· 1 BAB I PENDAHULUAN Pokok- pokok yang dibahas dalam bab pendahuluan tesis ini meliputi: Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan
Post on 16-Apr-2018
249 Views
Preview:
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pokok- pokok yang dibahas dalam bab pendahuluan tesis ini meliputi: Latar
belakang masalah, Identifikasi masalah, Batasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan
penelitian dan Manfaat Penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu hal terpenting dalam setiap kehidupan manusia,
gagalnya pendidikan merupakan kegagalan kehidupan dan masa depan manusia. Mutu
pendidikan saat ini pun bisa dibilang merosot karena hasil belajar siswa tidak sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan suatu proses yang bisa
memanusiakan manusia. Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk membina dan
membentuk manusia, menjadi manusia yang berkualitas, dalam pencapaian hasil
belajar, tidak saja dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam hal iman kepercayaan
kepada Tuhan.
Kualitas dari lembaga pendidikan bukanlah ditinjau, dari segi fisik, melainkan
dari seberapa luas cakrawala intelektual yang terwujud dalam pencapaian hasil belajar
mahasiswa atau siswa. Tujuan dari pendidikan adalah bagaimana siswa memperoleh
hasil belajar yang memuaskan yaitu secara kognitif, afektif dan psikomotorik.
Oleh sebab itu hasil belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
konteks pendidikan, karena hasil belajar adalah tujuan dari pada belajar. Hasil belajar
adalah alat ukur untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam proses
belajar.
2
Hamalik menyatakan hasil belajar berupa adanya perubahan sikap dan tingkah
laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.1 Dari pendapat ini
mengandung pengertian bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya, hasil belajar dapat ditinjau dari perubahan karakteristik
siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Dalam undang-undang
sistem Pendidikan Nasional RI No 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa;
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkah mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Dari uraian ini mengandung pengertian bahwa pendidikan nasional mempunyai
suatu tujuan bahwa lembaga pendidikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang
maksimal hal ini bisa dilihat dari segi karakteristik dan moralitas siswa dalam konteks
kehidupan. Akan tetapi untuk mencapai hal ini tentu pendidikan agama kristen
mempunyai andil yang sangat penting. Mengapa? Karena pendidikan kristen adalah
pendidikan yang didasarkan pada wahyu Allah.
Pendidikan kristen Menurut Loyola adalah melibatkan para warga muda
khususnya dalam latihan-latihan rohani dan intelektual yang memupuk
kehidupan batiniah dan kognitif, untuk membimbing mereka mengambil bagian
dalam kebaktian gereja sehingga rela menaati setiap perintahNya dengan
dampaknya yang luas dalam urusan-urusan masyarakat, sampai akhirnya mereka
memenuhi alasan terakhir mengapa mereka diciptakan Allah.3
1Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008) 46 2Depdikbud. Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. (Jakarta : Puslitbang Sisjian Balitbang
1997) 28 3Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari
Plato sampai IG Loyola (Jakarta: BPK Gunumg Mulia,2006), 472
3
Hal inilah yang menjadi dasar penilaian hasil belajar agama kristen yaitu
kehidupan rohani yang baik, intelektual yang cerdas serta memahami, dengan jelas dan
tuntas eksitensi Allah serta menaati setiap perintahNya. Berkenaan dengan uraian yang
telah dijabarkan diatas, yang menjadi pertanyaan adalah: Apakah hasil belajar yang
diperoleh siswa dalam lembaga pendidikan sudah sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan pendidikan nasional? Apakah hasil belajar agama kristen telah mencapai hasil
belajar yang maksimal? Fakta menyatakan bahwa hasil belajar yang dicita-citakan oleh
bangsa Indonesia belum tercapai secara maksimal. Mengapa demikian? Hal ini dapat
ditinjau dari kenyataan umum yang terjadi pada sebagian besar sekolah yang antara
lain:
a. Rendahnya kepercayaan dalam diri siswa untuk mempelajari agama kristen.
b. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelasaikan soal-soal
agama kristen.
c. Rendahnya hasil belajar bidang studi agama kristen yang terlihat dari segi
kognitif, afektif dan psikomotorik.
d. Kurangnya hasrat atau motivasi siswa untuk membaca Alkitab.
e. Rendahnya mutu pendidikan tinggi kristen, hal ini dikarenakan sebagian
mahasiswa lembaga pendidikan tinggi kristen yang menyelesaikan studi tanpa
melalui proses pendidikan yang jelas.
Uraian yang telah dijabarkan adalah suatu fakta yang tidak bisa dipungkiri,
bahwa hasil belajar agama kristen belum tercapai secara optimal, hal ini akan semakin
berkembang pesat dalam konteks pendidikan kristen, jikalau tidak ditelusuri dan
ditinjau mengapa demikian, apa penyebab dan apa solusi yang tepat?
4
Hasil belajar agama kristen sangat penting untuk dicapai oleh siswa, dengan
jalur yang tepat yaitu melalui proses pendidikan hal ini karena tujuan belajar agama
kristen adalah proses untuk memanusiakan manusia yaitu siswa yang beragama kristen,
untuk meraih derajat manusia seutuhnya, sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses
pendidikan, khususnya pendidikan agama kristen. Hasil belajar agama kristen harus
dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter mulia, di samping itu
memiliki kemampuan akademik (kemampuan kognitif) dan keterampilan yang
memadai, salah satu caranya adalah mewujudkan peserta didik yang beragama kristen,
untuk memiliki karakter yang baik.
Stephen tong mengatakan bahwa “ manusia adalah makluh yang sangat penting
dalam pendidikan, karena manusia adalah satu-satunya makluh yang bisa mengerti
kebenaran, bisa mengkaitkan diri dengan kebenaran, dan dibentuk dengan kebenaran itu
sendiri.4 Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa siswa adalah pusat dari sistem
pendidikan, karena seluruh kebenaran yang diajarkan seorang pendidik akan
disampaikan kepada siswa, dan kebenaran akan dapat membentuk karakter siswa inilah
tujuan hasil belajar agama kristen yaitu pembentukan karakter siswa yang agung.
Mengapa?
Selanjutnya Stephen tong mengatakan “Karakter merupakan istilah yang sangat
penting didalam pendidikan, kita membentuk karakter, kita membentuk pribadi,
merupakan kalimat yang memiliki makna yang sangat dalam. Pribadi, oknum
atau karakter merupakan istilah yang menunjukan kepada sesuatu yang hidup,
yang mempunyai peta dan teladan Allah, Istilah ini merupakan satu terminology
yang memiliki unsure totalitas arti sesungguhnya dari peta dan teladan Allah
yaitu manusia dicipta secara pribadi, sehingga dimungkinkan mengembangkan
suatu kepribadian yang tidak ada duanya didunia ini.5
4 Stephen Tong, Arsitek Jiwa II (Surabaya: Momentum, 1993),16
5 Mery Setiawani dan Stephen Tong, Seni Membentuk Karakter Kristen (Surabaya: Momentum,
2012) 33
5
Implikasi dari uraian ini berarti secara internal didalam diri setiap manusia
memiliki, potensi dan kemampuan, hal ini dikarenakan manusia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah akan tetapi jika ditinjau dari segi realita yang telah dijabarkan,
mengapa hasil belajar yang maksimal belum tercapai? Apakah hal ini terjadi karena
ketidak mampuan dalam diri siswa? Apabila seorang siswa mengatakan” saya tidak
mampu mengikuti pelajaran agama kristen karena saya bodoh‟, sebetulnya ia tidak
sedang membicarakan sulitnya agama kristen, tetapi ia sedang membicarakan dirinya
sendiri. Kata-kata yang diucapkan siswa tersebut menunjukan bahwa ia menilai dirinya
tidak mempunyai cukup kemampuan karena ia bodoh.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan, menunjukan adanya
sikap negative terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki. Padahal segala keberhasilan
banyak tergantung dari cara individu memandang kualitas kemampuan yang
dimilikinya. Pandangan dan sikap negative terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki,
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang
dimiliki, mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang
mudah diselesaikan karena mempunyai suatu keyakinan dalam diri individu. Sikap
keyakinan akan kemampuan dalam diri individu disebut dengan istilah kepercayaan
diri.
kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa
tantangan hidup apapun, harus dihadapi dengan berbuat sesuatu. kepercayaan diri lahir
dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang
harus dilakukan.
6
Yamin menyatakan bahwa kepercayaan diri dan motivasi belajar merupakan
modal utama bagi individu guna mewujudkan potensi yang dimilikinya. Individu yang
memiliki rasa percaya diri dan motivasi belajar cenderung memiliki semangat yang baik
untuk belajar guna mencapai kemajuan, serta penuh keyakinan terhadap peran yang
akan dijalaninya.6
Dari pendapat diatas mengandung pengertian bahwa kepercayaan diri dan
motivasi belajar adalah suatu dorongan atau semangat yang ada dalam diri siswa untuk
meraih prestasi belajar, dan dengan semangat ini pula maka siswa akan berjuang
semaksimal mungkin untuk mencapai hasil belajar. Namun pada faktanya masih banyak
siswa yang tidak yakin akan diri sendiri, tidak percaya akan kemampuan diri sendiri,
sehingga hasil belajar yang diidamkan tidak tercapai mengapa demikian?
Hakim menyatakan bahwa siswa yang tidak percaya diri cenderung tergantung
pada orang lain ketika menghadapi masalah dalam pembelajaran, mudah putus
asa dan sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan
menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa
tidak percaya diri semakin buruk.7
Uraian ini artinya siswa yang tidak percaya diri adalah siswa yang tidak
mempunyai prinsip, tujuan, dalam proses pembelajaran sehingga akibat yang
ditimbulkan adalah melakukan hal yang tidak dinginkan. Mudjiono merumuskan
motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadi proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya
6 Yamin, Mengali dan Melejitkan Potensi Diri. (Jakarta: Qultum Media, 2007), 112
7http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/02/06/teori-teori-motivasi/ (online) di akses tanggal
22 Oktober 2009
7
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.8 Dalam hal ini, maka dapat dilihat
bahwa kemampuan siswa yang begitu kuat timbul dari dalam dirinya akan dapat
melakukan kegiatan belajar dengan baik, akan tetapi siswa yang tidak memiliki
kemampuan kuat dalam belajar maka tidak akan dapat melakukan kegiatan belajar
dengan baik dan tidak mencapai hasil belajar yang maksimal.
Oleh karena itu, seorang pendidik perlu membangkitkan motivasi belajar siswa
sehingga dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik motivasi belajar akan datang
dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki hasrat untuk
melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai yaitu hasil belajar yang
tinggi, motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk semakin giat dalam belajar agar
dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, kepercayaan diri adalah suatu
keyakinan dalam diri siswa bahwa ia mampu untuk mencapai hasil belajar yang
diidamkan dan kepercayaan diripun dapat mengakibatkan siswa untuk semakin
menghargai diri sendiri, mengetahui diri, dan menggali kemampuan didalam diri
sendiri dengan jelas dan tuntas. Mengapa?
Stephen Tong mengatakan “Seseorang yang hanya bisa melihat keluar dan tidak
menggali diri sendiri tidak akan pernah mencapai hasil belajar yang maksimal,
penggalian diri merupakan satu tugas yang penting dalam pencapaian hasil
belajar, seringkali terdengar seruan: “ Baru saya tahu bahwa, saya itu orangnya
seperti ini.” Kalimat seperti itu sering muncul terlambat. “Baru tahu” berarti
dulu saya tidak tahu, dan sering pula kemudian mengatakan „andai kata dulu
saya sudah tahu, mungkin hal yang tidak saya inginkan tidak terjadi.9
Artinya pengenalan akan diri sendiri merupakan hal yang penting bagi setiap
manusia dan memahami makna dibalik eksitensinya, dan apa yang menjadi prinsip
8Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Proyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Kependidikan, Dirjen Dikti Depdikbud 1994), 239 9Mery Setiawani dan Stephen Tong, 99
8
utama dalam belajar agama kristen yaitu untuk menyampaikan kabar gembira yaitu
berita keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus
dengan penuh kepercayaan diri.
Rasul paulus mengatakan “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil
Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku
mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk
iman yang timbul dari Berita Injil” (Filipi 1:27).
Dari ayat ini mengandung pengertian bahwa dasar yang esensial dari hasil
belajar agama kristen yaitu kebenaran injil, karena hanya dengan kebenaran injil,
manusia dapat berdiri tegak, manusia dapat memahami bahwa dirinya adalah makluh
yang sangat penting dan sangat mulia. Mengapa demikian? Karena Tuhan menciptakan
manusia menurut gambar dan rupaNya.
Oleh sebab itu siswa harus menyakini akan kemampuan yang telah diberikan
Tuhan didalam dirinya, dengan penuh kepercayaan diri dan motivasi belajar yang
tinggi, hal ini dikarenakan kepercayaan diri dan motivasi belajar memungkinkan
seseorang untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Siswa yang mencapai hasil belajar
yang tinggi dapat menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan
menghargai orang lain. Siswa yang memiliki karakter percaya diri mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Siswa yang memiliki
karakter percaya diri tahu apa yang harus dilakukannya, dan melakukannya dengan
baik.
9
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dapat diperoleh gambaran bahwa
kepercayaan diri dan motivasi belajar merupakan faktor internal yang mempunyai
peranan penting dalam pencapaian hasil belajar siswa, oleh sebab itu penulis tertarik
untuk meneliti tentang kepercayaan diri dan motivasi belajar, pada siswa dalam
kaitannya dengan hasil belajar agama kristen.
Selain itu peneliti ingin mengetahui apakah kepercayaan diri dan motivasi
belajar mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa di SMTK Setia
bulagi, terdiri dari para pelajar yang semestinya mempunyai kepercayaan diri dan
motivasi belajar yang tinggi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat di
identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Sejauh manakah kontribusi kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
2. Apakah kepercayaan diri mengambil peranan penting dalam menentukan hasil
belajar siswa, khususnya pada hasil belajar dibidang studi agama kristen?
3. Bagaimanakah seharusnya kepercayaan diri mempengaruhi hasil belajar siswa?
4. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
5. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
6. Berapa besar pengaruh atau kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar
agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
10
7. Apakah terdapat pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta agar penelitian lebih terfokus dan
mendalam maka penelitian ini hanya dibatasi pada masalah:
1. Apakah kepercayaan diri berpengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa
SMTK Setia Bulagi?
2. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar agama kristen siswa
SMTK Setia Bulagi?
3. Apakah kepercayaan diri dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil
belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka, masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
2. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng?
11
3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi
Sulteng?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan
secara ilmiah bahwa kepercayaan diri dan motivasi belajar mempunyai
pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian ini mampu memberikan pengalaman yang
bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
b. Bagi Peneliti Lain
12
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi kompas informasi dan
referensi dalam penelitian yang berhubungan dengan variabel yang sejenis,
dengan catatan digunakan dengan semestinya.
c. Bagi Siswa.
Dapat menilai dan mengetahui tingkat kepercayaan diri dan motivasi
belajar sebagai suatu potensi yang tersebunyi dalam diri siswa, sehingga siswa
memiliki upaya untuk selalu meningkatkannya baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
d. Bagi Guru Pendidikan Kristen.
1) Mengetahui tingkat kepercayaan diri dan motivasi belajar siswa didiknya.
2) Mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar siswa.
3) Dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi
belajar siswa yang masih kurang.
4) Sebagai upaya pihak sekolah khususnya guru, untuk meningkatkan dan
mengembangkan kepercayaan diri dan motivasi belajar siswa di SMTK Setia
Bulagi Sulteng.
e. Bagi Sekolah.
1) Bagi SMTK Setia Bulagi Sulteng, penelitian ini dapat memberikan
informasi bahwa baik kepercayaan diri dan motivasi belajar memiliki andil pada
hasil belajar siswa.
2) Sebagai pertimbangan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKAH BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Hasil Belajar Agama Kristen
a. Devinisi Belajar
Belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan
jenjang pendidikan, hal ini dikarenakan bahwa pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan lingkungan sekitarnya.
Syah menyatakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku
siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.10
Dari uraian ini belajar merupakan suatu kegiatan
berproses untuk memperoleh pengetahuan yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya
adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu: a. Tahap acquisition, yaitu
tahapan perolehan informasi; b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan
informasi;c.Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.11
Implikasi dari pendapat Witting tentang tiga tahapan dalam belajar ini
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini
10
Syah Muhibbin Psikologi Belajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), 115 11
Ibid, 116
14
dikarenakan bahwa informasi merupakan dasar dari pengetahuan artinya agar siswa
mempunyai pengetahuan maka siswa harus mendapatkan informasi dari seorang
pendidik, menyimpan dalam akal budi serta mengaplikasikan dalam konteks kehidupan
dilingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah.
Untuk menambah khasanah pengetahuan tentang belajar akan diuraikan
beberapa pengertian belajar dari ahli pendidikan menurut Ausubel menyatakan belajar
dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara
informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau
penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa mengaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang sudah ada.12
Implikasi dari uraian ini adalah belajar sebagai suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Belajar merupakan suatu
usaha yang dilakukan siswa untuk memperdalam pengetahuan, belajar merupakan suatu
proses pembentukan karakter siswa yang belajar, belajar dapat meningkatkan
ketrampilan didalam diri individu yang belajar.
Uno menjabarkan pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang
12
Ibid, 2
15
dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.13
Dalam hal ini dapat diketahui
bahwa, belajar adalah sebuah proses panjang untuk dapat mengalami suatu perubahan,
yaitu baik secara formal, informal, dan nonformal.
Sardiman Menyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih
baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat
verbalistik.14
Dalam argumentasi ini, dapat disintesis bahwa belajar itu merupakan suatu
perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui beberapa kegiatan berupa membaca,
meniru, mendengarkan, dan mengamati secara langsung agar perubahan dalam belajar
itu tidak dikatakan, sebagai secara lisan (verbalistik) atau hanya sebatas teori saja.
Belajar adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku, sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Suryabrata belajar dan mengajar adalah masalah setiap orang, karena
setiap orang sejak dahulu hingga sekarang berusaha mendidik anak-anak nya dan anak-
anak lain yang diserahkan kepadanya untuk di didik.15
Pendapat ini mengandung arti
13
Hamzah Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan
Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),22 14
Sardiman, 20 15
Suryhabata, 227
16
bahwa proses belajar mengajar pada dasarnya dimulai dari lingkungan keluarga, dimana
orang tua berperan aktif dalam mendidik anaknya.
Sehubungan dengan ini maka Nana Syaodih Menyatakan bahwa sebagian besar
dari proses perkembangan berlangsungnya melalui kegiatan belajar, belajar yang
disadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan
bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronik, belajar disekolah atau
dirumah, dilingkungan kerja atau masyarakat. Belajar selalu berkenaan dengan
perubahan dalam diri seseorang yang belajar apakah itu mengarah kepada yang
lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak, dan hal lain yang
terkait dalam belajar adalah pengalaman, yaitu pengalaman berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan.16
Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu hal yang
tidak bisa lepas dalam kehidupan manusia, belajar adalah hal yang sangat erat
hubungannya dengan kehidupan manusia, hal ini dikarenakan bahwa belajar dapat
dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja, karena belajar mempunyai
tujuan yaitu perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu, yang diperoleh melalui
latihan dan pengalaman, jadi belajar itu ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku
atau penampilan, setelah melalui proses membaca, mengamati, mendengarkan, meniru
dan mengalami langsung.
Pengertian belajar menurut Cronbach Mengemukakan bahwa learning is shown
by change in behaviour as a result of experience (belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman).
Sementara menurut Wittig belajar sebagai any relatively permanen change in an
organism behavioral repertoire that accurs as a result of experience (belajar
adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau
keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).17
16Yusuf, Dasar-dasar Pembinaan Kemampuan Proses Belajar Mengajar (Bandung : CV.
Andria, 1993) , 157 17
Djamarah, 12
17
Dari uraian para ahli pendidikan ini dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
berkaitan dengan penemuan suatu hal yang baru, perubahan karakteristik individu yang
mengarah kepada sisi positif yang tidak mungkin dan tidak akan terlepas dari sebuah
pengalaman. Ngalim Purwanto menyusun beberapa devinisi belajar dari beberapa tokoh
pendidikan antara lain:
1. Hilgard dan bower dalam bukunya Theories Of Learning (1975) “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku sesorang terhadap suatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu.
2. Gagne, dalam buku The Conditions Of Learning (1977) “ Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
3. Morgan, dalam buku Introduction to psychology (1978) “ Belajar adalah
setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.18
Sedangkan menurut Muhibbin Syah belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Kemampuan anak didik memiliki dan mendapatkan ilmu
pengetahuan yaitu dengan cara belajar, semakin tinggi belajar maka semakin tinggi
pula ilmu pengetahuan.19
Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa belajar
adalah proses memperdalam dan memperluas cakrawala pengetahuan siswa atau belajar
adalah pilar utama dalam meningkatkan intelektual siswa.
Menurut Anurahman belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
18
Ngalim Purwanto, 58 19
Muhibbin Syah , 63
18
pengalaman hidup itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya.20
Dari
pengertian ini mengandung arti bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan
kepribadian sikap siswa dari yang negative menjadi positif, dari yang tidak taat menjadi
taat, dari yang tidak sopan menjadi sopan hal ini nyata dalam konteks kehidupan siswa,
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Evaline & Hartini Menyatakan bahwa belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang didalamnya terkandung beberapa aspek antara lain:a.
Bertambahnya jumlah pengetahuan, b. Adanya kemampuan mengingat dan
memproduksi, c. Adanya penerapan pengetahuan, d. Menyimpulkan makna, e.
Menafsirkan dan menghasilkannya dengan realitas, dan adanya perubahan
sebagai pribadi.21
Dari uraian ini dapat diimplikasikan bahwa belajar adalah suatu proses untuk
memperdalam pengetahuan siswa, belajar adalah suatu cara untuk mempertajam akal
pikiran, dengan belajar siswa dapat menganalisis dan menyimpulkan suatu makna, dan
dengan belajar pula siswa dapat menafsirkan suatu pengertian serta menciptakan
pengertian baru dan menerapkan dalam konteks kehidupan. Menurut Oemar Hamalik
bukti dari seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti.22
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar akan tampak pada
setiap perubahan pada aspek-aspek mencangkup pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
ketrampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, serta
sikap anak didik, belajar juga sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha,
20
Anurrahman , Belajar dan Pembelajara, (Bandung: Alfa Beta,2009), 35 21
Evaline & Hartini, 4 22
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 30
19
untuk melakukan perubahan terhadap diri manusia, dengan maksud memperoleh
perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan ataupun sikap, serta
keinginan dalam diri seseorang yang menjadi motivasi untuk berkreatif dan bertindak
aktif mencari dan menemukan keinginannya.
Sedangkan menurut Djamarah menguraikan pengertian belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku,
sebagai hasil dari pengalaman individu, dalam interaksi dengan lingkungannya yang
berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik.23
Dari beberapa uraian para ahli
diatas dapat pula diketahui beberapa elemen penting tentang pengertian belajar yaitu:
Pertama belajar adalah suatu proses perubahan dari ketidaktahuan, menjadi mengetahui
dan memahami makna dari apa yang dipelajari hal ini dapat ditinjau dari segi kognitif.
Kedua belajar merupakan perubahan tingkah laku atau perbuatan seseorang baik
bersifat positif maupun negative, dan dapat membawa suatu perubahan dalam sikap
siswa hal ini dapat dilihat dari segi kehidupan siswa. Ketiga belajar dapat
meningkatkan ketrampilan dalam diri siswa, artinya dengan belajar siswa mulai
menggali potensi dalam dirinya, mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta
mengaplikasikan ketrampilan itu dalam konteks kehidupan nyata. Keempat belajar
merupakan faktor penentu kesuksesan yang diraih oleh siswa, hal ini didasarkan pada
ketekunan dan kegigihan siswa dalam belajar, artinya dengan semangat belajar maka
siswa akan memperoleh hasil belajar yang sukses, yang tidak mengecewakannya.
23
Djamarah, 13
20
Cronbach Menyatakan unsur utama dalam proses belajar antara lain: Tujuan,
kesiapan, situasi, interpretasi, respons, konsekwensi, dan reaksi terhadap kegagalan.24
Dari pendapat Cronbach tentang unsur utama dalam belajar mengandung pengertian
bahwa belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan itu muncul
untuk memenuhi kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan untuk mencapai tujuan belajar
atau hasil belajar. Untuk dapat melakukan aktifitas atau perbuatan belajar dibutuhkan
kesiapan fisik dan psikis, kematangan, dan kecakapan-kecakapan yang mendasar.
Kegiatan belajar berlangsung atau berjalan dalam situasi belajar.
Dalam situasi belajar individu melihat hubungan diantara komponen-komponen
situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan membuat kesimpulan. Berupa
usaha coba-coba (trial and eror) atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan.
Setiap usaha membawah hasil, akibat atau konsekwensi entah suatu keberhasilan atau
suatu kegagalan.
Dalam situasi belajar ada kemungkinan terjadinya kegagalan yang
mengakibatkan menurunya semangat, kesedihan, penyesalan, dan kekecewaan. Dari
kegagalan tersebut bisa membuat seseorang untuk bangkit atau bahkan terpuruk atau
tidak berusaha sama sekali dan menyerahkan kepada nasib atau takdir. Selanjutnya Uno
menyatakan pada prinsipnya, dalam belajar terdapat empat komponen kegiatan, yaitu
24Sutratina Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya (Jakarta : Bina
Aksara, 1954), 49
21
(1) melakukan persepsi terhadap stimulus, (2) menggunakan pengetahuan prasyarat, (3)
merencanakan respon, dan (4) pelaksanaan respon yang dipilih.25
Dari pengertian yang dijabarkan oleh Uno mengandung pengertian bahwa
didalam belajar terdapat prinsip yang dapat mengaktifkan kegairahan siswa dalam
belajar, penerimaan pada kegairahan untuk belajar, dapat mengatur bagaimana cara
untuk dapat mengaplikasikan kegairahan dan penerimaan dalam pelaksanaan prinsip
belajar.
Suparno menjelaskan beberapa prinsip dalam belajar sebagai berikut: (a) Belajar
berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan dan alami; (b) Kontruksi makna adalah proses yang terus
menerus; (c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
kegiatan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
Belajar bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri; (d) hasil
belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan belajar; (e) hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah
diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses
interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.26
Dalam penjabaran Suparno dapat disimpulkan bahwa belajar berarti
menganalisis setiap kejadian, belajar berarti suatu proses memperluas cakrawala
pemikiran dari pemikiran sempit menuju pemikiran luas, belajar bertujuan memperoleh
hasil belajar oleh sebab itu pada bagian ini akan dibahas apa itu hasil belajar?
b. Devinisi Hasil Belajar
25
Hamzah Uno, Teori motivasi dan pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 18
26Suparmo, Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta
Didik. (Makalah tidak diterbitkan, PPs UPI Bandung, 2007), 37
22
Hasil belajar merupakan hal yang sangat penting dalam konteks pendidikan, hal
ini dikarenakan bahwa dengan mengetahui hasil belajar maka siswa dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangannya dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan
hasil akhir yang telah dicapai siswa dalam suatu kegiatan belajar mengajar yang telah
dilakukan.
Menurut kamus besar bahasa indonesia ”Hasil belajar adalah hasil yang telah
dicapai atau dikerjakan”27
. Demikian pula menurut M. Ngalim Purwanto menyatakan
bahwa hasil belajar adalah pengungkapan hasil belajar ideal yang meliputi; Ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dalam proses belajar siswa atau
mahasiswa.28
Dari pendapat M. Ngalim Purwanto ini lebih menekankan aspek kejiwaan
dalam artian bahwa prestasi belajar dapat ditinjau dari perubahan psikologis dalam diri
siswa, hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil
penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran.
Selanjutnya hasil belajar menurut Hamalik berupa adanya perubahan sikap dan
tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu.29
Pendapat
ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar dapat ditinjau dari perubahan
karakteristik siswa sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya. Djamarah juga
merumuskan pengertian tentang hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
27
Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 444 28
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) 32 29
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Manager (Bandung : Sinar Baru Algessindo, 2000)
,48
23
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.30
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diimplikasikan bahwa hasil belajar
adalah nilai pelajaran sekolah, yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuan atau
usahanya dalam belajar. Hasil belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu yang
menyangkut kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (tingkah laku).
Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah
dilakukan, sehingga untuk mengetahui suatu proses pembelajaran berhasil atau tidak
diperlukan suatu pengukuran.
Nurkancana menyatakan pengukuran adalah proses penentuan luas kuantitas
sesuatu.31
Artinya hasil belajar sebagai proses belajar siswa biasanya diukur melalui
evaluasi pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran yang disajikan dalam buku
laporan prestasi belajar siswa atau raport. Raport merupakan perumusan terakhir yang
diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa.32
Dari uraian ini berarti hasil belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat
penting bagi anak didik, pendidik, wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang
diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan maupun
30Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), 13
31Nurkancana, Evaluasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1986),2
32Ibid, 3
24
sekolah. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat diukur, berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Saifudin Azwar menyatakan hasil belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk
indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan
predikat keberhasilan.33
Dari pendapat Saifudin mengenai hasil belajar dapat ditinjau
dari segi evaluasi atau penilaian yang diberikan seorang pendiidik. Hasil belajar adalah
hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar karena setiap perbuatan manusia
untuk mencapai tujuan, selalu diikuti oleh pengukuran dan penilaian, demikian pula
halnya dengan proses pembelajaran.
Dengan mengetahui hasil belajar, dapat diketahui kedudukan anak di dalam
kelas, apakah anak termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang. Hasil belajar ini
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun simbol pada periode tertentu, misalnya
tiap caturwulan atau semester.
Nasution Menyatakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan seseorang
terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu mata pelajaran,
yang lazim diperoleh dari nilai tes atau angka yang diberikan guru. Bila angka
yang diberikan guru rendah, maka hasil belajar seseorang dianggap rendah. Bila
angka yang diberikan guru tinggi, maka hasil belajar seorang siswa dianggap
tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar.34
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa hasil belajar mengarah kepada
optimal dari kegiatan belajar. Supartha, menyatakan bahwa hasil belajar adalah
33
Saifudin Azwar. Pengantar Psikologi Intelegens (Jogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) 34 34
Farid Nasution, Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana Belajar
dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. (Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 8. Nomor 1. 2001), 72
25
kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan tes.35
Penjabaran ini mengandung pengertian bahwa tes merupakan cara untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam usaha
belajar yang dilakukan dalam periode tertentu. Hasil belajar dapat dipakai sebagai
ukuran untuk mengetahui materi pelajaran yang telah diajarkan atau dipelajari.
Sehubungan dengan ini maka, selanjutnya Supartha, merumuskan kegunaan
hasil belajar diantaranya adalah : (1) untuk mengetahui efisiensi hasil belajar
yang dalam hal ini diharapkan mendorong siswa untuk belajar lebih giat, (2)
untuk menyadarkan siswa terhadap tingkat kemampuannya; dengan melihat
hasil tes atau hasil ujiannya siswa dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya
sehingga dapat mengevaluasi dan bagaimana caranya belajar selama ini, (3)
untuk petunjuk usaha belajar siswa, dan (4) untuk dijadikan dasar untuk
memberikan penghargaan.36
Melihat dari pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan,
keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari
proses belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut hasil belajar dalam hal ini secara
konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka
yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan
kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur melalui tes atau ujian. Dari
uraian tentang hasil belajar ini yang menjadi pertanyaan adalah apa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar? Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
35Supartha, ” Validitas Prediktif Nilai Tes Kemampuan Awal Akademik Terhadap Prestasi
Belajar Siswa di SMA Unggulan Se-Kota Denpasar”. Tesis (tidak diterbitkan) Program Pascasarjana IKIP
Negeri Singaraja, 2004), 33 36
Ibid, 34
26
Menurut Suryabrata (1) faktor belajar yang berasal dari luar diri si pelajar yaitu
lingkungan alami dan lingkungan sosial, instrumental kurikulum, program,
sarana dan guru, (2) faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar faktor
fisiologis (kondisi fisik secara umum, kondisi panca indera dan faktor
psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif).37
Dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa faktor yang mempengaruh
hasil belajar terdiri dari dua bagian yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal
yaitu hasil belajar diraih oleh siswa karena kerja keras siswa dalam proses pembelajaran
atau suatu motivasi, dorongan didalam diri siswa untuk meraih hasil belajar yang
memuaskan. Sedangkan secara eksternal prestasi belajar terwujud karena dipengaruhi
oleh lingkungan alam, kehidupan sosial siswa dan guru sebagai ujung tombak yang
menentukan prestasi belajar siswa.
Berkenaan dengan ini maka Sardiman Menyatakan ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yaitu : faktor yang berasal dari dalam diri siswa
(internal), faktor internal ini biasanya berupa minat, motivasi, kondisi fisik sedangkan
faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), biasanya berupa : hadiah, guru atau
dosen, keluarga.38
Dari pengertian yang dijabarkan Sardiman jelas bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar ada dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah kondisi belajar yang mempengaruhi perbuatan belajar berasal dari dalam
diri anak itu sendiri dan faktor eksternal yaitu kondisi belajar dipengaruhi dari luar diri
siswa.
37
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : CV. Rajawali, 1987), 233 38
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta. PT. Raya Grafindo
Persada, 2001), 43
27
Natawijaya menyatakan faktor internal antara lain adalah: motif, kematangan,
kondisi jasmani, keadaan alat indera, minat dan kemampuan. Faktor eksternal dalam
belajar adalah faktor yang berasal dari luar diri pelajar seperti penghargaan, hadiah,
maupun hukuman. Belajar akan lebih berhasil bila individu yang belajar diberikan
hadiah yang dapat memperkuat stimulus dan respon.39
Dari pendapat ini dapat disintesis bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar secara internal yaitu motivasi belajar dalam diri siswa dan keadaan fisik siswa
yang sehat dapat meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan secara eksternal dapat
ditinjau dari penghargaan yang diberikan oleh guru dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Soeitoe mengatakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah
suasana dan tempat belajar juga mempengaruhi individu dalam berlajar baik di
sekolah dan di luar sekolah, antara lain keadaan udara, cuaca, dan tempat belajar
perlu diatur jangan terlalu dingin dan jangan terlalu panas, disamping itu cahaya
juga penting sekali, bagi anak-anak yang berjam-jam lamanya harus menulis dan
membaca dengan penuh konsentrasi. Ruangan yang tenang memberikan suasana
yang gembira dari pada ruangan yang gelap.40
Dari penjabaran ini lebih menekankan aspek tempat dan fasilitas belajar yang
memadai. Sedangkan muhammad Surya menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain dari
sudut si pelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut situasi belajar.41
39
Natawijaya, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Mutiara 1987) , 30 40
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI,
1987) ,105 41
Muhammad Surya Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. (Bandung : Jurusan PPB FIB
IKIP Bandung, 1996), 56
28
Dari argumentasi ini yang dimaksud dengan sudut si pembelajar yaitu siswa,
prestasi belajar seseorang dipengaruhi antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa,
kecerdasan, bakat, minat dan motivasi, penyesuaian diri serta kemampuan berinteraksi
siswa dan yang bersumber dari proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola
proses pembelajaran sangat menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai
materi pelajaran dengan baik, menggunakan metode dan media pembelajaran yang
tepat, mampu mengelola kelas dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuh
kembangkan motivasi belajar siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif
terhadap prestasi belajar siswa untuk belajar. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi
situasi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
c. Devinisi Hasil Belajar PAK
Pendidikan Agama kristen dimulai dengan terpanggilnya abraham menjadi
nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan Agama Kristen berpokok kepada Allah
sendiri, karena Allah yang menjadi pendidik agung bagi umatNya.42
Artinya latar
belakang histori dari agama kristen yaitu pada saat Allah memanggil atau memilih
abraham untuk keluar dari keluarganya, dan pergi ketempat yang Allah janjikan
baginya.
Dalam kejadian 18:19 Allah berkata mengenai Abraham,‟ Sebab Aku telah
memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-ananknya dan kepada keturunannya
supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan
42
I. H. Enklaar dan E.G. Homrihausen, Pendidikan Agama Kristen. (Jakarta: Gunung Mulia,
2009 ), 1
29
kebenaran dan keadilan, dan supaya Tuhan memenuhi kepada Abraham apa yang
dijanjikanNya kepadanya.‟ Melalui kata-kata ini kita diberitahu alasan mengapa Alllah
memutuskan untuk memberi Abraham sebuah pengertian mengenai keputusanNya
untuk menghancurkan kota-kota lembah Yordan.
Abraham dipilih Allah untuk menjadi bapa dari sebuah bangsa yang besar dan
menjadi berkat bagi semua bangsa dibumi. Tetapi supaya janji kepada Abraham dapat
terpenuhi dan Tuhan dapat memberikan berkat yang telah dijanjikanNya, Abraham
harus mengajarkan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang telah
ditunjukkan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan.
Dari ayat ini menurut Louis Berkhof dan Cornelius Van Til menyatakan bahwa
Tuhan Menyatakan demikian supaya Abraham dapat menjadi guru yang benar-benar
efektif yang mengajarkan bahwa berkat dari Yahweh hanya dapat dinikmati dengan
ketaatan, dan ketidaktaatan diiganjar maut, maka harus diberitahukannya kepadanya
bahwa kota-kota lembah Yordan akan dihancurkan karena tuntutan kebenaran dan
keadilan.43
Hal ini memperingatkan bangsa Israel untuk selalu rajin mengingatkan anak-
anak mereka mengenai pekerjaan ajaib Allah yang telah memimpin bangsa itu dimasa
lalu supaya anak-anak ini melayani Allah dengan kerelaan hati, dan kita mendengar apa
yang dianggap sebagai jawaban sukacita dari orang Israel yang benar terhadap semua
peringatan ini sebagaimana tercatat dalam Mzm 78 : 2-7
43
Louis Berkhof dan Cornelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen, ( Surabaya: Momentum,
2008), 45
30
Aku mau membuka mulut mengatakan Amsal
Aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala
Yang telah kami dengar dan kami ketahui,
Dan yang telah diceritakan kepada kami, oleh nenek moyang kami,
Kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka,
Tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
Puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatanNya
Dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.
Telah ditetapkanNya peringatan di Yakup
Dan hukum taurat diberiNya di Israel
Nenek moyang kita diperingatkanNya,
untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka,
Supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian,
Supaya anak-anak yang akan lahir kelak,
Bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka,
Supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah
Dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah
Tetapi memegang perintah-perintahNya.
Sehubungan dengan hal ini menurut Robert R. Boehlke menyatakan pemilihan
Allah kepada Abram berdasarkan keyakinan bahwa Allah memanggil Abram dan ia
menjawab melalui imannya, keturunannya disebut bangsa yang terpilih, dari segi para
31
teolog pertengahan abad ke-7 seb. M., pemilihan itu terjadi hanya karena anugerah
Tuhan saja dan bukan sebagai hasil perbuatan hebat abram dan keluarganya.44
Argumentasi ini berdasarkan kitab Ul 7:7-8 Menyatakan “Bukan karena lebih
banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati Tuhan terpikat olehmu dan
memilih kamu- Bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? tetapi karena
Tuhan mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah di ikrarkanNya kepada
nenek moyangmu, maka Tuhan telah membawah kamu keluar dengan tangan yang kuat
dan menebus engkau dari rumah perbudakan”
Selanjutnya I.H Enklaar dan E. G. Homrihousen, menyatakan bahwa agama
kristen merupakan pemberian dan amanat Tuhan sendiri kepada jemaatNya bahwa
Tuhan telah memanggil dan mengangkat dari antara anggota-anggota gereja baik rasul-
rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita injil maupun gembala-gembala dan
pengajar-pengajar, pelbagai tugas diletakkan Tuhan atas bahu jemaat, beberapa
pelayanan dipercayakanNya kepada gerejaNya dibumi ini diantaranya termasuk pula
tugas mengajar dan mendidik orang atau siswa dalam agama kristen.45
Dari uraian ini
mengandung pengertian bahwa tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik kristen
merupakan tugas yang sangat mulia, dan penting karena hal ini merupakan mandat dari
Allah kepada para pendidik.
Calvin menguraikan pengertian tentang agama kristen adalah pemupukan akal
orang-orang percaya dan anak-anak mereka dengan firman Allah dibawah
44
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari
Plato sampai IG Loyola (Jakarta: BPK Gunumg Mulia,2006), 472 45
I. H. Enklaar dan E.G. Homrihausen, 21
32
bimbingan Roh Kudus, melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan
gereja, sehingga dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang
bersinabung yang diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri
kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan-tindakan kasih
terhadap sesamanya.46
Implikasi dari argumentasi celvin tentang pendidikan kristen yaitu pendidikan
kristen bertujuan mendidik peserta didik untuk menaklukan rasio dibawah kebenaran
Allah, pendidikan kristen mendasarkan aspek kerohanian pesertadidik dapat bertumbuh
dikarenakan bimbingan dari Roh Kudus, pendidikan kristen menekankan kepada
pesertadidik agar mengabdikan diri secara total kepada Tuhan Yesus dalam bentuk
tindakan kasih terhadap Tuhan dan manusia.
Dasar pembelajaran agama kristen dapat ditinjau dari kitab Ulangan 6:4-9 “
Dengarlah hai orang israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan
Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu, apa yang kuperintahkan kepadamu haruslah engkau perhatikan, dan
haruslah engkau mengajarkanya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakanya apabila engkau duduk dirumahmu, apabila engkau sedang dalam
perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga
engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi
lambang didahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu
dan pada pintu gerbangmu”.
Dari ayat ini dapat ditafsirkan bahwa dasar yang esensial dari pendidikan kristen
adalah tindakan kasih terhadap Tuhan dan sesama, kasih dalam hal ini bukanlah
kepura-puraan melainkan kasih yang berasal dari dalam hati manusia serta
46
Robert R. Boehlke, 413
33
mengajarkannya berulang-ulang kali, dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun
sekolah sesuai dengan ajaran yang benar yaitu firman Allah yang telah dinyatakan
dalam Alkitab.
Penulis Amsal 22: 6 Menyatakan“ Didiklah orang muda menurut jalan yang
patut baginya maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu”. Dari ayat ini dapat ditafsirkan bahwa jalan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
kebenaran Allah atau wahyu Allah artinya seorang pendidik kristen harus mendidik
siswa sesuai dengan wahyu Allah agar dimasa tua ia tidak menyimpang dari kebenaran
Allah.
Bukan hanya itu saja dalam konteks perjanjian baru dalam kitab Efesus 6:1-4
menyatakan “ Hai anak-anak, taatilah orang tuamu didalam Tuhan, karena haruslah
demikian. Hormatilah ayah dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting seperti
yang nyata dari janji ini, supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu dibumi. Dan
kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak-anakmu, tetapi
didiklah mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan”
Dari ayat ini pengajaran menekankan aspek ketataan anak terhadap orang tua
didalam Tuhan dan didikan yang bijak dari orang tua kepada anak hal ini harus
dilandaskan firman Allah. Mengapa? Karena firman Allah adalah ajaran yang mutlak
benar, hal ini dikarenakan bahwa dasar dari kebenaran firman adalah bersumber dari
kebenaran itu sendiri yaitu Allah.
Selanjutnya dalam II Timotius 3:16 Menyatakan “ Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” Dari ayat-
34
ayat ini ada beberapa elemen penting dalam konteks pengajaran agama kristen yaitu
pengajaran tentang keTuhanan diajarkan oleh pendidik dari masa dalam kandungan
hingga akhir hayat agar bertumbuh iman dan pengenalan yang sejati tentang Yesus
Kristus.
Dasar pengajaran kristen bersifat Imperatif yaitu suatu unsur keharusan mutlak
yang tidak boleh tidak, mutlak untuk mendidik atau membesarkan didalam ajaran
Tuhan. Mendasarkan pengajaran pada Firman Allah. Pendekatan yang digunakan
adalah multi metode, berpusat pada peserta didik, peserta didik adalah subjek dan isi
dari pengajaran berupa nasihat, didikan ajaran norma Tuhan dalam pembentukan nilai-
nilai karakteristik peserta didik.
Pengajaran agama kristen mempunyai andil yang sangat penting dalam
pembentukan karakteristik peserta didik, hal ini dikarenakan pengajaran kristen bersifat
Teosentri yaitu melandasi kedaulatan Allah sebagai pusat dari pengajaran, artinya
hanya Allah yang berdaulat membentuk karakteristik peserta didik. Agama kristen juga
memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan peserta didik, agama kristen
menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat. Menyadari peran agama kristen amat penting bagi kehidupan
peserta didik maka pembelajaran agama kristen sebagai pilar utama dalam pendidikan,
baik pendidikan dilingkungan keluarga, dilembaga pendidikan formal, maupun
nonformal dalam masyarakat.
Mengapa? Karena pendidikan kristen dimaksudkan untuk peningkatan potensi
spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Aklak mulia
35
mencangkup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama
kristen. Peningkatan potensi spiritual, mencakup pengenalan, pemahaman, dan
penanaman nilai-nilai ajaran kristen serta pengalaman nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan individual ataupun dalam masyarakat.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
yang dimiliki peserta didik yang aktualisasinya, mencerminkan harkat dan martabatnya
sebagai makluh Tuhan. Pendidikan agama kristen membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan kristen lebih menekan
moralitas moral knowing, moral feeling, dan moral action.
Agama Kristen merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menunjang
kehidupan dalam segala perwujudan makna: hidup sepanjang hayat, dan dorongan
peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada
aspek-aspek spasial eksistensi manusia, agar manusia memahami karakteristik dunianya
dan tempat hidupnya.
Bidang kajian Agama kristen meliputi seluruh ciptaan Allah, hubungan antara
manusia dengan Tuhan, lingkungan, serta pertalian antara manusia dengan sesama
manusia. Pendidikan agama kristen disajikan kepada siswa dengan tujuan supaya siswa
mampu mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam pengalaman keseharian dan
dengan demikian dapat mengalami transformasi nilai-nilai kehidupan. Hal ini
dikarenakan siswa kristen yang hidup dimasa kini berhadapan dengan berbagai tawaran
nilai-nilai kehidupan yang bersifat positif maupun negatif.
36
Oleh sebab itu maka seorang pendidik kristen harus memahami sistem penilaian
dalam pendidikan agama kristen merupakan hal yang sangat penting, hal ini
dikarenakan bahwa upaya untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
perlu dilakukan penilaian atau evaluasi dengan penilaian dapat diketahui kemampuan,
kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai.
Secara umum pengertian penilaian adalah metode yang biasa digunakan untuk
menilai unjuk kerja individu, pesertadidik atau kelompok.47
Sementara Abdul Majid
mengungkapkan bahwa penilaian adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan
belajar mengajar.48
Dari kedua pendapat diatas dapat diimplikasikan bahwa penilaian adalah suatu
proses yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang perkembangan siswa dalam belajar. Penilaian adalah suatu upaya seorang
pendidik untuk mengetahui secara akurat sejauh mana kompetensi yang telah dikuasai
oleh seorang siswa dan data tersebut dapat dilakukan oleh seorang pendidik untuk
mengambil keputusan apakah siswa tersebut berhasil dalam prosese pembelajaran atau
tidak.
Supartha menyatakan penilaian pendidikan adalah penilaian tentang
perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran
yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, tujuan
47
Abdul Ghofur, Pedoman umum pengembangan penilaian, (Jakarta: Diknas, 2004),10 48
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosda, 2005),185
37
penilaian adalah untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi terhadap
perkembangan dan kemajuan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam
kurikulum.49
Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa penilaian dalam proses
pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk
mengetahui perkembangan intelektual atau pengetahuan siswa.
Selanjutnya Supartha, Menyatakan penilaian dalam pendidikan ada beberapa
jenis, yaitu penilaian formatif, sumatif, penempatan, dan diagnostik. Di samping
itu, dapat juga dikatakan bahwa jenis-jenis penilaian sebagai berikut: (1)
ulangan harian mencakup bahan kajian satu pokok bahasan atau beberapa pokok
bahasan untuk memperoleh umpan balik bagi guru, (2) ulangan umum
merupakan ulangan yang mencakup seluruh pokok bahasan, konsep, tema, atau
unit dalam catur wulan atau semester yang bersangkutan dalam kelas yang sama.
Hasil ulangan umum selain untuk mengetahui pencapain siswa juga digunakan
untuk keperluan laporan kepada orang tua siswa dan keperluan administrasi lain,
bentuk alat penilaiannya adalah berupa pilihan ganda dan sering dilakukan
secara bersama-sama pada suatu wilayah maupun wilayah tingkat I, (3) ujian
akhir, ujian akhir ada yang bersifat nasional, ada yang bersifat regional, dan ada
yang bersifat lokal. Hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan kelulusan siswa dan digunakan untuk pemberian surat tanda tamat
belajar.50
Sedangkan menurut Purwanto menyatakan penilaian adalah suatu evaluasi yang
dilakukan sekolah mempunyai tiga fungsi pokok yang penting, yaitu: (1) untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan, dalam rangka waktu tertentu, (2) untuk
mengetahui sampai di mana perbaikan suatu metode yang digunakan guru dalam
mendidik dan mengajar, dan (3) dengan mengetahui kesalahan dan kekurangan yang
terdapat dalam evaluasi selanjutnya dapat diusahakan perbaikan.51
Dari uraian ini dapat
diimplikasikan bahwa penilaian merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan
karena dengan penilaian maka seorang pendidik dapat mengetahui perkembangan
49
Supartha, 2004,36 50
Ibid,37 51
Ngalim Purwanto, 42
38
intelektual peserta didik, dan dengan penilaian pula seorang pendidik dapat
mengevaluasi sistem pengajaran.
Menurut Merry Setiawani dan Sthepen Tong Penilaian kristen terdiri dari dua
bagian antara lain:1.Penilaian Berdasarkaan Hasil belajar antara lain:a. Penilaian
berdasarkan nilai b. Penilaian berdasarkan bakat c. Penilaian berdasarkan
tingkah laku 2. Penilaian Berdasarkan Proses Belajar a. Memperkembangkan
yang terbaik b. Berdasarkan etika kristen c. Mementingkan pertumbuhan
kristen52
Dari pendapat diatas dapat dianalisis beberapa hal yaitu penilaian berdasarkan
hasil belajar mengandung pengertian bahwa evaluasi hasil belajar siswa dapat diketahui
berdasarkan nilai yang telah diberikan guru kepada siswa. Nilai yang diberikan guru
kepada siswa sebagai suatu penentu kesuksesan siswa dalam memperoleh hasil belajar.
Penilaian berdasarkat bakat menonjolkan aspek psikologis dalam diri siswa
artinya bahwa seorang siswa harus mampu untuk mengembangkan bakat atau potensi
yang ada dalam dirinya secara semaksimal mungkin, dan penilaian berdasarkan tingkah
laku lebih menekankan aspek moralitas didalam diri siswa, hal ini bisa dinilai oleh
seorang pendidik dari pengamatan langsung karakteristik siswa dalam kehidupan
lingkungan sekolah apakah siswa tersebut mempunyai tingkah laku atau perbuatan yang
baik ataukah tidak? Artinya perbuatan adalah penentu apakah siswa memperoleh nilai
yang sukses atau tidak?
Sedangkan penilaian berdasarkan proses belajar berkenaan dengan ruang dan
waktu dalam melaksanakan proses pembelajaran, hal ini bisa ditinjau dari segi
kepribadian siswa dalam artian bahwa apakah siswa secara aktif mengembangkan yang
52
Mary Setiawani dan Sthepen Tong, Seni Membentuk karakter Kristen, (Surabaya: Momentum,
2012),22-27
39
terbaik pada saat proses pembelajaran berlangsung atau tidak, mengembangkan yang
terbaik dalam hal ini adalah dimana siswa menaati tata tertib atau peraturan dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar, siswa aktif dalam berinteraksi dengan
pendidik.
Berkenaan dengan penilaian PAK maka Sariaman Sitanggang menyatakan
bahwa tujuan penilaian PAK adalah: 1. Penelusuran proses pembelajaran PAK
yang telah dilaksanaakan, apakah pembelajaran tersebut telah sesuai dengan
perencanaan pembelajaaran PAK atau belum. 2. Untuk mengecek, apakah
pesertadiddik memiliki kelemahan-kelemahan dalam merespon pembelajaran
PAK yang dilakukan.3. Pencarian hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kelemahan-kelemahan yang dimiliki pesertadidik tersebut. 4. Penetapan
kesimpulan apakah pesertadidik telah menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan dalam standar isi (SI) atau belum.53
Dari uraian yang telah dijabarkan diatas dapat dianalis bahwa tujuan dari
evaluasi yaitu untuk meneliti secara akurat dan sistematis tentang apakah proses
pembelajaran siswa telah mencapai tujuan yang maksimal ataukah belum, tujuan
maksimal dalam proses pembelajaran ini biasanya ditinjau dari segi kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Tujuan evaluasi yaitu untuk meneliti apakah secara psikologis dan fisiologis
attau kondisi fisik siswa mempunyai kelemahan atau tidak, dan tujuan evaluasi yaitu
untuk menelusuri sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kelemahan siswa dalam
belajar, tujuan yang terakhir dari evaluasi yaitu untuk mengambil keputusan tentang
seberapa besar hasil kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Tujuan penilaian adalah untuk mengukur atau mengetahui secara mendalam
tentang kedalaman pengetahuan siswa atau seberapa besarkah kecerdasan siswa dalam
53
Sariaman Sitanggang,152
40
proses pembelajaran. Dan fungsi penilaian pula sebagai bahan evaluasi bagi seorang
pendidik dan siswa bagaimana cara belajar siswa dan bagaiaman cara mengajar
pendidik, apakah cara belajar siswa telah mencapai hasil maksimal ataukah belum,
apakah cara mengajar pendidik sudah mencapai tujuan maksimal ataukah belum hal ini
dapat ditinjau dari segi hasil belajar siswa.
Agar penilaian PAK dapat mencapai tujuan dan fungsi penilaian yang akurat
dan mendalam maka penilaian harus dilandaskan oleh prinsip penilaian PAK. Menurut
Sariaman Sitanggang terdiri dari lima bagian antara lain:1). Berfokus pada penjejangan
kompetensi pesertadidik. 2). Penilaian bekelanjutan. 3). Bersifat mendidik. 4).
Mengumpulkan data dan informasi. 5). Untuk menyimpulkan mana yang benar dan
mana yang salah.54
Dari lima prinsip yang dijabarkan diatas mengandung pengertian bahwa prinsip
dalam penilaian harus berpusat pada keahlihan, kemampuan dan ketrampilan dalam diri
siswa, prinsip dalam penilaian harus bersifat berkelanjutan atau terus menerus untuk
mengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa, prinsip dalam penilaian juga harus
dilandasi oleh kebenaran artinya seorang pendidik harus dengan penuh kebenaran untuk
menilai hasil belajar siswa.
Dalam sistem penilaian pembelajaran PAK terdapat beberapa bentuk penilaian
selanjutnya menurut Sariaman Sitanggang bentuk-bentuk penilaian antara lain:1. Tes
54
Sariaman Sitanggang,153
41
tertulis 2. Pertanyaan lisan 3. Penilaian kinerja 4. Penilaian forto folio 5. Penilaian
proyek 6. Penilaian sikap. 55
Dari pendapat ini dapat dianalisis bahwa bentuk-bentuk penilaian terdiri dari
enam indikator yang mengandung pengertian bahwa dalam proses penilaiaan maka
seorang pendidik perlu untuk memahami secara jelas tentang bentuk-bentuk penilaian
karena hal ini dapat menghasilkan hasil penilaian yang valid atau sahih dan dapat
dipercaya. Penilaian dalam bentuk tertulis hal ini dapat ditinjau dari segi test tertulis
yang diberikan guru kepada siswa, tes tertulis terdiri dari tiga bagian yaitu test objektif
(dalam bentuk pilihan ganda), tes non objektif (dalam bentuk isian singkat), uraian (
dalam bentuk bebas).
Test dalam bentuk pertanyaan lisan mengandung peengertian bahwa dalam
proses pembelajaran seorang pendidik harus memberikan pertanyaan kepada siswa
untuk mengetahui apakah siswa memahami materi yang sudah dijelaskan atau tidak?
Pertanyaan lisan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui daya atau tarap serap siswa
yang berkenaan dengan ranah kognitif.
Test dalam bentuk kinerja adalah suatu cara penilaian yang menekankan siswa
untuk mendemontrasikan pengetahuan yang ia miliki terhadap berbagai konteks sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh seorang pendidik. Bentuk penilaian forto
folio mengandung pengertian bahwa penilaian dilakukan berdasarkan kumpulan kertas
berharga yang dimiliki siswa sebagai bahan dalam melaksanakan penilaiaan.
55
Ibid,154-156
42
Penilaian proyek mengandung pengertian bahwa dalam melakukan penilaian
terhadap siswa maka seorang pendidik harus memberikan tugas kepada siswa untuk
diikerjakan, tugas yang diberikan guru kepada siswa adalah cara seorang pendidik untuk
memberikan penilaiaan dalam bentuk penilaian proyek dan hal yang paling penting
dalam penilaiaan adalah sikap siswa apakah mengarah ke hal yang bersifat positif
ataukah negatif. Penilaan sikap menekankan aspek afektif yaitu perubahan karakteristik
siswa yang dapat ditinjau dari segi kehidupan siswa, sistem penilaian ini dapat
dilakukan dengan mengamati kehidupan belajar siswa disekolah maupun diluar
sekolah. Dari uraian para ahli pendidikan kristen dan para teolog tentang hasil belajar
PAK maka hal ini dapat ditinjau dari tiga bagian penting yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
1). Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak dalam pengertian
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Menurut Anurrahman ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu
Pengetahuan, Pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.56
Dari pendapat ini mengandung pengertian bahwa pengetahuan mencakup
kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari oleh siswa dan tersimpan
didalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode yang telah dipelajari siswa. Pemahaman,
56
Annurahman,48
43
mengandung pengertian bahwa kemampuan menangkap sari dan makna hal-hal yang
telah dipelajari siswa.
Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah nyata dan baru dalam konteks kehidupan. Perilaku ini misalnya
tampak dalam kemampuan menggunakan prinsip. Analisis, mencakup kemampuan
merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat
dipahami dengan baik.
Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya tampak
dalam kemampuan menyusun program belajar. Evaluasi, mencakup kemampuan
membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Sebagai contoh
kemampuan menilai hasil belajar siswa setelah mempelajari agama kristen.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2). Ranah afektif
Ranah afektif yaitu system penilaian hasil belajar yang ditinjau dari segi sikap.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
44
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi, ciri-ciri hasil belajar afektif
akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Menurut Annurahman terdiri dari lima jenis perilaku: a). Penerimaan, b).
Partisipasi c). Penilaian dan penentuan sikap, d). Organisasi, e). Pembentukan pola
hidup.57
Dari kelima jenis ini dapat dikatakan bahwa penirimaan mencakup kepekaan
tentang hal-hal tertentu dan keseediaan memperhatikan hal tersebut. Partisipasi
berkenaan dengan kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
Penilaian mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui
dan menentukan sikap. mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai
pedoman dan pegangan hidup. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan
menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
3). Psikomotorik
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan skill
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
atau memahami sesuatu dan kemudian mengimplementasikan dalam bentuk sikap yang
nyata dari hasil belajar afektif. Ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Menurut
Annurahman terdiri dari tujuh perilaku:a). Persepsi, b). Kesiapan, c). Gerakan
57
Ibid, 49
45
terbimbing, d). Gerakan terbiasa, e). Gerakan kompleks, f). Penyesuaian pola gerakan,
g). Kreativitas,58
Hal ini mencakup kemampuan memilah-milah atau mendeskripsikan sesuatu
secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. Kesiapan,
mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan dimana akan terjadi
suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani.
Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau
gerakan peniruan. Misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola. Gerakan
terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh, misalnya
melakukan lempar peluru dengan tepat.
Gerakan kompleks, mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan
yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efesien, dan tepat. Misalnya bongkar
pasang peralatan secara tepat. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan
mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus
yang berlaku. Misalnya kemampuan bertanding dengan lawan tanding. Kreativitas,
mencakup melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Misalnya kemampuan membuat gerakan senam sendiri.59
Dari uraian ranah psikomotor maka dapat diukur melalui: (1) pengamatan
langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
58
Ibid, 50 59
Anurrahman, 48-54
46
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3)
beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
2. Hakikat Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan hal yang sangat penting dalam diri individu, hal ini
dikarenakan bahwa kepercayaan diri adalah keadaan psikologis dalam diri seseorang,
yang secara internal dapat mempengaruhi kehidupan siswa. Untuk memperdalam
khasanah pengetahuan tentang kepercayaan diri maka kita akan meninjau hakikat dari
percaya diri?
a. Devinisi Percaya Diri
Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada dirinya sendiri hal ini sesuai yang dijabarkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia percaya diri adalah: “Keyakinanan akan kemampuan, kelebihan diri
sendiri bahwa akan meraih apa yang diinginkan, atau perasaan mendalam seseorang
bahwa ia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.60
Uraian ini mengandung pengertian bahwa percaya diri adalah suatu hasrat yang
mendalam didalam diri seseorang, untuk menganalisis segala kemampuan, dan potensi
yang ada dalam dirinya, percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan
sesuatu tindakan.
60
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 856
47
Kepercayaan diri juga dapat dikatakan suatu kepercayaan terhadap diri sendiri
yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut
memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep diri. Pribadi yang
percaya diri adalah pribadi yang percaya terhadap diri sendiri, meyakini diri sendiri, dan
hal ini ada dalam diri setiap orang, percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan
sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat
memanfaatkannya secara tepat, percaya diri tak lain dan tak bukan adalah percaya
terhadap diri sendiri, percaya akan kemampuan sendiri.
Sehubungan dengan percaya diri Maslow Menyatakan “Percaya diri merupakan
modal dasar untuk pengembangan aktualitas diri. Dengan percaya diri orang
akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri sementara itu, kurangnya
percaya diri akan menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang
kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi
tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang
dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan
orang lain“.61
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa percaya diri mempunyai andil yang
sangat penting, dalam diri manusia, yaitu berkaitan dengan pengenalan tentang
eksitensi diri, dengan adanya kepercayaan diri maka individu mulai memahami apa
yang ada dalam dirinya? Apa kelebihan dan apa kekurangan didalam dirinya? Sehingga
individu tersebut merasa puas, merasa bangga, terhadap diri sendiri, karena memahami
diri sendiri.
Orang yang dikatakan memiliki kepercayaan diri ialah orang yang merasa puas
dengan dirinya adapun gambaran merasa puas terhadap dirinya adalah orang yang
merasa mengetahui dan mengakui terhadap ketrampilan dan kemampuan yang
61
Maslow,123
48
dimilikinya, serta mampu menunjukkan keberhasilan yang dicapai dalam kehidupan
bersosial. Untuk mencari atau menggali definisi yang akurat tentang percaya diri, maka
harus menganalisis tentang unsur-unsurnya yang khas. Hal ini dilakukan dengan
mendaftarkan sifat-sifat dan ketrampilan-ketrampilan hasil pengamatan terhadap orang
yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Individu yang percaya diri adalah orang yang mengetahui dengan jelas dan
tuntas tentang eksitensi dirinya, dan berani untuk melangkah meskipun menghadapi
suatu tantangan atau rintangan, sebaliknya orang yang tidak percaya diri adalah orang
yang tidak tahu apa potensi yang ada dalam dirinya hal ini juga dapat memberikan
indikasi bahwa orang yang tidak percaya diri adalah orang yang kehilangan identitas
dirinya.
Angelis mengatakan kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa
manusia bahwa tantangan hidup apapun, harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Kepercayaan diri lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan
sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan.62
Artinya kepercayaan diri akan datang
dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki prinsip untuk
melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Percaya diri yaitu suatu
keyakinan seseorang, terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu, untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam
hidupnya.
62
Anggelis Apa itu Percaya Diri. (Jakarta: Qultum Media, 2000),10
49
Jadi dari devinisi ini dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki
kepercayaan diri akan optimis, di dalam melakukan semua aktivitasnya, dan
mempunyai tujuan yang realistik, artinya individu tersebut akan membuat tujuan hidup
yang mampu untuk dilakukan, sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan
keyakinan akan berhasil atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri akan mampu mengetahui kelebihan yang
dimilikinya, karena siswa tersebut menyadari bahwa segala kelebihan yang dimiliki,
kalau tidak dikembangkan, maka tidak akan ada artinya, akan tetapi kalau kelebihan
yang dimilikinya mampu dikembangkan dengan optimal, maka akan mendatangkan
kepuasan sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.
Siswa yang percaya diri akan memandang kelemahan sebagai hal yang wajar
dimiliki oleh setiap individu, karena individu yang percaya diri, akan mengubah
kelemahan yang dimiliki, menjadi motivasi untuk mengembangkan kelebihannya dan
tidak akan membiarkan kelemahannya tersebut, menjadi penghambat dalam
mengaktualisasikan kelebihan yang dimilikinya.
Sebagai contoh, siswa yang selalu menjadi juara kelas mampu menguasai materi
pelajaran yang diajarkan di sekolah, sehingga ia merasa yakin dan tidak takut jika
disuruh gurunya untuk mengerjakan soal di depan kelas. Bahkan, di dalam setiap mata
pelajaran, jika guru bertanya atau meminta seseorang untuk mengerjakan soal di depan
kelas, siswa yang menjadi juara kelas dapat mengajukan diri tanpa diperintah. Mengapa
demikian? Karena siswa tersebut merasa yakin dan perccaya akan kemampuan yang ada
dalam dirinya.
50
Sehubungan dengan ini maka Luxori menyatakan bahwa, percaya diri adalah
hasil dari percampuran antara pikiran dan perasaan yang melahirkan perasaan rela
terhadap diri sendiri, meyakini diri sendiri.63
Pendapat ini mengandung pengertian
bahwa dengan memiliki kepercayaan diri, seseorang akan selalu merasa baik, rela
dengan kondisi dirinya, akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang berkualitas
dan berbobot.
Hal ini dapat ditinjau dalam berbagai bidang kehidupan, pekerjaan,
kekeluargaan, dan kemasyarakatan, sehingga dengan sendirinya seseorang yang percaya
diri selalu merasakan bahwa dirinya adalah sosok yang berguna dan memiliki
kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama, dengan masyarakat lainnya dalam
berbagai bidang. Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang akan mendorongnya untuk
mempunyai keyakinan diri dalam menyelesaikan setiap aktivitas belajar dengan baik.
Siswa yang percaya diri adalah siswa mengikuti konsep diri atau pemahaman didalam
diri sendiri. Individu yang percaya diri adalah individu yang menghargai diri sendiri hal
ini akan ditinjau dari faktor terbentuknya percaya diri.
63Luxori, Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa yang
Tidak Naik Kelas Skripsi. (Semarang: UNNES. 2007),5 Tidak diterbitkan
51
b. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya percaya diri
1. Keyakinan Diri
Keyakinan diri merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu.
Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup
mengetahui dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.64
Konsep
keyakinan diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura keyakinan diri mengacu pada
persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi
tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.65
Pervin memberikan pandangan yang memperkuat pernyataan Bandura tersebut.
Pervin menyatakan bahwa keyakinan diri adalah kemampuan yang dirasakan untuk
membentuk perilaku yang relevan pada tugas atau situasi yang khusus.66
Berdasarkan
persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keyakinan diri adalah
perasaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang
relevan dalam situasi-situasi khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin
menimbulkan stres.
Menurut Lauster Orang yang memiliki keyakinan diri adalah a. Orang yang
mempunyai keyakinan akan kemampuan tentang dirinya bahwa mengerti
sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.b. Optimis yaitu sikap positif
seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang
diri, harapan dan kemampuan.c. Obyektif yaitu orang yang percaya diri
memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran
semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut pribadinya sendiri.
d. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala
64
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, ( Jakarta: BPK Gunung
Mulia,2008).5 65
Ibid, 6 66
Ibid, 7
52
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis yaitu
analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian, dengan
menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai kenyataan.67
Dari argumentasi diatas dapat diikatakan bahwa keyakinan diri adalah suatu hal
yang sangat penting dalam kepribadian siswa hal ini dikarenakan bahwa keyakinan diri
akan mendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan penuh kemampuan agar
apa yang dilakukan dapat tercapai dengan baik, keyakinan diri individu dapat ditinjau dari
kemampuan individu dalam mengerjakan suatu tugas.
Mengapa? Karena kemapuan individu dalam mengerjakan sesuatu mempunyai
tingkat keyakinan yang berbeda, hal ini sesuai apa yang diungkapkan oleh Bandura
Menyatakan keyakinan diri individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat
kesulitan tugas. Individu memiliki keyakinan diri yang tinggi pada tugas yang mudah dan
sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang
tinggi. Individu yang memiliki keyakinan diri yang tinggi cenderung memilih tugas yang
tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.68
Dari pendapat diatas mengandung pengertian bahwa keyakinan diri menunjukkan
bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang
diharapkan individu. Keyakinan diri menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras,
bahkan ketika menemui hambatan sekalipun.
2. Konsep Diri
Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan
konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Konsep diri merupakan
gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya
67
Lauster, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Mutiara, 1987) 68
Bandura,9
53
mempunyai konsep diri negative, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri
akan memiliki konsep diri positif.
Rogers mengunngkapkan bahwa gagasan-gagasan psikologi-psikologi mengenai
konsep diri merupakan pendekatan operasional terhadap pernyataan abadi para filsuf
„Siapa diri saya?‟ kita semua telah mengajukan pernyataan ini kepada diri kita sendiri
berkali-kali dan sementara kadang-kadang kita merasa bahwa kita sungguh-sungguh
mengetahui siapa diri kita sendiri, dan kadang-kadang kita merasa kebinggungan dan
tidak dapat memutuskan persoalan tersebut.69
Menurut Sunarya self concept atau konsep diri adalah cara individu dalam
melihat pribadinya secara utuh, menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
spiritual.70
Hasballah M. Jaad menyatakan defenisi sebagai self concept atau konsep diri
adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri, yang menyangkup pandangan
tentang dunia, kepuasan tentang kehidupan, dapat menghargai atau menyakiti diri
sendiri, maupun mengevaluasi kemampuan sendiri dan presepsi mengenai dirinya
sendiri.71
Dari pendapat ini dikatakan bahwa self concept atau konsep diri adalah cara
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. konsep diri sebenarnya adalah keyakinan
seseorang tentang pendapat orang yang penting baginya mengenai dirinya.
Dengan demikian, konsep diri ini merupakan bayangan cermin yang
memperlihatkan atau menunjukan takaran maupun mengenai keberanian, keyakinan,
gambaran, pandangan, pemikiran, dan perasaan terhadap apa yang dimiliki seseorang
tentang dirinya sendiri yang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungan
69
Rogers, Pengantar Ilmu Filsafat, (Yogyakarta:Liberty, 2000) 24 70
Sunarya,32 71
Ibid,33
54
dengan orang lain, serta bagaimana reaksi orang lain terhadap dirinya, atau merupakan
suara hati dalam melakukan penilaian diri sendiri.
3. Menjadi Diri Sendiri
Menjadi diri sendiri memang sama sekali bukanlah sesuatu hal yang mudah dan
terjadi begitu saja. Bagi seorang anak kecil, misalnya menjadi dirinya sendiri terjadi
dalam suatu rangkaian prospek ketakutan untuk berdiri sendiri, terlepas dan suatu
pengawasan penuh dari kedua oang tuanya.
Kembali akan ditekankan disini bahwa perjuangan untuk menjadi seseorang
pribadi dalam suatu identitas yang unik, adalah suatu perjalanan penuh liku dan air
mata. Mulai perkembangan awal pada fase kanak-kanak dan terus berkembang dalam
perrjuangan hidup sebagai remaja bahkan sampai dewasa dan tua pun orang masih saja
mencari identitas dirinya sendiri. Mereka masih bertanya-tanya bagaiman mengalami
apa yang dinamakan menjadi diri sendiri.
Apa artinya menjadi diri sendiri? Pengalaman tentang menjadi diri sendiri
merupakan suatu konviksi dasar dimana manusia mulai merasakan dan mengalami diri
sebagai suatu "ada" secara psikologis.72
Dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa
menjadi diri sendiri adalah suatu identitas diri sebagai suatu ada secara psikologis
berarti bahwa orang yang berpengalaman seperti itu telah menjadi begitu dekat dan
intim dengan keberadaan diri yang dimilikinya.
4. Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri hal ini
dikarenakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya percaya diri
72
Ibid,20
55
seseorang.73
Artinya ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang
kentara.
Berkenaan dengan kondisi fisik maka Schneiders Menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah keadaan fisik (physical conditions), kondisi
fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri, sebab keadaan
sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya kepercayaan diri yang
baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada
individu dalam kepercayaan diri.
Pendapat ini mengandung pengertian bahwa kondisi fisik yang lengkap dan
sehat merupakan hal yang mutlak sangat penting dalam kepribadian seseorang, hal ini
dikarenakan bahwa kondisi fisik yang sehat dan lengkap dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri individu baik dilingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga.
5. Pendidikan
Pendidikan juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Tingkat
pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang
lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan
menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan
mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan
memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
Rogers Mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan
kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri
73
Ibid,18
56
dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan
rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.74
6. Lingkungan dan Pengalaman Hidup
Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini adalah lingkungan keluarga dan
masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti
anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan
percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa
memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat dan semakin tinggi pula kepercayaan
diri.
Pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang
dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis
merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada
masa kanak-kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri.
Berorientasi dari setiap pendapat di atas maka dapat disimpulkan, bahwa
kepercayaan diri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau siswa
yang terdiri dari keyakinan diri, konsep diri, menjadi diri sendiri, kondisi fisik,
pendidikan dan lingkungan pengalaman hidup.
Oleh karena itu, di dalam dunia pendidikan formal juga merupakan suatu
kegiatan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses pembelajaran siswa tidak
sesuai dengan tujuan pendidikan dan juga mendapatkan hasil belajar yang nihil, karena
74
Rogers,26
57
kurangnya kepercayaan diri siswa yang dapat dilihat dan diukur dari indikator-
indikatornya. Untuk mendapatkan hasil belajar dari tujuan pendidikan formal yang ada,
maka perlu menumbuhkan kepercayaan diri siswa sehingga boleh mendapatkan hasil
belajar yang memuaskan serta sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Hakikat Motivasi Belajar
a. Devinisi Motivasi
Kata motif menurut Sardiman diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.75
Dalam pengertian bahwa motivasi dapat
dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam diri individu untuk
melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi adalah
pendorong atau pemberi semangat dalam diri individu untuk bertindak, motif adalah
pengerak apa yang belum gerak dalam diri individu dan motif adalah semangat dalam
diri individu untuk mencapai tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan yang timbul
pada diri seseorang, secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu atau suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendakinya.76
75
Sardiman A. M,73 76
Kamus Besar Bahasa Indonesia,756
58
Uraian ini mengandung pengertian bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh
individu berasal dari suatu motivasi atau tujuan. Motivasi berasal dari bahasa latin
“Movere” yang berarti mendorong atau menggerakkan manusia untuk melakukan
aktivitasnya. Menurut soen siregar dalam buku kepemimpinan kristiani Motivasi adalah
dorongan mengelolah internal self dalam diri kita sendiri, agar memberi respon positif
dan konsisten terhadap situasi, keberhasilan tantangan masalah yang dihadapi, dalam
arena kehidupan yang digeluti.77
Dari argumentasi ini mengandung pengertian bahwa motivasi merupakan
penggerak didalam diri manusia, untuk mencari solusi yang tepat dalam suatu masalah
yang dihadapi. Sedangkan menurut Mc donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.78
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung pengertian
bahwa motivasi adalah mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
manusia. Motivasi ditandai dengan munculnya suatu rasa dalam diri seseorang.
Motivasi dirangsang karena adanya suatu tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Purwanto menyatakan istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar
dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang
timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak
melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ”pendorongan” suatu usaha yang
77
Soen Siregar, Kepemimpinan Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003),6 78
Ibid,7
59
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.79
Sedangkan menurut Uno istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat
diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak dan berbuat.80
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa
motivasi berasal dari kata motif yang artinya sebagai suatu kekuatan yang ada dalam
diri individu yang dapat menggerakkan individu itu untuk melakukan sesuatu.
Seperti yang dikemukakan Hamalik motivasi adalah perubahan energi dalam
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.81
Dalam hal ini, mengandung pengertian bahwa ketika seseorang
memiliki motivasi maka dengan sendirinya ia melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
Djaali motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna untuk mencapai
suatu tujuan (kebutuhan).82
Dalam hal ini maka dapat disintesis bahwa motivasi
merupakan kebutuhan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk melakukan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkannya.
Hal ini senada yang dikemukakan oleh Mudjiono dan Dimyati merumuskan
motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadi proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya
79
Purwanto,71 80
Uno,3 81
Hamalik,158 82
Djaali,101
60
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.83
Dalam hal ini, maka dapat dilihat
bahwa kemampuan siswa yang begitu kuat timbul dari dalam dirinya akan dapat
melakukan kegiatan belajar dengan baik, akan tetapi siswa yang tidak memiliki
kemampuan kuat dalam belajar maka tidak akan dapat melakukan kegiatan belajar
dengan baik. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu membangkitkan motivasi belajar
siswa sehingga dapat melakukan kegiatan belajar dengan baik.
Sanjaya Menyatakan bahwa motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru
dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu.84
Dalam hal ini, guru
sebagai salah satu motivator utama atau pengerak utama apa yang belum gerak dalam
proses pembelajaran dengan menegaskan bahwa pentingnya pengalaman dan materi
pembelajaran bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan lebih giat lagi dalam
belajar bukan untuk mendapatkan nilai dan pujian melainkan siswa menyadari bahwa
belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi hidupnya dan masa
depannya.
Djamarah berpendapat bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar.85
Dalam hal ini, jelas bahwa dalam suatu kegiatan
belajar siswa harus membutuhkan kesiapan dalam belajar sebab belajar merupakan
suatu proses kegiatan yang membutuhkan kesiapan.
Motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas manusia yang sangat
diperlukan khususnya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan.
Motivasi merupakan suatu dorongan bagi setiap manusia yang ingin melakukan suatu
83
Mudjiono dan Dimyati,239 84
Sanjaya,135 85
Djamarah,200
61
kegiatan dalam dunia yang penuh dengan persaingan. Siswa yang belajar pun
merupakan suatu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar yang lebih giat, agar
siswa boleh mendapatkan prestasi belajar yang baik dan tidak kalah saing terhadap
perkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat.
Motivasi menurut William G Scot bahwa Motivasi merupakan suatu proses
psikologi, yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan persepsi, dan
keputusan yang terjadi pada diri seseorang dan motivasi sebagai proses
psikologi timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri seseorang itu sendiri yang
disebut instrinsik dapat berupa kepribadian, sikap pengalaman dan pendidikan
atau harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.86
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan energi seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, motivasi intrinsik
maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik
dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Sardiman Menyatakan motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: (a) tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus
menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai); (b)
ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memiliki dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang
telah dicapainya); (c) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
“untuk orang dewasa (masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi,
keadilan, pembaratasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal,
amoral dan sebagainya); (d) lebih senang bekerja mandiri; (e) cepat bosan pada
tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu
saja, sehingga kurang kreatif); (f) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau
sudah yakin akan sesuatu); (g) tidak mudah melepaskan hal yang dinyakini itu;
(h) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.87
86
William G Scot Apa itu Psikologi (Kerlinger & Pedhazur, 1997),161 87
Sardiman,83
62
Dalam hal ini dapat diketahui, bahwa motivasi memilki ciri-ciri yang seperti
diuraikan diatas. Ciri-ciri motivasi dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian siswa belajar juga
mengalami masalah yang dimana siswa dapat menyelasaikanya dengan tekun dan giat
dalam belajar. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri
bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan
upaya pencapaian kinerja prestasi seseorang.
Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun mengemukakan
bahwa untuk memahami motivasi, individu dapat ditinjau dari beberapa
indikator, diantaranya: (1) durasi kegiatan; (2) frekuensi kegiatan; (3) persistensi
pada kegiatan; (4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan; (5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan; (6)
tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan; (7)
tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan; (8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.88
Djamarah menyatakan motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang
disebut”motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang
disebut”motivasi ekstrinsik”.89
Dalam argumentasi ini, motivasi terdiri dua bagian yaitu
motivasi yang ada dalam diri siswa yang disebut instrinsik yang dapat melakukan
sesuatu tanpa ada dorongan dari luar, dan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
dialami oleh siswa untuk melakukan sesuatu dengan adanya dorongan dari luar.
Uraian Djamarah ini senada yang dijabarkan oleh Mudjiono dan Dimyati sifat
motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai
88Abin, Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan Bandung : Rosdakarya, 1996)56
89Djamarah,149
63
motivasi internal dan dari luar diri seseorang dikenal sebagai motivasi eksternal.90
Dalam hal ini, dapat disintesis bahwa setiap manusia telah memiliki sifat motivasi yang
sudah ada pada diri seseorang yaitu disebut sebagai sifat motivasi interen. Sedangkan
motivasi eksteren adalah motivasi yang ada pada diri seseorang ketika orang itu melihat
keadaan disekitarnya.
Selanjutnya Djamarah menyatakan ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar
sebagai berikut: (a) motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar, (b) motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam
belajar, (c) motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman, (d) motivasi
berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, (e) motivasi dapat memupuk
optimisme dalam belajar, (f) motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.91
Dalam penjabaran Djamarah, prinsip dari pada motivasi yaitu mengerakan apa
yang tidak gerak, hal ini dapat ditinjau dari hasrat atau minat siswa dalam belajar,
apakah siswa memperoleh semangat belajar ataukah tidak? Semangat siswa dalam
belajar tentu dipengaruhi oleh suatu motivasi, apakah motivasi yang berasal dari dalam
diri ataukah motivasi yang dari luar diri tentu segala tindakan siswa dalam belajar
ditentukan oleh suatu motivasi. Dalam argumentasi ini juga Djamarah membandingkan
bahwa motivasi instrinsik lebih utama dari ekstrinsik. Mengapa? Karena motivasi
instrinsik adalah suatu dorongan atau gerakan yang berasal dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu sedangkan secara ekstrinsik yaitu suatu dorongan yang berasal
dari luar diri individu.
Seperti yang dikemukakan Suhana dan Hanafiah beberapa prinsip yang ada
dalam motivasi yaitu: (a) peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-
beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal, (b) pengalaman belajar masa
lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, (c) motivasi belajar peserta didik
90
Mudjiono dan Dimyati,90 91
Djamarah,153
64
akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman, (d) motivasi instrinsik
dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya
saling menguatkan, (e) motivasi peserta didik yang satu dapat merambat kepada
peserta didik yang lain, (f) motivasi peserta didik akan berkembang jika disertai
dengan tujuan yang jelas, (g) motivasi belajar peserta didik akan berkembang
jika disertai implementasi keberagaman metode, (h) bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan belajar akan menumbuh kembangkan motivasi belajar peserta
didik, (i) motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestasi belajar
peserta didik, (j) gangguan emosi siswa dapat menghambat terhadap motivasi
dan mengurangi prestasi belajar siswa, (k) tinggi rendahnya motivasi
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya gairah belajar peserta didik, (l) motivasi
yang besar akan berpengaruh terhadap terjadinya proses pembelajaran secara
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.92
Syah Menyatakan motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar,
dan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.93
Berdasarkan uraian
tentang motivasi dari para ahli diatas maka motivasi adalah suatu dorongan yang berasal
dari dalam diri dan luar diri yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu,
dan dalam hal belajar maka motivasi adalah suatu dorongan yang ada dalam diri
individu untuk tekun dalam belajar, aktif dalam belajar, pilihan serta keinginan siswa
untuk belajar, hal ini akan dibahas dalam dimensi aspek yang mempengaruhi motivasi
belajar.
b. Aspek yang mempengaruhi motivasi belajar
1. Ketekunan dalam belajar.
92
Suhana dan Hanafiah,253 93
Syah,151
65
Uno seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik.94
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa motivasi untuk belajar dapat menyebabkan
seseorang tekun belajar. Dari ketekunan itu dapat mendatangkan kebaikan yaitu hasil
dari seorang melakukan sesuatu. Ketekunan memiliki beberapa ciri yaitu seperti rajin,
kerja keras dan bersungguh-sunguh, dalam hal ini seseorang tekun berarti rajin dalam
melakukan suatu pekerjaan yang di kerjakannya dengan rasa kepercayaan yang tinggi
dan sungguh-sungguh melakukan pekerjaan itu sehingga dapat memperoleh hasil yang
maksimal.
Dalam hal ini, siswa dalam kegiatan belajar juga memilki ciri ketekunan untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dengan memperoleh hasil yang baik. Hasil yang
diperoleh siswa, bukan karena tidak sungguh-sungguh dalam belajar melainkan hasil
tersebut merupakan hasil dari kejujurannya dalam aktivitas kegiatan belajar serta kerja
kerasnya, yaitu baik siswa belajar secara formal, informal, dan non formal. Akan tetapi
pada kenyataannya banyak siswa yang tidak tekun dalam belajar, sebagai akibat hasil
belajarnyapun menurun karena siswa tersebut tidak termotivasi dalam belajar.
2. Keaktifan belajar.
Purwanto motivasi dalam belajar anak-anak itu adalah motif intrinsik dengan
motivasi intrinsik anak/orang itu aktif sendiri, bekerja sendiri tanpa suruhan atau
paksaan orang lain.95
Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa siswa aktif dalam
melakukan kegiatan belajar karena adanya motivasi instrinsik siswa. Motivasi intrinsik
94
Uno,28 95
Purwanto,65
66
yaitu merupakan suatu motif yang ada di dalam diri siswa dan dapat mendorong siswa
itu untuk melakukan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, maka dengan sendirinya siswa tersebut melakukan suatu
kegiatan belajar untuk pencapaian tujuan belajar dengan dilihat dari siswa tersebut aktif
memenitkan waktunya dalam belajar, dalam artian bahwa siswa tersebut tidak menyia-
nyiakan waktunya untuk belajar. Siswa yang sudah aktif dalam mengatur waktunya
untuk belajar maka sudah barang tentu siswa itu setiap harinya hanya dapat
menyibukkan diri dengan belajar yaitu baik belajar secara individu maupun kelompok.
Dalam hal ini, siswa yang sudah aktif dalam belajar, maka akan memperoleh
hasil dari belajar yang dapat memuaskan, namun ada siswa juga yang tidak aktif dalam
belajar yaitu baik secara individu maupun kelompok sebagai akibat ahsil belajarnya
menurun.
3. Pilihan siswa
Purwanto motivasi mengacu pada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan
individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Dalam hal ini,
dapat disintesis bahwa pilihan siswa dapat dipengaruhi oleh motivasi dalam kegiatan
belajar. Pilihan yang didasari oleh motivasi dapat memperoleh hasil belajar yang baik.
Dalam hal ini, pilihan merupakan hal terpenting dalam belajar. Siswa belajar
jangan dipaksakan kehendak kita untuk siswa itu menentukan pilihan dalam belajar,
sebab belajar merupakan suatu proses panjang yang membutuhkan energi yang begitu
besar, ketika dipaksakan pilihan siswa dalam belajar maka sudah barang tentu siswa itu
akan malas dalam belajar sehingga hasil yang didapatpun tidak memuaskan. Dalam hal
ini, maka siswa belajar menurut pilihannya sendiri sehingga pelajarannya yang
67
dipilihnya itu merupakan sebuah pelajaran yang baginya adalah segala-galanya sebagai
akibat hasil belajarnya sudah pasti baik dan memuaskan.
4. Kesedian dan keinginan siswa untuk belajar.
Suhana dan Hanafiah motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation),
daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang
kuat dalam peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan
menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.96
Dalam hal ini, motivasi merupakan dasar penggerak dalam siswa belajar, guna
mencapai suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan.
Dan juga motivasi dapat memberikan perubahan yang mendasar dalam aspek kehidupan
belajar peserta didik yaitu mencakupi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Akan
tetapi pada kenyatannya peserta didik tidak memilki motivasi sebagi alat pembangun
kesediaan dan keinginannya dalam belajar sehingga dapat menyebabkan banyak siswa
yang mengalami kegagalan dalam belajar.
Sebagai contoh, dalam proses belajar agama kristen guru memberikan ulangan
secara mendadak maka siswa itu tidak bisa menjawab setiap soal yang diberikan. Dalam
hal ini, maka dapat diketahui bahwa siswa tidak memilki kesediaan dan keinginan
dalam belajar agama kristen. Namun ada siswa juga yang memilki kesedian dan
keinginannya dalam belajar agama kristen, sebagai contoh ada siswa yang selalu siap
dan serius dalam mengikuti kegiatan proses belajar agama kristen. Akibat dari kesedian
dan keinginannya untuk belajar terlihat dalam pencapaia hasil belajar siswa tersebut.
96
Suhana dan Hanafiah ,26
68
Berorientasi pada setiap pendapat diatas maka dapat disimpulkan, bahwa untuk
melakukan suatu kegiatan tidak terlepas dari motivasi, sebab motivasi merupakan motor
utama dalam seseorang melakukan sesuatu, demikian juga halnya dalam belajar.
Sebagai penentu suatu keberhasilan dan pencapaian tujuan ialah motivasi, dan demikian
siswa bisa belajar untuk mendapatkan suatu hasil belajar dan tujuan belajar yang
memuaskan karena adanya motivasi yang kuat dalam diri siswa untuk melakukan
kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya yang dapat dilihat dari indikator-indikator
dalam motivasi belajar siswa.
Akan tetapi, siswa juga mengalami kendala dalam belajar yang disebabkan
karena tidak ada atau kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga mengakibatkan
hasil belajarnya menurun dan tujuan belajar juga tidak tercapai. Dalam hal ini, maka
perlu adanya pemberian motivasi belajar yang baik kepada siswa agar siswa tersebut
boleh kembali termotivasi dalam belajar, sehingga kembali mendapatkan hasil belajar
yang baik dan juga tujuan belajar tercapai.
B. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar
Kepercayaan diri tidak lain dan bukan lain adalah percaya terhadap diri sendiri,
keyakinan didalam diri sendiri, akan kemampuan yang ada dalam diri. Dengan adanya
suatu kepercayaan diri dalam diri siswa maka siswa akan percaya terhadap kemampuan
yang ada dalam diri, potensi yang ada dalam diri dan tidak takut untuk
menyampaikannya. Dalam konteks meraih sebuah hasil belajar, peranan kepercayaan
69
diri sangat penting, karena dengan adanya kepercayaan diri maka muncullah suatu
konsep diri atau suatu pemahaman siswa bahwa ia mampu, ia sanggup untuk mencapai
hasil belajar yang memuaskan.
Siswa yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, mengetahui dengan jelas,
mengetahui dengan tuntas, apa kelebihan dan kekurangan dalam dirinnya. Siswa yang
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi hal
ini terjadi karena percaya akan kemampuan dalam pengertian ia merasa, meyakini
bahwa ia mampu, untuk meraih apa yang dicita-citakannya, dengan demikian maka ada
suatu dorongan, suatu tekad, suatu ambisi dalam diri sehingga apa yang diinginkan
dapat tercapai berarti kepercayaan diri mempunyai andil yang sangat penting dalam
pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh antara motivasi belajar terhadap hasil belajar
Motivasi belajar mempunyai andil yang sangat penting, dalam mencapai prestasi
belajar siswa. Mengapa? Karena motivasi belajar adalah suatu hasrat yang mendalam
dalam diri siswa, yang membuat siswa termotivasi untuk semakin giat belajar demi
meraih sebuah prestasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah suatu tujuan yang jelas
dalam diri siswa bahwa ia ingin berhasil dalam proses belajar, yaitu mencapai hasil
belajar yang mengagungkan, berbobot, bermutu yang memuaskan karena menghasilkan
nilai yang tinggi. Motivasi belajar tak mungkin dan tak akan bisa pisah dari hasil
belajar. Mengapa? Karena motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa untuk
belajar sedangkan tujuan dari belajar adalah hasil belajar maka demikian tanpa
motivasi belajar siswa tak dapat meraih hasil belajar yang memuaskan.
70
3. Pengaruh antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
Kepercayaan diri dan motivasi belajar dalam diri siswa merupakan hal yang
sangat penting karena kedua hal ini dapat mengakibatkan siswa dapat berani untuk
melangkah, meraih sebuah cita cita yang diimpikan, hal ini dapat diwujudkan dengan
kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi. Mengapa? Karena kepercayaan diri
dan motivasi belajar adalah suatu keberanian, suatu tekad, suatu kemauan, suatu
kemampuan, suatu potensi, suatu dorongan yang ada pada diri seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar. Kepercayaan diri dan motivasi belajar sangat penting
peranannya bagi siswa dalam usaha mencapai hasil belajar yang tinggi.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi,
cenderung menunjukkan semangat dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran,
mereka biasanya kelihatan lebih menaruh perhatian bersungguh-sungguh dalam belajar
dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar
kelas.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar yang tinggi akan
lebih tekun, bersemangat, lebih tahan dan memiliki ambisi yang lebih tinggi dalam
mencapai hasil belajar yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang kurang atau
tidak memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar. Mereka yang tidak memiliki
kepercayaan diri dan motivasi belajar akan kelihatan kurang atau tidak bergairah dalam
belajar maupun mengikuti pembelajaran di kelas, tidak menaruh perhatian terhadap
pelajaran yang dipelajari, apatis dan tidak berpartisipasi aktif dalam belajar. Kondisi
71
siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri dan motivasi belajar sudah tentu tidak
mampu menghasilkan hasil belajar yang memuaskan.
Dalam kaitannya dengan materi pelajaran agama kristen, selama ini siswa
cenderung tidak memiliki keyakinan dalam diri untuk mempelajarinya. Hal ini tidak
terlepas dari kurangnya kepercayaan diri dan motivasi yang diberikan oleh pengajar
dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka dapat diduga terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar
terhadap hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi.
C. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan teori-teori dari beberapa ahli yang diuraikan diatas serta bertolak dari
kerangkah berpikir, maka penulis membuat kesimpulan sementara yang dirumuskan
sebagai berikut:
1). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri terhadap hasil
belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng
2). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil
belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng
3). Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar siswa SMTK Setia Bulagi SulTeng.
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metodologi adalah pendekatan atau cara
yang dipakai untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.97
Dari pengertian diatas, maka metodologi penelitian adalah
pendekatan atau cara yang dipakai dalam proses penelitian untuk mencapai tujuan
penelitian.
A. Tujuan Operasional Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap
hasil belajar agama kristen siswa SMTK Setia Bulagi Sulteng.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMTK SETIA Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng
) Kelas X-XII semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
97
Tim Penyusun , Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), 740
73
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Semester 1 tahun ajaran 2015/2016 yakni dari tanggal
27 September 2014 dan 20 Oktober 2014.
C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian ex post
facto dengan pendekatan kuantitatif. Secara umum dikenal beberapa macam
teknik pengumpulan data yaitu: pengamatan atau observasi, penelusuran
literatur, penggunaan kuesioner dan angket. Teknik Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pembagian kuesioner.
Sugiyono menyatakan penelitian ex post facto yaitu proses penelitian yang
dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan melihat kebelakang
dengan mengumpulkan data-data untuk menemukan faktor-faktor yang
mendahului atau menemukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang
diteliti.98
Metode ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel-
variabel yang ada dalam proses penelitian ini.
Ada dua bentuk pernyataan skala likert yaitu bentuk pernyataan positif
untuk mengukur sikap positif (favorable) dan bentuk pernyataan negatif untuk
mengukur sikap negatif (unfavorable). Pada pernyataan positif diberikan skor 5,
4, 3, 2, 1. Sedangkan bentuk pernyataan negatif diberikan skor 1, 2, 3, 4, 5.
98
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R dan D,
(Bandung: AlfaBeta, 2010), 50
74
Adapun contoh bentuk pernyataan, alternatif jawaban dan skornya seperti
berikut ini.
Daftar Penilaian skor atas jawaban responden
Alternatif Jawaban
Butir-butir Pertanyaan
Positif
Favorable (+)
Negatif
Unfavorable (-)
Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
Karena instrumen adalah alat untuk mendapatkan data atau seperti alat
ukur dalam pekerjaan teknik, maka diperlukan syarat-syarat tertentu agar data
yang diperoleh dari pengukuran tersebut sahih (valid) dan terandalkan (reliable).
Instrumen yang valid merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data yang sahih dan dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diteliti
dengan tepat.
Sedangkan suatu alat ukur yang disebut mempunyai reliabilitas tinggi
jika alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat
diramalkan (pre-dictabiliy), dalam pengertian alat ukur tersebut tidak berubah-
ubah pengukurannya
75
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
X1 = Kepercayaan diri siswa
X2 = Motifasi belajar siswa
Y = Hasil belajar agama kristen siswa
r1 =Pengaruh kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen
r2 = Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen
R = Pengaruh kepercayaan diri dan motivasi belajar secara bersama-sama
terhadap hasil belajar agama kristen.
X1
r1
R Y
X2
r2
76
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian.99
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X -
XII sebanyak 70 siswa SMTK SETIA Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng)
semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.
2. Sampel
Menurut Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.100
Dalam penelitian ini sampel dari populasi terjangkau sebanyak 65
siswa SMTK SETIA Bulagi Banggai Kepulauan (Sul-Teng) dengan
mengunakan random sampling technic (teknik sampel acak sederhana).
Untuk menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian, penulis
menggunakan cara mengundi. Sebab dengan cara ini dapat memungkinkan
setiap kelas untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menentukan sampel adalah
sebagai berikut: langkah pertama setiap populasi diurutkan sesuai dengan
kelasnya masing-masing; kemudian diadakan pengambilan sampel dengan cara
diundi (memilih dengan acak) dari kelompok populasi.
99
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), 109 100
Ibid, 110
77
E. Variabel Penelitian dan Sumber Data
1. Variabel penelitian
Variabel menunjukan suatu arti yang dapat membedakan antara sesuatu
dengan yang lainnya. Ada dua ciri khas utama suatu variabel:
a. Variabel dapat membedakan suatu benda dengan benda lainnya, dan
b. Variabel harus dapat diukur.101
Dalam penelitian ini ada dua variabel independent (variabel bebas), yaitu
kepercayaan diri sebagai variabel X1 dan Motivasi belajar sebagai variabel X2;
serta variabel denpendent (variabel terikat) yaitu hasil belajar agama kristen
sebagai variabel Y.
2. Sumber Data
Sebagai sumber data untuk kepercayaan diri, diperoleh melalui kuesioner
atau angket kepercayaan diri, yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang
ditentukan. Sedangkan sumber data untuk hasil belajar siswa diperoleh melalui
tes tertulis agama kristen sampai pada pokok bahasan terakhir yang telah
dipelajari.
Ada tiga jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini, yaitu:
1. Angket atau kuesioner Kepercayaan Diri
Angket tersebut dibuat untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri
terhadap hasil belajar agama kristen.
2. Angket atau kuesioner motivasi belajar
101
Ibid, 47
78
Angket tersebut dibuat untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar
terhadap hasil belajar agama kristen.
3. Butir-butir tes soal agama kristen
Butir-butir tes agama kristen ini dibuat untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam bidang studi agama kristen. Semakin tinggi nilai yang diperoleh
siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki hasil belajar
yang tinggi dalam bidang studi agama kristen tersebut. Sebaliknya, semakin
rendah nilai yang didapat oleh siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa
tersebut memiliki hasil belajar rendah pada pelajaran agama kristen.
F. Teknik Pengumpulan Data
Hal-hal yang diperlukan dalam pengumpulan data adalah:
1. Variabel yang diteliti
a. Variabel bebas : kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2)
b. Variabel terikat : hasil belajar agama kristen (Y)
2. Metode pengumpulan data
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post
facto dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket atau kuesioner dan Tes (menyebarkan
soal-soal).
Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
79
responden untuk dijawab.102 Menurut Arikunto Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok.103
Ada tiga macam data yang akan diambil dalam melakukan penelitian ini sebagai
berikut:
a) Angket kepercayaan diri
b) Angket motivasi belajar
c) Soal tes hasil belajar agama kristen
Angket yang dibuat untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar agama kristen sebelumnya diujicobakan. Setelah itu hasil
uji coba perlu dihitung validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu, sebelum diberikan
sebagai sumber pengumpulan data penelitian.
G. Instrumen Penelitian dan Pengujian Instrumen
1. Instrumen Penelitian
Sugiyono mengatakan alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian.104
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ada tiga data yang dikumpulkan yaitu
kepercayaan diri siswa, motivasi belajar dan hasil belajar agama kristen. Data diperoleh
dari instrumen angket kepercayaan diri dan instrumen angket motivasi belajar,
sementara hasil belajar diperoleh dari instrumen soal-soal (soal test).
102
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: AlfaBeta, 2005) , 199 103
Arikunto, 127 104
Sugiyono, 148
80
a. Variabel kepercayaan diri (X1)
1. Defenisi konseptual
kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah keyakinan dalam diri siswa akan
kemampuan yang ada dalam diri sendiri, memahami dirinya dengan mengacu kepada
konsep diri serta bertindak apa adanya berdasarkan diri sendiri.
2. Defenisi operasional
kepercayaan diri dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap sejumlah
pernyataan mengenai keyakian akan kemampuan atau kelebihan yang ada dari dalam
diri siswa, memiliki pandangan atau konsep diri terhadap keberhasilan dalam belajar
serta lebih mengikuti dirinya sendiri. Adapun penyusunan instrumen pengukuran
kepercayaan diri mengacu pada indikator seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Butir-Butir Pernyataan Untuk Mengukur Variabel Kepercayaan Diri
No Indikator Butir Pernyataan Jumlah
Favorable
(+)
Unfavorable
(-)
1 Keyakinan Diri 1, 7, 19, 32, 38 4, 9,11, 22, 28 10
2 Konsep Diri 2, 15, 25, 29, 36 8, 16, 24, 31, 33 10
3 Menjadi Diri Sendiri 3, 10, 12, 34, 40 14, 18, 21, 26, 37 10
4 Pengalaman hidup 6, 13, 17, 27, 30 5, 20, 23, 35, 39 10
Total 20 20 40
Instrumen untuk kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
agama kristen disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari pernyataan positif dan
negative dengan bentangan skor 1–5 seperti keterangan di bawah ini:
81
Nilai Pernyatan Positif Nilai Pernyataan Negatif
5 = sangat setuju 1 = sangat setuju
4 = setuju 2 = setuju
3 = kurang setuju 3 = kurang setuju
2 = tidak setuju 4 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju 5 = sangat tidak setuju
Sebelum diterapkan dalam penelitian yang sesungguhnya, instrumen yang
disusun terlebih dahulu diujicobakan untuk memperoleh pernyataan yang valid dan
reliabel.
b. Variabel motivasi belajar agama kristen (X2)
1. Defenisi konseptual
Motivasi dalam penelitian ini, merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul
dari dalam diri siswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan
tercapai. Motivasi belajar dalam penelitian ini merupakan tenaga penggerak yang
berasal dari dalam diri siswa untuk belajar lebih giat demi mencapai atau memperoleh
hasil belajar yang mengagungkan yaitu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
lebih baik dari sebelumnya sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Defenisi operasional
Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap sejumlah
pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri siswa agar tumbuh
dorongan untuk belajar dan tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai, Adapun
82
penyusunan instrumen pengukuran motivasi belajar mengacu pada indikator seperti
terlihat pada tabel di bawah ini :
Butir-butir Pertanyaan Untuk Mengukur Variabel Motivasi
Belajar
No Indikator Butir Pernyataan Jumlah
Favorable (+) Unfavorable
(-)
1 Ketekunan dalam
belajar agama kristen
1, 7, 19, 32, 38 4, 9,11, 22, 28 10
2 Keaktifan dalam
belajar agama Kristen
2, 15, 25, 29, 36 8, 16, 24, 31, 33 10
3 Pilihan dalam belajar
agama Kristen
3, 10, 12, 34, 40 14, 18, 21, 26, 37 10
4 Kesediaan dan
keinginan untuk
belajar agama Kristen
6, 13, 17, 27, 30 5, 20, 23, 35, 39 10
Total 20 20 40
Instrumen untuk kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar
agama kristen disusun berdasarkan skala likert yang terdiri dari pernyataan positif dan
negative dengan bentangan skor 1 - 5 seperti keterangan di bawah ini:
Nilai Pernyatan Positif Nilai Pernyataan Negative
5 = sangat setuju 1 = sangat setuju
4 = setuju 2 = setuju
3 = kurang setuju 3 = kurang setuju
2 = tidak setuju 4 = tidak setuju
1 = sangat tidak setuju 5 = sangat tidak setuju
Sebelum diterapkan dalam penelitian yang sesungguhnya, instrumen yang disusun
terlebih dahulu diujicobakan untuk memperoleh pernyataan yang valid dan reliabel.
83
c. Variabel Hasil Belajar Agama Kristen (Y)
1. Defenisi konseptual
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, jumlah skor tes
hasil belajar bidang studi agama kristen yang diperoleh melalui tes (dalam hal ini tes
yang disusun oleh peneliti) SMTK Setia bulagi banggai kepulauan (Sul-Teng)
2. Defenisi operasional
Hasil belajar agama kristen adalah tingkat penguasaan siswa dalam
mempelajari agama kristen sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Taksonomi Bloon, kognitif itu mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisa, sintesa, dan evaluasi.
Adapun penyusunan instrumen pengukuran hasil belajar agama kristen mengacu
pada indikator seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Penyebaran Butir-butir Soal Instrumen Tes Hasil Belajar Agama
Kristen
No Sub Pokok
Bahasan
Butir Soal Jumlah
Pengetahuan
(C1)
Pemahaman
(C2)
Aplikasi
(C3)
1
2
3
4
Pengertian
pemimpin dalam
PL
Arti nama Yesus
Makna Roh Kudus
Tujuan turunnya
Roh Kudus
1, 12, 21, 22,
32.,
11, 13, 28
2, 8, 15
3, 9,
7, 31, 33
14, 25, 35, 26,
5, 19, 36, 40
6, 14, 16, 18,
27
23, 24
34, 37, 38
10, 17, 39
20, 29, 30
10
10
10
10
Total 15 15 10 40
Penskoran hasil belajar agama kristen, diberi nilai 1 untuk jawaban yang benar
dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Dan nilai akhir siswa ditentukan sebagai berikut:
84
Nilai akhir =jumlah jawaban yang benar
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑠𝑜𝑎𝑙 x 100%
2. Pengujian Instrumen
Sebelum instrumen penelitian dibagikan kepada sampel yang sebenarnya maka
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk sejumlah siswa. Hasil uji coba ini
akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak valid dan tidak
reliabel, tidak akan digunakan.
a. Validitas Instrumen
Menurut Arikunto validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.105
Rumus yang digunakan dalam
menguji validitas adalah rumus korelasi produc tmoment dengan angka kasar yaitu:
rxy =NΣXY − ΣX (ΣY)
{NΣX2 − (ΣX)2}{NΣY2 − ΣY 2}
Dimana:
rxy = validitas
N = jumlah siswa
ΣXY = jumlah perkalian antara nilai data X dan nilai data Y
ΣX = jumlah nilai data X
ΣY = jumlah nilai data Y
ΣX2 = jumlah kuadrat nilai data X
ΣY2 = jumlah kuadrat nilai data Y. 106
b. Reliabilitas Instrumen
105
Arikunto, 144 106
Arikunto, 146
85
Menurut Arikunto mengatakan reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.107
1. Reliabilitas instrumen kepercayaan diri dan motivasi belajar dihitung
dengan menggunakan chronbach alpha, sebelum menggunakan rumus tersebut,
akan dicari dahulu jumlah varians skor tiap-tiap item.
σb2 =
ΣX2 −(ΣX)2
NN
Selanjutnya digunakan rumus alpha:
r1 1 =k
k−1 1 −
Σσb2
σt2
Dimana:
r1 1 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pernyataan/banyak soal
Σσb2 = jumlah varians butir soal
σt2 = varians total. 108
2. Reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen dihitung dengan
menggunakan KR-20, dicari terlebih dahulu standar deviasinya dengan
menggunakan rumus:
S2 = X2−
( X )2
N
N.
109
Maka reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen adalah :
107
Ibid, 154 108
Ibid, 173 109
Ibid, 160
86
r11 =( 𝑛
𝑛−1) (
𝑆2− 𝑃𝑄
𝑠2)
Dimana:
r11 : reliabilitas instrumen.
p : proporsi subyek yang menjawab benar pada suatu butir (proporsi subyek
yang mendapat skor 1)
p : 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑢𝑏𝑦𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑛𝑦𝑎 1
𝑛
q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
(Q = 1 – p )
𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara P dan Q
n : banyaknya item
S : varians total. 110
c. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antar siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angkah yang menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang memilki
nilai antara 0,00 – 1,00.
Untuk melakukan perhitungan, digunakan rumus daya pembeda soal atau indeks
diskriminasi sebagai berikut:
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴 =
B𝐵
JB = PA - PB
Dimana;
J : Jumlah peserta tes
110
Ibid, 162
87
JA : Jumlah Peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P
sebagai indeks kesukaran).
PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Klasifikasi daya pembeda:
D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D : 0,21 – 0,40 : cukup (satisfactori)
D : 0,41 – 0,70 : baik (good)
D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D : negatif, semua tidak baik, jadi semua butir yang mempunyai nilai D
negatif sebaiknya dibuang saja.111
d. Tingkat Kesukaran
Uji taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang mudah, sedang
dan sukar, untuk menghitung digunakan rumus indeks kesukaran:
P = 𝐵
𝐽𝑆
Dimana;
P = Indeks kesukaran
111
Ibid, 213-214
88
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal yang benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi tingkat kesukaran :
P : 0,00 – 0,30 : sukar
P : 0,31 – 0,70 : sedang
P : 0,71 – 1,00 : mudah.112
H. Teknik Persyaratan Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
1. Distribusi frekuensi masing-masing variabel.
Menentukan rentang data
Menentukan banyaknya kelas memakai aturan sturges
Menentukan panjang kelas interval
Ibi .113
2. Menentukan mean atau rata-rata
Χ = 𝑋𝑜 + 𝑃 fici
fi . 114
3. Menentukan median
Me = b + p 1
2 − 𝐹
𝑓
Keterangan :
Me = Median
112
Ibid, 208-210 113
Sudjana, Metoda statistika, (Bandung: Tarsito, 2005) , 47 114
Ibid,. 71
Rentang = data terbesar - data terkecil
Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log(n)
Panjang kelas (p) =
89
N = Ukuran sampel atau banyaknya data
F = Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda
kelas median
F = Frekuensi kelas median
b = batas bawah kelas median, ialah dimana median akan terletak
p = Panjang kelas median
4. Menentukan modus
Mo = b + p b1
b1+ b2 .
115
Keterangan :
Mo = Modus
B = Batas bawah kelas modus. Kelas modus adalah kelas interval yang memiliki
frekuensi terbanyak/tertinggi.
p = panjang kelas
b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya.
b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya.
5. Varians : S2 = p2
𝑛𝛴𝑓𝑖𝑐 𝑖2−(𝛴𝑓𝑖𝑐 𝑖)2
𝑛(𝑛−1) .
116
b. Persyaratan Analisis Data
Persyaratan analisis dilakukan dengan pengujian normalitas, analisis regresi, dan
analisis keberartian regresi, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
115
Ibid, 79 116
Ibid, 77
90
1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data X dan Y berdistribusi normal atau tidak, maka
dilakukan uji normalitas data dengan rumus Liliefors pada taraf signifikansi α = 0,05.
Dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung< Ltabel, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Kolom satu (Xi) merupakan skor hasil tes yang diperoleh
2. Kolom dua Zi adalah harga z (skor baku) untuk setiap skor yang tertera pada
kolom satu dan dicari dengan rumus:
Z1 = 𝑋1−𝑋 1
𝑆
Keterangan :
Xi : Sampel ke-i
X : Rata-rata sampel
s : Simpangan baku
3. Kolom tiga (F) merupakan frekuensi siswa yang memperoleh skor tertentu.
4. Kolom empat (F(Zi)) merupakan probabilitas Zi pada kurva normal
5. Kolom lima (S(Zi)) = merupakan probabilitas (Zi) pada kurva normal
6. Kolom enam (F│(𝑧1) – S(𝑧1)│) merupakan harga mutlak dari selisih antara
F(Zi) dan S(Zi)
H0 : Data distribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Nilai Lhitung< Ltabel dengan taraf α = 0,05, dengan penarikan kesimpulan
Jika Lhitung> Ltabel maka H0 ditolak, diterima H1
Jika Lhitung< Ltabel maka H0 diterima, ditolak H1. 117
117
Ibid, 99
91
2. Uji Linieritas
Persyaratan uji kelinieran, diperlukan untuk melakukan analisis inferensial
dalam uji asosiasi dengan hipotesis: Ho:Y= a + bx (linear), melawan H1:Y ≠ a + bx
(tidak linear).118
3. Uji analisis Korelasi
Analisis korelasi merupakan suatu bentuk analisis inferensial yang digunakan
untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan, selain itu analisis ini dapat juga
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh suatu variabel bebas atau beberapa
variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat melalui analisis koefisien
determinasi.
a. Analisis Koefisien Korelasi
Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan
antar variabel. Pada korelasi positif, semakin besar nilai variabel yang satu akan diikuti
oleh semakin besar pula variabel berikutnya. Sedangkan pada korelasi negatif, semakin
besar nilai variabel yang satu, semakin kecil variabel berikutnya. Perhitungan regresi
sederhana menggunakan rumus sebagai berikut:
rx1y1 = 𝑛 𝑋𝑖𝑌𝑖− 𝑋𝑖 𝑌𝑖
𝑛 𝑋𝑖2− ( )2
𝑋𝑖 𝑛 𝑌𝑖
2− 𝑌𝑖 2
Dimana :
rxiyi : Koefisien korelasi sederhana antara Xi dan Yi
n : Jumlah sampel.119
118
Ibid, 97 119
Ibid, 369
92
Interpretasi positif Interpretasi negative
0,800 < rxy≤ 1 Sangat tinggi -1< rxy ≤ -0,800 Sagat rendah
0,600 < rxy ≤0,800 Tinggi -0,800< rxy ≤ -0,600 Rendah
0,400< rxy ≤ 0,600 Cukup -0,600< rxy ≤ -0,400 Cukup
0,200< rxy ≤ 0,400 Rendah -0,400< rxy ≤ -0,200 Tinggi
0, < rxy ≤ 0,200 Sangat rendah -0,200< rxy ≤ 0 Sangat tinggi
Sedangkan perhitungan korelasi ganda menggunakan rumus sebagai berikut:
Ry12 = 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔
𝑌2 . 120
ry1 = 𝑛 𝑋1𝑌− 𝑋1 𝑌
𝑛 𝑋12− ( )2
𝑋1 𝑛 𝑌2− 𝑌 2
ry2 = 𝑛 𝑋2𝑌− 𝑋2 𝑌
𝑛 𝑋22− ( )2
𝑋2 𝑛 𝑌2− 𝑌 2
Dimana :
ry1 : Koefisien korelasi sederhana antara Y dan X1
ry2 : koefisien korelasi antara Y dan X2
R12 : koefisien korelasi X1 dan X2
Korelasi Parsial,
1. Koefisien korelasi parsial antara X1 dan Y, jika X2 konstanta
ry1,2 = 𝑟𝑦1−𝑟𝑦2 . 𝑟12
1−𝑟𝑦22 1−𝑟12
2
2. Koefisien korelasi parsial antara X2 dan Y, jika X1 konstan
ry2,1 = 𝑟𝑦2−𝑟𝑦1 . 𝑟12
1−𝑟𝑦12 1−𝑟12
2
3. Koefisien korelasi parsial antara X1 dan X2, jika Y konstan
r12,y =𝑟𝑦12−𝑟𝑦1 . 𝑟𝑦2
1−𝑟𝑦12 1−𝑟𝑦2
2
. 121
b. Analisis Keberartian Korelasi
Untuk melihat keberartian hubungan antara variabel Xi dan Y , maka perlu
dilakukan uji keberartian korelasi dengan menggunakan rumus t-student.
120
Ibid, 383 121
Ibid, 386
93
t= 𝑟 (𝑛−2)
1− 𝑟2
Dimana : t : Keberartian korelasi
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
Kriteria analisis :
Jika thitung > ttabel pada α = 0.05 dan dk = n-2, maka Ho ditolak
Jika thitung < ttabel pada α = 0.05 dan dk = n-2, maka Ho diterima.122
c. Analisis Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya korelasi atau kontribusi antara kepercayaan diri
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen, digunakan rumus koefisien
determinasi atau koefisien penentu :
KD = ( rxy)2 x 100%
4. Uji analisis Regresi
Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, dan setiap analisis regresi pasti ada korelasinya, tetapi analisis
korelasi belum tentu dilanjutkan dengan analisis regresi.
a. Mencari Persamaan Garis Regresi Linier
Penelitian ini menelaah tiga variabel, oleh sebab itu garis regresinya terdiri atas
linier sederhana dan regresi linier ganda.
Untuk menentukan regresi linier sederhana digunakan regresi sebagai berikut: 𝑌
= a + b X1
122
Ibid, 377
94
Keterangan :
𝑌 : hasil dari regresi
a : konstanta untuk sampel
b : koefisien regresi
x : hasil tes.123
Dengan rumus :
b = 𝑛 𝑋𝑌− 𝑋 𝑌
𝑛 𝑋2𝑖− ( 𝑋)2
a = 𝑌 – bX1 .124
Regresi linier sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara
langsung antara variabel Y atas Xi. Untuk menentukan linier ganda digunakan
persamaan regresi sebagai berikut :
𝑌 = a0 + a1 X1 + a2 X2. 125
Dengan rumus :
a0 = 𝑌 - a1𝑋 1 + a2𝑋 2
a1 = 𝑋2𝑖
2 𝑋1𝑖𝑦𝑖 − 𝑋1𝑖𝑋2𝑖 𝑋2𝑖𝑦𝑖
𝑋1𝑖2 𝑋2𝑖
2 −( 𝑋1𝑖𝑋2𝑖)2
a2 = 𝑋1𝑖
2 𝑋2𝑖𝑦𝑖 − 𝑋1𝑖𝑋2𝑖 𝑋1𝑖𝑦𝑖
𝑋1𝑖2 𝑋2𝑖
2 −( 𝑋1𝑖𝑋2𝑖)2
Regresi linier ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh secara langsung
antara variabel Y atas Xi secara bersama-sama.
b.Uji Kelinieran Regresi
Uji kelinieran regresi dapat diketahui dengan mencari harga F kemudian harga F
itu dikonsultasikan dengan tabel distribusi F dengan dk pembilang = k – 2 dan dk
penyebut n – k.
123
Ibid, 312 124
Ibid, 315 125
Ibid, 348-349
95
Untuk mencari harga F digunakan rumus :
F = 𝑆𝑇𝐶
2
𝑆𝑒2 .
126
Kriteria pengujian keberartian regresi :
jika Fhitung< Ftabel pada α = 0,05, maka H0 ditolak,
Jika Fhitung> Ftabel pada 𝛼 = 0,05, maka H1 diterima
Dengan Ho : regresi linier dan dalam hal lainnya H1: regresi nonlinier.
Sedangkan uji kelinieran ganda, harga F dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut : F = 𝑱𝑲𝒓𝒆𝒈/𝒌
𝑱𝑲𝒓𝒆𝒈/ 𝒏−𝒌−𝟏
. 127
Kriteria pengujian linier ganda adalah :
Jika Fhitung< Ftabel pada 𝛼 = 0,05, dengan dk pembilang = k-2 dan dk penyebut = n - k
pada 𝛼 = 0,05, maka H0 ditolak, dan sebaliknya,
Jika Fhitung> Ftabel pada 𝛼 = 0,05, dengan dk pembilang = k-2 dan dk penyebut = n-k
pada 𝛼 = 0,05, maka H0 diterima
Dengan,
H0 : Regresi tidak linier
H1 : Regresi linier
c. Uji Keberartian Regresi
Uji keberartian regresi dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
: F = 𝑆𝑟𝑒𝑔
2
𝑆𝑟𝑒𝑠2
Kriteria pengujian keberartian regresi : jika Fhitung< Ftabel pada α = 0,05, maka
regresi berarti Hi diterima. jika Fhitung> Ftabel pada α = 0,05, maka H0 ditolak. Dengan,
H0 : Koefisien arah regresi tidak berarti
126
Ibid, 332 127
Ibid, 335
96
H1 : Koefisien arah regresi berarti.
Selanjutnya hasil dari uji kelinieran dan keberartian regresi dimasukan ke dalam
tabel ANAVA sebagai berikut.
TABEL ANALISIS VARIANS REGRESI LINIER
I. Hipotesis Statistik
1. Ho ∶ ρy.1
= 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen siswa.
Ha ∶ ρy.1
> 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri
dengan hasil belajar agama kristen siswa.
2. Ho ∶ ρy.2
= 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi
belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa.
Ha ∶ ρy.2
> 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi belajar
agama kristen dengan hasil belajar agama kristen siswa.
Sumber Variasi Dk JK KT
F
Regresi (a)
Regresi b l a
Residu
1
1
n – 2
𝑌1 2/n
JKreg = JK (b l a)
JKres = Σ(Yi – Ŷi)2
𝑆𝑟𝑒𝑔2 =
(𝑌𝑖 − 𝑌𝑖)2
𝑛 − 2
𝑌1 2/n
S2reg =
JK (b l a)
𝑆𝑟𝑒𝑔2
𝑆𝑟𝑒𝑠2
Tuna Cocok
Kekeliruan
k – 2
n – k
JK(TC)
JK (E) 𝑆𝑇𝐶
2 = 𝐽𝐾 𝑇𝐶
𝑘−2
𝑆𝐸2=
𝐽𝐾 𝐸
𝑛−𝑘
𝑆𝑇𝐶2
𝑆𝐸2
Total N Σ𝑌𝑖2 Σ 𝑌𝑖
2 _
97
3. Ho ∶ ρy.12
= 0; Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
kepercayaan diri dan motivasi belajar agama kristen terhadap hasil belajar agama
kristen siswa.
Ha ∶ ρy.12 > 0; Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kepercayaan diri
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen siswa.
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah konsultasi
interaksi terkait, dalam hal ini pejabat yang berwenang adalah kepala sekolah
SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Pada waktu konsultasi bersama kepala
sekolah dan guru bidang studi agama kristen tentang rencana dan tujuan
penelitian, selanjutnya peneliti menyampaikan informasi rencana dan tujuan
penelitian kepada dosen pembimbing tesis, untuk mengadakan penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
i. Dilakukan uji coba dengan pembagian angket kepercayaan diri, dan motivasi
belajar siswa untuk di isi dan dikumpulkan.
ii. Dilakukan uji coba dengan pembagian angket variabel hasil belajar untuk
diisi dan dikumpulkan.
3. Tahap akhir
Data yang terkumpul diolah dan dianalisis.
98
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Data Hasil Belajar Agama Kristen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah hasil belajar agama
kristen. Data hasil belajar agama kristen diperoleh dari hasil penyebaran soal-soal
agama kristen dari 65 siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak sederhana.
Dari data yang terkumpul, data hasil belajar agama kristen terbesar adalah 96 dan
data terkecil adalah 36. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai X rata-rata sebesar 67,27;
simpangan baku sebesar 15,63; modus sebesar 69,25; median sebesar 68,06 (lihat
lampiran 25). Karena nilai X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir
sama berarti data hasil belajar agama kristen berdistribusi normal.
Distribusi frekuensi data hasil belajar agama kristen dapat dilihat pada tabel dibawah
ini, dimana rentang skor adalah 60, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval kelas
adalah 9 (lihat lampiran 25). Data selengkapnya tentang hasil belajar dapat dilihat
dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut:
99
Tabel IV.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Agama Kristen
Interval
Kelas
Batas Kelas Frekuensi
Kelas(fi)
Frekuensi
Relatif %
Frekuensi
Kumulatif Bawah Atas
36 – 44 35,5 44,5 3 4,6 3
45 – 53 44,5 53,5 8 12,3 11
54 – 62 53,5 62,5 11 16,9 22
63 – 71 62,5 71,5 17 26,2 39
72 – 80 71,5 80,5 15 23,1 54
81 – 89 80,5 89,5 10 15,4 64
90 – 98 89,5 98,5 1 1,5 65
65 100
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat
dalam tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 35,5 sampai dengan 98,5; jadi dalam
bentuk frekuensi kelas diperoleh 3 pada kelas 1 dengan interval 36 – 44 dan lain-lain
menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari 3
65 x 100%
= 4,6% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi
kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari
frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari
100
20 HISTOGRAM HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN
15
10
5
35,5 44,5 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 98,5
Gambar IV.1 Grafik Histogram Hasil Belajar Agama Keisten
Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi
hasil belajar agama kristen digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada
hasil belajar agama kristen. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval
dengan tepi kelas 35,5 sampai 98,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi baik
kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini
sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan.
Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa:
10
15
3
8
11
17
1
101
a. Terdapat sebanyak 3 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 35,5 – 44,5.
b. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 45,5 – 53,5.
c. Terdapat sebanyak 11 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 53,5 – 62,5.
d. Terdapat sebanyak 17 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 62,5 – 71,5.
e. Terdapat sebanyak 15 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 71,5 – 80,5.
f. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 80,5 – 89,5.
g. Terdapat sebanyak 1 siswa dengan perolehan skor hasil belajar agama kristen
dengan tepi kelas 80,5 – 98,5.
2. Data Kepercayaan Diri
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas pertama (X1) adalah kepercayaan
diri siswa. Data kepercayaan diri siswa diperoleh dari hasil penyebaran angket dari 65
siswa yang dipilih dengan teknik sampel acak sederhana. Dari data yang sudah
diperoleh, data kepercayaan diri siswa terbesar adalah 131 dan data terkecil adalah 76.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai (X) rata-rata sebesar 103,99; simpangan baku
sebesar 13,34; modus sebesar 103,5; median sebesar 103,72 (lihat lampiran 26). Karena
nilai X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir sama berarti data
kepercayaan diri siswa berdistribusi normal.
102
Distribusi frekuensi data kepercayaan diri siswa dapat dilihat pada tabel dibawah
ini, dimana rentang skor adalah 55, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval kelas
adalah 8 (lihat lampiran 26). Data selengkapnya tentang kepercayaan diri siswa dapat
dilihat dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut:
Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Diri
Interval
Kelas
Batas Kelas Frekuensi
Kelas (fi)
Frekuensi
Relatif %
Frekuensi
Kumulatif Bawah Atas
76 – 83 75,5 83,5 4 6,2 4
84 – 91 83,5 91,5 9 13,8 13
92 – 99 91,5 99,5 10 15,4 23
100 –
107 99,5 107,5 18 27,7 41
108 - 115 107,5 115,5 10 15,4 51
116 - 123 115,5 123,5 8 12,3 59
124 - 131 123,5 131,5 6 9,2 65
65 100
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat
dalam tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 75,5 sampai dengan 131,5; jadi dalam
bentuk frekuensi kelas diperoleh 4 pada kelas 1 dengan interval 76 – 83 dan lain-lain
menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari 4
65 x 100%
= 6,2% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi
103
kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari
frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari.
HISTOGRAM KEPERCAYAAN DIRI
20
15
10
5
75,5 83,5 91,5 99,5 107,5 115,5 123,5 131,5
Gambar IV.2 Grafik Histogram Kepercayaan Diri
Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi
kepercayaan diri siswa digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada
kepercayaan diri siswa. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval dengan
tepi kelas 75,5 sampai 131,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi baik
8
10
4
9
10
18
6
104
kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya disini
sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan.
Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa:
a. Terdapat sebanyak 4 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi
kelas 75,5 – 83,5.
b. Terdapat sebanyak 9 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi
kelas 83,5 – 91,5.
c. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan
tepi kelas 91,5 – 99,5.
d. Terdapat sebanyak 18 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan
tepi kelas 99,5 – 107,5.
e. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan
tepi kelas 107,5 – 115,5.
f. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi
kelas 115,5 – 123,5.
g. Terdapat sebanyak 6 siswa dengan perolehan skor kepercayaan diri dengan tepi
kelas 123,5 – 131,5.
3. Data Motivasi Belajar
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas kedua (X2) adalah motivasi
belajar. Data motivasi belajar diperoleh dari hasil penyebaran angket dari 65 siswa yang
dipilih dengan teknik sampel acak sederhana. Dari data yang sudah diperoleh, data
motivasi belajar agama kristen terbesar adalah 129 dan data terkecil adalah 75. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai (X) rata-rata sebesar 103,23; simpangan baku sebesar
105
13,28; modus sebesar 102,81; median sebesar 102,97 (lihat lampiran 27). Karena nilai
X rata-rata, modus dan median mendekati nilai yang hampir sama berarti data motivasi
belajar agama kristen berdistribusi normal.
Distribusi frekuensi data motivasi belajar agama kristen dapat dilihat pada tabel
dibawah ini, dimana rentang skor adalah 54, banyak kelas adalah 7 dan panjang interval
kelas adalah 8 (lihat lampiran 27). Data selengkapnya tentang motivasi belajar agama
kristen dapat dilihat dalam tabel dan distribusi frekuensi dan histogram sebagai berikut:
Tabel IV.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Agama kristen
Interval
Kelas
Batas Kelas Frekuensi
Kelas (fi)
Frekuensi
Relatif %
Frekuensi
Kumulatif Bawah Atas
75 – 82 74,5 82,5 3 4,62 3
83 – 90 82,5 90,5 10 15,38 13
91 – 98 90,5 98,5 10 15,38 23
99 – 106 98,5 106,5 17 26,15 40
107 – 114 106,5 114,5 11 16,92 51
115 – 122 114,5 122,5 8 12,31 59
123 – 130 123,5 130,5 6 9,23 65
65 100
Dalam tabel diatas, frekuensi dinyatakan dengan banyak data yang terdapat dalam
tiap kelas sebanyak 7 dan tepi kelas dari 74,5 sampai dengan 130,5; jadi dalam bentuk
frekuensi kelas diperoleh 3 pada kelas 1 dengan interval 75 – 82 dan lain-lain
menggunakan cara yang sama. Untuk frekuensi relatif kelas 1 diperoleh dari 3
65 x 100%
= 4,62% dan yang lain-lain menggunakan cara yang sama. Dan untuk frekuensi
106
kumulatif dapat dibentuk dari daftar diatas, dengan cara menjumlahkan frekuensi dari
frekuensi pada frekuensi kumulatif lebih dari.
HISTOGRAM MOTIVASI BELAJAR AGAMA KRISTEN
20
15
10
5
74,5 82,5 90,5 98,5 106,5 114,5 122,5 130,5
Gambar IV.3 Grafik Histogram Motivasi Belajar Agama Kristen
Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar tabel distribusi frekuensi
motivasi belajar agama kristen digunakan diagram yang disebut dengan histogram pada
motivasi belajar agama kristen. Pada sumbuh mendatar untuk menyatakan kelas interval
dengan tepi kelas 74,5 sampai 129,5 dan sumbuh tegak untuk menyatakan frekuensi
baik kelas/absolut maupun relatif. Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya
disini sisi-sisi batang berdekatan harus berhimpitan.
8
11
3
10 10
17
6
8
11
3
10 10
17
6
107
Pada histogram diatas dapat dilihat bahwa:
a. Terdapat sebanyak 3 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 74,5 – 82,5.
b. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 82,5 – 90,5.
c. Terdapat sebanyak 10 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 90,5 – 98,5.
d. Terdapat sebanyak 17 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 98,5 – 106,5.
e. Terdapat sebanyak 11 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 106,5 – 114,5.
f. Terdapat sebanyak 8 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 114,5 – 122,5.
g. Terdapat sebanyak 6 siswa dengan perolehan skor motivasi belajar agama
kristen dengan tepi kelas 122,5 – 129,5.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap data yang diperoleh agar memperoleh persyaratan analisis, yaitu:
1. Uji Normalitas
2. Uji Analisis Regresi (Uji kelinieran Regresi dan Uji Keberartian Regresi)
Pengujian normalitas dimaksudkan agar diketahui secara jelas apakah sebaran data
penelitian itu berasal dari data distribusi normal.
108
Uji kelinieran tersebut dilakukan untuk diketahui mengenai hubungan yang
diperkirakan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), apakah linier atau tidak.
Uji keberartian regresi dilakukan untuk mengetahui signifikan atau efektivitas garis
regresi yang diperoleh mendukung atau melihat secara statistik kesimpulan yang dibuat
sesuai dengan hipotesis penelitian.
1. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau
tidak, maka dilakukan uji normalitas data dengan rumus Liliefors pada taraf signifikan α
= 0,05 dengan kriteria pengujian berdistribusi normal apabila Lhitung < Ltabel.
a. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk hasil belajar agama kristen Lhitung
sebesar 0,0669 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098. Karena
Lhitung (0,0669) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar
agama kristen berdistribusi normal (lihat pada lampiran 25).
b. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk kepercayaan diri Lhitung sebesar
0,0997 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098. Karena Lhitung
(0,0997) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data kepercayaan diri
berdistribusi normal (lihat pada lampiran 26).
c. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil untuk motivasi belajar agama kristen
Lhitung sebesar 0,1082 sedangkan Ltabel pada α = 0,05 dan n = 65 sebesar 0,1098.
Karena Lhitung (0,1082) < (0,1098), maka dapat disimpulkan bahwa data motivasi
belajar agama kristen berdistribusi normal (lihat pada lampiran 27).
2. Uji kelinieran dan keberartian regresi
109
Setelah data memenuhi persyaratan analisis uji normalitas, kemudian dilanjutkan
dengan analisis regresi linier. Analisis terhadap pasangan data penelitian antar variabel.
a. Analisis regresi antara kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama
kristen (Y)
Kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) menghasilkan
koefisien arah regresi sebesar = 0,506 dan konstanta sebesar 14,90. Jadi pengaruh antara
kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) memiliki persamaan
regresi sebagai berikut Ŷ = 14,90 + 0,506X1(lihat pada lampiran 31)
Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungannya
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel IV.4 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran
Persamaan Regresi Kepercayaan Diri (X1) Terhadap Hasil Belajar Agama kristen
(Y)
Sumber
Varians
Dk JK RJK Fhitung Ftabel
0,05 0,01
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
63
300424,0154
3397,681
8685,3036
300424,0154
3397,681
137,86
24,65*
3,99
7,06
Tuna Cocok
Kekeliruan
25
38
3451,3036
5234
138,05
137,74
1,002*
1,79
2,21
Total 65 310527
310527
- Fh < Ft =
1,002 < 1,79,
maka linier.
110
Keterangan:
*Fhitung = Fhitung = 24,65 > Ftabel pada α = 0,05, maka regresi berarti.
*Fhitung = Fhitung = 1,002 < Ftabel pada α = 0,05, maka regresi linier.
* = signifikan
ns = non signifikan
Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel IV diatas menyimpulkan
bahwa bentuk pengaruh kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y)
adalah berarti dan linier. Selanjutnya regresi tersebut menunjukkan bahwa setiap
kanaikan satu skor kepercayaan diri (X1) dapat menyebabkan kenaikan hasil belajar
agama kristen siswa (Y) sebesar 0,506 pada konstanta14,90.
Hasil pengujian menunjukkan kepercayaan diri (X1) secara kebetulan mempunyai
hubungan yang positif terhadap hasil belajar agama kristen (Y), dan menunjukkan
hubungan yang signifikan pada α = 0,05. Lebih jelasnya persamaan regresi Ŷ = 14,90 +
0,506X1 diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
Gambar IV.4 Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 14,90 + 0,506X1
y = 14,90+ 0,506x
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120 140
Has
il B
ela
jar
Aga
ma
Kri
ste
n
Kepercayaan Diri
Garis Persamaan Regresi
111
b. Analisis regresi antara motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen
(Y)
Motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) menghasilkan
koefisien arah regresi sebesar 0,525 dan konstanta sebesar 13,26. Jadi pengaruh antara
motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) memilki persamaan
regresi sebagai berikut 13,26 + 0,525X2 (lihat pada lampiran 31)
Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungannya
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel IV.5 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran
Persamaan Regresi Motivasi Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Agama Kristen
(Y)
Sumber
Varians
Dk JK RJK Fhitung Ftabel
0,05 0,01
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
63
300424,015
3442,53
8640,455
300424,015
3442,53
137,15
25,10*
3,99
7,06
Tuna Cocok
Kekeliruan
23
40
4529,455
4111
196,93
102,78
1,91 ns
1,803
2,50
Total 65 312507
312507 - Fh > Ft = 1,91
> 1,80, maka
tidak linier.
Keterangan:
112
nsFhitung = Fhitung = 25,10 > Ftabel 3,99 pada α = 0,05, maka regresi berarti.
*Fhitung = Fhitung = 0,91 > Ftabel 1,80 pada α = 0,05, maka regresi tidak linier.
* = signifikan
ns = non signifikan
Hasil pengujian seperti yang ditunjukkan pada tabel V.5 diatas menyimpulkan
bahwa bentuk pengaruh antara motivasi belajar (X2) dengan hasil belajar agama kristen
(Y) adalah berarti dan tidak linier. Selanjutnya regresi tersebut berarti menunjukkan
bahwa setiap kanaikan satu skor motivasi belajar (X2) dapat menyebabkan kenaikan
hasil belajar agama kristen siswa (Y) sebesar 0,525 pada konstanta 13,26; Dan tidak
linier, artinya tidak terdapat hubungan yang linier antara motivasi belajar dengan hasil
belajar agama kristen siswa, melainkan hubungan berbentuk lain.
Hasil pengujian menunjukkan motivasi belajar (X2) secara kebetulan mempunyai
hubungan yang positif terhadap hasil belajar agama kristen (Y), dan menunjukkan
hubungan yang signifikan pada α = 0,05. Lebih jelasnya persamaan regresi Ŷ = 13,26 +
0,525X2 diperlihatkan pada gambar dibawah ini :
y = 13,26 + 0,525x
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120 140
Has
il B
ela
jar
Aga
ma
Kri
ste
n
Motivasi Belajar Agama kristen
Garis Persamaan Regresi
113
Gambar IV.5 Grafik Persamaan Regresi Ŷ = 13,26 + 0,525X2
c. Analisis regresi antara kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap
hasil belajar agama kristen (Y)
Kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama
kristen (Y) menghasilkan koefisien arah regresi dan konstanta sebesar 2,48. Dengan
demikian pengaruh kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil
belajar (Y) memiliki persamaan regresi sebagai berikut Ŷ = 2,48 – 0,038X1 + 0,688X2
(lihat pada lampiran 31)
Berikut dilakukan uji keberartian dan kelinieran regresi yang hasil perhitungan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel IV.6 Tabel ANAVA Untuk Pengujian Keberartian dan Kelinieran
Persamaan Regresi Kepercayaan Diri (X1) dan Motivasi Belajar (X2) Terhadap
Hasil Belajar Agama Kristen (Y)
Jumlah kuadrat Fhitung F tabel (dk = 2 : 63)
0,05 0,01
JK(reg) = 4256 16,89 3,140 4,950
JK(res) = 7827
Berdasarkan pengujian di atas, diperoleh Fhitung = 16,89 > Ftabel = 3,140;
signifikan pada α = 0,05, berarti regresi ganda Y atas X1 dan X2 signifikan.
114
C. Analisis Korelasi dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis kepercayaan diri (X1) terhadap hasil
belajar agama kristen (Y)
Untuk melihat seberapa jauh hubungan kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar
agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel IV.7 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X1 dan Y
Korelasi
antara X1
dan Y
Kofisien
korelasi
Koefisien
determinasi
Thitung Ttabel
0,53 28,09 4,423 1,665
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,53 dan signifikan pada
α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
cukup kuat antara kepercayaan diri (X1) terhadap hasil belajar agama kristen (Y).
Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat diperoleh Thitung = 4,96 >
Ttabel = 1,665 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara kepercayaan diri terhadap hasil belajar agama kristen pada siswa
SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Besarnya koefisien determinasi sebesar 28,09
hal ini berarti terdapat variansi skor hasil belajar agama kristen pada sampel yang
diteliti, dipengaruhi oleh kepercayaan diri sebesar 28,09%. Selebihnya 71,91%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor Guru, lingkungan belajar siswa,
interaksi belajar siswa, disiplin belajar siswa, dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31).
115
2. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis motivasi belajar (X2) terhadap hasil
belajar agama kristen (Y)
Untuk melihat seberapa jauh hubungan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar
agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel IV.8 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X2 dan Y
Korelasi
antara X2
dan Y
Kofisien
korelasi
Koefisien
determinasi
Thitung Ttabel
0,54 29,16 5,092 1,665
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,54 dan signifikan pada
α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
cukup kuat antara motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y).
Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat diperoleh Thitung = 5,092 >
Ttabel = 1,665 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05 (lihat pada lampiran 31).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar agama kristen pada SMTK
Setia Bulagi Banggai Kepulauan. Besarnya koefisien determinasi sebesar 29,16, hal ini
berarti terdapat variansi skor hasil belajar agama kristen pada sampel yang diteliti,
dipengaruhi oleh motivasi belajar sebesar 29,16%. Selebihnya 70,84% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, seperti faktor Guru, lingkungan belajar siswa, interaksi belajar siswa,
disiplin belajar siswa dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31).
116
3. Analisis korelasi dan pengujian hipotesis kepercayaan diri (X1) dan motivasi
belajar (X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y)
Untuk melihat seberapa jauh hubungan kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar
(X2) terhadap hasil belajar agama kristen (Y) diperlihatkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel IV.9 Pengujian Signifikan Koefisien Korelasi Antara X1, X2, dan Y
Korelasi
antara X1,
X2 dan Y
Kofisien
korelasi
Koefisien
determinasi
Thitung Ttabel
0,59 34,81 5,754 3,140
Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,59 dan signifikan pada
α = 0,05 (lihat pada lampiran 31). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
cukup kuat antara kepercayaan diri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap hasil belajar
agama kristen (Y). Pengujian hipotesis untuk melihat keberartian korelasi dapat
diperoleh Thitung = 5,754 > Ttabel = 3,140 yang didapat melalui interpolasi pada α = 0,05
(lihat pada lampiran 31). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar agama Kristen siswa SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan Sul-Teng.
Besarnya koefisien determinasi sebesar 34,81, hal ini berarti terdapat variansi skor
hasil belajar agama kristen pada sampel yang diteliti, dipengaruhi oleh kepercayaan diri
dan motivasi belajar sebesar 34,81%. Selebihnya 65,19% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, seperti faktor guru, lingkungan belajar siswa, interaksi belajar siswa, disiplin
belajar siswa dan lain-lain. (lihat pada lampiran 31).
D. Pembahasan Hasil Penelitian
117
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fhitung = 16,89 dan Ftabel = 3,140 karena Fhitung
> Ftabel maka hipotesis penelitian diterima. Artinya terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara kepercayaan diri dan motivasi belajar terhadap hasil belajar agama
kristen siswa SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan Sul-Teng.
Dari hasil perhitungan koefisien regresi sederhana terlihat jelas bahwa kepercayaan
diri memiliki pengaruh terhadap hasil belajar agama kristen yaitu 4,96. Hal ini memang
telah diteliti oleh banyak orang dan memiliki kesimpulan yang sama bahwa hasil belajar
seseorang ditentukan oleh kepercayaan diri. Untuk menguji regresi sederhana motivasi
belajar agama kristen terhadap hasil belajar agama kristen memiliki koefisien regresi
5,09. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar agama
kristen.
Perhitungan koefisien korelasi gandanya adalah sebesar 44,61. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan ketiga variabel cukup baik. Kenaikan hasil belajar agama kristen
dengan kepercayaan diri dapat dilihat dari persamaan 𝑌 = 14,90 + 0,506X1. Persamaan
regresi ini bersifat linier artinya kenaikan hasil belajar agama kristen dipengaruhi oleh
kepercayaan diri. Dan uji regresi ini berarti, artinya bahwa tingkat kenaikan hasil belajar
agama kristen ditentukan oleh kepercayaan diri siswa.
Sehubungan dengan motivasi belajar agama kristen dapat dilihat dari persamaan 𝑌
= 13,26 + 0,525X2. Persamaan regresi ini bersifat tidak linier artinya tidak terdapat
hubungan yang linier antara motivasi belajar dengan hasil belajar agama kristen siswa,
melainkan hubungan berbentuk lain. Tetapi dalam uji keberartian regresi, regresi ini
berarti, artinya bahwa tingkat kanaikan hasil belajar agama kristen selalu ditentukan
oleh motivasi belajar agama kristen.
118
Melalui perhitungan regresi linier ganda Ŷ = 2,48 – 0,038X1 + 0,688X2. Pengujian
regresi linier ganda menyatakan bahwa regresi linier ganda Y atas X1 dan X2 bersifat
linier.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentu saja masih belum sempurna karena sampel yang digunakan
sedikit, sehingga tidak mesti jadi patokan dalam penelitian selanjutnya. Jika para
pembaca ingin mengkaji ulang judul yang penulis kerjakan, mungkin saja menghasilkan
hasil baru. Penelitian ini juga hanya berlaku di SMTK Setia Bulagi Banggai Kepualuan
Sul-Teng, dengan demikian tidak dapat dipakai sebagai generalisasi sekolah-sekolah
lain.
119
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian teoritis dan analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri terhadap hasil
belajar agama kristen pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai
Kepulauan sebesar r = 0,53, yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung =
4,96 > Ttabel = 1,665 pada taraf nyata α = 0,05.
2. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar terhadap hasil
belajar agama kristen pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai
Kepulauan sebesar r = 0,54, yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung =
5,09 > Ttabel = 1,665 pada taraf nyata α = 0,05.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepercayaan diri dan motivasi
belajar agama kristen secara bersama-sama terhadap hasil belajar agama kristen
pada siswa kelas X-XII SMTK Setia Bulagi Banggai Kepulauan sebesar r = 0,59,
yang di uji menggunakan α = 0,05; diperoleh Thitung = 5,57 > Ttabel = 3,140 pada
taraf nyata α = 0,05.
120
B. Saran
1. Untuk menigkatkan hasil belajar yang baik mestinya diperhatikan aspek eksternal
dan internal.
2. Guru sebagai fasilitator belajar siswa, harus terus memperlengkapi diri, dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Guru agama kristen harus menumbuhkan kepercayaan diri siswa didiknya
sehingga siswa dapat mengaktualisasikan segala potensi dirinya dengan penuh
kepercayaan diri.
4. Guru agama kristen sebagai tenaga pengajar harus memberikan semangat,
dorongan atau motivasi bagi siswa, sehingga siswa tidak terus menerus
mengandalkan guru dalam memperoleh pengetahuan.
121
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab,
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2001.
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajara,. Bandung: Alfa Beta, 2009
Boehlke R. Robert, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen dari Plato sampai IG. Loyola, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006.
Boehlke R. Robert, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan PAK di Indonesia,
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006.
Berkhof Louis dan Van Til Cornelius, Dasar Pendidikan Kristen Surabaya: Momentum
2008.
Cully V Iris, Dinamika Pendidikan Kristen, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2009.
Djaali, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.
Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Enklaar I H dan Homrighausen E G, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2009.
Hadis, Abdul, Psikologi Dalam Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2006.
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
122
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar dan Manager. Bandung : Sinar Baru Algessindo,
2000.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Jihad Asep, Haris Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi Presindo, 2008.
Lasotisasari, D, Keefektifan Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kepercayaan
Diri Siswa yang Tidak Naik Kelas Skripsi. Semarang: UNNES. Tidak diterbitkan, 2007
Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya, 1996.
Moeliono, Anton, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Pustaka, 2002.
Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar menajar, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010.
Natawijaya, Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV. Mutiara, 1987
Natawidjaja, Rahman, Peranan Guru dalam Bimbingan. Bandung : Abardin, 1988.
Nasution, Farid, Hubungan Metode Mengajar Dosen, Keterampilan Belajar, Sarana
Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Jilid 8. Nomor 1, 2001.
Nasution, Noehi, Psikologi Pedidikan. Jakarta : Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam Dan Universitas Terbuka, 1974.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional,
1986
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Prenada Media Group, 2010.
123
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo, 2011.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Soemanto, wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Sumarmo, Utari, Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan
pada Peserta Didik. Makalah tidak diterbitkan, PPs UPI Bandung, 2007.
Sudjana, Metoda statistika, Bandung: Tarsito, 2005.
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: AlfaBeta, 2005.
Sugiyono, Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R dan
D, Bandung: AlfaBeta, 2010.
Suhana Cucu, Hanafiah Nanang, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika
Aditama, 2009.
Sulo La, Tirtarahardja Umar, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008.
Surya, Mohamad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Jakarta: CV. Mahaputra
Adidaya, 2003.
Sitanggang Sariaman, Bagaimana Menyusun KTSP dan Perencanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan menengah,
Jakarta:Egkrateia Putra Jaya, 2008.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Grafindo Persada 2004.
Purwanto, Ngalim, Psikologi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2000.
Tong, Stephen, Seni membentuk karakter kristen, Surabaya: Momentum, 2012.
Tong, Stephen, Arsitek Jiwa I, Surabaya: Momentum, 2010.
Tong, Stephen, Arsitek Jiwa II, Surabaya: Momentum, 2010.
124
Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Uno, Hamzah, Teori motivasi dan pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara 2008.
Zain aswan, Djamarah Syaiful, Strategi belajar mengajar, Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2006.
125
BIODATA
A. Biodata Pribadi:
Nama : Fransisko Oes Asa
Tempat/Tanggal Lahir : Atambua 20 Februari 1987
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Istri : Misva Kokudang
Anak 1 : Thereisa Amelia Putri Asa
Alamat : Meselesek, Kec. Bulagi, Sul-Teng.
B. Pendidikan:
Lulus SMA Tahun 2007 dari SMA Kristen Atambua
Lulus Sarjana Pendidikan Kristen Tahun 2011 dari STT STT SETIA Jakarta
Lulus Magister Pendidikan Agama Kristen Tahun 2015 dari STT SETIA Jakarta
126
Lampiran 1
SOAL TES
HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN
1. Pemimpin bangsa Israel dari mesir ialah......
A. Musa B. Yosua C. Kaleb D. Harun
2. Nabi yang menegur raja Daud ialah:
A. Natan B. Yesaya C. Yeremia D. Elia
3. “Mesias” adalah nama yang diberikan Allah kepada....
A. Yosua B. Yesus C. 𝑌𝑒𝑠𝑎𝑦𝑎 D. 𝑌𝑢𝑑𝑎𝑠
4. “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” Firman ini
didengar oleh Yohanes pembaptis ketika Yesus.....
A. Diurapi B. Dilahirkan C. Dibaptis D. Disalibkan
5. Bukti kuasa Yesus terhadap alam ialah......
PETUNJUK :
1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan obsen (A, B, C, dan D)
yang menurut anda benar.
2. Pilihlah dengan jujur.
3. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama :..............................................
Kelas : .............................................
127
A. Membangkitkan orang mati C. Meredahkan angin ribut
B. Mengubah air menjadi anggur D. Menyembuhkan orang buta
6. Musa menerima sepuluh hukum dibukit......
A. Sinai B. Zaitun C. Nebo D. Golgota
7. Tulah kesepuluh bunyinya......
A. Air berubah menjadi darah C. Lalat pikat
B. Kematian anak sulung D. Kematian belalang-belalang
8. Raja yang membangun bait Allah adalah.....
A. Saul B. Salomo C. Ahab D. Goliat
9. Permintaan raja salomo kepada Allah ialah.....
A. Hikmat dan pengertian B. Kekayaan
C. Jabatan D. Kehormatan
10. Raja yang diurapi pada usia 8 tahun ialah.....
A. Amos C. Daud
B. Yosia D. Yeskiel
11. Amanat agung yang disampaikan Yesus kepada murid-muridnya Terdapat
dalam kitab injil.......
A. Keluaran 20:1-17 C. Matius 28:19-20
B. Matius 6:13-19 D. Yohanes 3:16
12. Orang yang ditobatkan oleh Tuhan Yesus dan diutus menjadi rasul ialah....
A. Petrus B. Yohanes C. Yakobus D. Paulus
13. Tujuan Saulus kekota Damsyik ialah........
A. Memberitakan Injil C. Mendoakan orang sakit
128
B. Menganiaya Pengikut Yesus D. Menyembuhkan orang sakit
14. Nabi yang menubuatkan kelahiran Yohanes pembaptis ialah......
A. Maleakih B. Natan C. Nehemia D. Yeremia
15. Hukuman Allah kepada raja Daud adalah......
A. Kerajaan terbagi dua C. Kematian istrinya
B. Kematian anak-anaknya D. Mati dalam peperangan
16. Terbentuknya gereja pertama terjadi dikota......
A. Yerusalem C. Nasaret
B. Betlehem D. Yudea
17. Tugas Zakharia di bait suci adalah........
A. Raja C. Imam
B. Hakim D. Rasul
18. Meninggalkan perbuatan yang jahat dan kembali berbuat yang baik adalah arti
dari....
A. Bertobat B.Kasih C. Baptisan D. Menyangkut diri
19. Hari turunnya Roh kudus disebut hari.......
A. Paskah B. Natal C. Pentakosta D. Jumat Agung
20. Dasar dari segala kehidupan manusia adalah......
A. Kasih B. Kehormatan C. Harta D. Jabatan
21. “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” Perkataan ini terdapat dalam kitab…..
A. Yohanes 14:6 B. Matius 15:6
B. Lukas 14:6 D. Markus 5:16
129
22. Raja Daud jatuh kedalam dosa karena.....
A. Mengawini istri Uria B. Menyembah berhala
C. Menghujat Allah D. Membunuh panglimanya
23. Mukjisat yang dibuat Tuhan Yesus dikota kana adalah......
A. Batu menjadi roti C. Memberi makan lima ribu orang
B. Air menjadi anggur D. Menyembuhkan sepeluh orang kusta
24. Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang didanau.....
A. Tiberias B. Galilea C. Yordan D. Nil
25. Orang buta yang disembuhkan Yesus adalah.....
A. Lasarus B. Bartemeus C. Orang kusta D.Simon petrus
26. Tuhan Yesus berdoa ditaman.....
A. Firdaus B. Nasaret C. Getsemani D. Betlehem
27. Tuhan Yesus terangkat kesorga disebuah bukit.......
A. Horeb B. Golgota C. Moria D. Zaitun
28. Arti “Paskah” ialah.....
A. Ketuangan Roh Kudus C. Kebangkitan
B. Kenaikan D. Kematian
29. Yang membuat manusia jatuh kedalam dosa ialah.....
A. Pelanggaran manusia di taman eden
B. Menurut kemauan sendiri
C. Ingin sama dengan Allah
D. Pilihan A,B dan C benar semua
30. Waktu turunyan Roh Kudus dikota Yerusalem terjadi tiga tanda yaitu......
130
A. Bunyi, angin, api B. Guntur, bunyi,api
C. Angin, guntur, api D. Api, angin, guntur
31. Maksud percakapan Yesus dan Nikodemus adalah......
A. Lahir Baru B. Baptisan
C. Kelahiran D. Pengampunan
32. Dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat adalah pengertian dari......
A. Kasih B. Suka cita
C. Iman D. Kesetiaan
33. Iman yang tidak disertai dengan perbuatan pada hakekatnya akan.......
A. Mati B. Lemah C. Lemah D. Layu
34. Yang diutus Allah kedalam dunia untuk menebus dosa manusia ialah........
A. Musa B. Yesus Kristus
C. Abraham D. Yohanes Pembaptis
35. Dibetsaida Yesus menyembuhkan orang yang sakit........
A. Buta B. Lumpuh C. Pendarahan D. Kusta
36. Yesus mengusir roh yang menyebabkan seorang anak menjadi bisu dan tuli.
Peristiwa ini membuktikan bahwa Yesus berkuasa atas roh.....
A. Jahat B. Manusia C. Alam semesta D. Anak-anak
37. Perumpamaan yang menggambarkan kasih Allah kepada manusia adalah tentang...
A. Anak yang hilang B. Talenta
C. Gadis-gadis yang bijak D. Seorang penabur
38. Pada hari Jumat agung, umat kristiani memperingati.....
131
A. Kebangkitan Tuhan Yesus B. Turunnya Roh Kudus
C. Kematian Tuhan Yesus D. Kenaikan Yesus kesorga
39. Kebangkitan Tuhan Yesus mempunyai arti......
A. Hidup baru telah datang B. Keselamatan belum sempurna
C. Maut telah di kalahkan D. Manusia harus berobat
40. Doa yang diajarkan Tuhan Yesus disebut doa....
A. Ucapan syukur B. Bapa kami
C. Pengampunan D. Syafaat
132
Kunci Jawaban
1. A 11. C 21. A 31. A
2. A 12. D 22. A 32. C
3. B 13. B 23. B 33. A
4. C 14. D 24. B 34.B
5. C 15. A 25. B 35.A
6. A 16. A 26. C 36. A
7. B 17. C 27. D 37. A
8. B 18. A 28. C 38. C
9. A 19. C 29. D 39. C
10. C 20. A 30. A 40. B
133
Lampiran 2
Uji Coba Instrumen Angket Percayaan Diri
Nama : .............................................
Kelas : .............................................
No PERNYATAAN SS S KS TS STS
1 Saya percaya pada kemampuan saya saat
ulangan
2 Saya senang saat presentasi di depan kelas
3 Saya ingin di delegasikan oleh sekolah
untuk lomba atau olimpiade
4 Saya suka menjadi diri saya seperti sekarang
5 Saya menjelaskan materi pelajaran kepada
teman yang belum paham
6 Saya tidak suka meniru gaya orang lain
(mis:gaya berpakaian)
7 Saya suka mengikuti kegiatan-kegiatan
pemuda ditempat tinggal saya
8 Saya suka mengerjakan soal yang sulit
karena menantang.
9 Saya menerima jika pendapat saya tidak
disetujui orang lain
10 Saya bangga dengan almamater atau sekolah
saya
11 Saya senang berdebat dengan teman saya
tentang suatu hal
PETUNJUK :
1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masing-
masing pernyataan.
2. Keterangan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur.
4. Pilihan anda dirahasiakan.
134
12 Saya berani mengungkapkan pendapat saya
13 Saya selalu yakin saat menyelesaikan
masalah
14 Saya senang, bila saya dapat
mempertanggung jawabkan soal-soal yang
saya kerjakan.
15 Saya selalu berpikir bahwa nilai rapor saya
bagus
16 Saat diberi tugas oleh guru, saya yakin bisa
mengerjakannya
17 Saya memiliki suatu kemampuan yang lebih
baik daripada orang lain
18 Saya selalu yakin dapat menyelesaikan tugas
sekolah dengan baik
19 Saya dapat mempertahankan pendapat saat
berdiskusi.
20 Saya menyukai hal-hal baru dan menantang
21 Saya puas dengan hasil yang telah saya
kerjakan
22 Saya selalu puas dengan nilai ulangan saya
23 Saya memiliki kelebihan daripada orang lain
24 Saya malu bertanya, jika belum paham
tentang materi belajar di kelas.
25 Saya puas bisa bersekolah di sekolah saya
saat ini
26 Saya puas dengan hasil rapor saya
27 Saya percaya akan kemampuan saya
28 Saya yakin bahwa akan memeperoleh apa
yang saya inginkan
29 Saya tidak pernah menghindar dari suatu
rintangan
30 Saya yakin bahwa saya pasti berhasil
31 Saya ingin menjadi yang terbaik
32 Saya bangga dengan nilai saya
33 Saya suka bertanya pada guru pada saat
belajar
34 Saya ikut memberikan sumbangan dalam
mengerjakan soal yang diberi guru.
35 Saya tidak mengikuti teman jika
mengejakan soal ujian
36 Saya puas dengan kpribadian saya
37 Saya tidak akan berhenti jika apa yang saya
inginkan belum diperoleh
38 Saya yakin suatu saat nanti saya akan
berhasil
135
39 Saya tidak takut jika ditanya oleh guru
40 Jika guru menjelaskan materi yang sulit,
maka saya bersemangat lagi untuk belajar.
136
Lampiran 3
Uji Coba Instrumen Angket Motivasi Belajar
Nama : .............................................
Kelas : .............................................
No PERNYATAAN SS S KS TS STS
1 Pertama kali saya melihat pembelajaran
ini,saya percaya bahwa pembelajaran ini
mudah bagi saya.
2 Saya mengajukan pertanyaan jika tidak
paham saat belajar.
3 Saya diam dan mendengarkan teman yang
sedang mempresentasikan tugas didepan
kelas.
4 Saya tidak melatih kembali soal-soal agama
dirumah.
5 Saya tidak memiliki kemauan untuk belajar
agama.
6 Saya suka mengerjakan soal yang sulit
karena merasa tertantang.
7 Saya mengulang pelajaran agama dirumah.
8 Saya senang, bila guru agama tidak
memberikan PR.
9 Saya malas mengerjakan soal-soal agama.
10 Jika jam belajar agama, maka saya
mengikutinya dengan tenang dan serius.
PETUNJUK :
1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masing-
masing pernyataan.
2. Keterangan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur.
4. Pilihan anda dirahasiakan.
137
11 Saya mengerjakan latihan soal bila disuruh
guru.
12 Giat dan tekun adalah pilihan saya untuk
belajar agama.
13 Saya bersedia untuk belajar agama.
14 Saya lebih mementingkan bermain daripada
belajar agama.
15 Saya akan memeriksa kembali PR sebelum
dikumpul.
16 Saya tidak aktif dalam kegiatan belajar
kelompok agama.
17 Saya giat dalam melatih kembali soal.
18 Saya bolos jika saya tidak mengerjakan PR.
19 Jika saya tidak tahu mengerjakan tugas,
maka saya tidak malu untuk bertanya kepada
guru.
20 Saya tidak siap untuk mengikuti ulangan
agama yang diberikan guru secara
mendadak.
21 Jika jawaban yang saya buat berbeda dengan
jawaban teman maka saya mengikuti
jawaban teman.
22 Saya tidak tertarik dengan belajar agama
secara berkelompok.
23 Saya merasa materi itu sangat sulit
dipahami.
24 Saya malas mengerjakan PR.
25 Saya mengajukan pertanyaan jika tidak
paham saat belajar agama.
26 Jika guru menjelaskan materi di depan kelas
maka saya mengganggu teman.
27 Jika guru memberikan ulangan secara
mendadak, maka saya bersedia untuk
mengerjakan.
28 Saya mengerjakan soal dengan asal-asalan.
29 Saya mengajak teman yang lain untuk
menyelesaiakan masalah agama.
30 Kemauan saya untuk belajar agama itu
sangat tinggi.
31 Saya menolak ajakan teman untuk bersama-
sama mengerjakan tugas.
32 Saya tidak mudah puas ketika berhasil
menyelesaikan soal.
33 Jika saya tidak tau mengerjakan tugas maka
saya malu untuk bertanya.
138
34 Jika guru memberikan PR maka saya
langsung mengerjakan.
35 Saya tidak ada persiapan untuk mengikuti
proses belajar agama di kelas.
36 Saya aktif dalam kegiatan belajar
37 Saya akan berhenti mengerjakan soal jika
mengalami jalan buntu.
38 Saya mempersiapkan diri untuk mengikuti
pelajaran agama.
39 Saya tidak mau melatih kembali soal.
40 Saya belajar kembali pelajaran agama
dirumah.
139
Lampiran 7
Data Uji Reliabilitas Angket Hasil Belajar Agama Kristen
No
X X2 (X)
2
A B δ^2
N
Butir
Soal (ΣX)2/N ΣX
2(ΣX)
2/N b/N
1 35 35 1225 30,625 4,375 0,109 40
2 30 30 900 22,500 7,500 0,188 40
3 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
4 11 11 121 3,025 7,975 0,199 40
5 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
6 35 35 1225 30,625 4,375 0,109 40
7 22 22 484 12,100 9,900 0,248 40
8 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
9 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
10 22 22 484 12,100 9,900 0,248 40
11 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
12 34 34 1156 28,900 5,100 0,128 40
13 32 32 1024 25,600 6,400 0,160 40
14 16 16 256 6,400 9,600 0,240 40
15 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
16 22 22 484 12,100 9,900 0,248 40
17 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
140
18 11 11 121 3,025 7,975 0,199 40
19 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
20 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
21 34 34 1156 28,900 5,100 0,128 40
22 32 32 1024 25,600 6,400 0,160 40
23 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
24 38 38 1444 36,100 1,900 0,048 40
25 22 22 484 12,100 9,900 0,248 40
26 32 32 1024 25,600 6,400 0,160 40
27 11 11 121 3,025 7,975 0,199 40
28 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
29 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
30 37 37 1369 34,225 2,775 0,069 40
31 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
32 35 35 1225 30,625 4,375 0,109 40
33 30 30 900 22,500 7,500 0,188 40
34 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
35 11 11 121 3,025 7,975 0,199 40
36 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
37 11 11 121 3,025 7,975 0,199 40
38 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
39 29 29 841 21,025 7,975 0,199 40
141
40 25 25 625 15,625 9,375 0,234 40
Σ 31391 784,775 296,225 7,406
Perhitungan reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen dihitung dengan
menggunakan rumus K – R 20. Sebelum menggunakan rumus K – R 20, terlebih dahulu
diberi standar deviasinya sebagai berikut:
S2 =
𝛴𝑋2− (𝛴𝑋2
𝑁)
𝑁 =
31395− ((1081 )2
40)
40 = 54,52
Maka reliabilitas instrumen hasil belajar agama kristen adalah:
r11 = 𝑛
𝑛 − 1
𝑆2− 𝛴𝑃𝑄
𝑆2
= 40
40 − 1
54,52 – 8,7
54,52 = 0,862
Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,862 dan r tabel = 0,312, maka dapat
disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,862 > 0,312, sehingga pernyataan untuk hasil belajar
agama kristen adalah reliabel.
142
Lampiran 8
DAYA BEDA BUTIR SOAL
No
A B c d a/b c/d PA-PB
Keterangan BA JA BB JB PA PB D
1 18 20 17 20 0,9 0,85 0,05 Jelek
2 17 20 13 20 0,85 0,65 0,2 Jelek
3 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
4 6 20 5 20 0,3 0,25 0,05 Jelek
5 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
6 17 20 18 20 0,85 0,9 -0,05 Jelek
7 12 20 10 20 0,6 0,5 0,1 Jelek
8 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
9 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
10 12 20 10 20 0,6 0,5 0,1 Jelek
11 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
12 17 20 17 20 0,85 0,85 0 Jelek
13 15 20 17 20 0,75 0,85 -0,1 Jelek
14 11 20 5 20 0,55 0,25 0,3 Jelek
15 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
16 12 20 10 20 0,6 0,5 0,1 Jelek
17 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
18 6 20 5 20 0,3 0,25 0,05 Jelek
143
19 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
20 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
21 17 20 17 20 0,85 0,85 0 Jelek
22 15 20 17 20 0,75 0,85 -0,1 Jelek
23 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
24 19 20 19 20 0,95 0,95 0 Jelek
25 9 20 13 20 0,45 0,65 -0,2 Jelek
26 15 20 17 20 0,75 0,85 -0,1 Jelek
27 6 20 5 20 0,3 0,25 0,05 Jelek
28 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
29 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
30 18 20 19 20 0,9 0,95 -0,05 Jelek
31 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
32 18 20 17 20 0,9 0,85 0,05 Jelek
33 17 20 13 20 0,85 0,65 0,2 Jelek
34 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
35 6 20 5 20 0,3 0,25 0,05 Jelek
36 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
37 6 20 5 20 0,3 0,25 0,05 Jelek
38 17 20 12 20 0,85 0,6 0,25 Cukup
39 19 20 10 20 0,95 0,5 0,45 Baik
40 11 20 14 20 0,55 0,7 -0,15 Jelek
144
Dari perhitungan diatas diperoleh soal yang jelek sebanyak 22 soal yaitu : 1, 2, 4, 6, 7,
10, 12, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 25, 26, 27, 30, 32, 33, 35, 37, dan 40.
Soal yang cukup sebanyak 8 soal yaitu : 3, 8, 9, 11, 15, 28, 34, dan 38.
Soal yang baik sebanyak 10 soal yaitu : 5, 17, 19, 20, 23, 29, 31, 36 dan 39.
145
Lampiran 9
MENGUJI TARAF KESUKARAN SOAL
No
A B a/b
Keterangan B JS P
1 35 40 0,88 Mudah
2 30 40 0,75 Mudah
3 29 40 0,73 Mudah
4 11 40 0,28 Sukar
5 29 40 0,73 Mudah
6 35 40 0,88 Mudah
7 22 40 0,55 Sedang
8 29 40 0,73 Mudah
9 29 40 0,73 Mudah
10 22 40 0,55 Sedang
11 29 40 0,73 Mudah
12 34 40 0,85 Mudah
13 32 40 0,80 Mudah
14 16 40 0,40 Sedang
15 29 40 0,73 Mudah
16 22 40 0,55 Sedang
17 29 40 0,73 Sedang
18 11 40 0,28 Sukar
146
19 29 40 0,73 Mudah
20 29 40 0,73 Mudah
21 34 40 0,85 Mudah
22 32 40 0,80 Mudah
23 29 40 0,73 Mudah
24 38 40 0,95 Sedang
25 22 40 0,55 Mudah
26 32 40 0,80 Sedang
27 11 40 0,28 Sukar
28 29 40 0,73 Sedang
29 29 40 0,73 Mudah
30 37 40 0,93 Sedang
31 29 40 0,73 Mudah
32 35 40 0,88 Mudah
33 30 40 0,75 Mudah
34 29 40 0,73 Sedang
35 11 40 0,28 Sukar
36 29 40 0,73 Sedang
37 11 40 0,28 Sukar
38 29 40 0,73 Mudah
39 29 40 0,73 Mudah
40 25 40 0,63 Sedang
147
Dari perhitungan diatas diperoleh soal yang sukar sebanyak 5 soal yaitu : 4, 18, 27, 35,
dan 37.
Soal yang sedang sebanyak 11 soal yaitu : 7, 10, 14, 17, 24, 26, 28, 30, 34, 36, dan 40.
Soal yang mudah sebanyak 24 soal yaitu : 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 21,
22, 23, 25, 29, 31, 32, 33, 38, dan 39.
148
Lampiran 13
Data Uji Reliabilitas Angket Kepercayaan Diri
Perhitungan Reliabilitas kuesioner Kepercayaan Diri dihitung dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Sebelumnya dicari terlebih dahulu jumlah
varians skor tiap-tiap soal dengan rumus : σb2 =
ΣX2−(ΣX )2
N
N
Tabel Perhitungan Reliabilitas Kepercayaan Diri
No
Butir
X X2 (X)
2
A B δ^2 N
(ΣX)2/N ΣX
2-(ΣX)
2/N b/N
1 118 402 13924 348,100 53,900 1,348 40
2 129 437 16641 416,025 20,975 0,524 40
3 121 393 14641 366,025 26,975 0,674 40
4 131 457 17161 429,025 27,975 0,699 40
5 128 436 16384 409,600 26,400 0,660 40
6 129 445 16641 416,025 28,975 0,724 40
7 120 398 14400 360,000 38,000 0,950 40
8 133 465 17689 442,225 22,775 0,569 40
9 128 436 16384 409,600 26,400 0,660 40
10 127 425 16129 403,225 21,775 0,544 40
11 132 460 17424 435,600 24,400 0,610 40
12 127 425 16129 403,225 21,775 0,544 40
13 124 414 15376 384,400 29,600 0,740 40
149
14 122 396 14884 372,100 23,900 0,597 40
15 126 416 15876 396,900 19,100 0,478 40
16 132 466 17424 435,600 30,400 0,760 40
17 126 438 15876 396,900 41,100 1,028 40
18 128 440 16384 409,600 30,400 0,760 40
19 122 404 14884 372,100 31,900 0,797 40
20 123 397 15129 378,225 18,775 0,469 40
21 125 421 15625 390,625 30,375 0,759 40
22 129 439 16641 416,025 22,975 0,574 40
23 130 458 16900 422,500 35,500 0,888 40
24 116 354 13456 336,400 17,600 0,440 40
25 118 370 13924 348,100 21,900 0,547 40
26 122 390 14884 372,100 17,900 0,447 40
27 132 458 17424 435,600 22,400 0,560 40
28 134 474 17956 448,900 25,100 0,628 40
29 132 470 17424 435,600 34,400 0,860 40
30 126 424 15876 396,900 27,100 0,678 40
31 115 355 13225 330,625 24,375 0,609 40
32 132 454 17424 435,600 18,400 0,460 40
33 133 477 17689 442,225 34,775 0,869 40
34 128 446 16384 409,600 36,400 0,910 40
35 131 455 17161 429,025 25,975 0,649 40
150
36 130 446 16900 422,500 23,500 0,588 40
37 129 445 16641 416,025 28,975 0,724 40
38 121 399 14641 366,025 32,975 0,824 40
39 128 434 16384 409,600 24,400 0,610 40
40 131 475 17161 429,025 45,975 1,149 40
Σ 5068 17194 643100 16077,500 1116,500 27,913 1600
Dari tabel diatas diperoleh jumlah varians butir soal (Σσ 21) = 27,913
Varians total : σt2 =
ΣX2−(ΣX )2
N
N
= 649854 −
(5068 )2
40
40
= 649854 – 642115 ,59
40
= 193.461
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan rumus Alpha Crobach :
r1 1 =k
k−1 1 −
Σσb2
σt2
= 40
40 − 1 1 −
27,913
193,461
= 0,878
Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,878 dan rtabel = 0,312, maka dapat
disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,878 > 0,312, sehingga pernyataan untuk kepercayaan
diri adalah reliabel.
151
Lampiran 17
Data Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar
Perhitungan Reliabilitas kuesioner Motivasi Belajar dihitung dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach. Sebelumnya dicari terlebih dahulu jumlah
varians skor tiap-tiap soal dengan rumus : σb2 =
ΣX2−(ΣX )2
N
N
Tabel Perhitungan Reliabilitas Motivasi Belajar
No
Butir
X X2 (X)
2
A B δ^2
N
(ΣX)2/N ΣX
2-(ΣX)
2/N b/N
1 132 466 17424 435,600 30,400 0,760 40
2 118 392 13924 348,100 43,900 1,098 40
3 128 440 16384 409,600 30,400 0,760 40
4 122 404 14884 372,100 31,900 0,797 40
5 137 523 18769 469,225 53,775 1,344 40
6 112 354 12544 313,600 40,400 1,010 40
7 129 455 16641 416,025 38,975 0,974 40
8 130 454 16900 422,500 31,500 0,788 40
9 137 511 18769 469,225 41,775 1,044 40
10 87 207 7569 189,225 17,775 0,444 40
11 133 493 17689 442,225 50,775 1,269 40
12 129 437 16641 416,025 20,975 0,524 40
13 121 393 14641 366,025 26,975 0,674 40
14 130 450 16900 422,500 27,500 0,688 40
152
15 127 429 16129 403,225 25,775 0,644 40
16 105 297 11025 275,625 21,375 0,534 40
17 113 333 12769 319,225 13,775 0,344 40
18 119 373 14161 354,025 18,975 0,474 40
19 124 408 15376 384,400 23,600 0,590 40
20 131 449 17161 429,025 19,975 0,499 40
21 126 428 15876 396,900 31,100 0,778 40
22 131 461 17161 429,025 31,975 0,799 40
23 131 455 17161 429,025 25,975 0,649 40
24 129 437 16641 416,025 20,975 0,524 40
25 121 393 14641 366,025 26,975 0,674 40
26 131 457 17161 429,025 27,975 0,699 40
27 128 436 16384 409,600 26,400 0,660 40
28 129 445 16641 416,025 28,975 0,724 40
29 123 395 15129 378,225 16,775 0,419 40
30 124 404 15376 384,400 19,600 0,490 40
31 128 446 16384 409,600 36,400 0,910 40
32 131 455 17161 429,025 25,975 0,649 40
33 130 446 16900 422,500 23,500 0,588 40
34 129 445 16641 416,025 28,975 0,724 40
35 113 337 12769 319,225 17,775 0,444 40
36 111 331 12321 308,025 22,975 0,574 40
153
37 137 505 18769 469,225 35,775 0,894 40
38 138 506 19044 476,100 29,900 0,747 40
39 134 482 17956 448,900 33,100 0,828 40
40 131 457 17161 429,025 27,975 0,699 40
Σ 5019 16989 633577 15839,425 1149,575 28,739375
Dari tabel diatas diperoleh jumlah varians butir soal (Σσ 21) = 28,74
Varians total : σt2 =
ΣX2−(ΣX )2
N
N
= 635767 −
(5019 )2
40
40
= 635767 – 629759 ,03
40
= 150,19
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan rumus Alpha Crobach :
r1 1 =k
k−1 1 −
Σσ b2
σt2
= 40
40 − 1 1 −
28,74
150,19
= 0,831
Dari perhitungan diatas diperoleh r11 = 0,831 dan r tabel = 0,312, maka dapat
disimpulkan bahwa r11 > rtabel; 0,831 > 0,312, sehingga pernyataan untuk motivasi
belajar adalah reliabel.
154
Lampiran 18
SOAL TES
HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN
32. Pemimpin bangsa Israel dari mesir ialah......
B. Musa B. Yosua C. Kaleb D. Harun
33. Nabi yang menegur raja Daud ialah:
B. Natan B. Yesaya C. Yeremia D. Elia
34. “Mesias” adalah nama yang diberikan Allah kepada....
A. Yosua B. Yesus C. 𝑌𝑒𝑠𝑎𝑦𝑎 D. 𝑌𝑢𝑑𝑎𝑠
35. “Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” Firman ini
didengar oleh Yohanes pembaptis ketika Yesus.....
A. Diurapi B. Dilahirkan C. Dibaptis D. Disalibkan
36. Bukti kuasa Yesus terhadap alam ialah......
C. Membangkitkan orang mati C. Meredahkan angin ribut
D. Mengubah air menjadi anggur D. Menyembuhkan orang buta
37. Musa menerima sepuluh hukum dibukit......
A. Sinai B. Zaitun C. Nebo D. Golgota
38. Tulah kesepuluh bunyinya......
C. Air berubah menjadi darah C. Lalat pikat
D. Kematian anak sulung D. Kematian belalang-belalang
39. Raja yang membangun bait Allah adalah.....
PETUNJUK :
4. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan obsen (A, B, C, dan D)
yang menurut anda benar.
5. Pilihlah dengan jujur.
6. Pilihan anda dirahasiakan.
Nama :..............................................
Kelas : .............................................
155
B. Saul B. Salomo C. Ahab D. Goliat
40. Permintaan raja salomo kepada Allah ialah.....
A. Hikmat dan pengertian B. Kekayaan
C. Jabatan D. Kehormatan 41. Raja yang diurapi pada usia 8 tahun ialah.....
C. Amos C. Daud
D. Yosia D. Yeskiel
42. Amanat agung yang disampaikan Yesus kepada murid-muridnya Terdapat
dalam kitab injil.......
C. Keluaran 20:1-17 C. Matius 28:19-20
D. Matius 6:13-19 D. Yohanes 3:16
43. Orang yang ditobatkan oleh Tuhan Yesus dan diutus menjadi rasul ialah....
B. Petrus B. Yohanes C. Yakobus D. Paulus
44. Tujuan Saulus kekota Damsyik ialah........
C. Memberitakan Injil C. Mendoakan orang sakit
D. Menganiaya Pengikut Yesus D. Menyembuhkan orang sakit
45. Nabi yang menubuatkan kelahiran Yohanes pembaptis ialah......
A. Maleakih B. Natan C. Nehemia D. Yeremia
46. Hukuman Allah kepada raja Daud adalah......
C. Kerajaan terbagi dua C. Kematian istrinya
D. Kematian anak-anaknya D. Mati dalam peperangan
47. Terbentuknya gereja pertama terjadi dikota......
A. Yerusalem C. Nasaret
B. Betlehem D. Yudea 48. Tugas Zakharia di bait suci adalah........
156
C. Raja C. Imam
D. Hakim D. Rasul
49. Meninggalkan perbuatan yang jahat dan kembali berbuat yang baik adalah arti
dari....
A. Bertobat B.Kasih C. Baptisan D. Menyangkut diri
50. Hari turunnya Roh kudus disebut hari.......
B. Paskah B. Natal C. Pentakosta D. Jumat Agung
51. Dasar dari segala kehidupan manusia adalah......
A. Kasih B. Kehormatan C. Harta D. Jabatan
52. Nabi yang memberitahukan hukuman dan kecelakaan bagi bangsa israel
adalah......
C. Elia B. Amos C. Elisa D. Natan
53. Raja Daud jatuh kedalam dosa karena.....
B. Mengawini istri Uria B. Menyembah berhala
C. Menghujat Allah D. Membunuh panglimanya
54. Mukjisat yang dibuat Tuhan Yesus dikota kana adalah......
C. Batu menjadi roti C. Memberi makan lima ribu orang
D. Air menjadi anggur D. Menyembuhkan sepeluh orang kusta
55. Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang didanau.....
B. Tiberias B. Galilea C. Yordan D. Nil
56. Orang buta yang disembuhkan Yesus adalah.....
B. Lasarus B. Bartemeus C. Orang kusta D.Simon petrus
57. Tuhan Yesus berdoa ditaman.....
B. Firdaus B. Nasaret C. Getsemani D. Betlehem
157
58. Tuhan Yesus terangkat kesorga disebuah bukit.......
A. Horeb B. Golgota C. Moria D. Zaitun
59. Arti “Paskah” ialah.....
C. Ketuangan Roh Kudus C. Kebangkitan
D. Kenaikan D. Kematian
158
Lampiran 19
Instrumen Penelitian Angket Kepercayaan Diri
Nama : .............................................
Kelas : .............................................
No PERNYATAAN SS S KS TS STS
1 Saya percaya pada kemampuan saya saat
ulangan
2 Saya senang saat presentasi di depan kelas
3 Saya ingin di delegasikan oleh sekolah
untuk lomba atau olimpiade
4 Saya suka menjadi diri saya seperti sekarang
5 Saya menjelaskan materi pelajaran kepada
PETUNJUK :
1. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masing-
masing pernyataan.
2. Keterangan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
KT =Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
3. Nyatakan pendapat anda dengan jujur.
4. Pilihan anda dirahasiakan.
159
teman yang belum paham
6 Saya tidak suka meniru gaya orang lain
(mis:gaya berpakaian)
7 Saya suka mengikuti kegiatan-kegiatan
pemuda ditempat tinggal saya
8 Saya suka mengerjakan soal yang sulit
karena menantang.
9 Saya menerima jika pendapat saya tidak
disetujui orang lain
10 Saya bangga dengan almamater atau sekolah
saya
11 Saya senang berdebat dengan teman saya
tentang suatu hal
12 Saya berani mengungkapkan pendapat saya
13 Saya selalu percaya diri saat menyelesaikan
masalah
14 Saya senang, bila saya dapat
mempertanggung jawabkan soal-soal yang
saya kerjakan.
15 Saya selalu berpikir bahwa nilai rapor saya
bagus
16 Saat diberi tugas oleh guru, saya yakin bisa
mengerjakannya
160
17 Saya memiliki suatu kemampuan yang lebih
baik daripada orang lain
18 Saya selalu yakin dapat menyelesaikan tugas
sekolah dengan baik
19 Saya dapat mempertahankan pendapat saat
berdiskusi.
20 Saya menyukai hal-hal baru dan menantang
21 Saya puas dengan hasil yang telah saya
kerjakan
22 Saya selalu puas dengan nilai ulangan saya
23 Saya memiliki kelebihan daripada orang lain
24 Saya malu bertanya, jika belum paham
tentang materi belajar di kelas.
25 Saya puas bisa bersekolah di sekolah saya
saat ini
26 Saya puas dengan hasil rapor saya
27 Saya percaya akan kemampuan saya
28 Saya yakin bahwa akan memeperoleh apa
yang saya inginkan
29 Saya tidak pernah menghindar dari suatu
rintangan
161
Lampiran 20
Instrumen Penelitian Angket Motivasi Belajar
Nama : .............................................
Kelas : .............................................
No PERNYATAAN SS S KS TS STS
1 Pertama kali saya melihat pembelajaran
ini,saya percaya bahwa pembelajaran ini
mudah bagi saya.
PETUNJUK :
5. Tuliskan tanda silang (X) pada pilihan yang tersedia dalam masing-
masing pernyataan.
6. Keterangan jawaban :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
7. Nyatakan pendapat anda dengan jujur.
8. Pilihan anda dirahasiakan.
162
2 Saya mengajukan pertanyaan jika tidak
paham saat belajar.
3 Saya diam dan mendengarkan teman yang
sedang mempresentasikan tugas didepan
kelas.
4 Saya tidak melatih kembali soal-soal agama
dirumah.
5 Saya tidak memiliki kemauan untuk belajar
agama.
6 Saya suka mengerjakan soal yang sulit
karena merasa tertantang.
7 Saya mengulang pelajaran agama dirumah.
8 Saya senang, bila guru agama tidak
memberikan PR.
9 Saya malas mengerjakan soal-soal agama.
10 Jika jam belajar agama, maka saya
mengikutinya dengan tenang dan serius.
11 Saya mengerjakan latihan soal bila disuruh
guru.
12 Giat dan tekun adalah pilihan saya untuk
belajar agama.
13 Saya bersedia untuk belajar agama.
14 Saya lebih mementingkan bermain daripada
163
belajar agama.
15 Saya akan memeriksa kembali PR sebelum
dikumpul.
16 Saya tidak aktif dalam kegiatan belajar
kelompok agama.
17 Saya giat dalam melatih kembali soal.
18 Saya bolos jika saya tidak mengerjakan PR.
19 Jika saya tidak tahu mengerjakan tugas,
maka saya tidak malu untuk bertanya kepada
guru.
20 Saya tidak siap untuk mengikuti ulangan
agama yang diberikan guru secara
mendadak.
21 Jika jawaban yang saya buat berbeda dengan
jawaban teman maka saya mengikuti
jawaban teman.
22 Saya tidak tertarik dengan belajar agama
secara berkelompok.
23 Saya merasa materi itu sangat sulit
dipahami.
24 Saya malas mengerjakan PR.
25 Saya mengajukan pertanyaan jika tidak
paham saat belajar agama.
164
26 Jika guru menjelaskan materi di depan kelas
maka saya mengganggu teman.
27 Jika guru memberikan ulangan secara
mendadak, maka saya bersedia untuk
mengerjakan.
165
Lampiran 24
DATA MENTAH
NO Nama siswa
Hasil
Belajar
Motivasi
Belajar
Minat
Belajar
1 Aprian Pletemo 68 105 102
2 Akreni Tondion 86 123 122
3 Alfonita Samuding 75 113 113
4 Cristo Lesama 68 114 114
5 Debri Yela Bapiosikene 64 100 99
6 Desiwati Siabungi 54 88 88
7 Desiyanti K. Tae 75 95 95
8 Enggelin Virni Goniwala 71 80 84
9 Endri Valeu 75 113 113
10 Esprin Mangusa 89 113 113
11 Estin liboola 89 113 113
12 Elvin Tambolang 57 89 89
13 Evan A.T 89 129 127
14 Firjun Malakus 68 127 126
15 Fitri 50 95 95
16 Fitri Daliamo 86 107 105
17 Firmus Agato Djanimo 61 95 95
166
18 Fandra Lamasuit 86 114 114
19 Farida Lapisa 57 123 122
20 Feronika Sambayo 71 100 99
21 Herwin M 36 105 102
22 Hendriven 50 89 89
23 Herto Kamdobong 61 107 105
24 Juliarti Langi 71 105 102
25 Jhos Bilalu 50 89 89
26 Kristamela 71 107 105
27 Kristo Bayu Libayo 54 126 127
28 Kalpat Rouma 79 115 114
29 Lili Marlina Punsay 61 122 122
30 Linda Tala bugani 64 99 96
31 Melda Tundoni 75 112 112
32 Meisen Yasokan 50 76 75
33 Noni Ali 71 107 105
34 NerciLaogi 50 85 86
35 Nofrius Libayo 79 122 122
36 Nerlin 57 80 80
37 Oktararian 79 122 122
38 Okliana Monggumi 79 123 122
39 Priskayani R Kandondan 75 128 128
167
40 Resna Tadak 75 107 105
41 Serli Sepriko 86 122 122
42 Telpa Mindra Sulantri 71 104 99
43 Vendri P 86 130 124
44 Vendro P 86 85 85
45 Wulandari Sinduano 39 88 88
46 Wulandari 57 92 94
47 Yiska Wasti Saat 43 80 80
48 Yurni Yanti Pania 79 115 114
49 Yebiko Luniben 75 107 105
50 Yarit 64 101 99
51 Yusuf 68 92 95
52 Yohana Marta 86 131 129
53 Yosia Rafael 61 92 94
54 Heskiel Wileam 71 121 121
55 Gabriel Sudikin 50 95 95
56 Efita Septiani 54 88 88
57 Ayu Eka 50 105 102
58 Irvan Adalta 64 90 94
59 Gelsa 68 100 100
60 Esti Nilan 75 100 100
61 Nabila Kokudang 96 92 90
168
62 Dian 46 101 96
63 Anita 64 107 112
64 Jordan 75 99 99
65 Hotman 79 112 112
Σ
4419 6811 6773
169
Lampiran 25
ANALISA DATA
III. Analisa Data Hasil Belajar Agama Kristen
a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen
Diketahui : n = 65
xmax = 96
xmin = 36
1. Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges (K)
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (65)
= 1 + 3,3 (1,748)
= 1 + 5, 768 = 6, 768 ≈ 7
Jadi banyaknya kelas adalah 7
2. Panjang interval kelas (P)
P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠, dimana rentang = xmax – xmin
= 96 − 36
7 = 8, 572 ≈ 9
Jadi panjang interval kelas adalah 9
3. Daftar distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen (tabel dan grafik
berikut).
170
a. Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar agama kristen
Interval
Batas Kelas Fkls
(fi)
Frel
(%) Fkum Xi Ci fiCi Ci2 fiCi
2 Bawah Atas
36 – 44 35,5 44,5 3 4,6 3 40 -3 -9 16 48
45 – 53 44,5 53,5 8 12,3 11 49 -2 -16 9 72
54 - 62 53,5 62,5 11 16,9 22 58 -1 -11 4 44
63 - 71 62,5 71,5 17 26,2 39 67 0 0 1 17
72 - 80 71,5 80,5 15 23,1 54 76 1 15 0 0
81 - 89 80,5 89,5 10 15,4 64 85 2 20 1 10
90 - 98 89,5 98,5 1 1,5 65 94 3 3 4 4
65 100 2 35 195
171
20
15
10
5
35,5 44,5 53,5 62,5 71,5 80,5 89,5 98,5
b. Mean
X = Xo + P 𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖
𝛴𝑓𝑖
= 67 + 9 2
65
= 67,27
Jadi nilai rata-ratanya 67,27
c. Modus (Mo)
10
15
3
8
11
17
1
172
Mo = b + p 𝑏1
𝑏1+𝑏2
= 62,5 + 9 6
6 + 2
= 62,5 + 9 (0,75)
= 62,5 + 6,75
= 69,25
d. Median (Me)
Me = b + p 1
2𝑛 − 𝐹
𝑓
= 62,5 + 9 1
2 65 − 22
17
= 62,5 + 9 (0,62)
= 68,058
e. Simpangan Baku
S = 𝑝2 𝑛𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 2−(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
𝑛 (𝑛−1)
= (9)2(65 193 − (2 )2
65 (65 − 1))
= 81 (12545 − 4
4160)
= 81 12541
4160
= 244,18
= 15,63
173
TABEL NORMALITAS
DATA UJI NORMALITAS HASIL BELAJAR AGAMA KRISTEN
X = 67,27 N = 65
S = 15,63
No X1 F Zi F(Zi) S(Zi) [F(Zi)-S(Zi)]
1 36 1 -2,00 0,0228 0,0154 0,0074
2 39 1 -1,81 0,0532 0,0307 0,0225
3 43 1 -1,55 0,0606 0,0461 0,0145
4 46 1 -1,36 0,0091 0,0615 0,0524
5 50
7
-1,10 0,1357 0,1692 0,0335
6 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
7 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
8 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
9 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
10 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
11 50 -1,10 0,1357 0,1692 0,0335
12 54
3
-0,85 0,1977 0,2153 0,0176
13 54 -0,85 0,1977 0,2153 0,0176
14 54 -0,85 0,1977 0,2153 0,0176
15 57
4
-0,66 0,2546 0,2769 0,0223
16 57 -0,66 0,2546 0,2769 0,0223
17 57 -0,66 0,2546 0,2769 0,0223
174
18 57 -0,66 0,2546 0,2769 0,0223
19 61
4
-0,40 0,3446 0,3384 0,0062
20 61 -0,40 0,3446 0,3384 0,0062
21 61 -0,40 0,3446 0,3384 0,0062
22 61 -0,40 0,3446 0,3384 0,0062
23 64
5
-0,21 0,4168 0,4153 0,0015
24 64 -0,21 0,4168 0,4153 0,0015
25 64 -0,21 0,4168 0,4153 0,0015
26 64 -0,21 0,4168 0,4153 0,0015
27 64 -0,21 0,4168 0,4153 0,0015
28 68
5
0,05 0,5199 0,4923 0,0276
29 68 0,05 0,5199 0,4923 0,0276
30 68 0,05 0,5199 0,4923 0,0276
31 68 0,05 0,5199 0,4923 0,0276
32 68 0,05 0,5199 0,4923 0,0276
33 71
7
0,24 0,5948 0,6000 0,0052
34 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
35 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
36 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
37 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
38 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
39 71 0,24 0,5948 0,6000 0,0052
175
40 75
9
0,49 0,6879 0,7384 0,0505
41 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
42 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
43 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
44 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
45 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
46 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
47 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
48 75 0,49 0,6879 0,7384 0,0505
49 79
6
0,75 0,7734 0,8307 0,0573
50 79 0,75 0,7734 0,8307 0,0573
51 79 0,75 0,7734 0,8307 0,0573
52 79 0,75 0,7734 0,8307 0,0573
53 79 0,75 0,7734 0,8307 0,0573
54 79 0,75 0,7734 0,8307 0,0573
55 86
7
1,20 0,8708 0,9384 0,0676
56 86 1,20 0,8708 0,9384 0,0676
57 86 1,20 0,8849 0,9384 0,0535
58 86 1,20 0,8849 0,9384 0,0535
59 86 1,20 0,8849 0,9384 0,0535
60 86 1,20 0,8849 0,9384 0,0535
61 86 1,20 0,8849 0,9384 0,0535
176
62 89
3
1,39 0,9177 0,9846 0,0669
63 89 1,39 0,9177 0,9846 0,0669
64 89 1,39 0,9177 0,9846 0,0669
65 96 1 1,84 0,9671 1,0000 0,0329
JLH 4419 65
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,0669 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n = 65. maka
dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar agama kristen berasal dari populasi
berdistribusi normal.
177
Lampiran 26
ANALISA DATA
I. Analisa Data Kepercayaan Diri
a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen
Diketahui : n = 65
xmax = 131
xmin = 76
1. Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges (K)
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (65)
= 1 + 5, 982
= 6, 982 ≈ 7
Jadi banyaknya kelas adalah 7
2. Panjang interval kelas (P)
P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠, dimana rentang = xmax – xmin
P = 131 − 76
7 = 7,857 ≈ 8
Jadi panjang interval kelas adalah 8
3. Daftar distribusi frekuensi kepercayaan diri (tabel dan grafik berikut)
a. Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi kepercayaan diri
Interval
Kelas
Batas Kelas Fkls
(fi)
Frel
(%) Fkum Xi Ci fiCi Ci2 fiCi
2 Bawah Atas
76 – 83 75,5 83,5 4 6,2 4 79,5 -3 -12 9 36
178
84 – 91 83,5 91,5 9 13,8 13 87,5 -2 -18 4 36
92 – 99 91,5 99,5 10 15,4 23 95,5 -1 -10 1 10
100 – 107 99,5 107,5 18 27,7 41 103,5 0 0 0 0
108 – 115 107,5 115,5 10 15,4 51 111,5 1 10 1 10
116 – 123 115,5 123,5 8 12,3 59 119,5 2 16 4 32
124 – 131 123,5 131,5 6 9,2 65 127,5 3 18 9 54
65 100 4 28 178
20
15
10
5
75,5 83,5 91,5 99,5 107,5 115,5 123,5 131,5
Keterangan pengisian kolom pada tabel frekuensi sebagai berikut:
8
10
4
9
10
18
6
179
Untuk mengisi kolom Fkls sebagai berikut : dari tabel diatas terlihat bahwa Fkls =
4 untuk kelas interval pertama, yang artinya bahwa ada 4 orang siswa yang mendapat
nilai hasil tes soal paling rendah 76 dan paling tinggi 83 sebanyak 4 orang, dan
selanjutnya meggunakan hal yang sama.
Untuk mengisi kolom Frel sebagai berikut: dari tabel diatas terlihat bahwa Frel =
6,2 untuk kelas interval pertama, yang diperoleh dari pembagian nilai Fkls = 4 pada kelas
interval pertama dengan banyaknya siswa yang disingkat N sebanyak 65 dan dikalikan
dengan 100% (4
65 𝑥 100%). Untuk selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama.
Untuk mengisi kolom Fkum dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi biasa,
dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi: Fkls = 4 pada kelas interval
pertama dijumlahkan degan Fkls = 9 pada interval kedua dan seterusnya. Adapun tabel
dan kurva kumulatif lebih dari dan kurang dari sebagai berikut :
180
1. Tabel dan kurva kumulatif lebih sama dengan.
Kurva kumulatif lebih dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari
banyak siswa dengan banyak kelas interval frekuensi sebagai berikut:
Nilai
Frekuensi
Kumulatif
76 atau lebih 65
84 61
92 52
100 42
108 24
116 14
124 6
132 0
Keterangan.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai penelitian mulai dari nilai
terendah 76 hingga tertinggi 131 namun dalam penulisan frekuensi kumulatif menjadi
132. Pada tabel tersebut diketahui 76 adalah sejajar dengan 65 karena merupakan
total/patokan dari keseluruhan siswa yang diteliti untuk memperoleh nilainya. 61
didapat dari 65 – 4 pada frekuensi pertama tabel analisa. 52 didapat dari 65 kurang
dengan jumlah 4 + 9 = 13 pada frekuensi kelas ke 1 dan 2. Selanjutnya dihitung dengan
jalan yang sama. Dari tabel diatas maka kurvanya sebaga berikut:
181
2. Tabel dan kurfa kumulatif kurang dari.
Kurva kumulatif kurang dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari
Fkum yang sudah dicari pada frekuensi kumulatif lebih dari nilai teratas dikurang dengan
banyaknya siswa dan nilai dibawahnya, contoh pada Fkum lebih dari nilai teratas adalah
65 – 65 = 0, 65 – 61 = 4, 65 – 52 = 13, dan seterusnya menggunakan jalan yang sama.
Nilai dari hasil pengurangan tersebut dimasukkan dalam tabel Fkum kurang dari yang
diurutkan dari 0. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dan kurfa di bawah ini :
Nilai
Frekuensi
Kumulatif
kurang dari 76 0
84 4
92 13
0
10
20
30
40
50
60
70
76 84 92 100 108 116 124 132
Frekuensi Kumulatif
182
100 23
108 41
116 51
124 59
132 65
Untuk mengisi kolom Xi ( nilai tengah) yaitu di lakukan dengan jalan pada kelas
interval pertama adalah 76 – 83 dengan frekuensi f = 4. Ujung bawah kelas = 76, ujung
atas = 83. Adapun batas bawah kelas = 75,5 dan batas atas 83,5. Maka untuk
memperoleh nilai pada kolom Xi kelas interval pertama dapat diperoleh dengan jalan
menjumlahkan ujung bawah dan ujung atas kelas interval pertama dan dibagi dengan 2,
sebagai contoh 1
2(76 + 83) = 79,5, dan pada kolom selanjutnya dengan jalan yang sama.
Untuk mengisi kolom Ci merupakan cara menghitung rata-rata dari data dalam
daftar distribusi frekuensi dengan cara sandi/singkat. Untuk ini maka ambilkan salah
satu tanda kelas , namakan Xo. Untuk harga Xo ini diberi nilai sandi c = 0. Nilai tengah
0
10
20
30
40
50
60
70
76 84 92 100 108 116 124 132
Frekuensi Kumulatif
183
yang lebih kecil dari Xo berturut-turut diberi nilai harga sandi c = -1, c = -2, c = -3 dan
seterusnya. Tanda kelas yang lebih besar dari Xo berturut-turut mempunyai harga-harga
sandi c = +1, c = +2, c = +3 dan seterusnya. Berdasarkan pada tabel diatas Xo berada
pada interval kelas ke 4, karena data tersebut berada pada kelas rata-rata yang dapat
diketahui dengan jalan menjumlahkan rata-rata nilai tengah xi pada tabel dibagi dengan
banyaknya nilai xi itu sendiri disebut sebagai xi rata-rata, dan semua nilai xi di kurang
dengan x rata-rata maka nilai nol berada pada kelas ke 4. Nilai tengah kelas yang lebih
kecil dari Xo adalah diberi tanda -1,-2, da -3 pada interval kelas ke 3, 2, dan 1. Nilai
tengah kelas yang lebih besar dari Xo diberi tanda +1,+2, dan +3 pada interval kelas ke
5, 6, dan 7.
Untuk mengisi kolom fici yaitu perkalian anta nilai fi kelas interval pertama
dikalikan dengan nilai ci pada interval pertama. Selajutnya didapat dengan jalan yang
sama.
Untuk mengisi kolom ci2 didapat dari perkalian nilai ci dengan ci pada interval
pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama.
Untuk mengisi kolom fici2
didapat dari perkalian nilai fi interval pertama dengan
nilai ci2 interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama.
b. Mean
X = Xo + P 𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖
𝛴𝑓𝑖
= 104 + 8 4
65
= 103,992307692 ≈ 103,99
Jadi nilai rata-ratanya 103,99
184
c. Modus (Mo)
Mo = b + p 𝑏1
𝑏1+𝑏2
= 99,5 + 8 8
8 + 8
= 99,5 + 8 (0,5)
= 103,5
d. Median (Me)
Me = b + p 1
2𝑛 − 𝐹
𝑓
= 99,5 + 8 1
2 65 – 23
18
= 99,5 + 8 (0,528)
= 103,72
e. Simpangan Baku
S = 𝑝2 𝑛𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 2−(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
𝑛 (𝑛−1)
= (8)2(65 178 − (4 )2
65 (65 − 1))
= 64 (11570 − 16
4160)
= 64 11554
4160
= 64 2,78
S = 178 = 13,34
185
TABEL NORMALITAS
DATA UJI NORMALITAS KEPERCAYAAN DIRI
X = 103,99 N = 65
S = 13,34
No X1 F Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 76 1 -2,10 0,0179 0,0154 0,0025
2 80
3
-1,80 0,0259 0,0615 0,0356
3 80 -1,80 0,0259 0,0615 0,0356
4 80 -1,80 0,0259 0,0615 0,0356
5 85
2
-1,42 0,0778 0,0923 0,0145
6 85 -1,42 0,0778 0,0923 0,0145
7 88
3
-1,20 0,1151 0,1385 0,0234
8 88 -1,20 0,1151 0,1385 0,0234
9 88 -1,20 0,1151 0,1385 0,0234
10 89
3
-1,12 0,1314 0,1846 0,0532
11 89 -1,12 0,1314 0,1846 0,0532
12 89 -1,12 0,1314 0,1846 0,0532
13 90 1 -1,05 0,1469 0,2000 0,0531
14 92
4
-0,90 0,1841 0,2615 0,0774
15 92 -0,90 0,1841 0,2615 0,0774
16 92 -0,90 0,1841 0,2615 0,0774
186
17 92 -0,90 0,1841 0,2615 0,0774
18 95
4
-0,67 0,2514 0,3231 0,0717
19 95 -0,67 0,2514 0,3231 0,0717
20 95 -0,67 0,2514 0,3231 0,0717
21 95 -0,67 0,2514 0,3231 0,0717
22 99
2
-0,37 0,2557 0,3538 0,0981
23 99 -0,37 0,2557 0,3538 0,0981
24 100
4
-0,30 0,3821 0,4154 0,0333
25 100 -0,30 0,3821 0,4154 0,0333
26 100 -0,30 0,3821 0,4154 0,0333
27 100 -0,30 0,3821 0,4154 0,0333
28 101
2
-0,22 0,4129 0,4265 0,0136
29 101 -0,22 0,4129 0,4265 0,0136
30 104 1 0,00 0,5 0,4615 0,0385
31 105
4
0,08 0,5319 0,5231 0,0088
32 105 0,08 0,5319 0,5231 0,0088
33 105 0,08 0,5319 0,5231 0,0088
34 105 0,08 0,5319 0,5231 0,0088
35 107
7
0,23 0,591 0,6307 0,0397
36 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
37 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
38 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
187
39 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
40 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
41 107 0,23 0,591 0,6307 0,0397
42 112
2
0,60 0,7257 0,6615 0,0642
43 112 0,60 0,7257 0,6615 0,0642
44 113
4
0,68 0,7517 0,7231 0,0286
45 113 0,68 0,7517 0,7231 0,0286
46 113 0,68 0,7517 0,7231 0,0286
47 113 0,68 0,7517 0,7231 0,0286
48 114
2
0,75 0,7734 0,7538 0,0196
49 114 0,75 0,7734 0,7538 0,0196
50 115
2
0,83 0,7967 0,7846 0,0121
51 115 0,83 0,7967 0,7846 0,0121
52 121 1 1,28 0,8997 0,8000 0,0997
53 122
4
1,35 0,9115 0,8615 0,0500
54 122 1,35 0,9115 0,8615 0,0500
55 122 1,35 0,9115 0,8615 0,0500
56 122 1,35 0,9115 0,8615 0,0500
57 123
3
1,43 0,9236 0,9077 0,0159
58 123 1,43 0,9236 0,9077 0,0159
59 123 1,43 0,9236 0,9077 0,0159
60 126 1 1,65 0,9505 0,9231 0,0274
188
61 127 1 1,72 0,9573 0,9384 0,0189
62 128 1 1,80 0,9641 0,9538 0,0103
63 129 1 1,87 0,9693 0,9692 0,0001
64 130 1 1,95 0,9744 0,9846 0,0102
65 131 1 2,02 0,9783 1,0000 0,0217
Σ 6811 65
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,0997 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n =
65. maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data kepercayaan diri berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Keterangan pengisian kolom tabel normalitas sebagai berikut:
Kolom x1 adalah kolom nilai data mentah yang dikumpulkan dari hasil penyebaran
angket dengan 5 alternatif jawaban yaitu SS, S, KS, TS, dan STS yang sudah diurutkan
mulai dari terkecil hinggga tertinggi, nilai terkecil 76 dan tertinggi 131 pada tabel
normalitas.
Kolom F merupakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama ketika data itu
sudah diurutkan berdasarkan nilai terkecil hingga tertinggi. Pada kolom F nomor urut 1
yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1
siswa yang mendapatkan nilai 76, kolom F nomor urut 2, 3 dan 4 yaitu 3, karena ada 3
siswa yang memiliki nilai yang sama yaitu 80, kolom F nomor urut 5 yaitu 2, karena
ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 2 siswa yang
mendapatkan nilai 85, dan seterusnya dapat diketahui dengan jalan yang sama.
189
Kolom Zi merupakan hasil dari pengurangan nilai x dengan x rata-rata dibagi
dengan nilai simpangan baku (𝑥−𝑥
−
𝑠). Pada kolom Zi nomor urut 1 yaitu -2,10 yaitu
diperoleh dari nilai x pada nomor urut 1 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai
simpangan baku (76 – 103,99
13,34=
−27,99
13,34= −2,10). Pada kolom Zi nomor urut 2 yaitu
-1,80 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 2 dikurang dengan x rata-rata dibagi
nilai simpangan baku (80 – 103,99
13,34=
−23,99
13,34= −1,80), nilai kolom pada Zi nomor
urut 3 dan 4 sama dengan nomor urut 2 karena memiliki nilai x yang sama, yaitu 80
sehingga perhitungan dan pengisian nilai kolom Zi nomor urut 3, dan 4 pun sama
dengan kolom Zi nomor urut 2. Pada kolom Zi nomor urut 5 yaitu -1,42 yaitu diperoleh
dari nilai x pada nomor urut 5 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku
(85 – 103,99
13,34=
−18,99
13,34= −1,42). Pada nomor urut 6, 7, dan seterusnya
menggunakan jalan yang sama.
Pada kolom F(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan pada kurfa normal,
bila nilai Zi nya negatif maka dia berada disebelah kiri kurva sehingga dapat dicari
dengan rumus 0,05 ditambah dengan nilai Zi, sedangkan bila nilai Zi positif maka dia
berada disebelah kanan kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 kurang dengan
nilai Zi. Pada kolom F(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0179, yang dapat dilihat dari kolom Zi -
2,10 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi)
nomor urut 2 yaitu 0,0259, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,80 pada daftar tabel
kurva distribusi normal dengan luas 0,05, dan pada kolom Zi nomor urut 3 dan 4 sama
dengan nomor urut 2 karena memiliki nilai Zi yang sama yaitu -1,80. Pada kolom F(Zi)
190
nomor urut yaitu 0,0778, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,42 pada daftar tabel kurva
distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom Zi 6, 7 dan seterusnya menggunakan
jalan yang sama.
Pada kolom S(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan banyaknya siswa
pada kolom F dibagi dengan banyaknya siswa secara keseluruhan dalam penelitian.
Pada kolom S(Zi) nomor urut 1 adalah 0,0154 yang diketahui dari siswa yang memiliki
nilai 76 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang dibagi dengan jumlah siswa secara
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (1
65= 0,0154). Pada kolom S(Zi)
nomor urut 2 adalah 0,0615 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 80 pada
kolom F hanya sebanyak 3 orang ditambah dengan 1 orang sebelumnya dibagi dengan
jumlah siswa secara keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (4
65= 0,0615), dan
pada kolom S(Zi) nomor urut 3 dan 4 sama dengan nomor 2 karena memiliki nilai F
yang sama sebanyak 3 orang. Pada kolom S(Zi) nomor urut 5 adalah 0,0923 yang
diketahui dari siswa yang memiliki nilai 85 pada kolom F hanya sebanyak 2 orang
ditambah dengan 4 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan
pada penelitian sebanyak 65 orang (6
65= 0,0923). Pada kolom 6, 7 dan seterusnya
menggunakan jalan yang sama.
Pada kolom F(Zi) – S(Zi) merupakan hasil dari pengurangan nilai F(Zi) nomor
urut 1 dengan nilai S(Zi) nomor urut 1, dan harga dari nilai F(Zi) – S(Zi) negatif maka
dapat dimutlakkan menjadi positif. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0179
– 0,0154 = 0,0025. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0259 – 0,0615 = –
0,0356 yang dapat dimutlakkan menjadi 0,0356, dan F(Zi) – S(Zi) nomor 3 dan 4 sama
karena memiliki nilai yang sama dengan F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2. Pada kolom F(Zi)
191
– S(Zi) nomor urut 5 yaitu 0,0779 – 0,0923 = –0,0145 yang dapat dimutlakkan menjadi
0,0145. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan
yang sama.
192
Lampiran 27
ANALISA DATA
II. Analisa Data Motivasi Belajar
a. Menentukan tabel distribusi frekuensi hasil belajar agama kristen
Diketahui : n = 65
xmax = 129
xmin = 75
1. Banyak kelas, menentukan jumlah kelas menggunakan kriterium sturges
(K)
K = 1 + 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (65)
= 1 + 5, 982
= 6, 982 ≈ 7
Jadi banyaknya kelas adalah 7
2. Panjang interval kelas (P)
P = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠, dimana rentang = xmax – xmin
= 129 − 75
7
= 7,7428571429 ≈ 8
Jadi panjang interval kelas adalah 8
193
3. Daftar distribusi frekuensi motivasi belajar (tabel dan grafik berikut)
a. Tabel dan Grafik Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar
Interval
Kelas
Batas Kelas Fkls
(fi)
Frel
(%) Fkum Xi Ci fiCi Ci2 fiCi
2 Bawah Atas
75 - 82 74,5 82,5 3 4,62 3 78,5 -3 -9 9 27
83 - 90 82,5 90,5 10 15,38 13 86,5 -2 -20 4 40
91 - 98 90,5 98,5 10 15,38 23 94,5 -1 -10 1 10
99 - 106 98,5 106,5 17 26,15 40 102,5 0 0 0 0
107 - 114 106,5 114,5 11 16,92 51 108,5 1 11 1 11
115 - 122 114,5 122,5 8 12,31 59 116,5 2 16 4 32
123 - 130 122,5 130,5 6 9,23 65 124,5 3 18 9 54
65 100 6 28 174
20
15
10
5
74,5 82,5 90,5 98,5 106,5 114,5 122,5 130,5
8
11
3
10 10
17
6
194
Keterangan pengisian kolom pada tabel frekuensi sebagai berikut:
Untuk mengisi kolom Fkls sebagai berikut : dari tabel diatas terlihat bahwa Fkls =
3 untuk kelas interval pertama, yang artinya bahwa ada 3 orang siswa yang mendapat
nilai hasil tes soal paling rendah 75 dan paling tinggi 82 sebanyak 3 orang, dan
selanjutnya mneggunakan hal yang sama.
Untuk mengisi kolom Frel sebagai berikut: dari tabel diatas terlihat bahwa Frel = 3
untuk kelas interval pertama, yang diperoleh dari pembagian nilai Fkls = 3 pada kelas
interval pertama dengan banyaknya siswa yang disingkat N sebanyak 65 dan dikalikan
dengan 100% (3
65 𝑥 100%). Untuk selanjutnya dihitung dengan jalan yang sama.
Untuk mengisi kolom Fkum dapat dibentuk dari daftar distribusi frekuensi biasa,
dengan jalan menjumlahkan frekuensi demi frekuensi: Fkls = 3 pada kelas interval
pertama dijumlahkan degan Fkls = 10 pada interval kedua dan seterusnya.
Untuk mengisi kolom Xi (nilai tengah) yaitu dilakukan dengan jalan pada kelas
interval pertama adalah 75 – 82 dengan frekuensi f = 3. Ujung bawah kelas = 75, ujung
atas = 82. Adapun batas bawah kelas = 74,5 dan batas atas 82,5. Maka untuk
memperoleh nilai pada kolom Xi kelas interval pertama dapat diperoleh dengan jalan
menjumlahkan ujung bawah dan ujung atas kelas interval pertama dan dibagi dengan 2,
sebagai contoh 1
2(75 + 85) = 78,5. Dan pada kolom selanjutnya dengan jalan yang sama
Untuk mengisi kolom Ci merupakan cara menghitung rata-rata dari data dalam
daftar distribusi frekuensi dengan cara sandi/singkat. Untuk ini maka ambilkan salah
satu nilai tengah kelas , namakan Xo. Untuk harga Xo ini diberi nilai sandi c = 0. Nilai
tengah yang lebih kecil dari Xo berturut-turut diberi nilai harga sandi c = -1, c = -2, c =
195
-3 dan seterusnya. Nilai tengah kelas yang lebih besar dari Xo berturut-turut
mempunyai harga-harga sandi c = +1, c = +2, c = +3 dan seterusnya. Berdasarkan pada
tabel diatas Xo berada pada interval kelas ke 4, karena data tersebut berada pada kelas
rata-rata yang dapat diketahui dengan jalan menjumlahkan rata-rata nilai tengah xi pada
tabel dibagi dengan banyaknya nilai xi itu sendiri disebut sebagai xi rata-rata, dan semua
nilai xi dikurang dengan x rata-rata maka nilai nol berada pada kelas ke 4. tanda kelas
yang lebih kecil dari Xo adalah diberi tanda -1,-2, da -3 pada interval kelas ke 3, 2, dan
1. Nilai tengah kelas yang lebih besar dari Xo diberi tanda +1,+2, dan +3 pada interval
kelas ke 5, 6, dan 7.
Untuk mengisi kolom fici yaitu perkalian anta nilai fi kelas interval pertama
dikalikan dengan nilai ci pada interval pertama. Selajutnya didapat dengan jalan yang
sama.
Untuk mengisi kolom ci2 didapat dari perkalian nilai ci dengan ci pada interval
pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama.
Untuk mengisi kolom fici2
didapat dari perkalian nilai fi interval pertama dengan
nilai ci2 interval pertama. Selanjutnya dengan jalan yang sama.
Pada frekuensi kumulatif dapat dilihat pada kurva lebih dari dan kurang dari
sebagai berikut:
1. Kurfa lebih dari sama dengan
Kurva kumulatif lebih dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari
banyak siswa dengan banyak kelas interval frekuensi sebagai berikut:
Nilai Fkum
75 atau lebih 65
196
83 62
91 52
99 42
107 25
115 14
123 16
130 0
Keterangan,
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai penelitian mulai dari nilai
terendah 75 hingga tertinggi 130 namun dalam penulisan frekuensi kumulatif menjadi
131. Pada tabel tersebut diketahui 75 adalah sejajar dengan 65 karena merupakan
total/patokan dari keseluruhan siswa yang diteliti untuk memperoleh nilainya. 62
didapat dari 65 – 3 pada frekuensi pertama tabel analisa. 52 didapat dari 65 kurang
dengan jumlah 3 + 10 = 13 pada frekuensi kelas ke 1 dan 2. Selanjutnya dihitung
dengan jalan yang sama. Dari tabel diatas maka kurvanya sebaga berikut:
0
10
20
30
40
50
60
70
75 83 91 99 107 115 123 130
Frekuensi Kumulatif
197
2. Kurva kurang dari
Kurva kumulatif kurang dari dapat dicari dengan jalan mengurangkan nilai dari
Fkum yang sudah dicari pada frekuensi kumulatif lebih dari nilai teratas dikurang dengan
banyaknya siswa dan nilai dibawahnya, contoh pada Fkum lebih dari nilai teratas adalah
65 – 65 = 0, 65 – 62 = 3, 65 – 52 = 13, dan seterusnya menggunakan jalan yang sama.
Nilai dari hasil pengurangan tersebut dimasukkan dalam tabel Fkum kurang dari yang
diurutkan dari 0. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel dan kurfa di bawah ini :
Nilai
Frekuensi
Kumulatif
kurang dari 75 0
83 3
91 13
99 23
107 40
115 51
123 49
130 65
198
b. Mean
X = Xo + P 𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖
𝛴𝑓𝑖
= 102,5 + 8 6
65
= 103,238461538 ≈ 103,23
Jadi nilai rata-ratanya 103,23
c. Modus (Mo)
Mo = b + p 𝑏1
𝑏1+𝑏2
= 98,5 + 8 7
7 +6 b = 98,5
= 98,5 + 8 (0,538) b1 = 17 – 10 = 7
= 98,5 + 4,31 b2 = 17 – 11 = 6
= 102,81
d. Median (Me)
0
10
20
30
40
50
60
70
75 83 91 99 107 115 123 130
Frekuensi Kumulatif
199
Me = b + p 1
2𝑛 − 𝐹
𝑓
= 98,5 + 8 1
2 65 − 23
17
Me = 98,5 + 8 (0,56) = 102,97
e. Simpangan Baku
S = 𝑝2 𝑛𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 2−(𝛴𝑓𝑖𝑐𝑖 )2
𝑛 (𝑛−1)
= (8)2(65 174 − (7 )2
65 (65 − 1))
= 64 (11310 − 49
4160)
= 64 11263
4160
S = 64 2,71 = 173,27 = 13,279623077 ≈ 13,28
TABEL NORMALITAS
DATA UJI NORMALITAS MOTIVASI BELAJAR AGAMA KRISTEN
X = 103,23 N = 65
S = 13,28
No X2 F Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) - S(Zi)
1 75 1 -2,13 0,0166 0,0154 0,0012
2 80
2
-1,75 0,0401 0,0462 0,0061
3 80 -1,75 0,0401 0,0462 0,0061
200
4 84 1 -1,45 0,0735 0,0615 0,0120
5 85 1 -1,37 0,0853 0,0769 0,0084
6 86 1 -1,30 0,0968 0,0923 0,0045
7 88
3
-1,15 0,1251 0,1384 0,0133
8 88 -1,15 0,1251 0,1384 0,0133
9 88 -1,15 0,1251 0,1384 0,0133
10 89
3
-1,07 0,1423 0,1846 0,0423
11 89 -1,07 0,1423 0,1846 0,0423
12 89 -1,07 0,1423 0,1846 0,0423
13 90 1 -1,00 0,1587 0,2000 0,0413
14 94
3
-0,70 0,242 0,2461 0,0041
15 94 -0,70 0,242 0,2461 0,0041
16 94 -0,70 0,242 0,2461 0,0041
17 95
5
-0,62 0,2676 0,3231 0,0555
18 95 -0,62 0,2676 0,3231 0,0555
19 95 -0,62 0,2676 0,3231 0,0555
20 95 -0,62 0,2676 0,3231 0,0555
21 95 -0,62 0,2676 0,3231 0,0555
22 96
2
-0,54 0,2946 0,3538 0,0592
23 96 -0,54 0,2946 0,3538 0,0592
24 99
5
-0,32 0,3745 0,4307 0,0562
25 99 -0,32 0,3745 0,4307 0,0562
201
26 99 -0,32 0,3745 0,4307 0,0562
27 99 -0,32 0,3745 0,4307 0,0562
28 99 -0,32 0,3745 0,4307 0,0562
29 100
2
-0,24 0,4052 0,4615 0,0563
30 100 -0,24 0,4052 0,4615 0,0563
31 102
4
-0,09 0,4641 0,5231 0,0590
32 102 -0,09 0,4641 0,5231 0,0590
33 102 -0,09 0,4641 0,5231 0,0590
34 102 -0,09 0,4641 0,5231 0,0590
35 105
6
0,13 0,5517 0,6154 0,0637
36 105 0,13 0,5517 0,6154 0,0637
37 105 0,13 0,5517 0,6154 0,0637
38 105 0,13 0,5517 0,6154 0,0637
39 105 0,13 0,5517 0,6154 0,0637
40 105 0,13 0,5517 0,6154 0,0637
41 112
3
0,66 0,7454 0,6615 0,0839
42 112 0,66 0,7454 0,6615 0,0839
43 112 0,66 0,7454 0,6615 0,0839
44 113
4
0,74 0,7704 0,7231 0,0473
45 113 0,74 0,7704 0,7231 0,0473
46 113 0,74 0,7704 0,7231 0,0473
47 113 0,74 0,7704 0,7231 0,0473
202
48 114
4
0,81 0,791 0,7846 0,0064
49 114 0,81 0,791 0,7846 0,0064
50 114 0,81 0,791 0,7846 0,0064
51 114 0,81 0,791 0,7846 0,0064
52 121 1 1,33 0,9082 0,8000 0,1082
53 122
7
1,41 0,9207 0,9076 0,0131
54 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
55 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
56 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
57 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
58 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
59 122 1,41 0,9207 0,9076 0,0131
60 124 1 1,56 0,9418 0,9231 0,0187
61 126 1 1,71 0,9564 0,9384 0,0180
62 127
2
1,79 0,9633 0,9692 0,0059
63 127 1,79 0,9633 0,9692 0,0059
64 128 1 1,87 0,9693 0,9846 0,0153
65 129 1 1,94 0,9734 1,0000 0,0266
Σ 6773 65
Diperoleh Lhitung < Ltabel (0,1082 < 0,1098), pada taraf α = 00,5 dan jumlah n = 65. maka
dapat disimpulkan bahwa sebaran data Motivasi belajar agama kristen berasal dari
populasi berdistribusi normal.
203
Keterangan pengisian kolom pada tabel normalitas sebagai berikut:
Kolom x2 adalah kolom nilai data mentah yang dikumpulkan dari hasil penyebaran
angket dengan 5 alternatif jawaban yaitu SS, S, KS, TS, dan STS yang sudah diurutkan
mulai dari terkecil hinggga tertinggi, nilai terkecil 75 dan tertinggi 129 pada tabel
normalitas.
Kolom F merupakan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sama ketika data itu
sudah diurutkan berdasarkan nilai terkecil hingga tertinggi. Pada kolom F nomor urut 1
yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1
siswa yang mendapatkan nilai 75, kolom F nomor urut 2 dan 3 yaitu 2, karena ada 2
siswa yang memiliki nilai yang sama yaitu 80, kolom F nomor urut 4 yaitu 1, karena
ketika data diurutkan dari nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang
mendapatkan nilai 84, kolom F nomor urut 5 yaitu 1, karena ketika data diurutkan dari
nilai terkecil hingga tertinggi hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai 85, dan
seterusnya dapat diketahui dengan jalan yang sama.
Kolom Zi merupakan hasil dari pengurangan nilai x dengan x rata-rata dibagi
dengan nilai simpangan baku (𝑥−𝑥
−
𝑠). Pada kolom Zi nomor urut 1 yaitu -2,13 yaitu
diperoleh dari nilai x pada nomor urut 1 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai
simpangan baku (75 – 103,23
13,28=
−28,23
13,28= −2,13). Pada kolom Zi nomor urut 2 yaitu
-1,75 yaitu diperoleh dari nilai x pada nomor urut 2 dikurang dengan x rata-rata dibagi
nilai simpangan baku (80 – 103,23
13,28=
−23,23
13,28= −1,75), nilai kolom pada Zi nomor
urut 3 sama dengan nomor urut 2 karena memilki nilai x yang sama, yaitu 80 sehingga
perhitungan dan pengisian nilai kolom Zi nomor urut 3 pun sama dengan kolom Zi
204
nomor urut 2. Pada kolom Zi nomor urut 4 yaitu -1,45 yaitu diperoleh dari nilai x pada
nomor urut 4 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku (84 – 103,23
13,28=
−19,23
13,28= −1,45). Pada kolom Zi nomor urut 5 yaitu -1,37 yaitu diperoleh dari nilai
x pada nomor urut 5 dikurang dengan x rata-rata dibagi nilai simpangan baku
(85 – 103,23
13,28=
−18,23
13,28= −1,37). Pada nomor urut 6, 7, dan seterusnya
menggunakan jalan yang sama.
Pada kolom F(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan pada kurfa normal,
bila nilai Zi nya negatif maka dia berada disebelah kiri kurva sehingga dapat dicari
dengan rumus 0,05 ditambah dengan nilai Zi, sedangkan bila nilai Zi positif maka dia
berada disebelah kanan kurva sehingga dapat dicari dengan rumus 0,05 kurang dengan
nilai Zi. Pada kolom F(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0166, yang dapat dilihat dari kolom Zi -
2,13 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi)
nomor urut 2 yaitu 0,0401, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,75 pada daftar tabel
kurva distribusi normal dengan luas 0,05, dan pada kolom Zi nomor urut 3 sama dengan
nomor urut 2 karena memilki nilai Zi yang sama yaitu -1,75. Pada kolom F(Zi) nomor
urut 4 yaitu 0,0735, yang dapat dilihat dari kolom Zi -1,45 pada daftar tabel kurva
distribusi normal dengan luas 0,05. Pada kolom F(Zi) nomor urut 5 yaitu 0,0853, yang
dapat dilihat dari kolom Zi -1,37 pada daftar tabel kurva distribusi normal dengan luas
0,05. Pada kolom Zi 6, 7 dan seterusnya menggunakan jalan yang sama.
Pada kolom S(Zi) merupakan kolom yang diisi berdasarkan banyaknya siswa
pada kolom F dibagi dengan banyaknya siswa secara keseluruhan dalam penelitian.
Pada kolom S(Zi) nomor urut 1 adalah 0,0154 yang diketahui dari siswa yang memiliki
205
nilai 75 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang dibagi dengan jumlah siswa secara
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (1
65= 0,0154). Pada kolom S(Zi)
nomor urut 2 adalah 0,0462 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 80 pada
kolom F hanya sebanyak 2 orang ditambah dengan 1 0rang sebelumnya dibagi dengan
jumlah siswa secara keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (3
65= 0,0462), dan
pada kolom S(Zi) nomor urut 3 sama dengan nomor 2 karena memiliki nilai F yang
sama sebanyak 2 orang. Pada kolom S(Zi) nomor urut 4 adalah 0,0615 yang diketahui
dari siswa yang memiliki nilai 84 pada kolom F hanya sebanyak 1 orang ditambah
dengan 3 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan pada
penelitian sebanyak 65 orang (4
65= 0,0615). Pada kolom S(Zi) nomor urut 5 adalah
0,0769 yang diketahui dari siswa yang memiliki nilai 85 pada kolom F hanya sebanyak
1 orang ditambah dengan 4 orang sebelumnya dibagi dengan jumlah siswa secara
keseluruhan pada penelitian sebanyak 65 orang (5
65= 0,0769). Pada kolom 6, 7 dan
seterusnya menggunakan jalan yang sama.
Pada kolom F(Zi) – S(Zi) merupakan hasil dari pengurangan nilai F(Zi) nomor
urut 1 dengan nilai S(Zi) nomor urut 1, dan harga dari nilai F(Zi) – S(Zi) negatif maka
dapat dimutlakkan menjadi positif. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 1 yaitu 0,0166
– 0,0154 = 0,0012. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2 yaitu 0,0401 – 0,0462 = –
0,0061 yang dapat dimutlakkan menjadi 0,0061, dan F(Zi) – S(Zi) nomor 3 sama karena
memiliki nilai yang sama dengan F(Zi) – S(Zi) nomor urut 2. Pada kolom F(Zi) – S(Zi)
nomor urut 4 yaitu 0,0735 – 0,0615 = 0,0120. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 5
206
yaitu 0,0853 – 0,0769 = 0,0084. Pada kolom F(Zi) – S(Zi) nomor urut 6, 7 dan
seterusnya menggunakan jalan yang sama.
207
Lampiran 28
PENGUJIAN HIPOTESIS
Tabel Kerja Uji Regresi dan Korelasi Y, X1 dan X2
No Y X1 X2 Y2 X1
2 X2
2 X1Y X2Y X1X2
1 68 105 102 4624 11025 10404 7140 6936 10710
2 82 123 122 6724 15129 14884 10086 10004 15006
3 79 113 113 6241 12769 12769 8927 8927 12769
4 68 114 114 4624 12996 12996 7752 7752 12996
5 64 100 99 4096 10000 9801 6400 6336 9900
6 54 88 88 2916 7744 7744 4752 4752 7744
7 75 95 95 5625 9025 9025 7125 7125 9025
8 71 80 84 5041 6400 7056 5680 5964 6720
9 79 113 113 6241 12769 12769 8927 8927 12769
10 89 113 113 7921 12769 12769 10057 10057 12769
11 89 113 113 7921 12769 12769 10057 10057 12769
12 57 89 89 3249 7921 7921 5073 5073 7921
13 89 129 127 7921 16641 16129 11481 11303 16383
14 68 127 126 4624 16129 15876 8636 8568 16002
15 50 95 95 2500 9025 9025 4750 4750 9025
16 86 107 105 7396 11449 11025 9202 9030 11235
17 61 95 95 3721 9025 9025 5795 5795 9025
18 86 114 114 7396 12996 12996 9804 9804 12996
208
19 57 123 122 3249 15129 14884 7011 6954 15006
20 71 100 99 5041 10000 9801 7100 7029 9900
21 36 105 102 1296 11025 10404 3780 3672 10710
22 50 89 89 2500 7921 7921 4450 4450 7921
23 61 107 105 3721 11449 11025 6527 6405 11235
24 71 105 102 5041 11025 10404 7455 7242 10710
25 50 89 89 2500 7921 7921 4450 4450 7921
26 71 107 105 5041 11449 11025 7597 7455 11235
27 54 126 127 2916 15876 16129 6804 6858 16002
28 79 115 114 6241 13225 12996 9085 9006 13110
29 61 122 122 3721 14884 14884 7442 7442 14884
30 64 99 96 4096 9801 9216 6336 6144 9504
31 75 112 112 5625 12544 12544 8400 8400 12544
32 50 76 75 2500 5776 5625 3800 3750 5700
33 71 107 105 5041 11449 11025 7597 7455 11235
34 50 85 86 2500 7225 7396 4250 4300 7310
35 79 122 122 6241 14884 14884 9638 9638 14884
36 57 80 80 3249 6400 6400 4560 4560 6400
37 79 122 122 6241 14884 14884 9638 9638 14884
38 79 123 122 6241 15129 14884 9717 9638 15006
39 75 128 128 5625 16384 16384 9600 9600 16384
40 75 107 105 5625 11449 11025 8025 7875 11235
209
41 86 122 122 7396 14884 14884 10492 10492 14884
42 71 104 99 5041 10816 9801 7384 7029 10296
43 86 130 124 7396 16900 15376 11180 10664 16120
44 82 85 85 6724 7225 7225 6970 6970 7225
45 39 88 88 1521 7744 7744 3432 3432 7744
46 57 92 94 3249 8464 8836 5244 5358 8648
47 43 80 80 1849 6400 6400 3440 3440 6400
48 79 115 114 6241 13225 12996 9085 9006 13110
49 75 107 105 5625 11449 11025 8025 7875 11235
50 64 101 99 4096 10201 9801 6464 6336 9999
51 68 92 95 4624 8464 9025 6256 6460 8740
52 86 131 129 7396 17161 16641 11266 11094 16899
53 61 92 94 3721 8464 8836 5612 5734 8648
54 71 121 121 5041 14641 14641 8591 8591 14641
55 50 95 95 2500 9025 9025 4750 4750 9025
56 54 88 88 2916 7744 7744 4752 4752 7744
57 50 105 102 2500 11025 10404 5250 5100 10710
58 64 90 94 4096 8100 8836 5760 6016 8460
59 68 100 100 4624 10000 10000 6800 6800 10000
60 75 100 100 5625 10000 10000 7500 7500 10000
61 96 92 90 9216 8464 8100 8832 8640 8280
62 46 101 96 2116 10201 9216 4646 4416 9696
210
63 64 107 112 4096 11449 12544 6848 7168 11984
64 75 99 99 5625 9801 9801 7425 7425 9801
65 79 112 112 6241 12544 12544 8848 8848 12544
JML 4419 6811 6773 312507 726801 718089 469758 467017 722317
Rta2 67,98 104,8 104 4796,7 11286 11065 7275,8 7191,9 11037
211
Lampiran 29
Pengelompokkan Data Y dan X1
No X1 Y Kelompok Y2 ΣY2 ΣY (ΣY)
2 n
JK
(G)
1 76 50 1 2500 2500 50 2500 1 0
2 80 71 2 5041 10139 171 29241 3 392
3 80 57 3249
4 80 43 1849
5 85 50 3 2500 9896 136 18496 2 648
6 85 86 7396
7 88 54 4 2916 7353 147 21609 3 150
8 88 39 1521
9 88 54 2916
10 89 57 5 3249 8249 157 24649 3 33
11 89 50 2500
12 89 50 2500
13 90 64 6 4096 4096 64 4096 1 0
14 92 57 7 3249 20810 282 79524 4 929
15 92 68 4624
16 92 61 3721
17 92 96 9216
18 95 75 8 5625 14346 236 55696 4 422
212
19 95 50 2500
20 95 61 3721
21 95 50 2500
22 99 64 9 4096 9721 139 19321 2 61
23 99 75 5625
24 100 64 10 4096 19386 278 77284 4 65
25 100 71 5041
26 100 68 4624
27 100 75 5625
28 101 64 11 4096 6212 110 12100 2 162
29 101 46 2116
30 104 71 12 5041 5041 71 5041 1 0
31 105 68 13 4624 13461 225 50625 4 805
32 105 36 1296
33 105 71 5041
34 105 50 2500
35 107 86 14 7396 36545 503 253009 7 401
36 107 61 3721
37 107 71 5041
38 107 71 5041
39 107 75 5625
40 107 75 5625
213
41 107 64 4096
42 112 75 15 5625 11866 154 23716 2 8
43 112 79 6241
44 113 75 16 5625 27092 328 107584 4 196
45 113 75 5625
46 113 89 7921
47 113 89 7921
48 114 68 17 4624 12020 154 23716 2 162
49 114 86 7396
50 115 79 18 6241 12482 158 24964 2 0
51 115 79 6241
52 121 71 19 5041 5041 71 5041 1 0
53 122 61 20 3721 23599 305 93025 4 343
54 122 79 6241
55 122 79 6241
56 122 86 7396
57 123 86 21 7396 16886 222 49284 3 458
58 123 57 3249
59 123 79 6241
60 126 54 22 2916 2916 54 2916 1 0
61 127 68 23 4624 4624 68 4624 1 0
62 128 75 24 5625 5625 75 5625 1 0
214
63 129 89 25 7921 7921 89 7921 1 0
64 130 86 26 7396 7396 86 7396 1 0
65 131 86 27 7396 7396 86 7396 1 0
JML 6811 4419
k=
27 5234
215
Lampiran 30
Pengelompokkan Data Y dan X2
No X2 Y Kelompok Y2 ΣY
2 ΣY (ΣY)
2 n
JK
(G)
1 75 50 1 2500 2500 50 2500 1 0
2 80 57 2 3249 5098 100 10000 2 98
3 80 43 1849
4 84 71 3 5041 5041 71 5041 1 0
5 85 86 4 7396 7396 86 7396 1 0
6 86 50 5 2500 2500 50 2500 1 0
7 88 54 6 2916 7353 147 21609 3 150
8 88 39 1521
9 88 54 2916
10 89 57 7 3249 8249 157 24649 3 33
11 89 50 2500
12 89 50 2500
13 90 96 8 9216 9216 96 9216 1 0
14 94 57 9 3249 11066 182 33124 3 25
15 94 61 3721
16 94 64 4096
17 95 75 10 5625 18970 304 92416 5 487
18 95 50 2500
216
19 95 61 3721
20 95 68 4624
21 95 50 2500
22 96 64 11 4096 6212 110 12100 2 162
23 96 46 2116
24 99 64 12 4096 23899 345 119025 5 94
25 99 71 5041
26 99 71 5041
27 99 64 4096
28 99 75 5625
29 100 68 13 4624 10249 143 20449 2 25
30 100 75 5625
31 102 68 14 4624 13461 225 50625 4 805
32 102 36 1296
33 102 71 5041
34 102 50 2500
35 105 86 15 7396 32449 439 192721 6 329
36 105 61 3721
37 105 71 5041
38 105 71 5041
39 105 75 5625
40 105 75 5625
217
41 112 75 16 5625 15962 218 47524 3 121
42 112 64 4096
43 112 79 6241
44 113 75 17 5625 27092 328 107584 4 196
45 113 75 5625
46 113 89 7921
47 113 89 7921
48 114 68 18 4624 24502 312 97344 4 166
49 114 86 7396
50 114 79 6241
51 114 79 6241
52 121 71 19 5041 5041 71 5041 1 0
53 122 86 20 7396 40485 527 277729 7 809
54 122 57 3249
55 122 61 3721
56 122 79 6241
57 122 79 6241
58 122 79 6241
59 122 86 7396
60 124 86 21 7396 7396 86 7396 1 0
61 126 68 22 4624 4624 68 4624 1 0
62 127 89 23 7921 10837 143 20449 2 613
218
63 127 54 2916
64 128 75 24 5625 5625 75 5625 1 0
65 129 85 25 7225 7225 85 7225 1 0
JML 6773 4419 k=25 4111
219
Lampiran 31
PROSEDUR UJI REGRESI LINIER SEDERHANA
Menentukan persamaan garis regresi Ŷ = a + bX, dengan terlebih dahulu
menghitung nilai koefisien regresi “b dan a”. Rumus yang digunakan menghitung “b
dan a” adalah:
b = 𝑛 𝑋𝑌− 𝑋 𝑌
𝑛 𝑋2− ( 𝑋)2 = dan a = Y - bX
Keberartian regresi diperiksa melalui pengujian hipotesis:
H0 : β = 0; koefisien regresi tidak berarti (tidak nyata)
H1 : β ≥ 0; koefisien regresi berarti (nyata)
Untuk membuktikan hipotesis ini digunakan rumus: Fh = 𝑆𝑟𝑒𝑔
2
𝑆𝑟𝑒𝑠2
Kaidah pengujian keberartian :
Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung < Ftabel, terima Ha artinya tidak signifikan
Dengan nilai Ftabel pada α = 0,05 dan 0,01; derajat kebebasan (dk) untuk pembilang
= 1, derajat kebebasan untuk penyebut = n – 2.
Kelinieran regresi diperiksa melalui pengujian hipotesis:
H0 : Ŷ = α + βX; regresi linier
H1 : Ŷ ≠ α + βX; regresi tidak linier
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus: Fhitung = 𝑆𝑇𝐶
2
𝑆𝐺2
Kaidah pengujian linieritas :
Jika Fhitung > Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung < Ftabel, terima Ha artinya tidak signifikan
220
Dengan nilai Ftabel pada α = 0,05 dan 0,01; derajat kebebasan (dk) untuk pembilang
= k – 2 , derajat kebebasan untuk penyebut = n – k.
Rumus-rumus yang digunakan untuk membuktikan kedua hipotesis diatas adalah:
JK(T) = ΣY2
JK(a) = 𝛴𝑌^2
𝑛
JK(b1a) = b 𝛴𝑋𝑌 − 𝛴𝑋 𝛴𝑌
𝑛
JK(res) = JK(T) – JK(a) – JK(b1a)
JK (G) = Σ 𝛴𝑌2 − 𝛴𝑌 ^2
𝑛
JK (TC) = JK (res) – JK(G)
S2
reg = JK (b1a)
S2
res = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝑛 − 2
S2
(TC) = 𝐽𝐾 (𝑇𝐶)
𝑘 − 2
S2
G = 𝐽𝐾 (𝐺)
𝑛 − 𝑘
Hasil-hasil perhitungan regresi antar variabel dengan menggunakan rumus-rumus di
atas dapat diperlihatkan dalam tabel analisis varians (ANAVA), sebagai berikut:
Tabel ANAVA regresi linier sederhana
221
Sumber
Variasi Dk Jk KT Fhit
Ftabel
(0,05) (0,01)
Regresi (a)
Regresi (b l a)
Residu
1
1
n-2
𝑌1 2/n
JKreg = JK(b l a)
JKres = Σ(Yi – Ŷi)2
(ΣY1)2/n
S2reg =
JK(b l a)
S2
res= (𝑌𝑖−𝑌𝑖)2
𝑛−2
𝑆𝑟𝑒𝑔2
𝑆𝑟𝑒𝑠2
Tuna Cocok
Kekeliruan
k-2
n-k
JK(TC)
JK (E)
𝑆𝑇𝐶2 =
𝐽𝐾 𝑇𝐶
𝑘−2
𝑆𝑇𝐶2 =
𝐽𝐾 𝐸
𝑛−𝑘
𝑆𝑇𝐶2
𝑆𝐸2
Total N Σ𝑌𝑖2 Σ𝑌𝑖
2 -
Keterangan:
n = Banyaknya data
dk = Derajat kebebasan
a = konstanta regresi
b = banyaknya kelompok data
JK = Jumlah kuadrat
RJK = Rata-rata jumlah kuadrat
Fh = Statistik F hasil perhitungan
Ft = Statistik F hasil berdasarkan tabel
JK(a) = Jumlah kuadrat a
JK(b) = Jumlah kuadrat b
JK(b1a) = Jumlah kuadrat regresi
JK(res) = Jumlah kuadrat residu
JK(G) = Jumlah kuadrat galat
222
JK(TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok
S2
reg = varians regresi
S2
res = Varians residu
S2
TC = Varians tuna cocok
S2
G = Varians galat
223
Uji Hipotesis Pertama
Uji regresi linear sederhana Y atas X1
b = 𝑛 𝑋1𝑌− 𝑋1 𝑌
𝑛 𝑋21− ( 𝑋1)2
b = 65(469758 ) – 6811 4419
65 726801 − ( 6811)2
b = 30534270 − 30097809
47242065 − 46389721
b = 0,506
a = Y – bΧ 1
a = 67,98 – (0,506)(104,49)
a = 14,90
Jadi persamaan regresi Y atas X1 adalah 𝐘 = 14,90 + 0,506X1
Uji keberartian Regresi Y atas X1
JK(T) = ΣY2 = 312507
JK(a) = 𝛴𝑌^2
𝑛 =
(4419)^2
65 =
19527561
65 = 300424,0154
JK(b/a) = b 𝛴𝑋𝑌 − 𝛴𝑋 𝛴𝑌
𝑛
JK(b/a) = 0,506 469758 − 6811 4419
65
= 0,506(6714,785) = 3397,681
JK(res) = JKT – JK(a) – JK(b/a)
= 312507 – 300424,0154 – 3397,681
= 8685,3036
JK(E) = 5234
224
JK (TC) = JK(res) – JK (E)
= 8685,3036 – 5234
= 3451,3036
S2
reg = JK(b/a) = 3397,681
S2
res = 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 )
𝑛 − 2 =
8685,3036
63 = 137,8619619 ≈ 137,86
S2
TC = 𝐽𝐾 (𝑇𝐶)
𝑘 − 2 =
3451,3036
25 = 138,052144 ≈ 138,05
S2
E = 𝐽𝐾 (𝐸)
𝑛 − 𝑘 =
5234
38 = 137,736842105 ≈ 137,74
Uji keberartian
Fhitung = 𝑆𝑟𝑒𝑔
2
𝑆𝑟𝑒𝑠2 =
3397,681
137,86 = 24,64588 ≈ 24,65
Uji kelinieran :
Fhitung = 𝑆𝑇𝐶
2
𝑆𝐸2 =
138,05
137,74 = 1,0022506171 ≈ 1,002
Sumber
Varians
Dk JK RJK Fhitung Ftabel
0,05 0,01
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
63
300424,0154
3397,681
8685,3036
300424,0154
3397,681
137,86
24,65*
3,99
7,06
Tuna Cocok
Kekeliruan
25
38
3451,3036
5234
138,05
137,74
1,002*
1,79
2,21
Total 65 310527
310527
- Fh < Ft =
1,002 < 1,79,
225
maka linier.
Keterangan:
* = signifikan
ns = tidak signifikan
Uji Korelasi X1 terhadap Y
Diketahui :
ΣX1 = 6811 ΣX12
= 726801 n = 65
ΣX2= 6773 ΣX22
= 718089
ΣY = 4419 ΣX1.Y = 469758
Χ 1 = 104,49 ΣX2.Y = 467017
Χ 2 = 104,20 Y = 67,98
ΣX1.X2 = 722317 ΣY2 = 312507
Penyelesaian :
ry1 = 𝑛 𝑋𝑖𝑌𝑖− 𝑋𝑖 𝑌𝑖
𝑛 𝑋𝑖2− ( )2
𝑋𝑖 𝑛 𝑌𝑖
2− 𝑌𝑖 2
= 65 469758 − 6811 (4419)
65 726801 − (6811)2 65 312507 −(4419)2
= 436461
47242065 − 46389721 20312955 −(19527561 )
= 436461
(852344 )(785394 )
= 436461
818184 ,5
= 0,53345059 ≈ 0,53
226
Koefisien determinasi
KD = r2
y1 x 100% = (0,53)2 x 100% = 0,2809 x 100%
= 28,09%
Uji keberartian Koefisien Korelasi
thitung= 𝑟𝑦1 (𝑛−2)
(1− 𝑟2) =
0,53 (65−2)
(1−(0,53)2) =
4,206744585
0,847997642 = 4,960797505 ≈ 4,96
ry1 thitung Ttabel (dk = 65 – 2)
0,05 0,01
0,53 4,96 1,665 2,375
Diperoleh thitung > ttabel, signifikan pada α = 0,05; tolak Ho, berarti dapat pengaruh
yang positif dan signifikan X1 terhadap Y. Hipotesis pertama terbukti.
Uji korelasi parsial ry12
Diketahui : ry1 = 0,53
ry2 = 0,54
r1.2 = 0,59
ry1.2 = 𝑟𝑦 1−𝑟𝑦 2𝑟12
1−𝑟2𝑦2 (1−𝑟212) =
0,53 − 0,54 (0,59)
1−(0,54)2 (1−0,59)2) = 0,42571
Uji keberartian koefisien korelasi parsial
thitung = 𝑟
𝑦1.2 (𝑛−3)
1− 𝑟𝑦1.22
= 0,426 65− 3
1− (0,426)2 = 4,423274 ≈ 4,423
Jadi thitung = 4,423 > ttabel = 1,665, koefisien korelasi parsial ry1.2 signifikan.
227
Uji Hipotesis Kedua
Uji regresi linear sederhana Y atas X2
b = 𝑛 𝑋2𝑌− 𝑋2 𝑌
𝑛 𝑋22− ( 𝑋2)2
b = 65(467017 ) – 6773 4419
65 718089 − ( 6773)2
b = 30356105 − 29929887
46675785 − 45873529 = 0,525
a = Y – bΧ 2
a = 67,98 – (0,525)(104,20)
a = 13,26
Jadi persamaan regresi Y atas X2 adalah 𝐘 = 13,26 + 0,525X2
Uji keberartian Regresi Y atas X2
JK(T) = ΣY2 = 312507
JK(a) = 𝛴𝑌2
𝑛 =
(4419)2
65 =
19527561
65 = 300424,0154
JK(b/a) = b 𝛴𝑋𝑌 − (𝛴𝑋)(𝛴𝑌)
𝑛
JK(b/a) = 0,525 467017 − (6773)(4419)
65
= 0,525 (6557,2) = 3442,53
JK(res) = JKT – JK(a) – JK(b/a)
= 312507 – 300424,0154 – 3442,53
= 8640,455
JK(E) = 4111
JK (TC) = JK(res) – JK (E)
228
= 8640,455 – 4111
= 4529,455
S2
reg = JK(b/a) = 3442,53
S2
res = 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 )
𝑛 − 2 =
8640,455
63 = 137,1501 ≈ 137,15
S2
TC = 𝐽𝐾 (𝑇𝐶)
𝑘 − 2 =
4529,455
23 = 196,932826086 ≈ 196,93
S2
E = 𝐽𝐾 (𝐸)
𝑛 − 𝑘 =
4111
40 = 102,78
Uji keberartian
Fhitung = 𝑆𝑟𝑒𝑔
2
𝑆𝑟𝑒𝑠2 =
3442 ,53
137,15 = 25,10047 ≈ 25,10
Uji kelinieran :
Fhitung = 𝑆𝑇𝐶
2
𝑆𝐸2 =
196,93
102,78 = 1,91262135922 ≈ 1,91
Sumber
Varians
Dk JK RJK Fhitung Ftabel
0,05 0,01
Regresi (a)
Regresi (b/a)
Residu
1
1
63
300424,015
3442,53
8640,455
300424,015
3442,53
137,15
25,10*
3,99
7,06
Tuna Cocok
Kekeliruan
23
40
4529,455
4111
196,93
102,78
1,91 ns
1,803
2,50
Total 65 312507
312507 - Fh > Ft = 1,91
> 1,80, maka
tidak linier.
229
Keterangan:
* = signifikan
ns = tidak signifikan
Uji Korelasi X2 terhadap Y
Diketahui :
ΣX1 = 6811 ΣX12
= 726801 n = 65
ΣX2= 6773 ΣX22
= 718089
ΣY = 4419 ΣX1.Y = 469758
Χ 1 = 104,49 ΣX2.Y = 467017
Χ 2 = 104 Y = 67,98
ΣX1.X2 = 722317 ΣY2 = 312507
Penyelesaian :
ry2 = 𝑛 𝑋2𝑌− 𝑋2 𝑌2
𝑛 𝑋22− ( )2
𝑋2 𝑛 𝑌22− 𝑌2 2
= 65 467017 − 6773 (4419)
65 718089 − (6773)2 65 312507 −(4419)2
= 426218
(802258 )(785394 )
= 426218
793780
= 0,536947111 ≈ 0,54
Koefisien determinasi
KD = r2
y2 x 100% = (0,54)2 x 100% = 0,2916 x 100%
= 29,16%
230
Uji keberartian Koefisien Korelasi
thitung= 𝑟𝑦2 (𝑛−2)
(1− 𝑟2) =
0,54 (65−2)
(1−(0,542)) =
4,286117
0,84167 = 5,092426 ≈ 5,092
ry2 thitung Ttabel (dk = 65 – 2)
0,05 0,01
0,54 5,092 1,665 2,375
Diperoleh thitung > ttabel, signifikan pada α = 0,05; tolak Ho, berarti dapat pengaruh
yang positif dan signifikan X2 terhadap Y. Hipotesis kedua terbukti.
Uji korelasi parsial ry12
Diketahui : ry1 = 0,53
ry2 = 0,54
r12 = 0,59
ry2.1 = 𝑟𝑦 2−𝑟𝑦 1.𝑟12
1−𝑟2𝑦1 (1−𝑟212) =
0,54 − 0,53 (0,59)
1 − (0,53)2 1−(0,59)2 = 0,331982
Uji keberartian koefisien korelasi parsial
thitung = 𝑟
𝑦2.1 (𝑛−3)
1− 𝑟𝑦2.12
= 0,332 65−3
1−(0,332)2 = 3,198276 ≈ 3,198
Jadi thitung = 3,198 > ttabel = 1,665, koefisien korelasi parsial ry2.1 signifikan.
231
Uji Hipotesis Ketiga
Uji regresi Jamak Y atas X1 dan X2
Untuk menghitung kofesien regresi jamak Y dan X1 dan X2, dibutuhkan data berikut:
ΣX1 = 6811 ΣX12
= 726801 n = 65
ΣX2= 6773 ΣX22
= 718089
ΣY = 4419 ΣX1.Y = 469758
Χ 1 = 104,49 ΣX2.Y = 467017
Χ 2 = 104 Y = 67,98
ΣX1.X2 = 722317 ΣY2 = 312507
Untuk memudahkan penentuan koefisien regresi jamak maka terlebih dahulu
melakukan penyederhanaan data sebagai berikut:
ΣY2 = 312507 = ΣY
2 -
𝛴𝑌 2
𝑛 = 312507 –
19527561
65 = 12083
ΣX12
= 726801 = ΣX12 -
𝛴𝑋1 2
𝑛 = 726801 –
46389721
65 = 13113
ΣX22
= 718089 = ΣX22 -
𝛴𝑋2 2
𝑛 = 718089 –
45873529
65 = 12342
ΣX1.Y = 469758 = ΣX1.Y - (𝛴𝑋1)(𝛴𝑌)
𝑛 = 469758 –
6811 (4419)
65 = 6715
ΣX2.Y = 467017 = ΣX2.Y - (𝛴𝑋2)(𝛴𝑌)
𝑛 = 467017 –
6773 (4419)
65 = 6557
ΣX1.X2= 722317 = ΣX1.X2 - (𝛴𝑋1)(𝛴𝑋2)
𝑛 = 722317 –
6811 (6773)
65 = 12611
Bentuk umum regresi jamak Y atas X1 dan X2 ditaksir oleh Ŷ = ao +a1X1 + a2X2
Dimana :
Y = nilai observasi (data hasil pencatatan)
232
Ŷ = nilai regresi
a0 = Ŷ - a1𝑋 1 - a2𝑋 2
a1 = 𝑋2𝑖
2 𝑋1𝑖𝑦𝑖 − 𝑋1𝑖𝑋2𝑖 𝑋2𝑖𝑦𝑖
𝑋1𝑖2 𝑋2𝑖
2 −( 𝑋1𝑖𝑋2𝑖)2
a2 = 𝑋1𝑖
2 𝑋2𝑖𝑦𝑖 − 𝑋1𝑖𝑋2𝑖 𝑋1𝑖𝑦𝑖
𝑋1𝑖2 𝑋2𝑖
2 −( 𝑋1𝑖𝑋2𝑖)2
Maka :
a1 = 718089 469758 − 722317 467017
726801 718089 − (722317 )2
= −6265927
165954800 = -0,03776 ≈ -0,038
a2 = 726801 467017 − 722317 469758
726801 718089 − (722317 )2
= 114233331
165954800
= 0,688340024 ≈ 0,688
a0 = 67,98 + 0,038 (104,49) – 0,688(104)
= 67,98 + 3,97 – 69,47 = 2,48
Jadi persamaan regresi linier ganda Y dan X1 dan X2 adalah: Ŷ = 2,48 – 0,038X1 +
0,688X2
Uji keberartian koefisien regresi jamak
Rumus-rumus yang digunakan:
JK(reg) = a1Σx1y + a2Σx2y
JK(res) = ΣY2 – JK(reg)
233
Masing-masing jumlah kuadrat (JK) di atas memiliki derajat bebas (db) yang
besarnya k untuk JK(reg) dan (n – k – 1) untuk JK(res). Selanjutnya statistik F dihitung
dengan menggunakan rumus:
Fh =
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 )𝑘
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 ) (𝑛−𝑘−1)
Dimana :
k = banyaknya variabel bebas
n = jumlah sampel
Dari perhitungan sebelumnya diketahui:
a1 = -0,038; a2 = 0,688; ΣY2 = 12083; ΣX1Y = 6715; ΣX2Y = 6557
Sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
JK(reg) = (-0,038)(6715) + (0,688)(6557) = 4256
JK(res) = 12083 – 4256 = 7827
Dapat ditentukan statistik Fh :
Fh =
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 )𝑘
𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑠 ) (𝑛−𝑘−1) =
42562
7827 65−2−1 = 16,89
Rangkuman hasil pengujian :
Jumlah kuadrat Fhitung F tabel (dk = 2 : 63)
0,05 0,01
JK(reg) = 4256 16,89 3,140 4,950
JK(res) = 7827
Diperoleh Fhitung = 16,89 > Ftabel = 3,140 ; berarti regresi ganda Y atas X1 dan X2
signifikan.
234
Uji korelasi ganda
Untuk menghitung korelasi ganda (Ry12) antara X1,X2 dan Y digunakan rumus:
Ry12 = 𝐽𝐾 (𝑟𝑒𝑔 )
𝛴𝑌2
Dimana :
JK(reg) = a1Σx1y + a2Σx2y
Diketahui :
a1 = -0,038; a2 = 0,688; ΣY2 = 12083; ΣX1Y = 6715; ΣX2Y = 6557
JK(reg) = (-0,038)(6715) + (0,688)(6557) = 4256
Sehingga :
Ry.122 =
4256
12083 = 0,35223040636 ≈ 0,35
Ry.12 = 0,35 = 0,591608 ≈ 0,59
Kontribusi X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y adalah:
KD = (Ry.12)2 = (0,59)
2 x 100% = 0,3481 = 34,81%
Uji keberartian koefisien korelasi jamak Ry.12
Diketahui:
R2 = 0,59; k = 2; n = 65
Sehingga:
Fhitung = 𝑅2 𝑘
(1−𝑅2) (𝑛−𝑘−1) =
0,59 2
(1−0,59) (65−2−1)
= 0,295
0,00661290323
= 44,6097560692 ≈ 44,61
235
Ry.12 Fhitung Ftabel (dk = 2 : 63)
0,05 0,01
0,59 44,61 3,140 4,950
Diperoleh Fhitung = 44,61 > Ftabel = 3,140; berarti hubungan antara X1, X2 dan Y
signifikan. Hipotesis ketiga terbukti.
Uji korelasi parsial r12.Y
t = 𝑟12− 𝑟1𝑦𝑟2𝑦
1− 𝑟1𝑦2 1− 𝑟2𝑦
2 =
0,59 − (0,53)(0,54)
1−0,532 (1−0,542) =
0,3038
0,71373 = 0,426
Uji keberartian koefisien korelasi parsial ry.12
thitung = 𝑟𝑦 .12 𝑛−3
1− 𝑟𝑦 .122
= 0,59 65 − 3
1− (0,59)2 = 5,753834 ≈ 5,754
Jadi, thitung = 5,754 > ttabel = 3,140 ; koefisien korelasi parsial ry.12 signifikan
Kriteria korelasi parsial antara y, x1, dan x2 sebagai berikut:
Jika korelasi parsial antara y dan x1 konstan maka x2 ditulis sebagai berikut: ry.2
Jika korelasi parsial antara y dan x2 konstan maka x1 ditulis sebagai berikut: ry.1
Jika korelasi parsial antara y konstan maka x1 dan x2 ditulis sebagai berikut: r12.y
top related