IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/888/1/Muhamad.ridlo.1111117… · kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun
Post on 31-Oct-2020
4 Views
Preview:
Transcript
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA
ISLAM DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI
SISWA DI MTs MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK
MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
MUHAMAD RIDLO
NIM 11111172
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
Motto
Orang yang bahagia bukanlah orang yang berada pada lingkungan
tertentu melainkan orang dengan sikap-sikap tertentu
Hugh Downs
Tugas saya adalah melakukan apa yang benar. Dan selanjutnya di
tangan Tuhan
Martin Luther King
Persembahan
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada
1. Orang tuaku tercinta bapak Sunardi dan ibu Isnatun, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus
untuk putra-putrinya
2. Kakakku Muqodimah yang selalu mendukungku
3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbingku dalam
penyusunan skripsi ini
4. Teman-temanku PAI E angkatan 2011yang sama-sama berjuang dan
belajar di IAIN Salatiga
5. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
6. Pembaca yang budiman
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya
kejalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini
adalah “Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama islam Dalam
Pembentukan Insan Kamil Bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak
lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun
materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Imam Mas Arum M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Suparwi selaku pembimbing akademik.
6. Segenap dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal
pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
7. Bapak Muh Mufti Kepala MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang
yang telah mengijinkan penulis mengadakan penelitian dalam rangka
menyusun skripsi.
8. Ibu dan Bapak penulis, yang telah memberikan dukungan dan doa restu
atas penyusunan skripsi.
9. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam
penulisan skripsi.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Salatiga, 07 Agustus 2015
Muhamad Ridlo
111 11 172
Abstrak
Ridlo, Muhamad. 2015. Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam Pembentukan Insan bagi Siswa di MTs Ma’arif Damarjati,
Kaliangkrik. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing Imam Mas Arum
Kata Kunci: model pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Insan Kamil
Model pembelajaran merupakan suatu acuan yang dijadikan pedoman
untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar suatu mata
pelajaran di kelas. Begitu pula untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
juga menggunakan model pembelajaran untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan
pendidikan Agama Islam secara umum adalah untuk membentuk insan kamil.
Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana model pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik dalam membentuk insan kamil bagi peserta didik sesuai
tingkatan jenjang pendidikannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Bagaimana implementasi
model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan insan kamil
bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 2) Apa saja faktor pendukung
implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan
insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik 3) Apa saja faktor
penghambat implementasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI, dan
peserta didik. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan, observasi, dan
dokumentasi kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: model pembelajaran yang
digunakan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik adalah dengan model
pembelajaran kontekstual dan inkuiri. Sedangkan metode yang digunakan adalah
metode ceramah, tanya jawab dan kontekstual. Dari berbagai macam model
pembelajaran yang diterapkan di MTs tersebut, sudah dapat mewujudkan tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam untuk membentuk insan kamil bagi peserta
didik sesuai tingkat jenjang pendidikannya. Faktor pendukungnya adalah
lingkungan yang kondusif, dukungan dari masyarakat, sarana kegiatan keagamaan
yang cukup. Faktor penghambatnya adalah sarana prasarana yang belum begitu
lengkap, kurangnya ketersediaan air yang kurang mencukupi ketika para peserta
didik melakukan sholat berjamaah.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ v
MOTO....................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK.................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian .................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8
F. Metode Penelitian .......................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran........................................... 20
2. Macam-macam Model Pembelajaran.................................... 22
a. Model Pembelajaran Inkuiri ........................................... 22
b. Model Pembelajaran Kontekstual................................... 25
c. Model Pembelajaran Kooperatif.................................... 28
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ......................... 32
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam................ 34
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................. 35
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam............................................. 38
C. Insan Kamil
1. Pengertian Insan Kamil........................................................... 39
2. Tahapan Menuju Insan Kamil ................................................ 41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
1. Letak Geografis...................................................................... 44
2. Identitas Sekolah ................................................................... 44
3. Visi dan Misi.................................................................... ..... 45
4. Struktur Organisasi................................................................... 46
5. Keadaan Guru.......................................................................... 47
6. Keadaan Peserta Didik............................................................. 49
7. Sarana Prasarana...................................................................... 50
B. Temuan Penelitian Deskripsi Kegiatan Belajar Mengajar di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
1. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam
pembentukan insan kamil
a. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ...................................... 51
b. Kurikulum yang diterapkan ................................................ 52
c. Model Pembelajaran yang Digunakan ................................. 53
d. Implementasi Model Pembelajaran PAI ............................. 60
2. Faktor Pendukung ................................................................... 65
3. Faktor Penmghambat................................................................ 66
BAB IV PEMBAHASAN
A. Implementasi model pembelajaran agama Islam dalam
pembentukan insan kamil
1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar ....................................... 68
2. Kurikulum yang diterapkan................................................... 71
3. Model Pembelajaran yang Digunakan.................................. 72
4. Implementasi Model Pembelajaran PAI............................... 77
B. Faktor Pendukung ................................................................... 80
C. Faktor Penmghambat................................................................ 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 83
B. Saran......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Bagan I Struktur Organisasi
Tabel I Daftar Pendidik
Tabel 2 Daftar Peserta Didik
Tabel 3 Data Sarana
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Nota Pembimbing
Lampiran 2 : Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara
Lampiran 6 : Verbatin wawancara
Lampiran 7 : Dokumentasi Foto
Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pendidikan sangatlah penting bagi manusia. Dengan adanya pendidikan
akan menghindarkan manusia dari tindak kriminal, kebodohan dan akan
membentuk generasi muda Indonesia menjadi manusia yang berkepribadian.
Selain itu dengan pendidikan manusia akan mendapat ilmu yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan dan orang yang berilmu akan
mempunyai kedudukan yang berbeda dengan orang yang tidak menuntut ilmu.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar ayat 9:
Artinya : Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.
Ayat di atas mengandung makna bahwa betapa berbedanya antara orang
yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Dalam ayat tersebut tertulis
hanya orang yang berilmu yang dapat menerima pelajaran. Maksudnya adalah
dengan mempunyai ilmu orang akan dapat mengerti, memahami dan
mengamalkan ilmu yang diterimanya.
Dalam pendidikan formal Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran
wajib yang pasti ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan Agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berahlak mulia,
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan
pengalaman (Ramayulis, 2008:21). Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui
bahwa Pendidikan Agama Islam bukan hanya sebatas penyampaian materi,
tetapi lebih kepada pengamalan yang dapat membentuk manusia menjadi
insan kamil.
Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Untuk
mencapai tujuan pendidikan tentu melalui suatu pembelajaran yang diawali
dengan penyusunan model pembelajaran. Dewey mendefinisikan model
pembelajaran sebagai:
“ a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in the
classroom or tutorial setting and to shape instructional material.” (suatu
rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di
kelas atau pembelajaran tambahan di luar kelas dan untuk menajamkan materi
pengajaran (Majid, 2012:127).
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa sebelum melaksanakan
pembelajaran harus ada model pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran.
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar pendidikan agama Islam. Diantaranya adalah model
pembelajaran kontekstual, Model pembelajaran inkuiri, model pembelajaran
kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah dan lain-lain. Model-
model tersebut dapat diterapkan disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan agar proses pembelajaran lebih bervariasi dan meciptakan
suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Akan tetapi realitas
yang ada,berbagai model pembelajaran yang ada belum tentu setiap
sekolah/madrasah dapat menggunakannya dalam pelajaran PAI.
Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, Magelang. Madrasah ini mempunyai visi terwujudnya
generasi yang cerdas, berakhlakul karimah, berilmu amaliah, dan beramal
ilmiah. MTs Ma’arif Damarjati ini juga berada di lingkungan pondok
pesantren. Madrasah yang berada di lingkungan pondok pesantren tentu
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan lainnya. Oleh karena itu
peneliti akan meneliti MTs Ma’arif Damarjati kaliangkrik karena beberapa
permasalahan yang ada di sana dilihat dari proses pembelajaran, prestasi
akademik, latar belakang pendidik dan peserta didik, dan sarana prasarana.
Pertama, proses pembelajaran. Proses pembelajaran berperan penting
dalam pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu perlu adanya persiapan
sebelum dilaksanakannya pembelajaran agar materi yang disampaikan
pendidik dapat diterima dan tujuan kompetensi yang akan dicapai dapat
terwujud. Persiapan awal tersebut diantaranya dengan mempersiapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan diajarkan. Di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, dalam proses pembelajaran PAI lebih banyak hanya
menggunakan ceramah dan pemberian tugas dalam penyampaian materi
selama pelaksanaan proses pembelajaran. Padahal setiap materi bisa
disampaikan dengan model yang berbeda agar peserta didik dalam proses
pembelajaran tidak membosankan. Kurangnya variasi penggunaan model-
model pembelajaran itu dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah
kurangnya media pembelajaran yang dapat digunakan.
Kedua, prestasi akademik. Prestasi akademik suatu sekolah/madrasah
sering dijadikan sebagai tolok ukur maju atau tidaknya suatu lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat oleh masyarakat umum
dari tingkat keberhasilan kelulusan setiap tahunnya dan KKM pada mata
pelajarannya. Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik ini, setiap tahun dapat
meluluskan seratus persen peserta didiknya. Selain prestasi akademik ada
prestasi non akademik. Diantaranya adalah juara 2 karya ilmiah Pergamanas
tk. Nasional, juara I Pencak Silat kelas C se kab/kota Magelang, juara 2 MTQ
kab. Magelang, juara 2 Hafidz kab. Magelang, dan juara 2 tartil Al- Qur’an
kab Magelang.
Ketiga, latar belakang pendidik. Dalam suatu sekolah/madrasah seorang
pendidik mempunyai peran penting terlaksananya suatu pendidikan. Sumber
daya/ potensi guru yang profesional inilah yang diperlukan untuk mewujudkan
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Guru profesional adalah guru
yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.
Guru di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik lebih banyak yang mengampu
mata pelajaran sesuai dengan bidang studi yang menjadi keahliannya,
walaupun masih ada beberapa pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan
keahliannya.
Keempat, latar belakang peserta didik. Keberhasilan suatu lembaga
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kualitas pendidik saja. Akan tetapi
kualitas peserta didik juga mempunyai peran yang sangat besar dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Dalam hal ini harus ada kesadaran, kerjasama
dan disiplin yang tinggi dari peserta didik. Jika hal itu tidak dapat terwujud
maka kemajuan lembaga pendidikan tersebut akan terhambat. Seperti halnya
di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, di mana sekolah tersebut berada di
lingkungan pesantren. Sekolah yang berada di lingkungan pesantren tentu
peserta didiknya berasal dari berbagai daerah yang mempunyai adat, tradisi
dan budaya yang berbeda sehingga akan memunculkan suatu sikap yang
berbeda pula. Dilihat sepintas peserta didik di MTs tersebut masih ada yang
belum memiliki kesadaran akan pentingnya pembelajaran. Hal ini dibuktikan
dengan masih adanya peserta didik yang ada di luar sekolah, ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
Kelima, sarana prasarana. Sarana dan prasarana juga merupakan faktor
pendukung keberhasilan pendidikan. Gedung MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik menjadi satu dengan gedung MI. Hal ini tentu akan mempunyai
efek kurang baik terutama dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif
karena jam pelajaran antara peserta didik diantara dua jenjang pendidikan
tersebut berbeda. Selain itu, penyediaan media pembelajaran yang mendukung
juga kurang memadahi.
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik output yang dihasilkan juga baik.
Peserta didik yang lulus dari sekolah tersebut tidak kalah dengan lulusan
sekolah lain. Banyak lulusan MTs Ma’arif yang diterima di berbagai sekolah
negeri baik di SMA, SMK, ataupun MA. Hal ini menunjukan bahwa sekolah
tersebut bukanlah sekolah yang mempunyai kualitas rendah.
Dari uraian di atas muncul permasalahan tentang bagaimana model
pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran PAI yaitu pembentukan insan kamil. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM
DALAM PEMBENTUKAN INSAN KAMIL BAGI SISWAMADRASAH
TSANAWIYAH MA’ARIF DAMARJATI KALIANGKRIK
MAGELANG.
B. Fokus penelitian
1. Bagaimanakah implementasi model pembelajaran pendidikan Agama
Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif
Kaliangkrik?
2. Apakah faktor pendukung implementasi model pembelajaran Agama
Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik?
3. Apakah hambatan implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung implementasi model pembelajaran
agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah
Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat implementasi model pembelajaran
agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa Madrasah
Tsanawiyah Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang
penerapan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan
insan kamil bagi siswa sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan keilmuan dalam
ilmu pendidikan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya
di fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kaum akademis yang mengadakan
penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang penerapan
model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil
bagi siswa.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
penerapan model pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan
insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran, sumbangan
pemikiran dan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengimplementasikan model pembelajaran Agama Islam dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik Magelang.
E. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda
dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam
judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Implementasi model pembelajaran
Implementasi merupakan kata asing dalam bahasa indonesia yang
beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam (KBBI, 2007:427),
implementasi berarti “pelaksanaan atau penerapan”. Pengertian lain dari
implementasi dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa implementasi
merupakan sistem rekayasa.
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan konseptual (Majid, 2014:125). Model
pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan
peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur
terkait dalam pembelajaran yakni guru, peserta didik dan media termasuk
bahan ajar atau materi subyeknya (Poedjiadi, 2010:120).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi model
pembelajaran adalah penerapan suatu rencana atau pengaturan dalam
kegiatan pembelajaran yang melibatkan unsur-unsur terkait dalam
pembelajaran meliputi guru, peserta didik, media dan materi yang
menunjukan adanya interaksi antara beberapa unsur tersebut.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman
(Ramayulis, 2008: 21).
Jadi yang dimaksud implementasi model pembelajaran Agama Islam
adalah penerapan suatu rencana atau pola dalam proses pembelajaran yang
melibatkan unsur-unsur pembelajaran yaitu guru, peserta didik, media dan
materi untuk mengenal, memahami, dan mengamalkan ajaran islam yang
bersumber al=Qur’an dan al-Hadis.
3. Insan kamil
Insan kamil Artinya adalah manusia sempurna, berasal dari kata al-
insan yang berarti manusia sebagai makhluk hidup yaang ditakdirkan
memiliki akal, fikiran, dan rasio.Al-kamil yang berarti sempurna. Sehingga
setiap manusia yang diciptakan di dunia ini sangatlah berbeda dari
makhluk yang lain, yang mampu dalam mewujudkan pemikiran yang
bertakwa untuk menuju pada tingkatan insan kamil.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009:3). Data yang berasal dari
naskah, wawancara, catatan, dokumentasi dideskripsikan sehingga dapat
memberikan kejelasan terhadap keadaan atau realitas.
Sedangkan, penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari
suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel lain (Hasan, 2006:7). Oleh karena itu peneliti
mendeskripsikan dan menginterpretasi problematika implementasi model
pembelajaran agama islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai
pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi
masih melakukan fungsi pengamatan, ia sebagai anggota pura-pura, jadi
tidak melebur dalam arti sesungguhnya (Moleong, 2009: 77). Peneliti ikut
berperan serta menjadi pengamat dalam metode pembelajaran dan
mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian
berlangsung di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan
skripsi ini adalah di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik. Peneliti memilih
lokasi tersebut karena ingin mengetahui secara langsung sejauh mana
proses pembelajaran dengan menerapkan berbagai model-model
pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut.
4. Sumber Data
Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari objek yang
diteliti. Menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber dat
tertulis, foto, dan statistik).
Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
a. Data Primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman
dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi
data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari
orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan
bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan
untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan,
bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman
suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung segala proses pembelajaran di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku
literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi,
dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian
ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika
Zed (2004: 10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat
informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk
untuk keperluan cepat. Yang termasuk buku-buku referensi
diantaranya kamus baik umum atau biografi, buku indeks, buku
bibliografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu,
dan sebagainya.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode wawancara (interview)
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan orang
yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2011:155).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang
diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah
dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara
yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti
tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada
informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang
cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.
b. Metode obsrvasi atau pengamatan
Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994:
164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik serta para guru yang
ada. Pengamatan di sini termasuk juga di dalamnya peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:
174).
Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian
pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan
pendengaran secara langsug terhadap objek yang diteliti. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif
dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Metode dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006:158-159), menyatakan bahwa
“dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, prasasti,
notulen rapat, agenda”.
Dokumen- dokumen yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini
antara lain: data peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, dan
data- data lain yang menunjang penelitian ini.
6. Analisis Data
Pengertian analisis data menurut Patton (1980) adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan
satuan uraian dasar (dalam Hasan, 2006:29). Berdasarkan hasil
pengumpulan data, selanjutnya penulis akan melakukan analisa dan
pembahasan secara deskriptif. Dengan demikian data yang diperoleh
disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.
Karena data yang diperoleh itu merupakan data kualitatif maka
penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal.
Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis
yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria
yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Artinya peneliti mencari
uraian yang menyeluruh dan cermat tentang implementasi model
pembelajaran Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik Magelang.
Ada 3 kegiatan dalam analisis data yaitu
a. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing- masing
informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian
sehingga perlu dibuang atau dikurangi. Reduksi data dilakukan
dengan memilih hal- hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian
maka akan memberi gambaran yang lebih tajam.
b. Penyajian data adalah deskripsi dari hasil pengamatan di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan untuk
menyimpulkan berbagai hal dari data yang diperoleh selama penelitian
yang dapat diuji kebenarannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti
melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada
obyek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain. Burhan
Bungin (2004: 99) menyatakan bahwa: “Keabsahan data dilakukan untuk
meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di
lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa
sumber, metode, peneliti, dan teori), pembahasan dengan sejawat melalui
diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota”.
Untuk memperoleh keabsahan data tersebut maka tehnik yang
digunakan adalalah:
a. Triagulasi
Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2002:178).
Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data yang diperoleh dari
mengamati dengan hasil wawancara.
b. Menggunakan Bahan Referensi
Penggunaan bahan referensi sangat membantu memudahkan
peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari referensi yang
ada dapat digunakan sebagai pendukung hasil observasi yang
dilakukan peneliti.
c. Tehnik Member Check
Tehnik member check , menurut Lincoln dalam (Moleong,
2002:221) yaitu dengan mendatangi kembali informasi sambil
memperlihatkan data yang sudah diketik pada lembar catatan lapangan
yang sudah disusun menjadi paparan data dan temuan penelitian. Serta
dikonfirmasikan pada informan apakah maksud informan sudah sesuai
dengan apa yang ditulis atau belum. Jadi dengan member check ini
apabila ada kesalahan data bisa diluruskan baik isi maupun
bahasannya.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Tahap pra lapangan (mempersiapkan rencana penelitian dan memilih
objek yang akan diteliti, mengurus permintaan izin, mengamati
keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi,
mempersiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika
penelitian).
b. Tahap pekerjaan lapangan (tahap penelitian dilakukan yaitu dengan
berperan aktif dalam mengumpulkan data)
c. Tahap analisis data (menyusun data secara sistematis dari data hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga dapat dengan
mudah diinformasikan kepada orang lain).
d. Tahap pelaporan data (tahap penelitian yang sudah diselesaikan. Pada
tahap ini data yang diperoleh disusun dalam bentuk laporan)
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah di dalam memperlajari dan memahami
pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulis membagi
menjadi lima bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan: Latar
Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metodologi Penelitian
yang terdiri dari: Pendekatan dan jenis penelitian Waktu
penelitian/kehadiran penelitian, Tempat/lokasi penelitian, Sumber data ,
Prosedur pengumpulan data, Teknik analisis data, Pengecekan keabsahan
data, Tahap-tahap penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini dibahas tentang, Model
pembelajaran yang meliputi: Pengertian model pembelajaran, Model-
model. Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Pengertian Pendidikan
Agama Islam, Ajaran dalam Pembelajaran PAI. Insan Kamil yang
meliputi: Pengertian insan kamil, Konsep insan kamil menurut Al-Qur’an
dan Hadist, Ciri-ciri insan kamil. Hubungan pembelajaran PAI dalam
pembentukan karakter siswa.
BAB III: Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek
penelitian, terdiri dari : Sejarah singkat MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik, Visi dan Misi MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Struktur
organisasi di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, Daftar guru MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, dan hasil penelitian.
BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-
temuan mengenai implementasi model pembelajaran PAI di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik, Faktor pendukung implementasi model
pembelajaran PAI dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, faktor penghambat implementasi model
pembelajaran PAI dalam pembentukan insan kamil bagi siswa MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari
penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis
mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran
ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, pendidik mempunyai
peran penting di dalamnya. Seorang pendidik harus dapat
memaksimalkan potensi yang ada pada peserta didik. Oleh karena itu
perlu adanya model pembelajaran sebelum diadakanya proses tersebut
agar potensi yang ada dapat berkembang. Model dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai pola ( contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan di buat atau dihasilkan (KBBI, ). Pengertian lain
dari model adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Majid, 2014:127). Dari
pengertian tentang model di atas dapat disimpulkan bahwa model
adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang dijadikan pedoman
terhadap sesuatu yang akan dihasilkan.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan terencana yang
mengkondisikan/merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik
agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran ini
akan bermuara pada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana orang
melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar
dan bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar (Majid, 2014:110). Pengertian
lain dari pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(Khanifatul, 2013:14). Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat
dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses, cara, dan perbuatan
terencana agar seseorang dapat belajar dengan baik dan tujuan dari
pelaksanaanya dapat tercapai. Sedangkan pengertian dari model
pembelajaran, Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain (Rusman, 2011:133).
Dari beberapa pengertian tentang model, pembelajaran dan model
pembelajaran yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pola atau acuan terencana yang digunakan
sebagai pedoman untuk mengkondisikan peserta didik dalam
pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas. Selain itu model
pembelajaran juga dijadikan untuk membentuk kurikulum (rencana
jangka panjang dan merancang bahan-bahan pembelajaran.
2. Macam-macam Model Pembelajaran
Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran antara lain:
a. Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis
dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan (Khanifatul, 2013:21). Definisi
lain dari pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang
merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa untuk berfikir
kritis, analitis, dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban
secara mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan.
Strategi merupakan pembelajaran yang menuntut keterlibatan aktif
para siswa untuk menyelidiki dan mencari melalui proses berfikir
aktif. Pihak yang mempunyai banyak aktivitas dalam pembelajaran
ini adalah siswa (Hartono, 2013:61). Dari kedua uraian di atas
tentang pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran inkuiri adalah proses belajar mengajar untuk
mengajak siswa kepada cara berfikir kritis, analitis dan sistematis
untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang ada.
Pembelajaran inkuiri pada prinsipnya tidak hanya
mengajarkan siswa untuk memahami dan mendalami materi
pembelajaran, tetapi juga melatih kemampuan berfikir siswa
dengan baik. Siswa yang mempunyai kemampuan untuk
menguasai materi pembelajaran dengan baik belum tentu dapat
mengembangkan proses berfikir dengan benar, tetapi siswa yang
sudah mempunyai kemampuan berfikir dengan benar akan mudah
memahami materi pembelajaran (Hartono, 2013:62). Dengan
begitu pembelajaran inkuri tujuan utamanya adalah mengajarkan
pada siswa untuk dapat berfikir dengan benar dahulu.
Dalam pembelajaran inkuiri ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh guru, antara lain:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual. Orientasi pada
pembelajaran inkuiri tidak hanya pada hasil belajar tetapi juga
berorientasi pada proses belajar.
2) Prinsip bertanya. Dalam pembelajaran ini guru berperan
sebagai penanya. Selain itu perlu dikembangkan sikap kritis
siswa dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai
fenomena yang sedang dipelajari.
3) Prinsip interaksi. Belajar adalah proses interaksi, antara guru
dan siswa, guru dengan lingkungan, dan siswa dengan
lingkungannya. Sebagai sebuah proses interaksi, guru
mempunyai peran penting untuk mengatur proses interaksi
tersebut agar siswa mampu terangsang untuk meningkatkan
kualitas berfikirnya.
4) Belajar untuk berfikir. Pada proses pembelajaran ini belajar
tidak hanya mengingat dan menghafal. Namun harus
melibatkan semua potensi dari siswa.
5) Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang baik akan selalu
membuka ruang bagi anak untuk mencoba sesuai dengan
tingkat perkembangan pemikirannya. Namun guru tetap harus
mengawasi dan mengontrol siswa (Hartono, 2013:67).
Itulah prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebelum
menggunakan model pembelajaran tersebut. Adapun langkah-
langkah dalam model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
1) Orientasi. Pada tahap ini guru merangsang dan mengajak siswa
untuk berfikir dalam memecahkan suatu masalah (Hartono,
2013:68).
2) Merumuskan masalah. Pada tahap ini siswa diajak
memecahkan masalah dengan proses berfikir. Siswa didorong
untuk mencari jawaban yang tepat dengan melibatkan
kemampuan berfikir (Hartono, 2013:69)
3) Merumuskan hipotesis. Guru harus melontarkan pertanyaan
yang mampu merangsang siswa agar mencari dan menemukan
jawban sementara (Hartono, 2013:70).
4) Mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data ketekunan
dan kegigihan siswa mencari informasi diuji. Hal ini juga
dipengaruhi oleh pertanyan guru (Hartono, 2013:71).
5) Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai informasi yangdidapat siswa
(Hartono, 2013:71).
6) Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berlandaskan pada hasil pengujian
hipotesis (Hartono, 2013:71-72).
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri, tidak hanya berorientasi pada hasil
pembelajaran yang baik. Akan tetapi lebih menekankan pada
proses agar siswa dapat berfikir kritis, analitis dan sistematis
terhadap suatu permasalahan. Dengan begitu, hasil akhir dalam
pelaksanaan pembelajaran bukan hanya sebatas nilai
pengetahuan yang baik tetapi juga cara berfikir yang baik.
b. Model Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)
Model pembelajaran kontekstual merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
secara penuh dalam rangka menemukan materi dan hubungannya
dengan realitas kehidupan sosial. Sedangkan menurut Mulyasa,
CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata
sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari
(Hartono, 2013:83). Dengan menekankan keterkaitan antara
pengetahuan dan kehidupan nyata peserta didik, maka ilmu yang
didapat akan sangat bermanfaat. Karena materi atau pengetahuan
yang diperoleh dari sekolah melalui proses pembelajaran benar-
benar dapat diimplementasikan dalam kehidupannya.
Dalam model pembelajaran kontekstual ada juga Prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1) Kontruktivisme adalah landasan berfikir filosofi dalam CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
(Rusman, 2011:193).
2) Inkuiri merupakan kegiatan inti dalam CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan
dan keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan
hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi merupakan hasil
menemukan diri sendiri (Rusman, 2011:194).
3) Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL. Kebiasaan
siswa bertanya atau kemampuan guru untuk menggunakan
pertanyaan yang baik akan mendorong peningkatan kualitas
dan produktivitas pembelajaran (Rusman, 2011:195).
4) Masyarakat belajar maksudnya adalah membiasakan siswa
untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar
dari teman-teman belajarnya (Rusman, 2011:196).
5) Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat b ditiru siswa (Hartono,
2013:94).
6) Refleksi adalah proses internalisasi pengalaman dengan cara
mengurutkan kembali kejadian sebelumnya dengan penuh
makna (Hartono, 2013:95).
7) Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa (Hartono, 2013::95).
Untuk mencapai hasil akhir/tujuan suatu pembelajaran,
harus melalui langkah demi langkah suatu model pembelajaran
yang diterapkan. Adapun langkah-langkah yang ada dalam model
pembelajaran kontekstual sebagai berikut
1) Pendahuluan
Guru menjelaskan kompetensi yang mesti dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
yang akan dipelajari
Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk
observasi.
Guru melakukan tanya jawab seputar tugas yang harus
dikerjakan siswa
2) Inti pembelajaran
Siswa melakukan observasi
Siswa mencatat hal-hal yang ditemukan waktu
observasi
Ketika selesai di lapangan, tugas siswa di dalam kelas
adalah mendiskusikan hasil temuan mereka,
melaporkan, dan setiap kelompok menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
3) Penutup
Siswa menyumpulkan hsil observasi dibantu oleh guru
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
pengalaman belajarnya (Hartono, 2013:96-98).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model
pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada
keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan
nyata siswa. Hal ini sangat berguna bagi kehidupan
siswa karena dengan begitu apa yang didapat di sekolah
bukan hanya sebatas teori tetapi dikaitkan dengan
kehidupan nyata. Hal ini dapat dijadikan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning adalah pembelajaran yang
menekankan pada proses kerja sama dalam suatu kelompok untuk
mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas.
Melalui cooperative learning, siswa didorong untuk bekerja sama
secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya.
Komponen yang penting dalam pembelajaran ini adalah
kooperatif dalam mengerjakan tugas dan memberikan dorongan
atau motivasi. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada
dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan
mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan
keberhasilan kelompoknya (Khanifatul, 2013:19-20). Selain itu
setiap anggota kelompok juga mempunyai tanggung jawab pada
tugas yang diberikan.
Dalam model pembelajaran kooperatif ini pendidik harus
membuat aturan tersendiri dalam sebuah kelompok agar semua
peserta didik dapat terlibat aktif dalam kelompok,seperti setiap
peserta didik harus berpendapat dan memberi masukan terhadap
tugas yang sedang dikerjakan. Ini menjadi penting dalam sebuah
belajar kelompok mengingat banyak belajar kelompok hanya
sekedar nama, sedangkan keterlibatan aktif untuk urun rembuk
dalam memecahkan atau mengerjakan tugas sama sekali tidak
berperan (Hartono, 2013:100). Dengan adanya aturan yang dibuat
pendidik tersebut akan lebih memaksimalkan kinerja dan tanggung
jawab dari setiap peserta didik dalam suatu kelompok untuk
menyelesaikan permasalahan atau tugas yang harus dikerjakan.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan model pembelajaran koperatif, diantaranya adalah:
1) Prinsip ketergantungan positif yaitu dalam pembelajaran
kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tergantung pada
usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
2) Tanggung jawab perseorangan yaitu keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
3) Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan
menerima informasi dari anggota kelompok lain.
4) Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok yaitu menyediakan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama
lebih baik (Rusman, 2011:212).
Prinsip-prinsip di atas perlu diperhatikan agar pembelajaran
yang dilaksanakan dapat sesuai rancangan yang diharapkan.
Adapun langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif, yaitu:
1. Penjelasan Materi
Dalam tahap ini, guru menjelaskan pokok-pokok materi
pembelajaran. Tujuannya agar guru mempunyai gambaran
tentang materi pelajaran sebelum masuk dalam tahap
mengelompokan siswa menjadi sebuah tim (Hartono,
2013:110). Penyampaian materi hanya sebatas memberikan inti
pandangan tentang pokok materi yang akan didiskusikan.
2. Mengorganisasi Siswa dalam Beberapa Kelompok
Pembentukan kelompok didasarkan atas perbedaan setiap
anggota. Hal ini bertujuan agar siswa dapat saling mendukung
dan terjadi pola peningkatan realasi dan interaksi dengan
beragamnya latar belakang. Guru memantau diskusi dari
beberapa kelompok (Hartono, 2013:111). Di sini guru harus
dapat membagi perhatiannya secara adil agar proses diskusi
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
3. Evaluasi. Untuk mengevaluasi guru dapat melakukannya
dengan tes, kuis atau bisa pula dengan presentasi dari tiap
kelompok.
4. Memberikan Penghargaan. Pemberian penghargaan untuk
memberi motivasi pada siswa agar bersaing secara sehat untuk
mendapat prestasi yang terbaik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif ini sangat mendidik siswa.
Dengan model ini, selain untuk menyelesaikan atau membahas
materi secara tuntas, juga mengajarkan kepada siswa tentang
kerjasama, saling menerima antar anggota kelompok, serta
tanggung jawabnya. Akan tetapi, semua itu dapat terwujud jika
seorang guru memperhatikan dan membuat peraturan agar
tujuan pembelajaran dapat berhasil.
d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran ini merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah (Khanifatul, 2013:21).
Pembelajaran berbasis masalah sangat berkaitan dengan realitas
kehidupan nyata siswa, sehingga siswa belajar tidak hanya pada
wilayah pengetahuan, tetapi juga mengalami dan merasakan
(Hartono, 2013:114). Dengan begitu hasil dari proses pembelajaran
tersebut bukan hanya pengetahuan saja tetapi juga cara untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan nyata yang dialami.
Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan menyadari masalah
Pada tahap pertama ini guru harus mencari permasalahan
yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru bisa mencari
permasalahan sebanyak mungkin dan siswa bebas berfikir
untuk belajarmengamati, menangkap dan peka terhadap
lingkungan (Hartono, 2013:121). Akan tetapi guru harus
menyeleksi permasalahan yang tepat dan sesuai dengan materi
yang akan dibahas agar tujuan pelaksanaan pembelajaran pada
waktu tersebut tercapai.
2. Mengkaji dan merumuskan masalah. Dalam tahap ini guru
mesti memberikan gambaran pada siswa tentang sudut
pandangan yang akan menjadi pusat kajian (Hartono,
2013:122). Dengan begitu, arah pencarian informasi akan
terfokus dan didapatkan kesimpulan yang sesuai.
3. Merumuskan hipotesis. Dengan adanya hipotesis berbagai
kemungkinan dari penyelesaian masalah bisa terbaca. Siswa
mencari informasi dan data yang sekiranya dapat mendukung
terhadap hipotesis awal (Hartono, 2013:122-123).
4. Investigasi dan pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa
diharapkan mempunyai kemampuan untuk mencari data,
mengolah, menganalisis serta mampu menyajikannya dengan
menarik serta gampang dimengerti (Hartono, 2013:123).
5. Pembuktian hipotesis. Pada tahap ini, hipotesis bisa diterima
atau ditolak. Semua itu tergantung pada sejauh mana tingkat
validitas data yang telah dikumpulkan oleh siswa, dan sejauh
mana siswa mampu menelaah serta menghubungkan dengan
masalah yang terkait.
6. Menentukan pilihan penyelesaian
Ini adalah tahap terakhir dalam pembelajaran berbasis
masalah. Pada tahap ini siswa mesti mengambil kesimpulan
dari semua hasil kerja kerasnya. Guru pada bagian terakhir ini
membantu siswa untuk melakukan refleksi dari sekian banyak
data dan proses yang telah dilalui (Hartono, 2013:124).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang
menekankan pada kegiatan penyelesaian suatu masalah yang
ditemui atau dialami siswa secara nyata. Dengan pembelajaran
seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang didapat di sekolah bukan hanya sebatas
materi tetapi pengalaman untuk menyelesaikan permasalahan
dalam realita kehidupannya.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam merupakan pelajaran wajib yang pasti ada
disetiap jenjang pendidikan baik tingkat SD/MI, SMP/MTs, maupun
SMA/SMK/MA. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan
melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia
dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan
ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak
(Daradjat, 2011:86). Pengertian lain dari pendidikan agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al- Hadis,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman (Majid, 2014:11).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana yang berupa
bimbingan dan asuhan yang diharapkan dapat menyiapkan peserta
didik menjadi seseorang yang mampu mengenal, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang diyakininya sesuai
al-Qur’an dan Hadis.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam pelaksanaan pendidikan tentu ada tujuan yang ingin dicapai.
Begitu juga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Ada
beberapa tujuan tujuan dalam pendidikan agama Islam.
a. Tujuan umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan
semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan
cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang
mencakup sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan
pandangan. Namun dalam tujuan umum pendidikan agama islam
harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan nasional negara
tempat pendidikan islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula
dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan
pendidikan itu (Daradjat, 2011:30). Jadi tujuan pendidikan agama
Islam secara umum ini, dari tiap lembaga pendidikan akan berbeda
karena disesuaikan dengan tempat dan institusi yang
menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi semuanya untuk
terbentuk manusia yang sempurna (insan kamil).
b. Tujuan akhir
Tujuan umum dari pendidikan agama Islam adalah terbentuknya
insan kamil dengan pola takwa yang dapat mengalami naik turun,
bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.
Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya.
Karena itulah pendidikan islam diperlukan untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan
tujuan pendidikan yang telah dicapai (Daradjat, 2011:31).
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai
muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses
hidup jelas berisi tentang pendidikan. Inilah akhir dari proses
pendidikan yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan
kamil yang mati dan akan menghadap Allah merupakan tujuan
akhir dari proses pendidikan Islam (Daradjat, 2011:31). Jadi tujuan
akhirnya adalah terbentuknya insan kamil yang tetap terjaga
sampai akhir hayatnya.
c. Tujuan sementara
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola
takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana,
sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada
pribadi anak didik. tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan
suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan
pendidikannya lingkaran tersebut semakin besar (Daradjat,
2011:32). Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan sementaranya adalah
terbentuk insan kamil mulai dari tingkatan rendah, dan menjadi
bertambah sesuai jenjang pendidikan yang telah dilaluinya.
d. Tujuan operasional
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasional
lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
Kemampuan dan keterampilan yang dituntut bagi anak didik
merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil
dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang
semakin sempurna (meningkat) (Daradjat, 2011:33). Jadi
operasional adanya pendidikan agama Islam adalah aplikasi dari
insan kamil tersebut.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai
berikut.
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai ajaran agama islam.
d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatifdari
lingkungannya atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum,
sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain (Majid, 2014:15-16).
Fungsi diadakannya pendidikan agama Islam sangat besar
manfaatnya. Seperti dalam uraian di atas bahwa PAI berfungsi
sebagai pengembangan, penanaman nilai, penyesuaian, perbaikan,
pencegahan, pengajaran, dan penyaluran. Hal ini merupakan bukti
nyata bahwa diadakannya pelajaran PAI untuk memberi bekal
tentang keagamaan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
kehidupan peserta didik.
C. Insan Kamil
1. Pengertian Insan Kamil
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian insan adalah
manusia (KBBI, 2007:435) sedangkan kamil adalah sempurna (KBBI,
2007:497). Dari kedua definisi tentang insan dan kamil tersebut dapat
dikatakan bahwa insan kamil adalah manusia sempurna. Pengertian
lain dari insan kamil menurut Zakiyah Daradjat adalah manusia utuh
jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan
normal karena takwanya kepada Allah (Daradjat, 2012:29).
Konsep tentang insan kamil dikemukakan oleh dua tokoh yaitu Ibn
Arabi dan al-Jilli. Menurut Ibn Arabi manusia sempurna adalah alam
seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam
seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini
bersifat wujud serta kepadanya itu Dia mengemukakan rahasiaNya,
maka kemunculan manusia sempurna (insan kamil) menurut Ibn Arabi
adalah esensi kecemerlangan cermin alam. Ibn Arabi membedakan
manusia sempurna menjadi dua bagian. Pertama, manusia sempurna
dengan kedudukannya sebagai manusia baru. Kedua, manusia
sempurna dengan kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu
manusia sempurna adalah manusia baru yang abadi, yang muncul,
bertahan dan abadi (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/ M_K_D_U/
196509171990011 ACENG_KOSASIH/ KONSEP_INSAN_KAML.
pdf, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).
Gagasan insan kamil al-Jili merupakan penerus dari gagasan Ibn
Arabi. Al-Jilli berpendapat bahwa wakil Tuhan yang sebenarnya
adalah insan kamil (manusia sempurna). Manusia sempurna adalah
manusia yang mengaplikasikan Nur Muhammad dalam kehidupannya.
Kesempurnaan insan kamil tidak lain ialah karena ia merupakan
identifikasi dari hakikat Muhammad. Hakikat Muhammad atau biasa
disebut “logos” dalam istilah filsafat, pada dasarnya merupakan
arketipe kosmos. Makhluk memperoleh kesejahteraan pada hakikat ini
dan mendapat rejeki dari wujudnya. Ia merupakan arketipe dari Bani
Adam, yang semuanya secara potensial adalah insan kamil, meski
hanya di kalangan para Nabi dan wali saja potensi itu menjadi aktual
(Alba, 2012:89).
Menurut Al-Jili, insan kamil adalah dia yang berhadapan dengan
Pencipta dan pada saat yang sama juga dengan makhluk. Insan kamil
atau manusia sempurna adalah quib atau axis, tempat segala sesuatu
berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh karena itu segala sesuatu
menjadi ada, maka dia adalah satu untuk selamanya. Yang memiliki
berbagai bentuk dan yang muncul dalam kana’is atau rupa yang
bermacam-macam. Untuk menghormati hal yang demikian maka
namanya dipanggil secara berbeda dan untuk menghormati selain
daripadanya, maka panggilan nama yang demikian tidak dipergunakan
pada mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhamad, nama
untuk kehormatannya adalah Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin/
Sang Menteri Agama (http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/M_K_D_U/
196509171990011ACENG_KOSASIH/KONSEP_INSAN_KAML.pdf
, diakses Hari Rabu, 08/07/2015 pukul 09.43).
Dari uraian di atas, insan kamil adalah manusia sempurna yang
bertakwa kepada Allah, utuh jasmani dan rohani serta dapat hidup dan
berkembang dengan wajar dan segala yang ada pada dirinya
merupakan cermin nama-nama dan sifat-sifat Allah.
2. Tahapan Menuju Insan Kamil
Manusia dapat dikatakan sebagai manusia sempurna apabila telah
sampai pada kriteria tertentu sesuai dengan kriteria yang sesuai dengan
acuan manusia disebut insan kamil. Namun insan kamil pada manusis
biasa tentu tidak bisa sempurna seperti Nabi Muhamad SAW. insan
kamil manusia misalnya dengan mempunyai sifat-sifat mulia . Hal
tersebut merupakan salah satu ciri manusia sempurna. Diantara sifat-
sifat manusia sempurna adalah sebagai berikut:
a. Keimanan
b. Ketaqwaan
c. Keadaban
d. Keilmuan
e. Kemahiran
f. Ketertiban
g. Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran
h. Persaudaraan
i. Persepakatan dalam hidup
j. Perpaduan dalam umah (https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/
diakses pada hari sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).
Adapun cara untuk mencapai sifat-sifat tersebut diantaranya adalah
a. Ilmu taubat dengan syarat – syaratnya menghindari dari yang
menyebabkan nafsu dengan mengawalnya dengan mendisiplinkan
pergaulan dan harta serta mengambilkan yang halal dan
membelanjakan dalam perkara halal, kemudian disertai dengan
berhemat.
b. Berjaga – jaga supaya amalan tidak binasa oleh niat-niat yang
merobohkannya seperti ria digantikan dengan ikhlas.
c. Keadaan tergesa-gesa digantikan dengan sabar.
d. Tidak cermat digantikan dengan sifat cermat menyelamatkan diri
daripada kelesuan.
e. Dengan mengamalkan sifat harap dan takut, maksudnya harap
bahwa Allah akan menerima amalan dan menyelamatkan kita,
takut kalau-kalau Allah tidak mengampuni kita dan menerima
amalan kita.
f. Mengamalkan sifat terpuji dan syukur dalam hidup terhadap
Allah juga terhadap makhluk yang menjadi wasilah atau perantara
sampainya nikmat Allah kepada kita. Puji dan syukur itu dapat
berupa rasa gembira dan syukur terhadap nikmat Allah dan lidah
mengucapkan kesyukuran, al-hamdulillah, serta dengan
melakukan perbuatan – perbuatan yang diridhoi Allah SWT
(https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/ diakses pada hari
sabtu, 26 September 2015 pukul 12.15).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai
derajat insan kamil diantaranya dengan menjalankan/ belajar
mengamalkan sifat-sifat tersebut. Karena sebagai manusia biasa
tidak mungkin dapat mencapai derajat insan kamil seperti
Rosulullah. Di dunia ini yang benar-benar menjadi insan kamil
hanya Nabi Muhamad SAW. Akan tetapi sebagai manusia biasa
dapat mencoba meneladani sifat-sifat insan kamil yang diajarkan
Nabi dengan menjalankan apa yang telah dicontohkan melalui
keteladanan beliau.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Paparan Data Gambaran Umum MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
1. Letak Geografis
MTs Damarjati berlokasi di dusun Damarjati desa Damarjati di
kecamatan Kaliangkrik kabupaten Magelang Kode Pos 56153. Gedung
MTs Damarjati didirikan di atas tanah seluas 745 m2, sedangkan luas
bangunan 258 m2 dengan status gedung milik sendiri dan bersifat
permanen. Adapun batas-batas MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara Desa Ngendrokilo
b. Sebelah barat Desa Ngawonggo
c. Sebelah selatan Desa Girirejo
d. Sebelah timur Desa Maduretno
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Magelang
Status : Swasta
Alamat : Jalan : Kauman
Desa/Kecamatan : Kaliangkrik / Kaliangkrik
Kabupaten : Magelang
No. Telepon : 081328454094
081903802682
E-mail : mtsdamarjati@yahoo.co.id
Kode Pos : 56153
Nama Yayasan : PCLP Ma’arif NU
Alamat Yayasan : Jl. Palbapang Desa Bojong Kec.
Mungkid Kab. Magelang
NIS : 21.2.33.08.14.061
Jenjang Akreditasi : Peringkat C
Tahun Didirikan : 1994
Tahun Beroperasi : 1994
3. Visi dan Misi
a. Visi
Terwujudnya generasi yang cerdas, berakhlakul karimah, berilmu
amaliah dan beramal ilmiah dengan berpedoman aqidah islamiyah
ala Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
b. Misi
1) Mengembangkan kemampuan dasar siswa menjadi muslim
yang taat beribadah dan memiliki kepribadian sosial yang
tinggi.
2) Menyelenggarakan pendidikan bernuansa Islam dengan
menciptakan lingkungan yang agamis di madrasah
3) Menyelenggarakan pembinaan dan pelatihan life skill untuk
menggali dan menumbuhkembangkan minat, bakat peserta
didik yang berpotensi tinggi agar dapat berkembang secara
optimal
4) Menumbuhkembangkan budaya akhlakul karimah pada seluruh
warga madrasah
4. Struktur Organisasi
Bagan I
Struktur Organisasi
Kepala sekolah
Muh Mufti, S.Pd
Kepala TU
Shofuroh S.Ag
WK Prasarana
M, Qobul S.Pd
WK Humas
Samsul Anwar
WK
Zuzun Herawati
WK Kesiswaan
Fahrudin
Koordinator
Dra. Siti Nur A
Guru
Siswa
5. Keadaan Guru
Pendidik yang bertugas di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
pada tahun pelajaran 2015/2016 seluruahnya adalah 23 guru yang
terdiri dari 10 guru laki-laki dan 13 guru perempuan. Untuk lebih
jelasnya penulis sajikan tabel data pendidik di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik, sebagai berikut:
Tabel I
Daftar Pendidik di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
No Nama Jabatan
1. Muh. Mufti S.Pd Kepala
Sekolah
Akidah akhlak
2. M. Qobul, S.Pd.I Guru Bahasa Arab
3. Abdul Hadi Guru Fiqh dan bahasa
Jawa
4. Fadliatul
Muzazinah.S.Pd
Guru Matematika
5. Shofuroh, S.Ag Guru Seni Budaya
6. Nur Hidayatus
Syarifah, S.Pd.I.
Guru TIK
7. Muhimatul Khoiriyah,
S.Ag
Guru Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris
8. Anisa Zahro Guru IPS
9. Fahrudin S.Pd.I Guru PKn
10. Budi Sulistiyo Guru Al-Qur’an,
Penjaskes dan
Kaligrafi
11. Abdul Kholiq
Najmudin
Guru Ke-Nuan dan nahwu
Shorof
12. Sulistyaningsih, S.Pd. Guru IPA
13. Siti Asiyah, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia
14. Siti Nasikhatul Azizah,
S.Pd.I.
Guru IPA
15. Ratna Asti Wardani,
S.Pd.
Guru Matematika dan IPA
16. Isti Khafsoh, S.Pd.I. Guru SKI Dan Bahasa
Arab
17. Umi Maghfiroh, S.Pd. Guru Bahasa Inggris
18. Gufron Nasir Guru PKn dan TIK
19. Lestariningsih Guru SKI
20. Adin Susanto Guru Ke-Nuan dan PKn
21. Habib Yasin, S.Pd.I. Guru Al Qur’an Hadist
22. Muhammad Abdul
Aziz
Guru Sulam/Safinah/Duror
23. Siti Amiroh, S.Ag. Guru Bahasa Arab
6. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam
pelaksanaan pendidikan. Tanpa peserta didik kegiatan dalam
pendidikan tidak dapat terlaksana. Jumlah peserta didik di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dari tahun pelajaran 2010/2011 adalah
211 peserta didik, tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 225 peserta
didik, tahun 2012/2013 sebanyak 225 dan pada tahun 2014/2015
sebanyak 261 peserta didik. Adapun data peserta didik pada tahun
2014/2015 penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2
Data Peserta Didik Tahun 2014/2015
No KELAS L P
JUMLAH
SISWA
KET.
1 VII. A 12 20 32
2 VII. B 18 16 34
3 VII. C 10 10 20
Pinjam
Ruang kelas
MI Al Falah
4 VIII. A 12 18 30 Rusak Berat
5 VIII. B 16 15 31 Rusak Berat
6 VIII. C 20 12 32
7 IX. A 12 16 28
8 IX. B 16 12 28
9 IX. C 16 10 26
JUMLAH 132 129 261
7. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah hal penting yang harus ada
dalam suatu lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya
pendidikan dapat tercapai. Sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai penunjang
proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung,
ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Adapun sarana yang ada di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik, penulis sajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3
Data Sarana di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
No. Ruang Jumlah
1. Ruang Teori/Kelas 8
2. Ruang Kepala Sekolah --
3. Ruang Tata Usaha 1
4. Ruang Guru 1
5. Ruang Perpustakaan --
6. Ruang Lab. Komputer 1
7. Ruang Kamar mandi/WC 1
8. Ruang Ganti Baju --
9. Ruang OSIS --
10. Ruang UKS --
11. Ruang BK --
12. Ruang Laboratorium IPA --
13. Lapangan Olah Raga --
B. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil observasi, wawancara, serta dokumentasi di
lokasi penelitian yaitu di MTs Maarif Damarjati Kaliangkrik, peneliti
mendapatkan beberapa hal diantaranya:
1. Implementasi Model Pembelajaran Agama Islam dalam Pembentukan
Insan Kamil
a. Proses kegiatan belajar mengajar di MTs Maarif Damarjati
Kaliangkrik
Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di MTs Maarif
Damarjati Kaliangkrik dilaksanakan sebagaimana aturan
pemerintah dan kemenag, yaitu hari efektif mulai dari hari senin
sampai hari sabtu. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07-00
sampai dengan 13.30. proses belajar mengajar berarti tidak
mungkin lepas dari model pembelajaran yang harus diterapkan
untuk membentuk peserta didik berprestasi dan berakhlak mulia,
baik dalam pembelajaran umum maupun pembelajaran agama
Islam.Pernyataan tersebut disampaikan oleh bapak MM sebagai
berikut:
“Penerapan model pembelajaran pendidikan agama Islam
dalam pembentukan peserta didik berakhlak mulia sangat-
sangatlah penting mas..., dengan tujuan apa? Yaitu karena
dapat meningkatkan atau menunjukkan peserta didik yang
beriman sebagai modal kehidupan manusia”
Dengan demikian dari pernyataan bapak MM di atas dapat
disimpulkan bahwa penerapan dan pelaksanaan model
pembentukan insan kamil untuk menciptakan nilai-nilai positif
peserta didik di dalam masyarakat atau kehidupan sehari-hari
secara berkelanjutan.
b. Kurikulum yang diterapkan di MTs Maarif Damarjati Kaliangkrik
Kurikulum merupakan segala rencana pelaksanaan
pendidikan yang dijadikan pedoman di suatu lembaga
sekolah/madrasah. Kurikulum yang digunakan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP), namun materi pelajaran untuk kelas VII sesuai dengan
kurikulum 2013. Hal ini sebagaimana penuturan MM, sebagai
berikut:
“Di madrasah kami kalau kurikulum masih menggunakan
KTSP. Namun untuk materi yang kelas VII kami sudah
sesuai dengan kurikulum 2013. “
Hal serupa disampaikan oleh Bapak F dari hasil wawancara
sebagai berikut:
“Kalau kurikulum ya sama masih menggunakan KTSP.
Sebenernya dulu pernah menggunakan kurikulum 2013 tapi
baru uji coba satu semester, setelah itu dihentikan kembali
pakai KTSP lagi mas..”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik menerapkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Dahulu madrasah tersebut memberlakukan
kurikulum 2013, namun baru satu semester sudah diberhentikan.
Walaupun kurikulum 2013 sudah tidak diberlakukan, untuk materi
kelas VII sesuai dengan pedoman kurikulum 2013. Sedangkan
untuk penilaian dan model-model pembelajarannya masih
menggunakan KTSP.
c. Model pembelajaran agama Islam yang digunakan di MTs Maarif
Damarjati Kaliangkrik
Ada berbagai macam model pembelajaran. Adapun dari
berbagai macam model yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik tidak hanya bergantung pada satu model saja. Hal ini
sebagaimana disampaikan oleh bapak MM sebagai berikut:
“Kalau model ya ganti-ganti mas... . Disesuaikan dengan
tema dan kondisi siswa. Kan belum tentu suatu tema itu bisa
menggunakan model yang sama.”
Hal serupa juga disampaikan dari hasil wawancara dengan
Bapak F, yaitu:
“Model ya tentu ganti-ganti. Kalau tidak yang pasti siswa
pada bosen. Tetapi pemilihan model ini juga harus
memperhatikan tema yang akan disampaikan dan juga
kondisi siswa agar apa yang disampaikan dapat diterima
dan siswa juga senang dengan suasana pembelajarannya
to”.
Sedangkan berdasar wawancara yang disampaikan oleh RN
salah satu siswa MTs Maarif Damarjati Kaliangkrik, sebagai
berikut:
“Kalau guru PAI beda-beda, tapi hampir sama sih pak pas
mengajar. Ada yang dengan cerita-cerita. Ada yang dengan
bartanya jawab. Kadang juga cerita kehidupan nyata. Kalau
tadi pak guru pas mata pelajaran SKI dengan diskusi
kelompok. ”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
dan metode dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan agama
Islam harus menyesuaikan dengan tema materi dan melihat kondisi
peserta didik. Karena setiap tema belum tentu dapat menggunakan
model yang sama.
Dalam Proses pembelajaran di MTs Maarif Damarjati
Kaliangkrik menggunakan beberapa model, sebagaimana yang
dipaparkan oleh Bapak MM, yaitu:
“Model pembelajaran yang digunakan adalah model
kontekstual atau dengan mengaitkan pada kehidupan nyata
yang ada sekarang ini. Misalnya untuk tegur sapa, anak-anak
diantar wisata religius, dan hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan sehari-hari. Tapi kalau metodenya ya dengan
pemberian tugas, tanya jawab, ceramah, diskusi.”
Mengenai model kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar
agama Islam di MTs Maarif Damarjati Kaliangrik, dapat
digambarkan dari hasil pengamatan penelitian lapangan sebagai
berikut:
Guru menyampaikan materi Aqidah Akhlak tentang
ketauhidan. Guru menjelaskan sedang menjelaskan materi
tentang keesaan tuhan bahwa Tuhan itu satu yaitu Allah swt.
Yang mana memiliki sifat wujud berarti ada walaupun tidak
terlihat oleh indra manusia. Guru memberikan suatu contoh
segala sesuatu yang ada di muka bumi ini tidak lepas dari
keajaiban Allah swt yang menunjukkan banyaknya kejadian
nyata misalnya banyak sekali makhluk hidup yang bertuliskan
lafal Allah swt.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan model
semacam ini akan mempermudah peserta didik dalam menerima
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena bersifat
kontekstual atau dihubungkan dengan pengalaman nyata.
Sedangkan berdasar penuturan Bapak F, model pembelajaran
yang digunakan, yaitu:
“Kalau model pembelajaran ya macam-macam. disesuaikan
dengan tingkatan kelasnya juga. Misal saja untuk kelas 9 kan
pengetahuannya sudah lebih luas to, pembelajarannya juga
saya bedakan. Kadang mereka tak suruh mengamati kejadian
di masyarakat kemudian dicatat nanti di kelas dicari dasar-
dasarnya dianalisis. Kalau untuk metodenya yang utama
apalagi pembelajaran PAI ya ceramah. Selain itu, kadang anak-
anak saya suruh untuk diskusi kelompok, baca buku kemudian
mengerjakan pertanyaan. Tapi yang terpenting untuk PAI itu
bagaimana anak dapat mengimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Itu yang saya tekankan..”
Ditambahi juga oleh Bapak F tentang model pembelajaran
inkuiri, dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Seperti yang saya katakan tadi, pembelajaran inkuiri ya dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati kejadian atau
fenomena di masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan
agama. Dari situ akan muncul pertanyaan-pertanyaan atau rasa
ingin tau mereka. Nanti hasil dari pengamatan dicatat beserta
pertanyaan tentang sesuatu yang kurang jelas kebenarannya
yang ditemukan dalam pengamatan itu lho...trus kalau sudah
nanti di dalam kelas dianalisis dan dicari dasar-dasarnya”.
Dari pemaparan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran PAI juga menggunakan model inkuiri. Langkah
pertama yang dilakukan guru dalam menerapkan model ini adalah
siswa disuruh mengamati fenomena yang ada. Hal ini untuk
menimbulkan rasa ingin tahu tentang kebenaran suatu fenomena
yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan agama.
Melihat keterangan informasi dari guru pendidikan agama
Islam, yaitu Bapak MM dan Bapak F di atas, dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran yang digunakan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik adalah model kontekstual dan model inkuiri.
Sedangkan metodenya, metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan
pemberian tugas. Adapun gambaran pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pendidikan agama Islam berdasarkan pengamatan peneliti
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan beberapa
metode antara lain metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
Penerapan metode ceramah dalam kegiatan belajar
mengajar dilaksanakan secara menyeluruh dalam semua mata
pelajaran. Kegiatan mengenai penggunaan metode ceramah
dapat digambarkan dari hasil pengamatan penelitian lapangan
sebagai berikut:
Setelah mendengar bel masuk, semua peserta didik masuk
kelas masing-masing. Sebelum pelajaran dimulai biasanya
peserta didik membaca asmaul khusna, doa sehari-hari,
surat-surat pendek, dan hadis pilihan. Pada pukul 07.30
guru sudah mulai mengawali pelajaran yang sesuai jadwal.
Semua peserta didik sudah siap untuk menerima materi dari
guru. Guru memulai kegiatan belejar mengajar dengan
bertanya jawab materi yang sebelumnya untuk
mengingatkan siswa, yang kemudian dilanjutkan dengan
ceramah. Peserta didik mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan ada juga yang mencatat inti dari apa
yang disampaikan oleh guru tersebut. Setelah kegiatan
ceramah selesai, banyak peserta didik yang langsung
mengangkat tangannya untuk bertanya mengenai materi
yang disampaikan secara mendalam.
Dari hasil catatan di atas diperjelas dari hasil wawancara
dengan bapak MM mengenai penggunaan metode ceramah
dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam,
yaitu:
“Ceramah itu merupakan metode yang sangat penting
digunakan dalam bidang apa saja, terutama di sekolah ya
mas?... karena ceramah itu sebagai pengantar bagi manusia
dalam mendengarkan, berfikir, dan melaksanakan. Nah
untuk itu mas... kebanyakan guru masih menggunakan
ceramah, tetapi ceramah tersebut harus menarik supaya
peserta didik dapat menggali rasa keingintahuan akan
materi yang disampaikan”.
Tentang metode pembelajaran ceramah, disampaikan juga
oleh Bapak F, yaitu:
“Pembelajaran apapun itu tidak akan lepas dengan ceramah
mulai dari awal sampai akhir pembelajaran mas. Bukan
hanya PAI saja tetapi pelajaran lain juga iya. Tetapi khusus
untuk PAI metode ceramah itu bukan hanya untuk
penyampaian materi tapi lebih dari sekedar biar anak bisa
mendapat nilai bagus. Ceramah ini juga untuk memberikan
contoh kepada anak. Misale saja mas, ketika menjelaskan
guru kan hati-hati banget dalam penyampaiannnya. Ya
tujuannya untuk memberi contoh kepada siswa tentang
bagaimana tata krama berbicara”.
Sedangkan tentang metode tanya jawab, menurut Bapak
F dari hasil wawancara yaitu:
“Tanya jawab kami gunakan untuk mengetahui kepahaman
peserta didik. Biasanya awal pembelajaran dimulai dengan
tanya jawab untuk menstimulasi pikiran mereka tentang
materi yang akan dibahas. Dan pada akhir pembelajaran
juga dengan tanya jawab mas, tapi yang akhir ya untuk
mengetahui apakah siswa sudah paham atau belum. Selain
itu untuk membuat kesimpulan.”
Menambahi dari hal di atas, Bapak MM memaparkan
tentang metode tanya jawab sebagai berikut:
“Lha kalau tanya jawab itu kami gunakan untuk menanyai
peserta didik, guna untuk megetahui atau mengukur
seberapa ingat kemampuan dari peserta didik itu sendiri.
Maksudnya begini... kadang dari keadaan siswa itu ada
yang sudah siap, kadang juga ada yang masih terfikir hal
lain belum konsentrasi dalam pelajaran”.
Dari keterangan catatan lapangan dan hasil wawancara
dengan Bapak MM dan Bapak F di atas dapat disimpulkan
bahwa metode ceramah dan tanya jawab (komunikasi) dengan
peserta didik harus dilaksanakan pertama kalinya sebelum
melaksanakan metode-metode lainnya. Dengan tanya jawab
langsung kepada peserta didik, guru dapat mengetahui keadaan
atau kondisi kesiapan dalam menerima materi dan ceramah
dapat membangkitkan rasa keingintahuan terhadap apa yang
disampaikan oleh guru agama Islam. Sedangkan tanya jawab
yang pada bagian akhir untuk mengukur apakah pembelajaran
dapat diterima siswa atau tidak. Oleh karena itu, guru harus
pandai-pandai dalam memberikan ceramah dan menstimulasi
supaya peserta didik semakin tertarik, aktif, mengambil
pelajaran dan mencontoh dari keteladanan guru.
Penggunaan metode diskusi dalam kegiatan belajar
mengajar pendidikan agama Islam di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik dapat digambarkan sistem pelaksanaan dari hasil
pengamatan penelitian lapangan sebagai berikut:
Setelah guru menyampaikan atau menjelaskan materi
kepada peserta didik, guru memberikan tugas. Tugas
tersebut berupa penggalian materi yang sudah disampaikan
guru. Peserrta didik melakukan diskusi kelompok yang
kemudian menyampaikan hasil jawabannya untuk
didemonstrasikan di depan kelas, dimana kelompok lain
memberikan tanggapan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi
adalah metode yang dilakukan secara bersama-sama, akan tetapi
guru menilai peserta didik secara individual. Dengan
menggunakan metode diskusi ini diharapkan supaya peserta
didik dapat lebih aktif dan menyenangkan serta mengurangi rasa
jenuh di dalam kelas. Dalam KTSP juga ada tuntutan untuk
menciptakan suasana tersebut. Hal ini di paparkan oleh bapak
MM sebagai berikut:
“Suatu kurikulum tentu ada tuntutannya mas... salah
satunya ya PAIKEM itu... Semua pelajaran di sini tidak
lepas dengan penggunaan pendekatan tersebut.
Pembelajaran itu memang seharusnya aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Dengan begini kan anak tidak
merasa jenuh dan bosan di dalam kelas saat proses
pembelajaran berlangsung mas... .”
Tentang suasana pembelajaran, disampaikan pula oleh RN,
yaitu:
“Kalau pelajaran PAI ya senang pak. Cuma kadang ngantuk
kalau ceramah terus. Tapi kalau diskusi ya nggak ngantuk
pak. Kan kita harus aktif dalam diskusi tersebut”.
Selain itu disampaikan juga oleh UK, sebagai berikut:
“Kadang bosen ngantuk juga pak kalau waktu diceramahin.
Tapi kalau praktik-praktik sama diskusi ya asyik bahkan
lebih menyenangkan pak”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menggunakan
metode diskusi adalah metode yang dilakukan secara bersama-
sama. Akan tetapi guru menilai tingkatan pengetahuan yang
dilakukan secara individual. Dengan ini guru dapat melihat
keaktifan peserta didik dan dapat menghidupkan suasana kelas,
sehingga peserta didik dapat terhalau dari rasa bosan dan jenuh.
d. Implementasi model pembelajaran agama Islam di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
akan berdampak juga pada moral suatu bangsa. Di sinilah lembaga
sekolah mempunyai tugas yang besar untuk menjaga generasi
masa depan agar tidak kehilangan moralnya. Di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik mengimplementasikan berbagai model
pembelajaran sebagai upaya pembentukan akhlak bagi peserta
didik. Sebagaimana pemaparan bapak MM, sebagai berikut:
“Upaya pembentukan akhlak peserta didik itu tidak hanya
berpusat pada penerapan model pembelajaran, tetapi bisa
dengan melihat keteteladan bapak ibu guru. Guru dapat
dengan memberi contoh teladan yang baik. Karena dengan
demikian lebih mudah ditiru siswa dibandingkan dengan
ceramah.”
Selain itu disampaikan pula oleh Bapak F, dari hasil
wawancara sebagai berikut:
“Untuk membentuk akhlak siswa ya dengan nasihat-nasihat.
Tapi yang lebih penting dengan memberi contoh kepada
mereka. Kalau cuma dengan nasihat saja kadang tidak
diperhatikan. Kalau nyuruh siswa shalat jamaah ya
bapak/ibu guru juga ikut jamaah dengan mereka”.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa upaya
pembinaaan akhlak bagi peserta didik dengan keteladanan Bapak/
Ibu guru. Keteladanan ini lebih efektif digunakan dibandingkan
dengan metode ceramah. Dengan cara memberi contoh tersebut,
lebih mudah diterima/ditiru peserta didik.
Selain itu upaya pembinaan pembentukan akhlak bagi
peserta didik di MTs Maarif Damarjati Kaliangkrik sebagaimana
yang dipaparkan oleh bapak MM, yaitu:
“Di madrasah kami ini selain pelajaran akademik, ada doa
sehari-hari, hafalan surat- surat pendek, praktik ibadah, dan
keteladanan bapak ibu guru. Jika siswa disuruh shalat ya
bapak ibu guru juga shalat, kalau tahlil ya ikut tahlil. Ini
sebagai bentuk bahwa guru dapat dijadikan sebagai teladan
yang dapat dicontoh oleh peserta didik, sehingga tidak
hanya pada teori tetapi langsung praktik pada kegiatan
sehari-hari di dalam madrasah.”
Hal serupa juga disampaikan oleh RN, dari hasil
wawancara sebagai berikut:
“Kalau di bulan Ramadhan ya ada tadarusan, kalau tiap hari
doa-doa harian, hafalan hadis. Terus ....oh iya, ada hafalan
surat pendek dan asmaul husna pak....”
Ditambahi juga oleh UK, tentang pembinaan pembentukan
akhlak di MTs Ma’arif Damarjati yaitu:
“ Kita disuruh hafalan surat pendek dan asmaul husna pak.
Ada juga suruh hafalan doa-doa sehari-hari”.
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi model pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
membentuk peserta didik yang berakhlakul karimah tidak hanya
penerapan model pada materi disetiap mata pelajaran. Akan tetapi
guru memberikan teladan dan praktik langsung sehingga tidak
hanya monoton pada teori saja.
Dalam implementasi model pembelajaran agama islam,
pemilihan tempat juga harus diperhatikan. Pemilihan tempat
belajar merupakan hal penting yang harus diperhatikan demi
kenyamanan peserta didik. Adapun tempat belajar yang sering
digunakan untuk proses pembelajaran sebagaimana diungkapkan
oleh bapak MM sebagai berikut:
“Madrasah kami ini lokasinya ya lumayan sempit, masih
satu lokasi dengan MI. Ya memang kami sudah memiliki
gedung baru tetapi lokasinya agak jauh. Sudah dua tahun ini
bisa ditempati. Seperti biasanya tempat belajar biasanya di
dalam kelas. Tetapi untuk pelajaran PAI praktiknya di
masjid, misalnya ketika praktik ibadah. Selain itu, siswa
juga diajak untuk ziarah-ziarah.”
Selain itu disampaikan juga oleh UK salah seorang siswi,
dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Tempat kegiatan belajar mengajar itu tetap di dalam kelas
pak... em... tapi kalau seperti praktik shalat, praktik wudhu,
dan praktik lainnya itu yang di masjid.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa
pembelajaran dilakukan di kelas. Dalam pembelajaran PAI untuk
praktik-praktiknya seperti shalat dan lain-lain dilakukan di luar
kelas yaitu di masjid. Selain di masjid peserta didik diajak untuk
berziarah. Ini juga merupakan pembelajaran untuk peserta didik.
Hasil akhir dari pembelajaran adalah adanya perubahan
yang terjadi pada peserta didik. Pembelajaran dikatakan berhasil
jika apa yang disampaikan guru dilaksanakan atau
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentang
implementasi dari pembelajaran PAI, disampaikan oleh RN, yaitu:
“Ya ada yang sudah ada yang belum pak. Sebenarnya
pengen pak melakukan apa yang sudah diajarkan kemarin.
Tapi gimana yaa, kadang masih ada rasa malesnya seperti
sholat tepat pada waktunya, puasa sunnah kadang juga bisa
kadang juga nggak pak”.
Disampaikan juga oleh UK dari hasil wawancara sebagai
berikut:
“Belum semua bisa pak. Misalnya untuk shalat tepat waktu.
Kalau maghrib sih bisa pak. Tapi yang paling susah ya
untuk shalat subuh tepat waktu. Kadang kesiangan
bangunnya pak”.
Implementasi dari pembelajaran PAI seperti yang
disampaikan oleh RN di atas sudah dilaksanakan akan tetapi belum
maksimal. Hal ini ditambahi oleh RN, sebagai berikut:
“Belum bisa sepenuhnya pak. Kalau usaha ya sebaik
mungkin saya terus berusaha. Tapi ya itu masih banyak
gangguan dan rasa males pak....”
Sedangkan menurut UK dari hasil wawancara yaitu:
“Masih ada yang belum bisa pak. Tapi ya tetep usaha terus
pak. Kadang saya juga ada rasa males pak”.
Walau belum bisa dilaksanakan dengan baik namun peserta
didik tetap ada upaya untuk memperbaiki. Berdasar wawancara
dengan RN, juga merasa ingin sekali menjadi lebih baik dari saat
ini dan mengerjakan pengetahuan yang didapatkannya dari
sekolah. Hal ini sesuai pemaparan RN, yaitu:
“Kalau belum bisa mengerjakan ya rasanya saya tetep kudu
belajar terus biar jadi lebih baik dari sekarang pak”.
Hal serupa juga disampaikan oleh UK, dari hasil wawancara
sebagai berikut:
“Ya gimana ya pak. Pengennya tetap lebih baik. Ya itu
kudu tetep berusaha terus”.
Implementasi pembelajaran tersebut tidak akan
terealisasikan tanpa ada dukungan dari orang tua. Dukungan dan
perhatian orang tua sangat diperlukan bagi siswa terutama dalam
mengawasi dan meneruskan pembelajaran selama di rumah.
Berdasar wawancara dengan RN, orang tua di rumah sangat
mendukung dan selalu memperhatikan apa yang dilakukan oleh
anaknya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh RN, dari
wawancara sebagai berikut:
“Orang tua ya sangat mendukung dengan perubahan yang
saya lakukan di rumah. Misalnya kalau waktunya shalat
saya belum shalat ya mesti diingatkan pak”.
Hal serupa juga diungkapkan oleh UK, sebagai berikut:
“Kalau dukungan pasti pak. Sering diingatkan juga kalau
sama orang tua pak”.
2. Faktor Pendukung Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam Pembentukan Insan Kamil bagi Siswa di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga
sekolah/madrasah tentu ada faktor yang mendukungnya. Adapun
faktor pendukung implementasi model pembelajaran PAI dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik, sebagaimana diungkapkan oleh bapak MM, dari hasil
wawancara sebagai berikut:
“Alhamdulillah mas... fasilitas untuk PAI di Madrasah kami
ini cukup memadai. Seperti masjid yang letaknya sangat
dekat, al-Qur’an, dan alat-alat ibadah. Lingkungan sekitar
Madrasah juga sangat mendukung. Kebanyakan di daerah
sini juga masyarakatnya ahlusunnah waljamaah.”
Selain itu disampaikan juga oleh Bapak F, tentang faktor
pendukungnya yaitu:
“Kalau untuk pembelajaran PAI ya sudah cukup. Ada
masjid, al-Qur’an dan alat ibadah. Lingkungan sekitar sini
juga kondusif”.
Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa faktor
pendukung implementasi model pembelajaran PAI dalam
pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs Ma’arif Kaliangkrik
adalah. lingkungan yang kondusif, dukungan dari masyarakat,
sarana kegiatan keagamaan yang cukup
3. Faktor Penghambat Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam Pembentukan Insan Kamil di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik
Dalam pelaksanaan suatu pembelajaran tentu juga ada hal-
hal yang menghambat pelaksanaanya. Sebagaimana diungkapkan
oleh bapak MM, sebagai berikut:
“Kalau mengenai faktor yang menghambat ini yang agak
berat. Yang menjadi penghambat di MTs kami ini ya
fasilitas dan sarana prasarananya masih agak kurang. LCD
juga belum setiap kelas ada kan mas... . Selain itu
kebutuhan air untuk anak-anak wudhu juga susah.”
Dalam proses pembelajaran tentu membutuhkan media
yang mendukung. Adapun media yang digunakan dalam
pembelajaran PAI sebagaimana diungkapkan oleh MM, sebagai
berikut:
“Media yang digunakan masih menggunakan peralatan
yang sederhana. Belum memakai LCD. Di sekolah cuma
ada satu. Nah ini mas yang masih menjadi salah satu
kendala kami. Belum bisa memenuhi semua kelas terdapat
satu LCD.”
Sedangkan menurut Bapak F, faktor penghambatnya yaitu:
“Kalau pembelajaran ya kami masih meggunakan media
yang sederhana. Dan untuk praktik PAI, dalam mengambil
air wudhu juga masih sulit mas”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
faktor kendala dalam kegiatan belajar mengajar adalah sarana
prasarana yang belum begitu lengkap. Selain itu kurangnya
ketersediaan air yang kurang mencukupi ketika para peserta didik
melakukan sholat berjamaah.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi Model Pembelajaran Agama Islam dalam
Pembentukan Insan Kamil
1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik
Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik, proses pembelajaran sudah
menggunakan dan menerapkan kurikulum yang ditentukan pemerintah
dan kemenag secara menyeluruh. Mulai dari hari efektif, jadwal waktu
pembelajaran, dan penerapan model pembelajaran yang membentuk
peserta didik untuk memiliki sifat berakhlakul karimah. Dijelaskan
dalam visi MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik yaitu terwujudnya
generasi yang cerdas, berakhlakul karimah, berilmu amaliah dan
beramal ilmiah dengan berpedoman aqidah Islamiyah ala ahlus sunnah
wal jamaah.
Proses kegiatan belajar mengajar agama Islam yang dikembangkan
di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik menekankan pada proses
kegiatan belajar yang religius secara berkelanjutan supaya mampu
menjadikan peserta didik hidup selaras sesuai dengan ketentuan dan
petunjuk Allah swt, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Berkaitan dengan hal tersebut maka model
pembelajaran yang dibutuhkan atau diperlukan adalah model yang
dapat membentuk, menciptakan, dan menanamkan kepada peserta
didik yang cerdas dan berakhlakul karimah. Dengan demikian semua
guru pendidikan agama Islam di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
mulai menerapkan sistem pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan),
dengan menerapkan pendekatan tersebut maka diperlukan penguasaan
model-model pembelajaran inovatif yang memadai. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat dari Sugianto dalam bukunya Model-
Model Pembelajaran Inovatif(2010).
Mengenai dalam setiap kegiatan belajar mengajar, pedoman yang
digunakan oleh para guru agama Islam di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik dalam pembelajaran tidak lepas dari dasar hukum ahlus
sunnah wal jamaah yaitu Al-Qur’an dan hadis. Dengan kedua pedoman
tersebut, guru akan lebih mudah menyampaikan materi dan
kandungannya sehingga peserta didik dapat langsung meyakini bahwa
yang disampaikan oleh para guru memang terbukti kebenarannya.
Berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar agama Islam di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik menyangkut dua unsur pokok yang
harus diperhatikan, yaitu guru pendidikan agama Islamdan peserta
didik. Guru pendidikan agama Islam di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik kebanyakan sudah ditempatkan sesuai dengan keahlian
dan bidangnya. Di mana guru memiliki keahlian secara profesional
dalam tugasnya menyampaikan materi agama sehingga pada saat
proses pembelajaran berlangsung tidak akan merasa terbebani dengan
tugasnya. Selain kemampuan dari segi keagamaan, guru juga memiliki
keahlian dalam berkomunikasi kepada peserta didik dengan baik.
Dalam hal ini guru memahami karakter dan keadaan dari masing-
masing peserta didik sehingga dalam penyampaian atau penekana
materi dapat sesuai dengan keadaan, kondisi, dan karakter peserta
didik.
Berbicara mengenai bagaimana proses kegiatan belajar mengajar
agama Islam yang diterapkan dan dikembangkan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar agama Islam merupakan proses pembentukan karakter siswa
dari segi spiritualitas yang dilakukan secara berkelanjutan. Guru dalam
mrnyampaikan nilai-nilai keislaman peserta didik untuk meningkatkan
keimanan yang sudah dimilikinya untuk diperkuat pada diri peserta
didik tersebut. Dengan penerapan nilai-nilai keislaman, maka peserta
didik akan merasa nyaman untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Dengan demikian guru pendidikan agama Islam harus memiliki
keahlian khusus karena selain mengajarkan materi kepada peserta
didik di dalam kelas, tetapi juga memiliki tugas untuk menanamkan
nilai-nilai keislaman dan keimanan serta meningkatkan ketaqwaan
peserta didik terhadap Allah swt sesuai pedoman umat Islam yaitu Al-
Quran dan hadis. Dengan tujuan memelihara nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam demi tercapainya peserta didik yang
berkarakter dengan membentuk manusia yang seutuhnya (insan kamil).
2. Kurikulum yang Diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik
Dalam suatu lembaga pendidikan tidak lepas dari penerapan
kurikulum yang harus dipakai dalam setiap sekolah atau madrasah.
Kurikulum merupakan segala rencana pelaksanaan pendidikan yang
dijadikan sebagai pedoman suatu lembaga pendidikan. Kurikulum
yang diterapkan dan dipakai di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
adalah KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan) dan juga
kurikulum 3013 bagi kelas VII. Kurikulum yang diterapkan di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik ini sesuai dengan pendapat Hadi S
dalam bukunya yang berjudul RPP KTSP 2006 di mana kurikulum
tersebut sudah menjadi ketentuan pemerintah.
Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik menerapkan kurikulum
2013 bagi seluruh peserta didik kelas VII sudah disesuaikan
sebagaimana mestinya. Penerapan kurikulum 2013 pada kelas VII
tersebut hanya berpedoman pada buku paket yang ada, namun sistem
penilaian dan proses kegiatan belajar mengajar lebih dominan
menggunakan KTSP.
Dari pokok bahasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sebelum
adanya proses kegiatan belajar mengajar, maka setiap lembaga
pendidikan di sekolah atau madrasah harus berpegang pada pedoman
pembelajaran yaitu penerapan kurikulum bagi madrasah atau peserta
didik. Dengan kurikulum yang sudah ditetapkan maka setiap lembaga
pendidikan sudah sesuai dengan aturan pemerintah, sehingga dalam
proses kegiatan belajar mengajar sudah ada acuan tersendiri baik
dalam pembuatan RPP (rencana program pembelajaran), model-model
yang dipakai, strategi pembelajaran maupun yang lainnya.
3. Model Pembelajaran Agama Islam yang digunakan di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Pembahasan tentang proses kegiatan belajar mengajar di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik tidak terlepas dari model dan metode
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut.
Model pembelajaran yang digunakan di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik menerapkan berbagai model. Penggunaan berbagai
macam model pembelajaran sudah menjadi tugas para guru untuk
menerapkannya dalam pembelajaran disetiap mata pelajaran. Model
pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
sesuai dengan pendapat khanifatul dalam bukunya yang berjudul
“pembelajaran inovatif” (2013). Di mana model pembelajaran harus
menggunakan berbagai cara yang mampu menciptakan peserta didik
yang inovatif dan menyenangkan di dalam kelas.
Berkaitan dengan hal di atas, MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
menerapkan berbagai macam model pembelajaran terutama dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga semua proses
pembelajaran yang berlangsung tidak bersifat monoton. Akan tetapi
dalam pemilihan model sebelum pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar berlangsung, guru harus memahami dan melihat kondisi
peserta didik. Serta guru juga melihat materi atau tema yang akan
disampaikan. Oleh karena itu, guru harus dapat menentukan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
Adapun model pembelajaran yang diterapkan dan dikembangkan
di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik dalam proses pembentukan
peserta didik berakhlakul karimah untuk menuju pada insan kamil
yaitu menggunakan model pembelajaran kontekstual dan inkuiri.
a. Model Pembelajaran kontekstual
Model pembelajaran kontekstual diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik.
Pembelajaran dengan model kontekstual akan dapat memberikan
gambaran nyata tentang teori atau materi yang disampaikan guru
dengan kehidupan nyata yang terjadi. Dengan begitu peserta didik
bukan hanya sekedar tau materi tapi dapat menghubungkan dengan
kehidupan nyata dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri adalah proses belajar mengajar untuk
mengajak siswa kepada cara berfikir kritis, analitis dan sistematis
untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang ada.
Dalam pembelajaran PAI model ini besar manfaatnya untuk
peserta didik. Dengan menciptakan fikiran yang kritis, analitis dan
sistematis terhadap suatu permasalahan akan mengajarkan pada
peserta didik untuk menjadi pemuda islam yang akan dapat
menjaga islam dari berbagai permasalahan yang dihadapi agama
pada saat ini.
Namun, dalam implementasi model tersebut tentu
membutuhkan suatu metode agar terbentuk peserta didik menjadi
insan kamil. Adapun metode untuk menerapkan model
pembelajaran kontekstual dan inkuiri adalah metode ceramah,
diskusi, tanya jawab, inkuiri, dan keteladanan dari para guru yang
tidak hanya ketika dalam proses pembelajaran saja, tetapi juga
ketika di luar kegiatan pembelajaran.
a. Metode ceramah dan Tanya Jawab
Metode ceramah dan tanya jawab di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik sangat berkaitan. Pembelajaran di kelas
dimulai dengan mengulas materi yang telah diajarkan kemarin
dengan metode tanya jawab. Metode tanya jawab ini sangat
bermanfaat dalam pembelajaran terutama untuk menciptakan
keberanian dan keaktifan peserta didik. Dengan metode ini juga
suasana di kelas akan lebih hidup. Guru bukan satu-satunya
pelaksana pendidikan yang menjadi pusatnya. Namun peserta
didik juga ikut aktif dalam pembelajaran.
Setelah diawali dengan tanya jawab pembelajaran
dilanjutkan dengan ceramah. Ceramah di sini bukan hanya
sebagai jalan penyampaian informasi atau materi dari guru
kepada peserta didik. Akan tetapi dengan ceramah ini juga
mengandung berbagai macam keteladanan yang ada di
dalamnya. Misalnya dalam menyampaikan materi dengan
ceramah sudah tentu seorang guru akan menjaga etika dalam
bertutur kata mulai dari gaya penyampainya, apa yang
disampaikan maupun tata krama dalam bertutur kata akan
sangat diperhatikan oleh guru. Ini merupakan salah satu
keteladanan untuk membentuk akhlak peserta didik.
b. Metode Diskusi
Berdasarkan penelitian, metode diskusi juga digunakan di
MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik. Metode pembelajaran
diskusi merupakan metode pembelajaran di mana sekelompok
peserta didik bekerja sama untuk membahas atau memecahkan
berbagai persoalan tentang materi bahasan pada proses
pembelajaran. Ini sangat bermanfaat untuk melatih kerjasama
dengan sesama teman satu anggotanya. Kerjasama yang baik
juga merupakan salah satu pembelajaran untuk membentuk
pribadi peserta didik yang baik. Ini mengajarkan tentang arti
persatuan, rasa saling menghargai pendapat teman, dan
tanggung jawab akan tugasnya sebagai anggota kelompok.
Selain itu, dengan diskusi pembelajaran PAI di kelas tidak
membosankan dan menciptakan keaktifan peserta didik.
Dari sinilah dapat dipahami bahwa metode yang dipakai
oleh para guru agama di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
sesuai dari teori Suyadi dari bukunya yang berjudul “Strategi
Pembelajaran Pendidikan Karakter” dan dari Hisyam Zaini,
Bermawy Munthe, dan sekar Ayu Aryani dalam bukunya yang
berjudul “ Strategi Pembelajaran Aktif”. Penggunaan metode
dalam implementasi model pembelajaran merupakan cara
untuk menyampaikan materi dari setiap mata pelajarankepada
peserta didik secara aktif. Sehingga dapat melatih peserta didik
untuk lebih berani, muncul rasa keingintahuan, inovatif, dan
kreatif. Selain itu pemilihan model-modeldan Penggunaan
metode yang tepat dalam pembelajaran akan menjadikan
peserta didik lebih menerima materi yang disampaikan dan
merasa lebih nyaman, serta menyenangkan.
Dari pokok bahasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pemahaman guru terhadap peserta didik sangat diprioritaskan
dan sangat penting. Hal ini untuk menyikapi dalam proses
pembelajaran agama islam tidak terjadi kesalahpahaman.
Dengan demikian para guru pendidikan agama Islam dapat
memilih model dan metode dalam menyampaikan materi yang
juga disesuaikan dengan tema mata pelajaran tersebut. Oleh
karena itu, model yang dikembangkan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik meliputi berbagai macam model secara
menyeluruh di mana harus membentuk peserta didik dari aspek
kognitif, afektif, psikomotor, dan juga aspek spiritual. Di sisi
lain ketika di luar kelas, guru memiliki metode tersendiri dalam
menyampaikan pembelajaran atau membentuk karakter peserta
didik yaitu dengan keteladanan. Karena dengan keteladanan
dari para guru akan lebih mudah diterima oleh para peserta
didik. Selain itu peserta didik tidak lepas dari pengawasan para
guru tersebut. Hal ini dilakukan untuk menuntun kepada
tertujunya peserta didik yang sempurna atau dapat menuntun
peserta didik menuju manusia yang utuh dengan berakhlak
mulia.
4. Implementasi model pembelajaran Agama Islam
Dengan berbagai pembahasan model pembelajaran di atas, maka
akan mewujudkan sebagaimana tujuan pembelajaran agama islam
sesuai visi yang diterapkan di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
yaitu untuk menciptakan peserta didik dalam berakhlakul karimah atau
memiliki kepribadian dan sopan santun yang lebih baik. Dengan
berbagai model pembelajaran yang diterapkan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik seperti ceramah, maka akan disertai dengan
memberikan teladan kepada peserta didik yang mana tidak hanya
menyampaikan materi, namun disertai dengan pendidikan akhlak.
Penggunaan beberapa model pembelajaran PAI mempunyai tujuan
yang berbeda-beda. Akan tetapi tetap pada satu arah yaitu tercapainya
tujuan pendidikan agama Islam untuk membentuk peserta didik
menuju insan kamil. Penerapan model tanya jawab dapat melatih
peserta didik untuk lebih berani bertanya, lebih aktif dalam berfikir
yang baik dan melatih berkomunikasi. Dengan model ceramah
memberikan keteladanan tentang tata krama bertutur kata. Model
diskusi untuk mengajarkan peserta didik tentang arti persatuan,
kerjasama dan tanggung jawab. Penerapan model kontekstual dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam akan menghubungkan dengan
pengalaman peserta didik dengan keadaan di dunia nyata. Dengan
begitu yang didapat peserta didik bukan hanya materi tetapi juga
gambaran nyata yang dapat dijadikan pedoman dalam implementasi di
kehidupan sehari-hari. Sedangkan dengan model pembelajaran inkuiri,
dapat menciptakan fikiran yang kritis dan ilmiah terhadap suatu
kebiasaan ataupun fenomena yang ditemui dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini akan membekali peserta didik menjadi generasi
pembaharu islam yang dapat membela dan menegakkan agamanya.
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila ada perubahan pada
diri individu. Di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik proses
pembelajaran telah dapat diimplementasikan oleh peserta didik
walaupun belum maksimal. Peserta didik selalu berupaya untuk
menjadi lebih baik dan mengamalkan apa yang didapatkannya di
sekolah. Misalnya untuk shalat tepat waktu atau puasa sunnah. Dari
peserta didik sudah ada usaha untuk menjalankan ilmu yang
diperolehnya di bangku sekolah. Selain itu dukungan dari orang tua
juga ada. Sehingga dalam implementasi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan akan lebih maksimal.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
berbagai model pembelajaran yang digunakan di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik tersebut tidak lepas untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Penggunaan model ini tidak hanya sebagai penyampaian
materi saja tetapi lebih dari itu yaitu untuk membentuk peserta didik
yang berakhlak dan menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
tujuan diadakannya pendidikan agama Islam. Namun selain peneapan
model pembelajaran, untuk membentuk insan kamil bagi peserta didik,
dilakukan juga dengan keteladanan dan upaya pembinaan keagamaan
di sekolah. Keteladanan dilaksanakan oleh bapak/ibu guru karena
metode ini akan lebih banyak bisa diterima peserta didik dibandingkan
dengan memberikan ceramah. Selain itu dibiasakan juga peserta didik
dibina untuk melakukan ibadah-ibadah seperti shalat berjamaah di
sekolah, hafalan surat-surat pendek, pembacaan asmaul husna, dan
pengamalan doa sehari-hari.
B. Faktor Pendukung Proses Pembelajaran di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik
Pembahasan pokok dari faktor pendukung dalam penerapan model
pembelajaran agama Islam di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik yaitu
merupakan salah satu yang dapat meningkatlan hasil, baik prestasi
akademik maupun non akademik. Faktor yang menjadi pendukung dalam
proses kegiatan belajar mengajar di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
terdiri dari beberapa hal, misalnya lokasi masjid dengan madrasah yang
berdekatan dan lingkungan masyarakat yang mendukung dari aspek
keagamaan.
Dari sinilah tanpa adanya faktor yang mendukung maka metode
atau penerapan model apapun yang dipakai tidak dapat diterapkan.
Sehingga proses kegiatan belajar untuk mencapai hasil sesuai dengan
tujuannya akan terhambat.
Dari keterangan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tanpa
adanya faktor yang mendukung dan memadai maka dalam penerapan
semua model akan terhambat. Lingkungan masyarakat yang memiliki
tingkat keagamaan yang tinggi maka moel yang diterapkan dalam
pembelajaran agama Islam dalam rangka membentuk peserta didik yang
berakhlak mulia untuk menuju kesempurnaan ahlak maka akan diterapkan
dengan lancar. Selain itu dari faktor lokasi madrasah dengan masjid yang
berdekatan sehingga dapat mempermudah bagi siswa maupun guru dalam
melakukan praktik keagamaan dan sholat berjamaah.
C. Faktor Penghambat Proses Pembelajaran di MTs Ma’arif Damarjati
Kaliangkrik
Dalam suatu model pembelajaran pendidikan agama Islam bukan
berarti tidak ada kendala. Apalagi dalam menerapkan model pembelajaran
agama Islam yang dapat membentuk peserta didik yang unggul dalam
prestasi dan berakhlak mulia. Faktor yang menghambat dalam
mengimplementasikan model pembelajaran agama Islam di MTs Ma’arif
Damarjati Kaliangkrik salah satunya ialah masih kurangnya sarana dan
prasarana yang digunakan dal,am proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini
dapat dilihat dari pengadaan LCD yang belum lengkap untuk disetiap
kelasnya. Selain itu yang menjadi penghambat adalah sumber mata air
yang belum cukup dan lokasi gedung yang masih satu lokasi dengan
Madrasah Ibtidaiyah .
Dari pokok bahasan mengenai faktor penghambat penerapan model
pembelajaran agama Islam untuk membentuk pesera didik yang prestasi
sesuai visi madrasah, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan setiap
model akan berjalan dengan lancarapabila sarana dan prasarana memadai.
Selain itu adanya gedung yang luas namun masih satu lokasi dengan
gedung madrasah ibtidaiyah sehingga ketika proses kegiatan belajar
mengajar merasa terganggu. Sebagai contoh apabila peserta didik MI
istirahat, maka secara otomatis suasana luar kelas rama. Sedangkan peserta
didik MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik masih proses kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan belajar yang masih
berlangsung di dalam kelas akan merasa terganggu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pemahaman yang mengacu pada rumusan
masalah yang ditetapkan serta berdasarkan pembahasan yang diuraikan
secara deskriptif pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan adalah
model pembelajaran kontekstual dan inkuiri. Sedangkan metode untuk
menerapkan model tersebut adalah metode ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Berbagai macam model dan metode pembelajaran tersebut
diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu membentuk insan
kamil. Model kontekstual digunakan agar peserta didik mengetahui dan
kaitannya dengan kehidupan sehingga dapat mengaplikasikan apa yang
telah diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Model inkuiri
digunakan untuk membawa peserta didik menjadi generasi yang kritis,
berfikir analitis dan sistemati. Ini akan membentuk generasi islam yang
tangguh dan diharapkan dapat menjaga keutuhan Agama Islam. Selain
itu, juga sudah ada upaya dari peserta didik untuk mengamalkan ajaran
yang didapatkannya di sekolah. Adapun metode yang diterapkan juga
untuk mendidik peserta didik. Metode ceramah digunakan untuk
membentuk peserta didik yang mempunyai tata krama dalam bertutur
kata. Metode tanya jawab digunakan untuk membawa peserta didik
agar aktif dan berani. Metode diskusi digunakan untuk mengajarkan
peserta didik agar tanggung jawab dan dapat bekerja sama. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model dan metode
dalam pembelajaran PAI adalah untuk membentuk insan kamil bagi
peserta didik di MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik. Model dan metode
yang diterapkan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang
tangguh dan dapat mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Namun tetap menjaga tata krama bertutur kata, menghargai persatuan,
dan kerjasama yang baik serta rasa saling menghormati.
2. Faktor pendukung implementasi model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik adalah lingkungan yang kondusif,
dukungan dari masyarakat, sarana kegiatan keagamaan yang memadai.
3. Faktor penghambat implementasi model pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam pembentukan insan kamil bagi siswa di MTs
Ma’arif Damarjati Kaliangkrik adalah sarana prasarana yang belum
begitu lengkap, untuk ruang kelas VIII masih meminjam ruang kelas
MI Al-Falah dan ketersediaan air yang kurang mencukupi ketika para
peserta didik melakukan sholat berjamaah.
B. Saran
1. MTs Ma’arif Damarjati Kaliangkrik
Guru merupakan unsur terpenting dalam proses membentuk
peserta didik yang berkarakter baik. Untuk itu guru harus memiliki
keahlian khusus dalam pemahaman terhadap keahlian peserta didik.
Dengan demikian guru dalam kegiatan belajar mengajar agama Islam
dapat menerapkan dan menyampaikan materi kepada peserta didik
tanpa rasa terbebanidengan tugasnya. Selain itu guru harus dapat
memilih dan memilah model yang akan diterapkan dalam
pembelajaransesuai dengan tema mata pelajaran yang akan
disampaikan.
2. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas
Pelaksanaan pembelajaran diharapkan dapat dilakukan dan
diterapkan dengan hasil yang maksimal. Maksudnya dari segi peserta
didik yang terdiri dari berbagaii latar belakang baik keluarga(asal-
usul), adat, ataupun kemampuan belajar yang berbeda-beda.
Seharusnya dalam pengelompokan kelas tidak dicampur karena tingkat
kemampuan dan pemahaman peserta didik sangat berbeda-beda. Selain
itu proses pembelajaran menjadi kurang efektif dan bagi setiap guru
menjadi kesulitan dalam penyampaian materi.
3. Masyarakat
Bagi masyarakat yang sekarang ini diharapkan dapat menciptakan
pola hidup yang berakhlakul karimah, supaya terhindar dari hal-hal
yang menjadikan generasi penerus agama yang terus melemah dari
segi akhlak maupun perilaku. Sehingga manusia tetap berpegang teguh
pada iman dan selalu taat beribadah kepada Allah swt. Dengan
demikian bagi generasi penerus terjauh dari perilaku tercela.
4. Wali murid
Bagi orang tua harus mendukung dalam mewujudkan peserta didik
yang berkualitas, berprestasi, dan berakhlaul karimah. Maksudnya
semua usaha yang dilakukan guru di sekolah tidak lepas dari
bimbingan orang tua di rumah. Dengan demikian, orang tua harus ikut
serta untuk mendorong putra-putrinya dalam belajar dan tetap
membimbing serta menghalau untuk mengaji. Supaya pembentukan
insan kamil dapat terbentuk dengan mudah dan berkelanjutan,
sehingga tidak hanya waktu masih dalam masa sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
.Alba, cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsiumi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bina Ilmu.
Burhin, Bungan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Burhin, Bungan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi
Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Daradjat, Zakiyah dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Daymon, Kristina. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Punlik Relation
dan Marketing Comunication. Yogyakarta:PT. Bentang Pustaka.
Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Diterima Murid. Jogjakarta:
DIVA Press.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:PT Bumi
Aksara.
Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Majid, Abdul. 2014. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Moloeng, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moloeng, J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurdin, Syafrudin dan M. Basyirudin Usman. 2003. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta Selatan: Ciputat Press.
Poedjiadi, Anna. 2010. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ramayulis. 2005. Metode Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Cetakan Kelima
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karekter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: PUSTAKA
INSAN MADANI
(https://fixguy.wordpress.com/insan-kamil/ diakses pada hari sabtu, 26 September
2015 pukul 12.15).
(http://file.upi.edu/ Direktori/FPIPS/M_K_D_U/
196509171990011ACENG_KOSASIH/KONSEP_INSAN_KAML.pdf,
top related