EFEK MODEL SCIENTIFIC INQUIRY MENGGUNAKAN … fileFisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika
Post on 24-Jul-2019
222 Views
Preview:
Transcript
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 1 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
EFEK MODEL SCIENTIFIC INQUIRY MENGGUNAKAN MACROMEDIA
FLASH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA
Oleh :
Rohana Hutahaean1)
1)
Pendidikan Fisika STKIP Riama Medan
e-mail: Rohanahutahaean@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek model pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia flash terhadap keterampilan proses sains siswa SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta Advent Air Bersih Medan. Pemilihan sampel dilakukan secara cluster random sampling yaitu sebagai kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia flash dan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen keterampilan proses sains dalam bentuk lembar kerja siswa yang telah dinyatakan valid
oleh tim ahli. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa dan keterampilan proses sains siswa yang menerapkan model pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia flash lebih baik daripada keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Model pembelajaran scientific inquiry, Macromedia flash, Keterampilan proses sains.
PENDAHULUAN
Lingkungan masyarakat yang semakin berkembang dan menuntut
masyarakat memperlengkapi diri untuk mampu bersaing, dalam hal ini pendidikan
memiliki peran yang penting dalam segala bidang kehidupan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu kebijakan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara indonesia adalah dengan
menyempurnakan kurikulum pendidikan indonesia. Pada tahun 2013 mulai
muncul kurikulum 2013 dengan karakteristik bukan hanya mengutamakan
pengetahuan saja, tetapi sikap dan keterampilan pada implementasinya
menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik (scientific approach)
digunakan pada kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya
peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 2 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
(skill) dan pengetahuan (knowledge). Pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua
mata pelajaran. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan
menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam penerapan pendekatan saintifik untuk
pembelajaran di kelas ada lima tahapan 5M, yaitu: mengamati, menanya,
mengumpulkan data, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini sangat mendukung untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Dengan langkah kegiatan
pembelajaran yang ada, diharapkan keterampilan proses sains siswa akan terlatih
karena memberikan pengalaman langsung dalam belajar dan mengumpulkan
informasi. Bidang teknologi harus didukung oleh pengusaan bidang ilmu IPA
yang salah satuya adalah fisika. IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu
proses ilmiah, yang harus dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman
bermakna yang dapat digunakan sebagai bekal perkembangan diri selanjutnya.
Adapun hakikat IPA meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah. Fraser (2002)
menjelaskan hubungan antara lingkungan dan proses belajar sebagai ilustrasi
dalam perbandingan evaluasi dan penerapan belajar dan sebagai observasi dalam
penilaian hasil belajar.
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
mendasari teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Fisika sebagai
bagian dari sains mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan teknologi.
Hal ini berarti pembelajaran fisika merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perkembangan sains dan teknologi. Pembelajaran fisika harus mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh dan serius, jika menginginkan perkembangan sains dan
teknologi yang cepat. Salah satu jalan yang dapat ditempuh dalam meningkatkan
mutu pembelajaran fisika adalah dengan memperhatikan penggunaan metode
yang sesuai dalam penyampaian setiap konsep, sehingga siswa dengan mudah
memperoleh pemahaman konsep fisika. Pemahaman konsep dan prinsip-prinsip
fisika merupakan prasyarat keberhasilan belajara fisika untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Pemahaman konsep dan prinsip fisika tentunya akan diperoleh melalui
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 3 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
kegiatan belajar. Berdasarkan dampak kompetensi tersebut, pemahaman
merupakan unsur yang sangat mendasar. Kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau
mengerti sesuatu yang dibelajarkan, mengetahui sesuatu yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya. Pemahaman konsep adalah
mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis dan digambarkan oleh guru (Anderson & Krathwohl, 2010).
Sagala (2011) mengatakan bahwa belajar merupakan komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang
bersifat implisit maupun eksplisit. Belajar merupakan rangkaian kegiatan menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, menyangkut unsur cipta, rasa dan
karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.Belajar fisika pada dasarnya, suatu
proses yang diarahkan pada suatu gejala alam yang terjadi, dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains tidak hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, dan prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu penemuan. Salah satu kegiatan pembelajaran fisika yang
efektif dan benar-benar mencerminkan hakikat fisika adalah kegiatan praktek.
Kegiatan praktek merupakan unjuk kerja yang ditampilkan guru atau siswa dalam
bentuk demonstrasi maupun oleh percobaan siswa yang berlangsung di
laboraturium melalui eksperimen dan proyek. Kegiatan praktikum memegang
peranan penting dalam pembelajaran fisika karena pratikum memberikan peluang
kepada siswa untuk kreatif dalam melakukan keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan yang dapat
dikembangkan dengan menggunakan pratikum (Harlen & Elstgeest, 1994).
Namun pada kenyataannya berdasarkan hasil wawancara dengan rekan
guru fisika yang bertugas di SMA Swasta Advent Air Bersih Medan pada tahun
ajaran 2016/2017 semester ganjil, bahwa pembelajaran fisika di sekolah tersebut
cenderung menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa hanya
ditekankan pada aspek menghafal rumus fisika dan mengerjakan soal-soal. Hal ini
menunjukkan bahwa aspek pemahaman konsep fisika pada diri siswa masih
kurang. Hal yang sama juga bahwa di SMA swasta Advent Air Bersih Medan,
siswa jarang melaksanakan praktikum karena peralatan laboratorium yang kurang
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 4 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
lengkap, sehingga dapat menghambat keterampilan proses sains siswa. Proses
pembelajaran tanpa melalui eksperimen terlebih dahulu membuat siswa merasa
jenuh dan bosan saat mengikuti pelajaran. Hal ini mengakibatkan keterampilan
proses siswa menjadi pasif dan kurang terbentuk.
Alternatif yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains
yaitu menerapkan model pembelajaran scientific inquiry. Model pembelajaran
scientific inquiry yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, sangat mendukung
untuk meningkatkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika.
Mehmet (2012) menyimpulkan Scientific inquiry menolong siswa
mengembangkan keterampilan proses sains dan membuat siswa mampu untuk
berpikir dan membangun pengetahuan seperti saintis/ilmuwan. Pembelajaran
fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja. Model
pembelajaran scientific inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara menghadapkan
siswa pada bidang investigasi, membantu mengidentifikasi masalah konsep atau
metodologis.
Menurut Ergul, Simsekli, Calis & Gocmencelebi (2011); Njoroge (2014);
Anggraini & Sani (2015) pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model
pembelajaran scientific inquiry meningkatkan keterampilan proses sains siswa
sehingga terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional. Azeem, Hussain & Shakoor (2011) menyimpulkan
bahwa pembelajaran scientific inquiry lebih baik daripada pembejaran tradisional
untuk pelajaran fisika. Menurut Bukhori (2012) bahwa pada hasil penelitinnya
model pembelajaran berbasis inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep
fisika. Menurut Demirbag & Gunel (2014) bahwa model pembelajaran inquiry
tidak hanya merancah pemahaman sains siswa, tetapi juga kemampuan mereka
untuk memahami dan menggunakan representasi multimodal dan untuk
menghasilkan kualitas penjelasan yang lebih baik. Selain itu, pendekatan
pembelajaran berbasis inquiry dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
kegiatan pembelajaran. Setelah diberi pembelajaran inquiry ternyata juga dapat
mengembangkan perilaku baik siswa yang terkait dengan perubahan pemahaman
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 5 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
konsep fisika, meningkatkan nilai yang memenuhi KKM, selalu aktif, bergairah
dalam belajar dan komunikatif.
Selain pemahaman konsep dan keterampilan proses sains yang mendukung
model pembelajaran scientific inquiry, penggunaan media simulasi juga dapat
mendukung model pembelajaran scientific inquiry pada proses pembelajaran
berlangsung yang dapat memudahkan siswa dalam membangkitkan semangat dan
motivasi siswa dalam melakukan suatu pratikum. Salah satu teknologi yang dapat
mendukung proses pembelajaran adalah media simulasi. Arsyad (2008)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat (1) membangkitkan keinginan dan minat baru, (2) membangkitkan
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan (3) membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan misi pembelajaran. Media merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran scientific inquiry dapat dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran seperti video tutorial, animasi flash maupun yang lainnya sehingga
mampu mempermudah guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa.
Dimana model scientific inquiry yang menggunakan macromedia flash adalah
pembelajaran berpusat pada siswa yang bekerja dalam kelompok (disebut belajar
dalam tim), yang menggunakan program aplikasi macromedia flash yang
membuat ketertarikan siswa dalam belajar.
Melalui media proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan
(joyfull learning), misalnya siswa yang memiliki ketertarikan terhadap warna
maka dapat diberikan media dengan warna yang menarik. Begitu juga halnya
dengan siswa yang senang berkreasi selalu ingin menciptakan bentuk atau objek
yang diinginkannya, siswa tersebut dapat diberikan media yang sesuai (Susila &
Cevi, 2009). Menurut Wahyuni & Isa (2012) menyimpulkan bahwa pembelajaran
dengan macromedia flash dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa
dalam pembelajaran fisika.
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 6 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
1.1 Model pembelajaran scientific inquiry
Model pembelajaran scientific inquiry dirancang untuk membawa siswa
langsung ke dalam proses penyelidikan. Melalui model scientific inquiry siswa
diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian
mencari dan mengumpulkan serta memproses data untuk menentukan jawaban
pertanyaan tersebut. Penerapan model pembelajaran scientific inquiry dalam
kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan pemahaman konsep
sains lebih dalam dan membentuk pengetahuan ilmiah siswa. Melalui kegiatan
eksperimen siswa dapat mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan eksperimen
yang dilakukan sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang
dimilikinya. Siswa diharapkan bertanggung jawab untuk melakukan investigasi
dalam mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, merancang metode untuk
membuktikan hipotesis, menganalisisnya dan membuat kesimpulan akhir. Model
pembelajaran scientific inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara menghadapkan
siswa pada bidang investigasi, membantu mengidentifikasi masalah konsep atau
metodologis. Fase-fase dalam model ini adalah (1) siswa disajikan suatu bidang
penelitian, (2) siswa menyusun masalah, (3) siswa mengidentifikasi masalah
dalam penelitian, (4) siswa berspekulasi untuk memperjelas masalah (Joyce, Well
& Calhoun., 2009).
Hakikat pendekatan scientific inquiry adalah mengajarkan siswa untuk
memproses informasi dengan teknik-teknik yang pernah digunakan oleh para
peneliti biologi misalnya, mengidentifikasi masalah-masalah dan menggunakan
metode untuk memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran scientific
inquiry menekankan isi dan proses.
Tabel 1. Sintaks model pembelajaran scientific inquiry
Fase Pertama
Siswa disajikan suatu bidang penelitian
Fase Kedua
Siswa menyusun masalah
Fase Ketiga
Siswa mengidentifikasi masalah dalam penelitian
Fase keempat
Siswa berspekulasi untuk memperjelas masalah
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 7 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Berikut penjelasan sintaks model pembelajaran scientific inquiry menurut
(Joyce, Well & Calhoun., 2009) adalah: 1) Pada tahap pertama siswa disajikan
bidang penelitian, yang meliputi metodologi- metodologi yang digunakan dalam
penelitian tersebut. 2) Pada tahap kedua, masalah mulai disusun sehingga siswa
dapat mengidentifikasikan masalah dalam penelitian tersebut. 3) Pada tahap
ketiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut, sehingga siswa
dapat mengidentifikasi kesulitan yang dilibatkan dalam penelitian. 4) Pada tahap
keempat, siswa diminta untuk berspekulasi tentang cara-cara memperjelas
kesulitan tersebut, dengan merancang kembali uji coba, mengolah data dengan
cara yang berbeda, menghasilkan data, mengembangkan konstruk-konstruk dan
sebagainya. Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian
dengan menekankan pada proses penelitian dan membujuk siswa untuk bercermin
pada proses tersebut. Guru harus hati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah
persoalan utama yang patut ditekankan dalam penelitian. Lebih jauh, yang
terpenting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa
menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik dan cermat.
Tugas guru adalah membimbing, melatih, dan mendidik penelitian dengan
menekankan pada proses penelitian dan membujuk siswa untuk bercermin pada
proses tersebut. Guru harus hati-hati bahwa mengidentifikasi fakta bukanlah
persoalan utama yang patut ditekankan dalam penelitian. Lebih jauh, yang
terpenting dalam hal ini adalah bagaimana guru dapat mendorong siswa
menghadapi persoalan penelitian yang rumit dengan baik dan cermat.
1.2 Keterampilan proses sains
Keterampilan proses sains adalah perangkat kemampuan kompleks yang
biasa digunakan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran (Harlen & Elstgeest, 1994).
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains
No Indikator
keterampilan
proses sains
Deskriptor keterampilan Proses Sains
1 Mengamati 1.1 Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi
1.2 Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari suatu
objek atau peristiwa
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 8 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
1.3 Mengenali urutan dan mengurutkan sesuai dengan kriteria
2 Mengajukan
pertanyaan
2.1 Mengajukan pertanyaan berdasarkan hipotesis
2.2 Mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab melalui
penyelidikan
3 Merumuskan
hipotesis
3.1 Merumuskan penjelasan hubungan beberapa prinsip atau
konsep berdasarkan pengamatan dan pengalaman terdahulu
4 Memprediksi 1.1 Menggunakan alasan yang logis untuk membuat prediksi
1.2 Secara eksplisit menggunakan pola atau hubungan untuk
membuat prediksi
5 Menemukan
pola dan
hubungan
variable
5.1 Mengumpulkan dan membuat kesimpulan berdasarkan
informasi yang ada
5.2 Menemukan keteraturan melalui informasi yang
didapatkan dari pengukuran dan pengamatan
5.3 Mengidentifikasi hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya
6 Berkomunikasi
secara efektif
6.1 Membuat laporan hasil percobaan untuk membuat
hubungan atau ide
6.2 Mendengarkan ide-ide dari orang lain dan memberikan
tanggapan
6.3 Mengolah data dalam bentuk gambar, grafik maupun tabel
7 Merancang
percobaan
7.1 Memutuskan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
percobaan
7.2 Menentukan prosedur yang harus dilakukan dalam
percobaan
7.3 Berhasil dalam membuat model dengan kriteria tertentu
7.4 Mengidentifikasi variabel pengubah, variabel kontrol dan
variabel yang diukur
8 Melaksanakan
percobaan
8.1 Melaksanakan percobaan dengan prosedur yang telah
ditentukan
9 Memanipulasi
bahan dan
peralatan efektif
9.1 Penanganan dan memanipulasi bahan dengan hati-hati
untuk keselamatan dan efisiensi.
9.2 Menggunakan alat efektif dan aman.
9.3 Bekerja dengan tingkat presisi yang tepat untuk tugas di
tangan
10 Membuat
kesimpulan
10.1Menggunakan fakta dan bukti untuk mengambil
kesimpulan
10.2 Mengubah ide berdasarkan bukti
METODE
2.1 Populasi dan sampel
Populasi adalah tujuan yang menjadi obyek penelitian. Fraenkel, et all
(2012) menjelaskan bahwa populasi mengacu pada semua anggota kelompok
tertentu yang menggeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas X SMA Swasta Advent Air Bersih Medan. Pengambilan sampel
dengan cara cluster random class dimana setiap kelas (acak kelas) memiliki
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 9 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Sampel dibagi
dalam dua kelas yaitu sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia
flash dan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
2.2 Teknik pengumpulan data
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek
yaitu siswa. Penelitian ini melibatkan dua kelas sampel yang diberi perlakuan
yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran
menggunakan model pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia
flash. Kelas kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran menggunakan
pembelajaran konvensional. Variabel penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia flash. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keterampilan proses
sains yang terdiri dari sepuluh indikator, yaitu melakukan pengamatan (obsevasi),
mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, memprediksi, menemukan pola
dan hubungan variabel, berkomunikasi secara efektif, merancang percobaan,
melaksanakan percobaan, memanipulasi bahan dan peralatan efektif, mengukur
dan menghitung.
Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes pada kedua
kelas sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Rancangan penelitian quasi
eksperimen ini dengan desain: two group pretest -postest design. Dengan
demikian rancangan penelitian ini adalah tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Rancangan penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 10 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Keterangan :
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scientific
inquiry menggunakan macromedia flash pada materi suhu dan kalor.
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada
materi suhu dan kalor.
Y1 :Pretes yang diberikan sebelum adanya perlakuan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Y2 : Postes yang diberikan setelah adanya perlakuan pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan instrument
penelitian, yaitu tes pemahaman konsep dan keterampilan proses sains siswa.
Instrumen tes keterampilan proses sains berbentuk tes praktikum berupa lembar
kerja siswa.
Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu ditinjau validitas isinya melalui
pendapat para ahli sebagai validator. Validitas isi menunjuk kepada suatu
instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap/ mengukur yang akan
diukur (Margono, 2009). Selain itu validasi isi juga dimaksudkan agar konten dari
tes yang diujikan sesuai dengan isi kurikulum yang sedang berlaku. Validasi isi
ini ditentukan melalui pertimbangan ahli, untuk memberikan gambaran
bagaimana validitas tes tersebut sebelum ditindak lanjuti. Tes pemahaman konsep
dan tes keterampilan proses sains divalidkan oleh dosen Pendidikan Fisika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sebagai panel ahli dalam menentukan
kesesuaian indikator-indikator tes. Instrumen keterampilan proses sains berupa
penilaian ujian praktikum dimana peneliti menyediakan lembar kerja siswa yang
memuat a) judul percobaan, b) landasan teori kalor, c) alat dan bahan, d) prosedur
percobaan, e) pertanyaan yang terkait dengan indikator keterampilan proses sains.
Seyogianya ada 10 indikator keterampilan proses sains menurut Harlen & Elgest.
Saat menvalidkan instrumen keterampilan ada saran dari validator yaitu 8
indikator yang digunakan dan 2 indikator tidak digunakan sebab indikator nomor
(3) merumuskan hipotesis, (4) memprediksi memiliki makna yang sama sehingga
indiaktor (4) tidak perlu digunakan. Kemudian indikator (9) memanipulasi bahan
dan peralatan efektif juga tidak digunakan sebab berdasarkan alat dan bahan yang
disediakan tidak ada yang perlu dimanipulasi. Setelah proses revisi dan perbaikan
dari saran-saran yang diberikan oleh ahli, hal tersebut disimpulkan bahwa tes
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 11 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
tersebut telah dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses
sains fisika.
Pengumpulan data dilakukan mengumpulkan data tentang keterampilan
proses sains siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis secara
deskriftif dan inferensial. Analisis deskriftif bertujuan untuk mendeskripsikan
pemahaman konsep dan keterampilan proses sains. Analisis inferensial untuk
menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan uji – t, sebelum dilakukan uji- t
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan bantuan
software SPSS 17.
HASIL
Tabel 4. Ringkasan pretes - postes keterampilan proses sains kelas
kontrol dan kelas eksperimen
Variabel
terikat
Kelas Mean
Pretes
Standar
deviasi
Mean
Postes
Standar
deviasi
Keterampilan
proses sains
Kontrol 22,31 5,125 70,52 3,55
Eksperimen 23,08 5,302 79,07 3,81
.
Tabel 5. Uji-t Postes keterampilan proses sains
Uji Kesamaan
postes
thitung ttabel Sig Ket.
Uji t 9 1,67 0,07 Signifikan berbeda
Berdasarkan Tabel 6, hasil ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel dan nilai
signifikasi lebih besar dibandingkan 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan keterampilan proses sains siswa di kelas yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional dan kelas yang dibelajarkan
dengan model scientific inquiry menggunakan macromedia flash, dengan hasil
yang diperoleh keterampilan proses sains kelas dengan model scientific inquiry
menggunakan macromedia flash lebih baik dari pada kelas dengan pembelajaran
konvensional.
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 12 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Tabel 6. Analisis indikator keterampilan proses sains
Model Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Scientific
inquiry
menggunaka
n macromedia
flash
66,9
%
51,4
%
46,2
%
68,5
%
66,9
%
65
%
67% 50%
Pembelajaran
konvensional
66,9
%
45,4
%
44,5
%
63,1
%
67,7
%
52
%
66,2
%
37,7
%
Secara ringkas analisis indikator pemahaman konsep siswa kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen dengan model scientific
inquiry menggunakan macromedia flash dapat dilihat pada Gambar 1.
Persentase capaian tertinggi terletak pada indikator mengobservasi.
Indikator pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar.
Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera, yaitu penglihatan, pembau,
peraba, pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan
melakukan pengamatan dengan menggunakan beberapa indera maka kesadaran
dan kepekaan mereka terhadap segala hal di sekitarnya akan berkembang. Melatih
keterampilan pengamatan siswa termasuk melatih siswa mengidentifikasi indera
mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan suatu objek. Sedangkan
persentase capaian terendah terletak pada indikator menarik kesimpulan.
Menyimpulkan adalah suatu pernyataan berdasarkan fakta hasil pengamatan.
Kesimpulan yang dikemukakan sebagai pendapat seseorang. Sehingga siswa tidak
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
Eksperimen
Kontrol
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 13 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
dapat menarik kesimplan jika tidak menghubungkan antara konsep dengan apa
yang diperoleh pada saat praktikum.
PEMBAHASAN
Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model
scientific inquiry menggunakan macromedia flash lebih baik daripada
pembelajaran konvensional.
Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran scientific inquiry menggunakan macromedia flash menunjukkan
hasil yang lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional. Hasil penelitian yang mendukung adalah penelitian Anggraini &
Sani (2015); Ergin& Aktamis (2008); Rauf1 et all (2013).
Penyebab keterampilan proses sains pada kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol adalah karena pembelajaran inquiry dapat melibatkan siswa
secara aktif (student center) untuk menyelidiki masalah yang disajikan pada
lembar kerja siswa. Menurut Rizal (2014:3) proses pembelajaran inkuiri memberi
kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan
aktif sehingga siswa terlatih dalam memecahkan masalah sekaligus membuat
keputusan. Kegiatan pembelajaran scientific inquiry dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan sesuatu melalui eksperimen.
Menghadapkan siswa pada suatu kegiatan ilmiah (eksperimen), siswa dilatih agar
terampil dalam memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir
dengan mengikuti prosedur (metode) ilmiah, seperti, terampil melakukan
pengamatan, pengukuran, pengklasifikasian, penarikan kesimpulan dan
pengkomunikasian hasil temuan. Sebagaimana disampaikan oleh Delen &
Kesercioglu (2012) bahwa mempelajari proses pengetahuan ilmiah merupakan
keterampilan yang sangat penting bagi siswa. Proses ini didefenisikan sebagai
keterampilan proses sains yang membantu siswa membangun pembelajaran ilmiah
dan membantu mereka menjadi peserta aktif untuk mempelajari teknik penelitian.
Teknik penelitian yang dilatih dalam pembelajaran scientific inquiry dapat
menggali keterampilan proses sains pada diri siswa. Menurut Hutagalung (2013)
bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 14 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan
yang telah dimiliki.
Faktor kedua yang menyebabkan keterampilan proses sains siswa pada
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol adalah karena keterlibatan
siswa dalam pembelajaran scientific inquiry memberikan pengalaman dan
membiasakan siswa bekerja ilmiah untuk mengembangkan keterampilan proses
sains dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Menurut
Udin, Megawati., Arsyad &Khaeruddin (2013) menyatakan perlu adanya
keterlibatan dari suatu keterampilan proses yang dimiliki oleh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, karena keterampilan proses merupakan keterampilan yang
sering digunakan ilmuan dalam memecahkan masalah yang mengusik rasa ingin
tahunya melalui kegiatan laboratorium. Pembelajaran pada kelas eksperimen
dengan model pembelajaran scientific inquiry memberi kesempatan kepada siswa
bekerja menemukan ilmu pengetahuan dan tidak sekedar mendengar dan
menerima informasi saja. Cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Proses belajar
mengajar dengan metode eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses,
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa
dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan. Proses-proses ini merupakan
teknik penelitian sehingga dapat menumbuhkan keterampilan proses sains pada
diri siswa. Menurut Siddiqui (2013) berpendapat bahwa model pembelajaran
scientific inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi, membuat
penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan teknik
penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan
tingkat penalaran, mengembangkan tingkat pemahaman, menerapkan
penyelidikan perilaku manusia dan meningkatkan tingkat interaksi.
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 15 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Selain dari beberapa faktor tersebut, hasil analisis dapat membuktikan
bahwa pembelajaran akan lebih efektif apabila menggunakan media pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan media membuat pembelajaran menarik dan
menyenangkan bagi siswa. Siswa dapat mengamati secara langsung setiap proses
yang ada dalam media. Menurut Hasanah, Ida. & Iyon (2015) bahwa materi suhu
dan kalor merupakan salah satu konsep fisika yang sulit dijelaskan jika hanya
menggunakan metode konvensional, siswa menganggap konsep ini abstrak dan
cenderung bingung ketika mereka dihadapkan pada materi yang dianggap abstrak.
Hal inilah yang membuat siswa merasa kesulitan dalam belajar fisika. Kecil
kemungkinan siswa untuk menguasai materi suhu dan kalor yang benar jika suatu
konsep abstrak hanya dipelajari dengan model pembelajaran. Situasi pembelajaran
seperti ini cocok digunakan untuk menerapkan simulasi komputer karena siswa
dapat mengobservasi suatu fenomena fisika dan melakukan eksperimen
menggunakan simulasi komputer tersebut. Kemudian siswa menjelaskan hasil
prediksi dan observasi terhadap fenomena fisika yang telah ditampilkan pada
simulasi komputer.
Sebagaimana disampaikan oleh Supriyatman & Sukarno (2014) bahwa
dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan
keterampilan proses sains dan konsep sains bagi siswa adalah dengan
menggunakan model pembelajaran scientific inquiry dengan menggunakan
simulasi komputer interaktif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model scientific
inquiry menggunakan maromedia flash lebih baik daripada siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
REFERENSI
Anderson, O & Krathwohl, D. 2010. Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 16 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Anggareni, R & Widiyani. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inquiry
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa SMP.
e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 3:1-11
Anggraini, D.P & Sani, A.R. 2015. Analisis Model Pembelajaran Scientific
Inquiry dan Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa SMA. Jurusan Pendidikan Fisika Program Pasca Sarjana
UNIMED. Jurnal Pendidikan Fisika, 4(2):47-54.
Arsyad. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Azeem, Hussain & Shakoor. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry
vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social
Science, 1(19):269-276.
Bukhori M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inquiry untuk Optimalisasi
Pemahaman Konsep Fisika pada Siswa di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa
Tengah. Berkala Fisika Indonesia, 4(1):11-12.
Dhakaa & Amita. 2012. Biological Science Inquiry Model and Biology Teaching.
Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business
Management, 1(2):80-82.
Delen. I & Kesercioglu. T. 2012. How Middle School Students Science Process
Skills Affected by Turkey’s National Curriculum Change. Juornal of
Science Education, 9(4):3-9.
Demirbag & Gunel. 2014. Integreting Argument-Based Science Inquiry with
Modal Representations. Impact on Science: Theory & Practise. 14(1).
Ergin, O & Aktamis, H. 2008. The Effect of Scientific Process Skill Education on
Student’s Scientific Creativity, Science Attitude and Academic
Achievement. Asia-pasific Forum on Science Learning and Teaching,
9(1):1-21.
Ergul, Simsekli, Calis & Gocmencelebi. 2011. The effects of Inquiry-Based
Science Teaching On Elementary School Students Science Process Skills
And Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education policy
(BJSEP), 5(1):48-67.
Fraenkel, J., Wallen, N., Helen & Hyun. 2012. How to design and evaluate
research in education 8th edition. McGraw-Hill, A Business Unit Of The
McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of The Americas, New York,
NY 10020. Copyright © 2012, 2009, 2006, 2003, 2000, 1996, 1993, 1990
By The McGraw-Hill Companies, Inc.
Fraser, B. J. 2002. Chapter 1 Learning Environments Research: Yesterday, Today
And Tomorrow. Curtin University of Technology, Australia.
Harlen, W & Elstgeest, J. 1994. A workshop Approach to Teacher Education.
Unesco: Printed in France.
Jurnal Pendidikan Riama
ISSN 2089-287X (Media Cetak)
Vol. 4 No. 01. 2019
Page | 17 JURNAL PENDIDIKAN RIAMA
LPPM - STKIP Riama Medan
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan “STKIP” Riama Medan
Hasanah, M, Ida, K & Iyon, S. 2015. Pengembangan Simulasi Komputer Suhu
dan Kalor Berbasis POE. Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran
Sains: 421-424.
Hifni. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan media
Macroflash Terhadap Keterampilan Proses Sans dan Kemampuan Berfikir
Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pasca sarjana
Universitas Negeri Medan.
Hutagalung, A. M. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis
Media Komputer terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas
Negeri Medan, 2(2):9-16.
Joyce, B., Well, M & Calhoun, E. 2009. Model of Teaching (Model-Model
Pengajaran) edisi kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusyanti, R. N. 2009. Pemahaman konsep Siswa setelah Menggunakan Media
Pembelajaran Animasi Fisika. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan,
dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 89-
95.
Margono. 2009. Metodologi Peneltian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mehmet, A.2012. Scientific Inquiry Based Professional Development Models in
Teacher Education. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA), 4(2):
42.
Nasution & Febriani, H. 2015. The Effect of Scientific Inquiry Learning Model
Based on Conceptual Change on Physics Cognitive Competence and
Science Process Skill (SPS) of Students at Senior High School.
International Journal on New Trends in Education and Their Implication,
4(14): 154-164.
Njoroge. 2014. Effects of Inquiry Based Teaching Approach on Secondary School
Students Achievement and Motivation in Physics in Country. Kenya.
International Journal of Academic Research in Education and Review, 2(1):
1-6.
Rauf1, Rose, Amnah, A., Mohamad, Sattar, R., Azlin,N., Mansor, Zarina, O., &
Lyndon. 2013. Inculcation of Science Process Skills in a Science
Classroom. Malaysia. Asian Social Science,9(8):47-57.
Rizal, M. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi
Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep
IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains, 2(3):159-165.
Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: IKAPI.
Shariff, A & Abdullah, S. 2008. The Effects of Inquiry-Based Computer
Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and
Conceptual Understanding of Gas Laws. University Sains Malaysia:
Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education,
4(4):387-398.
top related