Jurnal Kependidikan - fip.ikipmataram.ac.idfip.ikipmataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/03/ABDURRAHMAN... · Penyunting Ahli (Mitra Bestari) ... (hasil karya penulis) dan original
Post on 21-Feb-2018
219 Views
Preview:
Transcript
Jurnal Kependidikan Terbit empat kali setahun pada bulan Maret, Juni, September dan Desember. Berisi artikel
konseptual hasil kajian analitis kritis dan atau artikel hasil penelitian di bidang kependidikan.
(ISSN 1412-6087)
Pelindung dan Penasihat
Prof. Drs. H. Toho Cholik Mutohir. MA., Ph.D Rektor IKIP Mataram
Dr. Jamaluddin, M.Pd Wakil Rektor I IKIP Mataram
Penanggung Jawab
Dr. Gunawan, M.Pd Ketua LPPM IKIP Mataram
Ketua Penyunting
Any Fatmawati, M.Pd
Sekretaris Penyunting
Ahmadi, S.Pd., M.Pkim
Anggota
Ratna Azizah Mashami, M.Pd
Ni Wayan Prami Wahyudiantari, M.Pd
Rudi Hariawan, M.Pd
Mujriah, M.Pd
Penyunting Ahli (Mitra Bestari)
Prof.Dr.I Wayan Maba Univ. Mahasaraswati, Denpasar
Prof.Dr.I Wayan Pastika Universitas Udayana, Denpasar
Prof. Dr. Liliasari, M.Pd Universitas Pendidikan Indonesia
Dr.H.A.Hari Witono, M.Pd Universitas Mataram
Pangesti Wiedarti, Ph.D Universitas Negeri Yogyakarta
Dr. H.Wildan, M.Pd Universitas Mataram
Dr. Ahmad Hardjono, S.Si., M.Pd Universitas Mataram
Dr. I Ketut Warta,MS IKIP Mataram
Dr. Jumailyah, MM IKIP Mataram
Pelaksana Ketatalaksanaan
M. Fuaddunnazmi, S.T., M.Pd
L. Ashadi Cahyadi, SH
Zainul Anwar, S.Pd
Fathoroni, S.Pd
Bendahara
Supratman, S.E
Alamat Redaksi
Redaksi Jurnal Kependidikan
LPPM IKIP Mataram
Jl.Pemuda No59 A Mataram NTB 83125 Tlp/Fax (0370)632082
E-mail: lppmikip.mtr@gmail.com
Jurnal Kependidikan diterbitkan sejak tanggal 2 Mei 2002 oleh Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) IKIP Mataram. Sejak Mei 2009, Jurnal Kependidikan diterbitkan melalui kerjasama dengan Ikatan Sarjana Pendidikan IKIP Mataram.
Jurnal Kependidikan menerima naskah tulisan otentik (hasil karya penulis) dan original (belum
pernah diterbitkan sebelumnya) dengan format sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ini.
Tulisan yang dimuat pada jurnal kependidikan belum tentu merupakan cerminan sikap dan
atau pendapat penyunting pelaksana, penyunting, dan penyunting ahli. Tanggung jawab
terhadap isi dan atau akibat dari tulisan, tetap terletak pada penulis.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
e-ISSN: 2442-7667, p-ISSN: 1412-6087
Jurnal Kependidikan Maret 2016, Volume 15 Nomor 1
Halaman 1 - 114
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi
1. Menganalisis Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika pada Materi Segi
Empat Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Dompu ………………………………
Baharudin
1-10
2. Pengembangan Buku Panduan Berbasis Problem Solving dalam Meminimalisir
Kekhawatiran pada Kelas Speaking Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris
IKIP PGRI MADIUN ……………………………………………………………….
Fitra Pinandhita dan Ratih Christiana
11-20
3. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja
Karyawan …………………………………………………………………..……….
Sri Erny Muliani dan Baiq Rohiyatun
21-26
4. Akurasi Kompetensi Sosial Dosen dalam Pembelajaran(Studi Pada Dosen UNSA
Sumbawa Besar) …………………………………………………………………….
I Gusti Made Sulindra dan I Made Sentaya
27-40
5. Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Sasaran dalam Penyusunan RPP Melalui
Pendampingan Berbasis MGMP di SMA Negeri 2 Mataram ………………………
Kun Andrasto
41-49
6. Pengembangan Instrumen Penilaian Psikomotor Berbasis IT dalam Pembelajaran
Penjasorkes Materi Lompat Jauh pada Siswa SMP ………………………………...
Lalu Demung Patria dan Djuniadi
51-56
7. Pengembangan Instrumen Penilaian unjuk Kerja dengan Model Peer Asssessment
System untuk Mata Pelajaran Penjasorkes pada Pokok Bahasan Permainan Bola
Voli ………………………………………………………………………………….
Lalu Hasan Ashari dan Djuniadi
57-65
8. Korelasi antara Pengelolaan Sistem Informasi Sekolah dengan Efektivitas Kerja
Pegawai di SMK Hasanuddin Mataram …………………………………………….
Menik Aryani
67-72
9. Mengidentifikasi Faktor Penghambat Guru Matematika Kecamatan Dompu NTB
Terhadap Proses Pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas ……………………..
Muh. Fitrah
73-88
10. Perbedaan Massa Umbi Kentang Hitam (Soleneotemon Rotundifolius (Poir) J. K.
Mort.) terhadapKecepatan Pertumbuhan dalam upaya Pengembangan Petunjuk
Praktikum Fisiologi Tumbuhan I …………………………………………………...
Rahmatul Rahayu dan Titi Laily Hajiriah
89-94
11. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Teks Recount Bahasa Inggris
Menggunakan Three Phases Techniques pada Kelas VIII.1 (Bilingual) SMP
Negeri 7 Mataram…………………………………………………………………...
Suherni
95-101
12. Pengembangan Instrumen Sikap Kreatif Kewirausahaan Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kota Mataram ………………………………….……………...
Abdurrahman
102-114
e-ISSN: 2442-7667
p-ISSN: 1412-6087
© 2016 LPPM IKIP Mataram
Pengembangan Instrumen Sikap Kreatif Kewirausahaan
Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Mataram
Abdurrahman
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Mataram
Email: Abdur_banyu@yahoo.com
Abstract: The purpose of this research is to develop an instrument to measure creative entrepreneurship
attitudes of vocational high school students. The method of the research is research and development. In the
first phase, the creative entrepreneurship attitudes instrument was reviewed by fourteen experts and 18
panelists. In the next phase, the instrument was applied to assess 377 and 403 vocational high school students
at Mataram City. The test results of construct validity is developed in two stages, the first: a theoretical and the
second: empirical testing and has met the criteria of validity significant, all indicators, grains and dimension
have a load factor or factor loading ≥ 0.30, compatibility test results overall model from the instrument creative
attitude entrepreneurial students who developed has represented the size of the data is counted by Structural
Equation Modeling (SEM). Dimensions are developed in the instrument of creative entrepreneurial attitude is 3
dimensions, namely, first: the dimensions of cognition with 3 indicators, the second: the dimensions of
affective with 4 indicators, and third: the dimensions of konasi with 5 indicators, and 54 items have met the
criteria of the instrument is valid, and the construct reliability coefficient 0.966 for the results of the first trial
and the second trial amounted to 0.958.
Keywords: Development of Instrument, Construct validity and reliability, Creative entrepreneurship Attitudes.
Pendahuluan
Budaya membaca Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Indonesia, menurut
Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0490/U/ 1992 pasal 1
(1) adalah bentuk satuan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk
melanjutkan dan meluaskan pendidikan serta
mempersiapkan peserta didik untuk
memasuki lapangan kerja dan
mengembangkan sikap profesional. Secara
lebih rinci disebutkan dalam Keputusun
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 080/ V/1993
tentang Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan, Lampiran I bahwa pendidikan di
SMK bertujuan untuk: (1) Menyiapkan
siswa memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional, (2)
menyiapkan siswa agar mampu memilih
karir, berkompetisi dan mengembangkan
diri, (3) menyiapkan tenaga kerja tingkat
menengah untuk mengisi kebutuhan dunia
usaha dan industri pada saat ini maupun
masa yang akan datang, (4) menyiapkan
tamatan agar menjadi warga negara yang
produktif, adaptif dan kreatif.
Konstruk sikap kreatif
kewirausahaan siswa dibangun oleh tiga
dimensi utama, yaitu kognisi, afeksi, dan
konasi (Azwar, 2000: 6). diukur oleh tiga
indikator menemukan konsep pengetahuan
dengan gagasan baru dalam berwirausaha
(A1) (Hurlock, 1997: 4), (Menghasilkan
produk melalui berfikir rasional (A2),
menyesuaikan cara pandang wirausaha untuk
menghadapi tantangan hidup (A3). Dimensi
afeksi diukur oleh empat indikator
membangun kepercayaan diri untuk
menciptakan suatu produk baru secara
kreatif (B1), mempengaruhi rasa kepuasan
dalam mengembangkan bakat berwirausaha
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
103
(B2), membentuk rasa tanggung jawab untuk
menghasilkan karya yang berasal dari
imajinasi
(B3), meyakini berwirausaha untuk
menghasilkan karya (B4), dan dimensi
konasi diukur oleh lima indikator
menunjukkan keberanian menanggung
resiko untuk hasil yang kongkrit dalam
sebuah karya yang orisinil (C1) (Bono,
1992: 118), (Mendorong kesukaan terhadap
tantangan yang berorientasi masa depan
dalam menghadapi tantangan hidup (C2)
(Steinhoff dan Burgess, 1993: 33),
menciptakan produk baru untuk
menunjukkan hasil yang kongkrit (C3),
mencari peluang untuk menghasilkan karya
yang kreatif dalam berwirausaha (C4),
mengembangkan bakat kewirausahaan untuk
menghadapi tantangan hidup (C5) (Peters
dan Shepherd, 2008: 145).
Untuk mengukur sikap kreatif
kewirausahaan siswa yang sesuai dengan
kaidah pengembangan instrumen baku
diawali dengan membangun konstruk
(Cohen dan Swerdlik, 2009: 245; Azwar,
2013: 14-20) mengembangkan spesifikasi
(Djaali dan Muljono, 2008: 60-62),
mengembangkan butir, melakukan validasi
terhadap konstruk, melakukan uji coba
(Colton dan Covert, 2007: 17-20),
melakukan uji empiris dan merakit butir
menjadi perangkat instrumen untuk
mengukur sikap kreatif kewirausahaan siswa
(Abell, dkk., 2009: 45; Purwanto, 2010: 100-
122; Soeprijanto, 2010: 53-66; Kusaeri dan
Suprananto, 2012: 52-184).
Setelah Instrumen sikap kreatif
kewirausahaan siswa sekolah menengah
kejuruan Kota Mataram secara konseptual
benar-benar mengukur konstruk
keterampilan mengajar yang didapatkan
melalui penelaahan para pakar (Djaali dan
Muljono, 2008: 49), validitas konstruk
instrumen tersebut perlu diverifikasi melalui
uji coba secara empiris melalui analisis
faktor (Azwar, 2013:136). Hal ini dilakukan
untuk mengetahui apakah butir-butir
instrumen mengukur indikator-indikator
yang bersesuaian dan apakah indikator-
indikator mengukur dimensi-dimensi yang
ada (Wijanto, 2007: 195).
Berdasarkan uraian tersebut
menunjukkan betapa pentingnya penelitian
yang berkenaan dengan alat ukur sikap
kreatif kewirausahaan siswa sekolah
menengah kejuruan Kota Mataram yang
sesuai dengan kaidah pengembangan
instrumen baku.
Metode Penelitian
Desain prosedur pengembangan
instrumen sikap kreatif kewirausahaan
secara lengkap diuraikan pada Gambar 2.
Setelah penelaahan butir, diperoleh
seperangkat instrumen secara konseptual
mengenai sikap kreatif kewirausahaan siswa
SMK Kota Mataram yang berjumlah 56
butir. Dimensi kognisi diukur oleh tiga
indikator (A1, A2, dan A3), dan ketiga
indikator tersebut diukur oleh 13 butir
instrumen. Dimensi afeksi diukur oleh empat
indikator (B1, B2, B3, dan B4), dan keempat
indikator tersebut diukur oleh 19 butir
instrumen, dan Dimensi konasi diukur oleh
lima indikator (C1, C2, C3, C4 dan C5), dan
kelima indikator tersebut diukur oleh 22
butir instrumen.
Seperangkat instrumen sikap kreatif
kewirausahaan siswa SMK Kota Mataram
tersebut diujicoba dalam dua tahapan. Tahap
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
104
pertama instrumen tersebut digunakan
kepada 377 siswa. Kemudian pada tahap
kedua digunakan kepada 403 siswa SMKN
2, SMKN 5, dan
SMKN 7 Kota Mataram. Kemudian data
hasil uji coba tersebut dilakukan uji
kelayakan sampel dan butir. Selanjutnya
diuji melalui Structural Equation Modeling
(SEM), dengan tahapan: Uji kecocokan
keseluruhan (Goodness of Fit), uji
persamaan struktural (structural equation)
dan uji persamaan pengukuran
(measurement equation).
Hasil Penelitian
Hasil Pengujian secara teoretik
melalui panel pakar yang digunakan untuk
menghitung reliabilitas khusus untuk
menentukan koefisien korelasi dengan
formula Intraclass Correlation Coeffisien
(ICC) melalui aplikasi SPSS untuk estimasi
keseluruhan penilai sebesar 0,7159 dan hasil
estimasi nilai perseorangan sebesar 0,0736
termasuk kategori baik. Widhiarso
(2010:17). Hasil uji coba tahap I penelitian
yang berkenaan dengan uji kelayakan
sampel menggunakan metode Kaiser Meyer
Olkin (KMO) dan Bartlett’s didapat nilai
sebesar 0,821 yang berarti nilai KMO >
0,80, dari hasil uji tersebut termasuk kategori
baik. Uji kelayakan butir menggunakan
metode Measures of Sampling Adequacy
(MSA) > 0,50 menunjukkan bahwa seluruh
butir layak digunakan dalam analisis faktor.
Pengujian data empirik dengan lisrel
mewajibkan data harus lolos uji asumsi
terutama uji multikolienaritas dan uji
normalitas, (Gozali dan Fuad, 2008: 36-37).
Namun ketika asumsi multivariate normality
tidak terpenuhi atau data tidak normal
multivariate maka alternatif yang dapat
dilakukan adalah mengestimasi model
berdasarkan maximum likelihood dengan
melakukan koreksi terhadap bias atas
dilanggarnya normalitas, koreksi dapat
dilakukan dengan menggunakan input
asymptotic covariance matrix, (Gozali dan
Fuad, 2008: 250). sejalan dengan itu Yamin
menyatakan salah satu metode yang dapat
digunakan ketika variabel data penelitian
tidak memenuhi asumsi normal multivariat
adalah melakukan penyesuaian nilai chi
square (χ2) dan standar error dengan Satorra
Bentler Scaled χ2 yang dikenal dengan
estimasi robust maximum likelihood,
(Yamin, 2014:16). Dengan kata lain karena
hasil uji normalitas data tahap I
menunjukkan data tidak berdistribusi normal
multivariat maka tehnik estimasi data
dilakukan dengan robust maximum
likelihood (RML).
Hasil estimasi tahap I menunjukkan
ada 18 (delapan belas) butir yang tidak
memenuhi standar nilai SLF ≥ 0,30, dan
tidak memenuhi nilai standar signifikansi t
value yaitu ≥ 1,96, indikator tersebut adalah:
X1, X2, X15, X16, X26, X27, X28, X29,
X42, X47, X48, X49, X50, X52, X55, X61,
X68, dan X69.. Dengan demikian 18 butir
tersebut harus dibuang atau di
drop,sementara 56 butir lainnya memenuhi
kriteria nilai SLF dan kriteria signifikansi
tvalue ≥ 1,96 dengan kata lain 56 butir
tersebut semuanya valid, dengan demikian
instrumen ini dapat digunakan untuk ujicoba
selanjutnya.
Hasil uji reliabilitas tahap I dilakukan
dengan menghitung menggunakan formula
Omega (ω) yang dikembangkan oleh
McDonald. Widhiarso (2009:45), composite
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
105
reliability (CR) yang dikenal dengan
construct reliability (CR) dan variance
extracted (VE) (Wijanto, 2008: 26), melalui
nilai loading faktor tiap indikator, hasil
perhitungan menunjukkan terdapat dimensi
kognisi sebesar 0,85, afeksi sebesar 0,93,
dan konasi sebesar 0,91 yang memiliki nilai
reliabilitas baik yaitu nilai CR ≥ 0,70,
sedangkan hasil perhitungan variance
extracted (VE) menunjukkan dimensi konasi
memperoleh nilai VE ≥ 0,50. Untuk itu maka
dilakukan estimasi kedua tanpa melibatkan
indikator yang tidak valid dengan harapan
dapat menghasilkan perubahan nilai
reliabilitas menjadi lebih baik.
Setelah dilakukan estimasi tahap I
tanpa melibatkan indikator yang tidak valid
terjadi peningkatan nilai reliabilitas pada
CR. Hal paling utama dalam perhitungan
reliabilitas adalah hasil perhitungan CR dan
VE multidimensi/ gabungan dimana untuk
variabel sikap kreatif hasil perhitungan data
ujicoba tahap I menunjukkan tingkat
reliabilitas yang tinggi yaitu 0,97 untuk CR
dan Formula Omega, dan telah memenuhi
kriteria yang ditetapkan yaitu CR ≥ 0,70.
Hasil uji kecocokan model
menunjukkan tingkat kecocokan yang baik
atau good fit, karena ukuran-ukuran GOF
yang ada telah mewakili 3 (tiga) kriteria
GOF. dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 1. Ringkasan Hasil Uji Kecocokan Model Ujicoba Tahap I
N o Ukuran
Kecocokan Kriteria
Hasil Estimasi
Respesifikasi Kategori Kecocokan
A Absolute Fit Indices
1 RMSEA 0,05 < RMSEA <0,08 0,075 Cocok
B Incremental Fit Indices
2 NNFI >0,90 0,910 cocok
3 CFI >0,90 0,915 Cocok
4 IFI > 0,90 0,915 Cocok
C Parsimonious Fit Indices
5 Saturated CAIC 11063, 863
CAIC < Saturated CAIC 5483, 977 Cocok
6 PGFI > 0,60 0,638 Cocok
Dari hasil uji kecocokan model diatas
dapat disimpulkan bahwa model yang ada
merupakan model yang baik (good fit),
karena dari 16 ukuran GOF yang ada ditabel
2 sebagian besar memenuhi ukuran GOF
dengan baik. Hair et al., dalam Latan (2012:
49-53) menyatakan penggunaan 4-5 kriteria
goodness of fit (GOF) dianggap sudah
mencukupi untuk menilai kelayakan suatu
model dengan syarat masing-masing kriteria
GOF terwakili yaitu: (1) Model absolute fit
indices diwakili oleh ukuran Root Mean
square Error Approximation (RMSEA), (2)
Model incremental fit indices atau model
conparison diwakili oleh Non-Normed Fit
lndex (NNFI), Comparative Fit lndex (CFI),
Incremental Fit lndex (IFI), (3)
Parsimonious fit Indices atau Model
Parsimony diwakili ukuran Consistent
Akaike Information lndex (CAIC), dan
Parsimonious Goodness of Fit lndex (PGFI).
Gambaran model CFA second order pada
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
106
pengembangan instrumen ini dapat dilihat
pada diagram jalur data tahap I (estimasi
awal dan estimasi respesifikasi) seperti pada
gambar 1 dan gambar 2:
Gambar 1 Gambar 2 Diagram Jalur Hasil Estimasi Awal Diagram Jalur Hasil Estimasi Respesifikasi 74 Butir 56 Butir
Gambar 2 menunjukkan diagram jalur
estimasi awaI model CFA second order
dengan 74 butir, dan gambar 2 menunjukkan
diagram jalur estimasi Respesifikasi model
CFA second order dengan 56 butir, yang
tidak melibatkan 18 butir yang tidak valid.
Ujicoba tahap II dilakukan menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel dengan
tahapan yang sama seperti ujiicoba tahap I,
tanpa melibatkan 18 butir yang tidak valid,
sehingga jumlah sampel pada uji coba tahap
II yang dianalisis sebanyak 403 sampel,
Hasil uji asumsi menunjukkan data ujicoba
tahap II berdistribusi tidak normal baik
secara univariat maupun multivariat. Untuk
itu estimasi dilakukan dengan robust
maximum likelihood.
Hasil evaluasi tahap II menunjukkan ada
2 (dua) butir yang nilai loading faktornya
berada dibawah standar minimal yaitu ≤ 30,
butir tersebut adalah butir X24, dan X40
pada dimensi afeksi, dan konasi, dimana
perolehan nilai hanya sebesar 0,28, dan 0,29
artinya butir X24 dan X40 ini tidak
signifikan atau tidak valid, dengan demikian
harus dikeluarkan dari instrumen sehingga
indikator yang tersisa dalam instrumen final
adalah 54 butir. Sedangkan hasil validitas
konstruk variabel laten ke konstruk
dimensinya telah memenuhi standar nilai
SLF secara teoretik yaitu SLF ≥ 0,30 artinya
valid dan signifikan.
Dengan demikian perlu dilakukan
estimasi respesifikasi agar dapat
memperoleh butir-butir yang valid dan
reliabel. Hasil estimasi respesifikasi data
tahap II dengan 54 butir, menunjukkan
semua butir yang diestimasi memperoleh
muatan faktor ≥ 0,30 dan nilai-t ≥ 1,96
dengan kata lain semuanya indikator yang ada
valid dan bisa digunakan. Demikian juga
dengan hasil uji reliabilitasnya, dimana
semua dimensi memperoleh nilai CR dan VE
yang baik.
Hasil perhitungan reliabilitas estimasi
tahap II, dimana setelah dilakukan estimasi
tahap II tanpa melibatkan indikator yang
tidak valid terjadi peningkatan nilai
reliabilitas pada CR. Hal paling utama dalam
perhitungan reliabilitas adalah hasil
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
107
perhitungan CR dan VE multidimensi/
gabungan dimana untuk variabel sikap
kreatif hasil perhitungan data ujicoba tahap
II menunjukkan tingkat reliabilitas yang
tinggi yaitu 0,96 untuk CR dan Formula
Omega, dan telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan yaitu CR ≥ 0,70. Hasil uji
kecocokan model me-nunjukkan tingkat
kecocokan yang baik atau good fit, karena
ukuran-ukuran GOF yang ada telah
mewakili 3 (tiga) kriteria GOF. Hasil
estimasi ujicoba tahap I secara ringkas dapat
dilihat dalam
tabel 2.
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Kecocokan Model Ujicoba Tahap II
N o Ukuran
Kecocokan Kriteria
Hasil Estimasi
Respesifikasi
Kategori
Kecocokan
A Absolute Fit Indices
1 RMSEA 0,05 < RMSEA <0,08 0,080 Cocok
2 Saturated AIC 2970, 00
CAIC < Saturated CAIC 5717, 66 Cocok
B Incremental Fit Indices
NNFI >0,90 0,90 Cocok
CFI >0,90 0,91 Cocok
IFI > 0,90 0,91 Cocok
C Parsimonious Fit Indices
5 Saturated CAIC 10393,42
CAIC < Saturated CAIC 5717, 66 Cocok
6 PGFI > 0,60 0,63 Cocok
Dari hasil uji kecocokan model diatas dapat
disimpulkan bahwa model yang ada
merupakan model yang baik (good fit),
karena dari 16 ukuran GOF yang ada ditabel
2 sebagian besar memenuhi ukuran GOF
dengan baik. Hair et al., dalam Latan (2012:
49-53) menyatakan penggunaan 4-5 kriteria
goodness of fit (GOF) dianggap sudah
mencukupi untuk menilai kelayakan suatu
model dengan syarat masing-masing kriteria
GOF terwakili yaitu: (1) Model Hasil
estimasi ujicoba tahap I absolute fit indices
diwakili oleh : ukuran Root Mean square
Error Approximation (RMSEA), (2) Model
incremental fit indices atau model
conparison diwakili oleh Non-Normed Fit
lndex (NNFI), Comparative Fit lndex (CFI),
Incremental Fit lndex (IFI), (3)
Parsimonious fit Indices atau Model
Parsimony diwakili ukuran Consistent
Akaike Information lndex (CAIC), dan
Parsimonious Goodness of Fit lndex (PGFI).
Dengan demikian instrumen dengan 3
dimensi, 12 indikator dan 54 butir sikap
kreatif kewirausahaan siswa sekolah
menengah kejuruan memiliki tingkat
kecocokan yang baik (good fit). Artinya
instrumen dapat digunakan sebagai alat
penilaian sikap kreatif kewirausahaan siswa
SMK, karena dimensi, indikator, dan butir
yang dikembangkan mengukur apa yang
seharusnya di ukur, yang terkonfirmasi
dengan nilai validitas yang diperoleh
memenuhi kriteria standar yang ditetapkan
secara teori. Dengan kata lain hasil uji
kecocokan model pengukuran terhadap
masing-masing konstruk laten yang ada di
dalam model telah memenuhi kriteria
validitas dan reliabilitas sesuai yang
diestimasikan secara teoretik. Hasil estimasi
tahap II dapat juga dillihat dalam model path
diagram berikut ini:
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
108
Gambar 3 Gambar 4 Diagram Hasil Estimasi Awal Diagram Hasil Estimasi Respesifikasi 56 butir 54 butir
Gambar 3 menunjukkan diagram jalur
estimasi I model CFA second order dengan
56 butir, dan gambar 4 menunjukkan
diagram jalur estimasi respesifikasi model
CFA second order dengan 54 butir, yang
tidak melibatkan 2 butir yang tidak valid.
Pembahasan
Berdasarkan pada Hasil uji coba
tahap I maupun tahap II nilai KMO MSA >
0,50, yaitu masing-masing sebesar 0,821 dan
0,833 dan Bartlett's test yang ditunjukkan
oleh nilai Chi-Square masing-masing
20320,775 dan 17672,874; dengan masing-
masing tingkat signifikansi sebesar p = 0,000.
Hal ini menunjukkan bahwa indikator-
indikator sebagai variabel laten yang telah
dirancang layak dianalisis dengan analisis
faktor. Variabel laten yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah Sikap Kreatif
Kewirausahaan Siswa SMK dalam tiga
dimensi, yaitu Dimensi Kognisi, meliputi: A1
(Menemukan konsep pengetahuan dengan
gagasan baru dalam berwirausaha), A2
(Meng-hasilkan produk melalui berfikir
rasional), A3 (Menyesuaikan cara pandang
wirausaha untuk menghadapi tantangan
hidup), layak dianalisis sebagai faktor yang
membangun Kognisi. Demikian juga pada
Dimensi Afeksi yang dibangun oleh
indikator-indikator B1 (Membangun
kepercayaan diri untuk menciptakan suatu
produk baru secara kreatif), B2
(Mempengaruhi rasa kepuasan dalam
mengembangkan bakat berwirausaha), B3
(Membentuk rasa tanggung jawab untuk
menghasilkan karya yang berasal dari
imajinasi), B4 (Meyakini berwirausaha untuk
menghasilkan karya) layak untuk dianalisis
sebagai faktor yang membangun Afeksi, dan
Dimensi Konasi meliputi: C1 (Menunjukkan
keberanian menanggung resiko untuk hasil
yang kongkrit dalam sebuah karya yang
orisinil), C2 (Mendorong kesukaan terhadap
tantangan yang ber-orientasi masa depan
dalam menghadapi tantangan hidup), C3
(Menciptakan produk baru untuk
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
109
menunjukkan hasil yang kongkrit), C4
(Mencari peluang untuk menghasilkan karya
yang kreatif dalam berwirausaha), C5
(Mengembangkan bakat kewirausahaan
untuk menghadapi tantangan hidup) layak
untuk dianalisis sebagai faktor dari dimensi
Konasi.
Selanjutnya, bila dilihat butir perbutir
instrumen yang ada, pada hasil uji coba
tahap I maupun tahap II menunjukkan nilai
MSA seluruh butir > 0,50, hal ini berarti
bahwa hasil analisis uji coba I dan hasil uji
coba II (secara empiris) menunjukkan
keseluruhan (variabel teramati dalam hal ini
butir-butir yang ada) butir yang
dikembangkan layak untuk dianalisis dengan
analisis faktor. Nilai MSA ini
dipresentasikan oleh nilai anti-image
matrices. Melalui nilai anti-image matrices
butir-butir instrumen yang tidak layak dapat
direduksi atau dieliminasi. Dalam penelitian
ini tidak ditemukan butir yang tidak layak
untuk disertakan dalam analisis, karena butir
tersebut memiliki nilai MSA >0,50, Dengan
kata lain, semua butir mempunyai
kecukupan sampel dan semua indikator
dapat dianalisis lebih jauh dalam analisis
faktor.
Setelah dinyatakan layak untuk
dianalisis melalui analisis faktor, seluruh
butir dianalisis melalui SEM. Tahap pertama
melakukan uji kecocokan model
keseluruhan. Dari uji coba tersebut didapat
parameter hasil estimasi yang berkenaan
dengan uji kecocokan model keseluruhan
yang menunjukkan bahwa semua parameter
memenuhi kriteria goodness of fit (cocok),
cocok pada uji coba tahap I maupun tahap II.
Mengacu pada pendapat Hair et al.,
penggunaan 4-5 ukuran goodness of fit
dianggap sudah mencukupi untuk menilai
kelayakan model, maka hasil uji kecocokan
keseluruhan model dari instrumen sikap
kreatif kewirausahaan siswa SMK yang
dikembangkan telah mewakili ukuran GOF
yang dipersyaratkan secara teoretik dalam
analisis SEM, disimpulkan bahwa ukuran
Goodness of Fit (GOF) hasil uji kecocokan
keseluruhan model terhadap instrumen sikap
kreatif kewirausahaan siswa SMK yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria yang
ditetapkan secara teoretik. Berkenaan
dengan nilai muatan faktor, hasil uji coba
tahap I menunjukkan bahwa seluruh butir
benar-benar mengukur indikator-
indikatornya atau butir-butir yang ada
mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal
ini ditunjukkan oleh setiap butir memiliki
nilai muatan faktor >0,30.
Pada uji coba II, semua butir
memiliki muatan faktor >0,30. Kecuali butir
X24, tidak mengukur indikator B3 dan X40
tidak mengukur indikator C2, memiliki
muatan faktor <0,30. dan juga keempat butir
tersebut memiliki nilai t <1,96. Dengan kata
lain kedua butir tidak memenuhi kriteria
sebagai butir yang memiliki validitas
konstruk yang baik. Kedua butir tersebut
dieliminasi pada proses estimasi spesifikasi.
Pada umumnya muatan faktor hasil estimasi
pada uji coba II lebih tinggi dari hasil
estimasi hasil uji coba I. Jika dirata-ratakan
nilai muatan faktor hasil uji coba I sebesar
0,55 dan pada uji coba II sebesar 0,69.
Dilihat dari kriteria memang
memenuhi kelayakan untuk disertakan dalam
instrumen yaitu apabila nilai muatan faktor
suatu butir > 0,30 butir tersebut layak
digunakan sebagai alat ukur. Butir tersebut
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
110
Tetapi dibalik angka tersebut terdapat
kesalahan pengukuran yang tidak kecil yaitu
sebesar 1 dikurang nilai muatan faktor
kuadrat, berarti kesalahan pengukurannya
sebesar 0,64 untuk uji coba I dan 0,45 untuk
uji coba II. Kesalahan pengukuran ini dapat
disebabkan oleh berbagai hal, misalnya
karena faktor kejenuhan penilai, faktor
psikologis penilai saat menilai, dan
perubahan kriteria penilaian saat penilai
menilai.
Sepertihalnya indikator diukur oleh
butir-butir instrumen, dimensi diukur oleh
indikator-indikator yang dipresentasikan
oleh muatan faktor indikator. Seluruh
indikator, baik hasil uji coba I maupun uji
coba II secara empiris menunjukkan bahwa
indikator A1, A2, dan A3 mengukur
Dimensi Kognisi dan B1, B2, B3, dan B4
mengukur Dimensi Afeksi dan C1, C2, C3,
C4, dan C5 mengukur Dimensi Konasi
dengan koefisien validitas konstruk
mendekati 1,00. Bahkan pada hasil uji coba
II seluruh indikator memiliki koefisien
validitas konstruk sebesar 1,00 pada Dimensi
3 dan Dimensi 2 serta sebagian besar pada
Dimensi 1, serta dengan nilai t seluruhnya
>1,96. Dengan perkataan lain, seluruh
indikator memiliki validitas konstruk yang
baik. Pada umum-nya nilai muatan indikator
mendekati nilai 1,00 atau bahkan bernilai
1,00. Hal ini berarti bahwa pada umumnya
indikator kesalahan pengukurannya sangat
kecil, dan untuk yang memiliki nilai muatan
faktor 1,00; indikator-indikator tersebut
tidak terdapat kesalahan dalam sikapnya
mengukur dimensi yang telah ditetapkan.
Seberapa besar setiap butir dapat
dijelaskan oleh indikator ditunjukkan oleh
koefisien determinasi setiap butir, atau
koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar varian dimensi
menjelaskan varian indikator atau seberapa
besar varian indikator menjelaskan butir-
butir instrumen. Pada tabel-tabel tersebut
tergambar bahwa koefisien determinasi
butir-butir pada Dimensi 1. Hasil uji coba I,
koefisien determinasi rata-rata 0,32. Hal ini
berarti bahwa sebesar 32% butir-butir yang
ada mampu dijelaskan oleh indikatornya.
Sementara pada uji coba II, rata-rata
koefisien determinasi sebesar 0,34 atau
sebesar 34% butir-butir yang ada dalam
Dimensi 1 mampu dijelaskan oleh indikator
yang bersesuaian. Koefisien determinasi
yang terendah pada butir X12 sebesar 0,12
atau sebesar 12% butir X18 mampu
dijelaskan oleh indikator A3 (Menyesuaikan
cara pandang wirausaha untuk menghadapi
tantangan hidup). Demikian juga butir yang
memiliki koefisien determinasi tertinggi,
yaitu X10 mampu dijelaskan oleh indikator
A3 (Menyesuaikan cara pandang wirausaha
untuk menghadapi tantangan hidup) sebesar
58%. Pada umumnya koefisien determinasi
hasil uji coba I lebih rendah dari hasil uji
coba II. Sedangkan Untuk koefisien
determinasi butir-butir pada Dimensi 2.
Hasil uji coba I, koefisien determinasi rata-
rata 0,42. Hal ini berarti bahwa sebesar 42%
butir-butir yang ada mampu dijelaskan oleh
indikatornya. Sementara pada uji coba II,
rata-rata koefisien determinasi sebesar 0,43
atau sebesar 43% butir-butir yang ada dalam
Dimensi 1 mampu dijelaskan oleh indikator
yang bersesuaian. Koefisien determinasi yang
terendah pada butir X25 sebesar 0, 09 atau
sebesar 09% butir X25 mampu dijelaskan
oleh indikator B3 (Membentuk rasa
tanggung jawab untuk menghasilkan karya
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
111
yang berasal dari imajinasi). Demikian juga
butir yang memiliki koefisien determinasi
tertinggi, yaitu X21 mampu dijelaskan oleh
indikator B1 (Membangun kepercayaan diri
untuk menciptakan suatu produk baru secara
kreatif) sebesar 97%. Pada umumnya
koefisien determinasi hasil uji coba I lebih
rendah dari hasil uji coba II. Untuk butir-
butir instrumen dan indikator-indikator
dalam Dimensi 3, koefisien determinasi
butir-butir instrumen pada hasil uji coba I
memiliki rata-rata sebesar 0,34. Hal ini
berarti bahwa rata-rata sebesar 34% butir-
butir yang ada mampu dijelaskan oleh
indikatornya yang bersesuaian, setelah hasil
uji coba II, rata-rata koefisien determinasi
lebih tinggi, yaitu sebesar 0,36. Koefisien
determinasi terendah adalah butir X45
sebesar 0,091 dan yang tertinggi koefisien
determinasi sebesar 0,79, yaitu butir X52.
Hal ini berarti bahwa rata-rata sebesar 79%
butir-butir yang ada mampu dijelaskan oleh
indikatornya yang bersesuaian. Berdasarkan
tabel yang sama, seluruh nilai koefisien
determinasi hasil uji coba II lebih tinggi dari
hasil uji coba I.
Koefisien Reliabilitas Konstruk
sebagai perangkat instrumen, dimensi, dan
indikator baik hasil estimasi uji coba tahap I
maupun tahap II, pada umumnya termasuk
dalam kategori baik. Demikian juga bila
dilihat dari level Analisis Faktor
Konfirmatori (AFK), yaitu level I (1stOrder)
dan level II (2stOrder) termasuk dalam
kategori baik, karena seluruh koefisien RK >
0,30 Koefisien RK untuk Pengembangan
Instrumen Sikap Kreatif Kewirausahaan
Siswa SMK Kota Mataram sebesar 0,96.
Koefisien RK tersebut diperoleh melalui
formula Omega dan CR. Kedua formula
tersebut menghasilkan nilai RK yang sama.
Reliabilitas Konstruk instrumen tersebut
termasuk dalam kategori kuat, atau tinggi.
Dengan perkataan lain bahwa dengan tanpa
memperhatikan dimensi dan indikator yang
ada ke-54 butir yang memiliki validitas
konstruk yang baik, secara empirik terbukti
akurat, konsisten, dan memiliki ketepatan
dalam mengukur Sikap Kreatif
Kewirausahaan Siswa SMK. Demikian juga
dengan tanpa memperhatikan dimensi yang
ada, secara empirik ke-12 indikator tersebut
terbukti akurat, konsisten, dan memiliki
ketepatan dalam mengukur Sikap Kreatif
Kewira-usahaan Siswa SMK Kota Matarm.
Demikian juga halnya dimensi yang
ada, yang ditunjukkan oleh koefisien RK
level II, baik hasil estimasi uji coba I
maupun uji coba II nilainya mendekati 1,00.
Hal ini dapat diartikan bahwa indikator A1,
A2, dan A3 secara empirik terbukti akurat,
konsisten, dan memilki ketepatan dalam
mengukur Dimesi Kognisi, sedangkan
indikator B1, B2, B3, dan B4 secara emipirik
terbukti konsisten, akurat, dan memiliki
ketepatan dalam mengukur Dimensi Afeksi,
dan indikator C1, C2, C3, C4 dan C5 secara
emipirik terbukti konsisten, akurat, dan
memiliki ketepatan dalam mengukur
Dimensi Konasi.
Memperhatikan koefisien RK yang
ada, RK yang paling lemah di antara
indikator yang membangun konstruk
Dimensi 1 adalah indikator A2 (Meng-
hasilkan produk melalui berfikir rasional),
yaitu sebesar 0,67. Walaupun demikian,
koefisien tersebut memenuhi kriteria RK
yang baik. Hal ini dapat diartikan bahwa
butir X4, X5, X6, X7, X8, dan X9 secara
empirik terbukti akurat, konsisten, dan
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
112
memilki ketepatan dalam mengukur
indikator A2. Untuk hal yang sama,
indikator A1 memiliki koefisien reliabilitas
konstruk yang tertinggi, atau yang paling
kuat dalam Dimensi 1, yaitu sebesar 0,71.
Hal ini menunjukkan bahwa butir X1, X2,
dan X3 secara empirik terbukti akurat,
konsisten, dan memiliki ketepatan dalam
mengukur indikator A1 (Menemukan konsep
pengetahuan dengan gagasan baru dalam
berwirausaha). Sementara reliabilitas
konstruk indikator yang lain, yaitu indikator
A3 sebesar 0,68.
Koefisien RK yang paling lemah di
antara indikator yang membangun konstruk
Dimensi 2 adalah indikator B2
(Mempengaruhi rasa kepuasan dalam
mengembangkan bakat berwirausaha), yaitu
sebesar 0,62. Walaupun demikian, koefisien
tersebut memenuhi kriteria RK yang baik.
Hal ini dapat diartikan bahwa butir X22 dan
X23 secara empirik terbukti akurat,
konsisten, dan memilki ketepatan dalam
mengukur indikator B2. Untuk hal yang
sama, indikator B1 memiliki koefisien
reliabilitas konstruk yang tertinggi, atau
yang paling kuat dalam Dimensi 2, yaitu
sebesar 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa
butir X14, X15, X16, X17, X18, X19, dan
X21 secara empirik terbukti akurat,
konsisten, dan memiliki ketepatan dalam
mengukur indikator B1 (Membangun
kepercayaan diri untuk menciptakan suatu
produk baru secara kreatif). Sementara
reliabilitas konstruk indikator yang lain,
yaitu indikator B3 dan B4 masing-masing
sebesar 0,73 dan 0,79.
Selanjutnya pada Dimensi 3, RK
yang paling kuat adalah indikator C4
(Mencari peluang untuk menghasilkan karya
yang kreatif dalam berwirausaha) sebesar
0,76. Hal ini berarti bahwa butir X48, X49,
X50, dan X51 secara empirik terbukti akurat,
konsisten, dan memiliki ketepatan dalam
mengukur indikator C4. Sementara RK yang
paling lemah adalah indikator C2
(Mendorong kesukaan terhadap tantangan
yang berorientasi masa depan dalam
menghadapi tantangan hidup), yaitu sebesar
0,53. Hal ini juga menunjukkan bahwa X38,
X39, X41, dan X42 secara empirik terbukti
mendekati akurat, konsisten, dan memiliki
ketepatan dalam mengukur indikator C2.
Sementara RK indikator lainnya, yaitu
indikator C1, C3, dan C5 masing-masing
sebesar 0,75; 0,62; dan 0,72.
Mencermati koefisien RK setiap
indikator, tergambar bahwa indikator-
indikator yang dibangun oleh banyaknya
jumlah muatan faktor memiliki koefisien RK
lebih besar dibandingkan dengan koefisien
RK yang dibangun oleh sedikitnya jumlah
muatan faktor. Misalnya RK indikator A1
pada Dimensi 1 yang dibangun oleh tiga
butir yang memiliki validitas baik dengan
jumlah muatan faktor tinggi seperti butir X1,
X2, dan X3, dengan koefisien RK sebesar
0,71 lebih tinggi dari koefisien RK indikator
A2 yang dibangun oleh enam butir yang
validitasnya baik namun muatan faktornya
tidak tinggi seperi butir X4, X5, X6, X7, X8,
dan X9, dengan koefisien RK sebesar 0,67.
dan tergambar bahwa indikator-indikator
yang dibangun oleh cukup banyak butir
memiliki koefisien RK lebih besar
dibandingkan dengan koefisien RK yang
dibangun oleh sedikit butir. Misalnya RK
indikator B1 pada Dimensi 2 yang dibangun
oleh delapan butir yang memiliki validitas
baik dengan koefisien RK sebesar 0,82, lebih
Abdurrahman, Pengembangan Instrumen Sikap Kewirausahaan Siswa
113
tinggi dari koefisien RK indikator-indikator
lainnya yang hanya dibangun oleh dua
sampai tiga butir yang validitasnya baik,
seperti indikator B2 yang dibangun oleh dua
butir dengan koefisien RK sebesar 0,62.
Dengan perkataan lain, semakin banyak butir
yang membangun suatu indikator, atau
semakin panjang suatu instrumen semakin
tinggi koefisien reliabilitas suatu instrumen
atau tes yang lebih panjang akan lebih
reliabel dibanding tes yang lebih pendek.
Reliabilitas konstruk level I untuk
Dimensi 1 (0,86) relatif lebih rendah dari
reliabilitas kontruk level I Dimensi 2 (0,92),
dan Dimensi 3 (0,91) sedangkan reliabilitas
konstruk level II untuk Dimensi 1 (0,99)
relatif lebih tinggi dari reliabilitas konsruk
level II Dimensi 2 (0,98), dan Dimensi 3
(0,80). RK Pengembangan Instrumen Sikap
Kreatif Kewirausahaan Siswa SMK Kota
mataram termasuk kategori baik, dengan
koefisien sebesar 0,966 hasil uji coba I dan
0,958 hasil uji coba II. Memperhatikan
koefisien yang didapat dari hasil analisis
pada uji coba I dan uji coba II tersebut
kemungkinan kesalahan pengukuran dalam
penelitian ini relatif kecil.
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini yakni bangunan
instrumen sikap kreatif kewirausahaan siswa
sekolah menengah kejurua Kota Mataram
dibentuk dimensi, yaitu Kognisi, Afeksi dan
Konasi. Dimensi Dimensi kognisi diukur
oleh tiga indikator menemukan konsep
pengetahuan dengan gagasan baru dalam
berwirausaha, menghasilkan produk melalui
berfikir rasional, dan menyesuaikan cara
pandang wirausaha untuk menghadapi
tantangan hidup. Dimensi afeksi diukur oleh
empat indikator membangun kepercayaan
diri untuk menciptakan suatu produk baru
secara kreatif, mempengaruhi rasa kepuasan
dalam mengembangkan bakat berwirausaha,
membentuk rasa tanggung jawab untuk
menghasilkan karya yang berasal dari
imajinasi, dan meyakini berwirausaha untuk
menghasilkan karya. Dimensi konasi diukur
oleh lima indikator menunjukkan keberanian
menanggung resiko untuk hasil yang
kongkrit dalam sebuah karya yang orisinil,
mendorong kesukaan terhadap tantangan
yang berorientasi masa depan dalam meng-
hadapi tantangan hidup, menciptakan produk
baru untuk menunjukkan hasil yang
kongkrit, mencari peluang untuk
menghasilkan karya yang kreatif dalam
berwirausaha, dan mengembangkan bakat
kewirausahaan untuk menghadapi tantangan
hidup. Instrumen sikap kreatif
kewirausahaan siswa sekolah menengah
kejurua Kota Mataram dibangun oleh 54
butir dan 12 indikator dengan validitas
konstruk kategori baik dan Reliabilitas
Konstruk, baik dilihat dari perangkat,
dimensi, dan indikator juga termasuk dalam
kategori tinggi.
Daftar Pustaka
Abell, Neil, David W. Springer., dan
Akihito Kamata. (2009). Developing
and Validating Rapid Assessment
Instruments. New York: Oxford
University Press, Inc.
Aiken, Lewis R. (1996). Rating Scales and
Checklist: Evaluating Behavior,
Personality and Attitude. New York:
John Wiley & Sons Inc.
Jurnal Kependidikan 15 (1): 102-114
114
Anderson, Lorin W., David R. Krathwohl,
Peter W. Airasian, K. A.
Cruikshank, R. E. Mayer, Paul R.
Pintrch, James Raths, dan Merlin C.
Wittrock. (2001). A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing:
A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Education Objectives. New York:
Longman.
Ibrahim, Misykat Malik. (2012).
"Pengembangan Instrumen
Pengukur Kecerdasan Emosional
Siswa Berbakat Intlektual," Jurnal
Evaluasi Pendidikan, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2012: 173-187.
Joreskog, Kari., dan Dag Sorbom. (1993).
Lisrer 8: Srtructural Equation
Modeling with the SIMPLIS Command
Language. London: Laurance Erlbaum
Associates Publisher.
Kendall, Robert J., dan John Marzano.
(2007). The New Taxonomy
Educational Objectives. California:
A Sage Publications Company.
Latan, Hengky. (2012). Structural Eqution
Modeling Konsep dan Aplikasi
Menggunakan Program Lisrel 8.80.
Bandung: Alfabeta.
Meredith, Geoffey G. (2002).
Kewirausahaan: Teori dan Praktek,
terjemahan Jarot Suseno. Jakarta:
Penerbit Pustaka Binaman
Pressindo.
Suryabrata, Sumadi. (2005). Pengembangan
Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Yamin, Sofyan, dan Heri Kurniawan.
(2009). Structural Eguation Modeling
Belajar Lebih Mudah Teknik Analisis
Data Kuesioner dengan Lisrel-PLS.
Jakarta: Salemba Infotek.
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
Jurnal Kependidikan Jln Pemuda 59A Mataram-NTB 83125 Tlp/Fax (0370) 632072
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pedoman Penulisan
1. Naskah merupakan hasil penelitian atau kajian kepustakaan di bidang pendidikan,
pengajaran dan pembelajaran,
2. Naskah merupakan tulisan asli penulis dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya
dalam jurnal ilmiah lain,
3. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
4. Penulisan naskah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
Program MS Word
Font Times New Roman
Size 12
Spasi 1.0
Ukuran kertas A4
Margin kiri 3.17 cm
Margin kanan 3.17 cm
Margin atas 2.54 cm
Margin bawah 2.54 cm
Maksimum 20 halaman
5. Naskah ditulis dengan sistematika sebagai berikut: Judul (huruf biasa dan dicetak tebal),
nama-nama penulis (tanpa gelar akademis), instansi penulis (program studi, jurusan,
universitas), abstrak, kata kunci, pendahuluan (tanpa sub-judul), metode penelitian (tanpa
sub-judul), hasil dan pembahasan, simpulan dan saran (tanpa sub-judul), dan daftar
pustaka.
Judul secara ringkas dan jelas menggambarkan isi tulisan dan ditulis dalam huruf biasa
(tidak dalam huruf kapital). Keterangan tulisan berupa hasil penelitian dari sumber dana
tertentu dapat dibuat dalam bentuk catatan kaki. Fotokopi halaman pengesahan laporan
penelitian tersebut harus dilampirkan pada draf artikel.
Nama-nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis.
Alamat instansi penulis ditulis lengkap berupa nama sekolah atau program studi, nama
jurusan dan nama perguruan tinggi. Penulis yang tidak berafiliasi pada sekolah atau
perguruan tinggi dapat menyertakan alamat surat elektronik.
Abstrak ditulis dalam 2 (dua) bahasa: Inggris dan Indonesia. Naskah berbahasa Inggris
didahului abstrak berbahasa Indonesia. Naskah berbahasa Indonesia didahului abstrak
berbahasa Inggris. Panjang abstrak tidak lebih dari 200 kata. Jika diperlukan, tim redaksi
dapat menyediakan bantuan penerjemahan abstrak kedalam bahasa Inggris.
Kata kunci (key words) dalam bahasa sesuai bahasa yang dipergunakan dalam naskah
tulisan dan berisi 3-5 kata yang benar-benar dipergunakan dalam naskah tulisan.
Daftar Pustaka ditulis dengan berpedoman pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah IKIP
Mataram.
top related