Journal Tambora
Post on 18-Feb-2016
234 Views
Preview:
DESCRIPTION
Transcript
JOURNAL TAMBORA Selayang Pandang Tambora dalam
Pemanfaatan Lahan
By Irman Firmansyah Irman@sistemdinamik.com
Kabupaten Bima ● Berdasarkan RTRW Kabupaten Bima khususnya Taman Nasional Gunung Tambora
memiliki fungsi kawasan untuk produksi, konservasi (taman buru, suaka margatsawa,
cagar alam) – sesuaikan berdasarkan RTRW dan arahan pemanfaatan pada Renstra & RPJMD
Fungsi kawasan lainnya yang utama adalah pemanfaatan untuk penelitian-‐penelitian.
→ Arah taman nasional awalnya tidak hanya untuk wisata, tetapi menurut Pendapat
saya dalam pengembangannya, dengan melihat berbagai kasus Taman Nasional baik
dalam dan luar negeri dapat dijadikan pengembangan wisata dengan syarat-‐syarat
yang ditentukan (bisa sebagai benchmark untuk melihat success story Kawasan
lindung sebagai tempat wisata di dalam dan luar negeri)
• Proses pembetukan Taman Nasional :
• 2012 – Evaluasi fungsi kawasan
• 2013 – Survey potensi
• 2014 – (< Desember) pengusulan menjadi Taman Nasional
• 2015 – (April) Launching menjadi Taman Nasional
• Potensi yang ada seperti Hayati (Eliocarpus), pohon Dua Banga yang cenderung banyak
dilakukan serta Satwa Rusa Timor yang menjadi kawasan wisata buru.
• Sedangkan Wisata lainnya seperti budaya, Kopi khas Tambora (wilayah gunung), Situs
purbakala dan Pura.
• Sebagian besar masyarakat sebenarnya sudah tahu untuk konservasi, tetapi kendalanya
adalah pada masyarakat yang tidak memiliki usaha diwilayahnya seperti ternak,
pemafaaatan lahan dll. Sehingga cenderung mengambil potensi kayu yang ada dengan
illegal logging, yang masih sering terjadi khusus nya pada malam hari.
→ Dalam hal ini dari hasil diskusi stakeholder dimana tenaga pengawas masih kurang,
dengan jumlah tersedia sebanyak 6 orang untuk luasan 70rb ha. Berdasarkan
analisis kebutuhan minimal sebanyak 20 orang tenaga pengawas.
→ Ilegal logging yang terjadi, saat dilakukan pemeriksaan, masyarakat (pelaku illegal
logging) selalu mengaku sebagai penduduk lokal. Baik yang memiliki identitas
maupun tidak (ini perlu menjadi perhatian dalam arahan pemanfaatan lahan untuk
penataan ruang)
→ Terdapat riset IPB yang sedang berjalan untuk penetapan kawasan konservasi
berdasarkan zonasi kawasan (kawasan inti, dll), serta sedang dilakukan 4 jalur
alternative untuk pendakian (yang masuk melalui wialyah Kabupaten Bima)
Kabupaten Dompu • Pemanfaatan lahan yang terjadi khususnya oleh beberapa perusahaan seperti
perusahaan Tebu (PT. SMS), sebenarnya tidak menjadi masalah dalam pemanfaatan
lahan yang di kelola perusahaan secara langsung, karena lahan yang dimanfaatkan
adalah kawasan hutan produksi.
Dari hasil kebutuhan terhadap produksi tebu, perusahaan sendiri masih kekurangan dan
belum maksimal dalam memenuhi target produksinya dengan keterbatasan lahan yang
ada, sehingga akan berencana mengembangkan pada lahan lainnya, yang menjadi
kendala dimana lahan tersebut sudah dikapling oleh perusahaan-‐perusahaan lain.
→ Perusahaan Tebu berencana untuk bekerjasama dengan perusahaan lain dalam
hal pemanfaatan lahan yang belum termanfaatkan.
→ Perusahaan yang belum memanfaatkan lahan kawasan (HGU) perlu menjadi
perhatian pemerintah setempat, karena terdapat aturan dimana dalam jangka
waktu tertentu lahan tersebut tidak dimanfaatkan dapat dikembalikan kepada
Negara atau dimanfaatkan oleh pengelola lainnya.
→ Yang jadi masalah adalah perusahaan tersebut dengan melibatkan masyarakat,
untuk pemenuhan hasil produksi yang ternyata masyarakat memanfaatkan lahan
taman nasional. (Pertimbangkan, karena masyarakat melakukan pemanfaatan
sebelum terbentuknya Taman Nasional, sehingga perlu melakukan pembatasan
penggunaan lahan)
• Masyarakat lokal sekitar Taman Nasional sebagian besar setuju untuk menjadikan
Kawasan Gunung Tambora menjadi Nasional, karena untuk kelestarian dan keberadaan
pohon atau tanaman endemik.
→ Perlunya koordinasi pengontrolan pembangunan wilayah yang berada di Taman
Nasional, seperti kegiatan yang sudah berjalan (bangunan sekolah dan fasilitas
lainnya) untuk tidak ada persepsi dimana pemerintah daerah sendiri mendukung
secara resmi penggunaan lahan ditaman Nasional. Kecuali kegiatan-‐kegiatan
yang sudah ada sebelum pembentukan Taman Nasional.
→ Kegiatan masyarakat yang ada yaitu pengembang biakan ternak seperti sapi,
kerbau, kambing dan kuda, pemanfaatan lainya untuk tanaman kopi dan madu.
Kecenderung pemanfaatan lahan untuk peternakan sangat baik untuk
dikembangkan, menjadi pilot project pengembangan budidaya ternak berbasis
kearifan lokal, dan konsep budidaya berkelanjutan (Silvopasteur).
→ Terdapat pemanfaatan selain dusun kasipahu tepatnya dipinggir jalan yang
hanya berbatasan dengan Taman Nasional.
Pandangan Pemanfaatan Lahan Taman Nasional Secara Umum
• Pada lokasi yang terjadi pemanfaatan lahan di Taman Nasional terdapat dua kelompok
masyarakat yaitu lokal dan dari luar (didominasi oleh transmigran Lombok dan Bali)
• Pemerintah daerah masih trauma atau belum dapat mempercayai perusahaan yang akan
memanfaatkan lahan kembali karena beberapa kejadian cenderung merugikan
pemerintah seperti :
→ Pengusaha melakukan izin pemanfaatan lahan yang izin tersebut sebagai
kelengkapan untuk pengusulan peminjaman dana ke Bank, tetapi saat monitoring
untuk penagihan dari bank, dilapangan tidak ada aktivitas apa-‐apa sehingga
peminjaman dana ini menjadi permasalahan pemerintah setempat.
→ Kasus secara nasional, saat pengusaha melakukan izin pinjam pakai untuk HTI,
tentunya perlu melakukan pembersihan lahan (sehingga dapat memanfaatkan
/menebang pohon-‐pohon yang eksisting). Dalam hal ini yang menjadi masalah
adalah setelah dilakukan penembangan dan menjual hasil kayu existing tidak ada
kelanjutan untuk pengelolaan HTI sehingga lahan tersebut nya terabaikan.
Hanya memanfaatkan hasil penjualan hasil hutan eksisting dan untuk
peminjaman dana Bank.
top related