HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25695... · 2015-01-28 · 6. Seminar Keperawatan “Update Diagnosa NANDA,
Post on 27-Dec-2019
1 Views
Preview:
Transcript
HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE
PADA MASYARAKAT DI RW 022 KELURAHAN PAMULANG BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
UMMI ZULAIKHAH
NIM: 109104000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
ii
iii
iv
v
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014 Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037 Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat xvii+ 69 halaman + 4 lampiran
ABSTRAK
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Angka terjadinya kasus demam berdarah dengue mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, diperkirakan 50-100 juta orang diseluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara tropis didunia yang termasuk wilayah endemik terhadap penyakit demam berdarah dengue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan demam berdarah dengue di RW 022 Pamulang Barat. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain correlation. Pengambilan data dilakukan pada 54 responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner. Hasil analisis didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan demam berdarah dengue (p = 0,13 r = 0,206). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi instansi kesehatan agar dapat melakukan pengawasan terhadap praktik pencegahan demam berdarah di masyarakat yang berguna untuk menurunkan angka kejadian demam berdarah dengue. Kata Kunci : Pengetahuan, Praktek, Masyarakat, Demam Berdarah Dengue Referensi : 43 (tahun 2003-2012)
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, January 2014 Ummi Zulaikhah, NIM: 109104000037 Correlation between Community Knowledge for Community Practice of Dengue Hemorrhagic Fever in RW: 022 West Pamulang xvii+ 69page + 4 attachments
ABSTRACT Dengue hemorrhagic fever is an infectious disease transmitted through mosquito bites . Figures occurrence of cases of dengue fever has increased dramatically worldwide in recent years, an estimated 50-100 million people worldwide infected with dengue hemorrhagic fever each year . Indonesia is a tropical country in the world including the endemic areas of the disease dengue fever. The purpose of this study was to determine the correlation between the community knownledge about dengue hemorrhagic fever and community practice of dengue hemorrhagic fever in RW: 022 West Pamulang. This research is a quantitatie study of the correlation design. Data collection was conducted on 54 respondents using questionnaires. The results of the analysis showed that there was no relationship between knownledge of the practice of prevention of dengue hemorrhagic fever (p = 0,13 r = 0,206). The results of this study are expected to be a consideration for health agencies in order to conduct surveillance of dengue prevention practices in the community that can reduce the incidence of dengue hemorrhagic fever. Keywords: Knownledge, Practice, Community, Dengue Hemorrhagic Fever Reference : 43 (years 2003-2012)
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Ummi Zulaikhah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 November 1991
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Ciptomangunkusumo Gg. H. Kana Rt: 04 Rw:
06 No.63 Kelurahan Paninggilan, Ciledug-
Tangerang Kode Pos: 15154
Telepon : 08979787006
Email : ummi.zulaikhah18@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. MI Darunnajah [1997-2003]
2. SMP Negeri 245 Jakarta Selatan [2003-2006]
3. SMA Budi Mulia [2006-2009]
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop:
1. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada tahun 2009
2. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” tahun 2010
3. Seminar Nasional “Music Therapy: Melody for Heart and Brain Health”
tahun 2012
4. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012
viii
5. Emergency Nursing Seminar dan Workshop “Peran Perawat dalam
Tatalaksana Trauma Thoraks Berbasis Pasien Safety” tahun 2012
6. Seminar Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan
Diagnostic Reasoning” tahun 2012
7. Workshop Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan
Diagnostic Reasoning” tahun 2012
8. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,
Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in
Indonesia” tahun 2013
ix
PERSEMBAHAN
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-
orang yang beriman.” (Q.S. Al-Imran: 139)
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Seluruh keluarga besarku terutama Ibu, Bapak, Mbak Nur, Mbak Siti dan
Mba Fitri yang telah memberikan motivasi, fasilitas dan doa yang tiada
hentinya untukku.
Hendri Arfian sebagai orang terdekat yang selalu memberikan aku semangat
dan nasihat selama ini.
Untuk sahabat dan teman- temanku tercinta khususnya untuk walidatul laili
mardliyah dan Rusmanto yang tiada hentinya memberikanku motivasi, kritik
dan saran selama skripsi, serta tidak lupa Ares, Eva, Anggi, Desi, Nami, Sri
Inggar, Nining, serta seluruh keluarga besar PSIK.
Kehadiran kalian memberikan semangat disaat keputusasaanku, memberi
kesempurnaan di setiap keterbatasanku, memberikan keceriaan dikala tangisku
terima kasih atas segalanya yang telah kalian berikan.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada
Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat” sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) .
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak- pihak yang memberikan dukungan serta
bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Prof. Dr (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp.and selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
3. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan
4. Jamaludin, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Ns. Waras
Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan banyak ilmu, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.
5. Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat selama
penulis belajar di Program Studi Ilmu Keperawatan.
xi
6. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang
memberikan banyak sekali ilmu kepada penulis selama belajar di Program
Studi Ilmu Keperawatan.
7. Ibu, Bapak serta saudara- saudaraku tercinta yang telah memberikan doa,
dukungan dan fasilitas selama penulis menempuh pendidikan.
8. Teman- temanku tercinta di PSIK 2009 yang senantiasa memberikan
semangat, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini, khususnya untuk
wali, desi, sri, ares, eva, inggar, nami dan rusmanto.
Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan.
Jakarta, Januari 2014
Ummi Zulaikhah
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...........................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ...........................................................................ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................7 C. Pertanyaan Penelitian .....................................................................8 D. Tujuan Penelitian ...........................................................................8
1. Tujuan umum ..........................................................................8 2. Tujuan khusus .........................................................................8
E. Manfaat Penelitian .........................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah ...........................................................................10 1. Pengertian DBD ......................................................................10 2. Penyebaran Penyakit DBD .....................................................10 3. Vektor Penyebab DBD ...........................................................12 4. Faktor-Faktor Resiko pada DBD ............................................14 5. Siklus Penularan DBD ............................................................14 6. Patogenesis DBD ....................................................................15 7. Macam-macam DBD ..............................................................16 8. Manifestasi Klinis DBD .........................................................19
xiii
9. Diagnosa DBD ........................................................................20 10. Penatalaksanaan DBD ............................................................21 11. Kebijakan Pemerintah Terkait DBD .......................................22 12. Upaya Pencegahan DBD ........................................................23
B. Perilaku 1. Pengertian Perilaku .................................................................26 2. Teori Stimulus-Organisme-Respon (SOR) .............................27 3. Pengertian Perilaku Kesehatan ...............................................28 4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan ...............................................29 5. Domain Perilaku .....................................................................29 6. Teori Pembentukan Perilaku ...................................................32
C. Penelitian Terkait ...........................................................................33 D. Kerangka Teori ..............................................................................34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ...........................................................................35 B. Definisi Operasional ......................................................................36 C. Hipotesis ........................................................................................37
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...........................................................................38 B. Tempat danWaktu Penelitian .........................................................38 C. Populasi dan Sampel ......................................................................39
1. Populasi Penelitian ..................................................................39 2. Sampel Penelitian ...................................................................39
D. Instrumen Penelitian ......................................................................41 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................................42
1. Uji Validitas ............................................................................42 2. Uji Realibilitas ........................................................................43
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................43 G. Etika Penelitian ..............................................................................44 H. Pengolahan Data..............................................................................45 I. Analisa Data.....................................................................................46
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ..........................................................48 B. Karakteristik Responden ................................................................48
1. Umur .......................................................................................48 2. Pendidikan ..............................................................................49 3. Pendidikan ..............................................................................50
C. Pengetahuan Responden ................................................................50 D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD ...........................51 E. Hasil Analisis Bivariat ...................................................................52
1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue Terhadap Praktik Pencegahan Demam
xiv
2. Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat .......................................................................52
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat 1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang
Barat ........................................................................................60 a. Umur ..................................................................................60 b. Pendidikan ..........................................................................60 c. Jenis Kelamin .....................................................................61
2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat .......................62
3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencagahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat .........63
B. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat ...............................................................64
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................66
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................68 B. Saran. ...........................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Hal
2.1 Kerangka Teori………………………………………......... 34
3.1 Kerangka Konsep………………………………….............. 35
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Hal
2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF
atau DSS………………………………………………… 17
3.1 Definisi Operasional……………………………………..36
4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat
tahun 2013……………………………………………….39
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di
RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di
RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013……….49
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013…….50
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2013……………………………..50
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik
Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan
Pamulang Barat Tahun 2013……………………………..51
5.7 Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan
No. 3 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 5……………52
5.8 Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan
No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 1……………53
5.9 Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan
No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 2……………54
5.10 Tabel Silang 5.10 Hubungan Item Pertanyaan
xvii
No. 5 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 3……………55
5.11 Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan
No. 6 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 11……………56
5.12 Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan
No. 7 Pengetahuan dan Pertanyaan Praktik 15……………57
5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap
Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue………….58
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 Kuisoner Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 Hasil SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak
ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa
tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DBD didaerah
urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama
kesehatan masyarakat internasional (World Health Organization , 2012).
Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis
diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk
didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan
50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap
tahunnya. (WHO, 2012)
Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan
mengalami epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat
ini penyakit demam berdarah menjadi endemik di berbagai negara di kawasan
Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia tenggara dan Pasifik Barat yang
merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus
demam berdarah di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta
kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)
Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembaban
udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti
Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah
2
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Hal tersebut menyebabkan
masalah kesehatan karena terdapat banyak daerah endemik sehingga jumlah
penderita semakin meningkat dan penyebaran pun semakin meluas ke wilayah
lain dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. (Widoyono,
2008).
Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DBD dapat
berpengaruh terhadap perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja,
waktu pendidikan maupun biaya selama perawatan penderita DBD selama
sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan berdampak
terhadap tingginya angka kesakitan dan meningkatkan resiko terjadinya
kematian penderita DBD jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes
RI, 2011)
Departemen kesehatan RI (2009) menyatakan seiring dengan
meluasnya daerah endemik DBD, angka terjadinya kasus demam berdarah di
Indonesia meningkat yaitu terhitung dari Januari – Oktober 2009, Demam
Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita
sebanyak 121.423 orang (CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan
periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81).
Dari kasus yang dilaporkan selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang
menunjukkan kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal),
DKI Jakarta (26.326 kasus 33 meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147
meninggal), Jawa Tengah (15.328 kasus, 202 meninggal), Kalimantan Barat
(5.619 kasus, 114 meninggal), Bali (5.334 kasus, 8 meninggal), Banten (3.527
kasus, 50 meninggal), Kalimantan Timur (2.758 kasus, 34 meninggal),
3
Sumatera Utara (2.299 kasus, 31 meninggal), dan Sulawesi Selatan (2.296
kasus, 20 meninggal). Dan terdapat Beberapa provinsi yang mengalami
peningkatan kasus dibandingkan tahun 2008 adalah Jambi, Bangka Belitung,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi
Barat dan Papua.
Departemen kesehatan RI (2013) menyatakan angka kesakitan
penderita DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2012 adalah 34,3%
sedangkan data tahun 2011 adalah 26,67%. Data tahun 2010 adalah 65.70% .
Dinas kesehatan Tangerang Selatan tahun 2011, melaporkan bahwa 5
kasus DBD tertinggi sepanjang tahun 2011 berada di wilayah kecamatan
Pamulang yaitu sebanyak 75 kasus, disusul oleh puskesmas Benda Baru
dengan kasus DBD sebanyak 59, puskesmas Kampung Sawah dengan kasus
DBD sebanyak 44, puskesmas Rawa Buntu kasus DBD sebanyak 44, dan
puskesmas Ciputat Timur kasus DBD sebanyak 42, kemudian pada tahun 2012
kasus DBD tertinggi masih berada pada puskesmas Pamulang yaitu sebanyak
81 kasus, puskesmas Kampung Sawah 78 kasus, puskesmas Rawa Buntu 48
kasus, puskesmas Ciputat Timur 47 dan puskesmas Pondok Jagung 45 kasus
DBD.
Puskesmas Pamulang yang mempunyai 4 kelurahan sebagai binaan
yaitu Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Pamulang timur, Kelurahan
Pondok Cabe Ilir dan Kelurahan Pondok Cabe Udik. Sepanjang tahun 2011
dilaporkan berjumlah 75 kasus DBD yang tersebar di Kelurahan Pamulang
Barat sebagai Kelurahan terbanyak dengan kasus DBD yaitu sebanyak 36
kasus, Kelurahan Pamulang Timur sebanyak 26 kasus, Kelurahan Pondok Cabe
4
Udik 11 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir terdapat 2 kasus DBD. Tahun
2012 terjadi peningkatan kasus menjadi 81 kasus yaitu Kelurahan Pamulang
Barat sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan
Pondok Cabe Udik 25 kasus dan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan terhitung
sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu Kelurahan
Pamulang Barat 9 kasus, Pamulang Timur 7 kasus, Pondok Cabe Udik 9 kasus
dan Pondok Cabe Ilir 2 kasus. Hal ini menandakan bahwa kelurahan Pamulang
Barat merupakan salah satu daerah dengan kasus DBD tertinggi di wilayah
binaan Puskesmas Pamulang.
Seiring dengan semakin banyaknya kasus DBD, pemerintah membuat
beberapa kebijakan terhadap pencegahan DBD yaitu dengan meningkatkan
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor yang dilakukan
dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui
surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh
masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan
menekankan kegiatan 3M plus (mengubur kaleng kaleng bekas, menguras
tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air
dengan rapat serta penggunaan bubuk abate). Keberhasilan terhadap kegiatan
PSN ini dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih
atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau
dikurangi. (Depkes RI, 2010)
Pemerintah juga menambahkan kegiatan upaya promosi kesehatan
dengan membentuk Desa Siaga, dimana masyarakat desa dilatih untuk
5
memiliki pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mencegah vektor
penyakit dan Neglected Tropical Disease (NTD serta pemerintah melibatkan
peranan kader Jumantik (juru pemantau jentik ) yang bertugas untuk
mengawasi kegiatan PSN yang dilaksanakan dimasyarakat setempat untuk
meningkatkan partisipasi dan peranan masyarakat agar memperoleh derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dapat direalisasikan melalui
pembentukan kader Jumantik ini. (Depkes RI, Dirjen P2PL, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et al (2011) menyatakan
Bahwa, perilaku dari masyarakat akan sangat menentukan tingkat kesehatan
dari masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang baik akan memberikan
dampak yang baik bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku masyarakat yang
tidak baik akan berdampak buruk bagi kesehatannya. Tercatatnya Kota
Pekanbaru sebagai daerah endemis DBD, diperkirakan ada keterkaitannya
dengan perilaku masyarakat dalam PSN-DBD, hal ini dibuktikan dari hasil
penelitian bahwa perilaku masyarakat dalam melaksanakan PSN-DBD yang
kurang baik tercatat sebesar 43% sehingga masih ditemukannya keberadaan
jentik nyamuk yang merupakan indikator dari potensi terjangkitnya masyarakat
terhadap DBD, penelitian ini menyebutkan Angka Bebas Jentik di Kecamatan
Pekan Baru Kota masih tergolong rendah, yaitu 92% dibanding nilai standar
yang ditentukan oleh Departement Kesehatan yaitu lebih atau sama dengan
95% diharapkan penularan dapat dicegah atau dikurangi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wardani (2012) tentang pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan praktik ibu
6
dalam pencegahan DBD menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut
menunjukan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan
kelompok yang diberikan intervensi penyuluhan kesehatan tentang DBD
diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna yaitu
peningkatan pengetahuan terhadap DBD, sedangkan pada kelompok kontrol
terlihat tidak ada perubahan bermakna, diketahui nilai P= 0,4. Peningkatan
pengetahuan yang diperoleh dari kelompok intervensi tersebut juga diikuti
dengan peningkatan dalam melaksanakan praktik pencegahan DBD, yaitu
diketahui nilai P <0,001 yang berarti terjadi perbedaan yang bermakna setelah
dilakukan penyuluhan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi
perubahan yang bermakna diketahui nilai P= 0,2.
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa salah satu strategi dalam
meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan informasi untuk
mencapai hidup sehat salah satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan
pada masyarakat. Pengetahuan yang diperoleh tersebut akan menyebabkan
seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Rogers
(1974) dalam Fitriani (2011) menjelaskan bahwa, perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan
pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hal
penting bagi seseorang sebelum melakukan tindakan kesehatan karena dengan
adanya pengetahuan maka seseorang mampu bertindak untuk meningkatkan
kesehatannya.
Berdasarkan data- data tersebut maka peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian tentang demam berdarah dengue (DBD) dengan judul
7
“Hubungan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam
Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”.
Penulis memilih RW 022 kelurahan Pamulang Barat sebagai tempat penelitian
karena penulis memperoleh informasi bahwa RW 022 Pamulang Barat
merupakan salah satu wilayah binaan Puskesmas Pamulang dengan kasus DBD
tertinggi sehingga penulis tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan dan
praktik masyarakat terhadap pencegahan DBD di wilayah tersebut.
B. Rumusan Masalah
WHO (2013) menjelaskan bahwa, angka terjadinya kasus DBD
mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia, diperkirakan 50-100
juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.
Negara Indonesia sebagai salah satu negara tropis merupakan daerah
endemik untuk penyakit DBD. Seiring dengan permasalahan tersebut,
pemerintah membuat beberapa kebijakan terkait pencegahan DBD melalui
pengendalian vektor yang diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992 dengan
lebih menekankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan secara
periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW, untuk Dinas
Kesehatan Tangerang Selatan sendiri telah melakukan upaya terhadap
pencegahan DBD yaitu dengan cara penyelidikan epidemiologi, kegiatan PSN,
Fogging fokus, penyuluhan tentang DBD, membentuk kader Jumantik untuk
mengawasi program PSN di masyarakat dan memeriksa keberadaan jentik
nyamuk di masyarakat, namun dari data- data yang diperoleh penulis, angka
kejadian DBD masih cukup tinggi jika di bandingkan kelurahan lain di wilayah
8
binaan Puskesmas Pamulang, maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah
Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat”.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengetahuan masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang
Barat tentang pencegahan demam berdarah dengue?
2. Bagaimana praktik masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat
terhadap pencegahan demam berdarah dengue?
3. Bagaimana hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik
pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022
kelurahan Pamulang Barat kelurahan Pamulang Barat?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan
masyarakat di RW 022 Pamulang Barat terhadap praktik pencegahan
demam berdarah dengue .
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di RW 022
kelurahan Pamulang Barat tentang pencegahan demam berdarah
dengue
b. Untuk mengetahui praktik masyarakat terhadap pencegahan demam
berdarah dengue di masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang Barat
9
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat terhadap
praktik pencegahan demam berdarah dengue pada masyarakat di RW
022 kelurahan Pamulang Barat.
E. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan program studi ilmu keperawatan dan berguna untuk
menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti terhadap masalah
kesehatan Keluarga terutama tentang DBD.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan khususnya
bidang pendidikan keperawatan komunitas.
3. Bagi PUSKESMAS
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi terhadap
gambaran pengetahuan dan praktik pencegahan DBD di kelurahan
Pamulang Barat sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi puskesmas
dalam mengembangkan usaha pencegahan DBD di wilayah kerjanya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue
1. Pengertian DBD
World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat
menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO, 2013). Sedangkan
menurut Depkes RI, DBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
Virus DBD dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk
(Aedes aegypti atau Aedes albopictus) yang terinfeksi virus DBD.
(Depkes RI, 2011)
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit
kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih
dan ruam- ruam. Demam berdarah dengue/ dengue hemorraghagic fever
(DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan
manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan
sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat
kebocoran plasma. Keadaan ini disebut dengue shock syndrome (DSS)
(Mardiana, 2010).
2. Penyebaran Penyakit DBD
Epidemi penyakit demam dengue (dengue fever/ DF) pertama kali
dilaporkan di Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini
11
disebut penyakit demam 5 hari. Wabah demam dengue terjadi pada tahun
1871- 1873 di Zanzibar kemudian di Pantai Arab dan terus menyebar ke
Samudra Hindia. Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus
demam berdarah dengue di Philipina, kemudian disusul negara- negara
lain seperti Thailand dan Vietnam. Pada dekade 60-an penyakit ini mulai
menyebar ke negara- negara Asia Tenggara, antara lain Singapura,
Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-an, penyakit ini
menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia. Dekade
80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang
dimulai dengan negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah
hingga saat ini terus menyebar luas di negara- negara tropis dan sub
tropis. (Nisa, 2007)
Kasus DBD di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat
pada 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada 1969. Kemudian,
DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Yogyakarta pada 1972.
Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada 1972 di Sumatra Barat
dan Lampung, disusul oleh daerah Riau, Sulawesi utara dan Bali,
penyebaran DBD di Indonesia semakin meluas, hingga saat ini Indonesia
menempati urutan kedua terbesar setelah Thailand dengan jumlah
penderita dan tingkat kematian yang tinggi akibat demam berdarah.
(Ginanjar, 2007)
12
3. Vektor Penyebab DBD
Mardiana (2010) menjelaskan bahwa penyebab demam dengue
dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda
antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype tersebut
terdiri dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut
Depkes RI 2012 menjelaskan bahwa dari 4 serotype tersebut yang
terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3 dan DEN-2. Infeksi
oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup
terhadap serotype tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap
serotype yang lain.
Menurut Widoyono (2008) vektor primer dan yang paling efektif
terhadap penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah
perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan subtropis, akan tetapi
distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai
pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter dan vektor
sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus (di daerah pedesaan).
Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti
aktif menggigit pada waktu pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari
(pukul 15.00–17.00). Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang
biak pada tempat- tempat penampungan air bersih yang tidak langsung
berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak mandi,
tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dll.
Menurut Hadinegoro (2004), Perkembangan hidup nyamuk
Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12
13
hari. Ginanjar (2007) menjelaskan bahwa hanya nyamuk betina yang
menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk
mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah
manusia, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh- tumbuhan.
Menurut Hadinegoro (2004), umur nyamuk Aedes aegypti betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata- rata 1½ bulan,
tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan
terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat
perkembangbiakannya. Tempat istirahat yang disukai nyamuk Aedes
aegypti adalah benda-benda yang tergantung yang ada didalam rumah,
seperti gordyn ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab,
sehingga menjadi tempat perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes
aegypti, terutama pada pemukiman penduduk yang tidak dibersihkan.
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan,
dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti. Vektor lain penyebab
demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus,
namun nyamuk ini kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam
berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini
karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan berkembangbiak dikebun
atau semak- semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia
dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada didalam dan
disekitar rumah. (Hadinegoro, 2004)
14
4. Faktor- Faktor Resiko pada DBD
Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DBD,
termasuk juga antibodi- pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan
faktor risiko untuk terkena DHF, tidak semua tipe virus berpotensi
menimbulkan epidemi atau mengakibatkan kasus yang parah. Usia dan
genetik pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DBD. Walaupun
DBD dapat dan memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya
ditemukan pada anak- anak yang berusia kurang dari 15 tahun, dan bukti
tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa kelompok di masyarakat
mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom pecahnya pembuluh darah
daripada kelompok lainnya. (WHO, 2005)
5. Siklus Penularan DBD
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang
menjadi terinfeksi saat menghisap darah dari manusia yang sedang sakit
dan viremia (terdapat virus dalam darah). Virus berkembang dalam tubuh
nyamuk selama 8-10 hari, sehingga kelenjar air liur nyamuk menjadi
terinfeksi dan virus dapat disebarkan ketika nyamuk menggigit dan
menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Dalam tubuh
manusia, virus akan berkembang selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya
akan sakit DBD, tergantung dari status imunitas setiap individu, ada yang
mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada
yang sama sekali tanpa gejala sakit, meskipun tidak mengalami tanda dan
15
gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue selama
satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan
tampak gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu
makan, dan gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam
kulit (Widoyono, 2008).
6. Patogenesis DBD
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue
tersebut akan masuk kedalam sirkulasi darah dengan masa inkubasi virus
terjadi selama 3-15 hari (rata-rata 7-10 hari). Selama masa inkubasi, virus
akan memperbanyak diri dengan cara replikasi. (Nasronudin, 2007)
WHO (2005) menjelaskan bahwa patogenesis DHF menyebabkan
perubahan pada fisiologis manusia yaitu:
a. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan
kebocoran plasma, hipovolemia dan syok. DHF memiliki ciri yang
unik karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan
peritoneum selain itu periode kebocoran cukup singkat (24-48 jam).
b. Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia
sehingga terjadi berbagai jenis manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan yang konstan
pada pasien DHF. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan C5a naik.
Mekanisme aktivasi komplemen tidak diketahui. Keberadaan kompleks
imun juga dilaporkan pada beberapa kasus DHF, tetapi kontribusi
16
kompleks antibodi-antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien
DHF belum berhasil diperlihatkan. (WHO, 2005)
Berdasarkan hipotesis, tingkat keparahan DHF jika dibandingkan
dengan DF dapat ditunjukkan melalui peningkatan multiplikasi virus
dalam makrofag oleh antibodi heterotipik akibat infeksi dengue
sebelumnya. Walaupun begitu ada bukti yang memperlihatkan bahwa
faktor virus dan respon imun yang diperantarai sel juga terlibat dalam
patogenesis DHF. (WHO, 2005)
7. Macam-macam DBD
Menurut Hoirunnisa (2007), infeksi virus dengue dapat bersifat
asimptomatik atau mengakibatkan penyakit demam biasa (sindrom
virus), demam dengue (DF), atau demam berdarah dengue (DHF)
termasuk sindrom syok dengue (DSS).
17
Berikut ini adalah perbedaan dari demam biasa (sindrom virus), demam dengue (DF), dan demam berdarah
dengue (DHF) atau sindrom syok dengue (DSS):
Tabel 2.1 Perbandingan Demam biasa, demam dengue, DHF atau DSS
Demam biasa Demam dengue DHF atau DSS
Usia Bayi, anak- anak, dan dewasa Anak dan dewasa Anak <15 tahun paling banyak dan
dewasa
Gejala awal Sama seperti demam biasa
akibat virus lain
Sakit kepala, sakit punggung,
malaise, awitan tiba- tiba selama
5-7 hari, peningkatan suhu tajam
(39- 40˚C) disertai menggigil dan
kemerahan pada wajah
Peningkatan suhu tiba- tiba dapat
mencapai 40˚C, kemerahan wajah,
anoreksia, muntah, sakit kepala,
nyeri otot dan sendi, bisa terjadi
kejang demam.
Gejala umum Ruam makupopular Nyeri retroorbital, fotofobia,
anoreksia, konstipasi, nyeri, ruam
Sakit tenggorokan, faring merah,
perdarahan, hepatomegali,
18
Sumber: WHO (2005)
kulit pada wajah, leher dan dada,
ptekie (+)
kegagalan sirkulasi.
Hemostasis Normal Normal Penurunan trombosit
Perjalanan penyakit Terjadi akibat infeksi virus
dengue pertama kali
Berbeda- beda antar individu Peningkatan permeabilitas
pembuluh darah mengakibatkan
kebocoran plasma, hipovolemia
dan syok
19
8. Manifestasi Klinis DBD
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari
sindrom virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal
sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi. (Mardiana,
2010)
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah
pada kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38˚C, badan terasa lemah dan
lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati,
dan muntah. Dapat pula disertai pendarahan seperti mimisan dan buang
air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga
100.000/mm3 (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan gejala DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
a. Derajat 1 : demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu- satunya
manifestasi perdarahan adalah dengan melakukan tes torniquet
positif.
b. Derajat 2 : gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan
perdarahan spontan , perdarahan dapat terjadi di kulit maupun
perdarahan lain.
c. Derajat 3 : kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang
cepat dan lemah, hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi
gelisah.
d. Derajat 4 : syok berat yang ditandai dengan nadi yang tidak
teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada
penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. (WHO, 2005)
20
9. Diagnosa DBD
Rentang variasi klinis infeksi virus dengue sedemikian luas, maka
WHO (2005), membuat kriteria diagnosis DBD yang dapat ditegakkan
bila semua hal dibawah ini terpenuhi:
a. Demam: awalnya akut, cukup tinggi dan kontinu yang berlangsung
selama 2 sampai 7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan pada uji tourniquet positif, petekie,
purpura, ekimosis, epitaksis, gusi berdarah dan hematemesis atau
melena.
c. Pembesaran hati (hepatomegali) tampak pada beberapa tahap
penyakit.
d. Syok ditandai dengan denyut yang cepat dan lemah disertai tekanan
denyut yang menurun atau hipotensi, kulit lembap, dingin dan
gelisah.
e. Trombositopenia (100.000/ mm3 atau kurang)
f. Hemokonsentrasi; peningkatan jumlah hematokrit sebanyak 20%
atau lebih.
Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan
hemokonsentrasi cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DBD. Efusi
pleura yang tampak melalui rontgen dada dan hipoalbuminemia menjadi
bukti penunjang adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna
terutama pada pasien yang anemia dan mengalami perdarahan berat.
Pada kasus syok, jumlah hematokrit yang tinggi dan trombositopenia
memperkuat diagnosis terjadinya DBD (WHO, 2005).
21
10. Penatalaksanaan DBD
Penatalaksanan kasus DBD yang efektif memerlukan keterlibatan
dokter dan perawat yang terlatih, diagnosa dini terhadap penyakit dan
dirawatnya pasien dirumah sakit sangat penting guna menurunkan angka
kematian pada pasien DBD (WHO, 2005). Adapun penatalaksanaan
tersebut meliputi:
Tindakan mandiri perawat:
a. Observasi tanda- tanda vital pasien meliputi suhu, nadi, tekanan
darah serta adanya tanda perdarahan, hepatomegali serta nyeri tekan
pada hati.
b. Pertahankan tirah baring sangat dianjurkan selama fase demam akut
c. Berikan kompres hangat pada kepala maupun axilla untuk
menurunkan suhu tubuh
d. Catat intake dan output pasien, amati terhadap adanya
ketidakseimbangan cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/ hipovolemik (muntah, diare, tampak
kehausan, turgor kulit buruk) dan anjurkan klien untuk banyak
minum, untuk mencegah dehidrasi
f. Observasi tanda dan gejala syok seperti gelisah, tangan dan kaki
terasa dingin dan terdapat sianosis sirkumoral, oliguri, denyut cepat
dan lemah atau hipotensi dll. (Hadinegoro, 2004).
22
Tindakan kolaborasi:
a. Pemberian antipiretik untuk menjaga suhu tubuh dibawah 40˚C.
Pemberian aspirin tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
gastritis, perdarahan dan asidosis sebaiknya berikan parasetamol.
b. Pemberian cairan intra vena (sebagai contoh cairan kristaloid
maupun cairan koloid) jumlah cairan diberikan tergantung dari
derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit serta diperhatikan umur
dan berat badan pasien.
c. Pemberian sedatif jika pasien tampak gelisah
d. Pemberian oksigen pada semua pasien yang mengalami syok
dengan menggunakan masker oksigen
e. Transfusi darah diinstruksikan pada kasus yang menampakkan
perdarahan yang signifikan dan diberikan sesuai indikasi.
f. Pemeriksaan kadar hematokrit diukur setiap dua jam selama 6 jam
pertama dan sesudahnya setiap 4 jam sampai kondisi pasien stabil
(WHO, 2005)
11. Kebijakan Pemerintah Terkait DBD
Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga saat
ini belum tersedia, maka upaya pemberantasan penyakit DBD dititik
beratkan pada pemberantasan vektor nyamuk disamping kewaspadaan
dini terhadap kasus DBD. (Hadinegoro, 2004). Tujuan dari pada program
pemberantasan vektor ialah menurunkan morbiditas dan mortalitas
penyakit DBD, mencegah dan menanggulangi KLB, meningkatkan peran
23
serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
(Widoyono (2008).
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibuatlah Kepmenkes no.
581/Tahun 1992, yang ditetapkan sebagai Program Nasional
Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu,
surveilans kasus DBD, Pemberantasan Vektor, Penatalaksanaan Kasus,
Penyuluhan, Kemitraan dalam pembentukan kelompok kerja operasional
DBD (Pokjanal DBD), peran serta masyarakat melalui pembentukan
kader juru pemantau jentik (Jumantik), Pelatihan dan Penelitian terkait
DBD.
12. Upaya Pencegahan DBD
a. Manajemen lingkungan
Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang
dapat mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor
sehingga kontak antara manusia dan vektor berkurang (WHO, 2005).
Menurut Hadinegoro (2004) menjelaskan bahwa cara yang
tepat guna menekan pertumbuhan vektor ialah dengan melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), yaitu menghindari
menggantung pakaian dikamar yang gelap dan lembab karena dapat
menjadi tempat perindukan bagi nyamuk serta meningkatkan
kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam membasmi jentik
nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M yaitu: menguras
atau membersihkan secara teratur minimal seminggu sekali, menutup
24
rapat tempat penampungan air (bak mandi, kolam hias, drum, wadah
air minum hewan, pot bunga) dan mengubur atau menyingkirkan
barang bekas (ban, kaleng serta ember bekas) yang dapat menjadi
sarang nyamuk.
b. Perlindungan diri
Pakaian mengurangi risiko tergigit nyamuk jika pakaian itu
cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang
dengan kaus kaki dapat melindungi tangan dan kaki, yang
merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan nyamuk WHO
(2005). Selain itu untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti
dapat menggunakan kelambu bila tidur, memasang kawat kassa pada
ventilasi udara, memakai obat nyamuk bakar/semprot serta obat
nyamuk oles (repellent) di dalam maupun di luar rumah pada pagi
dan sore hari (Depkes RI, 2012).
c. Abatisasi
Abatisasi dilaksanakan didesa/ kelurahan endemis terutama
disekolah dan tempat- tempat umum. Semua tempat penampungan
air dirumah dan bangunan yang ditemukan jentik nyamuk ditaburi
bubuk abate sesuai dengan dosis yaitu 10 gram abate untuk 100 liter
air (WHO, 2005).
d. Pengendalian biologis
Pengendalian secara biologis merupakan upaya pemanfaatan
agen biologi untuk pengendalian vektor DBD. beberapa agen
biologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan
25
populasi larva vektor DBD ialah ikan pemakan jentik yang terbukti
efektif dan telah digunakan salah satunya dikota Palembang adalah
ikan cupang. (Depkes RI, 2012)
Penelitian yang dilakukan oleh Taviv.Y dkk (2010), tentang
pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantauan jentik dan ikan
cupang mendapatkan hasil bahwa intervensi dengan pemanfaatan
ikan cupang plus pemantauan jentik lebih efektif untuk
meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) dan menurunkan House
Index (HI), Conteiner Index (CI), Breteau Index (BI).
e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)
Pemantauan jentik berkala yang dilakukan setiap 3 bulan di
rumah dan di tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala
dirumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sebagai sampel
untuk setiap desa/ kelurahan. Hasil PJB ini diinformasikan pihak
kesehatan kepada kepala wilayah/ daerah setempat sebagai evaluasi
dan dasar penggerakan masyarakat dalam PSN DBD dan diharapkan
angka bebas jentik (ABJ) setiap kelurahan desa dapat mencapai lebih
95% akan dapat menekan penyebaran penyakit DBD (Hadinegoro,
2004). Depkes RI (2012) mengungkapkan salah satu kebijakan
pemerintah di dalam pengendalian DBD yaitu dengan melibatkan
warga yang ditugaskan menjadi kader jumantik dalam mengawasi
kegiatan PSN DBD. Kader Jumantik adalah juru pemantau jentik
yang bertugas memeriksa genangan-genangan air di dalam maupun
luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat
26
yang dapat menampung air, mengindentifikasi rumah-rumah yang
tidak berpenghuni dan mengajak pemilik rumah untuk berpartisipasi
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur. Penelitian
yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2009) menjelaskan bahwa terjadi
peningkatan ABJ dan penurunan HI, BI, dan CI dengan
memberdayakan jumantik dalam mengawasi kegiatan pelaksanaan
PSN dimasyarakat di dua kelurahan kota Palu, Sulawesi Tengah.
f. Fogging Fokus
Fogging fokus merupakan kegiatan menyemprotkan
insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa dan merupakan salah
satu cara yang cukup banyak dipakai di Indonesia, namun cara ini
kurang efektif karena hanya dapat membunuh nyamuk dewasa pada
suatu wilayah dengan radius 100-200 meter di sekitarnya dan efektif
hanya untuk satu sampai dua hari. Kegiatan fogging ini tidak dapat
membunuh larva nyamuk.
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku menurut Suryani (2003) dalam Fitriani (2011) merupakan
aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya, sedangkan menurut
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku ialah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas mulai dari berjalan, bicara, menangis, tertawa, dapat
27
disimpulkan bahwa perilaku merupakan tindakan yang dilakukan
seseorang setelah orang tersebut mendapatkan rangsangan atau stimulus.
2. Teori Stimulus- Organisme- Respon (SOR)
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa
perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Maka teori Skiner ini disebut juga dengan teori
SOR (Stimulus- Organisme- Respon) dimana stimulus terhadap
organisme kemudian organisme tersebut akan memberikan respon.
Skiner membedakan adanya 2 respon yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive merupakan respon yang muncul
karena rangsangan tertentu. Atau disebut juga dengan eliciting
stimulation atau stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti
makanan lezat merangsang keinginan untuk makan, cahaya terang
menyebabkan mata tertutup, juga mencakup perilaku emosional
seperti menagis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia.
b. Operant respons atau instrumental respon merupakan respon yang
timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu. Perangsang ini
disebut reinforcer artinya penguat. Seperti karyawan yang telah
bekerja dengan baik diberikan penghargaan atau hadiah dengan
harapan dapat meningkatkan kinerjanya.
Apabila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
28
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus sifatnya masih tertutup
(convert). Respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus bersifat terbuka dalam bentuk
tindakan nyata, yang mudah dapat diamati atau diobservasi secara
langsung oleh orang lain (Fitriani, 2011).
3. Pengertian Perilaku Kesehatan
Menurut WHO dalam Nursalam yang dimaksud dengan perilaku
kesehatan adalah aktifitas apa pun yang dilakukan oleh individu tanpa
memandang status kesehatan aktualnya maupun status kesehatan menurut
persepsi individu tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan,
melindungi atau mempertahankan kesehatannya tanpa
mempertimbangkan apakah perilaku tersebut efektif untuk mencapai
tujuan tersebut. Sedangkan menurut Skiner dalam Ayubi (2006)
menjelaskan bahwa perilaku kesehatan merupakan suatu respon individu
atau seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
29
4. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memelihara kesehatannya atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan melakukan usaha untuk penyembuhan
jika sakit.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang
terhadap pencarian pengobatan yang menyangkut upaya atau
tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan.
c. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan merupakan respon
seseorang terhadap lingkungan sehingga lingkungan tersebut tidak
mempengaruhi kesehatannya yaitu dengan cara mengelola
lingkungannya agar tidak mengganggu kesehatan diri sendiri,
keluarga maupun masyarakat. Skiner dalam Notoatmodjo (2007).
5. Domain Perilaku
Menurut Bloom (1968) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan
bahwa, pengukuran terhadap perilaku kesehatan dapat dilihat dari domain
perilaku, yakni ada pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
tindakan atau praktik (practice) ialah berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia
30
terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali suatu yang spesifik dari materi yang dipelajari.
2) Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara tepat terhadap objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan tepat.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi nyata. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penerapan hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya.
4) Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, yang berkaitan satu sama
lain.
5) Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam satu struktur organisasi dan berkaitan satu sama lain.
31
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan
pada kriteria yang dilakukan sendiri ataupun menggunakan kriteria
yang ada.
Penelitian yang dilakukan oleh Sungkar dkk (2010)
menjelaskan bahwa, intervensi melalui penyuluhan terhadap PSN
dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan masyarakat di Desa
Bayah, penelitian tersebut didapatkan hasil sebelum penyuluhan
sebanyak 11,3% pengetahuan baik, 24,5% pengetahuan cukup dan
64,2% berpengetahuan kurang namun, setelah dilakukan penyuluhan
didapatkan hasil bahwa 13,2% berpengetahuan baik, 35,8%
berpengetahuan cukup dan 50,9% berpengetahuan kurang.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Allport dalam Fitriana (2011)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu, kepercayaan
terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek dan
kecenderungan untuk bertindak.
c. Praktek atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus kemudian mengadakan
penelitian atau pendapat terhadap apa yang diketahui yang selanjutnya
diharapkan akan mempraktekkan apa yang diketahui, seperti halnya
pencegahan terhadap DBD, diperlukan praktek atau tindakan
32
masyarakat dalam upaya menekan angka kejadian DBD salah satunya
melalui kegiatan PSN- DBD.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2009) menjelaskan
bahwa upaya praktek responden dalam pencegahan DBD di Kelurahan
Kramatpela mendapatkan hasil 17,8% keluarga termasuk dalam
kategori praktek baik, 57,5% keluarga termasuk dalam tingkat
kategori praktek cukup, dan 24,7% keluarga termasuk dalam tingkat
kategori praktek kurang. Hal ini menyebabkan masih tingginya angka
kejadian DBD yang terjadi di daerah RW 09 Kelurahan Kramatpela
karena masih banyak keluarga yang tidak melaksanakan kegiatan PSN
DBD secara sungguh-sungguh. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
sebagian besar responden membiarkan pakaian kotor bergantungan di
belakang pintu, padahal hal tersebut dapat mendorong terjadinya
kejadian DBD karena nyamuk penyebab DBD menjadikan tempat
tersebut sebagai tempat transmisinya.
6. Teori Pembentukan Perilaku
Menurut teori Lawrence Green, terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi terjadinya perilaku, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang ada
dalam diri seseorang yang menyebabkan dia melakukan sesuatu, yaitu
pengetahuan, sikap, praktik, persepsi, usia, budaya dll.
b. Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan seseorang untuk berperilaku tertentu seperti adanya
33
sarana dan prasarana. Contoh: fasilitas kesehatan yang sarana tidak
mendukung (puskesmas sangat jauh dan sulit dijangkau) akan
berpengaruh pada kunjungan pelayanan kesehatan.
c. Faktor penguat atau pendukung (reinforcing factors), adalah faktor
yang memperkuat atau memberikan dukungan seseorang untuk
berperilaku,yaitu kebijakan yang ada. (Notoatmodjo, 2007)
C. Penelitian Terkait
Penelitian terkait telah dilakukan oleh Supriyanto (2011), penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan case control tentang pengetahuan, sikap dan praktik keluarga
tentang pemberantasan nyamuk (PSN) terhadap kejadian demam berdarah
dengue. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 50 responden kelompok
kasus dan 50 responden kelompok kontrol. Pengambilan data dilakukan
dengan cara wawancara menggunkan kuisioner. Hasil penelitian ini
didapatkan hasil bahwa pada responden kelompok kasus didapatkan 50%
berpengetahuan PSN buruk, 76% tidak mendukung PSN , dan 36% memiliki
praktik PSN buruk. Sedangkan pada responden kelompok kontrol didapatkan
76% berpengetahuan PSN baik, 94% mendukung PSN dan 96% memiliki
praktik PSN baik. Sehingga, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan (p= 0,007, OR= 3,17), sikap (p= 0,000, OR=
49,61), praktik (p= 0,000, OR= 13,5).
34
D. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Green dalam Notoatmodjo (2007).
Faktor predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Praktik
- Persepsi
- Usia
- Budaya
Perilaku
kesehatan
Faktor Pendukung:
- Kebijakan
Pemerintah
Faktor Pemungkin :
- Sarana dan
Prasarana
35
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat korelatif atau
menghubungkan variabel-variabel yang akan diteliti. Penelitian ini
meneliti variabel independent yaitu pengetahuan masyarakat tentang DBD,
sedangkan variabel dependent yang akan diteliti yaitu praktik pencegahan
DBD.
Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian tentang pengetahuan
masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan
demam berdarah dengue pada masyarakat di kelurahan Pamulang Barat
Variabel independent Variabel dependent
Pengetahuan
masyarakat tentang
pencegahan demam
berdarah dengue
Praktik pencegahan
demam berdarah
dengue
Bagan 3.1
36
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur
Pengetahuan
masyarakat
tentang
DBD
Pengetahuan masyarakat
tentang DBD adalah
kemampuan masyarakat dalam
mengerti tentang penyakit
DBD yang berkaitan dengan
etiologi, manifestasi dan
pencegahan DBD
Kuisioner pengetahuan DBD
Pemberian skor menggunakan
skala Guttman:
Jawaban benar = 1
Jawaban salah = 0
Baik bila skor = 6-7
Cukup bila skor = 4-5
Kurang bila skor = 0-3
Ordinal
Praktik
pencegahan
DBD
Praktik pencegahan DBD
adalah segala tindakan yang
dilakukan secara nyata dari
masyarakat untuk melakukan
pencegahan DBD yang terdiri
dari manajemen lingkungan,
perlindungan diri, abatisasi,
pengendalian biologis.
Kuisioner praktik pencegahan
DBD
Pemberian skor menggunakan
skala likert
Selalu = 3
Sering = 2
Kadang-kadang = 1
Tidak pernah = 0
Baik bila skor = 25-35
Cukup bila skor = 13-24
Kurang bila skor = 1-12
Ordinal
37
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis
penelitian yang muncul adalah:
1. Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat terhadap praktik
pencegahan demam berdarah dengue
38
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan
desain correlation, yang bertujuan untuk memperoleh hubungan pengetahuan
masyarakat tentang demam berdarah dengue terhadap praktik pencegahan
demam berdarah dengue pada masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang
Barat. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono,
2012). Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu sehingga disebut cross
sectional.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2013 pada
masyarakat di wilayah RW 022 kelurahan Pamulang Barat. Alasan peneliti
memilih RW 022 kelurahan Pamulang Barat sebagai lokasi penelitian karena
di kelurahan Pamulang Barat merupakan salah satu wilayah binaan
Puskesmas Pamulang dengan angka DBD terbanyak bila dibandingkan 3
wilayah binaan lainnya yaitu sepanjang tahun 2011 dilaporkan berjumlah 75
kasus DBD yang tersebar di empat kelurahan yaitu Kelurahan Pamulang
Barat dengan kasus DBD tertinggi yaitu sebanyak 36 kasus, Kelurahan
Pamulang Timur sebanyak 26 kasus, Kelurahan Pondok Cabe Udik 11 kasus
dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir terdapat 2 kasus DBD. Tahun 2012 terjadi
peningkatan kasus menjadi 81 kasus yaitu Kelurahan Pamulang Barat
39
sebanyak 21 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 23 kasus, Kelurahan Pondok
Cabe Udik 25 kasus dan kelurahan Pondok Cabe Ilir 12 kasus DBD dan
terhitung sampai bulan april 2013 sudah terdapat 27 kasus DBD yaitu
Kelurahan Pamulang Barat 9 kasus, Kelurahan Pamulang Timur 7
kasus,Kelurahan Pondok Cabe Udik 9 kasus dan Kelurahan Pondok Cabe Ilir
2 kasus.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi yang akan dijadikan
penelitian untuk dipelajari adalah populasi masyarakat diwilayah
Kelurahan Pamulang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat di
wilayah kelurahan Pamulang Barat yang diambil dengan menggunakan
teknik proporsionate clustering sampling. Penghitungan sample dalam
masing-masing cluster dilakukan dengan perbandingan jumlah masing-
masing RT yaitu:
40
Tabel 4.1 Jumlah masyarakat RW 022 kelurahan Pamulang Barat tahun 2013
No. RT Jumlah Kepala
Keluarga
1. 01 100
2. 02 83
3. 03 65
4. 04 200
Jumlah 448 kepala keluarga
RT 1 = ���
���× 54 = 12 orang
RT 2 = ��
���× 54 = 10 orang
RT 3 = ��
���× 54 = 8 orang
RT 4 = ���
���× 54 = 24 orang
Adapun kriteria inklusi dalam pemilihan responden yaitu:
a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah kelurahan Pamulang
Barat
b. Bersedia menjadi responden
c. Dapat membaca dan menulis
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan
rancangan penelitian yaitu rumus sampel uji beda dua proporsiyaitu:
41
Keterangan:
n = jumlah sampel
Z1-α/2 = 1,96 (derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval
dengan α sebesar 5%)
Z1- β = 1,64 (kekuatan uji pada 1-β = 95%)
P1 = 0,75 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan
kategori baik (Aztari, 2007))
P2 = 0,40 (proporsi pengetahuan tentang DBD dengan
kategori tidak baik (Mafazi, 2011))
P = (P1+P2) /2 = 0,575
1 - P = 1 – 0,575 = 0,425
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:
n = {1,96 √2 � 0.575 � 0.425 + 0.84 √0.75 � 0.25 + 0.40 � 0.6 }2
(0,75 – 0.40)2
= 49
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai
cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal:
10 % x 49= 4,9 (dibulatkan menjadi 5). Jadi, total sampel dalam
penelitian ini adalah: 49 + 5 = 54 responden.
42
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner.
Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Kuisioner A berisi tentang pengetahuan responden tentang DBD
dengan alat ukur kuisioner menggunakan skala Guttman, pemberian
skor pada kuisioner ini ialah jawaban benar diberikan skor 1 dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
b. Kuesioner B tentang praktik pencegahan DBD dengan alat ukur
kuisioner menggunakan skala Likert, pemberian skor pada kuisioner
yaitu untuk jawaban Selalu adalah 3, skor Sering adalah 2, skor
Kadang-kadang adalah 1, dan skor Tidak Pernah adalah 0.
E. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan
valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini,
beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk mengungkapkan
variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung
korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari setiap
variabel dengan total skor variabel tersebut (Hidayat, 2007).
43
Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product
Moment.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil
perhitungan r hitung. Apabila r hitung > r tabel (0, 25), maka
pertanyaan tersebut dinyatakan valid, sedangkan apabila r hitung < r
tabel, maka pertanyaan tersebut
tidak valid (Azwar, 2012).
Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal
11- 13 November tahun 2013. Uji coba dilakukan terhadap 30 orang
di wilayah Ciputat Timur dipilih karena Ciputat timur adalah termasuk
salah satu daerah dengan kasus DBD yang cukup tinggi. Hasil uji
validitas instrumen pengetahuan didapatkan 5 dari 15 pernyataan
valid. Pernyataan tidak valid adalah pernyataan no. 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8,
10, 13,14 namun pernyataan tersebut tidak dihilangkan dan tetap
diikutsertakan dalam penelitian untuk diuji kembali validitasnya. Pada
instrumen praktik didapatkan 7 dari 15 pernyataan valid. Pernyataan
tidak valid adalah pernyataan no. 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 12 namun
pernyataan tersebut tidak dihilangkan dan tetap diikutsertakan dalam
penelitian untuk diuji kembali validitasnya. Ketika penelitian dan diuji
kembali validitasnya didapatkan hasil jumlah item pernyataan pada
kuisioner pengetahuan yang tidak valid yaitu no. 1, 2, 7, 13,14 dan
pernyataan tersebut dihilangkan sedangkan untuk item pernyataan
pada kuisioner praktik terdapat pernyataan yang tidak valid yaitu no.
4, 8, 9 dan pernyataan tersebut dihilangkan.
44
2. Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran
reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus
Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Alpha Cronbach > 0,50 (Azwar, 2012). Hasil uji reabilitas pada
penelitian ini didapatkan hasil untuk variabel pengetahuan yaitu 0,404
sedangkan untuk variabel praktik yaitu 0,475, kedua instrumen ini
belum reliabel akan tetapi akan diuji kembali reabilitas kuisioner ini
pada saat penelitian. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil uji
reabilitas untuk variabel pengetahuan adalah 0,532 sedangkan untuk
variabel praktik adalah 0,72 dan keduanya valid.
F. Metode Pengumpulan Data
a. Tahap pertama yaitu peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas
untuk diserahkan ke Kelurahan Pamulang Barat dengan tembusan
Ketua RW 022. Peneliti mengumpulkan data masyarakat dari ketua
RW 022 dan membuat cluster tiap RT. Peneliti melakukan
pengacakan responden di ketua RW setempat.
b. Tahap kedua yaitu pada saat penelitian peneliti dibantu oleh 2 orang
numerator yang telah diberikan pengarahan sebelumnya untuk
45
menyebar kuisioner kepada responden yang telah dipilih secara acak
dari masing-masing cluster. Peneliti memperkenalkan diri,
menyampaikan maksud dan tujuan serta memberikan lembar
persetujuan (inform consent) untuk menjadi responden. Peneliti dan
numerator memberikan kuisioner serta menjelaskan cara mengisi
kuisioner tersebut.
c. Tahap ketiga yaitu pengolahan data. Peneliti memberikan kode pada
masing-masing kuisioner serta memberikan skor pada masing-masing
pernyataan untuk memudahkan pengolahan data, selanjutnya peneliti
memasukkan data tersebut kedalam software statistik (SPSS 18) dan
melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah
ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analysis.
G. Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika yang perlu
diperhatikan selama penelitian yaitu:
1. Lembar Persetujuan Penelitian
Lembar persetujuan ini di berikan sebelum penelitian
dilakukan agar responden mengetahui maksud, tujuan, dan manfaat
penelitian. Jika responden bersedia meneliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan penelitian, jika tidak peneliti
harus menghargai hak-hak responden.
46
2. Tanpa Nama (anonymousity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada
lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden, tetapi
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang di berikan
kepada responden
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan responden akan di jamin oleh peneliti, baik
sebuah informasi maupun masalah-masalah lainnya yang diberikan
oleh responden. (Hidayat, 2008)
H. Pengolahan Data
Pengolahan data/manajemen data terdiri dari serangkaian tahapan
yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan
analisis/interpretasi (Amran, 2012) Adapun tahap-tahap pengolahan data
meliputi:
1. Data Coding
Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasi data dan memberi
kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya
data. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data
berbentuk angka atau bilangan.
2. Data Editing
Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengecekan data yang telah diisi.
Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi
47
kelengkapan, relevansi, dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data
diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuisiner yang
terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan
dan memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuisioner sudah
terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan
cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain.
3. Data Structure
Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang dilakukan
dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan. Pada saat
mengembangkan struktur data, bagi masing-masing variabel perlu
ditetapkan: nama, skala ukur variabel, dan jumlah digit.
4. Data Entry
Data entry merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau
fasilitas analisis data. Program untuk analisis data : SPSS 18.
5. Data Clearing
Tahapan ini merupakan tahapan pemeriksaan kembali data yang
telah masuk ke dalam komputer dengan memeriksa apakah ada
kesalahan yang terjadi di dalamnya. Clearing data dapat dilakukan
dengan mengamati distribusi frekuensi atau diagram tebar tiap variabel
dan memeriksa apakah ada nilai-nilai yang menyimpang.
I. Analisa Data
Setelah dilakukan proses pengolahan/ manajemen data, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data
48
adalah agar data yang dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat
berguna untuk mengatasi masalah kesehatan (Amran, 2012). Adapun
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari satu tahap
yaitu:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian
ini analisis univariat menggunakan analisis persentase dari seluruh
responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan
menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa segi
sehingga dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis univariat
dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu
yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi
dan proporsinya. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada
variabel penelitian yang meliputi: 1) Data demografi masyarakat yang
terdiri dari umur, pendidikan, dan jenis kelamin; 2) Pengetahuan
masyarakat tentang demam berdarah dengue; 3) Praktik pencegahan
demam berdarah dengue.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua
variabel yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Budiarto,
2008) yaitu untuk melihat hubungan variabel pengetahuan dan
variabel praktik pencegahan DBD. Analisa bivariat yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu uji korelasi Spearman. Uji korelasi
49
spearman yang merupakan uji statistik yang ditujukan untuk
mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel berskala Ordinal.
Derajat kepercayaan dalam penelitian ini adalah 95% dengan α 5%,
sehingga jika nilai P <0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen, namun jika nilai P >0,05 berarti Ho diterima, artinya tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
50
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini peneliti akan menjabarkan gambaran distribusi frekuensi dari
responden yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kelurahan Pamulang Barat mempunyai jumlah penduduk sebanyak
62.301 jiwa, Pamulang Barat ini merupakan kelurahan dengan angka DBD
tertinggi di Tangerang Selatan, salah satu RW di kelurahan Pamulang Barat ini
yang menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak adalah di RW: 022 yaitu
pada tahun 2011 terdapat 3 kasus DBD, kemudian di tahun 2012 terdapat 8
kasus DBD dan terhitung sampai bulan April 2013 terdapat 2 kasus DBD. RW:
022 merupakan wilayah perumahan padat penduduk yang tertata rapi yang
terbagi menjadi 4 RT, berikut ini merupakan jumlah kepala keluarga di RW:
022 berdasarkan masing- masing RT ialah :
RT 01 = 100 kepala keluarga
RT 02 = 83 kepala keluarga
RT 03 = 65 kepala keluarga
RT 04 = 200 kepala keluarga
B. Karakteristik Responden
1. Umur
Data umur responden disajikan dalam bentuk tabel dan
menggunakan data numerik.
51
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Usia Frekuensi Presentase
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
2
5
16
16
8
6
1
3,7%
9,3%
29,6%
29,6%
14,8%
11,1%
1,9%
Total 54 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa umur responden dengan rentang
tertinggi yaitu 35-39 dan 40-44 tahun dengan jumlah 16 responden (29,6%),
dan responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur 55-59 dengan
jumlah 1 responden (1,9%).
2. Pendidikan
Pada penelitian ini peneliti membagi tingkat pendidikan responden
yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi. Tabel 5.2
menunjukan distribusi frekuensi responden menurut tingkat pendidikannya.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Tingkat pendidikan Frekuensi Prosentase %
SD/sederajat 2 3,7%
SMP/sederajat 5 9,3%
SMA/sederajat 22 40,7%
Perguruan Tinggi 25 46,3%
Total 54 100%
52
Tabel 5.2. menunjukan sebagian besar responden mempunyai tingkat
pendidikan setingkat perguruan tinggi yaitu berjumlah 25 (46,3%)
responden dan hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat
pendidikan SD yaitu berjumlah 2 (3,7%) responden.
3. Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin
digambarkan pada tabel 5.3 berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %
Laki-laki 21 38,9%
Perempuan 33 61,1%
Total 54 100%
Tabel 5.3 Menunjukan hasil bahwa dari 54 responden, mayoritas
responden berjenis kelamin perempuan, yaitu berjumlah 33 (61,1%)
sedangkan responden laki-laki hanya berjumlah 21 (38,9%).
C. Pengetahuan responden
Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada
tabel 5.4
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat
Tahun 2013
53
Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase %
Baik 37 68,5%
Cukup 16 29,6%
Kurang 1 1,9%
Total 54 100%
Tabel 5.4 merupakan data yang diperoleh dari kuisioner pernyataan
pengetahuan responden terhadap penyakit demam berdarah dengue, dapat
dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 37
(68,5%) dilanjutkan dengan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 16
(29,6%) responden dan hanya 1 (1,9%) responden yang berpengetahuan
kurang.
D. Praktik Responden Terhadap Pencegahan DBD
Pengelompokan responden berdasarkan kategori pengetahuan bisa
dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Praktik Tentang Pencegahan DBD di RW 022 Kelurahan Pamulang Barat Tahun 2013
Praktik Responden Terhadap
Pencegahan DBD Frekuensi Prosentase %
Baik 20 37,0
Cukup 30 55,6
Kurang 4 7,4
Total 54 100%
54
Tabel 5.5 merupakan data yang diperoleh dari hasil keseluruhan
kuisioner pernyataan praktik responden terhadap praktik demam berdarah
dengue, dapat dilihat bahwa mayoritas 30 (55,6%) responden melakukan
praktik pencegahan cukup, selanjutnya sebanyak 20 (37,0%) responden
melakukan praktik pencegahan termasuk dalam kategori baik dan hanya 4
(7,4%) melakukan praktik yang kurang baik.
E. Hasil Analisis Bivariat
1. Tabel Silang 5.7 Hubungan Item Pertanyaan No. 3 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik 5
Pengetahuan
Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
1 3 0 0 4 (1,8%)
27 (50%)
(5,6%) 10
(18,6%)
(0%) 5
(9,3%)
(0%) 8
(14,8%)
(7,4%) 50
(92,6%) Total 28 13 5 8 54
Tabel 5.7 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang menaburkan bubuk abate
kedalam tempat penampungan air untuk mencegah pertumbuhan jentik
nyamuk dengan variabel pernyataan praktik responden terhadap
pencegahannya, sebagian besar responden yaitu 50% mengetahui hal
tersebut akan tetapi responden tersebut tidak menaburkan bubuk abate
untuk mencegah pertumbuhan jentik ditempat penampungan air,
selanjutnya responden dengan jawaban benar tetapi menaburkan bubuk
55
abate tersebut hanya kadang- kadang berjumlah 18,6% dan untuk
responden dengan jawaban benar dan selalu menaburkan bubuk abate
kedalam tempat penampungan air hanya sebesar 14,8%.
2. Tabel Silang 5.8 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik 1
Pengetahuan
Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
3 (5,6%)
6 (11,1%)
16 (29,6%)
29 (53,7%)
54 (100%)
Total 2 6 16 29 54
Tabel 5.8 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan
pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan
menguras tempat penampungan air sedikitnya 1x dalam seminggu sebesar
53,7% responden mengetahui tentang manfaat tindakan 3M dan selalu
menguras tempat penampungan air 1x seminggu selanjutnya, 29,6%
responden mengetahui tentang manfaat tindakan 3M dengan benar dan
sering menguras tempat penampungan air 1x dalam seminggu dan untuk
responden dengan jawaban benar tentang manfaat 3M akan tetapi hanya
kadang-kadang menguras tempat penampungan air hanya sebagian kecil
yaitu 11,1% .
56
3. Tabel Silang 5.9 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik 2
Pengetahuan Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
4 (7,4%)
15 (27,8%)
4 (7,4%)
31 (57,4%)
54 (100%)
Total 4 15 4 31 54
Tabel 5.9 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan
pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan
menutup tempat penampungan air yaitu sebagian besar 57,4% responden
mengetahui manfaat 3M dan selalu menutup tempat penampungan air, dan
untuk 27,8% reponden yang mengetahui tentang manfaat DBD akan tetapi
kadang-kadang menutup tempat penampungan air, dan hanya sebagian
kecil 7,4 responden yang mengetahui manfaat 3M dan sering menutup
tempat penampungan air dan juga untuk 7,4% responden dengan jawaban
benar akan tetapi tidak menutup tempat penampungan air.
4. Tabel Silang 5.10 Hubungan Item Pertanyaan No. 5 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik
Pengetahuan Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
11 (20,4%)
7 (13%)
5 (9,2%)
31 (57,4%)
54 (100%)
Total 11 7 5 31 54
57
Tabel 5.10 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang manfaat 3M dengan
pernyataan praktik responden terhadap pencegahannya DBD dengan
mengubur barang bekas yaitu sebagian besar 57,4% menjawab benar dan
selalu melakukan tindakan pencegahan tersebut, dan untuk 20,4%
responden dengan jawaban benar akan tetapi tidak disertai dengan tindakan
pencegahannya, dan 13% responden dengan jawaban benat tetapi hanya
kadang-kadang melakukan tindakan pencegahan tersebut serta hanya
sebagian kecil 9,2% responden menjawab dengan benar dan sering
melakukan tindakan pencegahan tersebut.
5. Tabel Silang 5.11 Hubungan Item Pertanyaan No.6 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik 11
Pengetahuan Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
0 (0%)
2 (3,7%)
1 (1,9%)
0 (0%)
3 (5,6%)
13 (24%)
28 (52%)
5 (9,2%)
5 (9,2%)
51 (94,4%)
Total 13 30 6 5 54
Tabel 5.11 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang perlindungan diri terhadap
gigitan nyamuk penyebab DBD dengan pernyataan praktik responden
terhadap pencegahannya DBD dengan menggunakan obat nyamuk oles
yaitu sebagian besar 52% responden mnjawab benar akan tetapi hanya
58
melakukan praktik pencegahan tersebut dengan kadang-kadang saja, dan
untuk 24% responden menjawab dengan benar akan tetapi tidak pernah
melakukan pencegahan tersebut dan untuk 9,2% responden yang
menjawab benar dan sering menggunakan obat nyamuk oles dan hanya
sebagian kecil untuk 9,2% responden yang menjawab benar dan selalu
menggunakan obat nyamuk oles ketika tidur.
6. Tabel Silang 5.12 Hubungan Item Pertanyaan No. 7 Pengetahuan dan
Pertanyaan Praktik 15
Pengetahuan Praktik Tidak pernah
kadang sering selalu total
Salah Benar
0 (0%)
3 (5,6%)
2 (3,7%)
7 (13%)
12 (22,3%)
1 (1,8%)
12 (22,2%)
2 (3,7%)
27 (50%)
42 (77,7%)
Total 1 15 4 34 54
Tabel 5.12 menjabarkan tentang hubungan silang antara variabel
pernyataan pengetahuan masyarakat tentang fogging dengan pernyataan
penerimaan responden untuk dilakukan fogging sebagian besar 50%
responden menjawab dengan benar dan selalu bersedia jika dilakukan
penyemprotan atau fogging, dan untuk 22,2% responden yang menjawab
benar namun hanya kadang-kadang bersedia dilakukan penyemprotan
serta 13% responden menjawab salah akantetapi selalu bersedia dilakukan
fogging dan untuk 5,6% responden yang menjawab salah akan tetapi
terkadang masih bersedia dilakukan penyemprotan dan untuk 3,7%
59
responden dengan masing-masing jawaban benar dan responden yang
menjawaban salah tetapi sering dilakukan fogging .
7. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat Terhadap Praktik
Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022
kelurahan Pamulang Barat
Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Pengetahuan Praktik Total P
Value
P
tabel Kurang Cukup Baik
Kurang
Cukup
Baik
0
(0%)
1
(1,9%)
3
(5,5%)
0
(0%)
13
(24,1%)
17
(31,4%)
1
(1,9%)
2
(3,7%)
17
(31,4%)
1
(1,9%)
16
(29,6%)
37
(68,5%)
0,05 0.13
Total 4
(7,4%)
30
(55,6%)
20
(37,0%)
54
(100%)
Hasil yang diperoleh dari tabel 5.6, dapat dilihat bahwa responden
terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik dengan praktik cukup
sebanyak 17 (31,4%) responden dan responden dengan pengetahuan baik
dan praktik baik yaitu 17 (31,4) responden selanjutnya disusul dengan
responden dengan pengetahuan yang cukup dan praktik pencegahan cukup
sebanyak 13 (24,1%) responden, selanjutnya disusul dengan pengetahuan
responden dengan pengetahuan baik dan praktik pencegahan demam
berdarah yang kurang sebanyak 3 (5,5%) responden, kemudian untuk
responden dengan pengetahuan cukup dan praktik baik sebanyak 2 (3,7%)
responden dan responden dengan pengetahuan kurang dengan praktik baik
60
sebanyak 1 (1,9%) responden, pengetahuan cukup dengan praktik kurang
sebanyak 1 (1,9%) responden sedangkan untuk pengetahuan kurang dengan
praktik kurang tidak ada, dan juga untuk pengetahuan kurang dan praktik
cukup juga tidak ada.
Hasil analisa menggunakan uji korelasi Spearman didapatkan nilai
signifikan 0,13 (p value 0,05) yang menunjukan bahwa tidak ada korelasi
antara pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan demam
berdarah dengue di RW 022 Pamulang Barat.
61
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan
penelitian. Interpretasi hasil akan membahas terkait hasil penelitian yang
dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan
penelitian akan menjabarkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksaan
penelitian.
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden di RW 022 Pamulang Barat
a. Umur
Menurut teori Green menjelaskan bahwa umur merupakan
salah satu predisposing faktor terjadinya perubahan perilaku
seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia
seseorang mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan
perilaku kesehatan.
Responden dalam penelitian ini seluruhnya termasuk
kedalam kategori usia dewasa. Hasil statistik pada penelitian ini
menunjukan bahwa rata- rata usia responden adalah 41 tahun dengan
usia termuda adalah 27 tahun dan usia tertua yaitu 57 tahun.
b. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
responden mempunyai tingkat pendidikan setingkat perguruan tinggi
yaitu berjumlah 25 (46,3%) orang, diikuti dengan responden yang
62
berpendidikan setingkat SMA yaitu berjumlah 22 (40,7%) orang dan
hanya sebagian kecil responden yang berpendidikan setingkat SMP
sebanyak 5 (9,3%) orang dan terakhir responden yang berpendidikan
SD yaitu 2 (3,7%) orang. Tingginya tingkat pendidikan responden
dalam penelitian ini sebanding dengan tingginya pengetahuan
responden terkait DBD yang menunjukan bahwa, sebagian
responden berpengetahuan baik yaitu 37 responden (68,5%).
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada
diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat mendorong
terhadap tindakan pencegahan DBD. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya, begitu pula sebaliknya.
c. Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 33 responden (61,1%) dan responden laki- laki hanya
berjumlah 21 orang (38,9%).
Menurut teori Green menjelaskan bahwa jenis kelamin
merupakan salah satu predisposing faktor terjadinya perubahan
perilaku seseorang. Akan tetapi, hasil yang diperoleh dalam
penelitian menunjukan tidak ada perbedaan signifikan antara jenis
kelamin dengan pengetahuan dan praktik responden tentang DBD.
63
2. Gambaran Pengetahuan Masyarakat tentang Demam Berdarah
Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan melalui panca indera manusia
terhadap suatu objek. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, sehingga dengan
adanya pengetahuan yang baik maka akan menimbulkan kesadaran dan
membuat seseorang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki.
Hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan yang baik yaitu 37 responden (68,5%),
sedangkan untuk responden dengan pengetahuan yang cukup berjumlah
16 responden (29,6%) dan hanya sebagian kecil responden dengan
pengetahuan kurang yaitu 1 responden (1,9%).
Hasil penelitian yang diperoleh tersebut, sejalan dengan pendapat
Notoatmodjo yang menjelaskan bahwa terbentuknya pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, tersedianya
media informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi (Notoatmodjo,
2007). Hasil statistik pada penelitian ini menunjukan bahwa tingginya
pengetahuan dengan kategori baik pada 37 responden (68,5%) terhadap
DBD sebanding dengan tingginya jenjang pendidikan yang ditempuh
oleh responden yaitu sejumlah 25 orang responden (46,3%)
berpendidikan setingkat perguruan tinggi dan 22 orang responden
(40,7%).
64
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009),
yang menyatakan bahwa sebagian besar reponden tentang DBD termasuk
dalam kategori baik yaitu sebesar 66 (90,4%) responden, tingginya
pengetahuan responden tersebut, didukung oleh jenjang pendidikan yang
ditempuh oleh responden yang cukup tinggi yaitu 31 responden (42,5%)
menyatakan bahwa tingkat pendidikannya setara SLTA/ sederajat.
3. Gambaran Praktik Masyarakat Terhadap Pencegahan Demam
Berdarah Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden
melakukan praktik pencegahan DBD dengan cukup baik yaitu sebesar 30
orang (55,5%) sedangkan untuk responden dengan praktik pencegahan
baik juga berjumlah 20 orang (37,0%) dan untuk responden dengan
praktik pencegahan yang kurang baik hanya sebagian kecil yaitu 4 orang
(3,7%). Tingginya pengetahuan responden tentang DBD tersebut tidak
diiringi dengan pelaksanaan tindakan/ praktik pencegahan DBD sehingga
kasus DBD di wilayah RW 022 masih cukup tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009) yang
menyatakan meskipun tingkat pengetahuan responden termasuk dalam
kategori baik yaitu sebesar 66 responden (90,4%), akan tetapi dalam
upaya melakukan praktek atau tindakan pencegahan DBD dengan
kategori baik hanya sebagian kecil yaitu 13 responden (17,8%), hal ini
menyebabkan masih tingginya angka kejadian DBD di RW 09 Kelurahan
65
Kramatpela karena masih banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak
melaksanakan kegiatan PSN DBD secara sungguh-sungguh.
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat tentang Demam
Berdarah Dengue dan Praktik Pencegahan Demam Berdarah
Dengue di RW 022 Pamulang Barat
Hasil uji statistik dalam penelitian dengan menggunakan
spearman corellation didapatkan P = 0,13 r = 0,20 dengan P value 0,05
yang menunjukan tidak ada hubungan antara variabel pengetahuan
masyarakat tentang demam berdarah dengue dan variabel praktik
pencegahan demam berdarah dengue.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat (2009),
yang menyatakan meskipun tingkat pengetahuan responden termasuk
dalam kategori baik (90,4%) akan tetapi dalam pelaksanaan praktik
pencegahan DBD, hanya 17,8% responden yang melakukan praktik
pencegahan DBD dengan baik, sehingga menyebabkan masih tingginya
angka kejadian DBD di RW 09 Kelurahan Kramatpela karena masih
banyak keluarga didaerah tersebut yang tidak melaksanakan kegiatan
PSN DBD secara sungguh-sungguh.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori notoatmodjo (2007)
yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
maka akan berpengaruh terhadap upaya peningkatan perilaku kesehatan.
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa tingkat
66
pengetahuan dalam diri seseorang terbagi menjadi 6 tahapan yaitu tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Dalam penelitian
ini, pengetahuan responden hanya sebatas kepada tahap memahami
(comprehension) yaitu responden telah paham dan mengetahui secara
umum tentang penyebab, tanda gejala serta tindakan pencegahan DBD
akan tetapi responden belum mencapai tahap aplikasi (aplication) yaitu
menggunakan kemampuan dari materi atau pengetahuan yang telah
dipahami pada situasi atau kondisi yang nyata untuk mencegah penyakit
DBD, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menjelaskan bahwa
pengetahuan 37 responden (68,5%) terhadap DBD termasuk dalam
kategori baik. Akan tetapi, yang melakukan praktik terhadap pencegahan
DBD dengan kategori baik hanya sebesar 20 responden (37,0%) dari total
keseluruhan 54 orang responden, hal ini yang menyebabkan masih
tingginya kasus DBD yang terjadi di wilayah Pamulang Barat khususnya
di RW 022 karena masih banyak masyarakat yang belum melakukan
praktik pencegahan DBD dengan baik.
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Pengetahuan yang
positif tidak menjamin terjadinya sikap dan tindakan yang positif pada
seseorang, ada hal lain yang menjadi faktor pemungkin terhadap
pembentukan perilaku seperti sarana dan prasarana maupun tersedianya
faktor pendukung melalui kebijakan pemerintah yang dapat
67
mempengaruhi seseorang untuk bersikap dan bertindak. (Notoatmodjo,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Chadijah dkk (2009) menjelaskan
bahwa pentingnya faktor pendukung melalui kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pemberantasan
sarang nyamuk, terlebih jika hal tersebut difasilitasi dengan adanya
pembentukan dan pelatihan kader JUMANTIK yang bertugas dalam
mengawasi kegiatan PSN dimasyarakat, terbukti dalam hasil penelitian
ini menjelaskan bahwa kader JUMANTIK tersebut memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap terhadap peningkatan angka bebas
jentik yaitu, pada saat survei jentik awal tanpa peran serta kader
JUMANTIK sebesar 68% dan setelah dilakukan pembentukan dan
pelatihan kader JUMANTIK untuk melakukan pemeriksaan jentik
berkala didapatkan peningkatan angka bebas jentik yaitu 89%. Hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya
pembentukan dan pelatihan kader JUMANTIK dapat memotivasi
masyarakat untuk melakukan kegiatan PSN yang berguna untuk
mencegah terjadinya DBD.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Adanya kemungkinan bias dalam penilaian praktik pencegahan DBD di
masyarakat RW 022 Pamulang Barat. Hal ini dikarenakan peneliti tidak
68
mengobservasi secara langsung melainkan hanya mengajukan
pertanyataan terkait praktik DBD menggunakan kuisioner.
2. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa praktik
penccegahan DBD bisa jadi bukan hanya dipengaruhi oleh pengetahuan
masyarakat tentang DBD, melainkan bisa juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain.
69
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran karakteristik masyarakat di RW 022 Pamulang Barat yang
menjadi responden dalam penelitian ini yaitu: presentase jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan masing-masing sebesar 38,9% dan
61,1%, umur berkisar antara 27-57 tahun, presentase pendidikan
responden adalah perguruan tinggi 46,3%, diikuti dengan responden
yang berpendidikan setingkat SMA 40,7% dan hanya sebagian kecil
responden yang berpendidikan setingkat SMP 9,3% dan terakhir
responden yang berpendidikan SD yaitu 3,7%.
2. Sebagian besar dari 68,5% responden mempunyai pengetahuan
dengan kategori baik tentang DBD. Hal ini sesuai dengan tingkat
pendidikan yang ditempuh oleh responden yang menyatakan sebagian
besar responden berlatar belakang pendidikan setingkat perguruan
tinggi.
3. Sebagian besar dari 55,6% responden hanya melakukan praktik
pencegahan DBD dengan cukup, hal ini tidak sejalan dengan
tingginya tingkat pengetahuan responden terhadap DBD karena pada
pelaksanaannya praktik pencegahan DBD responden hanya sebatas
cukup, hal ini dikarenakan, responden hanya menggunakan
70
pengetahuan yang dimilikinya hanya sebatas pada tahap memahami
(comprehension) akan tetapi responden belum mencapai tahap
aplikasi (aplication) untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit
DBD
4. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada hubungan antara variabel
pengetahuan masyarakat tentang demam berdarah dengue dan variabel
praktik pencegahan demam berdarah dengue (P = 0,13 r = 0,20).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam
mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan praktik
pencegahan DBD dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengobservasi secara langsung terhadap praktik pencegahan DBD
yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat membuat suatu kebijakan terkait
dengan pengawasan terhadap praktik pencegahan DBD seperti
memfasilitasi penyediaan kader juru pemantau jentik (JUMANTIK),
sehingga dapat memantau secara langsung praktik pencegahan DBD
pada masyarakat diwilayah kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC. 2010.
Amran, Yuli. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Jakarta: FKIK UIN Ciputat. 2012.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Ayubi, Dian., Fajar Ariyanti., Fase Badriah. Modul Pendidikan Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006 Aztari, Fenny. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat
Mengenai Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Aur Kuning Bukit Tinggi. Padang: Universitas Andalas. 2007
Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2012 Budiarto. Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC. 2008 Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian Kedokteran: Sebuah Pengantar.
Jakarta: EGC. 2002
CDC. Dengue and The Aedes albopictus Mosquito. Diakses pada tanggal 08 Januari 2013 pada jam 22.24 WIB dari URL http://www.cdc.gov/dengue/resources/30Jan2012/albopictusfactsheet.pdf.
CDC. Dengue and The Aedes Aegypti Mosquito. Diakses pada tanggal 08
Januari 2013 pada jam 22.24 dari URL http://www.cdc.gov/dengue/resources/30Jan2012/aegyptifactsheet.pdf.
Chadijah, Siti., Rosmini., Halimuddin. Peningkatan Peran Serta
Masyarakat dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD) di Dua Kelurahan di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Media Litbang Kesehatan Vol. 21 (2). 2011.
Christensen, Paula J., Janet W. Kenney. Proses Keperawatan: Aplikasi
Model Konseptual, 4th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
Dahlan, M. Sopiyudi. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika. 2010.
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan
edisi ke 4. Jakarta: Salemba Medika. 2009. Depkes RI. Gerakan Indonesia Cinta Sehat Pembangunan Kesehatan
dengan Upaya Promotive- Preventive dengan Tidak Mengabaikan Kuratif dan Rehabilitatif. Jakarta. 2012. Di akses pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2052-gerakan-indonesia-cinta-sehat-pembangunan-kesehatan-dengan-upaya-promotif-preventif-dengan-tidak-mengabaikan-kuratif-dan-rehabilitatif.html.
Depkes RI. Indonesia Prakarsai Pengendalian DBD di Asean. Diakses
pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1542-indonesia-prakarsai-pengendalian-dbd-di-asean.html.
Depkes RI. Kampanye “Tepat Tangani Demam Melalui Pelatihan Kader
Jumantik” sebagai Wujud Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan Glaxosmithkline dalam Upaya Turunkan Kasus DBD diakses pada tanggal 27 Maret 2013 pada jam 14.22 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1539-kampanye-ayo-stop-dbd-peran-serta-masyarakat-dalam-upaya-memberantas-dbd.html.
Depkes RI. Pemberantasan Demam Berdarah Membutuhkan Komitmen
Semua Pihak diakses pada tanggal 27 Maret 2013 pada jam 15.20 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1547-pemberantasan-demam-berdarah-membutuhkan-komitmen-semua-pihak.html.
Depkes RI.Penanggulangan NTD Merupakan Hak Asasi Manusia Cegah
Morbiditas, Mortalitas dan Cacat. Jakarta. 2012. Di akses pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 12.30 WIB dari URL http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2065-penanggulangan-ntd-merupakan-hak-asasi-manusia-cegah-morbiditas-mortalitas-dan-cacat-.html.
Depkes RI. Waspada Demam Berdarah Dengue.Jakarta.2012.Diakses
pada tanggal 07 Januari 2013 pada jam 14.22 WIB dari URL http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/439-waspada-demam-berdarah-dengue.html.
Efendi, Ferry & Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Fitriani Sinta. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. Ginanjar Genis. Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam
Berdarah. Jakarta : PT. Mizan Publika.. 2007. Hadinegoro Sri Rejeki. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2004. Hardiyanti, W., Mulyani, A., Daryono. Analisis Perilaku Masyarakat
Terhadap Angka Bebas Jentik dan Demam Berdarah di Kecamatan Pekanbaru Kota Riau. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol. 5 (1).2011.
Hidayat,A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.2008. Hidayat, Ahmad Nur. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktek Keluarga
Tentang Pencegahan DBD di Rw 09 Kelurahan Kramatpela Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tahun 2009. (SKRIPSI). Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah. 2009.
Mardiana Ratna. Panduan Lengkap Kesehatan: Mengenal, Mencegah dan
Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogjakarta : Citra Pustaka. 2010.
Mafazi, Muhammad Atras. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Siswa SD Kelas 4-6 Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Pencegahannya di SD Islam Ruhama Tahun 2011. (SKRIPSI). Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah. 2011.
Nasronudin. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang.
Surabaya : Airlangga University Press. 2007. Nisa Hoirun. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Jakarta. 2007. Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Rineka Cipta. 2007. Notoatmodjo Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta. 2007. Nurbaeti, Irma & Waras Budi Utomo. Metodologi Penelitian dalam
Bidang Keperawatan. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syahid Jakarta. 2010.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Pangemanan Jane., Nelwan Jeini. Perilaku Masyarakat Tentang Program
Pemberantasan Penyakit DBD di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (1), h. 45- 50. 2012.
Setiadi. Konsep Penelitian Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graham
Ilmu. 2007. Sarwono., Marsito., Hastuti, A T. Hubungan Antara Persepsi Masyarakat
Tentang Menguras, Mengubur, dan Menutup (3M) dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Selokerto Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol. 5 (2). 2009.
Suprajitno. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003. Sungkar, Saleha., Winita, Rawina., Kurniawan, Agnes. Pengaruh
Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat dan Kepadatan Aedes aegypti di Kecamatan Bayah Provinsi Banten. Makara Kesehatan. Vol. 14 (2). 2010.
Taviv, Y., Saikhu, A., Sitorus, H. Pengendalian DBD Melalui
Pemanfaatan Pemantauan Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 38 (4). 2010.
Who. Dengue and severe dengue. Diakses pada tanggal 24 desember 2012
pada jam 20.01 WIB dari URL http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.
Widoyono. PENYAKIT TROPIS; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga. 2008.
Lampiran 1
INFORM CONSENT
Tangerang, Juni 2013
Nama : Ummi Zulaikhah
NIM : 109104000037
Assalamualaikum wr. wb.
Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan,
sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue Terhadap Praktik Pencegahan
Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat di RW 022 kelurahan Pamulang
Barat” dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan
dan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pernyataan terkait dengan penelitian
yang akan peneliti lakukan. Peneliti berharap Bapak/ Ibu/ Saudara/i bersedia
meluangkan waktu untuk mengisi lembar kuisioner ini dengan sejujur-jujurnya
dan peneliti menjamin akan merahasiakan data-data maupun jawaban yang
diperoleh dari penelitian ini. Jika bersedia menjadi responden dalam penelitian ini,
harap menandatangani lembar persetujuan ini.
Atas kerja sama dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i, peneliti ucapkan
terima kasih.
Tertanda
Responden
Lampiran 2
KUISIONER PENELITIAN
Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Demam Berdarah Dengue
Terhadap Praktik Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Masyarakat
di RW 022 kelurahan Pamulang Barat
A. Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah semua pernyataan yang tertera di lembar kuisioner ini dengan
seksama.
2. Pilihlah salah satu kolom yang tersedia dengan memberi tanda
checklist (√) sesuai dengan Bapak/ Ibu/ Saudara/i lakukan dengan
sejujur-jujurnya.
3. Jika dalam menjawab pernyataan lembar kuisioner ini terjadi
kesalahan dalam pengisian, harap jawaban yang salah tersebut di coret
dan ganti dengan jawaban yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ i anggap paling
benar atau sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
4. Bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti silakan tanyakan langsung
pada peneliti
B. Data Demografi
1. Nomor responden : (diisi oleh peneliti)
2. Pendidikan terakhir kepala keluarga
a. Tidak sekolah
b. Sekolah Dasar (SD)
c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Sederajat
d. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sederajat
e. Perguruan Tinggi
3. Jenis Kelamin
a. Laki- laki
b. Perempuan
4. Usia
a. 25-29
b. 30- 34
c. 35-39
d. 40-44
e. 45-49
f. 50- 54
g. 55-59
C. Pernyataan tentang pengetahuan responden terhadap DBD
No. Pernyataan Pengetahuan Ya Tidak
1. Nyamuk Aedes aegypty dapat berkembang biak
pada tempat penampungan air kotor seperti
selokan
2. Menggantung baju dalam kamar dapat menjadi
tempat bersarangnya nyamuk Aedes aegypty
3. Menaburkan bubuk abate pada tempat
penampungan air dapat mengurangi pertumbuhan
jentik nyamuk
4. Menguras bak mandi/ tempat penampungan air
sebaiknya dilakukan 1x dalam seminggu
5. Upaya pencegahan DBD dapat dilakukan dengan
memperbaiki kondisi lingkungan salah satunya
yaitu 3M (menguras, menutup rapat tempat
penampungan air dan mengubur barang bekas)
6. Menggunakan obat nyamuk oles atau
menggunakan obat nyamuk semprot dapat
menghindari diri dari gigitan nyamuk
7. Kegiatan pengasapan atau fogging bertujuan
hanya untuk membunuh nyamuk dewasa
D. Pernyataan tentang praktik responden terhadap DBD
Beri tanda ceklist (√) pada kolom jawaban sesuai dengan tindakan yang
anda lakukan.
No. Pernyataan Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1. Saya menguras dan
membersihkan tempat
penampungan air
sedikitnya 1 kali dalam
seminggu
2. Saya menutup tempat
penampungan air
3. Saya mengubur barang-
barang bekas yang tidak
terpakai (kaleng-kaleng
bekas/ ban bekas)
4. Saya menaburkan
bubuk abate pada
tempat penampungan
air
5. Saya memelihara ikan
pemakan jentik pada
tempat penampungan
air
6. Saya memakai baju dan
celana panjang untuk
menghindari gigitan
nyamuk
7. Saya menggunakan
obat nyamuk
bakar/semprot
8. Saya menggunakan
obat nyamuk oles
9. Saya senantiasa
melakukan pemeriksaan
jentik nyamuk pada
tempat-tempat
penampungan air
10. Saya tidak membiarkan
ada genangan air di
sekitar rumah saya
11. Saya tidak membiarkan
ranting pohon
berserakan di halaman
rumah saya
12. Saya bersedia dilakukan
pengasapan/ fogging
jika terdapat kasus
DBD dilingkungan saya
HASIL PENELITIAN
UNIVARIAT
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid SD 2 3.7 3.7 3.7
SMP 5 9.3 9.3 13.0
SMA 22 40.7 40.7 53.7
PT 25 46.3 46.3 100.0
Total 54 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 21 38.9 38.9 38.9
Perempuan 33 61.1 61.1 100.0
Total 54 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 25-29 2 3.7 3.7 3.7
30-34 5 9.3 9.3 13.0
35-39 16 29.6 29.6 42.6
40-44 16 29.6 29.6 72.2
45-49 8 14.8 14.8 87.0
50-54 6 11.1 11.1 98.1
55-59 1 1.9 1.9 100.0
Total 54 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 1 1.9 1.9 1.9
cukup 16 29.6 29.6 31.5
baik 37 68.5 68.5 100.0
praktik new
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 4 7.4 7.4 7.4
cukup 30 55.6 55.6 63.0
baik 20 37.0 37.0 100.0
Total 54 100.0 100.0
Tabel silang item pengetahuan 2 dan praktik 4
praktik 4
Total tidak pernah kadang sering selalu
pengetahuan 2 salah Count 2 4 2 4 12
Expected Count
2.2 5.6 2.0 2.2 12.0
benar Count 8 21 7 6 42
Expected Count
7.8 19.4 7.0 7.8 42.0
Total Count 10 25 9 10 54
Expected Count
10.0 25.0 9.0 10.0 54.0
Tabel silang item pengetahuan 3 dan praktik 5
praktik 5
Total tidak pernah kadang sering selalu
pengetahuan 3 salah 1 3 0 0 4
benar 27 10 5 8 50 Total 28 13 5 8 54
Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik
praktik 1
Total Tidak Pernah Kadang Sering Selalu
pengetahuan5 Benar 3 6 16 29 54 Total 3 6 16 29 54
Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik 2
praktik 2
Total tidak pernah Kadang sering selalu
pengetahuan5 Benar 4 15 4 31 54 Total 4 15 4 31 54
Tabel silang item pengetahuan 5 dan praktik 3
praktik 3
Total tidak pernah Kadang sering selalu
pengetahuan5 Benar 11 7 5 31 54 Total 11 7 5 31 54
Tabel silang item pengetahuan 6 dan praktik 11
praktik 11
Total tidak pernah kadang sering selalu
pengetahuan 6 salah 0 2 1 0 3
benar 13 28 5 5 51 Total 13 30 6 5 54
Tabel silang item pengetahuan 7 dan praktik 15
praktik 15
Total tidak pernah Kadang sering selalu
pengetahuan 7 salah 0 3 2 7 12
benar 1 12 2 27 42 Total 1 15 4 34 54
BIVARIAT
Crosstab pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan DBD
Pengetahuan * praktik new Crosstabulation
Count
praktik new
Total kurang cukup baik
Pengetahuan Kurang 0 0 1 1
cukup 1 13 2 16
baik 3 17 17 37
Total 4 30 20 54
Hubungan pengetahuan masyarakat terhadap praktik pencegahan DBD
Correlations
Pengetahuan praktik new
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .206
Sig. (2-tailed) . .136
N 54 54
praktik new Correlation Coefficient .206 1.000
Sig. (2-tailed) .136 .
Correlations
Pengetahuan praktik new
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .206
Sig. (2-tailed) . .136
N 54 54
praktik new Correlation Coefficient .206 1.000
Sig. (2-tailed) .136 .
N 54 54
Hasil uji validitas praktik
correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7
p1 Pearson
Correlation
1 .579** .388
** -.296
** .003 -.218
* .240
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .981 .046 .028
N 84 84 84 84 84 84 84
p2 Pearson
Correlation
.579** 1 .483
** -.204 -.074 .063 .384
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .063 .501 .569 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
p3 Pearson
Correlation
.388** .483
** 1 -.161 .182 .168 .388
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .144 .097 .126 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
p4 Pearson
Correlation
-.296** -.204 -.161 1 .087 .190 -.047
Sig. (2-tailed) .006 .063 .144 .434 .083 .672
N 84 84 84 84 84 84 84
p5 Pearson
Correlation
.003 -.074 .182 .087 1 .122 .078
Sig. (2-tailed) .981 .501 .097 .434 .270 .482
N 84 84 84 84 84 84 84
p6 Pearson
Correlation
-.218* .063 .168 .190 .122 1 .167
Sig. (2-tailed) .046 .569 .126 .083 .270 .130
N 84 84 84 84 84 84 84
p7 Pearson
Correlation
.240* .384
** .388
** -.047 .078 .167 1
Sig. (2-tailed) .028 .000 .000 .672 .482 .130
N 84 84 84 84 84 84 84
p8 Pearson
Correlation
-.219* -.123 .055 .009 -.243
* -.157 -.222
*
Sig. (2-tailed) .045 .265 .618 .933 .026 .154 .043
N 84 84 84 84 84 84 84
p9 Pearson
Correlation
-.135 -.042 .124 -.120 -.076 .096 -.025
Sig. (2-tailed) .220 .704 .262 .279 .491 .386 .824
N 84 84 84 84 84 84 84
p10 Pearson
Correlation
.035 .218* .279
* .138 .088 .250
* .278
*
Sig. (2-tailed) .749 .046 .010 .211 .426 .022 .010
N 84 84 84 84 84 84 84
p11 Pearson
Correlation
.113 .169 .382** -.092 .228
* .127 .107
Sig. (2-tailed) .306 .125 .000 .405 .037 .249 .333
N 84 84 84 84 84 84 84
p12 Pearson
Correlation
.214 .078 .424** .022 .280
** .212 .344
**
Sig. (2-tailed) .051 .481 .000 .841 .010 .053 .001
N 84 84 84 84 84 84 84
p13 Pearson
Correlation
.217* .420
** .285
** -.136 .141 .149 -.026
Sig. (2-tailed) .047 .000 .009 .218 .200 .176 .812
N 84 84 84 84 84 84 84
p14 Pearson
Correlation
.092 .344** .273
* .002 .120 .125 .056
Sig. (2-tailed) .406 .001 .012 .986 .278 .255 .611
N 84 84 84 84 84 84 84
p15 Pearson
Correlation
.162 .345** .043 .015 .160 -.053 .092
Sig. (2-tailed) .141 .001 .695 .890 .146 .633 .403
N 84 84 84 84 84 84 84
Jumlah Pearson
Correlation
.364** .604
** .738
** .079 .364
** .375
** .498
**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .475 .001 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Correlations
p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14
p1 Pearson Correlation -.219* -.135 .035 .113 .214 .217
* .092
Sig. (2-tailed) .045 .220 .749 .306 .051 .047 .406
N 84 84 84 84 84 84 84
p2 Pearson Correlation -.123 -.042 .218* .169 .078 .420
** .344
**
Sig. (2-tailed) .265 .704 .046 .125 .481 .000 .001
N 84 84 84 84 84 84 84
p3 Pearson Correlation .055 .124 .279* .382
** .424
** .285
** .273
*
Sig. (2-tailed) .618 .262 .010 .000 .000 .009 .012
N 84 84 84 84 84 84 84
p4 Pearson Correlation .009 -.120 .138 -.092 .022 -.136 .002
Sig. (2-tailed) .933 .279 .211 .405 .841 .218 .986
N 84 84 84 84 84 84 84
p5 Pearson Correlation -.243* -.076 .088 .228
* .280
** .141 .120
Sig. (2-tailed) .026 .491 .426 .037 .010 .200 .278
N 84 84 84 84 84 84 84
p6 Pearson Correlation -.157 .096 .250* .127 .212 .149 .125
Sig. (2-tailed) .154 .386 .022 .249 .053 .176 .255
N 84 84 84 84 84 84 84
p7 Pearson Correlation -.222* -.025 .278
* .107 .344
** -.026 .056
Sig. (2-tailed) .043 .824 .010 .333 .001 .812 .611
N 84 84 84 84 84 84 84
p8 Pearson Correlation 1 -.016 -.023 -.172 -.101 -.117 -.146
Sig. (2-tailed) .887 .832 .118 .362 .289 .185
N 84 84 84 84 84 84 84
p9 Pearson Correlation -.016 1 -.075 .008 -.077 -.158 -.290**
Sig. (2-tailed) .887 .499 .945 .485 .152 .007
N 84 84 84 84 84 84 84
p10 Pearson Correlation -.023 -.075 1 .215* .284
** .130 .184
Sig. (2-tailed) .832 .499 .050 .009 .239 .095
N 84 84 84 84 84 84 84
p11 Pearson Correlation -.172 .008 .215* 1 .286
** .177 .153
Sig. (2-tailed) .118 .945 .050 .008 .108 .166
N 84 84 84 84 84 84 84
p12 Pearson Correlation -.101 -.077 .284** .286
** 1 .342
** .178
Sig. (2-tailed) .362 .485 .009 .008 .001 .106
N 84 84 84 84 84 84 84
p13 Pearson Correlation -.117 -.158 .130 .177 .342** 1 .594
**
Sig. (2-tailed) .289 .152 .239 .108 .001 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
p14 Pearson Correlation -.146 -.290** .184 .153 .178 .594
** 1
Sig. (2-tailed) .185 .007 .095 .166 .106 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
p15 Pearson Correlation -.146 -.096 .182 .207 .081 .149 .331**
Sig. (2-tailed) .185 .386 .097 .059 .465 .175 .002
N 84 84 84 84 84 84 84
Jumlah Pearson Correlation -.096 -.007 .555** .494
** .611
** .489
** .470
**
Sig. (2-tailed) .383 .949 .000 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
Correlations
p15 jumlah
p1 Pearson Correlation .162 .364**
Sig. (2-tailed) .141 .001
N 84 84
p2 Pearson Correlation .345** .604
**
Sig. (2-tailed) .001 .000
N 84 84
p3 Pearson Correlation .043 .738**
Sig. (2-tailed) .695 .000
N 84 84
p4 Pearson Correlation .015 .079
Sig. (2-tailed) .890 .475
N 84 84
p5 Pearson Correlation .160 .364**
Sig. (2-tailed) .146 .001
N 84 84
p6 Pearson Correlation -.053 .375**
Sig. (2-tailed) .633 .000
N 84 84
p7 Pearson Correlation .092 .498**
Sig. (2-tailed) .403 .000
N 84 84
p8 Pearson Correlation -.146 -.096
Sig. (2-tailed) .185 .383
N 84 84
p9 Pearson Correlation -.096 -.007
Sig. (2-tailed) .386 .949
N 84 84
p10 Pearson Correlation .182 .555**
Sig. (2-tailed) .097 .000
N 84 84
p11 Pearson Correlation .207 .494**
Sig. (2-tailed) .059 .000
N 84 84
p12 Pearson Correlation .081 .611**
Sig. (2-tailed) .465 .000
N 84 84
p13 Pearson Correlation .149 .489**
Sig. (2-tailed) .175 .000
N 84 84
p14 Pearson Correlation .331** .470
**
Sig. (2-tailed) .002 .000
N 84 84
p15 Pearson Correlation 1 .403**
Sig. (2-tailed) .000
N 84 84
Jumlah Pearson Correlation .403** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pengetahuan
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8
p1 Pearson Correlation 1 .a .203 -.038 -.100 -.012 -.012 -.136
Sig. (2-tailed) . .064 .731 .367 .913 .913 .216
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p2 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . . .
Hasil Uji Reabilitas Praktik
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.729 13
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p3 Pearson Correlation .203 .a 1 .273
* -.091 .203 -.059 -.148
Sig. (2-tailed) .064 . .012 .409 .064 .592 .180
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p4 Pearson Correlation -.038 .a .273
* 1 .304
** .317
** -.038 .042
Sig. (2-tailed) .731 . .012 .005 .003 .731 .703
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p5 Pearson Correlation -.100 .a -.091 .304
** 1 .121 -.100 .241
*
Sig. (2-tailed) .367 . .409 .005 .274 .367 .027
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p6 Pearson Correlation -.012 .a .203 .317
** .121 1 -.012 -.136
Sig. (2-tailed) .913 . .064 .003 .274 .913 .216
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p7 Pearson Correlation -.012 .a -.059 -.038 -.100 -.012 1 -.136
Sig. (2-tailed) .913 . .592 .731 .367 .913 .216
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p8 Pearson Correlation -.136 .a -.148 .042 .241
* -.136 -.136 1
Sig. (2-tailed) .216 . .180 .703 .027 .216 .216
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p9 Pearson Correlation -.091 .a -.214 .185 .274
* .133 -.091 .216
*
Sig. (2-tailed) .413 . .051 .092 .012 .227 .413 .048
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p10 Pearson Correlation -.049 .a .369
** .258
* .107 .245
* -.049 -.164
Sig. (2-tailed) .657 . .001 .018 .333 .024 .657 .137
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p11 Pearson Correlation -.030 .a .292
** .053 .212 -.030 -.030 -.061
Sig. (2-tailed) .783 . .007 .630 .053 .783 .783 .582
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p12 Pearson Correlation -.045 .a .186 .079 -.029 .269
* -.045 .050
Sig. (2-tailed) .686 . .090 .477 .791 .013 .686 .653
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p13 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p14 Pearson Correlation -.021 .a .049 -.067 -.175 -.021 -.021 -.108
Sig. (2-tailed) .849 . .656 .547 .112 .849 .849 .329
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p15 Pearson Correlation -.057 .a .203 .101 .108 .210 -.057 -.115
Sig. (2-tailed) .605 . .064 .363 .327 .055 .605 .299
N 84 84 84 84 84 84 84 84
Jumlah Pearson Correlation -.031 .a .422
** .539
** .549
** .373
** -.099 .304
**
Sig. (2-tailed) .778 . .000 .000 .000 .000 .372 .005
N 84 84 84 84 84 84 84 84
Correlations
p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 Jumlah
p1 Pearson Correlation -.091 -.049 -.030 -.045 .a -.021 -.057 -.031
Sig. (2-tailed) .413 .657 .783 .686 . .849 .605 .778
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p2 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p3 Pearson Correlation -.214 .369** .292
** .186 .
a .049 .203 .422
**
Sig. (2-tailed) .051 .001 .007 .090 . .656 .064 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p4 Pearson Correlation .185 .258* .053 .079 .
a -.067 .101 .539
**
Sig. (2-tailed) .092 .018 .630 .477 . .547 .363 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p5 Pearson Correlation .274* .107 .212 -.029 .
a -.175 .108 .549
**
Sig. (2-tailed) .012 .333 .053 .791 . .112 .327 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p6 Pearson Correlation .133 .245* -.030 .269
* .
a -.021 .210 .373
**
Sig. (2-tailed) .227 .024 .783 .013 . .849 .055 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p7 Pearson Correlation -.091 -.049 -.030 -.045 .a -.021 -.057 -.099
Sig. (2-tailed) .413 .657 .783 .686 . .849 .605 .372
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p8 Pearson Correlation .216* -.164 -.061 .050 .
a -.108 -.115 .304
**
Sig. (2-tailed) .048 .137 .582 .653 . .329 .299 .005
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p9 Pearson Correlation 1 -.043 -.135 .079 .a -.028 .101 .435
**
Sig. (2-tailed) .695 .222 .474 . .800 .359 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p10 Pearson Correlation -.043 1 .000 .091 .a -.086 .156 .402
**
Sig. (2-tailed) .695 1.000 .409 . .436 .157 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p11 Pearson Correlation -.135 .000 1 .151 .a -.053 .306
** .347
**
Sig. (2-tailed) .222 1.000 .170 . .630 .005 .001
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p12 Pearson Correlation .079 .091 .151 1 .a -.079 .284
** .427
**
Sig. (2-tailed) .474 .409 .170 . .477 .009 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p13 Pearson Correlation .a .
a .
a .
a .
a .
a .
a .
a
Sig. (2-tailed) . . . . . . .
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p14 Pearson Correlation -.028 -.086 -.053 -.079 .a 1 .369
** .063
Sig. (2-tailed) .800 .436 .630 .477 . .001 .567
N 84 84 84 84 84 84 84 84
p15 Pearson Correlation .101 .156 .306** .284
** .
a .369
** 1 .546
**
Sig. (2-tailed) .359 .157 .005 .009 . .001 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
Jumlah Pearson Correlation .435** .402
** .347
** .427
** .
a .063 .546
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 . .567 .000
N 84 84 84 84 84 84 84 84
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Uji Reabilitas Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.538 5
Skor Pengetahuan
nores
pengetahuan Skor total 1 2 3 4 5 6 7
1 0 1 1 0 1 1 1 5
2 1 1 0 0 1 1 0 4
3 1 1 1 1 1 1 1 7
4 1 1 1 1 1 1 1 7
5 1 1 1 1 1 0 0 5
6 0 1 1 1 1 1 0 5
7 1 1 1 1 1 1 1 7
8 1 1 1 1 1 1 1 7
9 0 1 1 1 1 1 1 6
10 1 1 1 1 1 1 1 7
11 1 1 1 1 1 1 1 7
12 0 1 1 1 1 1 1 6
13 0 1 1 1 1 1 1 6
14 1 0 1 1 1 1 1 6
15 1 1 1 1 1 0 0 5
16 0 1 1 1 1 1 1 6
17 0 1 1 1 1 0 0 4
18 0 1 1 1 1 1 1 6
19 1 1 1 1 1 1 1 7
20 1 1 1 1 1 1 1 7
21 0 1 1 0 1 1 1 5
22 1 1 1 1 1 1 1 7
23 1 1 1 1 1 1 1 7
24 1 1 1 1 1 1 1 7
25 1 1 1 1 1 1 1 7
26 1 1 1 1 1 1 1 7
27 1 1 1 1 1 1 1 7
28 1 1 0 1 1 1 1 6
29 1 1 1 1 1 1 1 7
30 1 0 1 1 1 1 0 5
31 1 0 1 0 1 1 0 4
32 1 1 1 1 1 1 1 7
33 1 1 1 1 1 1 1 7
34 0 0 1 1 1 1 0 4
35 0 0 1 1 1 1 1 5
36 1 0 1 1 1 1 1 6
37 0 0 1 0 1 1 0 3
38 1 1 1 1 1 1 1 7
39 0 0 1 1 1 1 1 5
40 1 1 0 1 1 1 1 6
41 1 0 1 1 1 1 1 6
42 1 0 1 0 1 1 1 5
43 0 1 1 1 1 1 1 6
44 1 1 1 0 1 1 0 5
45 0 1 1 1 1 1 1 6
46 0 1 1 1 1 1 1 6
47 1 0 1 1 1 1 1 6
48 0 1 1 1 1 1 1 6
49 1 1 1 0 1 1 0 5
50 0 1 1 1 1 1 1 6
51 0 1 1 1 1 1 1 6
52 0 1 1 1 1 1 1 6
53 0 1 1 1 1 1 1 6
54 1 0 0 1 1 1 0 4
Skor praktik
Nores
pengetahuan
Total skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 3 3 0 3 3 3 3 3 3 3 3 31
2 3 3 3 0 0 3 3 1 3 3 3 3 28
3 3 3 3 0 0 2 2 0 1 2 2 1 19
4 2 2 3 2 0 2 1 1 2 1 3 3 22
5 2 1 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 23
6 3 3 3 0 1 1 2 1 2 3 3 1 23
7 2 2 3 1 1 0 3 3 3 3 3 3 27
8 3 1 2 3 1 2 2 1 3 2 2 2 24
9 2 2 3 3 0 2 2 0 2 2 3 3 24
10 1 1 0 1 0 0 3 0 0 3 3 3 15
11 2 1 2 0 3 1 2 1 3 3 3 0 21
12 0 0 0 0 0 1 3 1 0 0 3 3 11
13 2 1 3 0 2 1 1 0 3 3 3 1 20
14 3 3 3 3 0 3 3 2 3 3 3 3 32
15 1 3 1 1 3 2 3 0 1 3 3 3 24
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 7
17 3 3 0 1 0 1 1 0 0 3 3 3 18
18 3 3 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 13
19 3 3 0 0 0 0 1 1 0 3 3 3 17
20 2 1 0 0 0 1 1 1 0 1 2 3 12
21 2 1 1 0 0 2 3 1 1 1 1 1 14
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 1 7
23 1 3 1 1 3 2 3 0 1 3 3 3 24
24 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 18
25 2 1 3 3 0 3 0 3 3 3 3 3 27
26 3 1 1 0 0 1 0 1 3 3 3 0 16
27 1 0 2 3 0 1 0 2 3 3 2 0 17
28 2 3 3 1 1 3 3 3 1 3 3 3 29
29 3 3 3 0 0 3 1 1 2 3 3 1 23
30 3 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 3 11
31 2 1 1 1 0 1 0 0 1 2 0 2 11
32 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23
33 3 3 3 1 0 3 1 1 3 3 3 3 27
34 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23
35 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23
36 3 3 3 1 0 1 1 1 1 3 3 3 23
37 3 3 3 1 0 1 3 3 2 3 3 3 28
38 3 3 1 1 0 1 3 2 2 3 1 1 21
39 3 3 3 0 0 1 0 3 3 3 3 3 25
40 3 3 3 3 0 1 1 2 2 3 3 3 27
41 3 3 3 1 0 1 1 3 1 3 3 3 25
42 1 0 1 3 0 1 2 1 2 2 2 2 17
43 1 0 1 2 0 1 2 3 1 1 1 1 14
44 3 3 3 1 0 1 3 3 1 3 3 3 27
45 2 3 3 1 3 1 2 1 3 3 3 3 28
46 3 3 3 3 0 1 1 1 1 3 3 3 25
47 3 3 1 1 0 3 1 1 0 2 3 3 21
48 3 3 0 2 0 3 1 0 2 3 3 3 23
49 3 0 1 1 0 0 2 0 2 2 2 3 16
50 2 3 1 1 0 1 3 3 1 3 3 3 24
51 1 0 1 1 0 1 2 0 1 2 3 3 15
52 3 3 3 1 0 1 2 1 0 3 3 3 23
53 3 2 0 2 0 3 1 0 1 3 3 3 21
54 3 1 3 1 0 1 3 3 3 3 3 3 27
top related