
Mustiawan, dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Metode
Iqra‟ dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Membaca Alquran di TKQ/TPQ Al-
Marwah” pada tahun 2013, memberikan kesimpulan bahwa metode Iqra‟
berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar membaca Alquran siswa.
Muhammad Syaefullah, dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Pengajaran Alquran Hadits terhadap Kemampuan Baca Alquran Siswa di
Madrasah Ibtidaiyah Al-Husna Margasari Tangerang” pada tahun 2013,
memberikan kesimpulan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
pengajaran Alquran Hadits terhadap kemampuan baca Alquran siswa.
36
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2008). h. 132
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Teknik penelitian sebagai salah satu bagian penelitian yang merupakan unsur
yang paling penting. Uraian pada bab ini mencakup enam bagian dan dicatat secara
sistematis yaitu sumber dan jenis data, manusia sebagai instrumen dan pengamatan,
wawancara, test, catatan lapangan, penggunaan dokumen dan cara lainnya.
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif analitik atau penelitian yang
ditunjang dengan data yang diperoleh dari penelitian lapangan (Field Research).
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada
filsafat posrpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.37
”
Adapun hal-hal yang dilakukan peneliti dalam pencarian data adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti mencari buku, mengambil teori yang berkaitan dengan metode
pembelajaran Alquran. Fungsi teori dalam penelitian kualitatif lebih
ditunjukan untuk kerangka dalam mencari dinamika masalah, karena dalam
penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses dari pada hasil.
2. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana
gambaran dan hasil pembelajaran Alquran dengan menggunakan Metode
Qiraati dengan cara terjun langsung ke lapangan.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D,( Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 9, h.
9.
36
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin Jln. H.
Abdul Wahid RT 008 RW 03 No.30 Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Adapun waktu pelaksanaannya adalah selama satu bulan, yaitu bulan Mei sampai
Juni 2018.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek penelitian
yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan penelitian. Adapun target
dalam populasi ini adalah keseluruhan siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul
Muttaqin.
“Sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang harus diteliti, yang dipilih atau
ditetapkan sebagai analisa.”38
Maka untuk memudahkan penelitian dan juga
keterbatasan waktu, peneliti hanya mengambil sampel dari kelas V terdiri dari 24
siswa. Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin.
D. Setting Penelitian
Setting yang dipilih dalam penelitian ini adalah setting kelas. Penentuan setting
ini membantu peneliti dalam merencanakan serta untuk mendekati subjek penelitian.
Peneliti menggunakan kelas V sebagai subjek utama dalam penelitian.
Kriteria yang dilakukan dalam penelitian ini, subjek mempunyai kualitas
membaca Alquran secara baik dan benar, hal ini dapat dilihat dari makhraj huruf yang
dilafalkan, kemampuan membaca per kata dengan menerapkannya dalam bacaan
Alquran, mampu menghafal, memahami dan menerapkan ilmu tajwid dalam
membaca Alquran, dan mampu membaca Alquran dengan baik dan benar/mujawwad
murattal pada tingkat permulaaan (Lilmubtadi).
38
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 12,
h. 266
37
E. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti. Dalam hal ini peneliti juga bertindak sebagai guru pendamping pada
pembelajaran Alquran dengan Metode Qiraati. Menurut Moleong “Peneliti dalam
penelitian kualitatif merupakan perencanaan, pelaksana, pengumpul data, dan
pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.39
Dengan demikian peneliti sebagai instrumen penelitian berperan dari
keseluruhan proses penelitian. Adapun pengumpulan data yang digunakan
adalah:
a. Observasi
Observasi adalah: “Alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.”40
Dalam hal ini penulis melakukan observasi dengan cara meneliti tentang
gambaran umum Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin yang menjadi obyek
penelitian.
b. Tes
Yaitu penulis melakukan pengetesan langsung selama 3 hari kepada siswa-
siswa MI Darul Muttaqin kelas V untuk mengetahui kemampuan dan kualitas
mereka dalam membaca Alquran.
c. Wawancara (Interview)
Interview adalah: ”Suatu teknik yang menghendaki komunikasi langsung
antara penyelidik dengan subjek atau sampel.”41
Dalam pelaksanaan interview,
39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.
26, h. 168. 40
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda Teknik,
(Bandung, Tarsito, 1998), Cet. 8, h. 174
38
penulis berbincang-bincang dengan pengelola, kepala sekolah, tata usaha (TU),
dan guru pengajar Alquran MI Darul Muttaqin.
Dalam penelitian, penulis melakukan wawancara terpimpin, yaitu pertanyaan
diajukan menurut daftar pertanyaan yang telah disusun.
d. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang
administrasi, data guru, data santri, seta pembelajaran Alquran di Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin Jln. H. Abdul Wahid RT 008 RW 03 Jatipadang Pasar
Minggu Jakarta Selatan. Teknik dokumentasi digunakan pula untuk memperoleh
data yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti atau yang dibahas.
Dokumentasi yang digunakan peneliti berupa arsip (data guru, data santri, dan
data MI Darul Muttaqin), raport siswa, dan foto kegiatan pembelajaran baik di
dalam maupun di luar kelas.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
“Menurut Potton dan Biklen dalam buku Moleong yang berjudul penelitian
kualitatif, analisis data kualitatif”, adalah upaya yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, menemukan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan adanya data, hasil penelitian dapat
digunakan sebagai suatu informasi baru yang mempunyai sifat ilmiah.”42
Sedangkan “analisa adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.”43
Adapun data adalah keterangan yang
benar dan nyata yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, Test,
dokumentasi, ataupun catatan lapangan.
42 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.
26, h. 168. 43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), Cet. 4, h. 37.
39
Dengan demikian analisa data adalah penyelidikan atau pengolahan data-data
agar dapat dipahami antara satu dengan yang lainnya, berdasarkan bukti nyata
yang dikumpulkan oleh peneliti dilapangan berdasarkan masalah yang sedang
diuji.
Tahapan analisis data yang digunakan yaitu redaksi data, dan penarikan
kesimpulan. Proses analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang
ada, kemudian data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas
diubah menjadi kalimat-kalimat bermakna dan ilmiah.
Analisa data akan dilakukan melalui proses klasifikasi (mengelompokan
jawaban-jawaban dari responden). Proses kategorisasi pengelompokan jawaban
dan proses interpretasi data berdasarkan aspek-aspek masalah.
Penelitian tentang penerapan Metode Qiraati pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
darul Muttaqin ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimen. Dalam
penelitian eksperimen, ingin diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap
obyek penelitian dalam kondisi yang terkontrol.44
Penelitian eksperimen juga disebut sebagai bentuk penelitian ilmiah yang
paling teliti dan tepat untuk menyelidiki pengaruh suatu peubah terhadap peubah
yang lain. Penelitian ini memiliki keunggulan karena dapat menentukan apakah
hubungan yang ada tersebut menunjukkan adanya sebab akibat.45
Penelitian yang bersifat eksperimen ini akan menguji apakah penerapan
Metode Qiraati untuk pembelajaran Alquran pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
Darul Muttaqin memiliki dampak pada kemampuan membaca Alquran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dengan menggunakan Metode Qiraati
lainnya adalah bahwa penelitian ini hanya mengadopsi konsep pembelajaran
44 Furchan, Arief. 2011. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 45
Gall, Borg and Gall. 2003. Educational Research : An Introduction. Boston : Allyn and Bacon.
40
Metode Qiraati untuk mengajarkan siswa cara membaca Alquran, bukan dengan
menerapkan Metode Qiraati secara keseluruhan. Sehingga aspek-aspek yang
diteliti dalam penelitian ini tidak mencakup seluruh indikator yang digunakan
dalam pembelajaran Alquran menggunakan Metode Qiraati.
Untuk mengolah data, agar mendapatkan hasil yang komparatif, penulis
menganalisa dokumen-dokumen prestasi siswa di MI Darul Muttaqin, melihat
hasil test siswa, melakukan analisa hasil observasi dan hasil wawancara yang
mengacu kepada indkator-indikator efektivitas pembelajaran Alquran dengan
menggunakan metode Qiraati kemudian ditarik kesimpulan.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Negara Republik Indonesia sebagai negara berkembang yang sekarang
sedang giat- giatnya melaksanakan pembangunan disemua bidang. Salah
satunyan adalah bidang pendidikan, dimana penyelenggaraan pendidikan
pada tingkat Dasar yang meliputi MI dan SD sama-sama memberikan
kontribusi pendidikan mata pelajaran umum dan agama.
Untuk menghadapi era globalisasi, maka dunia pendidikan harus
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas atau dengan kata lain
manusia yang unggul dan tangguh, sebagaimana yang diamanatkan dalam
GBHN, yakni mempersiapkan pembangunan manusia seutuhnya. Oleh
karena itu, Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin, memiliki beban tanggung
jawab yang berat guna mewujudkan tuntutan kualitas tersebut. berikut adalah
Proses keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin, dari awal berdirinya
sampai diakuinya sekolah tersebut, sebagai sekolah yang berstatus
Terakreditasi B.1
Pada awalanya gagasan pertama untuk mendirikan madrasah, di cetuskan
oleh Guru Amin Kali bata bersama dengan Guru Ali bin Hasan jati padang,
hingga di bangunlah sebuah Madrasah di wilayah jati padang, Gang Raya
dengan nama “Syamsul Huda”. sekitar tahun 1930, Guru Ali bin Hasan
meninggal dunia, maka madrasah ini di lanjutkan oleh putra bungsu dari
Guru Ali bin Hasan, yaitu Guru Abdul Qadir bin Ali, yang di bawah
pimpinannya madrasah ini mengalami perpindahan lokasi ke Gang Masjid
Ar-Ridwan, hal ini di karenakan dekatnya lokasi madrasah dengan tempat
tinggal beliau. Kemudian sekitar tahun 1938 Guru Abdul Qadir bin Hasan
meninggal dunia, jabatannya sebagai pimpinan madrasah di gantikan oleh
kakaknya, yaitu Guru Ahmad bin Ali/KH. Ahmad bin Ali. Madrasah pun
1 Ahmad Dahlan, Sejarah Berdirinya MI Darul Muttaqin, (Jakarta: 2010), h. 1
42
mengalami perpindahan lokasi untuk kedua kalinya, alasannya lokasi
madrasah akan di bagikan (faro‟id) oleh ahli waris Guru Abdul Qadir. Jadilah
madrasah ini pindah ke lahan milik Guru Ahmad bin Ali, di Jl. Jatipadang
Gg. H.A.Wahid Rt 008/03 Jati padang Ps. Minggu, Jakarta Selatan hingga
sekarang.
Di bawah pimpinan Guru Ahmad bin Ali, madrasah “Syamsul Huda” ini
mengalami kemajuan yang pesat, sehingga di lengkapi dengan Pondok
Pesantren, hal ini sangatlah wajar, mengingat madrasah ini, di kala itu
hanyalah satu-satunya madrasah dalam wilayah beberapa kecamatan, murid-
muridnya datang dari berbagai wilayah, dari arah selatan meliputi:
Jatipadang, Kebagusan, Jagakarsa, Lenteng Agung, Kelapa Dua, Depok
Kukusan. Dari arah barat, meliputi : Ragunan, Pisangan, Kp.Kandang,
Kp.Setu, Ciganjur, Pondok Labu, Cinere, Terogong, Cilandak, dan Cipete.
Dari arah Utara, meliputi : Pejaten, Pulo, Kalibata, Bangka. Kemang, Kp.
Kebon, Pedurenan. Sedang dari arah Timur, meliputi : Padang poncol,
Padang Jati, Tanjung Barat, Kp. Jawa, dan Pejaten Timur. Karena luasnya,
madrasah ini mendapatkan perhatian pada masa Jepang, sehingga pernah
mendapatkan bantuan, berupa alat-alat tulis, alat kebersihan, buku-buku, alat
olahraga, dan instalasi air.
Salah satu kegiatan yang menonjol pada Pesantren ini adalah, apabila di
adakannya pekan Haflah, artinya haflah di laksanakan selama sepekan, berisi
dengan kegiatan hafalan para santri dari atas mimbar, hafalan di mulai dari
kitab-kitab yang kecil sampai kitab-kitab tafsir.2
Ketika Guru Ahmad bin Ali telah berumur (tua), anak-anaknya tidak ada
yang melanjutkan pengelolaan pesantren, melainkan hanya madrasahnya
saja. madrasah “Syamsul Huda” ini pertama kali di pimpin oleh Ust. Muhdas
Yusuf, yang tak lain adalah kemenakan dari Guru Ahmad. Untuk selanjutnya
madrasah ini terus mengalami pergantian pemimpin, banyaknya siklus
pergantian ini, di karenakan suatu keharusan, yaitu demi kelangsungan
2 Ahmad Dahlan, Sejarah Berdirinya MI Darul Muttaqin, (Jakarta: 2010), h. 2
43
Kegiatan Pengajaran dan Pendidikan di Madrasah. Berikut siklus
pergantiannya:
Sekitar tahun 1970 -an, di bentuklah Yayasan yang pada saat itu madrasah
di pimpin oleh Ust.H.Bunyamin (anak Guru Ahmad), Hingga terpilih KH.
Musthofa Hadi sebagai ketuanya, dan Wakilnya adalah Ust.H.Ahmad
Dahlan. Yayasan ini bernama “ Yayasan Pendidikan Islam Al-Muttaqin (
YASPIKA )”, pada masa ini pula tanah madrasah ini di wakafkan dan tejadi
pergantian nama dari “Syamsul Huda” menjadi “Darul Muttaqin”, di
sebabkan adanya dua nama Madrasah yang sama pada satu Kecamatan, yaitu
Syamsul Huda di Ciganjur, yang pada dasarnya pemberian nama Syamsul
Huda di madrasah tersebut di karenakan pendirinya merupakan alumni
Pesantren Syamsul Huda Jatipadang, dan mengharap berkahnya.3
Izin operasional Madrasah Darul Muttaqin di buat pada tahun 1973, meski
sebenarnya madrasah ini telah terbentuk dan beroperasi sejak zaman
penjajahan Belanda. Sedangkan untuk kepengurusan Yayasan telah ada
perubahan dan pergantian pengurus di tahun 1994 hingga saat ini.
3 Ahmad Dahlan, Wawancara , 17 Mei 2010
1. H.Muhdas Yusuf 2. H.Abd.Rahman 3. M.Aizi
4. H.Abd Rahman 5. H. Bunyamin 6. H. Abdullah
7. H.Usman Yusuf 8. H.Bunyamin 9. Salam A.Rahim
10. H.Bunyamin 11. H.A Dahlan 12. H.Bunyamin
13. H.A Dahlan 14. Dailami Taufiqqurrahman
44
2. Lokasi Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin, terletak di Jl. Jati padang Gg. H.A.
Wahid Rt. 008/03 no 30 kel. Jati padang Kec. Pasar Minggu Jakarta Selatan,
yang mempunyai batas-batas lingkungan sekolah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah penduduk
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Masjid Jami‟ Hidayatul Muttaqin
d. Sebelah Timur berbatasan dengan rumah penduduk
Untuk keadaan sekolah, letak madrasah tersebut cukup strategis, karena
terletak sedikit jauh dari jalan, sehingga tidak terganggu dengan kebisingan
lalu lintas, dan memberikan kenyamanan dan ketenangan yang cukup dalam
kegiatan belajar mengajar. Keadaan gedung madrasah ini sudah permanen,
dimana mulai dari ruang guru sampai dengan ruang kelas siswa terbuat
terbuat dari dinding semen.
3. Profil Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Nama Sekolah : MI Darul Muttaqin
NIS : 111231740062
NSB : 004 161 700 672 002
Alamat Sekolah : Jl.Jatipadang Gg.H.A.Wahid Rt.008/03 No.30
Kecamatan : Pasar Minggu
Kabupaten/Kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Kode POS : 12540
Telpon : (021) 7890154
Status Sekolah : Swasta
Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Islam AlMuttaqin Jatipadang
(YASPIKA)
Tahun Berdiri Sekolah : 1973
Status tanah : Wakaf
Status Akreditasi : Terakreditasi B / 2013
45
Visi : Menghasilkan lulusan MI Darul Muttaqin yang
mampu berfikir kritis terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta
menciptakan siswa yang berakhlaqul karimah.
Misi :
a) Mengembangkan kemampuan dasar siswa untuk mewujudkan
muslim yang taat beribadah
b) Mengembangkan kemampuan berfikir kreatif dan sistematis dalam
memahami peradaban Islam.
c) Mengembangkan keagamaan yang toleran.
d) Memberikan landasan dalam memahami agama.
e) Mewujudkan kemampuan daya saing siswa dalam IMTAQ dan
IPTEK.
4. Struktur Organisasi Yayasan Pendidikan Al-Muttaqin
(YASPIKA)
Ketua : Drs. H. Hanafi Ahmad
Wakil Ketua : Fudholi Ahmad Kurnia
Sekretaris : Usman Hamid
Bendahara : Marhatib
Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin:
Kepala Sekolah : Taufiqurrahman, S.Pd
Wakil Kepala Sekolah : Abdullah, S.Ag
Sekretaris/TU : Nahdiyah, S.Pd
Bendahara : Nida Matin Fairus, S.Pd.I
Ahmad Dairobi, S.SI
Wali Kelas I : Mas‟ain
Wali Kelas II : Sri Mulyanih, S.Pd
Wali Kelas III : Maswani, S.Pd
Wali Kelas IV : Nurita, S.Pd
Wali Kelas V : Dailami, S.Pd
Wali Kelas VI : H. Ahmad Muhtar, S.Ag
46
5. Data Guru, Karyawan dan Siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul
Muttaqin
1. Nama : Taufiqur Rahman, S.Pd
TTL : Jakarta, 4 April 1978
Jabatan : Kepala Madrasah
NUPTK : 9736756657110052
Alamat : Jl. Jatipadang rt. 008/003. Jatipadang-Ps.Minggu
No Telp : 021 91794775
TMT : 17 Juli 1999
Ibu Kandung : Mariyah
Bidang Study : IPS dan PKN
Pendidikan Terakhir : S1
2. Nama : Abdullah, S.Ag
TTL : Jakarta, 18 Agustus 1952
Jabatan : Guru
NUPTK : 2150730636110003
Alamat : Jl.Kalibata Rt. 003/004 Kalibaata
No Telp : 087887744104
TMT : 17 Juli 2007
Ibu Kandung : Halimah
Bidang Study : Guru Agama Kelas IV
Pendidikan Terakhir : S1
3. Nama : Mas‟ain
TTL : Jakarta, 22 Mei 1962
Jabatan : Guru kelas Satu
NUPTK : 3854740644210002
Alamat : Jl Jatipadang Gg. Menara Rt. 004/004 Jatipadang
No Telp : 021 78835336
TMT : 17 Juli
Ibu Kandung : Hj. Nur‟aini
Bidang Study : Guru kelas 1
Pendidikan Terakhir : Madrasah Aliyah
4. Nama : Dailami, S.Pd
TTL : Jakarta, 7 mei 1964
Jabatan : Guru
NUPTK : 9839742644200052
Alamat : Jl. Beji Rt. 005/013 Kel. Beji Depok
No Telp : 081807064082
TMT :
Ibu Kandung : Salamah
Bidang Study : Matematika dan IPA
Pendidikan Terakhir : S1
47
5. Nama : Nurita, S.Pd
TTL : Jakarta, 12 Desember 1965
Jabatan : Guru Kelas IV
NUPTK : -
Alamat : Jl. Jatipadang Rt. 008/003 Jatipadang Ps.Minggu
No Telp : 021 51131663
TMT :
Ibu Kandung : Hj. Rofiah
Bidang Study : Bahasa Indonesia
Pendidikan Terakhir : S1
6. Nama : Sri Mulyanih, S.Pd
TTL : Jakarta, 25 November 1969
Jabatan : Guru kelas dua
NUPTK : 1357747650210073
Alamat : Jl. Kebagusan RT 006/007. Kebagusan-Ps.Minggu
No Telp : 021 99668508
TMT :
Ibu Kandung : Sawiyah
Bidang Study : Guru kelas dua
Pendidikan Terakhir : S1
7. Nama : Maswani, S.Pd
TTL : Jakarta, 27 Desember 1973
Jabatan : Guru Kelas III
NUPTK : 1559751660210003
Alamat : JL. Kebagusan RT 006/001 Kebagusan
No Telp : 021 94524852
TMT :
Ibu Kandung : Hj. Hasanah
Bidang Study : PLBJ
Pendidikan Terakhir : S1
8. Nama : Romlah
TTL : Jakarta, 22 Mei 1967
Jabatan : Guru
NUPTK : -
Alamat : Jl. Jatipadang RT 008/003 Jatipadang, Ps.Minggu
No Telp : -
TMT :
Ibu Kandung : Hj. Hanifah
Bidang Study : Guru Agama Kelas II
Pendidikan Terakhir : Aliyah
9. Nama : Hj. Andah Yuningsih, S.Pd
48
TTL : Jakarta, 9 September 1971
Jabatan : Guru
NUPTK : 2241749651210133
Alamat : Jl Jatipadang Rt. 004/009 Jatipadang, Ps.Minggu
No Telp : 021 99992380
TMT :
Ibu Kandung : Hj. Homsah
Bidang Study : SBK, PLBJ
Pendidikan Terakhir : S1
10. Nama : Nahdiyah, S.Pd.I
TTL : Jakarta, 20 September 1984
Jabatan : Guru
NUPTK : 8252762663210113
Alamat : Jl. Jatipadang Gg. Menara Rt. 004/004 Jatipadang
No Telp : 081382623256
TMT : 17 Juli 2007
Ibu Kandung : Hj. Nur‟aini
Bidang Study : Matematika
Pendidikan Terakhir : S1
11. Nama : Nida Matin Fairus, S.Pd.I
TTL : Jakarta, 12 Desember 1988
Jabatan : Guru
NUPTK : 8544766667210053
Alamat : Jl. Gotong Royong 1 rt. 003/001 no 30 Ragunan
No Telp : 08561507980
TMT : 17 Juli 2007
Ibu Kandung : Hj. Masuah
Bidang Study : B. Arab dan B. Inggris
Pendidikan Terakhir : S1
12. Nama : H. Ahmad Muhtar, S.Ag
TTL : Jakarta, 26 Juli 1972
Jabatan : Guru
NUPTK : 6058750652110053
Alamat : Jl. Ampera Rt. 006/002 Cilandak Timur
No Telp : 083891085111
TMT : 17 Juli 2007
Ibu Kandung : Hj. Hamimah
Bidang Study : Al-Qur‟an Hadist, Fiqih, SKI
Pendidikan Terakhir : S1
13. Nama : Zainal Abidin
TTL : Jakarta, 12 Oktber 1953
Jabatan : Guru
49
NUPTK : 1344731642110003
Alamat : Jl. Jatipadang rt. 008/003 Jatipadang-Ps.Minggu
No Telp : -
TMT :
Ibu Kandung : Hj. Hanifah
Bidang Study : Guru Agama Kelas III
Pendidikan Terakhir : Aliyah
14. Nama : Ahmad Dairobi, S.SI
TTL : Jakarta, 1 Maret 1986
Jabatan : Guru
NUPTK : -
Alamat : Jl. Jatiapadang rt. 008/003
No Telp : 021 92458221
TMT : 17 Juli 2011
Ibu Kandung : Hj. Maryam
Bidang Study : IPA dan Olahraga
Pendidikan Terakhir : S1
15. Nama : Siti Maryam
TTL :
Jabatan : Karyawan Kebersihan
NUPTK :
Alamat : Jl. Jatipadang rt. 008/003
No Telp :
TMT :
Ibu Kandung :
Bidang Study :
Pendidikan Terakhir :
Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin berjumlah 245
siswa, yang terbagi menjadi 6 kelas, dari kelas 1 sampai kelas 6.
6. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Bangunan di Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin ini berbentuk
permanen, dengan sarana dan prasarana yang cukup. Hal ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
No Sarana dan prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Guru 1
50
3 Ruang Tata Usaha 1
4 Ruang Perpustakaan 1
5 Ruang kelas 6
6 Ruang UKS 1
7 WC Guru 3
8 WC Siswa 2
9 Lapangan Futsal 1
7. Pelaksanaan Program Belajar-Mengajar
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Madrasah Ibtidaiyah
Darul Muttaqin, berlangsung selama 6 hari, yaitu terhitung dari hari Senin-
Sabtu, dan di mulai dari Jam 06.30-12.00 WIB. Kegiatan sehari-hari ini di
mulai dengan berbaris dan membaca do‟a bersama di lapangan, kemudian
di lanjutkan dengan masuk ke dalam kelas masing-masing dan membaca
do‟a untuk memulai pelajaran. Berikut jadwal jam pelajaran perhari:
Jadwal Jam Pelajaran Harian
No Jam Jam Pelajaran
1 06.30 – 07.00 Tadarus Al-Qur‟an
2 07.00 – 07.35 Jam I
3 07.35 – 08.10 Jam II
4 08.10 – 08.45 Jam III
5 08.45 – 09.20 Jam IV
6 09.20 – 09.55 Istirahat
7 09.55 – 10.30 Jam V
8 10.30 – 11.05 Jam VI
9 11.05 – 11.40 Jam VII
10 11.40 – 12.15 Jam VIII
11 12.15 – 12.50 Jam IX
Keterangan: Untuk hari senin, kegiatan belajar mengajar dimulai dari
pukul 06.30 – 12.50, namun untuk lainnya kegiatan belajar mengajar selesai
pada pukul 11. 40. Adapun untuk pelaksanaan program lainnya, seperti UTS,
51
UAS, ataupun UASBN, kegiatan ini berlangsung secara mandiri di Madrasah
Darul Muttaqin, artinya pelaksanaannya tidak bergabung dengan sekolah lain
B. Analisis Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini berdasarkan tahapan-tahapan penelitian kualitatif
dalam Moleong (2010) adalah sebagai berikut4:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca Alquran
siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin sebelum diberikan perlakuan
metode pembelajaran Qiraati terhadap aspek-aspek pendidikan dalam
keseharian kegiatan belajar mengajar. Observasi ini dilakukan menggunakan
beberapa indikator yaitu :
a. Indikator A, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Guru
Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru di Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin secara garis besar sudah tercapai. Secara
umum program pembelajaran oleh guru telah berjalan dengan baik.
Hal ini terlihat dari pola aktivitas siswa di mana seluruhnya
mengikuti kegiatan harian secara tertib mulai dari apel pagi di mana
ada pembacaan ikrar dan doa yang awalnya dipimpin dan
dikondisikan oleh guru. Kemudian untuk melatih mental siswa,
secara bergantian siswa diminta untuk memimpin teman-temannya
membaca ikrar dan doa. Kegiatan apel ini tidak hanya wajib diikuti
oleh seluruh siswa tapi juga diikuti oleh seluruh guru sebagai bentuk
pendidikan berupa teladan bahwa seluruh unsur sekolah memiliki
kewajiban yang sama untuk melakukan apel pagi.
Setelah selesai apel, siswa masuk ke dalam kelas didampingi
oleh guru untuk memulai jam pelajaran dimulai dari kelas yang
memiliki barisan paling tertib dan rapi. Hal ini sangat bermanfaat
sebagai pembelajaran bagi siswa agar selalu tertib dalam segala hal
yang mereka lakukan. Kegiatan dilanjutkan dengan aktivitas belajar
4 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
Cet. 26, h. 168.
52
mengajar seperti biasa setiap harinya berdasarkan jadwal pelajaran
yang ada.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin mampu mengkondisikan siswa untuk
tertib. Ketika jam pelajaran berlangsung, tidak ada siswa yang
berjalan-jalan di dalam maupun luar kelas. Guru-guru di Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin terlihat memiliki wibawa dan dihormati
sehingga siswa-siswa patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh
guru. Berdasarkan pengamatan, aktivitas belajar dan mengajar sangat
kondusif untuk meningkatkan kemampuan siswa.
b. Indikator B, Kesesuaian Proses Pembelajaran dengan Kurikulum
Kurikulum yang disusun dan dikaji ulang kesesuaiannya setiap
awal tahun ajaran wajib diterapkan oleh semua guru di kelas.
Berdasarkan kurikulum tersebut, aktivitas belajar dan mengajar
dilakukan setiap harinya di Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, mata pelajaran ini memiliki
alokasi waktu sebanyak 2 jam pelajaran setiap minggunya. Waktu
belajar Alquran ini memang tidak terlalu banyak karena Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin bukan merupakan lembaga pendidikan
yang mengkhususkan pada pembelajaran Alquran. Dengan alokasi
waktu sebanyak itu dan metode pembelajaran yang dilakukan selama
ini, diharapkan bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca Alquran.
c. Indikator C, Keterlaksanaan Program Pembelajaran oleh Siswa
Program pembelajaran siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul
Muttaqin sudah terlaksana yang bisa dilihat dari keikutsertaan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai program yang sudah
ditetapkan. Siswa mengikuti dengan semangat seluruh kegiatan di
sekolah mulai dari apel pagi hingga berakhirnya kegiatan sekolah.
53
Suasana sekolah yang kondusif membuat siswa lebih fokus untuk
belajar dan mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah
setiap harinya.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, siswa selama ini
memiliki semangat untuk belajar karena dibimbing oleh guru yang
memiliki latar belakang yang relevan untuk pembelajaran Alquran
dan memiliki suara yang merdu sehingga siswa tidak merasa bosan
untuk belajar.
d. Indikator D, Interaksi antara Guru dan Siswa
Interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar dan
mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin terjadi dengan
sangat baik. Guru terlihat memiliki wibawa dan dihormati oleh
siswa-siswanya namun tidak membuat hubungan yang berjarak
antara guru dan siswa sehingga terlihat seperti orang tua dengan
anaknya. Siswa terlihat bisa bercengkerama dengan guru sambil
memeluk sebagai bentuk kedekatan antara siswa dengan guru tanpa
menghilangkan wibawa guru. Ketika siswa melakukan kesalahan,
mereka pun diberikan hukuman sebagai konsekuensi tanpa membuat
mereka takut kepada guru.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, guru yang mengajar
pelajaran ini terlihat mampu mengambil peran dengan baik karena
mampu membuat siswa hormat tanpa takut. Ketika siswa diberikan
kewajiban untuk menghafal beberapa surat dalam Alquran, mereka
melakukannya dengan kesadaran bahwa aka nada konsekuensi jika
mereka tidak menghafalnya. Guru juga memiliki kemampuan yang
mumpuni dalam bidang Alquran karena merupakan qariah yang
telah menjuarai berbagai lomba Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ)
dan memiliki murid yang juga sudah teruji kemampuannya dalam
perlombaan MTQ.
54
e. Indikator E, Keikutsertaan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Sebagai lembaga pendidikan yang resmi dan memiliki kelas
yang memadai, seluruh siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
terlihat selalu mengikuti seluruh program pembelajaran setiap
harinya dari awal hingga akhir secara tertib.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, siswa terlihat mengikuti
dan menikmati proses pembelajaran karena kemampuan guru yang
mengajari Alquran dengan suara yang merdu. Metode yang
dilakukan selama ini untuk pembelajaran Alquran adalah
menggunakan metode iqra. Dari seluruh siswa kelas V yang menjadi
obyek penelitian kali ini, sebagian dari mereka merupakan siswa
yang masih dalam tahap Iqra dan belum mampu untuk membaca
Alquran dengan kalimat yang panjang.
f. Indikator F, Peningkatan Motivasi Siswa
Mayoritas siswa memiliki motivasi belajar yang meningkat dari
hari ke hari walaupun tidak secara signifikan. Hal ini dipengaruhi
secara tidak langsung oleh aktivitas apel pagi di mana mereka
melafalkan ikrar dan doa secara lantang dan bersemangat. Ditambah
lagi setiap apel pagi ada pemberian motivasi belajar bagi siswa oleh
kepala sekolah atau guru yang bertugas sebagai pembina apel.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, siswa juga memiliki
motivasi yang tinggi karena diajarkan oleh orang yang memiliki
kemampuan yang baik, suara yang merdu dan berprestasi sehingga
memicu siswa untuk mempelajari Alquran dengan baik.
g. Indikator G, Keterampilan dan Kemampuan Guru dalam
Menyampaikan Materi
Guru di Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin memiliki latar
belakang pendidikan yang relevan dengan mata pelajaran yang
diajarkannya di sekolah. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan
55
siswa dalam memahami pelajaran. Hal ini terlihat dari hasil belajar
siswa khususnya lulusan dari Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
yang dari tahun ke tahun memiliki nilai kelulusan yang semakin baik
dan semakin banyak yang diterima di sekolah-sekolah favorit di
sekitar Pasar Minggu.
Khusus untuk pembelajaran Alquran, guru dengan kualifikasi
seorang qariah untuk lomba MTQ menjadi sebuah keuntungan bagi
siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin karena bisa mempelajari
tidak hanya cara membaca dengan baik dan benar tapi juga
bagaimana membaca Alquran dengan suara yang indah.
2. Tes
Dalam pelaksanaan tes, penelitian secara spesifik dilakukan pada
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin. Tes ini dilakukan
dua kali yaitu saat siswa diminta untuk melakukan bacaan berdasarkan
kemampuan yang mereka miliki dari proses pembelajaran di sekolah dan
ketika siswa sudah diajarkan cara membaca menggunakan metode
pembelajaran Qiraati. Latar belakang kemampuan membaca Alquran
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin saat ini sebagian
besar masih pada tahap belajar membaca Iqra. Sebagian lagi sekitar 40
persen sudah mampu membaca Alquran baik menggunakan juz „amma
ataupun mushaf yang besar.
Sebagian siswa kelas V untuk kemampuan membaca surat-surat
pendek juga masih kurang tepat melafalkan huruf, karena mereka pada
dasarnya hanya mendengar kemudian mengikuti apa yang dicontohkan
oleh guru yang mengajar Alquran.
Secara umum ada peningkatan kemampuan membaca Alquran dari
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin sebelum dan sesudah
diberikan materi pembelajaran Alquran menggunakan Metode Qiraati.
Dalam penelitian ini secara sederhana aspek penilaian kemampuan
membaca Alquran dari siswa disederhanakan menjadi tiga yaitu
makhraj, kemampuan per kata, aplikasinya dalam Surat Alzalzalah dan
56
kelancaran membaca. Secara lebih terperinci akan dibahas kemampuan
membaca Alquran siswa berdasarkan aspek-aspek penilaian tersebut
sebelum dan sesudah diajarkan menggunakan Metode Qiraati.
a. Makhraj Huruf
Kemampuan melafalkan huruf dengan tepat merupakan hal
yang sangat penting dalam kemampuan membaca Alquran.
Ketepatan ini diukur berdasarkan apakah tepat tempat keluarnya
huruf ketika huruf tersebut dibunyikan. Dalam membaca Alquran,
makhraj huruf merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena jika
ada kesalahan dalam pelafalan huruf maka arti sebuah kata akan
berbeda. Untuk konteks Alquran tentu hal ini bisa membawa kepada
keburukan karena bisa mengubah maksud dari firman Allah SWT.
Sebagaimana diketahui bahwa makhraj huruf terbagi ke dalam
lima tempat yaitu :
1) Asyafataintain (dua bibir) di mana terdapat 4 huruf yang
keluar dari sini.
2) Halaq (tenggorokan) di mana terdapat 6 huruf yang
keluar dari sini.
3) Lisan (lidah) di mana terdapat 18 huruf yang keluar dari
sini. Secara spesifik kemudian bagian lidah ini
dikelompokkan lagi menjadi 10 titik keluarnya huruf.
4) Aljauf (rongga mulut) di mana terdapat 3 huruf yang
keluar dari sini.
5) Alkhaisyum (pangkal hidung) di mana tempat keluarnya
bacaan dengung.
Kemampuan makhraj huruf siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Darul Muttaqin pada awalnya memiliki rata-rata yang kecil yaitu
pada angka 68,79. Angka ini diperoleh berdasarkan penelitian awal
sebelum menerapkan metode qiraati dan dilakukan penilaian
terhadap kemampuan makhraj huruf. Siswa kelas V Madrasah
57
Ibtidaiyah Darul Muttaqin memiliki kelemahan dalam pelafalan
beberapa huruf yang umumnya juga terjadi pada kebanyakan anak
yang mempelajari makhraj huruf namun tidak diawasi secara ketat.
Huruf yang sering kali dibaca tidak sesuai dengan makhraj-nya
yaitu antara “tsa”, “sa”, “sya”, “za” dan “dza”. Sangat banyak siswa
yang masih kurang mampu membedakan ketiga huruf ini dalam
pelafalannya karena memang tidak diawasi secara individu terkait
dengan kemampuan mereka melafalkan huruf.
Namun setelah dilakukan pembelajaran membaca Alquran
menggunakan Metode Qiraati kemudian dilakukan pengujian ulang
terdapat perbaikan kemampuan makhraj huruf dari siswa. Hal ini
karena dalam Metode Qiraati siswa diminta untuk mengikuti cara
membaca huruf yang benar dan diajarkan di mana seharusnya titik
tempat huruf itu keluar ketika dibunyikan. Perbaikan kemampuan itu
ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai kemampuan membaca
menjadi 80,33. Secara lengkap penilaian kemampuan makhraj huruf
siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin sebelum dan
sesudah diberikan pembelajaran menggunakan Metode Qiraati bisa
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kemampuan terkait Makhraj Huruf Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran Metode Qiraati
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
1. Alif Ba Tasya 61 71
2. Alya Miftahul 72 87
3. Arga Suta 71 83
4. Arya Suta 72 82
5. Citra H.N 68 83
6. Flora Nafisa 74 84
7. Najwa R 71 81
8. Nuraini 66 78
9. Rabi Pasya 61 73
10. Akhmad 67 77
58
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
Maulana
11. Aska Nayla 68 80
12. Ayudhita 73 83
13. Herdy
Ramadhan 69 79
14. Keisha Adelina 75 85
15. M. Ihsan 66 76
16. M. Rasya 63 78
17. Namira AR 71 83
18. Neng Siska 73 83
19. Rajwa Sahira 71 86
20. Sella Artanty 72 82
21. Sukarno 68 78
22. Syadad
Irfansyah 75 85
23. Tazkiyah AN 64 79
24. Zahwa S 60 72
Rata-rata 68.79 80.33
b. Membaca Per Kata
Kemampuan membaca Alquran siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin juga diukur dengan kemampuan membaca
per kata. Kemampuan ini adalah tahap lanjut setelah siswa mampu
melafalkan dengan baik dan benar huruf-huruf hijaiyah. Pada tahap
ini, siswa dituntut untuk tidak saja mampu melafalkan dengan benar
hurufnya namun juga bisa memahami kaidah panjang pendek serta
tanda baca dari huruf tersebut.
Salah satu kelemahan metode pembelajaran Alquran selama ini
yang diterapkan adalah sering kali siswa tidak memperhatikan
panjang pendeknya bacaan karena mereka membaca sesuai dengan
apa yang mereka yakini benar tanpa ada pengawasan yang ketat.
Kemampuan membaca per kata siswa pada awalnya ada di rata-
rata 70,88 karena masih ada yang kurang mampu membaca dengan
benar khususnya terkait dengan panjang pendek bacaan. Namun
59
setelah dilakukan pembelajaran menggunakan Metode Qiraati
terdapat peningkatan kemampuan sehingga rata-rata nilainya menjadi
80,71. Secara lengkap hasil penilaian kemampuan siswa kelas V
Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin sebelum dan sesudah diberikan
pembelajaran menggunakan Metode Qiraati bisa dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4. Kemampuan terkait Membaca per Kata Sebelum dan
Sesudah Pembelajaran Metode Qiraati
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
1. Alif Ba Tasya 61 71
2. Alya Miftahul 77 85
3. Arga Suta 75 84
4. Arya Suta 72 84
5. Citra H.N 74 84
6. Flora Nafisa 75 85
7. Najwa R 70 82
8. Nuraini 70 80
9. Rabi Pasya 61 71
10.
Akhmad
Maulana 65 75
11. Aska Nayla 71 83
12. Ayudhita 74 84
13. Herdy
Ramadhan 67 79
14. Keisha Adelina 77 86
15. M. Ihsan 71 79
16. M. Rasya 69 79
17. Namira AR 72 81
18. Neng Siska 69 79
19. Rajwa Sahira 78 87
20. Sella Artanty 75 83
21. Sukarno 67 76
22. Syadad
Irfansyah 73
85
23. Tazkiyah AN 69 81
24. Zahwa S 69 74
Rata-rata 70.88 80.71
60
c. Aplikasi Surat Alzalzalah
Surat Alzalah merupakan salah satu surat dalam Alquran yang
memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. Kesulitannya terletak pada
susunan kata di setiap ayatnya di mana huruf-huruf yang terdengar
mirip letaknya berdekatan sehingga perlu kemampuan makhraj huruf
yang baik dan kemampuan membaca per kata yang baik agar bacaan
menjadi baik dan benar. Misalnya pada ayat pertama di mana huruf
“dzal” dan “za” dibaca secara berturut-turut serta pada ayat keenam
di mana huruf “shod”, “sin” dan “sya” juga tersusun secara berurutan
dalam ayat yang sama. Oleh karena itu surat ini digunakan untuk
melihat kemampuan sejauh mana siswa bisa membaca dengan baik.
Pada umumnya siswa membaca ayat pertama dan terdengar
tidak ada perbedaan antara huruf “dzal” dan “za” begitu juga tidak
terdengar perbedaan signifikan pada huruf “shod”, “sin” dan “sya”
pada ayat keenam. Oleh karena itu pada penilaian awal rata-rata
nilainya hanya 69,92 karena banyaknya siswa dengan kemampuan
membaca di bawah rata-rata untuk surat Alzalzalah. Tapi setelah
diberikan pembelajaran menggunakan Metode Qiraati, terjadi
peningkatan kemampuan siswa dengan rata-rata nilai menjadi 80,38.
Secara lengkap hasil penilaian siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah
Darul Muttaqin untuk penilaian aplikasi surat Alzalzalah bisa dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Kemampuan terkait Aplikasi Surat Alzalzalah Sebelum
dan Sesudah Pembelajaran Metode Qiraati
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
1. Alif Ba Tasya 60 66
2. Alya Miftahul 71 86
3. Arga Suta 72 85
4. Arya Suta 73 82
5. Citra H.N 71 85
6. Flora Nafisa 73 85
61
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
7. Najwa R 72 82
8. Nuraini 69 79
9. Rabi Pasya 60 67
10.
Akhmad
Maulana 64
76
11. Aska Nayla 72 82
12. Ayudhita 71 82
13. Herdy
Ramadhan 69 78
14. Keisha Adelina 76 88
15. M. Ihsan 68 77
16. M. Rasya 72 80
17. Namira AR 75 81
18. Neng Siska 70 81
19. Rajwa Sahira 80 90
20. Sella Artanty 70 82
21. Sukarno 65 75
22. Syadad
Irfansyah 75
90
23. Tazkiyah AN 70 80
24. Zahwa S 60 70
Rata-rata 69.92 80.38
d. Kelancaran
Aspek terakhir yang dinilai adalah kelancaran dalam membaca
Alquran. Kelancaran yang dimaksud adalah tidak terbata-bata dalam
mengucapkan serangkaian kata dalam sebuah ayat, termasuk di tiap
pergantian katanya.
Sebelum diberikan pembelajaran menggunakan Metode
Qiraati, kelancaran membaca siswa ada pada nilai dengan rata-rata
70,50 karena salah satu sebabnya secara teknis mereka masih suka
memanjangkan huruf di akhir kata walaupun tidak bertanda baca
panjang. Hal ini disebabkan karena siswa masih berpikir untuk huruf
berikutnya. Setelah diberikan pembelajaran menggunakan Metode
Qiraati terdapat peningkatan kelancaraan bacaan yang bisa dilihat
62
dari peningkatan rata-rata nilai siswa menjadi 80,63. Secara lengkap
hasil penilaian kelancaran membaca siswa kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin bisa dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kemampuan terkait Kelancaran Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Qiraati
No Nama METODE SEBELUM
QIRAATI
METODE
QIRAATI
1. Alif Ba Tasya 63 68
2. Alya Miftahul 74 86
3. Arga Suta 75 85
4. Arya Suta 72 83
5. Citra H.N 76 85
6. Flora Nafisa 73 85
7. Najwa R 70 82
8. Nuraini 70 79
9. Rabi Pasya 60 70
10.
Akhmad
Maulana 63 76
11. Aska Nayla 73 82
12. Ayudhita 70 82
13. Herdy
Ramadhan 68 78
14. Keisha Adelina 76 88
15. M. Ihsan 67 77
16. M. Rasya 69 80
17. Namira AR 70 81
18. Neng Siska 71 81
19. Rajwa Sahira 80 90
20. Sella Artanty 72 82
21. Sukarno 65 75
22. Syadad
Irfansyah 80 90
23. Tazkiyah AN 72 80
24. Zahwa S 63 70
Rata-rata 70.50 80.63
63
3. Wawancara
Untuk melengkapi data penelitian, penulis melakukan wawancara
dengan 2 orang yang dianggap mewakili kelas V MI Darul Muttaqin. Adapun
orang-orang yang penulis wawancarai adalah Wali Kelas dan Guru Pengajar
Alquran dengan hasil wawancara sebagai berikut:
a. Wali Kelas
Secara keseluruhan motivasi siswa dalam mempelajari Alquran
sangat baik. Dilihat dari semangat siswa dalam melafalkan bacaan
Alquran dan mengikuti instruksi guru dalam proses belajar Alquran.
Kendala yang sering terjadi di MI Darul Muttaqin yaitu berkaitan
dengan masalah kedisiplinan (guru/siswa datang terlambat), guru kurang
menguasai metodologi dan psikologi anak, perhatian terhadap guru
kurang antusias karena dilakukan pembelajaran Alquran pada siang hari.
Adapun persiapan yang dilakukan guru MI Darul Muttaqin adalah
sebagai berikut:
1) Mengetahui dan menguasai materi.
2) Persiapan harian, meliputi: mengetahui kemampuan anak dan
efektivitas waktu.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan santri selalu
menggunakan alat bantu. Alat yang di pakai guru dalam mengajar adalah:
Stik penunjuk, Papan tulis, Absensi, Buku Qiraati, Buku materi
tambahan, Spidol, Penghapus. Sedangkan alat yang dipakai santri dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah: Buku Qiraati, Materi
tambahan, Buku prestasi, dan Buku tulis.5
b. Guru Pengajar Alquran
Secara garis besar penerapan Metode Qiraati sudah cukup efektif,
hal ini dapat dilihat dari penerapan metode yang dipakai oleh guru
dengan baik dari awal sampai kegiatan pembelajaran sampai akhir.
5 Nurita, Wawancara, Jakarta, 3 Mei 2018
64
Secara keseluruhan motivasi siswa dalam mempelajari Alquran
sangat baik. Dilihat dari semangat siswa dalam melafalkan bacaan
Alquran dan mengikuti instruksi guru dalam proses belajar Alquran.
Kendala yang sering terjadi di MI Darul Muttaqin dalam proses
belajar Alquran adalah kurang perhatian dari orang tua siswa, yang
seolah hanya mengandalkan belajar Alquran disekolah saja. Sehingga
ketika siswa sampai dirumah tidak diperintahkan untuk mengulang apa
yang telah dipelajari di sekolah dan tidak memasukkan anaknya di TPA
maupun TPQ yang ada di lingkungana tempat tinggalnya. Padahal
lingkungan tempat tinggal juga berperan dalam meningkatkan
kemampuan membaca Alquran siswa.6
4. Melalui Dokumentasi
Pencarian data melalui teknik dokumentasi yang penulis lakukan
melalui beberapa cara, yaitu sebagai berikut:
a. Administrasi, Data Guru dan Siswa
Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin mempunyai tenaga pengajar
berjumlah 14 orang dan 1 orang karyawan dengan data sebagaimana
terlampir.
Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin berjumlah 245
siswa, yang terbagi menjadi 6 kelas dari kelas 1 sampai kelas 6.
1) Kegiatan Pembelajaran
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Darul
Muttaqin, berlangsung selama 6 hari, yaitu terhitung dari hari Senin-Sabtu,
dan di mulai dari Jam 06.30-12.00 WIB. kegiatan sehari-hari ini di mulai
dengan berbaris dan membaca do‟a bersama di lapangan, kemudian di
lanjutkan dengan masuk ke dalam kelas masing-masing dan membaca do‟a
untuk memulai pelajaran.
6 Romlah, Wawancara, Jakarta, 2 Mei 2018
65
C. Usaha Peningkatan Kemampuan Memaca Alquran Siswa Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Jika dirangkum seluruh aspek penilaian menggunakan metode lama
dibandingkan dengan Metode Qiraati, maka terjadi peningkatan kemampuan
siswa dalam membaca Alquran yang terbukti dari adanya peningkatan rata-
rata nilai siswa baik secara perorangan maupun secara aspek penilaian. Secara
lengkap hasil penilaian terhadap kemampuan membaca Alquran siswa kelas
V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Alquran
Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Qiraati
No Nama
METODE SEBELUM QIRAATI
Rata-
rata
METODE QIRAATI
Rata-
rata Makhraj
Huruf
Membaca
Per Kata
Aplikasi
Surat
Al-
zalzalah
Kelancaran Makhraj
Huruf
Membaca
Per Kata
Aplikasi
Surat
Al-
Zalzalah
Kelancaran
1. Alif Ba Tasya 61 61 60 63 61.25 71 71 66 68 69
2. Alya Miftahul 72 77 71 74 73.5 87 85 86 86 86
3. Arga Suta 71 75 72 75 73.25 83 84 85 85 84.25
4. Arya Suta 72 72 73 72 72.25 82 84 82 83 82.75
5. Citra H.N 68 74 71 76 72.25 83 84 85 85 84.25
6. Flora Nafisa 74 75 73 73 73.75 84 85 85 85 84.75
7. Najwa R 71 70 72 70 70.75 81 82 82 82 81.75
8. Nuraini 66 70 69 70 68.75 78 80 79 79 79
9. Rabi Pasya 61 61 60 60 60.5 73 71 67 70 70.25
10. Akhmad Maulana 67 65 64 63 64.75 77 75 76 76 76
11. Aska Nayla 68 71 72 73 71 80 83 82 82 81.75
12. Ayudhita 73 74 71 70 72 83 84 82 82 82.75
13. Herdy Ramadhan 69 67 69 68 68.25 79 79 78 78 78.5
14. Keisha Adelina 75 77 76 76 76 85 86 88 88 86.75
15. M. Ihsan 66 71 68 67 68 76 79 77 77 77.25
16. M. Rasya 63 69 72 69 68.25 78 79 80 80 79.25
17. Namira AR 71 72 75 70 72 83 81 81 81 81.5
18. Neng Siska 73 69 70 71 70.75 83 79 81 81 81
19. Rajwa Sahira 71 78 80 80 77.25 86 87 90 90 88.25
20. Sella Artanty 72 75 70 72 72.25 82 83 82 82 82.25
21. Sukarno 68 67 65 65 66.25 78 76 75 75 76
22. Syadad Irfansyah 75 73 75 80 75.75 85 85 90 90 87.5
23. Tazkiyah AN 64 69 70 72 68.75 79 81 80 80 80
24. Zahwa S 60 69 60 63 63 72 74 70 70 71.5
Rata-Rata 68.79 70.88 69.92 70.50 70.02 80.33 80.71 80.38 80.63 80.51
66
Berdasarkan tabel di atas, secara signifikan Metode Qiraati mampu secara
efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Alquran. Oleh karena
itu dalam rangka usaha peningkatan kapasitas Madrasah Ibtidaiyah Darul
Muttaqin dalam mengajarkan Alquran, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Menambah jumlah guru pengajar Alquran agar lebih fokus dalam
mengajar dan mengawasi siswa.
2. Guru pengajar Alquran tidak hanya mengandalkan satu metode pengajaran
Alquran saja, diperbolehkan mengggunakan beberapa metode sesuai
dengan keadaan siswa, agar lebih variatif dan menarik perhatian siswa
dalam mengajar Alquran.
3. Menambahkan jam pelajaran Alquran yang awalnya hanya satu kali dalam
satu minggu menjadi tiga kali dalam satu minggu, yaitu sebelum pulang
sekolah apabila jam pelajaran dihari selasa, kamis dan sabtu telah selesai.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dihimpun melalui observasi, tes,
wawancara, dokumentasi serta cacatan lapangan maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Proses pelaksanaan pembelajaran Alquran khususnya metode Qiraati
secara garis besar sudah terlaksana dengan baik. Namun ada beberapa
kendala terlihat, seperti hanya ada satu guru pengajar Alquran saja yang
mengajar program membaca Alquran dan mengajar semua kelas yang
mengikuti program membaca Alquran ini. Kegiatan pembelajaran alquran
di MI Darul Muttaqin dilaksanakan pada siang hari yaitu setiap selesai jam
pelajaran sekolah sebelum siswa pulang ke rumah masing-masing. Dalam
kegiatan membaca Alquran ini hanya dilaksanakan satu kali dalam satu
minggu, sehingga siswa mudah lupa apa yang telah diajarkan guru
pengajar Alquran, apalagi banyak siswa yang di lingkungan tempat
tinggalnya tidak masuk ke lembaga pendidikan Alquran seperti TPA/TPQ.
2. Kemampuan membaca Alquran siswa MI Darul Muttaqin terutama kelas
V tergolong sangat baik, hal ini dapat dilihat dari hasil tes baca Al-Qur‟an
kelas V yang mencapai nilai rata-rata 80,5. Hal ini mengindikasikan
bahwa penerapan metode qiraati dapat meningkatkan kemampuan
membaca Alquran siswa MI Darul Muttaqin terutama kelas V, namun
peningkatan kualitas pembelajaran kiranya perlu ditingkatkan lagi, supaya
kualitas membaca Alquran siswa MI Darul Muttaqin lebih baik.
B. Saran
1. Bagi Pengelola Yayasan, hendaknya lebih meningkatkan mutu pendidikan
melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM), yaitu melalui kegiatan
pembinaan guru, pelatihan, serta peningkatan dalam hal sarana dan
prasarana supaya kegiatan pembelajaran lebih baik serta tujuan
pembelajaran dapat tercapai sesuai program yang sudah direncanakan.
68
2. Bagi Kepala Lembaga, hendaknya lebih meningkatkan kedisiplinan guru
serta memfasilitasi dalam mengikuti pembinaan, penyuluhan atau traning-
training, agar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru lebih
menguasai metodologi dan psikologi anak.
3. Bagi masyarakat, terutama wali murid hendaknya memberikan dukungan
baik moril maupun materil terhadap sekolah dalam meningkatkan
kemampuan membaca Alquran dan memberikan motivasi kepada anaknya
dalam belajar membaca Alquran.
3. Bagi Lembaga, baik formal maupun non formal yang mengajarkan
pembelajaran Alquran, hendaknya lebih selektif dalam pemilihan metode
pembelajaran Alquran, karena pemilihan metode akan berpengaruh
terhadap kualitas membaca Alquran anak.
4. Kepada para Guru Alquran, hendaknya mengikuti pelatihan-pelatihan yang
berkaitan dengan pengajaran anak agar kualitas dalam pengajaran lebih
baik serta mempu memahami psikologi anak.
5. Bagi para siswa yang sedang belajar membaca Alquran baik di Lembaga
Pendidikan formal maupun non formal hendaknya lebih tekun lagi dalam
belajar membaca Alquran agar mampu membaca Alquran dengan baik dan
benar sebagai bekal di masa depan.
69
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya, 2011.
Amanah. Pengantar Ilmu Al-Qur’an&Tafsir. Semarang: As-Syifa,1991.
Arifin, H.M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1987.
Artmanda, W Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media Jombang
Aziz Abdul Rauf, Abdul. Pedoman Tahsin Alqu’an. Jakarta: Dzilal Press, Cet. 6,
1997.
Bakar Dachlan, Abu. Pak Dachlan Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an. Semarang:
Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Cet. 1
Dahlan, Ahmad. Sejarah Berdirinya MI Darul Muttaqin. Jakarta: 2010.
Dahlan, Ahmad. Wawancara, 17 Mei 2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, Cet. 4, 1995.
Zuhairini Dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: 1983.
Fathoni, Ahmad. Metode Maisura. Jakarta: Transhop Printing, cet. 2, 2014.
Furchan, Arief. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. 2011.
Gall, Borg and Gall. 2003. Educational Research : An Introduction. Boston :
Allyn and Bacon.
http://khazanahtajwid.blogspot.com/2008/10/pengertian-tajwid.html
http://qiraati.wordpress.com/2009/11/12/pesan-pesan-kh-dachlan-salim-zarkasyi/
http://www.gokkri.com/2010/01/sejarah-qiroati.html
http://www.wahdah.or.id/wis/images/stories/Metode%20baca%20tulis%20al-
Qur’an.pdf
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 26, 2010.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 26, 2010.
70
Kutha Ratna, Nyoman. Metodologi Penelitian. Jakarta: Research Design &
Methodology, 2010.
Lim Abdurohim, Acep. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV Penerbit
Diponogoro, Cet. 10, 2007.
Madya, Eko Susilo. Dasar-dasar Pendidikan. Semarang: Effhar Offset, Cet.1,
1990.
Muhgin, Arief, Moh. dan Khanan Mukhtar. Pedoman Pengelolaan Taman
Pendidikan Alquran Metode An-Nahdiyah. Tulung Agung : LP. Ma’arif
NU.1993.
Mulyasa, E. Impelementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Nurita. Wawancara, Jakarta, 3 Mei 2018
Romlah. Wawancara, Jakarta, 2 Mei 2018
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Cet. 20, 1995.
Sudjana, Nana. Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, Cet. 3, 1991.
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Cet. 12, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, Cet. 9, 2010.
Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda
Teknik. Bandung: Tarsito, Cet. 8, 1998.
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 2008.
Syamsuddin, MZ, H. U. Pedoman Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-
kanak Alquran (TKA) dan Taman Pendidikan Alquran (TPA). Jakarta, :
LPPTKA BKPRMI Pusat, Rev. 2006.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Da’wah Islamiyah. Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1979.
71
Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. 3, 1997.
Tim Penyusun. Didaktik Metode Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulum PBM. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.5, 1993.
Tim Penyusun. Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa KBBI.
Jakarta: Balai Pustaka. Cet.8
Yusuf, Tayar & Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. 1,
Zarkasyi Dachlan, Salim. Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an.
Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1990.
Zarkasyi, Imam. Pelajaran Tajwid. Jawa Timur: Trimurti Press Gontor Ponorogo,
1995.
Zuhri, Muhammad. Terjemah Juz ‘Amma. Jakarta : Pustaka Amani, 1994.
Zul Fajri, Em. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Aneka Ilmu, 2008.
KEMENTERIAN AGAMA
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2018
FITK No. Revisi: : 01 Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
1. Bangunan Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin Jakarta
2. Lapangan Serba Guna Madrasah Ibtidiyah Darul Muttaqin Jakarta
3. Penulis Foto bersama Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin yang
Menjadi Obyek Penelitian
4. Proses Tes Membaca Alquran Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Darul Muttaqin
Jakarta
BERITA WAWANCARA
Wawancara diajukan kepada:
Nama : Romlah Ahmad
Jabatan : Guru Pengajar Alquran
Tempat : MI Darul Muttaqin Jakarta
Hari, Tanggal : Rabu, 02 Mei 2018
1. Sudah berapa lama ibu mengajar Alquran di MI Darul Muttaqin?
Jawab: Kurang lebih 5 tahun saya mengajar Alquran di MI Darul
Muttaqin.
2. Berapa orang pengajar Alquran yang ada di MI Darul Muttaqin?
Jawab: Cuma saya aja sendiri, karena latar belakang saya adalah seorang
Qori’ah jadi saya yang dipercaya mengajar Alquran disini.
3. Kapan waktu belajar Alquran di MI Darul Muttaqin?
Jawab: Setiap selesai belajar sebelum pulang sekolah, jadi belajar
membaca Alqurannya di siang hari.
4. Dalam satu minggu, berapa kali kegiatan belajar membaca Alquran di MI
Darul Muttaqin?
Jawab: Satu minggu sekali, sesuai jadwal per kelas.
5. Metode Pengajaran Alquran apa saja yang ibu ketahui?
Jawab: Yang saya tau cuma metode Iqra, Jibril sama metode Al-Baghdadi
6. Metode apa yang sering ibu gunakan dalam mengajar Alquran?
Jawab: Metode Iqra atau metode Jibril kadang-kadang, tergantung situasi
di kelas seperti apa.
7. Bagaimana pelaksanaan metode yang ibu terapkan?
Jawab: Kurang baik, anak-anak mudah bosan dengan metode lama seperti
Iqra dan Jibril, dan mungkin butuh metode baru agar lebih menarik.
8. Dari penerapan metode tersebut, bagaimana hasilnya?
Jawab: Kemampuan membaca Alquran siswa agak lama meningkatnya,
rata-rata nilainya kurang dari 80.
Jakarta, 02 Mei 2018
Guru Pengajar Alquran Interviewer
Romlah Ahmad Ahmad Syauqi
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Ahmad Syauqi
NIM : 1111011000108
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Efektivitas Metode Pembelajaran Qiraati (Studi Kasus Siswa
Kelas V MI Darul Muttaqin Jakarta)
No Judul Buku No.
Footnote
Halaman
Skripsi
Paraf
Pembimbing
BAB I
1
Ahmad Fathoni, Metode Maisura,
(Jakarta: Transhop Printing, 2014),
h.1
1 1
2
Muhammad Alim, Pendidikan
Agama Islam Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian
Muslim, (Bandung : PT.Remaja
Rosda Karya, 2011), cet. 2, h. 179
2 1
BAB II
9
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi
Penelitian, (Jakarta: Research
Design & Methodology, 2010)
3 7
10
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu
Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995), Cet. 20, h. 48
4 7
11
Asmuni Syukir, Dasar-dasar
Strategi Da’wah Islamiyah,
(Surabaya: PT. Bina Ilmu), 1979, h.
99
6 8
13
M Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1987) . hal. 97
7 8
14
Ahmad Tafsir, Metodologi
Pengajaran Agama Islam,
(Bandung: Remaja Rosdakarya,
1997), Cet. 3, h. 12
8 8
15
Tayar Yusuf&Syaiful Anwar,
Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab (Jakarta: PT Raja
9 8
Grafindo Persada), Cet. 1, h. 1-2
16
Zuhairini dkk, Metodik Khusus
Pendidikan Agama, (Surabaya,
1983), h. 80.
10 9
17
http://www.wahdah.or.id/wis/image
s/stories/Metode%20baca%20tulis
%20al-Qur’an.pdf (diunduh pada
23 September 2017, pada pukul
20.50 WIB
11 9
18
Muhammad Zuhri, Terjemah Juz
‘Amma, (Jakarta : Pustaka Amani,
1994) h. 3
12 10
19
U. Syamsuddin, MZ, Pedoman
Kurikulum dan Pengajaran Taman
Kanak-kanak Alquran (TKA) dan
Taman Pendidikan Alquran (TPA),
(Jakarta, : LPPTKA BKPRMI
Pusat, Rev. 2006) h. 35
13 11
20
Moh. Muhgin Arief dan Khanan
Mukhtar, Pedoman Pengelolaan
Taman Pendidikan Alquran Metode
An-Nahdiyah, (Tulung Agung : LP.
Ma’arif NU. 1993) h. 9
14 12
21
Amanah, Pengantar Ilmu Al-
Qur’an&Tafsir (Semarang: As-
Syifa,1991), h. 104
15 13
22
Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan
Pembaharu dan Bapak Al-Qur’an,
(Semarang: Yayasan Pendidikan
Al-Qur’an Raudhatul
Mujawwidin), Cet. 1, h. 61-62
16 15
23
http://www.gokkri.com/2010/01/sej
arah-qiroati.html (diunduh pada 2
Mei 2018, pada pukul 20.50 WIB
17 17
24
1
http://qiraati.wordpress.com/2009/1
1/12/pesan-pesan-kh-dachlan-
salim-zarkasyi/
(diunduh pada 2 Mei 2018, pada
pukul 20.50 WIB
18 20
25
Dachlan Salim Zarkasyi, Metode
Praktis Belajar Membaca Al-
Qur’an, (Semarang: Yayasan
Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul
Mujawwidin, 1990), Jilid 1-6.
19 26
26
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman
Tahsin Alqu’an, (Jakarta: Dzilal
Press, 1997), Cet. 6, h. 8-9
20 28
27
1
http://khazanahtajwid.blogspot.com
/2008/10/pengertian-tajwid.html
21 29
28
Abdul Aziz Abdul Rauf, Pedoman
Tahsin Alquran, (Jakarta: Dzilal
Press, 1997), Cet. 6, h. 5.
22 29
29
Imam Zarkasyi, Pelajaran Tajwid,
(Jawa Timur: Trimurti Press Gontor
Ponorogo, 1995), h. 1
23 29
30
Ahmad Fathoni, Petujuk Praktis
Tahsin Tartil Alquran Metode
Maisura, (Bogor: CV Duta Grafika,
2017), h.15
24 30
31
Acep Lim Abdurohim, Pedoman
Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung,
CV Penerbit Diponogoro, 2007),
Cet. 10, h. 20-22.
25 31
32
Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, KBBI (Jakarta: Balai
Pustaka), Cet.ke-8, h.961
26 31
33
Em Zul Fajri, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Aneka
Ilmu, 2008), Cet.ke-3, h.269
27 31
34
E. Mulyasa, Impelementasi
Kurikulum 2004 Panduan
Pembelajaran KBK, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2006). h.90
28 32
35
Madya, Eko Susilo, Dasar-dasar
Pendidikan, (Semarang: Effhar
Offset, 1990), Cet.ke-1, h.63
29 32
36 Tim Penyusun Didaktik Metode
Kurikulum IKIP Surabaya, 30 33
Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulum PBM, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1993). Cet.ke-5,
h.120-127
37
Nana Sudjana, Penilaian Proses
Belajar Mengajar,([Bandung : PT.
Remaja Rosda Karya, 1991). Cet.
Ke-3 hal. 60-63
31 33
38
Muhibin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 2008). h. 132
32 34
39
Sugiyono, Metode Penelitian
Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2010), Cet. 9, h. 1
33 35
40
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik
Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), Cet. 12, h.
28
34 36
BAB III
41
Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.
26, h. 103.
35 dan
37 37 dan 38
42
Winarno Surakhmad, Pengantar
Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar
Metoda Teknik, (Bandung, Tarsito,
1998), Cet. 8, h. 174
36 37
43
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1995), Cet. 4, h. 37.
38 38
BAB IV
48
Furchan, Arief. 2011. Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
39 39
49
Gall, Borg and Gall. 2003.
Educational Research : An
Introduction. Boston : Allyn and
40 39
Bacon
50
Ahmad Dahlan, Sejarah Berdirinya
MI Darul Muttaqin, (Jakarta:
2010), h. 1
41 dan
42 41 dan 42
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Syauqi (Oki) dilahirkan di Jln. H. Abd. Wahid RT 008 RW
03 No. 29 Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada
tanggal 01 Agustus 1993.
Nama lengkapnya adalah Ahmad Syauqi, telah lahir dari
pasangan Bapak Usman Hamid dan Ibu Romlah, Ia Merupakan anak ke-empat dari lima
bersaudara yaitu: Fauzan Zamahsyarie, Meuthia Ariefiani, Riza Fauziah, dan Nasyitha
Amelia. Pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Islam Nuryakin, kemudian di Madrasah
Ibtidaiyah Darul Muttaqin yang tidak jauh dari rumah kediamannya, setelah itu melanjutkan
studi nya di MTs Fatahillah dan MAN 13 Jakarta. Setelah Lulus Aliyah Ia Melanjutkan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam. Pria yang
memiliki suara khas ini dikenal sebagai Mahasiswa yang Humoris dan sangat akrab dengan
teman-temannya. Ia juga sering tampil di berbagai acara, baik menjadi vokalis marawis,
hadroh, maupun menjadi qori acara pernikahan di berbagai tempat. Pria yang akrab disapa
Syauqi/Oki ini masih terus menjalankan aktifitasnya sebagai seorang Munsyid (Vokal) di
Majelis Rasulullah SAW yang dipimpin oleh Almarhum Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa.
top related