hepar.pdf

Post on 01-Jan-2016

145 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

hepar pdf

Transcript

TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL

HEIRMAYANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

ABSTRAK

HEIRMAYANI Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol Dibimbing oleh DEWI RATIH AGUNGPRIYONO dan SRI ESTUNINGSIH Parasetamol adalah obat yang digunakan secara meluas di masyarakat Digolongkan obat yang berlabel bebas terbatas bisa dibeli secara bebas Penggunaannya kadang menyalahi aturan pakai yang tertera pada pembungkus obat tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek parasetamol dosis normal optimum selama 6 minggu pada organ hati mencit Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi informasi dasar tentang toksikopatologi hati akibat obat-obatan kimiawi Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit yang diberi 500 mg 50 kgBB parasetamol intragastric Parameter histopatologi hati yang dipakai adalah dengan menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan yang mengalami nekrosa pada kelompok yang diberi parasetamol Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Tukey (α = 005) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan pertambahan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum menyebabkan terjadinya peningkatan lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratifnya menurun Kata kunci Parasetamol hepatotoksikopatologi toksikopatologi hati

ABSTRACT

HEIRMAYANI Toxicopathology of mice liver (Mus musculus) received paracetamol Under the direction of DEWI RATIH AGUNGPRIYONO and SRI ESTUNINGSIH

Paracetamol is drugs that common used widely by many people Paracetamol classify as limited free labling drugs so that everybody can it without prescription Many people use this drug sometimes were not follow the direction written on the label The aim of this research was to study the effect of normal optimum dose of paracetamol for 6 weeks application within mice liver Thirty six mice were used in this research and given 500 mg 50kgBW of paracetamol intragastrically Histopathology parameters that used to evaluate the hepatocytes lesion is to count the percentage of lesion degeneration and necrosis exist The data then were analysed statistically using Analysis of Variance (ANOVA) continued by Tukey test (α = 005) The result showed as the time of paracetamol application increase there were also increase of necrosis hepatocytes percentage while the percentage of degeneration hepatocytes were decreased Key words Paracetamol hepatotoxicopathology liver toxicopathology

TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL

HEIRMAYANI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol

Nama Heirmayani NRP B04103128

Disetujui

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929

Diketahui

Wakil Dekan FKH IPB

Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090

Tanggal Lulus 20 September 2007

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini

adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian

Parasetamol

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono

PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh

Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko

Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan

terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di

Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian ini

Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada

Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh

mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa

mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai

saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan

semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna

dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima

kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran

tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta

seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat

disebutkan namanya satu-persatu

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Bogor Juli 2007

Heirmayani

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

Nuryani

Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

(20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN i x

PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

KESIMPULAN DAN SARAN 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

3 Hasil Analisis Statistik 39

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

(HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

2

Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

musculus)

Hipotesa

H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

normal optimum

TINJAUAN PUSTAKA

Hati

Anatomi dan Histologi Hati

Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

bagian kirinya (Ganong 2003)

Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

4

empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

Fisiologi Hati

Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

5

masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

Toksikopatologi Hati

Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

secara sempurna

Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

degenerasi hidropis (Cheville 1999)

Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

6

diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

7

1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

tanpa batas-batas lobuler yang jelas

2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

jarang terjadi pada hewan

5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

hepatitis toksik akut

Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

8

Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

diduga memiliki efek imunomodulator

3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

Karakteristik dan Data Biologis Mencit

Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

9

ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

(Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

dengan baik

Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

Kingdom Animalia

Filum Chordata

Subfilum Vertebrata

Kelas Mamalia

Ordo Rodensia

Genus Mus

Spesies Mus musculus

Data biologis mencit

Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

Lama produksi ekonomis 9 bulan

Lama kebuntingan 19-21 hari

Kawin sesudah beranak 1-24 jam

Umur disapih 21 hari

Umur dewasa 35 hari

Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

Siklus estrus 4-5 hari

Siklus kelamin poli estrus

Lama estrus 12-14 jam

10

Perkawinan pada waktu estrus

Ovulasi dekat akhir periode estrus

Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

Berat lahir 05-10 gram

Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

Uterus bikornua bermuara di cerviks

Suhu 35-39oC

Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

anastesi naik sampai 230menit jika stress

Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

anastesi dan naik 750menit jika stress

Tekanan darah 130-160 sistol

(Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

Parasetamol (Asetaminofen)

Rumus Kimia

Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

(Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

11

analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

Acetanilide Paracetamol Aniline

Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

2006)

12

Farmakodinamik

Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

belum diketahui (Anonimus 2006)

Farmakokinetik

Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

13

parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

+

metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

14

Toksikologi

Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

(asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

(Susana 1987)

Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

(CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

15

glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

(Anonimus 2006)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

Alat dan Bahan

A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

(BNF 10)

C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

Metode

A Parasetamol

Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

B Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

17

berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

C Pembuatan Preparat Histopatologis

Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

D Parameter Pengamatan Histopatologi

Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

18

buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

lapang pandang

E Evaluasi Data

Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

Tukey (α = 005)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

Nekrosa ()

1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

20

0102030405060708090

100

k

erus

akan

hep

atos

it

P K P K P K P K P K P K

I 2 3 4 5 6

Minggu

Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

(plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

21

Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

Pathogen Free (SPF)

Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

22

biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

(NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

Gambar 5

Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

23

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

k

erus

akan

hep

atos

it

VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

1 2 3 4 5 6Minggu

Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

toksisitas yang sama terhadap sel

Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

(MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

24

hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

al 1999)

Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

(reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

(apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

25

2microm

Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

2microm

Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

26

tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

(AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

(Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

27

Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

kuning) Pewarnaan HE

Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

(panah kuning) Pewarnaan HE

28

Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

Tabel 3 dan Gambar 9

0

500

1000

1500

2000

2500

P K P K P K P K P K P K

1 2 3 4 5 6

Minggu

Jum

lah

sel r

adan

g

VSVP

Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

29

Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

klinik

Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

30

dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

(zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

lipidosis nekrosa dan fibrosis

Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

menurunkan symptom peradangan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

Saran

1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

berperan dalam metabolisme hati

DAFTAR PUSTAKA

Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

hatihtlm [21 Januari 2003]

33

Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

34

Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

(LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

LAMPIRAN

36

Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sampling organtriming darr

Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

darr Dehidrasi

Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

darr Embeding

Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

darr Mounting

Penempelan jaringan pada gelas objek darr

Staining Pewarnaan

37

Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

Xylol I 2 menit darr

Xylol II 2 menit darr

Alkohol absolut 2 menit darr

Alkohol 95 1 menit darr

Alkohol 80 1 menit darr

Cuci dengan air kran 1 menit darr

Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

Cuci dengan air kran 30 detik darr

Lithium carbonat 15-30 detik darr

Cuci dengan air kran 2 menit darr

Eosin 2-3 menit darr

Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

Alkohol 95 10 celupan darr

Alkohol absolut I 10 celupan darr

Alkohol absolut II 2 menit darr

Xylol I 1 menit darr

Xylol II 2 menit darr

Tutup dengan cover glass

Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

NORMAL Tukey HSD

Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

Descriptives HIDROPIS

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

HIDROPIS Tukey HSD

Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

Descriptives NEKROSA

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

NEKROSA Tukey HSD

Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

Descriptives

NORMAL

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

NORMAL Tukey HSD

Subset for alpha =

05

PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

Descriptives HIDROPIS

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

HIDROPIS Tukey HSD

Subset for alpha =

05

PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

Descriptives NEKROSA

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

NEKROSA Tukey HSD

PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

Descriptives RADANG

95 Confidence Interval for Mean

N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

RADANG Tukey HSD

Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

  • awalrtf
  • DAFTAR ISIdoc
  • PENDAHULUANrtf
  • TINJAUAN PUSTAKArtf
  • BAHAN DAN METODErtf
  • PEMBAHASANrtf
  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
  • DAFTAR PUSTAKArtf
  • LAMPIRANrtf
  • Lamp2rtf

    ABSTRAK

    HEIRMAYANI Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol Dibimbing oleh DEWI RATIH AGUNGPRIYONO dan SRI ESTUNINGSIH Parasetamol adalah obat yang digunakan secara meluas di masyarakat Digolongkan obat yang berlabel bebas terbatas bisa dibeli secara bebas Penggunaannya kadang menyalahi aturan pakai yang tertera pada pembungkus obat tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek parasetamol dosis normal optimum selama 6 minggu pada organ hati mencit Hasil yang diperoleh diharapkan dapat melengkapi informasi dasar tentang toksikopatologi hati akibat obat-obatan kimiawi Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit yang diberi 500 mg 50 kgBB parasetamol intragastric Parameter histopatologi hati yang dipakai adalah dengan menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan yang mengalami nekrosa pada kelompok yang diberi parasetamol Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Tukey (α = 005) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan pertambahan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum menyebabkan terjadinya peningkatan lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratifnya menurun Kata kunci Parasetamol hepatotoksikopatologi toksikopatologi hati

    ABSTRACT

    HEIRMAYANI Toxicopathology of mice liver (Mus musculus) received paracetamol Under the direction of DEWI RATIH AGUNGPRIYONO and SRI ESTUNINGSIH

    Paracetamol is drugs that common used widely by many people Paracetamol classify as limited free labling drugs so that everybody can it without prescription Many people use this drug sometimes were not follow the direction written on the label The aim of this research was to study the effect of normal optimum dose of paracetamol for 6 weeks application within mice liver Thirty six mice were used in this research and given 500 mg 50kgBW of paracetamol intragastrically Histopathology parameters that used to evaluate the hepatocytes lesion is to count the percentage of lesion degeneration and necrosis exist The data then were analysed statistically using Analysis of Variance (ANOVA) continued by Tukey test (α = 005) The result showed as the time of paracetamol application increase there were also increase of necrosis hepatocytes percentage while the percentage of degeneration hepatocytes were decreased Key words Paracetamol hepatotoxicopathology liver toxicopathology

    TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL

    HEIRMAYANI

    Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2007

    Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol

    Nama Heirmayani NRP B04103128

    Disetujui

    Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

    Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929

    Diketahui

    Wakil Dekan FKH IPB

    Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090

    Tanggal Lulus 20 September 2007

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

    Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

    penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini

    adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian

    Parasetamol

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono

    PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh

    Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko

    Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan

    terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di

    Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

    Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam

    pelaksanaan penelitian ini

    Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada

    Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh

    mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa

    mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai

    saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan

    semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna

    dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima

    kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran

    tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

    teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta

    seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat

    disebutkan namanya satu-persatu

    Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

    Bogor Juli 2007

    Heirmayani

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

    pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

    Nuryani

    Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

    sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

    (USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

    Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

    Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

    Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

    (20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

    pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR TABEL vii

    DAFTAR GAMBAR viii

    DAFTAR LAMPIRAN i x

    PENDAHULUAN 1

    TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

    BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

    HASIL DAN PEMBAHASAN 19

    KESIMPULAN DAN SARAN 31

    DAFTAR PUSTAKA 32

    LAMPIRAN 35

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

    2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

    3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

    2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

    3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

    4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

    5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

    6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

    7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

    8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

    9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

    10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

    2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

    3 Hasil Analisis Statistik 39

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

    berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

    banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

    banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

    dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

    dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

    mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

    Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

    terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

    Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

    diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

    melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

    menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

    empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

    kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

    (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

    kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

    Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

    telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

    Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

    Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

    rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

    hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

    membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

    merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

    mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

    menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

    Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

    yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

    2

    Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

    peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

    yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

    memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

    ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

    Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

    dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

    sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

    gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

    hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

    Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

    dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

    musculus)

    Hipotesa

    H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

    H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

    Manfaat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

    mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

    normal optimum

    TINJAUAN PUSTAKA

    Hati

    Anatomi dan Histologi Hati

    Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

    adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

    dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

    tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

    coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

    dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

    bagian kirinya (Ganong 2003)

    Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

    terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

    lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

    sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

    sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

    komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

    cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

    kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

    empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

    Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

    intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

    banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

    terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

    untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

    Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

    hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

    ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

    sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

    sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

    sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

    yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

    4

    empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

    terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

    tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

    menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

    afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

    mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

    menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

    merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

    Fisiologi Hati

    Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

    merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

    mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

    glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

    sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

    kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

    seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

    mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

    glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

    Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

    Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

    kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

    hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

    Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

    masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

    Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

    dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

    dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

    dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

    pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

    oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

    keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

    5

    masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

    dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

    hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

    25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

    Toksikopatologi Hati

    Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

    pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

    80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

    secara sempurna

    Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

    pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

    inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

    bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

    mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

    biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

    yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

    bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

    kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

    dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

    peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

    bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

    berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

    vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

    degenerasi hidropis (Cheville 1999)

    Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

    sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

    adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

    keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

    lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

    meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

    lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

    6

    diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

    yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

    juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

    asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

    mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

    dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

    protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

    tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

    secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

    sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

    lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

    sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

    Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

    terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

    apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

    dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

    saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

    biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

    ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

    Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

    Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

    Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

    1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

    permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

    proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

    infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

    disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

    akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

    yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

    dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

    dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

    7

    1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

    tanpa batas-batas lobuler yang jelas

    2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

    dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

    yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

    3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

    Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

    lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

    pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

    pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

    4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

    pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

    jarang terjadi pada hewan

    5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

    sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

    darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

    hepatitis toksik akut

    Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

    nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

    sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

    lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

    hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

    dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

    Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

    gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

    lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

    lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

    sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

    oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

    secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

    menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

    umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

    8

    Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

    besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

    menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

    1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

    carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

    Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

    parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

    terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

    berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

    2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

    diduga memiliki efek imunomodulator

    3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

    diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

    Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

    hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

    trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

    Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

    kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

    Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

    terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

    penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

    tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

    meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

    Karakteristik dan Data Biologis Mencit

    Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

    Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

    adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

    sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

    kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

    haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

    keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

    9

    ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

    Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

    dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

    macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

    Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

    Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

    dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

    yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

    genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

    dengan baik

    Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

    Kingdom Animalia

    Filum Chordata

    Subfilum Vertebrata

    Kelas Mamalia

    Ordo Rodensia

    Genus Mus

    Spesies Mus musculus

    Data biologis mencit

    Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

    Lama produksi ekonomis 9 bulan

    Lama kebuntingan 19-21 hari

    Kawin sesudah beranak 1-24 jam

    Umur disapih 21 hari

    Umur dewasa 35 hari

    Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

    Siklus estrus 4-5 hari

    Siklus kelamin poli estrus

    Lama estrus 12-14 jam

    10

    Perkawinan pada waktu estrus

    Ovulasi dekat akhir periode estrus

    Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

    Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

    Berat lahir 05-10 gram

    Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

    Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

    Uterus bikornua bermuara di cerviks

    Suhu 35-39oC

    Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

    anastesi naik sampai 230menit jika stress

    Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

    anastesi dan naik 750menit jika stress

    Tekanan darah 130-160 sistol

    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

    Parasetamol (Asetaminofen)

    Rumus Kimia

    Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

    ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

    antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

    Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

    (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

    berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

    pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

    parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

    walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

    kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

    Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

    tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

    parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

    Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

    11

    analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

    tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

    senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

    Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

    Acetanilide Paracetamol Aniline

    Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

    2006)

    12

    Farmakodinamik

    Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

    dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

    bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

    produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

    Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

    Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

    tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

    bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

    menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

    perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

    menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

    menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

    pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

    Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

    menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

    COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

    sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

    meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

    belum diketahui (Anonimus 2006)

    Farmakokinetik

    Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

    hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

    waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

    yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

    bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

    mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

    setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

    sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

    terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

    Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

    13

    parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

    parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

    +

    metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

    Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

    14

    Toksikologi

    Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

    dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

    nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

    menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

    kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

    Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

    BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

    Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

    lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

    dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

    (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

    dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

    bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

    memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

    (Susana 1987)

    Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

    II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

    dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

    (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

    tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

    NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

    parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

    merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

    Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

    banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

    kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

    vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

    hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

    pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

    Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

    mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

    15

    glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

    darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

    parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

    methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

    (Anonimus 2006)

    BAHAN DAN METODE

    Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

    Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

    Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

    Alat dan Bahan

    A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

    berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

    B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

    digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

    pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

    wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

    (BNF 10)

    C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

    adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

    inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

    D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

    untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

    alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

    E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

    Metode

    A Parasetamol

    Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

    50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

    B Perlakuan

    Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

    dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

    parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

    17

    berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

    kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

    sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

    6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

    Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

    untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

    kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

    pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

    palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

    BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

    minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

    masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

    kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

    C Pembuatan Preparat Histopatologis

    Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

    fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

    dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

    paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

    dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

    adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

    Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

    Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

    Institut Pertanian Bogor

    D Parameter Pengamatan Histopatologi

    Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

    perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

    sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

    pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

    hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

    seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

    18

    buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

    lapang pandang

    E Evaluasi Data

    Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

    kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

    di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

    menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

    Tukey (α = 005)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

    ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

    hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

    perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

    interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

    sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

    Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

    minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

    Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

    Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

    Nekrosa ()

    1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

    Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

    2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

    Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

    3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

    Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

    4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

    Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

    5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

    Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

    6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

    Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

    20

    0102030405060708090

    100

    k

    erus

    akan

    hep

    atos

    it

    P K P K P K P K P K P K

    I 2 3 4 5 6

    Minggu

    Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

    kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

    minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

    kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

    persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

    kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

    normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

    Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

    degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

    (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

    minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

    mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

    21

    Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

    dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

    Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

    berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

    ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

    sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

    cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

    berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

    penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

    menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

    toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

    asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

    reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

    sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

    merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

    yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

    metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

    Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

    Pathogen Free (SPF)

    Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

    cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

    sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

    secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

    minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

    kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

    minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

    waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

    persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

    di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

    22

    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

    Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

    baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

    hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

    Gambar 5

    Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

    Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

    VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

    2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

    VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

    3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

    VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

    4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

    VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

    5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

    VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

    6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

    VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

    23

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    k

    erus

    akan

    hep

    atos

    it

    VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

    1 2 3 4 5 6Minggu

    Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

    mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

    membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

    toksisitas yang sama terhadap sel

    Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

    hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

    vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

    pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

    melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

    (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

    mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

    24

    hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

    al 1999)

    Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

    (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

    apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

    kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

    potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

    menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

    membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

    masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

    sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

    merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

    Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

    darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

    maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

    (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

    maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

    terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

    atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

    mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

    termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

    seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

    fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

    masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

    Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

    dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

    limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

    mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

    pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

    histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

    25

    2microm

    Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

    2microm

    Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

    Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

    oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

    antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

    26

    tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

    Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

    gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

    digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

    adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

    (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

    digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

    tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

    Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

    bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

    (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

    Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

    di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

    sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

    sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

    menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

    lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

    kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

    sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

    sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

    sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

    perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

    dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

    sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

    pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

    yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

    pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

    27

    Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

    kuning) Pewarnaan HE

    Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

    dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

    sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

    Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

    (panah kuning) Pewarnaan HE

    28

    Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

    jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

    yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

    Tabel 3 dan Gambar 9

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    P K P K P K P K P K P K

    1 2 3 4 5 6

    Minggu

    Jum

    lah

    sel r

    adan

    g

    VSVP

    Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

    29

    Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

    Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

    Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

    Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

    Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

    2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

    Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

    Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

    Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

    3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

    Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

    Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

    Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

    4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

    Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

    Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

    Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

    5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

    Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

    Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

    Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

    6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

    Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

    Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

    Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

    Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

    berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

    Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

    kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

    antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

    klinik

    Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

    perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

    reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

    merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

    merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

    memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

    bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

    basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

    berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

    30

    dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

    bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

    dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

    membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

    yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

    mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

    darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

    Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

    (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

    batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

    lipidosis nekrosa dan fibrosis

    Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

    menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

    hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

    hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

    sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

    akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

    radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

    fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

    berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

    statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

    hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

    minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

    toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

    vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

    sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

    menurunkan symptom peradangan

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

    normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

    lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

    Saran

    1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

    waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

    penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

    2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

    berperan dalam metabolisme hati

    DAFTAR PUSTAKA

    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

    hatihtlm [21 Januari 2003]

    33

    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

    34

    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

    LAMPIRAN

    36

    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

    Sampling organtriming darr

    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

    darr Dehidrasi

    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

    darr Embeding

    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

    darr Mounting

    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

    Staining Pewarnaan

    37

    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

    Xylol I 2 menit darr

    Xylol II 2 menit darr

    Alkohol absolut 2 menit darr

    Alkohol 95 1 menit darr

    Alkohol 80 1 menit darr

    Cuci dengan air kran 1 menit darr

    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

    Cuci dengan air kran 30 detik darr

    Lithium carbonat 15-30 detik darr

    Cuci dengan air kran 2 menit darr

    Eosin 2-3 menit darr

    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

    Alkohol 95 10 celupan darr

    Alkohol absolut I 10 celupan darr

    Alkohol absolut II 2 menit darr

    Xylol I 1 menit darr

    Xylol II 2 menit darr

    Tutup dengan cover glass

    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

    NORMAL Tukey HSD

    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

    Descriptives HIDROPIS

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

    HIDROPIS Tukey HSD

    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

    Descriptives NEKROSA

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

    NEKROSA Tukey HSD

    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

    Descriptives

    NORMAL

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

    NORMAL Tukey HSD

    Subset for alpha =

    05

    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

    Descriptives HIDROPIS

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

    HIDROPIS Tukey HSD

    Subset for alpha =

    05

    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

    Descriptives NEKROSA

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

    NEKROSA Tukey HSD

    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

    Descriptives RADANG

    95 Confidence Interval for Mean

    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

    RADANG Tukey HSD

    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

    • awalrtf
    • DAFTAR ISIdoc
    • PENDAHULUANrtf
    • TINJAUAN PUSTAKArtf
    • BAHAN DAN METODErtf
    • PEMBAHASANrtf
    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
    • DAFTAR PUSTAKArtf
    • LAMPIRANrtf
    • Lamp2rtf

      TOKSIKOPATOLOGI HATI MENCIT (Mus musculus) PADA PEMBERIAN PARASETAMOL

      HEIRMAYANI

      Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

      Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

      FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

      BOGOR 2007

      Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol

      Nama Heirmayani NRP B04103128

      Disetujui

      Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

      Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929

      Diketahui

      Wakil Dekan FKH IPB

      Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090

      Tanggal Lulus 20 September 2007

      PRAKATA

      Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

      Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

      penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini

      adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian

      Parasetamol

      Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono

      PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh

      Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko

      Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan

      terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di

      Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

      Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam

      pelaksanaan penelitian ini

      Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada

      Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh

      mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa

      mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai

      saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan

      semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna

      dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima

      kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran

      tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

      teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta

      seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat

      disebutkan namanya satu-persatu

      Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

      Bogor Juli 2007

      Heirmayani

      RIWAYAT HIDUP

      Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

      pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

      Nuryani

      Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

      sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

      (USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

      Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

      Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

      Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

      (20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

      pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

      DAFTAR ISI

      Halaman

      DAFTAR TABEL vii

      DAFTAR GAMBAR viii

      DAFTAR LAMPIRAN i x

      PENDAHULUAN 1

      TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

      BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

      HASIL DAN PEMBAHASAN 19

      KESIMPULAN DAN SARAN 31

      DAFTAR PUSTAKA 32

      LAMPIRAN 35

      DAFTAR TABEL

      Halaman

      1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

      2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

      3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

      DAFTAR GAMBAR

      Halaman

      1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

      2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

      3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

      4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

      5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

      6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

      7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

      8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

      9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

      10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

      DAFTAR LAMPIRAN

      Halaman

      1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

      2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

      3 Hasil Analisis Statistik 39

      PENDAHULUAN

      Latar Belakang

      Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

      berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

      banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

      banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

      dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

      dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

      mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

      Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

      terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

      Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

      diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

      melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

      menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

      empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

      kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

      (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

      kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

      Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

      telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

      Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

      Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

      rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

      hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

      membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

      merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

      mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

      menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

      Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

      yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

      2

      Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

      peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

      yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

      memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

      ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

      Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

      dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

      sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

      gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

      hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

      Tujuan

      Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

      dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

      musculus)

      Hipotesa

      H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

      H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

      Manfaat

      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

      mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

      normal optimum

      TINJAUAN PUSTAKA

      Hati

      Anatomi dan Histologi Hati

      Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

      adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

      dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

      tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

      coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

      dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

      bagian kirinya (Ganong 2003)

      Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

      terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

      lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

      sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

      sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

      komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

      cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

      kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

      empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

      Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

      intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

      banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

      terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

      untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

      Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

      hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

      ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

      sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

      sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

      sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

      yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

      4

      empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

      terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

      tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

      menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

      afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

      mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

      menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

      merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

      Fisiologi Hati

      Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

      merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

      mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

      glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

      sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

      kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

      seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

      mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

      glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

      Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

      Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

      kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

      hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

      Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

      masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

      Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

      dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

      dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

      dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

      pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

      oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

      keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

      5

      masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

      dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

      hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

      25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

      Toksikopatologi Hati

      Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

      pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

      80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

      secara sempurna

      Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

      pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

      inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

      bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

      mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

      biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

      yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

      bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

      kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

      dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

      peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

      bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

      berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

      vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

      degenerasi hidropis (Cheville 1999)

      Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

      sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

      adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

      keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

      lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

      meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

      lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

      6

      diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

      yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

      juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

      asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

      mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

      dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

      protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

      tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

      secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

      sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

      lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

      sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

      Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

      terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

      apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

      dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

      saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

      biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

      ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

      Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

      Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

      Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

      1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

      permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

      proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

      infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

      disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

      akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

      yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

      dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

      dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

      7

      1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

      tanpa batas-batas lobuler yang jelas

      2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

      dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

      yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

      3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

      Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

      lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

      pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

      pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

      4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

      pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

      jarang terjadi pada hewan

      5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

      sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

      darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

      hepatitis toksik akut

      Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

      nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

      sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

      lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

      hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

      dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

      Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

      gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

      lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

      lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

      sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

      oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

      secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

      menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

      umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

      8

      Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

      besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

      menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

      1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

      carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

      Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

      parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

      terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

      berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

      2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

      diduga memiliki efek imunomodulator

      3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

      diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

      Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

      hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

      trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

      Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

      kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

      Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

      terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

      penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

      tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

      meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

      Karakteristik dan Data Biologis Mencit

      Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

      Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

      adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

      sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

      kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

      haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

      keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

      9

      ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

      Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

      dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

      macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

      Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

      Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

      dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

      yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

      genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

      dengan baik

      Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

      Kingdom Animalia

      Filum Chordata

      Subfilum Vertebrata

      Kelas Mamalia

      Ordo Rodensia

      Genus Mus

      Spesies Mus musculus

      Data biologis mencit

      Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

      Lama produksi ekonomis 9 bulan

      Lama kebuntingan 19-21 hari

      Kawin sesudah beranak 1-24 jam

      Umur disapih 21 hari

      Umur dewasa 35 hari

      Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

      Siklus estrus 4-5 hari

      Siklus kelamin poli estrus

      Lama estrus 12-14 jam

      10

      Perkawinan pada waktu estrus

      Ovulasi dekat akhir periode estrus

      Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

      Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

      Berat lahir 05-10 gram

      Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

      Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

      Uterus bikornua bermuara di cerviks

      Suhu 35-39oC

      Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

      anastesi naik sampai 230menit jika stress

      Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

      anastesi dan naik 750menit jika stress

      Tekanan darah 130-160 sistol

      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

      Parasetamol (Asetaminofen)

      Rumus Kimia

      Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

      ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

      antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

      Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

      (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

      berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

      pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

      parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

      walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

      kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

      Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

      tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

      parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

      Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

      11

      analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

      tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

      senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

      Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

      Acetanilide Paracetamol Aniline

      Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

      2006)

      12

      Farmakodinamik

      Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

      dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

      bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

      produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

      Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

      Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

      tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

      bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

      menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

      perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

      menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

      menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

      pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

      Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

      menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

      COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

      sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

      meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

      belum diketahui (Anonimus 2006)

      Farmakokinetik

      Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

      hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

      waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

      yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

      bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

      mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

      setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

      sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

      terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

      Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

      13

      parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

      parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

      +

      metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

      Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

      14

      Toksikologi

      Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

      dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

      nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

      menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

      kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

      Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

      BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

      Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

      lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

      dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

      (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

      dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

      bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

      memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

      (Susana 1987)

      Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

      II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

      dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

      (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

      tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

      NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

      parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

      merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

      Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

      banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

      kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

      vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

      hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

      pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

      Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

      mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

      15

      glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

      darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

      parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

      methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

      (Anonimus 2006)

      BAHAN DAN METODE

      Tempat dan Waktu

      Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

      Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

      Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

      Alat dan Bahan

      A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

      berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

      B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

      digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

      pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

      wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

      (BNF 10)

      C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

      adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

      inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

      D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

      untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

      alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

      E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

      Metode

      A Parasetamol

      Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

      50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

      B Perlakuan

      Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

      dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

      parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

      17

      berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

      kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

      sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

      6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

      Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

      untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

      kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

      pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

      palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

      BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

      minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

      masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

      kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

      C Pembuatan Preparat Histopatologis

      Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

      fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

      dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

      paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

      dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

      adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

      Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

      Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

      Institut Pertanian Bogor

      D Parameter Pengamatan Histopatologi

      Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

      perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

      sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

      pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

      hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

      seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

      18

      buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

      lapang pandang

      E Evaluasi Data

      Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

      kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

      di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

      menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

      Tukey (α = 005)

      HASIL DAN PEMBAHASAN

      Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

      ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

      hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

      perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

      interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

      sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

      Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

      minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

      Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

      Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

      Nekrosa ()

      1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

      Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

      2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

      Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

      3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

      Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

      4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

      Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

      5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

      Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

      6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

      Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

      20

      0102030405060708090

      100

      k

      erus

      akan

      hep

      atos

      it

      P K P K P K P K P K P K

      I 2 3 4 5 6

      Minggu

      Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

      kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

      minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

      kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

      persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

      kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

      normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

      Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

      degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

      (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

      minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

      mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

      21

      Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

      dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

      Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

      berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

      ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

      sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

      cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

      berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

      penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

      menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

      toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

      asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

      reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

      sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

      merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

      yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

      metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

      Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

      Pathogen Free (SPF)

      Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

      cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

      sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

      secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

      minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

      kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

      minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

      waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

      persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

      di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

      22

      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

      Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

      baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

      hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

      Gambar 5

      Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

      Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

      VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

      2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

      VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

      3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

      VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

      4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

      VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

      5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

      VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

      6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

      VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

      23

      0

      10

      20

      30

      40

      50

      60

      70

      80

      90

      100

      k

      erus

      akan

      hep

      atos

      it

      VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

      1 2 3 4 5 6Minggu

      Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

      mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

      membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

      toksisitas yang sama terhadap sel

      Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

      hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

      vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

      pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

      melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

      (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

      mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

      24

      hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

      al 1999)

      Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

      (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

      apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

      kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

      potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

      menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

      membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

      masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

      sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

      merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

      Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

      darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

      maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

      (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

      maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

      terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

      atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

      mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

      termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

      seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

      fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

      masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

      Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

      dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

      limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

      mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

      pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

      histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

      25

      2microm

      Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

      2microm

      Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

      Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

      oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

      antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

      26

      tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

      Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

      gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

      digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

      adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

      (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

      digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

      tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

      Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

      bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

      (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

      Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

      di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

      sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

      sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

      menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

      lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

      kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

      sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

      sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

      sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

      perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

      dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

      sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

      pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

      yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

      pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

      27

      Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

      kuning) Pewarnaan HE

      Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

      dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

      sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

      Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

      (panah kuning) Pewarnaan HE

      28

      Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

      jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

      yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

      Tabel 3 dan Gambar 9

      0

      500

      1000

      1500

      2000

      2500

      P K P K P K P K P K P K

      1 2 3 4 5 6

      Minggu

      Jum

      lah

      sel r

      adan

      g

      VSVP

      Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

      29

      Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

      Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

      Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

      Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

      Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

      2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

      Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

      Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

      Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

      3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

      Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

      Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

      Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

      4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

      Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

      Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

      Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

      5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

      Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

      Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

      Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

      6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

      Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

      Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

      Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

      Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

      berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

      Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

      kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

      antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

      klinik

      Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

      perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

      reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

      merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

      merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

      memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

      bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

      basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

      berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

      30

      dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

      bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

      dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

      membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

      yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

      mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

      darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

      Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

      (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

      batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

      lipidosis nekrosa dan fibrosis

      Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

      menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

      hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

      hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

      sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

      akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

      radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

      fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

      berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

      statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

      hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

      minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

      toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

      vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

      sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

      menurunkan symptom peradangan

      KESIMPULAN DAN SARAN

      Kesimpulan

      Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

      normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

      lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

      Saran

      1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

      waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

      penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

      2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

      berperan dalam metabolisme hati

      DAFTAR PUSTAKA

      Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

      Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

      Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

      umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

      Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

      41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

      Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

      Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

      State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

      Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

      Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

      Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

      Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

      Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

      Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

      Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

      hatihtlm [21 Januari 2003]

      33

      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

      34

      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

      LAMPIRAN

      36

      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

      Sampling organtriming darr

      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

      darr Dehidrasi

      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

      darr Embeding

      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

      darr Mounting

      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

      Staining Pewarnaan

      37

      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

      Xylol I 2 menit darr

      Xylol II 2 menit darr

      Alkohol absolut 2 menit darr

      Alkohol 95 1 menit darr

      Alkohol 80 1 menit darr

      Cuci dengan air kran 1 menit darr

      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

      Cuci dengan air kran 30 detik darr

      Lithium carbonat 15-30 detik darr

      Cuci dengan air kran 2 menit darr

      Eosin 2-3 menit darr

      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

      Alkohol 95 10 celupan darr

      Alkohol absolut I 10 celupan darr

      Alkohol absolut II 2 menit darr

      Xylol I 1 menit darr

      Xylol II 2 menit darr

      Tutup dengan cover glass

      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

      NORMAL Tukey HSD

      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

      Descriptives HIDROPIS

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

      HIDROPIS Tukey HSD

      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

      Descriptives NEKROSA

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

      NEKROSA Tukey HSD

      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

      Descriptives

      NORMAL

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

      NORMAL Tukey HSD

      Subset for alpha =

      05

      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

      Descriptives HIDROPIS

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

      HIDROPIS Tukey HSD

      Subset for alpha =

      05

      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

      Descriptives NEKROSA

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

      NEKROSA Tukey HSD

      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

      Descriptives RADANG

      95 Confidence Interval for Mean

      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

      RADANG Tukey HSD

      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

      • awalrtf
      • DAFTAR ISIdoc
      • PENDAHULUANrtf
      • TINJAUAN PUSTAKArtf
      • BAHAN DAN METODErtf
      • PEMBAHASANrtf
      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
      • DAFTAR PUSTAKArtf
      • LAMPIRANrtf
      • Lamp2rtf

        Judul Skripsi Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian Parasetamol

        Nama Heirmayani NRP B04103128

        Disetujui

        Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

        Drh Dewi Ratih Agungpriyono PhD Dr Drh Sri Estuningsih MSiNIP 131 760 839 NIP 131 878 929

        Diketahui

        Wakil Dekan FKH IPB

        Dr Drh I Wayan Teguh Wibawan MS NIP 131 129 090

        Tanggal Lulus 20 September 2007

        PRAKATA

        Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

        Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

        penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini

        adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian

        Parasetamol

        Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono

        PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh

        Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko

        Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan

        terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di

        Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

        Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam

        pelaksanaan penelitian ini

        Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada

        Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh

        mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa

        mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai

        saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan

        semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna

        dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima

        kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran

        tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

        teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta

        seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat

        disebutkan namanya satu-persatu

        Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

        Bogor Juli 2007

        Heirmayani

        RIWAYAT HIDUP

        Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

        pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

        Nuryani

        Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

        sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

        (USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

        Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

        Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

        Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

        (20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

        pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

        DAFTAR ISI

        Halaman

        DAFTAR TABEL vii

        DAFTAR GAMBAR viii

        DAFTAR LAMPIRAN i x

        PENDAHULUAN 1

        TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

        BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

        HASIL DAN PEMBAHASAN 19

        KESIMPULAN DAN SARAN 31

        DAFTAR PUSTAKA 32

        LAMPIRAN 35

        DAFTAR TABEL

        Halaman

        1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

        2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

        3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

        DAFTAR GAMBAR

        Halaman

        1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

        2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

        3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

        4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

        5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

        6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

        7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

        8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

        9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

        10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

        DAFTAR LAMPIRAN

        Halaman

        1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

        2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

        3 Hasil Analisis Statistik 39

        PENDAHULUAN

        Latar Belakang

        Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

        berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

        banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

        banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

        dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

        dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

        mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

        Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

        terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

        Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

        diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

        melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

        menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

        empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

        kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

        (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

        kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

        Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

        telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

        Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

        Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

        rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

        hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

        membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

        merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

        mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

        menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

        Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

        yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

        2

        Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

        peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

        yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

        memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

        ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

        Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

        dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

        sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

        gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

        hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

        Tujuan

        Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

        dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

        musculus)

        Hipotesa

        H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

        H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

        Manfaat

        Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

        mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

        normal optimum

        TINJAUAN PUSTAKA

        Hati

        Anatomi dan Histologi Hati

        Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

        adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

        dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

        tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

        coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

        dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

        bagian kirinya (Ganong 2003)

        Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

        terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

        lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

        sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

        sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

        komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

        cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

        kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

        empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

        Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

        intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

        banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

        terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

        untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

        Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

        hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

        ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

        sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

        sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

        sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

        yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

        4

        empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

        terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

        tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

        menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

        afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

        mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

        menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

        merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

        Fisiologi Hati

        Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

        merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

        mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

        glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

        sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

        kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

        seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

        mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

        glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

        Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

        Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

        kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

        hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

        Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

        masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

        Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

        dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

        dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

        dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

        pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

        oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

        keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

        5

        masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

        dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

        hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

        25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

        Toksikopatologi Hati

        Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

        pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

        80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

        secara sempurna

        Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

        pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

        inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

        bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

        mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

        biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

        yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

        bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

        kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

        dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

        peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

        bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

        berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

        vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

        degenerasi hidropis (Cheville 1999)

        Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

        sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

        adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

        keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

        lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

        meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

        lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

        6

        diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

        yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

        juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

        asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

        mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

        dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

        protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

        tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

        secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

        sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

        lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

        sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

        Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

        terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

        apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

        dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

        saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

        biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

        ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

        Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

        Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

        Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

        1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

        permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

        proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

        infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

        disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

        akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

        yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

        dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

        dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

        7

        1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

        tanpa batas-batas lobuler yang jelas

        2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

        dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

        yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

        3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

        Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

        lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

        pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

        pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

        4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

        pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

        jarang terjadi pada hewan

        5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

        sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

        darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

        hepatitis toksik akut

        Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

        nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

        sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

        lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

        hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

        dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

        Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

        gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

        lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

        lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

        sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

        oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

        secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

        menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

        umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

        8

        Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

        besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

        menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

        1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

        carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

        Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

        parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

        terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

        berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

        2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

        diduga memiliki efek imunomodulator

        3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

        diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

        Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

        hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

        trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

        Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

        kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

        Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

        terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

        penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

        tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

        meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

        Karakteristik dan Data Biologis Mencit

        Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

        Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

        adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

        sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

        kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

        haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

        keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

        9

        ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

        Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

        dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

        macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

        Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

        Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

        dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

        (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

        yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

        genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

        dengan baik

        Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

        Kingdom Animalia

        Filum Chordata

        Subfilum Vertebrata

        Kelas Mamalia

        Ordo Rodensia

        Genus Mus

        Spesies Mus musculus

        Data biologis mencit

        Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

        Lama produksi ekonomis 9 bulan

        Lama kebuntingan 19-21 hari

        Kawin sesudah beranak 1-24 jam

        Umur disapih 21 hari

        Umur dewasa 35 hari

        Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

        Siklus estrus 4-5 hari

        Siklus kelamin poli estrus

        Lama estrus 12-14 jam

        10

        Perkawinan pada waktu estrus

        Ovulasi dekat akhir periode estrus

        Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

        Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

        Berat lahir 05-10 gram

        Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

        Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

        Uterus bikornua bermuara di cerviks

        Suhu 35-39oC

        Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

        anastesi naik sampai 230menit jika stress

        Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

        anastesi dan naik 750menit jika stress

        Tekanan darah 130-160 sistol

        (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

        Parasetamol (Asetaminofen)

        Rumus Kimia

        Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

        ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

        antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

        Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

        (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

        berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

        pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

        parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

        walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

        kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

        Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

        tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

        parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

        Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

        11

        analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

        tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

        senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

        Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

        Acetanilide Paracetamol Aniline

        Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

        2006)

        12

        Farmakodinamik

        Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

        dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

        bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

        produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

        Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

        Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

        tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

        bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

        menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

        perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

        menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

        menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

        pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

        Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

        menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

        COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

        sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

        meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

        belum diketahui (Anonimus 2006)

        Farmakokinetik

        Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

        hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

        waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

        yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

        bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

        mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

        setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

        sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

        terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

        Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

        13

        parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

        parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

        +

        metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

        Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

        14

        Toksikologi

        Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

        dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

        nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

        menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

        kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

        Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

        BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

        Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

        lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

        dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

        (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

        dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

        bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

        memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

        (Susana 1987)

        Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

        II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

        dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

        (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

        tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

        NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

        parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

        merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

        Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

        banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

        kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

        vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

        hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

        pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

        Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

        mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

        15

        glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

        darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

        parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

        methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

        (Anonimus 2006)

        BAHAN DAN METODE

        Tempat dan Waktu

        Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

        Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

        Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

        Alat dan Bahan

        A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

        berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

        B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

        digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

        pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

        wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

        (BNF 10)

        C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

        adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

        inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

        D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

        untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

        alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

        E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

        Metode

        A Parasetamol

        Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

        50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

        B Perlakuan

        Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

        dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

        parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

        17

        berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

        kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

        sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

        6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

        Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

        untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

        kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

        pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

        palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

        BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

        minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

        masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

        kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

        C Pembuatan Preparat Histopatologis

        Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

        fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

        dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

        paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

        dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

        adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

        Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

        Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

        Institut Pertanian Bogor

        D Parameter Pengamatan Histopatologi

        Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

        perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

        sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

        pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

        hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

        seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

        18

        buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

        lapang pandang

        E Evaluasi Data

        Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

        kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

        di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

        menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

        Tukey (α = 005)

        HASIL DAN PEMBAHASAN

        Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

        ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

        hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

        perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

        interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

        sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

        Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

        minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

        Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

        Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

        Nekrosa ()

        1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

        Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

        2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

        Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

        3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

        Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

        4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

        Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

        5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

        Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

        6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

        Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

        20

        0102030405060708090

        100

        k

        erus

        akan

        hep

        atos

        it

        P K P K P K P K P K P K

        I 2 3 4 5 6

        Minggu

        Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

        kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

        minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

        kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

        persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

        kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

        normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

        Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

        degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

        (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

        minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

        mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

        21

        Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

        dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

        Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

        berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

        ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

        sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

        cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

        berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

        penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

        menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

        toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

        asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

        reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

        sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

        merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

        yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

        metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

        Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

        Pathogen Free (SPF)

        Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

        cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

        sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

        secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

        minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

        kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

        minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

        waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

        persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

        di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

        22

        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

        Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

        baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

        hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

        Gambar 5

        Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

        Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

        VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

        2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

        VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

        3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

        VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

        4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

        VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

        5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

        VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

        6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

        VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

        23

        0

        10

        20

        30

        40

        50

        60

        70

        80

        90

        100

        k

        erus

        akan

        hep

        atos

        it

        VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

        1 2 3 4 5 6Minggu

        Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

        mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

        membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

        toksisitas yang sama terhadap sel

        Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

        hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

        vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

        pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

        melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

        (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

        mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

        24

        hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

        al 1999)

        Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

        (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

        apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

        kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

        potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

        menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

        membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

        masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

        sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

        merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

        Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

        darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

        maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

        (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

        maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

        terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

        atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

        mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

        termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

        seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

        fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

        masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

        Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

        dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

        limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

        mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

        pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

        histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

        25

        2microm

        Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

        2microm

        Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

        Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

        oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

        antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

        26

        tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

        Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

        gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

        digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

        adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

        (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

        digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

        tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

        Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

        bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

        (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

        Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

        di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

        sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

        sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

        menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

        lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

        kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

        sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

        sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

        sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

        perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

        dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

        sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

        pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

        yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

        pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

        27

        Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

        kuning) Pewarnaan HE

        Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

        dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

        sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

        Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

        (panah kuning) Pewarnaan HE

        28

        Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

        jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

        yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

        Tabel 3 dan Gambar 9

        0

        500

        1000

        1500

        2000

        2500

        P K P K P K P K P K P K

        1 2 3 4 5 6

        Minggu

        Jum

        lah

        sel r

        adan

        g

        VSVP

        Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

        29

        Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

        Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

        Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

        Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

        Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

        2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

        Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

        Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

        Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

        3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

        Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

        Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

        Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

        4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

        Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

        Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

        Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

        5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

        Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

        Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

        Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

        6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

        Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

        Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

        Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

        Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

        berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

        Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

        kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

        antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

        klinik

        Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

        perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

        reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

        merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

        merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

        memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

        bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

        basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

        berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

        30

        dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

        bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

        dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

        membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

        yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

        mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

        darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

        Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

        (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

        batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

        lipidosis nekrosa dan fibrosis

        Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

        menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

        hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

        hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

        sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

        akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

        radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

        fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

        berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

        statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

        hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

        minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

        toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

        vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

        sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

        menurunkan symptom peradangan

        KESIMPULAN DAN SARAN

        Kesimpulan

        Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

        normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

        lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

        Saran

        1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

        waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

        penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

        2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

        berperan dalam metabolisme hati

        DAFTAR PUSTAKA

        Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

        Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

        Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

        umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

        Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

        41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

        Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

        Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

        State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

        Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

        Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

        Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

        Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

        Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

        Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

        Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

        Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

        hatihtlm [21 Januari 2003]

        33

        Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

        Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

        Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

        Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

        Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

        London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

        2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

        Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

        Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

        Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

        Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

        Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

        Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

        dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

        Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

        Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

        Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

        Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

        34

        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

        LAMPIRAN

        36

        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

        Sampling organtriming darr

        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

        darr Dehidrasi

        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

        darr Embeding

        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

        darr Mounting

        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

        Staining Pewarnaan

        37

        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

        Xylol I 2 menit darr

        Xylol II 2 menit darr

        Alkohol absolut 2 menit darr

        Alkohol 95 1 menit darr

        Alkohol 80 1 menit darr

        Cuci dengan air kran 1 menit darr

        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

        Cuci dengan air kran 30 detik darr

        Lithium carbonat 15-30 detik darr

        Cuci dengan air kran 2 menit darr

        Eosin 2-3 menit darr

        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

        Alkohol 95 10 celupan darr

        Alkohol absolut I 10 celupan darr

        Alkohol absolut II 2 menit darr

        Xylol I 1 menit darr

        Xylol II 2 menit darr

        Tutup dengan cover glass

        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

        NORMAL Tukey HSD

        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

        Descriptives HIDROPIS

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

        HIDROPIS Tukey HSD

        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

        Descriptives NEKROSA

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

        NEKROSA Tukey HSD

        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

        Descriptives

        NORMAL

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

        NORMAL Tukey HSD

        Subset for alpha =

        05

        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

        Descriptives HIDROPIS

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

        HIDROPIS Tukey HSD

        Subset for alpha =

        05

        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

        Descriptives NEKROSA

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

        NEKROSA Tukey HSD

        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

        Descriptives RADANG

        95 Confidence Interval for Mean

        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

        RADANG Tukey HSD

        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

        • awalrtf
        • DAFTAR ISIdoc
        • PENDAHULUANrtf
        • TINJAUAN PUSTAKArtf
        • BAHAN DAN METODErtf
        • PEMBAHASANrtf
        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
        • DAFTAR PUSTAKArtf
        • LAMPIRANrtf
        • Lamp2rtf

          PRAKATA

          Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

          Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan Judul yang dipilih dalam

          penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai bulan Juli 2007 ini

          adalah Toksikopatologi Hati Mencit (Mus musculus) Pada Pemberian

          Parasetamol

          Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Drh Dewi Ratih Agungpriyono

          PhD dan Ibu Dr Drh Sri Estuningsih MSi selaku pembimbing Bapak Drh

          Hernomoadi Huminto MVS selaku dosen penguji serta Bapak Dr Drh Eko

          Sugeng Pribadi MS yang telah banyak memberikan saran Di samping itu ucapan

          terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen beserta staf di

          Bagian Patologi Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas

          Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang telah membantu dalam

          pelaksanaan penelitian ini

          Terima kasih tak terhingga dan penuh hormat penulis ucapkan kepada

          Bapak Enceng Suherman dan Mama Nuryani tercinta yang selalu mengasuh

          mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang serta senantiasa

          mendorsquoakan dan memberikan dorongan penuh baik moril maupun materil sampai

          saat ini Keluarga di Jakarta (Ndhe Aa De ira Nenek Engki Om Ante dan

          semua sepupuku) terima kasih telah memberikan semangat perhatian dan warna

          dalam senyum cerianya Achmad Isfar Shaffan Adlim dan Erly Pratita terima

          kasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini serta pelajaran

          tentang hidup dan kedewasaan Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

          teman-teman seperjuangan Au Ika Reny Bayu atas bantuannya selama ini serta

          seluruh teman-teman angkatan 40 kosan Zulfa dan teman-teman yang tidak dapat

          disebutkan namanya satu-persatu

          Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

          Bogor Juli 2007

          Heirmayani

          RIWAYAT HIDUP

          Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

          pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

          Nuryani

          Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

          sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

          (USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

          Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

          Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

          Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

          (20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

          pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

          DAFTAR ISI

          Halaman

          DAFTAR TABEL vii

          DAFTAR GAMBAR viii

          DAFTAR LAMPIRAN i x

          PENDAHULUAN 1

          TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

          BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

          HASIL DAN PEMBAHASAN 19

          KESIMPULAN DAN SARAN 31

          DAFTAR PUSTAKA 32

          LAMPIRAN 35

          DAFTAR TABEL

          Halaman

          1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

          2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

          3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

          DAFTAR GAMBAR

          Halaman

          1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

          2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

          3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

          4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

          5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

          6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

          7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

          8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

          9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

          10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

          DAFTAR LAMPIRAN

          Halaman

          1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

          2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

          3 Hasil Analisis Statistik 39

          PENDAHULUAN

          Latar Belakang

          Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

          berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

          banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

          banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

          dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

          dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

          mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

          Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

          terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

          Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

          diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

          melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

          menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

          empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

          kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

          (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

          kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

          Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

          telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

          Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

          Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

          rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

          hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

          membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

          merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

          mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

          menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

          Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

          yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

          2

          Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

          peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

          yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

          memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

          ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

          Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

          dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

          sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

          gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

          hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

          Tujuan

          Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

          dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

          musculus)

          Hipotesa

          H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

          H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

          Manfaat

          Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

          mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

          normal optimum

          TINJAUAN PUSTAKA

          Hati

          Anatomi dan Histologi Hati

          Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

          adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

          dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

          tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

          coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

          dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

          bagian kirinya (Ganong 2003)

          Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

          terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

          lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

          sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

          sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

          komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

          cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

          kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

          empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

          Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

          intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

          banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

          terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

          untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

          Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

          hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

          ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

          sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

          sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

          sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

          yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

          4

          empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

          terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

          tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

          menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

          afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

          mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

          menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

          merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

          Fisiologi Hati

          Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

          merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

          mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

          glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

          sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

          kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

          seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

          mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

          glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

          Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

          Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

          kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

          hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

          Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

          masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

          Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

          dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

          dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

          dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

          pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

          oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

          keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

          5

          masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

          dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

          hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

          25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

          Toksikopatologi Hati

          Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

          pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

          80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

          secara sempurna

          Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

          pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

          inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

          bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

          mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

          biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

          yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

          bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

          kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

          dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

          peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

          bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

          berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

          vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

          degenerasi hidropis (Cheville 1999)

          Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

          sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

          adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

          keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

          lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

          meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

          lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

          6

          diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

          yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

          juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

          asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

          mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

          dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

          protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

          tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

          secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

          sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

          lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

          sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

          Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

          terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

          apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

          dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

          saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

          biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

          ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

          Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

          Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

          Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

          1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

          permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

          proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

          infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

          disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

          akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

          yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

          dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

          dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

          7

          1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

          tanpa batas-batas lobuler yang jelas

          2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

          dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

          yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

          3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

          Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

          lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

          pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

          pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

          4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

          pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

          jarang terjadi pada hewan

          5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

          sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

          darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

          hepatitis toksik akut

          Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

          nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

          sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

          lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

          hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

          dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

          Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

          gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

          lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

          lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

          sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

          oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

          secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

          menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

          umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

          8

          Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

          besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

          menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

          1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

          carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

          Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

          parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

          terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

          berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

          2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

          diduga memiliki efek imunomodulator

          3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

          diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

          Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

          hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

          trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

          Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

          kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

          Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

          terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

          penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

          tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

          meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

          Karakteristik dan Data Biologis Mencit

          Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

          Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

          adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

          sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

          kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

          haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

          keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

          9

          ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

          Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

          dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

          macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

          Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

          Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

          dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

          (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

          yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

          genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

          dengan baik

          Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

          Kingdom Animalia

          Filum Chordata

          Subfilum Vertebrata

          Kelas Mamalia

          Ordo Rodensia

          Genus Mus

          Spesies Mus musculus

          Data biologis mencit

          Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

          Lama produksi ekonomis 9 bulan

          Lama kebuntingan 19-21 hari

          Kawin sesudah beranak 1-24 jam

          Umur disapih 21 hari

          Umur dewasa 35 hari

          Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

          Siklus estrus 4-5 hari

          Siklus kelamin poli estrus

          Lama estrus 12-14 jam

          10

          Perkawinan pada waktu estrus

          Ovulasi dekat akhir periode estrus

          Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

          Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

          Berat lahir 05-10 gram

          Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

          Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

          Uterus bikornua bermuara di cerviks

          Suhu 35-39oC

          Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

          anastesi naik sampai 230menit jika stress

          Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

          anastesi dan naik 750menit jika stress

          Tekanan darah 130-160 sistol

          (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

          Parasetamol (Asetaminofen)

          Rumus Kimia

          Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

          ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

          antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

          Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

          (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

          berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

          pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

          parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

          walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

          kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

          Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

          tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

          parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

          Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

          11

          analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

          tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

          senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

          Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

          Acetanilide Paracetamol Aniline

          Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

          2006)

          12

          Farmakodinamik

          Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

          dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

          bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

          produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

          Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

          Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

          tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

          bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

          menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

          perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

          menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

          menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

          pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

          Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

          menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

          COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

          sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

          meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

          belum diketahui (Anonimus 2006)

          Farmakokinetik

          Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

          hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

          waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

          yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

          bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

          mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

          setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

          sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

          terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

          Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

          13

          parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

          parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

          +

          metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

          Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

          14

          Toksikologi

          Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

          dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

          nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

          menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

          kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

          Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

          BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

          Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

          lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

          dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

          (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

          dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

          bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

          memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

          (Susana 1987)

          Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

          II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

          dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

          (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

          tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

          NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

          parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

          merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

          Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

          banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

          kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

          vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

          hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

          pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

          Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

          mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

          15

          glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

          darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

          parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

          methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

          (Anonimus 2006)

          BAHAN DAN METODE

          Tempat dan Waktu

          Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

          Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

          Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

          Alat dan Bahan

          A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

          berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

          B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

          digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

          pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

          wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

          (BNF 10)

          C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

          adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

          inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

          D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

          untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

          alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

          E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

          Metode

          A Parasetamol

          Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

          50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

          B Perlakuan

          Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

          dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

          parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

          17

          berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

          kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

          sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

          6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

          Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

          untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

          kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

          pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

          palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

          BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

          minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

          masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

          kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

          C Pembuatan Preparat Histopatologis

          Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

          fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

          dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

          paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

          dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

          adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

          Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

          Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

          Institut Pertanian Bogor

          D Parameter Pengamatan Histopatologi

          Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

          perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

          sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

          pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

          hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

          seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

          18

          buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

          lapang pandang

          E Evaluasi Data

          Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

          kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

          di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

          menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

          Tukey (α = 005)

          HASIL DAN PEMBAHASAN

          Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

          ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

          hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

          perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

          interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

          sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

          Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

          minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

          Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

          Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

          Nekrosa ()

          1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

          Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

          2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

          Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

          3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

          Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

          4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

          Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

          5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

          Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

          6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

          Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

          20

          0102030405060708090

          100

          k

          erus

          akan

          hep

          atos

          it

          P K P K P K P K P K P K

          I 2 3 4 5 6

          Minggu

          Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

          kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

          minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

          kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

          persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

          kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

          normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

          Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

          degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

          (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

          minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

          mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

          21

          Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

          dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

          Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

          berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

          ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

          sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

          cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

          berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

          penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

          menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

          toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

          asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

          reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

          sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

          merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

          yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

          metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

          Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

          Pathogen Free (SPF)

          Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

          cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

          sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

          secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

          minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

          kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

          minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

          waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

          persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

          di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

          22

          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

          Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

          baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

          hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

          Gambar 5

          Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

          Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

          VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

          2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

          VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

          3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

          VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

          4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

          VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

          5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

          VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

          6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

          VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

          23

          0

          10

          20

          30

          40

          50

          60

          70

          80

          90

          100

          k

          erus

          akan

          hep

          atos

          it

          VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

          1 2 3 4 5 6Minggu

          Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

          mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

          membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

          toksisitas yang sama terhadap sel

          Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

          hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

          vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

          pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

          melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

          (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

          mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

          24

          hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

          al 1999)

          Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

          (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

          apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

          kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

          potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

          menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

          membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

          masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

          sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

          merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

          Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

          darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

          maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

          (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

          maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

          terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

          atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

          mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

          termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

          seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

          fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

          masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

          Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

          dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

          limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

          mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

          pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

          histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

          25

          2microm

          Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

          2microm

          Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

          Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

          oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

          antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

          26

          tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

          Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

          gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

          digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

          adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

          (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

          digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

          tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

          Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

          bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

          (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

          Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

          di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

          sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

          sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

          menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

          lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

          kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

          sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

          sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

          sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

          perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

          dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

          sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

          pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

          yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

          pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

          27

          Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

          kuning) Pewarnaan HE

          Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

          dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

          sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

          Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

          (panah kuning) Pewarnaan HE

          28

          Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

          jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

          yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

          Tabel 3 dan Gambar 9

          0

          500

          1000

          1500

          2000

          2500

          P K P K P K P K P K P K

          1 2 3 4 5 6

          Minggu

          Jum

          lah

          sel r

          adan

          g

          VSVP

          Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

          29

          Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

          Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

          Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

          Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

          Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

          2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

          Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

          Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

          Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

          3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

          Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

          Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

          Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

          4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

          Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

          Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

          Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

          5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

          Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

          Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

          Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

          6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

          Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

          Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

          Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

          Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

          berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

          Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

          kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

          antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

          klinik

          Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

          perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

          reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

          merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

          merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

          memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

          bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

          basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

          berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

          30

          dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

          bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

          dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

          membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

          yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

          mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

          darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

          Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

          (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

          batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

          lipidosis nekrosa dan fibrosis

          Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

          menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

          hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

          hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

          sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

          akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

          radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

          fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

          berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

          statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

          hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

          minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

          toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

          vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

          sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

          menurunkan symptom peradangan

          KESIMPULAN DAN SARAN

          Kesimpulan

          Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

          normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

          lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

          Saran

          1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

          waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

          penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

          2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

          berperan dalam metabolisme hati

          DAFTAR PUSTAKA

          Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

          Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

          Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

          umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

          Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

          41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

          Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

          Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

          State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

          Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

          Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

          Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

          Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

          Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

          Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

          Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

          Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

          hatihtlm [21 Januari 2003]

          33

          Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

          Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

          Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

          Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

          Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

          London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

          2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

          Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

          Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

          Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

          Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

          Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

          Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

          dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

          Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

          Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

          Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

          Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

          34

          Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

          Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

          (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

          LAMPIRAN

          36

          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

          Sampling organtriming darr

          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

          darr Dehidrasi

          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

          darr Embeding

          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

          darr Mounting

          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

          Staining Pewarnaan

          37

          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

          Xylol I 2 menit darr

          Xylol II 2 menit darr

          Alkohol absolut 2 menit darr

          Alkohol 95 1 menit darr

          Alkohol 80 1 menit darr

          Cuci dengan air kran 1 menit darr

          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

          Cuci dengan air kran 30 detik darr

          Lithium carbonat 15-30 detik darr

          Cuci dengan air kran 2 menit darr

          Eosin 2-3 menit darr

          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

          Alkohol 95 10 celupan darr

          Alkohol absolut I 10 celupan darr

          Alkohol absolut II 2 menit darr

          Xylol I 1 menit darr

          Xylol II 2 menit darr

          Tutup dengan cover glass

          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

          NORMAL Tukey HSD

          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

          Descriptives HIDROPIS

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

          HIDROPIS Tukey HSD

          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

          Descriptives NEKROSA

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

          NEKROSA Tukey HSD

          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

          Descriptives

          NORMAL

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

          NORMAL Tukey HSD

          Subset for alpha =

          05

          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

          Descriptives HIDROPIS

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

          HIDROPIS Tukey HSD

          Subset for alpha =

          05

          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

          Descriptives NEKROSA

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

          NEKROSA Tukey HSD

          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

          Descriptives RADANG

          95 Confidence Interval for Mean

          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

          RADANG Tukey HSD

          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

          • awalrtf
          • DAFTAR ISIdoc
          • PENDAHULUANrtf
          • TINJAUAN PUSTAKArtf
          • BAHAN DAN METODErtf
          • PEMBAHASANrtf
          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
          • DAFTAR PUSTAKArtf
          • LAMPIRANrtf
          • Lamp2rtf

            RIWAYAT HIDUP

            Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1986 sebagai anak

            pertama dari empat bersaudara anak dari pasangan Enceng Suherman dan

            Nuryani

            Tahun 2003 penulis lulus SMU Negeri 49 Jakarta dan pada tahun yang

            sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

            (USMI) Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan

            Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif menjadi anggota

            Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (20042005) Himpunan Minat

            Profesi Satwa Liar (20042005) Himpunan Minat Profesi Ornithologi dan Unggas

            (20052006) serta Forum Ilmiah Mahasiswa (20052006) Praktik lapangan yang

            pernah diikuti penulis diantaranya di Taman Burung TMII dan Ragunan

            DAFTAR ISI

            Halaman

            DAFTAR TABEL vii

            DAFTAR GAMBAR viii

            DAFTAR LAMPIRAN i x

            PENDAHULUAN 1

            TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

            BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

            HASIL DAN PEMBAHASAN 19

            KESIMPULAN DAN SARAN 31

            DAFTAR PUSTAKA 32

            LAMPIRAN 35

            DAFTAR TABEL

            Halaman

            1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

            2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

            3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

            DAFTAR GAMBAR

            Halaman

            1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

            2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

            3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

            4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

            5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

            6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

            7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

            8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

            9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

            10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

            DAFTAR LAMPIRAN

            Halaman

            1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

            2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

            3 Hasil Analisis Statistik 39

            PENDAHULUAN

            Latar Belakang

            Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

            berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

            banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

            banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

            dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

            dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

            mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

            Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

            terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

            Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

            diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

            melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

            menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

            empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

            kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

            (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

            kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

            Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

            telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

            Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

            Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

            rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

            hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

            membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

            merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

            mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

            menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

            Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

            yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

            2

            Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

            peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

            yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

            memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

            ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

            Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

            dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

            sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

            gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

            hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

            Tujuan

            Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

            dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

            musculus)

            Hipotesa

            H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

            H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

            Manfaat

            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

            mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

            normal optimum

            TINJAUAN PUSTAKA

            Hati

            Anatomi dan Histologi Hati

            Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

            adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

            dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

            tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

            coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

            dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

            bagian kirinya (Ganong 2003)

            Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

            terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

            lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

            sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

            sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

            komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

            cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

            kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

            empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

            Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

            intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

            banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

            terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

            untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

            Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

            hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

            ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

            sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

            sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

            sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

            yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

            4

            empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

            terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

            tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

            menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

            afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

            mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

            menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

            merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

            Fisiologi Hati

            Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

            merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

            mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

            glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

            sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

            kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

            seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

            mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

            glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

            Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

            Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

            kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

            hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

            Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

            masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

            Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

            dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

            dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

            dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

            pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

            oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

            keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

            5

            masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

            dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

            hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

            25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

            Toksikopatologi Hati

            Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

            pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

            80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

            secara sempurna

            Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

            pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

            inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

            bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

            mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

            biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

            yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

            bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

            kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

            dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

            peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

            bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

            berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

            vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

            degenerasi hidropis (Cheville 1999)

            Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

            sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

            adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

            keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

            lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

            meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

            lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

            6

            diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

            yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

            juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

            asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

            mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

            dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

            protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

            tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

            secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

            sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

            lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

            sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

            Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

            terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

            apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

            dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

            saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

            biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

            ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

            Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

            Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

            Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

            1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

            permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

            proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

            infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

            disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

            akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

            yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

            dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

            dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

            7

            1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

            tanpa batas-batas lobuler yang jelas

            2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

            dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

            yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

            3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

            Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

            lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

            pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

            pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

            4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

            pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

            jarang terjadi pada hewan

            5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

            sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

            darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

            hepatitis toksik akut

            Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

            nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

            sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

            lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

            hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

            dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

            Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

            gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

            lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

            lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

            sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

            oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

            secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

            menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

            umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

            8

            Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

            besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

            menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

            1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

            carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

            Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

            parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

            terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

            berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

            2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

            diduga memiliki efek imunomodulator

            3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

            diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

            Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

            hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

            trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

            Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

            kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

            Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

            terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

            penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

            tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

            meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

            Karakteristik dan Data Biologis Mencit

            Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

            Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

            adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

            sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

            kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

            haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

            keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

            9

            ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

            Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

            dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

            macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

            Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

            Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

            dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

            (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

            yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

            genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

            dengan baik

            Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

            Kingdom Animalia

            Filum Chordata

            Subfilum Vertebrata

            Kelas Mamalia

            Ordo Rodensia

            Genus Mus

            Spesies Mus musculus

            Data biologis mencit

            Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

            Lama produksi ekonomis 9 bulan

            Lama kebuntingan 19-21 hari

            Kawin sesudah beranak 1-24 jam

            Umur disapih 21 hari

            Umur dewasa 35 hari

            Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

            Siklus estrus 4-5 hari

            Siklus kelamin poli estrus

            Lama estrus 12-14 jam

            10

            Perkawinan pada waktu estrus

            Ovulasi dekat akhir periode estrus

            Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

            Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

            Berat lahir 05-10 gram

            Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

            Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

            Uterus bikornua bermuara di cerviks

            Suhu 35-39oC

            Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

            anastesi naik sampai 230menit jika stress

            Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

            anastesi dan naik 750menit jika stress

            Tekanan darah 130-160 sistol

            (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

            Parasetamol (Asetaminofen)

            Rumus Kimia

            Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

            ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

            antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

            Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

            (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

            berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

            pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

            parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

            walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

            kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

            Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

            tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

            parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

            Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

            11

            analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

            tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

            senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

            Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

            Acetanilide Paracetamol Aniline

            Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

            2006)

            12

            Farmakodinamik

            Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

            dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

            bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

            produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

            Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

            Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

            tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

            bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

            menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

            perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

            menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

            menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

            pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

            Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

            menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

            COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

            sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

            meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

            belum diketahui (Anonimus 2006)

            Farmakokinetik

            Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

            hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

            waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

            yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

            bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

            mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

            setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

            sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

            terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

            Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

            13

            parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

            parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

            +

            metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

            Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

            14

            Toksikologi

            Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

            dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

            nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

            menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

            kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

            Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

            BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

            Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

            lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

            dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

            (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

            dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

            bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

            memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

            (Susana 1987)

            Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

            II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

            dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

            (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

            tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

            NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

            parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

            merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

            Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

            banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

            kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

            vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

            hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

            pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

            Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

            mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

            15

            glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

            darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

            parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

            methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

            (Anonimus 2006)

            BAHAN DAN METODE

            Tempat dan Waktu

            Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

            Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

            Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

            Alat dan Bahan

            A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

            berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

            B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

            digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

            pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

            wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

            (BNF 10)

            C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

            adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

            inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

            D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

            untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

            alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

            E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

            Metode

            A Parasetamol

            Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

            50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

            B Perlakuan

            Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

            dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

            parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

            17

            berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

            kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

            sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

            6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

            Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

            untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

            kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

            pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

            palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

            BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

            minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

            masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

            kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

            C Pembuatan Preparat Histopatologis

            Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

            fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

            dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

            paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

            dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

            adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

            Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

            Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

            Institut Pertanian Bogor

            D Parameter Pengamatan Histopatologi

            Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

            perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

            sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

            pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

            hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

            seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

            18

            buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

            lapang pandang

            E Evaluasi Data

            Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

            kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

            di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

            menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

            Tukey (α = 005)

            HASIL DAN PEMBAHASAN

            Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

            ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

            hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

            perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

            interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

            sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

            Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

            minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

            Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

            Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

            Nekrosa ()

            1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

            Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

            2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

            Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

            3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

            Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

            4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

            Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

            5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

            Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

            6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

            Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

            20

            0102030405060708090

            100

            k

            erus

            akan

            hep

            atos

            it

            P K P K P K P K P K P K

            I 2 3 4 5 6

            Minggu

            Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

            kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

            minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

            kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

            persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

            kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

            normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

            Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

            degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

            (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

            minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

            mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

            21

            Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

            dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

            Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

            berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

            ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

            sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

            cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

            berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

            penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

            menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

            toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

            asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

            reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

            sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

            merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

            yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

            metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

            Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

            Pathogen Free (SPF)

            Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

            cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

            sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

            secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

            minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

            kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

            minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

            waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

            persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

            di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

            22

            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

            Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

            baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

            hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

            Gambar 5

            Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

            Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

            VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

            2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

            VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

            3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

            VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

            4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

            VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

            5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

            VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

            6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

            VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

            23

            0

            10

            20

            30

            40

            50

            60

            70

            80

            90

            100

            k

            erus

            akan

            hep

            atos

            it

            VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

            1 2 3 4 5 6Minggu

            Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

            mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

            membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

            toksisitas yang sama terhadap sel

            Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

            hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

            vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

            pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

            melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

            (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

            mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

            24

            hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

            al 1999)

            Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

            (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

            apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

            kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

            potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

            menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

            membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

            masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

            sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

            merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

            Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

            darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

            maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

            (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

            maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

            terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

            atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

            mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

            termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

            seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

            fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

            masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

            Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

            dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

            limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

            mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

            pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

            histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

            25

            2microm

            Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

            2microm

            Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

            Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

            oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

            antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

            26

            tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

            Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

            gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

            digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

            adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

            (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

            digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

            tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

            Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

            bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

            (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

            Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

            di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

            sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

            sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

            menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

            lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

            kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

            sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

            sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

            sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

            perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

            dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

            sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

            pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

            yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

            pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

            27

            Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

            kuning) Pewarnaan HE

            Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

            dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

            sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

            Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

            (panah kuning) Pewarnaan HE

            28

            Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

            jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

            yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

            Tabel 3 dan Gambar 9

            0

            500

            1000

            1500

            2000

            2500

            P K P K P K P K P K P K

            1 2 3 4 5 6

            Minggu

            Jum

            lah

            sel r

            adan

            g

            VSVP

            Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

            29

            Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

            Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

            Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

            Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

            Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

            2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

            Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

            Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

            Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

            3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

            Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

            Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

            Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

            4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

            Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

            Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

            Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

            5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

            Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

            Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

            Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

            6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

            Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

            Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

            Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

            Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

            berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

            Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

            kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

            antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

            klinik

            Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

            perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

            reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

            merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

            merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

            memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

            bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

            basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

            berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

            30

            dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

            bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

            dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

            membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

            yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

            mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

            darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

            Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

            (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

            batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

            lipidosis nekrosa dan fibrosis

            Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

            menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

            hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

            hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

            sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

            akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

            radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

            fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

            berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

            statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

            hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

            minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

            toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

            vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

            sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

            menurunkan symptom peradangan

            KESIMPULAN DAN SARAN

            Kesimpulan

            Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

            normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

            lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

            Saran

            1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

            waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

            penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

            2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

            berperan dalam metabolisme hati

            DAFTAR PUSTAKA

            Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

            Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

            Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

            umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

            Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

            41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

            Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

            Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

            State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

            Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

            Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

            Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

            Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

            Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

            Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

            Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

            Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

            hatihtlm [21 Januari 2003]

            33

            Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

            Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

            Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

            Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

            Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

            London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

            2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

            Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

            Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

            Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

            Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

            Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

            Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

            dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

            Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

            Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

            Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

            Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

            34

            Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

            Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

            (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

            LAMPIRAN

            36

            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

            Sampling organtriming darr

            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

            darr Dehidrasi

            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

            darr Embeding

            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

            darr Mounting

            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

            Staining Pewarnaan

            37

            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

            Xylol I 2 menit darr

            Xylol II 2 menit darr

            Alkohol absolut 2 menit darr

            Alkohol 95 1 menit darr

            Alkohol 80 1 menit darr

            Cuci dengan air kran 1 menit darr

            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

            Cuci dengan air kran 30 detik darr

            Lithium carbonat 15-30 detik darr

            Cuci dengan air kran 2 menit darr

            Eosin 2-3 menit darr

            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

            Alkohol 95 10 celupan darr

            Alkohol absolut I 10 celupan darr

            Alkohol absolut II 2 menit darr

            Xylol I 1 menit darr

            Xylol II 2 menit darr

            Tutup dengan cover glass

            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

            NORMAL Tukey HSD

            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

            Descriptives HIDROPIS

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

            HIDROPIS Tukey HSD

            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

            Descriptives NEKROSA

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

            NEKROSA Tukey HSD

            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

            Descriptives

            NORMAL

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

            NORMAL Tukey HSD

            Subset for alpha =

            05

            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

            Descriptives HIDROPIS

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

            HIDROPIS Tukey HSD

            Subset for alpha =

            05

            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

            Descriptives NEKROSA

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

            NEKROSA Tukey HSD

            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

            Descriptives RADANG

            95 Confidence Interval for Mean

            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

            RADANG Tukey HSD

            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

            • awalrtf
            • DAFTAR ISIdoc
            • PENDAHULUANrtf
            • TINJAUAN PUSTAKArtf
            • BAHAN DAN METODErtf
            • PEMBAHASANrtf
            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
            • DAFTAR PUSTAKArtf
            • LAMPIRANrtf
            • Lamp2rtf

              DAFTAR ISI

              Halaman

              DAFTAR TABEL vii

              DAFTAR GAMBAR viii

              DAFTAR LAMPIRAN i x

              PENDAHULUAN 1

              TINJAUAN PUSTAKA Hati 3 Karakteristik dan data biologis mencit 8 Parasetamol (asetaminofen) 10

              BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian 16 Alat dan bahan 16 Metode penelitian 16

              HASIL DAN PEMBAHASAN 19

              KESIMPULAN DAN SARAN 31

              DAFTAR PUSTAKA 32

              LAMPIRAN 35

              DAFTAR TABEL

              Halaman

              1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

              2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

              3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

              DAFTAR GAMBAR

              Halaman

              1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

              2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

              3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

              4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

              5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

              6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

              7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

              8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

              9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

              10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

              DAFTAR LAMPIRAN

              Halaman

              1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

              2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

              3 Hasil Analisis Statistik 39

              PENDAHULUAN

              Latar Belakang

              Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

              berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

              banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

              banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

              dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

              dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

              mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

              Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

              terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

              Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

              diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

              melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

              menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

              empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

              kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

              (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

              kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

              Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

              telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

              Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

              Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

              rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

              hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

              membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

              merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

              mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

              menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

              Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

              yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

              2

              Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

              peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

              yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

              memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

              ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

              Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

              dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

              sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

              gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

              hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

              Tujuan

              Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

              dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

              musculus)

              Hipotesa

              H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

              H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

              Manfaat

              Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

              mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

              normal optimum

              TINJAUAN PUSTAKA

              Hati

              Anatomi dan Histologi Hati

              Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

              adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

              dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

              tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

              coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

              dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

              bagian kirinya (Ganong 2003)

              Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

              terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

              lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

              sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

              sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

              komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

              cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

              kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

              empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

              Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

              intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

              banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

              terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

              untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

              Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

              hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

              ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

              sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

              sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

              sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

              yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

              4

              empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

              terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

              tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

              menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

              afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

              mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

              menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

              merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

              Fisiologi Hati

              Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

              merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

              mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

              glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

              sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

              kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

              seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

              mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

              glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

              Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

              Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

              kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

              hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

              Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

              masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

              Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

              dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

              dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

              dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

              pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

              oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

              keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

              5

              masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

              dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

              hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

              25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

              Toksikopatologi Hati

              Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

              pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

              80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

              secara sempurna

              Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

              pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

              inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

              bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

              mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

              biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

              yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

              bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

              kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

              dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

              peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

              bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

              berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

              vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

              degenerasi hidropis (Cheville 1999)

              Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

              sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

              adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

              keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

              lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

              meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

              lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

              6

              diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

              yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

              juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

              asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

              mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

              dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

              protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

              tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

              secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

              sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

              lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

              sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

              Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

              terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

              apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

              dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

              saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

              biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

              ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

              Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

              Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

              Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

              1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

              permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

              proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

              infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

              disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

              akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

              yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

              dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

              dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

              7

              1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

              tanpa batas-batas lobuler yang jelas

              2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

              dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

              yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

              3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

              Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

              lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

              pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

              pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

              4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

              pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

              jarang terjadi pada hewan

              5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

              sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

              darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

              hepatitis toksik akut

              Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

              nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

              sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

              lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

              hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

              dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

              Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

              gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

              lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

              lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

              sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

              oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

              secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

              menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

              umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

              8

              Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

              besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

              menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

              1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

              carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

              Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

              parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

              terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

              berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

              2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

              diduga memiliki efek imunomodulator

              3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

              diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

              Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

              hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

              trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

              Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

              kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

              Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

              terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

              penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

              tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

              meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

              Karakteristik dan Data Biologis Mencit

              Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

              Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

              adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

              sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

              kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

              haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

              keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

              9

              ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

              Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

              dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

              macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

              Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

              Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

              dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

              (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

              yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

              genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

              dengan baik

              Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

              Kingdom Animalia

              Filum Chordata

              Subfilum Vertebrata

              Kelas Mamalia

              Ordo Rodensia

              Genus Mus

              Spesies Mus musculus

              Data biologis mencit

              Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

              Lama produksi ekonomis 9 bulan

              Lama kebuntingan 19-21 hari

              Kawin sesudah beranak 1-24 jam

              Umur disapih 21 hari

              Umur dewasa 35 hari

              Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

              Siklus estrus 4-5 hari

              Siklus kelamin poli estrus

              Lama estrus 12-14 jam

              10

              Perkawinan pada waktu estrus

              Ovulasi dekat akhir periode estrus

              Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

              Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

              Berat lahir 05-10 gram

              Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

              Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

              Uterus bikornua bermuara di cerviks

              Suhu 35-39oC

              Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

              anastesi naik sampai 230menit jika stress

              Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

              anastesi dan naik 750menit jika stress

              Tekanan darah 130-160 sistol

              (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

              Parasetamol (Asetaminofen)

              Rumus Kimia

              Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

              ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

              antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

              Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

              (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

              berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

              pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

              parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

              walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

              kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

              Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

              tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

              parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

              Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

              11

              analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

              tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

              senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

              Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

              Acetanilide Paracetamol Aniline

              Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

              2006)

              12

              Farmakodinamik

              Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

              dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

              bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

              produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

              Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

              Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

              tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

              bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

              menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

              perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

              menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

              menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

              pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

              Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

              menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

              COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

              sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

              meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

              belum diketahui (Anonimus 2006)

              Farmakokinetik

              Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

              hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

              waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

              yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

              bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

              mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

              setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

              sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

              terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

              Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

              13

              parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

              parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

              +

              metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

              Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

              14

              Toksikologi

              Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

              dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

              nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

              menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

              kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

              Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

              BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

              Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

              lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

              dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

              (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

              dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

              bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

              memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

              (Susana 1987)

              Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

              II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

              dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

              (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

              tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

              NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

              parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

              merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

              Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

              banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

              kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

              vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

              hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

              pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

              Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

              mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

              15

              glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

              darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

              parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

              methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

              (Anonimus 2006)

              BAHAN DAN METODE

              Tempat dan Waktu

              Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

              Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

              Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

              Alat dan Bahan

              A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

              berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

              B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

              digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

              pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

              wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

              (BNF 10)

              C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

              adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

              inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

              D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

              untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

              alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

              E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

              Metode

              A Parasetamol

              Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

              50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

              B Perlakuan

              Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

              dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

              parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

              17

              berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

              kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

              sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

              6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

              Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

              untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

              kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

              pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

              palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

              BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

              minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

              masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

              kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

              C Pembuatan Preparat Histopatologis

              Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

              fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

              dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

              paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

              dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

              adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

              Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

              Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

              Institut Pertanian Bogor

              D Parameter Pengamatan Histopatologi

              Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

              perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

              sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

              pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

              hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

              seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

              18

              buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

              lapang pandang

              E Evaluasi Data

              Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

              kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

              di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

              menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

              Tukey (α = 005)

              HASIL DAN PEMBAHASAN

              Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

              ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

              hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

              perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

              interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

              sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

              Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

              minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

              Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

              Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

              Nekrosa ()

              1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

              Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

              2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

              Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

              3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

              Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

              4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

              Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

              5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

              Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

              6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

              Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

              20

              0102030405060708090

              100

              k

              erus

              akan

              hep

              atos

              it

              P K P K P K P K P K P K

              I 2 3 4 5 6

              Minggu

              Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

              kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

              minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

              kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

              persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

              kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

              normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

              Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

              degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

              (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

              minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

              mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

              21

              Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

              dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

              Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

              berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

              ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

              sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

              cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

              berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

              penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

              menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

              toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

              asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

              reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

              sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

              merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

              yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

              metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

              Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

              Pathogen Free (SPF)

              Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

              cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

              sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

              secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

              minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

              kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

              minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

              waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

              persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

              di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

              22

              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

              Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

              baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

              hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

              Gambar 5

              Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

              Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

              VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

              2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

              VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

              3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

              VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

              4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

              VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

              5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

              VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

              6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

              VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

              23

              0

              10

              20

              30

              40

              50

              60

              70

              80

              90

              100

              k

              erus

              akan

              hep

              atos

              it

              VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

              1 2 3 4 5 6Minggu

              Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

              mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

              membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

              toksisitas yang sama terhadap sel

              Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

              hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

              vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

              pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

              melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

              (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

              mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

              24

              hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

              al 1999)

              Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

              (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

              apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

              kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

              potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

              menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

              membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

              masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

              sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

              merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

              Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

              darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

              maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

              (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

              maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

              terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

              atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

              mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

              termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

              seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

              fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

              masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

              Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

              dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

              limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

              mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

              pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

              histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

              25

              2microm

              Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

              2microm

              Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

              Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

              oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

              antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

              26

              tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

              Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

              gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

              digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

              adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

              (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

              digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

              tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

              Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

              bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

              (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

              Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

              di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

              sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

              sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

              menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

              lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

              kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

              sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

              sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

              sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

              perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

              dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

              sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

              pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

              yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

              pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

              27

              Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

              kuning) Pewarnaan HE

              Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

              dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

              sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

              Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

              (panah kuning) Pewarnaan HE

              28

              Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

              jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

              yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

              Tabel 3 dan Gambar 9

              0

              500

              1000

              1500

              2000

              2500

              P K P K P K P K P K P K

              1 2 3 4 5 6

              Minggu

              Jum

              lah

              sel r

              adan

              g

              VSVP

              Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

              29

              Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

              Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

              Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

              Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

              Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

              2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

              Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

              Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

              Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

              3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

              Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

              Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

              Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

              4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

              Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

              Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

              Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

              5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

              Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

              Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

              Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

              6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

              Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

              Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

              Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

              Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

              berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

              Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

              kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

              antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

              klinik

              Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

              perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

              reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

              merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

              merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

              memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

              bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

              basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

              berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

              30

              dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

              bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

              dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

              membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

              yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

              mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

              darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

              Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

              (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

              batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

              lipidosis nekrosa dan fibrosis

              Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

              menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

              hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

              hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

              sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

              akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

              radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

              fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

              berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

              statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

              hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

              minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

              toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

              vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

              sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

              menurunkan symptom peradangan

              KESIMPULAN DAN SARAN

              Kesimpulan

              Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

              normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

              lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

              Saran

              1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

              waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

              penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

              2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

              berperan dalam metabolisme hati

              DAFTAR PUSTAKA

              Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

              Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

              Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

              umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

              Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

              41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

              Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

              Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

              State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

              Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

              Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

              Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

              Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

              Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

              Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

              Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

              Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

              hatihtlm [21 Januari 2003]

              33

              Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

              Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

              Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

              Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

              Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

              London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

              2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

              Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

              Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

              Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

              Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

              Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

              Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

              dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

              Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

              Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

              Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

              Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

              34

              Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

              Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

              (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

              LAMPIRAN

              36

              Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

              Sampling organtriming darr

              Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

              darr Dehidrasi

              Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

              Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

              darr Embeding

              Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

              Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

              darr Mounting

              Penempelan jaringan pada gelas objek darr

              Staining Pewarnaan

              37

              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

              Xylol I 2 menit darr

              Xylol II 2 menit darr

              Alkohol absolut 2 menit darr

              Alkohol 95 1 menit darr

              Alkohol 80 1 menit darr

              Cuci dengan air kran 1 menit darr

              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

              Cuci dengan air kran 30 detik darr

              Lithium carbonat 15-30 detik darr

              Cuci dengan air kran 2 menit darr

              Eosin 2-3 menit darr

              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

              Alkohol 95 10 celupan darr

              Alkohol absolut I 10 celupan darr

              Alkohol absolut II 2 menit darr

              Xylol I 1 menit darr

              Xylol II 2 menit darr

              Tutup dengan cover glass

              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

              NORMAL Tukey HSD

              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

              Descriptives HIDROPIS

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

              HIDROPIS Tukey HSD

              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

              Descriptives NEKROSA

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

              NEKROSA Tukey HSD

              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

              Descriptives

              NORMAL

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

              NORMAL Tukey HSD

              Subset for alpha =

              05

              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

              Descriptives HIDROPIS

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

              HIDROPIS Tukey HSD

              Subset for alpha =

              05

              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

              Descriptives NEKROSA

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

              NEKROSA Tukey HSD

              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

              Descriptives RADANG

              95 Confidence Interval for Mean

              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

              RADANG Tukey HSD

              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

              • awalrtf
              • DAFTAR ISIdoc
              • PENDAHULUANrtf
              • TINJAUAN PUSTAKArtf
              • BAHAN DAN METODErtf
              • PEMBAHASANrtf
              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
              • DAFTAR PUSTAKArtf
              • LAMPIRANrtf
              • Lamp2rtf

                DAFTAR TABEL

                Halaman

                1 Derajat Keparahan Lesio Hepatosit Mencit Pada Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Dalam Waktu 6 Minggu 20

                2 Derajat Keparahan Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 23

                3 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 29

                DAFTAR GAMBAR

                Halaman

                1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

                2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

                3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

                4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

                5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

                6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

                7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

                8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

                9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

                10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

                DAFTAR LAMPIRAN

                Halaman

                1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

                2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

                3 Hasil Analisis Statistik 39

                PENDAHULUAN

                Latar Belakang

                Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

                berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

                banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

                banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

                dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

                dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

                mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

                Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

                terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

                Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

                diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

                melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

                menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

                empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

                kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

                (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

                kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

                Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

                telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

                Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

                Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

                rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

                hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

                membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

                merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

                mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

                menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

                Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

                yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

                2

                Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

                peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

                yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

                ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

                Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

                dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

                sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

                gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

                hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

                Tujuan

                Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

                dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

                musculus)

                Hipotesa

                H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

                H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

                Manfaat

                Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

                mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

                normal optimum

                TINJAUAN PUSTAKA

                Hati

                Anatomi dan Histologi Hati

                Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                bagian kirinya (Ganong 2003)

                Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                4

                empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                Fisiologi Hati

                Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                5

                masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                Toksikopatologi Hati

                Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                secara sempurna

                Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                6

                diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                7

                1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                jarang terjadi pada hewan

                5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                hepatitis toksik akut

                Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                8

                Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                diduga memiliki efek imunomodulator

                3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                9

                ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                dengan baik

                Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                Kingdom Animalia

                Filum Chordata

                Subfilum Vertebrata

                Kelas Mamalia

                Ordo Rodensia

                Genus Mus

                Spesies Mus musculus

                Data biologis mencit

                Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                Lama produksi ekonomis 9 bulan

                Lama kebuntingan 19-21 hari

                Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                Umur disapih 21 hari

                Umur dewasa 35 hari

                Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                Siklus estrus 4-5 hari

                Siklus kelamin poli estrus

                Lama estrus 12-14 jam

                10

                Perkawinan pada waktu estrus

                Ovulasi dekat akhir periode estrus

                Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                Berat lahir 05-10 gram

                Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                Uterus bikornua bermuara di cerviks

                Suhu 35-39oC

                Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                anastesi naik sampai 230menit jika stress

                Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                anastesi dan naik 750menit jika stress

                Tekanan darah 130-160 sistol

                (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                Parasetamol (Asetaminofen)

                Rumus Kimia

                Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                11

                analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                Acetanilide Paracetamol Aniline

                Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                2006)

                12

                Farmakodinamik

                Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                belum diketahui (Anonimus 2006)

                Farmakokinetik

                Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                13

                parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                +

                metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                14

                Toksikologi

                Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                (Susana 1987)

                Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                15

                glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                (Anonimus 2006)

                BAHAN DAN METODE

                Tempat dan Waktu

                Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                Alat dan Bahan

                A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                (BNF 10)

                C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                Metode

                A Parasetamol

                Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                B Perlakuan

                Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                17

                berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                C Pembuatan Preparat Histopatologis

                Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                Institut Pertanian Bogor

                D Parameter Pengamatan Histopatologi

                Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                18

                buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                lapang pandang

                E Evaluasi Data

                Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                Tukey (α = 005)

                HASIL DAN PEMBAHASAN

                Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                Nekrosa ()

                1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                20

                0102030405060708090

                100

                k

                erus

                akan

                hep

                atos

                it

                P K P K P K P K P K P K

                I 2 3 4 5 6

                Minggu

                Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                21

                Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                Pathogen Free (SPF)

                Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                22

                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                Gambar 5

                Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                23

                0

                10

                20

                30

                40

                50

                60

                70

                80

                90

                100

                k

                erus

                akan

                hep

                atos

                it

                VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                1 2 3 4 5 6Minggu

                Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                toksisitas yang sama terhadap sel

                Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                24

                hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                al 1999)

                Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                25

                2microm

                Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                2microm

                Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                26

                tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                27

                Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                kuning) Pewarnaan HE

                Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                (panah kuning) Pewarnaan HE

                28

                Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                Tabel 3 dan Gambar 9

                0

                500

                1000

                1500

                2000

                2500

                P K P K P K P K P K P K

                1 2 3 4 5 6

                Minggu

                Jum

                lah

                sel r

                adan

                g

                VSVP

                Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                29

                Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                klinik

                Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                30

                dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                lipidosis nekrosa dan fibrosis

                Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                menurunkan symptom peradangan

                KESIMPULAN DAN SARAN

                Kesimpulan

                Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                Saran

                1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                berperan dalam metabolisme hati

                DAFTAR PUSTAKA

                Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                hatihtlm [21 Januari 2003]

                33

                Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                34

                Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                LAMPIRAN

                36

                Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                Sampling organtriming darr

                Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                darr Dehidrasi

                Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                darr Embeding

                Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                darr Mounting

                Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                Staining Pewarnaan

                37

                Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                Xylol I 2 menit darr

                Xylol II 2 menit darr

                Alkohol absolut 2 menit darr

                Alkohol 95 1 menit darr

                Alkohol 80 1 menit darr

                Cuci dengan air kran 1 menit darr

                Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                Cuci dengan air kran 30 detik darr

                Lithium carbonat 15-30 detik darr

                Cuci dengan air kran 2 menit darr

                Eosin 2-3 menit darr

                Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                Alkohol 95 10 celupan darr

                Alkohol absolut I 10 celupan darr

                Alkohol absolut II 2 menit darr

                Xylol I 1 menit darr

                Xylol II 2 menit darr

                Tutup dengan cover glass

                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                NORMAL Tukey HSD

                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                Descriptives HIDROPIS

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                HIDROPIS Tukey HSD

                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                Descriptives NEKROSA

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                NEKROSA Tukey HSD

                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                Descriptives

                NORMAL

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                NORMAL Tukey HSD

                Subset for alpha =

                05

                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                Descriptives HIDROPIS

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                HIDROPIS Tukey HSD

                Subset for alpha =

                05

                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                Descriptives NEKROSA

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                NEKROSA Tukey HSD

                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                Descriptives RADANG

                95 Confidence Interval for Mean

                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                RADANG Tukey HSD

                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                • awalrtf
                • DAFTAR ISIdoc
                • PENDAHULUANrtf
                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                • BAHAN DAN METODErtf
                • PEMBAHASANrtf
                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                • DAFTAR PUSTAKArtf
                • LAMPIRANrtf
                • Lamp2rtf

                  DAFTAR GAMBAR

                  Halaman

                  1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol 11

                  2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol 11

                  3 Bagan Metabolisme Parasetamol 13

                  4 Perbandingan Perubahan Persentase Lesio Hepatosit Kelompok Kontrol (K) dan Perlakuan (P) 20

                  5 Pengaruh Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum Terhadap Perubahan Hepatosit Mencit Pada Vena Porta (VP) Dan Vena Sentralis (VS) 23

                  6 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Kontrol 25

                  7 Gambaran Histopatologi Jaringan Hati Kelompok Perlakuan 25

                  8 Perubahan Pada Bagian Interstitium Hati Berupa Kongesti 27

                  9 Infiltrasi Dan Akumulasi Sel Radang Perivaskuler Vena Sentralis 28

                  10 Perbandingan Jumlah Sel Radang Pada Vena Porta Dan Vena Sentralis Akibat Pemberian Parasetamol Dosis Normal Optimum 29

                  DAFTAR LAMPIRAN

                  Halaman

                  1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

                  2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

                  3 Hasil Analisis Statistik 39

                  PENDAHULUAN

                  Latar Belakang

                  Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

                  berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

                  banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

                  banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

                  dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

                  dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

                  mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

                  Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

                  terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

                  Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

                  diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

                  melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

                  menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

                  empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

                  kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

                  (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

                  kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

                  Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

                  telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

                  Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

                  Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

                  rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

                  hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

                  membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

                  merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

                  mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

                  menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

                  Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

                  yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

                  2

                  Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

                  peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

                  yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                  memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

                  ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

                  Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

                  dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

                  sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

                  gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

                  hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

                  Tujuan

                  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

                  dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

                  musculus)

                  Hipotesa

                  H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

                  H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

                  Manfaat

                  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

                  mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

                  normal optimum

                  TINJAUAN PUSTAKA

                  Hati

                  Anatomi dan Histologi Hati

                  Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                  adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                  dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                  tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                  coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                  dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                  bagian kirinya (Ganong 2003)

                  Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                  terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                  lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                  sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                  sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                  komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                  cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                  kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                  empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                  Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                  intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                  banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                  terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                  untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                  Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                  hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                  ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                  sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                  sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                  sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                  yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                  4

                  empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                  terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                  tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                  menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                  afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                  mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                  menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                  merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                  Fisiologi Hati

                  Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                  merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                  mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                  glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                  sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                  kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                  seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                  mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                  glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                  Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                  Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                  kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                  hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                  Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                  masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                  Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                  dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                  dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                  dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                  pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                  oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                  keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                  5

                  masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                  dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                  hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                  25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                  Toksikopatologi Hati

                  Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                  pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                  80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                  secara sempurna

                  Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                  pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                  inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                  bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                  mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                  biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                  yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                  bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                  kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                  dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                  peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                  bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                  berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                  vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                  degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                  Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                  sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                  adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                  keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                  lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                  meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                  lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                  6

                  diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                  yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                  juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                  asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                  mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                  dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                  protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                  tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                  secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                  sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                  lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                  sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                  Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                  terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                  apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                  dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                  saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                  biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                  ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                  Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                  Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                  Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                  1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                  permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                  proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                  infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                  disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                  akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                  yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                  dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                  dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                  7

                  1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                  tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                  2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                  dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                  yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                  3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                  Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                  lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                  pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                  pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                  4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                  pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                  jarang terjadi pada hewan

                  5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                  sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                  darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                  hepatitis toksik akut

                  Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                  nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                  sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                  lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                  hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                  dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                  Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                  gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                  lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                  lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                  sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                  oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                  secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                  menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                  umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                  8

                  Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                  besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                  menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                  1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                  carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                  Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                  parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                  terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                  berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                  2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                  diduga memiliki efek imunomodulator

                  3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                  diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                  Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                  hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                  trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                  Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                  kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                  Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                  terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                  penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                  tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                  meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                  Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                  Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                  Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                  adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                  sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                  kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                  haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                  keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                  9

                  ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                  Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                  dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                  macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                  Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                  Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                  dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                  (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                  yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                  genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                  dengan baik

                  Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                  Kingdom Animalia

                  Filum Chordata

                  Subfilum Vertebrata

                  Kelas Mamalia

                  Ordo Rodensia

                  Genus Mus

                  Spesies Mus musculus

                  Data biologis mencit

                  Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                  Lama produksi ekonomis 9 bulan

                  Lama kebuntingan 19-21 hari

                  Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                  Umur disapih 21 hari

                  Umur dewasa 35 hari

                  Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                  Siklus estrus 4-5 hari

                  Siklus kelamin poli estrus

                  Lama estrus 12-14 jam

                  10

                  Perkawinan pada waktu estrus

                  Ovulasi dekat akhir periode estrus

                  Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                  Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                  Berat lahir 05-10 gram

                  Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                  Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                  Uterus bikornua bermuara di cerviks

                  Suhu 35-39oC

                  Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                  anastesi naik sampai 230menit jika stress

                  Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                  anastesi dan naik 750menit jika stress

                  Tekanan darah 130-160 sistol

                  (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                  Parasetamol (Asetaminofen)

                  Rumus Kimia

                  Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                  ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                  antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                  Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                  (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                  berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                  pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                  parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                  walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                  kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                  Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                  tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                  parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                  Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                  11

                  analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                  tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                  senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                  Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                  Acetanilide Paracetamol Aniline

                  Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                  2006)

                  12

                  Farmakodinamik

                  Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                  dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                  bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                  produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                  Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                  Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                  tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                  bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                  menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                  perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                  menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                  menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                  pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                  Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                  menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                  COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                  sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                  meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                  belum diketahui (Anonimus 2006)

                  Farmakokinetik

                  Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                  hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                  waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                  yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                  bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                  mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                  setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                  sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                  terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                  Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                  13

                  parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                  asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                  parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                  P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                  biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                  Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                  (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                  ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                  fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                  dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                  berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                  Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                  kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                  parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                  +

                  metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                  Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                  14

                  Toksikologi

                  Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                  dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                  nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                  menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                  kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                  Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                  BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                  Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                  lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                  dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                  (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                  dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                  bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                  memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                  (Susana 1987)

                  Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                  II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                  dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                  (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                  tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                  NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                  parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                  merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                  Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                  banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                  kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                  vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                  hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                  pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                  Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                  mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                  15

                  glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                  darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                  parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                  methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                  (Anonimus 2006)

                  BAHAN DAN METODE

                  Tempat dan Waktu

                  Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                  Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                  Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                  Alat dan Bahan

                  A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                  berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                  B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                  digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                  pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                  wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                  (BNF 10)

                  C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                  adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                  inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                  D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                  untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                  alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                  E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                  Metode

                  A Parasetamol

                  Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                  50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                  B Perlakuan

                  Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                  dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                  parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                  17

                  berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                  kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                  sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                  6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                  Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                  untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                  kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                  pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                  palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                  BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                  minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                  masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                  kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                  C Pembuatan Preparat Histopatologis

                  Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                  fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                  dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                  paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                  dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                  adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                  Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                  Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                  Institut Pertanian Bogor

                  D Parameter Pengamatan Histopatologi

                  Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                  perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                  sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                  pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                  hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                  seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                  18

                  buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                  lapang pandang

                  E Evaluasi Data

                  Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                  kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                  di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                  menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                  Tukey (α = 005)

                  HASIL DAN PEMBAHASAN

                  Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                  ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                  hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                  perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                  interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                  sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                  Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                  minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                  Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                  Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                  Nekrosa ()

                  1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                  Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                  2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                  Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                  3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                  Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                  4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                  Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                  5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                  Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                  6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                  Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                  20

                  0102030405060708090

                  100

                  k

                  erus

                  akan

                  hep

                  atos

                  it

                  P K P K P K P K P K P K

                  I 2 3 4 5 6

                  Minggu

                  Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                  kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                  minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                  kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                  persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                  kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                  normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                  degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                  (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                  minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                  mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                  21

                  Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                  dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                  Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                  berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                  ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                  sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                  cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                  berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                  penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                  menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                  toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                  asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                  reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                  sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                  merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                  yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                  metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                  Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                  Pathogen Free (SPF)

                  Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                  cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                  sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                  secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                  minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                  kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                  minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                  waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                  persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                  di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                  asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                  parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                  P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                  22

                  biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                  Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                  (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                  ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                  fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                  dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                  berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                  Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                  kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                  Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                  baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                  hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                  Gambar 5

                  Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                  Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                  VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                  2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                  VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                  3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                  VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                  4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                  VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                  5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                  VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                  6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                  VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                  23

                  0

                  10

                  20

                  30

                  40

                  50

                  60

                  70

                  80

                  90

                  100

                  k

                  erus

                  akan

                  hep

                  atos

                  it

                  VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                  1 2 3 4 5 6Minggu

                  Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                  mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                  membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                  toksisitas yang sama terhadap sel

                  Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                  hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                  vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                  pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                  melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                  (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                  mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                  24

                  hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                  al 1999)

                  Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                  (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                  apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                  kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                  potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                  menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                  membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                  masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                  sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                  merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                  Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                  darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                  maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                  (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                  maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                  terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                  atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                  mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                  termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                  seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                  fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                  masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                  Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                  dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                  limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                  mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                  pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                  histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                  25

                  2microm

                  Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                  2microm

                  Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                  Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                  oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                  antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                  26

                  tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                  Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                  gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                  digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                  adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                  (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                  digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                  tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                  Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                  bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                  (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                  Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                  di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                  sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                  sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                  menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                  lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                  kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                  sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                  sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                  sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                  perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                  dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                  sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                  pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                  yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                  pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                  27

                  Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                  kuning) Pewarnaan HE

                  Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                  dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                  sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                  Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                  (panah kuning) Pewarnaan HE

                  28

                  Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                  jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                  yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                  Tabel 3 dan Gambar 9

                  0

                  500

                  1000

                  1500

                  2000

                  2500

                  P K P K P K P K P K P K

                  1 2 3 4 5 6

                  Minggu

                  Jum

                  lah

                  sel r

                  adan

                  g

                  VSVP

                  Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                  29

                  Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                  Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                  Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                  Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                  Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                  2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                  Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                  Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                  Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                  3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                  Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                  Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                  Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                  4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                  Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                  Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                  Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                  5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                  Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                  Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                  Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                  6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                  Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                  Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                  Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                  Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                  berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                  Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                  kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                  antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                  klinik

                  Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                  perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                  reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                  merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                  merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                  memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                  bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                  basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                  berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                  30

                  dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                  bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                  dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                  membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                  yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                  mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                  darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                  Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                  (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                  batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                  lipidosis nekrosa dan fibrosis

                  Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                  menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                  hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                  hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                  sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                  akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                  radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                  fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                  berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                  statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                  hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                  minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                  toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                  vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                  sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                  menurunkan symptom peradangan

                  KESIMPULAN DAN SARAN

                  Kesimpulan

                  Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                  normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                  lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                  Saran

                  1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                  waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                  penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                  2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                  berperan dalam metabolisme hati

                  DAFTAR PUSTAKA

                  Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                  Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                  Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                  umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                  Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                  41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                  Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                  Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                  State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                  Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                  Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                  Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                  Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                  Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                  Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                  Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                  hatihtlm [21 Januari 2003]

                  33

                  Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                  Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                  Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                  Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                  Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                  London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                  2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                  Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                  Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                  Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                  Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                  Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                  Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                  dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                  Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                  Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                  Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                  Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                  34

                  Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                  Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                  (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                  LAMPIRAN

                  36

                  Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                  Sampling organtriming darr

                  Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                  darr Dehidrasi

                  Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                  Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                  darr Embeding

                  Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                  Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                  darr Mounting

                  Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                  Staining Pewarnaan

                  37

                  Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                  Xylol I 2 menit darr

                  Xylol II 2 menit darr

                  Alkohol absolut 2 menit darr

                  Alkohol 95 1 menit darr

                  Alkohol 80 1 menit darr

                  Cuci dengan air kran 1 menit darr

                  Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                  Cuci dengan air kran 30 detik darr

                  Lithium carbonat 15-30 detik darr

                  Cuci dengan air kran 2 menit darr

                  Eosin 2-3 menit darr

                  Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                  Alkohol 95 10 celupan darr

                  Alkohol absolut I 10 celupan darr

                  Alkohol absolut II 2 menit darr

                  Xylol I 1 menit darr

                  Xylol II 2 menit darr

                  Tutup dengan cover glass

                  Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                  NORMAL Tukey HSD

                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                  Descriptives HIDROPIS

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                  HIDROPIS Tukey HSD

                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                  Descriptives NEKROSA

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                  NEKROSA Tukey HSD

                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                  Descriptives

                  NORMAL

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                  NORMAL Tukey HSD

                  Subset for alpha =

                  05

                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                  Descriptives HIDROPIS

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                  HIDROPIS Tukey HSD

                  Subset for alpha =

                  05

                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                  Descriptives NEKROSA

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                  NEKROSA Tukey HSD

                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                  Descriptives RADANG

                  95 Confidence Interval for Mean

                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                  RADANG Tukey HSD

                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                  • awalrtf
                  • DAFTAR ISIdoc
                  • PENDAHULUANrtf
                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                  • BAHAN DAN METODErtf
                  • PEMBAHASANrtf
                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                  • LAMPIRANrtf
                  • Lamp2rtf

                    DAFTAR LAMPIRAN

                    Halaman

                    1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi 37

                    2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin 38

                    3 Hasil Analisis Statistik 39

                    PENDAHULUAN

                    Latar Belakang

                    Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

                    berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

                    banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

                    banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

                    dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

                    dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

                    mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

                    Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

                    terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

                    Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

                    diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

                    melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

                    menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

                    empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

                    kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

                    (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

                    kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

                    Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

                    telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

                    Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

                    Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

                    rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

                    hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

                    membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

                    merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

                    mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

                    menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

                    Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

                    yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

                    2

                    Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

                    peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

                    yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                    memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

                    ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

                    Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

                    dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

                    sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

                    gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

                    hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

                    Tujuan

                    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

                    dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

                    musculus)

                    Hipotesa

                    H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

                    H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

                    Manfaat

                    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

                    mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

                    normal optimum

                    TINJAUAN PUSTAKA

                    Hati

                    Anatomi dan Histologi Hati

                    Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                    adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                    dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                    tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                    coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                    dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                    bagian kirinya (Ganong 2003)

                    Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                    terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                    lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                    sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                    sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                    komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                    cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                    kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                    empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                    Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                    intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                    banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                    terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                    untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                    Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                    hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                    ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                    sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                    sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                    sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                    yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                    4

                    empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                    terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                    tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                    menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                    afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                    mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                    menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                    merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                    Fisiologi Hati

                    Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                    merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                    mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                    glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                    sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                    kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                    seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                    mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                    glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                    Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                    Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                    kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                    hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                    Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                    masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                    Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                    dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                    dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                    dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                    pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                    oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                    keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                    5

                    masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                    dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                    hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                    25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                    Toksikopatologi Hati

                    Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                    pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                    80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                    secara sempurna

                    Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                    pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                    inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                    bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                    mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                    biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                    yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                    bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                    kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                    dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                    peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                    bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                    berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                    vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                    degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                    Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                    sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                    adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                    keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                    lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                    meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                    lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                    6

                    diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                    yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                    juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                    asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                    mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                    dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                    protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                    tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                    secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                    sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                    lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                    sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                    Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                    terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                    apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                    dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                    saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                    biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                    ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                    Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                    Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                    Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                    1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                    permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                    proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                    infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                    disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                    akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                    yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                    dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                    dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                    7

                    1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                    tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                    2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                    dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                    yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                    3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                    Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                    lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                    pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                    pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                    4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                    pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                    jarang terjadi pada hewan

                    5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                    sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                    darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                    hepatitis toksik akut

                    Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                    nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                    sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                    lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                    hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                    dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                    Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                    gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                    lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                    lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                    sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                    oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                    secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                    menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                    umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                    8

                    Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                    besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                    menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                    1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                    carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                    Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                    parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                    terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                    berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                    2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                    diduga memiliki efek imunomodulator

                    3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                    diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                    Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                    hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                    trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                    Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                    kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                    Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                    terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                    penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                    tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                    meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                    Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                    Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                    Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                    adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                    sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                    kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                    haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                    keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                    9

                    ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                    Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                    dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                    macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                    Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                    Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                    dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                    yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                    genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                    dengan baik

                    Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                    Kingdom Animalia

                    Filum Chordata

                    Subfilum Vertebrata

                    Kelas Mamalia

                    Ordo Rodensia

                    Genus Mus

                    Spesies Mus musculus

                    Data biologis mencit

                    Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                    Lama produksi ekonomis 9 bulan

                    Lama kebuntingan 19-21 hari

                    Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                    Umur disapih 21 hari

                    Umur dewasa 35 hari

                    Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                    Siklus estrus 4-5 hari

                    Siklus kelamin poli estrus

                    Lama estrus 12-14 jam

                    10

                    Perkawinan pada waktu estrus

                    Ovulasi dekat akhir periode estrus

                    Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                    Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                    Berat lahir 05-10 gram

                    Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                    Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                    Uterus bikornua bermuara di cerviks

                    Suhu 35-39oC

                    Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                    anastesi naik sampai 230menit jika stress

                    Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                    anastesi dan naik 750menit jika stress

                    Tekanan darah 130-160 sistol

                    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                    Parasetamol (Asetaminofen)

                    Rumus Kimia

                    Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                    ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                    antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                    Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                    (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                    berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                    pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                    parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                    walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                    kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                    Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                    tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                    parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                    Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                    11

                    analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                    tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                    senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                    Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                    Acetanilide Paracetamol Aniline

                    Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                    2006)

                    12

                    Farmakodinamik

                    Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                    dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                    bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                    produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                    Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                    Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                    tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                    bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                    menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                    perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                    menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                    menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                    pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                    Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                    menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                    COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                    sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                    meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                    belum diketahui (Anonimus 2006)

                    Farmakokinetik

                    Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                    hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                    waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                    yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                    bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                    mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                    setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                    sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                    terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                    Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                    13

                    parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                    parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                    +

                    metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                    Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                    14

                    Toksikologi

                    Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                    dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                    nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                    menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                    kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                    Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                    BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                    Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                    lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                    dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                    (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                    dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                    bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                    memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                    (Susana 1987)

                    Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                    II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                    dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                    (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                    tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                    NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                    parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                    merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                    Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                    banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                    kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                    vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                    hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                    pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                    Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                    mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                    15

                    glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                    darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                    parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                    methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                    (Anonimus 2006)

                    BAHAN DAN METODE

                    Tempat dan Waktu

                    Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                    Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                    Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                    Alat dan Bahan

                    A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                    berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                    B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                    digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                    pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                    wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                    (BNF 10)

                    C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                    adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                    inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                    D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                    untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                    alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                    E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                    Metode

                    A Parasetamol

                    Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                    50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                    B Perlakuan

                    Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                    dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                    parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                    17

                    berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                    kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                    sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                    6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                    Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                    untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                    kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                    pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                    palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                    BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                    minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                    masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                    kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                    C Pembuatan Preparat Histopatologis

                    Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                    fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                    dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                    paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                    dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                    adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                    Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                    Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                    Institut Pertanian Bogor

                    D Parameter Pengamatan Histopatologi

                    Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                    perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                    sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                    pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                    hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                    seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                    18

                    buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                    lapang pandang

                    E Evaluasi Data

                    Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                    kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                    di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                    menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                    Tukey (α = 005)

                    HASIL DAN PEMBAHASAN

                    Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                    ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                    hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                    perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                    interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                    sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                    Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                    minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                    Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                    Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                    Nekrosa ()

                    1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                    Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                    2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                    Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                    3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                    Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                    4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                    Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                    5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                    Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                    6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                    Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                    20

                    0102030405060708090

                    100

                    k

                    erus

                    akan

                    hep

                    atos

                    it

                    P K P K P K P K P K P K

                    I 2 3 4 5 6

                    Minggu

                    Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                    kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                    minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                    kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                    persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                    kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                    normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                    degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                    (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                    minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                    mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                    21

                    Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                    dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                    Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                    berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                    ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                    sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                    cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                    berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                    penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                    menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                    toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                    asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                    reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                    sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                    merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                    yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                    metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                    Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                    Pathogen Free (SPF)

                    Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                    cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                    sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                    secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                    minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                    kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                    minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                    waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                    persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                    di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                    22

                    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                    Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                    baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                    hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                    Gambar 5

                    Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                    Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                    VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                    2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                    VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                    3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                    VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                    4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                    VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                    5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                    VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                    6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                    VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                    23

                    0

                    10

                    20

                    30

                    40

                    50

                    60

                    70

                    80

                    90

                    100

                    k

                    erus

                    akan

                    hep

                    atos

                    it

                    VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                    1 2 3 4 5 6Minggu

                    Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                    mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                    membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                    toksisitas yang sama terhadap sel

                    Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                    hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                    vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                    pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                    melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                    (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                    mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                    24

                    hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                    al 1999)

                    Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                    (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                    apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                    kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                    potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                    menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                    membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                    masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                    sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                    merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                    Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                    darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                    maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                    (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                    maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                    terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                    atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                    mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                    termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                    seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                    fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                    masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                    Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                    dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                    limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                    mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                    pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                    histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                    25

                    2microm

                    Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                    2microm

                    Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                    Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                    oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                    antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                    26

                    tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                    Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                    gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                    digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                    adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                    (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                    digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                    tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                    Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                    bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                    (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                    Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                    di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                    sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                    sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                    menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                    lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                    kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                    sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                    sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                    sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                    perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                    dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                    sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                    pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                    yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                    pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                    27

                    Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                    kuning) Pewarnaan HE

                    Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                    dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                    sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                    Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                    (panah kuning) Pewarnaan HE

                    28

                    Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                    jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                    yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                    Tabel 3 dan Gambar 9

                    0

                    500

                    1000

                    1500

                    2000

                    2500

                    P K P K P K P K P K P K

                    1 2 3 4 5 6

                    Minggu

                    Jum

                    lah

                    sel r

                    adan

                    g

                    VSVP

                    Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                    29

                    Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                    Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                    Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                    Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                    Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                    2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                    Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                    Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                    Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                    3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                    Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                    Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                    Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                    4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                    Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                    Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                    Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                    5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                    Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                    Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                    Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                    6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                    Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                    Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                    Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                    Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                    berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                    Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                    kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                    antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                    klinik

                    Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                    perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                    reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                    merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                    merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                    memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                    bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                    basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                    berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                    30

                    dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                    bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                    dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                    membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                    yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                    mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                    darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                    Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                    (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                    batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                    lipidosis nekrosa dan fibrosis

                    Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                    menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                    hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                    hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                    sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                    akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                    radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                    fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                    berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                    statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                    hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                    minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                    toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                    vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                    sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                    menurunkan symptom peradangan

                    KESIMPULAN DAN SARAN

                    Kesimpulan

                    Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                    normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                    lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                    Saran

                    1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                    waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                    penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                    2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                    berperan dalam metabolisme hati

                    DAFTAR PUSTAKA

                    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                    hatihtlm [21 Januari 2003]

                    33

                    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                    34

                    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                    LAMPIRAN

                    36

                    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                    Sampling organtriming darr

                    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                    darr Dehidrasi

                    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                    darr Embeding

                    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                    darr Mounting

                    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                    Staining Pewarnaan

                    37

                    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                    Xylol I 2 menit darr

                    Xylol II 2 menit darr

                    Alkohol absolut 2 menit darr

                    Alkohol 95 1 menit darr

                    Alkohol 80 1 menit darr

                    Cuci dengan air kran 1 menit darr

                    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                    Cuci dengan air kran 30 detik darr

                    Lithium carbonat 15-30 detik darr

                    Cuci dengan air kran 2 menit darr

                    Eosin 2-3 menit darr

                    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                    Alkohol 95 10 celupan darr

                    Alkohol absolut I 10 celupan darr

                    Alkohol absolut II 2 menit darr

                    Xylol I 1 menit darr

                    Xylol II 2 menit darr

                    Tutup dengan cover glass

                    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                    NORMAL Tukey HSD

                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                    Descriptives HIDROPIS

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                    HIDROPIS Tukey HSD

                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                    Descriptives NEKROSA

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                    NEKROSA Tukey HSD

                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                    Descriptives

                    NORMAL

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                    NORMAL Tukey HSD

                    Subset for alpha =

                    05

                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                    Descriptives HIDROPIS

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                    HIDROPIS Tukey HSD

                    Subset for alpha =

                    05

                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                    Descriptives NEKROSA

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                    NEKROSA Tukey HSD

                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                    Descriptives RADANG

                    95 Confidence Interval for Mean

                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                    RADANG Tukey HSD

                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                    • awalrtf
                    • DAFTAR ISIdoc
                    • PENDAHULUANrtf
                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                    • BAHAN DAN METODErtf
                    • PEMBAHASANrtf
                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                    • LAMPIRANrtf
                    • Lamp2rtf

                      PENDAHULUAN

                      Latar Belakang

                      Perubahan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan munculnya

                      berbagai penyakit Studi menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah yang terlalu

                      banyak mengkonsumsi protein lemak gula dan garam misalnya ternyata lebih

                      banyak ditemukan penderita penyakit-penyakit degeneratif seperti arteriosklerosis

                      dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan organ pencernaan (hati pankreas

                      dan gastrointestinal) dibandingkan masyarakat di wilayah yang banyak

                      mengkonsumsi karbohidrat serat dan vitamin (Ruswandi 2005)

                      Salah satu fungsi hati yang penting ialah melindungi tubuh terhadap

                      terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar misalnya obat

                      Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah

                      diekskresikan oleh ginjal Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan

                      melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga metabolit yang terbentuk

                      menjadi lebih mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau

                      empedu Dengan faal tersebut tidak mengherankan bila hati mempunyai

                      kemungkinan yang cukup besar untuk dirusak oleh obat Hepatitis karena obat

                      (HKO) pada umumnya tidak menimbulkan kerusakan permanen tetapi kadang-

                      kadang dapat berlangsung lama dan fatal (Dalimartha 2005)

                      Di Indonesia obat-obatan yang mengandung parasetamol dosis tinggi

                      telah bebas dijual dan beredar di masyarakat seperti Panadolreg dan Mixagripreg

                      Banyak masyarakat yang menggunakan parasetamol sebagai obat sakit kepala

                      Konsumsi obat (parasetamol) dosis berlebih merupakan salah satu penyebab

                      rusaknya membran sel hati Nekrosis hati terjadi karena interaksi radikal bebas

                      hasil metabolisme obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun

                      membran sel hati Interaksi radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan

                      merusak membran sel (Anonimus 2006) Menurut Clark penggunaan obat yang

                      mengandung parasetamol berlebihan dalam jangka waktu tertentu akan

                      menyebabkan terjadinya kerusakan sel hati (Sutanto 1996)

                      Kerusakan sel hati yang diakibatkan parasetamol menyerupai kerusakan

                      yang ditimbulkan akibat infeksi virus hepatitis pada organ hati yaitu sirosis hati

                      2

                      Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

                      peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

                      yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                      memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

                      ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

                      Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

                      dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

                      sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

                      gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

                      hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

                      Tujuan

                      Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

                      dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

                      musculus)

                      Hipotesa

                      H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

                      H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

                      Manfaat

                      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

                      mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

                      normal optimum

                      TINJAUAN PUSTAKA

                      Hati

                      Anatomi dan Histologi Hati

                      Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                      adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                      dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                      tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                      coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                      dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                      bagian kirinya (Ganong 2003)

                      Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                      terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                      lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                      sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                      sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                      komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                      cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                      kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                      empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                      Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                      intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                      banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                      terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                      untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                      Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                      hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                      ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                      sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                      sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                      sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                      yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                      4

                      empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                      terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                      tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                      menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                      afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                      mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                      menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                      merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                      Fisiologi Hati

                      Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                      merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                      mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                      glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                      sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                      kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                      seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                      mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                      glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                      Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                      Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                      kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                      hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                      Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                      masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                      Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                      dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                      dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                      dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                      pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                      oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                      keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                      5

                      masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                      dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                      hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                      25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                      Toksikopatologi Hati

                      Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                      pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                      80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                      secara sempurna

                      Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                      pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                      inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                      bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                      mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                      biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                      yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                      bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                      kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                      dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                      peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                      bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                      berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                      vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                      degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                      Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                      sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                      adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                      keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                      lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                      meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                      lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                      6

                      diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                      yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                      juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                      asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                      mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                      dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                      protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                      tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                      secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                      sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                      lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                      sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                      Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                      terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                      apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                      dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                      saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                      biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                      ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                      Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                      Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                      Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                      1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                      permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                      proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                      infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                      disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                      akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                      yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                      dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                      dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                      7

                      1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                      tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                      2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                      dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                      yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                      3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                      Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                      lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                      pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                      pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                      4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                      pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                      jarang terjadi pada hewan

                      5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                      sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                      darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                      hepatitis toksik akut

                      Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                      nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                      sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                      lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                      hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                      dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                      Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                      gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                      lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                      lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                      sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                      oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                      secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                      menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                      umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                      8

                      Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                      besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                      menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                      1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                      carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                      Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                      parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                      terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                      berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                      2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                      diduga memiliki efek imunomodulator

                      3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                      diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                      Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                      hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                      trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                      Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                      kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                      Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                      terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                      penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                      tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                      meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                      Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                      Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                      Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                      adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                      sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                      kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                      haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                      keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                      9

                      ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                      Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                      dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                      macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                      Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                      Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                      dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                      yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                      genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                      dengan baik

                      Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                      Kingdom Animalia

                      Filum Chordata

                      Subfilum Vertebrata

                      Kelas Mamalia

                      Ordo Rodensia

                      Genus Mus

                      Spesies Mus musculus

                      Data biologis mencit

                      Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                      Lama produksi ekonomis 9 bulan

                      Lama kebuntingan 19-21 hari

                      Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                      Umur disapih 21 hari

                      Umur dewasa 35 hari

                      Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                      Siklus estrus 4-5 hari

                      Siklus kelamin poli estrus

                      Lama estrus 12-14 jam

                      10

                      Perkawinan pada waktu estrus

                      Ovulasi dekat akhir periode estrus

                      Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                      Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                      Berat lahir 05-10 gram

                      Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                      Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                      Uterus bikornua bermuara di cerviks

                      Suhu 35-39oC

                      Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                      anastesi naik sampai 230menit jika stress

                      Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                      anastesi dan naik 750menit jika stress

                      Tekanan darah 130-160 sistol

                      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                      Parasetamol (Asetaminofen)

                      Rumus Kimia

                      Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                      ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                      antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                      Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                      (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                      berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                      pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                      parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                      walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                      kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                      Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                      tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                      parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                      Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                      11

                      analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                      tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                      senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                      Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                      Acetanilide Paracetamol Aniline

                      Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                      2006)

                      12

                      Farmakodinamik

                      Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                      dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                      bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                      produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                      Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                      Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                      tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                      bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                      menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                      perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                      menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                      menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                      pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                      Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                      menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                      COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                      sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                      meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                      belum diketahui (Anonimus 2006)

                      Farmakokinetik

                      Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                      hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                      waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                      yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                      bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                      mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                      setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                      sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                      terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                      Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                      13

                      parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                      parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                      +

                      metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                      Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                      14

                      Toksikologi

                      Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                      dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                      nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                      menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                      kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                      Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                      BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                      Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                      lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                      dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                      (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                      dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                      bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                      memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                      (Susana 1987)

                      Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                      II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                      dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                      (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                      tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                      NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                      parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                      merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                      Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                      banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                      kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                      vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                      hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                      pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                      Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                      mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                      15

                      glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                      darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                      parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                      methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                      (Anonimus 2006)

                      BAHAN DAN METODE

                      Tempat dan Waktu

                      Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                      Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                      Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                      Alat dan Bahan

                      A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                      berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                      B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                      digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                      pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                      wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                      (BNF 10)

                      C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                      adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                      inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                      D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                      untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                      alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                      E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                      Metode

                      A Parasetamol

                      Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                      50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                      B Perlakuan

                      Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                      dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                      parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                      17

                      berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                      kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                      sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                      6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                      Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                      untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                      kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                      pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                      palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                      BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                      minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                      masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                      kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                      C Pembuatan Preparat Histopatologis

                      Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                      fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                      dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                      paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                      dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                      adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                      Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                      Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                      Institut Pertanian Bogor

                      D Parameter Pengamatan Histopatologi

                      Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                      perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                      sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                      pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                      hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                      seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                      18

                      buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                      lapang pandang

                      E Evaluasi Data

                      Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                      kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                      di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                      menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                      Tukey (α = 005)

                      HASIL DAN PEMBAHASAN

                      Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                      ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                      hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                      perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                      interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                      sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                      Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                      minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                      Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                      Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                      Nekrosa ()

                      1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                      Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                      2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                      Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                      3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                      Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                      4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                      Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                      5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                      Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                      6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                      Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                      20

                      0102030405060708090

                      100

                      k

                      erus

                      akan

                      hep

                      atos

                      it

                      P K P K P K P K P K P K

                      I 2 3 4 5 6

                      Minggu

                      Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                      kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                      minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                      kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                      persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                      kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                      normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                      degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                      (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                      minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                      mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                      21

                      Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                      dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                      Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                      berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                      ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                      sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                      cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                      berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                      penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                      menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                      toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                      asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                      reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                      sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                      merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                      yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                      metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                      Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                      Pathogen Free (SPF)

                      Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                      cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                      sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                      secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                      minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                      kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                      minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                      waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                      persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                      di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                      22

                      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                      Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                      baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                      hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                      Gambar 5

                      Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                      Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                      VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                      2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                      VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                      3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                      VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                      4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                      VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                      5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                      VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                      6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                      VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                      23

                      0

                      10

                      20

                      30

                      40

                      50

                      60

                      70

                      80

                      90

                      100

                      k

                      erus

                      akan

                      hep

                      atos

                      it

                      VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                      1 2 3 4 5 6Minggu

                      Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                      mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                      membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                      toksisitas yang sama terhadap sel

                      Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                      hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                      vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                      pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                      melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                      (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                      mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                      24

                      hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                      al 1999)

                      Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                      (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                      apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                      kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                      potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                      menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                      membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                      masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                      sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                      merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                      Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                      darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                      maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                      (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                      maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                      terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                      atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                      mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                      termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                      seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                      fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                      masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                      Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                      dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                      limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                      mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                      pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                      histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                      25

                      2microm

                      Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                      2microm

                      Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                      Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                      oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                      antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                      26

                      tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                      Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                      gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                      digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                      adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                      (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                      digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                      tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                      Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                      bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                      (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                      Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                      di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                      sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                      sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                      menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                      lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                      kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                      sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                      sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                      sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                      perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                      dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                      sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                      pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                      yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                      pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                      27

                      Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                      kuning) Pewarnaan HE

                      Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                      dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                      sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                      Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                      (panah kuning) Pewarnaan HE

                      28

                      Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                      jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                      yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                      Tabel 3 dan Gambar 9

                      0

                      500

                      1000

                      1500

                      2000

                      2500

                      P K P K P K P K P K P K

                      1 2 3 4 5 6

                      Minggu

                      Jum

                      lah

                      sel r

                      adan

                      g

                      VSVP

                      Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                      29

                      Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                      Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                      Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                      Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                      Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                      2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                      Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                      Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                      Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                      3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                      Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                      Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                      Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                      4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                      Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                      Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                      Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                      5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                      Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                      Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                      Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                      6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                      Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                      Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                      Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                      Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                      berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                      Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                      kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                      antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                      klinik

                      Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                      perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                      reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                      merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                      merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                      memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                      bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                      basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                      berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                      30

                      dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                      bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                      dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                      membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                      yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                      mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                      darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                      Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                      (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                      batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                      lipidosis nekrosa dan fibrosis

                      Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                      menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                      hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                      hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                      sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                      akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                      radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                      fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                      berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                      statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                      hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                      minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                      toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                      vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                      sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                      menurunkan symptom peradangan

                      KESIMPULAN DAN SARAN

                      Kesimpulan

                      Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                      normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                      lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                      Saran

                      1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                      waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                      penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                      2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                      berperan dalam metabolisme hati

                      DAFTAR PUSTAKA

                      Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                      Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                      Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                      umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                      Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                      41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                      Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                      Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                      State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                      Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                      Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                      Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                      Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                      Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                      Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                      Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                      hatihtlm [21 Januari 2003]

                      33

                      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                      34

                      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                      LAMPIRAN

                      36

                      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                      Sampling organtriming darr

                      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                      darr Dehidrasi

                      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                      darr Embeding

                      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                      darr Mounting

                      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                      Staining Pewarnaan

                      37

                      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                      Xylol I 2 menit darr

                      Xylol II 2 menit darr

                      Alkohol absolut 2 menit darr

                      Alkohol 95 1 menit darr

                      Alkohol 80 1 menit darr

                      Cuci dengan air kran 1 menit darr

                      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                      Cuci dengan air kran 30 detik darr

                      Lithium carbonat 15-30 detik darr

                      Cuci dengan air kran 2 menit darr

                      Eosin 2-3 menit darr

                      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                      Alkohol 95 10 celupan darr

                      Alkohol absolut I 10 celupan darr

                      Alkohol absolut II 2 menit darr

                      Xylol I 1 menit darr

                      Xylol II 2 menit darr

                      Tutup dengan cover glass

                      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                      NORMAL Tukey HSD

                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                      Descriptives HIDROPIS

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                      HIDROPIS Tukey HSD

                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                      Descriptives NEKROSA

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                      NEKROSA Tukey HSD

                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                      Descriptives

                      NORMAL

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                      NORMAL Tukey HSD

                      Subset for alpha =

                      05

                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                      Descriptives HIDROPIS

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                      HIDROPIS Tukey HSD

                      Subset for alpha =

                      05

                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                      Descriptives NEKROSA

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                      NEKROSA Tukey HSD

                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                      Descriptives RADANG

                      95 Confidence Interval for Mean

                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                      RADANG Tukey HSD

                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                      • awalrtf
                      • DAFTAR ISIdoc
                      • PENDAHULUANrtf
                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                      • BAHAN DAN METODErtf
                      • PEMBAHASANrtf
                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                      • LAMPIRANrtf
                      • Lamp2rtf

                        2

                        Kerusakan sel hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid

                        peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Jumlah radikal bebas

                        yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                        memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati Hal

                        ini mendasari dugaan mengenai kemampuan parasetamol sebagai hepatotoksikan

                        Kerusakan hati yang disebabkan oleh parasetamol pada penelitian ini diketahui

                        dengan cara menghitung persentase sel yang mengalami degenerasi dan nekrosa

                        sehingga pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap

                        gambaran histopatologi hati mencit (Mus musculus) dapat dianalisa Kerusakan

                        hati jika terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian

                        Tujuan

                        Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian parasetamol

                        dosis normal optimum terhadap gambaran histopatologi hati mencit (Mus

                        musculus)

                        Hipotesa

                        H0 Parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati

                        H1 Parasetamol tidak dapat menyebabkan kerusakan hati

                        Manfaat

                        Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar

                        mengenai kerusakan hati yang ditimbulkan pada pemakaian parasetamol dosis

                        normal optimum

                        TINJAUAN PUSTAKA

                        Hati

                        Anatomi dan Histologi Hati

                        Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                        adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                        dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                        tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                        coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                        dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                        bagian kirinya (Ganong 2003)

                        Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                        terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                        lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                        sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                        sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                        komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                        cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                        kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                        empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                        Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                        intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                        banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                        terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                        untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                        Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                        hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                        ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                        sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                        sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                        sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                        yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                        4

                        empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                        terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                        tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                        menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                        afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                        mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                        menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                        merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                        Fisiologi Hati

                        Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                        merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                        mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                        glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                        sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                        kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                        seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                        mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                        glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                        Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                        Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                        kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                        hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                        Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                        masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                        Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                        dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                        dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                        dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                        pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                        oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                        keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                        5

                        masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                        dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                        hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                        25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                        Toksikopatologi Hati

                        Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                        pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                        80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                        secara sempurna

                        Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                        pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                        inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                        bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                        mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                        biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                        yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                        bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                        kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                        dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                        peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                        bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                        berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                        vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                        degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                        Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                        sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                        adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                        keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                        lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                        meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                        lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                        6

                        diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                        yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                        juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                        asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                        mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                        dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                        protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                        tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                        secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                        sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                        lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                        sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                        Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                        terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                        apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                        dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                        saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                        biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                        ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                        Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                        Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                        Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                        1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                        permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                        proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                        infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                        disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                        akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                        yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                        dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                        dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                        7

                        1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                        tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                        2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                        dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                        yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                        3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                        Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                        lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                        pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                        pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                        4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                        pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                        jarang terjadi pada hewan

                        5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                        sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                        darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                        hepatitis toksik akut

                        Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                        nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                        sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                        lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                        hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                        dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                        Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                        gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                        lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                        lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                        sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                        oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                        secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                        menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                        umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                        8

                        Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                        besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                        menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                        1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                        carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                        Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                        parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                        terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                        berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                        2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                        diduga memiliki efek imunomodulator

                        3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                        diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                        Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                        hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                        trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                        Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                        kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                        Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                        terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                        penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                        tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                        meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                        Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                        Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                        Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                        adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                        sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                        kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                        haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                        keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                        9

                        ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                        Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                        dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                        macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                        Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                        Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                        dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                        (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                        yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                        genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                        dengan baik

                        Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                        Kingdom Animalia

                        Filum Chordata

                        Subfilum Vertebrata

                        Kelas Mamalia

                        Ordo Rodensia

                        Genus Mus

                        Spesies Mus musculus

                        Data biologis mencit

                        Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                        Lama produksi ekonomis 9 bulan

                        Lama kebuntingan 19-21 hari

                        Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                        Umur disapih 21 hari

                        Umur dewasa 35 hari

                        Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                        Siklus estrus 4-5 hari

                        Siklus kelamin poli estrus

                        Lama estrus 12-14 jam

                        10

                        Perkawinan pada waktu estrus

                        Ovulasi dekat akhir periode estrus

                        Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                        Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                        Berat lahir 05-10 gram

                        Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                        Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                        Uterus bikornua bermuara di cerviks

                        Suhu 35-39oC

                        Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                        anastesi naik sampai 230menit jika stress

                        Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                        anastesi dan naik 750menit jika stress

                        Tekanan darah 130-160 sistol

                        (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                        Parasetamol (Asetaminofen)

                        Rumus Kimia

                        Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                        ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                        antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                        Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                        (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                        berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                        pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                        parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                        walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                        kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                        Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                        tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                        parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                        Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                        11

                        analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                        tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                        senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                        Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                        Acetanilide Paracetamol Aniline

                        Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                        2006)

                        12

                        Farmakodinamik

                        Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                        dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                        bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                        produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                        Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                        Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                        tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                        bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                        menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                        perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                        menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                        menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                        pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                        Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                        menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                        COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                        sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                        meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                        belum diketahui (Anonimus 2006)

                        Farmakokinetik

                        Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                        hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                        waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                        yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                        bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                        mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                        setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                        sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                        terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                        Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                        13

                        parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                        parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                        +

                        metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                        Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                        14

                        Toksikologi

                        Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                        dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                        nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                        menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                        kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                        Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                        BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                        Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                        lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                        dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                        (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                        dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                        bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                        memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                        (Susana 1987)

                        Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                        II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                        dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                        (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                        tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                        NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                        parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                        merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                        Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                        banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                        kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                        vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                        hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                        pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                        Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                        mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                        15

                        glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                        darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                        parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                        methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                        (Anonimus 2006)

                        BAHAN DAN METODE

                        Tempat dan Waktu

                        Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                        Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                        Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                        Alat dan Bahan

                        A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                        berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                        B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                        digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                        pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                        wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                        (BNF 10)

                        C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                        adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                        inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                        D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                        untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                        alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                        E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                        Metode

                        A Parasetamol

                        Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                        50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                        B Perlakuan

                        Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                        dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                        parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                        17

                        berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                        kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                        sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                        6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                        Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                        untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                        kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                        pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                        palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                        BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                        minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                        masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                        kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                        C Pembuatan Preparat Histopatologis

                        Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                        fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                        dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                        paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                        dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                        adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                        Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                        Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                        Institut Pertanian Bogor

                        D Parameter Pengamatan Histopatologi

                        Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                        perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                        sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                        pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                        hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                        seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                        18

                        buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                        lapang pandang

                        E Evaluasi Data

                        Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                        kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                        di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                        menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                        Tukey (α = 005)

                        HASIL DAN PEMBAHASAN

                        Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                        ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                        hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                        perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                        interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                        sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                        Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                        minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                        Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                        Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                        Nekrosa ()

                        1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                        Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                        2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                        Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                        3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                        Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                        4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                        Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                        5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                        Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                        6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                        Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                        20

                        0102030405060708090

                        100

                        k

                        erus

                        akan

                        hep

                        atos

                        it

                        P K P K P K P K P K P K

                        I 2 3 4 5 6

                        Minggu

                        Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                        kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                        minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                        kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                        persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                        kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                        normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                        degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                        (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                        minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                        mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                        21

                        Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                        dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                        Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                        berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                        ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                        sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                        cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                        berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                        penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                        menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                        toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                        asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                        reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                        sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                        merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                        yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                        metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                        Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                        Pathogen Free (SPF)

                        Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                        cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                        sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                        secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                        minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                        kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                        minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                        waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                        persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                        di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                        22

                        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                        Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                        baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                        hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                        Gambar 5

                        Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                        Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                        VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                        2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                        VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                        3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                        VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                        4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                        VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                        5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                        VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                        6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                        VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                        23

                        0

                        10

                        20

                        30

                        40

                        50

                        60

                        70

                        80

                        90

                        100

                        k

                        erus

                        akan

                        hep

                        atos

                        it

                        VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                        1 2 3 4 5 6Minggu

                        Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                        mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                        membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                        toksisitas yang sama terhadap sel

                        Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                        hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                        vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                        pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                        melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                        (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                        mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                        24

                        hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                        al 1999)

                        Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                        (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                        apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                        kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                        potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                        menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                        membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                        masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                        sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                        merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                        Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                        darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                        maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                        (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                        maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                        terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                        atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                        mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                        termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                        seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                        fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                        masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                        Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                        dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                        limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                        mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                        pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                        histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                        25

                        2microm

                        Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                        2microm

                        Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                        Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                        oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                        antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                        26

                        tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                        Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                        gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                        digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                        adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                        (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                        digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                        tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                        Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                        bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                        (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                        Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                        di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                        sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                        sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                        menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                        lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                        kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                        sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                        sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                        sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                        perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                        dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                        sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                        pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                        yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                        pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                        27

                        Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                        kuning) Pewarnaan HE

                        Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                        dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                        sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                        Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                        (panah kuning) Pewarnaan HE

                        28

                        Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                        jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                        yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                        Tabel 3 dan Gambar 9

                        0

                        500

                        1000

                        1500

                        2000

                        2500

                        P K P K P K P K P K P K

                        1 2 3 4 5 6

                        Minggu

                        Jum

                        lah

                        sel r

                        adan

                        g

                        VSVP

                        Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                        29

                        Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                        Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                        Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                        Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                        Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                        2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                        Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                        Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                        Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                        3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                        Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                        Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                        Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                        4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                        Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                        Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                        Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                        5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                        Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                        Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                        Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                        6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                        Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                        Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                        Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                        Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                        berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                        Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                        kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                        antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                        klinik

                        Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                        perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                        reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                        merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                        merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                        memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                        bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                        basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                        berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                        30

                        dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                        bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                        dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                        membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                        yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                        mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                        darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                        Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                        (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                        batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                        lipidosis nekrosa dan fibrosis

                        Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                        menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                        hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                        hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                        sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                        akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                        radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                        fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                        berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                        statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                        hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                        minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                        toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                        vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                        sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                        menurunkan symptom peradangan

                        KESIMPULAN DAN SARAN

                        Kesimpulan

                        Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                        normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                        lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                        Saran

                        1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                        waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                        penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                        2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                        berperan dalam metabolisme hati

                        DAFTAR PUSTAKA

                        Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                        Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                        Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                        umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                        Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                        41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                        Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                        Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                        State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                        Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                        Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                        Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                        Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                        Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                        Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                        Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                        Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                        hatihtlm [21 Januari 2003]

                        33

                        Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                        Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                        Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                        Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                        Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                        London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                        2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                        Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                        Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                        Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                        Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                        Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                        Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                        dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                        Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                        Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                        Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                        Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                        34

                        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                        LAMPIRAN

                        36

                        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                        Sampling organtriming darr

                        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                        darr Dehidrasi

                        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                        darr Embeding

                        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                        darr Mounting

                        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                        Staining Pewarnaan

                        37

                        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                        Xylol I 2 menit darr

                        Xylol II 2 menit darr

                        Alkohol absolut 2 menit darr

                        Alkohol 95 1 menit darr

                        Alkohol 80 1 menit darr

                        Cuci dengan air kran 1 menit darr

                        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                        Cuci dengan air kran 30 detik darr

                        Lithium carbonat 15-30 detik darr

                        Cuci dengan air kran 2 menit darr

                        Eosin 2-3 menit darr

                        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                        Alkohol 95 10 celupan darr

                        Alkohol absolut I 10 celupan darr

                        Alkohol absolut II 2 menit darr

                        Xylol I 1 menit darr

                        Xylol II 2 menit darr

                        Tutup dengan cover glass

                        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                        NORMAL Tukey HSD

                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                        Descriptives HIDROPIS

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                        HIDROPIS Tukey HSD

                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                        Descriptives NEKROSA

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                        NEKROSA Tukey HSD

                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                        Descriptives

                        NORMAL

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                        NORMAL Tukey HSD

                        Subset for alpha =

                        05

                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                        Descriptives HIDROPIS

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                        HIDROPIS Tukey HSD

                        Subset for alpha =

                        05

                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                        Descriptives NEKROSA

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                        NEKROSA Tukey HSD

                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                        Descriptives RADANG

                        95 Confidence Interval for Mean

                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                        RADANG Tukey HSD

                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                        • awalrtf
                        • DAFTAR ISIdoc
                        • PENDAHULUANrtf
                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                        • BAHAN DAN METODErtf
                        • PEMBAHASANrtf
                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                        • LAMPIRANrtf
                        • Lamp2rtf

                          TINJAUAN PUSTAKA

                          Hati

                          Anatomi dan Histologi Hati

                          Salah satu organ yang sering menderita karena adanya zat-zat toksik

                          adalah hati Hati merupakan organ tubuh yang besar kompleks dan terdapat di

                          dalam rongga perut kanan atas tepat di bawah diafragma kanan dan dilindungi

                          tulang iga kanan bawah serta diselubungi oleh peritoneum Organ ini berwarna

                          coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 gram atau 25 dari bobot total orang

                          dewasa Hati terbagi menjadi dua bagian dan bagian kanan besarnya enam kali

                          bagian kirinya (Ganong 2003)

                          Hati terdiri dari beberapa lobus tergantung pada spesiesnya Pada mencit

                          terdapat empat lobus (lobus medial lobus lateral kiri lobus lateral kanan dan

                          lobus kaudal (Harada et al 1999) Di dalamnya mengalir darah yang melewati

                          sel-sel hati melalui sinusoid dari cabang vena porta hepatika ke dalam vena

                          sentralis tiap lobulus (Ganong 2003) Setiap lobulus hati terdiri dari berbagai

                          komponen yaitu sel-sel parenkim hati (hepatosit) vena sentralis sinusoid

                          cabang-cabang vena porta cabang-cabang arteri hepatika sel Kupffer dan

                          kanalikuli biliaris (Handoko 2003) Vena porta arteri hepatika dan saluran

                          empedu akan bergabung dalam satu daerah vena porta (segitiga Kiernaan)

                          Empedu akan disalurkan dari hati ke duodenum melalui saluran empedu

                          intrahepatik dan ekstrahepatik (Guyton 1997) Di dalam hati juga ditemukan

                          banyak sel-sel RES (Reticulo Endothelial System) yakni sel-sel Kupffer yang

                          terdapat dalam dinding-dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati berfungsi

                          untuk membersihkan benda-benda asing dari darah (fagositik) (Ganong 2003)

                          Sel hati (hepatosit) berbentuk polyhedral berdiameter 20-25 mikron pada

                          hewan dewasa sedangkan pada hewan muda sekitar 2-7 mikron Inti bulat

                          ditengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu inti akibat pembelahan

                          sitoplasma yang tidak sempurna (Hartono 1992) Hepatosit tersusun radial di

                          sekeliling vena sentralis Di antara sederetan hepatosit terdapat suatu saluran

                          sinusoid yang menuju vena sentralis Saluran ini merupakan sistem sinusoidal

                          yang membawa darah dari pembuluh portal menuju vena sentralis dan pembuluh

                          4

                          empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                          terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                          tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                          menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                          afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                          mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                          menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                          merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                          Fisiologi Hati

                          Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                          merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                          mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                          glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                          sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                          kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                          seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                          mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                          glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                          Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                          Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                          kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                          hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                          Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                          masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                          Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                          dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                          dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                          dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                          pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                          oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                          keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                          5

                          masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                          dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                          hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                          25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                          Toksikopatologi Hati

                          Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                          pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                          80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                          secara sempurna

                          Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                          pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                          inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                          bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                          mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                          biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                          yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                          bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                          kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                          dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                          peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                          bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                          berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                          vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                          degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                          Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                          sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                          adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                          keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                          lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                          meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                          lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                          6

                          diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                          yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                          juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                          asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                          mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                          dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                          protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                          tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                          secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                          sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                          lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                          sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                          Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                          terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                          apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                          dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                          saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                          biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                          ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                          Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                          Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                          Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                          1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                          permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                          proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                          infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                          disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                          akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                          yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                          dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                          dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                          7

                          1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                          tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                          2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                          dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                          yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                          3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                          Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                          lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                          pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                          pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                          4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                          pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                          jarang terjadi pada hewan

                          5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                          sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                          darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                          hepatitis toksik akut

                          Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                          nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                          sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                          lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                          hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                          dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                          Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                          gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                          lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                          lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                          sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                          oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                          secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                          menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                          umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                          8

                          Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                          besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                          menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                          1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                          carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                          Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                          parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                          terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                          berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                          2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                          diduga memiliki efek imunomodulator

                          3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                          diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                          Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                          hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                          trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                          Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                          kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                          Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                          terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                          penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                          tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                          meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                          Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                          Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                          Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                          adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                          sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                          kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                          haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                          keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                          9

                          ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                          Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                          dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                          macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                          Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                          Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                          dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                          (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                          yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                          genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                          dengan baik

                          Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                          Kingdom Animalia

                          Filum Chordata

                          Subfilum Vertebrata

                          Kelas Mamalia

                          Ordo Rodensia

                          Genus Mus

                          Spesies Mus musculus

                          Data biologis mencit

                          Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                          Lama produksi ekonomis 9 bulan

                          Lama kebuntingan 19-21 hari

                          Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                          Umur disapih 21 hari

                          Umur dewasa 35 hari

                          Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                          Siklus estrus 4-5 hari

                          Siklus kelamin poli estrus

                          Lama estrus 12-14 jam

                          10

                          Perkawinan pada waktu estrus

                          Ovulasi dekat akhir periode estrus

                          Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                          Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                          Berat lahir 05-10 gram

                          Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                          Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                          Uterus bikornua bermuara di cerviks

                          Suhu 35-39oC

                          Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                          anastesi naik sampai 230menit jika stress

                          Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                          anastesi dan naik 750menit jika stress

                          Tekanan darah 130-160 sistol

                          (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                          Parasetamol (Asetaminofen)

                          Rumus Kimia

                          Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                          ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                          antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                          Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                          (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                          berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                          pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                          parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                          walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                          kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                          Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                          tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                          parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                          Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                          11

                          analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                          tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                          senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                          Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                          Acetanilide Paracetamol Aniline

                          Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                          2006)

                          12

                          Farmakodinamik

                          Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                          dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                          bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                          produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                          Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                          Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                          tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                          bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                          menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                          perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                          menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                          menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                          pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                          Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                          menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                          COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                          sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                          meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                          belum diketahui (Anonimus 2006)

                          Farmakokinetik

                          Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                          hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                          waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                          yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                          bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                          mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                          setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                          sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                          terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                          Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                          13

                          parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                          parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                          +

                          metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                          Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                          14

                          Toksikologi

                          Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                          dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                          nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                          menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                          kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                          Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                          BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                          Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                          lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                          dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                          (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                          dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                          bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                          memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                          (Susana 1987)

                          Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                          II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                          dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                          (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                          tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                          NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                          parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                          merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                          Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                          banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                          kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                          vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                          hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                          pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                          Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                          mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                          15

                          glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                          darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                          parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                          methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                          (Anonimus 2006)

                          BAHAN DAN METODE

                          Tempat dan Waktu

                          Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                          Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                          Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                          Alat dan Bahan

                          A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                          berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                          B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                          digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                          pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                          wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                          (BNF 10)

                          C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                          adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                          inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                          D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                          untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                          alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                          E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                          Metode

                          A Parasetamol

                          Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                          50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                          B Perlakuan

                          Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                          dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                          parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                          17

                          berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                          kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                          sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                          6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                          Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                          untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                          kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                          pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                          palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                          BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                          minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                          masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                          kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                          C Pembuatan Preparat Histopatologis

                          Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                          fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                          dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                          paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                          dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                          adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                          Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                          Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                          Institut Pertanian Bogor

                          D Parameter Pengamatan Histopatologi

                          Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                          perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                          sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                          pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                          hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                          seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                          18

                          buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                          lapang pandang

                          E Evaluasi Data

                          Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                          kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                          di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                          menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                          Tukey (α = 005)

                          HASIL DAN PEMBAHASAN

                          Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                          ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                          hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                          perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                          interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                          sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                          Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                          minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                          Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                          Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                          Nekrosa ()

                          1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                          Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                          2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                          Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                          3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                          Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                          4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                          Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                          5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                          Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                          6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                          Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                          20

                          0102030405060708090

                          100

                          k

                          erus

                          akan

                          hep

                          atos

                          it

                          P K P K P K P K P K P K

                          I 2 3 4 5 6

                          Minggu

                          Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                          kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                          minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                          kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                          persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                          kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                          normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                          degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                          (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                          minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                          mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                          21

                          Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                          dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                          Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                          berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                          ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                          sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                          cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                          berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                          penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                          menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                          toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                          asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                          reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                          sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                          merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                          yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                          metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                          Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                          Pathogen Free (SPF)

                          Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                          cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                          sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                          secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                          minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                          kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                          minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                          waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                          persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                          di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                          22

                          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                          Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                          baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                          hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                          Gambar 5

                          Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                          Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                          VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                          2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                          VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                          3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                          VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                          4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                          VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                          5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                          VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                          6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                          VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                          23

                          0

                          10

                          20

                          30

                          40

                          50

                          60

                          70

                          80

                          90

                          100

                          k

                          erus

                          akan

                          hep

                          atos

                          it

                          VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                          1 2 3 4 5 6Minggu

                          Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                          mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                          membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                          toksisitas yang sama terhadap sel

                          Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                          hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                          vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                          pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                          melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                          (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                          mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                          24

                          hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                          al 1999)

                          Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                          (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                          apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                          kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                          potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                          menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                          membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                          masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                          sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                          merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                          Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                          darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                          maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                          (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                          maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                          terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                          atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                          mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                          termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                          seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                          fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                          masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                          Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                          dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                          limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                          mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                          pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                          histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                          25

                          2microm

                          Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                          2microm

                          Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                          Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                          oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                          antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                          26

                          tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                          Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                          gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                          digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                          adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                          (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                          digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                          tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                          Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                          bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                          (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                          Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                          di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                          sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                          sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                          menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                          lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                          kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                          sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                          sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                          sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                          perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                          dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                          sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                          pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                          yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                          pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                          27

                          Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                          kuning) Pewarnaan HE

                          Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                          dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                          sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                          Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                          (panah kuning) Pewarnaan HE

                          28

                          Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                          jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                          yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                          Tabel 3 dan Gambar 9

                          0

                          500

                          1000

                          1500

                          2000

                          2500

                          P K P K P K P K P K P K

                          1 2 3 4 5 6

                          Minggu

                          Jum

                          lah

                          sel r

                          adan

                          g

                          VSVP

                          Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                          29

                          Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                          Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                          Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                          Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                          Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                          2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                          Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                          Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                          Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                          3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                          Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                          Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                          Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                          4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                          Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                          Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                          Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                          5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                          Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                          Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                          Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                          6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                          Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                          Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                          Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                          Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                          berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                          Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                          kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                          antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                          klinik

                          Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                          perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                          reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                          merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                          merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                          memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                          bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                          basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                          berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                          30

                          dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                          bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                          dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                          membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                          yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                          mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                          darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                          Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                          (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                          batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                          lipidosis nekrosa dan fibrosis

                          Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                          menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                          hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                          hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                          sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                          akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                          radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                          fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                          berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                          statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                          hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                          minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                          toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                          vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                          sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                          menurunkan symptom peradangan

                          KESIMPULAN DAN SARAN

                          Kesimpulan

                          Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                          normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                          lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                          Saran

                          1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                          waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                          penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                          2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                          berperan dalam metabolisme hati

                          DAFTAR PUSTAKA

                          Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                          Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                          Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                          umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                          Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                          41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                          Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                          Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                          State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                          Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                          Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                          Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                          Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                          Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                          Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                          Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                          Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                          hatihtlm [21 Januari 2003]

                          33

                          Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                          Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                          Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                          Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                          Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                          London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                          2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                          Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                          Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                          Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                          Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                          Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                          Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                          dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                          Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                          Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                          Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                          Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                          34

                          Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                          Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                          (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                          LAMPIRAN

                          36

                          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                          Sampling organtriming darr

                          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                          darr Dehidrasi

                          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                          darr Embeding

                          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                          darr Mounting

                          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                          Staining Pewarnaan

                          37

                          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                          Xylol I 2 menit darr

                          Xylol II 2 menit darr

                          Alkohol absolut 2 menit darr

                          Alkohol 95 1 menit darr

                          Alkohol 80 1 menit darr

                          Cuci dengan air kran 1 menit darr

                          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                          Cuci dengan air kran 30 detik darr

                          Lithium carbonat 15-30 detik darr

                          Cuci dengan air kran 2 menit darr

                          Eosin 2-3 menit darr

                          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                          Alkohol 95 10 celupan darr

                          Alkohol absolut I 10 celupan darr

                          Alkohol absolut II 2 menit darr

                          Xylol I 1 menit darr

                          Xylol II 2 menit darr

                          Tutup dengan cover glass

                          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                          NORMAL Tukey HSD

                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                          Descriptives HIDROPIS

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                          HIDROPIS Tukey HSD

                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                          Descriptives NEKROSA

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                          NEKROSA Tukey HSD

                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                          Descriptives

                          NORMAL

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                          NORMAL Tukey HSD

                          Subset for alpha =

                          05

                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                          Descriptives HIDROPIS

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                          HIDROPIS Tukey HSD

                          Subset for alpha =

                          05

                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                          Descriptives NEKROSA

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                          NEKROSA Tukey HSD

                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                          Descriptives RADANG

                          95 Confidence Interval for Mean

                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                          RADANG Tukey HSD

                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                          • awalrtf
                          • DAFTAR ISIdoc
                          • PENDAHULUANrtf
                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                          • BAHAN DAN METODErtf
                          • PEMBAHASANrtf
                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                          • LAMPIRANrtf
                          • Lamp2rtf

                            4

                            empedu Lobus hati secara histologis dibungkus oleh kapsula Kapsula lobus hati

                            terdiri dari kapsula fibrosa dan kapsula serosa Asinus hepatik dibagi lagi menjadi

                            tiga zona periportal midzonal dan sentrolobular Hepatosit pada zona periportal

                            menerima darah kaya oksigen dan nutrisi karena berdekatan dengan pembuluh

                            afferent sedangkan sel di sekitar zona sentrolobular terletak di distal dekat

                            mikrosirkulasi penerima darah yang mengandung gas dan metabolit Hal ini yang

                            menyebabkan zona sentrolobular tingkat sensitifitasnya lebih tinggi Midzonal

                            merupakan zona transisi dari kedua zona lain (Harada et al 1999)

                            Fisiologi Hati

                            Fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme

                            merusak sel darah merah tua sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

                            mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen glukoneogenesis menyimpan

                            glikogen beberapa vitamin dan lipid) (Burkitt et al 1995) Fungsi detoksifikasi

                            sangat berhubungan erat dengan fungsi ekskresi karena hati mempunyai

                            kemampuan untuk mengekskresikan berbagai macam substansia sederhana

                            seperti logam berat yang tidak diubah lewat empedu (Kelly 1993) Hati juga

                            mempunyai fungsi dalam mengatur kadar glukosa dalam darah Makanan berupa

                            glukosa akan diabsorbsi di usus kemudian diteruskan ke hati melalui vena portal

                            Sebagian dari glikogen yang disimpan akan dipecah dalam hati menjadi glukosa

                            Dalam keadaan normal kadar glikogen dalam hati cukup untuk mempertahankan

                            kadar glukosa darah Jika terjadi gangguan hati dapat menyebabkan terjadinya

                            hiperglikemia atau hipoglikemia (Ganiswara 1995)

                            Aliran darah masuk ke hati melalui dua sumber Bagian terbesar darah

                            masuk melalui vena porta sedangkan aliran darah yang lain melalui arteri hepatika

                            Darah balik seluruhnya dialirkan keluar hati melalui vena hepatika yang masuk ke

                            dalam vena cava caudalis Keistimewaan hati ialah karena sirkulasinya berlainan

                            dari alat tubuh lain Darah yang mengalir didalamnya terdiri dari 23 darah balik

                            dan 13 darah nadi (Ressang 1984) Vena porta dan arteri hepatika merupakan

                            pembuluh darah dari usus yang membawa nutrisi dan zat-zat lain yang diserap

                            oleh usus Nutrisi yang sampai di hati melalui aliran darah portal diolah dan

                            keluar sebagai bahan baru dalam aliran darah (Hartono 1992) Selain nutrisi turut

                            5

                            masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                            dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                            hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                            25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                            Toksikopatologi Hati

                            Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                            pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                            80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                            secara sempurna

                            Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                            pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                            inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                            bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                            mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                            biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                            yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                            bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                            kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                            dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                            peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                            bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                            berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                            vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                            degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                            Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                            sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                            adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                            keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                            lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                            meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                            lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                            6

                            diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                            yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                            juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                            asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                            mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                            dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                            protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                            tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                            secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                            sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                            lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                            sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                            Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                            terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                            apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                            dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                            saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                            biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                            ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                            Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                            Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                            Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                            1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                            permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                            proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                            infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                            disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                            akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                            yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                            dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                            dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                            7

                            1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                            tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                            2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                            dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                            yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                            3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                            Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                            lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                            pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                            pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                            4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                            pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                            jarang terjadi pada hewan

                            5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                            sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                            darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                            hepatitis toksik akut

                            Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                            nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                            sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                            lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                            hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                            dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                            Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                            gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                            lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                            lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                            sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                            oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                            secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                            menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                            umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                            8

                            Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                            besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                            menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                            1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                            carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                            Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                            parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                            terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                            berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                            2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                            diduga memiliki efek imunomodulator

                            3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                            diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                            Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                            hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                            trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                            Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                            kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                            Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                            terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                            penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                            tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                            meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                            Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                            Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                            Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                            adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                            sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                            kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                            haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                            keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                            9

                            ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                            Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                            dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                            macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                            Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                            Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                            dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                            (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                            yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                            genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                            dengan baik

                            Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                            Kingdom Animalia

                            Filum Chordata

                            Subfilum Vertebrata

                            Kelas Mamalia

                            Ordo Rodensia

                            Genus Mus

                            Spesies Mus musculus

                            Data biologis mencit

                            Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                            Lama produksi ekonomis 9 bulan

                            Lama kebuntingan 19-21 hari

                            Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                            Umur disapih 21 hari

                            Umur dewasa 35 hari

                            Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                            Siklus estrus 4-5 hari

                            Siklus kelamin poli estrus

                            Lama estrus 12-14 jam

                            10

                            Perkawinan pada waktu estrus

                            Ovulasi dekat akhir periode estrus

                            Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                            Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                            Berat lahir 05-10 gram

                            Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                            Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                            Uterus bikornua bermuara di cerviks

                            Suhu 35-39oC

                            Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                            anastesi naik sampai 230menit jika stress

                            Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                            anastesi dan naik 750menit jika stress

                            Tekanan darah 130-160 sistol

                            (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                            Parasetamol (Asetaminofen)

                            Rumus Kimia

                            Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                            ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                            antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                            Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                            (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                            berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                            pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                            parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                            walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                            kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                            Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                            tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                            parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                            Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                            11

                            analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                            tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                            senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                            Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                            Acetanilide Paracetamol Aniline

                            Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                            2006)

                            12

                            Farmakodinamik

                            Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                            dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                            bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                            produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                            Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                            Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                            tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                            bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                            menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                            perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                            menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                            menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                            pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                            Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                            menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                            COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                            sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                            meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                            belum diketahui (Anonimus 2006)

                            Farmakokinetik

                            Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                            hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                            waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                            yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                            bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                            mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                            setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                            sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                            terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                            Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                            13

                            parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                            parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                            +

                            metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                            Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                            14

                            Toksikologi

                            Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                            dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                            nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                            menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                            kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                            Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                            BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                            Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                            lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                            dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                            (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                            dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                            bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                            memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                            (Susana 1987)

                            Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                            II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                            dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                            (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                            tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                            NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                            parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                            merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                            Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                            banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                            kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                            vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                            hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                            pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                            Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                            mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                            15

                            glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                            darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                            parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                            methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                            (Anonimus 2006)

                            BAHAN DAN METODE

                            Tempat dan Waktu

                            Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                            Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                            Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                            Alat dan Bahan

                            A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                            berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                            B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                            digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                            pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                            wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                            (BNF 10)

                            C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                            adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                            inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                            D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                            untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                            alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                            E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                            Metode

                            A Parasetamol

                            Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                            50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                            B Perlakuan

                            Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                            dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                            parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                            17

                            berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                            kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                            sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                            6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                            Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                            untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                            kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                            pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                            palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                            BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                            minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                            masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                            kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                            C Pembuatan Preparat Histopatologis

                            Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                            fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                            dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                            paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                            dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                            adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                            Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                            Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                            Institut Pertanian Bogor

                            D Parameter Pengamatan Histopatologi

                            Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                            perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                            sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                            pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                            hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                            seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                            18

                            buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                            lapang pandang

                            E Evaluasi Data

                            Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                            kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                            di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                            menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                            Tukey (α = 005)

                            HASIL DAN PEMBAHASAN

                            Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                            ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                            hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                            perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                            interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                            sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                            Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                            minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                            Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                            Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                            Nekrosa ()

                            1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                            Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                            2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                            Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                            3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                            Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                            4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                            Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                            5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                            Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                            6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                            Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                            20

                            0102030405060708090

                            100

                            k

                            erus

                            akan

                            hep

                            atos

                            it

                            P K P K P K P K P K P K

                            I 2 3 4 5 6

                            Minggu

                            Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                            kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                            minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                            kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                            persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                            kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                            normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                            degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                            (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                            minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                            mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                            21

                            Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                            dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                            Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                            berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                            ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                            sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                            cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                            berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                            penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                            menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                            toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                            asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                            reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                            sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                            merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                            yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                            metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                            Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                            Pathogen Free (SPF)

                            Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                            cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                            sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                            secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                            minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                            kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                            minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                            waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                            persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                            di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                            22

                            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                            Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                            baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                            hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                            Gambar 5

                            Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                            Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                            VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                            2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                            VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                            3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                            VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                            4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                            VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                            5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                            VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                            6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                            VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                            23

                            0

                            10

                            20

                            30

                            40

                            50

                            60

                            70

                            80

                            90

                            100

                            k

                            erus

                            akan

                            hep

                            atos

                            it

                            VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                            1 2 3 4 5 6Minggu

                            Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                            mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                            membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                            toksisitas yang sama terhadap sel

                            Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                            hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                            vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                            pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                            melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                            (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                            mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                            24

                            hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                            al 1999)

                            Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                            (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                            apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                            kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                            potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                            menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                            membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                            masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                            sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                            merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                            Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                            darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                            maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                            (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                            maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                            terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                            atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                            mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                            termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                            seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                            fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                            masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                            Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                            dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                            limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                            mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                            pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                            histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                            25

                            2microm

                            Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                            2microm

                            Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                            Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                            oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                            antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                            26

                            tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                            Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                            gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                            digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                            adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                            (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                            digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                            tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                            Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                            bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                            (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                            Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                            di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                            sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                            sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                            menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                            lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                            kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                            sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                            sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                            sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                            perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                            dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                            sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                            pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                            yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                            pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                            27

                            Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                            kuning) Pewarnaan HE

                            Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                            dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                            sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                            Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                            (panah kuning) Pewarnaan HE

                            28

                            Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                            jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                            yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                            Tabel 3 dan Gambar 9

                            0

                            500

                            1000

                            1500

                            2000

                            2500

                            P K P K P K P K P K P K

                            1 2 3 4 5 6

                            Minggu

                            Jum

                            lah

                            sel r

                            adan

                            g

                            VSVP

                            Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                            29

                            Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                            Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                            Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                            Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                            Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                            2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                            Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                            Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                            Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                            3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                            Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                            Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                            Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                            4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                            Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                            Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                            Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                            5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                            Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                            Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                            Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                            6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                            Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                            Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                            Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                            Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                            berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                            Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                            kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                            antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                            klinik

                            Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                            perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                            reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                            merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                            merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                            memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                            bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                            basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                            berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                            30

                            dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                            bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                            dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                            membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                            yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                            mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                            darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                            Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                            (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                            batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                            lipidosis nekrosa dan fibrosis

                            Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                            menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                            hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                            hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                            sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                            akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                            radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                            fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                            berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                            statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                            hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                            minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                            toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                            vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                            sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                            menurunkan symptom peradangan

                            KESIMPULAN DAN SARAN

                            Kesimpulan

                            Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                            normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                            lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                            Saran

                            1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                            waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                            penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                            2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                            berperan dalam metabolisme hati

                            DAFTAR PUSTAKA

                            Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                            Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                            Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                            umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                            Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                            41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                            Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                            Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                            State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                            Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                            Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                            Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                            Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                            Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                            Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                            Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                            Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                            hatihtlm [21 Januari 2003]

                            33

                            Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                            Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                            Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                            Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                            Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                            London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                            2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                            Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                            Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                            Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                            Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                            Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                            Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                            dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                            Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                            Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                            Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                            Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                            34

                            Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                            Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                            (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                            LAMPIRAN

                            36

                            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                            Sampling organtriming darr

                            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                            darr Dehidrasi

                            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                            darr Embeding

                            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                            darr Mounting

                            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                            Staining Pewarnaan

                            37

                            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                            Xylol I 2 menit darr

                            Xylol II 2 menit darr

                            Alkohol absolut 2 menit darr

                            Alkohol 95 1 menit darr

                            Alkohol 80 1 menit darr

                            Cuci dengan air kran 1 menit darr

                            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                            Cuci dengan air kran 30 detik darr

                            Lithium carbonat 15-30 detik darr

                            Cuci dengan air kran 2 menit darr

                            Eosin 2-3 menit darr

                            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                            Alkohol 95 10 celupan darr

                            Alkohol absolut I 10 celupan darr

                            Alkohol absolut II 2 menit darr

                            Xylol I 1 menit darr

                            Xylol II 2 menit darr

                            Tutup dengan cover glass

                            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                            NORMAL Tukey HSD

                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                            Descriptives HIDROPIS

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                            HIDROPIS Tukey HSD

                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                            Descriptives NEKROSA

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                            NEKROSA Tukey HSD

                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                            Descriptives

                            NORMAL

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                            NORMAL Tukey HSD

                            Subset for alpha =

                            05

                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                            Descriptives HIDROPIS

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                            HIDROPIS Tukey HSD

                            Subset for alpha =

                            05

                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                            Descriptives NEKROSA

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                            NEKROSA Tukey HSD

                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                            Descriptives RADANG

                            95 Confidence Interval for Mean

                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                            RADANG Tukey HSD

                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                            • awalrtf
                            • DAFTAR ISIdoc
                            • PENDAHULUANrtf
                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                            • BAHAN DAN METODErtf
                            • PEMBAHASANrtf
                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                            • LAMPIRANrtf
                            • Lamp2rtf

                              5

                              masuk berbagai bakteri darah merah yang sudah tua dan toksin yang harus diolah

                              dihancurkan atau mungkin juga disimpan Sebanyak 75-80 darah pada organ

                              hati berasal dari vena porta sedangkan dari arteri hepatika mengalir sekitar 20-

                              25 darah yang kaya oksigen (Lu 1995)

                              Toksikopatologi Hati

                              Hati merupakan organ sekresi terbesar dan mungkin merupakan kelenjar

                              pertahanan yang terpenting dalam tubuh Sel hati dapat rusak hingga lebih dari

                              80 tanpa menyebabkan gejala klinis yang berat dan dapat sembuh kembali

                              secara sempurna

                              Kerusakan pada hati dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu onset

                              pemaparan yang terlalu lama atau terlalu singkat durasi pemaparan dosis dan sel

                              inang yang rentan (Jubb 1993) Kerusakan yang terjadi pada sel hati dapat

                              bersifat sementara dan tetap Sel akan mengalami perubahan untuk beradaptasi

                              mempertahankan hidup pada kerusakan yang bersifat sementara Perubahan ini

                              biasa disebut degenerasi Degenerasi terjadi karena adanya gangguan biokimiawi

                              yang disebabkan oleh iskemia anemia metabolisme abnormal dan zat kimia yang

                              bersifat toksik Hal ini menyebabkan membran sel normal akan mengalami

                              kerusakan sehingga keseimbangan pengeluaran K+ dan pemasukan ion Na+ Ca+

                              dan air akan terganggu Kerusakan membran sel menyebabkan terjadinya

                              peningkatan jumlah air ke dalam sel sehingga menyebabkan sitoplasma menjadi

                              bengkak dan dipenuhi butiran-butiran air Apabila kerusakan membran sel terus

                              berlangsung maka sitoplasma sel akan berisi cairan yang membentuk vakuola-

                              vakuola sehingga sitoplasma terlihat lebih pucat keadaan ini dinamakan

                              degenerasi hidropis (Cheville 1999)

                              Pada degenerasi lemak terjadi penumpukan lemak di lobuli hati yang

                              sering terlihat pada akhir masa kebuntingan karena kekurangan oksigen dan

                              adanya bahan toksik dan lain-lain Hal ini terjadi karena adanya gangguan

                              keseimbangan antara trigliserida misel dan lemak globular Ketidakseimbangan

                              lemak terjadi karena pengangkutan lemak ke hati meningkat sintesis lemak di hati

                              meningkat dan penggunaan lemak dalam sel hati yang berkurang sehingga jumlah

                              lemak dalam sel hati meningkat (Donatus 2001) Lemak yang terserap usus halus

                              6

                              diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                              yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                              juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                              asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                              mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                              dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                              protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                              tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                              secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                              sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                              lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                              sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                              Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                              terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                              apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                              dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                              saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                              biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                              ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                              Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                              Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                              Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                              1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                              permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                              proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                              infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                              disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                              akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                              yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                              dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                              dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                              7

                              1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                              tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                              2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                              dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                              yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                              3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                              Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                              lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                              pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                              pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                              4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                              pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                              jarang terjadi pada hewan

                              5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                              sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                              darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                              hepatitis toksik akut

                              Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                              nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                              sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                              lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                              hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                              dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                              Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                              gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                              lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                              lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                              sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                              oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                              secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                              menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                              umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                              8

                              Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                              besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                              menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                              1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                              carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                              Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                              parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                              terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                              berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                              2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                              diduga memiliki efek imunomodulator

                              3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                              diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                              Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                              hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                              trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                              Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                              kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                              Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                              terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                              penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                              tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                              meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                              Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                              Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                              Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                              adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                              sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                              kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                              haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                              keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                              9

                              ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                              Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                              dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                              macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                              Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                              Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                              dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                              (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                              yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                              genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                              dengan baik

                              Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                              Kingdom Animalia

                              Filum Chordata

                              Subfilum Vertebrata

                              Kelas Mamalia

                              Ordo Rodensia

                              Genus Mus

                              Spesies Mus musculus

                              Data biologis mencit

                              Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                              Lama produksi ekonomis 9 bulan

                              Lama kebuntingan 19-21 hari

                              Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                              Umur disapih 21 hari

                              Umur dewasa 35 hari

                              Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                              Siklus estrus 4-5 hari

                              Siklus kelamin poli estrus

                              Lama estrus 12-14 jam

                              10

                              Perkawinan pada waktu estrus

                              Ovulasi dekat akhir periode estrus

                              Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                              Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                              Berat lahir 05-10 gram

                              Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                              Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                              Uterus bikornua bermuara di cerviks

                              Suhu 35-39oC

                              Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                              anastesi naik sampai 230menit jika stress

                              Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                              anastesi dan naik 750menit jika stress

                              Tekanan darah 130-160 sistol

                              (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                              Parasetamol (Asetaminofen)

                              Rumus Kimia

                              Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                              ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                              antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                              Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                              (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                              berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                              pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                              parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                              walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                              kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                              Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                              tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                              parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                              Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                              11

                              analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                              tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                              senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                              Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                              Acetanilide Paracetamol Aniline

                              Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                              2006)

                              12

                              Farmakodinamik

                              Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                              dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                              bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                              produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                              Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                              Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                              tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                              bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                              menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                              perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                              menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                              menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                              pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                              Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                              menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                              COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                              sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                              meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                              belum diketahui (Anonimus 2006)

                              Farmakokinetik

                              Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                              hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                              waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                              yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                              bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                              mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                              setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                              sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                              terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                              Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                              13

                              parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                              parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                              +

                              metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                              Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                              14

                              Toksikologi

                              Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                              dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                              nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                              menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                              kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                              Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                              BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                              Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                              lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                              dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                              (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                              dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                              bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                              memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                              (Susana 1987)

                              Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                              II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                              dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                              (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                              tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                              NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                              parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                              merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                              Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                              banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                              kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                              vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                              hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                              pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                              Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                              mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                              15

                              glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                              darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                              parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                              methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                              (Anonimus 2006)

                              BAHAN DAN METODE

                              Tempat dan Waktu

                              Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                              Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                              Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                              Alat dan Bahan

                              A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                              berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                              B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                              digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                              pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                              wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                              (BNF 10)

                              C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                              adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                              inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                              D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                              untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                              alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                              E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                              Metode

                              A Parasetamol

                              Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                              50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                              B Perlakuan

                              Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                              dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                              parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                              17

                              berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                              kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                              sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                              6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                              Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                              untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                              kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                              pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                              palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                              BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                              minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                              masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                              kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                              C Pembuatan Preparat Histopatologis

                              Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                              fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                              dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                              paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                              dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                              adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                              Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                              Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                              Institut Pertanian Bogor

                              D Parameter Pengamatan Histopatologi

                              Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                              perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                              sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                              pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                              hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                              seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                              18

                              buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                              lapang pandang

                              E Evaluasi Data

                              Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                              kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                              di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                              menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                              Tukey (α = 005)

                              HASIL DAN PEMBAHASAN

                              Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                              ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                              hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                              perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                              interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                              sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                              Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                              minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                              Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                              Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                              Nekrosa ()

                              1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                              Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                              2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                              Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                              3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                              Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                              4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                              Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                              5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                              Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                              6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                              Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                              20

                              0102030405060708090

                              100

                              k

                              erus

                              akan

                              hep

                              atos

                              it

                              P K P K P K P K P K P K

                              I 2 3 4 5 6

                              Minggu

                              Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                              kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                              minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                              kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                              persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                              kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                              normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                              degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                              (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                              minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                              mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                              21

                              Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                              dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                              Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                              berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                              ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                              sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                              cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                              berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                              penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                              menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                              toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                              asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                              reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                              sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                              merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                              yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                              metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                              Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                              Pathogen Free (SPF)

                              Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                              cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                              sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                              secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                              minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                              kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                              minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                              waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                              persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                              di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                              22

                              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                              Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                              baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                              hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                              Gambar 5

                              Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                              Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                              VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                              2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                              VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                              3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                              VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                              4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                              VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                              5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                              VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                              6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                              VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                              23

                              0

                              10

                              20

                              30

                              40

                              50

                              60

                              70

                              80

                              90

                              100

                              k

                              erus

                              akan

                              hep

                              atos

                              it

                              VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                              1 2 3 4 5 6Minggu

                              Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                              mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                              membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                              toksisitas yang sama terhadap sel

                              Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                              hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                              vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                              pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                              melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                              (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                              mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                              24

                              hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                              al 1999)

                              Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                              (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                              apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                              kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                              potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                              menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                              membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                              masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                              sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                              merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                              Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                              darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                              maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                              (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                              maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                              terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                              atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                              mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                              termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                              seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                              fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                              masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                              Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                              dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                              limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                              mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                              pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                              histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                              25

                              2microm

                              Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                              2microm

                              Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                              Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                              oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                              antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                              26

                              tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                              Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                              gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                              digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                              adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                              (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                              digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                              tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                              Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                              bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                              (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                              Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                              di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                              sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                              sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                              menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                              lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                              kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                              sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                              sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                              sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                              perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                              dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                              sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                              pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                              yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                              pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                              27

                              Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                              kuning) Pewarnaan HE

                              Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                              dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                              sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                              Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                              (panah kuning) Pewarnaan HE

                              28

                              Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                              jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                              yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                              Tabel 3 dan Gambar 9

                              0

                              500

                              1000

                              1500

                              2000

                              2500

                              P K P K P K P K P K P K

                              1 2 3 4 5 6

                              Minggu

                              Jum

                              lah

                              sel r

                              adan

                              g

                              VSVP

                              Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                              29

                              Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                              Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                              Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                              Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                              Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                              2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                              Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                              Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                              Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                              3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                              Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                              Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                              Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                              4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                              Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                              Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                              Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                              5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                              Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                              Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                              Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                              6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                              Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                              Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                              Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                              Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                              berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                              Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                              kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                              antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                              klinik

                              Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                              perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                              reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                              merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                              merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                              memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                              bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                              basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                              berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                              30

                              dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                              bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                              dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                              membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                              yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                              mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                              darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                              Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                              (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                              batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                              lipidosis nekrosa dan fibrosis

                              Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                              menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                              hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                              hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                              sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                              akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                              radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                              fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                              berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                              statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                              hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                              minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                              toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                              vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                              sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                              menurunkan symptom peradangan

                              KESIMPULAN DAN SARAN

                              Kesimpulan

                              Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                              normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                              lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                              Saran

                              1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                              waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                              penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                              2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                              berperan dalam metabolisme hati

                              DAFTAR PUSTAKA

                              Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                              Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                              Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                              umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                              Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                              41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                              Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                              Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                              State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                              Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                              Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                              Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                              Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                              Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                              Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                              Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                              Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                              hatihtlm [21 Januari 2003]

                              33

                              Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                              Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                              Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                              Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                              Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                              London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                              2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                              Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                              Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                              Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                              Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                              Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                              Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                              dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                              Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                              Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                              Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                              Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                              34

                              Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                              Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                              (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                              LAMPIRAN

                              36

                              Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                              Sampling organtriming darr

                              Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                              darr Dehidrasi

                              Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                              Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                              darr Embeding

                              Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                              Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                              darr Mounting

                              Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                              Staining Pewarnaan

                              37

                              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                              Xylol I 2 menit darr

                              Xylol II 2 menit darr

                              Alkohol absolut 2 menit darr

                              Alkohol 95 1 menit darr

                              Alkohol 80 1 menit darr

                              Cuci dengan air kran 1 menit darr

                              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                              Cuci dengan air kran 30 detik darr

                              Lithium carbonat 15-30 detik darr

                              Cuci dengan air kran 2 menit darr

                              Eosin 2-3 menit darr

                              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                              Alkohol 95 10 celupan darr

                              Alkohol absolut I 10 celupan darr

                              Alkohol absolut II 2 menit darr

                              Xylol I 1 menit darr

                              Xylol II 2 menit darr

                              Tutup dengan cover glass

                              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                              NORMAL Tukey HSD

                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                              Descriptives HIDROPIS

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                              HIDROPIS Tukey HSD

                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                              Descriptives NEKROSA

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                              NEKROSA Tukey HSD

                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                              Descriptives

                              NORMAL

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                              NORMAL Tukey HSD

                              Subset for alpha =

                              05

                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                              Descriptives HIDROPIS

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                              HIDROPIS Tukey HSD

                              Subset for alpha =

                              05

                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                              Descriptives NEKROSA

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                              NEKROSA Tukey HSD

                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                              Descriptives RADANG

                              95 Confidence Interval for Mean

                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                              RADANG Tukey HSD

                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                              • awalrtf
                              • DAFTAR ISIdoc
                              • PENDAHULUANrtf
                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                              • BAHAN DAN METODErtf
                              • PEMBAHASANrtf
                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                              • LAMPIRANrtf
                              • Lamp2rtf

                                6

                                diangkut melalui plasma ke dalam hati dalam bentuk chylomicron (butir lemak

                                yang sangat halus) yang sebagian besar terdiri dari trigliserida tetapi mengandung

                                juga sedikit protein dan fosfolipid Di dalam hati trigliserida di hidrolisa menjadi

                                asam lemak dan gliserol Protein yang dibentuk oleh retikulum endoplasma

                                mengadakan ikatan dengan trigliserida untuk membentuk lipoprotein yang

                                dikeluarkan ke dalam plasma Adanya zat toksik dapat mengganggu produksi

                                protein sehingga lipoprotein tidak terbentuk Hal inilah yang menyebabkan lemak

                                tidak bisa disekresikan sehingga menjadi terakumulasi dalam sel hati Pada hati

                                secara histopatologis degenerasi lemak tampak seperti bulatan di dalam

                                sitoplasma yang mirip vakuol berbentuk bundar dan kosong Selain degenerasi

                                lemak sel juga sering mengalami akumulasi terutama akumulasi protein di dalam

                                sitoplasmanya (Carlton dan McGavin 1995)

                                Kerusakan sel secara terus-menerus akan mencapai suatu titik sehingga

                                terjadi kematian sel Mekanisme kematian sel terjadi melalui dua proses yaitu

                                apoptosis dan nekrosa Pada apoptosis terjadi kematian sel yang terprogram yang

                                dipicu oleh fragmentasi DNA dan biasanya terjadi pada satu atau sekelompok sel

                                saja Lain halnya dengan nekrosa kematian sel bersifat menyeluruh Pada nekrosa

                                biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik Nekrosa

                                ini ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus (Lu 1995)

                                Hati dapat mengalami nekrosa yang disebabkan oleh dua hal yaitu 1)

                                Toksopatik disebabkan oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik 2)

                                Trofopatik akibat kekurangan oksigen zat-zat makanan dan sebagainya (Ressang

                                1984) Degenerasi hidropis degenerasi lemak dan nekrosa merupakan stadium

                                permulaan dari proses kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu

                                proses peradangan (Harold 1971) Peradangan di dalam hati dapat terjadi secara

                                infeksius maupun non infeksius Peradangan secara non infeksius secara umum

                                disebabkan oleh toksin Hepatitis non infeksius atau toksik dapat terjadi secara

                                akut maupun kronis Secara mikroskopis sifat nekrosis disini adalah koagulatif

                                yang ditandai dengan piknosis dan sitoplasma yang asidofilik yang dilanjutkan

                                dengan penguraian dan menghilangnya komponen-komponen sel Menurut lokasi

                                dari perubahan-perubahannya nekrosa dalam hati bisa berbentuk (Nabib 1987)

                                7

                                1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                                tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                                2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                                dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                                yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                                3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                                Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                                lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                                pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                                pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                                4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                                pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                                jarang terjadi pada hewan

                                5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                                sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                                darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                                hepatitis toksik akut

                                Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                                nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                                sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                                lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                                hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                                dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                                Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                                gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                                lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                                lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                                sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                                oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                                secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                                menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                                umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                                8

                                Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                                besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                                menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                                1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                                carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                                Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                                parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                                terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                                berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                                2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                                diduga memiliki efek imunomodulator

                                3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                                diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                                Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                                hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                                trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                                Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                                kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                                Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                                terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                                penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                                tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                                meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                                Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                                Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                                Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                                adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                                sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                                kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                                haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                                keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                                9

                                ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                                Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                                dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                                macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                                Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                                Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                                dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                                (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                                yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                                genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                                dengan baik

                                Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                                Kingdom Animalia

                                Filum Chordata

                                Subfilum Vertebrata

                                Kelas Mamalia

                                Ordo Rodensia

                                Genus Mus

                                Spesies Mus musculus

                                Data biologis mencit

                                Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                                Lama produksi ekonomis 9 bulan

                                Lama kebuntingan 19-21 hari

                                Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                                Umur disapih 21 hari

                                Umur dewasa 35 hari

                                Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                                Siklus estrus 4-5 hari

                                Siklus kelamin poli estrus

                                Lama estrus 12-14 jam

                                10

                                Perkawinan pada waktu estrus

                                Ovulasi dekat akhir periode estrus

                                Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                                Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                                Berat lahir 05-10 gram

                                Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                                Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                                Uterus bikornua bermuara di cerviks

                                Suhu 35-39oC

                                Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                                anastesi naik sampai 230menit jika stress

                                Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                                anastesi dan naik 750menit jika stress

                                Tekanan darah 130-160 sistol

                                (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                                Parasetamol (Asetaminofen)

                                Rumus Kimia

                                Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                                ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                                antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                                Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                                (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                                berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                                pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                                parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                                walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                                kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                                Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                                tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                                parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                                Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                                11

                                analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                Acetanilide Paracetamol Aniline

                                Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                2006)

                                12

                                Farmakodinamik

                                Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                belum diketahui (Anonimus 2006)

                                Farmakokinetik

                                Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                13

                                parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                +

                                metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                14

                                Toksikologi

                                Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                (Susana 1987)

                                Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                15

                                glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                (Anonimus 2006)

                                BAHAN DAN METODE

                                Tempat dan Waktu

                                Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                Alat dan Bahan

                                A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                (BNF 10)

                                C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                Metode

                                A Parasetamol

                                Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                B Perlakuan

                                Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                17

                                berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                Institut Pertanian Bogor

                                D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                18

                                buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                lapang pandang

                                E Evaluasi Data

                                Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                Tukey (α = 005)

                                HASIL DAN PEMBAHASAN

                                Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                Nekrosa ()

                                1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                20

                                0102030405060708090

                                100

                                k

                                erus

                                akan

                                hep

                                atos

                                it

                                P K P K P K P K P K P K

                                I 2 3 4 5 6

                                Minggu

                                Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                21

                                Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                Pathogen Free (SPF)

                                Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                22

                                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                Gambar 5

                                Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                23

                                0

                                10

                                20

                                30

                                40

                                50

                                60

                                70

                                80

                                90

                                100

                                k

                                erus

                                akan

                                hep

                                atos

                                it

                                VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                1 2 3 4 5 6Minggu

                                Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                toksisitas yang sama terhadap sel

                                Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                24

                                hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                al 1999)

                                Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                25

                                2microm

                                Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                2microm

                                Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                26

                                tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                27

                                Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                kuning) Pewarnaan HE

                                Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                (panah kuning) Pewarnaan HE

                                28

                                Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                Tabel 3 dan Gambar 9

                                0

                                500

                                1000

                                1500

                                2000

                                2500

                                P K P K P K P K P K P K

                                1 2 3 4 5 6

                                Minggu

                                Jum

                                lah

                                sel r

                                adan

                                g

                                VSVP

                                Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                29

                                Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                klinik

                                Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                30

                                dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                menurunkan symptom peradangan

                                KESIMPULAN DAN SARAN

                                Kesimpulan

                                Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                Saran

                                1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                berperan dalam metabolisme hati

                                DAFTAR PUSTAKA

                                Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                hatihtlm [21 Januari 2003]

                                33

                                Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                34

                                Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                LAMPIRAN

                                36

                                Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                Sampling organtriming darr

                                Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                darr Dehidrasi

                                Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                darr Embeding

                                Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                darr Mounting

                                Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                Staining Pewarnaan

                                37

                                Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                Xylol I 2 menit darr

                                Xylol II 2 menit darr

                                Alkohol absolut 2 menit darr

                                Alkohol 95 1 menit darr

                                Alkohol 80 1 menit darr

                                Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                Eosin 2-3 menit darr

                                Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                Alkohol 95 10 celupan darr

                                Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                Alkohol absolut II 2 menit darr

                                Xylol I 1 menit darr

                                Xylol II 2 menit darr

                                Tutup dengan cover glass

                                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                NORMAL Tukey HSD

                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                Descriptives HIDROPIS

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                HIDROPIS Tukey HSD

                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                Descriptives NEKROSA

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                NEKROSA Tukey HSD

                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                Descriptives

                                NORMAL

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                NORMAL Tukey HSD

                                Subset for alpha =

                                05

                                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                Descriptives HIDROPIS

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                HIDROPIS Tukey HSD

                                Subset for alpha =

                                05

                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                Descriptives NEKROSA

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                NEKROSA Tukey HSD

                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                Descriptives RADANG

                                95 Confidence Interval for Mean

                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                RADANG Tukey HSD

                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                • awalrtf
                                • DAFTAR ISIdoc
                                • PENDAHULUANrtf
                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                • BAHAN DAN METODErtf
                                • PEMBAHASANrtf
                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                • LAMPIRANrtf
                                • Lamp2rtf

                                  7

                                  1 Nekrosa yang difus dimana perubahan-perubahan meliputi bagian yang luas

                                  tanpa batas-batas lobuler yang jelas

                                  2 Sarang-sarang nekrosis (fokal) dimana terdapat sarang-sarang nekrosis kecil

                                  dalam ukuran sublobular di sana-sini dalam lobuli Hal ini khas pada infeksi

                                  yang tersebar dan sering terlihat pada hewan-hewan percobaan

                                  3 Nekrosa perifer dalam hal ini terdapat nekrosis pada daerah tepi dari lobuli

                                  Hal ini tidak begitu sering terjadi hanya bila toksin-toksin keras tiba dalam

                                  lobuli melalui aliran darah tanpa menimbulkan gangguan sirkulasi dan

                                  pemberian oksigen pada sel-sel Sel-sel dibagian perifer inilah yang terkena

                                  pengaruh racun dan menderita kerusakan terlebih dahulu

                                  4 Nekrosis bagian pertengahan lobuli (midzone) nekrosis terjadi di daerah

                                  pertengahan antara bagian perifer lobuli dengan vena sentralis Bentuk ini

                                  jarang terjadi pada hewan

                                  5 Nekrosa sentrolobular dalam hal ini kerusakan terutama terjadi di sekitar vena

                                  sentralis karena pengaruh toksin dalam aliran darah dan stagnasi dari aliran

                                  darah dengan gejala-gejala anoxianya Bentuk ini yang biasanya terlihat pada

                                  hepatitis toksik akut

                                  Gambaran mikroskopis umum dari hepatitis toksik akut ialah suatu

                                  nekrosa sentrolobular dengan lenyapnya sebagian besar sel-sel yang terletak di

                                  sekitar vena sentralis dan tempatnya diambil alih oleh darah Sel-sel yang terletak

                                  lebih perifer mengalami degenerasi lemak dan lebih perifer lagi degenerasi

                                  hidropis Bila keadaan berjalan beberapa hari terdapat infiltrasi sel-sel limfosit ke

                                  dalam tenunan ikat periportal (Harold 1971)

                                  Makroskopis hati yang menderita hepatitis toksik akut memperlihatkan

                                  gambaran seperti umumnya pada perubahan degenerasi hidropis degenerasi

                                  lemak dan nekrosis Umumnya hati bengkak pucat belang sedangkan gambaran

                                  lobular terlihat jelas Ukuran besar dari hati cenderung untuk mengecil karena

                                  sejumlah sel-sel parenkhimnya menghilang akibat nekrosis tetapi pembendungan

                                  oleh darah dan penimbunan lemak cenderung memperbesar volumenya sehingga

                                  secara positif tidak bisa memberikan gambaran mengenai besarnya hati yang

                                  menderita hepatitis toksik akut meskipun pada kasus-kasus yang parah hati

                                  umumnya lebih kecil dari normal (Ressang 1984)

                                  8

                                  Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                                  besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                                  menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                                  1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                                  carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                                  Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                                  parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                                  terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                                  berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                                  2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                                  diduga memiliki efek imunomodulator

                                  3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                                  diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                                  Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                                  hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                                  trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                                  Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                                  kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                                  Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                                  terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                                  penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                                  tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                                  meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                                  Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                                  Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                                  Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                                  adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                                  sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                                  kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                                  haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                                  keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                                  9

                                  ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                                  Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                                  dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                                  macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                                  Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                                  Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                                  dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                                  (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                                  yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                                  genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                                  dengan baik

                                  Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                                  Kingdom Animalia

                                  Filum Chordata

                                  Subfilum Vertebrata

                                  Kelas Mamalia

                                  Ordo Rodensia

                                  Genus Mus

                                  Spesies Mus musculus

                                  Data biologis mencit

                                  Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                                  Lama produksi ekonomis 9 bulan

                                  Lama kebuntingan 19-21 hari

                                  Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                                  Umur disapih 21 hari

                                  Umur dewasa 35 hari

                                  Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                                  Siklus estrus 4-5 hari

                                  Siklus kelamin poli estrus

                                  Lama estrus 12-14 jam

                                  10

                                  Perkawinan pada waktu estrus

                                  Ovulasi dekat akhir periode estrus

                                  Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                                  Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                                  Berat lahir 05-10 gram

                                  Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                                  Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                                  Uterus bikornua bermuara di cerviks

                                  Suhu 35-39oC

                                  Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                                  anastesi naik sampai 230menit jika stress

                                  Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                                  anastesi dan naik 750menit jika stress

                                  Tekanan darah 130-160 sistol

                                  (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                                  Parasetamol (Asetaminofen)

                                  Rumus Kimia

                                  Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                                  ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                                  antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                                  Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                                  (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                                  berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                                  pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                                  parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                                  walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                                  kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                                  Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                                  tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                                  parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                                  Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                                  11

                                  analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                  tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                  senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                  Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                  Acetanilide Paracetamol Aniline

                                  Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                  2006)

                                  12

                                  Farmakodinamik

                                  Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                  dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                  bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                  produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                  Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                  Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                  tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                  bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                  menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                  perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                  menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                  menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                  pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                  Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                  menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                  COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                  sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                  meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                  belum diketahui (Anonimus 2006)

                                  Farmakokinetik

                                  Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                  hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                  waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                  yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                  bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                  mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                  setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                  sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                  terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                  Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                  13

                                  parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                  asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                  parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                  P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                  biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                  Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                  (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                  ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                  fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                  dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                  berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                  Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                  kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                  parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                  +

                                  metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                  Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                  14

                                  Toksikologi

                                  Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                  dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                  nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                  menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                  kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                  Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                  BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                  Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                  lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                  dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                  (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                  dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                  bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                  memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                  (Susana 1987)

                                  Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                  II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                  dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                  (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                  tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                  NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                  parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                  merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                  Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                  banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                  kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                  vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                  hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                  pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                  Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                  mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                  15

                                  glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                  darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                  parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                  methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                  (Anonimus 2006)

                                  BAHAN DAN METODE

                                  Tempat dan Waktu

                                  Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                  Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                  Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                  Alat dan Bahan

                                  A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                  berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                  B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                  digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                  pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                  wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                  (BNF 10)

                                  C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                  adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                  inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                  D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                  untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                  alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                  E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                  Metode

                                  A Parasetamol

                                  Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                  50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                  B Perlakuan

                                  Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                  dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                  parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                  17

                                  berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                  kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                  sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                  6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                  Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                  untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                  kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                  pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                  palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                  BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                  minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                  masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                  kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                  C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                  Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                  fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                  dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                  paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                  dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                  adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                  Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                  Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                  Institut Pertanian Bogor

                                  D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                  Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                  perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                  sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                  pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                  hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                  seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                  18

                                  buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                  lapang pandang

                                  E Evaluasi Data

                                  Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                  kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                  di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                  menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                  Tukey (α = 005)

                                  HASIL DAN PEMBAHASAN

                                  Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                  ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                  hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                  perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                  interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                  sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                  Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                  minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                  Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                  Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                  Nekrosa ()

                                  1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                  Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                  2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                  Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                  3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                  Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                  4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                  Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                  5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                  Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                  6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                  Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                  20

                                  0102030405060708090

                                  100

                                  k

                                  erus

                                  akan

                                  hep

                                  atos

                                  it

                                  P K P K P K P K P K P K

                                  I 2 3 4 5 6

                                  Minggu

                                  Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                  kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                  minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                  kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                  persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                  kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                  normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                  degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                  (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                  minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                  mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                  21

                                  Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                  dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                  Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                  berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                  ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                  sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                  cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                  berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                  penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                  menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                  toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                  asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                  reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                  sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                  merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                  yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                  metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                  Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                  Pathogen Free (SPF)

                                  Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                  cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                  sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                  secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                  minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                  kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                  minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                  waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                  persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                  di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                  asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                  parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                  P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                  22

                                  biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                  Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                  (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                  ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                  fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                  dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                  berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                  Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                  kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                  Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                  baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                  hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                  Gambar 5

                                  Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                  Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                  VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                  2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                  VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                  3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                  VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                  4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                  VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                  5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                  VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                  6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                  VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                  23

                                  0

                                  10

                                  20

                                  30

                                  40

                                  50

                                  60

                                  70

                                  80

                                  90

                                  100

                                  k

                                  erus

                                  akan

                                  hep

                                  atos

                                  it

                                  VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                  1 2 3 4 5 6Minggu

                                  Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                  mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                  membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                  toksisitas yang sama terhadap sel

                                  Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                  hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                  vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                  pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                  melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                  (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                  mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                  24

                                  hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                  al 1999)

                                  Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                  (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                  apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                  kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                  potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                  menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                  membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                  masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                  sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                  merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                  Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                  darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                  maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                  (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                  maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                  terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                  atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                  mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                  termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                  seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                  fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                  masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                  Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                  dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                  limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                  mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                  pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                  histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                  25

                                  2microm

                                  Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                  2microm

                                  Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                  Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                  oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                  antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                  26

                                  tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                  Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                  gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                  digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                  adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                  (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                  digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                  tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                  Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                  bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                  (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                  Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                  di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                  sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                  sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                  menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                  lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                  kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                  sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                  sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                  sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                  perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                  dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                  sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                  pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                  yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                  pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                  27

                                  Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                  kuning) Pewarnaan HE

                                  Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                  dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                  sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                  Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                  (panah kuning) Pewarnaan HE

                                  28

                                  Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                  jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                  yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                  Tabel 3 dan Gambar 9

                                  0

                                  500

                                  1000

                                  1500

                                  2000

                                  2500

                                  P K P K P K P K P K P K

                                  1 2 3 4 5 6

                                  Minggu

                                  Jum

                                  lah

                                  sel r

                                  adan

                                  g

                                  VSVP

                                  Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                  29

                                  Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                  Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                  Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                  Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                  Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                  2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                  Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                  Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                  Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                  3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                  Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                  Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                  Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                  4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                  Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                  Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                  Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                  5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                  Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                  Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                  Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                  6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                  Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                  Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                  Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                  Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                  berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                  Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                  kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                  antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                  klinik

                                  Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                  perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                  reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                  merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                  merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                  memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                  bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                  basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                  berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                  30

                                  dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                  bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                  dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                  membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                  yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                  mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                  darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                  Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                  (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                  batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                  lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                  Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                  menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                  hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                  hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                  sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                  akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                  radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                  fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                  berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                  statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                  hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                  minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                  toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                  vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                  sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                  menurunkan symptom peradangan

                                  KESIMPULAN DAN SARAN

                                  Kesimpulan

                                  Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                  normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                  lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                  Saran

                                  1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                  waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                  penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                  2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                  berperan dalam metabolisme hati

                                  DAFTAR PUSTAKA

                                  Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                  Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                  Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                  umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                  Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                  41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                  Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                  Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                  State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                  Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                  Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                  Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                  Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                  Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                  Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                  Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                  hatihtlm [21 Januari 2003]

                                  33

                                  Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                  Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                  Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                  Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                  Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                  London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                  2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                  Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                  Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                  Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                  Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                  Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                  Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                  dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                  Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                  Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                  Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                  Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                  34

                                  Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                  Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                  (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                  LAMPIRAN

                                  36

                                  Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                  Sampling organtriming darr

                                  Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                  darr Dehidrasi

                                  Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                  Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                  darr Embeding

                                  Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                  Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                  darr Mounting

                                  Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                  Staining Pewarnaan

                                  37

                                  Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                  Xylol I 2 menit darr

                                  Xylol II 2 menit darr

                                  Alkohol absolut 2 menit darr

                                  Alkohol 95 1 menit darr

                                  Alkohol 80 1 menit darr

                                  Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                  Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                  Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                  Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                  Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                  Eosin 2-3 menit darr

                                  Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                  Alkohol 95 10 celupan darr

                                  Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                  Alkohol absolut II 2 menit darr

                                  Xylol I 1 menit darr

                                  Xylol II 2 menit darr

                                  Tutup dengan cover glass

                                  Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                  NORMAL Tukey HSD

                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                  Descriptives HIDROPIS

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                  Descriptives NEKROSA

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                  NEKROSA Tukey HSD

                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                  Descriptives

                                  NORMAL

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                  NORMAL Tukey HSD

                                  Subset for alpha =

                                  05

                                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                  Descriptives HIDROPIS

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                  Subset for alpha =

                                  05

                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                  Descriptives NEKROSA

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                  NEKROSA Tukey HSD

                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                  Descriptives RADANG

                                  95 Confidence Interval for Mean

                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                  RADANG Tukey HSD

                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                  • awalrtf
                                  • DAFTAR ISIdoc
                                  • PENDAHULUANrtf
                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                  • PEMBAHASANrtf
                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                  • LAMPIRANrtf
                                  • Lamp2rtf

                                    8

                                    Penyebab hepatitis toksik akut adalah berbagai macam toksin sebagian

                                    besar diantaranya masih belum diketahui Bahan toksik tersebut dapat dibagi

                                    menjadi 3 golongan (Nabib 1987)

                                    1 Racun-racun kimia termasuk didalamnya antara lain tetrachloroethylene dan

                                    carbontetrachloride yang keduanya digunakan sebagai obat antihelmintik

                                    Efek toksik dari kedua racun tersebut diantaranya menyebabkan sel-sel

                                    parenkim hati mengalami nekrosa sentrolobular yang dapat berakibat pada

                                    terbentuknya tumor dan kanker hati Oleh karena efek toksiknya yang

                                    berbahaya maka sekarang kedua racun tersebut jarang digunakan

                                    2 Racun tanaman diantaranya yang terdapat pada leguminosa pohon yang

                                    diduga memiliki efek imunomodulator

                                    3 Racun metabolik termasuk didalamnya bentuk-bentuk gastroenteritis tertentu

                                    diduga dapat menimbulkan efek hepatotoksik

                                    Tingginya kadar lipid peroksida dapat menjadi indikasi awal rusaknya sel

                                    hati Peningkatan kadar lipid peroksida lebih jauh akan menyebabkan akumulasi

                                    trigliserida pada sel hati dan kemudian menyebabkan terjadinya nekrosis hati

                                    Oleh karena itu kadar lipid peroksida dapat digunakan sebagai parameter

                                    kerusakan awal hati (Ruswandi 2005)

                                    Kerusakan sel hati membuat proses pencernaan dan metabolisme

                                    terganggu Lancarnya proses pencernaan sangat membantu proses penyembuhan

                                    penyakit sebab tubuh mendapat asupan protein yang mampu meningkatkan daya

                                    tahan tubuh Bahkan dengan membaiknya metabolisme sangat membantu hati

                                    meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat hepatitis (Budi dan Paimin 2005)

                                    Karakteristik dan Data Biologis Mencit

                                    Mencit (Mus musculus) sebagai hewan percobaan

                                    Hewan percobaan atau yang sering disebut sebagai hewan laboratorium

                                    adalah semua jenis hewan dengan persyaratan tertentu untuk dipergunakan

                                    sebagai salah satu sarana dalam berbagai kegiatan penelitian biologi dan

                                    kedokteran (Sulaksono et al 1986) Hewan sebagai model atau sarana percobaan

                                    haruslah memenuhi persyaratan tertentu antara lain persyaratan genetik atau

                                    keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya disamping faktor

                                    9

                                    ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                                    Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                                    dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                                    macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                                    Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                                    Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                                    dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                                    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                                    yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                                    genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                                    dengan baik

                                    Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                                    Kingdom Animalia

                                    Filum Chordata

                                    Subfilum Vertebrata

                                    Kelas Mamalia

                                    Ordo Rodensia

                                    Genus Mus

                                    Spesies Mus musculus

                                    Data biologis mencit

                                    Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                                    Lama produksi ekonomis 9 bulan

                                    Lama kebuntingan 19-21 hari

                                    Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                                    Umur disapih 21 hari

                                    Umur dewasa 35 hari

                                    Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                                    Siklus estrus 4-5 hari

                                    Siklus kelamin poli estrus

                                    Lama estrus 12-14 jam

                                    10

                                    Perkawinan pada waktu estrus

                                    Ovulasi dekat akhir periode estrus

                                    Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                                    Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                                    Berat lahir 05-10 gram

                                    Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                                    Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                                    Uterus bikornua bermuara di cerviks

                                    Suhu 35-39oC

                                    Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                                    anastesi naik sampai 230menit jika stress

                                    Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                                    anastesi dan naik 750menit jika stress

                                    Tekanan darah 130-160 sistol

                                    (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                                    Parasetamol (Asetaminofen)

                                    Rumus Kimia

                                    Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                                    ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                                    antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                                    Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                                    (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                                    berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                                    pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                                    parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                                    walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                                    kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                                    Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                                    tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                                    parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                                    Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                                    11

                                    analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                    tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                    senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                    Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                    Acetanilide Paracetamol Aniline

                                    Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                    2006)

                                    12

                                    Farmakodinamik

                                    Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                    dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                    bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                    produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                    Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                    Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                    tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                    bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                    menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                    perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                    menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                    menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                    pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                    Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                    menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                    COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                    sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                    meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                    belum diketahui (Anonimus 2006)

                                    Farmakokinetik

                                    Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                    hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                    waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                    yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                    bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                    mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                    setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                    sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                    terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                    Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                    13

                                    parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                    parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                    +

                                    metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                    Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                    14

                                    Toksikologi

                                    Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                    dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                    nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                    menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                    kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                    Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                    BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                    Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                    lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                    dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                    (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                    dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                    bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                    memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                    (Susana 1987)

                                    Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                    II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                    dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                    (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                    tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                    NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                    parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                    merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                    Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                    banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                    kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                    vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                    hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                    pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                    Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                    mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                    15

                                    glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                    darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                    parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                    methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                    (Anonimus 2006)

                                    BAHAN DAN METODE

                                    Tempat dan Waktu

                                    Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                    Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                    Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                    Alat dan Bahan

                                    A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                    berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                    B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                    digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                    pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                    wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                    (BNF 10)

                                    C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                    adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                    inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                    D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                    untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                    alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                    E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                    Metode

                                    A Parasetamol

                                    Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                    50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                    B Perlakuan

                                    Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                    dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                    parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                    17

                                    berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                    kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                    sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                    6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                    Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                    untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                    kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                    pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                    palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                    BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                    minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                    masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                    kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                    C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                    Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                    fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                    dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                    paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                    dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                    adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                    Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                    Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                    Institut Pertanian Bogor

                                    D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                    Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                    perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                    sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                    pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                    hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                    seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                    18

                                    buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                    lapang pandang

                                    E Evaluasi Data

                                    Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                    kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                    di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                    menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                    Tukey (α = 005)

                                    HASIL DAN PEMBAHASAN

                                    Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                    ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                    hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                    perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                    interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                    sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                    Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                    minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                    Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                    Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                    Nekrosa ()

                                    1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                    Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                    2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                    Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                    3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                    Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                    4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                    Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                    5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                    Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                    6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                    Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                    20

                                    0102030405060708090

                                    100

                                    k

                                    erus

                                    akan

                                    hep

                                    atos

                                    it

                                    P K P K P K P K P K P K

                                    I 2 3 4 5 6

                                    Minggu

                                    Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                    kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                    minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                    kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                    persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                    kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                    normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                    degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                    (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                    minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                    mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                    21

                                    Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                    dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                    Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                    berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                    ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                    sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                    cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                    berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                    penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                    menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                    toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                    asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                    reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                    sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                    merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                    yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                    metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                    Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                    Pathogen Free (SPF)

                                    Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                    cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                    sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                    secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                    minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                    kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                    minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                    waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                    persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                    di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                    22

                                    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                    Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                    baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                    hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                    Gambar 5

                                    Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                    Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                    VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                    2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                    VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                    3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                    VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                    4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                    VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                    5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                    VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                    6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                    VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                    23

                                    0

                                    10

                                    20

                                    30

                                    40

                                    50

                                    60

                                    70

                                    80

                                    90

                                    100

                                    k

                                    erus

                                    akan

                                    hep

                                    atos

                                    it

                                    VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                    1 2 3 4 5 6Minggu

                                    Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                    mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                    membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                    toksisitas yang sama terhadap sel

                                    Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                    hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                    vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                    pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                    melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                    (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                    mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                    24

                                    hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                    al 1999)

                                    Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                    (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                    apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                    kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                    potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                    menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                    membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                    masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                    sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                    merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                    Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                    darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                    maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                    (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                    maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                    terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                    atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                    mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                    termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                    seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                    fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                    masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                    Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                    dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                    limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                    mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                    pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                    histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                    25

                                    2microm

                                    Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                    2microm

                                    Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                    Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                    oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                    antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                    26

                                    tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                    Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                    gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                    digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                    adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                    (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                    digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                    tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                    Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                    bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                    (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                    Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                    di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                    sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                    sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                    menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                    lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                    kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                    sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                    sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                    sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                    perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                    dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                    sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                    pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                    yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                    pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                    27

                                    Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                    kuning) Pewarnaan HE

                                    Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                    dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                    sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                    Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                    (panah kuning) Pewarnaan HE

                                    28

                                    Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                    jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                    yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                    Tabel 3 dan Gambar 9

                                    0

                                    500

                                    1000

                                    1500

                                    2000

                                    2500

                                    P K P K P K P K P K P K

                                    1 2 3 4 5 6

                                    Minggu

                                    Jum

                                    lah

                                    sel r

                                    adan

                                    g

                                    VSVP

                                    Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                    29

                                    Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                    Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                    Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                    Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                    Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                    2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                    Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                    Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                    Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                    3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                    Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                    Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                    Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                    4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                    Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                    Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                    Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                    5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                    Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                    Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                    Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                    6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                    Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                    Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                    Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                    Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                    berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                    Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                    kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                    antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                    klinik

                                    Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                    perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                    reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                    merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                    merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                    memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                    bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                    basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                    berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                    30

                                    dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                    bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                    dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                    membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                    yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                    mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                    darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                    Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                    (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                    batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                    lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                    Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                    menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                    hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                    hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                    sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                    akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                    radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                    fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                    berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                    statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                    hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                    minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                    toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                    vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                    sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                    menurunkan symptom peradangan

                                    KESIMPULAN DAN SARAN

                                    Kesimpulan

                                    Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                    normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                    lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                    Saran

                                    1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                    waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                    penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                    2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                    berperan dalam metabolisme hati

                                    DAFTAR PUSTAKA

                                    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                    hatihtlm [21 Januari 2003]

                                    33

                                    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                    34

                                    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                    LAMPIRAN

                                    36

                                    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                    Sampling organtriming darr

                                    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                    darr Dehidrasi

                                    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                    darr Embeding

                                    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                    darr Mounting

                                    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                    Staining Pewarnaan

                                    37

                                    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                    Xylol I 2 menit darr

                                    Xylol II 2 menit darr

                                    Alkohol absolut 2 menit darr

                                    Alkohol 95 1 menit darr

                                    Alkohol 80 1 menit darr

                                    Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                    Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                    Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                    Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                    Eosin 2-3 menit darr

                                    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                    Alkohol 95 10 celupan darr

                                    Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                    Alkohol absolut II 2 menit darr

                                    Xylol I 1 menit darr

                                    Xylol II 2 menit darr

                                    Tutup dengan cover glass

                                    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                    NORMAL Tukey HSD

                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                    Descriptives HIDROPIS

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                    Descriptives NEKROSA

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                    NEKROSA Tukey HSD

                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                    Descriptives

                                    NORMAL

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                    NORMAL Tukey HSD

                                    Subset for alpha =

                                    05

                                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                    Descriptives HIDROPIS

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                    Subset for alpha =

                                    05

                                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                    Descriptives NEKROSA

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                    NEKROSA Tukey HSD

                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                    Descriptives RADANG

                                    95 Confidence Interval for Mean

                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                    RADANG Tukey HSD

                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                    • awalrtf
                                    • DAFTAR ISIdoc
                                    • PENDAHULUANrtf
                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                    • PEMBAHASANrtf
                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                    • LAMPIRANrtf
                                    • Lamp2rtf

                                      9

                                      ekonomi mudah tidaknya diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis

                                      Hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

                                      dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

                                      macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik

                                      Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan

                                      Hewan ini merupakan hewan percobaan kecil yang tersebar di seluruh dunia dan

                                      dapat ditemukan pada tempat tinggal manusia seperti di rumah dan gedung

                                      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998) Mencit adalah hewan pengerat (rodentia)

                                      yang cepat berbiak mudah dipelihara dalam jumlah banyak dan variasi

                                      genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi

                                      dengan baik

                                      Sistem taksonomi mencit (Ballenger 1999)

                                      Kingdom Animalia

                                      Filum Chordata

                                      Subfilum Vertebrata

                                      Kelas Mamalia

                                      Ordo Rodensia

                                      Genus Mus

                                      Spesies Mus musculus

                                      Data biologis mencit

                                      Lama hidup 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun

                                      Lama produksi ekonomis 9 bulan

                                      Lama kebuntingan 19-21 hari

                                      Kawin sesudah beranak 1-24 jam

                                      Umur disapih 21 hari

                                      Umur dewasa 35 hari

                                      Umur dikawinkan 8 minggu (jantan dan betina)

                                      Siklus estrus 4-5 hari

                                      Siklus kelamin poli estrus

                                      Lama estrus 12-14 jam

                                      10

                                      Perkawinan pada waktu estrus

                                      Ovulasi dekat akhir periode estrus

                                      Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                                      Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                                      Berat lahir 05-10 gram

                                      Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                                      Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                                      Uterus bikornua bermuara di cerviks

                                      Suhu 35-39oC

                                      Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                                      anastesi naik sampai 230menit jika stress

                                      Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                                      anastesi dan naik 750menit jika stress

                                      Tekanan darah 130-160 sistol

                                      (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                                      Parasetamol (Asetaminofen)

                                      Rumus Kimia

                                      Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                                      ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                                      antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                                      Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                                      (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                                      berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                                      pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                                      parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                                      walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                                      kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                                      Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                                      tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                                      parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                                      Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                                      11

                                      analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                      tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                      senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                      Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                      Acetanilide Paracetamol Aniline

                                      Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                      2006)

                                      12

                                      Farmakodinamik

                                      Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                      dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                      bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                      produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                      Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                      Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                      tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                      bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                      menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                      perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                      menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                      menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                      pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                      Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                      menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                      COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                      sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                      meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                      belum diketahui (Anonimus 2006)

                                      Farmakokinetik

                                      Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                      hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                      waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                      yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                      bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                      mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                      setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                      sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                      terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                      Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                      13

                                      parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                      parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                      +

                                      metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                      Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                      14

                                      Toksikologi

                                      Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                      dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                      nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                      menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                      kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                      Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                      BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                      Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                      lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                      dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                      (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                      dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                      bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                      memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                      (Susana 1987)

                                      Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                      II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                      dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                      (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                      tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                      NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                      parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                      merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                      Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                      banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                      kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                      vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                      hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                      pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                      Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                      mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                      15

                                      glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                      darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                      parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                      methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                      (Anonimus 2006)

                                      BAHAN DAN METODE

                                      Tempat dan Waktu

                                      Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                      Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                      Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                      Alat dan Bahan

                                      A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                      berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                      B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                      digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                      pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                      wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                      (BNF 10)

                                      C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                      adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                      inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                      D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                      untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                      alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                      E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                      Metode

                                      A Parasetamol

                                      Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                      50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                      B Perlakuan

                                      Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                      dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                      parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                      17

                                      berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                      kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                      sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                      6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                      Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                      untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                      kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                      pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                      palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                      BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                      minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                      masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                      kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                      C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                      Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                      fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                      dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                      paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                      dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                      adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                      Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                      Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                      Institut Pertanian Bogor

                                      D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                      Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                      perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                      sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                      pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                      hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                      seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                      18

                                      buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                      lapang pandang

                                      E Evaluasi Data

                                      Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                      kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                      di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                      menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                      Tukey (α = 005)

                                      HASIL DAN PEMBAHASAN

                                      Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                      ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                      hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                      perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                      interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                      sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                      Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                      minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                      Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                      Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                      Nekrosa ()

                                      1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                      Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                      2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                      Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                      3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                      Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                      4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                      Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                      5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                      Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                      6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                      Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                      20

                                      0102030405060708090

                                      100

                                      k

                                      erus

                                      akan

                                      hep

                                      atos

                                      it

                                      P K P K P K P K P K P K

                                      I 2 3 4 5 6

                                      Minggu

                                      Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                      kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                      minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                      kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                      persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                      kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                      normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                      degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                      (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                      minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                      mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                      21

                                      Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                      dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                      Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                      berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                      ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                      sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                      cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                      berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                      penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                      menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                      toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                      asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                      reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                      sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                      merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                      yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                      metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                      Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                      Pathogen Free (SPF)

                                      Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                      cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                      sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                      secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                      minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                      kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                      minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                      waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                      persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                      di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                      22

                                      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                      Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                      baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                      hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                      Gambar 5

                                      Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                      Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                      VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                      2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                      VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                      3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                      VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                      4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                      VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                      5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                      VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                      6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                      VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                      23

                                      0

                                      10

                                      20

                                      30

                                      40

                                      50

                                      60

                                      70

                                      80

                                      90

                                      100

                                      k

                                      erus

                                      akan

                                      hep

                                      atos

                                      it

                                      VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                      1 2 3 4 5 6Minggu

                                      Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                      mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                      membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                      toksisitas yang sama terhadap sel

                                      Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                      hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                      vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                      pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                      melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                      (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                      mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                      24

                                      hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                      al 1999)

                                      Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                      (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                      apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                      kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                      potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                      menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                      membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                      masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                      sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                      merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                      Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                      darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                      maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                      (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                      maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                      terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                      atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                      mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                      termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                      seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                      fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                      masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                      Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                      dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                      limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                      mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                      pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                      histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                      25

                                      2microm

                                      Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                      2microm

                                      Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                      Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                      oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                      antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                      26

                                      tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                      Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                      gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                      digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                      adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                      (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                      digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                      tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                      Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                      bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                      (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                      Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                      di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                      sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                      sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                      menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                      lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                      kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                      sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                      sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                      sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                      perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                      dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                      sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                      pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                      yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                      pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                      27

                                      Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                      kuning) Pewarnaan HE

                                      Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                      dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                      sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                      Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                      (panah kuning) Pewarnaan HE

                                      28

                                      Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                      jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                      yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                      Tabel 3 dan Gambar 9

                                      0

                                      500

                                      1000

                                      1500

                                      2000

                                      2500

                                      P K P K P K P K P K P K

                                      1 2 3 4 5 6

                                      Minggu

                                      Jum

                                      lah

                                      sel r

                                      adan

                                      g

                                      VSVP

                                      Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                      29

                                      Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                      Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                      Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                      Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                      Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                      2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                      Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                      Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                      Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                      3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                      Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                      Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                      Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                      4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                      Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                      Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                      Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                      5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                      Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                      Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                      Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                      6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                      Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                      Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                      Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                      Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                      berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                      Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                      kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                      antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                      klinik

                                      Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                      perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                      reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                      merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                      merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                      memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                      bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                      basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                      berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                      30

                                      dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                      bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                      dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                      membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                      yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                      mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                      darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                      Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                      (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                      batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                      lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                      Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                      menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                      hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                      hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                      sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                      akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                      radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                      fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                      berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                      statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                      hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                      minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                      toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                      vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                      sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                      menurunkan symptom peradangan

                                      KESIMPULAN DAN SARAN

                                      Kesimpulan

                                      Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                      normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                      lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                      Saran

                                      1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                      waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                      penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                      2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                      berperan dalam metabolisme hati

                                      DAFTAR PUSTAKA

                                      Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                      Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                      Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                      umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                      Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                      41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                      Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                      Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                      State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                      Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                      Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                      Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                      Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                      Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                      Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                      Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                      hatihtlm [21 Januari 2003]

                                      33

                                      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                      34

                                      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                      LAMPIRAN

                                      36

                                      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                      Sampling organtriming darr

                                      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                      darr Dehidrasi

                                      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                      darr Embeding

                                      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                      darr Mounting

                                      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                      Staining Pewarnaan

                                      37

                                      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                      Xylol I 2 menit darr

                                      Xylol II 2 menit darr

                                      Alkohol absolut 2 menit darr

                                      Alkohol 95 1 menit darr

                                      Alkohol 80 1 menit darr

                                      Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                      Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                      Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                      Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                      Eosin 2-3 menit darr

                                      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                      Alkohol 95 10 celupan darr

                                      Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                      Alkohol absolut II 2 menit darr

                                      Xylol I 1 menit darr

                                      Xylol II 2 menit darr

                                      Tutup dengan cover glass

                                      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                      NORMAL Tukey HSD

                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                      Descriptives HIDROPIS

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                      Descriptives NEKROSA

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                      NEKROSA Tukey HSD

                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                      Descriptives

                                      NORMAL

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                      NORMAL Tukey HSD

                                      Subset for alpha =

                                      05

                                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                      Descriptives HIDROPIS

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                      Subset for alpha =

                                      05

                                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                      Descriptives NEKROSA

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                      NEKROSA Tukey HSD

                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                      Descriptives RADANG

                                      95 Confidence Interval for Mean

                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                      RADANG Tukey HSD

                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                      • awalrtf
                                      • DAFTAR ISIdoc
                                      • PENDAHULUANrtf
                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                      • PEMBAHASANrtf
                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                      • LAMPIRANrtf
                                      • Lamp2rtf

                                        10

                                        Perkawinan pada waktu estrus

                                        Ovulasi dekat akhir periode estrus

                                        Fertilisasi 2 jam sesudah kawin

                                        Berat dewasa jantan 20-40 gram betina 18-35 gram

                                        Berat lahir 05-10 gram

                                        Jumlah anak rata-rata 6 bisa sampai 15

                                        Implantasi 4-5 hari sesudah fertilisasi

                                        Uterus bikornua bermuara di cerviks

                                        Suhu 35-39oC

                                        Pernafasan 140-180menit turun menjadi 80menit dengan

                                        anastesi naik sampai 230menit jika stress

                                        Denyut Jantung 600-650menit turun hingga 350menit dengan

                                        anastesi dan naik 750menit jika stress

                                        Tekanan darah 130-160 sistol

                                        (Mangkoewidjojo dan Smith 1998)

                                        Parasetamol (Asetaminofen)

                                        Rumus Kimia

                                        Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalah parasetamol Senyawa

                                        ini merupakan turunan fenasetin Parasetamol mempunyai beberapa nama generik

                                        antara lain N-hidroksi asetanilida N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen

                                        Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia

                                        (Sumioka et al 2004) Parasetamol berbentuk serbuk kristal berwarna putih tidak

                                        berbau rasanya sedikit pahit peka terhadap udara dan cahaya serta mempunyai

                                        pH 53-65 karena toksisitas dan daya antiinflamasinya yang lemah menjadikan

                                        parasetamol sebagai alternatif aspirin Parasetamol relatif aman pada dosis terapi

                                        walaupun demikian overdosis akut parasetamol dapat menyebabkan hepatotoksik

                                        kerusakan (nekrosis) sentrilobular hati yang fatal (Anonimus 2006)

                                        Penggunaan parasetamol didasarkan pada dugaan bahwa fenasetin dalam

                                        tubuh akan dioksidasi menjadi senyawa paraaminofenol Kemampuan

                                        parasetamol sebagai antipiretik terdapat pada struktur aminobenzena senyawa ini

                                        Menurut Goodman et al (1980) parasetamol adalah obat yang memiliki daya

                                        11

                                        analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                        tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                        senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                        Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                        Acetanilide Paracetamol Aniline

                                        Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                        2006)

                                        12

                                        Farmakodinamik

                                        Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                        dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                        bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                        produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                        Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                        Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                        tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                        bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                        menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                        perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                        menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                        menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                        pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                        Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                        menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                        COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                        sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                        meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                        belum diketahui (Anonimus 2006)

                                        Farmakokinetik

                                        Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                        hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                        waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                        yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                        bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                        mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                        setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                        sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                        terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                        Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                        13

                                        parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                        parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                        +

                                        metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                        Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                        14

                                        Toksikologi

                                        Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                        dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                        nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                        menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                        kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                        Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                        BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                        Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                        lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                        dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                        (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                        dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                        bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                        memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                        (Susana 1987)

                                        Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                        II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                        dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                        (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                        tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                        NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                        parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                        merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                        Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                        banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                        kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                        vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                        hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                        pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                        Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                        mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                        15

                                        glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                        darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                        parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                        methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                        (Anonimus 2006)

                                        BAHAN DAN METODE

                                        Tempat dan Waktu

                                        Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                        Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                        Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                        Alat dan Bahan

                                        A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                        berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                        B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                        digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                        pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                        wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                        (BNF 10)

                                        C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                        adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                        inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                        D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                        untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                        alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                        E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                        Metode

                                        A Parasetamol

                                        Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                        50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                        B Perlakuan

                                        Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                        dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                        parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                        17

                                        berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                        kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                        sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                        6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                        Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                        untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                        kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                        pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                        palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                        BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                        minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                        masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                        kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                        C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                        Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                        fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                        dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                        paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                        dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                        adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                        Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                        Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                        Institut Pertanian Bogor

                                        D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                        Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                        perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                        sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                        pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                        hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                        seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                        18

                                        buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                        lapang pandang

                                        E Evaluasi Data

                                        Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                        kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                        di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                        menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                        Tukey (α = 005)

                                        HASIL DAN PEMBAHASAN

                                        Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                        ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                        hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                        perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                        interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                        sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                        Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                        minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                        Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                        Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                        Nekrosa ()

                                        1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                        Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                        2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                        Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                        3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                        Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                        4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                        Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                        5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                        Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                        6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                        Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                        20

                                        0102030405060708090

                                        100

                                        k

                                        erus

                                        akan

                                        hep

                                        atos

                                        it

                                        P K P K P K P K P K P K

                                        I 2 3 4 5 6

                                        Minggu

                                        Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                        kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                        minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                        kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                        persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                        kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                        normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                        degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                        (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                        minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                        mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                        21

                                        Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                        dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                        Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                        berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                        ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                        sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                        cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                        berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                        penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                        menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                        toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                        asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                        reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                        sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                        merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                        yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                        metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                        Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                        Pathogen Free (SPF)

                                        Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                        cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                        sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                        secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                        minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                        kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                        minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                        waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                        persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                        di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                        22

                                        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                        Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                        baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                        hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                        Gambar 5

                                        Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                        Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                        VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                        2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                        VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                        3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                        VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                        4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                        VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                        5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                        VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                        6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                        VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                        23

                                        0

                                        10

                                        20

                                        30

                                        40

                                        50

                                        60

                                        70

                                        80

                                        90

                                        100

                                        k

                                        erus

                                        akan

                                        hep

                                        atos

                                        it

                                        VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                        1 2 3 4 5 6Minggu

                                        Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                        mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                        membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                        toksisitas yang sama terhadap sel

                                        Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                        hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                        vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                        pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                        melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                        (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                        mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                        24

                                        hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                        al 1999)

                                        Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                        (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                        apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                        kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                        potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                        menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                        membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                        masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                        sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                        merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                        Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                        darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                        maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                        (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                        maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                        terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                        atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                        mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                        termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                        seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                        fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                        masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                        Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                        dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                        limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                        mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                        pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                        histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                        25

                                        2microm

                                        Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                        2microm

                                        Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                        Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                        oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                        antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                        26

                                        tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                        Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                        gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                        digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                        adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                        (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                        digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                        tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                        Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                        bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                        (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                        Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                        di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                        sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                        sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                        menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                        lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                        kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                        sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                        sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                        sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                        perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                        dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                        sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                        pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                        yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                        pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                        27

                                        Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                        kuning) Pewarnaan HE

                                        Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                        dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                        sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                        Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                        (panah kuning) Pewarnaan HE

                                        28

                                        Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                        jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                        yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                        Tabel 3 dan Gambar 9

                                        0

                                        500

                                        1000

                                        1500

                                        2000

                                        2500

                                        P K P K P K P K P K P K

                                        1 2 3 4 5 6

                                        Minggu

                                        Jum

                                        lah

                                        sel r

                                        adan

                                        g

                                        VSVP

                                        Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                        29

                                        Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                        Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                        Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                        Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                        Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                        2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                        Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                        Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                        Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                        3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                        Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                        Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                        Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                        4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                        Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                        Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                        Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                        5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                        Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                        Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                        Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                        6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                        Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                        Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                        Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                        Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                        berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                        Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                        kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                        antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                        klinik

                                        Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                        perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                        reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                        merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                        merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                        memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                        bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                        basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                        berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                        30

                                        dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                        bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                        dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                        membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                        yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                        mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                        darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                        Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                        (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                        batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                        lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                        Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                        menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                        hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                        hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                        sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                        akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                        radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                        fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                        berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                        statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                        hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                        minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                        toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                        vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                        sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                        menurunkan symptom peradangan

                                        KESIMPULAN DAN SARAN

                                        Kesimpulan

                                        Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                        normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                        lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                        Saran

                                        1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                        waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                        penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                        2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                        berperan dalam metabolisme hati

                                        DAFTAR PUSTAKA

                                        Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                        Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                        Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                        umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                        Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                        41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                        Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                        Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                        State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                        Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                        Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                        Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                        Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                        Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                        Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                        Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                        Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                        hatihtlm [21 Januari 2003]

                                        33

                                        Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                        Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                        Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                        Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                        Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                        London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                        2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                        Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                        Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                        Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                        Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                        Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                        Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                        dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                        Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                        Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                        Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                        Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                        34

                                        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                        LAMPIRAN

                                        36

                                        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                        Sampling organtriming darr

                                        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                        darr Dehidrasi

                                        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                        darr Embeding

                                        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                        darr Mounting

                                        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                        Staining Pewarnaan

                                        37

                                        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                        Xylol I 2 menit darr

                                        Xylol II 2 menit darr

                                        Alkohol absolut 2 menit darr

                                        Alkohol 95 1 menit darr

                                        Alkohol 80 1 menit darr

                                        Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                        Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                        Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                        Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                        Eosin 2-3 menit darr

                                        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                        Alkohol 95 10 celupan darr

                                        Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                        Alkohol absolut II 2 menit darr

                                        Xylol I 1 menit darr

                                        Xylol II 2 menit darr

                                        Tutup dengan cover glass

                                        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                        NORMAL Tukey HSD

                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                        Descriptives HIDROPIS

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                        Descriptives NEKROSA

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                        NEKROSA Tukey HSD

                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                        Descriptives

                                        NORMAL

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                        NORMAL Tukey HSD

                                        Subset for alpha =

                                        05

                                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                        Descriptives HIDROPIS

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                        Subset for alpha =

                                        05

                                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                        Descriptives NEKROSA

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                        NEKROSA Tukey HSD

                                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                        Descriptives RADANG

                                        95 Confidence Interval for Mean

                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                        RADANG Tukey HSD

                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                        • awalrtf
                                        • DAFTAR ISIdoc
                                        • PENDAHULUANrtf
                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                        • PEMBAHASANrtf
                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                        • LAMPIRANrtf
                                        • Lamp2rtf

                                          11

                                          analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan prostaglandin dalam

                                          tubuh (Susana 1987) Struktur kimia parasetamol dan struktur aminobenzena

                                          senyawa parasetamol dapat dilihat pada Gambar di bawah ini

                                          Gambar 1 Bagan Struktur Kimia Parasetamol (Anonimus 2006)

                                          Acetanilide Paracetamol Aniline

                                          Gambar 2 Bagan Struktur Aminobenzena Senyawa Parasetamol (Anonimus

                                          2006)

                                          12

                                          Farmakodinamik

                                          Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                          dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                          bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                          produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                          Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                          Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                          tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                          bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                          menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                          perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                          menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                          menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                          pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                          Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                          menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                          COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                          sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                          meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                          belum diketahui (Anonimus 2006)

                                          Farmakokinetik

                                          Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                          hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                          waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                          yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                          bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                          mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                          setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                          sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                          terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                          Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                          13

                                          parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                          parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                          +

                                          metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                          Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                          14

                                          Toksikologi

                                          Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                          dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                          nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                          menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                          kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                          Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                          BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                          Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                          lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                          dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                          (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                          dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                          bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                          memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                          (Susana 1987)

                                          Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                          II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                          dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                          (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                          tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                          NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                          parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                          merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                          Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                          banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                          kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                          vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                          hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                          pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                          Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                          mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                          15

                                          glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                          darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                          parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                          methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                          (Anonimus 2006)

                                          BAHAN DAN METODE

                                          Tempat dan Waktu

                                          Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                          Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                          Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                          Alat dan Bahan

                                          A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                          berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                          B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                          digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                          pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                          wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                          (BNF 10)

                                          C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                          adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                          inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                          D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                          untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                          alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                          E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                          Metode

                                          A Parasetamol

                                          Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                          50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                          B Perlakuan

                                          Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                          dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                          parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                          17

                                          berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                          kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                          sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                          6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                          Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                          untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                          kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                          pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                          palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                          BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                          minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                          masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                          kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                          C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                          Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                          fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                          dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                          paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                          dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                          adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                          Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                          Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                          Institut Pertanian Bogor

                                          D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                          Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                          perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                          sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                          pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                          hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                          seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                          18

                                          buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                          lapang pandang

                                          E Evaluasi Data

                                          Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                          kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                          di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                          menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                          Tukey (α = 005)

                                          HASIL DAN PEMBAHASAN

                                          Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                          ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                          hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                          perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                          interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                          sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                          Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                          minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                          Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                          Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                          Nekrosa ()

                                          1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                          Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                          2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                          Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                          3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                          Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                          4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                          Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                          5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                          Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                          6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                          Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                          20

                                          0102030405060708090

                                          100

                                          k

                                          erus

                                          akan

                                          hep

                                          atos

                                          it

                                          P K P K P K P K P K P K

                                          I 2 3 4 5 6

                                          Minggu

                                          Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                          kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                          minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                          kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                          persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                          kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                          normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                          degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                          (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                          minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                          mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                          21

                                          Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                          dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                          Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                          berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                          ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                          sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                          cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                          berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                          penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                          menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                          toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                          asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                          reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                          sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                          merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                          yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                          metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                          Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                          Pathogen Free (SPF)

                                          Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                          cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                          sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                          secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                          minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                          kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                          minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                          waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                          persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                          di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                          22

                                          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                          Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                          baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                          hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                          Gambar 5

                                          Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                          Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                          VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                          2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                          VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                          3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                          VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                          4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                          VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                          5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                          VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                          6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                          VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                          23

                                          0

                                          10

                                          20

                                          30

                                          40

                                          50

                                          60

                                          70

                                          80

                                          90

                                          100

                                          k

                                          erus

                                          akan

                                          hep

                                          atos

                                          it

                                          VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                          1 2 3 4 5 6Minggu

                                          Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                          mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                          membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                          toksisitas yang sama terhadap sel

                                          Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                          hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                          vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                          pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                          melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                          (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                          mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                          24

                                          hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                          al 1999)

                                          Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                          (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                          apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                          kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                          potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                          menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                          membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                          masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                          sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                          merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                          Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                          darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                          maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                          (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                          maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                          terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                          atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                          mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                          termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                          seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                          fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                          masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                          Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                          dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                          limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                          mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                          pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                          histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                          25

                                          2microm

                                          Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                          2microm

                                          Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                          Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                          oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                          antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                          26

                                          tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                          Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                          gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                          digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                          adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                          (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                          digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                          tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                          Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                          bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                          (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                          Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                          di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                          sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                          sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                          menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                          lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                          kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                          sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                          sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                          sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                          perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                          dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                          sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                          pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                          yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                          pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                          27

                                          Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                          kuning) Pewarnaan HE

                                          Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                          dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                          sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                          Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                          (panah kuning) Pewarnaan HE

                                          28

                                          Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                          jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                          yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                          Tabel 3 dan Gambar 9

                                          0

                                          500

                                          1000

                                          1500

                                          2000

                                          2500

                                          P K P K P K P K P K P K

                                          1 2 3 4 5 6

                                          Minggu

                                          Jum

                                          lah

                                          sel r

                                          adan

                                          g

                                          VSVP

                                          Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                          29

                                          Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                          Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                          Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                          Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                          Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                          2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                          Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                          Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                          Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                          3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                          Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                          Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                          Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                          4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                          Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                          Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                          Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                          5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                          Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                          Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                          Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                          6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                          Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                          Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                          Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                          Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                          berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                          Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                          kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                          antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                          klinik

                                          Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                          perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                          reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                          merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                          merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                          memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                          bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                          basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                          berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                          30

                                          dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                          bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                          dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                          membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                          yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                          mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                          darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                          Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                          (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                          batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                          lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                          Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                          menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                          hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                          hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                          sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                          akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                          radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                          fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                          berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                          statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                          hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                          minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                          toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                          vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                          sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                          menurunkan symptom peradangan

                                          KESIMPULAN DAN SARAN

                                          Kesimpulan

                                          Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                          normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                          lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                          Saran

                                          1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                          waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                          penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                          2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                          berperan dalam metabolisme hati

                                          DAFTAR PUSTAKA

                                          Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                          Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                          Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                          umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                          Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                          41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                          Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                          Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                          State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                          Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                          Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                          Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                          Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                          Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                          Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                          Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                          Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                          hatihtlm [21 Januari 2003]

                                          33

                                          Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                          Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                          Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                          Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                          Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                          London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                          2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                          Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                          Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                          Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                          Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                          Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                          Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                          dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                          Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                          Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                          Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                          Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                          34

                                          Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                          Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                          (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                          LAMPIRAN

                                          36

                                          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                          Sampling organtriming darr

                                          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                          darr Dehidrasi

                                          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                          darr Embeding

                                          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                          darr Mounting

                                          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                          Staining Pewarnaan

                                          37

                                          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                          Xylol I 2 menit darr

                                          Xylol II 2 menit darr

                                          Alkohol absolut 2 menit darr

                                          Alkohol 95 1 menit darr

                                          Alkohol 80 1 menit darr

                                          Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                          Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                          Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                          Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                          Eosin 2-3 menit darr

                                          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                          Alkohol 95 10 celupan darr

                                          Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                          Alkohol absolut II 2 menit darr

                                          Xylol I 1 menit darr

                                          Xylol II 2 menit darr

                                          Tutup dengan cover glass

                                          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                          NORMAL Tukey HSD

                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                          Descriptives HIDROPIS

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                          Descriptives NEKROSA

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                          NEKROSA Tukey HSD

                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                          Descriptives

                                          NORMAL

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                          NORMAL Tukey HSD

                                          Subset for alpha =

                                          05

                                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                          Descriptives HIDROPIS

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                          Subset for alpha =

                                          05

                                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                          Descriptives NEKROSA

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                          NEKROSA Tukey HSD

                                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                          Descriptives RADANG

                                          95 Confidence Interval for Mean

                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                          RADANG Tukey HSD

                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                          • awalrtf
                                          • DAFTAR ISIdoc
                                          • PENDAHULUANrtf
                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                          • PEMBAHASANrtf
                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                          • LAMPIRANrtf
                                          • Lamp2rtf

                                            12

                                            Farmakodinamik

                                            Parasetamol telah lama diketahui mempunyai mekanisme yang sama

                                            dengan aspirin oleh karena persamaan struktur kedua zat tersebut Parasetamol

                                            bekerja menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga dapat mengurangi

                                            produksi prostaglandin yang terlibat di dalam proses demam dan sakit

                                            Bagaimanapun ada perbedaan penting antara efek aspirin dan parasetamol

                                            Aspirin mengandung prostaglandin yang berperan di dalam proses peradangan

                                            tetapi parasetamol tidak dapat berfungsi sebagai antiinflamasi Selain itu aspirin

                                            bekerja menghambat enzim COX yang tidak dapat diubah secara langsung

                                            menghalangi lokasi aktif enzim dan mempunyai efek merugikan pada lapisan

                                            perut Parasetamol secara tidak langsung menghalangi enzim COX sehingga

                                            menjadi tidak efektif terhadap peroksida Hal ini menyebabkan parasetamol

                                            menjadi efektif bekerja pada susunan saraf pusat dan sel endotel tetapi bukan

                                            pada platelet dan sel imun yang mempunyai tingkat peroksida tinggi

                                            Pada tahun 2002 telah dilaporkan bahwa parasetamol selektif dalam

                                            menghalangi varian dari enzim COX yang berbeda dikenal varian COX-1 dan

                                            COX-2 Enzim ini hanya bereaksi di otak dan sumsum tulang sekarang dikenal

                                            sebagai COX-3 Sebuah penelitian menunjukkan bahwa administrasi parasetamol

                                            meningkatkan bioavibilitas dari serotonin (5-HT) di tikus tetapi mekanismenya

                                            belum diketahui (Anonimus 2006)

                                            Farmakokinetik

                                            Parasetamol dimetabolisme terutama oleh enzim-enzim mikrosomal sel

                                            hati Di dalam saluran pencernaan asetaminofen dengan cepat diserap dan dalam

                                            waktu 30 menit akan mencapai konsentrasi puncak dalam plasma Pada dosis

                                            yang menyebabkan toksisitas akut ikatan parasetamol terhadap protein plasma

                                            bervariasi dari 20-50 Pada dosis normal 90-100 dari senyawa obat ini

                                            mungkin akan dikeluarkan melalui urin Pengeluaran senyawa obat ini terjadi

                                            setelah melewati fase konjugasi dengan asam glukoronat (sekitar 60) asam

                                            sulfat (35) dan sistein (3) serta sejumlah kecil metabolit dalam bentuk

                                            terhidroksilasi dan terdeasetilasi (Anonimus 2006) Berdasarkan hasil penelitian

                                            Wilson dan Gilfod dalam Susana 1987 menunjukkan bahwa di dalam hati

                                            13

                                            parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                            parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                            +

                                            metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                            Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                            14

                                            Toksikologi

                                            Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                            dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                            nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                            menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                            kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                            Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                            BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                            Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                            lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                            dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                            (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                            dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                            bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                            memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                            (Susana 1987)

                                            Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                            II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                            dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                            (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                            tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                            NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                            parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                            merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                            Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                            banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                            kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                            vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                            hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                            pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                            Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                            mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                            15

                                            glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                            darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                            parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                            methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                            (Anonimus 2006)

                                            BAHAN DAN METODE

                                            Tempat dan Waktu

                                            Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                            Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                            Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                            Alat dan Bahan

                                            A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                            berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                            B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                            digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                            pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                            wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                            (BNF 10)

                                            C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                            adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                            inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                            D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                            untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                            alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                            E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                            Metode

                                            A Parasetamol

                                            Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                            50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                            B Perlakuan

                                            Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                            dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                            parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                            17

                                            berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                            kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                            sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                            6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                            Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                            untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                            kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                            pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                            palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                            BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                            minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                            masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                            kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                            C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                            Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                            fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                            dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                            paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                            dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                            adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                            Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                            Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                            Institut Pertanian Bogor

                                            D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                            Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                            perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                            sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                            pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                            hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                            seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                            18

                                            buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                            lapang pandang

                                            E Evaluasi Data

                                            Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                            kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                            di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                            menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                            Tukey (α = 005)

                                            HASIL DAN PEMBAHASAN

                                            Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                            ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                            hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                            perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                            interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                            sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                            Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                            minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                            Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                            Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                            Nekrosa ()

                                            1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                            Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                            2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                            Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                            3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                            Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                            4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                            Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                            5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                            Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                            6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                            Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                            20

                                            0102030405060708090

                                            100

                                            k

                                            erus

                                            akan

                                            hep

                                            atos

                                            it

                                            P K P K P K P K P K P K

                                            I 2 3 4 5 6

                                            Minggu

                                            Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                            kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                            minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                            kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                            persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                            kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                            normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                            degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                            (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                            minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                            mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                            21

                                            Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                            dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                            Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                            berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                            ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                            sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                            cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                            berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                            penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                            menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                            toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                            asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                            reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                            sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                            merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                            yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                            metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                            Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                            Pathogen Free (SPF)

                                            Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                            cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                            sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                            secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                            minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                            kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                            minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                            waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                            persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                            di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                            22

                                            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                            Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                            baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                            hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                            Gambar 5

                                            Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                            Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                            VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                            2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                            VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                            3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                            VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                            4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                            VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                            5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                            VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                            6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                            VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                            23

                                            0

                                            10

                                            20

                                            30

                                            40

                                            50

                                            60

                                            70

                                            80

                                            90

                                            100

                                            k

                                            erus

                                            akan

                                            hep

                                            atos

                                            it

                                            VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                            1 2 3 4 5 6Minggu

                                            Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                            mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                            membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                            toksisitas yang sama terhadap sel

                                            Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                            hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                            vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                            pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                            melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                            (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                            mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                            24

                                            hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                            al 1999)

                                            Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                            (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                            apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                            kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                            potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                            menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                            membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                            masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                            sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                            merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                            Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                            darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                            maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                            (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                            maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                            terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                            atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                            mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                            termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                            seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                            fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                            masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                            Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                            dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                            limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                            mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                            pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                            histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                            25

                                            2microm

                                            Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                            2microm

                                            Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                            Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                            oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                            antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                            26

                                            tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                            Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                            gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                            digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                            adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                            (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                            digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                            tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                            Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                            bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                            (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                            Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                            di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                            sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                            sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                            menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                            lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                            kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                            sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                            sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                            sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                            perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                            dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                            sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                            pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                            yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                            pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                            27

                                            Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                            kuning) Pewarnaan HE

                                            Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                            dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                            sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                            Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                            (panah kuning) Pewarnaan HE

                                            28

                                            Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                            jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                            yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                            Tabel 3 dan Gambar 9

                                            0

                                            500

                                            1000

                                            1500

                                            2000

                                            2500

                                            P K P K P K P K P K P K

                                            1 2 3 4 5 6

                                            Minggu

                                            Jum

                                            lah

                                            sel r

                                            adan

                                            g

                                            VSVP

                                            Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                            29

                                            Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                            Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                            Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                            Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                            Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                            2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                            Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                            Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                            Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                            3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                            Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                            Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                            Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                            4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                            Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                            Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                            Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                            5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                            Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                            Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                            Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                            6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                            Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                            Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                            Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                            Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                            berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                            Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                            kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                            antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                            klinik

                                            Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                            perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                            reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                            merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                            merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                            memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                            bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                            basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                            berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                            30

                                            dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                            bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                            dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                            membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                            yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                            mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                            darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                            Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                            (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                            batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                            lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                            Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                            menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                            hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                            hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                            sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                            akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                            radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                            fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                            berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                            statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                            hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                            minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                            toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                            vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                            sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                            menurunkan symptom peradangan

                                            KESIMPULAN DAN SARAN

                                            Kesimpulan

                                            Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                            normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                            lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                            Saran

                                            1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                            waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                            penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                            2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                            berperan dalam metabolisme hati

                                            DAFTAR PUSTAKA

                                            Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                            Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                            Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                            umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                            Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                            41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                            Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                            Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                            State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                            Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                            Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                            Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                            Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                            Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                            Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                            Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                            Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                            hatihtlm [21 Januari 2003]

                                            33

                                            Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                            Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                            Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                            Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                            Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                            London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                            2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                            Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                            Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                            Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                            Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                            Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                            Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                            dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                            Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                            Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                            Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                            Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                            34

                                            Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                            Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                            (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                            LAMPIRAN

                                            36

                                            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                            Sampling organtriming darr

                                            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                            darr Dehidrasi

                                            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                            darr Embeding

                                            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                            darr Mounting

                                            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                            Staining Pewarnaan

                                            37

                                            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                            Xylol I 2 menit darr

                                            Xylol II 2 menit darr

                                            Alkohol absolut 2 menit darr

                                            Alkohol 95 1 menit darr

                                            Alkohol 80 1 menit darr

                                            Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                            Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                            Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                            Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                            Eosin 2-3 menit darr

                                            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                            Alkohol 95 10 celupan darr

                                            Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                            Alkohol absolut II 2 menit darr

                                            Xylol I 1 menit darr

                                            Xylol II 2 menit darr

                                            Tutup dengan cover glass

                                            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                            NORMAL Tukey HSD

                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                            Descriptives HIDROPIS

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                            Descriptives NEKROSA

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                            NEKROSA Tukey HSD

                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                            Descriptives

                                            NORMAL

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                            NORMAL Tukey HSD

                                            Subset for alpha =

                                            05

                                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                            Descriptives HIDROPIS

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                            Subset for alpha =

                                            05

                                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                            Descriptives NEKROSA

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                            NEKROSA Tukey HSD

                                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                            Descriptives RADANG

                                            95 Confidence Interval for Mean

                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                            RADANG Tukey HSD

                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                            • awalrtf
                                            • DAFTAR ISIdoc
                                            • PENDAHULUANrtf
                                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                            • BAHAN DAN METODErtf
                                            • PEMBAHASANrtf
                                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                                            • LAMPIRANrtf
                                            • Lamp2rtf

                                              13

                                              parasetamol akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987) Metabolisme

                                              parasetamol dapat dilihat pada Gambar 3

                                              +

                                              metabolit + protein hati centralobular hepatic necrosis

                                              Gambar 3 Bagan Metabolisme Parasetamol

                                              14

                                              Toksikologi

                                              Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                              dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                              nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                              menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                              kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                              Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                              BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                              Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                              lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                              dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                              (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                              dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                              bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                              memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                              (Susana 1987)

                                              Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                              II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                              dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                              (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                              tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                              NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                              parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                              merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                              Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                              banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                              kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                              vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                              hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                              pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                              Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                              mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                              15

                                              glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                              darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                              parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                              methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                              (Anonimus 2006)

                                              BAHAN DAN METODE

                                              Tempat dan Waktu

                                              Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                              Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                              Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                              Alat dan Bahan

                                              A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                              berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                              B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                              digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                              pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                              wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                              (BNF 10)

                                              C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                              adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                              inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                              D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                              untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                              alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                              E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                              Metode

                                              A Parasetamol

                                              Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                              50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                              B Perlakuan

                                              Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                              dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                              parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                              17

                                              berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                              kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                              sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                              6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                              Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                              untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                              kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                              pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                              palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                              BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                              minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                              masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                              kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                              C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                              Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                              fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                              dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                              paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                              dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                              adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                              Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                              Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                              Institut Pertanian Bogor

                                              D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                              Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                              perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                              sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                              pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                              hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                              seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                              18

                                              buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                              lapang pandang

                                              E Evaluasi Data

                                              Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                              kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                              di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                              menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                              Tukey (α = 005)

                                              HASIL DAN PEMBAHASAN

                                              Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                              ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                              hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                              perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                              interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                              sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                              Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                              minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                              Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                              Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                              Nekrosa ()

                                              1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                              Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                              2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                              Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                              3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                              Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                              4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                              Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                              5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                              Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                              6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                              Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                              20

                                              0102030405060708090

                                              100

                                              k

                                              erus

                                              akan

                                              hep

                                              atos

                                              it

                                              P K P K P K P K P K P K

                                              I 2 3 4 5 6

                                              Minggu

                                              Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                              kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                              minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                              kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                              persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                              kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                              normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                              degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                              (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                              minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                              mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                              21

                                              Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                              dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                              Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                              berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                              ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                              sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                              cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                              berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                              penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                              menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                              toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                              asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                              reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                              sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                              merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                              yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                              metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                              Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                              Pathogen Free (SPF)

                                              Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                              cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                              sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                              secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                              minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                              kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                              minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                              waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                              persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                              di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                              22

                                              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                              Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                              baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                              hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                              Gambar 5

                                              Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                              Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                              VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                              2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                              VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                              3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                              VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                              4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                              VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                              5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                              VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                              6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                              VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                              23

                                              0

                                              10

                                              20

                                              30

                                              40

                                              50

                                              60

                                              70

                                              80

                                              90

                                              100

                                              k

                                              erus

                                              akan

                                              hep

                                              atos

                                              it

                                              VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                              1 2 3 4 5 6Minggu

                                              Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                              mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                              membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                              toksisitas yang sama terhadap sel

                                              Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                              hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                              vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                              pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                              melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                              (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                              mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                              24

                                              hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                              al 1999)

                                              Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                              (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                              apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                              kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                              potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                              menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                              membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                              masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                              sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                              merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                              Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                              darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                              maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                              (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                              maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                              terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                              atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                              mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                              termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                              seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                              fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                              masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                              Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                              dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                              limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                              mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                              pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                              histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                              25

                                              2microm

                                              Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                              2microm

                                              Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                              Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                              oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                              antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                              26

                                              tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                              Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                              gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                              digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                              adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                              (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                              digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                              tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                              Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                              bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                              (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                              Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                              di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                              sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                              sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                              menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                              lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                              kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                              sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                              sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                              sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                              perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                              dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                              sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                              pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                              yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                              pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                              27

                                              Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                              kuning) Pewarnaan HE

                                              Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                              dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                              sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                              Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                              (panah kuning) Pewarnaan HE

                                              28

                                              Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                              jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                              yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                              Tabel 3 dan Gambar 9

                                              0

                                              500

                                              1000

                                              1500

                                              2000

                                              2500

                                              P K P K P K P K P K P K

                                              1 2 3 4 5 6

                                              Minggu

                                              Jum

                                              lah

                                              sel r

                                              adan

                                              g

                                              VSVP

                                              Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                              29

                                              Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                              Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                              Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                              Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                              Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                              2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                              Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                              Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                              Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                              3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                              Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                              Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                              Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                              4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                              Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                              Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                              Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                              5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                              Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                              Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                              Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                              6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                              Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                              Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                              Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                              Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                              berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                              Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                              kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                              antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                              klinik

                                              Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                              perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                              reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                              merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                              merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                              memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                              bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                              basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                              berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                              30

                                              dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                              bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                              dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                              membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                              yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                              mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                              darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                              Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                              (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                              batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                              lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                              Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                              menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                              hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                              hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                              sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                              akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                              radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                              fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                              berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                              statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                              hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                              minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                              toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                              vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                              sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                              menurunkan symptom peradangan

                                              KESIMPULAN DAN SARAN

                                              Kesimpulan

                                              Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                              normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                              lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                              Saran

                                              1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                              waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                              penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                              2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                              berperan dalam metabolisme hati

                                              DAFTAR PUSTAKA

                                              Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                              Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                              Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                              umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                              Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                              41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                              Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                              Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                              State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                              Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                              Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                              Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                              Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                              Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                              Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                              Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                              Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                              hatihtlm [21 Januari 2003]

                                              33

                                              Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                              Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                              Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                              Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                              Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                              London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                              2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                              Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                              Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                              Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                              Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                              Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                              Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                              dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                              Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                              Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                              Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                              Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                              34

                                              Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                              Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                              (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                              LAMPIRAN

                                              36

                                              Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                              Sampling organtriming darr

                                              Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                              darr Dehidrasi

                                              Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                              Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                              darr Embeding

                                              Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                              Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                              darr Mounting

                                              Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                              Staining Pewarnaan

                                              37

                                              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                              Xylol I 2 menit darr

                                              Xylol II 2 menit darr

                                              Alkohol absolut 2 menit darr

                                              Alkohol 95 1 menit darr

                                              Alkohol 80 1 menit darr

                                              Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                              Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                              Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                              Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                              Eosin 2-3 menit darr

                                              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                              Alkohol 95 10 celupan darr

                                              Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                              Alkohol absolut II 2 menit darr

                                              Xylol I 1 menit darr

                                              Xylol II 2 menit darr

                                              Tutup dengan cover glass

                                              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                              NORMAL Tukey HSD

                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                              Descriptives HIDROPIS

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                              Descriptives NEKROSA

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                              NEKROSA Tukey HSD

                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                              Descriptives

                                              NORMAL

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                              NORMAL Tukey HSD

                                              Subset for alpha =

                                              05

                                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                              Descriptives HIDROPIS

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                              Subset for alpha =

                                              05

                                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                              Descriptives NEKROSA

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                              NEKROSA Tukey HSD

                                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                              Descriptives RADANG

                                              95 Confidence Interval for Mean

                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                              RADANG Tukey HSD

                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                              • awalrtf
                                              • DAFTAR ISIdoc
                                              • PENDAHULUANrtf
                                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                              • BAHAN DAN METODErtf
                                              • PEMBAHASANrtf
                                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                                              • LAMPIRANrtf
                                              • Lamp2rtf

                                                14

                                                Toksikologi

                                                Hasil penelitian Katzung menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol

                                                dalam dosis yang besar dapat menyebabkan gangguan fungsi hati yang disebut

                                                nekrosis hati (Susana 1987) Dosis parasetamol sebanyak 7 ghari atau lebih dapat

                                                menimbulkan nekrosis hati sedangkan dosis 15 ghari dapat menimbulkan

                                                kerusakan hati yang lebih luas (Lelo dan Arbie 1982) Hasil penelitian oleh

                                                Silvana menunjukkan mencit yang diberi parasetamol dengan dosis 500 mgkg

                                                BB menunjukkan kerusakan hati mencit tersebut (Susana 1987)

                                                Kerusakan hati menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena

                                                lipid peroksida tubuh tidak dapat lagi didetoksifikasi dalam hati Menurut Thomas

                                                dalam Susana 1987 hati memiliki mekanisme antioksidasi radikal bebas

                                                (asetilimin benzokuinon) melalui reaksi konjugasi dengan beberapa senyawa

                                                dalam hati seperti glutation asam glukoronat glisin dan asetat Jumlah radikal

                                                bebas yang melebihi ketersediaan senyawa-senyawa penetralisir dalam hati

                                                memungkinkan terjadinya reaksi antara radikal bebas dan membran sel hati

                                                (Susana 1987)

                                                Parasetamol akan dikonversikan menjadi inaktif melalui metabolisme fase

                                                II yang dikonjugasikan dengan sulfat dan glukuronida yang akan beroksidasi

                                                dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450 Sitokrom P450 2E1

                                                (CYP2E1) akan mengkonversikan parasetamol menjadi metabolit reaktif yang

                                                tinggi N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI) Dalam kondisi dibawah normal

                                                NAPQI akan detoksifikasi oleh konjugasi dengan glutation Pada kasus toksikasi

                                                parasetamol jalur sulfat dan glukuronida menjadi terurai sehingga parasetamol

                                                merangsang sistem sitokrom P450 memproduksi NAPQI yang banyak

                                                Konsekuensinya NAPQI yang dikonjugasi oleh glutation (GSH) bertambah

                                                banyak sedangkan hepatoseluler kekurangan glutation sehingga ketika melewati

                                                kapasitas konjugasi GSH NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul

                                                vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis

                                                hati (Sumioka et al 2004) Pada kasus-kasus hewan 70 kekurangan glutation

                                                pada sel hati dapat menyebabkan hepatotoksisitas

                                                Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permebialitas membran akan

                                                mengakibatkan enzim ALT AST alkalin fosfatase laktat dehidrogenase dan γ-

                                                15

                                                glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                                darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                                parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                                methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                                (Anonimus 2006)

                                                BAHAN DAN METODE

                                                Tempat dan Waktu

                                                Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                                Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                                Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                                Alat dan Bahan

                                                A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                                berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                                B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                                digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                                pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                                wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                                (BNF 10)

                                                C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                                adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                                inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                                D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                                untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                                alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                                E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                                Metode

                                                A Parasetamol

                                                Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                                50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                                B Perlakuan

                                                Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                                dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                                parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                                17

                                                berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                                kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                                sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                                6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                                Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                                untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                                kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                                pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                                palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                                BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                                minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                                masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                                kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                                C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                                Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                                fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                                dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                                paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                                dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                                adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                                Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                                Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                                Institut Pertanian Bogor

                                                D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                                Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                                perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                                sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                                pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                                hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                                seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                                18

                                                buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                                lapang pandang

                                                E Evaluasi Data

                                                Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                                kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                                di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                                menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                                Tukey (α = 005)

                                                HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                Nekrosa ()

                                                1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                20

                                                0102030405060708090

                                                100

                                                k

                                                erus

                                                akan

                                                hep

                                                atos

                                                it

                                                P K P K P K P K P K P K

                                                I 2 3 4 5 6

                                                Minggu

                                                Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                21

                                                Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                Pathogen Free (SPF)

                                                Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                22

                                                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                Gambar 5

                                                Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                23

                                                0

                                                10

                                                20

                                                30

                                                40

                                                50

                                                60

                                                70

                                                80

                                                90

                                                100

                                                k

                                                erus

                                                akan

                                                hep

                                                atos

                                                it

                                                VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                1 2 3 4 5 6Minggu

                                                Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                toksisitas yang sama terhadap sel

                                                Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                24

                                                hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                al 1999)

                                                Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                25

                                                2microm

                                                Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                2microm

                                                Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                26

                                                tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                27

                                                Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                kuning) Pewarnaan HE

                                                Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                28

                                                Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                Tabel 3 dan Gambar 9

                                                0

                                                500

                                                1000

                                                1500

                                                2000

                                                2500

                                                P K P K P K P K P K P K

                                                1 2 3 4 5 6

                                                Minggu

                                                Jum

                                                lah

                                                sel r

                                                adan

                                                g

                                                VSVP

                                                Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                29

                                                Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                klinik

                                                Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                30

                                                dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                menurunkan symptom peradangan

                                                KESIMPULAN DAN SARAN

                                                Kesimpulan

                                                Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                Saran

                                                1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                berperan dalam metabolisme hati

                                                DAFTAR PUSTAKA

                                                Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                33

                                                Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                34

                                                Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                LAMPIRAN

                                                36

                                                Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                Sampling organtriming darr

                                                Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                darr Dehidrasi

                                                Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                darr Embeding

                                                Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                darr Mounting

                                                Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                Staining Pewarnaan

                                                37

                                                Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                Xylol I 2 menit darr

                                                Xylol II 2 menit darr

                                                Alkohol absolut 2 menit darr

                                                Alkohol 95 1 menit darr

                                                Alkohol 80 1 menit darr

                                                Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                Eosin 2-3 menit darr

                                                Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                Alkohol 95 10 celupan darr

                                                Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                Xylol I 1 menit darr

                                                Xylol II 2 menit darr

                                                Tutup dengan cover glass

                                                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                NORMAL Tukey HSD

                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                Descriptives HIDROPIS

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                Descriptives NEKROSA

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                Descriptives

                                                NORMAL

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                NORMAL Tukey HSD

                                                Subset for alpha =

                                                05

                                                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                Descriptives HIDROPIS

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                Subset for alpha =

                                                05

                                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                Descriptives NEKROSA

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                Descriptives RADANG

                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                RADANG Tukey HSD

                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                • awalrtf
                                                • DAFTAR ISIdoc
                                                • PENDAHULUANrtf
                                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                • BAHAN DAN METODErtf
                                                • PEMBAHASANrtf
                                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                • LAMPIRANrtf
                                                • Lamp2rtf

                                                  15

                                                  glutamiltransferase bebas keluar sel sehingga enzim yang masuk ke pembuluh

                                                  darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat Selain itu

                                                  parasetamol juga dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan

                                                  methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan Hemolisis eritrosit

                                                  (Anonimus 2006)

                                                  BAHAN DAN METODE

                                                  Tempat dan Waktu

                                                  Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                                  Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                                  Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                                  Alat dan Bahan

                                                  A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                                  berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                                  B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                                  digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                                  pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                                  wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                                  (BNF 10)

                                                  C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                                  adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                                  inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                                  D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                                  untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                                  alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                                  E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                                  Metode

                                                  A Parasetamol

                                                  Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                                  50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                                  B Perlakuan

                                                  Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                                  dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                                  parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                                  17

                                                  berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                                  kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                                  sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                                  6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                                  Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                                  untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                                  kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                                  pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                                  palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                                  BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                                  minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                                  masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                                  kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                                  C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                                  Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                                  fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                                  dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                                  paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                                  dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                                  adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                                  Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                                  Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                                  Institut Pertanian Bogor

                                                  D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                                  Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                                  perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                                  sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                                  pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                                  hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                                  seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                                  18

                                                  buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                                  lapang pandang

                                                  E Evaluasi Data

                                                  Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                                  kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                                  di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                                  menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                                  Tukey (α = 005)

                                                  HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                  Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                  ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                  hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                  perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                  interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                  sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                  Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                  minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                  Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                  Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                  Nekrosa ()

                                                  1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                  Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                  2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                  Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                  3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                  Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                  4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                  Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                  5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                  Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                  6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                  Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                  20

                                                  0102030405060708090

                                                  100

                                                  k

                                                  erus

                                                  akan

                                                  hep

                                                  atos

                                                  it

                                                  P K P K P K P K P K P K

                                                  I 2 3 4 5 6

                                                  Minggu

                                                  Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                  kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                  minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                  kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                  persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                  kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                  normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                  degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                  (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                  minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                  mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                  21

                                                  Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                  dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                  Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                  berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                  ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                  sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                  cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                  berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                  penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                  menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                  toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                  asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                  reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                  sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                  merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                  yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                  metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                  Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                  Pathogen Free (SPF)

                                                  Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                  cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                  sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                  secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                  minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                  kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                  minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                  waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                  persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                  di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                  asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                  parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                  P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                  22

                                                  biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                  Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                  (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                  ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                  fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                  dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                  berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                  Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                  kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                  Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                  baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                  hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                  Gambar 5

                                                  Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                  Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                  VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                  2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                  VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                  3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                  VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                  4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                  VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                  5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                  VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                  6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                  VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                  23

                                                  0

                                                  10

                                                  20

                                                  30

                                                  40

                                                  50

                                                  60

                                                  70

                                                  80

                                                  90

                                                  100

                                                  k

                                                  erus

                                                  akan

                                                  hep

                                                  atos

                                                  it

                                                  VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                  1 2 3 4 5 6Minggu

                                                  Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                  mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                  membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                  toksisitas yang sama terhadap sel

                                                  Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                  hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                  vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                  pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                  melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                  (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                  mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                  24

                                                  hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                  al 1999)

                                                  Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                  (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                  apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                  kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                  potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                  menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                  membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                  masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                  sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                  merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                  Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                  darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                  maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                  (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                  maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                  terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                  atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                  mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                  termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                  seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                  fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                  masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                  Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                  dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                  limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                  mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                  pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                  histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                  25

                                                  2microm

                                                  Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                  2microm

                                                  Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                  Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                  oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                  antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                  26

                                                  tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                  Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                  gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                  digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                  adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                  (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                  digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                  tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                  Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                  bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                  (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                  Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                  di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                  sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                  sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                  menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                  lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                  kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                  sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                  sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                  sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                  perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                  dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                  sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                  pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                  yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                  pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                  27

                                                  Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                  kuning) Pewarnaan HE

                                                  Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                  dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                  sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                  Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                  (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                  28

                                                  Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                  jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                  yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                  Tabel 3 dan Gambar 9

                                                  0

                                                  500

                                                  1000

                                                  1500

                                                  2000

                                                  2500

                                                  P K P K P K P K P K P K

                                                  1 2 3 4 5 6

                                                  Minggu

                                                  Jum

                                                  lah

                                                  sel r

                                                  adan

                                                  g

                                                  VSVP

                                                  Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                  29

                                                  Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                  Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                  Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                  Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                  Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                  2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                  Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                  Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                  Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                  3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                  Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                  Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                  Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                  4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                  Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                  Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                  Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                  5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                  Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                  Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                  Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                  6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                  Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                  Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                  Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                  Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                  berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                  Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                  kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                  antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                  klinik

                                                  Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                  perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                  reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                  merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                  merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                  memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                  bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                  basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                  berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                  30

                                                  dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                  bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                  dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                  membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                  yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                  mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                  darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                  Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                  (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                  batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                  lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                  Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                  menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                  hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                  hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                  sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                  akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                  radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                  fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                  berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                  statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                  hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                  minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                  toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                  vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                  sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                  menurunkan symptom peradangan

                                                  KESIMPULAN DAN SARAN

                                                  Kesimpulan

                                                  Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                  normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                  lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                  Saran

                                                  1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                  waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                  penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                  2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                  berperan dalam metabolisme hati

                                                  DAFTAR PUSTAKA

                                                  Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                  Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                  Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                  umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                  Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                  41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                  Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                  Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                  State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                  Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                  Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                  Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                  Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                  Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                  Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                  Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                  hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                  33

                                                  Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                  Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                  Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                  Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                  Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                  London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                  2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                  Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                  Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                  Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                  Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                  Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                  Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                  dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                  Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                  Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                  Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                  Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                  34

                                                  Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                  Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                  (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                  LAMPIRAN

                                                  36

                                                  Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                  Sampling organtriming darr

                                                  Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                  darr Dehidrasi

                                                  Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                  Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                  darr Embeding

                                                  Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                  Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                  darr Mounting

                                                  Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                  Staining Pewarnaan

                                                  37

                                                  Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                  Xylol I 2 menit darr

                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                  Alkohol absolut 2 menit darr

                                                  Alkohol 95 1 menit darr

                                                  Alkohol 80 1 menit darr

                                                  Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                  Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                  Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                  Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                  Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                  Eosin 2-3 menit darr

                                                  Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                  Alkohol 95 10 celupan darr

                                                  Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                  Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                  Xylol I 1 menit darr

                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                  Tutup dengan cover glass

                                                  Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                  Descriptives NEKROSA

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                  Descriptives

                                                  NORMAL

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                  Subset for alpha =

                                                  05

                                                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                  Subset for alpha =

                                                  05

                                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                  Descriptives NEKROSA

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                  Descriptives RADANG

                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                  RADANG Tukey HSD

                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                  • awalrtf
                                                  • DAFTAR ISIdoc
                                                  • PENDAHULUANrtf
                                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                                  • PEMBAHASANrtf
                                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                  • LAMPIRANrtf
                                                  • Lamp2rtf

                                                    BAHAN DAN METODE

                                                    Tempat dan Waktu

                                                    Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Patologi Departemen Klinik

                                                    Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

                                                    Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai bulan Juli 2007

                                                    Alat dan Bahan

                                                    A Mencit (Mus musculus) yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36 ekor

                                                    berumur 2 bulan dan berkelamin jantan

                                                    B Pengambilan sampel dan pengawetan jaringan Alat dan bahan yang

                                                    digunakan pada proses ini adalah mencit (Mus musculus) pisau silet skalpel

                                                    pinset anatomis pinset sirurgis gunting besar gunting kecil tali label botol

                                                    wadah spesimen alkohol 70 atau larutan fiksatif Buffered Neutral Formalin

                                                    (BNF 10)

                                                    C Proses pembuatan sediaan histopatologi Bahan dan alat yang digunakan

                                                    adalah alkohol 70 80 90 95 alkohol absolut xylol paraffin bunsen

                                                    inkubator cetakan paraffin dan mikrotom

                                                    D Proses pewarnaan Alat dan bahan yang digunakan adalah wadah dari gelas

                                                    untuk tempat pewarnaan (staining jar) Mayer hematoksilin eosin air dingin

                                                    alkohol absolut alkohol 70 80 90 95 100 aquadest serta xylol

                                                    E Mounting menggunakan Permountreg dan cover glass

                                                    Metode

                                                    A Parasetamol

                                                    Dosis normal optimum parasetamol yang digunakan adalah 500 mg

                                                    50kgBB berdasarkan dosis yang umum digunakan oleh manusia dewasa

                                                    B Perlakuan

                                                    Penelitian ini menggunakan 36 ekor mencit (Mus musculus) yang dibagi

                                                    dalam 2 kelompok besar Satu kelompok mencit menerima pemberian

                                                    parasetamol dosis normal optimum sebanyak 500 mg 50 kgBB yang ditentukan

                                                    17

                                                    berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                                    kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                                    sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                                    6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                                    Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                                    untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                                    kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                                    pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                                    palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                                    BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                                    minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                                    masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                                    kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                                    C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                                    Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                                    fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                                    dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                                    paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                                    dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                                    adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                                    Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                                    Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                                    Institut Pertanian Bogor

                                                    D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                                    Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                                    perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                                    sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                                    pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                                    hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                                    seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                                    18

                                                    buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                                    lapang pandang

                                                    E Evaluasi Data

                                                    Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                                    kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                                    di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                                    menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                                    Tukey (α = 005)

                                                    HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                    Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                    ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                    hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                    perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                    interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                    sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                    Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                    minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                    Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                    Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                    Nekrosa ()

                                                    1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                    Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                    2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                    Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                    3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                    Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                    4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                    Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                    5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                    Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                    6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                    Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                    20

                                                    0102030405060708090

                                                    100

                                                    k

                                                    erus

                                                    akan

                                                    hep

                                                    atos

                                                    it

                                                    P K P K P K P K P K P K

                                                    I 2 3 4 5 6

                                                    Minggu

                                                    Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                    kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                    minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                    kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                    persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                    kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                    normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                    degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                    (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                    minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                    mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                    21

                                                    Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                    dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                    Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                    berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                    ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                    sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                    cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                    berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                    penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                    menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                    toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                    asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                    reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                    sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                    merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                    yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                    metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                    Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                    Pathogen Free (SPF)

                                                    Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                    cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                    sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                    secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                    minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                    kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                    minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                    waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                    persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                    di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                    asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                    parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                    P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                    22

                                                    biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                    Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                    (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                    ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                    fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                    dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                    berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                    Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                    kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                    Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                    baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                    hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                    Gambar 5

                                                    Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                    Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                    VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                    2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                    VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                    3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                    VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                    4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                    VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                    5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                    VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                    6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                    VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                    23

                                                    0

                                                    10

                                                    20

                                                    30

                                                    40

                                                    50

                                                    60

                                                    70

                                                    80

                                                    90

                                                    100

                                                    k

                                                    erus

                                                    akan

                                                    hep

                                                    atos

                                                    it

                                                    VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                    1 2 3 4 5 6Minggu

                                                    Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                    Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                    mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                    membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                    toksisitas yang sama terhadap sel

                                                    Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                    hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                    vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                    pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                    melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                    (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                    mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                    24

                                                    hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                    al 1999)

                                                    Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                    (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                    apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                    kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                    potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                    menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                    membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                    masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                    sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                    merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                    Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                    darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                    maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                    (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                    maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                    terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                    atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                    mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                    termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                    seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                    fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                    masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                    Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                    dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                    limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                    mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                    pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                    histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                    25

                                                    2microm

                                                    Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                    2microm

                                                    Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                    Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                    oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                    antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                    26

                                                    tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                    Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                    gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                    digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                    adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                    (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                    digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                    tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                    Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                    bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                    (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                    Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                    di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                    sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                    sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                    menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                    lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                    kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                    sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                    sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                    sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                    perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                    dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                    sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                    pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                    yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                    pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                    27

                                                    Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                    kuning) Pewarnaan HE

                                                    Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                    dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                    sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                    Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                    (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                    28

                                                    Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                    jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                    yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                    Tabel 3 dan Gambar 9

                                                    0

                                                    500

                                                    1000

                                                    1500

                                                    2000

                                                    2500

                                                    P K P K P K P K P K P K

                                                    1 2 3 4 5 6

                                                    Minggu

                                                    Jum

                                                    lah

                                                    sel r

                                                    adan

                                                    g

                                                    VSVP

                                                    Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                    29

                                                    Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                    Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                    Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                    Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                    Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                    2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                    Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                    Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                    Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                    3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                    Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                    Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                    Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                    4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                    Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                    Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                    Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                    5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                    Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                    Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                    Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                    6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                    Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                    Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                    Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                    Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                    berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                    Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                    kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                    antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                    klinik

                                                    Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                    perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                    reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                    merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                    merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                    memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                    bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                    basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                    berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                    30

                                                    dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                    bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                    dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                    membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                    yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                    mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                    darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                    Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                    (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                    batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                    lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                    Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                    menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                    hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                    hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                    sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                    akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                    radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                    fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                    berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                    statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                    hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                    minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                    toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                    vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                    sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                    menurunkan symptom peradangan

                                                    KESIMPULAN DAN SARAN

                                                    Kesimpulan

                                                    Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                    normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                    lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                    Saran

                                                    1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                    waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                    penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                    2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                    berperan dalam metabolisme hati

                                                    DAFTAR PUSTAKA

                                                    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                    hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                    33

                                                    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                    34

                                                    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                    LAMPIRAN

                                                    36

                                                    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                    Sampling organtriming darr

                                                    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                    darr Dehidrasi

                                                    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                    darr Embeding

                                                    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                    darr Mounting

                                                    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                    Staining Pewarnaan

                                                    37

                                                    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                    Xylol I 2 menit darr

                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                    Alkohol absolut 2 menit darr

                                                    Alkohol 95 1 menit darr

                                                    Alkohol 80 1 menit darr

                                                    Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                    Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                    Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                    Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                    Eosin 2-3 menit darr

                                                    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                    Alkohol 95 10 celupan darr

                                                    Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                    Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                    Xylol I 1 menit darr

                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                    Tutup dengan cover glass

                                                    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                    Descriptives NEKROSA

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                    Descriptives

                                                    NORMAL

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                    Subset for alpha =

                                                    05

                                                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                    Subset for alpha =

                                                    05

                                                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                    Descriptives NEKROSA

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                    Descriptives RADANG

                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                    RADANG Tukey HSD

                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                    • awalrtf
                                                    • DAFTAR ISIdoc
                                                    • PENDAHULUANrtf
                                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                                    • PEMBAHASANrtf
                                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                    • LAMPIRANrtf
                                                    • Lamp2rtf

                                                      17

                                                      berdasarkan konversi bobot badan masing-masing mencit dan satu kelompok

                                                      kontrol negatif yang diberi aquadestilata Berdasarkan waktu pengambilan

                                                      sampel kedua kelompok besar tersebut kemudian masing-masing dibagi menjadi

                                                      6 kelompok kecil dan masing-masing kelompok kecil terdiri dari 3 ekor mencit

                                                      Pada awal penelitian mencit (Mus musculus) diadaptasikan selama 2 minggu

                                                      untuk menghindari stress dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing

                                                      kelompok perlakuan Pada masa adaptasi ini mencit (Mus musculus) hanya diberi

                                                      pakan standar air minum adlibitum obat cacing yang mengandung pirantel

                                                      palmoate dosis 05 mlkg BB peroral dan antibiotik (ampicillin) dosis 8 mgkg

                                                      BB peroral Pemberian parasetamol dilakukan peroral setiap hari selama 6

                                                      minggu Mulai minggu pertama hingga minggu ke-6 3 ekor mencit dari masing-

                                                      masing kelompok perlakuan di euthanasia menggunakan inhalasi eter over dosis

                                                      kemudian hatinya diambil sebagai sampel dan difiksasi dalam larutan BNF 10

                                                      C Pembuatan Preparat Histopatologis

                                                      Sampel hati mencit (Mus musculus) yang telah difiksasi dalam larutan

                                                      fiksatif BNF 10 diproses melalui serangkaian tahapan antara lain proses

                                                      dehidrasi clearing atau penjernihan embedding atau penanaman jaringan dalam

                                                      paraffin pemotongan dengan menggunakan mikrotom setebal 5 microm Proses ini

                                                      dilanjutkan dengan proses pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dan yang terakhir

                                                      adalah mounting atau penutupan dengan gelas penutupnya (Humason 1985)

                                                      Pembuatan identifikasi dan pengamatan preparat dilakukan di Bagian Patologi

                                                      Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

                                                      Institut Pertanian Bogor

                                                      D Parameter Pengamatan Histopatologi

                                                      Pada hati yang menjadi perhatian pada pengamatan histopatologi adalah

                                                      perubahan-perubahan yang terjadi pada sitoplasma dan inti dari hepatosit

                                                      sinusoid dan pembuluh darah Parameter pengamatan histopatologi dilakukan

                                                      pada sediaan hati dengan menghitung persentase hepatosit normal degenerasi

                                                      hidropis dan kematian sel serta jumlah sel radang dalam satu lapang pandang

                                                      seluas 176 microm2 (lensa objektif 40x) Lapang pandang yang digunakan adalah 5

                                                      18

                                                      buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                                      lapang pandang

                                                      E Evaluasi Data

                                                      Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                                      kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                                      di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                                      menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                                      Tukey (α = 005)

                                                      HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                      Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                      ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                      hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                      perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                      interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                      sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                      Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                      minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                      Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                      Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                      Nekrosa ()

                                                      1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                      Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                      2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                      Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                      3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                      Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                      4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                      Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                      5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                      Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                      6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                      Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                      20

                                                      0102030405060708090

                                                      100

                                                      k

                                                      erus

                                                      akan

                                                      hep

                                                      atos

                                                      it

                                                      P K P K P K P K P K P K

                                                      I 2 3 4 5 6

                                                      Minggu

                                                      Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                      kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                      minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                      kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                      persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                      kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                      normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                      degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                      (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                      minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                      mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                      21

                                                      Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                      dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                      Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                      berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                      ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                      sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                      cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                      berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                      penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                      menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                      toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                      asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                      reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                      sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                      merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                      yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                      metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                      Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                      Pathogen Free (SPF)

                                                      Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                      cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                      sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                      secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                      minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                      kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                      minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                      waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                      persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                      di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                      asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                      parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                      P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                      22

                                                      biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                      Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                      (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                      ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                      fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                      dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                      berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                      Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                      kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                      Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                      baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                      hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                      Gambar 5

                                                      Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                      Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                      VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                      2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                      VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                      3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                      VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                      4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                      VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                      5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                      VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                      6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                      VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                      23

                                                      0

                                                      10

                                                      20

                                                      30

                                                      40

                                                      50

                                                      60

                                                      70

                                                      80

                                                      90

                                                      100

                                                      k

                                                      erus

                                                      akan

                                                      hep

                                                      atos

                                                      it

                                                      VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                      1 2 3 4 5 6Minggu

                                                      Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                      Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                      mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                      membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                      toksisitas yang sama terhadap sel

                                                      Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                      hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                      vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                      pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                      melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                      (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                      mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                      24

                                                      hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                      al 1999)

                                                      Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                      (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                      apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                      kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                      potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                      menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                      membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                      masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                      sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                      merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                      Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                      darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                      maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                      (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                      maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                      terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                      atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                      mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                      termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                      seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                      fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                      masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                      Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                      dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                      limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                      mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                      pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                      histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                      25

                                                      2microm

                                                      Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                      2microm

                                                      Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                      Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                      oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                      antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                      26

                                                      tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                      Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                      gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                      digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                      adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                      (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                      digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                      tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                      Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                      bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                      (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                      Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                      di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                      sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                      sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                      menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                      lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                      kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                      sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                      sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                      sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                      perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                      dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                      sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                      pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                      yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                      pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                      27

                                                      Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                      kuning) Pewarnaan HE

                                                      Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                      dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                      sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                      Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                      (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                      28

                                                      Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                      jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                      yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                      Tabel 3 dan Gambar 9

                                                      0

                                                      500

                                                      1000

                                                      1500

                                                      2000

                                                      2500

                                                      P K P K P K P K P K P K

                                                      1 2 3 4 5 6

                                                      Minggu

                                                      Jum

                                                      lah

                                                      sel r

                                                      adan

                                                      g

                                                      VSVP

                                                      Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                      29

                                                      Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                      Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                      Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                      Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                      Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                      2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                      Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                      Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                      Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                      3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                      Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                      Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                      Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                      4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                      Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                      Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                      Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                      5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                      Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                      Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                      Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                      6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                      Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                      Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                      Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                      Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                      berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                      Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                      kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                      antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                      klinik

                                                      Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                      perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                      reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                      merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                      merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                      memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                      bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                      basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                      berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                      30

                                                      dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                      bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                      dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                      membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                      yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                      mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                      darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                      Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                      (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                      batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                      lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                      Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                      menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                      hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                      hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                      sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                      akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                      radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                      fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                      berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                      statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                      hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                      minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                      toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                      vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                      sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                      menurunkan symptom peradangan

                                                      KESIMPULAN DAN SARAN

                                                      Kesimpulan

                                                      Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                      normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                      lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                      Saran

                                                      1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                      waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                      penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                      2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                      berperan dalam metabolisme hati

                                                      DAFTAR PUSTAKA

                                                      Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                      Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                      Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                      umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                      Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                      41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                      Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                      Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                      State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                      Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                      Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                      Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                      Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                      Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                      Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                      Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                      hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                      33

                                                      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                      34

                                                      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                      LAMPIRAN

                                                      36

                                                      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                      Sampling organtriming darr

                                                      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                      darr Dehidrasi

                                                      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                      darr Embeding

                                                      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                      darr Mounting

                                                      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                      Staining Pewarnaan

                                                      37

                                                      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                      Xylol I 2 menit darr

                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                      Alkohol absolut 2 menit darr

                                                      Alkohol 95 1 menit darr

                                                      Alkohol 80 1 menit darr

                                                      Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                      Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                      Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                      Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                      Eosin 2-3 menit darr

                                                      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                      Alkohol 95 10 celupan darr

                                                      Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                      Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                      Xylol I 1 menit darr

                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                      Tutup dengan cover glass

                                                      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                      Descriptives NEKROSA

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                      Descriptives

                                                      NORMAL

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                      Subset for alpha =

                                                      05

                                                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                      Subset for alpha =

                                                      05

                                                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                      Descriptives NEKROSA

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                      Descriptives RADANG

                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                      RADANG Tukey HSD

                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                      • awalrtf
                                                      • DAFTAR ISIdoc
                                                      • PENDAHULUANrtf
                                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                                      • PEMBAHASANrtf
                                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                      • LAMPIRANrtf
                                                      • Lamp2rtf

                                                        18

                                                        buah di sekitar vena sentralis dan 5 buah di sekitar vena porta total 10 lokasi

                                                        lapang pandang

                                                        E Evaluasi Data

                                                        Evaluasi data dilakukan dengan membandingkan kondisi hati dari

                                                        kelompok perlakuan dan kontrol serta membandingkan kondisi hati pada daerah

                                                        di sekitar vena porta dan vena sentralis Data yang diperoleh dianalisa

                                                        menggunakan analisis sidik ragam acak lengkap (ANOVA) dilanjutkan dengan uji

                                                        Tukey (α = 005)

                                                        HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                        Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                        ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                        hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                        perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                        interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                        sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                        Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                        minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                        Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                        Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                        Nekrosa ()

                                                        1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                        Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                        2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                        Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                        3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                        Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                        4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                        Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                        5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                        Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                        6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                        Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                        20

                                                        0102030405060708090

                                                        100

                                                        k

                                                        erus

                                                        akan

                                                        hep

                                                        atos

                                                        it

                                                        P K P K P K P K P K P K

                                                        I 2 3 4 5 6

                                                        Minggu

                                                        Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                        kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                        minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                        kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                        persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                        kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                        normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                        degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                        (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                        minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                        mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                        21

                                                        Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                        dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                        Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                        berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                        ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                        sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                        cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                        berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                        penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                        menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                        toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                        asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                        reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                        sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                        merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                        yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                        metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                        Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                        Pathogen Free (SPF)

                                                        Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                        cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                        sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                        secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                        minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                        kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                        minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                        waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                        persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                        di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                        asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                        parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                        P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                        22

                                                        biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                        Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                        (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                        ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                        fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                        dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                        berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                        Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                        kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                        Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                        baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                        hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                        Gambar 5

                                                        Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                        Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                        VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                        2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                        VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                        3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                        VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                        4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                        VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                        5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                        VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                        6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                        VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                        23

                                                        0

                                                        10

                                                        20

                                                        30

                                                        40

                                                        50

                                                        60

                                                        70

                                                        80

                                                        90

                                                        100

                                                        k

                                                        erus

                                                        akan

                                                        hep

                                                        atos

                                                        it

                                                        VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                        1 2 3 4 5 6Minggu

                                                        Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                        Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                        mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                        membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                        toksisitas yang sama terhadap sel

                                                        Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                        hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                        vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                        pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                        melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                        (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                        mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                        24

                                                        hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                        al 1999)

                                                        Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                        (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                        apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                        kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                        potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                        menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                        membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                        masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                        sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                        merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                        Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                        darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                        maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                        (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                        maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                        terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                        atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                        mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                        termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                        seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                        fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                        masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                        Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                        dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                        limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                        mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                        pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                        histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                        25

                                                        2microm

                                                        Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                        2microm

                                                        Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                        hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                        Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                        oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                        antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                        26

                                                        tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                        Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                        gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                        digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                        adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                        (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                        digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                        tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                        Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                        bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                        (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                        Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                        di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                        sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                        sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                        menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                        lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                        kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                        sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                        sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                        sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                        perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                        dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                        sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                        pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                        yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                        pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                        27

                                                        Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                        kuning) Pewarnaan HE

                                                        Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                        dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                        sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                        Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                        (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                        28

                                                        Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                        jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                        yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                        Tabel 3 dan Gambar 9

                                                        0

                                                        500

                                                        1000

                                                        1500

                                                        2000

                                                        2500

                                                        P K P K P K P K P K P K

                                                        1 2 3 4 5 6

                                                        Minggu

                                                        Jum

                                                        lah

                                                        sel r

                                                        adan

                                                        g

                                                        VSVP

                                                        Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                        29

                                                        Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                        Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                        Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                        Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                        Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                        2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                        Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                        Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                        Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                        3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                        Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                        Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                        Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                        4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                        Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                        Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                        Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                        5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                        Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                        Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                        Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                        6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                        Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                        Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                        Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                        Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                        berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                        Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                        kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                        antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                        klinik

                                                        Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                        perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                        reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                        merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                        merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                        memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                        bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                        basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                        berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                        30

                                                        dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                        bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                        dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                        membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                        yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                        mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                        darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                        Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                        (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                        batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                        lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                        Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                        menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                        hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                        hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                        sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                        akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                        radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                        fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                        berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                        statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                        hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                        minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                        toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                        vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                        sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                        menurunkan symptom peradangan

                                                        KESIMPULAN DAN SARAN

                                                        Kesimpulan

                                                        Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                        normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                        lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                        Saran

                                                        1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                        waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                        penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                        2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                        berperan dalam metabolisme hati

                                                        DAFTAR PUSTAKA

                                                        Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                        Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                        Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                        umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                        Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                        41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                        Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                        Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                        State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                        Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                        Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                        Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                        Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                        Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                        Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                        Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                        Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                        hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                        33

                                                        Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                        Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                        Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                        Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                        Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                        London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                        2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                        Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                        Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                        Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                        Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                        Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                        Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                        dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                        Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                        Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                        Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                        Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                        34

                                                        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                        LAMPIRAN

                                                        36

                                                        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                        Sampling organtriming darr

                                                        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                        darr Dehidrasi

                                                        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                        darr Embeding

                                                        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                        darr Mounting

                                                        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                        Staining Pewarnaan

                                                        37

                                                        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                        Xylol I 2 menit darr

                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                        Alkohol absolut 2 menit darr

                                                        Alkohol 95 1 menit darr

                                                        Alkohol 80 1 menit darr

                                                        Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                        Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                        Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                        Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                        Eosin 2-3 menit darr

                                                        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                        Alkohol 95 10 celupan darr

                                                        Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                        Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                        Xylol I 1 menit darr

                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                        Tutup dengan cover glass

                                                        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                        Descriptives NEKROSA

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                        Descriptives

                                                        NORMAL

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                        Subset for alpha =

                                                        05

                                                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                        Subset for alpha =

                                                        05

                                                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                        Descriptives NEKROSA

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                        Descriptives RADANG

                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                        RADANG Tukey HSD

                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                        • awalrtf
                                                        • DAFTAR ISIdoc
                                                        • PENDAHULUANrtf
                                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                                        • PEMBAHASANrtf
                                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                        • LAMPIRANrtf
                                                        • Lamp2rtf

                                                          HASIL DAN PEMBAHASAN

                                                          Penelitian ini memberikan informasi dasar mengenai kerusakan hati yang

                                                          ditimbulkan akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum Berdasarkan

                                                          hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada kelompok kontrol maupun

                                                          perlakuan ditemukan adanya perubahan pada interstitium dan parenkim Pada

                                                          interstitium perubahan yang terlihat yaitu kongesti dan perluasan sinusoid

                                                          sedangkan pada parenkim ditemukan adanya degenerasi hidropis dan nekrosa

                                                          Persentase berbagai perubahan pada parenkhim hepatosit selama perlakuan (6

                                                          minggu) disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4

                                                          Tabel 1 Derajat keparahan lesio hepatosit mencit pada pemberian parasetamol dosis normal optimum dalam waktu 6 minggu

                                                          Minggu ke- Kelompok Normal () Degenerasi hidropis ()

                                                          Nekrosa ()

                                                          1 Perlakuan 46 plusmn 11866abc 42 plusmn 9725a 11 plusmn 27668cd

                                                          Kontrol 35 plusmn 33030bc 51 plusmn 43288b 14 plusmn 8159a

                                                          2 Perlakuan 38 plusmn 8841abc 44 plusmn 12215ab 18 plusmn 15359de

                                                          Kontrol 25 plusmn 11990abc 50 plusmn 16154ab 25 plusmn 5922ab

                                                          3 Perlakuan 41 plusmn 25758ab 33 plusmn 17799a 25 plusmn 25605def

                                                          Kontrol 22 plusmn 23456abc 59 plusmn 21305ab 19 plusmn 1080ab

                                                          4 Perlakuan 41 plusmn 34564a 30 plusmn 19010ab 29 plusmn 14376f

                                                          Kontrol 13 plusmn 10647abc 62 plusmn 5788ab 25 plusmn 5742ab

                                                          5 Perlakuan 38 plusmn 11325a 28 plusmn 12660ab 34 plusmn 16585ef

                                                          Kontrol 17 plusmn 17406abc 61 plusmn 19633ab 23 plusmn 6870bc

                                                          6 Perlakuan 49 plusmn 20559ab 24 plusmn 26553ab 27 plusmn 13423f

                                                          Kontrol 17 plusmn 16248c 66 plusmn 8658ab 17 plusmn 9559ab

                                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                          20

                                                          0102030405060708090

                                                          100

                                                          k

                                                          erus

                                                          akan

                                                          hep

                                                          atos

                                                          it

                                                          P K P K P K P K P K P K

                                                          I 2 3 4 5 6

                                                          Minggu

                                                          Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                          kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                          minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                          kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                          persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                          kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                          normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                          degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                          (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                          minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                          mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                          21

                                                          Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                          dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                          Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                          berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                          ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                          sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                          cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                          berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                          penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                          menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                          toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                          asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                          reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                          sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                          merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                          yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                          metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                          Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                          Pathogen Free (SPF)

                                                          Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                          cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                          sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                          secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                          minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                          kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                          minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                          waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                          persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                          di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                          asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                          parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                          P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                          22

                                                          biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                          Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                          (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                          ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                          fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                          dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                          berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                          Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                          kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                          Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                          baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                          hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                          Gambar 5

                                                          Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                          Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                          VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                          2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                          VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                          3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                          VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                          4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                          VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                          5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                          VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                          6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                          VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                          23

                                                          0

                                                          10

                                                          20

                                                          30

                                                          40

                                                          50

                                                          60

                                                          70

                                                          80

                                                          90

                                                          100

                                                          k

                                                          erus

                                                          akan

                                                          hep

                                                          atos

                                                          it

                                                          VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                          1 2 3 4 5 6Minggu

                                                          Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                          Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                          mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                          membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                          toksisitas yang sama terhadap sel

                                                          Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                          hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                          vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                          pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                          melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                          (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                          mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                          24

                                                          hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                          al 1999)

                                                          Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                          (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                          apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                          kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                          potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                          menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                          membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                          masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                          sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                          merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                          Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                          darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                          maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                          (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                          maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                          terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                          atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                          mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                          termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                          seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                          fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                          masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                          Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                          dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                          limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                          mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                          pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                          histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                          25

                                                          2microm

                                                          Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                          2microm

                                                          Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                          hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                          Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                          oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                          antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                          26

                                                          tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                          Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                          gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                          digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                          adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                          (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                          digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                          tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                          Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                          bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                          (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                          Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                          di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                          sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                          sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                          menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                          lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                          kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                          sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                          sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                          sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                          perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                          dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                          sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                          pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                          yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                          pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                          27

                                                          Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                          kuning) Pewarnaan HE

                                                          Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                          dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                          sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                          Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                          (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                          28

                                                          Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                          jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                          yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                          Tabel 3 dan Gambar 9

                                                          0

                                                          500

                                                          1000

                                                          1500

                                                          2000

                                                          2500

                                                          P K P K P K P K P K P K

                                                          1 2 3 4 5 6

                                                          Minggu

                                                          Jum

                                                          lah

                                                          sel r

                                                          adan

                                                          g

                                                          VSVP

                                                          Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                          29

                                                          Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                          Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                          Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                          Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                          Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                          2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                          Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                          Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                          Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                          3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                          Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                          Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                          Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                          4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                          Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                          Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                          Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                          5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                          Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                          Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                          Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                          6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                          Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                          Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                          Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                          Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                          berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                          Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                          kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                          antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                          klinik

                                                          Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                          perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                          reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                          merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                          merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                          memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                          bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                          basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                          berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                          30

                                                          dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                          bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                          dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                          membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                          yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                          mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                          darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                          Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                          (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                          batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                          lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                          Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                          menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                          hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                          hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                          sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                          akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                          radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                          fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                          berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                          statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                          hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                          minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                          toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                          vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                          sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                          menurunkan symptom peradangan

                                                          KESIMPULAN DAN SARAN

                                                          Kesimpulan

                                                          Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                          normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                          lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                          Saran

                                                          1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                          waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                          penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                          2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                          berperan dalam metabolisme hati

                                                          DAFTAR PUSTAKA

                                                          Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                          Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                          Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                          umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                          Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                          41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                          Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                          Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                          State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                          Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                          Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                          Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                          Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                          Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                          Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                          Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                          Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                          hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                          33

                                                          Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                          Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                          Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                          Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                          Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                          London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                          2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                          Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                          Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                          Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                          Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                          Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                          Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                          dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                          Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                          Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                          Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                          Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                          34

                                                          Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                          Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                          (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                          LAMPIRAN

                                                          36

                                                          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                          Sampling organtriming darr

                                                          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                          darr Dehidrasi

                                                          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                          darr Embeding

                                                          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                          darr Mounting

                                                          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                          Staining Pewarnaan

                                                          37

                                                          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                          Xylol I 2 menit darr

                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                          Alkohol absolut 2 menit darr

                                                          Alkohol 95 1 menit darr

                                                          Alkohol 80 1 menit darr

                                                          Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                          Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                          Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                          Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                          Eosin 2-3 menit darr

                                                          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                          Alkohol 95 10 celupan darr

                                                          Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                          Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                          Xylol I 1 menit darr

                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                          Tutup dengan cover glass

                                                          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                          Descriptives NEKROSA

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                          Descriptives

                                                          NORMAL

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                          Subset for alpha =

                                                          05

                                                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                          Subset for alpha =

                                                          05

                                                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                          Descriptives NEKROSA

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                          Descriptives RADANG

                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                          RADANG Tukey HSD

                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                          • awalrtf
                                                          • DAFTAR ISIdoc
                                                          • PENDAHULUANrtf
                                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                                          • PEMBAHASANrtf
                                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                          • LAMPIRANrtf
                                                          • Lamp2rtf

                                                            20

                                                            0102030405060708090

                                                            100

                                                            k

                                                            erus

                                                            akan

                                                            hep

                                                            atos

                                                            it

                                                            P K P K P K P K P K P K

                                                            I 2 3 4 5 6

                                                            Minggu

                                                            Gambar 4 Perbandingan perubahan persentase lesio hepatosit kelompok

                                                            kontrol (K) dan perlakuan (P) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal minggu ke-1 sampai

                                                            minggu ke-5 pada kelompok perlakuan tidak berbeda nyata dibandingkan

                                                            kelompok kontrol (pgt005) Pada pengamatan minggu ke-6 terlihat bahwa

                                                            persentase hepatosit normal kelompok perlakuan nyata lebih tinggi dibandingkan

                                                            kelompok kontrol (plt005) Hal ini membuktikan bahwa parasetamol dosis

                                                            normal optimum aman dikonsumsi dalam jangka waktu hingga 6 minggu

                                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit minggu ke-1 yang mengalami

                                                            degenerasi hidropis pada kelompok perlakuan lebih rendah secara signifikan

                                                            (plt005) dibandingkan kelompok kontrol (Tabel 1 Gambar 4) Pada minggu-

                                                            minggu berikutnya persentase hepatosit kelompok kontrol dan perlakuan yang

                                                            mengalami degenerasi hidropis tidak berbeda secara signifikan (pgt005)

                                                            21

                                                            Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                            dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                            Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                            berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                            ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                            sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                            cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                            berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                            penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                            menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                            toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                            asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                            reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                            sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                            merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                            yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                            metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                            Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                            Pathogen Free (SPF)

                                                            Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                            cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                            sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                            secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                            minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                            kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                            minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                            waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                            persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                            di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                            asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                            parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                            P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                            22

                                                            biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                            Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                            (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                            ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                            fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                            dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                            berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                            Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                            kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                            Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                            baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                            hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                            Gambar 5

                                                            Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                            Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                            VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                            2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                            VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                            3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                            VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                            4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                            VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                            5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                            VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                            6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                            VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                            23

                                                            0

                                                            10

                                                            20

                                                            30

                                                            40

                                                            50

                                                            60

                                                            70

                                                            80

                                                            90

                                                            100

                                                            k

                                                            erus

                                                            akan

                                                            hep

                                                            atos

                                                            it

                                                            VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                            1 2 3 4 5 6Minggu

                                                            Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                            Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                            mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                            membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                            toksisitas yang sama terhadap sel

                                                            Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                            hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                            vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                            pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                            melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                            (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                            mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                            24

                                                            hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                            al 1999)

                                                            Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                            (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                            apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                            kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                            potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                            menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                            membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                            masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                            sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                            merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                            Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                            darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                            maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                            (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                            maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                            terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                            atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                            mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                            termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                            seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                            fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                            masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                            Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                            dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                            limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                            mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                            pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                            histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                            25

                                                            2microm

                                                            Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                            2microm

                                                            Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                            hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                            Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                            oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                            antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                            26

                                                            tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                            Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                            gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                            digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                            adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                            (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                            digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                            tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                            Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                            bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                            (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                            Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                            di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                            sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                            sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                            menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                            lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                            kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                            sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                            sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                            sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                            perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                            dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                            sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                            pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                            yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                            pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                            27

                                                            Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                            kuning) Pewarnaan HE

                                                            Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                            dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                            sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                            Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                            (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                            28

                                                            Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                            jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                            yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                            Tabel 3 dan Gambar 9

                                                            0

                                                            500

                                                            1000

                                                            1500

                                                            2000

                                                            2500

                                                            P K P K P K P K P K P K

                                                            1 2 3 4 5 6

                                                            Minggu

                                                            Jum

                                                            lah

                                                            sel r

                                                            adan

                                                            g

                                                            VSVP

                                                            Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                            29

                                                            Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                            Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                            Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                            Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                            Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                            2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                            Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                            Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                            Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                            3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                            Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                            Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                            Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                            4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                            Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                            Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                            Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                            5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                            Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                            Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                            Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                            6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                            Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                            Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                            Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                            Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                            berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                            Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                            kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                            antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                            klinik

                                                            Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                            perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                            reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                            merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                            merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                            memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                            bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                            basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                            berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                            30

                                                            dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                            bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                            dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                            membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                            yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                            mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                            darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                            Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                            (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                            batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                            lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                            Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                            menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                            hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                            hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                            sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                            akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                            radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                            fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                            berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                            statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                            hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                            minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                            toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                            vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                            sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                            menurunkan symptom peradangan

                                                            KESIMPULAN DAN SARAN

                                                            Kesimpulan

                                                            Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                            normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                            lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                            Saran

                                                            1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                            waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                            penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                            2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                            berperan dalam metabolisme hati

                                                            DAFTAR PUSTAKA

                                                            Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                            Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                            Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                            umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                            Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                            41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                            Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                            Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                            State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                            Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                            Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                            Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                            Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                            Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                            Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                            Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                            Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                            hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                            33

                                                            Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                            Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                            Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                            Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                            Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                            London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                            2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                            Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                            Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                            Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                            Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                            Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                            Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                            dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                            Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                            Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                            Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                            Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                            34

                                                            Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                            Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                            (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                            LAMPIRAN

                                                            36

                                                            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                            Sampling organtriming darr

                                                            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                            darr Dehidrasi

                                                            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                            darr Embeding

                                                            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                            darr Mounting

                                                            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                            Staining Pewarnaan

                                                            37

                                                            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                            Xylol I 2 menit darr

                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                            Alkohol absolut 2 menit darr

                                                            Alkohol 95 1 menit darr

                                                            Alkohol 80 1 menit darr

                                                            Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                            Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                            Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                            Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                            Eosin 2-3 menit darr

                                                            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                            Alkohol 95 10 celupan darr

                                                            Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                            Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                            Xylol I 1 menit darr

                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                            Tutup dengan cover glass

                                                            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                            Descriptives NEKROSA

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                            Descriptives

                                                            NORMAL

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                            Subset for alpha =

                                                            05

                                                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                            Subset for alpha =

                                                            05

                                                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                            Descriptives NEKROSA

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                            Descriptives RADANG

                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                            RADANG Tukey HSD

                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                            • awalrtf
                                                            • DAFTAR ISIdoc
                                                            • PENDAHULUANrtf
                                                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                            • BAHAN DAN METODErtf
                                                            • PEMBAHASANrtf
                                                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                            • LAMPIRANrtf
                                                            • Lamp2rtf

                                                              21

                                                              Peningkatan waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum tidak diiringi

                                                              dengan peningkatan persentase hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                              Hal ini disebabkan sebagian hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis

                                                              berubah kembali menjadi normal dan sebagian lagi menjadi nekrosa Hepatosit

                                                              ini dapat kembali menjadi normal karena terkait dengan cara kerja parasetamol

                                                              sebagai analgesik dan antipiretik melalui mekanisme penghambatan enzim

                                                              cyclooxygenase (COX) Penghambatan terhadap enzim ini menyebabkan

                                                              berkurangnya produksi prostaglandin yang mengatur regulasi rasa nyeri dan

                                                              penurun panas (Goodman et al 1980) Sedangkan peningkatan lesio hepatosit

                                                              menjadi nekrosa disebabkan adanya gangguan metabolisme sel dan akumulasi zat

                                                              toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya radikal bebas N-

                                                              asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) suatu senyawa yang bersifat racun dan

                                                              reaktif Senyawa radikal bebas ini akan mengoksidasi fosfolipid pada membran

                                                              sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi berantai yang akhirnya dapat

                                                              merusak hepatosit (Goodman et al 1980) Persentase hepatosit kelompok kontrol

                                                              yang mengalami degenerasi hidropis kemungkinan disebabkan adanya gangguan

                                                              metabolisme baik pada organ hati maupun pada organ lain yang tidak spesifik

                                                              Hal ini mungkin saja terjadi karena mencit yang digunakan bukan mencit Specific

                                                              Pathogen Free (SPF)

                                                              Kondisi hepatosit minggu ke-1 dan minggu ke-2 pada kelompok perlakuan

                                                              cenderung lebih baik dibandingkan kelompok kontrol Hal ini dikarenakan jumlah

                                                              sel hepatosit yang mengalami nekrosa pada kelompok perlakuan lebih rendah

                                                              secara signifikan (plt005) dibandingkan kelompok kontrol Pada pengamatan

                                                              minggu ke-3 terlihat bahwa nekrosa nyata lebih tinggi (plt005) terjadi pada

                                                              kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol Fenomena yang terjadi pada

                                                              minggu ke-3 terus berlangsung sampai minggu-minggu berikutnya Semakin lama

                                                              waktu pemberian parasetamol dosis normal optimum maka semakin tinggi

                                                              persentase hepatosit yang mengalami kematian Hal ini terjadi karena parasetamol

                                                              di dalam hati akan mengalami biotransformasi melalui reaksi konjugasi dengan

                                                              asam glukoronat atau glutation dan hasilnya diekskresi melalui urin Sisa

                                                              parasetamol mengalami biotransformasi dengan sistem sitokrom P-450 Sitokrom

                                                              P-450 suatu sistem enzim di retikulum endoplasma segera melakukan

                                                              22

                                                              biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                              Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                              (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                              ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                              fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                              dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                              berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                              Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                              kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                              Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                              baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                              hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                              Gambar 5

                                                              Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                              Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                              VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                              2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                              VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                              3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                              VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                              4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                              VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                              5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                              VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                              6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                              VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                              23

                                                              0

                                                              10

                                                              20

                                                              30

                                                              40

                                                              50

                                                              60

                                                              70

                                                              80

                                                              90

                                                              100

                                                              k

                                                              erus

                                                              akan

                                                              hep

                                                              atos

                                                              it

                                                              VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                              1 2 3 4 5 6Minggu

                                                              Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                              Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                              mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                              membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                              toksisitas yang sama terhadap sel

                                                              Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                              hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                              vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                              pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                              melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                              (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                              mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                              24

                                                              hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                              al 1999)

                                                              Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                              (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                              apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                              kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                              potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                              menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                              membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                              masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                              sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                              merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                              Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                              darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                              maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                              (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                              maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                              terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                              atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                              mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                              termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                              seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                              fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                              masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                              Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                              dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                              limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                              mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                              pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                              histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                              25

                                                              2microm

                                                              Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                              2microm

                                                              Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                              hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                              Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                              oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                              antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                              26

                                                              tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                              Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                              gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                              digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                              adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                              (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                              digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                              tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                              Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                              bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                              (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                              Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                              di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                              sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                              sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                              menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                              lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                              kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                              sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                              sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                              sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                              perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                              dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                              sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                              pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                              yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                              pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                              27

                                                              Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                              kuning) Pewarnaan HE

                                                              Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                              dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                              sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                              Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                              (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                              28

                                                              Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                              jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                              yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                              Tabel 3 dan Gambar 9

                                                              0

                                                              500

                                                              1000

                                                              1500

                                                              2000

                                                              2500

                                                              P K P K P K P K P K P K

                                                              1 2 3 4 5 6

                                                              Minggu

                                                              Jum

                                                              lah

                                                              sel r

                                                              adan

                                                              g

                                                              VSVP

                                                              Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                              29

                                                              Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                              Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                              Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                              Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                              Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                              2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                              Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                              Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                              Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                              3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                              Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                              Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                              Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                              4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                              Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                              Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                              Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                              5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                              Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                              Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                              Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                              6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                              Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                              Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                              Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                              Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                              berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                              Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                              kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                              antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                              klinik

                                                              Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                              perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                              reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                              merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                              merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                              memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                              bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                              basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                              berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                              30

                                                              dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                              bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                              dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                              membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                              yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                              mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                              darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                              Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                              (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                              batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                              lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                              Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                              menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                              hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                              hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                              sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                              akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                              radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                              fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                              berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                              statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                              hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                              minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                              toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                              vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                              sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                              menurunkan symptom peradangan

                                                              KESIMPULAN DAN SARAN

                                                              Kesimpulan

                                                              Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                              normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                              lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                              Saran

                                                              1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                              waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                              penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                              2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                              berperan dalam metabolisme hati

                                                              DAFTAR PUSTAKA

                                                              Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                              Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                              Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                              umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                              Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                              41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                              Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                              Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                              State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                              Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                              Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                              Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                              Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                              Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                              Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                              Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                              Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                              hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                              33

                                                              Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                              Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                              Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                              Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                              Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                              London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                              2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                              Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                              Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                              Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                              Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                              Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                              Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                              dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                              Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                              Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                              Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                              Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                              34

                                                              Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                              Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                              (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                              LAMPIRAN

                                                              36

                                                              Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                              Sampling organtriming darr

                                                              Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                              darr Dehidrasi

                                                              Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                              Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                              darr Embeding

                                                              Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                              Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                              darr Mounting

                                                              Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                              Staining Pewarnaan

                                                              37

                                                              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                              Xylol I 2 menit darr

                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                              Alkohol absolut 2 menit darr

                                                              Alkohol 95 1 menit darr

                                                              Alkohol 80 1 menit darr

                                                              Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                              Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                              Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                              Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                              Eosin 2-3 menit darr

                                                              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                              Alkohol 95 10 celupan darr

                                                              Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                              Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                              Xylol I 1 menit darr

                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                              Tutup dengan cover glass

                                                              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                              Descriptives NEKROSA

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                              Descriptives

                                                              NORMAL

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                              Subset for alpha =

                                                              05

                                                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                              Subset for alpha =

                                                              05

                                                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                              Descriptives NEKROSA

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                              Descriptives RADANG

                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                              RADANG Tukey HSD

                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                              • awalrtf
                                                              • DAFTAR ISIdoc
                                                              • PENDAHULUANrtf
                                                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                              • BAHAN DAN METODErtf
                                                              • PEMBAHASANrtf
                                                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                              • LAMPIRANrtf
                                                              • Lamp2rtf

                                                                22

                                                                biotransformasi oksidatif pada 5-10 parasetamol yang masuk ke dalam tubuh

                                                                Parasetamol yang teroksidasi berubah menjadi N-asetil p-benzokuinon imin

                                                                (NAPQI) suatu senyawa yang toksik dan reaktif (Susana 1987) Senyawa radikal

                                                                ini dapat bereaksi dengan molekul penyusun membran sel hati contohnya

                                                                fosfolipid Oksidasi senyawa ini akan menghasilkan suatu radikal bebas yang

                                                                dapat mengoksidasi molekul fosfolipid lainnya sehingga terjadi reaksi oksidasi

                                                                berantai Reaksi ini dapat menyebabkan berubahnya komposisi membran sel hati

                                                                Menurut Manson perubahan membran sel menyebabkan kerusakan sel hati dan

                                                                kemudian dapat menimbulkan nekrosis hati (Susana 1987)

                                                                Perubahan histopatologi tersebut dapat diamati pada seluruh bagian hati

                                                                baik di sekitar vena porta maupun vena sentralis Persentase berbagai perubahan

                                                                hepatosit di sekitar vena porta dan vena sentralis disajikan pada Tabel 2 dan

                                                                Gambar 5

                                                                Tabel 2 Derajat keparahan perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                Minggu ke- Lokasi Normal () Degenerasi Hidropis () Nekrosa () 1 VP 34 plusmn 14000a 14 plusmn 13013a 52 plusmn 41328bcdefgh

                                                                VS 36 plusmn 12490a 13 plusmn 8145a 51 plusmn 6083defghij

                                                                2 VP 29 plusmn 6245a 24 plusmn 8021a 47 plusmn 9018cdefghi

                                                                VS 21 plusmn 4041a 25 plusmn 17098a 53 plusmn 19858efghij

                                                                3 VP 20 plusmn 18583a 20 plusmn 10504a 60 plusmn 28378ghij

                                                                VS 24 plusmn 35679a 18 plusmn 25697a 58 plusmn 28290fghij

                                                                4 VP 13 plusmn 43155a 26 plusmn 24576a 60 plusmn 18771ij

                                                                VS 12 plusmn 33486a 23 plusmn 17010a 65 plusmn 4163j

                                                                5 VP 22 plusmn 8286a 19 plusmn 2646a 59 plusmn 6807hij

                                                                VS 12 plusmn 11930a 26 plusmn 11504a 62 plusmn 21197ij

                                                                6 VP 16 plusmn 21932a 20 plusmn 33382a 64 plusmn 19698ij

                                                                VS 19 plusmn 23544a 14 plusmn 23245a 67 plusmn 7638ij

                                                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                23

                                                                0

                                                                10

                                                                20

                                                                30

                                                                40

                                                                50

                                                                60

                                                                70

                                                                80

                                                                90

                                                                100

                                                                k

                                                                erus

                                                                akan

                                                                hep

                                                                atos

                                                                it

                                                                VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                                1 2 3 4 5 6Minggu

                                                                Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                                Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                                mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                                membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                toksisitas yang sama terhadap sel

                                                                Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                                hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                                vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                                pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                                melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                                (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                                mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                                24

                                                                hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                                al 1999)

                                                                Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                                (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                                apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                                kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                                potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                                menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                                membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                                masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                                sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                                merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                                Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                                darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                                maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                                (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                                maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                                terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                                atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                                mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                                termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                                seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                                fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                                masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                                Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                                dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                                limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                                mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                                pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                                histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                                25

                                                                2microm

                                                                Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                2microm

                                                                Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                                hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                                oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                                antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                                26

                                                                tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                                Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                                gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                                digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                                adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                                (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                                digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                                tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                                Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                                bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                                (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                                Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                                di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                                sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                                sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                                menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                                lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                                kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                                sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                                sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                                sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                                perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                                dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                                sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                                pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                                yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                                pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                                27

                                                                Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                kuning) Pewarnaan HE

                                                                Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                28

                                                                Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                0

                                                                500

                                                                1000

                                                                1500

                                                                2000

                                                                2500

                                                                P K P K P K P K P K P K

                                                                1 2 3 4 5 6

                                                                Minggu

                                                                Jum

                                                                lah

                                                                sel r

                                                                adan

                                                                g

                                                                VSVP

                                                                Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                29

                                                                Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                klinik

                                                                Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                30

                                                                dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                menurunkan symptom peradangan

                                                                KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                Kesimpulan

                                                                Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                Saran

                                                                1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                berperan dalam metabolisme hati

                                                                DAFTAR PUSTAKA

                                                                Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                33

                                                                Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                34

                                                                Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                LAMPIRAN

                                                                36

                                                                Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                Sampling organtriming darr

                                                                Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                darr Dehidrasi

                                                                Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                darr Embeding

                                                                Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                darr Mounting

                                                                Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                Staining Pewarnaan

                                                                37

                                                                Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                Xylol I 2 menit darr

                                                                Xylol II 2 menit darr

                                                                Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                Alkohol 95 1 menit darr

                                                                Alkohol 80 1 menit darr

                                                                Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                Eosin 2-3 menit darr

                                                                Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                Xylol I 1 menit darr

                                                                Xylol II 2 menit darr

                                                                Tutup dengan cover glass

                                                                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                Descriptives

                                                                NORMAL

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                Subset for alpha =

                                                                05

                                                                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                Subset for alpha =

                                                                05

                                                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                Descriptives RADANG

                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                RADANG Tukey HSD

                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                • awalrtf
                                                                • DAFTAR ISIdoc
                                                                • PENDAHULUANrtf
                                                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                • BAHAN DAN METODErtf
                                                                • PEMBAHASANrtf
                                                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                • LAMPIRANrtf
                                                                • Lamp2rtf

                                                                  23

                                                                  0

                                                                  10

                                                                  20

                                                                  30

                                                                  40

                                                                  50

                                                                  60

                                                                  70

                                                                  80

                                                                  90

                                                                  100

                                                                  k

                                                                  erus

                                                                  akan

                                                                  hep

                                                                  atos

                                                                  it

                                                                  VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS VP VS

                                                                  1 2 3 4 5 6Minggu

                                                                  Gambar 5 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap perubahan hepatosit mencit pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS) Warna kuning menunjukkan nekrosa warna merah menunjukkan degenerasi hidropis dan warna biru menunjukkan hepatosit normal

                                                                  Hasil analisis statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang

                                                                  mengalami degenerasi hidropis dan nekrosa pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis Hal ini

                                                                  membuktikan secara histopatologis bahwa kadar toksik parasetamol sebelum

                                                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                  toksisitas yang sama terhadap sel

                                                                  Pada kasus masuknya zat toksik melalui saluran pencernaan degenerasi

                                                                  hidropis umumnya dimulai dari daerah pinggirdaerah portal yang meluas menuju

                                                                  vena sentralis Hal ini disebabkan karena suplai darah hati diperoleh dari saluran

                                                                  pencernaan Darah yang mengandung toksin dibawa dari usus masuk ke hati

                                                                  melalui vena porta kemudian melewati sinusoid menuju vena sentralis

                                                                  (MacFarlane et al 2000) Hepatosit perilobuler merupakan hepatosit paling awal

                                                                  mengalami degenerasi hidropis dibandingkan dengan vena sentralis karena

                                                                  24

                                                                  hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                                  al 1999)

                                                                  Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                                  (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                                  apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                                  kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                                  potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                                  menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                                  membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                                  masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                                  sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                                  merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                                  Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                                  darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                                  maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                                  (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                                  maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                                  terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                                  atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                                  mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                                  termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                                  seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                                  fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                                  masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                                  Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                                  dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                                  limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                                  mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                                  pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                                  histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                                  25

                                                                  2microm

                                                                  Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                  2microm

                                                                  Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                                  hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                  Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                                  oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                                  antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                                  26

                                                                  tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                                  Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                                  gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                                  digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                                  adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                                  (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                                  digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                                  tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                                  Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                                  bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                                  (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                                  Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                                  di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                                  sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                                  sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                                  menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                                  lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                                  kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                                  sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                                  sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                                  sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                                  perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                                  dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                                  sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                                  pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                                  yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                                  pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                                  27

                                                                  Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                  kuning) Pewarnaan HE

                                                                  Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                  dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                  sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                  Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                  (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                  28

                                                                  Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                  jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                  yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                  Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                  0

                                                                  500

                                                                  1000

                                                                  1500

                                                                  2000

                                                                  2500

                                                                  P K P K P K P K P K P K

                                                                  1 2 3 4 5 6

                                                                  Minggu

                                                                  Jum

                                                                  lah

                                                                  sel r

                                                                  adan

                                                                  g

                                                                  VSVP

                                                                  Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                  29

                                                                  Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                  Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                  Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                  Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                  Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                  2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                  Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                  Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                  Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                  3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                  Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                  Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                  Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                  4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                  Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                  Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                  Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                  5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                  Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                  Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                  Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                  6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                  Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                  Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                  Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                  Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                  Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                  berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                  Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                  kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                  antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                  klinik

                                                                  Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                  perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                  reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                  merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                  merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                  memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                  bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                  basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                  berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                  30

                                                                  dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                  bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                  dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                  membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                  yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                  mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                  darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                  Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                  (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                  batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                  lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                  Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                  menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                  hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                  hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                  sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                  akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                  radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                  fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                  berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                  statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                  hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                  vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                  minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                  dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                  toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                  vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                  sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                  menurunkan symptom peradangan

                                                                  KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                  Kesimpulan

                                                                  Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                  normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                  lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                  Saran

                                                                  1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                  waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                  penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                  2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                  berperan dalam metabolisme hati

                                                                  DAFTAR PUSTAKA

                                                                  Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                  Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                  Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                  umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                  Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                  41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                  Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                  Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                  State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                  Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                  Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                  Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                  Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                  Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                  Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                  Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                  hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                  33

                                                                  Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                  Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                  Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                  Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                  Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                  London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                  2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                  Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                  Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                  Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                  Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                  Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                  Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                  dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                  Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                  Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                  Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                  Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                  34

                                                                  Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                  Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                  (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                  LAMPIRAN

                                                                  36

                                                                  Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                  Sampling organtriming darr

                                                                  Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                  darr Dehidrasi

                                                                  Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                  Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                  darr Embeding

                                                                  Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                  Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                  darr Mounting

                                                                  Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                  Staining Pewarnaan

                                                                  37

                                                                  Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                  Xylol I 2 menit darr

                                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                                  Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                  Alkohol 95 1 menit darr

                                                                  Alkohol 80 1 menit darr

                                                                  Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                  Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                  Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                  Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                  Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                  Eosin 2-3 menit darr

                                                                  Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                  Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                  Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                  Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                  Xylol I 1 menit darr

                                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                                  Tutup dengan cover glass

                                                                  Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                  Descriptives

                                                                  NORMAL

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha =

                                                                  05

                                                                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha =

                                                                  05

                                                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                  Descriptives RADANG

                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                  RADANG Tukey HSD

                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                  • awalrtf
                                                                  • DAFTAR ISIdoc
                                                                  • PENDAHULUANrtf
                                                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                                                  • PEMBAHASANrtf
                                                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                  • LAMPIRANrtf
                                                                  • Lamp2rtf

                                                                    24

                                                                    hepatosit ini yang pertama kali kontak dengan zat-zat toksin dari usus (Harada et

                                                                    al 1999)

                                                                    Degenerasi hidropis merupakan perubahan yang bersifat sementara

                                                                    (reversible) ditandai dengan kehadiran vakuol-vakuol di sitoplasma sehingga

                                                                    apabila paparan bahan toksik dihentikan sel yang mengalami kerusakan akan

                                                                    kembali normal Sel membutuhkan ATP-ase untuk mengaktifkan pompa sodium-

                                                                    potasium dalam pengaturan keluar dan masuknya ion Infeksi akut sel akan

                                                                    menyebabkan air dan protein tetap berada dalam sitoplasma Pompa lapisan

                                                                    membran akan memindahkan ion dan air dengan cepat keluar dari sitosol dan

                                                                    masuk ke dalam retikulum endoplasma Hal ini akan menyebabkan kebengkakan

                                                                    sel yang disebut degenerasi hidropis (Cheville 1999) Perubahan sel pada tahap ini

                                                                    merupakan respon adaptasi agar sel tetap bertahan hidup

                                                                    Kerusakan sel hati akan menginduksi kenaikan konsentrasi lipid peroksida

                                                                    darah mencit Pada level tertentu jika jumlah sel hati yang rusak terlalu tinggi

                                                                    maka kerusakan sel akan bersifat permanen dan akhirnya terjadi kematian sel

                                                                    (apoptosis dan nekrosa) Artinya apabila hepatosit sudah mengalami kerusakan

                                                                    maka tidak akan diganti oleh hepatosit yang baru tetapi sebagai gantinya akan

                                                                    terbentuk jaringan ikat Apoptosis dapat terjadi pada proses normal (fisiologis)

                                                                    atau abnormal (patologis) Nekrosa dapat terjadi akibat bahan beracun aktivitas

                                                                    mikroorganisme defisiensi pakan dan kadang-kadang gangguan metabolisme

                                                                    termasuk hipoksia Kematian sel secara apoptosis mencakup proses destruksi

                                                                    seluler aktif yang ditandai dengan penyusutan jumlah sel kerusakan membran dan

                                                                    fragmentasi DNA inti Nekrosis merupakan kematian sel atau kelompok sel yang

                                                                    masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi

                                                                    Umumnya hepatosit yang mengalami nekrosis menunjukkan perubahan pada inti

                                                                    dan sitoplasma Inti akan mengecil dan berwarna biru (lebih gelap) mirip sel

                                                                    limfosit akibat penggumpalan kromatin inti Proses ini disebut piknosis Inti juga

                                                                    mungkin pecah (karyorhexis) dan bahkan menghilang (karyolisis) sedangkan

                                                                    pada sitoplasma akan terlihat lebih asidofilik (Jubb et al 1993) Gambaran

                                                                    histopatologi jaringan hati disajikan pada Gambar 6a dan 6b

                                                                    25

                                                                    2microm

                                                                    Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                    2microm

                                                                    Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                                    hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                    Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                                    oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                                    antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                                    26

                                                                    tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                                    Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                                    gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                                    digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                                    adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                                    (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                                    digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                                    tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                                    Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                                    bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                                    (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                                    Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                                    di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                                    sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                                    sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                                    menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                                    lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                                    kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                                    sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                                    sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                                    sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                                    perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                                    dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                                    sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                                    pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                                    yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                                    pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                                    27

                                                                    Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                    kuning) Pewarnaan HE

                                                                    Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                    dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                    sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                    Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                    (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                    28

                                                                    Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                    jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                    yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                    Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                    0

                                                                    500

                                                                    1000

                                                                    1500

                                                                    2000

                                                                    2500

                                                                    P K P K P K P K P K P K

                                                                    1 2 3 4 5 6

                                                                    Minggu

                                                                    Jum

                                                                    lah

                                                                    sel r

                                                                    adan

                                                                    g

                                                                    VSVP

                                                                    Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                    29

                                                                    Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                    Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                    Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                    Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                    Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                    2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                    Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                    Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                    Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                    3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                    Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                    Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                    Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                    4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                    Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                    Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                    Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                    5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                    Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                    Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                    Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                    6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                    Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                    Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                    Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                    Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                    Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                    berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                    Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                    kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                    antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                    klinik

                                                                    Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                    perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                    reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                    merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                    merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                    memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                    bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                    basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                    berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                    30

                                                                    dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                    bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                    dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                    membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                    yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                    mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                    darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                    Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                    (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                    batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                    lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                    Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                    menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                    hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                    hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                    sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                    akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                    radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                    fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                    berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                    statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                    hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                    vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                    minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                    dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                    toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                    vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                    sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                    menurunkan symptom peradangan

                                                                    KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                    Kesimpulan

                                                                    Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                    normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                    lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                    Saran

                                                                    1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                    waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                    penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                    2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                    berperan dalam metabolisme hati

                                                                    DAFTAR PUSTAKA

                                                                    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                    hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                    33

                                                                    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                    34

                                                                    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                    LAMPIRAN

                                                                    36

                                                                    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                    Sampling organtriming darr

                                                                    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                    darr Dehidrasi

                                                                    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                    darr Embeding

                                                                    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                    darr Mounting

                                                                    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                    Staining Pewarnaan

                                                                    37

                                                                    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                    Xylol I 2 menit darr

                                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                                    Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                    Alkohol 95 1 menit darr

                                                                    Alkohol 80 1 menit darr

                                                                    Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                    Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                    Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                    Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                    Eosin 2-3 menit darr

                                                                    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                    Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                    Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                    Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                    Xylol I 1 menit darr

                                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                                    Tutup dengan cover glass

                                                                    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                    Descriptives

                                                                    NORMAL

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha =

                                                                    05

                                                                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha =

                                                                    05

                                                                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                    Descriptives RADANG

                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                    RADANG Tukey HSD

                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                    • awalrtf
                                                                    • DAFTAR ISIdoc
                                                                    • PENDAHULUANrtf
                                                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                                                    • PEMBAHASANrtf
                                                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                    • LAMPIRANrtf
                                                                    • Lamp2rtf

                                                                      25

                                                                      2microm

                                                                      Gambar 6a Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok kontrol Lesio

                                                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                      2microm

                                                                      Gambar 6b Gambaran histopatologi jaringan hati kelompok perlakuan Lesio

                                                                      hepatosit berupa degenerasi hidropis (panah hijau) nekrosa (panah hitam) dan hepatosit normal (panah biru) Pewarnaan HE Perbesaran 40X

                                                                      Pada kelompok perlakuan sel-sel hati tidak mampu mencegah reaksi

                                                                      oksidasi yang dilakukan oleh radikal bebas asetilimin benzokuinon Proses

                                                                      antioksidasi hanya dilakukan secara alami oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

                                                                      26

                                                                      tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                                      Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                                      gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                                      digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                                      adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                                      (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                                      digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                                      tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                                      Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                                      bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                                      (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                                      Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                                      di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                                      sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                                      sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                                      menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                                      lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                                      kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                                      sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                                      sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                                      sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                                      perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                                      dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                                      sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                                      pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                                      yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                                      pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                                      27

                                                                      Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                      kuning) Pewarnaan HE

                                                                      Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                      dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                      sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                      Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                      (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                      28

                                                                      Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                      jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                      yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                      Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                      0

                                                                      500

                                                                      1000

                                                                      1500

                                                                      2000

                                                                      2500

                                                                      P K P K P K P K P K P K

                                                                      1 2 3 4 5 6

                                                                      Minggu

                                                                      Jum

                                                                      lah

                                                                      sel r

                                                                      adan

                                                                      g

                                                                      VSVP

                                                                      Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                      29

                                                                      Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                      Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                      Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                      Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                      Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                      2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                      Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                      Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                      Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                      3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                      Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                      Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                      Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                      4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                      Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                      Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                      Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                      5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                      Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                      Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                      Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                      6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                      Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                      Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                      Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                      Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                      Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                      berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                      Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                      kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                      antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                      klinik

                                                                      Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                      perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                      reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                      merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                      merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                      memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                      bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                      basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                      berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                      30

                                                                      dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                      bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                      dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                      membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                      yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                      mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                      darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                      Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                      (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                      batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                      lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                      Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                      menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                      hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                      hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                      sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                      akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                      radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                      fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                      berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                      statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                      hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                      vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                      minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                      dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                      toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                      vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                      sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                      menurunkan symptom peradangan

                                                                      KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                      Kesimpulan

                                                                      Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                      normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                      lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                      Saran

                                                                      1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                      waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                      penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                      2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                      berperan dalam metabolisme hati

                                                                      DAFTAR PUSTAKA

                                                                      Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                      Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                      Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                      umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                      Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                      41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                      Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                      Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                      State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                      Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                      Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                      Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                      Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                      Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                      Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                      Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                      hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                      33

                                                                      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                      34

                                                                      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                      LAMPIRAN

                                                                      36

                                                                      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                      Sampling organtriming darr

                                                                      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                      darr Dehidrasi

                                                                      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                      darr Embeding

                                                                      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                      darr Mounting

                                                                      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                      Staining Pewarnaan

                                                                      37

                                                                      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                      Xylol I 2 menit darr

                                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                                      Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                      Alkohol 95 1 menit darr

                                                                      Alkohol 80 1 menit darr

                                                                      Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                      Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                      Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                      Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                      Eosin 2-3 menit darr

                                                                      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                      Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                      Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                      Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                      Xylol I 1 menit darr

                                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                                      Tutup dengan cover glass

                                                                      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                      Descriptives

                                                                      NORMAL

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha =

                                                                      05

                                                                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha =

                                                                      05

                                                                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                      Descriptives RADANG

                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                      RADANG Tukey HSD

                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                      • awalrtf
                                                                      • DAFTAR ISIdoc
                                                                      • PENDAHULUANrtf
                                                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                                                      • PEMBAHASANrtf
                                                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                      • LAMPIRANrtf
                                                                      • Lamp2rtf

                                                                        26

                                                                        tubuh yang jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah radikal bebas yang terbentuk

                                                                        Hal ini menyebabkan kelompok mencit yang diberi parasetamol mengalami

                                                                        gangguan fungsi hati oleh radikal bebas parasetamol Enzim dalam hati yang

                                                                        digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan hati setelah pemberian parasetamol

                                                                        adalah kadar enzim alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase

                                                                        (AST) yang meningkat (Anonimus 2006) Pada penelitian ini hewan coba yang

                                                                        digunakan adalah mencit yang memiliki jumlah volume darah sedikit sehingga

                                                                        tidak dilakukan penghitungan terhadap kadar enzim ALT dan AST dalam darah

                                                                        Selain perubahan pada jaringan parenkim hati perubahan juga terjadi pada

                                                                        bagian interstitiumnya yaitu ditemukannya kongesti dan perluasan sinusoid

                                                                        (Gambar 7) dengan derajat yang sama disetiap kelompok perlakuan Menurut

                                                                        Abrams (1992) kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan

                                                                        di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu Akibat dari kongesti maka

                                                                        sirkulasi darah menjadi lambat sehingga oksigenasi ke jaringan menurun Sel hati

                                                                        sangat peka terhadap kekurangan oksigen atau anoksia Adanya kongesti

                                                                        menyebabkan terganggunya fungsi hati sebagai tempat metabolisme protein dan

                                                                        lemak Pada kongesti akut hati membengkak dan terisi darah sedangkan pada

                                                                        kongesti yang berjalan kronik menimbulkan penggenangan eritrosit di vena

                                                                        sentralis dan di sinusoid-sinusoid sekitarnya Apabila terjadi kongesti kronik maka

                                                                        sinusoid yang melebar akan menggencet deretan sel hati (hepatosit) sekitar vena

                                                                        sentralis sehingga hepatosit mengalami atrofi (mengecil) Adanya kongesti dan

                                                                        perluasan sinusoid mungkin terjadi akibat pembiusan dengan eter sebelum mencit

                                                                        dimatikan Perubahan ini terjadi pada semua kelompok kontrol dan perlakuan

                                                                        sehingga tidak dijadikan parameter dalam perubahan mikroskopis akibat

                                                                        pemberian parasetamol Menurut Ganiswara (1995) eter merupakan anastetik

                                                                        yang sangat kuat dapat menekan kontraktilitas otot jantung menyebabkan dilatasi

                                                                        pembuluh darah kulit juga menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah

                                                                        27

                                                                        Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                        kuning) Pewarnaan HE

                                                                        Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                        dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                        sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                        Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                        (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                        28

                                                                        Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                        jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                        yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                        Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                        0

                                                                        500

                                                                        1000

                                                                        1500

                                                                        2000

                                                                        2500

                                                                        P K P K P K P K P K P K

                                                                        1 2 3 4 5 6

                                                                        Minggu

                                                                        Jum

                                                                        lah

                                                                        sel r

                                                                        adan

                                                                        g

                                                                        VSVP

                                                                        Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                        29

                                                                        Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                        Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                        Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                        Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                        Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                        2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                        Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                        Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                        Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                        3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                        Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                        Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                        Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                        4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                        Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                        Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                        Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                        5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                        Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                        Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                        Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                        6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                        Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                        Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                        Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                        Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                        Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                        berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                        Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                        kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                        antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                        klinik

                                                                        Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                        perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                        reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                        merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                        merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                        memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                        bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                        basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                        berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                        30

                                                                        dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                        bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                        dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                        membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                        yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                        mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                        darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                        Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                        (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                        batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                        lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                        Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                        menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                        hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                        hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                        sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                        akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                        radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                        fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                        berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                        statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                        hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                        vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                        minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                        dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                        toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                        vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                        sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                        menurunkan symptom peradangan

                                                                        KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                        Kesimpulan

                                                                        Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                        normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                        lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                        Saran

                                                                        1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                        waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                        penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                        2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                        berperan dalam metabolisme hati

                                                                        DAFTAR PUSTAKA

                                                                        Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                        Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                        Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                        umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                        Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                        41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                        Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                        Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                        State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                        Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                        Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                        Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                        Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                        Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                        Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                        Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                        Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                        hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                        33

                                                                        Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                        Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                        Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                        Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                        Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                        London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                        2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                        Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                        Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                        Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                        Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                        Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                        Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                        dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                        Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                        Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                        Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                        Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                        34

                                                                        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                        LAMPIRAN

                                                                        36

                                                                        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                        Sampling organtriming darr

                                                                        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                        darr Dehidrasi

                                                                        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                        darr Embeding

                                                                        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                        darr Mounting

                                                                        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                        Staining Pewarnaan

                                                                        37

                                                                        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                        Xylol I 2 menit darr

                                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                                        Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                        Alkohol 95 1 menit darr

                                                                        Alkohol 80 1 menit darr

                                                                        Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                        Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                        Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                        Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                        Eosin 2-3 menit darr

                                                                        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                        Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                        Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                        Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                        Xylol I 1 menit darr

                                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                                        Tutup dengan cover glass

                                                                        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                        Descriptives

                                                                        NORMAL

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha =

                                                                        05

                                                                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha =

                                                                        05

                                                                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                        Descriptives RADANG

                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                        RADANG Tukey HSD

                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                        • awalrtf
                                                                        • DAFTAR ISIdoc
                                                                        • PENDAHULUANrtf
                                                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                                                        • PEMBAHASANrtf
                                                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                        • LAMPIRANrtf
                                                                        • Lamp2rtf

                                                                          27

                                                                          Gambar 7 Perubahan pada bagian interstitium hati berupa kongesti (panah

                                                                          kuning) Pewarnaan HE

                                                                          Perubahan lain yang ditemukan adalah adanya infiltrasi sel radang limfosit

                                                                          dan makrofag sehingga membentuk fokus-fokus peradangan di sekitar vena

                                                                          sentralis maupun vena porta di seluruh jaringan hati (Gambar 8)

                                                                          Gambar 8 Infiltrasi dan akumulasi sel radang kronis perivaskuler vena sentralis

                                                                          (panah kuning) Pewarnaan HE

                                                                          28

                                                                          Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                          jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                          yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                          Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                          0

                                                                          500

                                                                          1000

                                                                          1500

                                                                          2000

                                                                          2500

                                                                          P K P K P K P K P K P K

                                                                          1 2 3 4 5 6

                                                                          Minggu

                                                                          Jum

                                                                          lah

                                                                          sel r

                                                                          adan

                                                                          g

                                                                          VSVP

                                                                          Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                          29

                                                                          Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                          Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                          Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                          Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                          Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                          2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                          Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                          Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                          Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                          3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                          Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                          Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                          Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                          4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                          Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                          Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                          Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                          5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                          Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                          Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                          Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                          6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                          Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                          Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                          Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                          Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                          Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                          berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                          Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                          kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                          antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                          klinik

                                                                          Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                          perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                          reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                          merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                          merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                          memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                          bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                          basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                          berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                          30

                                                                          dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                          bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                          dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                          membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                          yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                          mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                          darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                          Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                          (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                          batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                          lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                          Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                          menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                          hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                          hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                          sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                          akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                          radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                          fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                          berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                          statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                          hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                          vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                          minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                          dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                          toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                          vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                          sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                          menurunkan symptom peradangan

                                                                          KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                          Kesimpulan

                                                                          Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                          normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                          lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                          Saran

                                                                          1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                          waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                          penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                          2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                          berperan dalam metabolisme hati

                                                                          DAFTAR PUSTAKA

                                                                          Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                          Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                          Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                          umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                          Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                          41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                          Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                          Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                          State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                          Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                          Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                          Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                          Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                          Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                          Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                          Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                          Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                          hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                          33

                                                                          Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                          Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                          Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                          Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                          Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                          London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                          2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                          Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                          Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                          Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                          Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                          Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                          Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                          dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                          Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                          Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                          Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                          Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                          34

                                                                          Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                          Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                          (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                          LAMPIRAN

                                                                          36

                                                                          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                          Sampling organtriming darr

                                                                          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                          darr Dehidrasi

                                                                          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                          darr Embeding

                                                                          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                          darr Mounting

                                                                          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                          Staining Pewarnaan

                                                                          37

                                                                          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                          Xylol I 2 menit darr

                                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                                          Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                          Alkohol 95 1 menit darr

                                                                          Alkohol 80 1 menit darr

                                                                          Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                          Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                          Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                          Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                          Eosin 2-3 menit darr

                                                                          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                          Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                          Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                          Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                          Xylol I 1 menit darr

                                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                                          Tutup dengan cover glass

                                                                          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                          Descriptives NEKROSA

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                          Descriptives

                                                                          NORMAL

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha =

                                                                          05

                                                                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha =

                                                                          05

                                                                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                          Descriptives NEKROSA

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                          Descriptives RADANG

                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                          RADANG Tukey HSD

                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                          • awalrtf
                                                                          • DAFTAR ISIdoc
                                                                          • PENDAHULUANrtf
                                                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                                                          • PEMBAHASANrtf
                                                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                          • LAMPIRANrtf
                                                                          • Lamp2rtf

                                                                            28

                                                                            Fokus-fokus peradangan tersebut terdiri dari berbagai ukuran dengan

                                                                            jumlah sel limfosit dan makrofag yang bervariasi Hasil rataan jumlah sel radang

                                                                            yang diberi parasetamol dosis normal optimum dan kontrol dapat dilihat pada

                                                                            Tabel 3 dan Gambar 9

                                                                            0

                                                                            500

                                                                            1000

                                                                            1500

                                                                            2000

                                                                            2500

                                                                            P K P K P K P K P K P K

                                                                            1 2 3 4 5 6

                                                                            Minggu

                                                                            Jum

                                                                            lah

                                                                            sel r

                                                                            adan

                                                                            g

                                                                            VSVP

                                                                            Gambar 9 Perbandingan jumlah sel radang pada vena porta dan vena sentralis akibat pemberian parasetamol dosis normal optimum

                                                                            29

                                                                            Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                            Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                            Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                            Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                            Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                            2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                            Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                            Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                            Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                            3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                            Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                            Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                            Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                            4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                            Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                            Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                            Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                            5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                            Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                            Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                            Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                            6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                            Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                            Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                            Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                            Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                            Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                            berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                            Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                            kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                            antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                            klinik

                                                                            Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                            perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                            reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                            merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                            merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                            memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                            bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                            basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                            berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                            30

                                                                            dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                            bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                            dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                            membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                            yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                            mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                            darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                            Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                            (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                            batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                            lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                            Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                            menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                            hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                            hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                            sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                            akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                            radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                            fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                            berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                            statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                            hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                            vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                            minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                            dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                            toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                            vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                            sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                            menurunkan symptom peradangan

                                                                            KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                            Kesimpulan

                                                                            Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                            normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                            lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                            Saran

                                                                            1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                            waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                            penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                            2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                            berperan dalam metabolisme hati

                                                                            DAFTAR PUSTAKA

                                                                            Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                            Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                            Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                            umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                            Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                            41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                            Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                            Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                            State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                            Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                            Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                            Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                            Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                            Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                            Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                            Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                            Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                            hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                            33

                                                                            Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                            Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                            Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                            Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                            Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                            London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                            2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                            Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                            Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                            Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                            Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                            Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                            Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                            dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                            Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                            Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                            Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                            Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                            34

                                                                            Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                            Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                            (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                            LAMPIRAN

                                                                            36

                                                                            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                            Sampling organtriming darr

                                                                            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                            darr Dehidrasi

                                                                            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                            darr Embeding

                                                                            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                            darr Mounting

                                                                            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                            Staining Pewarnaan

                                                                            37

                                                                            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                            Xylol I 2 menit darr

                                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                                            Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                            Alkohol 95 1 menit darr

                                                                            Alkohol 80 1 menit darr

                                                                            Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                            Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                            Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                            Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                            Eosin 2-3 menit darr

                                                                            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                            Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                            Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                            Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                            Xylol I 1 menit darr

                                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                                            Tutup dengan cover glass

                                                                            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                            Descriptives NEKROSA

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                            Descriptives

                                                                            NORMAL

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha =

                                                                            05

                                                                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha =

                                                                            05

                                                                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                            Descriptives NEKROSA

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                            Descriptives RADANG

                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                            RADANG Tukey HSD

                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                            • awalrtf
                                                                            • DAFTAR ISIdoc
                                                                            • PENDAHULUANrtf
                                                                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                            • BAHAN DAN METODErtf
                                                                            • PEMBAHASANrtf
                                                                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                            • LAMPIRANrtf
                                                                            • Lamp2rtf

                                                                              29

                                                                              Tabel 3 Pengaruh pemberian parasetamol dosis normal optimum terhadap jumlah sel radang pada vena porta (VP) dan vena sentralis (VS)

                                                                              Minggu ke- Kelompok Σ Sel Radang 1 Perlakuan VP 992 plusmn 75368ab

                                                                              Perlakuan VS 745 plusmn 73921ab

                                                                              Kontrol VP 626 plusmn 49339ab

                                                                              Kontrol VS 642 plusmn 55651ab

                                                                              2 Perlakuan VP 977 plusmn 48346ab

                                                                              Perlakuan VS 635 plusmn 60666ab

                                                                              Kontrol VP 1202 plusmn 89366b

                                                                              Kontrol VS 939 plusmn 70164ab

                                                                              3 Perlakuan VP 878 plusmn 59467ab

                                                                              Perlakuan VS 815 plusmn 36116ab

                                                                              Kontrol VP 1136 plusmn 29263ab

                                                                              Kontrol VS 885 plusmn 24576ab

                                                                              4 Perlakuan VP 700 plusmn 44377ab

                                                                              Perlakuan VS 569 plusmn 19553ab

                                                                              Kontrol VP 1121 plusmn 165561ab

                                                                              Kontrol VS 969 plusmn 132842ab

                                                                              5 Perlakuan VP 576 plusmn 18735ab

                                                                              Perlakuan VS 505 plusmn 30006a

                                                                              Kontrol VP 959 plusmn 32716ab

                                                                              Kontrol VS 1012 plusmn 17156ab

                                                                              6 Perlakuan VP 617 plusmn 53463ab

                                                                              Perlakuan VS 582 plusmn 23259ab

                                                                              Kontrol VP 1110 plusmn 112010ab

                                                                              Kontrol VS 761 plusmn 50567ab

                                                                              Keterangan Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (Plt005)

                                                                              Hasil analisis statistik jumlah sel radang seluruh kelompok perlakuan tidak

                                                                              berbeda nyata (pgt005) dibandingkan kelompok kontrol pada tiap minggunya

                                                                              Keadaan ini mengindikasikan bahwa fungsi parasetamol sebagai antiinflamasi

                                                                              kurang signifikan Hal tersebut sesuai dengan Goodman et al (1980) aktivitas

                                                                              antiinflamasi parasetamol sangat rendah sehingga jarang digunakan untuk terapi

                                                                              klinik

                                                                              Infiltrasi sel radang limfosit dan makrofag hampir terjadi di seluruh

                                                                              perlakuan termasuk kontrol Hal ini dikarenakan migrasi sel radang merupakan

                                                                              reaksi tanggap kebal umum terhadap zat toksik yang masuk ke dalam tubuh dan

                                                                              merupakan reaksi patofisiologis untuk melawan segala bentuk agen yang

                                                                              merugikan Limfosit sering menyebar dalam jaringan dan berfungsi untuk

                                                                              memelihara ketahanan tubuh Limfosit terlihat sebagai sel-sel kecil dengan inti

                                                                              bulat menyerap warna haematoksilin dan memiliki sitoplasma tipis bersifat

                                                                              basofil lemah Sel limfosit sering ditemukan pada peradangan kronis yang

                                                                              berfungsi sebagai mediator peradangan Makrofag umumnya berbentuk bundar

                                                                              30

                                                                              dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                              bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                              dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                              membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                              yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                              mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                              darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                              Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                              (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                              batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                              lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                              Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                              menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                              hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                              hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                              sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                              akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                              radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                              fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                              berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                              statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                              hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                              vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                              minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                              dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                              toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                              vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                              sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                              menurunkan symptom peradangan

                                                                              KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                              Kesimpulan

                                                                              Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                              normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                              lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                              Saran

                                                                              1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                              waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                              penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                              2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                              berperan dalam metabolisme hati

                                                                              DAFTAR PUSTAKA

                                                                              Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                              Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                              Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                              umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                              Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                              41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                              Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                              Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                              State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                              Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                              Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                              Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                              Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                              Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                              Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                              Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                              Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                              hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                              33

                                                                              Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                              Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                              Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                              Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                              Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                              London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                              2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                              Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                              Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                              Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                              Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                              Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                              Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                              dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                              Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                              Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                              Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                              Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                              34

                                                                              Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                              Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                              (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                              LAMPIRAN

                                                                              36

                                                                              Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                              Sampling organtriming darr

                                                                              Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                              darr Dehidrasi

                                                                              Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                              Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                              darr Embeding

                                                                              Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                              Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                              darr Mounting

                                                                              Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                              Staining Pewarnaan

                                                                              37

                                                                              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                              Xylol I 2 menit darr

                                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                                              Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                              Alkohol 95 1 menit darr

                                                                              Alkohol 80 1 menit darr

                                                                              Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                              Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                              Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                              Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                              Eosin 2-3 menit darr

                                                                              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                              Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                              Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                              Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                              Xylol I 1 menit darr

                                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                                              Tutup dengan cover glass

                                                                              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                              Descriptives NEKROSA

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                              Descriptives

                                                                              NORMAL

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha =

                                                                              05

                                                                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha =

                                                                              05

                                                                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                              Descriptives NEKROSA

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                              Descriptives RADANG

                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                              RADANG Tukey HSD

                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                              • awalrtf
                                                                              • DAFTAR ISIdoc
                                                                              • PENDAHULUANrtf
                                                                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                              • BAHAN DAN METODErtf
                                                                              • PEMBAHASANrtf
                                                                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                              • LAMPIRANrtf
                                                                              • Lamp2rtf

                                                                                30

                                                                                dengan sitoplasma yang jelas dan ditengahnya terlihat nukleus yang kebulat-

                                                                                bulatan berbentuk kacang atau melekuk Makrofag berperan dalam fagositosis

                                                                                dan penghancuran partikel asing serta mengolah bahan asing sehingga dapat

                                                                                membangkitkan tanggap kebal Sel lain yang juga ditemukan adalah sel kupffer

                                                                                yang berperan dalam membentuk pertahanan makrofag-monosit yang berfungsi

                                                                                mengeluarkan eritrosit dan runtuhan jaringan (debris) lainnya dalam peredaran

                                                                                darah serta bersifat fagositik terhadap benda asing (Harold 1971)

                                                                                Hati berperan dalam proses detoksifikasi dan ekskresi bahan xenobiotic

                                                                                (zat-zat toksik) namun dalam jumlah yang terbatas Bila dosis zat toksik melebihi

                                                                                batas kemampuan detoksifikasi maka akan timbul berbagai gangguan misalnya

                                                                                lipidosis nekrosa dan fibrosis

                                                                                Pemberian parasetamol dosis 500 mg 50kgBB selama 6 minggu dapat

                                                                                menurunkan persentase degenerasi hepatosit pada mencit karena sebagian

                                                                                hepatosit yang mengalami degenerasi hidropis berubah kembali menjadi normal

                                                                                hal ini terkait cara kerja parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik Sedangkan

                                                                                sebagian lagi menjadi nekrosa akibat adanya gangguan metabolisme sel dan

                                                                                akumulasi zat toksik yang terus-menerus sehingga menyebabkan terbentuknya

                                                                                radikal bebas N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI) yang akan mengoksidasi

                                                                                fosfolipid pada membran sel hati dan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi

                                                                                berantai yang akhirnya dapat merusak hepatosit Berdasarkan hasil analisis

                                                                                statistik persentase hepatosit normal hepatosit yang mengalami degenerasi

                                                                                hidropis dan nekrosa serta jumlah sel radang pada seluruh kelompok perlakuan di

                                                                                vena porta tidak berbeda nyata (pgt005) dibandingkan di vena sentralis pada tiap

                                                                                minggunya Hal ini membuktikan bahwa toksisitas parasetamol sebelum

                                                                                dimetabolisme dan setelah dimetabolisme di dalam hati mempunyai tingkat

                                                                                toksisitas yang sama terhadap sel hati Jumlah sel radang di sekitar vena porta dan

                                                                                vena sentralis tidak berbeda nyata merupakan bukti bahwa indikasi parasetamol

                                                                                sebagai antiinflamasi kurang signifikan tidak cukup digunakan untuk

                                                                                menurunkan symptom peradangan

                                                                                KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                                Kesimpulan

                                                                                Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                                normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                                lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                                Saran

                                                                                1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                                waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                                penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                                2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                                berperan dalam metabolisme hati

                                                                                DAFTAR PUSTAKA

                                                                                Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                                Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                                Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                                umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                                Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                                41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                                Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                                Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                                State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                                Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                                Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                                Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                                Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                                Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                                Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                                Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                                Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                                hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                                33

                                                                                Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                                Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                                Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                                Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                                Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                                London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                                2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                                Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                                Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                                Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                                Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                                Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                                Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                                dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                                Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                                Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                                Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                                Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                                34

                                                                                Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                                Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                                (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                                LAMPIRAN

                                                                                36

                                                                                Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                Sampling organtriming darr

                                                                                Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                darr Dehidrasi

                                                                                Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                darr Embeding

                                                                                Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                darr Mounting

                                                                                Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                Staining Pewarnaan

                                                                                37

                                                                                Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                Xylol I 2 menit darr

                                                                                Xylol II 2 menit darr

                                                                                Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                Eosin 2-3 menit darr

                                                                                Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                Xylol I 1 menit darr

                                                                                Xylol II 2 menit darr

                                                                                Tutup dengan cover glass

                                                                                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                Descriptives

                                                                                NORMAL

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha =

                                                                                05

                                                                                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha =

                                                                                05

                                                                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                Descriptives RADANG

                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                RADANG Tukey HSD

                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                • awalrtf
                                                                                • DAFTAR ISIdoc
                                                                                • PENDAHULUANrtf
                                                                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                • PEMBAHASANrtf
                                                                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                • LAMPIRANrtf
                                                                                • Lamp2rtf

                                                                                  KESIMPULAN DAN SARAN

                                                                                  Kesimpulan

                                                                                  Sejalan dengan pertambahan waktu hingga 6 minggu parasetamol dosis

                                                                                  normal optimum adalah (500 mg 50kgBB) menyebabkan terjadinya peningkatan

                                                                                  lesio kematian hepatosit berupa nekrosa sementara lesio degeneratif menurun

                                                                                  Saran

                                                                                  1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis bertingkat dan dengan

                                                                                  waktu pemberian yang lebih lama untuk mengetahui batas optimum

                                                                                  penggunaan parasetamol yang menyebabkan kerusakan hati

                                                                                  2 Perlu digunakan hewan coba jenis lain agar dapat diperiksa enzim-enzim yang

                                                                                  berperan dalam metabolisme hati

                                                                                  DAFTAR PUSTAKA

                                                                                  Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                                  Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                                  Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                                  umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                                  Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                                  41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                                  Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                                  Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                                  State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                                  Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                                  Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                                  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                                  Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                                  Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                                  Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                                  Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                                  Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                                  hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                                  33

                                                                                  Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                                  Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                                  Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                                  Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                                  Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                                  London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                                  2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                                  Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                                  Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                                  Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                                  Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                                  Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                                  Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                                  dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                                  Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                                  Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                                  Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                                  Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                                  34

                                                                                  Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                                  Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                                  (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                                  LAMPIRAN

                                                                                  36

                                                                                  Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                  Sampling organtriming darr

                                                                                  Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                  darr Dehidrasi

                                                                                  Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                  Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                  darr Embeding

                                                                                  Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                  Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                  darr Mounting

                                                                                  Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                  Staining Pewarnaan

                                                                                  37

                                                                                  Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                  Xylol I 2 menit darr

                                                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                                                  Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                  Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                  Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                  Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                  Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                  Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                  Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                  Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                  Eosin 2-3 menit darr

                                                                                  Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                  Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                  Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                  Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                  Xylol I 1 menit darr

                                                                                  Xylol II 2 menit darr

                                                                                  Tutup dengan cover glass

                                                                                  Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                  Descriptives

                                                                                  NORMAL

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha =

                                                                                  05

                                                                                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha =

                                                                                  05

                                                                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                  Descriptives RADANG

                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                  RADANG Tukey HSD

                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                  • awalrtf
                                                                                  • DAFTAR ISIdoc
                                                                                  • PENDAHULUANrtf
                                                                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                  • PEMBAHASANrtf
                                                                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                  • LAMPIRANrtf
                                                                                  • Lamp2rtf

                                                                                    DAFTAR PUSTAKA

                                                                                    Abrams GD 1992 Gangguan Sirkulasi dalam Price SA dan LM Wilson Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Terjemahan Anugerah P Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta pp 92-93

                                                                                    Anonimus 2006 Parasetamol httpenwikipediorgwikiParacetamol [6

                                                                                    Agustus 2006] Ballenger L 1999 Mus musculus (house mouse) httpwwwanimaldiversity

                                                                                    umm2umichedusitcaccountinformationMus musculushtm [18 Maret 2006]

                                                                                    Budi IM Paimin FR 2005 Buah Merah Jakarta Penebar Swadaya Hlm 7-8 22

                                                                                    41-50 Burkitt HG Osweiler GD 1995 Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology

                                                                                    Edisi ke-2 KendalHunt Publishing Company Pp 333-334 Carlton WW McGavin MD 1995 Thomsonrsquos Special Veterinary Pathology

                                                                                    Edisi ke-2 Mosby St louis Pp 209-245 Cheville NF 1999 Introduction to Veterinary Pathology Ed ke-2 Iowa Iowa

                                                                                    State University Press Hlm 5-25 Dalimartha S 2005 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis Jakarta

                                                                                    Penebar Swadaya Hlm 33 Donatus IA 2001 Toksikologi Dasar Yokyakarta Universitas Gadjah Mada

                                                                                    Hlm 89 Ganiswara SG 1995 Farmakologi dan Terapi Ed ke-4 Jakarta Farmakologi

                                                                                    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta pp 116 Ganong WF 2003 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari Review of

                                                                                    Medical Physiology Penerjemah Widjajakusumah D Editor Widjajakusumah D San Fransisco University of California Hlm 486

                                                                                    Goodman LS Gilman A Gilman AG 1980 The Pharmacological Basic of

                                                                                    Therapeutic Sixth Ed New York Macmillan co inc Pp 682-723 Guyton CA John EH 1997 Fisiologi Kedokteran Penerjemah Suryawan

                                                                                    Irawati Ed-9 Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC Hlm 102810301105-1108

                                                                                    Handoko IS 2003 Organ Hati httpwwwklinikkucompustakalabhatites-t-

                                                                                    hatihtlm [21 Januari 2003]

                                                                                    33

                                                                                    Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                                    Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                                    Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                                    Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                                    Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                                    London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                                    2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                                    Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                                    Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                                    Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                                    Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                                    Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                                    Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                                    dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                                    Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                                    Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                                    Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                                    Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                                    34

                                                                                    Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                                    Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                                    (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                                    LAMPIRAN

                                                                                    36

                                                                                    Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                    Sampling organtriming darr

                                                                                    Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                    darr Dehidrasi

                                                                                    Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                    Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                    darr Embeding

                                                                                    Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                    Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                    darr Mounting

                                                                                    Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                    Staining Pewarnaan

                                                                                    37

                                                                                    Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                    Xylol I 2 menit darr

                                                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                                                    Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                    Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                    Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                    Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                    Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                    Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                    Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                    Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                    Eosin 2-3 menit darr

                                                                                    Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                    Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                    Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                    Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                    Xylol I 1 menit darr

                                                                                    Xylol II 2 menit darr

                                                                                    Tutup dengan cover glass

                                                                                    Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                    Descriptives

                                                                                    NORMAL

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha =

                                                                                    05

                                                                                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha =

                                                                                    05

                                                                                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                    Descriptives RADANG

                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                    RADANG Tukey HSD

                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                    • awalrtf
                                                                                    • DAFTAR ISIdoc
                                                                                    • PENDAHULUANrtf
                                                                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                    • PEMBAHASANrtf
                                                                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                    • LAMPIRANrtf
                                                                                    • Lamp2rtf

                                                                                      33

                                                                                      Harada T Enotomo A Boorman G and Maronpot RR Liver and Gallbladder In Maronpot RR 1999 Pathology of The Mouse Reference and Atlas 1st ed Cache River Press Hlm 120-171

                                                                                      Harold AB 1971 Pathology and Introduction San Fransisco Hlm 49 Hartono 1992 Histologi Veteriner Organologi Bogor Laboratorium Histologi

                                                                                      Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Hlm 90

                                                                                      Humason GL 1985 Animal Tissue Techniques 4rd ed San Francisco WN

                                                                                      Freeman and Company USA Pp 1-169 Jubb KVF Kennedy PC and Peter C 1993 Pathology of Domestic Animal

                                                                                      London Academic Press Hlm 325-346 Lelo A Arbie R 1982 Hepatotoksisitas parasetamol Majalah Dokter Keluarga

                                                                                      2(1) 24-27 Lu FC 1995 Toksikologi Dasar Edisi ke-2 Jakarta Universitas Indonesia Press

                                                                                      Pp 206-223 Macfarlane PS Reid R and Callander 2000 Pathology Illustrated Toronto

                                                                                      Huerchill Livingstone Mangkoewidjojo S Smith JB 1998 Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan

                                                                                      Hewan Percobaan di Daerah Tropis UI Press Jakarta Hlm 10-12 Nabib R 1987 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Bogor Laboratorium

                                                                                      Patologi Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut Pertanian Bogor Hlm 115-117

                                                                                      Ressang AA 1984 Patologi Khusus Veteriner Edisi ke-2 Denpasar Percetakan

                                                                                      Bali Hlm 45-81 Ruswandi D 2005 Penghambatan peroksida lipid oleh ekstrak buah mahkota

                                                                                      dewa (Phaleria macrocarpa) pada gangguan fungsi hati tikus akibat parasetamol [Skripsi] Bogor Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Hlm 4

                                                                                      Sulaksono ME Pudjoprajitno Yuwono SS Patra K 1986 Keadaan dan Masalah

                                                                                      Hewan Percobaan di Indonesia Volume ke-14(3) Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta Buletin Penelitian Kesehatan Hlm 18-24

                                                                                      Sumioka I Matsura T amp Yamada K 2004 Acetaminophen-Induced

                                                                                      Hepatotoxicity Still an Important Issue Acta Medica 47 17-28

                                                                                      34

                                                                                      Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                                      Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                                      (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                                      LAMPIRAN

                                                                                      36

                                                                                      Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                      Sampling organtriming darr

                                                                                      Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                      darr Dehidrasi

                                                                                      Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                      Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                      darr Embeding

                                                                                      Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                      Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                      darr Mounting

                                                                                      Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                      Staining Pewarnaan

                                                                                      37

                                                                                      Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                      Xylol I 2 menit darr

                                                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                                                      Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                      Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                      Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                      Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                      Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                      Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                      Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                      Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                      Eosin 2-3 menit darr

                                                                                      Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                      Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                      Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                      Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                      Xylol I 1 menit darr

                                                                                      Xylol II 2 menit darr

                                                                                      Tutup dengan cover glass

                                                                                      Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                      Descriptives

                                                                                      NORMAL

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha =

                                                                                      05

                                                                                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha =

                                                                                      05

                                                                                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                      Descriptives RADANG

                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                      RADANG Tukey HSD

                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                      • awalrtf
                                                                                      • DAFTAR ISIdoc
                                                                                      • PENDAHULUANrtf
                                                                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                      • PEMBAHASANrtf
                                                                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                      • LAMPIRANrtf
                                                                                      • Lamp2rtf

                                                                                        34

                                                                                        Susana N 1987 Pengaruh pemberian seduhan rimpang temulawak terhadap hepatotoksisitas parasetamol pada mencit jantan [skripsi] Yogyakarta Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada

                                                                                        Sutanto J 1996 Pengaruh isoflavin pada resistensi lipoprotein berdensitas rendah

                                                                                        (LDL) terhadap oksidasi kimia [skripsi] Bogor Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

                                                                                        LAMPIRAN

                                                                                        36

                                                                                        Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                        Sampling organtriming darr

                                                                                        Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                        darr Dehidrasi

                                                                                        Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                        Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                        darr Embeding

                                                                                        Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                        Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                        darr Mounting

                                                                                        Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                        Staining Pewarnaan

                                                                                        37

                                                                                        Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                        Xylol I 2 menit darr

                                                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                                                        Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                        Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                        Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                        Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                        Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                        Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                        Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                        Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                        Eosin 2-3 menit darr

                                                                                        Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                        Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                        Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                        Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                        Xylol I 1 menit darr

                                                                                        Xylol II 2 menit darr

                                                                                        Tutup dengan cover glass

                                                                                        Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                        Descriptives

                                                                                        NORMAL

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha =

                                                                                        05

                                                                                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha =

                                                                                        05

                                                                                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                        Descriptives RADANG

                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                        RADANG Tukey HSD

                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                        • awalrtf
                                                                                        • DAFTAR ISIdoc
                                                                                        • PENDAHULUANrtf
                                                                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                        • PEMBAHASANrtf
                                                                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                        • LAMPIRANrtf
                                                                                        • Lamp2rtf

                                                                                          LAMPIRAN

                                                                                          36

                                                                                          Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                          Sampling organtriming darr

                                                                                          Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                          darr Dehidrasi

                                                                                          Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                          Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                          darr Embeding

                                                                                          Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                          Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                          darr Mounting

                                                                                          Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                          Staining Pewarnaan

                                                                                          37

                                                                                          Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                          Xylol I 2 menit darr

                                                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                                                          Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                          Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                          Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                          Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                          Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                          Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                          Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                          Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                          Eosin 2-3 menit darr

                                                                                          Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                          Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                          Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                          Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                          Xylol I 1 menit darr

                                                                                          Xylol II 2 menit darr

                                                                                          Tutup dengan cover glass

                                                                                          Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                          Descriptives NEKROSA

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                          Descriptives

                                                                                          NORMAL

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha =

                                                                                          05

                                                                                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha =

                                                                                          05

                                                                                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                          Descriptives NEKROSA

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                          Descriptives RADANG

                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                          RADANG Tukey HSD

                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                          • awalrtf
                                                                                          • DAFTAR ISIdoc
                                                                                          • PENDAHULUANrtf
                                                                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                          • PEMBAHASANrtf
                                                                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                          • LAMPIRANrtf
                                                                                          • Lamp2rtf

                                                                                            36

                                                                                            Lampiran 1 Bagan Pembuatan Sediaan Histopatologi

                                                                                            Sampling organtriming darr

                                                                                            Fiksasi BNF 10 selama 6-48 jam

                                                                                            darr Dehidrasi

                                                                                            Alkohol 70 80 90 alkohol absolut I II masing-masing 2 jam darr

                                                                                            Clearing Xylol I dan xylol II masing-masing 2 jam

                                                                                            darr Embeding

                                                                                            Penanaman jaringan dalam parafin pada suhu 560 C darr

                                                                                            Sectioning Pemotongan jaringan dengan menggunakan mikrotom setebal 2microm

                                                                                            darr Mounting

                                                                                            Penempelan jaringan pada gelas objek darr

                                                                                            Staining Pewarnaan

                                                                                            37

                                                                                            Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                            Xylol I 2 menit darr

                                                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                                                            Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                            Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                            Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                            Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                            Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                            Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                            Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                            Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                            Eosin 2-3 menit darr

                                                                                            Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                            Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                            Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                            Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                            Xylol I 1 menit darr

                                                                                            Xylol II 2 menit darr

                                                                                            Tutup dengan cover glass

                                                                                            Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                            Descriptives NEKROSA

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                            Descriptives

                                                                                            NORMAL

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha =

                                                                                            05

                                                                                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha =

                                                                                            05

                                                                                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                            Descriptives NEKROSA

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                                                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                            Descriptives RADANG

                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                            RADANG Tukey HSD

                                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                            • awalrtf
                                                                                            • DAFTAR ISIdoc
                                                                                            • PENDAHULUANrtf
                                                                                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                            • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                            • PEMBAHASANrtf
                                                                                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                            • LAMPIRANrtf
                                                                                            • Lamp2rtf

                                                                                              37

                                                                                              Lampiran 2 Bagan Pewarnaan Haematoksilin Eosin

                                                                                              Xylol I 2 menit darr

                                                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                                                              Alkohol absolut 2 menit darr

                                                                                              Alkohol 95 1 menit darr

                                                                                              Alkohol 80 1 menit darr

                                                                                              Cuci dengan air kran 1 menit darr

                                                                                              Mayerrsquos Haematoksilin 8 menit darr

                                                                                              Cuci dengan air kran 30 detik darr

                                                                                              Lithium carbonat 15-30 detik darr

                                                                                              Cuci dengan air kran 2 menit darr

                                                                                              Eosin 2-3 menit darr

                                                                                              Cuci dengan air kran 30-60 detik darr

                                                                                              Alkohol 95 10 celupan darr

                                                                                              Alkohol absolut I 10 celupan darr

                                                                                              Alkohol absolut II 2 menit darr

                                                                                              Xylol I 1 menit darr

                                                                                              Xylol II 2 menit darr

                                                                                              Tutup dengan cover glass

                                                                                              Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                              Descriptives NEKROSA

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                              Descriptives

                                                                                              NORMAL

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha =

                                                                                              05

                                                                                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha =

                                                                                              05

                                                                                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                              Descriptives NEKROSA

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                                                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                              Descriptives RADANG

                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                              RADANG Tukey HSD

                                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                              • awalrtf
                                                                                              • DAFTAR ISIdoc
                                                                                              • PENDAHULUANrtf
                                                                                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                              • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                              • PEMBAHASANrtf
                                                                                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                              • LAMPIRANrtf
                                                                                              • Lamp2rtf

                                                                                                Lampiran 3 Hasil Analisis Statistik Descriptives NORMAL

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 5800 11866 4844 4555 7045 K1 6 7283 33030 13484 3817 10750 P2 6 4117 8841 3609 3189 5044 K2 6 4783 11990 4895 3525 6042 P3 6 3833 25758 10516 1130 6536 1 K3 6 6717 23456 9576 4255 9178 P4 6 2733 34564 14111 -894 6361 0 K4 6 5483 10647 4347 4366 6601 P5 6 3233 11325 4624 2045 4422 K5 6 5817 17406 7106 3990 7643 P6 6 3267 20559 8393 1109 5424 6 K6 6 8100 16248 6633 6395 9805 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                Descriptives

                                                                                                NORMAL

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                NORMAL Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha =

                                                                                                05

                                                                                                PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha =

                                                                                                05

                                                                                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                Descriptives RADANG

                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                RADANG Tukey HSD

                                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                • awalrtf
                                                                                                • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                • PENDAHULUANrtf
                                                                                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                • PEMBAHASANrtf
                                                                                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                • LAMPIRANrtf
                                                                                                • Lamp2rtf

                                                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 P4 6 2733 P5 6 3233 P6 6 3267 3267 P3 6 3833 3833 P2 6 4117 4117 4117K2 6 4783 4783 4783K4 6 5483 5483 5483P1 6 5800 5800 5800K5 6 5817 5817 5817K3 6 6717 6717 6717K1 6 7283 7283K6 6 8100Sig 057 053 057

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                  Descriptives

                                                                                                  NORMAL

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                  NORMAL Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha =

                                                                                                  05

                                                                                                  PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                  Descriptives HIDROPIS

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha =

                                                                                                  05

                                                                                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                  Descriptives RADANG

                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                  RADANG Tukey HSD

                                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                  • awalrtf
                                                                                                  • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                  • PENDAHULUANrtf
                                                                                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                  • PEMBAHASANrtf
                                                                                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                  • LAMPIRANrtf
                                                                                                  • Lamp2rtf

                                                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 2417 9725 3970 1396 3437 K1 6 6867 43288 17672 2324 11409 P2 6 4100 12215 4987 2818 5382 K2 6 5683 16154 6595 3988 7379 P3 6 2800 17799 7266 932 4668 K3 6 5050 21305 8698 2814 7286 P4 6 4717 19010 7761 2722 6712 K4 6 3950 5788 2363 3343 4557 P5 6 4033 12660 5168 2705 5362 K5 6 4067 19633 8015 2006 6127 P6 6 3067 26553 10840 280 5853 7 K6 6 3783 8658 3535 2875 4692 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                    Descriptives

                                                                                                    NORMAL

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                    NORMAL Tukey HSD

                                                                                                    Subset for alpha =

                                                                                                    05

                                                                                                    PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                    Descriptives HIDROPIS

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                    HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                    Subset for alpha =

                                                                                                    05

                                                                                                    PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                    Descriptives RADANG

                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                    RADANG Tukey HSD

                                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                    • awalrtf
                                                                                                    • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                    • PENDAHULUANrtf
                                                                                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                    • PEMBAHASANrtf
                                                                                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                    • LAMPIRANrtf
                                                                                                    • Lamp2rtf

                                                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 P1 6 2417 P3 6 2800 P6 6 3067 3067K6 6 3783 3783K4 6 3950 3950P5 6 4033 4033K5 6 4067 4067P2 6 4100 4100P4 6 4717 4717K3 6 5050 5050K2 6 5683 5683K1 6 6867Sig 203 071

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                      Descriptives

                                                                                                      NORMAL

                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                      NORMAL Tukey HSD

                                                                                                      Subset for alpha =

                                                                                                      05

                                                                                                      PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                      Descriptives HIDROPIS

                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                      HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                      Subset for alpha =

                                                                                                      05

                                                                                                      PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                      Descriptives NEKROSA

                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                      Descriptives RADANG

                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                      RADANG Tukey HSD

                                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                      • awalrtf
                                                                                                      • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                      • PENDAHULUANrtf
                                                                                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                      • PEMBAHASANrtf
                                                                                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                      • LAMPIRANrtf
                                                                                                      • Lamp2rtf

                                                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum P1 6 7550 27668 11295 4646 10454 K1 6 1683 8159 3331 827 2540 7 P2 6 8150 15359 6270 6538 9762 K2 6 2333 5922 2418 1712 2955 P3 6 9600 25605 10453 6913 12287 K3 6 3867 10801 4410 2733 5000 P4 6 12533 14376 5869 11025 14042 K4 6 3617 5742 2344 3014 4219 P5 6 11033 16585 6771 9293 12774 K5 6 5000 6870 2805 4279 5721 P6 6 12217 13423 5480 10808 13625 K6 6 4417 9559 3902 3414 5420 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                        Descriptives

                                                                                                        NORMAL

                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                        NORMAL Tukey HSD

                                                                                                        Subset for alpha =

                                                                                                        05

                                                                                                        PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                        Descriptives HIDROPIS

                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                        HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                        Subset for alpha =

                                                                                                        05

                                                                                                        PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                        Descriptives NEKROSA

                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                        NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                        PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                        1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                        Descriptives RADANG

                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                        RADANG Tukey HSD

                                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                        • awalrtf
                                                                                                        • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                        • PENDAHULUANrtf
                                                                                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                        • PEMBAHASANrtf
                                                                                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                        • LAMPIRANrtf
                                                                                                        • Lamp2rtf

                                                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 3 4 5 6 K1 6 1683 K2 6 2333 2333 K4 6 3617 3617 K3 6 3867 3867 K6 6 4417 4417 K5 6 5000 5000 P1 6 7550 7550 P2 6 8150 8150 P3 6 9600 9600 9600P5 6 11033 11033P6 6 12217P4 6 12533Sig 094 113 153 446 061 053

                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6000

                                                                                                          Descriptives

                                                                                                          NORMAL

                                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                          NORMAL Tukey HSD

                                                                                                          Subset for alpha =

                                                                                                          05

                                                                                                          PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                          Descriptives HIDROPIS

                                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                          HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                          Subset for alpha =

                                                                                                          05

                                                                                                          PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                          Descriptives NEKROSA

                                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                          NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                          PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                          1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                          Descriptives RADANG

                                                                                                          95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                          N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                          RADANG Tukey HSD

                                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                          • awalrtf
                                                                                                          • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                          • PENDAHULUANrtf
                                                                                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                          • PEMBAHASANrtf
                                                                                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                          • LAMPIRANrtf
                                                                                                          • Lamp2rtf

                                                                                                            Descriptives

                                                                                                            NORMAL

                                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 5800 14000 8083 2322 9278 PS1 3 5800 12490 7211 2697 8903 KP1 3 7300 21000 12124 2083 12517 KS1 3 7267 47816 27606 -4611 19145 PP2 3 4800 6245 3606 3249 6351 PS2 3 3433 4041 2333 2429 4437 KP2 3 5133 13051 7535 1891 8375 KS2 3 4433 12342 7126 1367 7499 PP3 3 3467 18583 10729 -1150 8083 PS3 3 4200 35679 20599 -4663 13063 1 KP3 3 6167 24379 14075 111 12223 KS3 3 7267 26274 15169 740 13794 PP4 3 2833 43155 24915 -7887 13554 0 PS4 3 2633 33486 19333 -5685 10952 7 KP4 3 5200 8660 5000 3049 7351 KS4 3 5767 13577 7839 2394 9139 PP5 3 3833 8386 4842 1750 5917 PS5 3 2633 11930 6888 -330 5597 KP5 3 6400 1000 577 6152 6648 KS5 3 5233 25580 14769 -1121 11588 PP6 3 3000 21932 12662 -2448 8448 6 PS6 3 3533 23544 13593 -2315 9382 KP6 3 8133 3055 1764 7374 8892 KS6 3 8067 25502 14723 1732 14402 Total 72 5097 25191 2969 4505 5689 0

                                                                                                            NORMAL Tukey HSD

                                                                                                            Subset for alpha =

                                                                                                            05

                                                                                                            PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                            Descriptives HIDROPIS

                                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                            HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                            Subset for alpha =

                                                                                                            05

                                                                                                            PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                            Descriptives NEKROSA

                                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                            NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                            PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                            Descriptives RADANG

                                                                                                            95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                            N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                            RADANG Tukey HSD

                                                                                                            Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                            Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                            • awalrtf
                                                                                                            • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                            • PENDAHULUANrtf
                                                                                                            • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                            • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                            • PEMBAHASANrtf
                                                                                                            • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                            • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                            • LAMPIRANrtf
                                                                                                            • Lamp2rtf

                                                                                                              NORMAL Tukey HSD

                                                                                                              Subset for alpha =

                                                                                                              05

                                                                                                              PERLAKUAN N 1 PS4 3 2633PS5 3 2633PP4 3 2833PP6 3 3000PS2 3 3433PP3 3 3467PS6 3 3533PP5 3 3833PS3 3 4200KS2 3 4433PP2 3 4800KP2 3 5133KP4 3 5200KS5 3 5233KS4 3 5767PP1 3 5800PS1 3 5800KP3 3 6167KP5 3 6400KS1 3 7267KS3 3 7267KP1 3 7300KS6 3 8067KP6 3 8133Sig 339

                                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                              Descriptives HIDROPIS

                                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                              HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                              Subset for alpha =

                                                                                                              05

                                                                                                              PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                              Descriptives NEKROSA

                                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                              NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                              PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                              1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                              Descriptives RADANG

                                                                                                              95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                              N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                              RADANG Tukey HSD

                                                                                                              Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                              Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                              • awalrtf
                                                                                                              • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                              • PENDAHULUANrtf
                                                                                                              • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                              • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                              • PEMBAHASANrtf
                                                                                                              • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                              • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                              • LAMPIRANrtf
                                                                                                              • Lamp2rtf

                                                                                                                Descriptives HIDROPIS

                                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum MaximumPP1 3 2467 13013 7513 -766 5699 PS1 3 2367 8145 4702 343 4390 KP1 3 7267 48993 28286 -4904 19437 KS1 3 6467 47290 27303 -5281 18214 PP2 3 3867 8021 4631 1874 5859 PS2 3 4333 17098 9871 86 8581 KP2 3 6033 21939 12667 583 11483 KS2 3 5333 11590 6692 2454 8213 PP3 3 3067 10504 6064 457 5676 PS3 3 2533 25697 14836 -3850 8917 KP3 3 4900 18735 10817 246 9554 KS3 3 5200 27875 16093 -1724 12124 PP4 3 4900 24576 14189 -1205 11005 PS4 3 4533 17010 9821 308 8759 KP4 3 4367 1155 667 4080 4654 KS4 3 3533 5508 3180 2165 4901 PP5 3 3100 2646 1528 2443 3757 PS5 3 4967 11504 6642 2109 7824 KP5 3 4167 17039 9838 -66 8399 KS5 3 3967 25891 14948 -2465 10398 PP6 3 3667 33382 19273 -4626 11959 PS6 3 2467 23245 13421 -3308 8241 7 KP6 3 3667 7506 4333 1802 5531 KS6 3 3900 11269 6506 1101 6699 Total 72 4211 22062 2600 3693 4730 7

                                                                                                                HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                                Subset for alpha =

                                                                                                                05

                                                                                                                PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                Descriptives NEKROSA

                                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                                NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                                PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                                1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                Descriptives RADANG

                                                                                                                95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                                RADANG Tukey HSD

                                                                                                                Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                • awalrtf
                                                                                                                • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                • LAMPIRANrtf
                                                                                                                • Lamp2rtf

                                                                                                                  HIDROPIS Tukey HSD

                                                                                                                  Subset for alpha =

                                                                                                                  05

                                                                                                                  PERLAKUAN N 1 PS1 3 2367PP1 3 2467PS6 3 2467PS3 3 2533PP3 3 3067PP5 3 3100KS4 3 3533PP6 3 3667KP6 3 3667PP2 3 3867KS6 3 3900KS5 3 3967KP5 3 4167PS2 3 4333KP4 3 4367PS4 3 4533KP3 3 4900PP4 3 4900PS5 3 4967KS3 3 5200KS2 3 5333KP2 3 6033KS1 3 6467KP1 3 7267Sig 510

                                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                  Descriptives NEKROSA

                                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                                  NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                                  PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                                  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                  Descriptives RADANG

                                                                                                                  95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                  N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                                  RADANG Tukey HSD

                                                                                                                  Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                  Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                  • awalrtf
                                                                                                                  • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                  • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                  • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                  • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                  • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                  • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                  • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                  • LAMPIRANrtf
                                                                                                                  • Lamp2rtf

                                                                                                                    Descriptives NEKROSA

                                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 6800 41328 23861 -3466 17066 PS1 3 8300 6083 3512 6789 9811 KP1 3 1567 8083 4667 -441 3575 7 KS1 3 1800 9849 5686 -647 4247 PP2 3 7533 9018 5207 5293 9774 PS2 3 8767 19858 11465 3834 13700 KP2 3 1900 1000 577 1652 2148 KS2 3 2767 5508 3180 1399 4135 PP3 3 9933 28378 16384 2884 16983 PS3 3 9267 28290 16333 2239 16294 KP3 3 3233 4933 2848 2008 4459 KS3 3 4500 12124 7000 1488 7512 PP4 3 11833 18771 10837 7170 16496 PS4 3 13233 4163 2404 12199 14268 KP4 3 3733 5132 2963 2459 5008 KS4 3 3500 7211 4163 1709 5291 PP5 3 10233 6807 3930 8542 11924 PS5 3 11833 21197 12238 6568 17099 KP5 3 4900 8718 5033 2734 7066 KS5 3 5100 6245 3606 3549 6651 PP6 3 12100 19698 11372 7207 16993 PS6 3 12333 7638 4410 10436 14231 KP6 3 4700 12166 7024 1678 7722 KS6 3 4133 7506 4333 2269 5998 Total 72 6833 39722 4681 5900 7767 7

                                                                                                                    NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                                    PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                                    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                    Descriptives RADANG

                                                                                                                    95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                    N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                                    RADANG Tukey HSD

                                                                                                                    Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                    Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                    • awalrtf
                                                                                                                    • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                    • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                    • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                    • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                    • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                    • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                    • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                    • LAMPIRANrtf
                                                                                                                    • Lamp2rtf

                                                                                                                      NEKROSA Tukey HSD

                                                                                                                      PERLAKUAN N Subset for alpha = 05

                                                                                                                      1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KP1 3 1567 KS1 3 1800 KP2 3 1900 1900 KS2 3 2767 2767 2767 KP3 3 3233 3233 3233 KS4 3 3500 3500 3500 3500 KP4 3 3733 3733 3733 3733 KS6 3 4133 4133 4133 4133 4133 KS3 3 4500 4500 4500 4500 4500 4500 KP6 3 4700 4700 4700 4700 4700 4700 KP5 3 4900 4900 4900 4900 4900 4900 KS5 3 5100 5100 5100 5100 5100 5100 5100 PP1 3 6800 6800 6800 6800 6800 6800 6800 PP2 3 7533 7533 7533 7533 7533 7533 7533 PS1 3 8300 8300 8300 8300 8300 8300 8300 PS2 3 8767 8767 8767 8767 8767 8767 PS3 3 9267 9267 9267 9267 9267 PP3 3 9933 9933 9933 9933 PP5 3 10233 10233 10233 PP4 3 11833 11833 PS5 3 11833 11833 PP6 3 12100 12100 PS6 3 12333 12333 PS4 3 13233 Sig 489 054 070 066 091 070 061 543 066 050

                                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                      Descriptives RADANG

                                                                                                                      95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                      N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                                      RADANG Tukey HSD

                                                                                                                      Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                      Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                      • awalrtf
                                                                                                                      • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                      • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                      • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                      • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                      • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                      • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                      • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                      • LAMPIRANrtf
                                                                                                                      • Lamp2rtf

                                                                                                                        Descriptives RADANG

                                                                                                                        95 Confidence Interval for Mean

                                                                                                                        N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum PP1 3 32867 75368 43514 14144 51589 PS1 3 24833 73921 42678 6470 43196 KP1 3 20867 49339 28486 8610 33123 KS1 3 21400 55651 32130 7576 35224 PP2 3 32567 48346 27913 20557 44576 PS2 3 21167 60666 35025 6096 36237 KP2 3 40067 89366 51596 17867 62266 KS2 3 31300 70164 40509 13870 48730 PP3 3 29267 59467 34333 14494 44039 PS3 3 27167 36116 20851 18195 36138 KP3 3 37867 29263 16895 30597 45136 KS3 3 29500 24576 14189 23395 35605 PP4 3 23333 44377 25621 12309 34357 PS4 3 18967 19553 11289 14109 23824 KP4 3 37367 165561 95586 -3761 78494 KS4 3 32300 132842 76696 -700 65300 PP5 3 19200 18735 10817 14546 23854 PS5 3 16833 30006 17324 9380 24287 KP5 3 31967 32716 18889 23840 40094 KS5 3 33733 17156 9905 29472 37995 PP6 3 20567 53463 30867 7286 33848 PS6 3 19400 23259 13429 13622 25178 KP6 3 33667 112811 65131 5643 61690 KS6 3 25367 50540 29180 12812 37922 Total 72 27565 87586 10322 25507 29623

                                                                                                                        RADANG Tukey HSD

                                                                                                                        Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                        Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                        • awalrtf
                                                                                                                        • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                        • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                        • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                        • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                        • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                        • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                        • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                        • LAMPIRANrtf
                                                                                                                        • Lamp2rtf

                                                                                                                          RADANG Tukey HSD

                                                                                                                          Subset for alpha = 05 PERLAKUAN N 1 2 PS5 3 16833 PS4 3 18967 18967PP5 3 19200 19200PS6 3 19400 19400PP6 3 20567 20567KP1 3 20867 20867PS2 3 21167 21167KS1 3 21400 21400PP4 3 23333 23333PS1 3 24833 24833KS6 3 25367 25367PS3 3 27167 27167PP3 3 29267 29267KS3 3 29500 29500KS2 3 31300 31300KP5 3 31967 31967KS4 3 32300 32300PP2 3 32567 32567PP1 3 32867 32867KP6 3 33667 33667KS5 3 33733 33733KP4 3 37367 37367KP3 3 37867 37867KP2 3 40067Sig 058 057

                                                                                                                          Means for groups in homogeneous subsets are displayed a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3000

                                                                                                                          • awalrtf
                                                                                                                          • DAFTAR ISIdoc
                                                                                                                          • PENDAHULUANrtf
                                                                                                                          • TINJAUAN PUSTAKArtf
                                                                                                                          • BAHAN DAN METODErtf
                                                                                                                          • PEMBAHASANrtf
                                                                                                                          • KESIMPULAN DAN SARANrtf
                                                                                                                          • DAFTAR PUSTAKArtf
                                                                                                                          • LAMPIRANrtf
                                                                                                                          • Lamp2rtf