Transcript
S
Closed Fracture Tibia-Fibula 1/3 Distal Displaced Dextra
Disusun oleh :Ahmad Fauzan Prawira
1102007012Diaz randanil1102009281
Supervisor :Dr. H. Husodo Dewo Adi, Sp. OT (FICS)
Dibawakan dalam rangka kepaniteraan klinik SMF bedah RSUD dr. Slamet
Garut2013
Identitas PasienIDENTITAS Nama : An. S Umur : 10 tahun Jenis Kelamin : Laki - laki Alamat : BBK. Pajagalan Garut Kota Pekerjaan : Pelajar Suku : Sunda Agama : Islam No. CM : 0161xxxx Tanggal masuk RS : 27– Mei – 2012 Tanggal keluar RS: -
Anamnesa
Dilakukan secara : Autoanamnesis
Tanggal : Mei 2013
Keluhan Utama : Nyeri dan tidak dapat menggerakkan kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang anak perempuan berusia 10 tahun dibawa ke IGD RSU Dr. Slamet, Garut pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2013 dengan keluhan nyeri dan sulit menggerakkan kaki kirinya. Pasien mengatakan bagian yang sulit digerakkan adalah bagian tungkai kaki bawah, sedangkan jari-jari kaki masih bisa digerakkan sedikit-sedikit. Keluhan juga disertai rasa nyeri yang hebat terutama bila ia berusaha menggerakkan kakinya tersebut.
Pasien mengaku ketika sedang bermain di bawah pohon manga, tertimpa oleh orang yang jatuh dari atas pohon mangga tersebut. Orang tersebut adalah orang dewasa yang memiliki badan cukup besar, ketika ia sedang memanjat pohon mangga, pohon tersebut tumbang dan badannya menghantam badan pasien. Kemudian pasien mengeluh nyeri pada tungkai sebelah kanan ketika pasien mencoba menggerakkan kaki kanannya tersebut. Tidak berapa lama setelah terjatuh pasien menyadari bahwa paha kanannya terlihat bengkak tepat di bawah lutut. Pasien mengaku setelah kejadian tersebut, Pasien tidak bisa berjalan dan susah untuk menggerakkan kakinya. Benturan pada anggota badan lain seperti dada, perut, dan kepala disangkal. Anggota gerak lain seperti tangan kiri dan kaki kiri tidak ada nyeri dan bisa digerakkan dengan baik. Adanya penurunan kesadaran setelah kejadian disangkal. Perdarahan telinga, hidung dan mulut disangkal. Mual dan muntah disangkal, serta pasien tidak merasakan adanya gangguan dalam BAK maupun BAB.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menderita hipertensi disangkal pasien, riwayat penyakit jantung disangkal pasien, riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal pasien, riwayat batuk lama disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit dan keluhan yang sama dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Kesadaran : Compos mentis Status Gizi : Cukup Tekanan darah : 110 / 70 mmHg Respirasi : 20 x/menit Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,7 ° C Gizi : Cukup Kepala : Normocephal
Status Generalis :
Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Refleks pupil (+/+)
Hidung : Epistaksis (-/-)
Deviasi Septum (-/-)
Krepitasi (-/-)
Pernafasan Cuping Hidung (-/-)
Mulut : Sianosis perioral (-)
Faring tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat, Trakhea ditengah
Thorax :
Inspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, Nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak
Auskultasi : Pulmo: VBS kanan = kiri normal, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak datar, lembut, kelainan kulit (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas: Superior dextra : • Tonus otot : baik • Gerakan : aktif / aktif • Kekuatan : 5/5 • Massa : (-/-) • KGB inguinal : tidak teraba membesar • Edema : (-/-) • Akral : hangat, sianosis (-/-), capillary refill < 2 “
Superior sinistra :
• Tonus otot : baik
• Gerakan : aktif / aktif
• Kekuatan : 5/5
• Massa : (-/-)
• KGB inguinal : tidak teraba membesar
• Edema : (-/-)
• Akral : hangat, sianosis (-/-), capillary refill < 2 “
Inferior sinistra :
• Tonus otot : baik
• Gerakan : aktif / aktif
• Kekuatan : 5/5
• Massa : (-/-)
• KGB inguinal : tidak teraba membesar
• Edema : (-/-)
• Akral : hangat, sianosis (-/-), capillary refill < 2 “
Inferior dextra:
Lihat status Lokalis
Status Lokalisa/r os tibia-fibula 1/3 distal dextra
Look
Warna kulit hiperemis, terdapat edema dan Angulasi (-), Deformitas (-)
Feel
Nyeri tekan : (+)
Suhu kulit setempat : lebih tinggi
Krepitasi : (+)
Pulsasi a. Poplitea : teraba lemah
Pulsasi a. Dorsalis pedis : teraba lemah
CRT : < 2 detik
Movement
a/r knee joint dextra :
Fleksi Aktif : nyeri (+), gerakan terbatas Pasif : nyeri (+), gerakan terbatas Ekstensi Aktif : nyeri (+), gerakan terbatas Pasif : nyeri (+), gerakan terbatas
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Tanggal 29 November 2012 Darah Rutin Haemoglobin : 13.2 g/dL (13,0 ~ 18,0 g/dL) Hematokrit : 40 % (35 ~ 45 %) Lekosit : 8.000 /mm3 (4.500 ~ 13.500 /mm3) Trombosit : 386.000 /mm 3 (150.000 ~ 440.000 /mm3) Eritrosit: 5.02 juta/ mm3 ( 4.40 ~ 6.02 juta /mm3) Kimia Klinik AST (SGOT) : 25 U/L (s/d 37 U/L)
ALT (SGPT) : 15 U/L (s/d 40 U/L)
Ureum : 28 mg/dL (15 ~ 50 mg/dL)
Kreatinin : 0.73 mg/dL (0.7 ~ 1.2 mg/dL)
Glukosa Darah Sewaktu: 89 mg/dL (< 140 mg/dL)
Tanggal 03 Desember 2012
Masa Pendarahan / BT : 2
Masa Pembekuan / CT : 9
Darah Rutin
Haemoglobin : 12.7 g/dL (13,0 ~ 18,0 g/dL)
Hematokrit : 37 % (40 ~ 52 %)
Lekosit : 7.700 /mm3 (3.800 ~ 10.600 /mm3)
Trombosit : 365.000 /mm3 (150.000 ~ 440.000 /mm3)
Eritrosit : 4.82 juta /mm3 ( 3.5 ~ 6.5 juta /mm3)
Ro Thorak : dalam batas normal
Ro Cruris Dextra :
Diagnosa Kerja
Closed fracture tibia fibula 1/3 distal displaced dextra.
Penatalaksanaan
Pemasangan spalk
Rencana operasi ORIF
Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Pembahasan
FRAKTUR
Pendahuluan
Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini ( 2001-2010 ) menjadi dekade tulang dan persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu-lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,35 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa.
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Kesimpulannya Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya trauma.
Sedangkan yang dimaksud dengan Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula.
Prevalensi
Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usila prevalensi cenderung lebih banyak terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon.
Anatomi Fisiologi
Tulang tibia merupakan tulang besar dan utama pada tungkai bawah. Ia mempunyai kondilus besar tempat berartikulasi. Pada sisi depan tulang hanya terbungkus kulit dan periosteum yang sangat nyeri jika terbentur. Pada pangkal proksimal berartikulasi dengan tulang femur pada sendi lutut. Bagian distal berbentuk agak pipih untuk berartikulasi dengan tulang tarsal. Pada tepi luar terdapat perlekatan dengan tulang fibula. Pada ujung medial terdapat maleolus medialis. Tulang fibula merupakan tulang panjang dan kecil dengan kepala tumpul tulang fibula tidak berartikulasi dengan tulang femur ( tidak ikut sendi lutut ) pada ujung distalnya terdapat maleolus lateralis.
Tulang tibia bersama-sama dengan otot-otot yang ada di sekitarnya berfungsi menyangga seluruh tubuh dari paha ke atas, mengatur pergerakan untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat berdiri.
Dan beraktivitas lain disamping itu tulang tibia juga merupakan tempat deposit mineral ( kalsium, fosfor dan hematopoisis). Fungsi tulang adalah sebagai berikut, yaitu :
a.. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
b. Melindungi organ-organ tubuh ( contoh, tengkorak melindungi otak )
Untuk pergerakan ( otot melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak.
Merupakan gudang untuk menyimpan mineral ( contoh, kalsium )
Hematopoeisis ( tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang )
I. Menurut Penyebab terjadinya
1. Faktur Traumatik : direct atau indirect
2. Fraktur Fatik atau Stress
3. Trauma berulang, kronis, misal: fr. Fibula pd olahragawan
4. Fraktur patologis : biasanya terjadi secara spontan
II. Menurut hubungan dengan jaringan ikat sekitarnya (Klasifikasi Klinis)
Fraktur Simple : fraktur tertutup
Fraktur yang tidak memiliki hubungan dengan dunia luar
Fraktur Terbuka : bone expose (compound fracture)
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari luar)
Fraktur Komplikasi :
Fraktur dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.
III. Menurut bentuk
Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen atau lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblique, spiral.
Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur stabil atau tidak
Fraktur Inkomplet : sifat stabil, misal greenstik fraktur
Fraktur Kominutif : lebih dari 2 segmen
Fraktur Kompresi / Crush fracture : umumnya pada tulang kanselus
KLASIFIKASI MENURUT BENTUK PANTAH TULANG
faktur complete, pemisahan komplit dari tulang menjadi dua fragmen
fraktur incomplete, patah sebagian dari tulang tanpa pemisahan
simple atau closed fraktur, tulang patah, kulit utuh
fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihat
fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah, posisi pada tempat pada tempat yang normal
fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat patah
commuited fraktur, tulang patah menjadi beberapa fragmen
impacted (telescoped) fraktura, salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain.
IV. Berdasarkan garis patah/konfigurasi tulang dibagi menjadi :
Transversal – garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-100o dari sumbu tulang)
Oblik – garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80o atau >100o dari sumbu tulang)
Longitudinal – garis patah mengikuti sumbu tulang
Spiral – garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
Comminuted – terdapat 2 atau lebih garis fraktur
KLASIFIKASI MENURUT GARIS YANG PATAH
Greenstick, retak pada sebelah sisi dari tulang ( sering terjadi pada anak dengan tulang yang lembek ).
Transverse, patah menyilang.
Obligue, garis patah miring.
Spiral, patah tulang melingkari tulang.
V. Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur :
a. Undisplace – fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya
b. Displace – fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:
- Shifted Sideways – menggeser ke samping tapi dekat
- Angulated – membentuk sudut tertentu
- Rotated – memutar
- Distracted – saling menjauh karena ada interposisi
- Overriding – garis fraktur tumpang tindih
- Impacted – satu fragmen masuk ke fragmen yang lain
FASE PENYEMBUHAN TULANG
Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar ( periosteum dan otot ) terjadi 1-2 x 24 jam.
Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh ke arah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua setelah kecelakaan terjadi.
Stadium Pembentukan Callus
Osteoblast membentuk tulang lunak / callus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan.
Stadium Konsolidasi
Callus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan.
Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoclast. Terjadi pada 6-8 bulan.
ETIOLOGI
Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang. 2 faktor mempengaruhi terjadinya fraktur :
• Ekstrinsik meli[uti kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma.
• Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang
Berdasarkan penyebabnya dibagi atas : ( Corwin, 2001 : 298)
Trauma
Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.
Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut.
Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangant kuat seperti olah raga.
MANIFESTASI KLINIS
Nyeri lokal Pembengkakan Eritema Peningkatan suhu Pergerakan abnormal
DIAGNOSIS
I. Riwayat
II. Pemeriksaan Fisik
A. Inspeksi / Look
B. Palpasi / Feel ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)
C. Gerakan / Movement
D. Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa.
Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :
2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral
Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur
Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
PENATALAKSANAAN
Prinsip 4R (chairudin Rasjad) :
1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur
2. Reduction
3. Retention : Immobilisasi
4. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
DAFTAR PUSTAKA
Ekawati, Indriana Dani. 2008. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Kasus Post Fraktur Cruris 1/3 Tengah Dextra Dengan Pemasangan Plate and Screw Di Bangsal Bougenville Rumah Sakit Orthopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Diakses pada tangal 8 Mei 2011.
Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press. Surakarta
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue.
Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC.
Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA: The McGraw-Hill Companies.
top related