BAB I PENDAHULUAN - padk.kemkes.go.idpadk.kemkes.go.id/uploads/download/714143425872f6e708030133d534bd6e.pdf · - Sub Bidang Inteligensia Akibat Gangguan Degeneratif dan Sistem Persarafan
Post on 10-Sep-2019
7 Views
Preview:
Transcript
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat Inteligensia Kesehatan mempunyai tugas dan fungsi seperti yang telah
ditetapkan dalam Permenkes No. 1144 tahun 2010, melakukan penataan yang lebih baik
secara lebih berkesinambungan, efektif, dan efisien. Sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, program/kegiatan Pusat Inteligensia Kesehatan mengacu pada sasaran
Indikator Kinerja Rencana Strategis (RENSTRA), yaitu Pengelolaan Inteligensia
Kesehatan. Pengelolaan Kesehatan Inteligensia berperan dalam menjawab tantangan
berbagai isu Pembangunan Kesehatan, yaitu antara lain dengan: 1) meningkatkan
kemampuan manajemen dan informasi kesehatan inteligensia; 2) sinkronisasi
perencanaan kebijakan, program, dan anggaran; 3) koordinasi dan integrasi lintas sektor;
serta 4) berperan untuk mengoptimalisasikan pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan inteligensia.
Semangat reformasi telah mewarnai upaya pendayagunaan aparatur pemerintah
dengan tuntutan untuk mewujudkan sistem administrasi negara yang mampu mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Pemerintahan yang baik dan efektif,
menuntut kesetaraan, integritas, profesionalisme, serta etos kerja dan moral yang tinggi.
Setiap instansi pemerintah, sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan, wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta kewenangan
pengelolaan sumber daya, berdasarkan suatu perencanaan strategi yang ditetapkan oleh
masing-masing instansi. Pertanggungjawaban yang dimaksud, berupa laporan yang
menggambarkan Kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan, yaitu Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP). Laporan tersebut disampaikan kepada atasan masing-
masing, Lembaga Pengawasan dan Penilaian Akuntabilitas, yang akhirnya akan
disampaikan kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
LAKIP tahun 2014 Pusat Inteligensia Kesehatan disusun sebagai
pertanggungjawaban atas Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan selama tahun anggaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 2
2014 dengan mengacu pada: 1) Peranturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah; 2) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2010 – 2014; dan 3) Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2014.
Laporan ini dapat memberikan gambaran tentang upaya yang telah dilakukan
oleh Pusat Inteligensia Kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
masyarakat bahwa Pusat Inteligensia Kesehatan mempunyai komitmen dan tekad yang
kuat untuk melaksanakan kinerja organisasi yang berorientasi pada hasil berupa output,
di samping itu, LAKIP juga dimaksudkan sebagai implementasi prinsip transparansi dan
akuntabilitas yang merupakan pilar penting dalam pelaksanaan good governance. LAKIP
juga berfungsi sebagai cerminan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu
tahun, agar pada periode selanjutnya dapat melaksanakan kinerja dengan lebih produktif,
efektif dan effisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen
keuangan, maupun koordinasi pelaksanaannya.
Tahun 2014 merupakan akhir dari RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian
Kesehatan periode 2010 – 2014. Oleh karenanya, laporan ini juga memberikan gambaran
capaian dan evaluasi kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan selama periode lima tahun
tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
LAKIP tahun 2014 Pusat Inteligensia Kesehatan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, merupakan bentuk pertanggungjawaban
Kepala Pusat Inteligensia Kesehatan secara tertulis. LAKIP ini memuat keberhasilan
maupun kegagalan selama pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2014 serta pencapaian
dan evaluasi kinerja 5 (lima) tahunan (periode RENSTRA 2010 – 2014) melalui tampilan
lesson learn dan best practices, kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris Jenderal.
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi, serta Susunan Organisasi
1.3.1 Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Inteligensia Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pemeliharaan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 3
peningkatan kemampuan, dan penanggulangan masalah di bidang inteligensia
kesehatan.
1.3.2 Fungsi
Pusat Inteligensia Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, yaitu:
1) Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program di bidang pemeliharaan dan
peningkatan kemampuan inteligensia kesehatan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan;
2) Pelaksanaan tugas di bidang pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia
kesehatan dan penanggulangan masalah inteligensia kesehatan;
3) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemeliharaan
dan peningkatan kemampuan inteligensia kesehatan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan;
4) Pengkajian inteligensia kesehatan; dan
5) Pelaksanaan adminsitrasi pusat.
1.3.3 Susunan Organisasi
Pusat Inteligensia Kesehatan memiliki susunan organisasi, sebagai berikut:
1) Kepala Pusat Inteligensia Kesehatan;
2) Bagian Tata Usaha, yang terdiri dari:
- Sub Bagian Program dan Anggaran
- Sub Bagian Keuangan dan Umum
3) Bidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Inteligensia Kesehatan, yang
terdiri dari:
- Sub Bidang Inteligensia Anak
- Sub Bidang Inteligensia Remaja, Dewasa, dan Lanjut Usia.
4) Bidang Penanggulangan Masalah Inteligensia Kesehatan, yang terdiri dari:
- Sub Bidang Inteligensia Akibat Gangguan Bawaan
- Sub Bidang Inteligensia Akibat Gangguan Degeneratif dan Sistem Persarafan
5) Kelompok Jabatan Fungsional.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 4
Gambar 1
Struktur Organisasi Pusat Inteligensia Kesehatan
1.4 Sistematika Penulisan
LAKIP Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2014 ini menjelaskan pencapaian
kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan selama tahun 2014. Capaian kinerja tersebut juga
dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur keberhasilan ataupun
kegagalan kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan. Namun, dengan berakhirnya masa
RENSTRA 5 (lima) tahun Kementerian Kesehatan periode 2010 – 2014, LAKIP ini juga
memuat keberhasilan maupun kegagalan selama pelaksanaan kegiatan tahun anggaran
STRUKTUR ORGANISASI
1144/MENKES/PER/VIII/2010
PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 5
2014 serta pencapaian dan evaluasi kinerja 5 (lima) tahunan (periode RENSTRA 2010 –
2014) melalui tampilan lesson learn dan best practices.
Capaian kinerja tahun 2014 juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya. Sedangkan evaluasi kinerja 5
(lima) tahunan, dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dalam menyusun
RENSTRA periode berikutnya.
Dengan kerangka pikir demikian, maka sistematika penyajian LAKIP Pusat
Inteligensia Kesehatan tahun 2014, adalah sebagai berikut:
1) Executive Summary (Ikhtisar Eksekutif)
2) BAB I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang; maksud dan tujuan
penulisan laporan; tugas pokok dan fungsi Pusat Inteligensia Kesehatan, serta
sistematika penulisan.
3) BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja, menjelaskan tentang ikhtisar beberapa
hal penting dalam perencanaan dan perencanaan (Dokumen Penetapan Kinerja).
4) BAB III Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang hasil pengukuran kinerja, evaluasi
dan analisis akuntabilitas kinerja tahun 2014, membandingkannya dengan kinerja
tahun sebelumnya (tahun 2013), termasuk di dalamnya menguraikan secara
sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala dan permasalahan yang
dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil. Di dalam BAB III ini
juga dijelaskan mengenai pencapaian maupun evaluasi kinerja selama periode 2010
– 2014.
5) BAB IV Penutup, berisi simpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat
Inteligensia Kesehatan Tahun 2014.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 6
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1 Perencanaan Kinerja
Perencanaan yang dimaksud dalam Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah adalah perencanaan strategis yang merupakan suatu proses awal dari
rangkaian proses dalam usaha untuk mencapai tujuan atau rangkaian pengambilan
keputusan berorientasi pada hasil yang dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai 5
(lima) tahun, yang secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhatikan
lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan
tantangan).
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional,
dan global, serta tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan integrasi
antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar mampu menjawab
tuntutan lingkungan perkembangan lingkungan strategis, nasinal, dan global, serta tetap
berada dalam tatanan sistem manajemen nasional.
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan ditetapkan dengan Kepmenkes RI
Nomor HK. 03.01/60/I/2010 tentang RENSTRA Kementerian Kesehatan Tahun 2010 –
2014, yang berfungsi sebagai pedoman manajerial taktis strategis. Untuk memudahkan
pelaksanaan kegiatan tahunan, maka RENSTRA tersebut dijabarkan ke dalam
Perencanaan Kinerja Tahunan. Perencanaan Kinerja Tahunan tersebut memuat sasaran-
sasaran yang ingin dicapai dalam periode waktu 1 (satu) tahunan, strategi yang
digunakan untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut, serta tolak ukur dan target
kinerja, yang akan digunakan untuk menunjukkan kualitas pencapaian sasaran yang
bersangkutan, yang dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja.
Penetapan Kinerja adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan, untuk mewujudkan target kinerja
tertentu, berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki instansi yang bersangkutan.
Penetapan Kinerja ini menjadi Kontrak Kinerja yang harus diwujudkan oleh para pejabat
di instansi tersebut sebagai penerima amanah, di mana pada setiap akhir tahunnya akan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 7
dijadikan sebagai dasar evaluasi kinerja serta penilaian terhadap para pejabatnya.
Penetapan Kinerja sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP) ini merupakan upaya dalam membangun manajemen
pemerintahan yang transparan, partisipatif, akuntabel, dan berorientasi pada hasil, yaitu
peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat.
2.1.1 Visi Kementerian Kesehatan
Visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah:
“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”
2.1.2 Misi Kementerian Kesehatan
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia memiliki misi sebagai berikut:
1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan;
4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
2.1.3 Tujuan dan Sasaran Pusat Inteligensia Kesehatan
2.1.3.1 Tujuan
Sebagai salah satu instansi di bawah Kementerian Kesehatan, Pusat Inteligensia
Kesehatan memiliki tujuan yang mendukung visi dan misi Kementerian Kesehatan, yaitu
Meningkatkan kualitas kesehatan inteligensia dalam rangka mewujudkan manusia
Indonesia yang mandiri, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
2.1.3.2 Sasaran
Sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh Pusat Inteligensia Kesehatan, adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun kebijakan tentang upaya pemeliharaan, peningkatan, dan
penanggulangan inteligensia kesehatan (berupa pedoman, standar, instrumen/alat
ukur, kriteria, dan prosedur);
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 8
2) Terbangunnya komitmen daerah untuk mendukung upaya pemeliharaan,
peningkatan, dan penanggulangan inteligensia kesehatan;
3) Tersedianya sumber daya dan sarana Pusat Inteligensia Kesehatan.
2.2 Perjanjian Kinerja
Pusat Inteligensia Kesehatan menyusun perjanjian kinerja dalam bentuk
Penetapan Kinerja tingkat eselon II yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penetapan Kinerja berisi sasaran strategis,
indikator kinerja, dan target kinerja kegiatan yang akan dicapai dalam kurun waktu 1
(satu) tahun, sesuai dengan rencana strategis.
Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur, dalam
rentang waktu 1 (satu) tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelola. Tujuan khusus Penetapan Kinerja, antara lain adalah:
1) Meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2) Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah;
3) Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian utjuan dan sasaran
organisasi;
4) Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan
5) Sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi.
Berikut adalah Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Tahun 2014:
Tabel 1 Target Capaian Indikator Kegiatan Tahun 2014
NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET
(1) (2) (3) (4)
Meningkatnya
kesehatan
inteligensia secara
optimal
1. Jumlah kebijakan yang dihasilkan oleh
Pusat Inteligensia Kesehatan
8 kebijakan
(K = 36)
2. Jumlah pelaksanaan penilaian
inteligensia pejabat pusat dan daerah
(orang)
750 orang
3. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan
pemeliharaan, peningkatan kemampuan,
dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan.
12 Kab/Kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 9
Tabel 2 Definisi Operasional Indikator Pusat Inteligensia Kesehatan
NO INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL DATA DUKUNG TARGET
2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Jumlah kebijakan
yang dihasilkan oleh
Pusat Inteligensia
Kesehatan (K)
Jumlah kebijakan/pedoman/
NSPK yang disusun untuk
mendukung tugas dan
fungsi Pusat Inteligensia
Kesehatan yang telah
mencapai tahap finalisasi
Dokumen/Kebijakan/
Pedoman NSPK
yang telah
dihasilkan 10 16 22 28 36
2. Jumlah
pelaksanaan
penilaian
inteligensia pejabat
pusat dan daerah
(orang)
Jumlah pejabat struktural
dan/atau fungsional yang
dilakukan penilaian
inteligensia di lingkungan
Kementerian Kesehatan
Instrumen Executive
Brain Assessment
(EBA) dan
rekapitulasi
penilaiannya
150 300 450 600 750
3. Jumlah kab/kota
yang melakukan
pemeliharaan,
peningkatan, dan
penanggulangan
masalah kesehatan
inteligensia
Jumlah kab/kota yang
melakukan kegiatan
pemeliharaan, peningkatan
kemampuan, atau
penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan
Rekapitulasi
kegiatan yang telah
dilakukan di
kab/kota 8 9 10 11 12
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 10
Tabel 3 Penjabaran Hasil Kerja
Pusat Inteligensia Kesehatan
NO KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT
1 2 3 4 5 6 7
1. Jumlah kebijakan
yang dihasilkan
oleh Pusat
Inteligensia
Kesehatan
Peningkatan SDM PIK
Peran profesi terkait
Koordinasi dan kerjasama lintas program, lintas sektor, dan LSM.
Penyediaan anggaran
Terselenggaranya
pelaksanaan
pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan
kesehatan
inteligensia berupa
jumlah kebijakan
yang diterbitkan
Pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan
kesehatan
inteligensia
menjadi terarah
Tersedianya
tenaga kesehatan
terlatih
menggunakan
kebijakan PIK
untuk pelaksanaan
pemeliharaan dan
peningkatan
kemampuan serta
penanggulangan
kesehatan
inteligensia
Terdapatnya
peningkatan
kesehatan
inteligensia
masyarakat.
2. Jumlah
pelaksanaan
penilaian
inteligensia pejabat
pusat dan daerah
(orang)
Peningkatan SDM PIK
Penguatan peran profesi terkait
Penguatan koordinasi lintas program, lintas sektor, dan LSM
Penyediaan anggaran.
Jumlah pejabat
yang diperiksa
inteligensia
kesehatan.
Jumlah pejabat
Kementerian
Kesehatan yang
ditempatkan
bekerja sesuai
dengan
kecenderungan
potensi yang
dimiliki.
Tersedianya
pejabat pusat dan
daerah yang
meningkat
kesehatan
inteligensianya.
Terdapatnya
peningkatan
kesehatan
inteligensia
pejabat pusat dan
daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 11
NO KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT IMPACT
1 2 3 4 5 6 7
3. Jumlah kab/kota
yang melakukan
pemeliharaan,
peningkatan
kemampuan, dan
penanggulangan
masalah
inteligensia
kesehatan.
Peningkatan SDM PIK
Penguatan peran profesi terkait
Penguatan koordinasi lintas program, lintas sektor, dan LSM
Penyediaan anggaran.
Jumlah kab/kota
yang
melaksanakan
kegiatan
pemeliharaan,
peningkatan, dan
penanggulangan
kesehatan
inteligensia.
Persentase
kab/kota yang
melaksanakan
kegiatan
pemeliharaan,
peningkatan, dan
penanggulangan
kesehatan
inteligensia.
Terselenggaranya
peningkatan
kesehatan
inteligensia
masyarakat di
kab/kota.
Terdapatnya
peningkatan
kesehatan
inteligensia
masyarakat di
kab/kota.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 12
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Pengukuran Kinerja
Pengukuran capaian kinerja yang mencakup penetapan indikator dan capaian
kinerjanya, digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan
dan program yang telah ditetapkan dalam Perencanaan Strategis. Pengukuran Kinerja
adalah kegiatan manajemen, khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai
dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pengukuran Kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana realisasi
atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan dalam
kurun waktu Januari – Desember 2014.
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan
rencana tingkat pencapaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran
tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan Pengukuran
Kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator, sehingga
dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang,
agar setiap program/kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Manfaat Pengukuran Kinerja antara lain, yaitu untuk memberikan gambaran
kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan Misi Organisasi dalam
rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
RENSTRA/Penetapan Kinerja.
Berdasarkan Kepmenkes Nomor HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014, di mana Sekretariat Jenderal Kesehatan
sebagai unit utama yang membawahi Pusat Inteligensia Kesehatan, melaksanakan 1
(satu) program dari 9 (Sembilan) program yang telah ditetapkan dalam, yaitu: “Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya”. Dalam melaksanakan program
kinerjanya, Pusat Inteligensia Kesehatan memiliki sasaran program. Sasaran tersebut
merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Pusat Inteligensia Kesehatan
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 13
rangka mencapai sasaran, perlu ditinjau indikator-indikator yang mengacu pada indikator-
indikator Sekretariat Jenderal sebagai unit utama di atas Pusat Inteligensia Kesehatan.
Sasaran Sekretariat Jenderal adalah: “Meningkatnya Koordinasi Pelaksanaan Tugas
serta Pembinaan dan Pemberian Dukungan Manajemen Kementerian Kesehatan”.
Berdasarkan Dokumen RENSTRA/Penetapan Kinerja, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan, menetap 2 (dua) indikator dalam mencapai sasaran hasil
programnya, yaitu:
1) Jumlah Kabupaten/kota yang mempunyai kemampuan tanggap darurat dalam
penanggulangan bencana;
2) Persentase rumah tangga yang melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Pusat Inteligensia Kesehatan dalam mendukung program Kementerian
Kesehatan mempunyai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam RENSTRA,
sebagai berikut:
1) Jumlah kebijakan yang dihasilkan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan;
2) Jumlah pelaksanaan penilaian inteligensia pejabat pusat dan daerah (orang);
3) Jumlah kab/kota yang melakukan pemeliharaan, peningkatan kemampuan, dan
penanggulangan masalah inteligensia kesehatan.
3.2 Sumber Daya
Pusat Inteligensia Kesehatan didukung oleh beberapa sumber daya dalam
mencapai kinerjanya. Sumber daya tersebut, antara lain adalah Sumber Daya Manusia,
Anggaran, dan Sarana Prasarana.
3.2.1 Sumber Daya Manusia
Pegawai Pusat Inteligensia Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember
2014 berjumlah 44 Orang, dengan rincian sebagai berikut:
1) Menurut Jabatan
Jumlah pegawai berdasarkan jabatan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 14
Tabel 4 Jumlah Pegawai Menurut Jabatan
Tahun 2014
Jabatan Jumlah Pegawai
a. Struktural
Eselon II
Eselon III
Eselon IV
1 orang
3 orang
6 orang
Jumlah 10 orang
b. Fungsional
1. Berangka Kredit
2. Non Angka Kredit
1 orang
33 orang
Jumlah 34 orang
JUMLAH TOTAL 44 orang
Berdasarkan jabatannya, di Pusat Inteligensia Kesehatan, paling banyak diisi
oleh staf/jabatan fungsional yang non angka kredit.
2) Menurut Golongan:
Jumlah pegawai berdasarkan golongan, dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 1
Jumlah Pegawai Menurut Golongan
gol I 0 (0%)
gol II 1 (2%)
gol III 34 (77%)
gol IV 9 (20.5%)
Pegawai menurut golongan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 15
Berdasarkan golongannya pegawai di Pusat Inteligensia Kesehatan, tidak ada golongan I
dan sebagian besar adalah golongan III (yaitu sebesar 77%).
3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan:
Komposisi SDM di Pusat Inteligensia Kesehatan, paling banyak memiliki tingkat
pendidikan S-2 (Strata 2), yaitu sebanyak 21 orang atau sebesar 47,7%. Rinciannya
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 2
Komposisi SDM berdasarkan tingkat pendidikan
Jenis dan tingkat pendidikan tersebut menunjukkan kekuatan SDM di Pusat Inteligensia
Kesehatan. Dengan proporsi SDM yang ada, dirasakan masih perlu peningkatan kualitas,
terutama dalam pemahaman dan pelaksanaan kegiatan di Pusat Inteligensia Kesehatan.
Selain melalui peningkatan jenjang pendidikan formal, peningkatan kualitas SDM tersebut
dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan. Di samping itu, kuantitas SDM perlu
ditambah mengingat beban kerja di Pusat Inteligensia Kesehatan semakin berat.
3.2.2 Sumber Daya Anggaran
Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan mendapatkan alokasi anggaran
sesuai DIPA sebesar Rp. 20.686.865.000,- yang bersumber dari APBN.
SLTA 2 (4.5%) D3
1 (2.3%)
S1 20 (45%)
S2 21 (47.7%)
SDM Berdasarkan tingkat pendidikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 16
3.2.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Berdasarkan neraca Barang Milik Negara (BMN) tahun 2014, sumber daya
sarana dan prasarana di Pusat Inteligensia Kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Sumber daya sarana dan prasarana
Tahun 2014
KODE AKUN NERACA JUMLAH
117111 Persediaan 78.725.095,-
132111 Peralatan dan mesin 4.532.981.342,-
135121 Aset tetap lainnya 6.325.000,-
162191 Aset tak berwujud lainnya 130.057.805,-
169122 Aset tetap yang tidak digunakan dalam
operasional pemerintah 158.313.590,-
3.3 Analisis Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014
Pengukuran tingkat capaian kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2014
dilakukan dengan cara membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang
telah ditetapkan dalam Penetapan Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan dengan
realisasinya serta membandingkannya dengan capaian kinerja tahun sebelumnya (tahun
2013).
Di samping itu, dengan berakhirnya masa RENSTRA 5 (lima) tahunan, maka
analisis LAKIP 2014 ini juga berisikan tidak hanya pencapaian tahun 2014 dan
membandingkannya dengan tahun sebelumnya, namun juga menggambarkan
pencapaian periode RENSTRA 2010 – 2014 melalui tampilan lesson learn dan best
practices.
3.3.1 Analisis Kinerja Kegiatan
Pada tahun anggaran 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan menfokuskan kinerja
kegiatannya pada pengembangan layanan kesehatan inteligensia di 12 (dua belas)
kabupaten/kota yang berasal dari 5 (lima) center (lima provinsi) ditambah dengan Provinsi
Papua, yaitu:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 17
- Center DKI Jakarta;
- Center Sumatera Selatan (Kota Palembang dan Ogan Ilir);
- Center Jawa Tengah (Kota Semarang, Magelang, dan Solo);
- Center Jawa Timur (Kota Surabaya, Batu, dan Malang); dan
- Center Bali (Kota Badung dan Gianyar);
- Papua (Kota Raja Ampat)
Substansi yang menjadi core dalam pengembangan layanan kesehatan
inteligensia di 5 (lima) center tersebut di atas adalah peningkatan kesehatan inteligensia
di 7 (tujuh) tahap siklus kehidupan secara komprehensif. Mulai dari tahap janin, bayi,
Balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga Lansia. Diharapkan dengan terlaksananya
kegiatan pengembangan layanan kesehatan inteligensia di daerah tersebut secara holistik
dan berkesinambungan, maka kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah tersebut
dapat meningkat secara optimal.
Tingkat capaian kinerja kegiatan Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2014
berdasarkan pengukurannya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6 Capaian Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2014
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian1 2 12 13 14 15 16 17
1 Jumlah kebijakan
yang dihasilkan
oleh Pusat
Inteligensia
Kesehatan (K)
28 28 100% 36 36 100%
2 Jumlah
pelaksanaan
penilaian
inteligensia pejabat
pusat dan daerah
(orang)
600 654 109% 750 750 100%
3 Jumlah kab/kota
yang melakukan
pemeliharaan,
peningkatan, dan
penanggulangan
masalah kesehatan
inteligensia
11 11 100% 12 12 100%
2013 2014No Indikator
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 18
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 ini Pusat
Inteligensia Kesehatan telah dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan. Semua target dari indikator kinerja Pusat Inteligensia
Kesehatan Tahun 2014, dapat terealisasi 100%.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu Tahun 2013, Capaian kinerja
Pusat Inteligensia Kesehatan adalah sama baiknya, yaitu terealisasi 100%. Hanya saja
untuk indikator kinerja kedua, terjadi sedikit penurunan capaian. Namun dari segi jumlah,
tetap terjadi peningkatan pada Tahun 2014 ini.
Adapun penjabaran pencapaian kinerja kegiatan yang telah dilakukan oleh Pusat
Inteligensia Kesehatan pada tahun 2014, adalah sebagai berikut:
3.3.1.1 Indikator Pertama: Jumlah Kebijakan yang Dihasilkan Pusat Inteligensia
Kesehatan
a) Kondisi yang dicapai
Selama periode RENSTRA 2010 – 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah
menetapkan target untuk menghasilkan kebijakan sebanyak 36 (tiga puluh enam) buah
kebijakan yang ditetapkan dalam bentuk penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kebijakan. Pada tahun 2014 sendiri, kebijakan yang ditargetkan sebanyak 8 (delapan)
buah kebijakan yang mencakup 7 (tujuh) tahapan siklus hidup dari janin sampai lanjut
usia.
Kebijakan/pedoman yang telah dihasilkan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan
pada tahun 2014, yaitu:
1) Kajian Optimalisasi Inteligensia Kesehatan: Kajian Biomedis Prasaratan Ibu Hamil
untuk Optimalisasi Brain Booster.
2) Pedoman Penanggulangan Masalah Kognitif pada Anak 0 s/d 2 Tahun.
3) Pedoman Pendekatan Musik untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif pada Anak
Berkebutuhan Khusus.
4) Pedoman Optimalisasi Fungsi Otak dalam Pembelajaran Anak Usia Sekolah
5) Pedoman Penanggulangan Gangguan Fungsi Kognitif pada Orang dengan HIV
AIDS (ODHA)
6) a. Petunjuk Teknis Penggunaan Tes Eksekutif Otak pada Uji Kepatutan dan
Kelayakan pada Aparat Sipil Negara
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 19
b. Pedoman Teknis Skoring dan Interpretasi Tes Eksekutif Otak
7) Pedoman Peningkatan Kemampuan Eksekutif Otak.
8) Strategi Nasional Menuju Kelanjutusiaan: Otak Sehat dan Produktif.
Pada tahun 2014 ini, Pusat Inteligensia Kesehatan juga melaksanakan kajian. Di
mana, melakukan dan menyusun kajian, merupakan salah satu dari fungsi Pusat
Inteligensia Kesehatan. Pusat Inteligensia Kesehatan dapat mencapai target tersebut
sebesar 100%. Demikian pula dengan tahun sebelumnya (tahun 2013), Pusat Inteligensia
Kesehatan dapat mencapai target indikator pertama, sebesar 100% atau sebanyak 6
(enam) buah kebijakan.
b) Kondisi saat ini
Keberhasilan dalam rangka mencapai target yang ditetapkan antara lain
didukung oleh :
1) Kebijakan penetapan kegiatan dalam rencana kinerja maupun rencana anggaran.
2) Koordinasi lintas program dan lintas sektor terutama dengan organisasi profesi.
3) Komitmen pimpinan di pusat dan daerah dalam rangka penetapan kebijakan yang
berkaitan dengan program Pusat Intelegensia Kesehatan.
4) Respon positif dari daerah untuk mengalokasikan kegiatan setiap tahun secara
berkesinambungan.
c) Permasalahan yang ditemukan
Keterbatasan waktu narasumber dan literatur, merupakan kendala dalam
kegiatan penyusunan kebijakan-kebijakan. Terbatasnya waktu juga membuat kegiatan
diskusi menjadi kurang efektif. Demikian halnya dengan peserta undangan/utusan yang
hadir, sering berganti-ganti personil setiap pertemuan, sehingga pembahasan serta
penyusunan materi menjadi lebih lama untuk mencapai kata sepakat.
Terdapat perbedaan paradigma/pandangan dari masing-masing organisasi
profesi yang terlibat dalam penyusunan Pedoman.
Beberapa permasalahan juga ditemukan pada saat kegiatan penyusunan kajian.
Permasalahan tersebut antara lain: a) belum semua pihak yang terlibat (atau yang
dilibatkan) merasa berkepentingan dalam ide pembuatan kajian; b) Narasumber yang
diharapkan sudah representatif secara institusi, namun individu yang terlibat belum
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 20
memberikan kontribusi yang memadai; dan c) Penulisan telaah kebijakan belum
maksimal, karena individu yang terlibat dari program terkait, belum terbuka dalam
memberikan masukan sesuai aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
d) Usulan pemecahan masalah
Penambahan jumlah narasumber serta literatur, cukup diperlukan dalam
penyusunan materi kebijakan. Perpanjangan waktu diskusi/pembahasan serta susunan
personil yang tetap, juga dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang ada, dalam
kegiatan penyusunan kebijakan-kebijakan yang akan dihasilkan oleh Pusat Inteligensia
Kesehatan.
Keterlibatan pengambil kebijakan/pembuat keputusan sangat diperlukan dalam
menentukan/menetapkan substansi/materi apa yang diambil, apabila terjadi perbedaan
pandangan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penyusunan pedoman.
Perlu adanya pemaparan di tingkat pengambil kebijakan/keputusan, agar dapat
dipakai sebagai masukan ketika menetapkan kebijakan berikutnya serta perbaikan-
perbaikan untuk pedoman yang sudah ada, mulai dari promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 21
3.3.1.2 Indikator Kedua: Jumlah Pelaksanaan Penilaian Inteligensia Pejabat Pusat
dan Daerah (orang)
Pada Tahun 2014, dalam pencapaian indikator yang kedua Pusat Inteligensia
Kesehatan telah melakukan pemeriksaan inteligensia pejabat struktural dan fungsional di
lingkungan Kementerian Kesehatan, baik di Jakarta maupun di daerah lainnya, sebanyak
750 orang. Indikator kedua mengenai jumlah pelaksanaan penilaian inteligensia pejabat
pusat dan daerah telah tercapai sebesar 100 %.
Adapun, rincian pelaksanaan kegiatan penilaian inteligensia pejabat pusat dan
daerah tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7
Pelaksanaan penilaian inteligensia
Tahun 2014
NO INSTANSI LOKASI TES JUMLAH
PESERTA
1. Sekretariat Jenderal
R. Siwabessy
Gd. Prof. Sujudi
Kemenkes
73 Orang
2. Inspektorat Jenderal
R. Siwabessy
Gd. Prof. Sujudi
Kemenkes
29 Orang
3. Badan Penelitian &
Pengembangan Kesehatan Balitbangkes 118 Orang
4. Direktorat Bina Upaya
Kesehatan
R. Siwabessy
Gd. Prof. Sujudi
Kemenkes
21 Orang
5.
Direktorat Pengendalian
penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
Gd. B. P2PL 167 Orang
6. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM Kesehatan Gd. PPSDM 227 Orang
7. Direktorat Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak
R. Siwabessy
Gd. Prof. Sujudi
Kemenkes
9 Orang
8. Direktorat Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
R. Siwabessy
Gd. Prof. Sujudi
Kemenkes
106 Orang
JUMLAH TOTAL 750 Orang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 22
1) Permasalahan yang ditemukan
Terbatasnya jumlah anggaran pemeriksaan kesehatan inteligensia tidak dapat
menampung keseluruhan permintaan masyarakat.
Gambar 2
Pelaksanaan Penilaian Inteligensia Pejabat Fungsional Kesehatan
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI
2) Usulan pemecahan masalah
Perencanaan pemeriksaan tes Inteligensia pejabat Struktural dan Fungsional
dengan jumlah yang lebih besar (sejumlah 2000 orang SDM di lingkungan Kementerian
Kesehatan).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 23
3.3.1.2 Indikator Ketiga: Jumlah Kab/Kota yang Melakukan Pemeliharaan,
Peningkatan, dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensia
Terdapat 12 (dua belas) Kabupaten/kota yang telah melakukan kegiatan
pemeliharaan, peningkatan, dan penanggulangan masalah kesehatan inteligensia di
tahun 2014, sebagai berikut:
1) DKI Jakarta
Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah melaksanakan beberapa
kegiatan sosialisasi dan penguatan di DKI Jakarta, yaitu: a) Sosialisasi alat pengungkit
otak janin pada ibu hamil (Brain Booster); b) Sosialisasi peningkatan wawasan pengelola
Posyandu/kader, terkait inteligensia pada anak; c) Sosialisasi peningkatan wawasan
inteligensia bagi anak sekolah dan remaja, terintegrasi UKS; dan d) Sosialisasi
peningkatan kapasitas petugas, terkait kegiatan penyaringan masalah kognitif pada
lansia.
Kegiatan kesehatan inteligensia lainnya di Jakarta Selatan adalah: a)
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam ANC terpadu serta pemanfaatan Brain
Booster untuk ibu hamil; dan b) Peningkatan kapasitas pengelola Posyandu Lansia dan
Lansia dalam Deteksi kognitif Lansia.
Permasalahan yang ditemukan di Jakarta selatan, terkait kegiatan kesehatan
inteligensia, yaitu tidak tersedianya alat pengungkit otak janin pada ibu hamil (brain
booster), yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat.
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan adalah penganggaran alat
pengungkit otak janin pada ibu hamil (brain booster) pada APBD DKI Jakarta Tahun
Anggaran 2015.
Pada tahap siklus hidup remaja, Pusat Inteligensia Kesehatan mengembangkan
kegiatan Optimalisasi Kecerdasan Majemuk pada Remaja. Salah satu kelompok remaja
yang menjadi sasaran dari kegiatan ini adalah remaja yang tergabung dalam Pramuka.
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan remaja yang tergabung dalam Saka Bhakti
Husada di Provinsi DKI Jakarta, yang meliputi perwakilan dari Jakarta Pusat, Jakarta
Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 24
Gambar 3 Kegiatan Penguatan Pengembangan Model Layanan
Penanggulangan Masalah Kesehatan Inteligensia pada Anak di Jakarta Selatan, 2 Desember 2014
Gambar 4 Pengembangan Optimalisasi Kecerdasan Majemuk pada Remaja Saka Bhakti Husada,
di Jakarta tahun, 2014
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 25
Kegiatan kesehatan inteligensia yang dilaksanakan oleh Pusat Inteligensia
Kesehatan di DKI Jakarta untuk tahap bayi dan Balita adalah pengembangan Tempat
Pengasuhan Anak (TPA).
Gambar 5 Kegiatan Pengembangan TPA di Jakarta
Tahun 2014
Beberapa permasalahan yang ditemukan, berkaitan dengan kegiatan tersebut,
antara lain adalah: a) Banyaknya ibu-ibu pekerja yang ingin memasukkan anaknya ke
Taman Pengasuhan Anak (TPA), bukan untuk sekedar menitipkan anak, tetapi juga
mengharapkan adanya penyelenggaraan program stimulasi perkembangan sekaligus
pengasuhan dan pemenuhan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 (enam) tahun. Pada saat ini, masih banyaknya TPA yang belum
terstandarisasi sesuai ketentuan dan harapan yang disebutkan diatas; b) Belum
terintegrasinya model stimulasi kognitif di Taman Pengasuhan Anak, sehingga perlu
segera direalisasikan pelaksanaannya, karena merupakan kebutuhan utama untuk
merubah paradigma TPA sebagai tempat penitipan anak menjadi taman pengasuhan
anak. Dengan demikian, kualitas TPA dapat terwujud sebagai salah satu fasilitas layanan
di masyarakat yang berkaitan erat dengan penyiapan generasi unggul di masa depan.
Solusi yang dapat diupayakan untuk memecahkan permasalahan tersebut di
atas, antara lain adalah dengan: a) Pada tahun 2012 telah dibuat materi Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang stimulasi anak di tempat pengasuhan anak; b) Pada
tahun 2013 telah dilaksanakan pertemuan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan
anak di TPA; c) Pada tahun 2014 ditindak lanjuti dengan dilakukannya integrasi model
stimulasi kognitif di Taman Pengasuhan Anak, yang melibatkan lintas sektor dan program
terkait serta pengelola TPA dari 11 provinsi yang memiliki kota besar dengan jumlah
wanita pekerjanya cukup tinggi, yaitu antara lain dari: Jawa Barat, Banten, Jawa Timur,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 26
Jawa Tengah, DI Yogjakarta, Kepri, Sumatara Utara, Bali, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat, dan Sulawesi Selatan.
2) Kota Palembang (Provinsi Sumatera Selatan)
Salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan yaitu kota Palembang merupakan
daerah yang sangat baik dalam melaksanakan kegiatan kesehatan inteligensia. Di awali
pada tahun 2011, melakukan sosialisasi program Pemeliharaan dan Peningkatan
Kemampuan Inteligensia Kesehatan dari siklus janin sampai Lansia. Kota Palembang dan
beberapa kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan juga mengadakan penganggaran
untuk Stimulasi Pengungkit Otak (Brain Booster) pada Janin melalui Ibu Hamil dengan
APBD-nya. Sedangkan untuk stimulasi mental/kognitif pada saat itu adalah dengan kegiatan
mendongeng pada anak usia dini.
Pada tahun 2014 ini, kota Palembang mendapatkan kegiatan Deteksi dan
Stimulasi Kognitif pada Lansia. Peningkatan Kompetensi Deteksi dan Stimulasi Kognitif
pada Lansia merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka Integrasi Layanan Stimulasi
Kognitif pada Lansia pada Kegiatan Lintas Program dan Lintas Sektor.
Kegiatan Peningkatan Kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan baik tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam melakukan deteksi dan
stimulasi kognitif pada lansia. Peserta kegiatan ini adalah pengelola program Lansia dari
Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan, pengelola program Lansia di lingkungan
Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten, pemangku kebijakan lintas sektor seperti tim
penggerak PKK, BKKBN, Dinas Sosial, dan Komda Lansia di lingkungan Kota dan
Kabupaten di wilayah kerja Provinsi Sumatera Selatan.
Kota Palembang merupakan kota yang telah lengkap mendapatkan pengetahuan
tentang kesehatan inteligensia dari mulai janin sampai Lansia. Dengan menggunakan APBD-
nya kota Palembang telah mengadakan peningkatan kompetensi untuk tenaga kesehatan
tentang deteksi gangguan kognitif pada anak dan Lansia.
Secara rutin kota Palembang juga telah melaporkan hasil deteksi gangguan kognitif
pada anak dan lansia juga penggunaan alat stimulasi pada ibu hamil (brain booster) yang
dilakukan di Puskesmas di lingkungan Dinkes kota Palembang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 27
Gambar 6
Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Palembang
Tahun 2014
Permasalahan yang ditemukan pada kegiatan kesehatan inteligensia di kota
Palembang, antara lain adalah: a) Masih kurangnya pemahaman tentang pentingnya
stimulasi dan nutrisi pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster) dan stimulasi
kognitif pada anak sehingga perlu diadakan pelatihan – pelatihan untuk pelaksana
program,kader dan lintas sektor terkait; b) Masih minimnya alat stimulasi pengungkit otak
janin melalui ibu hamil (brain booster) dan alat stimulasi kognitif pada anak.
Upaya pemecahan masalah tersebut di atas, adalah dengan: a)
Menyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi pengembangan layanan stimulasi
dan nutrisi pengungkit otak serta stimulasi kognitif anak di kota Palembang. Setelah
dilakukan evaluasi, Provinsi Sumatra Selatan khususnya kota palembang, semua aspek
evaluasi dinilai 87 (sangat bagus), kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan PKK, PAUD,
Posyandu, Puskesmas, Dinas Kesehatan Provinsi, kota Palembang, dan kabupaten Musi
Banyuasin; b) Melakukan pengembangan layanan stimulasi pengungkit otak janin melalui
ibu hamil (brain booster) dikota Palembang.
3) Kabupaten Ogan Ilir (Provinsi Sumatera Selatan)
Kabupaten Ogan Ilir terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan
Komering Ilir (diresmikan pada Tahun 2004) di Sumatera Selatan dengan jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 28
penduduk menurut BPS tahun 2013, yaitu sebanyak 398.300 jiwa. Sebagai kabupaten
yang relatif baru terbentuk, Ogan Ilir masih berusaha meningkatkan derajat kesehatan
dasar seperti meningkatkan umur harapan hidup, menurunkan angka kematian,
menurunkan angka kesakitan serta menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita.
Program kesehatan inteligensia di kabupaten Ogan Ilir, relatif baru. Beberapa
tenaga kesehatan dan non kesehatan dari Ogan Ilir telah mengikuti peningkatan
Kompetensi Kesehatan Inteligensia yang diadakan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan di
kota Palembang pada 18 – 21 Agustus 2014 lalu. Sebanyak 5 orang mengikuti
Peningkatan Kompetensi Kesehatan Inteligensia pada Anak, dan 2 orang telah mengikuti
Peningkatan Kompetensi Kesehatan Inteligensia pada Lansia. Para peserta peningkatan
kompetensi tersebut telah melaporkan dan mensosialisasikan mengenai kesehatan
inteligensia di Kabupaten Ogan Ilir.
Program kesehatan inteligensia berdasarkan siklus hidup saat ini baru terwujud
pada tahapan Lansia melalui berbagai program Lansia. Belum ada program inteligensia
pada ibu hamil, bayi, balita, anak, remaja, dan dewasa yang terlaksana di masyarakat,
mengingat kegiatan kesehatan inteligensia, baru mulai pada tahapan sosialiasi.
Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir, dalam hal ini Dinas Kesehatan, mempunyai
komitmen untuk mensosialiasikan kesehatan inteligensia kepada unit terkecil, yaitu
keluarga sampai masyarakat luas. Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir juga mempunyai
kepedulian yang tinggi pada kesehatan lanjut usia, termasuk kesehatan inteligensia, yang
diwujudkan melalui program Santun Lansia, Lomba Lansia, Senam Lansia, dan Posyandu
Lansia.
Berbagai program tersebut diharapkan bisa mengembangkan potensi Lansia di
Ogan Ilir dalam kehidupan bermasyarakat, mengaktifkan interaksi sosial mereka,
meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kesehatan inteligensia mereka sehingga bisa
mewujudkan Lansia yang mandiri dan produktif. Walaupun program inteligensia di Ogan
Ilir baru bisa dicanangkan secara khusus pada Lansia, tetapi diharapkan ini bisa menjadi
awal bagi pengembangan kesehatan Lansia pada ibu hami (Brain Booster), stimulasi
kognitif pada anak, kecerdasan majemuk pada remaja, EBA pada dewasa, dan program-
program kesehatan inteligensia lainnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 29
Saat ini, setelah wakil tenaga kesehatan dan non kesehatan mengikuti
peningkatan kompetensi Kesehatan Inteligensia, juga mulai dilaksanakan tahapan-
tahapan sosialisasi kesehatan inteligensia, mulai dari janin sampai Lansia, ke berbagai
pihak terkait.
Dukungan kebijakan daerah yang diwujudkan melalui alokasi APBD setempat
terhadap program kesehatan inteligensia secara khusus saat ini, memang belum bisa
diwujudkan. Tetapi diharapkan, seperti komitmen Kepala Dinas, berbagai kebijakan yang
bisa mengembangkan kesehatan inteligensia ke depan bisa diwujudkan melalui tata
peraturan daerah baik Perda, maupun Surat Keputusan Kepala Daerah.
Diharapkan program-program kesehatan inteligensia mulai dapat terus
dikembangkan di daerah ini baik dengan anggaran dari APBN maupun dari APBD
setempat.
Program penggunaan alat pengungkit otak janin pada ibu hamil (Brain Booster)
dan Alat Stimulasi Inteligensia Kesehatan (ASIK) di Ogan Ilir baru sampai ke tahapan
sosialisasi yang saat ini mulai digalakan. Belum ada pemanfaatan kedua alat tersebut
secara langsung kepada masyarakat luas.
Kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan kesehatan
inteligensia belum terwujud secara maksimal di Ogan Ilir. Belum ada pembagian peran
secara nyata dari berbagai pihak terkait secara integratif. Namun Tim Penggerak PKK
mulai aktif bergerak melalui berbagai program Lansia yang tersebut di atas, melalui kerja
sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir. Tentu ini bisa menjadi awal yang
baik dalam kerja sama lintas sektor ke depannya.
Meningat kesehatan inteligensia di Kabupaten Ogan Ilir baru sampai tahapan
sosialisasi, saat ini belum bisa diperoleh data jumlah ibu hamil yang telah memakai Brain
Booster, data deteksi dan stimulasi kognitif pada anak maupun Lansia, data anak
berkebutuhan khusus dan data profil kesehatan inteligensia secara khusus. Namun, data
profil kesehatan secara umum telah ada di Kabupaten Ogan Ilir ini.
4) Kota Semarang (Provinsi Jawa Tengah)
Kota Semarang telah mendapatkan sosialisasi program kesehatan inteligensia.
Beberapa tenaga kesehatan dan nonkesehatan dari Kota Semarang telah mengikuti
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 30
lokakarya di Semarang dan peningkatan kompetensi Kesehatan Inteligensia di Kota
Salatiga yang diadakan oleh Pusat Inteligensia Kesehatan. Para peserta lokakarya dan
peningkatan kompetensi tersebut telah melaporkan dan mensosialisasikan mengenai
kesehatan inteligensia di Kota Semarang.
Program kesehatan inteligensia berdasarkan siklus hidup saat ini terutama
terealisasi dalam bentuk sosialisasi alat pengungkit otak janin pada ibu hamil (Brain
Booster). Dinas Kesehatan Kota Semarang telah mendapatkan alat Brain Booster
tersebut dari bantuan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Brain Booster tersebut
dipakai dalam simulasi dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan yaitu para bidan di Kota
Semarang yang dilakukan oleh pemegang program di Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Meskipun alat tersebut belum sampai pemakaian pada ibu hamil langsung secara rutin,
tetapi diharapkan bisa menjadi awal yang baik bagi program ini.
Program kesehatan inteligensia lainnya saat ini di Kota Semarang memang
belum berkembang dengan optimal, diharapkan dengan penguatan ini, komitmen Dinas
Kesehatan Kota Semarang akan lebih meningkat untuk menjalankan program-program
kesehatan inteligensia mulai dari janin sampai Lansia.
Program tumbuh kembang dengan SDIDTK memang sudah terlaksana
dengan relatif baik di Kota Semarang. Kegiatan yang dikembangkan di kabupaten
Semarang pada tahun 2014 ini adalah kegiatan Optimalisasi Kecerdasan Majemuk pada
Remaja, yang melibatkan remaja yang menempuh pendidikannya di Pesantren.
Pesantren yang ditunjuk oleh provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan kegiatan ini
adalah Pesantren Bina Insani Susukan di kabupaten Semarang. Beberapa kegiatan yang
terkait dengan kecerdasan majemuk telah dilakukan di pesantren ini, seperti olah raga,
bermain musik, bernyanyi, memperdalam Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, dll.
Selain kegiatan pada tahap remaja ini, Dinkes kabupaten Semarang juga telah
melakukan kegiatan stimulasi dan nutrisi pengungkit otak pada janin (brain booster) dan
kegiatan deteksi dan stimulasi kognitif pada anak. Namun, deteksi kesehatan ABCDE,
untuk Lansia, belum terlaksana.
Sebagai upaya Peningkatan Kesehatan Inteligensia di Kota Semarang,
Pemerintah Kota Semarang, mempunyai komitmen untuk terus mensosialiasikan
kesehatan inteligensia kepada masyarakat luas. Setelah tahapan sosialisasi, upaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 31
pemanfaatan Brain Booster pada ibu hamil akan mulai dilaksanakan secara rutin dengan
panduan dari para bidan yang telah menerima pelatihan.
Gambar 7 Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Semarang
Tahun 2014
Program kesehatan inteligensia lainnya juga akan mulai terus disosialisasikan.
Para pemegang program anak dan lansia di Dinkes Kota Semarang, pada kesempatan
penguatan ini, juga telah semakin memahami program-program kesehatan inteligensia,
dan komitmen tinggi untuk mengembangangkannya di Kota Semarang.
Bentuk dukungan kebijakan pemerintah daerah, akan diwujudkan melalui
alokasi APBD dan tata peraturan dari pemerintah daerah Kota Semarang terhadap
program kesehatan inteligensia secara khusus. Diharapkan ke depan, program-program
kesehatan inteligensia mulai dapat terus dikembangkan di daerah ini baik dengan
anggaran dari APBN maupun dari APBD setempat.
Kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam meningkatkan kesehatan
inteligensia belum terwujud secara maksimal di Kota Semarang. Belum ada pembagian
peran secara nyata dari berbagai pihak terkait secara integratif.
Mengingat kesehatan inteligensia di Kota Semarang baru sampai tahapan
sosialisasi, saat ini belum bisa didapatkan data jumlah ibu hamil yang telah memakai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 32
Brain Booster, data deteksi dan stimulasi kognitif pada anak maupun lansia, data anak
berkebutuhan khusus dan data profil kesehatan inteligensia secara khusus. Namun, data
profil kesehatan secara umum telah ada di Kota Semarang ini.
5) Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Beberapa kegiatan kesehatan inteligensia sesuai tahapan siklus hidup yang telah
dilaksanakan di Kota Magelang selama tahun 2014.
Pada tahap janin, Pusat Inteligensia Kesehatan telah mendistribusikan alat
pengungkit otak janin pada ibu hamil (Brain Booster) di Kota Magelang. Namun, para
tenaga kesehatan maupun kadernya belum mendapatkan pelatihan terkait alat tersebut.
Pada tahap bayi, balita, dan anak, kegiatan kesehatan inteligensia yang telah
dilakukan adalah deteksi dini dan stimulasi kognitf. Kegiatan terkait yang telah
dilaksanakan adalah: a) Sosialisasi program SDIDTK dan layanan gangguan inteligensia
anak secara luas (dengan biaya APBD II, BOK, Kapitasi JKN/anggaran BLUD
Puskesmas); b) pelaksaan kegiatan terintegrasi dengan kegiatan program KIA dan Gizi
(PSG, Pelatihan SDIDTK bagi kader dan guru PAUD, dan Orientasi gizi buruk bagi kader)
melalui media promosi berupa leaflet/poster, dll; c) Pelaksanaan SDIDTK terintegrasi
dalam MTBS di Puskesmas dan PUSTU (dokter, perawat, dan bidan), di Posyandu
BALITA oleh kader kesehatan didampingi petugas Darbin, terintegrasi dalam pelayanan
UKP anak (oleh dokter, perawat, dan bidan), serta rujukan dari masyarakat/kader
(community based monitoring); dan d) Penemuan masalah maupun Kasus Anak
Berkebutuhan Khusus disertai dengan masalah gizi, secara berkelanjutan, akan ditangani
dengan biaya JAMKESDA. Sedangkan permasalahan penyerta, yaitu biaya transport,
akan dibantu oleh Pemda Provinsi.
Kegiatan kesehatan inteligensia yang akan dilakukan untuk remaja, yaitu yang
terkait dengan kecerdasan majemuk. Kegiatan yang secara spesifik difasilitasi oleh Pusat
Inteligensia Kesehatan, belum terlaksana. Namun, kegiatan serupa dengan cakupan
remaja usia sekolah, telah terlaksana melalui kerja sama dengan RSJ Dr. Soeroyo,
Magelang, yang meliputi: a) Penjaringan dan pemeriksaan berkala; b) Pemantauan status
gizi remaja; c) Pelatihan kader kesehatan remaja dan guru UKS; dan d) Penyuluhan
kelompok konseling kesehatan reproduksi remaja.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 33
Gambar 8
Kegiatan Peningkatan Kompetensi Kesehatan Inteligensia bagi Nakes di Kota Magelang
Tahun 2014
Kegiatan kesehatan inteligensia yang akan dilakukan untuk orang Dewasa, yaitu
yang terkait dengan Brain Healthy Life Style. Namun kegiatan ini belum dilaksanakan
secara spesifik oleh Pusat Inteligensia Kesehatan.
Kegiatan kesehatan inteligensia yang dilakukan untuk Lansia, yaitu yang terkait
dengan deteksi dan stimulasi kognitif. Deteksi masalah kesehatan inteligensia ini, baru
dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pada pertemuan Prolanis. Kegiatan
yang telah dilaksanakan, baru pada tahap sosialisasi deteksi masalah kesehatan
inteligensia, di Posyandu Lansia.
Beberapa permasalahan yang ditemukan, terkait dengan kegiatan kesehatan
inteligensia di Kota Magelang, antara lain adalah: a) Keterbatasan tenaga medis dan
paramedik terlatih sebagai partner kerja Program Klinik Santun Lansia, belum berjalan
sesuai dengan yang diharapkan; b) Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
pemeriksaan (1 orang = sekitar 20 – 30 menit), sementara pasien yang non Lansia juga
ingin cepat mendapat giliran pemeriksaan; c) Adanya tugas rangkap tenaga terlatih,
sehingga waktu pelaksanaan yang telah direncanakan, seringkali tidak terealisasi; dan d)
Belum ada anggaran khusus untuk meleksanakan pemeriksaan degeneratif yang
terprogram dan berkelanjutan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 34
Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, beberapa pemecahan masalah
yang dapat diupayakan, antara lain adalah: a) Perlu diadakan perencanaan dan
penganggaran program kegiatan kesehatan inteligensia yang terintegrasi dengan
program lain yang terkait, di tahun 2015; b) perlunya peningkatan cakupan atau jumlah
tenaga kesehatan yang diberikan pelatihan tentang kesehatan inteligensia; dan c) perlu
adanya komitmen pemegang kebijakan untuk mengimplementasikan program-program
kesehatan inteligensia.
Gambar 9
Sosialisasi Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Magelang
Tahun 2014
6) Kota Solo (Provinsi Jawa Tengah)
Kegiatan kesehatan inteligensia telah dilaksanakan oleh Pusat Inteligensia
Kesehatan pada tahun 2014. Namun terdapat beberapa permasalahan, sehubungan
dengan kegiatan tersebut, yaitu antara lain: a) Masih minimnya ketersediaan alat stimulasi
pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster) dan alat stimulasi kognitif pada
anak; b) Masih kurangnya pemahaman tentang pentingnya stimulasi dan nutrisi
pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster) dan stimulasi kognitif pada anak
sehingga perlu diadakan pelatihan – pelatihan untuk pelaksana program,kader dan lintas
sektor terkait; c) Belum ada anggaran khusus untuk Program stimulasi dan nutrisi
pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster) dan alat stimulasi kognitif.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 35
Penggunaan anggaran masih disisipkan pada program Dinas Kesehatan Surakarta yang
sudah ada.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di
atas, antara lain adalah: a) Pusat Inteligensia Kesehatan memberikan bantuan alat brain
booster dan alat stimulasi Inteligensia kesehatan. Sebagai stimulan kegiatan inteligensia,
sebanyak 54 alat brain booster dan 20 alat stimulasi Inteligensia kesehatan untuk
didistribusikan ke kabupaten di wilayah provinsi Jawa Tengah; b) Melakukan
pengembangan layanan stimulasi pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster)
dikota Surakarta dan kota Salatiga; c) Dilakukannya Peningkatan kompetensi untuk
melatih pemegang program, kader dan lintas sektor terkait agar dapat meningkatkan
pengetahuan tentang stimulasi pengungkit otak janin (brain booster) dan alat stimulasi
kognitif pada anak.
Gambar 10 Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Solo
Tahun 2014
7) Kota Batu, Provinsi Jawa Timur
Kegiatan kesehatan inteligensia lainnya pada tahun 2014, dilaksanakan oleh
Pusat Inteligensia Kesehatan di Kota Batu, Provinsi Jawa timur. Kegiatan-kegiatan yang
telah berhasil dilaksanakan adalah: a) Sosialisasi kesehatan inteligensia pada dokter,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 36
bidan, perawat, serta tenaga kesehatan lainnya yang terkait; b) Sosialisasi kesehatan
inteligensia pada lintas sektor, yaitu: Camat, Ketua TP PKK kecamatan, Kasie Kesra
Kecamatan, Kaur Kesra Desa/Kelurahan, Ketua TP PKK Desa/Kelurahan, dan Ketua
Kader Posyandu Desa/Kelurahan; serta c) Upaya pengembangan layanan inteligensia
Lansia, yaitu screening inteligensia pada Lansia yang dilaksanakan di Poli Lansia
Puskesmas dengan menggunakan instrumen ABCDE.
Gambar 11
Peningkatan Kompetensi dalam rangka Pengembangan Model Integrasi Layanan Gangguan
Inteligensia Anak Pada Kegiatan Lintas Sektor dan Lintas Program
(Pos PAUD, BKB, Puskesmas TFC) di Kota Batu,
26 – 29 Oktober 2014
Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan inteligensia
di kota Batu, antara lain, adalah: a) Pemerintah kota Batu, Provinsi Jawa Timur, belum
mempunyai kebijakan khusus terkait kesehatan inteligensia, baik melalui PERDA ataupun
Surat Keputusan Kepala Daerah; b) Dinas kesehatan kota Batu, saat ini belum memiliki
Alat Permainan Edukatif (APE) maupun alat pengungkit otak janin pada ibu hamil (Brain
Booster); dan c) Data mengenai jumlah anak dan usia produktif yang dideteksi dini
kesehatan inteligensianya, masih sangat minin dikarenakan keterbatasan SDM.
Upaya pemecahan masalah yang perlu dilakukan sehubungan dengan
permasalahan-permasalahan tersebut di atas, yaitu: a) Perlu penetapan kebijakan daerah
kota Batu mengenai kesehatan inteligensia, baik melalui PERDA ataupun SK walikota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 37
Gambar 12
Kegiatan Penguatan Kesehatan Inteligensia di Kota Batu,
19 Desember 2014
8) Kota Malang, Provinsi Jawa Timur
Kegiatan kesehatan inteligensia sesuai tahapan siklus hidup, telah dilakukan
oleh Pusat Inteligensia Kesehatan di Kota Malang pada tahun 2014.
Pusat Inteligensia Kesehatan telah mendistribusikan alat pengungkit otak janin
pada ibu hamil (Brain Booster) di Kota Malang, pada saat pemegang program mengikuti
kegiatan Lokakarya yang ada di Surabaya. Namun, para tenaga kesehatan maupun
pemegang program terkait, belum mendapatkan pelatihan terkait alat tersebut.
Pada bayi, balita, dan anak, kegiatan kesehatan inteligensia yang telah dilakukan
adalah deteksi dini dan stimulasi kognitf. Kegiatan terkait yang telah dilaksanakan
adalah: a) Kegiatan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan terkait deteksi dini dan
stimulasi kognitif pada bayi, balita, dan anak. Namun masih perlu dukungan fasilitas dan
pengetahuan lebih lanjut terkait implementasi di lapangan; b) Pelaksanaan dan
pendampingan Posyandu, Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Bayi, Kelas Ibu Balita, dll; dan c)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 38
Penemuan masalah maupun Kasus Anak Berkebutuhan Khusus disertai dengan masalah
gizi, secara berkelanjutan, akan ditangani dengan biaya JAMKESDA. Sedangkan
permasalahan penyerta, yaitu biaya transport, akan dibantu oleh Pemda Provinsi.
Kegiatan kesehatan inteligensia yang akan dilakukan untuk remaja, yaitu yang
terkait dengan kecerdasan majemuk. Namun kegiatan ini, secara spesifik belum
difasilitasi oleh Pusat Inteligensia Kesehatan.
Kegiatan kesehatan inteligensia yang akan dilakukan untuk orang Dewasa, yaitu
yang terkait dengan Brain Healthy Life Style. Namun kegiatan ini belum dilaksanakan
secara spesifik. Pusat Inteligensia Kesehatan baru mendapatkan kesempatan untuk
melaksanakan sosialisasinya pada saat kegiatan lokakarya “inteligensia kesehatan
berdasarkan siklus hidup di Surabaya”.
Kegiatan kesehatan inteligensia yang akan dilakukan untuk Lansia, yaitu yang
terkait dengan deteksi dan stimulasi kognitif. Deteksi masalah kesehatan inteligensia ini,
baru dapat dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pada pertemuan Prolanis, yaitu di
Puskesma Turen, Kabupaten Malang dengan pelaksanaan Pelayanan kesehatan Lansia
di dalam maupun di luar gedung.
Pelayanan kesehatan Lansia di dalam gedung, meliputi: pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pemeriksaan laboratorium, pelayanan unit gawat darurat, serta pelayanan
konsultasi gizi. Sedangkan pelayanan di luar gedung, meliputi: pengukuran berat dan
tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran Indeks Masa tubuh (IMT),
pemeriksaan laboratorium sederhana (gula darah, asam urat, dan kolesterol), pengobatan
sederhana Lansia yang sakit, konsultasi kesehatan (individu), penyuluhan kesehatan
(kelompok), serta senam Lansia.
Belum adanya anggaran khusus untuk melaksanakan pemeriksaan degeneratif
yang terprogram dan berkelanjutan, menjadi salah satu permasalahan dalam
pelaksanaan kegiatan kesehatan inteligensia di Kota Malang. Di samping itu, komitmen
para pemegang kebijakan untuk melaksanakan serta memfasilitasi kegiatan kesehatan
inteligensia, juga belum terbentuk. Permasalahan lainnya yang cukup penting adalah,
kemampuan SDM yang belum merata, program yang belum tersosialisasi dengan baik,
terkait dengan kegiatan Brain Learning dan Senam Vitalisasi Otak. Oleh karena itu, perlu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 39
adanya pelatihan yang intensif sehingga SDM mampu menguasai dan melatih kembali
para kader.
Gambar 13
Sosialisasi Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Malang
Tahun 2014
Kurang optimalnya pelaksanaan skrining, deteksi dini, intervensi, dan stimulasi
perkembangan, serta penggunaan instrumen, menjadi permasalahan terkait dengan
kegiatan kesehatan inteligensia di Kota Malang. Jejaring pelayanan kesehatan
inteligensia di Kota ini, masih perlu dibangun dengan solid. Kurangnya fasilitas
pendukung dari pusat, terkait Petunjuk Teknis maupun Panduan Teknis yang terperinci
dan jelas (seperti konsep-konsep Brain Learning dan Brain Exercise), menjadi suatu
hambatan dalam upaya implementasi kegiatan yang disesuaikan dengan kebijakan lokal
setempat. Pelaporan yang belum optimal, juga menjadi salah satu permasalahan bagi
implementasi serta evaluasi kegiatan.
Guna mendukung terlaksananya program kesehatan inteligensia secara
berkelanjutan, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai upaya pemecahan
masalah terkait kebutuhan dukungan bagi Dinas Kesehatan Kota Malang, antara lain
adalah: a) Pelaksanaan TOT, terkait pengembangan kesehatan inteligensia di
Puskesmas; b) Perlunya dukungan fasilitas, baik dana maupun fisik, berupa buku
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 40
pedoman maupun peralatan pendukung pelaksanaan program; dan c) pendalaman materi
yang lebih aplikatif dengan dasar konsep yang kuat, untuk lebih memudahkan
pelaksanaan program.
Gambar 14
Pelatihan Brain Learning dan Senam Vitalisasi Otak di Kota Malang
Tahun 2014
9) Kota Surabaya (Provinsi Jawa Timur)
Kegiatan kesehatan inteligensia telah dilaksanakan oleh Pusat Inteligensia
Kesehatan pada tahun 2014. Namun terdapat beberapa permasalahan, sehubungan
dengan kegiatan tersebut, yaitu antara lain: a) Masih kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang stimulasi janin, deteksi dini inteligensia, dan stimulasi kognitif anak
pada Nakes dan non Nakes baik di Puskesmas, PKK, Kader Posyandu, TPA, Organisasi
Profesi, dan lain sebagainya di kota Surabaya; b) Belum terlaksana secara maksimal
program layanan stimulasi dan nutrisi pengungkit otak pada janin melalui ibu hamil (Brain
Booster), deteksi dini inteligensia, serta stimulasi kognitif anak oleh Dinas Kesehatan kota
Surabaya dan Instansi terkait.
Upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal
tersebut di atas, antara lain adalah: a) Pusat Inteligensia Kesehatan memberikan bantuan
alat brain booster dan alat stimulasi Inteligensia kesehatan sebagai stimulan kegiatan
Inteligensia sebanyak 40 alat brain booster dan 20 alat stimulasi Inteligensia Kesehatan,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 41
serta 10 set buku pedoman/instrumen produk Pusat Inteligensia Kesehatan, untuk
didistribusikan ke kabupaten/kota di wilayah provinsi Jawa Timur; b) melaksanakan
kegiatan Pengembangan layanan stimulasi pengungkit otak pada janin melalui ibu hamil
(Brain Booster) dan stimulasi kognitif anak di kota Surabaya. Dinas kesehatan kota
Surabaya baru bisa melakukan kegiatan uji coba brain booster di 4 (empat) Puskesmas
percontohan (Tenggilis, Pakis, Simomulyo, dan Sidopo Wetan), dari 62 Puskesmas di
kota Surabaya; c) Sedangkan untuk pelaksanaan deteksi inteligensia dilakukan
bersamaan kegiatan deteksi tumbuh kembang yang dilakukan di Puskesmas, Taman
kanak-kanak, dan Posyandu.
Gambar 15 Advokasi Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kota Surabaya
Tahun 2014
10) Kabupaten Badung, Provinsi Bali
Pusat Inteligensia Kesehatan pada tahun 2014, telah berhasil melakukan
sosialisasi tentang kesehatan inteligensia pada anak kepada pemegang program dan
SDM Puskesmas yang telah dilatih. Puskesmas di kabupaten Badung, juga telah
melaksanakan deteksi tumbuh kembang dan inteligensia anak di Puskesmas Kuta, Kuta
Utara, Kuta Selatan, Mengwi, dan Abiansemal. Di samping itu, untuk tahun anggaran
2015, Dinas Kesehatan kabupaten Badung telah merencanakan anggaran untuk
pengadaan alat Brain Booster, sosialisasi Brain Booster pada ibu hamil (melalui Kepala
Puskesmas, Ikatan Bidan Indonesia, dan lintas sektor terkait), serta sosialisasi dan
pelatihan deteksi kesehatan inteligensia kepada pemegang program.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 42
Gambar 16
Kegiatan Penguatan Kesehatan Inteligensia di Kab. Badung,
09 Desember 2014
Minimnya data mengenai jumlah anak dan usia produktif yang dideteksi
kesehatan inteligensianya, menjadi salah satu kendala/permasalahan yang ditemukan
dalam kegiatan kesehatan inteligensia di kabupaten Badung. Permasalahan lainnya
adalah belum adanya kebijakan khusus dari pemerintah daerah yang terkait kesehatan
inteligensia, baik melalui PERDA ataupun Surat Keputusan Kepala Daerah.
Kebijakan daerah mengenai kesehatan inteligensia melalui PERDA ataupun SK
Bupati Kabupaten Badung, perlu disusun, sebagai salah satu upaya pemecahan masalah
yang ditemukan di kabupaten tersebut. Upaya lainnya adalah perlunya mengadakan
pelatihan kesehatan intelegensia lebih lanjut pada tenaga kesehatan/non kesehatan di
wilayah kabupaten Badung.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 43
Gambar 17
Praktik Lapangan Peningkatan Kompetensi Pengembangan Model Integrasi Layanan Gangguan
Inteligensia Anak pada Kegiatan Lintas Sektor dan Lintas Program
(Pos PAUD, BKB, Puskesmas TFC), di kab. Badung,
1 - 4 September 2014
11) Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah melaksanakan beberapa
kegiatan kesehatan inteligensia di Kabupaten Gianyar. Namun kegiatan tersebut,
mengalami beberapa kendala/permasalahan sebagai berikut: a) Kabupaten Gianyar
sudah membentuk forum kecerdasan masyarakat namun belum bisa dilaksanakan karena
forum ditingkat provinsi belum terbentuk, dan terkendala belum ada dasar hukumnya.
Oleh karena itu, Kabupaten Gianyar memohon bantuan dari Pusat sehingga awal tahun
2015 kabupaten Gianyar dapat membuat SK Forum Kecerdasan Masyarakat Tingkat
Kabupaten; b) Masyarakat (ibu hamil) di kabupaten Gianyar antusias untuk menggunakan
alat brain booster, namun terkendala dengan alat yang masih minim dan sampai dengan
tanggal 9 desember 2014 kabupaten Gianyar baru mempunyai 2 (dua) alat, di mana satu
alat dalam kondisi rusak. Sehingga dari 7.122 ibu hamil, yang dapat memakainya hanya
satu orang; c) Dinas Kesehatan kabupaten Gianyar mempunyai 49 Taman Posyandu dan
baru 5 Taman Posyandu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 44
Gambar 18
Kegiatan Kesehatan Inteligensia di Kabupaten Gianyar
Tahun 2014
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas,
anatara lain adalah: a) Pusat Inteligensia Kesehatan memberikan bantuan alat brain
booster sebanyak 40 set dan alat stimulasi inteligensia sebanyak 20 kotak, serta 10 set
buku produk Pusat Inteligensia Kesehatan untuk didistribusikan; b) Pada beberapa
Puskesmas seperti Puskesmas Tegal Alang, Puskesmas Gianyar II, Puskesmas
Blahbatu, Puskesmas Payangan, Puskesmas Batuan, dan Puskesmas Bono, sudah
melakukan kegiatan stimulasi dan nutrisi pengungkit otak janin (brain booster), kegiatan
stimulasi kognitif pada anak serta deteksi dan skrining pada balita.
12) Kabupaten Raja Ampat (Provinsi Papua)
Pada tahun 2014, pelaksanaan kegiatan kesehatan inteligensia telah sampai ke
Provinsi Papua, yaitu Kabupaten Raja Ampat. Beberapa kendala sehubungan dengan
kegiatan tersebut, yaitu: a) Masih minimnya alat stimulasi pengungkit otak janin melalui
ibu hamil (brain booster) dan alat stimulasi kognitif pada anak; b) Masih kurangnya
pemahaman tentang pentingnya stimulasi dan nutrisi pengungkit otak janin melalui ibu
hamil (brain booster) dan stimulasi kognitif pada anak, sehingga perlu diadakan pelatihan-
pelatihan untuk pelaksana program, kader, dan lintas sektor terkait.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 45
Gambar 19 Kegiatan Kesehatan Inteligensia di kabupaten Raja Ampat
Tahun 2014
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan, yaitu: a) Melakukan pengembangan
layanan stimulasi pengungkit otak janin melalui ibu hamil (brain booster) di kabupaten
Raja Ampat; b) Dilakukannya Peningkatan kompetensi untuk melatih pemegang program,
kader, dan lintas sektor terkait, agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang stimulasi
pengungkit otak janin (brain booster) dan alat stimulasi kognitif pada anak.
Tabel 8 Capaian Kinerja Indikator ke 3 Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2014
NO Kabupaten/Kota Pencapaian
1 DKI Jakarta - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK) telah melaksanakan
sosialisasi dan penguatan kegiatan kesehatan inteligensia
- Pada tahap Janin: PIK menyelenggarakan peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan dalam ANC terpadu serta
pemanfaatan Alat stimulasi pengungkit otak (brain
booster) untuk janin pada ibu hamil
- Pada tahap bayi: PIK mengembangkan Taman
Pengasuhan Anak (TPA)
- Pada tahap remaja: PIK mengembangkan kegiatan
optimalisasi kecerdasan majemuk.
2 Palembang - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi program pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan inteligensia kesehatan dari siklus janin
sampai Lansia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 46
- Pada tahap janin Program brain booster
- Pada tahap anak usia dini kegiatan stimulasi mental
kognitif: dengan mendongeng
- Pada tahap Lansia: kegiatan deteksi dan stimulasi kognitif
- Dinkes Palembang mengalokasikan anggaran APBD
untuk:
Alat stimulasi pengungkit otak (brain booster) untuk
janin pada ibu hamil
Kegiatan peningkatan kompetensi Nakes & non
Nakes tentang deteksi gg kognitif pada anak dan
Lansia.
- Dinkes Palembang telah secara rutin melaporkan
kegiatan kesehatan inteligensianya (hasil deteksi gg
kognitif pada anak dan Lansia, serta penggunaan brain
booster)
3 Ogan Ilir - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi program pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan inteligensia kesehatan dari siklus janin
sampai Lansia.
- PIK:
mengadakan kegiatan peningkatan kompetensi
kesehatan inteligensia pada anak dan Lansia.
kegiatan deteksi dan stimulasi kognitif pada Lansia.
- Dinkes setempat & TP PKK: Melaksanakan program
Santun Lansia, Senam Lansia, & Posyandu Lansia.
4 Semarang - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi program pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan inteligensia kesehatan dari siklus janin
sampai Lansia.
- Tahap janin: Dinkes Semarang mendapatkan bantuan
alat brain booster dari Pemprov Jateng.
- Tahap Balita dan anak: Program tumbuh kembang
dengan SDIDTK sudah terlaksana dengan relatif baik;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 47
kegiatan deteksi dini dan stimulasi kognitif.
- Tahap remaja: kegiatan optimalisasi kecerdasan
majemuk pada remaja (di pesantren)
5 Magelang - Tahap Janin: PIK telah mendsitribusikan brain booster,
namun pelaksana program belum mendapatkan pelatihan
terkait.
- Tahap bayi, BALITA, dan Anak: sosialisasi, pelatihan,
pelaksanaan program SDIDTK dan layanan gg
inteligensia anak (dengan biaya APBD II, BOK, Kapitasi
JKN/anggaran BLUD Puskesmas)
- Tahap remaja: kegiatan serupa dengan kecerdasan
majemuk telah dilaksanakan melalui kerjasama dengan
RSJ Dr. Soeroyo.
- Tahap Lansia: baru tahap sosialisasi yang dilaksanakan
di Posyandu Lansia.
6 Solo - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi program kesehatan inteligensia dari siklus
janin sampai Lansia.
- Pada tahap janin dan anak: PIK memberikan bantuan alat
brain booster, sebanyak 54 set dan 20 set alat stimulasi
kesehatan inteligensia; melakukan pengembangan
layanan brain booster; mengadakan kegiatan peningkatan
kompetensi untuk melatih pemegang program dan para
kader tentang brain booster dan alat stimulasi kognitif
pada anak.
7 Batu - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi program kesehatan inteligensia dari siklus
janin sampai Lansia pada dokter, bidan, perawat, serta
tenaga kesehatan lainnya yang terkait. Di samping
sosialisasi pada lintas sector, yaitu: Camat, Ketua TP
PKK kecamatan/Kelurahan/Desa, Kasie Kesra
Kecamatan, Kaur Desa/Kelurahan, dan Ketua Kader
Posyandu Desa/Kelurahan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 48
- Pada tahap Lansia, melaksanakan pengembangan
layanan inteligensia, yaitu screening dengan
menggunakan instrument ABCDE.
8 Malang - Tahap Janin: PIK telah mendistribusikan brain booster,
namun pemegang program belum mendapatkan pelatihan
terkait.
- Tahap bayi, Balita, dan Anak: terlaksananya kegiatan
deteksi dini dan stimulasi kognitif serta peningkatan
tenaga kesehatan terkait program tersebut.
- Tahap Lansia: kegiatan deteksi dini dan stimulasi kognitif.
9 Surabaya - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi, advokasi, serta pengembangan program
kesehatan inteligensia dari siklus janin sampai Lansia
- PIK memberikan bantuan alat brain booster dan alat
stimulasi Inteligensia kesehatan sebagai stimulan
kegiatan Inteligensia sebanyak 40 alat brain booster dan
20 alat stimulasi Inteligensia Kesehatan, serta 10 set
buku pedoman/instrumen produk PIK.
10 Badung - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK), telah melakukan
sosialisasi, penguatan, serta peningkatan kompetensi
terkait program kesehatan inteligensia, terutama dari
siklus janin sampai anak.
11 Gianyar - Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK) memberikan bantuan
alat brain booster, sebanyak 40 set dan alat stimulasi
Inteligensia kesehatan sebagai stimulan, sebanyak 20
set, serta 10 set buku pedoman/instrumen produk PIK.
- Beberapa Puskesmas sudah melakukan kegiatan
program brain booster, stimulasi kognitif pada anak, serta
deteksi dan skrinning pada Balita.
12 Raja Ampat Pusat Inteligensia Kesehatan (PIK) telah melaksanakan
kegiatan pengembangan dan peningkatan kompetensi
tentang program brain booster dan stimulasi kognitif pada
anak.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 49
3.3.2 Analisis Kinerja Keuangan
3.3.2.1 Persentase realisasi anggaran
Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan memperoleh alokasi anggaran
sebesar Rp. 20.686.865.000,-. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tahun 2014
tersebut, realisasinya adalah sebesar Rp. 17.685481.101,- atau sebesar 85,49 %.
3.3.2.2 Persentase realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan
Pada tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah melaksanakan kegiatan-
kegiatan terpadu yang melibatkan partisipasi aktif stake holder, yaitu antara lain dari:
Lintas Program, Lintas Sektor, serta profesi terkait. Kegiatan/program yang dilaksanakan
antara lain: pemantapan program penilaian inteligensia pejabat negara melalui penilaian
executive brain assessment (EBA), mengembangkan pilot project untuk meningkatkan
inteligensia dan uji coba instrumen untuk penanggulangan masalah inteligensia
kesehatan.
Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan tahun 2014 tersebut, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 Realisasi anggaran berdasarkan program/kegiatan
Tahun 2014
Alokasi anggaran sesuai
DIPA
Besarnya
Anggaran
Realisasi
Belanja
Realisasi
(%)
[2050.01] Kebijakan kesehatan Inteligensia [Dokumen]
2.466.686.000,- 2.257.759.450,- 91.53
[2050.02] Kebijakan penanggulangan masalah kesehatan Inteligensia [Dokumen]
2.156.310.000,- 2.019.073.300,- 93.64
[2050.03] Laporan penilaian Inteligensia pejabat pusat dan daerah [orang]
691.640.000,- 284.757.500,- 41.17
[2050.04] Laporan kegiatan, evaluasi dan monitoring pemeliharaan dan peningkatan kemampuan kesehatan Inteligensia [laporan]
4.079.915.000,- 3.231.215.500,- 79.20
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 50
[2050.05] Laporan kegiatan, evaluasi dan monitoring penanggulangan masalah kesehatan Inteligensia [laporan]
4.674.691.000,- 4.017.510.074,- 85.49
[2050.08] Laporan perencanaan program dan penganggaran [laporan]
745.820.000,- 678.168.250,- 90.93
[2050.09] Laporan keuangan dan kekayaan negara [laporan]
228.160.000,- 215.367.450,- 94.39
[2050.10] Laporan koordinasi pelaksanaan kebijakan [laporan]
1.056.800.000,- 825.314.051,- 78.10
[2050.11] Laporan kinerja [laporan]
251.040.000,- 240.200.150,- 95.68
[2050.12] Laporan kepegawaian [laporan]
1.270.660.000,- 1.043.549.085,- 82.13
[2050.13] Laporan kehumasan dan pemberitaan / pengembangan media komunikasi [laporan]
510.240.000,- 494.475.450,- 96.91
[2050.14] Alat Kesehatan Inteligensia [unit]
395.300.000,- 371.133.400,- 93.89
[2050.15] Perangkat pengolah data dan komunikasi [unit]
339.000.000,- 306.442.440,- 90.40
[2050.16] Peralatan fasilitas perkantoran [unit]
620.083.000,- 584.872.250,- 94.32
[2050.994] Layanan Perkantoran [Bulan Layanan]
1.200.520.000,- 1.115.642.751,- 92.93
TOTAL 20.686.865.000,- 17.685.481.101,- 85.49
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 51
3.3.3 Evaluasi RENSTRA 2010 – 2014
3.3.3.1 Evaluasi Kinerja Kegiatan 2010 – 2014
Tingkat capaian kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2014 serta periode 5 (lima) tahunan berdasarkan
pengukurannya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10
Capaian Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2010 -2014
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa secara umum, selama periode RENSTRA 2010 – 2014, Pusat Inteligensia
Kesehatan telah dapat melaksanakan tugas-tugas/kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Jumlah kebijakan
yang dihasilkan
oleh Pusat
Inteligensia
Kesehatan (K)
10 10 100% 16 16 100% 22 22 100% 28 28 100% 36 36 100%
2 Jumlah
pelaksanaan
penilaian
inteligensia pejabat
pusat dan daerah
(orang)
150 523 348,67% 300 314 104,67% 450 497 110,44% 600 654 109% 750 750 100%
3 Jumlah kab/kota
yang melakukan
pemeliharaan,
peningkatan, dan
penanggulangan
masalah kesehatan
inteligensia
8 8 100% 9 10 111,11% 10 10 100% 11 11 100% 12 12 100%
2013 2014No Indikator
2010 2011 2012
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 52
1) Indikator 1: Jumlah kebijakan yang dihasilkan oleh Pusat Inteligensia
Kesehatan
Pada Indikator Kinerja yang pertama, Pusat Inteligensia Kesehatan menetapkan
sebanyak 10 (sepuluh) kebijakan pada awal periode RENSTRA (Tahun 2010). Untuk 3
(tiga) tahun berikutnya, jumlah kebijakan yang ditetapkan akan disusun, adalah sebanyak
6 (enam) kebijakan. Di akhir periode RENSTRA ini, Pusat Inteligensia Kesehatan,
meningkatkan jumlah kebijakannya menjadi sebanyak 8 (delapan) buah kebijakan.
Grafik 3
Target dan realisasi capaian Kinerja Indikator I, Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2010 -2014
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa selama periode RENSTRA 2010 –
2014, Pusat Inteligensia Kesehatan selalu dapat mencapai target yang telah ditetapkan
pada indikator kinerja yang pertama. Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014,
realisasi indikator yang pertama, tercapai sebesar 100%.
Selama periode RENSTRA 2010-2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah
berhasil Menyusun Kebijakan, dalam bentuk Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010 2011 2012 2013 2014
10
6 6 6
8
10
6 6 6
8
Target Realisasi
Indikator I: Jumlah Kebijakan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 53
(NSPK) sebanyak 36 (tiga puluh enam buah), sesuai 7 (tujuh) tahapan siklus hidup sebagai berikut:
Tabel 11 Daftar capaian Indikator 1, sesuai tahapan siklus hidup
Periode 2010-2014
JMLH1 2 8 9
1 Tahap Janin 1 Pedoman Nutrisi Brain
Booster Ibu Hamil
1 Kajian Optimalisasi
Inteligensia
Kesehatan: Kajian
Biomedis Prasaratan
Ibu Hamil untuk
Optimalisasi Brain
Booster
2
2 Tahap Bayi 1 Pedoman Teknis
Penanggulangan
Gangguan Fungsional
Otak pada Bayi dan
Anak
2
Pedoman
Penanggulangan
Masalah Kognitif pada
anak 0 s/d 2 tahun
2
3 Tahap Balita 1 Pedoman Teknis
Penanggulangan
Gangguan Fungsional
Otak pada Bayi dan
Anak
1 Pedoman Fasilitas
Anak Berkebutuhan
Khusus
3
Pedoman Pendekatan
Musik untuk
Meningkatkan Fungsi
Kognitif pada Anak
Berkebutuhan Khusus
2 Pedoman Deteksi Dini
dan Penanggulangan
Epilepsi di Puskesmas
3
3 4 5 6 7
NO SIKLUS HIDUP KET2010 2011 2012 2013 2014
NSPK YANG DIHASILKAN PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 54
JMLH1 2 8 9
4 Tahap Anak-anak 2 Pedoman
Pembelajaran Otak
untuk Meningkatkan
Kecerdasan Anak
1 Pedoman Teknis
Penanggulangan
Gangguan Fungsional
Otak pada Bayi dan
Anak
2 Modul Optimalisasi
Potensi Kecerdasan
Majemuk pada Anak
dan Remaja
4
Pedoman Optimalisasi
Fungsi Otak dalam
Pembelajaran Anak
Usia Sekolah
3 Pengembangan Pilot
Project Pemberdayaan
Usila untuk
Meningkatkan
Inteligensia Anak
3 Pedoman Brain
Restorasi pada Anak
dengan Masalah Gizi
4 Instrumen Deteksi
Dasar dan Terapi MKI
(Masalah Kesehatan
Inteligensia) pada
Anak Usia Sekolah
4 Pedoman Pola Asuh
dalam Keluarga untuk
Mengembangkan
Potensi Kecerdasan
Majemuk
5 Tahap Remaja 1 Pedoman
Penanggulangan
Masalah Inteligensia
Kesehatan akibat
Adiksi Pornografi
5 Pedoman Optimalisasi
Potensi Kecerdasan
Majemuk pada
Remaja
2 Modul Optimalisasi
Potensi Kecerdasan
Majemuk pada Anak
dan Remaja
5 Pedoman
Penanggulangan
Gangguan Fungsi
Kognitif pada Orang
dengan HIV/AIDS
(ODHA)
3
6 Tahap Dewasa 5 Pedoman Neuro
Linguistik Program
(NLP) di Institusi
1 Pedoman
Penanggulangan
Masalah Inteligensia
Kesehatan akibat
Adiksi Pornografi
6 Petunjuk Teknis
Deteksi Dini dan
Penanggulangan
Gangguan Kognitif
Akibat Faktor Risiko
Vaskuler
3 Materi Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi
(KIE) Gaya Hidup Otak
sehat (Brain Healthy
Life Style )
6a Petunjuk Teknis
Penggunaan Tes
Eksekutif Otak pada
Uji Kepatutan dan
Kelayakan pada
Aparat Sipil Negara
6 Pedoman Analisa
Kinerja Otak (Brain
Work )
2 Pedoman Brain
Development (Job
Analysis and Brain
Job Training )
6b Pedoman Teknis
Skoring dan
Interpretasi Tes
Eksekutif Otak
7 Instrumen Deteksi dan
Penanganan MKI
(Masalah Kesehatan
Inteligensia) Akibat
Gangguan Vaskuler
Otak
3 Pedoman Teknik Brain
Restoration dalam
Rangka
Penanggulangan
Masalah Kesehatan
Inteligensia
7 Pedoman Peningkatan
Kemampuan Eksekutif
Otak
4 Instrumen Deteksi Dini
Penanggulangan
Masalah Inteligensia
Kesehatan Akibat
Gangguan Vaskuler
Otak
7
10
3 4 5 6 7
NO SIKLUS HIDUP KET2010 2011 2012 2013 2014
NSPK YANG DIHASILKAN PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 55
Pada tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa NSPK yang berhasil disusun oleh Pusat Inteligensia Kesehatan selama periode
RENSTRA 2010-2014, telah mencakup seluruh tahapan siklus hidup.
JMLH1 2 8 9
7 Lansia 3 Pengembangan Pilot
Project
Pemberdayaan Usila
untuk Meningkatkan
Inteligensia Anak
3 Pedoman Teknik
Brain Restoration
dalam Rangka
Penanggulangan
Masalah Kesehatan
Inteligensia
4 Pelatihan Kesehatan
Inteligensia pada
Lansia: Modul Pra
Purnabakti yang
Sehat, Mandiri, dan
Produktif
8 Strategi Nasional
Menuju
Kelanjutusiaan: Otak
Sehat dan Produktif
8 Pedoman Vitalisasi
Otak sebagai
Pemeliharaan
Kesehatan Inteligensia
untuk Usila
5 Pedoman Layanan
Kesehatan Inteligensia
Usia Lanjut di
Masyarakat
9 Instrumen Deteksi MKI
(Masalah Kesehatan
Inteligensia) Akibat
Gangguan Degeneratif
untuk Tenaga
Kesehatan dan Kader
8 10 Pedoman Kognitif
Stimulasi untuk
Pemeliharaan
Kesehatan Inteligensia
5 Pedoman Pengukuran
Indeks Kecerdasan
Masyarakat di Daerah
Bermasalah
Kesehatan
6 Penyusunan Kebijakan
Nasional Kesehatan
Inteligensia
6 Pedoman Kognitif
Stimulasi untuk
Pemeliharaan
Kesehatan Inteligensia
36
5
4
8
3 4 5 6 7
6
Mencakup seluruh
tahapan
JUMLAH 10 6 6
NO SIKLUS HIDUP KET2010 2011 2012 2013 2014
NSPK YANG DIHASILKAN PUSAT INTELIGENSIA KESEHATAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 56
2) Indikator 2: Jumlah pelaksanaan penilaian inteligensia pejabat pusat dan
daerah
Pada Indikator Kinerja yang kedua, Pusat Inteligensia Kesehatan selalu
meningkatkan target capaiannya dari tahun ke tahun. 150 orang di tahun 2010, ditetapkan
dapat dinilai inteligensianya oleh Pusat Inteligensia Kesehatan. Pada tahun kedua,
ditetapkan sebanyak 300 orang, 450 orang di tahun 2011, sampai akhirnya, ditetapkan
sebanyak 750 orang pada tahun 2014.
Grafik 4
Target dan realisasi capaian Kinerja Indikator II, Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2010 -2014
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa selama periode RENSTRA 2010 –
2014, dari tahun ke tahun, Pusat Inteligensia Kesehatan selalu meningkatkan target
kinerja untuk indikator yang kedua. Target tersebut selalu dapat tercapai sesuai dengan
yang telah ditetapkan. Bahkan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, capaiannya
dapat terealisasi lebih dari 100%, dengan alokasi anggaran yang ada.
Selama periode RENSTRA 2010-2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah
berhasil Melaksanakan penilaian inteligensia terhadap 2.738 orang pejabat pusat dan
daerah.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2010 2011 2012 2013 2014
150
300
450
600
750 523/
348,67%
314/ 104,67%
497/ 110,445
654/ 109%
750/ 100%
Target Realisasi
Indikator 2: Jumlah orang yang dinilai inteligensianya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 57
3) Indikator 3: Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pemeliharaan,
peningkatan kemampuan, dan penanggulangan masalah inteligensia kesehatan
Pada Indikator Kinerja yang ketiga, Pusat Inteligensia Kesehatan juga selalu
meningkatkan target capaiannya dari tahun ke tahun. Di mana setiap tahunnya,
kabupaten/kota yang dilakukan kegiatan kesehatan inteligensia, selalu bertambah 1 (satu)
jumlahnya. Mulai dari 8 (delapan) kabupaten kota di tahun 2010 sampai 12 (dua belas)
kabupaten/kota untuk tahun 2014.
Grafik 5
Target dan realisasi capaian Kinerja Indikator III, Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2010 -2014
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa selama periode RENSTRA 2010 –
2014, Pusat Inteligensia Kesehatan telah berhasil melaksanakan sosialisasi, advokasi,
pengembangan, dan penguatan 51 (lima puluh satu) Provinsi/Kab/Kota untuk dapat
melakukan pemeliharaan, peningkatan kemampuan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan. Meskipun Pusat Inteligensia Kesehatan selalu meningkatkan
target kinerjanya dari tahun ke tahun, namun dapat merealisasikannya dengan baik.
Bahkan pada tahun 2011, capaian indikator kinerja yang ketiga ini, dapat terealisasi lebih
dari 100%.
0
2
4
6
8
10
12
2010 2011 2012 2013 2014
8
9
10
11
12
8
10 10
11
12
Target Realisasi
Indikator 3: Jumlah kabupaten/kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 58
3.3.3.2 Evaluasi Kinerja Keuangan 2010 - 2014
Selama Periode RENSTRA 2010 – 2014, alokasi anggaran Pusat Inteligesia
Kesehatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun di tahun 2014 sedikit
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2013), karena adanya
effisiensi. Demikian halnya dengan realisasi anggaran, nominalnya juga meningkat dari
tahun ke tahun.
Gambaran alokasi dan realisasi anggaran Pusat Inteligensia Kesehatan selama
periode 2010 – 2014, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12
Realisasi anggaran Pusat Inteligensia Kesehatan
tahun 2010-2014
Tahun Uraian
Anggaran Rp. 9.257.209.000,-
Realisasi Rp. 8.886.205.909,-
Capaian 95,99%
Anggaran Rp. 15.500.000.000,-
Realisasi Rp. 13.011.241.215,-
Capaian 83,94%
Anggaran Rp. 15.586.352.000,-
Realisasi Rp. 13.077.486.622,-
Capaian 83,90%
Anggaran Rp. 20.820.492.000,-
Realisasi Rp. 17.557.008.461,-
Capaian 84,33%
Anggaran Rp. 20.686.865.000,-
Realisasi Rp. 17.685.481.101,-
Capaian 85,49%
2014
Jumlah
2010
2011
2012
2013
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 59
Dinamika capaian realisasi anggaran Pusat Inteligensia Kesehatan, pada periode RENSTRA 2010 – 2014, dapat di lihat
pada grafik di bawah ini:
Grafik 6 Realisasi Anggaran Pusat Inteligensia Kesehatan
Tahun 2010 – 20
0
5.000.000.000
10.000.000.000
15.000.000.000
20.000.000.000
25.000.000.000
2010 2011 2012 2013 2014
Alokasi 9.257.209.000 15.500.000.000 15.586.352.000 20.820.492.000 20.686.865.000
Realisasi 8.886.205.909 13.011.241.215 13.077.486.622 17.557.008.461 17.685.481.101
R U
P I
A H
95,99
83,94 83,9 84,33
85,49
real angg (%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 60
Grafik di atas menunjukkan, bahwa untuk mencapai kinerja periode RENSTRA 2010 -
2014, Pusat Inteligensia Kesehatan, menggunakan anggarannya kurang dari 95% dari
anggaran yang dialokasikan setiap tahunnya. Kecuali Pada awal periode RENSTRA
2010 - 2014, yaitu tahun 2010, Pusat Inteligensia Kesehatan menggunakan anggarannya
> 95% (sebesar 95,99%). Pada tiga tahun berikutnya, realisasi anggaran kembali
menurun, yaitu rata-rata besaran anggaran yang digunakan hanya berkisar di bawah 85%
dari anggaran yang dialokasikan. Untuk tahun 2014, terjadi sedikit peningkatan realisasi
anggaran, yaitu menjadi sebesar 85,49%.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, untuk mencapai kinerja yang
telah ditetapkan, Pusat Inteligensia Kesehatan telah mampu menggunakan anggarannya
dengan baik dan effisien.
Total anggaran yang dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan
inteligensia selama periode RENSTRA 2010-2014, adalah sebesar Rp. 81.850.918.000,-.
Sedangkan realisasi anggarannya adalah sebesar Rp. 70.217.423.308,- atau 85,79%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 61
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan tahun 2014,
merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kurun waktu tahun 2014. Laporan ini juga
menjadi sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara
berkelanjutan.
Indikator kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan, terdiri dari 3 (tiga) indikator. Pada
tahun 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan, dapat mencapai indikator kinerjanya tersebut,
sesuai target yang telah ditetapkan (terealisasi sebesar 100%). Jumlah kegiatan Pusat
Inteligensia Kesehatan tahun 2014 adalah sebanyak 43 kegiatan. Di mana output
kegiatan terealisasi sebesar 100%. Kegiatan-kegiatan tersebut mendapatkan dukungan
anggaran dalam DIPA sebesar Rp 20.686.865.000,-, dengan realisasi anggaran sebesar
Rp 17.685.481.101,- atau 85,49 % dari anggaran yang dialokasikan.
Pusat Inteligensia Kesehatan, memfokuskan Kegiatan advokasi yang dilakukan
oleh kepala pusat inteligensia kesehatan beserta tim di 5 (lima) center/provinsi serta
Papua (yang terbagi dalam 12 Kabupaten/Kota), memberikan hasil yang signifikan dalam
upaya pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia,
terutama di center-center tersebut. Substansi yang menjadi core dalam pengembangan
layanan kesehatan inteligensia adalah peningkatan kesehatan inteligensia di 7 (tujuh)
tahapan siklus kehidupan secara komprehensif. Mulai dari tahap janin, bayi, Balita, anak-
anak, remaja, dewasa, hingga Lansia.
Prosentase pencapaian target tiap-tiap program/kegiatan adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan di bidang inteligensia kesehatan dengan capaian target keuangan sebesar
92,59 % dengan output kinerja, rata-rata 100 %. Outcome yang diharapkan adalah
terwujudnya acuan tentang pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia; 2)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 62
Pelaksanaan penilaian inteligensia pejabat pusat dan daerah dengan capaian output
sebesar 100% hanya dengan menggunakan anggaran sebesar 41,17 %. Di mana
outcomenya adalah terlaksananya penilaian inteligensia pejabat pusat dan daerah; 3)
Provinsi/Kab/Kota yang di advokasi untuk dapat melakukan pemeliharaan, peningkatan
kemampuan dan penanggulangan masalah inteligensia kesehatan dengan capaian target
keuangan sebesar 82,35 % dan output rata-rata 100 %. Di mana outcomenya adalah
terlaksananya program pemeliharaan dan peningkatan kemampuan inteligensia di 12
(dua belas) kab/kota; dan 4) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan
perkantoran dengan capaian target keuangan 90,97 % dan output rata-rata 100,00 %,
dengan outcome terselenggaranya administrasi operasional dan pemeliharaan
perkantoran sesuai yang diharapkan.
Meskipun serapan anggaran tidak mencapai 100%, namun semua kegiatan
dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan tugas
dan fungsi, yaitu antara lain penjadwalan kegiatan tidak tepat waktu sesuai perencanaan,
yang diakibatkan permasalahan teknis pencairan dana, dan ketidaksiapan daerah
penyelenggara. Keterbatasan waktu narasumber serta perbedaan paradigma di antara
peserta, juga menjadi salah satu permasalahan dalam kegiatan penyusunan NSPK,
karena dapat menghambat/memperlambat proses penyelesaian NSPK tersebut.
Dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2013), Pusat Inteligensia Kesehatan,
telah meningkatkan target kinerjanya dengan alokasi anggaran yang sedikit menurun,
karena adanya effisiensi. Namun, sama halnya dengan tahun 2013, target kinerja yang
telah ditetapkan, dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Selama Periode RENSTRA 2010 – 2014, Pusat Inteligensia Kesehatan, selalu
meningkatkan target kinerjanya dari tahun ke tahun, terutama pada indikator yang kedua
dan ketiga. Demikian halnya dengan anggaran, Pusat Inteligesia Kesehatan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun di tahun 2014 sedikit mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya (tahun 2013).
Kinerja Pusat Inteligensia Kesehatan Selama periode RENSTRA 2010 – 2014,
adalah: 1) Menyusun Kebijakan, dalam bentuk Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria
(NSPK) sebanyak 36 (tiga puluh enam buah); 2) Melaksanakan penilaian inteligensia
terhadap 2.738 orang pejabat pusat dan daerah; dan 3) Sosialisasi, advokasi,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2014 - Pusat Inteligensia Kesehatan 63
pengembangan, dan penguatan 51 (lima puluh satu) Provinsi/Kab/Kota untuk dapat
melakukan pemeliharaan, peningkatan kemampuan dan penanggulangan masalah
inteligensia kesehatan.
Pusat Inteligensia Kesehatan, menggunakan anggarannya kurang dari 95% dari
anggaran yang dialokasikan setiap tahunnya. Kecuali Pada awal periode RENSTRA
2010 - 2014, yaitu tahun 2010, Pusat Inteligensia Kesehatan menggunakan anggarannya
> 95% (sebesar 95,99%). Pada tiga tahun berikutnya, realisasi anggaran kembali
menurun, yaitu rata-rata besaran anggaran yang digunakan hanya berkisar di bawah 85%
dari anggaran yang dialokasikan. Untuk tahun 2014, terjadi sedikit peningkatan realisasi
anggaran, yaitu menjadi sebesar 85,49%. Total anggaran yang dialokasikan untuk
pelaksanaan kegiatan kesehatan inteligensia selama periode RENSTRA 2010-2014,
adalah sebesar Rp. 81.850.918.000,-. Sedangkan realisasi anggarannya adalah sebesar
Rp. 70.217.423.308,- atau 85,79%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa,
untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan, Pusat Inteligensia Kesehatan telah mampu
menggunakan anggarannya dengan baik dan effisien.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Pusat Inteligensia Kesehatan telah
dapat merealisasikan program dan kegiatan tahun 2014. Keberhasilan yang telah dicapai
tahun 2014 ini, diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa
mendatang dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien, sedangkan segala
kekurangan yang menghambat tercapainya target dan kegiatan diharapkan dapat diatasi
sehingga tidak berdampak pada kinerja tahun 2014 serta tahun mendatang.
top related