BAB II LANDASAN TEORIrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23554/3/Chapter...Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu : manusia yang bertipe
Post on 08-Mar-2019
216 Views
Preview:
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini, hubungan kedua variabel dan hipotesa penelitian. Pada bagian pertama
akan diuraikan mengenai teori perilaku konsumtif penelitian ini yang kemudian akan
dilanjutkan dengan uraian mengenai teori tipe kepribadian dan juga teori tentang
mahasiswa yang termasuk dalam rentang usia remaja akhir. Tidak lupa juga akan
dijelaskan hubungan antara perilaku konsumtif dengan kepribadian. Pada bagian akhir
akan dikemukakan mengenai hipotesa dalam penelitian ini.
Perilaku Konsumtif
Pengertian Perilaku Konsumtif
Lubis (Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang
tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya
keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Sedangkan
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku
konsumtif adalah kencenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas
dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan.
Sedangkan Anggasari (dalam Sumartono, 2002) mengatakan perilaku
konsumtif adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak
diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan. Lebih lanjut Dahlan (dalam
Sumartono, 2002) mengatakan perilaku konsumtif yang ditandai oleh adanya kehidupan
Universitas Sumatera Utara
mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup
manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua keinginan untuk memenuhi hasrat
kesenangan semata-mata.
Kesimpulannya adalah perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku membeli
dan menggunakan barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan
memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas dimana individu
lebih mementingkan faktor keinginan dari pada kebutuhan serta ditandai oleh adanya
kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan segala hal yang paling mewah yang
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002), munculnya perilaku konsumtif dikalangan
mahasiswa disebabkan oleh dua hal yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah
motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.
2. Faktor Eksternal
Universitas Sumatera Utara
Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah
kebudayaan, kelas social, kelompok-kelompok social dan referensi serta
keluarga.
Berdasarkan uraian diatas, maka factor yang mempengaruhi perilaku konsumtif
dapat dibagi atas dua yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Indikator Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumtif amatlah
variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumtif adalah membeli
barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok. Dan secara
operasional, indikator perilaku konsumtif yaitu :
1. Membeli produk karena iming-iming hadiah.
Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika
membeli barang tersebut.
2. Membeli produk karena kemasannya menarik.
Konsumen mahasiswa sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang
dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi
untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi
dan menarik.
3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.
Konsumen mahasiswa mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada
umumnya mahasiswa mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut,
dan sebagainya dengan tujuan agar mahasiswa selalu berpenampilan yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian orang lain. Mahasiswa membelanjakan uangnya lebih banyak untuk
menunjang penampilan diri.
4. Membeli produk atas pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau
kegunaannya).
Konsumen mahasiswa cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya
kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling
mewah.
5. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
Mahasiswa mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian,
berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat
eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang
lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan symbol status agar
kelihatan lebih keren dimata orang lain.
6. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan.
Mahasiswa cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannnya dalam bentuk
menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Mahasiswa juga
cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik
figure produk tersebut.
7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan
menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
Mahasiswa sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya
apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Cross dan
Universitas Sumatera Utara
Cross (dalam Hurlock,1999) juga menambahkan bahwa dengan membeli produk yang
mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik, mereka akan menjadi lebih
percaya diri.
8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis (merek berbeda).
Mahasiswa akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang
lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis
dipakainya.
KEPRIBADIAN
Pengertian Kepribadian
Eysenck (dalam Suryabrata, 1998) memberi definisi kepribadian sebagai
berikut:
“Personality is the sum total of actual or potential behavior-patterns of
the organism as determined by heredirty and environment; it originates
and develops through the functional interaction of the three main sectors
into which these behavior patterns are the conative sector (character),
the affective sector (temperament), and the somatic sector (constution).
Kepribadian adalah totalitas pola perilaku yang nyata atau potensial dari
organisme yang ditentukan oleh gen dan lingkungan; kepribadian berasal dan
berkembang melalui interaksi fungsional dari tiga sektor utama yaitu sektor konatif
(karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).
Beberapa tokoh menjelaskan lebih lanjut mengenai kepribadian berdasarkan
tipe atau kategori tertentu. Menurut Eysenck (dalam Suryabrata, 1998):
Universitas Sumatera Utara
“Type is an observed constellation of syndrome of traits.”
Jadi, tipe lebih luas daripada trait dan mencakup trait sebagai komponennya.
Salah satu bentuk pembagian tipe kepribadian adalah tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert yang dikemukakan oleh Jung.
Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Konsep tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pertama sekali dikemukakan
oleh Carl Gustaf Jung. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengungkapkan konsep jiwa
sebagai dasar pembagian tipe kepribadian. Konsep sikap jiwa dijelaskan sebagai arah
daripada energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi
manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke
dalam, dan arah orientasi manusia terhadap dirinya, dapat keluar ataupun ke dalam.
Jadi, berdasarkan sikap jiwa tersebut manusia digolongkan jadi dua tipe yaitu :
manusia yang bertipe introvert dan manusia yang bertipe ekstrovert.
Jung mendefinisikan tipe kepribadian introvert sebagai berikut :
“Introversion is an attitude of psyche characterized by an orientation
toward one’s own thoughts and feeling....when we say people are
introver, we mean they are withdrawn and often shy and they tend to
focus on themselves” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia
subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke
dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor
subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,
Universitas Sumatera Utara
sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain (dalam
Suryabrata, 1998).
Tipe kepribadian introvert bertolak belakang dengan tipe kepribadian
ekstrovert, dimana Jung mengartikan tipe kepribadian ekstrovert sebagai berikut :
“Extraversion is an attitude of psyche characterized by an orientation
toward the external world and other people.....Extraverts are more open,
sociable, and socially assertive” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu yang tipe kepribadian ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia
objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran,
perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan
sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya;
lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata,
1998).
Jung (dalam Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa setiap orang memiliki
kapasitas untuk kedua sikap tersebut, tetapi hanya satu yang dominan dan sadar dalam
kepribadiannya, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego
lebih bersifat ekstrovert dalam relasinya dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya
akan bersifat introvert.
Menurut Jung (dalam Ambarita, 2004) tipe-tipe ini dapat kita jumpai pada
semua lapisan masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan, pada orang dewasa
ataupun anak-anak. Pendidikan, lingkungan, jenis kelamin atau umur tidak berpengaruh
pada terjadinya tipe-tipe ini. Dikatakan juga bahwa dalam satu keluarga kedua tipe ini
dapat ditemukan sekaligus. Jadi sikap kedua tipe ini terhadap dunia luar atau
Universitas Sumatera Utara
lingkungan sekitarnya bukanlah sikap yang diambil dengan sadar dan sengaja. Sikap
yang demikian harus kita anggap mempunyai sebab tak sadar dan instinktif atau lebih
tegas lagi dapat dikatakan bahwa tipe ini dalam lapangan ilmu jiwa memiliki dasar
biologis (dalam Ambarita, 2004). Jung menganggap sikap manusia terhadap dunia luar
itu sebagai suatu soal penyesuaian diri, sebab cara suatu tipe menyesuaikan diri dengan
dunia luar akhirnya akan bergantung kepada pembawaan si anak itulah yang pertama-
tama akan menentukan ke dalam tipe mana kelak ia masuk. Pembawaan itu pula yang
menentukan bagaimana anak itu akan menyesuaikan diri dengan dunia luar.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi tipe kepribadian introvert
dan ekstrovert yang diajukan oleh Jung, yaitu suatu bentuk arah orientasi sikap jiwa,
ada yang menuju ke luar dirinya (ekstrovert) dan menuju ke dalam dirinya (introvert).
Ciri-Ciri Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Tahun 1962 Isabel Myers meringkas buku tipe psikologi Jung dan bersama
ibunya Katharyn Briggs membuat alat tes Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang
bertujuan untuk membuat sebuah psikotes, yang dapat menggolongkan manusia sesuai
dengan teori Jung, sekaligus merumuskan teori Jung untuk penggunaan praktis (dalam
Ambarita, 2004). Berdasarkan MBTI (dalam Kevin, 1993) dapat diuraikan ciri-ciri tipe
kepribadian Jung. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert ciri-cirinya adalah :
a. Ekstrovert
1. Senang berbicara
2. Mudah menjalin hubungan dengan orang lain
3. Mudah mengekspresikan perasaan
Universitas Sumatera Utara
4. Senang menceritakan pengalaman kepada orang lain
5. Senang melakukan pembicaraan dengan orang lain
6. Aktif dan enerjik
7. Lebih banyak berbicara daripada mendengar
8. Mudah untuk mengekspresikan pendapat tentang suatu hal
9. Senang memberi pendapat secara aktif dari pada hanya memikirkan saja
b. Kepribadian Introvert :
1. Senang berdiam diri
2. Lebih senang berpikir
3. Suka menarik diri
4. Berhenti sejenak jika sedang merasa ragu-ragu
5. Suka mengekpresikan dengan cara lain jika ingin mendeskripsikan sesuatu
6. Sering menahan rasa senang, sedih di dalam hati
7. Menyatakan diri secara perlahan-lahan
8. Lebih memilih menahan ide didalam pikiran sendiri
9. Sering menahan emosi.
Mahasiswa
Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi. Bila ditinjau dari segi biologis dan perkembangannya
mahasiswa termasuk dalam masa remaja akhir.
Universitas Sumatera Utara
Lazimnya masa remaja merupakan masa yang dimulai pada saat seorang anak
secara seksual menjadi matang dan berakhir sat ia mencapai usia kematangan secara
hukum. Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1999), secara global seseorang
dikatakan memasuki masa remaja saat ia memasuki anatar 12-21 tahun, dimana remaja
awal ada pada usia 12-15 tahun, dimana remaja tengah ada pada usia 15-18 tahun,
dimana remaja awal ada pada usia 18-22 tahun. Hal senada juga diungkapkan oleh
Hurlock (1999) bahwa masa remaja akhir berada pada renatng usia 18/19-22/23 tahun.
Garis pemisah antara remaja awal dengan remaja akhir terletak kira-kira di usia
17 tahun, saat seorang remaja dianggap oleh orangtuanya hamper dewasa dan
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau mendapatkan pelatihan
ketenagakerjaan tertentu (Hurlock,1999).
Menurut Winkel (1997), mahasiswa merupakan kelompok usia remaja akhir
dan dewasa awal yang meliputi rentang umur 1-18 tahun sampai 24-25 tahun. Rentang
umur ini masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode 17-18 tahun sampai 21-22 tahun dari
semester 1 sampai semester 4 dan periode 21-22 sampai usia 24-25 yaitu mahasiswa
semester 5 sampai semester 8. Lebih lanjut, Winkel mengemukakan bahwa mahasiwa
yang sedang memasuki masa remaja akhir dan masuk ke masa dewasa awal memiliki
ciri-ciri: stabilitas kepribadian yang relative stabil namun belum matang, pandangan
yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungannya, memiliki kemampuan untuk
menghadapi segala macam permasalahan secara lebih matang dan muali berkurangnya
gejolak-gejolak perasaannya
Hal senada juga dikemukakan oleh Mappiare (1984) yang menyatakan bahwa
mahasiswa memiliki sikap yang relative stabil. Sikap yang relative stabil ini memiliki
Universitas Sumatera Utara
arti ia masih mudah untuk dipengaruhi oleh propaganda orang lain, berdasrkan penilain
baik-buruk, salah-benar. Lebih lanjut Mappiare (1984) mengatatakan bahwa remaja
yang memiliki sikap yang relative stabil tersebut akan berusaha menyesuaikan diri
secara pribadi maupun social dengan teman sebaya terutama dalam hal penampilan dan
pembelian suatu produk.
Menurut Hurlock (1999), mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya
berada diluar rumah bersam-sama dengan teman sebayanya sehingga dengan mudah ia
akan terpengaruh oleh sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku teman-
temannya daripada niali-nilai yang dianut oleh orang tuanya . dengan kata lain mereka
beranggapan bahwa dengan memakai model suatu produk tertentu mereka akan mudah
diterima oleh teman-teman sebayanya atau diterima oleh suatu kelompok social tertentu
atau bahkan malah dianggap berasal dari kelompok social ekonomi tertentu.
Lebih lanjut Hurlock (1999) menambahkan bahwa bagi mahasiswa adalah hal
yang sangat penting untuk mendapatkan dukungan social, popularitas dll.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa rentang usia
mahasiswa ada pada usia 18/19-22/23 tahun dan biasanya sedang melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi. Sebagi remaja mereka memiliki sikap, pandangan dan
kepribadian yang mulai stabil dalam menghadapi dunia disekitarnya. Penyesuaian diri
pribadi dan penyesuaian social yang dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya dan
juga public figure yang mereka idolakan
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri di
Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Jl. Dr. Mansyur Padang
Bulan Kecamatan Medan Baru.
Universitas ini terdiri dari 12 Fakultas yang membawahi beberapa jurusan baik
program Diploma-3, Diploma-4, Strata-1 (S-1) bahkan program Pasca Sarjana baik
Strata-2 (S-2) maupun Strata-3 (S-3). Universitas Sumatera Utara juga menyediakan
program pendidikan keprofesian seperti, Dokter Spesialis, Dokter gigi, Apoteker,
Notariat, Psikolog, Pengacara.
Berikut daftar Fakultas beserta Program Studi Strata-1 (S-1) yang ada di
Universitas Sumatera Utara (www.usu.ac.id):
1. Fakultas Kedokteran (FK)
Fakultas ini membawahi 2 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Ilmu Kedokteran Umum dan S-1 Ilmu Keperawatan.
2. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Biostatistika, S-1 Ilmu gizi, S-1 Epidemiologi, S-1 Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, S-1 Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku, S-1
Kesehatan lingkungan, S-1 Kesehatan reproduksi dan S-1
Administarsi dan Kebijakan Kesehatan
3. Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)
Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
4. Fakultas Sastra (FS)
Fakultas ini membawahi 8 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu Bahasa
dan Sastra Indonesia, S-1 Bahasa dan Sastra Inggris, S-1 Bahasa dan
Sastra Arab, S-1 Bahasa dan Sastra Melayu, S-1 Bahasa dan Sastra
Cina, S-1 Bahasa dan Sastra Daerah, S-1 Etnomusikologi dan S-1
Ilmu Sejarah.
5. Fakultas Hukum (FK)
Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Ilmu Hukum.
6. Fakultas Ilmu Social Dan Ilmu Politik (FISIP)
Fakultas ini membawahi 6 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Administrasi Negara, S-1 Ilmu Komunikasi, S-1 Kesejahteraan
Sosial, S-1 Sosiologi, S-1 Antropologi, S-1 Ilmu Politik.
7. Fakultas Pertanian (FP)
Fakultas ini membawahi 11 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Pemuliaan Tanaman, S-1 Teknik Pertanian, S-1 Penyuluhan
Pertanian, S-1 Budidaya Pertanian (Agronomi), S-1 Produksi
Ternak, S-1 Budidaya Hutan, S-1 Ilmu Tanah, S-1 Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, S-1 Social Ekonomi Pertanian, S-1 Teknik
Hasil Pertanian dan S-1 Managemen Hutan.
8. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara
Fakultas ini membawahi 5 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Matematika, S-1 Fisika, S-1 Kimia, S-1 Komputer dan S-1 Biologi.
9. Fakultas Farmasi (FF)
Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Farmasi.
10. Fakultas Teknik (FT)
Fakultas ini membawahi 7 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Teknik Sipil, S-1 Teknik Mesin, S-1 Teknik Elektro, S-1 Teknik
Industri, S-1 Kimia, S-1 Arsitektur dan S-1 Teknik Piranti Lunak.
11. Fakultas Psikologi (F.Psi)
Fakultas ini membawahi 1 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Psikologi.
12. Fakultas Ekonomi (FE)
Fakultas ini membawahi 4 Program Studi Strata-1 (S-1) yaitu S-1
Akuntasi, S-1 Managemen, S-1 Ekonomi Pembangunan, S-1
Akuntasi Kelas Ekstension..
Perbedaan Perilaku Konsumtif Individu yang Berkepribadian
Ekstrovert dan yang Berkepribadian Introvert.
Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang tidak didasarkan pada
pertimbangan yang rasional dan memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi
sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan faktor keinginan dari pada
kebutuhan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, pengunaan
Universitas Sumatera Utara
segala hal yang paling mewah yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik.
Perilaku konsumtif ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Dalam
faktor eksternal, perilaku konsumtif individu dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas social,
kelompok-kelompok sosial dan referensi serta keluarga sedangkan pada faktor internal
yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri,
observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri (Sumartono, 2002).
Dalam hal ini kepribadian adalah salah satu faktor internal yang mmepengaruhi
perilaku konsumtif individu, dimana setiap tipe kepribadian mempunyai perilaku
konsumtif yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan Karena kepribadian mengarahkan
individu untuk membeli produk sesuai dengan membeli produk-produk yang tersedia
dipasaran akan menyesuaikan pembeliannya sesuai dengan tipe kepribadiannya masing-
masing. Orang yang kepribadiannya ektrovert dan orang yang kepribadiannya introvert
akan berbeda dalam perilaku konsumtifnya
Pada individu yang tipe kepribadiannya ekstrovert terutama dipengaruhi oleh
dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran,
perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan
sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya;
lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (Suryabrata, 1998).
Dalam hal ini individu yang berkepribadian ekstrovert, perilaku konsumtifnya lebih
banyak ditujukan untuk membeli barang yang menunjukkan dirinya siapa atau dengan
kata lain membeli barang diluar kebutuhan pokoknya, sehingga orang-orang dapat
mengerti dan dapat melihat keadaan diri individu tersebut. Atau dengan kata lain
Universitas Sumatera Utara
individu yang berkepribadian ekstrovert yang lebih mudah bergaul kemungkinan akan
lebih konsumtif dalam membeli produk (Hawkins dkk, 1986).
Sedangkan individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia
subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke
dalam : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor
subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul,
sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain
(Suryabrata, 1998). Karena orientasinya terutama tertuju pada dunia dalam pikirannya
sendiri maka individu yang berkepribadian introvert lebih banyak membeli barang yang
hanya untuk keperluan pokok saja dan sangat jarang membeli barang diluar kebutuhan
pokoknya (Hawkins dkk, 1986). Selanjutnya Keith (1985) mengatakan bahwa orang
yang ekstrovert lebih banyak membeli barang yang menunjukkan jati dirinya daripada
orang introvert.
Hawkins (1986) mengatakan bahwa faktor konsumtif selain dipengaruhi oleh
nilai-nilai didalam masyarakat dan keluarga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya
termasuk kepribadian. Artinya ketika seseorang melakukan pembelian suatu produk
maka banyak hal yang dipertimbangkannya.
Dengan kata lain, dapat dirumuskan bahwa perilaku konsumtif dipengaruhi antara
lain oleh faktor kepribadian pada diri individu. Dengan kepribadian ekstrovert maupun
introvert yang dimiliki mahasiswa maka ia akan memiliki sikap yang berbeda dalam
melihat dunia sekitarnya, yang berdampak pula dalam aktivitasnya dalam masyarakat
ketika berhubungan dengan orang lain, termasuk dalam membeli, menggunakan suatu
produk
Universitas Sumatera Utara
Hipotesa Penelitian
Dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesa sebagi jawaban sementara dari
permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :” Ada perbedaan perilaku konsumtif mahasiswa yang
berkepribadian ektrovert dengan mahasiswa yang berkepribadian introvert”
Universitas Sumatera Utara
top related