BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 ... II Kajian...Kedua negara melakukan pertukaran jika masing-masing negara melakukan pembagian kerja berdasarkan keahlian
Post on 30-Mar-2019
221 Views
Preview:
Transcript
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Dan Konsep
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Terdapat dua alasan pokok mengapa aktivitas ekonomi secara keseluruhan dipengaruhi
oleh perdagangan internasional. Pertama, walaupun liberalisasi perdagangan setiap negara
berbeda-beda liberalisasi dan investasi membuat penurunan hambatan terhadap masuknya modal,
arus barang, tarif, kuota, dan pengendalian terhadap mata uang. Kedua, makin rendahnya biaya
teknologi dan komunikasi berpengaruh sangat pesat terhadap pengurangan biaya dan
penyempitan dalam ruang ekonomi. Sehingga hal ini menyebabkan terjadinya globalisasi pasar.
Setiap negara yang melakukan pertukaran atau perdagangan dengan negara lain akan
memperoleh manfaat dalam pertukaran. Pertama, pertukaran terhadap barang yang tidak mampu
diproduksi secara efisien. Kedua, efisiensi terhadap faktor produksi yang dimiliki. Ketiga,
produsen tidak harus mengandalkan pasar domestik untuk menjual barangnya. Keempat, Dengan
melakukan pertukaran pasar akan semakin luas sehingga meningkatkan keuntungan. Kelima,
pembaharuan teknologi membuat produsen mampu meningkatkan output.
Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori
klasik dan teori modern. Teori klasik yang banyak dikenal adalah teori keunggulan absolut dari
Adam Smith dan teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari David Ricardo. Teori
modern diwakili oleh teori proporsi faktor dari Hecksher dan Ohlin, dan teori International
Product Life Cycle dari R.Vemon. Berikut ini adalah pemaparan dari teori-teori tersebut.
1) Teori Klasik
Peran pemerintah dalam paham ini sangat dibatasi untuk meningkatkan persaingan
sehingga akan tercapai peningkatan produksi dan konsumsi secara efektif. Sehingga teori ini
mendasari kebijsaksanaan bisnis internasional berdasarkan perdagangan yang liberal. Adam
Smith pada tahun 1917 dalam The Wealth of Nations mencetuskan kebijakan perdagangan bebas.
Kedua negara melakukan pertukaran jika masing-masing negara melakukan pembagian kerja
berdasarkan keahlian terhadap barang yang diproduksi sehingga menimbulkan efisiensi.
Sehingga teori nilai tenaga kerja dalam teori Absolute Advantage yang menjadi pusat perhatian
Adam Smith.
Teori Comparative Advantage yang dikembangkan oleh David Ricardo merupakan
pemekaran dari teori yang dijelaskan oleh Adam Smith. David Ricardo menjelaskan produk yang
dihasilkan tidak harus secara penuh memiliki keadaan lebih unggul dari negara lain akan tetapi
memiliki nilai perbandingan, sehingga dapat melakukan pemusatan produksi dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya produksi. Perdagangan internasional terjadi melalui hukum
perbandingan biaya produksi antar negara. Sedangkan teori nilai tenaga kerja tidak dapat
terpakai. Teori yang dijelaskan oleh David Ricardo menjeslakan bahwa negara mendapatkan
keuntungan dari penggunaan secara efisien terhadap tenaga kerjanya, berbeda dari Adam Smith
yang menyatakan keuntungan perdagangan didapatkan secara mutlak.
David Ricardo menjelaskan bahwa negara dapat menciptakan keunggulan komparatifnya
sendiri. Penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi
negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas
ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam
persaingan internasional. Sehingga keunggulan komparatif dapat diciptakan walaupun negara
memiliki keterbatasan dalam ketersediaan sumber daya alam.
2) Era Merkantilisme
Perkembangan pemikiran ekonomi tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat. Sebelum abad ke-17 kegiatan ekonomi pada umumnya masih bersifat kecil-kecilan,
yang hanya ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Tetapi pada abad ke-17
terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat.
Kalau dahulu kegiatan ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, sekarang karena
adanya surplus hasil pertanian maka mulai dikenal perdagangan, baik dalam maupun luar negeri.
Istilah merkantilisme berasal dari kata merchant, yang berarti pedagang. Menurut paham
merkantilisme, tiap negara yang berkeinginan untuk maju harus melakukan perdagangan dengan
negara lain. Sumber kekayaan negara akan diperoleh melalui surplus perdagangan luar negeri
yang akan diterima dalam bentuk emas atau perak. Bagi penganut merkantilisme sumber
kekayaan negara adalah dari perdagangan luar negeri, dan uang sebagai hasil surplus
perdagangan adalah sumber kekuasaan. Tidak heran kalau kebijaksanaan perdagangan waktu itu
sangat mendorong ekspor, dan sedapat mungkin berusaha agar impor dibatasi.
Tokoh-tokoh merkantilisme sangat banyak, beberapa di antaranya adalah Jean Babtis
Colbert (1619-1683) merupakan bukan ahli ekonomi, melainkan pejabat negara Perancis dengan
kedudukan sebagai Menteri Utama di bidang ekonomi dan keuangan dalam pemerintahan Raja
Louis XIV. Pada masa itu perdagangan luar negeri dianggap sebagai sumber utama
kemakmuran, maka sebagai konsekuensinya kedudukan kaum saudagar semakin penting. Aliansi
antara para saudagar dengan penguasa banyak terjadi dalam praktek ekonomi. Kaum saudagar
memperkuat dan mendukung kedudukan penguasa, dan penguasa memberi bantuan dan
perlindungan berupa monopoli, proteksi dan keistimewaan-keistimewaan lainnya. Abad ke-17
dan 18 di Eropa dianggap sebagai zaman kapitalisme komersil (commercial capitalism), sebab
kaum saudagarlah yang memegang kendali utama perekonomian.
David Hume (1711-1776) adalah kawan dekat Adam Smith yang sebenarnya lebih dikenal
sebagai filsuf daripada pakar ekonomi. Bagaimanapun kontribusinya terhadap pemikiran-
pemikiran ekonomi cukup besar, sebab ia dan Smith sering mendiskusikan pandangan-
pandangan mereka bersama-sama, dan dari hasil diskusi ini jelas akan mempengaruhi jalan
pikiran masing-masing. Salah satu buku yang ditulis oleh Hume adalah Of the Balance of Trade,
yang membicarakan tentang harga-harga yang sebagiannya dipengaruhi oleh jumlah barang dan
sebgaian lagi dientukan oleh jumlah uang.
2.1.2 Konsep Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan aset eksternal yang berada di bawah kontrol Bank Indonesia
selaku otoritas moneter. Cadangan devisa digunakan untuk membiayai ketidakseimbangan
neraca pembayaran, melakukan intervensi di pasar dalam rangka memelihara nilai tukar, dan
tujuan lainnya sebagai bantalan terhadap kewajiban Indonesia. Kuat lemahnya perekonomian
suatu negara dilihat dari cadangan devisa negara tersebut. Kegiatan ekspor maupun impor
mempengaruhi perubahan pada cadangan devisa. Beban utang luar negeri, baik pemerintah
maupun swasta dapat menekan cadangan devisa (Bellia Novianti, et.al 2012). Cadangan devisa
digunakan sebagai pengatur permintaan dan penawaran valuta asing dalam transaksi
perdagangan. Semakin banyak suatu negara memiliki likuiditas asset luar negeri maka negara
semakin siap terhadap krisis yang akan terjadi.
Cadangan devisa adalah penjumlahan transaksi modal dan ekspor neto atau dapat
dikatakan cadangan devisa merupakan transaksi modal ditambah dengan ekspor neto, dalam
rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut:
CDVt = CDVt-1 + TBt + TMt
dimana:
CDVt` = Cadangan devisa saat ini
CDVt-1 = Cadangan devisa sebelumnya
TBt = Transaksi berjalan
TMt = Transaksi modal
Neraca pembayaran dibagi ke dalam dua laporan utama yaitu transaksi berjalan dan
transaksi modal. Cakupan dari transaksi berjalan diantaranya barang dan jasa, pendapatan
investasi (deviden, bunga, sewa, dan laba yang dibayarkan merupakan sumber devisa), dan
pembayaran transfer neto. Sedangkan cakupan dari transaksi modal adalah apa yang tidak di
catat di dalam transaksi berjalan, misalnya perdagangan sekuritas, perubahan aktiva dari negara
tersebut (Case & Fair, 2004).
2.1.3 Konsep Ekspor Neto
Ekspor neto (net export) adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain
dikurang nilai barang dan jasa yang di impor dari negara lain Mankiw (2006). Ekspor neto
bernilai positif ketika nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan negatif ketika nilai impor lebih
besar dari pada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan pengeluaran neto dari luar negeri atas
barang dan jasa, yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik. Sebagian output dijual
untuk domestik dan sebagian di ekspor ke luar negeri. Pada perekonomian terbuka pengeluaran
atas output dibagi menjadi empat komponen, yaitu:
Cd, konsumsi barang dan jasa domestik,
Id, Investasi dalam barang dan jasa domestik,
Gd, pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik,
EX, ekspor barang dan jasa domestik.
Persamaan dari keempat komponen tersebut akan menjadi:
Y = Cd + I
d + G
d + EX
Jumlah dari tiga komponen pertama (Cd + I
d + G
d) adalah pengeluaran domestik atas
barang dan jasa domestik. Komponen keempat EX adalah pengeluaran luar negeri atas barang
dan jasa domestik.
Pengeluaran domestik atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran domestik
untuk barang dan jasa domestik serta barang dan jasa mancanegara. Konsumsi total C sama
dengan konsumsi barang dan jasa domestik Cd ditambah konsumsi barang dan jasa mancanegara
Cf; investasi total I sama dengan investasi dalam barang dan jasa domestik I
d ditambah investasi
dalam barang dan jasa mancanegara If; dan belanja pemerintah total G sama dengan belanja
pemerintah atas barang dan jasa domestik Gd
ditambah belanja pemerintah atas barang dan jasa
mancanegara Gf, jadi
C = Cd + C
f,
I = Id + I
f, G = G
d + G
f
Jika disubstitusikan tiga persamaan tersebut kedalam persamaan diatas, maka
Y = (C – Cf) + (I - I
f) + (G – G
f) + EX
Y = C + I + G + EX – (Cf + I
f + G
f)
Jumlah pengeluaran domestik atas barang dan jasa mancanegara (Cf + I
f + G
f) adalah
pengeluaran untuk impor (IM). Identitas perhitungan pendapatan nasional di atas menjadi
Y = C + I + G + EX – IM
Pengeluaran untuk impor dimasukkan dalam pengeluaran domestic (C + I + G), dan karena
barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri bukanlah bagian dari output suatu negara, maka
persamaan ini harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Ekspor neto (net exports)
didefinisikan sebagai ekspor dikurangi impor (NX = EX – IM), identitas tersebut menjadi
Y = C + I + G + NX
Persamaan itu menyatakan bahwa pengeluaran atas output domestik adalah jumlah dari
konsumsi, investasi, belanja pemerintah, dan ekspor neto. Identitas perhitungan pendapatan
nasional menujukkan hubungan antara output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor neto.
Persamaan tersebut menjadi
NX = Y – (C + I + G)
Ekspor Neto = Output – Pengeluaran Domestik
Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran domestik
tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Jika output melebihi pengeluaran domestik, kita
mengekspor perbedaan itu: ekspor neto adalah positif. Jika output lebih kecil dari pengeluaran
domestik, kita mengimpor perbedaan itu: ekspor neto adalah negatif.
Selisih antara ekspor dan impor yang dilakukan merupakan ekspor neto bagi negara
tersebut. Positifnya nilai ekspor neto berarti nilai ekspor lebih besar dari nilai impor dan negatif
ketika nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor. Ekspor neto menunjukkan hasil pertukaran
dengan mitra luar terhadap barang dan jasa, yang memberikan pendapatan bagi produsen
domestik. Negara yang mengalami kekurangan hasil output barang dan jasa, hal ini bukanlah
masalah besar. Pengeluaran domestik dalam perekonomian terbuka tidak perlu sama dengan
output barang dan jasa. Output yang akan ditukarkan melebihi pengeluaran domestik maka
ekspor neto mencapai nilai positif. Output yang akan ditukarkan lebih kecil dari pengeluaran
domestik, artinya dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut sehingga nilai ekspor
neto menjadi negatif (Mankiw, 2006).
Keberhasilan ekspor digunakan sebagai ukuran daya saing industri suatu negara dalam
menghasilkan pertumbuhan perekonomian yang lebih baik. Ekspor mendorong ekonomi negara
dengan cara peningkatan produktivitas akibat perluasan pasar. Hubungan pasar global baru dan
besar membantu dalam melatih tenaga kerja guna meningkatkan kemampuan baik teknis dan
manajemen. Peningkatan dalam penerimaan ekspor tentunya hal ini akan berimbas terhadap
semakin meningkatnya penerimaan negara berupa devisa yang diperoleh dalam perdagangan.
2.1.4 Konsep Kurs
Nilai tukar di definisikan sebagai harga mata uang dalam negeri dari mata uang asing.
Keseimbangan nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran negara terhadap mata uang
asing. Permintaan valuta asing berasal dari keinginan untuk mengimpor atau membeli barang
dan jasa dari negara lain dan melakukan investasi di luar negeri. Penawaran valuta asing berasal
dari ekspor atau penjualan barang dan jasa ke negara lain dan melalui arus masuk investasi asing
(Dominick Salvatore, 2007).
Jika harga mata uang dalam negeri dari mata uang asing meningkat maka mata uang dalam
negeri mengalami depresiasi, maka harga impornya naik dan harga ekspornya turun (dalam mata
uang asing) turun. Sebaliknya penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing
disebut dengan apresiasi.
(1) Penentuan Kurs Valuta Asing
Penentuan kurs valuta asing dapat dibedakan berdasarkan dua sistem yaitu kurs tetap dan
kurs fleksibel Sadono Sukino (2012).
a) Kurs tetap merupakan sistem penentuan nilai mata uang asing dimana bank sentral
menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan harga tersebut tidak diubah
dalam jangka masa yang lama. Transaksi mata uang akan menggunakan kurs yang
ditetapkan oleh bank sentral. Jual beli mata uang asing yang dilakukan lembaga-lembaga
keuangan terutama bank perdagangan akan menggunakan kurs yang ditetapkan ini. Bank
sentral memiliki peran dalam mengatur kestabilan kurs valuta asing secara aktif dengan
menjalankan kegiatan jual beli mata uang asing di pasaran.
b) Kurs valuta asing fleksibel, harga valuta asing ditetapkan oleh permintaan dan penawaran
valuta asing di pasaran. Penentuan kurs pertukaran dalam sistem ini bank sentral tidak
perlu secara aktif menyertai jual beli valuta asing di pasaran. Fleksibilitas harga valuta
asing akan menjamin tercapainya keadaan dimana permintaan valuta asing adalah sama
dengan penawaran valuta asing.
(2) Nilai Tukar
Nilai tukar efektif (effective exchange rate) adalah bobot rata-rata nilai tukar antara mata
uang dalam negeri dengan rekan dagang negara yang paling penting, dengan bobot diberikan
melalui pengaruh relatif perdagangan negara dengan salah satu dari rekan dagangnya (Dominick
Salvatore, 2014).
a) Nilai tukar mata uang nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antara
dua negara. Istilah nilai tukar mata uang antara dua negara yang diberlakukan di pasar
valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal ini.
b) Nilai tukar mata uang riil merupakan perbandingan harga relatif dari barang yang
terdapat di dua negara. Nilai tukar mata uang riil menyatakan tingkat harga dimana kita
bisa memperdagangkan barang dari satu negara dengan negara lain.
(3) Istilah-Istilah Dalam Nilai Tukar
a) Nilai tukar Spot. Jenis paling umum transaksi valuta asing melibatkan pembayaran dan
penerimaan valuta asing selama dua hari bisnis setelah hari transaksinya disepakati.
Periode dua hari memberikan waktu yang cukup bagi pihak tersebut untuk mengirim
perintah debit dan kredit ke rekening bank yang sesusi di dalam dan di luar negeri. Jenis
transaksi ini disebut transakasi spot, dan nilai tukar saat transaksi berlangsung disebut
spot. Selain transaksi spot, terdapat transaksi forward. Transaksi forward melibatkan
kesepakatan saat ini untuk membeli atau menjual sejumlah valuta asing tertentu pada
tanggal yang ditentukan di masa datang dengan tingkat yang disetujui saat ini (forward).
b) Nilai Tukar Forward, jika kurs forward di bawah kurs spot saat ini, valuta asing
dikatakan berada pada diskonto forward terhadap mata uang dalam negeri. Di lain pihak,
jika kurs forward di atas kurs spot saat ini, mata uang asing dikatakan berada pada premi
forward.
c) Swap Mata Uang, mengacu pada penjualan kurs spot mata uang yang digabungkan
dengan pembelian forward mata uang yang sama, sebagai bagian dari transaksi tunggal.
d) Future Valuta Asing, merupakan kontrak forward untuk sejumlah mata uang baku dan
waktu kalender terpilih yang diperdagangkan di pasar yang dikelola (valuta). Pasar future
berbeda dari pasar forward saat pasar future hanya sedikit mata uang yang
diperdagangkan. Perdagangan terjadi pada kontrak baku saja, untuk beberapa waktu
pengiriman tertentu dan tunduk pada batasan harian fluktuasi nilai tukar. Perdagangan
future hanya terjadi di beberapa lokasi geografis.
e) Option valuta asing, merupakan kontrak yang memberikan pembeli hak, namun bukan
obligasi untuk membeli (call option) atau menjual (put option) sejumlah baku mata uang
yang diperdagangkan pada waktu yang disebutkan atau pada waktu sebelum waktu
disebutkan dan pada harga yang disebutkan.
(4) Lindung Nilai Dan Spekulasi Nilai Tukar
Lindung nilai mengacu pada penghindaran risiko valuta asing atau penutupan posisi
terbuka. Di dunia ketidakpastian valuta asing, kemampuan pedagang dan investor untuk
melakukan lindung nilai memudahkan arus perdagangan dan investasi intenasional. Tanpa
lindung nilai akan terdapat arus modal internasional yang lebih kecil, lebih sedikitnya
perdagangan dan spesialisasi produksi, dan semakin sedikitnya manfaat dari perdagangan.
Penutupan risiko valuta asing di pasar spot memiliki kerugian yang sangat serius. Untuk
menghindari kerugian kurs spot dalam waktu yang ditentukan lebih tinggi dari kurs spot saat ini,
lindung nilai biasanya berlangsung di pasar forward (Dominick Salvatore, 2014).
Spekulasi merupakan kebalikan dari lindung nilai. Sementara pelaku lindung nilai
mencoba untuk menutup risiko valuta asing, spekulan menerima dan bahkan mencari-cari risiko
valuta asing, atau posisi terbuka demi harapan untuk menghasilkan keuntungan. Jika spekulan
meramalkan dengan tepat perubahan kurs spot di masa datang, ia menghasilkan keuntungan. Jika
sebaliknya ia menanggung kerugian. Spekulasi dapat menstabilkan atau tidak dapat
menstabilkan. Spekulasi stabil mengacu pada pembelian mata uang asing ketika harga dalam
negeri mata uang asing (yakni nilai tukar) menurun atau rendah, dengan harapan bahwa akan
segera meningkat sehingga menghasilkan keuntungan. Spekulasi tidak stabil mengacu pada
penjualan mata uang asing ketika nilai tukarnya menurun atau rendah dengan harapan bahwa
akan menurun bahkan lebih rendah di masa datang (Dominick Salvatore, 2014).
Spekulan biasanya merupakan seseorang atau perusahaan yang kaya, bukan bank. Akan
tetapi seseorang yang harus melakukan pembayaran dalam mata uang asing di masa datang dapat
berspekulasi dengan mempercepat pembayaran jika ia memperkirakan nilai tukarnya meningkat
dan membatalkannya jika ia memperkirakan nilai tukarnya turun, ketika seseorang yang harus
menerima pembayaran di masa datang dalam mata uang asing dapat berspekulasi dengan
menggunakan taktik terbalik.
(5) Stabilisasi Nilai Tukar
Bank sentral dalam suatu negara tertentu berperan melakukan stabilisasi nilai kurs. Tujuan
stabilisasi pada umumnya untuk mempengaruhi harga dari mata uangnya dibandingkan dengan
perdagangan valuta utama (mayor) atau sebuah negara yang melakukan kurs tetap (fixed)
terhadap mata uang negara lain. Intervensi dilakukan jika terjadi gejolak di pasar kurs valuta
asing. Intervensi di pasar valuta asing bertujuan menjaga agar nilai tukar tetap stabil. Campur
tangan atau intervensi adalah proses menggunakan cadangan valuta asing untuk membeli mata
uang milikinya sendiri dalam rangka mengurangi persediannya di dalam pasar sehingga dapat
meningkatkan nilai mata uang tersebut di dalam pasar atau, hal sebaliknya, menjual mata
uangnya untuk mendapatkan mata uang negara lain dalam rangka meningkatkan persediaan dan
menurunkan harga mata uangnya di dalam pasar.
Kegiatan mengontrol nilai tukar mata uang di Indonesia merupakan tugas dan wewenang
dari Bank Indonesia. Tingkat pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap mata uangnya
berbeda-beda untuk setiap negara. Menurut Domonick Salvatore (2014) alasan bank sentral
dalam mengatur nilai tukar secara umum disebabkan oleh alasan berikut
(a) Menghindari fluktuasi nilai tukar untuk menjaga siklus ekonomi dalam negeri tetap stabil.
Jika pergerakan mata uang menurut bank sentral akan mempengaruhi perekonomian dalam
negeri. Untuk mengurangi dampak fluktuasi tesebut, bank sentral melakukan tindakan atau
usaha untuk mengurangi resiko fluktuasi yang dapat menyebabkan nilai mata uang jatuh.
(b) Menjaga nilai tukar tetap pada rentang kendali. Bank sentral menetapkan rentang kendali
nilai tukarnya dilakukan untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar. Jika nilai tukar
menyimpang dari rentang kendali yang ditetapkan baik formal maupun tidak formal maka
bank sentral akan melakukan intervensi terhadap nilai tukar.
(c) Mengatasi tekanan atau guncangan sementara sehingga dapat bertahan di dalam tekanan
yang tidak pasti.
(6) Intervensi Nilai Tukar
Intervensi dalam nilai tukar dibedakan menjadi dua, yaitu intervensi langsung dan intervensi
tidak langsung.
(a) Intervensi langsung, Jika bank sentral ingin melakukan penurunan nilai tukar terhadap
mata uang (depresiasi) negara lain dengan campur tangan maka bank sentral melakukan
intervensi dengan cara menukar cadangan rupiah yang dimilikinya dengan valuta asing.
Nilai tukar rupiah yang meningkat maka nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain akan mengalami penurunan. Jika bank sentral ingin melakukan peningkatan nilai
tukar rupiah terhadap mata uang (apresiasi), maka untuk menarik rupiah dari pasar bank
sentral akan menjual atau menukarkan valuta asing yang dimilikinya. Nilai tukar dapat
digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkannya. Ketika
pemerintah ingin meningkatkan kondisi perekonomiannya maka pemerintah dapat
menggunakan pasar valuta asing untuk memperkuat atau memperlemah nilai tukar mata
uangnya. Nilai tukar yang lemah dapat meningkatkan ekspor tetapi dapat menurunkan
impor. Jika nilai tukar menguat maka nilai ekspor akan menurun dan impor meningkat.
Jika kebutuhan dalam negeri di dominasi dari impor, maka nilai tukar yang melemah
dapat menyebabkan inflasi bagi negara tersebut. Inflasi akan menurun jika mata uang
negara tersebut menguat.
(b) Intervensi Tidak Langsung, Bank Sentral juga bisa memepengaruhi nilai tukar secara
tidak langsung dengan cara mengelola faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap nilai
tukar. Perubahan kurs suatu valuta asing dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
presentase perubahan kurs spot, perubahan diferensial inflasi Rupiah Indonesia dengan
inflasi negara asing, perubahan diferensial antara tingkat suku bunga Indonesia dengan
suku bunga negara asing, perubahan diferensial antara tingkat pendapatan Indonesia
dengan tingkat pendapatan negara asing, perubahan pada pengendalian pemerintah, dan
perubahan prediksi kurs nilai tukar masa depan.
2.1.5 Penanaman Modal Asing
Investasi asing langsung merupakan faktor utama siklus investasi suatu negara tertentu dan
mereka memiliki banyak efek langsung dan tidak langsung terhadap pertumbuhan dan stabilitas
seluruh perekonomian. Penanaman modal asing merupakan stimulus utama dalam pertumbuhan
modal domestik bruto, cadangan devisa dan infrastruktur. Selain itu modal asing yang masuk
memberikan dampak positif melalui transfer teknologi. Investasi asing juga dapat sebagai alat
keseimbangan dalam neraca pembayaran. Modal asing yang masuk memberikan dampak positif
dari waktu ke waktu terhadap pertumbuhan ekonomi secara dinamis (Sun Wankei et al, 2009).
Menurut Mankiw (2007) investasi adalah barang dibeli individu dan perusahaan untuk
menambah persediaan modal. Investasi di Indonesia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah penggunaan kekayaan alam masyarakat Indonesia oleh
negara maupun swasta nasional atau swasta asing berdomisili di Indonesia dan Penanaman
Modal Asing merupakan aliran arus modal luar negeri mengalir ke sektor swasta baik melalui
investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung (portofolio investment).
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh
penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan modal asing merupakan modal
yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan
hukum asing, dan atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki
oleh pihak asing. Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
juga dijelaskan bahwa penanaman modal asing merupakan kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanaman modal dalam negeri.
Investasi asing yang masuk digunakan sebagai modal dalam pembangungan ekonomi.
Selain itu investasi asing yang masuk dapat mempengaruhi penerimaan devisa negara melalui
nilai valuta asing yang bertambah untuk pembelian barang produksi (Rifai Afin, 2008).
(1) Teori Penanaman Modal Asing
Indonesia sebagai negara berkembang tentunya sangat memerlukan investasi demi
tercapainya pertumbuhan ekonomi. Jika dapat dikelola dengan baik, maka investasi asing tidak
akan menimbulkan masalah tetapi sebaliknya memberikan keuntungan.
(a) Teori Neo Klasik, dalam teori yang dikembangkan oleh Sollow menjelaskan bahwa
investasi merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan jika tabungan domestik
tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri dalam mengembangkan perekonomiannya.
Investasi asing diharapkan dapat mancukupi dan mengisi kekosongan persediaan
tabungan dalam negeri, cadangan devisa, penerimaan pemerintah dan transfer
teknologi untuk mencapai target-target pertumbuhan dan pembangunan.
(b) Teori Harrod-Domar, dalam teori dijelaskan bahwa modal yang dikeluarkan
memberikan peran dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Teori ini memandang
bahwa pembentukan modal merupakan pengeluaran yang akan membantu
meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan output baik barang
maupun jasa, dan investasi juga dapat berperan dalam menambah permintaan efektif
seluruh masyarakat.
(2) Tujuan Penanaman Modal
Investasi merupakan faktor pendukung dalam perekonomian terutama untuk negara
berkembang. Adapun tujuan penyelenggaraan penanaman modal
(a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
(b) Menciptakan lapangan kerja
(c) Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
(d) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
(e) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
(f) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
(g) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri
(h) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(3) Pro dan Kontra Penanaman Modal Asing
Ada pihak yang setuju dan tidak setuju dengan datangnya investasi asing. Hal ini
dikarenakan, investasi asing yang memiliki sifat hot money yang dapat datang dan pergi sesuai
dengan keadaan ekonomi pada saat itu. Terutama dengan meningkatnya pertambahan valuta
asing yang didapatkan dari penjualan maupun pembelian aset. Sehingga bertambahnya valuta
asing menyebabkan cadangan devisa berupa valuta asing bertambah.
Memperbaiki efisiensi perekonomian diperlukan keterbukaan perekonomian. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan terhadap tenaga kerja dan modal yang tersedia
sehingga mampu meningkatkan efisiensi produksi nasional. Menurut Rifai Afin (2008) Investasi
asing, perdagangan internasional, dan perkembangan pasar keungan dapat memperbaiki
perekonomian suatu negara sehingga inefisiensi dapat diminimalisir dan memperbaiki efisien
perekonomian. Investasi asing memberikan peran dalam perekonomian mengingat tabungan
domestik tidak mencukupi kebutuhan investasi. Namun pemerintah perlu memperhatikan pajak
investasinya, infrastruktur, kemudahan dalam prosedur perijinan, dan peraturan yang mendukung
demi terciptanya iklim investasi dan mendapatkan keuntungan dari multiplier efek investasi yang
masuk.
Berbeda halnya yang dinyatakan oleh Iwan Nataliputra (2015) bahwa negara yang
memiliki modal asing terlalu besar dan bergantung pada modal asing, maka negara tersebut
rentan terjadi gangguan perekonomian lewat penarikan saham asing besar-besaran yang dapat
mengganggu stabilitas mata uang. Walaupun investasi merupakan hal penting dalam
perekonomian, namun pembatasan terhadap masuknya investasi asing dilakukan pembatasan
dalam kepemilikan saham asing (Iwan Nataliputra, 2015).
Modal asing yang masuk ke dalam negeri dapat sebagai pendukung dalam memasuki pasar
dunia. Namun jika tidak diawasi dengan tepat menimbulkan ketergantungan pemerintah dalam
negeri yang jika dibiarkan dapat membahayakan. Hal ini tidak akan buruk jika penanaman modal
asing sejalan dengan kepentingan untuk membangun perekonomian dan kesejahteraan sosial
ekonomi. Diperlukan pengawasan terhadap maksud dan tujuan masuknya modal asing ke dalam
negeri. Sehingga akan meredakan rasa khawatir terhadap masuknya modal asing, karena modal
asing masih sangat diperlukan terutama untuk negara berkembang (Hertiana Ikasari, 2012).
(4) Hal-hal yang dipertimbangkan investor dalam berinvestasi
Perusahaan akan mempertimbangkan keadaan pasar negara tersebut dan melihat resiko
yang akan terjadi. Selain itu menurut Resmini Laura (2012) ketersedian tenaga kerja murah akan
mendorong masuknya investasi asing ke dalam negeri. Investasi asing merupakan modal
pembangungan bagi negara yang kekurangan modal. Positifnya investasi yang masuk ke daerah
adalah terbukanya lapangan pekerjaan, peningkatan terhadap produk domestik bruto, efek
menguntungkan pada neraca pembayaran dan banyak dampak positif lainnya bagi perekonomian
negara. Analisis akan dilakukan investor sebelum memasuki negara tertentu.
2.1.6 Krisis Global
Menurut Faisal Basri (2007) krisis merupakan konsekuensi dari strategi pembangunan
yang diterapkan pemerintah dengan melawan logika pasar. Negara yang tidak memiliki
kemampuan daya saing dalam menghadapi perekonomian terbuka akan menyebabkan inefisiensi
pasar. Perlindungan berlebihan terhadap sektor industri dari persaingan luar akan menyebabkan
industri tersebut tidak mampu melakukan efisiensi produksi. Selanjutnya yang terjadi adalah
pasar tidak berputar sebagaimana mestinya saat terjadi perekonomian terbuka.
Menurut Adiwarman Karim (2007) krisis merupakan bubble ekonomi yang diakibatkan
dari pertumbuhan sektor finansial yang terlalu cepat tetapi tidak diikuti dengan perkembangan
sektor riil. Dampak dari penggelembungan atau bubble ekonomi ini tergantung dari daya tahan
perekonomian sebuah negara. Jika ketidakseimbangan antara sektor finansial dan sektor riil besar
maka daya tahan negara tersebut di dalam menghadapi krisis akan semakin besar.
Setelah Indonesia diguncang dua kali krisis moneter pada tahun 1997-1998 yang berujung
pada tidak hanya krisis moneter tetapi juga krisis sosisal dan politik, dan terulang kembali pada
tahun 2008 yang diakibatkan dari jatuhnya nilai properti Amerika. Eko Supriyanto (2007)
mengungkapkan ada lima hal perlu diwaspadai sebagai kerawanan krisis:
1) Kemampuan cadangan devisa untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan defisit
neraca berjalan serta melindungi nilai tukar dan tentu utang luar negeri.
2) Ketidakseimbangan antara sektor fiskal dan moneter.
3) Penururnan sektor perbankan dalam memberikan kredit sehingga berdampak terhadap
pergerakan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi.
4) Peminjaman valuta asing dalam jumlah besar yang tidak di imbangi dengan kemampuan
menciptakan profit sehingga mengakibatkan kegagalan dalam pembayaran.
5) Ketidakseimbangan sosial politik. Ketidakseimbangan sosial politik menjadi kunci penting
dari jendela krisis. Bila pertikaian politik dan kerusuhan terjadi serta tidak bisa
dikendalikan, tekanan sosial ini akan merembet ke masalah ekonomi. Krisis bisa saja
muncul kapan saja dan faktor kestabilan sosial dan politik ini menempati posisi yang
sangat penting.
Krisis yang baru saja di hadapi Indonesia adalah krisis keuangan global. Krisis ini berawal
dari kesalahan perhitungan dalam pemberian kredit properti di Amerika Serikat yang berakhir
kegagalan pembayaran dalam jumlah besar. Kegagalan dalam kredit properti berujung pada
harga saham global yang merosot. Hal ini terdampak pada melemahnya nilai tukar dollar
Amerika Serikat hingga US$ 1,4967 terhadap Euro. Kegagalan properti juga berdampak
terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika. Di khawatirkan bahwa krisis keuangan
global memberikan pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri. Hal ini dikarenakan negara
Amerika merupakan tujuan ekspor. Walaupun fondasi perekonomian Indonesia sudah mulai
menguat dan di tambah dengan pengalaman Indonesia dalam menghadapi krisis moneter pada
1997-1998.
Terjadi perbedaan gejolak ekonomi di tahun 1998 dengan 2008. Walaupun krisis pada
tahun tersebut sama-sama dipengaruhi oleh gejolak ekonomi eksternal. Menurut Eko Supriyanto
(2007) krisis 1998 yang menyebabkan Bank Indonesia melakukan intervensi besar-besaran
terhadap nilai tukar rupiah, disebabkan oleh tidak adanya statistik yang lengkap dari jumlah
utang luar negeri membuat keadaan semakin panik. Selain itu, kondisi perbankan pada saat itu
tidak kuat. Sedangkan saat krisis ekonomi kembali menghantam di 2008, ini dikenal sebagai
krisis subprime mortgage di Amerika Serikat. Di mana kredit perumahan di AS diberikan kepada
debitur-debitur yang memiliki portofolio kredit yang buruk. Walaupun krisis ini terjadi di negara
lain, namun krisis ini berimbas terhadap perekonomian dalam negeri. Efek dari krisis ini
terhadap perekonomian internal adalah adanya outflow terhadap investasi asing. Setelah
berpengalaman terhadap krisis yang dialami tahun 1998, tahun 2008 sudah terjadi peningkatan
kinerja perbankan Indonesia. Karena pada tahun 1998, fundamental perbankan dalam negeri
tidak terlalu kokoh seperti saat ini.
Krisis dapat menyebabkan perekonomian menurun. Menurut Lepi Tarmidi (1999) jika
negara mengalami krisis maupun imbas krisis hal ini akan berpengaruh terhadap rasa
kepercayaan investor terhadap negara tersebut dalam menanamkan modalnya. Pada akhirnya
penerimaan investasi akan berkurang dan menyebabkan negara kekurangan modal dalam
melakukan pembangunan ekonomi. Selain itu krisis dapat menyebabkan kegiatan ekspor
menurun dan menyebabkan pemasukan devisa berkurang.
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya maka model penelitian dapat
digambakan sebagai berikut ini:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Sebelum Krisis Global 2008 Sesudah Krisis Global 2008
Sumber: Ragil Wijaya, 2011
Ekspor neto
(X1)
Kurs (X2)
PMA (X3)
Cadangan Devisa
(Y,X4)
Ekspor Neto
(X1)
Kurs (X2)
PMA (X3) Dummy Krisis (Y1)
Keterangan: Hipotesis 1
Hipotesis 2 Hipotesis 3
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian sebelumnya dapat dirumuskan rumusan
hipotesis sebagai berikut:
1) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara parsial berpengaruh
signifikan dan positif terhadap cadangan devisa
2) Diduga bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, dan PMA secara simultan berpengaruh
signifikan dan positif terhadap cadangan devisa.
3) Diduga bahwa terdapat perbedaan keadaan ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA, dan
cadangan devisa Indonesia sebelum dan sesudah krisis global 2008.
top related