DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1797/1/SKRIPSI-SETIATI PRIHATINI.pdf · Kesenian Topeng Ireng merupakan peninggalan kebudayaan
Post on 17-Oct-2019
30 Views
Preview:
Transcript
i
DAKWAH MELALUI KESENIAN
(DESKRIPSI PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN
TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN
MAGELANG)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
SETIATI PRIHATINI
NIM: 117-13-014
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Asslamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Setiati Prihatini
NIM : 11713014
Judul : DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI
PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN
TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN
MAGELANG)
Dapat diajukan kepada Fakultas Dakwah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 10 Agustus 2017
Pembimbing,
Dra. Maryatin, M.Pd.
NIP.19690402 1998032001
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGAFAKULTAS DAKWAH Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail:administrasi@iainsalatiga.ac.id
iii
KEMENTRIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGAFAKULTAS DAKWAH Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Pulutan Sidorejo Salatiga 50716
http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail:administrasi@iainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
SKRIPSI BERJUDUL
DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH
DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG)
Oleh:
Setiati Prihatini
NIM: 11713014
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Dakwah, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari , tanggal Agustus 2017, dan
telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
komunikasi
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : ................................... ttd .............................
Sekretaris Sidang : Dra. Maryatin, M.Pd. . ttd .............................
Penguji I : ................................... ttd .............................
Penguji II : ................................... ttd .............................
Salatiga, Agustus 2017
Dekan Fakultas Dakwah
Dr. Mukti Ali, M. Hum
NIP. 197509052001121001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang tanda tangan di bawah ini:
Nama : Setiati Prihatini
NIM : 117-13-014
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Dakwah
Judul Skripsi : DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI
PESAN DAKWAH DALAM KESENIAN
TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN
MAGELANG)
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Agustus 2017
Yang membuat pernyataan,
Setiati Prihatini
117-13-014
v
ىنم ال الع ب ر لله مد لح ا
“Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam”
Hidup terasa lebih indah jika senantiasa selalu bersyukur
Rasa syukur akan menambah nikmat yang sedikit dan melipat
gandakan sesuatu yang banyak
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu saya tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan
kelancaran proses skripsi
2. Kedua kakak yang paling saya sayangi, Setiadi Prasetyo dan Setiawati
Pratiwi yang terus memberikan semangat dan omelan-omelannya agar bisa
segera menyelesaikan skripsi
3. Teman-teman (Aini, Huda, Mbak Sri, Wasi’, Fadhil, Adit, Teguh, Rina,
Topan dan Bagus) seangkatan Komunikasi dan Penyiaran Islam 2013 yang
selalu menemani dan membantu menyelesaikan skripsi ini
4. Teman satu kos (Auliya, Shinta, Windi, Itis dan Mbak Arin) yang selalu
pindah-pindah tempat beberapa kali, terima kasih kalian selalu ada setiap
saat susah dan khususnya saat senang
5. Terima kasih untuk semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“DAKWAH MELALUI KESENIAN (DESKRIPSI PESAN DAKWAH
DALAM KESENIAN TOPENG IRENG DI DESA KUWADERAN,
KECAMATAN KAJORAN, KABUPATEN MAGELANG)”.
Penulis menyadari penyelesaian karya ilmiah ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
3. Dra. Maryatin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
yang juga sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing
dalam penulisan skripsi
4. Bapak dan Ibu Dosen yang serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini
5. Kepada Bapak Ibu penulis, Djentu Muhdjawat, Siti Kotimah dan kedua kakak
penulis Setiadi Prasetyo juga Setiawati Pratiwi yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun non materi.
6. Kepada teman-teman Fakultas Dakwah angkatan 2013 khususnya Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam ‘13
viii
7. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga
bisa menyelesaikn skripsi ini
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 10 Agustus 2017
Penulis,
Setiati Prihatini
ix
ABSTRAK
Prihatini, Setiati. 2017. Dakwah Melalui Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah
Dalam Kesenian Topeng Ireng Di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran,
Kabupaten Magelang). Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pemimbing: Dra.
Maryatin, M.Pd.
Kata Kunci: Pesan Dakwah, Topeng Ireng.
Islam adalah sebagai agama yang paling sempurna. Dalam dakwah modern
ini banyak metode yang dapat digunakan untuk menyebarkan agama Islam dan
berdakwah. Salah satu dari beberapa banyak metode yang dapat digunakan untuk
berdakwah yaitu memalui kesenian dan budaya yang sudah di desain dengan
bertema Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi kesenian topeng ireng
dan pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng di Desa
Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan atau field research.
Subjek penelitian ini adalah grup kesenian Topeng Loreng Macan Kawedar yang
ada di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Objek
penelitian ini adalah seniman Topeng Ireng. Penelitian ini difokuskan pada
permasalahan yang berkaitan dengan pesan-pesan dakwah dalam syair lagu yang
dinyanyikan dan juga gerakan tari kesenian Topeng Ireng. Data yang diperoleh
dengan teknik pencatatan, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh
melalui triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pesan dakwah yang terkandung
dalam kesenian Topeng Ireng dapat ditinjau dari tiga aspek yakni; (1) pesan aqidah
yang mengacu pada rukun iman (2) pesan syariah yang meliputi ibadah, thaharah,
shalat, zakat, puasa, dan haji dan mu’amalah (3) pesan akhlak yang mencakup
mahmudah dan madzmumah.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
G. Metode Penelitian .......................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori .............................................................................. 17
1. Pesan Dakwah ........................................................................ 17
xi
2. Tinjauan Tentang Seni ........................................................... 20
a. Kesenian .......................................................................... 20
b. Kesenian Topeng Ireng .................................................... 29
B. Kesenian Sebagai Media Dakwah ................................................. 31
BAB III GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG”
A. Sejarah Kesenian Topeng Ireng ................................................... 35
B. Fungsi Kesenian Topeng Ireng .................................................... 45
C. Tujuan Kesenian Topeng Ireng ..................................................... 49
D. Struktur Organisasi Kesenian Topeng Ireng Di Desa Kuwaderan 50
E. Temuan Penelitian ......................................................................... 51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng .................................... 53
B. Pesan-Pesan Dakwah Dalam Kesenian Topeng Ireng .................. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 72
B. Saran .............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 .................................................................................... 15
Gambar 3.1 .................................................................................... 36
Gambar 3.2 .................................................................................... 37
Gambar 3.3 .................................................................................... 37
Gambar 4.1 .................................................................................... 54
Gambar 4.2 .................................................................................... 54
Gambar 4.3 .................................................................................... 55
Gambar 4.4 .................................................................................... 67
Gambar 4.5 .................................................................................... 69
Gambar 4.6 .................................................................................... 70
Gambar 4.7 .................................................................................... 71
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara
Lampiran 2 Panduan Wawancara
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Syair Lagu
Lampiran 5 Susunan Pengurus Group Kesenian Topeng Ireng
Kuwaderan
Lampiran 6 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 7 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Rekomendasi Izin Penelitian
Lampiran 9 Surat Keterangan Tempat Tinggal / Domisili
Lampiran 10 Piagam Pengesahan
Lampiran 11 Curriculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang universal dan selalu mendorong umatnya
untuk menyeru atau berdakwah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Dakwah mengandung arti ajakan, menyeru, atau
memanggil. Dalam arti luas berarti mengajak orang untuk meyakini dan
mengamalkan ajaran agama Islam (Amin, 2009:1).
Setiap muslim memiliki kewajiban, salah satuya kewajiban untuk
berdakwah. Oleh karena itu, dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan
semata tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan dan perbuatan yang ditunjukkan
dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan pada Islam.
Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan dapat menggunakan
media apa saja seperti dakwah bisa dengan cara ceramah di atas mimbar,
dakwah bisa melalui kesenian, musik atau lagu bahkan di televisi pun sudah
banyak menayangkan film-film yang berisikan pesan dakwah.
Salah satu media pesan dakwah yang akan diteliti oleh penulis adalah
berdakwah menggunakan kesenian atau kebudayaan. Karena dalam
kebudayaan tersebut mengandung unsur tentang kesenian juga sekaligus
terdapat unsur religi. Kesenian merupakan peninggalan budaya di setiap daerah
yang memiliki karakteristik masing-masing di setiap daerah. Selain hal
tersebut, dalam kesenian mengandung nilai-nilai moral yang ditujukan demi
2
kebaikan masyarakat, yang dikemas dalam bentuk hiburan. Media kesenian
memang tidak seperti media yang lainnya. Memiliki banyak manfaat akan
tetapi tidak mengurangi kelemahan yang ada, dikemas dalam bentuk hiburan
yang saat ini mulai mengesampingkan hal-hal yang disampaikan dalam
kesenian tersebut baik melalui lagu, atau dalam gerakan. Namun seiring
berjalannya waktu, kini masyarakat hanya menganggapnya sebagai hiburan
pelepas penat semata.
Pesan yang akan disampaikan melalui kesenian tersebut sudah mulai
samar-samar. Kebanyakan kesenian sekarang ini mulai mengedepankan
gerakan atau tarian yang sudah di inovasi sedemikian rupa dan syair-syair lagu
yang mulai meninggalkan pesan moral atau religi di dalamnya. Seperti yang
kita tau, kesenian terbentuk untuk berbagai macam kepentingan salah satunya
untuk menyiarkan ajaran agama Islam.
Selain hal tersebut, kesenian memiliki berbagai macam bentuk dan
karakteristik masing-masing setiap daerah. Kesenian menjadi ciri khas suatu
daerah, tentunya kesenian memiliki peranan penting bagi daerah tersebut.
Peranan menggambarkan bagaimana latar belakang daerah tersebut juga yang
paling penting adalah mengajarkan nilai-nilai agama kepada masyarakat yang
menikmati kesenian tersebut hingga dapat membentuk moral yang tidak
menyimpang. Seperti kesenian di daerah Magelang, misalnya kesenian
Dayakan, Kubro Siswo, Soreng, Jathilan, Kuntulan, Topeng Ireng dan masih
banyak lainnya. Dari sekian banyak kesenian yang ada di Magelang ini, hampir
semua kesenian memiliki karakteristik masing-masing. Namun hanya beberapa
3
kesenian yang sangat melekat dengan ajaran agama Islam salah satunya
Kuntulan. Kesenian Kuntulan mungkin sudah sangat lekat dengan agama
Islam, namun seperti yang kita tau masih banyak kesenian yang belum atau
bahkan terlihat samar-samar ajaran-ajaran yang ada di dalam kesenian tersebut,
salah satunya adalah kesenian Topeng Ireng. Di sini peneliti akan mengangkat
tentang penelitian pesan dakwah dalam kesenian yaitu Topeng Ireng yang ada
Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
Kesenian Topeng Ireng merupakan peninggalan kebudayaan dari zaman
penjajahan Belanda yang berkembang di daerah lereng gunung Merapi.
Banyak kesenian-kesenian di Magelang yang keberadannya sudah mulai
tersingkir dengan adanya budaya-budaya luar yang masuk. Namun Topeng
Ireng masih berkembang sampai saat ini dan bisa menjaga eksistensinya di
dunia kesenian. Kesenian ini adalah kesenian yang memiliki karakteristik yang
salah satunya dari kostum yang dipakai saat menari yakni memakai bulu-bulu
seperti suku indian. Selain hal tersebut, dalam kesenian ini juga banyak
mengangkat lagu dengan tema Islami dan didukung dengan gerakan-gerakan
yang mengisyaratkan untuk melaksanakan ajaran Islam, seperti dalam hal
aqidah, akhlak dan syariah. Keunikan tersebut yang membuat kesenian ini
mudah dikenali dan menarik perhatian masyarakat.
Pesan aqidah, akhlak dan syariah yang terkandung dalam kesenian ini
dapat berasal dari syair lagunya atau dari gerakan yang ditampilkan. Misal
yang terkandung di pesan aqidah pada salah satu syair lagu dengan judul
“Tangise Lereng Gunung Merapi”:
4
“Nanging Iman Islam, iku kang digowo,
Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...”
(Hanya Iman Islam, yang dibawa,
Hanya Iman Islam yang sudah sempurna...)
Dari potongan syair diatas, mengandung pesan aqidah yang senantiasa
mengajarkan kita untuk selalu beriman dengan ketetapan-ketetapan Nya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang perlu mengetahui pesan
dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng, baik melalui syair lagu
atau dari gerakan yang dilakukan kesenian tersebut. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk membahas lebih lanjut hal tersebut, yang dituangkan dalam
skripsi dengan judul “ Dakwah Melalui Kesenian (Deskripsi Pesan Dakwah
Dalam Kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan, Kecamatan Kajoran,
Kabupaten Magelang)”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah isi kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang ?
2. Apa saja pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng
Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan isi kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan
Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
5
2. Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian
Topeng Ireng di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
a) Penelitian ini diharapkan menambah khasanah keilmuan dalam
bidang dakwah khususnya untuk Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.
b) Hasil penelitian tentang pesan dakwah dalam kesenian Topeng Ireng
di Desa Kuwaderan Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
diharapkan dapat menjadi acuan penelitian lanjutan tentang kesenian
Topeng Ireng dan grup musik lainnya yang ingin menyebarkan ajaran
agama Islam melalui media pementasan seni supaya lebih baik dari
sebelumnya.
2. Secara Praktis
a) Bagi seniman
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan (tambahan
referensi) serta pengetahuan tentang latar belakang kesenian Topeng
Ireng yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kuwaderan, Kecamatan
Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
b) Bagi masyarakat
Dengan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi
masyarakat sekitar akan ajaran-ajaran agama Islam yang terkandung
6
dalam kesenian tersebut dan dapat menjaga keutuhan dari isi yang ada
dalam kesenian tersebut.
c) Bagi desa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
masukan dan bahan pertimbangan dalam memelihara serta
mengembangkan kesenian Topeng Ireng.
E. Penegasan Istilah
1. Pesan Dakwah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:883), pesan
mengandung arti perintah, nasihat, suruhan, permintaan yang harus
disampaikan kepada orang lain. Sedangkan dakwah ditinjau dari etimologi
atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu دعوة -يدعوا -دعا ,
artinya mengajak, menyeru, memanggil. Menurut Warson Munawwir
dalam Amin (2009:1) menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah
memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon),
menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).
Jadi pesan dakwah dapat diartikan sebagai nasihat atau perintah
yang mengandung nilai ajaran agama Islam di dalamnya.
2. Kesenian Topeng Ireng
Kesenian adalah suatu hasil ekspresi hasrat manusia akan keindahan
dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat pemilik
kesenian tersebut.(Sutardi, 2007:49)
7
Menurut Bowo dalam sebuah wawancara yang peneliti lakukan
(14/06/2017:17.2), Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng
Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti
nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng
Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi oleh musik berirama keras
dan penuh semangat.
Kesenian Topeng Ireng merupakan kesenian tradisional kerakyatan
yang lahir dan berkembang di daerah lereng gunung Merapi. Eksistensi
kesenian ini masih dijaga hingga saat ini oleh warga daerah Magelang.
Jadi pesan dakwah dalam kesenian yang dimaksud adalah pesan-
pesan ajaran agama Islam yang terkandung dalam sebuah kesenian yaitu
kesenian Topeng Loreng yang terdapat di Desa Kuwaderan, Kecamatan
Kajoran, Kabupaten Magelang. Pesan yang di ajarkan bisa tersirat melalui
gerakan yang di tampilkan, syair lagu yang dinyanyikan atau bahkan
adapula yang bisa diambil dari kostum yang dipakai saat pementasan.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pesan-pesan dakwah dalam kesenian memang bukan
pertama kali diteliti. Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian
terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang kesenian.
Berikut kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang diangkat oleh
penulis sebagai bahan referensi:
1. Seni Drama Sebagai Media Dakwah (Studi Kasus pada Teater Wadas
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang) oleh Yusuf Afandi, 2012.
8
Skripsi ini membahas tentang seni drama yang digunakan sebagai media
dakwah. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa beradakwah melalui
seni drama sangatlah efektif karena melalui perkataan, gerakan dan adegan
yang terangkai dalam pementasan tersebut maka pesan-pesan yang akan
disampaikan dapat bermanfaat bagi penonton. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian lapangan.
2. Perkembangan Koreografi Tari Topeng Ireng Grup Mahesa Jenar Di
Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah oleh Nurul Hidayah, 2015. Skripsi ini
membahas tentang perkembangan koreografi tari Topeng Ireng Gruup
Mahesa Jenar Di Dusun Besaran, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan itu dibagi
menjadi 4 periode yaitu, tahun 1950-an, 1990-an, 2008-2009, dan 2010 an
2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
3. Seni Sebagai Media Dakwah Dalam Persepsi Sanggar Nuun Uin Sunan
Kalijaga Yogyakarta oleh Muhammad Fakih Usman, 2010. Skripsi ini
membahas tentang metode dakwah melalui media seni dalam sanggar
Nuun Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian oleh Muhammad Fakih
Usman menghasilkan metode dakwah dalam persepsi sanggar tersebut
adalah model yang memakai seni berupa pentas musik, teater, puisi, dan
pantomim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode kualitatif.
9
Penelitian-penelitian diatas memiliki kaitannya dengan tema yang
diangkat oleh penulis. Dari ketiga penelitian tersebut diatas memiliki karaker
masing-masing. Penelitian pertama sama-sama mengangkat tema dakwah
sebagai media seni, namun seni yang digunakan adalah seni drama. Untuk
penelitian yang kedua dan ketiga hampir sama yaitu dengan mengangkat tema
tentang kesenian dan menggunakan metode yang sama. Hanya objek yang
dikaji berbeda, penelitian kedua menggunakan kesenian untuk meneliti
perkembangan koreonya sedangkan yang ketiga mengangkat kesenian sendiri
untuk menggali media dakwahnya dan kesenian yang dimaksud juga sedikit
berbeda dari yang penulis angkat.
Pada penelitian ini penulis lebih menekankan pada pesan dakwah yang
terkandung dalam syair dan gerakan atau koreografinya. Kesenian tradisional
ini, merupakan pentas seni dari cerita dan tradisi masyarakat dulu yang
kemudian berkembang menjadi tarian sehingga terbentuk kesenian Topeng
Ireng.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research). Field research adalah pengamatan
terhadap fenomena yang diamati didasarkan pada fakta-fakta atau data
yang dikumpulkan di lapangan (Bajari, 2015:58).
Menurut Moeleng metode kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
10
dari orang-orang dan perilaku yang diamati (2011:3). Data-data yang
diperoleh yaitu berupa kata-kata melalui informasi dari para pendukung,
tulisan dan foto-foto yang diolah sedemikian rupa dari bentuk aslinya
sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk deskriptif dan gambar secara
sistematis, faktual, dan akurat.
2. Kehadiran peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain
manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-
dokumen lain yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil
penelitian.
3. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dimulai pada bulan Maret sampai dengan penulisan laporan
penelitian ini selesai. Dengan mengambil lokasi penelitian di desa
Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang.
4. Sumber data
a. Primer
Data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dikumpulkan oleh
peneliti sendiri, dengan cara mengamati proses saat latihan dan
melakukan wawancara mendalam ke pelaku seni (Ruslan, 2010:29).
11
b. Sekunder
Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data
ini merupakan data tambahan untuk melengkapi data yang sudah ada.
Data ini berupa buku dan referensi lainnya (Hasan, 2004:19).
5. Prosedur pengumpulan data
a. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari
dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004:104). Observasi yang
bertujuan untuk memastikan para seniman dan masyarakat yang
mengetahui tentang sejarah kesenian Topeng Loreng yang dijadikan
narasumber utama. Selain itu, juga dilakukan dengan pengamatan
secara langsung dari pertunjukan kesenian Topeng Ireng di desa
Kuwaderan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksut tertentu.
Dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut (Moeleng, 2011:186). Wawancara dilakukan
untuk mengumpulkan data tentang hal-hal yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan kesenian Topeng Ireng yaitu tentang
isi secara keseluruhan dan juga pesan-pesan yang terkandung dalam
kesenian di Desa Kuwaderan tersebut. Dalam melakukan wawancara
12
peneliti telah menyiapkan beberapa daftar pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada narasumber yaitu terdiri dari ketua, tokoh
masyarakat, seniman dan juga penonton.
c. Dokumentasi
Merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2008:329).
Informasi diperoleh dari foto, dokumen audio visual, dan catatan
iringan tari. Peneliti menggunakan alat (kamera) agar setiap
penjelasan dari narasumber tidak terlewatkan dan peneliti juga
mencatat beberapa istilah kata bahasa asing yang diucapkan oleh
narasumber saat proses wawancara berlangsung. Dalam penelitian ini
dokumentasi dibutuhkan untuk memperoleh data tambahan serta
untuk memperkuat data-data yang yang telah diperoleh pada saat
observasi dan wawancara.
6. Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, sehingga
data-data digambarkan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat. Data-data
yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif. Menurut Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2011:337), dalam melakukan analisis untuk
melakukan penelitian kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Reduksi data
Merupakan pemilihan serta informasi data kasar yang muncul
dari catatan lapangan, proses ini dilakukan penelitian dengan cara
13
menyeleksi data-data yang di dapat dari hasil wawancara dengan
informan, hasil observasi di lapangan dan dokumentasi yang
mendukung dan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
b. Deskripsi data
Berisi uraian objektif mengenai segala sesuatu hal yang terjadi
atau terdapat dalam kesenian Topeng Ireng di desa Kuwaderan,
kecamatan Kajoran, kabupaten Magelang. Deskripsi ini diusahakan
bersifat faktual, yaitu menurut situasi dan keadaan yang sebenarnya.
c. Penarikan kesimpulan
Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan yang berupa kalimat-kalimat. Peneliti menarik
kesimpulan dari data-data yang sudah terkumpul untuk dijadikan
bahan pembahasan, yaitu tentang pesan dakwah dalam kesenian
Topeng Ireng di desa Kuwaderan, kecamatan Kajoran, kabupaten
Magelang.
7. Pengecekan keabsahan data
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dari luar data itu untuk pengecekan atau sebagai perbandingan dari data itu
(Moleong, 2007: 330).
14
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2012: 330). Ada
tiga macam triangulasi yaitu sumber data, teknik pengumpulan data, dan
waktu pengumpulan data (Sugiyono, 2008: 273).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
teknik pengumpulan data yaitu membandingkan dan mengecek informasi
yang diperoleh dalam pendokumentasian, observasi, dan wawancara
mendalam tentang kesenian Topeng Ireng. Dalam hal ini, untuk
memperoleh data yang ada tentang kesenian Topeng Ireng meliputi
sejarah, isi secara keseluruhan dari kesenian Topeng Ireng yang
digunakan sumber dari hasil wawancara dan observasi. Data yang
diperoleh melalui wawancara yang diupayakan berasal dari banyak
responden yang kemudian dilakukan pengecekan, Sehingga data yang
diperoleh akan benar-benar dipertanggungjawabkan. Pengecekan data
tersebut dengan mewawancarai penari, tokoh masyarakat, masyarakat dan
orang-orang yang berkompeten di bidang seni dan mengetahui tentang
kesenian Topeng Ireng. Berikut gambar skema triangulasi data :
15
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Gambar 1.1 : Skema Triangulasi Data
Data yang telah dianalisis oleh peneliti kemudian disimpulkan dan
dicocokkan dengan beberapa data yang diperoleh sehingga didapatkan
ketegasan informasi (beberapa sumber data) dalam wawancara yang sudah
dilakukan. Data yang diperoleh berasal dari banyak responden yang
kemudian dipadukan, sehingga data yang diperoleh akan benar-benar
dapat dipertanggungjawabkan.
8. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
a. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti mengadakan
pendahuluan terlebih dahulu.
b. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti mulai dengan menentukan
sumber data, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan
dari kesenian Topeng Ireng. Dan diakhiri dengan pengumpulan data
dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi.
16
c. Penyajian data, menyajikan data yang diperoleh selama penelitian dan
akhirnya ditarik suatu kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan
Adapun mengenai sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori, yang mencakup tentang deskripsi teori
mengenai pesan, dakwah, dan kesenian.
BAB III : Gambaran umum, mengenai kesenian Topeng Ireng di desa
Kuwaderan, mulai dari sejarah, tujuan, struktur organisasi
dan temuan penelitian.
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup isi secara
umum dari kesenian Topeng Ireng, pesan-pesan dakwah
dalam kesenian Topeng Ireng.
BAB V : Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan dan
saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pesan Dakwah
Pesan merupakan salah satu unsur atau komponen dalam proses
komunikasi. Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan
oleh komunikator. Pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah
pernyataan sebagai panduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide,
informasi keluhan, keyakinan, himbauan, anjuran dan sebagainya. Pesan
yang dimaksut merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2005:18).
Pengertian dakwah secara etimologi yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dakwah dan tabligh, hal tersebut merupakan suatu proses
penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau
seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.
Sedangkan dakwah secara terminologi dapat diartikan sebagai proses
penyampaian yang merupakan usaha untuk mengubah way of thinking,
way of feeling, dan way of life manusia sebagai sasaran dakwah kearah
kualitas yang lebih baik (Amin, 2013:2-6).
Pesan dalam ajaran islam adalah perintah, nasehat, permintaan,
amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan
dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari al-Quran dan al-
Hadist baik secara tertulis maupun bentuk-bentuk pesan risalah
18
(Tasmara, 1997:43). Seperti yang dijelaskan dalam Alquran (QS. Al-
Ahzab (33) : 39) :
يب و ك ف ىب الله ح س الله ي خش ون أ ح داإ ل الله و ي خش ون ه و ل ت الذ ين ي ب ل غ ون ر س ال
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah
Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa
takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Al
Ahzab 33:39)
Moh. Natsir dalam Fiqh Ad-Dakwah membagi mengenai risalah-
risalah Allah dalam tiga bagian pokok (Amin, 2013:108), yaitu :
a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya
b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Mengadakan keseimbangan (tawazun) antara kedua itu dan
mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan terjalin.
Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri.
Menurut Amin (2013: 20) yang secara umum dikelompokkan menjadi:
a. Pesan Akidah, meliputi Iman kepada Allah Swt. Iman kepada
Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman kepada rasul-
rasulnya, Iman kepada Hari Akhir, Iman kepada Qadha dan Qadhar.
b. Pesan Syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan
haji , serta mu’amalah.
c. Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap
makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri,
19
tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia , flora,
fauna dan sebagainya.
Dakwah dengan sendirinya merupakan bagian dari ilmu-
ilmu sosial, yang dirumuskan dan dikembangkan dengan mengikuti
norma ilmiah dari ilmu-ilmu sosial (Anas, 2006:5).
Menurut tesis Clifford Geertz, semua agama, termasuk Islam
dipahami sebagai sistem budaya. Para neofundamentalis Islam
dengan nada yang hampir sama telah menyampaikan penegasan
bahwa hanya ada satu kebudayaan yang mencakup semua, yaitu
Islam, yang valid untuk semua waktu, tempat dan orang (Tibi,
1999:11-12).
Agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik, yang
diperlukan adalah sebuah media sebagai perantara dalam
menyampaikan pesan-pesan tesebut. Kata media, berasal dari
bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium
yang secara etimologi berarti alat perantara. Secara umum media-
media yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan
menjadi:
a. Media Visual
Media yang dioperasikan untuk kepentingan dakwah melalui
indera penglihatan yang meliputi: Overhead Proyektor (OHP),
film slide, gambar dan foto.
20
b. Media Audio
Alat-alat yang dapat dioperasikan sebagai sarana penunjang
kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera pendengaran,
antara lain: radio dan tape recorder.
c. Media Audio Visual
Media penyampaian informasi yang dapat menampilkan unsur
gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat
mengkomunikasikan pesan dan informasi, meliputi: televisi,
film atau sinetron, dan video.
d. Media Cetak
Media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang
tercetak, yang termasuk dalam media cetak adalah: buku, surat
kabar, dan majalah.(Amin, 2013:113-124)
2. Tinjauan Tentang Seni
a. Kesenian
Kesenian berasal dari kata benda yakni seni. Secara
etimologi kata seni berasal dari bahasa Belanda, genie. Dalam
Koenen – Endepols – Bezoen, Handwoorddenboek der
Nederlandse Taal, kata genie ternyata berasal dari bahasa Latin,
genius. Contohnya: 1. het genie van Rembrandt; 2. Shakespeare
was een groot genie. Rangkaian pikiran logisnya: seniman itu
merupakan makhluk yang memiliki kelebihan; kehalusan jiwa
yang tak tersamai oleh awam dalam menikmati dan
21
menciptakan keindahan menurut Sudarmaji. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian seni adalah suatu keterampilan
yang diperoleh dari pengalaman, belajar, atau pengamatan-
pengamatan (Bahari, 2014:61-62).
Koentjaraningrat memberikan pengertian kebudayaan
sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Atau
dengan kata lain bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari apa
yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan
karyanya. Jadi kebudayaan merupakan produk budaya (Sudibyo
dkk, 2013:29).
Kebudayaan itu tidak akan lahir kalau tidak ada yang
mendukungnya, dengan kata lain lahirnya kebudayaan
bersamaan dengan lahirnya manusia. Manusia berusaha untuk
mengubah, memberi bentuk serta menyusun pemberian alam
sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rokhaninya. Hasil usaha
manusia inilah yang yang disebut dengan kebudayaan. Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Dr. Kuntjoroningrat (Team
Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa
Timur, 1977:9) yang mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang
diatur oleh tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar
dan semuanya tersusun dalam peri kehidupannya.
22
Menurut Lombart dalam Santosa (2007:2) setiap
kebudayaan ini akan mengalami proses adaptasi, modifikasi
maupun pergeseran nilai-nilai yang berlaku. Penerimaan sosial
atas unsur-unsur kebudayaan baru akan mendorong masyarakat
yang bersangkutan untuk menyesuaikannya lebih lanjut
sebelum terjadi penyerapan secara tuntas. Cepat atau lambannya
kebudayaan berkembang tergantung dari minat dan kebutuhan
serta daya tangkap masyarakat terhadap tantangan yang
dihadapi.
Kesenian adalah bagian dari kebudayaan. Dalam konteks
komunikasi, kesenian merupakan media yang vital dari
kebudayaan, karena mampu menyampaikan suatu komunikasi
dengan masyarakatnya. Kesenian juga sebagai ungkapan
kreativitas dari sebuah kebudayaan dan juga merupakan
identitas bagi suatu daerah, karena mempunyai ciri dan latar
belakang komunitas masyarakatnya (Kayam, 1981:36-39).
Konsep adi luhung yang dikenakan pada kesenian tradisi
(termasuk tari) Jawa. Adi: linuwih, melebihi segalanya atau
mempunyai nilai lebih; luhung: luhur, tinggi melebihi yang lain
dan juga bermakna. Para seniman tradisi (dan juga masyarakat
Jawa) menempatkan adi luhung sebagai cita-cita yang
diharapkan dan diyakini akan terwujud khususnya lewat
kesenian. Konsep ini tidak hanya berlaku dalam masalah estetik,
23
tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis, religius, edukatif,
spiritual dan ritual, yang mencakup berbagai aspek kehidupan
manusia (Prabowo, 2007:10).
Mengikuti pendapat para antropolog, dari segi wujudnya
yaitu: Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan,
nilai, norma dan peraturan. Wujud ini masih bersifat sangat
abstrak seperti terdapat pada setiap manusia yang tertuang
dalam pikiran manusia, filsafat dan wahyu. Wujud kedua dari
kebudayaan adalah suatu wujud kompleks aktivitas kelakuan
berpola dari manusia dan masyarakat. Bagaimana sikap suatu
kelompok masyarakat yang dilakukan turun temurun, cara-cara
memahami dan melaksanakan ritual keagamaan suatu
masyarakat tertentu seperti bagaimana praktek ibadah orang
Islam di pedesaan. Dan wujud yang ketiga sebagai benda hasil
karya manusia. Wujud kebudayaan berbentuk benda adalah
yang paling kongkrit hasil cipta dan karsa manusia dibanding
kedua wujud budaya yang sebelumnya (Sambas, 2007:27-28).
Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut diatas, dapat
diturunkan lagi ke sub-sub yang lebih rinci menurut
Koentjaraningrat (2002:203-204), yakni:
24
1) Bahasa
Sebagai sistem perlambangan manusia secara lisan
maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang
lainnya.
2) Sistem Pengetahuan
Dalam setiap kebudayaan, semua mempunyai sistem
pengetahuannya masing-masing, isi dari sistem
pengetahuan dalam suatu kebudayaan merupakan uraian
tentang cabang-cabang pengetahuan, diantaranya adalah
pengetahuan tentang:
a) Alam sekitarnya
b) Alam flora di daerah tempat tinggalnya
c) Alam fauna di daerah tempat tinggalnya
d) Zat-zat, bahan mentah, dan ebnda-benda dalam
lingkungannya
e) Tubuh manusia
f) Ruang dan waktu
3) Organisasi Sosial
Di dalam hidupnya manusia selalu berkelompok,
membentuk suatu komunitas dimana di dalamnyaterdapat
aturan-aturan mengenai berbagai macam, aturan inilah
yang kemudian disebut sebagai adat istiadat.
25
4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Hal ini berkaitan dengan cara-cara membuat sesuatu,
memproduksi, memakai dan memeliharasegala peralatan
hidup tersebut.
5) Sistem Mata Pencarian Hidup
Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan: berburu,
meramu, beternak, bercocok tanam dan menangkap ikan.
6) Sistem Religi
Religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat
komponen yaitu:
a) Pertama, emosi keagamaan yang membuat manusia
menjadi religious.
b) Kedua, sistem kepercayaan yang mengandung
keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang
sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib
(supranatural).
c) Ketiga, sistem upacara religius yang bertujuan mencari
hubungan manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau
makhluk halus yang mendiami alam gaib
d) Keempat, kelompok religius atau kesatuan sosial yang
menganut sistem kepercayaan yang mengandung
keyakinan serta bayangan-bayangan manusia tentang
sifat Tuhan sertatentang wujud alam gaib
26
(supranatural) dan yang melakukan sistem upacara-
upacara religius yang bertujuan mencari hubungan
manusia dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk
halus yang mendiami alam gaib.
7) Kesenian
Adalah segala ekspresi hasrat manusia akan keindahan,
kesenian dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Seni rupa adalah kesenian yang dinikmati manusia
dengan mata
b) Seni suara adalah kesenian yang dinikmati manusia
dengan telinga.
Sementara menurut Melville J. Herkovits kebudayaan
memiliki empat unsur pokok, yaitu:
1) Sistem norma sosial
2) Organisasi ekonomi
3) Alat-alat
4) Lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan organisasi
kekuatan (politik).
Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan
pedoman-pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu
desain yang utuh, menyeluruh dan operasional, serta dapat
diterima sebagai sesuatu yang bernilai (Bahari, 2014:45).
27
Menurut Levi-Strauss dalam Bahari (2014:46-47) bahwa
kesenian dapat menjadi satuan-satuan integrasi menyeluruh
secara organik, di mana gaya-gaya, kaidah-kaidah estetik,
organisasi sosial, dan agama, secara struktural saling berkaitan.
Menurut Rapoport, dilihat dari sudut pedoman,
estetika dan sistem simbol memberi pedoman terhadap
berbagai pola perilaku manusia yang berkaitan dengan
keindahan, yang pada dasarnya mencakup kegiatan
berkreasi dan berapresiasi. Pertama, estetika dan sistem
simbol menjadi pedoman bagi seniman untuk
mengekspresikan kreasi artistiknya, dan berdasarkan
pengalamannya mampu memanipulasi media guna
menyajikan karya seni. Kedua, estetika dan simbol
memberi pedoman bagi penikmat atau pemakai seni
(konsumen) untuk menyerap karya seni tersebut, yang
berdasarkan pengalaman mereka dapat melakukan apresiasi
dengan cara menyerap karya seni untuk menumbuhkan
kesan-kesan atau pengalaman estetik tertentu. Tersirat
bahwa, estetika dan sistem simbol menjadi pedoman bagi
terwujudnya suatu komunikasi estetik antara pencipta dan
penikmat melalui karya seni yang diciptakan dalam ruang
lingkup kebudayaan ynag bersangkutan. Karena kebutuhan
estetik setiap kelompok tidak selalu sama, di samping
lingkungan di mana kelompok itu tinggal juga tidak
senantiasa sama, maka setiap kelompok masyarakat akan
mengembangkan strategi untuk pemuasan kebutuhan
estetiknya masing-masing (Bahari, 2014:47-48).
Wujud dari kesenian ini bermacam-macam, seperti (Bahari,
2014:48-58):
1) Seni Musik
Seni musik atau seni suara adalah seni yang dapat
diterima melalui indera pendengaran.
28
2) Seni Tari
Seni tari merupakan seni yang dapat diserap melalui
indera penglihatan, di mana keindahannya dapat dinikmati
dari gerakan-gerakan tubuh, terutama gerakan kaki dan
tangan, dengan ritme-ritme yang teratur, yang diiringi oleh
irama musik yang diserap melalui indera pendengaran.
Suyadi berpendapat dalam buku (Mengenal Seniman Tari
Dan Karawitan Jawa: 1992) bahwa semua gaya tari itu baik
entah itu gaya Yogyakarta, Surakarta, Sunda ataupun Bali.
Masing-masing tari mempunyai keindahan sendiri-sendiri
menurut ritme, iringan dan pelakunya. Perkembangan seni tari
sekarang ini kurang memuaskan, meskipun secara kuantitatif
diakui lebih baik. Bukti yang ditonjolkan ialah amat minimnya
penari-penarik klasik yang baik sekarang ini. Keterbatasan
penari dan guru seni tari jelas menjadi hambatan perkembangan
seni tarinya.
3) Seni Drama (Theater)
Seni drama atau theater merupakan jenis seni pertunjukan
yang audio visual karena dapat diserap melalui indera penglihatan
dan pendengaran.
Tentunya kesenian ini memiliki berbagai macam fungsi
menurut Widyastutieningrum (2007:125-219), diantaranya:
29
1) Sebagai Sarana Ritual
Kalangan masyarakat Indonesia yang dalam tata
kehidupannya masih mengacu pada nilai-nilai budaya
agraris, serta masyarakat yang memeluk agama yang dalam
kegiatan ibadahnya sangat melibatkan kesenian.
2) Sebagai Hiburan Pribadi
Indonesia sangat kaya akan tari-tarian yang berfungsi
sebagai hiburan pribadi. Pertunjukan jenis ini sebenarnya
tidak ada penontonnya karena penikmat tari hiburan pribadi
harus melibatkan diri di dalam pertunjukan (art of
participation).
3) Sebagai Presentasi Estetis
Untuk menampilkan sebuah pertunjukan di atas
panggung menuntut biaya yang tidak sedikit. Seni tari
misalnya memerlukan perlengkapan untuk sang penari
sampai keperluan panggung. Pada umumnya fungsi sebagai
presentasi estetis ini, penyandang dana produksinya
(production cost) adalah para pembeli tiket.
b. Kesenian Topeng Ireng
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian
Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng
Merapi Merbabu sejak zaman penjajahan Belanda dan
dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an. Pada saat zaman
30
Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu
melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga
mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian
rakyat.
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng
Irama Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus,
Irama berarti nada, Kenceng berarti keras. Oleh karena itu,
dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus
dan diiringi oleh musik berirama keras dan penuh semangat.
Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa
yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan
hidup dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan
Seni pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam
membangun masjid atau mushola, sebelum mustaka (kubah)
dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa.
Kirab tersebut akan diikuti oleh masyarakat di sekitar masjid
dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian.
Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi
kesenian Topeng Ireng. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan
seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu
beladiri atau pencak silat. Selain sebagai pertunjukan yang
menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pedesaan yang
31
tinggal di lereng Merapi Merbabu, juga sebagai syiar agama
Islam. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Topeng_Ireng
B. Kesenian sebagai media dakwah
Seni dengan misi dakwah, yaitu seni yang menyampaikan makna
pesan berupa nilai-nilai Islam yang di dalam interaksi sosialnya berusaha
membawa audiens ke arah perubahan budaya yang lebih baik mendekati
kebenaran syariat dan akidah Islam (Amin, 2013:247).
Secara teori, Islam memang tidak mengajarkan seni dan estetika
(keindahan), namun tidak berarti Islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah
adalah jamil (indah) dan mencintai jamal (keindahan) serta penyebutan
Allah pada diri-Nya sebagai دع السم و اة و اال رض ب merupakan penegasan
bahwa Islam menghendaki kehidupan indah dan tidak lepas dari seni (Amin,
2013:245-246).
Ruang sempit yang menghubungkan antara seni dan dakwah adalah
terletak pada kesamaan penyuaraan makna pesan yang dikandung dan yang
termediasikan oleh aspek fisik atau materi atau aspek permukaan sebagai
lambang atau simbol, yang di dalam dakwah Islamiyyah materi pesan itu
terungkapkan melalui media, metode, teknis, bahasa dan sebagainya (Amin,
2013:247).
Kesenian lahir sebagai salah satu media dakwah dalam penyebaran
agama Islam. Diperkenalkan dan disebarkan kepada umat manusia melalui
32
aktifitas dakwah, dengan tidak menggunakan cara kekerasan dan paksaan.
Yang sesuai dengan ayat al quran: (QS. Al Baqarah (2) : 256) :
و ي ؤم ن ني كف رب الطاغ وت ف م الغ ي الرشد م ن ق دت ب ين إ كر اه ف يالد ين ل
ب الع رو ة الو ث ق ىل ل يمىب الله ف ق د است مس ك ي و الله س م ا ل ا انف Artinya:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al Baqarah 2:256)
Berbagai kesenian, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk
menyebarkan pesan-pesan dakwah Islam. Musik, wayang kulit, kesenian
tradisional bahkan film lebih bersifat populer, merakyat, dan kondisional.
Apa yang ada di masyarakat pada waktu itu dapat diangkat ke permukaan
bersama pesan-pesan dakwah Islam (Amin, 2013:250).
Seperti kesenian Topeng Ireng yang mempunyai dua sasaran yaitu
sasaran internal dan sasaran eksternal. Sasaran internal yaitu bagi pelaku
seni (pemusik, penyanyi atau pembawa lagu, penari) disamping dapat
menikmati keindahan di dalamnya juga dapat mengamalkan ajaran-ajaran
Islam. Sedangkan sasaran eksternalnya bagi masyarakat sekitarnya terutama
masyarakat pemudanya. Masyarakat pada umumnya lebih respon terhadap
sesuatu yang sifatnya lebih indah dan menghibur. Walaupun respon
masyarakat atau penikmat kesenian dalam menginterpretasikan kandungan
kesenian ini relative, dalam artian tergantung dari pemahaman masing-
33
masing. Namun kesenian ini tetap dapat membawa misi mengajarkan ajaran
agama Islam.
Menurut beberapa responden kurang memahami maksut dari
kandungan-kandungan tersebut, namun mereka tetap mempunyai
pandangan tersendiri dalam menginterpretasikan maksut tersebut. Karena
menurut sebagian dari mereka, dalam kesenian inilah mereka memiliki
kesempatan untuk menyampaikan ajaran agama Islam walau hanya satu
ayat.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam hadis Nabi: (HR. Al-Bukhari)
ل وآي ة ب ن ىو غواع ل
Artinya:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Lembaga dakwah sekarang ini tak hanya berpusat di masjid-masjid,
di forum-forum diskusi, pengajian dan semacamnya. Dalam pengertian
demikian, dakwah harus mengalami desentralisasi kegiatan. Harus berada
di bawah, di pemukiman kumuh, rumah-rumah sakit, di teater-teater, di
studio-studio film, musik, di kapal laut, kapal terbang, di pusat-pusat
perdagangan, ketenagakerjaan, di pabrik-pabrik, di tempat-tempat
pembangunan gedung pencakar langit, di bank-bank, di pengadilan, dan
sebagainya (Muis, 2001:133).
Agar pesan dapat diterima dengan baik diperlukan sebuah media,
begitu juga dengan kegiatan berdakwah, media merupakan instrumen atau
34
alat yang penting agar pesan yang akan disampaikan mudah dipahami dan
dimengerti dengan baik oleh si penerima.
Kesenian dalam hal ini termasuk ke dalam media audio visual. Awal
proses masuknya Islam di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, para
penyebar agama Islam yakni Walisongo, yang tidak lain adalah dengan
menggunakan seni sebagai media dalam mengembangkan dakwah Islam.
Dengan kata lain, dakwah melalui media ini sudah berkembang sejak awal.
Yang kemudian semakin berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM KESENIAN “TOPENG IRENG”
A. Sejarah Kesenian Topeng Ireng
Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum
pada akhirnya berkembang ke daerah yang lain. Topeng Ireng muncul tahun
1960 di Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 Kecamatan.
Masing-masing Kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau bahkan
lebih. Kesenian Topeng Ireng ini perkembangannya cukup pesat. Topeng
Ireng banyak digemari karena busananya bagus, gerak tari dan iringan musik
mudah untuk dipelajari. Tema untuk syiar agamis dengan melalui lagu-lagu
syair agama yang lagu-lagunya tersebut dibuat sendiri. Dalam
perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya
mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya
untuk menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat, misalnya pesan
tentang KB atau politik.
Makna dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan.
Sebutan Dayakan adalah cara untuk memudahkan menyebut tarian Topeng
Ireng, karena didasarkan pada penampilan penari Topeng Ireng saat
pertunjukan. Gerakan-gerakan Tarian Topeng Ireng tidak memiliki aturan
yang baku hanya terkadang muncul gerakan-gerakan yang merupakan ciri
khas tarian masyarakat. Ciri khas tersebut adalah adanya hentakan kaki dan
36
gerakan yang diulang-ulang. Serta gerakan yang ada dalam tarian ini tidak
lepas dari alunan musik dan notabene tarian ini mengikuti alunan musik.
Dari keseluruhan penari kesenian ini tidak lepas dari keidentikannya
dengan prajurit yang berseragam yang memakai sepatu boot yang
melambangkan ketegasan. Sedangkan untuk riasan pemainnya terkesan
coret-coret berbagai warna. Riasan yang dipakai dipusatkan di bagian mata
yaitu perpaduan antara warna putih dan hitam yang lebih banyak yang
menggambarkan seperti muka singa yang terkesan liar dan kuat karena singa
itu adalah raja hutan, juga ada gambaran harimau dengan menggunakan
warna lain yang merupakan gambaran sifat prajurit yang garang dan
pemberani. Dalam tata rias tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tarian
ini menggambarkan sekelompok prajurit yang gagah berani, tangguh, kuat,
dan tegas dalam melawan penjajah.
Gambar 3.1: Foto riasan Topeng Ireng
(Foto: Huda, 2017)
37
Gambar 3.2: Keseragaman sepatu boot dengan hiasan lonceng
(Foto: Adit, 2017)
Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng
ini diantaranya adalah jidhor, seruling, dhogdhog dan bendhe. Melalui
beberapa alat musik yang mudah dijumpai tersebut, komunitas kesenian
Topeng Ireng ini mempertahankan tradisinya. Dengan tujuan awal sebagai
alatsyiar agama Islam, para pemusik dalam kelompok tersebut membuat
beberapalagu yang di dalamnya terkandung tema-tema diantaranya lagu
perkenalan, lagu bernuansa pesan religi, lagu bernuansa pesan moral dan lagu
bernuansa sosial.
Gambar 3.3: Foto alat musik Topeng Ireng
(Foto: Arum, 2017)
38
Berikut beberapa lagu yang mengandung pesan religi dan moral saat
mengiringi tari Topeng Ireng:
1. Atur Wilujeng
Atur wilujeng ingkang samio rawuh
Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh
Kito ngormati nabi panutan
Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan
Engkang mernoto poro menungso
Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa
Di Timur Matahari mulai bercahaya
Bangun dan berdiri kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Segala pemuda Islam Indonesia
Kita pemuda Islam Indonesia (2x)
Ingatlah pada kwajiban kia
Mari bekerja bersama-sama
Menjunjung agama Islam yang se termulya
Dengan sungguh kami mencari ilmunya
Supaya kita bisa unggul derajatnya
Di dalam dunia dan akhiratnya
Mudah-mudahan bisa masuk Surga...
Tinggi gunung kampung melayung
Sarung melingkar, sarung melingkar di pinggir kali
Sarang burung di puncak kayu
Saya melihat, saya melihat terlalu tinggi
Mendung-mendung menjahit sarung
Benangnya ikat, benangnya ikat jarumnya putus
Do elingo wong urip iku sedelo
Ojo wegah ojo sungkan podo poso
Yen ra poso akhire bakal nelongso
Sebab urip ninggal poso abot dunyo
Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso
Wis ra biso arep tobat karo kondo
Miwah manggon ning ngisor kayu
Sembojo anetepi arep nangis ora ditompo
Sebab urip ngibadahe sio-sio
Ra netepi dawuhe Kang Moho Mulyo
Senajan arep sambat karo kondo
Wis ra ono sing melasi sopo-sopo...
A gejobo Malaikat kang tumeko,
Le ing teko, toto-toto arep nggodho
Do wediyo Neraka kang pitung werno
Do nyadongngo Swargo kang tumpang songo,
Pitukone Suwargo kudu sing sabar
39
Katekane cobane seko kersane ALLAH
Ini Negri namanya Jawi kalau Agami nama Islami
Agama Islam sudahlah terang atas dawuhe dari pangeran
2. Tangise Lereng Gunung Merapi
Sekarat pati banget larane
Naliko uripe akeh maksiate
Lali maring Rahmat kang Diparengake
Opo maneh lali maring sembahyange
Uwis cukup Gusti, Merapi dadi bukti
Akeh korban nganti, sing tumekan pati
Kabeh iki gambaran opo den uji, dateng manungso ing,
Lereng Gunung Merapi
(reff) Aku krungu jerit, aku krungu tangismu
Percoyo pancen perih, lan loro batinku
Uwis cukup Gusti, iki papelingmu, manungso ra hiso,
mungkiri Kuasa-Mu
Kabeh wargo atine koyo diiris
Olehe nyekseni, dunyo lagi nangis
Mulo ayo poro, dulur kang winasis,
Enggal dikon ndongo iku wis wasis
Sanguning pati dudu emas raja brana,
Tegal, sawah, pekarangan kang ombo,
Nanging Iman Islam, iku kang digowo,
Nanging Iman Islam kang langkung sampurno...
3. Jawa Timur
Uwis pancen dadi nyoto, Jawa Timur gek dadi perkoro,
Maksiat amargo bondo, sengketa tanah aparat karo wargo,
Sing gedekke maksiate,
Kabeh do ora ngaku salahe
Amung rebutan bandane, ora ngelingi warga bebentene
Ora nyono-ora ngiro, Jawa Timur dadi perkoro,
Njur sing disalahke sopo, sengketa tanah kadung urusan dowo,
Mulo konco angelingi bondo dunyo ora digowo mati,
Mulo enggal eling Gusti, lan perintahe pada dilakoni
4. Lindu Jawa Timur
Pancen nyoto jagad iki uwis tuwo
Pacobaning nang ndonyo maneko warno
Mung sayange manungsane durung kroso
Iseh nglakoni mung tumindak angkoro murko
Indramayu pacobaning wektu bengi
40
Saiki ning pacobaning ing Kediri, Gunung Kelud ngamuk sajak soyo
medeni
Poro wargo kabeh dijak pada nungsi
Jawa Timur kepiye nasib wargane
Sidoharjo durung rampung atasi lumpure
Aduh Gusti jagad kok dadi kongene, mboten kiat anggo nglampai
dawuhane
Wargo kabeh ayo enggal podo emut
Sing ngelingke Jawa Timur Gunung Kelud,
Enggal elingo mumpung durung kebacut
Lan do elingo jagad iki soyo ciut...
5. Gendok Anakku
Gendok Anakku...
Tabahno atimu, iki pacoba kanggomu
Rungokno bapakmu
Atimu tatakno, bapak ngerti atimu loro
Amargo kasmoro, pangorbananmu wis di sio-sio
(reff) Nanging saiki kudu tabahing ati
Mugo-mugo biso nyembadani
Nanging saiki kudu tabahing ati
Mugo-mugo biso nyembadani
Uwis lilakno, jodo soko sing kuwoso
Manungso karining nrimo
Percoyo bapakmu mung welasing Kuoso (2x)...
6. Wali Songo
Pancen nyoto ono tlatah tanah Jowo
Agama Islam iku pancen luwih utomo
Ngawintuni sing nyebar poro Wali Songo, kang nduwe gelar Raden
Sahid Sunan Kalijogo
Anggone nyebar lewat seni wewayangan,
Susah payah akeh bebal lan ugo ujian, ning nyatane Wali Songo sih
sembodo, anggen critakke Rukun Islam ing wewayangan...
1. Syahadat 2 (loro) den gambarke Raden Janoko
2. Sholat kang kuat den gambarke Werkudoro, kang biso
ngrampungi perkoro cacah agomo, naliko lagi perang tempur
brotoyudho
3. Bayare zakat den ginambar Raden Arjuno
4. Raden Puntodewo iku gambarane poso
5. Yen pungkasane munggah haji lamun kuwoso, ginambar Kresno
dadi Raja ing Ngastino
Yo ngono kui Rukun Islam gambaran Pendowo...
7. Paripurno
Sampun paripurno, kulo paring pari sedo
41
Bilih lepat nyuwun ngapuro, kulo wakil saking kadang mudo
Amung pamuji, paring kersane Gusti
Niki kesenian, saking Desa Kuwaderan
Topeng Loreng iku jenenge
Kajoran iku jeneng Kecamatane
Mugi Gusti Allah, Sing Kuwoso paring ngijabahi
Mugi nikmat saha Rahmat, kang Diparengake dateng umat
Muhammad...
Peralatan yang digunakan berupa gamelan, peluit, kostum dan alat make
up. Selain itu ada beberapa hal yang harus disediakan untuk menunjang salah
satu jenis tarian Siluman yang berbau mistik, untuk menghormati para leluhur
supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Disediakan sesajen yang
berupa kelapa muda, bunga 7 rupa, darah dari ayam jago, ketan, hasil bumi,
kopi, teh, susu, telur ayam jawa, dan yang paling penting adalah jenang merah
dan jenang putih. Tidak ada rincian jelas dari setiap komponen yang dijadikan
sesajen tersebut, namun menurut sesepuh desa komponen yang terpenting
adalah jenang putih dan jenag merah, jenang putih yang melambangkan
kesucian diamana setiap apa yang dilakukan warga desa dalam setiap
kegiatannya mendapat imbalan yang baik pula, berkah dunia dan akhirat.
Sedangkan untuk jenang merah digambarkan sebagai keburukan yang ada di
sekitar kita yang seharusnya dijauhi namun harus tetap diingat sebagai
pelajaran kalau kita tidak boleh mendekat ataupun melakukan hal yang buruk
karena akan berakibat burup pula pada kehidupan di dunia dan diakhirat.
Penari dalam satu kelompok antara 16-20 orang, termasuk kepala suku.
Penari dalam Topeng Ireng ada yang dewasa maupun yang masih anak-anak.
Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Kandar) seni Tari Topeng Ireng
merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan prajurit
42
di jaman Belanda dahulu, gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang
sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan
hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di
hutan, dari situlah nama Topeng Ireng berasal.
Namun ada persepsi lain bahwa asal mula Seni Tarian Topeng Ireng
tersebut berasal dari para prajurit yang sedang menari setiap ada waktu
istirahat di medan perang sebagai hiburan dengan masih berpenampilan
seperti saat berperang melawan Belanda. Setelah itu tarian tersebut dibawa
oleh para prajurit dan diajarkan kepada masyarakat sekitar Magelang dan
dengan mudah masyarakat Magelang menggandrungi tarian tersebut, namun
masyarakat Magelang pada saat itu menambahkan kostum yang menarik,
dengan gabungan antara kepala angsa dan bulu ayam untuk hiasan kepala dan
lonceng-lonceng kecil yang cukup banyak di kaki yang memungkinkan setiap
gerakan dari sang penari mengeluarkan bunyi yang sangat meriah, hal
tersebut menjadikan seni Tari Topeng Ireng mudah diterima oleh masyarakat
Magelang. Tari Topeng Ireng di Magelang tersebut diwariskan secara turun-
temurun dari jaman penjajahan Belanda sampai sekarang sehingga tetap
terjaga ke asliannya dan tetap ditampilkan dalam acara adat tententu.
Kesenian tersebut berkembang hingga ke pelosok-pelosok daerah yang
ada di Magelang atau daerah disekitarnya. Salah satu daerah yang masih
menjaga kelestarian kesenian tersebut adalah Desa Kuwaderan Kecamatan
Kajoran yang ada di Magelang. Pada awalnya kesenian ini dibentuk, di desa
tersebut untuk memenuhi persyaratan dari desa yang mewajibkan bagi setiap
43
dusunnya menampilkan kesenian saat memperingati hari Kemerdekaan RI.
Setiap dusun memiliki kesenian masing-masing yang akan ditampilkan dalam
acara tersebut, namun ada dua dusun yang mengangkat kesenian ini. Dusun
Krajan I dan Krajan II, untuk membedakan antara Topeng Ireng dari dua
dusun tersebut maka mereka memberikan nama dan karakteristik bagi
kesenian Topeng Ireng itu. Dari dua Dusun tersebut yang masih menjaga
kelestarian dan ke eksistensiannya hingga sampai saat ini yaitu kesenian dari
Dusun Krajan II. Dusun ini membentuk paguyuban bagi kesenian tersebut
untuk menjaga kelangsungan dari kesenian tersebut.
Paguyuban ini sudah berdiri sejak tahun 1998, yang diketuai oleh Hadi
Wibowo dan diberi nama “Topeng Loreng”. Nama Topeng Loreng sendiri
berasal dari kata Toto Titi Lempeng Luhuring Kuwaderan. Toto artinya
menata, Titi berarti cermat, Lempeng berarti lurus, Luhuring berarti leluhur,
Kuwaderan diambil dari nama Desa Kuwaderan. Belum lama ini, ada
tambahan nama yang disematkan dalam paguyuban kesenian Topeng Ireng
ini yakni Topeng Loreng Macan Kawedar. Macan diambil dari nama dalam
tarian kesenian itu sendiri yakni macan, dan Kawedar sendiri berasal dari
nama desa kuwaderan. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Kawedar
berasal dari lukisan wajah yang kemudian diaplikasikan dalam tarian dengan
wajah yang dilukis.
Awal mula kesenian Topeng Ireng bisa sampai di desa ini dan
berkembang yakni dulu kesenian ini sedang dalam masa kejayaan. Kemudian
para pemuda belajar dari seorang guru yang berasal dari lahirnya kesenian ini
44
yaitu di Borobudur. Para pemuda tersebut mengajarkan hal yang sama kepada
pemuda warga masyarakat desa Kuwaderan. Seiring berjalannya waktu
gerakan tari tersebut kemudian di modifikasi sedikit demi sedikit tanpa
menghilangkan unsur aslinya supaya masyarakat yang menonton tidak jenuh
dan ini menjadi karakteristik bagi paguyuban ini.
Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tarian Topeng Ireng seperti:
1. Nilai Sosial:
Hiburan, biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk
menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Pengikat
solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas
antar pemain dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan
Topeng Ireng kepada mata umum. Media interaksi sosial, terwujud
dari adanya hubungan antar anggota kesenian, anggota kesenian
dengan pengurus, dan anggota kesenian dengan warga.
2. Nilai Keagamaan
Melalui syair-syair lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai
dakwah. Pada dahulu kala tarian tersebut digunakan oleh para sunan
selain untuk hiburan jugasebagai media dakwah, mengajarkan ajaran
agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan gamelan
dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan
penyebaran agama Islam.
45
3. Nilai Ekonomi
Walaupun keberadaan Topeng Ireng hanya merupakan sebuah
kesenangan dan hiburan belaka, namun dibalik itu ada hal yang
didapatkan dari pendukung kesenian tersebut yaitu materi, seperti
dengan mendapatkan honor dari setiap pentas dan mengajar
kelompok kesenian dari desa lain. Selain itu juga dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan
parkir oleh pemuda setempat.
4. Nilai Politik
Tari “Topeng Ireng” mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau
hidup didunia itu kita tidak sendiri masih banyak orang lain,sebagai
mahkluk sosial kita harus salingtolong-menolong dan gotong
royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang baik.
5. Nilai Spiritual
Dalam masyarakat Jawa umumnya dalam setiap kegiatanya tidak
jauh dengan adanyakepercayaan animisme dan dinamisme. Namun
menurut sumber (Bp.Kandar) dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut
tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung, hanya saja tari
tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa
dikalangan para remaja.
B. Fungsi Kesenian Topeng Ireng
Kesenian Topeng Ireng dalam masyarakat desa Kuwaderan selain
memiliki fungsi sebagai hiburan juga berfungsi sebagai sarana komunikasi
46
dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan pelestari budaya. Adapun
fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hiburan
Setelah mengalami perkembangan, fungsi kesenian Topeng Ireng
lebih luas lagi. Kesenian Topeng Ireng mempunyai banyak peminat, hal
tersebut terbukti dengan semakin seringnya kesenian Topeng Ireng
dipentaskan dalam acara-acara atau hajatan. Dalam acara yang bersifat
sosial, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk memperingati hari-hari
besar nasional di antaranya dalam rangka acara HUT RI. Dalam peristiwa
budaya, kesenian Topeng Ireng dipentaskan untuk acara syukuran,
perkawinan, festival budaya, dan pawai budaya.
2. Sarana Komunikasi dalam Kehidupan Sosial
Fungsi sosial pertunjukan kesenian Topeng Ireng tergambar pada
penyajiannya yang tidak terlepas dari penonton dan anggota dalam
kesenian tersebut, hampir semua warga ikut berpartisipasi di dalamnya.
Kesenian Topeng Ireng dipentaskan dalam acara hajatan atau acara-acara
sosial, sehingga kesenian ini mengandung nilai-nilai sosial yang bersifat
mengajak untuk berkumpul dan bergembira. Rasa solidaritas kehidupan
di pedesaan dan perilaku masyarakat sangat penting menjunjung tinggi
nilai kebersamaan, gotong royong, dan tolong menolong.
3. Ekonomi
Ekonomi yang dimaksudkan menyangkut nilai nominal sebagai
pemenuhan kebutuhan manusia. fungsi ekonomi yang melekat pada
47
kesenian Topeng Ireng dapat dirasakan oleh para pedagang kaki lima
yang menggelar dagangannya ketika ada pementasan kesenian Topeng
Ireng ini. Banyaknya masyarakat yang datang untuk melihat pementasan
tersebut merupakan peluang yang bisa ditangkap oleh para pedagang
untuk menjajakan dagangannya di sekitar tempat pementasan.
Pertumbuhan ekonomi jelas dirasakan juga oleh anggota kesenian
Topeng Ireng. Setiap kelompok tersebut ketika diminta untuk pentas dan
kemudian mendapatkan bayaran, uang dari hasil pentas tersebut sebagian
dimasukkan kas paguyuban yag akan digunakan untuk menambah atau
perawatan alat musik, kostum dan pembelian make up. Selanjutnya sisa
dari uang tersebut dibagikan kepada para pemain baik penari maupun
penabuh, dibagi rata baik nominalnya kecil maupun besar sebagai
pengganti uang lelah. Dalam pengelolaan uang, dianggarkan juga dana
sosial yang akan digunakan jika salah satu kelompok kesenian atau
masyarakat sekitar mengalami musibah seperti sakit dan meninggal
dunia.
4. Pendidikan
Pendidikan tidak hanya bisa dilakukan di sekolah formal.
Pendidikan seperti kedisiplinan menjalankan tugas bermasyarakat dan
belajar mencintai kebudayaan setempat juga merupakan aplikasi
pendidikan dalam masyarakat. Dalam kesenian Topeng Ireng tidak hanya
mementingkan bagian tentang pementasan saja tetapi juga di dalamnya
terdapat usaha regenerasi.
48
Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, kesenian tradisi
Topeng Ireng berhasil menarik anak-anak untuk bersedia
mempertahankanya. Anak-anak dengan kemauan sendiri bersedia untuk
dilatih berkesenian Topeng Ireng. Kurang lebih satu kali dalam
seminggu, tepatnya pada hari minggu, anak-anak berkumpul untuk
berlatih kesenian tersebut. Dengan disiplin mereka mengikuti instruksi
pelatih. Mereka diajarkan untuk bekerjasama dengan kelompok dan
menyadari pentingnya melestarikan kebudayaan.
5. Sebagai Pelestari Budaya
Kesenian Topeng Ireng merupakan bentuk kesenian tradisional
kerakyatan di desa Kuwaderan. Kesenian Topeng Ireng juga merupakan
salah satu bentuk apresiasi masyarakat desa yang terinspirasi dari
kesenian terdahulu. Kesenian tersebut mulai disenangi dan dipelajari
masyarakat lingkungannya karena kesenian ini sederhana.
Fungsi Pelestarian kesenian tradisional Topeng Ireng merupakan
pencerminan bahwa dengan ditandainya pertunjukan kesenian tersebut,
masyarakat telah melakukan pelestarian kesenian tradisional secara
otomatis. Hal itu merupakan sesuatu yang bersifat positif mengingat pada
masa sekarang ini sebagian masyarakat banyak yang sudah
meninggalkan tradisi yang bersifat kerakyatan, dengan harapan baik
seniman maupun masyarakat setempat dapat ikut serta dalam menjaga
kesenian Topeng Ireng dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, tetap
49
dilaksanakannya kesenian Topeng Ireng tersebut menandakan terjadinya
pelestarian yang berlangsung secara alami.
C. Tujuan Kesenian Topeng Ireng
Menjaga kelangsungan hidup berbagai macam kebudayaan yang ada di
Indonesia terutama di daerah Magelang ini. Banyak hal positif yang bisa
diambil manfaatnya dari kesenian ini. Mereka dapat mengambil makna dari
segi manapun misalnya; dari segi sejarah, koreografinya, unsur Islaminya,
hiburannya dan masih banyak yang bisa diambil dari kesenian ini. Jadi
kesenian sangat fleksibel bagi siapa saja dan tidak membatasi seseorang.
Tentunya kesenian ini dikembangkan dengan memiliki tujuan bagi
paguyuban itu sendiri, desa maupun bagi masyarakat luas yang ikut
menikmati kesenian Topeng Ireng ini. Tujuan dari kesenian ini adalah:
1. Untuk memupuk rasa gotong royong dalam masyarakat
2. Menjaga dan melestarikan budaya jawa
3. Mengajarkan kepada tunas-tunas muda tradisi jawa
4. Memperlihatkan sebagai sarana hiburan seni-seni Jawa kepada
masyarakat
50
D. Struktur Organisasi Kesenian Topeng Ireng di Desa Kuwaderan
Ketua
Hadi Wibowo
;;’l’;
Sekretaris
Mugo Santoso
Bendahara
Fahrur Yanto
Seksi-seksi
Sie. Perlengkapan
1. Solihin
2. Prastyo
3. Andri
4. Kaeroman
5. Kokoh
Sie. Humas
1. Marsudi
2. Eni
3. Salim
4. Yoko
Sie. Keamanan
1. Soli
2. Ndoli
3. Mugo
4. Juwanto
Anggota
1. Rifa’udin
2. Romadlon
3. Sikemi
4. Soli
5. Juwanto
6. Ropison
7. Miftakhudin
8. Slamet W
9. Teguh
10. Mustajab
11. Huda
12. Matamifudin
13. Urip
51
E. Temuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara dengan informan yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai
sumber data penelitian.
1. Isi secara umum tentang kesenian Topeng Ireng
Berikut hasil penelitian dan observasi yag telah dilakukan secara
langsung di lapangan mengenai bagaimana isi secara keseluruhan dari
kesenian Topeng Ireng. Dari hasil wawancara dengan beberapa informan
yang sesuai dengan fokus penelitian, penulis menemukan beragam
jawaban dari beberapa informan tersebut antara lain:
Menurut bapak Hadi Wibowo selaku ketua paguyuban “Topeng
Loreng Macan Kawedar” menanggapi masalah diatas sebagai berikut:
“Nama Topeng Ireng berasal dari kata Toto Lempeng Irama
Kenceng. Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama berarti
nada, Kenceng berarti keras. Kesenian ini bermula dari gerakan seni
tari dan silat yang kemudian digabungkan menjadi satu dan
dimodifikasi dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu. Kata silat
sendiri diambil dari shalat yang tidak terlepas dari serangkaian tata
cara berwudhu.”
Selaras dengan hasil wawancara diatas, bapak Kandar selaku tokoh
masyarakat yang memahami tentang kesenian mengungkapkan:
“Topeng Loreng ini berasal dari perkumpulan seni tari Dayakan.
Topeng Loreng sendiri bermakna Toto Titi Lempeng Luhuring
Kuwaderan. Kemudian nama tersebut menjadi Topeng Loreng
Macan Kawedar. Kawedar yang berarti dari lukisan wajah dan
diambil dari sejarah pembukaan desa Kuwaderan. Di kesenian
Topeng Ireng ini terdapat tiga babag; Rodat, Mondholan dan
Siluman.”
52
Sedangkan menurut Riyan yang berperan sebagai penari dalam
kesenian Topeng Ireng juga mengungkapkan:
“Macan yang berasal dari sebuah tarian yang bernama macan,
sedangkan Kawedar diambil dari nama desa Kuwaderan.”
2. Pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng
Adapun pesan-pesan yang terkandung dalam kesenian tersebut
adalah:
Menurut bapak Hadi Wibowo:
“Kesenian ini bermula dari gerakan seni tari dan silat yang kemudian
digabungkan menjadi satu dan dimodifikasi dengan diiringi gamelan
dan lagu-lagu. Kesenian ini bukan hanya membawa hiburan untuk
penonton tetapi juga membawa pesan islami di dalamnya. Banyak
dalam lagu-lagu yang dibawakan yang mengandung pesan dakwah.”
Tidak jauh berbeda dari yang di sampaikan oleh bapak Hadi
Wibowo, menurut Auliya Putri sebagai penikmat kesenian tradisional ini
mengungkapkan bahwa:
“mengajarkan lagu-lagu islami seperti yang mengajarkan rukun
islam dengan tokoh pandawa,”
53
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Isi Secara Umum Kesenian Topeng Ireng
Dalam pementasan kesenian Topeng Ireng ini dibagi menjadi tiga babag,
yang diantaranya adalah babag Rodat, Mondholan, dan Siluman.
1. Babag Rodat terdapat beberapa gerakan inti seperti gerak hentakan kaki
seolah-olah seperti serombongan prajurit yang keluar dari
persembunyiannya untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat
tegas, keras, tidak terkalahkan, dan berani menghadapi segala tantangan.
Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan yang keras dalam
menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan kaki
saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu
kaki diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara
subjektif menggambarkan para pemain Topeng Ireng adalah prajurit
yang memiliki kemampuan beladiri yang baik. Kemampuan bela diri ini
mereka tunjukkan ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak
musuh gentar. Gerakan yang lain adalah gerak berjongkok menundukkan
badan. Gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan
dari raja yang memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendhika dhawuh
terhadap pemimpinnya ataupun seseorang yang lebih tinggi
kedudukannya daripada mereka.
54
Gambar 4.1: Babag Rodat
(Foto: Teguh, 2017)
2. Babag Mondholan adalah para pengombyong yang diartikan sebagai
para pengikut. Dengan kebiasaannya mereka menyanyi, menari, dan
melucu. Dalam babak ini biasanya pemain memakai blangkon
mondholan dan tidak ada gerakan khusus seperti babag Rodat. Kostum
yang dipakai pun cukup sederhana karena mereka berperan sebagai para
pengombyong atau pengikut
Gambar 4.2: Foto babag mondholan
(Foto: Teguh, 2017)
55
3. Babag Siluman ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan
yang dihadapi. Gangguan ini berwujud hewan-hewan liar dan buas
seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga
mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti
hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-
sia.
Kostum yang digunakan saat pementasan sangatlah unik. Berbeda dari
kesenian-kesenian lain. Kostum Topeng Ireng ini menggunakan topi dari bulu-
bulu seperti suku indian dan juga memakai sepatu yang dihias dengan lonceng
yang jumlahnya tidak sedikit, sehingga menghasilkan suara hentakan kaki yang
tegas. Penunjang penampilan lainnya adalah make up yang dihias ke wajah
para penari seperti para prajurit saat menghadapi perang.
Gambar 4.3: Kostum Topeng Ireng pada Babag Rodat
(Foto: Huda, 2017)
56
Alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam tari Topeng Ireng
ini diantaranya adalah seruling, jidhor. Para pemusik menciptakan beberapa
lagu untuk mengiringi tarian tersebut.
B. Pesan-pesan Dakwah dalam Kesenian Topeng Ireng
Materi dakwah atau pesan dakwah meliputi aqidah, syariat, dan akhlak.
Ketiga materi dakwah tersebut menjadi acuan dalam melakukan penelitian ini
untuk mendeskripsikan pesan-pesan dakwah yang ada dalam kesenian Topeng
Ireng ini. Pesan-pesan dakwah tersebut disiratkan melalui syair lagu yang
dinyanyikan untuk mengiringi kesenian dan beberapa gerakan yang
ditampilkan. Berikut adalah beberapa paparan mengenai pesan-pesan dakwah
yang terkandung dalam kesenian Topeng Ireng.
1. Dalam lagu yang berjudul “Atur Wilujeng” ini pada syair yang berbunyi:
a. Pesan Akhlak:
“Atur wilujeng ingkang samio rawuh
Ingkang rawuh mriki anemi wong sepuh”
(Selamat datang bagi yang sudah datang
Yang datang kesini adanya orang tua)
“Kita pemuda Islam Indonesia
Ingatlah pada kwajiban kia
Mari bekerja bersama-sama
Menjunjung agama Islam yang se termulya”
Dari kutipan lagu tersebut diatas, dapat dipahami bahwa kutipan
tersebut mengandung pesan akhlak yang didalamnya menggambarkan
perbuatan baik seperti menghormati orang yang lebih tua dengan
memberikan salam kepada mereka yang sudah hadir menonton
kesenian Topeng Ireng ini. Dan pada kutipan yang kedua
57
menggambarkan bagaimana kita sebagai pemuda Islam harus
bersama-sama menjunjung tinggi agama kita dan tak lupa pula dengan
kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan.
b. Pesan syariah:
“Do elingo wong urip iku sedelo
Ojo wegah ojo sungkan podo poso
Yen ra poso akhire bakal nelongso
Sebab urip ninggal poso abot dunyo
Ngelingo yen wis nunggang ning bandoso”
(Pada ingatlah orang hidup hanya sementara
Jangan tidak mau jangan sungkan untuk berpuasa
Sebab tak puasa berakibat sengsara
Ingatlah saat sudah menaiki keranda)
Dalam kutipan syair tersebut diatas, mengandung muatan pesan
syariah. Yang mana dalam kutipan tadi menjelaskan salah satu rukun
Islam tentang berpuasa dan akibat jika melanggar hukum tersebut.
Dalam Al Quran juga telah disebutkan bahwa:
ل ىالذ ين م ن ك ت ب ا ك م ي ا ل يك م ال ك ت ب االذ ين آم ن وا بل ك مق ي اأ ي ل ع لك مت ت ق ون
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
sekalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
kepada orang-orang sebelum kamu supaya kamu
bertakwa.”(QS. Al Baqarah : 126)
c. Pesan Aqidah:
“Kito ngormati nabi panutan
Nabi Muhammad Nabi kang pungkasan
Engkang mernoto poro menungso
Engkang printah kito supoyo ngedohi dosa”
(Kita menghormati nabi tauladan
Nabi Muhammad Nabi yang terakhir
Yang menata para manusia
58
Yang memerintah supaya kita menjauhi dosa)
Dalam beberapa kutipan syair lagu diatas terdapat muatan pesan
aqidah, yang mana dalam kutipan syair yang pertama tersebut
mengajarkan bahwa sebagai manusia dianjurkan untuk meneladani
Nabi Muhammad sebagai suri tauladan, memerintahkan agar kita
untuk menjauhi dosa. Seperti yang sudah tertera dalam rukun iman
yang keempat yaitu iman kepada Rasul Allah. Sebagaimana Al Quran
telah menjelaskan dalam surat Al Ahzab ayat 21:
ك ان ي ر ن ة ح س ن ة ل م الله أ سو ك ان ل ك مف ير س ول ج والله و الي ل ق د ر و اك ث يرا الله و ذ ك ر
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al Ahzab : 21)
“Dengan sungguh kami mencari ilmunya
Supaya kita bisa unggul derajatnya
Di dalam dunia dan akhiratnya
Mudah-mudahan bisa masuk Surga”
Penggalan syair diatas menggambarkan rukun iman yang kelima
yakni iman kepada hari akhir. Meyakini adanya Surga dan Neraka
yang menjadi tempat tinggal kelak di akhirat. Dalam kutipan diatas
menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan mengamalkan ilmu
tersebut dan berguna bagi orang lain akan diangkat derajatnya di dunia
dan akhirat. Dalam agama Islam menuntut ilmu hukumnya wajib bagi
setiap umat, tidak memandang usia atau jenis kelamin seseorang.
Dalam surat Al Mujadalah ayat 11 juga sudah dijelaskan:
59
لم درجات وهللا ب ما رفع ا ين أوتوا الع نكم والذ ين ءامنوا م هللا الذ
تعملون خب ير
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan
beberapa derajat” (Q.s. al-Mujadalah : 11)
“A gejobo Malaikat kang tumeko,
Le ing teko, toto-toto arep nggodho”
(Kecuali malaikat yang datang,
Datangnya, bersiap-siap untuk bertanya)
Kutipan yang ketiga menceritakan tentang iman kepada Malaikat
Allah yakni meyakini bahwa nanti datang saatnya kita akan ditanya
oleh Malaikat Munkar dan Nakir di akhirat kelak.
“Agama Islam sudahlah terang atas dawuhe dari pangeran”
(Agama Islam sudahlah benar atas perintah-Nya dari
Pangeran)
Kutipan yang keempat dari lagu yang pertama ini menggambarkan
bagaimana agama Islam sudah menjadi agama yang terang dengan
perintah dari Allah SWT. Seperti dalam Al Quran surat Al Maidah
ayat 3:
يناالي و أ كم لت د سل ل ك م ال يت ل يك من عم ت يو ر ض ل ك مد ين ك مو أ تم مت
Artinya: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan
telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…”(al-Maidah
:3)
60
2. Dalam judul lagu “Tangise Lereng Gunung Merapi” di kutipan syair
berikut.
a. Pesan syariah
“Sekarat pati banget larane
Naliko uripe akeh maksiate
Lali maring Rahmat kang Diparengake
Opo maneh lali maring sembahyange”
(Sakaratul maut sangat sakit
Ketika hidup banyak bermaksiat
Lupa dengan Rahmat yang diberikan
Apa lagi lupa dengan ibadahnya)
Di kutipan diatas bermuatan pesan syariah. Dalam kutipan tersebut
menceritakan bagaimana saat kita lalai dalam bersyukur apalagi
dalam beribadah kepada-Nya. Bermaksiat semasa hidup
mengakibatkan sangat sakitnya saat menghadapi detik-detik
menjelang ajal menjemput atau yang lebih dikenal dengan sakaratul
maut.
b. Pesan Aqidah
Dalam syair lagu yang kedua ini terdapat tiga kutipan yang
mengandung muatan pesan aqidah.
“Uwis cukup Gusti, Merapi dadi bukti
Akeh korban nganti, sing tumekan pati
Kabeh iki gambaran opo den uji, dateng manungso ing,
Lereng Gunung Merapi”
(Sudah Cukup Ya Allah, Merapi menjadi bukti
Banyak korban yang, sampai bertemu ajal
Semua ini gambaran dari yang diujikan, kepada manusia di
Lereng Gunung Merapi)
61
Kutipan yang pertama menceritakan tentang rukun iman yang
terakhir yakni Qadha dan Qadhar. Meyakini tentang segala ketetapan
yang diberikan oleh Allah. Dalam kutipan yang pertama tersebut
menggambarkan bagaimana yang terjadi dengan Gunung Merapi yang
menjadi bukti sampai menelan banyak korban. Semua ini menjadi
bukti bagi masyarakat lereng Gunung Merapi bahwa setiap kelakuan
yang dilakukan pasti akan berakibat baik buruk tergantung apa yang
kita tanam.
“Uwis cukup Gusti, iki papelingmu, manungso ra hiso,
mungkiri Kuasa-Mu”
(Sudah cukup Ya Allah, ini pengingat-Mu, manusia tidak
bisa, mengelak Kuasa-Mu)
Kutipan kedua diatas tersebut menggambarkan bagaimana
kekuasaan yang dimiliki oleh Sang Pencipta yang sudah tidak
dipungkiri lagi oleh manusia.
“Sanguning pati dudu emas raja brana,
Tegal, sawah, pekarangan kang ombo,
Nanging Iman Islam, iku kang digowo,
Nanging Iman Islam kang langkung sampurno”
(Bekalnya mati bukan emas raja brana,
Kebun, sawah, pekarangan yang luas,
Namun Iman Islam, itulah yang dibawa,
Namun Iman Islam yang sudah sempurna)
Yang terakhir dari judul lagu ini menceritakan bahwa Iman Islam
itu sudah sangat sempurna dan Iman Islam inilah yang nantinya akan
dibawa sebagai bekal di akhirat nanti. Bukan harta benda yang
dimiliki semasa hidupnya.
62
c. Pesan Akhlak
“Kabeh wargo atine koyo diiris
Olehe nyekseni, dunyo lagi nangis
Mulo ayo poro, dulur kang winasis,
Enggal dikon ndongo iku wis wasis”
(Semua warga hatinya seperti di iris
Karena menyaksikan, dunia yang sedang menangis
Maka ayo semua, sanak saudara yang ...
Segera berdoa itu sudah pantas)
Pada kutipan tersebut diatas mengandung pesan dakwah yang
bermuatan pesan akhlak. Yang menggambarkan tentang perasaan
melihat kejadian yang terjadi akibat ulah manusia yang semakin
semena-mena. Ujian yang diberikan membuat masyarakat bersimpati
atas kejadian yang menimpa lereng Gunung Merapi. Maka dengan
mendoakan saudara-saudara yang sedang terkena musibah tersebut
sudah sangat pantas.
3. Dalam lagu yang berjudul “Jawa Timur”
a. Pesan Akhlak
“Sing gedekke maksiate,
Kabeh do ora ngaku salahe
Amung rebutan bandane, ora ngelingi warga bebentene”
(Yang dibesar-besarkan hanya maksiatnya,
Semua tidak mengakui kesalahannya,
Hanya merebutkan harta benda, tidak ingat akan orang
disekitarnya)
Pada kutipan diatas, yang mengandung pesan akhlak.
Menceritakan bagaimana perilaku buruk seseorang yang hanya
63
mementingkan harta benda di dunia dan tidak peduli akan lingkungan
sekitar. Seperti dalam Al Quran surat Al A’raf ayat 56:
وفا و ط م عا حه ا و ادعوه خ الل ه ق ريب ر حم ت إن و ال ت فسدوا في ال رض ب عد إصل سن الم Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya
dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan.” (QS. Al A’raf : 56)
b. Pesan Aqidah
“Mulo konco angelingi bondo dunyo ora digowo mati,
Mulo enggal eling Gusti, lan perintahe pada dilakoni”
“Maka teman mengingat harta dunia tidak dibawa mati,
Maka segeralah mengingat Allah, dan menjalankan
perintahnya”
Dalam kutipan tersebut mengandung pesan aqidah. Dijelaskan
bahwa kita sebagai umat-Nya untuk segera mengingat kepada sang
Maha Kuasa dan menjalankan apa yang di perintahkan oleh Allah.
Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 21 juga menerangkan bahwa:
ل ق ك مو ال ب د وار بك م الذ ي ا االناس نق بل ك مل ع لك مت ت ق ون ي اأ ي ذ ين م Artinya:“Hai manusia, sembahlah Rabbmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertakwa”. (Al Baqarah: 21)
4. Dalam lagu yang berjudul “Lindu Jawa Timur”
a. Pesan Aqidah
“Wargo kabeh ayo enggal podo emut
Sing ngelingke Jawa Timur Gunung Kelud,
Enggal elingo mumpung durung kebacut
Lan do elingo jagad iki soyo ciut”
(Ayo semua para warga segera ingat
64
Yang mengingatkan Jawa Timur Gunung Kelud
Segera ingatlah sebelum terlanjur
Dan pada ingatlah dunia ini semakin kecil)
Bermuatan pesan aqidah, kutipan diatas menjelaskan bahwa untuk
segera kembali dan mengingat Allah Sang Maha Pencipta dunia dan
seisinya. Sebelum bencana-bencana yang lain seperti Gunung Kelud
yang mengingatkan.
5. Dalam lagu yang berjudul “Gendok Anakku”
a. Pesan Akhlak
“Nanging saiki kudu tabahing ati”
(Namun sekarang harus bersabar)
Kutipan diatas bermuatan pesan akhlak. Yang menjelaskan bahwa
kita harus selalu bersabar dalam segala keadaan. Seperti ayat berikut
ini:
االذ ين ء ام ن وااصب ر واو ص اب ر واو ر اب ط واو ات ق واالله ل ع لك مت فل ح ون ي اأ ي
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan
kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah
supaya kalian beruntung.” (Ali ‘Imran:200)
b. Pesan Aqidah
“Uwis lilakno, jodo soko sing kuwoso
Manungso karining nrimo
Percoyo bapakmu mung welasing Kuoso”
(Sudah lupakan, jodoh di tangan Tuhan
Manusia hanya bisa menerima
Percaya bapakmu hanya meminta belas kasih dari yang Maha
Kuasa)
65
Bermuatan pesan aqidah, kutipan ini mengajarkan untuk senantiasa
berserah diri kepada Allah. Menerima apa saja kehendak Nya dengan
lapang dada, karena rencana Allah lebih indah dari apa yang kita kira.
6. Dalam lagu yang berjudul “Wali Songo”
a. Pesan Aqidah
“Agama Islam iku pancen luwih utomo”
(Agama Islam itu memang yag lebih utama)
Kutipan diatas mengandung pesan aqidah. Yang mana
mengajarkan bahwa agama Islam ini memang sudah menjadi agama
yang paling utama.
b. Pesan Syariah
“Susah payah akeh bebal lan ugo ujian, ning nyatane Wali
Songo sih sembodo, anggen critakke Rukun Islam ing
wewayangan...
1. Syahadat 2 (loro) den gambarke Raden Janoko
2. Sholat kang kuat den gambarke Werkudoro, kang biso
ngrampungi perkoro cacah agomo, naliko lagi perang
tempur brotoyudho
3. Bayare zakat den ginambar Raden Arjuno
4. Raden Puntodewo iku gambarane poso
5. Yen pungkasane munggah haji lamun kuwoso, ginambar
Kresno dadi Raja ing Ngastino
Yo ngono kui Rukun Islam gambaran Pendowo...”
(Sulit banyak cobaan dan juga ujian, namun nyatanya Wali
Songo masih bisa, dengan menceritakan Rukun Islam dalam
wewayangan...
1. Syahadat 2 (dua) yang digambarkan Raden Janaka
2. Shalat yang kuat digambarkan Werkudara, yang bisa
menyelesaikan masalah soal agama, saat perang tempur
bratayudha
3. Membayar zakat digambarkan oleh Raden Arjuna
4. Raden Puntadewa itu gambaran dari berpuasa
5. Dan yang terakhir naik haji, digambarkan oleh Kresna
yang menjadi raja di Ngastina
66
Ya seperti itu Rukun Islam yang digambarkan oleh Pandawa)
Dalam kutipan diatas mengandung muatan pesan syariah. Yang
berisi tentang Rukun Islam yang digambarkan oleh tokoh
wewayangan yaitu pandawa.
7. Dalam lagu yang berjudul “Paripurno”
a. Pesan Akhlak
Dalam judul lagu yang terakhir ini hanya memiliki satu pesan yaitu
pesan yang bermuatan akhlak, yang terdapat dalam dua kutipan seperti
dibawah ini:
“Bilih lepat nyuwun ngapuro, kulo wakil saking kadang
mudo
Amung pamuji, paring kersane Gusti”
(Kalau ada salah minta maaf, saya wakil dari pemuda
Hanya memuji, apa yang akan diberikan oleh Allah)
Pada kutipan tersebut menjelaskan bagaimana etika kita kepada
sesama. Walaupun mungkin tidak ada kesalahan yang dilakukan
namun kita harus senantiasa meminta maaf kepada sesama.
“Mugi Gusti Allah, Sing Kuwoso paring ngijabahi
Mugi nikmat saha Rahmat, kang Diparengake dateng umat
Muhammad”
(Semoga Allah, Yang Kuasa mengabulkan
Semoga nikmat dan rahmat, yang diberikan kepada ummat
Nabi Muhammad)
Dalam kutipan yang terakhir tersebut diatas, memang sama-sama
mengandung pesan yang bermuatan akhlak. Namun yang pertama
mengajarkan bagaimana akhlak terhadap sesama. Sedangkan yang
terakhir ini mengajarkan bagaimana akhlak kita terhadap Sang
67
Pencipta. Pada kutipan yang terakhir ini menjelaskan bagaimana kita
harus mensyukuri nikmat dan rahmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT kepada kita.
8. Dalam gerakan
a. Dalam gerakan yang pertama di gambar 4.4 ini mengandung pesan
dakwah di dalamnya. Yang mana dalam gerakan ini seperti
membungkukkan badan yang memiliki filosofi sendhika dhawuh
terhadap pemimpin. Yang mana kita harus tunduk dan taat terhadap
peraturan yang telah ditetapkan. Dan melaksanakan apa saja yang
diperintah oleh pemimpin tersebut.
Gambar 4.4: Foto gerakan Topeng Ireng
(Foto: Huda, 2017)
68
Seperti yang telah dijelaskan dalam Alquran dalam surat An-
Nisa ayat 59:
و أ ول يال مر م نك م االذ ين آم ن واأ ط يع واالله و أ ط يع واالرس ول ي اأ ي
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu...”
(QS. An-Nisa: 59)
b. Dalam gerakan yang kedua ini di gambar 4.5 terlihat seperti
melakukan aksi ilmu bela diri yakni silat. Seperti yang sudah
dijelaskan oleh Bowo dalam wawancara dengan penulis, bahwa
kesenian ini memang berawal dari seni tari dan silat yang kemudian
digabungkan menjadi satu. Silat sendiri bisa diartikan dengan kata
shalat yang tidak terlepas dari wudhu. Dalam berwudhu tangan kanan
dan tangan kiri saling membantu sama lain, dan pada saat membasuh
kaki digunakan untuk kebaikan. Dari gerakan wudhu teresebut lah
menjadi terciptanya gerakan bela diri untuk melindungi diri dari
musuh yang kemudian diangkat menjadi tarian dalam kesenian
Topeng Ireng ini.
69
Gambar 4.5: Foto gerakan tari Topeng Ireng
Foto: (Aini, 2017)
c. Pada gerakan yang ketiga di gambar 4.6 hampir sama dengan gerakan
sendhika dhawuh seperti pada gambar yang pertama. Hanya ditambah
dengan gerakan memohon kepada pemimpin atau Sang Pencipta.
Seperti halnya dalam gerakan memohon ampunan harus tetap rendah
diri.
70
Gambar 4.6: Foto gerakan tari Topeng Ireng
Foto: (Adit, 2017)
d. Pada gambar yang keempat di gambar 4.7 terlihat para pemain Topeng
Ireng sedang berkumpul. Dapat diartikan gerakan ini merupakan
sebuah gerakan bermusyawarah atau berunding. Dalam Islam
musyawarah adalah jalan untuk mencapai hasil yang mufakat tidak
dengan cara yang merusak keutuhan masyarakat. Seperti dalam surat
Asy Syura ayat 38:
م ا ر ز ق اهم ي فق هم و رهم شور ى ب ن ة و أ وا الص ل است ج ابوا لر بهم و أ ق ا ون و ال ذي
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi)
seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.” (QS Asy Syura : 38)
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesan dakwah dari suatu kesenian dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Banyak kesenian yang memiliki unsur pesan dakwah diantaranya
kesenian Topeng Ireng. Kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini
adalah:
1. Isi secara keseluruhan dalam kesenian Topeng Ireng ini memiliki tiga
babag tarian saat pementasan. Satu, babag Rodat memiliki gerakan
yang terstruktur dan menceritakan kisah para parjurit pada masa
penjajahan Belanda. Kedua, babag Mondholan disisipkan candaan dan
nyanyian yang sesuai dengan cerita yang diangkat yakni sebagai
pengombyong atau pengikut. Ketiga, babag Siluman yang tanpa ada
gerakan khusus, mereka memerankan tokoh siluman atau hewan-hewan
yang menari tak beraturan mengikuti iringan musik.
2. Pesan-pesan dakwah yang ada dalam gerakan dan syair lagu kesenian
Topeng Ireng ini meliputi tiga macam pesan dakwah yakni: pesan
aqidah meliputi rukun Iman yang berjumlah enam yaitu; Iman kepada
Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada
Rasul Allah, Iman kepada Hari Akhir, dan juga Iman kepada Qadha dan
Qadhar. Namun dalam pesan aqidah ini peneliti tidak menemukan
adanya kategori pesan yang meliputi Iman kepada Kitab Allah. Dalam
pesan akhlak memiliki kategori; akhlak mahmudah dan akhlak
73
madzmumah yakni akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap
makhluk yang meliputi; akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga,
masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia , flora, fauna dan
sebagainya. Pada pesan dakwah yang terakhir yaitu pesan syariah yang
memiliki kategori; ibadah, thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji , serta
mu’amalah.
B. Saran
Berdasarkan dari penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Peneliti berharap kepada pemain kesenian Topeng Ireng mampu
menyampaikan pesan-pesan dakwah syair lagu dan gerakan yang bisa
dipahami oleh penonton.
2. Bagi masyarakat khususnya Desa Kuwaderan dapat menjaga
berlangsungnya kesenian Topeng Ireng ini agar dapat menjadi media
dakwah.
3. Peneliti berharap di masa datang banyak peneliti-peneliti lain yang akan
meneliti tentang pesan dakwah dalam kesenian tradisional, karena
selain ikut melestarikan kesenian tersebut juga dapat menguak pesan-
pesan yang terkandung pada kesenian tersebut.
74
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
_________________. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Ahmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosisal, Suatu Kerangka
Pendekatan dan Permasalahan. Yogyakarta : PLP2M.
Anas, Ahmad. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.
Bahari, Nooryan. 2014. Kritik Seni (Wacana, Apresiasi dan Kreasi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bajari. 2015. Metode Penelitian Komunikasi, Prosedur, Tren, dan Etika. Bandung:
Simbiosa Rakatama Media.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1991.
Mengenal Seniman Tari Dan Karawitan Jawa. Yogyakarta: Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional.
Effendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Kayam, Umar. 1981. Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta : Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta: Absolut Jogja.
Miles B. & Huberman A. 1993. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
Moeleng, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
______________. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Muis, Andi Abdul. 2001. Komunikasi Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prabowo, Wahyu Santoso dkk. 2007. Sejarah Tari (Jejak Langkah Tari di Pura
Mangkunagaran). Surakarta: Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta.
75
Ruslan, Rosady. 2010. Penelitian Public Relation dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sambas, Syukriadi & Acep Aripudin. 2007. Dakwah Damai (Pengantar Dakwah
Antarbudaya). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Santoso. 2007. Etnomusikologi Nusantara : Perspektif Dan Masa Depannya.
Surakarta: ISI Press Surakarta.
Sudibyo, dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung
: Alfabeta.
________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
________. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D. Bandung : Alfabeta.
Sutardi, Tedi. 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI.
Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Tasmara, Toto. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Team Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Timur. 1977.
Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta: Proyek Pengembangan
Media Kebudayaan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Tibi, Bassam. 1999. Islam Kebudayaan Dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.
Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2007. Penulisan Kritik Tari. Solo: ISI Press
Solo.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Topeng_Ireng (Diakses pada tanggal 4 Mei jam
15.47 WIB)
top related