BAB II BATIK SEBAGAI POTENSI WISATA DI PEKALONGAN A ... · Di daerah-daerah baru tersebut kerajinan batik tetap dikembangkan keluarga keraton disertai modifikasi yang terinspirasi
Post on 21-Aug-2019
214 Views
Preview:
Transcript
BAB II
BATIK SEBAGAI POTENSI WISATA DI PEKALONGAN
A. Pekalongan Sebagai Sentra Batik
Kota Pekalongan boleh dikatakan telah menjadi salah satu kota
referensi bagi produk-produk batik, baik secara Nasional maupun
Internasional. Hal ini diperkuat dengan banyaknya jumlah home industri
pembuatan batik dan juga pasar grosir yang ada di Pekalongan. Berikut ini
beberapa sentra batik di Pekalongan :
1. Pasar Grosir Setono
Ide pembuatan pasar grosir ini muncul setelah para pengusaha Batik
di Kota Pekalongan membuat suatu perhimpunan atau perkumpulan
pengusaha batik, dimana dalam pertemuanya muncul gagasan untuk
menyediakan suatu tempat usaha yang menjadi pusat pemasaran produk
batik. Keberadaan grosir dan showroom batik sangat membantu pengusaha
batik Kota Pekalongan dalam memasarkan produknya serta sangat
memudahkan pembeli atau importir batik dari daerah lain dalam usahanya
mencari produk batik yang mereka inginkan. Para wisatawan yang
menggunakan bis-bis wisata dapat masuk dan berbelanja di kawasan grosir
dengan nyaman serta dapat memilih harga dan motif yang bervariasi. Pasar
grosir setono ini terletak di jalur Pantura jadi lebih mudah wisatawan untuk
berkunjung.
2. Kampung Canting Landung Sari
Kota Pekalongan yang telah di nobatkan sebagai Kota Batik Dunia
(World city of Batik) tentunya tidak terlepas dengan apa yang ada
14
hubunganya dengan batik, canting misalnya alat yang digunakan untuk
pembuatan proses membatik. Di Kota Pekalongan terdapat Kampung
Canting yang beralamat di Landung Sari gang 19 Pekalongan Timur, Kota
Pekalongan. Disini merupakan sebuah paguyuban yang di bentuk oleh
masyarakat di sekitar Landung sari yang notabenennya adalah pengrajin
Canting Batik. Adapun dalam memproduksi canting cap, bahan baku utama
berupa tembaga masih didatangkan dari Tegal. Untuk memproduksi satu
canting itu bisa memproduksi satu bulan di sentra canting itu bisa
memproduksi sebanyak 100 buah. Canting yang sudah selesai diproduksi
harganya paling murah Rp.5000 ribu/buah.
3. Kampung Batik Kauman
Sentra pengrajin batik di daerah Kauman Pekalongan ini menjadi
salah satu desa terpilih dari beberapa desa wisata lainnya yang telah dipilih
secara nasional. Adapun penilaian terkait pemilihan Desa Wisata Nasional
ini ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreativ.
Kampung Batik Kauman bisa rekan-rekan sambangi ketika melalui jalur
pantura, posisinya ada persis di pusat kota, dengan landmark alun-alun kota
Pekalongan dan masjid Jami Kauman Pekalongan. Nah, perkampungan
batik kauman berada persis di belakang masjid jami kauman ini. Anda akan
menemui pemukiman warga dengan plank-plank atau banner yang
menawarkan produk batik hasil kriya mereka, mulai dari kain batik, kemeja,
busana, tas, sendal batik, home stay serta masih banyak lainnya.
4. Kampung Batik Pesindon
Letak Kampung Batik Pesindon sangat berdekatan dengan kampung
Batik Kauman. Jika anda berasal dari arah jakarta, melalui jalur pantura
yang melalui pusat kota pekalongan (Jalan Hayam Wuruk), maka posisi
Kampung Batik Pesindon ada di sebelah kiri jalan, di seberang gapura
kampung batik tersebut terdapat Pasar Anyar. Para pengrajin batik dari
kampung batik tersebut telah sukses memasarkan produk kriyanya hampir
ke seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara. Di kampung wisata
batik ini terdapat paguyuban pecinta batik. Atas bantuan dari Pemerintah
Kota Pekalongan digagaslah pemberdayaan para pengrajin di Kelurah
Pesindon ini untuk menata diri menjadin Kampoeng Wisata Batik Pesindon.
Melalui kampung batik pesindon ini kita tidak hanya akan menemukan
etalase panjang produk batik yang ditawarkan untuk dijual, namun kita juga
disuguhkan potret langsung bagaimana proses produksi batik yang masih
memegang teguh teknik tradisional pembatikan tulis dan cap.
5. Museum Batik Nasional Pekalongan
Pada bulan Juli 2006 diresmikannya sebuah Museum Batik Nasional
oleh Presiden Republik Indonesia (Susilo Bambang Yudhoyono).
Pengunjung Museum adalah wisatawan nusantara dan mancanegara, para
pelajar dan mahasiswa banyak berkunjung untuk pembelajaran serta
penelitian dalam pembuatan karya tulis dan skripsi. Museum Batik Nasional
terletak di Jl. Jetayu No.3 Pekalongan, menempati sebuah gedung kuno.
Dan tidak hanya itu, di museum ini juga dapat berlatih membatik dan
membawa pulang hasil karyanya sebagai kenang-kenangan. Museum ini
telah mendapat banyak penghargaan, salah satunya adalah penghargaan
“Best Practise” dari UNESCO karena turut melestarikan budaya batik
melalui berbagai pelatihan membatik khususnya untuk kalangan pelajar
dasar.
B. Batik Sebagai Daya Tarik Wisata
Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik Dunia, dan salah satu kota
dalam jaringan Kota Kreativ UNESCO dalam hal kerajinan dan kesenian
rakyat. Batik yang dibuat masyarakat Pekalongan dikenal sebagai batik
pesisiran, yaitu yang dibuat diluar pakem Keraton Solo maupun
Yogyakarta. Dalam hal ini daya tarik wisata harus diperhatikan guna
menunjang perkembangan dunia pariwisata. Berikut ini adalah beberapa hal
tentang batik Pekalongan :
1. Sejarah batik Pekalongan
Keberadaan asal-usul batik Pekalongan tidak bisa terlepas dari
sejarah perjalanan Kerajaan Mataram periode abad 18 dengan Raja
Penembahan Senopati. Adapun yang memperkenalkan batik di
Pekalongan, Adipati Baurekso. Dari rumah Adipati Baurekso batik mulai
menyebar di berbagai daerah di Pekalongan, sehingga di Pekalongan
terdapat banyak sentra batik, yaitu di daerah Kota Pekalongan (Kauman,
Pesindon, Kraton, Krapyak, dll), di Pekajangan, Buaran, Setono, dan
Wonopringgo. Batik asli Pekalongan konon memiliki nilai historis yang
berkaitan dengan pergolakan di zaman kolonial Belanda. Ketika
Panembahan Senopati mengumumkan perang terbuka melawan Belanda
perpecahan terjadi di lingkungan keraton Yogyakarta. Keluarga Keraton
sempat terpecah belah. Para bangsawan meninggalkan keraton bersama
para pengikutnya dan menetap di berbagai daerah termasuk Pekalongan.
Di daerah-daerah baru tersebut kerajinan batik tetap dikembangkan
keluarga keraton disertai modifikasi yang terinspirasi kondisi daerah di
tempat tinggal baru tersebut. Corak batik Pekalongan hampir sama
dengan Yogyakarta bedanya lebih atraktif, dan berwarna cerah.
Batik yang dibuat oleh masyarakat Eropa di Pekalongan
berkembang pada era masa kolonial sekitar tahun 1830 masyarakat
menyebutnya batik Londo. Batik tersebut diproduksi oleh penduduk
keturunan Belanda yang tinggal di Pekalongan. Mereka telah membuat
batik dengan menyesuaikan sesuai dengan cara seni Eropa, dengan pola
buket-buket bunga yang dipadu dengan ragam hias sulur daun atau
bidang-bidang geometris bentuk swastika. Yang paling menonjol dari
batik ini batik yang dibuat oleh Eliza Van Zuylen, dan pada batik Cina
Oey Soen King yang semasa dengan batik Belanda.
Rentang periode sepuluh tahun (1850-1860) batik-batik itupun terus
berkembang di Pekalongan. Batik pesisiran sebagai barang komoditi
banyak mengalami dinamika, yang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh
kebudayaan luar, seperti budaya Cina dan Islam. Corak serta warna-
warna khas Cina hadir dan bertahan sampai masa sekarang. Kaum
peranan khususnya adalah pihak yang pertama kali mengembangkan
batik kedalam selera dan kebutuhn busana mereka. Kebaya dan sarung,
perangkat busana pribumi Jawa tampil dalam ciri-ciri khas peranakan.
Khususnya pada sarung terlihat daerah kepala yang lebar. Ragam hias
yang digunakan biasanya adalah corak-corak binatang yang ada dalam
mitologi Cina, seperti burung hong, naga, singa, dan motif banji. Motif
burung merak juga sering muncul dalam batik pesisiran.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942-1945, pengaruh
Jepang juga terasa pada batik-batik pesisir Jawa Tengah. Pada masa itu
lahirlah batik tulis yang disebut sebagai batik “Jawa Hokokai”. Nama ini
mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yang mengindiktrinas i
semua pemuda yang berusia 14 tahun keatas tentang konsep Asia Timur
Raya. Batik “Jawa Hokokai”, kebanyakan dibuat di bengkel-bengke l
batik milik orang-orang Indo-Eropa, peranakan Cina dan Arab.
Sementara corak dimaksimalkan dengen menerapkan motif-motif flora
dan fauna, seperti kupu-kupu dan bunga anggrek.
Batik tidak hanya sebagai komoditas terlebih dalam batik telah
menjadi warisan budaya yang telah mengakar turun menurun menyatu
dengan masyarakat Pekalongan yang multi etnis (Arab, Cina, dan Jawa).
Budaya berniaga dan kultur agamis yang dinamis ditunjang kreativitas
yang tinggi menjadikan batik tidak pernah terhenti untuk dieksplorasi.
Layaknya Air Zam-zam yang tidak kunjung habis kekeringan. Ini
membuat batik Pekalongan tidak lekang dimakan jaman (Riyanto DC,
2008: 55).
2. Teknik Batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan
menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Batik
Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.
Pekalongan adalah kota yang sangat berperan serta dalam melestarikan
budaya batik. Batik adalah nafas hidup masyarakat Pekalongan. Kain
batik menjadi gendongan bayi, menjadi seragam sekolah dan kerja,
menjadi hal sakral dalam upacara adat dan kepercayaan, hingga akhirnya
menjadi kafan kematian. Pekalongan adalah tempat lahirnya gaya batik
pesisiran. Batik yang berwarna, batik yang merangkum banyak budaya
lain. Dari bangsa Belanda, Tionghoa, India, hingga Jepang pun ikut
memberi pengaruh pada gaya batik pesisiran.
Dalam era modern berwisata bukan lagi tentang menikmati potensi
yang ada tetapi wisatawan bisa dijadikan objek untuk dapat beraktifitas
didalamnya. Salah satunya dengan ikut serta belajar membatik. Teknik
membatik dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. Batik Tulis
Pada proses pembuatan batik tulis dianggap masih orisinal karena
penggunaan lilin atau malam sebagai media perintang warna, hingga
hampir seluruh prosesnya dengan manual oleh tangan manusia. Antara
ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun
bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku.
Dari proses batik tulis ini sarat akan nilai seni yang tinggi. Mengandalkan
tangan pembuat batik melalui ujung canting yang menggoreskan jutaan
detail dan titik pada kain, penjemuran alami di bawah terik matahari dan
pencelupan pada tawas yang memerlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan
(Wawancara dengan M.Wahyu 27 Juni 2016).
Gambar 2.1
Teknik Batik Tulis
Sumber : Moh.Imam Fajrul Falah, 2016
b. Batik Cap
Digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Stempel
tersebut dicelupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan atau
dicapkan pada kain. Proses batik terutama batik tulis memerlukan
ketelatenan bagi yang mengerjakan dan juga perlu waktu yang cukup
lama. Hal ini menyebabkan industri batik tidak dapat berkembang
dengan cepat karena kurang produktif sehingga tidak mampu memenuhi
permintaan pasar, disamping juga harga batik menjadi mahal karena
tingginya biaya proses produksi. Untuk mempercepat proses batik maka
digunakan canting cap. Hal ini menurunkan biaya produksi sehingga
harga batik menjadi lebih murah sehingga terjangkau oleh konsumen dan
waktu pengerjaan lebih cepat. Proses pembuatan batik jenis ini
membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari (Lies Susilaning SH,2010 :
10).
Gambar 2.2
Teknik Batik Cap
Sumber : Moh.Imam Fajrul Falah, 2016
c. Batik Printing atau Sablon
Pada proses batik ini, pola telah diprint di atas alat sablon, sehingga
pembatikan dan pewarnaan bias dilakukan secara langsung. Jadi, proses
batik dapat diselesaikan tanpa menggunakan lilin malam serta canting.
Dengan demikian, proses hanya akan dan tentu saja memerlukan waktu
yang lebih cepat dibanding pada proses batik tulis dan batik cap. Saat ini
batik print lebih sering disebut kain bermotif batik oleh para seniman dan
pengrajin batik dikarenakan batik printing ini tidak melalui proses
perintangan malam. Dalam pembuatan batik print dianggap produk
massal dan proses yang dilakukan sangat minim (Wawancara dengan
M.Wahyu 27 Juni 2016).
Gambar 2.3
Teknik Batik Printing
Sumber : Moh.Imam Fajrul Falah, 2016
3. Corak/Motif Batik Pekalongan
Pekalongan adalah kota yang sangat berperan serta dalam
melestarikan budaya batik. Batik adalah nafas hidup masyarakat
Pekalongan. Kain batik menjadi gendongan bayi, menjadi seragam
sekolah dan kerja, menjadi hal sakral dalam upacara adat dan
kepercayaan, hingga akhirnya menjadi kafan kematian. Pekalongan
adalah tempat lahirnya gaya batik pesisiran. Batik yang berwarna. Batik
yang merangkum banyak budaya lain. Dari bangsa Belanda, Tionghoa,
India, hingga Jepang pun ikut memberi pengaruh pada gaya batik
pesisiran. Karenanya, Batik lah yang akan menjadi perhatian utama dari
Kota Pekalongan. Motif Batik Pekalongan memiliki corak yang colorful
(paling kaya akan warna) dan biasanya mengangkat tema natural, tak
jarang pada sehelai kain batik Pekalongan bisa memiliki kombinasi 7
sampai 8 warna. Oleh karena itu dikenal sebagai produk batik yang
berani, sebagai bagian karya seni yang dinamis. Sebagai ciri khas batik
pesisir yaitu memiliki corak yang natural. Adapun ciri khas batik
pekalongan yaitu :
a. Warna batik pekalongan di dominasi oleh warna - warna batik pesisir.
Biasanya penduduk daerah pantai menyukai warna yang cerah. Seperti
merah, biru, hijau, violet dan orange.
b. Gambar motif batik pekalongan yang diproduksi oleh keturunan Cina
biasanya memiliki corak khas yaitu digambarkan dengan naga atau
dengan burung phonix.
c. Tetapi tidak hanya motif fauna saja yang ada pada batik pekalongan.
Corak atau motif tumbuhan juga dimiliki batik pekalongan tetapi masih
mengambil unsur - unsur dari batik Yogyakarta dan Solo.
d. Pada beberapa motif batik Pekalongan yang klasik atau kuno tergolong
motif semen. Motif ini hampir sama dengan motif semen dari daerah
Jawa. Tetapi ada yang membedakan jika motif semen pekalongan ini
hampir tidak ada corak cecek ( titik ) disini banyak menggunakan corak
sawut ( garis ).
e. Motif batik jlamprang diyakini dan diakui oleh beberapa pengamat motif
batik, sebagai motif asli Pekalongan. S.K Sewan Santoso, S. Teks dalam
bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia yang diterbitkan Balai
Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan
Industri, Departement Perindustrian RI (1973), mengatakan bahwa motif
jlamprang di Pekalongan dipengaruhi oleh Islam. Artinya, motif ini lahir
dari perajin batik Pekalongan keturunan arab yang beragama Islam.
Motif batik ini memiliki unsur batik yang kaya akan warna. Motif batik
jlamprang ini menggunakan 8 unsur warna yang berani dengan
kombinasi yang natural dan menarik. Motif batik Jlamprang adalah suatu
motif semacam nitik yang tergolong motif batik yang geometris. Motif
batik jlamprang dipengaruhi oleh keturunan Arab. Karena pada
umumnya keturunan arab tidak menggunakan ornamen benda hidup,
sehingga motif batik jlamprang hanya menggunakan gambar berupa
cecek ( titik ) dan sawut ( garis ) yang di gambar secara geometris.
Gambar 2.4
Batik Jlamprang
Sumber : Moh.Imam Fajrul Falah, 2016
Sebagai kota yang saat ini tengah tumbuh berkembang menjadi
Kota tujuan wisata, Pekalongan mempunyai berbagai Objek dan Daya
Tarik Wisatawan (ODTW) mulai dari wisata seni budaya, wisata belanja,
wisata kuliner, wisata alam dan wisata religi. Namun kebanyakan
wisatawan datang ke Pekalongan hanya untuk memburu batik. Batik lah
yang akan menjadi perhatian utama dari Kota Pekalongan. Wisatawan
sangat menghargai seni kerajinan handmade (batik), terlebih dimana
kerajinan tersebut mempunyai filosofi, cerita, sejarah, dan sangat
mempengaruhi budaya hidup masyarakatnya. Menjadikan batik sebagai
salah satu potensi daya tarik wisatawan yang sangat mendominasi di
Pekalongan. Pekalongan dikenal dengan julukan kota batik, karena batik
Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Kota Pekalongan
masuk jaringan kota kreativ UNESCO dalam kategori craft & folk art
pada Desember 2014 dan memiliki city branding World’s city of Batik.
Ini menunjukan batiklah yang menjadi tujuan utama wisatawan
berkunjung ke Kota Pekalongan. Saat ini Kota Batik Pekalongan sudah
layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi
karya seni yang berasal dari perjalanan sejarah Indonesia, seni yang tak
pernah menyerah dan takluk dengan perkembangan zaman, seni yang
selalu dinamis. Kini seni baju batik sudah menjadi nafas kehidupan
sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk
unggulan. Hal itu dikarenakan banyaknya home industri yang
menghasilkan produk baju dan kain batik. Oleh karena Pekalongan
terkenal dengan produk batiknya, maka kota Pekalongan dikenal sebagai
Kota Batik.
Bahwa Penyelenggaraan Pekan Batik Internasional semakin
memperkokoh keberadaan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik dan juga
meningkatkan pemasaran batik pengusaha daerah. Gerak roda
perekonomian di Kota Pekalongan, sangat dipengaruhi oleh industr i
batik, sehingga batik mempunyai peranan yang sangat penting didalam
mendorong pertumbuhan ekonomi dan menggerakan kembali sektor riil
Usaha Kecil Menengah masyarakat (UKM) yang mempunyai daya lentur
dalam menghadapi berbagai guncangan badai krisis ekonomi. Oleh
ka.renanya, para pelaku usaha terus didorong serta diberikan kemudahan
untuk meningkatkan produksinya. Selain untuk ajang promosi ataupun
transaksi jual beli event PBI menjadi terobosan untuk memantapkan
branding Pekalongan The World of City Batik. Yang jelas batik tidak
pernah habis untuk dieksplorasi sebagaimana yang dilakukan oleh para
perajin di Kota Pekalongan. Salah satunya dengan adanya pameran
dalam rangkaian acara Pekan Batik Internasional yang mendapat sorotan
bagi para pengunjung maupun wisatawan terbukti dengan transaksi
anggaran melalui pameran yang cukup besar untuk waktu yang cukup
singkat pula. (Wawancara dengan M. Wahyu, 27 Juni 2016).
top related