Transcript
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini masalah-masalah kesehatan semakin komplek, sehingga hal ini
berdampak pada tuntutan terhadap kualitas pelayanan kesehatan juga semakin
meningkat termasuk didalamnya pelayanan praktik keperawatan. Praktik keperawatan
merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan yang
harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan, pelatihan dan penelitian.
Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada klien, perlu dilakukan perbaikan
dalam berbagai aspek dalam tatanan pelayanan yang ada. Berdasarkan hal tersebut,
maka organisasi kesehatan harus mampu mengembangkan tanggung jawabnya secara
berkelanjutan dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap menjunjung
tinggi standar pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mutu
tertinggi pelayanan klinis dapat tumbuh dan berkembang. untuk meningkatkan pelayanan
pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-langkah eksplisit dan
pelaksanaan perubahan dalam praktek dengan cara melakukan clinical audit.
Audit klinis digunakan untuk mengukur kepatuhan kepada pedoman praktek klinik
berbasis bukti praktus, dan merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk
mengukur kinerja tim saat ini dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya. Tujuan
utama dari audit klinik adalah mengukur seberapa baik standar dilakukan dan
memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja tim pelayanan klinik
I.2 Tujuan Penulisan
I.2.1 Tujuan Umum
Melalui penyusunan makalah ini, dapat memberikan gambaran mengenai
proses penjaminan mutu serta audit pada tatanan perawatan.
I.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan diskusi kelompok, mahasiswa program pasca sarjana
keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran angkatan III akan
dapat :
1. Mengetahui dan memahami tentang Clinical Governance2. Mengetahui dan memahami tentang klinikal audit.
3. Mengetahui dan memahami tentang quality improvement pada tatanan pelayanan
keparawatan.
I.3 Rumusan MasalahBagaimana sietem penjaminan mutu dan klinikal audit pada tatanan pelayanan
kesehatan dan keperawatan?
I.4 Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri 4 (empat) Bab yang meliputi : BAB I :
PENDAHULUAN, yang memuat tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
sistematika penulisan, dan metode penulisan makalah. BAB II : TINJAUAN TEORITIS
yang memuat tentang clinical governance, clincal audit, quality improvement dan audit
keperawatan
I.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur yang
diambil dari berbagai referensi buku, media massa, dan jurnal – jurnal ilmiah yang
menunjang terhadap topik yang akan dibahas.
BAB IITINJAUAN TEORI
I. Clinical Governance
Clinical governance adalah sebuah mekanisme (kerangka kerja) yang
memungkinkan organisasi kesehatan mampu mengembangkan tanggung jawabnya
secara berkelanjutan dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap
menjunjung tinggi standar pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang
memungkinkan mutu tertinggi pelayanan klinik dapat tumbuh dan berkembang
(Muninjaya, 2004).
Konsep clinical governance sebagai salah satu upaya penjamin mutu pelayanan
kesehatan diperkenalkan Departemen Kesehatan Inggris (UK National Health
Service/NHS) pada tahun 1997 sebagai strategi baru untuk mencapai "First Class
Service". Tujuannya, untuk menjaga agar pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan
berkualitas, dan dilakukan di lingkungan kerja dengan tingkat profesionalisme tinggi.
Konsep Clinical governance dapat diartikan sebagai sebuah kerangka kerja dari NHS
yang bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pelayanan secara berkelanjutan,
dan menjaga standar pelayanan yang tinggi dengan mebuat lingkungan di mana
pelayanan klinik akan berkembang. Secara implisit, clinical governance akan
meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya klinik maksimal dan biaya paling efektif
(Donaldson, 1997).
Kerangka kerja NHS merupakan kebijakan berbasis bukti dalam standar global
yang akan meningkatkan pelayanan pasien dengan penekanan khusus pada aspek-
aspek seperti keselamatan, praktek klinik yang aman sesuai dengan standar prosedur
dan penggunaan secara aman dari terapi dan peralatan medis serta penciptaan budaya
keselamatan dalam organisasi kesehatan dan pendidikan (World Health Assembly, 2002).
Aspek diatas sangat erat kaitannya dengan era globalisasi bidang kesehatan yang
menitikberatkan akan ‘mutu’. Istilah dan definisi ‘mutu’ mempunyai arti/makna dan
perspektif yang berbeda bagi setiap individu tergantung dari sudut pandang masing
masing bidang kesehatan. Donabedian (1980) dengan structure, process dan outcome
memperkenalkan tentang cara penilaian standar, kriteria dan indikator. Selang beberapa
tahun kemudian Maxwell mengembangkan six dimensions of quality. Tehnik Donabedian
dan Maxwell ini lebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya
(akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen quality assurance. Komponen ke tiga
(continuous quality improvement) tidak berkembang, sehingga akibatnya meskipun suatu
organisasi pelayanan kesehatan tersebut telah mendapat akreditasi akan tetapi ‘mutu’nya
tetap tidak bergeming dan tidak meningkat.
Untuk mengimplementasikan kerangka tersebut, NHS menggarisbawahi tiga
aspek penting di di dalam clinical governance, antara lain :
1. Kualitas berstandar nasional, berlaku bagi seluruh organisasi kesehatan (rumah
sakit, puskesmas, praktek pribadi) di dalam memberikan pelayanan. Standar dan
garis pedomanan (guidelines) yang dipakai berdasarkan dari evidence-based
practice dan disosialisasikan melalui badan pemerintah pada tingkat nasional.
2. Mekanisme untuk menjaga standar pelayanan yang tinggi, seperti memastikan long-
life learning dan regulasi profesi yang sesuai supaya menciptakan sebuah atmosfer
yang kondusif dalam peningkatan pelayanan klinik.
3. Sistem yang efektif untuk memantau implementasi kerangka tersebut, seperti tolak
ukur dari indikator klinik dan penilaian sistem kerja.
Merujuk kepada kerangka clinical governance di atas, setiap organisasi kesehatan harus
mengadakan evaluasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan klinik yang diberikan
kepada pasien. Dalam perspektif ini, evaluasi pertanggungjawaban (accountability)
dianalisis melalui penilaian kerja (clinical perfomance). Ada beberapa pendekatan yang
berbeda di dalam mengevaluasi penilaian kerja, seperti clinical audit, clinical indicators,
verbal autopsy, facility-based review dan confidential enquiries.
II. Audit KlinikAudit klinik dapat didefinisikan sebagai hasil suatu proses yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-
langkah eksplisit dan pelaksanaan perubahan dalam praktek jika diperlukan ( Dixon,
1996).
Audit klinik dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan kepada pedoman praktek klinik
berbasis bukti praktus, dan merupakan cara yang berguna bagi tim rumah sakit untuk
mengukur kinerja tim saat ini dan kemudian mengidentifikasi kesenjangannya.
Tujuan utama dari audit klinik harus betul-betul mengukur seberapa baik standar
dilakukan dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan kinerja tim pelayanan klinik
(Middleton, 1996). Audit Klinik memiliki potensi untuk meyakinkan atau meningkatkan
pelayanan pasien secara langsung.
Menurut Institut Nasional untuk Kesehatan dan Clinical Excellence (NICE,2002),
Audit klinik merupakan bagian integral dari clinical governance adalah proses
peningkatan kualitas yang bertujuan untuk meningkatkan perawatan pasien dan hasil
peninjauan secara sistematis melalui perawatan terhadap kriteria eksplisit dan
pelaksanaan perubahan. Aspects of the structure, processes, and outcomes of care are
selected and systematically evaluated against explicit criteria. Aspek struktur, proses, dan
hasil pelayanan yang dipilih dan sistematis dievaluasi terhadap kriteria eksplisit. Where
indicated, changes are implemented at an individual, team, or service level and further
monitoring is used to improvement in healthcare delivery.Penentuan tempat,
implementasi perubahan pada individu, tim, atau tingkat pelayanan dan pemantauan
digunakan untuk peningkatan pelayanan kesehatan. Basically, clinical audit is as a
guideline what should be done, and if not, something improvement must be made. Pada
dasarnya, audit klinik digunakan sebagai pedoman apa yang harus dilakukan, dan jika
tidak, sesuatu perbaikan harus dilakukan.'Principles for Best Practice in Clinical Audit'
(2002, NICE/CHI)
Clinical audit is an integral part of clinical governance and can be carried out by any
practitioner involved in the treatment of patients. Audit klinik dapat dilakukan oleh setiap
praktisi yang terlibat dalam pelayanan pasien. It is not restricted to the work of doctors.
Hal ini tidak terbatas pada hanya dokter. Clinical audit is principally the measurement of
practice against agreed standards and implementing change to ensure that all patients
receive care to the same standard. Audit klinik terutama pada pengukuran praktek
terhadap standar yang telah disepakati dan menerapkan perubahan untuk memastikan
bahwa semua pasien menerima standar pelayanan yang sama. Recent developments in
clinical audit have been the encouragement of multidisciplinary project work and projects
which follow the path of the patient across the primary and secondary care interface.
The role of the clinical auditor involves the review and compliance verification of quality
systems throughout the clinical development process, from the design of the protocol to
the final clinical study report. Secara umum, auditor klinik melakukan berbagai jenis audit
yang biasanya mencakup: Audit dokumen penting (Files), audit sampel yang dipilih oleh
penyidik (termasuk dokumen penting tertentu), Audit organisasi, laboratorium dan fasilitas
khusus, sistem komputer validasi audit, audit vendor perangkat lunak, audit database
studi laporan audit klinik, dan audit pengajuan peraturan. Quality assurance should not be
confused with quality control (QC). Jaminan kualitas tidak harus bingung dengan kualitas
kontrol (QC). Quality control is the responsibility of the people carrying out the work, such
as the monitor, investigator or data manager. Quality control adalah tanggung jawab
orang-orang yang melaksanakan pekerjaan, seperti monitor, penyidik atau data manager.
SOPs are provided to ensure that QC is built into the process. SOP disediakan untuk
memastikan bahwa QC dibangun ke dalam proses QA encompasses both QC and audit,
however the audit is a check of whether QC has been performed as required, and that the
outcome of a process is correct, where a sample of documentation/data is checked.yang
baik, namun audit dilakukan adalah untuk pemeriksaan apakah QC telah dilakukan sesuai
kebutuhan, dan apakah hasil dari sebuah proses benar, di mana sampel dokumentasi /
data diperiksa.
Di bidang pelayanan kesehatan, Florence Nightingale meletakkan pondasi mutu
untuk pertama kalinya dengan memperkenalkan penggunaan standar pelayanan yang
berdampak pada penurunan angka kematian di RS secara drastis. Di tahun 1910,
American Medical Association (AMA) membuat laporan permasalahan mutu di rumah
sakit dan pendidikan kedokteran yang kemudian mendorong disusunnya Standar
Pelayanan Minimum di Rumah Sakit untuk pertama kalinya pada tahun 1917, untuk
menilai apakah Rumah Sakit sudah menerapkan standar pelayanan minimum, beberapa
asosiasi profesi kedokteran bergabung untuk membentuk Joint Commission of
Accreditation of Hospitals. Sejak itu berbagai macam upaya peningkatan mutu mulai
dilakukan untuk mencapai standar pelayanan minimal, tidak hanya di Amerika tetapi
meluas ke semua Negara maju dan berkembang di dunia, termasuk di Indonesia (2007).
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (2007) telah
menerbitkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bagi Rumah Sakit Umum Daerah agar
dapat memberikan pelayanan yang bermutu, cepat, sesuai standar serta profesional
sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. SPM bersifat sederhana,
konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau dan dapat dipertanggung jawabkan serta
mempunyai batas waktu pencapaian.
Sebelum melakukan audit klinik perlu dpertimbangkan beberapa hal yaitu :
1.Clinical audit is a tool for generating evidence required for individuals and teams of
professionals to demonstrate that their practice and procedures meet standards. Audit
Klinik adalah alat untuk menghasilkan bukti yang diperlukan bagi individu dan tim
profesional untuk menunjukkan bahwa praktek dan prosedur mereka memenuhi
standar.
2. When considering topics to audit it may be helpful to consider the following:Ketika
mempertimbangkan topik untuk mengaudit mungkin akan membantu untuk
mempertimbangkan hal berikut:
High risk practice Praktek berisiko tinggi
Patients' concerns Kekhawatiran pasien
Cost effectiveness Efektivitas biaya
Trust/Board/Agency Priorities Trust / Badan / Lembaga Prioritas
Local concern Keprihatinan lokal
Commissioning Commissioning
National guidelines Pedoman nasional
New treatments or procedures Pengobatan baru atau prosedur
Pada umumnya rumah sakit di Indonesia mempunyai sumber daya yangg terbatas, maka
rumah sakit tidak dapat mengumpulkan data untuk menilai semua hal yang diinginkan.
Jadi rumah sakit harus memilih proses dan hasil praktek klinik dan manajemen yang
paling penting untuk dinilai dengan mengacu pada misi rumah sakit, kebutuhan pasien
dan pelayanan. Penilaian sering terfokus pada proses yang berimplikasi risiko tinggi,
diberikan dalam volume besar atau cenderung menimbulkan masalah. Pimpinan rumah
sakit bertanggung jawab menentukan pilihan terakhir dari indikator kunci yang digunakan
dalam kegiatan mutu rumah sakit.
Pemilihan indikator yang terkait dengan area klinik yang penting meliputi :
1. Asesmen pasien
2. Pelayanan laboratorium
3. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging
4. Prosedur bedah
5. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya
6. Kesalahan medikasi dan kejadian nyaris cedera
7. Penggunaan anestesi dan sedasi
8. Penggunaan darah dan produk darah
9. Ketersediaan, isi, dan penggunaan rekam medis pasien
10. Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan pelaporan
11. Riset klinik
Paling sedikit lima penilaian terhadap upaya klinik harus dipilih dari indikator yang
ditetapkan.
Indikator yang dipilih terkait dengan upaya manajemen meliputi :
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan
pasien
2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan oleh peraturan perundang-
undangan
3. Manajemen risiko
4. Manajemen penggunaan sumber daya
5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
6. Harapan dan kepuasan staf
7. Demografi pasien dan diagnosis klinik
8. Manajemen keuangan
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf.
Pada elemen penilaian, pimpinan klinik menetapkan indikator kunci untuk setiap area
klinik yang dipilih paling sedikit 5 dari 11 indikator dengan memperhatikan muatan "ilmu"
(science) dan "bukti" (evidence) untuk mendukung setiap indikator. Penilaian mencakup
struktur, proses dan hasil (outcome), demikian pula cakupan, metodologi dan frekuensi
ditetapkan untuk setiap indikator, kemudian data penilaian klinik dikumpulkan dan
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas dari peningkatan oleh petugas
dengan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik.
Untuk membuat kesimpulan dan membuat keputusan, data harus dikumpulkan,
dianalisis dan diubah menjadi informasi yang berguna. Melakukan analisis data
melibatkan orang yang paham tentang manajemen informasi, terampil dalam
mengumpulkan data dan mahir menggunakan metoda statistik. Hasil analisis data
dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab terhadap proses atau hasil dari yang
diukur dan dapat bertindak atas hasil tersebut. Rumah sakit menetapkan seberapa sering
data dikumpulkan dan dianalisis. Sebagai contoh, data infeksi naskomial dan kejadian
psien jatuh dapat dianalisis setiap bulan.
Peningkatan mutu dianggap valid jika sesuai data yang dikumpulkan. Penilaian
terpercaya merupakan inti dari semua program peningkatan, untuk memastikan bahwa
data itu benar, bermanfaat , dan validasi data secara internal harus ada.
Tahapan Audit Klinik :
1. Mengidentifikasi topik
Langkah pertama adalah untuk memilih topik yang penting atau signifikan dan
kepentingan mereka yang melakukan audit. Periksa bahwa orang yang terlibat dalam
audit setuju dengan maksud kita, menerapkan perubahan juga sulit jika mereka tidak
setuju. Pastikan bahwa tidak ada orang lain di lingkungan kerja yang melakukan audit
yang sama.
2. Menetapkan kriteria / standar
Kriteria adalah acuan pelayanan atau aspek latihan yang dapat digunakan untuk
menilai kualitas. Sebuah kriteria audit merupakan pernyataan apa yang telah terjadi.
Untuk contoh: "Catatan medis menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes ditinjau
kembali setiap enam bulan. " Pastikan bahwa kriterianya adalah terukur. Standar
perlu mengikuti langsung dari kriteria. Misalnya, 100 persen dari catatan medis
menunjukkan pasien dengan diabetes ditinjau setiap enam bulan. Standar Audit
dinyatakan sebagai persentase dan mewakili tingkat minimum penerimaan kinerja
untuk kriteria itu. Beberapa kriteria penting yang mereka butuhkan memiliki standar
100 persen. Kalaupun standar 100 persen tidak bisa, pasien atau keadaan biasanya
memiiliki toleransi terhadap kesempurnaan dan standar harus mencerminkan hal itu.
Pencarian literatur harus memberikan gambaran standar lain yang telah berhasil
dicapai.
Kriteria dan standar harus berdasarkan hasil penelitian terbaru berdasarkan riset dan
bukti. Jika bukti tidak tersedia, dapat diterima untuk basis kriteria dan standar pada
konsensus kesepakatan oleh anggota tim. Pada audit klinik jangan terlalu banyak
kriteria karena cenderung membuat hasil audit tidak optimal.
3. Pengumpulan Data
Setelah menetapkan kriteria / standar audit, maka kumpulkan data audit. Data dapat
dikumpulkan dari kuesioner, komputer dan kertas catatan, serta lembar pengumpulan
data. Data elektronik cenderung lebih cepat dan lebih akurat. Namun, perangkat audit
elektronik harus diperiksa secara menyeluruh karena masalah masih bisa muncul.
4. Bandingkan hasilnya dengan kriteria dan standar
Setelah pengumpulan, kemudian menganalisis data. Dalam kebanyakan kasus,
analisis melibatkan perhitungan persentase untuk menentukan apakah standar telah
dicapai. Data Audit juga harus dianalisis untuk mengidentifikasi masalah tertentu.
5. Mengimplementasikan perubahan
Tahap ini adalah siklus audit yang merupakan salah satu yang penting dan sering
yang paling sulit. Setelah menganalisis data, tim audit perlu memutuskan apakah
perubahan harus dilaksanakan. Apapun perubahan hasil audit, sangat penting bahwa
perubahan tersebut di sosialisasikan terlebih dahulu sebelum digunakan.. Rencana
rinci kegiatan harus dibuat oleh siapa, kapan, apa dan bagaimana perubahan harus
dilaksanakan. Semua anggota tim harus diberitahu tentang usulan perubahan dan
seseorang harus mengambil peran sebagai pemimpn dalam mengawasi bahwa
perubahan terjadi.
6. Re-audit
Tahap akhir dari siklus Audit adalah untuk melakukan audit ulang dan untuk
memastikan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan dalam menanggapi audit
pertama telah efektif.
III. Quality Improvement
Quality improvement (QI) merupakan fenomena baru. Kemajuan zaman yang
mendukung perkembangan pengetahuan dan keterampilan memungkinkan klien untuk
memilih pelayanan kesehatan yang memenuhi standar kualitas yang lebih tinggi daripada
biasanya. Konsumen mengakui bahwa kualitas merupakan atribut penting dalam produk
dan layanan. Pemberi pelayanan menyadari bahwa kualitas dapat menjadi pembeda
penting antara mereka sendiri dan para pesaing ( diferensiasi kualitas juga disebut
kesenjangan kualitas ). Dalam dua dekade terakhir ini kesenjangan kualitas telah sangat
berkurang antara produk dan jasa yang kompetitif.
Sebuah program QI melibatkan kegiatan sistematis yang diatur dan dilaksanakan
oleh suatu organisasi untuk memantau, menilai, dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Kegiatan yang siklis menyebabkan organisasi terus mencari tingkat kinerja
yang lebih tinggi untuk mengoptimalkan pelayanan untuk pasien yang dilayaninya, dan
berjuang untuk perbaikan secara terus-menerus. Sebuah program QI biasanya meliputi
seluruh kegiatan QI dalam sebuah organisasi. Inisiatif QI klinik terkait dengan kegiatan
untuk meningkatkan operasional organisasi dan keuangan. Sebuah program QI di sebuah
organisasi pelayanan kesehatan sering dimulai dengan kepemimpinan yang
mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
a. Mengapa program QI penting untuk sebuah organisasi ?
b. Apa perlu suatu organisasi tahu cara mengembangkan program QI ?
c. Bagaimana sebuah organisasi mulai melakukan pengembangan dari program QI ?
d. Bagaimana proses QI bekerja untuk mendukung keberhasilan program?
Program QI penting untuk Organisasi Kesehatan, karena bermanfaat untuk
mendapatkan hasil yang baik untuk kesehatan pasien, dengan meningkatkan proses dan
hasil yang relevan dengan kebutuhan kesehatan menjadi prioritas utama. Informasi
tambahan, termasuk alat-alat dan sumber daya untuk membantu organisasi dengan
meningkatkan proses dan hasil dapat ditemukan dalam mendesain ulang sistem
perawatan untuk mempromosikan QI. Ketika sebuah organisasi mengimplementasikan
program QI yang efektif, hasilnya bisa menjadi keseimbangan kualitas, efisiensi, dan
profitabilitas dalam pencapaian tujuan organisasi.
Kinerja pelayanan kesehatan ditentukan oleh efisiensi organisasi dan hasil
perawatan , dan tingkat kepuasan pasien. Kualitas secara langsung terkait dengan
pendekatan pelayanan organisasi atau sistem yang mendasari perawatan. Untuk
mencapai tingkat yang berbeda dari kinerja ( yaitu , hasil ) dan meningkatkan kualitas,
sistem organisasi saat ini perlu berubah. Sementara setiap program QI mungkin tampak
berbeda, program yang sukses selalu menggabungkan empat prinsip kunci berikut:
1. QI Bekerja sebagai Sistem dan Proses
Untuk melakukan perbaikan , organisasi perlu memahami sistem pengiriman
sendiri dan proses kunci . Konsep di balik pendekatan QI dalam toolkit ini mengakui
bahwa kedua sumber daya ( input ) dan kegiatan yang dilakukan ( proses ) yang
ditangani bersama-sama untuk memastikan atau meningkatkan kualitas pelayanan
( output / outcome). Sebuah sistem pelayanan kesehatan dapat kecil dan sederhana,
seperti sebuah klinik imunisasi atau besar dan kompleks, seperti sebuah organisasi
perawatan besar. Kegiatan atau proses dalam sebuah organisasi perawatan kesehatan
mengandung dua komponen utama yaitu :
a) Apa yang dilakukan (apa perawatan disediakan )
b) Bagaimana hal itu dilakukan ( kapan, di mana , dan oleh siapa perawatan
disampaikan ).
Peningkatan dapat dicapai dengan mengatasi salah satu komponen, namun dampak
terbesar untuk QI adalah ketika kedua point diatas ditujukan pada waktu yang sama.
Proses pemetaan adalah alat yang umum digunakan oleh organisasi untuk lebih
memahami proses pelayanan kesehatan dalam sistem praktiknya. Sebuah peta proses
menyediakan diagram visual dari suatu urutan peristiwa yang menyebabkan hasil
tertentu. Dengan meninjau langkah-langkah dan urutan siapa yang melakukan setiap
langkah , dan seberapa efisien proses bekerja, organisasi seringkali dapat
memvisualisasikan peluang untuk perbaikan . Alat proses pemetaan juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi atau mendesain ulang suatu proses saat ini. Informasi
tambahan , termasuk alat-alat dan sumber daya untuk membantu organisasi yang
ingin mengadopsi proses pemetaan sebagai strategi peningkatan, dapat ditemukan
dalam Mendesain ulang Sistem Perawatan untuk Mempromosikan modul QI.
Langkah-langkah khusus yang diperlukan untuk memberikan layanan kesehatan
yang optimal. Ketika langkah-langkah ini terikat dengan pedoman klinik yang
bersangkutan, maka hasil yang optimal tercapai. QI berusaha agar organisasi
mencapai jalur kritis yang ideal, yang merupakan salah satu yang memungkinkan tim
perawatan dan pasien untuk berinteraksi secara produktif dan efisien untuk mencapai
hasil kesehatan yang optimal.
2. Fokus pada Pasien
Ukuran penting kualitas adalah sejauh mana kebutuhan pasien dan harapannya
terpenuhi . Layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pasien
dan masyarakat mereka termasuk :
a. Sistem yang mempengaruhi akses pasien
b. Penyediaan pelayanan yang berbasis bukti
c. Keselamatan pasien
d. Dukungan untuk keterlibatan pasien
e. Koordinasi perawatan dengan bagian lain dari sistem perawatan kesehatan yang
lebih besar
f. Kompetensi budaya, termasuk menilai melek kesehatan pasien, komunikasi
berpusat pada pasien , dan perawatan yang sesuai bahasa
3. Fokus pada Menjadi Bagian dari Tim
QI adalah proses tim . Dalam situasi yang tepat, tim memanfaatkan pengetahuan,
keterampilan , pengalaman, dan perspektif individu yang berbeda dalam tim untuk
melakukan perbaikan secara terus menerus. Pendekatan tim paling efektif bila :
a. Proses atau sistem yang kompleks
b. Tidak ada satu orang dalam suatu organisasi tahu semua dimensi dari suatu
masalah
c. Proses ini melibatkan lebih dari satu disiplin atau area kerja
d. Solusi membutuhkan kreativitas
e. Komitmen staf
Dengan kata lain, hampir semua QI melibatkan proses tim. Apakah organisasi
berusaha untuk meningkatkan waktu tunggu pasien, layanan telepon, perawatan
diabetes, atau tujuan lainnya yang dianggap penting, upaya tim membantu organisasi
untuk mencapai perbaikan yang signifikan dan terus menerus. Tanggung jawab setiap
individu untuk menjadi anggota yang aktif dalam tim. Setiap orang dalam tim
membawa perspektif yang unik pada proses, yaitu bagaimana segala sesuatu bekerja,
apa yang terjadi jika ada perubahan, dan bagaimana mempertahankan perbaikan
selama melakukan pekerjaan sehari-hari. Kontribusi yang dibuat dari masing-masing
keahlian individu dan sintesis ide tim, termasuk juga alat-alat dan sumber daya untuk
membantu organisasi dalam mengembangkan dan mendukung tim QI dalam
organisasi.
QI adalah infrastruktur yang efektif, sepert kepemimpinan, kebijakan dan prosedur
untuk mengatur dan memfasilitasi kerja tim . Dukungan infrastruktur tim dengan alat,
sumber daya, harapan yang jelas, dan forum komunikasi.
4. Fokus pada Penggunaan Data
Data adalah fondasi dari QI, hal ini digunakan untuk menggambarkan seberapa
baik sistem saat bekerja , apa yang terjadi ketika perubahan diterapkan, dan
mendokumentasikan kinerja yang sukses dengan cara :
a. Memisahkan apa yang dianggap terjadi dari apa yang sebenarnya terjadi
b. Menetapkan dasar ( Dimulai dengan skor rendah )
c. Mengurangi penempatan solusi efektif
d. Memungkinkan pemantauan perubahan prosedur untuk memastikan bahwa
perbaikan yang berkelanjutan
e. Menunjukkan apakah perubahan mengarah pada peningkatan
f. Memungkinkan perbandingan kinerja
Metode yang membantu dalam peningkatan qulity improvement adalah dengan
metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif melibatkan penggunaan angka dan
frekuensi yang menghasilkan data yang terukur. Jenis informasi mudah untuk
menganalisa statistik dan akrab bagi profesional perawatan ilmu pengetahuan dan
kesehatan. Contoh dalam pengaturan pelayanan kesehatan meliputi :
1. Menemukan rata-rata nilai laboratorium khusus
2. Menghitung frekuensi akses yang tepat untuk perawatan
3. Menghitung persentase pasien yang menerima pemeriksaan kesehatan yang sesuai
Metode kualitatif mengumpulkan data dengan karakteristik deskriptif, daripada nilai-
nilai numerik yang menarik kesimpulan statistik. Data kualitatif diobservasi tetapi tidak
terukur, dan memberikan informasi penting tentang pola, hubungan antara sistem, dan
sering digunakan untuk memberikan konteks untuk perbaikan yang diperlukan. Strategi
umum untuk mengumpulkan data kualitatif dalam pengaturan perawatan kesehatan
adalah:
1. Pasien dan staf survei kepuasan
2. Diskusi kelompok
3. Pengamatan independen
Sebuah organisasi kesehatan telah memiliki data yang cukup dari berbagai sumber,
seperti catatan klinik, sistem praktek manajemen, survei kepuasan, evaluasi eksternal
kesehatan penduduk, dan lain-lain. Berfokus pada data yang ada dengan cara disiplin
dan metode memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi sistem saat ini,
mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan memantau peningkatan kinerja dari waktu
ke waktu.
Ketika sebuah organisasi ingin mempersempit fokus pada data khusus untuk
program QI nya, salah satu strategi adalah mengadopsi ukuran standar kinerja. Ukuran
kinerja mencakup persyaratan tertentu yang mendefinisikan data apa yang diperlukan
untuk setiap ukuran, mereka menargetkan data yang akan dikumpulkan dan dipantau dari
data lain yang tersedia untuk sebuah organisasi. Mengukur kualitas klinik diidentifikasi
dalam instrumen ukuran standar suatu organisasi. Instrumen dirancang untuk mengukur
proses perawatan yang umum untuk penyedia jaring pengaman dan relevan dengan
populasi yang dilayani, alat-alat dan sumber daya untuk membantu sebuah organisasi.
IV. Audit Keperawatan Audit keperawatan merupakan komponen penting dari audit klinik. Peningkatan
kesadaran masyarakat tentang hak-hak keselamatan mereka dan tingginya biaya
perawatan mengharuskan bahwa perawat harus menjadi lebih bertanggung jawab
pelayanan yang mereka berikan. Oleh karena itu proses keperawatan menjadi dokumen
hukum di banyak negara.
Menurut Elison, audit keperawatan secara khusus merujuk pada pengkajian
kualitas keperawatan klinik yang merupakan upaya evaluasi secara profesional terhadap
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan menggunakan
rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan. Audit keperawatan
internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat praktik keperawatan,
audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar institusi.
Gillies(1994) Audit Keperawatan Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang
proses keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi
kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan akan bertanggung jawab hal ini akan
meningkatkan akuntabilitas dari perawat.
Pelayanan kesehatan sekarang menggunakan audit yang merupakan bagian
integral dari quality improvement sebaga strategi dan proses akreditasi ( UNSW, 2009).
Manajemen kualitas perawatan klinik adalah alat penting yang efektif dan efisien dari jenis
pelayanan kesehatan ( Drennan et al 2009), dan berkontribusi terhadap kerangka kerja
untuk clinical governance dan pengembangan berkelanjutan dari peran perawat. Hal ini
penting, karena itu kinerja perawat akan dievaluasi kualitas pelayanan dan keselamatan
pasien terhadap indikator yang relevan dengan layanan klinik. Hasil audit merupakan alat
penting untuk memberikan pengukuran dan umpan balik atas proses dan hasil dari
praktek klinik ( Gardner, Gardner & O'Connell, 2010).
Tujuh fungsi keperawatan profesional yang digunakan sebagai kerangka kerja
untuk audit. Fungsi-fungsi ini:
(1) Asuhan keperawatan terhadap pasien.
(2) Keperawatan yang diberikan oleh para profesional lainnya.
(3) Observasi tanda-tanda, gejala dan reaksi.
(4) Penerapan dan pelaksanaan prosedur tindakan dan teknik keperawatan.
(5) Promosi kesehatan fisik dan psikososial.
(6) Pelaporan dan rekaman.
(7) Penerapan dan pelaksanaan perintah dokter secara hukum.
Pelaksana Audit keperawatan dapat dilakukan oleh audit eksternal yaitu dilakukan
lembaga luar dan internal yaitu dapat dilakukan oleh staf lembaga kesehatan itu sendiri.
Pelaksana audit internal yaitu : (Golter Walfer, 2005)
Komite Audit
Sebuah komite Audit keperawatan yang bertanggung jawab untuk menetapkan kriteria
dalam menilai jenis asuhan keperawatan yang akan dipilih. Komite ini terdiri dari
perwakilan dari masing-masing divisi keperawatan klinik. Semua anggota komite harus
memiliki berpengalaman dan langsung bekerja dalam kegiatan asuhan keperawatan.
Seorang staf perawat yang berkompeten atau spesialis klinik akan lebih cocok sebagai
anggota komite.. Perumusan komite audit keperawatan terdiri dari Perawat Senior dan
tiga sampai empat anggota ( Kepala Perawat Ruangan ). Komite harus bertemu sebulan
sekali untuk mengobservasi catatan audit pasien selama waktu itu. Ketua akan
menetapkan jumlah kriteria pada setiap anggota yang akan mengaudit. Anggota harus
jujur dan tidak memihak dalam penilaian mereka . Sebuah catatan rahasia harus dikirim
jika sesuatu yang luar biasa terjadi, dan review audit yang dilakukan oleh anggota komite,
disusun dan diserahkan ke pihak berwenang.
Penggunaan Jasa Audit Keperawatan ini membantu dalam memodifikasi rencana
keperawatan dan proses keperawatan yang tepat; melaksanakan program untuk
meningkatkan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan melalui kebijakan yang baik;
memfokuskan perhatian, mengidentifikasi kelemahan, ronde keperawatan dan konferensi
panjang, serta merancang orientasi masa depan yang bertanggung jawab dan
merencanakan program pendidikan berkelanjutan.
Untuk Administrator Keperawatan : Memberikan evaluasi program tertentu, seperti
orientasi personil atau pembentukan program pengajaran pasien, dukungan untuk
membiayai program tertentu, yang menjadi dasar untuk perencanaan program baru,
identifikasi area kekuatan dan kelemahan di berbagai pengaturan ruangan, serta
menentukan pengaruh pola staf yang bervariasi .
Untuk Pengawas dan Kepala Perawat : Mengidentifikasi daerah yang memerlukan
perbaikan keperawatan pasien, memberikan dasar untuk program pendidikan dan latihan,
dan mengidentifikasi kebutuhan anggota staf yang memberikan perawatan langsung
kepada pasien.
Untuk Staf Perawat : melakukan pemeriksaan diri terhadap asuhan keperawatan
diwilayahnya, mengidentifikasi jenis keperawatan tertentu di mana mutu dapat
ditingkatkan hanya dengan meningkatkan perhatian.
Studi Penelitian di Area yang relevan : Audit dalam organisasi keperawatan kesehatan
dimana manajer menerapkan proses kontrol untuk menentukan kualitas pelayanan yang
diberikan. Thomas (2005 ) menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh dari audit
mengidentifikasi kebutuhan pendidikan, manajemen risiko dan kemungkinan adanya
keluhan dari pasien.
Kerangka penilaian Kualitas
Donabedian dalam Kerangka Penilaian Kualitas ( 1997), 'struktur', 'proses' dan 'hasil'
adalah alat yang tepat untuk meninjau pelayanan kesehatan layanan :
a. Struktur. Evaluasi struktur meliputi identifikasi kecukupan fasilitas,
peralatan dan akses ke pemeriksaan diagnostik, teknologi informasi ( TI ), sumber daya
perawat, karakteristik dukungan, pelatihan dan pembangunan, dan tingkat integrasi peran
perawat dalam organisasi layanan.
Alat pengumpulan data meliputi: survei wawancara perawat dan pemangku kepentingan.
b. Proses Audit pada proses perawatan termasuk hasil pengukuran pelayanan yang
dipengaruhi oleh pelayanan keperawatan ( seperti waktu menunggu, layanan indikator
kinerja utama, perawat menggunakan sumber daya (seperti sebagai tes diagnostik,
resep, arahan ), kompetensi teknis dan lingkup praktik keperawatan, ketersediaan dan
penggunaan pedoman berbasis bukti khusus untuk kelompok pasien dan didefinisikan
sebagai lingkup praktek klinik perawat.
Alat pengumpulan data meliputi :
• review grafik pasien
• wawancara dan survei terhadap perawat dan pemangku kepentingan
• relevan antara kinerja pelayanan utama dengan indikator.
c. Hasil Audit terhadap hasil pelayanan keperawatan termasuk jumlah pasien / klien
dalam mengakses pelayanan asuhan keperawatan dalam periode tertentu ( pengukuran
akan relevan dengan model praktik perawat ); evaluasi kemajuan / perbaikan /
penyembuhan kondisi dan/atau gejala; evaluasi sikap dan kepuasan pasien, peningkatan
pengetahuan pasien dan kompetensi perawatan diri, serta pencatatan efek samping .
Pengumpulan data meliputi :
Data pasien
Perawat berbasis fasilitas
Kasus peer review dari sampel pasien
Review grafik
wawancara pasien.
d. Evaluasi Hasil Audit
• Keperawatan dan pimpinan membangun kerangka kerja atas penelaahan dan
evaluasi, dan melakukan perbaikan secara terus-menerus, keamanan dan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat.
• Sifat dan kinerja praktik masing-masing perawat, di mana perawat bekerja dan kualitas
hasil pelayanan klinik ditinjau oleh tim interdisipliner setidaknya setiap 12 bulan.
• Peralatan yang selalu divalidasi harus digunakan untuk mendukung praktek ini -
Australia Studi Praktik Perawat (AUSPRAC), 2009.
.Kegiatan audit keperawatan dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien
digerakkan oleh data. Penggunaan data secara efektif dapat dilaksanakan dalam konteks
lebih luas dengan praktek klinik berbasis bukti maupun praktek manajemen berbasis
bukti.
3. Penggunaan Rekam Medis untuk Peningkatan Mutu
Dalam audit medis, umumnya sumber data yang digunakan adalah rekam medis
pasien, baik rawat jalan maupun rawat inap. Rekam medis adalah sumber data yang
paling baik di rumah sakit, meskipun banyak memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan
rekam medis umumnya adalah :
a. Seringnya pengisian rekam medis yang tak lengkap
b. Tidak tercantumnya persepsi pasien
c. Tidak berisi penatalaksanaan "pelengkap" seperti penjelasan dokter dan perawat.
Tujuan Audit Keperawatan adalah untuk menilai asuhan keperawatan yang diberikan,
pencapaian mutu asuhan keperawatan sesuai standar dan mendorong pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan lebih baik serta ikut berkontribusi dalam penelitian
keperawatan.
Dampak yang diharapkan pada pelaksanaan Audit Keperawatan :
a. Peningkatan mutu dan efektifitas asuhan keperawatan
b. Dampak terhadap perilaku para profesional
c. Tanggung jawab manajemen keperawatan terhadap hasil audit
d. Akuntabilitas
e. Prospek karir dan moral
f. Jenis pelatihan yang diperlukan
Persiapan Audit :
a. Bentuk komite (auditor)
b. Tetapkan indikator dan outcome
c. Siapkan tool audit : instrumen penilaian, instrumen laporan temuan audit, jadwal audit,
publikasi rencana audit.
Contoh Indikator terkait rekam keperawatan
INDIKATOR TARGET OUTCOME
Respon time kelengkapan pengkajian awal keperawatan
90 % Dalam 24 jam pasien masuk RWI pengkajian awal sudah dilengkapi
Ketepatan pelaksanaan rencana keperawatan
90 % Diagnosa keperawatan awal masuk relvan dengan masalah yang ditemukan pada pengkajian awal
Kepatuhan staf terhadap pelaksanaan prosdur-prosedur keperawatan
100 % Tidak ada angka kejadian kelalaian
Medicator error sesuai bencmark
Angka ILI, ILO, kejadian decubitus, dsb.
Kepatuhan pengkajian nyeri dan penilaian efektifitas pemberian intervensi
80 % Penanganan nyeri adekuat, skala nyeri <2
Contoh Instrumen Studi DokumentasiPenerapan Standar Asuhan Keperawatan
Petunjuk : Beri tanda "V" bila kegiatan dilakukan Beri Tanda "O" bila kegiatan tidak dilakukan
Periode : ...........................s/d............................( dua bulan )
No Aspek yang dinilai Kode Berkas Rekam Medis Pasien Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A.
1.
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.
2.
3.
4.
Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual)
Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
B.
1.
2.
3.
Diagnosa
Dx. Keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Dx. Keperawatan mencerminkan PE/PES.
Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
C.
1.
2.
Perencanaan
Berdasarkan Dx. Keperawatan
Disusun menurut urutan prioritas
3.
4.
5.
6.
Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu
Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan jelas.
Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.
Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
d.
1.
2.
3.
4.
Tindakan
Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan
Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.
Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
E.
1.
2.
Evaluasi
Evaluasi mengacu pada tujuan
Hasil evaluasi dicatat
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
F.
1.
2.
3.
4.
5.
Catatan Askep
Menulis format yang baku
Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan
Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang bak dan benar
Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama jelas, dan tanggal jam dilakukannnya tindakan.
Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
SUB TOTAL
TOTAL
PROSENTASE
4. Tracer Methodology
Adalah suatu metode evaluasi efektif untuk menilai kinerja organisasi pelayanan
kesehatan yang disediakan sesuai dengan apa yang dilihat dan dialami oleh pasien.
Suatu metode evaluasi, dimana surveyor memilih pasien dengan menggunakan rekam
medis pasien dan menelusuri perjalanan pasien selama proses menerima pelayanan RS,
dalam rangka menilai dan mengevaluasi kepatuhan terhadap standar dan sistem yan ada
untuk menyediakan pelayanan. (JCI, 2008).
Metode Tracer dilaksanakan untuk menilai sistem dan proses-proses organisasi dengan
cara mengikuti alur pengobatan yang telah dilakukan secara individual, mengikuti proses-
proses selama di RS mulai dari awal sampa akhr pengobatan atau perawatan dan
merupaka area-area untuk peningkatan pelayanan. Pasien-pasien yang dapat dilakukan
sistem tracer adalah pasien dengan sepuluh penyakit terbesar, pasien dialysys, pasien
jiwa, pasien anak, pasien yang dilakukan pemeriksaan di laboratorium atau imaging, dan
pasien yang akan pulang.
Dengan adanya sistem tracer, maka tim interdisipliner harus fokus pada pendekatan
holistik dan pola pikir sistem, memahami dan menguasai seluruh standar yang ada,
mengembangkan perencanaan area spesifik untuk tracer dan sistematik. Tim auditor
pada saat kunjungan ke suatu departemen memiliki potensi menilai standar-standar yang
berkaitan, perjalanan atau riwayat kesehatan pasien akan mengarahkan pertanyaan atau
area lain yang menarik audtor dan yang terpenting adalah bahwa pasien merupakan
fokus dari proses. Perawat dalam melaksanakan tugasnya harus mengetahui dan
memahami standar dengan benar, memahami maksud dari standar, dapat membedakan
antara praktik terbaik dan standar, perawat harus mampu meghubungkan temuan dengan
standar dan mengarahkan proses. Keterampilan komunikasi penting dikuasai oleh
perawat karena perawat setiap saat berada didekat pasien, sehingga perawat
merupakan pendengar yang baik bagi pasiennya.
Tracer sistem terdiri dari :
a. Pengelolaan obat-obatan :
proses pengololaan obat-obatan
Proses penggunaan obat-obatan untuk pasien
b. Infection Control :
Prosedur pengendalian infeksi
Pencegahan infeksi nasokomial di RS
Penggunaan antibiotika yang rasional
c. Pengelolaan system
Evaluasi keefektifan pengumpulan data dan analsis proses peningkatan :
Validasi implementasi perencanaan QI
Review analisis dan penggunaan data pengukuran
Menetapkan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
BAB IIIJURNAL REVIEW
1. Meningkatkan Dokumentasi Rekam Medis di Ruang Medikal Bedah Natalie Lowe, Hornsby Ku-ring-gai Health Service (2010)
latar belakangManajer Keperawatan melakukan pendekatan Kualitas & Keselamatan untuk
memulai sebuah proyek peningkatan kualitas dalam meningkatkan standar dokumentasi
staf perawat di bangsal medikal dan bedah. Semua ruang medikal dan ruang bedah
tertarik untuk berpartisipas. Sebuah penelitian untuk meningkatkan dokumentasi rekam
medis dilaksanakan. Tujuan dari proyek ini adalah untuk " Meningkatkan Dokumentasi
Rekam medis dengan 50 % pada Juni 2006 " . Sebuah audit awal dilakukan dan diulang
setelah fase intervensi. Periode intervensi utama dijalankan lebih dari satu bulan di
April 2006.
Metode Setiap ruangan melakukan audit rinci standar dokumentasi pada saat awal. Ini melibatkan
perawat dalam melakukan audit dasar penulisan grafik untuk menentukan apakah data
yang masuk terbaca, dalam tinta hitam, dikoreksi sesuai kebijakan rumah sakit, tanggal
dan ditandatangani, ditunjuk dan nama mereka dicetak setelah masuk, singkatan yang
digunakan hanya yang disetujui oleh rumah sakit, dan bahwa setiap siswa yang
memasukkan data menanandatangani.
Catatan medis juga diaudit untuk dokumentasi yang berkaitan dengan pengadilan. Data
yang masuk terlihat untuk menentukan diagnosis pasien, dan bahwa ada bukti dalam
catatan medis tentang perubahan kondisi pasien, dokumentasi manajemen, termasuk
laporan kepada tim medis.
Petugas yang telah diaudit.Pendokumentasian juga diaudit untuk memastikan penilaian perawat sangat obyektif, dan
bahwa pendapatsubyaktif tidak disertakan. Jika ada kelalaian dalam perawatan, yang
pendokumentasian harus mencakup kelalaian, alasan mereka dan siapa yang
harus dilaporkan. Dokumentasi kontemporer juga diaudit, untuk menentukan apakah
dokumentasi terjadi sedekat mungkin dengan waktu yang peduli disampaikan. Audit juga
dilakukan mengenai berbagai grafik yang terkandung dalam rekam medis. Grafik obat
disertakan, grafik keseimbangan cairan, dan grafik pengamatan. Rencana perawatan dan
penilaian risiko (risk jatuh dan penilaian risiko Waterlow) telah diaudit untuk menentukan
apakah selalu memperbaharui catatan dan ditandatangani setiap hari.
Metodologi KlinikPeningkatan Praktek digunakan untuk mendiagnosa masalah. Sebuah sesi diskusi
diadakan untuk menentukan semua kemungkinan alasan dokumentasi yang tidak
tercatat, tidak lengkap dan tidak jelas penulisan. Ide-ide ini kemudian dikelompokkan
dalam tujuh tema utama.
Tema-tema tersebut adalah :
• Waktu
• Ketersediaan
• Sumber Daya
• Pendidikan
• Budaya
• Profesionalisme
• Komunikasi
Tujuh tema utama yang dipilih oleh tim untuk menentukan prioritas intervensi. Hasil multi-
voting ditunjukkan dalam bagan Pareto yang menentukan prioritas untuk perbaikan.
Pendidikan dan profesionalisme adalah fokus dari intervensi perawat, dan keputusan
mengadakan ' Bulan Dokumentasi ' untuk memungkinkan rencana kegiatan pendidikan
yang akan diselenggarakan dan untuk menyediakan waktu untuk semua kelompok
keperawatan untuk terlibat.
Perencanaan dan Pelaksanaan1. Paket belajar Pada tahun 2006 masing-masing perawat diberikan dengan paket
pembelajaran yang terdiri dari Pedoman pendokumentasian, kutipan dari kebijakan
pendokumentasian, belajar kasus dan kuis yang akan selesai dalam waktu sebulan.
Paket pembelajaran dihentikan setelah peluncuran awal.
2 . Pembicara Tamu
Pada tahun 2006 , pada setiap hari Rabu selama bulan dokumentasi pembicara tamu
disajikan kepada forum terbuka pada aspek yang berbeda dari setiap materi
pendokumentasian. Perawat dan Bidan, seorang petugas hukum medico , dan seorang
petugas dari Pengadilan, memberikan contoh kasus dan contoh-contoh ketika catatan
medis diperlukan dalam konteks medis-hukum. Sesi pembicara tamu 'sangat baik dan
dihadiri sampai dengan 60 perawat pada setiap sesi. Pada tahun 2007 dan
2009 pembicara tamu yang terkait dengan topik dan terus menjadi lebih baik
sampai dengan 100 staf yang hadir untuk setiap sesi. Sebuah door prize disediakan pada
tahun 2007 untuk mempromosikan kehadiran.
3 . promosi Pena hitam dicetak dengan kata-kata ' Dokumen Ini - Hornsby Ku- ring-gai
Layanan Kesehatan' dan dibagikan kepada setiap perawat di BBQ promosi untuk
memulai bulan dokumentasi. Pada tahun 2007 dan 2008 karena pembatasan dalam
pendanaan yang tidak lagi dapat diserahkan.
4. Manual sumber daya
Pada tahun 2006 sebuah pencarian literatur dilakukan dan artikel jurnal yang relevan
yang dimasukkan ke dalam sumber daya manual, bersama dengan pedoman
pendokumentasian, kebijakan kutipan, kuis dan studi kasus dan menempatkan pada
setiap bangsal rumah sakit. Penggunaan dari manual adalah tanggung jawab Perawat
Pendidik . lebih lanjut sumber daya dapat ditambahkan ke manual sesuai kebutuhan .
Hasil dan Evaluasi Audit ekstensif dilakukan setelah Fokus pada Bulan Dokumentasi dan menggunakan
instrumen yang sama, digunakan untuk mengumpulkan data dasar. Peningkatan secara
keseluruhan dari 10% dicapai dalam dokumentasi di setiap kategori audit, beberapa
bangsal individu mencapai peningkatan 20%.
2. Audit Klinik dan Efektifitas. Trevor Smith, Julie Jones, Adrian Thomas(2003).
Pemerintah Welsh telah memberikan bimbingan dalam bentuk Wales Komite Audit
NHS Handbook (2012), yang menyediakan kerangka kerja untuk memastikan dampak
aktivitas Audit klinik pada kualitas dan keselamatan.
Ada enam aspek yang disorot sebagai faktor penting:
1) Apakah organisasi memiliki rencana dan itu cocok untuk tujuan?
2) Apakah selesai tepat waktu?
3) Apakah itu mencakup semua isu yang relevan?
4) Apakah ada perbedaan dan menyebabkan perubahan yang bisa dibuktikan?
5) Apakah perubahan yang didukung oleh metodologi perbaikan diakui?
6) Apakah organisasi mendukung pemeriksaan klinik efektif?
Departemen Audit klinik dan Efektivitas (CA & E) terus menyoroti kebutuhan tim klinik
untuk meneruskan rencana, prioritas aktivitas Audit klinik yang telah dipertahankan
selama pengembangan Grup Program Klinik (CPG) sebagai Dewan Kesehatan yang
telah berevolusi. Sementara telah ada kemajuan dalam beberapa Program klinik di
generasi program masa depan kegiatan audit, hal ini diakui sebagai prioritas baru muncul
(misalnya sebagai tanggapan atas keprihatinan, insiden risiko atau laporan nasional)
program klinik akan responsif dan berkembang sebagai sebuah proses yang dinamis.
Hari Kegiatan Audit Klinik diadakan di bulan Mei 2011 untuk membantu program klinik
dalam pengembangan struktur dan proses untuk mendukung kegiatan pemeriksaan klinik
dan memaksimalkan dampak pada kualitasnya. Setiap pemimpin proyek individu
memberikan skala waktu untuk audit dan Departemen CA & E akan menindak lanjut non-
penyediaan dalam laporan penyelesaian.
Untuk proyek Nasional, Fasilitator CA & E akan meminta umpan balik Program klinik atas
penyerahan persyaratan dalam rentang waktu yang diberikan oleh Organisasi Nasional
untuk setiap proyek. Sejauh ini, ada beberapa kesulitan dalam kaitannya dengan
mendapatkan keterlibatan program klinik dalam skala waktu dan beberapa ekstensi yang
diperlukan. Hal ini telah menyebabkan eskalasi melalui 'Isu-Signifikansi' proses Efektivitas
Klinik sub-komite (Cesc) dan permintaan CPG untuk mengeksplorasi dan mengatasi atau
meningkatkan tantangan potensial untuk memenuhi persyaratan Pemerintah Welsh ini.
Grup BCUHB Audit Klinik menyediakan forum untuk jaminan, diskusi dan arah strategis
bagi semua aktivitas pemeriksaan klinik dalam Dewan Kesehatan. Setiap CPG telah
diminta untuk mengidentifikasi memimpin klinik untuk menghadiri kelompok dan memiliki
tanggung jawab yang telah disepakati sebagai berikut:
Mempromosikan pekerjaan / tindakan dari Grup Audit Klinik.
1) Penghubung / umpan balik (antara Group dan daerah / CPG).
2) Mempromosikan tindakan pengembangan perencanaan efektif dalam kaitannya
dengan pemeriksaan klinik/Kegiatan efektivitas (termasuk review).
Bertindak sebagai Lead / Koordinator Audit Klinik untuk CPG.
3) Mengkoordinasikan pengembangan dan pemantauan dari Audit Program Klinik
untuk CPG.
4) Mengalokasi proyek untuk pemimpin.yang sesuai
5) Pengajaran / peran penasehat dalam kaitannya dengan Clinical Audit / kegiatan
Efektivitas.
Dalam dokumen Pemerintah Welsh 'Mencapai Keunggulan' (2012), target pelatihan
menetapkan bahwa Dewan Kesehatan untuk memastikan bahwa 25% dari tenaga kerja
mereka memiliki kualitas dalam keterampilan perbaikan pada bulan Maret 2014. Sebuah
'Pengantar Clinical Audit' lokakarya pelatihan telah ditawarkan oleh Departemen CA & E,
bersama 'Kritis Appraisal' dan 'Menemukan Bukti' BCUHB QS Komite 13.1.13 Barang 009
Ini adalah niat untuk mengembangkan hubungan dengan Peningkatan Manajer Layanan
untuk mencapai target ini dan meningkatkan keterampilan dalam metodologi perbaikan.
Departemen CA & E dan Peningkatan Pelayanan Manajer mendorong penggunaan
metodologi perbaikan oleh CPG untuk mengoptimalkan penyelesaian siklus pemeriksaan
klinik.
CPG pada berbagai tahap pengembangan struktur dan proses untuk mendukung
pengiriman program audit klinik mereka, beberapa pada tahap awal pembentukan forum
untuk mengawasi tantangan individu. Sebagai bagian dari dialog antara CPG Audit dan
Departemen Efektivitas Klinik, sebuah catatan semua aktivitas pemeriksaan klinik telah
ditetapkan dan catatan dari semua proyek yang terdaftar dipertahankan. Sehubungan
dengan prioritas proyek Nasional WG yang meliputi identifikasi organisasi tuan rumah
BCUHB (dan lokalitas jika diperlukan) memimpin klinik, persyaratan proyek ( misalnya
catatan kasus review, kuesioner pasien, dll ), tenggat waktu, komentar tambahan (seperti
tantangan diantisipasi atau isu membubung ). Pekerjaan ini berkelanjutan sebagai peran
baru yang direstrukturisasi untuk Audit Klinik. Efektivitas Fasilitator melibatkan kegiatan
identifikasi dan tingkat keterlibatan dengan persyaratan proyek Nasional. CPG telah
dipilih diminta untuk menyetujui program kegiatan pemeriksaan kl untuk buku tahun akan
datang . CPG ini telah dipilih diminta untuk memasukkan topik Nasional yang
diprioritaskan oleh Pemerintah Welsh dalam program Aktivitas Audit klinik mereka ke
depan. Program-program ini kan disajikan kepada Grup Audit Klinik BCUHB untuk
ratifikasi setiap tahunnya. CPG pada berbagai tahap kemajuan dengan mengembangkan
struktur dan proses untuk meninjau temuan audit klinik dan rencana aksi respon lokal.
Selain program CPG, semua WG topik prioritas telah ditambahkan ke CA & E untuk
mendaftar departemen , selaras dengan Fasilitator CA & E dan kemajuan yang terpantau
Rencana audit nasional berjalan bersama rencana Perusahaan Audit klinik.
3. Sebuah tinjauan literatur tentang peran perawat dalam audit klinik Collis, PgDip, BA, adalah Staf perawat , Chesterfield Royal Hospital NHS Foundation Trust , Derbyshire .
Abstrak
Collis , S. (2006 ) Sebuah tinjauan literatur tentang peran perawat dalam audit
klinik. Nursing Times, 102 : 12 , 38-40 . Memberikan pelayanan yang berkualitas di NHS
bukanlah konsep baru. Namun, fokus baru pada clinical governance telah mengakibatkan
perlunya metode yang efektif sistematis meninjau kualitas . Audit klinik adalah alat yang
telah dibuat untuk tujuan ini. Tinjauan literatur ini menilai manfaat audit klinik dan kritik
peran perawat dalam proses mengatasi hambatan terhadap keterlibatan perawat.
Keyakinan bahwa staf klinik harus terus berusaha untuk meningkatkan keperawatan
pasien hampir setua profesi perawat sendiri ( Morrell dan Harvey, 1999). Dalam hal
praktik keperawatan, kalimat jaminan kualitas yang digunakan untuk menggambarkan
proses ini dengan penekanan pada pengaturan standar, membandingkan praktek dan
mengambil tindakan ( Pearson, 1987 ). Namun, fokus baru pada kualitas dalam kebijakan
NHS ( Departemen Kesehatan , 1998) telah menghasilkan tekad terhadap kualitas
transparan standar dan mengadopsi pendekatan yang sistematis dan kritis untuk
mengukur praktek ( Kinn, 1995 ) digunakan oleh masing-masing profesi klinik. Audit
Klinik, atau sebagai Quinn( 1998) lebih suka pada pengkajian keperawatan pasien,
adalah salah satu alat yang dilihat sangat penting dalam menjamin kualitas pelayanan
keperawatan pasien.
Literatur review ini akan terlebih dahulu membahas bagaimana dan mengapa konsep
clinical governance muncul, kemudian fokus pada pemeriksaan klinik seperti yang
berkembang dari dalam kerangka clinical governance. Beberapa database elektronik
dibedah untuk memeriksa alternatif terminologi. Literatur lain , seperti DH publikasi dan
manajemen umum teks, digunakan. Kurangnya penelitian tentang audit klinik perawat '
diamati dan hambatan untuk implementasi nya tercatat , yang mungkin menjadi indikasi
prioritas rendah dalam keperawatan di Inggris.
KonteksKualitas dalam NHS telah menjadi prioritas politik selama bertahun-tahun ( Thomas,
2000 ) . Namun, munculnya kerangka clinical governance tahun 1997 diikuti pemilihan
umum ( Stephens dan Bick , 2002) memfokuskan kembali perhatian pada kebutuhan
akan kualitas. Pemerintah Partai Buruh menekankan pentingnya praktek klinik berbasis
bukti ( DH , 1999a ) untuk memastikan intervensi terbukti efektif, yang up to date dengan
penelitian dan biaya dapat dibenarkan ( Muir Gray , 2001).
Kertas putih NHS Baru : Modern, diandalkan dengan jelas bahwa penilaian klinik harus
dikaitkan dengan standar nasional yang ditetapkan. Dua dokumen lebih lanjut diterbitkan
oleh DH, A First Class Layanan ( 1998) dan Clinical Governance ( 1999)
mengembangkan konsep ini .
Kebutuhan untuk kualitas perbaikan telah didirikan dan tiga unsur utama yang
didefinisikan sebagai :
l Menetapkan standar nasional yang jelas ;
l Memastikan pengiriman lokal ;
l Pemantauan pengiriman .
NHS Badan Modernisasi didirikan untuk mendukung inisiatif Audit klinik ( NHS
Badan Modernisasi, 2003). Standar berbasis bukti Nasional, Standar praktek klinik
nasional semakin diterima seluruh NHS. Ini adalah hasil penelitian dan ulasan sistematis
dan membuat bukti yang tersedia secara nasional (NICE , 2002). DH telah
mengembangkan dua strategi utama untuk menciptakn standar nasional : yang
dikompilasi oleh NICE, yang mengacu pada sistematis riset terakhir untuk menghasilkan
pedoman yang aman, pelayanan perawatan kualitas, dan kerangka kerja layanan
nasional ( NSFs ), yang merupakan tuntunan menawarkan bukti intervensi yang efektif .
Namun, NICE memiliki wilayah tertentu dan prioritas NSFs hanya menargetkan populasi
tertentu, sehingga masih ada kebutuhan untuk penetapan standar lokal. Salah satu
metode pencapaian ini adalah dengan pembanding seperti pada dokumen Perawatan
( NHS Badan Modernisasi , 2003).
Clinical governance merupakan istilah umum untuk setiap strategi yang menjamin
kualitas perawatan yang terus ditingkatkan (DH, 1998). Salah satu strategi adalah
pemeriksaan klinik (Heard, 1998), yang telah didefinisikan oleh Currie (2003) sebagai:
'proses untuk meningkatkan perawatan pasien melalui kajian rutin perawatan terhadap
standar yang jelas, dan pelaksanaan perubahan '. Hal ini mirip dengan gagasan jaminan
kualitas yang telah disebutkan sebelumnya tetapi dalam clinical governance perbaikan
harus kontinu. Jadi Audit klinik tidak harus dilihat sebagai latihan tunggal tetapi sebagai
proses siklus (NICE, 2002; Hallett dan Thompson 2001; Muir Gray , 2001; Morrell dan
Harvey , 1999 ) . Hal ini mungkin tampak menakutkan kepada staf karena tidak ada hasil
langsung dari tindakan mereka tetapi mereka harus yakin bahwa perubahan
membutuhkan waktu dan akan terjadi sebagai hasil dari proses yang sedang berlangsung
( Hallett dan Thompson, 2001).
Ada banyak adaptasi dari ' pemeriksaan klinik siklus ' dan mereka semua mengikuti dasar
yang sama sebagai tahap audit klinik. Jika siklus ini tetap terus menerus, dalam teori
perawatan pasien harus ditingkatkan. Kualitas dapat dijaga dengan memastikan bahwa
standar berbasis bukti dan tidak lagi diterima untuk memberikan perawatan yang tidak
dapat dibenarkan secara empiris ( Hicks dan Hennessy, 1997). Informasi peran perawat
yang dihasilkan oleh Audit hanya akan berguna jika dilakukan dengan benar dan data
yang dikumpulkan adalah baik dan hanya sebagai alat yang digunakan ( Murphy - Black,
2000). Karena perawat merupakan mayoritas berada di bangsal staf, pemeriksaan klinik
yang tidak melibatkan perawat tidak bisa benar-benar mewakili perawatan pasien. Agar
perawat terlibat dalam audit, perawat manajer harus memanfaatkan berbagai perangkat
dan strategi untuk menyederhanakan proses sambil memastikan bahwa itu tetap
sistematis dan efektif. Morrell dan Harvey ( 1999 ) percaya bahwa diperlukan 'agen
perubahan ' jika perubahan ini harus benar-benar dicapai.
Agen perubahan pertama adalah manajer perawat yang memberdayakan, mendorong
dan memungkinkan staf untuk melakukan pemeriksaan dengan menyediakan dukungan
yang diperlukan dan sumber daya.
Agen Perubahan kedua adalah pemimpin opini.
Staf jarang mengubah perilaku mereka sebagai hasil dari SOP atau instruksi tertulis
tetapi lebih cenderung berubah sebagai hasil dari percakapan dengan pendapat
pemimpin, seorang rekan yang dihormati atau spesialis, yang dapat meyakinkan mereka
akan manfaatnya ( Lomas , 1991 ). Para agen perubahan ketiga adalah fasilitator
profesional yang berada di luar bangsal. Mereka mungkin menjadi bagian dari
departemen clinical governance kepercayaan yang atau hanya memiliki keahlian dalam
audit. Contoh dari hal ini adalah membeli jasa seorang koordinator benchmarking
yang dapat membantu dalam menetapkan standar dan membandingkan praktek ( Stark ,
2002). Agen keempat adalah inovator. Sederhananya, ini adalah anggota staf lingkungan
yang senang untuk merangkul untuk berubah. Seringkali antusiasme mereka mendorong
rekan-rekan untuk melakukan hal yang sama , jika agen perubahan keempat ada dan
dapat dimanfaatkan , Morrell dan Harvey ( 1999) Pimpinan perawat percaya Audit klinik
dapati tercapai.
Esensi perawatan NHS Badan Modernisasi ( 2003) telah menghasilkan Esensi
sebuah revisi perangkat Perawatan untuk membantu audit klinik lokal. Hal ini dapat
dimanfaatkan oleh para manajer perawat memungkinkan staf untuk membuat patokan
praktik yang baik dan efektif, kemudian mengaudit praktik lingkungan mereka sendiri .
Namun, manajer perawat harus memiliki kepercayaan diri untuk beradaptasi pada esensi
dokumentasi perawatan dalam menyesuaikan kebutuhan lokal dan tidak dibatasi oleh
wilayah mengacu pada instrumen ( Stark , 2002 ). Bahkan, jika daerah yang dipilih
prioritas lingkungan khusus ( Morrell dan Harvey, 1999), rasa lokal kepemilikan dapat
berkembang, yang merupakan faktor penting untuk sukses ( Anthony dan Brooks , 2001).
Ada kritik yang berkaitan dengan Essence of Care, itu skala yang digunakan untuk
menilai praktek terhadap tolok ukur Inti dari dokumen keperawatan bergantung pada
subjektif penilaian, artinya tidak ada inter-rater kehandalan ( Burns dan Grove, 1999).
tanpa seperti kehandalan, hasilnya mungkin tidak berkorelasi dengan hasil dari daerah
lain berarti bahwa akurasi dan kualitas tidak dapat dijamin.
Potensi masalah Masalah pertama diidentifikasi dengan pimpinan perawat yang di Audit klinik adalah
beban kerja tambahan (NICE, 2002). Jika gagasan agen perubahan dibahas di sini,
menjadi jelas bahwa bukan anggota kunci dari tim membantu dengan siklus audit, Hasil
yang sebenarnya adalah tanggung jawab berada di beberapa individu yang terampil
( Chambers dan Jolly, 2002). Untuk mengatasi ini masalah akan membutuhkan orang-
orang kunci untuk telah membayar waktu yang dialokasikan untuk audit, sehingga
menciptakan masalah lain. Sudah ada kurangnya sumber daya di tingkat lingkungan,
sehingga memperkenalkan pemeriksaan klinik dan perawat untuk membayar
menjalankan proses ini tidak dapat dicapai tanpa dana tambahan ( Chambers dan Jolly ,
2002; NICE, 2002). Hal ini tidak mungkin untuk membenarkan meninggalkan kekurangan
bangsal dan kekurangan dana untuk melakukan pemeriksaan kecuali tercapai hasil instan
(Ellis et al, 20006), yang mungkin terjadi.
Kesulitan lain berkaitan dengan memberikan staf keterampilan untuk melakukan audit.
Berbagai tingkat manajerial dukungan tersedia secara nasional ( Ellis et al , 2000), namun
tanpa manajer yang baik yang dapat menentukan peran perawat ' dalam audit dan
menawarkan pelatihan dan keahlian yang efektif, audit tersebut tidak akan terjadi ( Smith ,
2004; NICE, 2002). Jika Audit dilakukan secara tidak kompeten dan perubahan tidak
diimplementasikan, maka siklus akan tidak lengkap dan akan telah boros ( Smith , 2004;
Kinn , 1995).
Hal ini juga dapat dikatakan bahwa itu tidak etis untuk membawa keluar Audit klinik yang
buruk karena limbah sumber daya vital dan jika perubahan dibuat sebagai hasil dari
temuan, mungkin merugikan perawatan pasien bukan menguntungkan ( Morrell dan
Harvey, 1999). Pembandingan untuk menetapkan standar audit bergantung pada berbagi
ide dan bukti. Namun,telah persaingan dan ketidakpercayaan tetap tertanam di NHS
meskipun pergeseran jauh dari kebijakan pasar internal ( Ellis , 1995). Tanpa berbagi dan
akses ke temuan lain, benchmarking adalah mustahil ( Smith , 2004). Benchmarking juga
dapat kekecewaan dan kepercayaan yang secara konsisten melakukan kurang baik dari
lainnya daerah ( Morgan dan Murgatroyd, 1994), ketika mereka yang membutuhkan
peningkatan dukungan. Seperti pemeriksaan klinik dimaksudkan untuk meningkatkan
perawatan pasien, kritik tajam adalah kurangnya keterlibatan pasien dalam proses
( Smith, 2004 ), seharusnya dicatat bahwa benchmark keperawatan yang dibuat dengan
keterlibatan pasien tetapi scoring praktik bangsal dilakukan hanya oleh staf klinik.
Fokus baru pada tata kelola klinik menunjukkan mutu dapat diidentifikasi , dievaluasi dan
dikelola ( Ellis , 2000). Namun, tidak semua aspek perawatan berkualitas secara empiris
terukur. Esensi Perawatan ( NHS Badan Modernisasi, 2003) telah berusaha untuk
mengatasi beberapa aspek, seperti martabat dan komunikasi. Namun demikian,
tantangan terkait dengan mengukur unsur-unsur yang lebih lunak keperawatan mungkin
dapat menjelaskan mengapa mereka sering diabaikan. Attree ( 2001) khawatir bahwa
kelalaian unsur-unsur berwujud kompromi keandalan dan validitas audit klinik dan gagal
untuk mewakili beberapa aspek kualitas perawatan pasien. Oleh karena itu , hanya unsur
perawatan pasien akan ditingkatkan dengan Audit klinik, perawatan pasien tidak secara
keseluruhan.
DiskusiBiaya audit klinik sebagai penghalang untuk sukses adalah dibahas dalam literatur
( Chambers dan Jolly , 2002; NICE, 2002). Namun, mungkin seharusnya tidak menjadi
kasus ' trust tidak mampu untuk melakukan nurseled Audit ' melainkan ' trust tidak mampu
untuk tidak melakukan perawat yang memimpin Audit klinik'. Biaya administrasi
penanganan pengaduan dan berurusan dengan peningkatan litigasi jauh lebih tinggi
daripada biaya yang melakukan audit. Misalnya disediakan oleh Stephens dan Bick
( 2002) . Mereka meninjau studi tekanan ulkus prevalensi selama dekade terakhir dan
mencatat bahwa daerah dimana prevalensi tinggi juga daerah mana litigasi adalah terus
meningkat. .
Pasien semakin menuntut pembayaran untuk rasa sakit dan penderitaan yang
disebabkan oleh risiko penilaian yang tidak memadai, yang berkisar antara £ 4.500
hingga £ 12,500 per kasus. Faktor yang berkontribusi terhadap klaim sukses termasuk
komunikasi yang buruk dan dokumentasi yang tidak memadai - baik daerah di mana audit
didorong bawah Esensi Perawatan. Sebagai litigasi menjadi biasa, akan lebih hemat
biaya dalam jangka panjang untuk meningkatkan kualitas melalui audit klinik daripada
membayar klaim kompensasi akibat buruk dipantau standar.
kesimpulan Perawat perlu menuntut waktu dana untuk melakukan pemeriksaan klinik. Jika profesional
kesehatan lainnya termasuk staf medis telah mengalokasikan waktu untuk audit, maka
perawat harus mengharapkan hak istimewa yang sama. Tanggung jawab untuk kualitas
dibagi oleh individu dan organisasi ( Field dan Reid, 2002) dan sebagai perawat
merupakan mayoritas staf lingkungan. Keterlibatan mereka diperlukan untuk mewakili
asuhan keperawatan pasien. Tanpa bukti keterlibatan mereka akan tetap hanya biomedis,
mengakibatkan penghilangan beberapa aspek kualitas asuhan keperawatan pasien.
Pengenalan trust Foundation di Inggris mungkin mengakibatkan semua trust mandiri
mengalokasikan mereka anggaran sendiri, yang merupakan waktu yang ideal bagi
perawat untuk melobi hak untuk melakukan audit yang didanai . Namun, kecuali perawat
diakui sebagai anggota kunci dalam kualitas agenda perbaikan, mereka akan tetap
undervalued dibandingkan dengan anggota lain dari Tim multidisiplin. Selama keterlibatan
perawat tetap undervalued, dana untuk melepaskan staf akan tetap didapat. Jelas
kurangnya literatur menyelidiki nurseled audit, dibandingkan dengan tenaga medis yang
dipimpin audit, menunjukkan telah diberikan prioritas yang rendah dalam perawatan
kesehatan. Ulasan ini merekomendasikan bahwa penelitian lebih lanjut harus dilakukan
untuk mengatasi pandangan klinik audit keperawatan, seperti kurangnya pemahaman
mereka atau kecemasan tentang proses tersebut mungkin merupakan penghalang untuk
keterlibatan mereka.
4. National audit of bedside transfusion practice. Cottrell S, Davidson V (2013)
Penelitian ini dilakukan di RS di Inggris yang memberikan pelayanan transfusi
terhadap BCSH (2009). Area utama diaudit berkaitan dengan ID pasien, dokumentasi dan
pemantauan pasien transfusi. Selain itu, perubahan ke dokumentasi dieksplorasi untuk
mengidentifikasi efek pada keselamatan pasien. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengukur praktek tranfusi yang dilakukan disisi tempat tidur klinis dan untuk
mempromosikan praktik terbaik pada administrasi darah.
Data yang dikumpulkan yaitu melalui identifikasi pasien dan pemantauan pasien
yang menerima transfusi. Semua rumah sakit di Inggris yang memberikan pelayanan
klinis transfusi dan diundang untuk berpartisipasi dalam audit. Penggunaan sel darah
merah tahunan untuk berpartisipasi di rumah sakit dipandu apakah 40 , 50 , 60 atau 70
pasien telah diaudit. Rumah sakit dengan sel darah merah rendah ( kurang dari 800 unit )
masih didorong untuk berpartisipasi dan mengaudit pasien sebanyak mungkin pada
periode pengumpulan data sejak tanggal 4 April sampai Juli 2011. Waktu di mana pasien
harus diaudit tidak ditentukan. Sebanyak 247 situs ( 96 % , n = 247/257 ) berpartisipasi
dalam audit : 211 situs NHS dan 36 independen situs memberikan data 9.250 transfusi .
Hasil dari penelitian ini yaitu mayoritas pasien menerima transfusi aman dengan
pemeriksaan identitas yang memadai dan pemantauan secara cermat. Beberapa pasien,
walaupun berada dalam risiko kesalahan identifikasi atau tidak teramati reaksi transfusi
karena tidak adanya identitas pasien atau kurangnya pemantauan selama transfusi .
Hasilnya disajikan dalam dua kategori: standar satu, dua dan tiga dikelompokkan
dalam' identifikasi pasien positif ' dan standar empat, lima dan enam dikelompokkan di
bawah ' pemantauan ditransfusikan pasien. Data yang tidak disediakan oleh auditor
rumah sakit yang berpartisipasi pada saat penyerahan data dan harus dibawa ke
pertimbangan ketika menafsirkan hasil. Identifikasi pasien positif standar satu hasilnya
menunjukkan bahwa 97,7 % ( n = 9034 / 9,250 ) pasien sesuai dengan standar satu,
dengan sebagian kecil (2,3% , n = 216 /9, 250 ) pasien tidak mengenakan gelang. Praktik
transfusi lebih baik untuk pasien rawat inap , di antaranya 1,8 % ( n = 132/7 , 219 )
memakai gelang , dibandingkan dengan 4,1 %, ( n = 84 /2, 029 ) pasien rawat jalan yang
tidak memakai gelang. Kepatuhan dengan standar satu juga lebih baik untuk orang
dewasa (1,8% , n = 161 /8, 721) dibandingkan anak-anak ( 9,5% , n = 36/380 ) atau
neonatus ( 12,9 % , n = 19/147 ).
Barcode gelang dicetak yang digunakan untuk mengidentifikasi 49,5% (n = 4.468 /
9.034) pasien. Sisa pasien telah baik: gelang tangan (21,1%, n = 1.905 / 9034); dicetak
informasi (23,4%, n = 2.116 / 9034); dicetak Label Addressograph melekat gelang (5,3%,
n = 477/9, 034); atau gelang di tempat format lain yang tidak diketahui karena kurangnya
informasi yang diberikan oleh auditor (0,8%, n = 8/9, 034).
Standar dua dari 9.034 pasien dengan gelang, lebih lanjut 42 gelang dikeluarkan karena
penyerahan data yang tidak lengkap pada saat audit. Oleh karena itu, dari 8.992 gelang,
8.938 ( 99,4 % ) terdapat empat pengidentifikasi inti, dengan 85 % (n = 210/247)
berpartisipasi situs memenuhi standar audit ini. Di Skotlandia, 69 % ( n = 160/232 ) dari
gelang termasuk jenis kelamin dan di Wales baris pertama dari alamat tercatat di 87 %
( n = 355/408 ) dari gelang.
Pemantauan pasien ditransfusikan Standard empat BCSH ( 2009) pedoman untuk
pengamatan pasien minimal sebelum transfusi meliputi pengukuran baseline tingkat
pernapasan. Hasil menunjukkan bahwa lebih dari 84,9 % semua ( n = 7846 / 9246 ) dari
pasien memiliki semua empat pengamatan diukur pra-transfusi. Untuk pasien rawat inap
sesuai dengan keempat pengamatan adalah 86,7 % ( n = 6255 / 7215 ) dan untuk pasien
rawat jalan kepatuhan adalah 78,3 % ( n = 1.589 / 2.029 ). Kepatuhan adalah 84,6 % ( n
= 7371 / 8717 ) untuk orang dewasa , 88,2 % ( n = 335/380 ) untuk anak-anak dan 93,9 %
( n = 138/147 ) untuk neonatus.
Standar lima ini ditemui di 46,8 % ( n = 4.328 / 9.250 ) pasien pada 15 menit
persis, keseluruhan pengamatan ini dibuat dalam waktu 30 menit di 86,1 % ( n = 7.960 /
9.250 ) pasien. Yang dikhawatirkan adalah 9,4 % ( n = 869/9, 250 ) pasien dengan
tertunda pengamatan ( > 30 menit ) dalam satu atau lebih pengamatan dan 3,9 % ( n =
358/9 , 250 ) dari pasien dimana tidak ada pengamatan dicatat.
Standar enam tahun 84,1 % ( n = 7496 / 8909 ) dari pasien pengamatan pasca -
transfusi yang direkam. Sebanyak 15,3 % ( n = 1.413 / 9.250 ) pasien tidak memiliki bukti
pengamatan pasca-transfusi didata, dan alasan untuk kelalaian yang tidak jelas. Dalam
kelompok pasien ini, 14,8 % ( n = 209/1, 413 ) adalah pasien rawat jalan. Sebuah
minoritas kecil pasien ( 0,03 % , n = 3/9 , 249 ), dari tiga lokasi terpisah - semua dewasa
hari pasien - tidak memakai gelang dan tidak pengamatan yang dicatat selama transfusi.
Hasil audit yang berkaitan dengan penyelesaian dokumentasi yang akurat menemukan
bahwa 97,6 % ( n = 9031 / 9249 ) dari pasien memiliki tanggal transfusi dicatat serta
waktu mulai ( 97,9 % , n = 9062 / 9249 ). Namun, waktu berhenti didokumentasikan
hanya 70,8 % ( n = 6531 / 9227 ) pasien. Tanpa didokumentasikan waktu berhenti, tidak
ada kesimpulan yang bisa dibuat bahwa transfusi selesai dalam yang direkomendasikan
empat jam penghapusan dari cold storage. Untuk 42,6 % ( n = 3.940 / 9.241 ) dari pasien,
jalur perawatan transfusi atau serupa digunakan sebagai bagian dari praktek klinis sisi
tempat tidur. Data yang ditangkap dalam kaitannya dengan transfusi pelatihan
menunjukkan bahwa 67,2 % ( n = 6214 / 9,250 ) dari transfusi yang dilakukan oleh
profesional kesehatan yang menyatakan mereka telah menerima pelatihan transfusi pada
tahun lalu, dan 93,7 % ( n = 8.669 / 9.250 ) transfusi dilakukan oleh kesehatan praktisi
yang menyatakan mereka telah menerima pelatihan transfusi dalam tiga tahun terakhir.
Namun, itu bukan kebutuhan audit untuk memverifikasi catatan pelatihan. Hal ini juga
mungkin bahwa nakes profesional memantau kesehatan pasien selama transfusi tidak
sama anggota staf yang bertanggung jawab atas menyelesaikan check sisi tempat tidur.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian audit sebagian besar positif, dengan tren komparatif terus menerus
dari audit sebelumnya dengan peningkatan keselamatan pasien selama transfusi. Tenaga
kesehatan yang profesional tampaknya menyadari pentingnya pemeriksaan di sisi tempat
tidur dan pemantauan pasien yang ditransfusikan, memberikan kontribusi untuk praktek
yang aman. Namun, minoritas dari pasien beresiko karena prosedurnya yang tidak
diikuti.
Temuan audit ini khususnya yang berkaitan dengan pemantauan dan identifikasi pasien
relevan dengan banyak aspek lain dari perawatan klinis dan tidak hanya praktik transfusi
yang aman .
DAFTAR PUSTAKA
Muslihudin, et al. 2001. Instrumen Evaluasi Penerapan Atandar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.
, 2012. Bimbingan Teknis Perawat 2012 " Etik, Dsiplin & Hukum Keperawatan. Jakarta : Kementrian kesehatan RI.
Sutoto, et al. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI dan KARS.
Husain, et al. 2007. Standar Pelayanan minimal Rumah Sakit. Jakarta : Departemen kesehatan R.I.
Annthony, Brooks. 2001. A review of The Literature on The Nurse Role in Clinical Audit. London. www.nursingtimes.net
Morrel.2002. Principles for Best Practice in Clinical Audit. United Kingdom : Royal Nursing of Nursing, Radcliffe Medical Press.
Travaglia, Debono, Clinical audit: a comprehensive review of the literature. Australia : Centre for Clinical Governance Research, National Library of Australia
Pauline Ross. 2011. Clinical Governance for Nurse Practitioners in Queensland. The State of Queensland. Queensland Government, Brisbane
top related