EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATE Studi Sistranas …elibrary.dephub.go.id/elibrary/media/catalog/0010-021500000000052... · Bandung, November 2013 PT. GIRI AWAS. ... 22 Tahun 2009
Post on 06-Mar-2019
237 Views
Preview:
Transcript
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi MalukuUtara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor EkonomiPapua – dan Kepulauan Maluku
i
KATA PENGANTAR
Laporan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary Report) ini diajukan untuk memenuhipekerjaan “Studi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatratalok) di WilayahPropinsi Maluku Utara Dalam Rangka Mendukung Prioritas Pembangunan SentraProduksi di Koridor Ekonomi Maluku-Papua”. Adapun dalam penyusunan laporan inidibagi menjadi 6 (enam) Volume, yaitu:
Volume 1 : Kota Ternate
Volume 2 : Kota Tidore Kepulauan
Volume 3 : Kabupaten Halmahera Barat
Volume 4 : Kabupaten Halmahera Tengah
Volume 5 : Kabupaten Halmahera Timur
Volume 6 : Kabupaten Pulau Morotai
Penyusunan Laporan Ringkasan Eksekutif ini, untuk tiap-tiap volume dibahas beberapahal, yaitu: (1) pendahuluan, (2) tinjauan pustaka, (3) metodologi studi, (4) kondisi wilayahdan jaringan transportasi saat ini, (5) perkiraan kondisi mendatang, dan (6) arahpengembangan jaringan. Semuanya ini disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja yangada dan Panduan Penyusunan Sistranas pada Tatralok.
Pada kesempatan ini, konsultan menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yangtelah banyak membantu pelaksanaan kegiatan ini, serta mengharapkan kritik dan saranuntuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tahap selanjutnya.
Bandung, November 2013
PT. GIRI AWAS
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi MalukuUtara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor EkonomiPapua – dan Kepulauan Maluku
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iDaftar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1 - 11.1 Latar Belakang 1 - 11.2 Maksud dan Tujuan 1 - 61.3 Ruang Lingkup Studi 1 - 61.4 Batasan Kegiatan 1 - 81.5 Indikator Keluaran Dan Keluaran 1 - 81.6 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan 1 - 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 - 12.1 Pendekatan Studi 2 - 12.2 Masterplan Percepatan Dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)2011-2025 2 - 22.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia 2 - 22.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah
Melalui Koridor Ekonomi 2 - 42.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia 2 - 52.2.4 Arahan Pengembangan Kegiatan Ekonomi
Utama 2 - 62.2.5 Koridor Ekonomi Papua – Kep. Maluku 2 - 8
2.3 Penguatan Konektivitas Nasional 2 - 11
BAB 3 METODOLOGI STUDI 3 - 13.1 Metodologi Studi 3 - 13.2 Pola Pikir Studi 3 - 53.3 Analisis Pengembangan Wilayah 3 - 83.4 Pemodelan Transportasi 3 - 9
3.4.1 Struktur Model 3 - 93.4.2 Proses Pemodelan Transportasi 3 - 14
3.4.2.1 Penetapan Sistem Zona danSistem Jaringan 3 - 14
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi MalukuUtara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor EkonomiPapua – dan Kepulauan Maluku
iii
3.4.2.2 Estimasi dan Prediksi Trip-ends danMAT 3 - 15
3.4.2.3 Simulasi Jaringan 3 - 163.5 Analisis Normatif 3 - 183.6 Azas Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) 3 - 19
BAB 4 KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN TRANSPORTASISAAT INI 4 - 14.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi 4 - 14.2 Kependudukan 4 - 44.3 Produk Domestik Regional Bruto 4 - 54.4 Kinerja Pelayanan, Jaringan Pelayanan Dan Jaringan
Prasarana Transportasi Wilayah Saat Ini 4 - 64.4.1 Jaringan Jalan 4 - 94.4.2 Angkutan Darat 4 - 104.4.3 Angkutan Penyeberangan 4 - 124.4.4 Angkutan Laut 4 - 164.4.5 Angkutan Udara 4 - 18
4.5 Matrik Asal Tujuan 4 - 22
BAB 5 PERKIRAAN KONDISI MENDATANG 5 - 15.1 Rencana Proyek MP3EI 5 - 15.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate 5 - 35.3 Pemodelan Transportasi 5 - 6
5.3.1 Matrik Asal Tujuan 5 - 6
BAB 6 ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN 6 - 16.1 Arah Pengembangan Jaringan Transportasi 6 - 1
6.1.1 Kondisi Yang Diinginkan 6 - 16.1.2 Kebijakan Yang Diinginkan 6 - 46.1.3 Program Prioritas 6 - 6
6.2 Inventarisasi Rencana Proyek MP3EI danPembangunan Daerah Kota Ternate 6 - 7
DAFTAR PUSTAKA
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi.Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampumenghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakansecara efisien dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakandinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa;mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah,peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkanperkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudanWawasan Nusantara.
MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasanpembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitungsejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaanRencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapidokumen perencanaan.
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonominasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasionalIndonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut MP3EImenetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tigastrategi utama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakannasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SistemTransportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN),Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agardapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian darikonektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasional
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 2
perlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusatperekonomian lokal, regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkandaya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkankeuntungan dari keterhubungan lokal, regional dan global/internasional.
Implementasi pelaksanaan MP3EI dalam fase pertama kurun waktu tahun 2011– 2014 yaitu pembentukan dan operasionalisasi institusi pelaksana MP3EI yangterdiri dari :
Penyusunan rencana aksi untuk debottlenecking regulasi, perizinan,insentif, dan pembangunan dukungan infrastruktur yang diperlukan, sertarealisasi komitmen investasi (quick-wins).
Penetapan hubungan internasional untuk pelabuhan dan bandar udara.
Penguatan lembaga litbang dan pelaksanaan riset di masing-masingkoridor.
Pengembangan kompetensi SDM sesuai kegiatan ekonomi utama koridor.
Di sisi lain, sebagai unsur pendorong dalam pengembangan transportasiberfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkandaerah terisolasi, tertinggal dan perbatasan dengan daerah berkembang yangberada di luar wilayahnya, sehingga terjadi pertumbuhan perekonomian yangsinergis.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) pada hakekatnya merupakan suatuKonsep Pembinaan Transportasi dalam pendekatan kesisteman yangmengintegrasikan sumber daya dan memfasilitasi upaya-upaya untuk mencapaitujuan nasional. Dalam hal ini adalah penting untuk secara berkelanjutanmemperkuat keterkaitan fungsi atau keterkaitan aktivitas satu sama lainnya baiklangsung maupun tidak langsung dengan penyelenggaraan transportasi baikpada Tataran Transportasi Nasional (Tatranas), Tataran Transportasi Wilayah(Tatrawil), maupun Tataran Transportasi Lokal (Tatralok).
Sistranas diwujudkan dalam Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS)ditetapkan oleh pemerintah, Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL)ditetapkan oleh pemerintah propinsi, dan Tataran Transportasi Lokal(TATRALOK) ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Keterkaitan ketigatataran tersebut tidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya akan menjadi acuanbagi semua pihak terkait dalam penyelenggaraan transportasi untuk perwujudanpelayanan transportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran lokal, wilayahmaupun nasional.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 3
Dalam kaitan tersebut dan dalam rangka perwujudan SISTRANAS dalammendukung MP3EI perlu disusun jaringan transportasi pada tataran Nasional,Propinsi dan Lokal Kabupaten/Kota agar tercipta harmonisasi dan sinkronisasipenyelenggaraan transportasi. Pada Tataran wilayah Propinsi (Tatrawil) telahdisusun secara simultan pada tahun 2012 yang perlu di tindak lanjuti denganpenyusunanan Tatralok pada tahun 2013 ini khususnya pada wilayahKabupaten/Kota yang belum berkembang dengan baik. Dengan demikiandiperoleh arah pembangunan jaringan pelayanan dan jaringan prasarana yangdapat berperan dalam mendukung perekonomian wilayah dan mendorongpertumbuhan wilayah yang belum berkembang baik pada tataran lokal, propinsihingga nasional/internasional.
Secara makro, perkembangan ekonomi dan transportasi di wilayah Maluku Utaratidak lepas dari perkembangan ekonomi nasional, regional daninternasional di sekitarnya. Secara nasional, Program Master Plan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 sepertiyang diatur dalam Perpres Nomor 32 tahun 2011 diperkirakan dapatmenjadi rujukan baru dan penting bagi Propinsi Maluku Utara dalam menatasistem dan layanan transportasinya sehingga selaras dengan program MP3EIguna mendukung program penguatan ekonomi koridor enam di aras PropinsiPapua, Maluku dan Maluku Utara yang berbasiskan inovasi (innovation driveneconomy) dan bukan hanya berdasarkan kebutuhan (needed driven economy).Berdasarkan rencana MP3EI tersebut diperkirakan besaran nilai investasiyang berpotensi dilakukan di wilayah Maluku Utara seperti yangditunjukkan pada Gambar 1.1 di bawah ini diperkirakan sekitar Rp 113,5 Trilyun.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 4
Sumber: Bappenas (2011)Gambar 1.1. Rencana dan Nilai Investasi MP3EI di Maluku Utara (nomor 1
dan 2)
Atas dasar tersebut di atas maka perlu dilakukan Penyusunan Tatralok dalamupaya peningkatan pelayanan transportasi baik jaringan pelayanan maupunjaringan prasarana transportasi, serta peningkatan keterpaduan antar danintramoda transportasi, disesuaikan dengan perkembangan ekonomi, tingkatkemajuan teknologi, kebijakan tata ruang dan lingkungan.
Adapun Penyusunan Tatralok tersebut mengacu pada PerPres No. 32 Tahun2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia (MP3EI) 2011-2025, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang PenataanRuang, UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008Tentang Pelayaran, UU No. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara, dan UU No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 5
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun, mengevaluasi dan meninjau ulangTataran Transportasi Lokal sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi,wilayah sebagai pedoman pengaturan dan pembangunan transportasi wilayah.
Tujuannya dari kegiatan ini adalah agar rencana dan program pengembangantransportasi di wilayah lokal kabupaten/kota, propinsi dan nasional efektif danefisien sesuai dengan Masterplan Percepatan Perluasan PembangunanEkonomi Indonesia (MP3EI) dan rencana pengembanganan jaringan padaTatranas dan Tatrawil.
1.3 RUANG LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi ini adalah :
a. Identifikasi permasalahan yang ada pada sistem transportasi lokal;
b. Evaluasi pelayanan, jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasisecara terpadu;
c. Analisis permintaan transportasi lokal terkait dengan rencana tata ruangwilayah kabupaten / kota dan rencana pembangunan dalam MP3EI danTatrawil, Tatranas;
d. Pengkajian Model pengembangan jaringan transportasi wilayahkabupaten/kota;
e. Merumuskan alternatif pengembangan jaringan transportasi;
f. Menetapkan prioritas dan tahapan pengembangan jaringan transportasilokal dalam kurun waktu 2014, 2019, 2025 dan 2030;
g. Merumuskan kebijakan pelayanan jaringan transportasi lokal;
h. Menyusun rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang Sistranas padaTataran Transportasi Lokal (Tatralok);
i. Mengadakan FGD di Ibu Kota Kabupaten/Kota untuk mendapatkanmasukan alternatif pengembangan jaringan transportasi lokal;
j. Menyelenggarakan seminar penyempurnaan laporan akhir dan legalitasTatralok di Ibu Kota Propinsi.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode survei pada Kabupaten/Kota,selanjutnya hasil survey kemudian dianalisis dan dilakukan FGD serta
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 6
serangkaian pembahasan pada tiap tahapan laporan dengan tim pengarah danpendamping yang dibentuk dengan SK Kepala Badan Litbang Perhubungansehingga akan menghasilkan keluaran. Pada akhir kegiatan studi inidiselenggarakan seminar pada wilayah studi.
Tahapan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan ini dilakukan sebagai berikut:
1) Tahapan Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Penyusunan laporan pendahuluan ini berisi penjabaran dari kerangka acuanyang meliputi metodologi dan pendekatan atau teori yang akan diterapkan,rencana kerja dan jadual kegiatan serta daftar kuesioner yang akandigunakan dalam penelitian.
2) Tahapan Laporan Antara (Interim Report)
Penyusunan laporan antara memuat hasil-hasil pengumpulan data sertapenjelasan metode pengolahan/analisis serta penyusunan langkahselanjutnya analisis lengkap.
3) Tahapan Rancangan Laporan Akhir (Draft Final Report)
Penyusunan rancangan laporan akhir berisi pengolahan data, analisis danevaluasi dari hasil pengumpulan data pada laporan antara serta draftrekomendasi.
4) Tahapan Laporan Akhir (Final Report)
Penyusunan pada tahap laporan akhir merupakanperbaikan/penyempurnaan dari Rancangan Laporan Akhir setelah melaluiserangkaian diskusi dan pembahasan.
1.4 BATASAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dibatasi hanya dalam lingkup penyusunan TataranTransportasi Lokal kabupaten/kota terkait untuk mendukung prioritaspembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Maluku – Papua.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
1 - 7
1.5 INDIKATOR KELUARAN DAN KELUARAN
Indikator keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya Dokumen TataranTransportasi Lokal (TATRALOK) dan konsep legalitas penetapannya di dua kota(Ternate dan Tidore Kepulauan) dan empat kabupaten (Halmahera Tengah,Halmahera Timur, Halmahera Barat, dan Morotai).
Keluaran dari kegiatan ini adalah 1 (satu) laporan hasil penelitian berikutlegalitasnya yaitu dua kota (Ternate dan Tidore Kepulauan) dan empatkabupaten (Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Halmahera Barat, danMorotai).
1.6 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan studi ini dilaksanakan di dua Kota dan empat Kabupaten, yaitu KotaTernate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Tengah, KabupatenHalmahera Timur, Kabupaten Halmahera Barat, dan Kabupaten Morotai. Adapunkegiatan pelaksanaan studi akan dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan kalender(27 Maret – 26 Oktober 2013), berdasarkan No. Kontrak : PL.102/15/2-BLT-2013dan No. SPMK : PL.102/15/9-BLT-2013.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENDEKATAN STUDI
Pendekatan yang memayungi studi ini secara sinergi adalah melalui MP3EI(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yangmerupakan arahan strategis dan percepatan pembangunan ekonomi khususnyadi wilayah studi tersebut. MP3EI menetapkan penguatan konektivitas nasionalsebagai salah satu dari 3 strategi utama. Konektivitas nasional merupakanpengintegrasian 4 elemen kebijakan nasional yang terdiri dari sistem logistiknasional (Sislognas), sistem transportasi nasional (Sistranas), pengembanganwilayah (RPJMN/RTRWN), dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).Strategi ini untuk mewujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien danterpadu. Berarti pada wilayah studi ini perlu memahami pula keterkaitannya baiksecara lokal, kabupaten/kota, wilayah propinsi, maupun nasional, bahkanregional dan global.
Untuk memahami semuanya ini, perlu pengertian-pengertian dasar tentangistilah kunci, seperti: Definisi Sistranas, Tujuan dan Sasaran Sistranas, sertaTataran Transportasi (Tatranas, Tatrawil, dan Tatralok) yang dirangkum dalamkerangka pemikiran Pola Dasar Sistranas. Begitu juga halnya dengan Cetak BiruTransportasi Antarmoda/Multimoda, yang menggambarkan Alur Pikir Cetak BiruTransportasi Antarmoda/Multimoda, Visi dan Misi Transportasi Antarmoda/Multimoda, Strategi Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda, danProgram Pengembangan Transportasi Antarmoda/Multimoda dalam rangkamendukung prioritas pembangunan sentra produksi di koridor ekonomi Papua-Kepulauan Maluku yang dirajut dalam MP3EI.
Kegiatan ini perlu alasan dan landasan atau acuan normatif yang mendasarkanpada PP No. 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan Dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, UU No. 26 Tahun 2007Tentang Penataan Ruang, UU di Bidang Transportasi yaitu UU No. 23 Tahun2007 Tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UUNo. 1 Tahun 2009 Tentang Angkutan Udara dan UU No. 22 Tahun 2009 TentangLalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 2
2.2 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNANEKONOMI INDONESIA (MP3EI) 2011-2025
2.2.1 Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalamUndang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesiayang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akanmenempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 denganpendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengannilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untukmewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persenpada periode 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada periode 2015 –2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi darisebesar 6,5 persen pada periode 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025.Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan karakteristiknegara maju.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.1. Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 3
Visi 2025 tersebut diwujudkan melalui 3 (tiga) misi yang menjadi fokusutamanya, yaitu:
1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi sertadistribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah,dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dansinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhanekonomi.
2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaranserta integrasi pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dandaya tahan perekonomian nasional.
3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan,menuju innovation-driven economy.
2.2.2 Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah Melalui Koridor Ekonomi
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia diselenggarakanberdasarkan pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,baik yang telah ada maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakanintegrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah mengembangkanproduk yang menjadi keunggulannya. Tujuan pengembangan pusat-pusatpertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan keuntunganaglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaikiketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 4
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.2. Ilustrasi Koridor Ekonomi
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dilakukan denganmengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatankonektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusatpertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastrukturpendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dankonektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatanpotensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tigastrategi utama (pilar utama).
2.2.3 Koridor Ekonomi Indonesia
Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dankeunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagainegara yang terdiri atas ribuan pulau dan terletak di antara dua benua dan duasamudera, wilayah kepulauan Indonesia memiliki sebuah konstelasi yang unik,dan tiap kepulauan besarnya memiliki peran strategis masing-masing yang kedepannya akan menjadi pilar utama untuk mencapai visi Indonesia tahun 2025.Dengan memperhitungkan berbagai potensi dan peran strategis masing-masingpulau besar (sesuai dengan letak dan kedudukan geografis masing-masing
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 5
pulau), telah ditetapkan 6 (enam) koridor ekonomi seperti yang tergambar padaGambar 2.3.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.3. Peta Koridor Ekonomi Indonesia
2.2.4 Arahan Pengembangan Kegiatan Ekonomi Utama
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatanekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhaninfrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundanganbaru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi.Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari SistemPerencanaan Pembangunan Nasional.
MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaanpembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka PanjangNasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dankomplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan danperluasan pembangunan ekonomi, seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional GasRumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yangberkenaan dengan perubahan iklim global..
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 6
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.4. Posisi MP3EI dalam Rencana Pembangunan Pemerintah
2.2.5 Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku terdiri dari Propinsi Papua, PropinsiPapua Barat, Propinsi Maluku dan Propinsi Maluku Utara. Sesuai dengan temapembangunannya, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku merupakanpusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional.Secara umum, Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Maluku memilikipotensi sumber daya alam yang melimpah, namun di sisi lain terdapat beberapamasalah yang harus menjadi perhatian dalam upaya mendorong perekonomiandi koridor ini, antara lain:
1. Laju pertumbuhan PDRB di Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Malukudari tahun 2006 – 2009, tergolong relatif tinggi, yakni sebesar 7 persen,namun besaran PDRB tersebut relatif kecil dibanding dengan koridorlainnya;
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 7
2. Disparitas yang besar terjadi di antara kabupaten di Papua. Sebagai contoh,PDRB per kapita Kabupaten Mimika adalah sebesar IDR 240 juta,sementara kabupaten lainnya berada di bawah rata-rata PDB per kapitanasional (IDR 24,26 juta);
3. Investasi yang rendah di Papua disebabkan oleh tingginya risiko berusahadan tingkat kepastian usaha yang rendah;
4. Produktivitas sektor pertanian belum optimal yang salah satunyadisebabkan oleh keterbatasan sarana pengairan;
5. Keterbatasan infrastruktur untuk mendukung pembangunan ekonomi;6. Jumlah penduduk yang sangat rendah dengan mobilitas tinggi memberikan
tantangan khusus dalam pembuatan program pembangunan di Papua.Kepadatan populasi Papua adalah 12,6 jiwa/km2, jauh lebih rendah darirata-rata kepadatan populasi nasional (124 jiwa/km2).
Strategi pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku(Gambar 2.5) difokuskan pada 5 kegiatan Ekonomi utama, yaitu PertanianPangan - MIFEE (Merauke Integrated Food & Energy Estate), Tembaga, Nikel,Migas, dan Perikanan.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 8
Sumber: MP3EI, 2011.Gambar 2.5. Peta Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 9
2.3 PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
Suksesnya pelaksanaan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia tersebut sangat tergantung pada kuatnya derajat konektivitas ekonominasional (intra dan inter wilayah) maupun konektivitas ekonomi internasionalIndonesia dengan pasar dunia. Dengan pertimbangan tersebut MasterplanPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)menetapkan penguatan konektivitas nasional sebagai salah satu dari tigastrategi utama (pilar utama).
Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakannasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), SistemTransportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN),Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agardapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif, efisien, dan terpadu.
Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia merupakan bagian darikonektivitas global. Oleh karena itu, perwujudan penguatan konektivitas nasionalperlu mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan pusat-pusatperekonomian regional dan dunia (global) dalam rangka meningkatkan dayasaing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan guna memaksimalkankeuntungan dari keterhubungan regional dan global/internasional.
Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu bangsadalam mengelola mobilitas yang mencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1. Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas manusia di,dari dan ke wilayah.
2. Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang menyangkutmobilitas komoditi industri dan hasil industri.
3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur mahluk hidupdi luar manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds,Bio-Plasma, BioGen, Bioweapon1.
4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi, sumber dayamanusia dan modal pembangunan bagi wilayah.
5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk kepentinganpembangunan wilayah yang saat ini sangat terkait dengan penguasaanteknologi informasi dan komunikasi.
Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut diatas akanmeningkatkan kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluaspembangunan dan mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 10
UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka PanjangNasional 2005 – 2025.
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:
1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untukmemaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukankeseragaman, melalui inter-modal supply chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas daripusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yanginklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanandasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangkapemerataan pembangunan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponenkonektivitas yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu.Beberapa komponen dimaksud merupakan pembentuk postur konektivitassecara nasional (Gambar 2.7), yang meliputi: (a) Sistem Logistik Nasional(SISLOGNAS); (b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS); (c)Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN); (d) Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK/ICT). Rencana dari masing-masing komponen tersebut telahselesai disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu, PenguatanKonektivitas Nasional berupaya untuk mengintegrasikan keempat komponentersebut.
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebutkemudian dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘Terintegrasi SecaraLokal, Terhubung Secara Global (Locally Integrated, Globally Connected)’,seperti yang terlihat pada Gambar 2.8
Yang dimaksud Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitasuntuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasisecara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu, diperlukanintegrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-moda tansportasi,komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusidan kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringantransportasi dan pelayanan sarana inter-moda transportasi yang terhubungsecara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi dan informasi juga perludiintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus informasi terutama untuk
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 11
kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian lainnya berbasiselektronik.
Sumber: MP3EI, 2011.Gambar 2.7. Komponen Konektivitas Nasional
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 12
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.8. Visi Konektivitas Nasional
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuanganharus dapat dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapatdipantau melalui jaringan informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari prosespengadaan, penyimpanan/ pergudangan, transportasi, distribusi, danpenghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempatyang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampaidengan titik tujuan (destination).
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukanseluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusifdan berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antar daerah. Sedangkanyang dimaksud globally connected adalah sistem konektivitas nasional yangefektif dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistemkonektivitas global melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan danbandara (international gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dantrade/industry facilitation.
Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannyadengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 13
tersebut. Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitassecara terintegrasi antara pusatpusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi danjuga antar koridor ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutamauntuk memperlancar perdagangan internasional maupun sebagai pintu masukbagi para wisatawan mancanegara. (Gambar 2.9).
Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagaiberikut: (1) meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi, (2)menurunkan biaya logistik, (3) mengurangi ekonomi biaya tinggi, (4) mewujudkanakses yang merata di seluruh wilayah, dan (5) mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.
Sumber: MP3EI, 2011.
Gambar 2.9. Kerangka Kerja Konektivitas Nasional
Dalam konteks ini akan dilakukan pembangunan Kawasan Perhatian Investasi(KPI) dengan tujuan membangun pusat perhatian baru. KPI juga ditujukan untukmempermudah integrasi dengan kegiatan-kegiatan yang terkait infrastruktur,sumber daya manusia (SDM), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sertaregulasi. Dimana Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi dalam lokasi
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 14
tertentu. KPI merupakan satu atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiataninvestasi yang beraglomerasi di area yang berdekatan, seperti yang terlihat padaGambar 2.10.
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.10. Integrasi KPI
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 15
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
Gambar 2.12. KPI dan Nilai Investasi Sektor Riil
Tabel 2.1. KPI Prioritas Sektor Riil
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
2 - 16
NOKPI NAMA KPI NILAI INVESTASI
1 Merauke (MIFEE) 57,7 T
2 Timika 160,9 T
3 Halmahera 125,5 T
4 Bintuni 108 T
5 Morotai 30,4 T
6 Ambon 10,3T
7 Nabire 764 M
8 Manokwari 784 M
Sumber: Bahan Paparan Koordinasi SISTRANAS dan MP3EI 2013
KPI Prioritas
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 1
BAB 3
METODOLOGI STUDI
3.1 METODOLOGI STUDI
Untuk dapat melaksanakan seluruh lingkup kajian dalam konteks materi danwaktu yang disyaratkan, maka dalam pekerjaan Penelitian Penyusunan TataranTransportasi Lokal Kab/Kota disusun metodologi studi yang disajikan dalambentuk bagan alir (Gambar 3.1), dengan susunan tahapan pelaksanaan sebagaiberikut:
1) Tahap Persiapan, yang hasilnya disampaikan pada Laporan Pendahuluan,dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Identifikasi Masalah & Tujuan Studi
b) Identifikasi Pelayanan
c) Identifikasi Jaringan Pelayanan
d) Identifikasi Jaringan Prasarana Transportasi Terpadu.
Keempat identifikasi tersebut merupakan inisiasi studi, termasuk studiliteratur dan peraturan perundangan yang berlaku.
2) Tahap Pengumpulan Data & Analisis Awal, yang hasilnya disampaikan padaLaporan Antara, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Pengumpulan Data Primer & Sekunder, yang diawali dengan persiapansurvei.
b) Survei Pola Bangkitan & Tarikan
c) Survei Pergerakan Transportasi Luar & Dalam Kab/Kota
d) Survei Wawancara dan Survei Instansional untuk Laporan KegiatanSerupa Terdahulu (antara lain: tinjau ulang jaringan transportasiPropinsi khususnya pada wilayah studi, inventarisasi rencana umumdan teknis, kebijakan nasional dan daerah di wilayah studi).
e) Matriks Asal Tujuan, termasuk kompilasi data yang terkumpul.
f) Analisis Permintaan Transportasi, sebagai analisis awal dari analisisTatrawil dan Tatralok.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 2
g) Kajian Model Pengembangan Jaringan Transportasi Wilayah Kab/Kota,yang meliputi: Pemetaan potensi dan kendala Analisis wilayah Analisis teknis dan analisis normatif
3) Tahap Analisis, yang hasilnya disampaikan pada Laporan Akhir Sementara,dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Merumuskan Kebijakan Strategi dan Program Pengembangan JaringanPrasarana Pelayanan Transportasi
b) Merumuskan Alternatif Pengembangan Jaringan Transportasi
c) Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan Jaringan Lokaldengan Kurun Waktu 2014, 2019, 2025, 2030.
4) Tahap Penyempurnaan & Finalisasi, yang hasilnya disampaikan padaLaporan Akhir, dengan lingkup kegiatan meliputi:
a) Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Sistranaspada Tatralok
b) Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kota untuk Mendapat MasukanAlternatif
c) Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan Laporan Akhir danLegalitas Tatralok di Ibukota Propinsi.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 3
Gambar 3.1. Bagan Alir Metodologi Studi
IdentifikasiPelayanan
IdentifikasiJaringan Pelayanan
Identifikasi JaringanPrasarana Transportasi Terpadu
Pengumpulan Data & InformasiPrimer & Sekunder
Pemahaman RTRW
Kab/Kota
Survei PergerakanTransportasi Luar &
Dalam Kab/Kota
Survei Wawancara Survei Instansional untuk Laporan
Kegiatan Serupa Terdahulu
Pemantapan RTRW Kab/Kota
Analisis Potensi &Pengembangan Trans
Kajian Model Pengembangan JaringanTransportasi Wilayah Kab/Kota
Merumuskan Kebijakan Strategi danProgram Pengembangan JaringanPrasarana Pelayanan Transportasi
Merumuskan AlternatifPengembangan Jaringan
Transportasi
Menetapkan Prioritas dan Tahapan Pengembangan JaringanLokal dengan Kurun Waktu 2014, 2019, 2025, 2030
Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentangSistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
Mengadakan FGD di Ibukota Kab/Kotauntuk Mendapat Masukan Alternatif
Menyelenggarakan Seminar untuk Penyempurnaan FR &Legalitas Tatralok di Ibukota Propinsi
LAPORANPENDAHULUAN
Bulan 1
LAPORANANTARABulan 4
RANCANGANLAPORAN
AKHIRBulan 5
LAPORANAKHIRBulan 7
Identifikasi Masalah& Tujuan Studi
Program pengembangan transportasi di wilayah lokal kabupaten/kota,propinsi dan nasional efektif dan efisien sesuai dengan MP3EI
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 4
3.2 POLA PIKIR STUDI
Pola pikir pelaksanaan studi ini dikembangkan atas dasar latar belakang,maksud dan tujuan, sasaran dan lingkup studi yang disampaikan pada KAK (lihatBab I). Untuk dapat menyusun suatu studi yang komprehensif maka perludipahami konteks studi secara holistik yang menyangkut semua issue, aspeknormatif, lingkungan strategis, dan semua elemen sistem yang terkait denganpengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara.
Diagram pola pikir umum studi ini secara garis besar disampaikan pada Gambar3.3. Dimulai dari review hasil studi terdahulu dalam dokumen perencanaaneksisting MP3EI, (RTRW Nasional/ Propinsi Maluku Utara), SISTRANAS/WIL,Renstra Propinsi Maluku Utara, dan studi terdahulu) sejumlah data eksistingserta rencana dan program eksisting dapat ditelusuri. Pemetaan terhadap peranmasing-masing stakeholders (Pemkab, Swasta, dan Masyarakat) dalamlingkungan strategis yang dikoridori oleh aspek normatif berupa peraturanperundangan yang berlaku merupakan langkah penting untuk dapat memahamikonteks, lingkup, serta identifikasi masalah yang dihadapi dalam pengembanganTatralok di Propinsi Maluku Utara.
Elaborasi hasil pemetaan peran serta kondisi obyektif dari sistem transportasiyang ada saat ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam penyusunan strategiumum (grand strategy) pengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara yangkomprehensif dan terpadu (antar moda, antar wilayah, antar stakeholders, dll.).Dalam strategi umum ini termaktub sejumlah program pokok (main programs)yang harus dijabarkan dalam tahapan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Sebagai goal/tujuan akhir dari semua kegiatan tersebut adalah terciptanya tujuanpengembangan Tatralok di Propinsi Maluku Utara dalam jangka waktu yangdirencanakan dengan sejumlah kriteria atau karakteristik jaringan prasarana danjaringan pelayanan yang handal (efektif dan efisien), cepat, tertib, aman, lancar,dan terjangkau masyarakat.
Untuk mendukung semua proses pengembangan Tatralok di Propinsi Malukuutara, bagaimanapun juga diperlukan adanya kajian kuantitatif dan kualitatif yangdilengkapi oleh data-data terkait dengan pola permintaan perjalanan, kondisi dankinerja jaringan transportasi yang ada, konstelasi sosial-ekonomi yang ada, sertaprediksi perubahannya ke depan dalam lingkup situasi tantangan, peluang, danhambatan yang berkembang dari waktu ke waktu.
Hal ini merujuk kepada kebutuhan akan adanya pemahaman mendasarmengenai konteks penyusun Tatralok, serta adanya analisis (dan pengumpulandata) yang lengkap dan mendalam untuk memperoleh gambaran atau pemetaan
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 5
mengenai situasi transportasi dan pola kegiatan ekonomi yang ada dankemungkinan perubahannya di Propinsi Maluku Utara dan di wilayah sekitarnyayang saling mempengaruhi.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 6
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 7
3.3 ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibattersebarnya tata ruang (spasial separation) di mana kebutuhan/ kegiatanmanusia dan proses ekonomi barang tidak dapat diakomodasi hanya di saturuang saja, sehingga timbul kebutuhan pergerakan melalui berbagai modatransportasi.
Penataan ruang yang mempengaruhi pola dan intensitas kegiatan sosio-ekonomimerupakan indikator yang merepresentasikan pattern dari sistem kegiatan yangharus dilayani oleh sistem transportasi. Dengan demikian, bagaimana setting tataruang yang akan dituju di masa datang akan sangat mempengaruhi bagaimanapola dan intensitas permintaan perjalanan, yang pada gilirannya akanmenentukan kebutuhan akan jaringan prasarana dan jaringan pelayanantransportasi. Dalam konteks penyusunan Tatralok Propinsi Maluku Utara ini,maka pemahaman terhadap arahan penggunaan ruang yang dituangkan dalamRTRW menjadi sangat penting. Apalagi dalam struktur dokumen perencanaanTatralok merupakan pengejawantahan RTRW untuk sektor transportasi.
Pada Gambar 3.4 disajikan bagaimana interaksi antara perkembangan wilayahdengan transportasi. Terlihat bahwa korelasi antara transportasi dan perubahanatau perkembangan wilayah sangatlah besar, sehingga arahan pengembangantata ruang dan perkembangan alamiah sesuai mekanisme pasar akan sangatmenentukan bagaimana pola permintaan perjalanan wilayah di Propinsi MalukuUtara ini akan berkembang di masa datang.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 8
Gambar 3.4. Interaksi Perkembangan Wilayah denganKebutuhan Transportasi
3.4 PEMODELAN TRANSPORTASI
3.4.1 Struktur Model
Dalam studi perencanaan sistem transportasi, sebagaimana halnya dalam StudiSistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Propinsi MalukuUtara ini, sangat diperlukan adanya pemahaman mengenai besaran dan polapermintaan perjalanan. Permintaan perjalanan umumnya ditentukan oleh polainteraksi ekonomi dalam pengaturan ruang yang ada, karakteristik suplai jaringantransportasi yang ada (kapasitas, flow vs speed, dan konfigurasinya), sertainteraksi yang terjadi dalam ruang lalulintas yang disediakan. Untuk itudiperlukan suatu model yang dapat merepresentasikan interaksi antara elementata ruang, ekonomi, permintaan perjalanan, jaringan transportasi, dan lalu lintasyang terjadi.
Dalam studi ini digunakan model transportasi empat tahap (four stages transportmodel) yang terdiri dari tahap bangkitan perjalanan (trip generation), sebaranperjalanan (trip distribution), pemisahan moda (modal split), dan pemilihan rute(route choice). Model ini dipilih karena: mudah dalam aplikasinya, cukup baikmerepresentasikan karakteristik dan interaksi penting pada sistem transportasi,dan mampu menggambarkan dampak dari intervensi yang dilakukan terhadap
Perkembangan wilayah
Kebijakan perencanaan (MP3EI,RTRW, Renstra, Tatrawil, dll)
Mekanisme pasar (natural setting)
REGIONAL DEVELOPMENT
Faktor Sosio Ekonomi Pola Tata Guna Lahan
Jumlah dan Pola Perjalanan
Kebutuhan Transportasi
TRANSPORTDEMAND
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 9
sistem transportasi di wilayah studi. Secara umum skema struktur modelperencanaan empat tahap ini ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Pendekatan model dimulai dengan menetapkan sistem zona dan jaringantransportasi, termasuk di dalamnya adalah karakteristik sosial-ekonomi di tiapzona dan karakteristik suplai jaringan yang ada. Dengan menggunakan informasitersebut kemudian diestimasi total perjalanan yang dibangkitkan dan/atau yangditarik oleh suatu zona tertentu (trip ends) atau disebut dengan proses bangkitanperjalanan (trip generation). Tahap ini menghasilkan persamaan trip generationyang menghubungkan jumlah perjalanan dengan karakteristik zona yangbersangkutan.
Selanjutnya diprediksi dari/ke mana tujuan perjalanan yang dibangkitkan atauyang ditarik oleh suatu zona tertentu atau disebut tahap distribusi perjalanan (tripdistribution). Dalam tahap ini akan dihasilkan matriks asal-tujuan (MAT). Padatahap pemilihan moda (modal split) MAT tersebut kemudian dialokasikan sesuaidengan moda transportasi yang digunakan para pelaku perjalanan untukmencapai tujuan perjalanannya. Dalam tahap ini dihasilkan MAT per moda.
Terakhir, pada tahap pemilihan rute (trip assignment) MAT didistribusikan kesetiap ruas/link moda yang tersedia di dalam jaringan sesuai dengan kinerja ruteyang ada. Tahap ini menghasilkan estimasi arus lalu lintas dan waktu perjalanandi setiap ruas. Hasil inilah yang digunakan sebagai dasar analisis dalammengevaluasi serangkaian alternatif kebijakan pengembangan jaringantransportasi yang diusulkan.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 10
Gambar 3.6. Pemodelan Perencanaan Transportasi Empat Taha
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 11
3.4.2 Proses Pemodelan Transportasi
3.4.2.1 Penetapan Sistem Zona dan Sistem Jaringan
Penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi dilakukan sebagaikompromi antara tingkat akurasi, biaya, ketersediaan data, dan aplikabilitasmodel. Berdasarkan pengalaman yang dilakukan dari studi terdahulu, makadalam studi ini ditetapkan bahwa:
1. Batas wilayah studi adalah batas wilayah administrasi Kabupaten/Kota diProp. Maluku Utara, di mana wilayah di sekitarnya diasumsikan sebagaizona eksternal.
2. Agregasi zona di dalam wilayah studi adalah kecamatan, yang selanjutnyadisebut sebagai zona internal.
3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, sedangkan jaringanangkutan umum diperlakukan sebagai fixed-flow, moda transportasi laindiintegrasikan melalui simpul terminal (moda darat), pelabuhan (moda air),dan bandara (moda udara).
Sistem zona tersebut dapat diilustrasikan dalam bentuk gambar sederhana yangdapat dilihat pada Gambar 3.7.
Keterangan:Kec. A B = pergerakan orang/barang antar kecamatan dalam satu
kab/kota.Kec. E C = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan diluar kab/kota
menuju ke kecamatan di dalam kab/kota.Kec. D F = pergerakan orang/barang dari suatu kecamatan di dalam
kab/kota menuju ke kecamatan di luar kab/kota.
Kec. A
Zona InternalZona EksternalZona Eksternal
Batas Kab/Kota
Kec. B
Kec. E Kec. C Kec. D Kec. F
Kec. G Kec. H
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 12
Kec. D F = pergerakan orang/barang dari dan ke kecamatan di luarkab/kota.
Gambar 3.7. Sistem Zona Kecamatan
Dengan penetapan sistem zona tersebut, maka akan terbentuk Matriks Asal-Tujuan Antar Kecamatan. Matriks Asal-Tujuan ini dikelompokkan berdasarkanpergerakan orang dan barang, dimana pergerakan barang ini diuraikan lagiberdasarkan jenis barang yang diproduksi, meliputi hasil produksi pangan, sayur-sayuran dan buah-buahan, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangandan penggalian, industri pengolahan, dan kehutanan..
Untuk model jaringan transportasi yang diintegrasikan melalui simpul-simpulmoda transportasi yang dibatasi dalam suatu kabupaten/kota, dapat terbentukdari pengumpulan dan pengolahan data kedalam bentuk Matriks Asal-TujuanAntar Simpul Moda Transportasi.
3.4.2.2 Estimasi dan Prediksi Trip-ends dan MAT
Secara skematis bagan alir proses estimasi trip-ends dan MAT yang dilakukanpada studi ini ditunjukkan oleh Gambar 3.8.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 13
Gambar 3.8. Mekanisme Estimasi Trip Ends dan MAT di Propinsi MalukuUtara
Prior MatrixMAT 2013
Traffic CountHasil survey primer
SATURN(via Program
Simulasi JaringanTransportasi)
Base MatrixMAT di Prov. Malut
Tahun 2014
summation
Base Trip endsProduksi perjalanan di
Prov. Malut 2014
Data sosial ekonomiStatistik di Prov. Malut:Penduduk, PDRB, dll
Analisis regresilinier
Model bangkitanperjalanan
Prediksi data sosialekonomi Prov. Malut
Growthrate
Trip endsprediction
Trip ends Prov. Malut:2014, 2015, 2016, 2017,2018, 2019, 2025, 2030
Jarak, waktu, dan biayatransportasi antar zona
ModelFurness/Gravity
MAT Prov. Malut:2014, 2019, dst
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 14
3.4.2.3 Simulasi Jaringan
Simulasi jaringan transportasi (dalam hal ini dititikberatkan untuk jaringan jalan)dilakukan dalam konteks untuk:
1. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara makro dalam jaringantransportasi di wilayah Propinsi Maluku Utara, seperti: kemacetan, besarnyabiaya transportasi, dan disparitas suplai jaringan.
2. Memprediksi permasalahan yang akan timbul di masa datang seiringdengan adanya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi, danperubahan intensitas penggunaan ruang.
3. Mengevaluasi kinerja dari sejumlah kebijakan perencanaan yang akanditerapkan di masa datang, misal: pembangunan jalan lingkar, jalan tol,maupun pengembangan moda laut, dan udara.
Gambar 3.9. Struktur Umum Model Pemilihan Rute pada Program SimulasiJaringan Transportasi
MATperjalanan
Data jaringantransportasi
Model Pemilihan Rute
Arus, kecepatan, waktu, jarak
AnalisisLanjutan
IINPUT
OUTPUT
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 15
3.5 ANALISIS NORMATIF
Analisis normatif dilakukan untuk memperoleh idealisasi pola jaringan pelayanan,hirarki prasarana, dan sistem operasi bagi pengembangan Tatralok di PropinsiMaluku Utara yang efektif dan efisien dalam rangka menunjang pengembanganwilayah, pemerataan pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi di wilayahPropinsi Maluku Utara. Aspek normatif ini dikembangkan berdasarkan reviewatas peraturan perundangan yang berlaku di setiap moda transportasi (jalan,angkutan umum, laut, dan udara) serta kajian konseptual secara teoterismengenai sistem transportasi yang ideal. Analisis ini diperlukan untukmemberikan gambaran arahan pengembangan jaringan transportasi di PropinsiMaluku Utara di masa yang akan datang sesuai dengan konsep yang lebih ideal.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam analisis normatif secara berurutandisampaikan sebagai berikut:
1. Melakukan kajian konsep pengembangan jaringan prasarana dan jaringanpelayanan untuk setiap moda transportasi (jalan, angkutan umum, laut, danudara) sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku/terbaru (UU,PP, Kepmen, Perda, dll),
2. Melakukan kajian teoretis hasil penelitian dan studi terdahulu baik di dalammaupun luar negeri mengenai idealisasi pola jaringan transportasi wilayah,
3. Melakukan analisis konsep Tatralok di Propinsi Maluku Utara yangmengelaborasikan aspek normatif secara praktis (dari butir a.) dan aspekteoritis (dari butir b.),
4. Mengidentifikasi simpul, link dan zona yang strategis dan penting untukdikembangkan dalam rangka mewujudkan Tatralok Propinsi Maluku Utara dimasa yang akan datang.
3.6 AZAS TATARAN TRANSPORTASI LOKAL (TATRALOK)
Berdasarkan Pedoman Teknis yang telah ditetapkan, Tataran Transportasi Lokal(Tatralok) harus disusun dengan berasaskan pada beberapa prinsip dasarberikut:
1. Azas Keadilan, dimana tataran transportasi yang disusun harus dapatmenunjang kelancaran perhubungan di semua sektor pembangunan danberpihak pada tiap lapisan masyarakat.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 16
2. Azas Transparansi, tataran transportasi yang disusun disosialisasikan danditerapkan secara terpadu serta transparasi pada semua sektorpembangunan dan diketahui oleh pejabat pelaksana dilapangan.
3. Azas Akuntabilitas, tataran transportasi yang disusun harus dianalisissecara teliti guna mendapatkan keserasian dan keterpaduan kesistemantransportasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam lingkupwilayah perencanaan.
4. Azas Realistis, tataran transportasi yang disusun harus ditunjang olehkondisi eksisting yang sebenarnya sehingga hasil kebijakan yang diperolehnantinya dapat sesuai dengan kondisi yang ada dan dapat dilaksanakansecara suistainable.
5. Azas Kesisteman, tataran transportasi yang disusun harus dapatmenggambarkan keterkaitan dan keterpaduan hubungan/kesistemantransportasi antar wilayah/kawasan dalam lingkup kajiannya, serta harusdisesuaikan dengan kebijakan sistem transportasi diatasnya.
6. Azas Keunggulan Moda, tataran transportasi yang disusun harus dapatmenggambarkan dan mengkaji potensi-potensi guna menemukan modaunggulan.
7. Azas Keterpaduan Intra dan Antar Moda, tataran transportasi yangdisusun harus dapat memberikan keterpaduan intra dan antara moda yangada, sehingga sinkronisasi sistem transportasi antara moda tersebut dapatberjalan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
8. Azas Koordinasi dan Sinkronisasi, tataran transportasi yang disusunharus dapat memberikan gambaran dan arahan koordinasi yang jelas dansinkronisasi yang terpadu dalam mengakomodasi perkembangan dankebutuhan disemua sektor pembangunan.
9. Azas Tinjau Ulang Secara Berkala, tataran trasnportasi yang disusunharus dilakukan tinjauan secara berkala guna menjaga konsistensi dalampelaksanaannya.
Lebih jelasnya, untuk Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)dapat dilihat pada Gambar 3.11.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
3 - 17
Gambar 3.11. Azas Penyusunan Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
TATRALOK
KEADILAN
TRANSPARANSI REALISTIS
AKUNTABILITASKESISTIMAN
TINJAUAN ULANGSECARA BERKALA
KOORDINASIDAN
SINKRONISASI
KETERPADUAN INTRA &ANTAR MODA
KEUNGGULAN MODA
TATRALOK
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 1
BAB 4
KONDISI WILAYAH DAN JARINGAN TRANSPORTASI SAAT INI
4.1. LETAK GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI
Ternate sebagai salah satu Kota di wilayah timur Indonesia memiliki kekayaan
berupa rempah-rempah yang melimpah. Kondisi kekayaan alam yang dimiliki
Ternate tersebut merupakan salah satu daya tarik bangsa asing seperti Portugis
dan Belanda untuk melakukan penjajahan di Maluku Utara khususnya Ternate.
Letak Kota Ternate yang dikelilingi oleh lautan dan memiliki fasilitas pelabuhan
merupakan salah satu faktor pendukung bangsa Asing untuk menjajah wilayah
ini. Kota Ternate merupakan wilayah Kepulauan yang wilayahnya dikelilingi oleh
laut dengan letak geografisnya berada pada posisi 0° - 2° Lintang Utara dan
126° - 128° Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 162,03 km²,
sementara lautannya 5.547,55 km².
Informasi menyangkut daftar Kecamatan dan jumlah Kelurahan di Kota Ternate
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Adapun peta administrasi Kota Ternate ditunjukkan
oleh Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Kecamatan dan Jumlah Kelurahan di Kota Ternate Tahun2102
No. Kode Kecamatan Ibu Kota Jumlah Kelurahan1 010 Pulau Ternate Jambula 132 011 M o t i Moti Kota 63 012 Pulau Batang Dua Mayau 64 013 Pulau Hiri Faudu 65 020 Ternate Selatan Kalumata 176 021 Ternate Tengah Salahuddin 157 030 Ternate Utara Dufa-Dufa 14
J u m l a h 77Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 2
Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 3
4.2. KEPENDUDUKAN
Berdasarkan Tabel 4.2, terlihat bahwa sebagian besar penduduk Kota Ternate
tinggal di wilayah kecamatan Ternate Selatan yaitu sebanyak 34,33 % dari total
jumlah penduduk sedangkan wilayah yang paling sedikit penduduknya yaitu
kecamatan Pulau Batang Dua, karena hanya 1,34 % dari total jumlah penduduk
Kota Ternate yang tinggal di kecamatan tersebut. Wilayah yang paling padat
penduduknya adalah kecamatan Ternate Tengah sebesar 4.915 jiwa/km2,
sedangkan wilayah yang paling kecil kepadatan penduduknya yaitu kecamatan
Pulau Batang Dua.
Tabel 4.2. Kepadatan Penduduk di Kota Ternate Menurut KecamatanTahun 2011
No. Kecamatan Jumlah Penduduk(jiwa)
Luas Wilayah(Km2)
Kepadatan(Jiwa/Km2)
1 Pulau Ternate 15.046 37,23 404
2 M o t i 4.505 24,8 182
3 Pulau Batang Dua 2.547 29,04 88
4 Pulau Hiri 2.801 6,70 418
5 Ternate Selatan 65.283 16,98 3.844
6 Ternate Tengah 53.328 10,85 4.915
7 Ternate Utara 46.673 14,38 3.245
Jumlah 190.184 139,98 1.359Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.3. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, PDRB atas dasar harga berlaku
Kota Ternate dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2011
PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 1.145.574 juta rupiah, sedangkan
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar 991.795 juta rupiah.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa terjadi perkembangan perekonomian Kota
Ternate.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 4
Pada tahun 2011 sektor-sektor yang berkontribusi besar terhadap pembentukan
PDRB atas dasar harga berlaku yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 29,45%, Sektor jasa sebesar 17,58%, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 16,24% serta sektor pertanian sebesar 13,26%.
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh kenaikan produksi barang
dan jasa pada wilayah tersebut pada tahun tertentu. Jika kenaikan produksi
barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka
dikatakan terjadi kenaikan pertumbuhan.
Tabel 4.12 menunjukkan PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha di Kota TernateTahun 2009 – 2011.
Tabel 4.3. PDRB atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usahadi Kota Ternate Tahun 2009-2011
No. Lapangan UsahaPDRB / Tahun (Jutaan Rupiah)
2009 2010 2011*
1 Pertanian 120 257 134 682 151 855
2 Pertambangan dan Penggalian 10 056 11 488 13 841
3 Industri Pengolahan 50 766 53 230 58 449
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 11 716 12 637 14 222
5 Bangunan 51 447 65 965 81 347
6 Perdagangan, Hotel danRestoran
246 306 294 696 337 365
7 Pengangkutan dan Komunikasi 133 526 155 427 186 029
8 Keuangan, Persewaan danJasa Perusahaan
71 659 85 925 101 039
9 Jasa-Jasa 149 633 177 744 201 426
PDRB 845 366 991 795 1 145 574* Angka Sementara Sumber: Kota TernateDalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 5
4.4 KINERJA PELAYANAN, JARINGAN PELAYANAN DAN JARINGANPRASARANA TRANSPORTASI WILAYAH SAAT INI
Sebagai simpul transportasi antar pulau serta pusat aktivitas perekonomian, baik
perdagangan dan sektor potensial lainnya di wilayah Maluku Utara sehingga
sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah, sebagaimana tercermin
pada struktur ekonomi Kota Ternate dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kota Ternate memiliki letak geografis yang strategis, berada pada pintu masuk
Maluku Utara, dan titik temu perdagangan lokal yang menghubungkan Ternate
dengan beberapa Kabupaten/Kota seperti, Halmahera Barat/Jailolo, Kota Tidore,
Kepulauan Sula/Sanana, Halmahera Utara/Tobelo, Halmahera Selatan/Bacan,
Halmahera Tengah, Halmahera Timur dan Morotai. Selain itu posisi ini juga telah
menjadikan Ternate sebagai Multigate pintu masuk-keluar jalur perdagangan
barang dan jasa antar wilayah yang berakses regional maupun nasional.
Berdasarkan “Profil Kota Ternate 2012”, menunjukan bahwa terjadi peningkatan
arus penumpang maupun arus barang bila dibandingkan dari tahun sebelumnya
(lihat Gambar 4.8). Ini menunjukan bahwa terjadinya pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat di Kota Ternate. Adanya perbedaan yang sangat signifikan antara
barang yang masuk dengan barang yang keluar dari Kota Ternate menunjukan
bahwa Kota Ternate merupakan Kota Jasa dan Perdagangan.
Arus Barang Arus Penumpang
Sumber: PT Pelindo Wilayah IV Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 6
Gambar 4.2. Arus Barang dan Penumpang di Kota Ternate
Selain itu beberapa jalur transportasi laut yang menjadi sentral transportasi yang
menghubungkan Kota Ternate sebagai pusat tujuan perdagangan dengan
beberapa wilayah di Maluku Utara untuk pelayaran penumpang dan barang
adalah angkutan kapal Feri-ASDP Bastiong (Ternate Selatan). Walaupun
terjadinya penurunan pada trip pelayaran kapal feri (tahun 2011) dari tahun
sebelumnya (2010) akibat perpindahan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara dari
Ternate ke Sofifi namun arus penumpang, kendaraan, dan bongkar muat barang
terus mengalami peningkatan, hal ini karena Kota Ternate masih sebagai sentra
perdagangan untuk mendukung distribusi barang ke Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara.
Indikator peningkatan aktivitas roda perekonomian dan arus transportasi
perdagangan daerah baik transportasi/pelayaran nusantara, antar pulau, dan
lokal menjadi simpul-simpul transportasi yang memberikan kontribusi riil
terhadap pendapatan daerah. Penyebaran beberapa sarana perhubungan laut
seperti dermaga Ahmad Yani (Pelni), dermaga Bastiong dan Dufa-Dufa (antar
pulau/lokal), dan dermaga Feri yang menghubungkan Ternate dengan Kota
Tidore-Sidangoli/Halbar-Bitung/Sulawesi. Beberapa prasarana transportasi lokal
(antar daerah) juga tersebar di Kecamatan Moti, P.Hiri, dan Batang Dua.
Peningkatan infrastruktur berdampak aktivitas perekonomian daerah, sektor
tranportasi menjadi penunjang pengembangan Investasi di Kota Ternate,
sebagai Kota Jasa dan Perdagangan maka daerah ini secara langsung menjadi
gerbang aktivitas jasa / perdagangan local maupun regional/nasional.
Tingkat kepadatan arus barang dan jasa maupun aktivitas perekonomian
didaerah ditandai dengan adanya peningkatan infrastruktur sebagai Kota yang
lebih cepat perkembangannya jika dibandingkan dengan beberapa wilayah di
Maluku Utara sehingga kontribusi sektor perdagangan, pengangkutan dan
komunikasi, bangunan maupun jasa-jasa masih menjadi leading sector dalam
pembentukan PDRB Kota Ternate setiap tahun. Kondisi tersebut secara
signifikan menunjang perkembangan investasi di Kota Ternate yang sangat baik.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 7
4.4.1. Jaringan Jalan
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, pada tahun 2011 panjang jalan
yang ada di Kota Ternate seluruhnya sepanjang 269,651 km, dengan 87,522 km
permukaannya aspal dan 44,188 km permukannya tanah. Dari seluruh panjang
jalan yang ada di Kota Ternate sepanjang 101,955 km kondisinya baik, 53,416
km kondisinya rusak dan 68,575 km kondisinya rusak berat.
Adapun rincian panjang jalan menurut jenis permukaan dan kondisi jalan di Kota
Ternate dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 4.4. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kota Ternate2011
JenisPermukaan
Panjang Jalan
2008 2009 2010 2011
Aspal 208,573 245,556 245,556 87,522
Kerikil 0 0 0 117,29
Tanah 79,401 42,720 44,188 64,88
Jumlah 275,605 287,974 288,276 269,651
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.5. Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Ternate 2011
Kondisi Jalan Panjang Jalan
2008 2009 2010 2011
Baik 85,033 141,045 159,315 101,955
Sedang 108,139 75,785 0 45,705
Rusak 9,810 23,623 123,754 53,416
Rusak Berat 84,992 47,823 6,674 68,575
Jumlah 287,974 288,276 289,744 269,651
Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 8
4.4.2. Angkutan Darat
Seiring dengan bertambahnya panjang jalan yang berkondisi baik dan semakin
mudahnya fasilitas kepemilikan kendaraan bermotor, maka semakin banyak pula
angkutan darat maupun kendaraan pribadi di Kota Ternate. Menurut Dinas
Perhubungan Kota Ternate, jumlah kendaraan pada tahun 2011 sebesar 26.828
kendaraan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.6. Jumlah Kendaraan Menurut Jenis Kendaraan Di KotaTernate Tahun 2006 – 2011
NO JENIS KENDARAAN SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010 20111. Sepeda Motor UNIT 8.872 13.653 15.163 18.212 22.112 22.765
2. Mobil UNIT 62 130 136 1.384 2.150 2.3573. Mobil Jeep UNIT 124 162 219 265 315 2864. Mobil Pick Up UNIT - - - - - -5. Bus Kecil UNIT 1.242 1.716 1.955 740 650 4826. Bus Sedang UNIT 5 7 10 15 17 157. Bus Besar UNIT - - - - - -
8. Truk Kecil UNIT - - - - - -9. Truk Sedang UNIT - - - - - -10. Truk Besar UNIT - - - - - -11. Becak Motor (Bentor) UNIT - - - - - -12. Dokar / Andong UNIT - - - - - -13. Lainnya UNIT 275 324 404 631 810 923
JUMLAH UNIT 10.580 15.992 17.887 21.247 26.054 26.828Sumber: Dinas Perhubungan Kota Ternate, 2012
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Dinas Perhubungan Kota Ternate
diperoleh infromasi bahwa jumlah angkutan penumpang dan barang pada saat
ini adalah sebagai berikut:
Pick up : 465 unit
Truk : 165 unit
Tronton : 15 unit
ANGKOT : 460 unit
Bus Sekolah : 2 unit
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 9
Perlu diketahui bahwa pada saat ini Angkutan Kota (ANGKOT) di Kota Ternate
belum memiliki nomor trayek khusus sesuai rute yang ditentukan oleh Dinas
Perhubungan Kota Ternate. Kondisi ini menyebabkan ANGKOT dapat dengan
bebas melalui rute angkutan lainnya sesuai dengan keinginan penumpang.
4.4.3. Angkutan Penyeberangan
Wilayah Maluku Utara yang terdiri dari pulau-pulau menyebabkan transportasi
antar kabupaten memerlukan kapal ferry sebagai salah satu angkutan
penyebrangan. Jasa angkutan penyeberangan dari Kota Ternate ke kabupaten
lain pengelolaannya di lakukan oleh PT (Persero) ASDP Cabang Ternate.
Beberapa trayek yang sudah dilayani oleh PT (Persero) ASDP Ternate
diantaranya Ternate – Sofifi, Ternate – Tidore, dan Ternate – Babang.
Di Kota Ternate pada saat ini terdapat dua jenis angkutan penyeberangan yaitu
penyeberangan laut (A-Yani) dan penyeberangan lokal (Bastiong) dengan
menggunakan mesin penggerak dibawah 7 GT.
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, jumlah kendaraan dan
penumpang yang menggunakan jasa angkutan penyeberangan pada tahun 2011
mengalami peningkatan daripada tahun 2010. Pada tahun 2011 jumlah
penumpang untuk lintasan Bastiong-Rum naik 193,43% dibandingkan tahun
2010, untuk lintasan Bastiong-Sidangoli naik 72,95%, untuk lintasan Ternate-
Babang naik 341,25%, dan untuk lintasan Bastiong-Sofifi naik 74,64%. Kenaikan
yang sangat signifikan untuk lintasan Bastiong-Babang dan Bastiong-Rum
karena adanya penambahan jadwal penyeberangan.
Transportasi penyeberangan berfungsi sebagai jembatan bergerak yang
menghubungkan jaringan jalan yang terputus karena adanya perairan, untuk
mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya. Oleh karenanya
pelabuhan penyeberangan harus terpadu dengan jaringan pelayanan dan
prasarana transportasi jalan.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 10
Tabel berikut ini menunjukkan data produksi PT. ASDP Indonesia Ferry cabang
Ternate untuk lintasan Bastiong – Rum, Bastiong – Sidangoli, Bastiong – Sofifi,
dan Ternate-Babang.
Tabel 4.7. Data Angkutan Laut dan Lokal di Kota Ternate Tahun 2009 -2012
No. Trayek Jarak (mil)Jumlah Armada
2009 2010 2011 2012
1 Ternate – Sidangali 12.0 39 64 69 66
2 Ternate – Sofifi 16.0 69 80 120 149
3 Dufa-Dufa – Jailolo 18.0 18 24 32 24
Jumlah 126 168 221 239
Sumber: Dishub Kota Ternate 2012
Tabel 4.8. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang TernateUntuk Lintasan Bastiong – Rum Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011
Trip 1.142 1.152 1.335 2.772
Penumpang (orang) 64.132 79.320 71.014 208.377
Kendaraan:
- Roda 2 22.500 *) 26.358 77.112
- Roda 4 / Lebih 10.714 *) 11.094 17.782
Barang (Ton/M3):
- Diatas kendaraan 14.544 15.696 13.392 25.212
- Curah 0 0 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 11
Tabel 4.9. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang TernateUntuk Lintasan Bastiong – Sidangoli Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011
Trip 409 406 370 676
Penumpang (orang) 29.166 35.732 37.946 65.628
Kendaraan
- Roda 2 8.601 *) 10.610 16.809
- Roda 4 / Lebih 5.102 *) 4.343 8.516
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 12.840 13.199 9.704 14.896
- Curah 0 0 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.10. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry Cabang Ternateuntuk Lintasan Bastiong – Sofifi Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011
Trip 149 182 653 1.205
Penumpang (orang) 9.757 18.505 113.969 199.032
Kendaraan
- Roda 2 1.768 *) 19.594 35.060
- Roda 4 / Lebih 1.614 *) 6.403 7.658
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 3.504 5.424 13.431 27.677
- Curah 0 1 0 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 12
Tabel 4.11. Data Produksi PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Ternateuntuk Lintasan Ternate – Babang Tahun 2008 – 2011
UraianJumlah / Tahun
2008 2009 2010 2011
Trip 42 68 76 132
Penumpang (orang) 98 344 80 353
Kendaraan
- Roda 2 18 21 *) 396
- Roda 4 / Lebih 290 104 *) 326
Barang (Ton/M3)
- Diatas kendaraan 178 68 387 216
- Curah 0 0 24 0Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.4.4. Angkutan Laut
Ternate sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan tentu saja moda
angkutan laut menjadi salah satu alat transportasi yang banyak digunakan baik
oleh pedagang untuk mengirim barang dagangan maupun oleh penduduk Kota
Ternate untuk bepergian ke wilayah di luar Maluku Utara. Selain itu, sebagai
pusat perdagangan dan kegiatan ekonomi di Provinsi Maluku Utara, banyak
kapal baik kapal penumpang maupun barang yang berlayar dan singgah di
pelabuhan Ternate. Untuk lebih jelasnya, diuraikan kondisi pelabuhan laut yang
ada di Kota Ternate, yaitu: Pelabuhan Ternate (Pelabuhan Ahmad Yani dan
Bastiong).
Dilihat dari letak wilayahnya, kedudukan Pelabuhan Ternate cukup
menguntungkan dalam jalur pelayaran domestik, nasional maupun internasional.
Dimana bila dilihat dari jalur pelayaran domestik, Pelabuhan Ternate ini terletak
diantara dua kabupaten/kota di Propinsi Maluku Utara yakni Kabupaten
Halmahera Barat dan Kota Tidore Kepulauan, sedangkan bila ditinjau dari jalur
nasional, wilayah pelabuhan ternate cukup strategis karena berada diantara
Pulau Sulawesi dan Papua, sehingga aktifitas pergerakan orang dan barang dari
kedua pulau tersebut akan melewati Pelabuhan Ternate. Sedangkan dari sisi
jalur international, Pelabuhan Ternate ini terletak pada posisi silang antara
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 13
Benua Asia dan Australia. Maka Perkembangan Pelabuhan Ternate dimasa
mendatang dalam mendukung perdagangan luar negeri dan daerah hinterland
disekitarnya, diharapkan akan menjadi pintu gerbang utama atau main port
sebagai pusat pengumpul dan distribusi barang di Propinsi Maluku Utara.
Tabel 5.2.1. Jumlah Kapal Yang Berdomisili (Home Base) Di PelabuhanTernate dan Sekitarnya Yang Berada Dalam PengawasanKantor Administrator Pelabuhan Ternate
No Uraian Jumlah (unit)
1 Kapal Nusantara 49
2 Kapal Lokal 57
3 Kapal Rakyat 71
4 Kapal Khusus 17
5 Kapal Perintis 3
6 Armada Semut (Kurang dari 7 GT) 242
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Cab. Ternate, 2007
Tabel 4.30 menunjukkan lalu lintas penumpang dan barang angkutan laut di
pelabuhan Ahmad Yani Ternate.
Tabel 4.12. Lalu Lintas Penumpang dan Barang Angkutan Laut diPelabuhan Ahmad Yani Ternate Menurut Bulan Tahun 2011
BulanPenumpang (orang) Barang (ton)
Berangkat Datang Bongkar Muat
Januari 39.502 38.758 25.202 1.618
Pebruari 36.791 36.109 35.226 2.024
Maret 58.392 57.395 33.782 2.122
April 35.052 34.400 36.789 2.224
Mei 14.141 13.829 38.315 1.566
Juni 39.525 38.837 34.793 1.931
Juli 41.707 40.896 40.557 1.569
Agustus 33.784 33.073 37.105 1.141
September 37.461 36.797 22.212 1.235
Oktober 22.920 22.470 40.917 2.148
Nopember 15.348 14.949 37.818 1.575
Desember 12.198 11.949 35.066 831
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 14
BulanPenumpang (orang) Barang (ton)
Berangkat Datang Bongkar Muat
Jumlah 386 821 379.462 417.782 19.984Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.4.5. Angkutan Udara
Angkutan udara merupakan sarana transportasi udara yang perkembangannya
pesat baik dari segi jumlah armada penerbangan, frekuensi penerbangan
maupun jumlah rute. Rute penerbangan tidak hanya melayani penerbangan ke
luar wilayah Maluku Utara, tetapi juga melayani rute antar kabupaten di wilayah
Maluku Utara.
Di Kota Ternate terdapat 1 bandar udara yakni Bandara Sultan Babullah yang
merupakan Bandara Kelas II / B dengan Panjang Runway 2.100 x 30 m, saat ini
melayani penerbangan sebanyak 63 kali/minggu, yakni penerbangan domestik
antar provinsi sebanyak 39 kali/minggu menggunakan pesawat jenis Boing 737-
200, Boeing 737-500, Fokker 28/100, ATR-42, DHC/Dash-8 dan Cassa 212
dengan 6 maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia Airways, Batavia Air ,
Merpati Nusantara Airlines, Sriwijaya Air, Wings Air, Express Air, dan Trigana
Air, rute penerbangannya adalah:
a) Ternate – Manado – Makasar / Jakarta / Surabaya / Yogyakarta /
Sorong (PP),
b) Ternate – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta / Sorong (PP),
c) Ternate – Ambon – Makasar – Jakarta / Surabaya / Yogyakarta /
Sorong (PP).
Kemudian untuk penerbangan domestik antar kota dalam provinsi sebanyak 24
kali penerbangan dalam 1 minggu dengan rute Ternate – Buli / Morotai / Kao /
Weda / Labuha / Sanana / Fala (PP).
Berdasarkan “Kota Ternate Dalam Angka 2012”, pada tahun 2011 wilayah
Maluku Utara dilayani oleh 6 maskapai penerbangan yang ada yaitu Lion Air /
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 15
Wings Air, Batavia Air, Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Express Air, Merpati
Nusantara Airlines. Dengan jumlah rute penerbangan yang semakin meningkat
dari tahun sebelumnya. Di tahun 2011 jumlah pesawat yang datang dan
berangkat dari Bandara Sultan Babullah sebanyak 4.544 buah. Jumlah ini
menurun 6,98 % dari tahun sebelumnya yang hanya 4.885 buah.
Seiring dengan peningkatan jumlah pesawat yang datang dan berangkat, maka
jumlah penumpang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
sebelumnya. Hal ini di karenakan angkutan udara merupakan moda transportasi
dengan beberapa keunggulan antara lain: cepat, harga bersaing serta lebih
nyaman dibanding jenis angkutan lainnya, pada tahun 2011 jumlah penumpang
yang datang sebanyak 215.553 orang, jumlah ini menurun 0,28 % dari tahun
sebelumnya yang berjumlah 216.153 orang. Sedangkan jumlah penumpang
yang berangkat dari bandara Sultan Babullah Ternate sebanyak 266.132 orang,
jumlah ini meningkat 6,63 % dari tahun sebelumnya yang berjumlah 249.852
orang.
Tabel 4.31 menunjukkan jumlah pesawat yang datang dan berangkat melalui
bandara Sultan Babullah Ternate dan Tabel 4.32 menunjukkan jumlah
penumpang yang datang dan berangkat melalui bandara Sultan Babullah
Ternate. Sedangkan jumlah barang dan bagasi yang dibongkar/dimuat melalui
bandar udara Sultan Babullah ditunjukkan oleh Tabel 4.33.
Tabel 4.13. Jumlah Pesawat Datang dan Berangkat Melalui BandaraSultan Babullah Ternate Tahun 2007 – 2011
2010 Bulan Datang Berangkat 2011
382 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 365
313 Januari 278 302 327 382 365 278 302 327 323
359 Pebruari 250 283 310 313 323 250 283 310 344
364 Maret 269 279 294 359 344 269 279 294 361
411 April 276 302 321 364 361 276 302 321 383
428 Mei 293 313 325 411 383 293 313 325 471
457 Juni 277 258 238 428 471 277 258 238 418
379 Juli 283 263 310 457 418 283 263 310 411
424 Agustus 293 253 286 379 411 293 253 286 412
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 16
436 September 271 293 278 424 412 271 293 278 402
422 Oktober 326 280 395 436 402 326 280 395 399
480 Nopember 292 307 383 422 399 292 307 383 255
4.855 Desember 303 304 401 480 255 303 304 401 4.544
Jumlah 3.411 3.437 3.868 4.885 4.544 3.411 3.437 3.868Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.14. Jumlah Penumpang Datang dan Berangkat MelaluiBandara Sultan Babullah Ternate Tahun 2007 – 2011
BulanDatang Berangkat
2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Januari 7 720 7 521 10 473 16 085 18 962 7 151 9 502 11 268 17 322 21 480
Pebruari 5 769 7 445 9 803 13 573 17 042 6 890 8 665 10 969 17 589 18 342
Maret 6 967 10 258 10 283 18 221 12 840 8 558 9 672 8 899 20 411 19 817
April 7 628 7 344 9 949 17 661 17 897 9 097 9 719 10 336 20 529 20 165
Mei 9 067 7 920 11 665 17 035 17 503 10 107 10 971 14 270 22 041 21 705
Juni 9 952 8 223 10 316 21 933 18 992 10 318 9 859 10 604 23 991 24 528
Juli 9 712 10 501 12 353 21 573 21 548 12 122 10 867 13 174 24 932 26 048
Agustus 7 012 8 558 12 699 16 221 18 003 10 260 9 971 13 730 20 643 22 989
September 6 862 7 007 9 675 14 878 16 764 9 002 7 805 11 926 17 675 25 618
Oktober 9 558 9 863 14 340 18 224 21 701 10 971 10 523 16 113 18 081 24 064
Nopember 9 420 9 623 11 318 20 947 19 944 9 902 10 835 15 108 21 952 23 811
Desember 9 414 9 163 13 523 19 802 14 357 11 092 11 361 19 260 24 416 17 565
Jumlah 99 081 103 426 136 397 216 153 215 553 115 470 119 750 155 657 249 582 266 132Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
Tabel 4.15. Jumlah Barang dan Bagasi yang Dibongkar/Dimuat MelaluiBandar Udara Sultan Babullah Ternate menurut Bulanpada Tahun 2011
BulanBarang Bagasi
Bongkar Muat Bongkar Muat
Januari - 20 172 566 153 338
Pebruari 1 964 - 161 399 124 707
Maret - - 126 342 130 730
April 769 - 172 688 128 574
Mei 721 - 162 373 161 660
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 17
Juni 3 291 - 190 077 185 463
Juli 703 - 208 225 202 585
Agustus 2 143 - 182 504 172 078
September 2 183 - 190 668 230 193
Oktober 5 164 - 218 918 173 762
Nopember 14 067 - 226 768 105 939
Desember 9 061 - 158 053 109 577
Jumlah 40 066 20 2 170 634 1 878 606Sumber: Kota Ternate Dalam Angka 2012
4.5 MATRIK ASAL TUJUAN
Dalam pemodelan Kota Ternate ini, Matrik Asal Tujuan didapatkan dari
generalisasi land use atau tata guna lahan, jumlah penduduk, yang terdiri atas
jumlah pekerja yang tinggal pada suatu kawasan (origin) atau dikenal sebagai
working residence (tempat tinggal), yang kemudian melakukan perjalanan ke
tempat pekerjaan (destination), atau disebut sebagai jobs (pekerjaan).
Matrik Asal Tujuan di Kota Ternate dapat digambarkan dalam ilustrasi model
berikut ini.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 18
Gambar 4.3. Matrik Asal Tujuan dalam Pemodelan Transportasi KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
4 - 19
Tabel 4.16. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Eksisting di Kota Ternate 2013
TujuanPulau Ternate Moti Pulau Batang Dua Pulau Hiri Ternate Selatan Ternate Tengah Ternate Utara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 21.7 4.3 10.4 12.0 26.8 117.1 192
Moti 21.7 - 5.4 2.7 9.3 15.2 40.4 95
Pulau Batang Dua 4.3 5.4 - 0.6 1.4 2.4 6.7 21
Pulau Hiri 10.4 2.7 0.6 - 1.9 2.6 6.2 24
Ternate Selatan 12.0 9.3 1.4 1.9 - 18.7 30.4 74
Ternate Tengah 26.8 15.2 2.4 2.6 18.7 - 85.9 152
Ternate Utara 117.1 40.4 6.7 6.2 30.4 85.9 - 287
Jumlah 192 95 21 24 74 152 287 844
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utaradalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – danKepulauan Maluku
4 - 20
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 1
BAB 5
PERKIRAAN KONDISI MENDATANG
5.1. RENCANA PROYEK MP3EI
Dalam MP3EI ditetapkan bahwa Propinsi Maluku Utara merupakan bagian dari
Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku. Adapun produksi unggulan dan
investasi Nasional di koridor tersebut khususnya di wilayah Propinsi Maluku
Utara adalah pertambangan nikel dan perikanan. Tabel 5.1 menunjukkan daftar
investasi infrastruktur yang teridentifikasi di koridor Papua-Maluku (MP3EI),
khususnya di wilayah Kota Ternate. Dari Tabel 5.1 disebutkan proyek MP3EI
adalah peningkatan administrasi pelabuhan, hal ini guna meningkatkan
pelabuhan Ternate sebagai pelabuhan Nasional, yang disebabkan oleh besarnya
jumlah bongkar/muat barang. Adapun peta lokasi proyek MP3EI di Kota Ternate
dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Tabel 5.1. Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di KoridorPapua – Maluku, Khususnya di Wilayah Kota Ternate
No Proyek MP3EINilai Investasi
(IDR Miliar)Periode
MulaiPeriodeSelesai
Lokasi
1 Adpel Ternate 150 2011 2014 Kota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 2
Gambar 5.1. Peta Lokasi Proyek MP3EI di Kota TernateGambar 5.2.
Adpel TernateNilai Investasi Rp 150 M
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 3
5.2. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TERNATE
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ternate telah dimuat didalam
Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Ternate Tahun 2012 – 2032
Gambar 5.3. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 4
Gambar 5.4. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 5
5.3. PEMODELAN TRANSPORTASI
Setelah dilakukan analisis terhadap beban lalulintas pada kondisi saat ini, seperti
terlihat pada bab 4. Sub bab. 4.7.2., kemudian dilakukan analisis pembebanan
terhadap kondisi yang akan datang.
5.3.1. Matrik Asal Tujuan
Matrik Asal Tujuan (OD Matrix) Perjalanan merupakan matrik dua dimensi yang
menunjukkan pola dan besaran perjalanan dari titik asal (origin) ke titik tujuan
(destination), yang berisi bangkitan dan tarikan (jumlah perjalanan dari tempat
asal ke tempat tujuan) yang berasal dari 7 zona yang mewakili pergerakan dan
seluruhnya diwakili oleh 7 kecamatan di dalam Kota Ternate.
Dalam pemodelan Kota Ternate ini, Matrik Asal Tujuan didapatkan dari
generalisasi land use atau tata guna lahan, jumlah penduduk, yang terdiri atas
jumlah pekerja yang tinggal pada suatu kawasan (origin) atau dikenal sebagai
working residence (tempat tinggal), yang kemudian melakukan perjalanan ke
tempat pekerjaan (destination), atau disebut sebagai jobs (pekerjaan).
Matrik Asal Tujuan di Kota Ternate dapat digambarkan dalam ilustrasi model
berikut ini.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 6
Tabel 5.2. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2014
TujuanPulau
Ternate M o t i PulauBatang Dua Pulau Hiri Ternate
SelatanTernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,364 473 2,754 37,694 36,184 41,893 120,363
M o t i 1,364 - 120 243 6,960 5,408 4,500 18,594
Pulau Batang Dua 473 120 - 91 2,012 1,620 1,396 5,712
Pulau Hiri 2,754 243 91 - 7,880 5,544 4,270 20,781
Ternate Selatan 37,694 6,960 2,012 7,880 - 254,346 152,704 461,596
Ternate Tengah 36,184 5,408 1,620 5,544 254,346 - 171,438 474,540
Ternate Utara 41,893 4,500 1,396 4,270 152,704 171,438 - 376,203
Jumlah 120,363 18,594 5,712 20,781 461,596 474,540 376,203 1,477,790
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 7
Tabel 5.3. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2015
Tujuan PulauTernate M o t i
PulauBatang
DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,473 511 2,974 40,710 39,079 45,245 129,992
M o t i 1,473 - 129 262 7,516 5,840 4,860 20,082
Pulau Batang Dua 511 129 - 98 2,173 1,750 1,508 6,169
Pulau Hiri 2,974 262 98 - 8,510 5,987 4,612 22,444
Ternate Selatan 40,710 7,516 2,173 8,510 - 274,694 164,921 498,524
Ternate Tengah 39,079 5,840 1,750 5,987 274,694 - 185,153 512,503
Ternate Utara 45,245 4,860 1,508 4,612 164,921 185,153 - 406,299
Jumlah 129,992 20,082 6,169 22,444 498,524 512,503 406,299 1,596,013
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 8
Tabel 5.4. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2019
TujuanPulau
Ternate M o t i PulauBatang Dua Pulau Hiri Ternate
SelatanTernateTengah Ternate Utara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 2,004 695 4,047 55,385 53,167 61,555 176,852
M o t i 2,004 - 176 357 10,226 7,945 6,613 27,321
Pulau Batang Dua 695 176 - 133 2,956 2,380 2,052 8,393
Pulau Hiri 4,047 357 133 - 11,578 8,145 6,275 30,535
Ternate Selatan 55,385 10,226 2,956 11,578 - 373,718 224,373 678,236
Ternate Tengah 53,167 7,945 2,380 8,145 373,718 - 251,899 697,255
Ternate Utara 61,555 6,613 2,052 6,275 224,373 251,899 - 552,765
Jumlah 176,852 27,321 8,393 30,535 678,236 697,255 552,765 2,171,358
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 9
Tabel 5.5. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2025
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang DuaPulauHiri
TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 3,180 1,103 6,421 87,889 84,369 97,680 280,643
M o t i 3,180 - 280 567 16,227 12,608 10,493 43,355
Pulau Batang Dua 1,103 280 - 212 4,691 3,777 3,256 13,319
Pulau Hiri 6,421 567 212 - 18,373 12,926 9,957 48,455
Ternate Selatan 87,889 16,227 4,691 18,373 - 593,044 356,052 1,076,276
Ternate Tengah 84,369 12,608 3,777 12,926 593,044 - 399,732 1,106,456
Ternate Utara 97,680 10,493 3,256 9,957 356,052 399,732 - 877,169
Jumlah 280,643 43,355 13,319 48,455 1,076,276 1,106,456 877,169 3,445,673
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 10
Tabel 5.6. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Orang Skenario di Kota Ternate 2030
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah Ternate Utara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 4,673 1,621 9,435 129,138 123,965 143,524 412,356
M o t i 4,673 - 411 833 23,843 18,526 15,418 63,703
Pulau Batang Dua 1,621 411 - 311 6,893 5,550 4,784 19,569
Pulau Hiri 9,435 833 311 - 26,995 18,992 14,630 71,196
Ternate Selatan 129,138 23,843 6,893 26,995 - 871,376 523,157 1,581,403
Ternate Tengah 123,965 18,526 5,550 18,992 871,376 - 587,337 1,625,747
Ternate Utara 143,524 15,418 4,784 14,630 523,157 587,337 - 1,288,849
Jumlah 412,356 63,703 19,569 71,196 1,581,403 1,625,747 1,288,849 5,062,824
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 11
Tabel 5.7. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2014
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah Ternate Utara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,410 489 2,846 38,950 37,391 43,290 124,375
M o t i 1,410 - 124 251 7,192 5,588 4,650 19,215
Pulau Batang Dua 489 124 - 94 2,079 1,674 1,443 5,902
Pulau Hiri 2,846 251 94 - 8,142 5,728 4,413 21,474
Ternate Selatan 38,950 7,193 2,079 8,142 - 262,824 157,794 476,983
Ternate Tengah 37,391 5,588 1,674 5,728 262,824 - 177,152 490,358
Ternate Utara 43,290 4,650 1,443 4,413 157,794 177,152 - 388,743
Jumlah 124,375 19,216 5,903 21,474 476,982 490,358 388,743 1,527,049
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 12
Tabel 5.8. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2015
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 1,522 528 3,073 42,066 40,382 46,753 134,325
M o t i 1,522 - 134 271 7,767 6,035 5,023 20,752
Pulau Batang Dua 528 134 - 101 2,245 1,808 1,558 6,375
Pulau Hiri 3,073 271 101 - 8,793 6,187 4,766 23,192
Ternate Selatan 42,066 7,768 2,245 8,793 - 283,850 170,418 515,142
Ternate Tengah 40,382 6,035 1,808 6,187 283,850 - 191,325 529,586
Ternate Utara 46,753 5,023 1,558 4,766 170,418 191,325 - 419,842
Jumlah 134,325 20,753 6,375 23,192 515,141 529,586 419,842 1,649,213
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 13
Tabel 5.9. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2019
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 2,071 718 4,181 57,231 54,939 63,607 182,747
M o t i 2,071 - 182 369 10,567 8,210 6,833 28,233
Pulau Batang Dua 718 182 - 138 3,055 2,460 2,120 8,673
Pulau Hiri 4,181 369 138 - 11,963 8,417 6,484 31,552
Ternate Selatan 57,231 10,569 3,055 11,963 - 386,175 231,852 700,845
Ternate Tengah 54,939 8,210 2,460 8,417 386,175 - 260,295 720,496
Ternate Utara 63,607 6,833 2,120 6,484 231,852 260,295 - 571,191
Jumlah 182,747 28,234 8,673 31,552 700,843 720,496 571,191 2,243,737
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 14
Tabel 5.10. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2025
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate- 3,286 1,140 6,635 90,818 87,182 100,936 289,997
M o t i 3,286 - 289 585 16,768 13,029 10,843 44,802
Pulau Batang Dua 1,140 289 - 219 4,848 3,903 3,364 13,762
Pulau Hiri 6,635 585 219 - 18,984 13,356 10,289 50,070
Ternate Selatan 90,818 16,771 4,848 18,984 - 612,812 367,920 1,112,153
Ternate Tengah 87,182 13,029 3,903 13,356 612,812 - 413,055 1,143,337
Ternate Utara 100,936 10,843 3,365 10,289 367,920 413,055 - 906,408
Jumlah 289,997 44,804 13,763 50,070 1,112,150 1,143,337 906,408 3,560,528
Sumber: analisis
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
5 - 15
Tabel 5.11. Matrik Asal Tujuan Perjalanan Barang Skenario di Kota Ternate 2030
Tujuan PulauTernate M o t i Pulau
Batang Dua Pulau Hiri TernateSelatan
TernateTengah
TernateUtara Jumlah
Asal
Pulau Ternate - 4,829 1,675 9,750 133,441 128,098 148,308 426,100
M o t i 4,829 - 424 860 24,638 19,144 15,932 65,828
Pulau Batang Dua 1,675 424 - 321 7,123 5,735 4,943 20,221
Pulau Hiri 9,750 860 321 - 27,894 19,625 15,118 73,569
Ternate Selatan 133,441 24,642 7,123 27,894 - 900,422 540,595 1,634,117
Ternate Tengah 128,098 19,144 5,735 19,625 900,422 - 606,914 1,679,938
Ternate Utara 148,308 15,932 4,944 15,118 540,595 606,914 - 1,331,811
Jumlah 426,100 65,832 20,222 73,569 1,634,113 1,679,938 1,331,810 5,231,584
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 1
BAB 6
ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN
6.1. ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI
Salah satu faktor keberhasilan dari suatu pembangunan wilayah adalah peran
serta sektor transportasi. Oleh sebab sistem transportasi memerlukan
pembinaan yang berorientasi pada peningkatan pelayanan sehingga akan
menghasilkan jasa transportasi yang handal, berkemampuan tinggi serta
dilaksanakan secara terpadu, tertip, lancar, aman, nyaman dan efisien.
Rencana strategis merupakan suatu konsep dari perencanaan Kota yang sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di Kota Ternate dimasa
yang akan datang mengingat permasalahan yang semakin berkembang baik
secara kualitatif maupun kuantitatif sesuai dinamika masyarakat. Oleh sebab itu
untuk menangani permasalahan di Kota Ternate perlu dilakukan secara
konsepsonal, relevan dan menyeluruh.
6.1.1. Kondisi Yang Diinginkan
Keinginan yang ingin di capai dalam pembangunan di sektor perhubungan
adalah suatu perubahan yang berupa perbaikan dan peningkatan dari kondisi
saat ini. Guna mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu perencanaan yang
komprehensif sehingga diharapkan output yang dihasilkan dapat menjawab
berbagai permasalahan yang terjadi.
Berikut ini beberapa kondisi yang diingikan oleh Dinas Perhubungan dalam
kaitannya dengan program yang tertuang dalam rencana strategis Dinas
Perhubungan Tahun 2011 – 2015.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 2
1. Peningkatan infrastruktur perkotaan dan pengembangan kawasan
strategis;
2. Rekonstruksi dan pemberdayaan birokrasi untuk peningkatan pelayanan
publik;
3. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas lalulintas angkutan
jalan;
4. Peningkatan aksesbilitas pelayanan angkutan darat dan laut melalui
peningkatan sumber daya manusia dan kualitas keberagaman;
5. Rencana pengembangan kota baru.
Sedangkan proyeksi ke depan dengan adanya rencana strategis Dinas
Perhubungan adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan infrastruktur perkotaan melalui perluasan jaringan
transportasi yang dapat memberikan akses langsung dari sentra
ekonomi atau pusat Kota ke bagian wilayah Kota yang akan
dikembangkan termasuk pembangunan Kota baru;
2. Sarana terminal angkutan Kota yang sudah ada saat ini perlu ditambah
di bagian selatan dan utara Kota Ternate, hal ini perlu dilakukan guna
memudahkan penataan sistem trayek;
3. Membangun sarana transportasi laut berupa dermaga lokal akan
mempunyai arti penting dan strategis dalam rangka peningkatan
pertumbuhan perekonomian dan sekaligus dapat menjadikan Ternate
sebagai Kota Perdagangan bagi Provinsi Maluku Utara. Untuk itu perlu
penyiapan berbagai sarana dan prasana di bidang perhubungan laut;
4. Rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas lalulintas angkutan
jalan, dengan cara melakukan pemeliharaan baik secara rutin maupun
berkala pada fasilitas lalulintas yang terdiri dari: traffic light dan warning
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 3
light, rambu-rambu lalulintas, rambu pendahulu petunjuk jalan (RPPJ),
guard rail, marka jalan dan marka parkir serta traffic cone.
5. Peningkatan aksesbilitas pelayanan angkutan darat dan laut melalui
peningkatan sumber daya manusia dan kualitas keberagamaan:
- Peningkatan kualitas sumber daya aparatur Dinas Perhubungan
melalui pendidikan teknis struktural, fungsional dan pendidikan
formal;
- Melakukan studi komperatif;
- Pembinaan moralitas aparatur.
6. Pemberdayaan organisasi pemerintah, hal ini penting agar pengelolaan
tugas pokok dan terbagi habis kepada seluruh pegawai Dinas
Perhubungan.
6.1.2. Kebijakan Yang Diinginkan
Suatu kebijakan diterapkan pada prinsipnya berawal dari suatu permasalahan
yang dihadapi oleh pemerintah yang dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota
Ternate.
a. Kebijakan Internal
- Menempatkan petugas lapangan dalam rangka melakukan
pengawasan, penertiban dan pengaturan arus lalulintas untuk
menghindari kemacetan;
- Melakukan survei penempatan rambu-rambu lalulintas sesuai dengan
tingkat kepadatan arus lalulintas untuk menghindari kemacetan;
- Menyederhanakan prosedur perizinan angkutan darat, laut dalam
upaya memberikan kepastian hukum dengan biaya yang terjangkau
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 4
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur melalui
pendidik dan pelatihan;
- Melakukan pengendalian dan pengawasan trayek;
- Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap perijinan bagi
armada untuk kendaraan angkutan umum, barang dan laut di bawah 7
GT;
- Melakukan pembinaan disiplin dan evaluasi kinerja terhadap aparatur
yang dikendalikan melalui absensi dan rapat-rapat staf;
- Memberikan pelayanan langsung pada mahasiswa, pelajar dengan
menggunakan bus sekolah;
- Peningkatan sarana informasi dan pendataan;
- Meningkatkan pengelolaan administrasi;
- Meningkatkan budaya tertib hukum bagi masyarakat.
b. Kebijakan Eksternal
- Peningkatan pelayanan terhadap masyarakat;
- Peningkatan manajemen lalulintas, seperti:
Penataan lalulintas searah;
Pembatasan kecepataan kendaraan;
Pemberlakukan ANDALALIN dalam pembangunan kawasan;
Penetapan jalur khusus;
Penetapan jalur parkir;
Kawasan tertib lalulintas.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 5
- Pemeriksaan dan pengawasan perijinan dan sertifikasi kapal motor di
bawah 7 GT.
6.1.3. Program Prioritas
Beberapa kegiatan yang termasuk dalam program prioritas antara lain:
1. Pembangunan ruang tunggu dermaga speed pelabuhan Dufa-Dufa;
2. Pemeliharaan fasilitas parkir;
3. Pengendalian disiplin pengoperasian angkutan umum di jalan raya;
Pada lingkup Kota Ternate pengembangan jaringan transportasi diarahkan untuk
mendukung program MP3EI dan pengembangan ekonomi wilayah dengan
memperhatikan jenis moda maupun infrastruktur yang akan dikembangkan
dengan memperkuat hubungan internal antar simpul-simpul ekonomi kecamatan
di Kota Ternate.
Simpul-simpul dimaksud meliputi kawasan pelabuhan, terminal, dan bandar
udara. Untuk menghubungkan sentra produksi maupun potensi ekonomi dengan
lokasi simpul diperlukan sarana dan prasarana pendukung untuk melayani
pergerakan orang dan barang.
6.2. INVENTARISASI RENCANA PROYEK MP3EI DAN PEMBANGUNANDAERAH KOTA TERNATE
Secara rinci Inventarisasi Rencana Proyek MP3EI dan Pembangunan DaerahKota Ternate dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 6
Tabel 6.1. Inventarisasi Rencana Proyek MP3EI dan Pembangunan Daerah Kota Ternate
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Sistem Prasarana Transportasi Darat dan Penyeberangan
1
- RencanaPengembanganJaringan JalanKolektor Primer,meliputi:• Ruas jalan
Dermaga Ferry– Bastiong,
• Ruas jalanBastiong,
• Ruas jalanMangga Dua,
• Ruas jalanHasan Esa,
• Ruas jalanArnold
KotaTernate
111111111
Paket
1.660.000.000,-3.955.000.000,-3.769.000.000,-3.625.000.000,-3.100.000.000,-2.440.000.000,-2.470.000.000,-
22.036.000.000,-51.400.000.000,-
APBN/APBDProv /APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 7
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Mononutu,• Ruas jalan
Merdeka• Ruas jalan
Jend. A. Yani,• Ruas jalan
Bastiong –Jambula/Pelabuhan,
• Ruas jalanKeliling PulauTernate.
2
- RencanaPengembanganjaringan JalanKolektor Sekunder,meliputi:• Ruas jalan Yos
Sudarso,• Ruas jalan
KotaTernate
111111
Paket
3.280.000.000,-2.689.000.000,-
16.330.000.000,-1.300.000.000,-2.230.000.000,-3.127.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 8
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Ngidi –Kasturian,
• Ruas jalanNgade Sone,
• Ruas jalanFacei – Tarau,
• Ruas jalanPalapa,
• Ruas jalanTanah Tinggi,
• Ruas JalanMelati –Kalumata,
• Ruas JalanGambesi –Sasa,
• Ruas jalanSasa –Foramadiahi,
• Ruas jalan
11111
38.375.000.000,-20.285.000.000,-23.570.000.000,-
1.916.000.000,-1.298.000.000,-
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 9
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Kalumata, dan• Ruas jalan Air
Sentosa.
3
- RencanaPengembanganjaringan JalanLokal Primer,meliputi:• Ruas jalan
Keliling PulauHiri (+ 10.105Km),
• Ruas jalanKeliling PulauMoti (+ 18.136Km), dan
• Ruas jalanPulau Mayau (+21.317 Km)
Kecamatan Moti,Kecamatan Hiri, danKecamatan BatangDua
111
Paket16.500.000.000,-32.100.000.000,-37.550.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 10
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
4
- RencanaPengembanganjaringan JalanLokal Sekunder,meliputi:• Seluruh ruas
jalan kategorilokal sekunder(+541,92 Km).
KotaTernate 1 Paket 775.000.000.000,
-APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
5
- RencanaPengembanganJaringan BaruJalan KolektorSekunder, meliputi:• Jalan
ReklamasiDufa Dufa –Salero (+ 1,5Km),
KotaTernate
1
Paket
5.500.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
• Jalan 1 Paket 5.800.000.000,-
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 11
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Reklamasi KotaBaru –Bastiong (+ 1,6Km)
6
- RencanaPengembanganjaringan jalan baruLokal Primer,meliputi:• Jalan
ReklamasiKayu Merah –Fitu ( + 3,6 Km),
• Jalan PantaiFitu – PasarSasa ( + 2,0Km ),
• Jalan Tomajiko– Dorari Isa ( +
KotaTernate
1111
Paket
6.145.000.000,-3.860.000.000,-5.285.000.000,-5.285.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 12
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
3,0 Km ),• Jalan Takofi –
Tafaga –Tadenas ( + 3,0Km ),
7
- RencanaPengembanganjaringan baru JalanLokal Sekunder,meliputi:• Jalan Kawasan
Foramadiahi –Ngade Puncak– KawasanTubo, ( + 3,0Km ),
• Ruas jalanKelurahanPante Sagu –Tifure ( + 3,0
KotaTernate
111
Paket
5.285.000.000,-5.285.000.000,-5.285.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 13
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Km ),• Ruas jalan
Kastela –Makam SultanBaabullah (+3,0 Km ).
8- Studi peningkatan
status fungsi jalanperkotaan
KotaTernate 1 Paket 1.000.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
9
- RencanaPengembangan(perbaikan danpelebaran)Jembatan Eksistingpada ruas jalankolektor primer,kolektor sekunder,lokal primer danlokal sekunder, (9 x10 m2)
KotaTernate 4 Paket 6.750.000.000,-
APBN/APBDProv /APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 14
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
10
- RencanaPembangunanJembatan Baru,meliputi:• Jembatan
Ngadesonge (9x 10 m2);
• Jembatan jalanpantai Dufa Dufa– Salero (9 x 10m2);
• Jembatan jalanpantai KayuMerah – Sasa (9x 10 m2);
• Jembatan ruasjalan pantai KotaBaru – Bastiong(9 x 10 m2);
• Jembatan ruas
KotaTernate
1111111111
Paket
3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-3.375.000.000,-
APBN/APBD Prov/ APBDKota
DPU KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 15
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
jalan keliling:- Pulau Hiri (9
x 10 m2),- Pulau Moti
(9 x 10 m2),- Pulau
Mayau (9 x10 m2),
- Pulau Tifure(9 x 10 m2),
• Jembatan jalanNgade Puncak –Tubo (9 x 10m2).
11
- Pengembangandan PeningkatanTerminalGamalama danTerminalPengumpan Sasa,
Kecamatan TernateTengah,Kecamatan Ternate
1211
Paket
2.500.000.000,-5.000.000.000,-2.500.000.000,-2.500.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DinasPerhubungan KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 16
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Dufa-Dufa,Gambesi danBastiong
Selatan,Kecamatan PulauTernate,Kecamatan TernateUtara.
12 - PembangunanTerminal Baru
Kecamatan Moti,Kecamatan Hiri,Kecamatan BatangDua
111
Paket
3.500.000.000,-3.500.000.000,-3.500.000.000,- APBD Prov
/ APBDKota
DinasPerhubungan KotaTernate
13
- Studi PerbaikianSistem Perparkiran,meliputi:• Parkir dalam
areal khusus
Kecematan TernateUtara,Kecematan Ternate
3 Paket 1.000.000.000,-DinasPerhubungan KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 17
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
parkir (off streetparking); dan
• Parkir sisi jalan(on streetparking).
Tengah,Kecematan TernateSelatan,
14- Studi Perbaikan
Sistem AngkutanUmum
KotaTernate 1 Paket 1.000.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubungan KotaTernate
15
- Studipengembangantrayek angkutanumum di Pulau Hiri,Moti dan BatangDua.
Kecamatan Moti,Kecamatan Hiri, danKecamatan BatangDua
111
Paket1.000.000.000,-1.000.000.000,-1.000.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
16- Penataan Trayek
Angkutan Barangmencakup wilayah
PulauTernate 1 Paket 1.000.000.000,-
APBD Prov/ APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 18
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Perkotaan MenujuPelabuhan
17
- Rencanapengembanganalur pelayaranangkutanpenyeberanganKota Ternate:• Bastiong – Moti
Kota –Bastiong,
• Mayau – Tifure,dan
• Tifure –Bastiong.
KotaTernate
111
Paket1.000.000.000,-1.000.000.000,-1.000.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
Sistem Prasarana Transportasi Laut
1- Peningkatan
ADPEL PelabuhanTernate (MP3EI)
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 150.000.000.000,- APBN
PELINDO/DinasPerhubungan
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 19
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Kota Ternate
2
- Rencanapembangunanpelabuhan WisataMarina Dodoku Alidi Kelurahan Salero
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 3.750.000.000,-APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
3
- Studipengembangandan peningkatanhirarki pelabuhanAhmad Yanimenjadi pelabuhanutama.
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 1.000.000.000,-
APBN/APBDProv
PELINDO/Dinas
PerhubunganKota Ternate
4- Pengembangan
Landasan PetiKemas PelabuhanAhmad Yani
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 27.500.000.000.
APBN/APBDProv
PELINDO/Dinas
PerhubunganKota Ternate
5- Pengembangan
PelabuhanPengumpan di Moti
Kecamatan Moti,
11
Paket
3.750.000.000,-3.750.000.000,-
APBDProv /APBD
DinasPerikanan
dan
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 20
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Kota, Mayau, TifureDan Togolobe
Kecamatan Hiri,Kecamatan BatangDua
1 3.750.000.000,- Kota PerhubunganKota Ternate
6
- Peningkatan danPemeliharaanPelabuhanPerikanan (PPN)Nusantara Bastiong
Kecamatan TernateSelatan
1 Paket 1.000.000.000,-APBDProv /APBDKota
DinasPerikanan
danPerhubunganKota Ternate
7
- Peningkatan danPemeliharaanPelabuhanPendaratan Ikan(PPI) Dufa-dufa.
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 1.000.000.000,-APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
8- Pembangunan
Pelabuhan Rakyatdi:• Kelurahan
Kecamatan TernateUtara
11
Paket
3.750.000.000,-3.750.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 21
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
Sasa,• Kelurahan
Sulamadaha.
9
- PembangunanDermaga SpeedBoat Terpadu:• Kelurahan
Mangga Dua,• Dermaga Sasa,• Pos Angkatan
Laut diKecamatanBatang Dua,dan
• Pembangunandermaga/tambatan perahu diKelurahanSulamadaha.
Kecamatan BatangDua,Kecamatan TernateUtara
1111
Paket
3.750.000.000,-3.750.000.000,-3.750.000.000,-3.750.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 22
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
10
- Pembangunanpelabuhan/dermaga ferry di PulauMoti dan PulauTifure,
Kecamatan Moti,Kecamatan BatangDua
11 Paket 3.750.000.000,-
3.750.000.000,-
APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
11- Pengembangan
Landasan Petikemas PelabuhanKota Baru
Kecamatan TernateTengah
1 Paket 27.500.000.000,-APBDProv /APBDKota
DinasPerhubunganKota Ternate
Sistem Prasarana Transportasi Udara
1
- PengembanganBandara SultanBaabullah, meliputi:• Sarana
perparkiran;• Sarana
pergudangan;• Perpanjangan
Runway;
Kecamatan TernateUtara
1 Paket
450.000.000.000,- APBN
DinasPerhubungan KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi Maluku Utara dalam Mendukung PrioritasPembangunan Sentra Produksi di Koridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 23
No
Rencana ProyekMP3EI dan
PembangunanDaerah
Lokasi Besaran
Satuan
Perkiraan NilaiInvestasi
(Rp).
Perkiraan Waktu Pelaksanaan
SumberPendanaa
n
PenanggungJawab/InstansiTerkait
2014 –201
52016 – 2020 2021 – 2025 2026 – 2030
I II I II III
IV V I II II
IIV V I II II
IIV V
• PelebaranRunway;
• PelebaranApron;
• PemantapanSolder;
• PararelTaxiway.
2
- StudiPengembanganBandar UdaraSultan Baabullah,berupa:penambahan rutepenerbangan
Kecamatan TernateUtara
1 Paket 1.000.0000.000,- APBN
DinasPerhubungan KotaTernate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
6 - 24
Gambar 6.1. Rencana Proyek MP3EI dan Rencana Pembangunan
Daerah Kota Ternate
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Ternate, 2012, Ternate Dalam Angka 2012, Ternate.
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Provinsi Maluku Utara, 2012,Dokumen Perhubungan Dalam Angka Provinsi Maluku Utara Tahun 2008-2012, Ternate.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011, Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2004, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM20 Tahun 2004 Tentang Penetapan Kelas Jalan di Propinsi Bali, NusaTenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, danPapua, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2005, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS),Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2006, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM31 Tahun 2006 Tentang Pedoman dan Proses Perencanaan diLingkungan Departemen Perhubungan, Jakarta.
Kementerian Perhubungan, 2010, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM15 Tahun 2010 Tentang Cetak Biru Transportasi Antarmoda/MultimodaTahun 2010-2030, Jakarta.
McNally, M.G., 2007, The Four Step Model, Department of Civil andEnvironmental Engineering and Institute of Transportation Studies,University of California, Irvine, USA.
Pemerintah Daerah Kota Ternate, Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 02Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota TernateTahun 2012 – 2032, Ternate.
Pemerintah Republik Indonesia, 2007, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2008, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Jakarta.
EXECUTIVE SUMMARY – KOTA TERNATEStudi Sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah ProvinsiMaluku Utara dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi diKoridor Ekonomi Papua – dan Kepulauan Maluku
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2009, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Jakarta.
Presiden Republik Indonesia, 2011, Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2011 Tentang Masterplan Percepatan dan PerluasanPembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Jakarta.
Tamin, O.Z., 2008, Perencanaan Pemodelan & Rekayasa Transportasi, ProgramStudi Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung, Bandung.
top related