Gambaran Jaringan Parut (Scar) Hasil Imunisasi.pptx
Post on 19-Jul-2016
25 Views
Preview:
Transcript
Gambaran Jaringan Parut (Scar) Hasil Imunisasi Bacille Calmette Guerin pada Bawah Tiga Tahun serta Faktor-faktor
yang Berhubungan di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan Periode 8
– 19 September 2014
Oleh:Diana Kusuma (11.2012.121)Cheryl Suseno (11.2012.159)
Raphael Christie (11.2012.187)Ivan Dwi Pramudita Sunardi (11.2012.206)
LATAR BELAKANG Global umur dewasa World Health Organization (WHO) menyatakan, pada tahun 2012, hampir 1/3
penduduk dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis. Sebanyak 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Global umur anak Menurut WHO, di dunia pada tahun 2012, sedikitnya terdapat 528 ribu kasus TB baru pada anak dibawah 15 tahun. Jumlah ini sama dengan 6% dari 8,6 juta kasus baru secara global dan 74 ribu diantaranya meninggal.
Nasional umur dewasa Indonesia menduduki ranking keempat penyumbang TB di dunia diantara 22 negara dengan angka penderita TB yang tinggi setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Sebagian besar penderita TB adalah penduduk usia produktif yaitu usia 15-55 tahun. Tingginya angka insiden TB paru pada usia tersebut merupakan ancaman serius penularan TB pada anak.
Nasional umur anak Di Indonesia proporsi pasien TB anak diantara seluruh kasus TB pada tahun 2008-2010 sebesar 9,4%-11,2%, sedangkan di daerah DKI Jakarta proporsi pasien TB anak diantara seluruh kasus TB pada tahun 2010-2011 sebesar 13,5%-14,9%.1,2
Masalah Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat TB pada anak di dunia.
Menurut WHO, di dunia pada tahun 1998 sedikitnya 180 juta anak dibawah 15 tahun terinfeksi TB dan 170.000 anak diantaranya meninggal.
Masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat TB pada anak di Indonesia. Di Indonesia proporsi pasien TB anak diantara seluruh kasus TB pada tahun 2008 - 2010 sebesar 9,4%-11,2%.
Belum diketahuinya sebaran gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Tujuan Umum Diketahuinya gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada
Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Tujuan Khusus Diketahuinya sebaran jenis kelamin Batita di wilayah kerja Puskesmas
Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Diketahuinya sebaran usia saat mendapatkan imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Diketahuinya sebaran status gizi saat mendapatkan imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Diketahuinya sebaran tempat pelaksanaan imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Tujuan Khusus • Diketahuinya sebaran gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada
Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
• Diketahuinya hubungan antara usia saat mendapatkan imunisasi BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
• Diketahuinya hubungan antara status gizi saat mendapatkan imunisasi BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
• Diketahuinya hubungan antara tempat pelaksanaan vaksin BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Manfaat dan Sasaran Manfaat bagi Peneliti Manfaat bagi Puskesmas Manfaat bagi Masyarakat
Sasaran Penelitian Populasi Semua Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG dan berada di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014
Sampel Semua Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG minimal 3 bulan sebelum
dilakukan penelitian (3 bulan sebelum tanggal 8 September 2014) dan memiliki KMS serta berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Responden Ibu atau orang yang mengasuh Batita yang menjadi subjek penelitian.
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Metode Penelitian Desain penelitian studi cross sectional
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi
Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode 8 – 19 September 2014.
Populasi Populasi target dari penelitian ini adalah semua Batita yang telah
mendapatkan imunisasi BCG pada wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan kebon Jeruk, Jakarta Barat. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada periode 8 – 19 September 2014, sebanyak 519 orang Batita.
Responden Seluruh ibu atau orang yang mengasuh batita yang menjadi subjek
penelitian
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah seluruh Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG minimal 3 bulan sebelum penelitian dilakukan (3 bulan sebelum tanggal 8 September 2014), mempunyai KMS dan berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat periode tanggal 8 – 19 September 2014, serta orang tua/wali bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah seluruh batita yang memenuhi kriteria inklusi tetapi lahir
dengan berat badan lahir rendah, lahir prematur, dan mengalami penurunan berat badan terus menerus atau 2 kali berturut-turut ke pita kuning bawah atau bawah garis merah dalam 2 bulan setelah imunisasi BCG pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
SampelPeneliti Variabel Proporsi Jumlah
SampelSurekha Rani Usia Saat
Mendapatkan BCG
0.929 28 orang
Floyd S Jenis Kelamin
0.57 100 orang
Eddy Perez-Then Status Gizi saat mendapatkan BCG
0.55 105 orang
Surekha Rani Tempat Penyimpanan Vaksin
0.003 2 orang
Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara non
probability sampling yaitu convinience sampling
Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen). Variabel terikat berupa gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG. Variabel bebas berupa usia, jenis kelamin, status gizi saat mendapatkan imunisasi BCG dan tempat pelaksanaan imunisasi BCG.
UsiaJenis Kelamin
Status Gizi saat mendapatkan
imunisasiTempat
pelaksanaan imunisasi BCG
Gambaran jaringan
parut (scar) hasil imunisasi
BCG
Pengumpulan Data
Data primer didapatkan melalui pemeriksaan fisik langsung terhadap lengan atas dan bokong Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG untuk melihat ada-tidaknya scar BCG, serta wawancara langsung kepada responden.
Data sekunder didapatkan melalui data dari KMS Batita yang telah mendapatkan imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi periode 8 – 19 September 2014
Pengolahan Data Terhadap data-data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan berupa proses
editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya, dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program komputer, yaitu program SPSS 16.0 (Statistical Package for Social Science 16.0).
Penyajian Data Data yang didapat, disajikan secara tabular.
Analisis Data Terhadap data yang telah diolah, dilakukan analisis sesuai dengan uji statistik yang
sesuai.
Interpretasi Data Data diinterpretasi secara deskriptif-korelatif antar variabel-variabel yang
telah ditentukan.
Pelaporan Data Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan
dipresentasikan di hadapan staff Pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Definisi OperasionalVariabel Definisi Alat Ukur Skala UkurJaringan Parut (scar) BCG jaringan parut yang
terbentuk pada lengan atas dan bokong subyek penelitian yang telah mendapatkan imunisasi BCG
Pemeriksaan fisik langsung (inspeksi) oleh peneliti pada subyek penelitian menggunakan mistar dengan ketelitian 0,1 cm
Nominal
Usia subyek penelitian saat mendapatkan imunisasi BCG
Selisih tanggal/bulan/tahun pada saat subyek mendapatkan imunisasi BCG dengan tanggal/bulan/tahun lahir subyek penelitian
Kartu Menuju Sehat (KMS) Ordinal
Jenis Kelamin subyek penelitian
identitas biologis yang digunakan untuk membedakan laki-laki dengan perempuan, dengan cara melihat Kartu Menuju Sehat (KMS)
Kartu Menuju Sehat (KMS) Nominal
Status Gizi subyek penelitian saat mendapatkan imunisasi BCG
status nutrisi subyek penelitian saat mendapatkan imunisasi BCG yang ditentukan melalui perbandingan antara berat badan (BB) dan usia (U) subyek penelitian saat mendapatkan imunisasi BCG
Kartu Menuju Sehat (KMS) Ordinal
Definisi OperasionalVariabel Definisi Alat Ukur Skala UkurTempat pemberian vaksin BCG
lokasi pusat pelayanan kesehatan yang melayani pemberikan vaksin BCG kepada bayi
Wawancara dengan Responden
Nominal
IV. Hasil Penelitian
Pembahasan Frekuensi tertinggi jaringan parut : 76 orang (72,4 %) membentuk scar BCG
Frekuensi tertinggi usia mendapatkan imunisasi adalah pada usia >28 hari(74 orang 70,5%) dan frekuensi terendah pada usia 0-2 hari (6 orang 5,7%)
Frekuensi tertinggi jenis kelamin batita yang sudah mendapatkan imunisasi BCG adalah laki – laki (68 orang 64,8%)
Frekuensi tertinggi status gizi Batita saat mendapatkan imunisasi BCG adalah status gizi baik ( 76 orang 72,4%), dan tidak ada yang berstatus gizi Bawah Garis Merah (0%)
Frekuensi tertinggi tempat pemberian imunisasi BCG pada Batita adalah di Puskesmas atau Rumah Sakit (61 orang 58,1%)
Batita yang mendapatkan imunisasi BCG pada usia >28 hari dan memiliki scar BCG, lebih banyak daripada Batita yang mendapatkan imunisasi BCG pada usia ≤28 hari dan memiliki scar BCG.
Uji statistik memberikan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia saat mendapatkan imunisasi BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita (p = 0,011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Surekha Rani, dkk di India pada tahun 2000 (p <0,05)
Batita dengan status gizi baik dan gizi lebih yang memiliki scar BCG lebih banyak daripada Batita dengan status gizi kurang dan gizi bawah garis merah yang memiliki scar BCG.
Uji statistik memberikan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi saat mendapatkan imunisasi BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita (p = 0,000).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eddy Perez, dkk di Republik Dominica pada tahun 2002 (p <0,05).
Hal ini dikarenakan pada keadaan gizi yang buruk, fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit akan menurun. Imunitas selular maupun humoral menurun fungsinya, sehingga tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi.
Batita yang mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas atau Rumah Sakit dan memiliki scar BCG, lebih banyak dibandingkan dengan Batita yang mendapatkan imunisasi BCG di Posyandu atau tempat praktek bidan dan memiliki scar BCG.
Uji statistik memberikan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tempat pelaksanaan imunisasi saat mendapatkan imunisasi BCG dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita (p = 0,002).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah Isbagio, dkk di Jakarta pada tahun 1990 (p <0,05).
Batita yang berjenis kelamin laki – laki dan memiliki scar BCG, lebih banyak dibandingkan dengan Batita berjenis kelamin perempuan dan memiliki scar BCG
Uji statistik memberikan hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan gambaran jaringan parut (scar) hasil imunisasi BCG pada Batita (p = 0,088).
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Floyd S, dkk di Malawi pada tahun 2000 (p <0,05)
VI. Kesimpulan & Saran Frekuensi tertinggi jaringan parut : 76 orang (72,4 %) membentuk scar
BCG Frekuensi tertinggi usia mendapatkan imunisasi adalah pada usia >28
hari(74 orang 70,5%) dan frekuensi terendah pada usia 0-2 hari (6 orang 5,7%)
Frekuensi tertinggi jenis kelamin batita yang sudah mendapatkan imunisasi BCG adalah laki – laki (68 orang 64,8%)
Frekuensi tertinggi status gizi Batita saat mendapatkan imunisasi BCG adalah status gizi baik ( 76 orang 72,4%), dan tidak ada yang berstatus gizi Bawah Garis Merah (0%)
Frekuensi tertinggi tempat pemberian imunisasi BCG pada Batita adalah di Puskesmas atau Rumah Sakit (61 orang 58,1%)
Kesimpulan Ada hubungan antara usia dan status Gizi saat BCG serta tempat
pelaksanaan imunisasi BCG dengan terbentuknya scar BCG Tidak ada hubungan antara jenis kelamin Batita dengan terbentuknya scar
BCG
Saran Jadwal pelaksanaan imunisasi BCG lebih baik dilakukan saat bayi sudah
melewati masa neonatus yaitu lebih dari 28 hari Melakukan edukasi kepada bidan mengenai jadwal imunisasi BCG
berdasarkan rekomendasi IDAI Melakukan pendataan serta upaya perbaikan status gizi Batita yang ada
diwilayah kerjanya secara berkala dan berkelanjutan. Melakukan penyuluhan bagi para ibu terutama ibu yang baru melahirkan
tentang gizi bayi dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi bayi. Melakukan pemantauan kualitas vaksin dan meningkatkan kualitas
penyimpanan vaksin di pusat – pusat pelayanan kesehatan
top related