Hakim Debora (Studi Pustaka Mengenai Peran Hakim Debora ...€¦ · kata bahasa Ibrani untuk nabi mengemukakan bahwa bentuk feminin dari kata nabi dikenakan untuk Debora namun sulit
Post on 20-Jan-2021
3 Views
Preview:
Transcript
BAB III
DEBORA DALAM KEHIDUPAN BANGSA ISRAEL
3.1. Debora dalam Lingkup Sosial dan Agama
Penulis tidak dapat menemukan masa hidup Debora secara pasti karena terdapat
beberapa sumber berbeda yang menyebutkan masa hidup Debora. Satu sumber
menyebutkan bahwa Debora hidup pada tahun 1150 SZB, sekitar satu abad atau lebih
setelah bangsa Israel memasuki tanah Kanaan.1 Ensiklopedi Alkitab menyatakan bahwa
Debora menjadi hakim sekitar 1125 SZB.2 Sumber lain menyebutkan bahwa Debora
memerintah sebagai hakim antara tahun 1107 SZB-1067 SZB dan Kamus Biografi
Dunia: Dunia Kuno menyebutkan Debora hidup dari 1200SZB-1124SZB.3 Dari sumber-
sumber yang berbeda ini tidak dapat ditentukan secara pasti masa hidup Debora, tetapi
yang pasti nama Debora tercatat dalam sejarah Israel pada masa hakim-hakim. Suatu
masa ketika bangsa Israel sudah menetap di Tanah Perjanjian dan dipimpin oleh
seseorang yang disebut hakim (Hakim-hakim 2:16,18).
Perlu diketahui bahwa pekerjaan hakim dalam pengertian zaman Israel sedikit
berbeda dengan hakim dalam pengertian yang kita ketahui sekarang. Menurut Kamus
Lengkap Bahasa Indonesia, hakim adalah orang yang mengadili perkara di pengadilan
atau mahkamah, bisa juga berarti penilai dalam perlombaan. Arti lain, hakim adalah 1 Chyntia Astle, Deborah dalam http://ancienthistory.about.com diunduh 19 september 2012
2 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF ,1997, 242
3 Suharta Natanael, Tokoh dan Pemikiran Teologi : Kepahlawanan Debora dalam http:// biografi-alkitab.blogspot.com
orang yang bijaksana.4 Jadi, hakim dalam pengertian yang kita ketahui sekarang
merupakan orang yang memimpin persidangan untuk memutuskan bersalah tidaknya
seseorang yang mendapat tuntutan dari orang lain dalam suatu perkara yang diajukan.
Menurut Kamus Sabda Alkitab, hakim adalah pemimpin-pemimpin kharismatik yang
muncul dan bertindak dengan keteguhan hati dan kehormatan yang diterimanya.5 Sumber
lain mengatakan hakim adalah seorang pemimpin suku yang di masa damai memiliki
kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dan pada waktu perang menjadi
tempat berkumpul suku dan mengorganisasikan perlawanan.6 Dari pengertian ini, penulis
menyimpulkan bahwa hakim pada zaman Israel mempunyai tanggung jawab untuk
memimpin bangsa baik secara sosial, politik maupun agama.
Diantara hakim-hakim yang memerintah Israel yang tercatat dalam Alkitab,
terdapat nama Debora sebagai salah satu hakim. Berdasarkan urutan kemunculan hakim-
hakim Israel yang tercatat dalam kitab Hakim-hakim, nama Debora berada di urutan ke
empat dalam Hakim-hakim 4:4 setelah nama Otniel dalam Hakim-hakim 3:9-10, Ehud
dalam Hakim-hakim 3:12 dan Samgar dalam Hakim-hakim 3:31. Jika dilihat dalam
sejarah para hakim yang tertulis dalam Alkitab, Para hakim ini muncul sebagai
penyelamat bangsa kala bangsa Israel sedang mengalami konflik dengan bangsa-bangsa
lain yang berada di sekitar mereka (Hakim-hakim 2:16). Namun berbeda dengan
pendahulunya, Debora tercatat dalam Hakim-hakim 4:4 lebih dahulu menjabat sebagai
seorang nabiah.
4 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, 2005, 177
5 Kamus Alkitab dalam Kamus Sabda Alkitab.org
6 Deborah dalam http://www.womeninthebible.net diunduh 19 september 2012
Nabi dalam bahasa Ibrani berarti orang yang dipanggil. Nabi disebut secara khusus
sebagai hamba Allah.7 Sepanjang sejarah, hanya beberapa nabi saja yang dapat
dibandingkan dengan peranan Musa yaitu Debora, Samuel dan Elia. Vriezen
mengemukakan bahwa mereka berada pada apa yang dapat dikatakan garis utama dalam
perkembangan kenabian.8 Fungsi nabi atau nabiah ialah menyampaikan pesan Tuhan.
Mereka menjadi media yang dipakai Tuhan untuk menyampaikan firmanNya kepada
bangsa Israel pada zamannya. Mereka diberi Tuhan kuasa untuk menafsirkan dan
memaklumkan kebenaranNya kepada orang lain sebagai orang yang diilhami Allah.
Debora menunjukkan kepada orang Israel bahwa jabatan kenabian adalah sebuah jabatan
yang mulia karena pesan Tuhan tidak boleh dipermainkan.9 Petunjuk dari Tuhan harus
diikuti. Peranan Debora yang adalah seorang perempuan pada masa ini jauh lebih banyak
jika dibandingkan perempuan-perempuan lain yang hidup pada zaman sebelum dan
sesudahnya dalam sejarah Israel karena memerintah atas Israel sebagai seorang hakim, di
samping tugasnya sebagai seorang nabiah. Beberapa pengecualian dengan adanya
beberapa orang hakim yang merangkap peran dalam lingkup agama sebagai nabi/nabiah
dan imam yaitu Debora, Eli dalam I Samuel 4:18 dan Samuel dalam I Samuel 7:15.
Berdasarkan tugas Debora sebagai nabiah, Mowvley dalam analisanya mengenai
kata bahasa Ibrani untuk nabi mengemukakan bahwa bentuk feminin dari kata nabi
dikenakan untuk Debora namun sulit untuk melihat jenis tindakan apa yang ia lakukan
7 Vriezen Th. C, Agama Israel Kuno, Jakarta; BPK Gunung Mulia, 2001, 221
8 Ibid, 223
9 Wilson Nadeak, Perempuan-Perempuan Pemberani, Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2005, 45
sehingga memperoleh sebutan sebagai nabiah.10 Kenyataan bahwa Debora biasa duduk di
bawah pohon korma (Hakim-hakim 4:5) dan orang-orang datang kepadanya untuk
meminta keadilan mungkin saja menyimpulkan sesuatu tentang fungsi ‘pelihat’11 sebagai
seseorang yang mengetahui hal-hal rahasia dan dapat menyingkapkan kepada orang
lain.12 Mowvley mengutip Eichrodt yang menggambarkan bahwa di sini Debora
“menggunakan bahasa yang baru berlaku di kemudian hari”, akan tetapi seandainya hal
ini benar, tradisi-tradisi tentang Debora sudah cukup membuktikan panggilan Debora
sebagai seorang nabiah.13 Penulis mencoba menelaah apa yang dilakukan Debora
sehingga ia disebut sebagai nabiah berdasarkan analisa Mowvley tersebut. Mengacu pada
analisa Mowvley yang menyatakan fungsi Debora sebagai ‘pelihat’, mungkin saja
mendekati apa yang disebut sebagai nubuat. Debora memberitahukan kepada orang-orang
mengenai apa yang terjadi di masa depan dalam kehidupan Israel sesuai yang
dikatakan/diperlihatkan Tuhan kepadanya. Dengan demikian, Debora melakukan hal
yang sama dengan nabi/nabiah yang lain di Israel.
Bagaimanapun juga, Debora menjabat sebagai seorang hakim dan nabiah.
Penyebutan ini bertentangan dengan tulisan Ord & Coote mengutip Phyllis Bird yang
menyatakan bahwa kultus pada bangsa Israel adalah lembaga kaum laki-laki dan
keimaman secara ekslusif adalah milik laki-laki dan perempuan tidak memiliki hak dalam
10 Harry Mowvley, Penuntun ke Dalam Nubuat Perjanjian Lama (terj.Agustinus Setiawidi), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 14
11 ibid
12 ibid, 13
13 ibid, 14
dunia politik juga tidak memiliki hak dalam dunia keagamaan.14 Peran Debora dalam
lingkup sosial sebagai seorang hakim dan ibu bangsa serta sebagai nabiah dalam lingkup
agama ini seketika mematahkan argumen ini. Setelah selama bertahun-tahun bangsa
Israel hidup di bawah pemerintahan laki-laki, Debora membawa perubahan bagi bangsa
itu ketika ia menjabat sebagai hakim. Jabatan yang tidak pernah diduduki seorang
perempuan dalam kehidupan sosial bangsa Israel mengingat perempuan tidak diberikan
kebebasan oleh laki-laki menjadi pemimpin dalam kehidupan dan komunitas bangsa.
Perempuan dalam bangsa Israel menurut King dan Stager hanya memainkan
peranan penting dalam konteks kehidupan keluarga sebagai ibu dan istri. Otoritas ibu
dilaksanakan dalam rumah tangga. Pemeliharaan, disiplin dan pelatihan anak-anak muda
merupakan kewajiban seorang ibu. Jika seorang ibu melahirkan anak menaikkan status
perempuan khususnya pada saat kritis seperti adanya perang, kelaparan dan wabah
penyakit yang membutuhkan kelahiran banyak anak.15 Tanggung jawab lain yang
dibebankan pada perempuan ialah penyediaan makanan dan pakaian.16 Perempuan
mengambil bagian juga dalam aktivitas komunitas sehari-hari termasuk peribadatan.
Perempuan digambarkan menari, menyanyi dan memainkan alat musik. Perempuan
mengambil bagian dalam perayaan panen dan ada juga rujukan dalam Alkitab17 bahwa
14 Robert B. Coote & David R. Ord, Pada Mulanya: Penciptaan dan Sejarah Keimaman (terj.), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 87
15 Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 56
16 penggambaran istri yang ideal terdapat dalam Ams 31:10-29, berkaitan dengan berbagai peran perempuan dalam rumah tangga
17 Dalam 2 Sam 6:19 ketika Daud membawa Tabut ke dalam kota Daud, “dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis”
perempuan ikut dalam sajian makan korban.18 Meskipun demikian, perempuan hanyalah
sekedar partisipan dalam peribadatan karena kultus dan segala hal yang berhubungan
dengan keagamaan merupakan lembaga milik kaum laki-laki dan keimaman secara
ekslusif adalah milik laki-laki.19
Tercatat dalam kitab Hakim-hakim, pada masa Debora Israel hidup sebagai
sebuah bangsa yang terdiri dari duabelas suku dengan wilayah-wilayahnya masing-
masing. Sejak keluar dari perbudakan di Mesir kemudian menetap di Kanaan, bentuk
pemerintahan mereka berbentuk Teokrasi atau diperintah Tuhan. Mereka mendapat
petunjuk Tuhan lewat para nabi/nabiah.20 Maka di sini Debora dengan tugasnya sebagai
nabiah juga memberikan petunjuk dari Tuhan yang harus didengarkan orang Israel dalam
menjalani kehidupan di Tanah Perjanjian. Menelusuri perjalanan Israel sesuai isi Kitab
Suci, tentunya di kalangan bangsa Israel khususnya dalam lingkup agama, perempuan
menjadi nabiah sudah bukan hal yang asing lagi karena sebelumnya bangsa Israel
mempunyai Miryam sebagai seorang nabiah (Keluaran 15:20). Debora sebagai nabiah
diterima di kalangan bangsa Israel sebagai seorang yang ditunjukkan Tuhan untuk
menyampaikan kehendakNya. Debora memang pertama-tama dikenal sebagai seorang
nabiah dan kemudian barulah dikenal sebagai seorang hakim yang memerintah bangsa
Israel (Hakim-hakim 4:4) sehingga dapat dikatakan Debora diterima dalam lingkup sosial
dan agama.
18 Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah (terj.Robert Setio), Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2010, 58
19 Robert B. Coote & David R. Ord, Pada Mulanya: Penciptaan dan Sejarah Keimaman (terj.Jesicca Pattinasarany), Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011, 87
20 Wilson Nadeak, Perempuan-Perempuan Pemberani, Bandung:Lembaga Literatur Baptis, 2005, 37-38
Adapun nama Debora dalam bahasa ibrani devorah mempunyai arti lebah.
Hakim-hakim 4:4 menyebutkan Debora sebagai seorang nabiah seperti tertera dalam
daftar para hakim Israel.21 Suami Debora bernama Lapidot. Suami Debora tidak
dikisahkan secara lengkap sehingga namanya saja yang diketahui sehingga tidak bisa
dipastikan bahwa Lapidot dan Debora mempunyai anak tetapi Debora disebut juga
sebagai ibu di Israel (Hakim-hakim 5:7), ibu bagi bangsa itu. Menurut Newsom dan
Ringe, kenyataan bahwa Lapidot hanya disebutkan namanya tanpa penjelasan lebih lanjut
menimbulkan penafsiran baru mengenai kehidupan rumah tangga Debora. Apabila
mengutip dari bahasa Inggris, secara linguistik, frasa wife of Lappidoth (istri dari
Lapidot) bisa juga diterjemahkan woman of fire (perempuan yang berapi-
api/bersemangat). Penafsiran ini menyatakan bahwa frasa tersebut mengacu pada karakter
Debora dan bukan pada kehidupan rumah tangga atau hubungan kekeluargaan.22
Tugas Debora sebagai hakim tentu saja tidak lepas dari suatu kelebihan lain yang
ia miliki dibandingkan orang lain pada zamannya. Berbagai kemungkinan bisa saja
terjadi. Penulis memperkirakan dua kemungkinan Debora bisa menjadi hakim. Pertama,
sebagaimana sebelumnya telah dibahas bahwa Debora terlebih dahulu menjadi nabiah
dan kemudian baru disebut sebagai hakim mempengaruhi penilaian lebih akan Debora
yang bisa memberikan jawaban yang tepat akan masalah yang dihadapi orang-orang yang
datang mengadu kepadanya. Fungsinya sebagai ‘pelihat’ seperti yang dikatakan Mowvley
membuatnya bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan dalam keputusan terhadap
21 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF ,1997, 242
22 Carol A. Newsom and Sharon H. Ringe, The Women’s Bible Commentary, Kentucky: Westminster/John Knox Press, 1992, 69
masalah yang diajukan kepadanya sehingga ia dapat memberikan keputusan yang tepat
terhadap masalah tersebut. Kedua, kepeduliannya untuk mendengarkan permasalahan
orang lain dengan hati. Penulis mendapati sikap perempuan yang mendasar yakni
menghadapi segala sesuatu dengan perasaan nampak pada Debora. Mungkin mula-mula
hanya beberapa orang yang bercerita kepadanya mengenai masalah mereka dan mulailah
cerita dari mulut ke mulut mengenai nabiah yang dengan penuh perasaan mendengarkan
masalah sehingga banyak orang berdatangan mengadu kepadanya.
Debora sebagai seseorang yang sering dicari untuk menyelesaikan perkara-
perkara bangsa Israel mempunyai tempat sendiri. Dalam Hakim-hakim 4:5 dituliskan
bahwa Debora biasanya duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di
pegunungan Efraim. Di tempat ini, orang Israel datang mengadukan masalah mereka
untuk meminta nasihat dan pertimbangan. Tidak dijelaskan dalam ayat tersebut, masalah
apa saja yang diadukan kepada Debora untuk diselesaikan namun dapat dikatakan bahwa
masalah-masalah yang disampaikan kepada Debora adalah masalah-masalah yang
berhubungan dengan keputusan yang adil untuk pihak-pihak yang bermasalah. Pada masa
itu juga, bangsa Israel sedang ditindas oleh pasukan raja Kanaan yang bernama Yabin.
3.2. Debora dalam Konflik antara Israel dan Kanaan
Tulisan Kitab Hakim-hakim mempunyai irama yang sama mengenai apa yang
terjadi pada bangsa Israel setelah mereka mendiami Tanah Kanaan dan setelah Yosua
serta tua-tua yang sezaman dengan Yosua meninggal. Israel berpaling dari Tuhan dan
ikut menyembah ilah bangsa lain yang berada di sekitar mereka. Mereka seakan lupa
pada penyertaan Tuhan atas mereka dan berpaling dari Tuhan. Kemudian mereka akan
mendapat penindasan dari bangsa-bangsa di sekitar mereka itu sehingga mereka berseru
meminta pertolongan Tuhan. Bangsa Israel seakan tidak bisa belajar dari pengalaman
sebelumnya ketika mereka melakukan hal yang jahat di mata Tuhan sehingga Tuhan
menghukum mereka dengan menyerahkan mereka kepada bangsa lain untuk menindas
mereka. Pada masa hidup Debora, bangsa Israel dikisahkan melakukan lagi apa yang
jahat di mata Tuhan sehingga Tuhan membiarkan bangsa Israel dikuasai bangsa lain. Kali
ini raja Kanaan yang bernama Yabin dan panglima tentaranya yang bernama Sisera yang
menguasai Israel (Hakim-hakim 4:1-2).
Jika melihat dari kisah masuknya Israel ke Tanah Kanaan dan kemudian
menduduki tanah tersebut, bangsa Israel tidak menghalau semua bangsa yang menempati
Kanaan sebelumnya. Kanaan masih ditempati oleh beberapa bangsa yang hidup
berdampingan dengan Israel. Alasan teologisnya, Tuhan sengaja menempatkan bangsa-
bangsa yang tersisa itu di antara bangsa Israel untuk menguji apakah bangsa Israel tetap
berpegang kepada kehendak Tuhan ataukah mereka akan menyimpang kepada ilah-ilah
lain yang disembah bangsa lain (Hakim-hakim 2:20-22). Alasan umumnya, bangsa Israel
hanya bisa mengalahkan bangsa-bangsa yang menetap di pegunungan dan tidak bisa
menghalau bangsa-bangsa yang hidup di lembah karena mereka memiliki kereta-kereta
besi (Hakim-hakim 1:9). Panglima Sisera memiliki sembilan ratus kereta besi dan
menindas dengan keras bangsa Israel selama duapuluh tahun (Hakim-hakim 4:3). Penulis
berpendapat bahwa kekuatan Sisera sangat besar dengan kenyataan banyaknya kereta
besi yang dimiliki Sisera. Kereta besi biasanya digunakan untuk berperang. Tentunya
dengan kereta besi yang berjumlah sekian banyak itu, Sisera juga memiliki armada
masing-masing keretanya yang juga tak kalah banyaknya sehingga tidak heran Sisera
membuat gentar musuh-musuhnya. Terlebih lagi membuat gentar bangsa yang
ditindasnya yaitu bangsa Israel.
Kekuatan pasukan Sisera tentu saja menggentarkan bangsa Israel karena mereka
hanyalah angkatan-angkatan sesudah zaman Yosua yang pandai berperang. Mereka sama
sekali tidak mengenal peperangan yang harus dialami nenek moyang mereka untuk
memasuki dan menduduki Tanah Kanaan. Bangsa Israel yang ini merupakan angkatan
yang tidak mewarisi pengalaman dalam hal berperang meskipun nenek moyang mereka
bisa berperang (Hakim-hakim3:1-2). Penulis mendapati bahwa angkatan ini lebih
mewarisi pengalaman berpaling dari Tuhan kepada berhala sehingga mereka mendapat
hukuman dari Tuhan.
Sisera sebagai panglima tentara benar-benar memanfaatkan kekuasaannya
sehingga bangsa Israel begitu menderita. Israel ditindas oleh Yabin yang memerintah di
Hazor yang terletak di daerah suku Naftali dan Sisera yang menetap di Haroset-Hagoyim
yang terletak di sebelah Utara Tanah Kanaan dan juga termasuk daerah suku Naftali.23
Penulis menyimpulkan bahwa keberadaan tempat kediaman inilah kemungkinan besar
alasan Debora menyuruh memanggil Barak yang berasal dari Kedesh, dari suku Naftali
untuk maju berperang melawan tentara raja Yabin dan panglima Sisera.
Sebagai perempuan yang hidup di budaya patriarkhal, ia sadar tidak bisa langsung
menembus budaya yang mengagungkan laki-laki berkuasa atas perempuan ini bisa
menerimanya sebagai pemimpin. Dengan rendah hati, Debora menyuruh memanggil
Barak untuk memimpin bangsa Israel berperang. Satu karakter lain yang penulis temukan
23 Kamus Alkitab dalam www.Sabda.org
dalam diri Debora yakni sikapnya yang rendah hati ini. Kerendahan hatinya ini dibalas
dengan suatu penghargaan yang mengejutkan. Barak ingin Debora turut maju
bersamanya memimpin bangsa Israel menghadapi Kanaan (Hakim-hakim 4:8). Sikap
Barak ini menimbulkan pendapat yang berbeda bagi penulis. Pertama, Barak bisa jadi
satu dari sekian banyak laki-laki Israel yang pengecut dan tidak mempercayai perempuan.
Sikap Barak menunjukkan bahwa sebagai laki-laki, ia telah pasrah dengan penindasan
yang dialami bangsanya selama duapuluh tahun dan angkat tangan untuk melawan
Kanaan yang memiliki modal yang kuat dalam berperang yaitu kereta perang mereka
yang berjumlah banyak. Para laki-laki bangsa Israel sebagai pihak yang kuat dari
perempuan saja tidak berani melakukan perlawanan tetapi Debora tiba-tiba bangkit
menyuruh mereka berperang.
Kedua, ketika Debora menyuruh Barak untuk maju berperang, Barak seakan enggan
untuk melakukan apa yang diperintahkan. Jawaban Barak yang meminta Debora turut
maju berperang seolah menantang Debora untuk melakukan sendiri apa yang
diperintahkannya. Barak meminta Debora untuk ikut serta dengan pasukan Israel bisa jadi
hanya sebagai uji coba mental Debora sebagai seorang perempuan, apakah Debora berani
menghadapi musuh Israel yang telah memperdayai mereka selama duapuluh tahun tanpa
perlawanan yang berarti dari bangsa Israel. Debora mungkin bisa menerka maksud Barak
yang menantangnya ini dan dengan bijak menyikapinya. Debora mungkin merasa Barak
telah menganggap remeh dirinya sebagai seorang perempuan. Barak yang hidup dalam
patriarkhi Israel mungkin merasa rendah diri diperintah seorang perempuan. Atas sikap
Barak tersebut, Debora menunjukkan kepadanya bahwa Barak tidak akan mendapat
kehormatan berhadapan langsung dengan Sisera melainkan kehormatan itu akan
diberikan kepada seorang perempuan yang dianggap lemah oleh Barak sebagai laki-laki
(Hakim-hakim 4:9).
Kembali pada kisah Debora dalam Alkitab, penindasan yang diterima bangsa
Israel membuat mereka berteriak meminta pertolongan Tuhan. Duapuluh tahun ditindas
membuat mereka kembali teringat kepada Tuhan yang menolong mereka. Saat itulah,
Debora sebagai hakim dan nabiah mendapat petunjuk Tuhan dan menyuruh Barak untuk
maju berperang. Petunjuk yang diberikan sangat jelas ialah bahwa Barak anak Abinoam
dari daerah Naftali bernama Kedesh yang diperintahkan maju berperang oleh Tuhan,
Allah Israel dengan membawa pasukan Israel dari suku Naftali dan Zebulon (Hakim-
hakim 4:6). Dalam kaitannya dengan ini menurut Wilcock, percakapan antara Debora dan
Barak terdapat gaung dari penyelamatan agung dan pertama yang dialami umat Allah
pada zaman Musa. Tercatat pada Keluaran 33:12-1724 dapat dilihat perintah, reaksi dan
tanggapan serupa. Tuhan menyuruh Musa untuk memimpin bangsa Israel berangkat ke
Tanah Perjanjian dan Musa menanggapi dengan meminta Tuhan turut bersamanya dan
bangsa Israel untuk membimbing mereka.25 Seolah-olah dinyatakan bahwa Tuhan
24 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: "Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu." Lalu Ia berfirman: "Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu." Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?". Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." (TB-LAI)
25 Michael Wilcock, Hakim-hakim, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2005, 93
diwakili Debora dan Bangsa Israel diwakili Barak. Lebih lanjut, Wilcock menyatakan
bahwa ada persamaan dalam percakapan antara Musa dan Tuhan dengan Debora dan
Barak. Telah disebutkan bahwa Debora adalah seorang nabiah yang memerintah juga
sebagai hakim. Sebagai seorang nabiah, perkataan Debora bisa dikatakan sama seperti
perkataan Tuhan. Sama seperti Musa yang meminta Tuhan untuk serta dengannya
membimbing ke tanah Perjanjian, Barak juga meminta Debora untuk turut maju
bersamanya memimpin bangsa Israel melawan pasukan Sisera ke medan perang.
Debora sebagai anggota masyarakat yang baik yang harus membela bangsanya.
Permintaan Barak untuk turut maju bersamanya memimpin pasukan Israel
disanggupinya, meskipun Debora adalah seorang perempuan yang mungkin saja tidak
pernah turut maju berperang dan memegang senjata untuk menghadapi musuh-musuh
bangsa yang telah menindas bangsa selama bertahun-tahun. Permintaan Barak
menunjukkan bahwa Barak tidak mempedulikan status Debora sebagai perempuan tetapi
Debora sebagai nabiah dan hakim. Pengaruh Debora dapat dikatakan sangat kuat
sehingga Barak membutuhkannya maju bersamanya melawan pasukan Sisera. Barak
memimpin sepuluh ribu pasukan untuk menghadapi panglima Sisera dan armadanya
karena Tuhan akan menyerahkan Sisera dan pasukannya dalam tangan Barak. Barak yang
mendapat perintah ini meminta agar Debora ikut maju bersamanya dan pasukannya
(Hakim-hakim 4:8). Satu lagi karakter yang memang harus dimiliki pemimpin telah
dimiliki Debora, ia menjadi motivator bagi Barak dan pasukan Israel. Debora
menyanggupi permintaan Barak dan turut maju. Peranan Debora bertambah di sini
menjadi pemimpin militer.
3.3. Debora sebagai Pemimpin
Sikap Debora yang menanggapi permintaan atau bisa dikategorikan sebagai
tantangan dari Barak ini bukan berarti bahwa Debora secara penuh menjadi pemimpin
pasukan Israel. Debora ingat bahwa petunjuk yang diberikan Tuhan kepadanya ialah
bahwa menyuruh Barak untuk maju berperang dan bukan dirinya. Kesadaran ini
membuat Debora tidak sepenuhnya memimpin pasukan. Debora masih menghargai Barak
sebagai pemimpin pasukan yang ditunjuk Tuhan. Sikap Debora ini ditunjukkan dalam
pertempuran yang dipimpinnya bersama Barak. Kepemimpinan Debora menjadi teladan
dalam peristiwa ini. Debora mungkin saja menyadari kemudian bahwa Barak tidak
bermaksud menantangnya mengambil resiko sebagai perempuan yang tidak
berpengalaman dalam perang. Barak menghormatinya karena meskipun perempuan,
Debora menjabat peran penting dalam bangsa Israel yang sangat kuat dalam tatanan
patriarkhal. Bukan hanya dalam satu peran melainkan Debora memainkan peran ganda di
sini. Peran yang mungkin tidak sanggup dilakukan laki-laki pada zaman itu, mengingat
bangsa Israel ditindas selama duapuluh tahun tanpa perlawanan yang berarti dari bangsa
ini sehingga mereka mengeluh.
Perang pasukan Israel melawan Kanaan yang seharusnya dipimpin sendiri oleh
Barak atas petunjuk yang diberikan Tuhan kepada Debora berubah menjadi dipimpin
langsung oleh Debora bersama Barak. Debora yang diminta Barak untuk ikut serta
seketika bertambah perannya menjadi pemimpin militer bagi bangsa Israel. Perang
melawan Sisera dengan sembilan ratus kereta besinya yang tangguh. Bukti yang
memperkuat peran Debora dalam lingkup sosial bangsa Israel dan tercatat dalam sejarah.
Debora terbukti sebagai seorang penggerak bangsa. Bisa dikatakan prestasinya sangat
menonjol dalam memberikan nasihat, inspirasi dan kepemimpinan bagi bangsanya.
Prestasi ini yang membawanya menjadi pemimpin bangsa Israel untuk menaklukkan
pasukan Sisera. Russel menyatakan bahwa Debora tergerak hatinya sebagai seorang ibu
untuk melindungi anak-anaknya yaitu bangsa Israel yang mengalami penindasan
sehingga ia turut turun ke medan pertempuran.26 Kehadirannya yang dibutuhkan sangat
mendukung perannya sebagai ibu di Israel.
Dalam konflik Israel dan Kanaan ini, karakter Debora tampak jelas terlihat.
Seperti yang dikemukakan Nggebu dalam tulisannya mengenai beberapa karakter Debora
antara lain penuh semangat, berjiwa pemimpin dan mengandalkan Tuhan.27 Nggebu
dalam uraiannya mengemukakan bahwa Debora mempunyai semangat mengabdikan diri
yang lebih besar dari orang yang lain untuk melawan pasukan Sisera, Debora memiliki
karunia sebagai pemimpin dan pengayom bangsa serta meyakini perintah Tuhan untuk
maju berperang melawan penindas yang kelihatan lebih kuat. Lebih lanjut, Nggebu
mengungkapkan karakter yang ditunjukkan Debora ini kelihatannya bisa dimiliki semua
orang. Namun pada saat-saat krisis sering kendor menjadi lebih kuat dalam Debora
sehingga menjadikannya istimewa di antara orang lain.
Debora maju menjadi pemimpin pasukan Israel dan memberikan perintah
layaknya seorang pemimpin pasukan militer yang berpengalaman. Tidak ada keraguan
sama sekali dalam perintah-perintahnya kepada Barak dan pasukan yang dipimpinnya.
26 Letty M. Russel ed., Feminist Interpretation of the Bible, Philadelphia: The Westminster Press, 1985, 85
27 Sostenis Nggebu, Dari Taman Eden sampai ke Bait Allah (Karakter 30 Tokoh Perjanjian Lama), Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003, 136-139
Debora menunjukkan karakter lain sebagai pemimpin yang harus percaya diri dalam
menghadapi situasi yang harus dialaminya dalam kepemimpinannya. Debora dengan
penuh keyakinan atas petunjuk Tuhan memimpin bangsa Israel. Barak beserta
pasukannya mempercayakan sepenuhnya perlawanan mereka melawan Sisera dan
pasukannya yang menakutkan kepada Debora yang turut maju dan memberi perintah.
Diiringi sepuluh ribu pasukan dari suku Naftali dan Zebulon, Debora turut maju bersama
Barak ke daerah Kedesh. Dari Kedesh, Debora memberikan perintah kepada Barak untuk
maju berperang karena Tuhan telah terlebih dahulu maju di depan pasukan mereka. Barak
memimpin pasukan Israel menuju ke gunung Tabor.28 Kehadiran Debora sebagai
pemimpin diikuti dengan penambahan pasukan dari suku-suku Israel yang lain, yakni
suku Efraim, suku Benyamin, suku Makhir29 dan suku Isakhar (Hakim-hakim 5:14-15).
Tidak sia-sia Barak mempertaruhkan reputasinya sebagai laki-laki yang
berkedudukan lebih tinggi dari Debora sebagai perempuan untuk meminta Debora turut
maju memimpin bangsa Israel menghadapi pertempuran. Debora dengan kharismanya
sebagai pemimpin yang dipilih Tuhan mampu menggerakkan hati suku Israel yang lain
sehingga pasukan yang semula berjumlah sepuluh ribu orang bertambah menjadi
empatpuluh ribu orang (Hakim-hakim 5:8). Debora membuktikan bahwa ia adalah
seorang ibu bangsa di Israel yang mampu menggerakkan anak-anaknya. Nggebu
berpendapat bahwa penghormatan dengan menyebut Debora sebagai ibu di Israel
menunjukkan bahwa orang Israel memberi dukungan penuh terhadap pola kepemimpinan
Debora. Penghormatan kepada Debora sebagai ibu yang mendapat tempat dalam hati
28 Hakim-hakim 4:14 (gunung yang berjarak 30 mil dari Kadesh : kamus Sabda Alkitab.org)
29 Makhir merupakan anak dari Manasye, anak Yusuf (Kejadian 50:23) : kamus Sabda Alkitab.org
bangsanya.30 Debora memberikan teladan kepada bangsa Israel layaknya teladan seorang
ibu kepada anak-anaknya dengan keberaniannya turut maju berperang melawan penindas
mereka.
Sisera yang mendengar kabar keberadaan pasukan Barak, segera mengerahkan
pasukan dan kereta besinya dari Haroset-Hagoyim ke sungai Kison (Hakim-hakim 4:13).
Kemungkinan kedua tempat ini berdekatan sehingga dijadikan markas pasukan.
Pancingan Debora mengenai sasaran dengan kedatangan Sisera dan pasukannya ke
Sungai Kison. Strategi perang yang diberikan Debora kepada Barak atas petunjuk dari
Tuhan membawa bangsa Israel dekat dengan pasukan Sisera. Perjuangan hidup dan mati
antara kedua pasukan dimulai di sini yang akan membawa pada kemenangan di salah satu
pihak dan kekalahan di pihak yang lain. Hinson menuliskan bahwa Debora mendorong
suku-suku Israel yang mendiami bagian Tengah dan Utara Palestina untuk berperang
melawan bangsa-bangsa Kanaan di dataran Esdraelon. Orang Israel menang karena orang
Kanaan mengandalkan kereta perang dalam pertempuran. Saat itu air sungai Kison
meluap dan menggenangi daerah pertempuran sehingga daerah itu berlumpur dan
menyulitkan kereta-kereta perang untuk bergerak.31 Sepertinya dewi fortuna berada di
pihak Israel setelah sekian lama ditindas Sisera. Debora menunjukkan bahwa ia layak
sebagai pemimpin yang membawa kemenangan bagi bangsanya.
Kemenangan Israel tidak dijelaskan secara rinci dalam kitab Hakim-hakim, hanya
disebutkan Israel menang melawan Kanaan dalam peperangan yang dipimpin langsung
30 Sostenis Nggebu, Dari Taman Eden sampai ke Bait Allah (Karakter 30 Tokoh Perjanjian Lama), Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003, 138
31 David F. Hinson, Sejarah Israel pada Zaman Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, 102
oleh Debora dan Barak. Senjata ataupun bagaimana mereka menyerang pasukan Kanaan
tetapi penulis menyimpulkan bahwa petunjuk Tuhan yang disampaikan Debora menolong
mereka. Strategi perang untuk mengarahkan Sisera masuk perangkap Israel sukses besar.
Kemungkinan Sisera merasa menang dengan kekuatan kereta besi yang dimilikinya
sehingga maju menghadang pasukan Israel tanpa memikirkan bahwa kereta besi tidak
bisa berfungsi dengan baik di daerah dekat sungai yang notabene berlumpur sehingga
menguntungkan pasukan Israel. Satu bukti bahwa kebijakan Debora dalam mengarahkan
pasukannya lebih unggul dibandingkan kekuatan fisik Sisera.
Kisah Debora yang tercatat dalam kitab Hakim-hakim menunjukkan betapa
Debora sangat berpengaruh besar dalam kehidupan bangsa Israel. Debora merupakan
bukti nyata bahwa perempuan diakui peranannya dalam kehidupan bangsa yang
patriarkhi. Bukti bahwa perempuan bisa berkompetensi dengan laki-laki dalam kehidupan
bermasyarakat didukung dengan karakter-karakter yang memungkinkan untuk melakukan
kompetensi dengan bersih. Debora menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik dan
patut dijadikan teladan. Debora mempunyai karakter pemimpin karismatik yang
bijaksana, rendah hati, bertanggungjawab, berani, percaya diri dan seorang penggerak/
motivator bangsa.
Debora membuktikan bahwa kehadirannya sebagai pemimpin tidak
mengecewakan orang-orang yang mempercayainya. Kehadirannya di tengah bangsa
Israel begitu sangat berarti dan terpatri kuat di hati bangsanya. Peran-perannya sebagai
nabiah, hakim, pemimpin militer dan ibu bangsa yang bijak membuat namanya tertulis
dalam sejarah Israel sejajar dengan para nabi, hakim dan pemimpin militer yang lain.
Pengakuan atas otoritasnya sebagai pemimpin dicatat dengan tinta emas dalam sejarah
bangsa Israel yang patriarkhi dan mungkin diingat sepanjang masa baik oleh laki-laki
maupun perempuan bangsanya sebagai pengingat bahwa laki-laki dan perempuan bisa
melakukan hal yang sama secara bersama-sama.
top related