Transcript
http://eprints.undip.ac.id/20372/1/Ari.pdf
http://afiestaria.blogspot.com/2011/08/makalah-farmakologi.html
afi Jumat, 19 Agustus 2011
MAKALAH FARMAKOLOGI
MAKALAHFARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH :
NAMA : APIESTARIA
NIM :022001D10012
KELAS : 1 A
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................2
DAFTAR ISI ............................................................................................3
KATA PENGANTAR .............................................................................4
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................4
1.2 Tujuan .................................................................4
1.3 Permasalahan ......................................................4
1.4 Metode ................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A.Bentuk Sedian Obat ……………………………….5
B.Farmakokinetik & Farmakodinamik………………..6
C. Prinsip & Teknik Pemberian Obat…………………7
D. Jenis Obat…………………………………………11
BAB III : PENUTUP
1.1 Kesimpulan ..............................................................20
1.2 Saran ........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................21
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.
Melalui makalah ini,kita dapat mengetahui tentang macam-macam obat dan fungsinya,
beserta, dosis dan efek sampingnya
Pembuatan makalah ini menggunakan metode kepustakaan,serta data-data saya peroleh
dari beberapa sumber dan pemikiran yang saya gabungkan menjadi sebuah makalah yang
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Saya menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini.Oleh sebab itu,saya
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,agar makalah ini akan semakin baik
sajiannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis,
APIESTARIA
NIM:022001D10012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang serba modern ini. Banyak orang-orang menggunakan obat-obat tanpa
memperhatikan fungsi,dosis,serta efek samping dari obat yang mereka konsumsi.
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini adalah untuk memperkenalkan kepada pembaca tentang macam-
macam obat dan cara penggunaannya beserta efek sampingnya.
1.3 Permasalahan
Banyaknya penyalahgunaan obat-obatan yang menyebabkan berbagai macam penyakit
bahkan kematian,karena pemakaian yang tidak sesuai dengan ajuran yang di berikan tenaga medis.
1.4 Metode
Dalam pembuatan makalah ini saya menggunakan metode kepustakaan.
Pertama-tama data di himpun dari berbagai sumber yang erat kaitannya dengan judul yang
telah diperoleh menjadi satu kesatuan.
Setelah itu saya menggabungkan sesuai dengan pemikiran dan kemampuan yang saya
miliki,sehingga makalah ini dapat terselesaikan seperti adanya sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BENTUK SEDIAAN OBAT
• ORAL
• Tablet : Hisap, salut, effervescent, bukal, sublingual dll
• Kapsul : Cangkang keras, Cangkang lunak
• Cairan : suspensi, sirup, elixir, emulsi dll
• Topikal :krim, salep (unguenta), gel, lotion, linimentum,
• Parenteral : iv (intravena), sc (subcutan), im (intramuscular), id
(intradermal), intrakardiak, intraspinal, intraarticular
• Suppositoral : Rektal, Vaginal
• Transdermal : Obat obat hormon,
• INSTILASI : Tetes mata, tetes telinga, tetes hidung
Pemilihan Bentuk Sediaan Obat berdasarkan :
1. Faktor Penyakit
2. Faktor Pasien
3. Faktor Obat
a. BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)
1. Bentuk Sediaan Solida (Padat)
2. Bentuk Sediaan Semi Solida (setengah Padat)
3. Bentuk Sediaan Liquida (Cair)
B. FARMAKOKINETIK & FARMAKODINAMIK
Farmakokinetik merupakan istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah obat,
kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh (bioavailability), jumlah obat
yang beredar dalam darah (distribusi), di metabolisme oleh tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh
(Eksresi )
Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh,
melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia
Farmakokinetik dan farmakodinamik membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek
dari obat.
C. PRINSIP DAN
TEKNIK
PEMBERIAN
OBAT
Klasifikasi
• Per oral (po),
Sublingual
• Secara Suntikan /
Parenteral (Intracutan,
Subcutan, Intramuskuler, Intravena )
• Rectal
• Intra Vaginal
• Obat Luar ( Topikal, Melalui Paru-paru / Inhalasi )
1. Per oral
• Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
• Adalah obat yang cara pemberiannya melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,
mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
• Keuntungan: praktis, aman, dan ekonomis
• Kelemahan dari pemberian obat secara oral adalah efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika
pengguna sering muntah-muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya
pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada saluran cerna
2. Sublingual
Farmakokinetik sangat
tergantung pada :
usia,
seks,
genetik,
dan kondisi kesehatan
seseorang.
Farmakodinamik dipengaruhi oleh
perubahan fisiologis tubuh
seperti :
proses penuaan,
penyakit ,
adanya obat lain
• Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
• Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah
merupakan pusat dari sakit.
• Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
3. Parenteral
• Adalah cara pemberiaan obat tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi
langsung ke pembuluh darah
• Keuntungan :
– efek timbul lebih cepat dan teratur
– dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-muntah
– sangat berguna dalam keadaan darurat.
• Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis, membutuhkan
tenaga medis.
• Meliputi: Intracutan, intravena (iv), subcutan (sc), dan intramuscular (im),
4. Intracutan
• Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit
• Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau
epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
• intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan agar
menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan diagnosa terhadap
penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
5. Subcutan
• Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu
pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis
• Jenis obat yang lazim diberikan secara SC
1. Vaksin 3. Narkotik 5. Heparin
2. Obat-obatan pre operasi 4. Insulin
• Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah
• Pada pemakaian injeksi subkutan untuk jangka waktu yang alam, maka injeksi perlu direncanakan
untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
• Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
• Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih lama.
• Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang ditanamkan dibawah kulit atau
dalam bentuk suspensi.
• Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat absorpsinya.
6. Intramusculer
• Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot.
• Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan
• Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam
penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
• Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang
menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat .
• Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat suntikan sehingga
absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
• Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
7. Intravena
Pengertian : Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat
sehingga obat langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah.
Tujuan :
1. Memasukkan obat secara cepat
2. Mempercepat penyerapan obat
Lokasi yang digunkan untuk penyuntikan :
1. Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica )
2. Pada tungkai (vena saphenosus)
3. Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
4. Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
1. Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
2. Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung (via Wadah)
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah
cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapetik dalam darah.
8. Rectal
• Pemberian Obat via Anus / Rektum / Rectal, Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan
obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.
• Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan
efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
• Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi
secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin
suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus.
• Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter ani interna.
• Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
9. Intra Vaginal
• Pemberian Obat per Vagina, Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui
vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau
serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati
infeksi lokal.
10. Topikal
• Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes telinga dan lain-
lain.
• Pemberian Obat pada Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan
hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat
kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
• Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada
umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media),
dapat berupa obat antibiotik.
• Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan ada seseorang
dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
• Pemberian Obat pada Mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata digunakan
untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk
pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan
untuk menghilangkan iritasi mata.
Pada Dewasa
1. Cucilah tangan anda.
2. Jangan memegang mulut botol atau ujung penetes.
3. Melihatlah ke arah atas.
4. Tariklah pelupuk mata bawah ke bawah sehingga membentuk “kantung” (lihat gambar ).
5. Peganglah penetes sedekat mungkin dengan “kantung” tanpa menyentuh mata atau “kantung”
tersebut.
Teteskan obat sejumlah yang tertulis di etiket.
7. Pejamkan mata selama 2 menit. Jangan memejamkan mata terlalu rapat atau berkedip terlalu
sering.
8. Cairan obat yang berlebih bisa dihilangkan dengan tissue
9. Jika anda menggunakan lebih dari satu macam tetes mata, tunggulah paling sedikit 5 menit
sebelum meneteskan obat yang lainnya
10. Obat tetes mata dapat menimbulkan rasa pedih selama beberapa menit. Jika tetap berlanjut
berkonsultasilah kepada dokter anda.
Pada Anak-anak
1. Baringkanlah anak terlentang dengan kepala tegak menghadap ke atas.
2. Suruhlah ia memejamkan mata.
3. Teteskan obat sesuai yang tertulis di etiket pada ujung mata sebelah dalam (dekat hidung).
11. Inhalasi
• Adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan ke dalam mulut. Kelebihan dari pemberian
obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol,
terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang
diberikan dengan cara inhalasi ini obat yang dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi akan
sangat cepat bergerak melalui alveoli paru-paru serta membran mukosa pada saluran pernapasan.
D. JENIS OBAT
1. ANALGESIK
Senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki
kerja anestesi umum.
Analgetik dibagi menjadi 2 macam:
1. Analgetik yang berkhasiat kuat
→ bekerja pada pusat (kelompok opiat)
2. Analgetik yang berkhasiat lemah (sampai sedang)
→ bekerja pada perifer dengan sifat antipiretik dan
kebanyakan memiliki sifat antiinflamasi atau
antireumatik
A. Analgesik Narkotik ( opiat )
senyawa yang dapat menekan fungsi system syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, yang moderat maupun berat seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit
kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal.
Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan ketergantungan fisik dan mental atau
kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat
Analgesik narkotik dibagi menjadi 3 kelas, yi:
1. Agonis → Kodein, fentanil, heroin, meferidin, metadon, morfin, Sulfentil, tramadol
2. Agonis-antagonis → levalorfan, nalbuphine, pentazocine
3. Antagonis → nalokson, naltrekson
Aksi Morfin dan agonis lainnya
SSP → mengantuk, sedatif, analgesia
Dosis awal menyebabkan mual krn stimulasi lgsg kemoreseptor di medula oblongata
Mata → miosis
Pernafasan → depresi pernafasan
Sistem kardiovaskular → postural hipotensi
Gastrointestinal → menurunkan motilitas gastrointestinal, meningkatkan tonus spincter – spasme
biliary
Saluran Genitouria → menurunkan kontraksi otot polos Saluran Genitouria dan mengakibatkan retensi
urine
1. Analgetika-antipiretika
a. Turunan anilin dan para-aminofenol.
→ asetaminofen/PCT, asetanilid, fenasetin.
b. Turunan 5-pirazolon
→ antipirin, amidopirin, metampiron
2) Analgetika-antiinflamasi
a. Turunan asam salisilat → aspirin
b. Turunan 5-Pirazolidindion → fenil butazon, oksifenbutazon
c. Turunan asam N-arilantranilat → asam mefenamat
d. Turunan asam aril-asetat → ibuprofen
e. Turunan asam heteroaril-asetat → indometasin
f. Turunan Oksikam → Piroksikam, meloxicam
g. Turunan lain-lain → Benzidamin HCL (Tantum)
2. ANTIARITMIA
Obat-obat antiaritmia
Tipe I
1a : quinidin, prokainamida, disopiramid
1b : lidokain, meksiletin, tokainid
1c : flekainid, propafenon, moricizine
Tipe IIb
Beta blockers : Atenolol, propanolol,bisoprolol,metoprolol
Tipe III
Amiodaron, bretilium, sotalol, dofetilide, ibutilide
Tipe IVb
Verapamil, diltiazem
Tipe II
u/ aritmia yg ditimbulkan atau diperburuk o/ stimulasi syaraf otonom simpatis
Bermanfaat pada aritmia yg berasal / yg disebabkan o/ ansietas, stress, atau olahraga
Tipe III
Memperpanjang potensial aksi
Memblokade ion Kalium
Amiodaron Waktu paruh panjang
Bretilium onset cepat, waktu paruh pendek
Efek toksik perlu diperhatikan
Tipe III
Memperpanjang potensial aksi
Memblokade ion Kalium
Amiodaron Waktu paruh panjang
Bretilium onset cepat, waktu paruh pendek
Efek toksik perlu diperhatikan
3. OBAT ANTIHIPERTENSI
Tujuan Terapi
Menurunkan TD sampai tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas
hidup pasien secara umum
Mencegah morbiditas dan mortalitas
Target umum TD adalah < 140/90 mmHg
Target pada pasien DM atau CKD <130/80 mmHg
Jenis Antihipertensi
1. Diuretik
a. Tiazid dan turunannya
b. Loop diuretik
c. Diuretik hemat kalium
d. Antagonis aldosteron
2. ACEI
(Angiotensin Converting Enzime Inhibitor)
• Obat-obat ini menghambat enzim pengkonversi angiotensin (ACE) yang mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II → vasodilatasi
• ESO yang sering terjadi adalah batuk kering (akibat ↑ bradikinin yg dimetabolisme oleh ACE)
Contoh:
Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindopril, Quinapril,
Ramipril, Trandolapril
2. CCB
(Calsium Channel Blocker)
3. Bukan firstline, hanya sebagai terapi tambahan → namun sangat efektif sbg antihipertensi
4. Jenis:
5. * dihidropiridin
6. → Amlodipine, Felodipine, Isradipine,Nicardipine, Nifedipine, Nisoldipine
7. * nondihidropiridin
8. → Diltiazem, Verapamil
3. BETA BLOCKER
memiliki efek kronotropik dan ionotropik negatif pada jantung yang dapat mengurangi curah
jantung.
Contoh:
* non selektif β-blocker (β1/β2)
→ propanolol, betaxolol, bisoprolol, nadolol, timolol
* selektif β1
→ Atenolol, metoprolol
b. ALPHA BLOCKER
selektif memblok adrenoreseptor α1, yang berguna untuk pengobatan hipertensi
Contoh: prazosin, terazosin, doksazosin, dan bunazosin
4. ARB/AIIRA
5. Mekanisme kerja:
6. Akan berikatan dengan reseptor angiotensin II shg angiotensin II tdk dapat berikatan
dg reseptornya → relaksasi otot polos → vasodilatasi
7. Contoh:
8. Candesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan, Valsartan
4. VASODILATOR LANGSUNG
– Arteri
→ hidralazin, minoksidil, diazoksid
– Arteri dan vena
→ nitroprusid
5. JENIS OBAT INOTROPIK
1. DIGOKSIN
2. DOBUTAMIN
3. DOPAMIN
4. AMRINON & MILRINON
A. DIGOKSIN
Merupakan suatu glikosida yang diekstrak dari daun foxglove (Digitalis sp.)
Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung pada pasien gagal jantung
Ajuvan bersama ACEI dan diuretik memperbaiki morbiditas
Efek samping: Digoksin → indeks terapi sempit → hati2 dalam pemberian dosis
Aritmia sering terjadi → penghentian obat, suplementasi kalium, pemberian obat anti aritmia
(fenitoin/lidokain)
B. DOBUTAMIN
• Merupakan senyawa reseptor β1 dan β2 → efek vasodilatasi
• Memiliki efek inotropik yang cukup poten tanpa menghasilkan perubahan signifikan pada denyut
jantung
• Efek samping : resiko aritmia
C. AMRINON & MILRINON
Merupakan senyawa derivat bipiridin yang memiliki kemampuan menginhibisi
fosfodiesterase III dan menghasilkan efek inotropik positif dan vasodilatasi
INODILATOR
DOSIS:
* Amrinon : 0,75mg/kg selama 2-3mnt (loading dose) → lanjut infus dosis 5-10mcg/kg/min
* Milrinon : 50 mcg/kg selama 10mnt (loading dose) → lanjut infus dosis 0,5mcg/kg/min
• Harus dibawah pengawasan ketat untuk pasien gagal jantung yg hipotensif
• Efek samping:
* efek hemodinamik (ex:hipotensi)
* aritmia
* trombositopenia
6. JENIS ANTIANEMIA
1. Produk yang Mengandung Besi
Ex : Fero sulfat (Iberet)
Fero fumarat (Hemobion)
Fero glukonat (Sangobion)
2. EPOETIN ALFA
→ menstimulasi eritropoesis pasien anemia dengan gagalginjal yg sedang menjalani dialisis →
sehingga akan mengurangi kebutuhan akan darah transfusi pada pasien tersebut
Sediaan beredar:
Epoglobin, Epotrex-NP, Eprex, Leucogen, Leukokine dll
3. VITAMIN B-12 (Sianokobalamin)
→ berperan dalam pembentukan sel darah merah melalui aktivasi koenzim asam folat.
Indikasi:
Defisiensi Vit B-12
Peningkatan kebutuhan Vit B12 seperti pada saat kehamilan, anemia hemolitik, pendarahan, penyakit
hati dan ginjal
Sediaan beredar:
Sianokobalamin (Generik), Etacobalamin dll
4. ASAM FOLAT
→ Berperan dalam menstimulasi produksi sel darah merah, sel darah putih dan platelet pada anemia
megaloblastik
Gejala muncul pada anemia defisiensi asam folat:
Penurunan berat badan, diare, berkurangnya kemampuan untuk berolahraga
Alkohol → penyebab terbanyak defisiensi asam folat
Sediaan beredar:
Folic acid (generik), Folavit, Folamil, Folac, Folas
7. ANTIANGINA
Obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit angina pektoris
terjadi ketidakseimbangan antara penyediaan oksigen dan kebutuhan oksigen (insufisiensi koroner)
Timbul rasa nyeri tertekan pada belakang tulang dada, yang menyebar sampai ke pundak dan
lengan atas kiri.
1. Angina stabil
angina tidak timbul pada keadaan istirahat, namun saat aktivitas tubuh yang meningkat →
kebutuhan oksigen meningkat → serangan angina
2. Angina tak stabil
serangan timbul pada beban yang kecil atau bahkan dalam keadaan istirahat
Terjadi akibat fisura atau erosi plak ateromatosa yang dsertai agregasi platelet
8. ANTIDIARE
Obat Antidiare
1. Antimotility (Opiat)
2. Adsorben
3. Antisecretori (Bismuth Subsalisilat)
4. Ocreotid
5. Probiotik
Farmakologi
antiemetik
Merupakan obat-obat yang digunakan untuk menekan rangsang muntah dan muntah itu
sendiri
Mual dan muntah dapat terjadi pada keadaan : mabuk perjalanan , kehamilan , penyakit lambung,
hepatitis dan akibat penggunaan kemoterapi.
Muntah yg tak terkendali dapat mengakibatkan dehidrasi , ketidak seimbangan metabolisme
pengurangan masukan makanan.
9. LAXATIVE
1. Senyawa yang dapat melunkkan feses dalam 1-3hari
→ metilselulosa, psylium, emolien laktulosa, sorbitol, manitol
2. Senyawa yang dapat menghasilkan feses lunak/ semifluid dalam 6-12jam
→ bisakodil (oral), fenolftalin, magnesium sulfat dosis rendah , senna,
3. Senyawa yang mempermudah pengosongan usus dalam 1-6 jam
→ magnesium sitrat, magnesium hidroksida, bisakodil (rektal), polietilenglikol
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Jadi, Bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pila dengan
obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek sampingnya masing-
masing.
1.2 Saran
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakan lah obat tersebut sesuai
dengan penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya
DAFTAR PUSTAKA
Materi presentasi pembelajaran farmakologi.angga eka saputra.S.Farm., Apt
Materi presentasi pmebelajaran farmakologi.siska yoliza.S.Farm., Apt
Diposkan oleh sweet girl di 21.40
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog ▼ 2011 (1)
o ▼ Agustus (1) MAKALAH FARMAKOLOGI
Mengenai Sayasweet girl
Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.
top related