BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.uinbanten.ac.id/3253/3/BAB I-V fix.pdf · menjanjikan perlindungan kepada tertanggung terhadap risiko yang dihadapi.3 Jaminan
Post on 19-Oct-2020
2 Views
Preview:
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Landasan asuransi syariah adalah hukum praktik asuransi
syariah. Sejak awal asuransi syariah merupakan bisnis pertanggungan
yang didasari nilai-nilai Islam, yaitu merujuk pada al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW. Untuk itu landasan yang digunakan pada
asuransi syariah tidak jauh beda dari metodologi yang digunakan oleh
ahli hukum Islam karena merujuk pada syariat islam. Landasan
asuransi yang dipakai asuransi syariah terdiri dari landasan asuransi
Islam dan landasan yuridis (hukum). Landasan operasional asuransi
syariah pada dasarnya ada dua macam, yaitu sumber tekstual atau
sumber tertulis yang disebut nushush, sumber non-tekstual atau sumber
tak tertulis yang disebut ghair al-nushush seperti istishan dan qiyas.1
Landasan di atas digunakan untuk melegalisasi praktik bisnis asuransi,
terdiri dari al-qur’an, Sunah Nabi, Piagam Madinah dan Ijtihad.
Menurut Muhammad Syakir Sula ketua Umum Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia (AASI) pada tahun 2004, ada 20
1 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam : Tinjauan
Teoritis dan Praktis, Jakarta : Kencana, 2013, hlm. 158-159.
2
perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang dan unit
layanan syariah. kemudian pada tahun 2005 ada 10 lembaga asuransi
konvensional akan membuat cabang atau unit layanan syariah.2
Asuransi merupakan sarana dalam tata kehidupan rumah
tangga, baik dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki.
Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan kegiatannya
menghadapi risiko yang mungkin dapat mengganggu kesinambungan
usahanya. Walaupun banyak metode untuk menangani risiko, namun
asuransi merupakan metode yang banyak dipakai. Asuransi
menjanjikan perlindungan kepada tertanggung terhadap risiko yang
dihadapi.3
Jaminan asuransi diberikan berupa penggantian kerugian
sebagai dampak terjadinya risiko (tertentu) pada suatu saat (tertentu)
yang menimbulkan dampak kerugian (tertentu). Risiko tertentu
dimaksud, bisa kerusakan, kecelakaan, kematian, kebakaran,
kebanjiran, kecurian, tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga,
dan risiko-risiko lainnya. Saat tertentu maksudnya sepenggal waktu
yang di perjanjikan, bisa satu kali perjalanan, satu bulan, satu tahun,
2 Hendi Suhendi dan Yusuf, Asuransi Takaful dari Teoretis ke Praktis
(Bandung: Mimbar Pustaka Bandung, 2005), 153. 3 Iswadi Ali Idris, “Permasalahan klaim Asuransi,” Media Hukum
Wiraswasta Indonesia, 27 april 2015, permasalahan klaim Asuransi-Iswadi Ali Idris-
27 April 2015.pdf. (diunduh tanggal 26 oktober 2017)
3
lima tahun dan atau selama waktu yang disepakati bersama. Dan
kerugian tertenu artinya, bisa kerugian terhadap individu maupun
institusi, demikian juga bisa property dan bisa liability. Dengan
demikian maka karakteristik asuransi merupakan usaha yang berkaitan
dengan pengelolaan risiko (Risk Management).4
Asuransi sendiri memberikan layanan jasa kepada para
nasabahnya. Sebagaimana bisnis lainnya yang bergerak dalam industri
jasa, asuransi beroperasi atas dasar kepercayaan dan dituntut untuk
menunjukkan kinerja, reputasi, dan pelayanan yang semakin baik. Oleh
karena itu perusahaan asuransi yang bergerak dibidang jasa harus
berorientasi pada kepuasan nasabah, karena nasabah yang puas
merupakan salah satu basis bagi keberlangsungan dan perkembangan
bisnis asuransi sendiri. Semakin banyak orang yang menggunakan jasa
asuransi maka akan semakin menguntungkan bagi perusahaan
asuransi.5
Jumlah perusahaan asuransi di Indonesia sendiri sangat
berkembang yaitu kurang lebih ada 47 nama perusahaan asuransi
syariah baik perusahaan asuransi umum syariah, perusahaan unit
4 Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia
(Bandung: Alfabeta, 2013), 43-44 5 Fanny Novieta Dahlani Putri, “Pengaruh Pendapatan Premi Hasil Investasi
Beban Klaim dan IFRS Terhadap Laba,” (Skripsi, Program Starta Satu, Universitas
Diponegoro, 2016), 1-2.
4
asuransi umum syariah, perusahaan asuransi jiwa syariah dan
perusahaan unit asuransi jiwa syariah. Salah satu perusahaan yang
berlandaskan prinsip syariah adalah PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
dengan nomor izin usaha KEP-253/KM.6/2004 dengan tanggal izin
usaha 21 juni 2004.
Perusahaan asuransi harus dapat melakukan pengelolaan dana
masyarakat yang telah diwakilkan kepada pihak asuransi baik dalam
mengelola pendapatan dan juga laba bersih agar memberikan hasil yang
optimal, pengendalian terhadap alokasi pendapatan perusahaan agar
sedini mungkin ditetapkannya rencana target perolehan keuntungan
perusahaan karena laba merupakan tujuan utama dalam sebuah
perusahaan, laba bersih (net income) adalah laba bersih adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu
dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapat, ketika
laba meningkat dan perusahaan bisa mempertahankan laba yang
maksimum maka perusahaan bisa dikatakan berhasil. Laba akan lebih
tinggi jika perusahaan menekan jumlah pendapatan demikian
sebaliknya jika terjadi berkurang jumlah pendapatan akan
mengakibatkan menurunnya laba, selain laba maka jumlah pendapatan
mempunyai hubungan langsung dari kegiatan perusahaan.
5
Pendapatan meupakan jumlah uang yang didapat atau diterima
oleh perusahaan dari suatu aktivitasnya, hampir semua dari penjualan
produk ataupun jasa kepada pelanggan. Untuk investor, pendapatan
tidak seberapa penting disbanding dengan keuntungan yang merupakan
jumlah dari uang yang telah diterima setelah dikurangi pengeluaran.
Pendapatan dalam asuransi syariah akad utamanya adalah
tolong menolong atau saling membantu. Ketika ada premi yang
dibayarkan, maka peserta telah mengamanahkan perusahaan asuransi
syariah untuk mengelola resiko. Atas pengelolaan resiko tersebut maka
perusahaan hanya akan mendapatkan fee (ujroh). Premi yang Anda
bayar adalah milik Anda, tidak langsung dicatat sebagai pendapatan
pada laporan laba/rugi perusahaan asuransi syariah tetapi sebagai dana
tabarru ( milik peserta asuransi syariah). Apabila terdapat klaim, maka
peserta berhak mendapatkan dana tabarru. Karena premi yang
dibayarkan akad utamanya adalah tolong menolong maka premi
tersebut diakui oleh perusahaan tidak sebagai pendapatan tetapi akan
masuk pada Laporan Surplus Defisit Underwriting (LSDU), tidak
masuk pada laporan laba/rugi perusahaan. Didalam premi tersebut ada
hak (fee) untuk perusahaan maka hak (fee) tersebut akan dicatat sebagai
pengurang dana tabarru (beban ujroh). Dan yang masuk dalam laporan
6
laba/rugi perusahaan asuransi syariah adalah pendapatan ujrohnya yang
sudah dikurangkan dari premi. Berikut adalah sumber pendapatan
Perusahaan Asuransi syariah :
1. Ujroh(fee)
2. Bagi hasil investasi
3. Surplus (premi 1 periode lebih besar dari claim peserta)
4. Modal sendiri
Apabila dana tabarru tersebut tidak mencukupi claim yang
diajukan para peserta asuransi syariah maka cara yang pertama adalah
dibayarkan dari dana cadangan tabarru periode sebelumnya, apabila
masih belum mencukupi maka akan ditalangkan oleh perusahaan
asuransi syariah dengan Akaq Qord ( pinjaman tanpa return) dan
nantinya akan dikembalikan oleh poeserta dari premi-premi
selanjutnya.
Pendapatan mempunyai pengaruh terhadap laba. Untuk
mengetahui pengaruh antara pendapatan dengan laba dapat dilihat pada
komponen-komponen dalam laporan laba rugi perusahaan yang saling
terkait menyatakan adanya hubungan yang erat mengenai keduanya.
Menurut Mulyadi, degree of operating leverage merupakan
ukuran yang menunjukan presentase perubahan laba sebagai dampak
7
terjadinya sekian persen perubahan hasil pendapatan. Misalnya manajer
pemasaran mengajukan usulan untuk memberikan hadiah kepada para
pembeli produk perusahaan dengan harapan terjadi kenaikan
pendapatan, maka manajemen puncak dapat mengetahui dengan cepat
dampak kenaikan pendapatan tersebut terhadap laba perusahaan.6
Menurut teori yang dikemukakan oleh Jopie Jusuf, perusahaan
dapat menekan biaya operasional, maka perusahaan akan dapat
meningkatkan laba bersih. Demikian juga sebaliknya, bila terjadi
pemborosan biaya (Seperti pemakaian alat kantor yang berlebih) akan
mengakibatkan menurunnya laba bersih.7
Teori di atas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan laba
bersih, maka pendapatan pada suatu perusahaan harus meningkat juga.
Pendapatan yang meningkat dan laba bersih yang diperoleh meningkat
juga maka akan membawa keuntungan yang sangat besar bagi
perusahaan. Hal ini bisa dilihat dari laba bersih yang didapat oleh suatu
perusahaan dalam setiap tahunnya meningkat seiring dengan perubahan
pendapatan.
6 Mulyadi, Akuntansi Manajemen Cetakan Ke satu, (Jakarta: Salemba
Empat, 2001), hlm. 229. 7 Jopie Jusuf, Analisis Credit Untuk Account Officer, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum, 2008), hlm. 35.
8
Laba bersih merupakan jumlah selisih dari semua pendapatan
yang diperoleh perusahaan dengan semua beban yang dikeluarkan atau
dibayarkan oleh perusahaan”. Kebanyakan penggunaan laporan
keuangan menyadari bahwa laba (rugi) bersih merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam membuat keputusan. Hal tersebut
disebabkan karena laba (rugi) bersih ini memperhatikan peningkatan
ataupun penurunan ekuitas keseluruhan untuk menghasilkan laba dalam
suatu periode.
Laba kotor adalah harga produk dikurangi total biaya (biaya
langsung dan tidak langsung) dari produksi dan biaya start up bisnis
Anda. Artinya, sisa pendapatan dari produk tersebut setelah
penjualannya digunakan untuk menutupi segala pengeluaran yang
digunakan untuk menjualnya.
Perhitungan pendapatan menjadi laba bersih, langkah pertama
adalah mencari laba kotor terlebih dahulu. Pada dasarnya, laba kotor
adalah selisih dari hasil penjualan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan/mendapatkan produk barang/jasa.
Langkah pertama
Rumus Laba Kotor
Laba Kotor = Penjualan Bersih - HPP (Harga Pokok Penjualan)
9
Langkah kedua
Laba bersih adalah laba kotor dikurangi oleh semua biaya yang
dikeluarkan seperti biaya operasional dan biaya non operasional.
Ditambah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan non operasional jika
ada. Seperti pendapatan bunga atau pendapatan hasil dari penjualan
aktiva tetap perusahaan. Biaya operasional contohnya adalah biaya
pemasaran, biaya administrasi, biaya penyusutan. Sedangkan biaya non
operasional contohnya adalah biaya bunga (interest), dan pajak (tax).
10
Rumus Laba Bersih
Perbedaan laba bersih syariah dan konvensional ada empat
yaitu:
1. Aktivitas
Perbedaan pertama terletak pada aktifitas pembukuan kedua
bank tersebut. bank syariah menerapkan aktivitas meliputi
kewajiban, investasi tidak terikat + ekuitas. Sedangkan pada
bank konvensional menerapan aktivitas berupa utang dan
modal. selain itu pada bank konvensional tidak terlihat
11
adanya penambahan investasi tidak terikat yang berupa dana
investasi tidak terikat.
2. Pos Pembukuan
Selanjutnya, pada bank syariah pos pembukuan terdiri dari
piutang murabah, piutang salam, piutang isthisna, serta
piutang qardh. Sedangkan pada bank konvensonal, pos
pembukuan hanya terdiri dato nama pemilik akun piutan
dagang.
3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan bank syariah secara umum sama dengan
laporan keuangan bank konvensional, yakni neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan cash flow, akan
tetapi selain itu ada beberapa tambahan erupa laporan
sumber dan penggunaan dana ZIS yang disalurkan melalui
qardh. Inilah yang menjadi pembeda antara laporan
keuangan konvensional dan syariah. Dana qardh pada bank
syariah nantinya digunakan sebagai pengemban social,
sehingga didalamnya terdapat laporan perubahan dana
investasi tidak terikat.
12
4. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan bank konvensional terdiri dari bunga
bersih, beban operasional, laba operasional, pendapatan non
operasional, beban non operasional, laba seteah pajak, laba
penghasilan, serta laba bersih. Sedangkan laporan keuangan
bank syariah terdiri dari, pendapatan operasional kegiatan
syariah meliputi pendapatan dari penyaluran dana,
pedapatan operasional lainnya, bagi hasil untuk investor
dana terikat, penyisihan dan penghapusan aktivitas beban
estimasi, kerugian dan kontjensi beban operasional lainnya,
pendapatan non operasional, beban operasional, dan masih
banyak lainnya.
Selain itu, bank syariah menerapkan laporan laba rugi berasal
bank syariah berasal dari dana operasional utama yang terdiri dari
pendapatan dari jual belian pendapatan sewa bersih. Sedangkan pada
bank konvensional pendapatan berasal dari pendapatan bunga. Itu tadi
empat perbedaan dalam laporan keuangan bank syariah dan bank
konvensional.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
laporan keuangan PT. Asuransi Sinar Mas Syariah periode 2011-2015
13
untuk mengukur pertumbuhan laba bersih dalam perusahaan asuransi
syariah yang mungkin dapat dipengaruhi oleh variabel jumlah
pendapatan. Berikut tabel laporan keuangan PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah periode 2011-2015.
Tabel 1.1
Laporan Keuangan PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
Periode 2011-2015
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun Jumlah Pendapatan
(X)
Laba Bersih (Y)
2011 13.662.000.000 10.820.000.000
2012 20.661.000.000 17.220.000.000
2013 45.465.000.000 33.144.000.000
2014 49.286.000.000 33.535.000.000
2015 72.455.000.000 45.098.000.000
Sumber : Laporan Keuangan PT. Asuransi Sinarmas Syariah.
Dari tabel 1.1 berdasarkan yang diteliti oleh penulis lakukan
tabel di atas terdapat fenomena dimana jumlah pendapatan selalu
meningkat pada setiap tahunnya begitu pula pada laba bersih selalu
meningkat pada setiap tahunnya. Jadi, jumlah pendapatan selalu
meningkat pada tahun 2011-2015 begitu pula pada laba bersih.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat judul “
PENGARUH JUMLAH PENDAPATAN TERHADAP LABA
BERSIH PERUSAHAAN PADA PT. ASURANSI SINAR MAS
SYARIAH PERIODE 2011-2015”.
14
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diuraikan di atas, penulis
mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dijadikan bahan
penelitian yaitu :
1. Adanya pengaruh antara jumlah pendapatan terhadap laba
bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah pada periode 2011-
2015
2. Besarnya pengaruh jumlah pendapatan terhadap laba bersih di
PT. Asuransi Sinar Mas Syariah pada periode 2011-2015
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis membatasi
masalah penelitian dengan mengambil beberapa pembatasan
masalah diantaranya :
1. Penulis membatasi penelitian ini hanya menganalisis pengaruh
jumlah pendapatan terhadap laba bersih perusahaan pada PT.
Asuransi Sinar Mas Syariah periode 2011-2015
2. Penulis memberikan batasan masalah hanya mencakup tentang
jumlah pendapatan dan laba bersih.
15
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah
pendapatan terhadap laba bersih di PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah pada periode 2011-2015?
2. Seberapa besar pengaruh jumlah pendapatan terhadap laba
bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah pada periode 2011-
2015?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pendapatan terhadap laba
bersih perusahaan pada PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
2. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh jumlah pendapatan
terhadap laba bersih perusahaan pada PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah
16
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari peneliti ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan praktis maupun teoritis bagi pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga Perguruan
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai referensi akademisi
khususnya yang terkait dengan variabel yang di teliti.
Hasil penelitian ini akan menambah pembendaharaan skripsi
perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa
Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin
Banten.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai bahan acuan pembelajaran teori maupun
praktek dalam tinjauan data secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga berguna bagi penulis untuk dapat
memahami secara mendalam terkait dengan variabel yang
diteliti.
17
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khazanah ilmiah
bagi pembaca yang erat kaitannya dengan variabel yang penulis
teliti.
G. Penelitian Terdahulu
Pada pembahasan penelitian ini, disajikan secara ringkas
beberapa penelitian sebelumnya. Adapun penelitian terdahulu
sebagai berikut:
a. Zahra, Luthfiyyah Leoni Tania: “Pengaruh Jumlah Pendapatan
dan Jumlah Beban Terhadap Laba Bersih di PT Asuransi Sinar
Mas Syariah Periode 2014-2016 “ Penelitian ini mengkaji
perkembangan jumlah pendapatan dan jumlah beban pada PT.
Asuransi Sinar Mas Syariah pengaruh terhadap laba bersih PT
Asuransi Sinar Mas Syariah. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa jumlah pendapatan, jumlah beban dan
18
lababersih pada PT. Asuransi Sinar Mas Syariah pada tahun
2010-2016.8
Persamaan penelitian yang diteliti dengan penelitian
terdahulu adalah sama-sama meneliti jumlah pendapatan, laba
bersih, dan bedanya adalah dengan penelitian ini variabel
jumlah beban.
b. Cucu, Alwin Apriyana S : “Pengaruh Pendapatan Terhadap Laba
Usaha Pada Pt Securindo Packatama Indonesia (Kawasan
Terpadu Trans Studio Mall) Bandung Periode 2011-2015”
Penelitian ini mengkaji perkembangan Pendapatan Terhadap
Laba Usaha Pada Pt Securindo Packatama Indonesia (Kawasan
Terpadu Trans Studio Mall) Bandung Periode 2011-2015 .
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laba usaha
pada PT. Securindo Packatama Indonesia. Persamaan penelitian
yang diteliti dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama
8Zahra, Luthfiyyah Leoni Tania: “Pengaruh Jumlah Pendapatan dan Jumlah
Beban Terhadap Laba Bersih di PT Asuransi Sinar Mas Syariah Periode 2014-2016
“Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2018)
19
meneliti pendapatan, dan bedanya adalah dengan penelitian ini
variabel laba usaha.9
H. Kerangka Pemikiran
Menurut Fuad Mohd. Fachruruddin, asuransi itu pada
hakikatnya adalah perjanjian peruntungan.10
yang dimaksud di sini
bahwa peristiwa yang terjadi itu belum menentu dan belum
diketahui secara pasti, baik oleh perusahaan asuransi maupun oleh
peserta asuransi itu sendiri. Kalau peristiwa itu telah diketahui
sebelumnya atau setidaknya direncanakan, khususnya oleh peserta,
maka bagi perusahaan asuransi sebagai asurator tidak berkewajiban
untuk menunaikan kewajibannya. Dengan demikian, peristiwa yang
direncanakan dan telah diketahui oleh sebelumnya bukan
merupakan bagian dari asuransi.
Menurut Baridwan (2009:3) laba (gain) adalah kenaikan
modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua
transaksi atas kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha
9 Cucu, Alwin Apriyana S : “Pengaruh Pendapatan Terhadap Laba Usaha
Pada Pt Securindo Packatama Indonesia (Kawasan Terpadu Trans Studio Mall)
Bandung Periode 2011-2015” Starta satu, Politeknik Piksi Ganesha Bandung 2017). 10
Fuad Mohd. Fachruruddin, Riba dalam Bank, koperasi, perseroan,dan
Asuransi, (Bandung : Al- Ma’arif,1985), hlm. 198.
20
selama satu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue)
atau investasi dari pemilik. Menurut Soemarso (2004:230) laba
usaha (income from peration) adalah laba yang diperoleh semata-
mata dari kegiatan utama perusahaan.11
Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan
perbedaan antara jumlah pendapatan yang diperoleh suatu satuan
usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat
diaplikasikan kepada pendapat.12
Menurut Zaki Baridwan Pendapatan adalah kenaikan aktiva
suatu badan usaha atau pelunasan utang selama suatu periode yang
berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa
atau dari kerugian lain yang merupakan kegiatan utama suatu badan
usaha.13
TABEL 1.2
Kerangka Pemikiran
11
Baridwan. Laba. (2009:3) 12
Smith Skousen, Laba Bersih. (1989:119) 13
Zaki Baridwan, Pendapatan.
Laba Bersih (Y)
Jumlah
Pendapatan (X)
21
I. Hipotesis
Hipotesis terdiri dari dua penggalan kata yaitu hypo dan
thesis. Hypo artinya di bawah, lemah atau kurang, sedangkan thesis
artinya proporsi atau pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi
hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan yang masih lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan melalui penelitian atau hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
dan perlu dibuktikan melalui penelitiannya. Adapun hipotesisnya
adalah:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara jumlah pendapatan terhadap
laba bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah.
Ha : terdapat pengaruh antara jumlah pendapatan terhadap laba
bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah.
J. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Disebut metode penelitian kuantitatif karena data
22
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berladaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini terdiri dari dua
variabel, yaitu jumlah pendapatan sebagai variabel independen, laba
bersih sebagai variabel dependen.
K. Sistematika Penulisan
Untuk menyusun peneitian ini, pembahasan dibagi menjadi
lima bab yang memuat ide-ide pokok kemudian dibagi lagi menjadi
sub bab, sehingga secara keseluruhan menjadi satu kesatuan yang
saling menjelaskan sebagai satu pemikiran. Secara garis besar
muatan yang terkandung dalam masing-masing bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
23
manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,
hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang pengertian asuransi syariah,
tujuan asuransi syariah, landasan hukum asuransi syariah, prinsip-
prinsip asuransi syariah, jumlah pendapatan, pengertian pendapatan,
sumber-sumber pendapatan, laba bersih, pengertian laba bersih,
tujuan laporan laba, konsep laba, cakupan laba dan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang: Tempat dan Waktu
Penelitian, jenis penelitian dan sumber data, Populasi dan Sampel,
Teknis Analisis Data dan Hipotesis Statistik.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum objek
penelitian, pengolahan data dengan persamaan regresi berganda, uji
asumsi klasik, uji koefisien determinasi, serta uji t.
24
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan
pembahasan yang telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan
tersebut akan diberikan saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi
perusahaan yang diteliti.
25
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa Arab, asuransi disebut “At ta-min” yang
bermakna memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, serta
bebas dari rasa takut.14
Asuransi syariah adalah suatu pengaturan
pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong
menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator.15
Menurut Musthafa Ahmad az-Zarqa asuransi islam adalah
suatu cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan
terjadi dalam hidupnya dan aktivitas ekonominya.
Selain itu Husain Hamid Hisan medefinisikan asuransi
adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang sangat
rapi, antara sejumlah besar manusia yang semuanya telah siap
untuk mengantisipasi sesuatu seperti jika sebagian mereka
mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong
14
Wirdayaningsih, dkk, bank dan asuransi islam indonesia, 177 15
Waldi Nopriansya, Asuransi Syariah Berkah Terakhir Yang Tak Terduga
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016), 11.
26
dalam peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang
diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma)
mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh
peserta yang terkena musibah. Jadi asuransi merupakan ta’awun
yang terpuji, yaitu saling menolong dalam berbuat kebajikan dan
takwa dan saling membantu antar sesama.16
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) no. 21 Tahun 2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah bagian pertama menyebutkan pengertian
asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad atau
perikatan yang sesuai dengan syariah.17
Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang
berarti saling memikul risiko di antara sesama orang sehingga
16
Syakir sula, Asuransi Syariah Life and General (Jakarta: Gema Insani
Perss,2004), 29 17
Novi puspitasari, Manajemen Asuransi Syariah (Yogyakarta: UII Press,
2015), 1
27
antara satu dan yang lain menjadi penanggung atas risiko yang
lain.18
Menurut UU No.40 tahun 2014 pasal 1 ayat 2 asuransi
syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian
antara perusahaan asuransi syariah dan pemegang polis dan
perjanjian di antara pemegang polis, dalam rangka pengelolaan
kontibusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan
melindungi dengan cara:
a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada
meninggalnya peserta atau pembayaran yang didasarkan pada
hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah
ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.19
18
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihan di Tengah
Asuransi Konvensional (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), 5 19
UU No.40 tahun 2014 tentang perasuransian.
28
2. Tujuan Asuransi Syariah
Adapun yang menjadi tujuan dari pendirian asuransi
syariah, khususnya di Indonesia adalah : (1) menjaga konsistensi
pelaksanaan syariah di bidang keuangan; (2) antisipasi terhadap
makin meningkatnya kemakmuran bangsa; (3) turut meningkatkan
kesadaran berasuransi masyarakat; dan (4) menumbuhkan
kemampuan umat islam di bidang pengelolaan industri asuransi.
Dalam tujuan pertama, menjaga konsistensi pelakasanaan
syariah di bidang keuangan, mengandung pengertian bahawa
pendirian asuransi syariah itu merupakan wujud implementasi dari
nilai-nilai syariah yang terkandung di dalam al-Qur’an dan Al-
Sunnah. Sebagaimana diketahui bahwa dalam asuransi
konvensiaonal disinyalir mengandung unsur gharar, maysir, dan
riba. Oleh karena itu, kehadiran asuransi syariah bisa dijadikan
sebagai satu bentuk lembaga keuangan syariah yang terlepas dari
ketiga unsur yang diharamkan Syara tersebut, yang kemudian
dikedepankan akad atau transaksi yang dibenarkan oleh Syara.
Pada tujuan yang kedua, upaya antisipasi terhadap makin
meningkatnya kemakmuran bangsa, mengandung arti bahwa dalam
masyarakat bangsa yang telah maju, karakter individualistic lebih
29
menonjol dibandingkan dengan karakter kolektifisik. Oleh karena
itu, pada masyarakat maju hubungan antar individu dibangun di
atas pertimbangan rasional atau bahkan alasan pertukaran
keuntungan yang akan diterima dari pihak lain. Atas dasar
pertimbangan itu, maka kehadiran asuransi syariah dimaksudkan
untuk mempererat hubungan antar individu dalam menyikapi
musibah atau bencana yang menimpanya dengan hubungan yang
formal, tetapi tetap merealisir kemaslahatan bersama.
Tujuan ketiga dari didirikannya asuransi syariah adalah
untuk ikut serta dalam meningkatkan kesadaran berasuransi
masyarakat, khususnya umat Islam. Berdasarkan data statistic
perasuransian menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat
Indonesia, termasuk umat islam, untuk berasuransi itu relatif
rendah. Sebagaimana dikemukakan dan dideskripsikan Karnaen A.
Perwataatmadja, hingga tahun 1991 masyarakat Indonesia yang
memiliki polis asuransi jiwa itu hanya 9,2 juta orang atau sekitar
4,92 % dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan.20
Kenyataan seperti itu, antara lain, disebabkan oleh faktor masih
adanya keraguan sebagi umat Islam akan keabsahan asuransi dalam
20
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi di Indonesia, (Depok:
Usaha Kami,1996), hlm. 83.
30
perspektif syariah. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa
dalam asuransi konvensioanal itu disinyalir mengandung unsur
gharar, maysir, dan riba. Sehubungan dengan itu maka kehadiran
asuransi syariah merupakan satu alternative untuk menghilangkan
keraguan umat Isalam dalam melibatkan dirinya pada dunia
asuransi. Dengan demikian, kehadiran asuransi syariah diharpakan
adapat merekrut umat Islam yang ragu akan keabsahan asuransi
konvensional dan juga dapat merekrut masyarakat lainnya.
Sehingga pada gilirannya, keterlibatan masyarakat terhadap dunia
asuransi semakin hari semakin meningkat.
Sedangkan tujuan yang terakhir dari didirikannya asuransi
syariah adalah untuk menumbuhkan kemampuan umat Islam di
bidang pengelolaan industry asuransi. Hal ini berarti bahwa
industry asuransi yang selama ini ada bukan milik umat Islam atau
orang-orang tertentu sebagai representasi dari sebagian umat Islam.
Dunia asuransi dewasa ini, untuk tingkat dunia lebih banyak
dikuasai oleh masyarakat yang cenderung rasionalis-skuler.
Keterbelakangan umat Islam dalam dunia asuransi antara lain
disebabkan karena sebagian umat Islam masih meragukan
keabsahan asuransi konvensional dalam perspektif syariah. Oleh
31
karena itu, kehadiran asuransi syraiah ini diharapkan bisa menjadi
satu peluang bagi umat Islam Indonesia dalam melibatkan dirinya
secara langsung untuk mengelola dan mengembangkan industry
asuransi yang terlepas dari unsur-unsur yang tidak dibenarkan oleh
Syara.
3. Landasan Hukum Asuransi Jiwa Syariah
Landasan asuransi syariah adalah hukum praktik asuransi
syariah. Sejak awal asuransi syariah merupakan bisnis
pertanggungan yang didasari nilai-nilai Islam, yaitu merujuk pada
al-Qur’an. Untuk itu landasan yang digunakan pada assuransi
syariah tidak jauh beda dari metodologi yang digunakan oleh ahli
hukum Islam karena merujuk pada syariat Islam.
1). Al-Quran.
Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai muatan nilai-nilai
yang ada dalam praktik asuransi adalah:
ولتىظر وفس ما قدمت لغد يا أيها الذيه آمىىا اتقىا للا
خبير بما تعملىن إن للا (۱۸) واتقىا للا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk
hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah
32
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan”.21
(Q.S. Al-Hasyr 18)
4. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Asuransi harus dibangun dengan pondasi dan prinsip
dasar yang kuat dan kokoh, baik asurannsi kerugian maupun
asuransi jiwa syariah. 22
Dalam asuransi harus tertanam prinsip
dasar sebagai berikut :
1) Tauhid (Unity)
Prinsip tauhid merupakan hal terpenting dalam
melakukan kegiatan ekonomi dan merupakan bagian
dasar utama dalam pondasi menjalankan syari’at Islam.
Asuransi syariah tentu harus mengoperasionalkan nilai-
nilai ketuhanan.
2) Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dalam menjalankan system asuransi
syariah merupakan jalan keterbukaan dan kepedulian
antara pihak-pihak yang terikat dengan akad.23
21
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemah, 548. 22
Syakir Sula, Asuransi Syarriah Life and General, 228. 23
R. Rezky Kun a. dan Z. Syahrida Sholehah S.,Asuransi Syariah,
(Yogyakarta : Parama Publishing, 2016), 90.
33
3) Tolong-menolong (Ta’awun)
Dalam berasuransi harus didasari kemauan untuk saling
tolong menolong dan saling menghormati antar anggota
yang terikat pada akad.
4) Kerjasama
Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang
selalu ada pada dunia bisnis. Pada asuransi syariah,
prinsip kerja sama dapat berbentuk akad perjanjian,
yaitu mudharabah dan musyarakah.
Mudharabah merupakan kerja sama di mana pemilik
modal menyerahkan dana (premi) kepada perusahaan
asuransi (mudharib). Dana yang terkumpul akan
diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan (provit)
dan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua
belah pihak bekerja sama dengan sama-sama
meenyerahkan modalnya untuk diinvestasikan pada
bidang-bidang yang menguntungkan. Keuntungan yang
diperoleh dibagi sesuai porsi nisbah yang disepakati.24
24
R. Rezky Kun a. dan Z. Syahrida Sholehah S.,Asuransi Syariah,
(Yogyakarta : Parama Publishing, 2016), 90.
34
5) Amanah
Prinsip amanah pada system asuransi syariah berbasis
pada nilai-nilai akuntabilitas. Dalam hal ini perusahaan
asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi
peserta untuk mengakses laporan keuangan. Prinsip
amanah ini akan melahirkan saling percaya. Untuk itu
setiap perusahaan asuransi syariah wajib memberikan
laporan keuangan yang diterima dari peserta karena
transparasi dalam menjalankan usaha ini harus sesuai
dengan syariat Islam.
6) Kerelaan
Prinsip kerelaan pada asuransi syariah diterapkan pada
setiap peserta sehingga tidak ada paksaan antara pihak-
pihak yang terikat dalam akad.
7) Larangan Riba’
Dalam setiap transaksi, seorang muslim tidak
dibenarkan untuk memperkaya diri dengan cara yang
tidak dibenarkan atau secara bathil.
35
8) Larangan Maisir (judi)
Prinsip larangan maisir’ (judi) dalam system asuransi
syariah untuk menghindari satu pihak yang untung dan
pihak yang lain rugi. Asuransi syariah harus berpegang
teguh menjauhkan diri dari unsur judi.
9) Larang Gharar (ketidak-pastian)
Gharar dalam pandanga ekonomi Islam terjadi apabila
dalam suatu kesepakatan/perikatan antara pihak-pihak
yang terikat terjadi ketidakpastian dalam jumlah provit
(keuntungan) maupun modal yang dibayarkan (premi).
Selain prinsip-prinsip diatas, baik itu asuransi syariah
maupun konvensioanl, dalam praktiknya akan
mempertimbangkan dan berpedoman pada beberapa prinsip
yang mendasari asuransi jiwa.25
1. Insurable Interest (Keterikatan Asuransi)
Yaitu hubungan kepentingan secara hukum dan
financial mengakibatkan kerugian keuangan bagi si pengaju
asuransi. Contoh, orang tua dan anak. Bila orang tua meninggal
25
Materi PRU Fast Start, PT Prudential Life Assurance,2009, hlm 32
36
maka anak akan mengalami kerugian ekonomi, karena anak
memiliki ketergantungan finansial kepada orang tua.
Adapun unsur yang terkandung dalam prinsip insurable interest
meliputi :
a. Harus berupa suatu harta, hak, kepentingan, jiwa, atau
tanggung gugat.
b. Keadaan pada butir (a) harus merupakan sesuatu yang
dapat dipertanggungkan (subject matter of insurance).
c. Tertanggung harsu memiliki hubungan hukum dengan
sesuatu yang dapat dipertanggungkan, di mana pihak
tertanggung memperoleh manfaat dari tidak terjadinya
peristiwa kerusakan dan menderita kerugian bila yang
dipertanggungkan mengalami kerusakan.
d. Antara pihak tertanggung dan sesuatu yang
dipertanggungkan harus memiliki hubungan sah menurut
hukum.
2. Utmost Good Faith (Niat Baik)
Prinsip ini di mana peserta untuk mengungkapkan
semua fakta materil yang didasari atau paling tidak diketahui,
37
apabila tidak ada pertanyaan khsuus pada formulir pengajuan
asuransi.
3. Riks Sharing (Pembagian Risiko)
Pada pembagian risiko ini pihak asuransi akan
memberikan biaya klaim atas kerugian yang dialami peserta.
Sebagai contoh, apabila peserta mengalami kerugian seperti
cacat kaki permanen akibat kecelakaan, maka perusahaan
memberikan nominal besarnya kerugian yang dialami, dan
pemberian klaim yang sudah disepakati dengan peserta.
B. Jumlah Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup
perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap
laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang
perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka
38
tidaka ada perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas
dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi perusahaan.26
Menurut Kusnadi dalam buku “Akuntansi Keuangan
Menengah (Intermediate): Prinsip, Prosedur, dan Metode“ (2000;9)
Pendapatan adalah penambahan sejumlah aktiva yang juga
berpengaruh dengan bertambahnya modal melalui penjualan barang
dagang maupun pelayanan jasa kepada pihak lain dan bukan berasal
dari penyertaan penambahan modal dari investor.27
2. Sumber-Sumber Pendapatan
Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam perusahaan
dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi.
Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas
uama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non opearsi adalah
pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiova dapat bertambah melalui berbagai
transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya
pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan
26
http://jasapembuatantesis.net/definisi_pendapatan diunduh pada tanggal 11
oktober pukul 12:09. 27
Kusnadi “Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate): Prinsip,
Prosedur, dan Metode“ (2000;9)
39
aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan
jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
1) Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan
adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang
saham.
2) Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang
dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau
penjualan anak atau cabang perusahaan.
3) Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4) Revaluasi aktiva.
5) Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan
produk.28
C. Laba Bersih
1. Pengertian Laba Bersih
Menurut Winardi dalam bukunya yang berjudul Dasar –
Dasar Akuntansi (2000:6) mendefinisikan bahwa :
“Laba bersih merupakan jumlah selisih dari semua pendapatan
yang diperoleh perusahaan dengan semua beban yang
dikeluarkan atau dibayarkan oleh perusahaan”. Kebanyakan
28
Sumarso SR, Definisi Pendapatan.
40
penggunaan laporan keuangan menyadari bahwa laba (rugi)
bersih merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
membuat keputusan. Hal tersebut disebabkan karena laba (rugi)
bersih ini memperhatikan peningkatan ataupun penurunan
ekuitas keseluruhan untuk menghasilkan laba dalam suatu
periode.29
2. Tujuan Laporan Laba
Tujuan laporan laba adalah memberikan informasi yang
berguna kepada pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan seperti investor, pemasok, kreditor, pelanggan, karyawan
dan masyarakat. Secara lebih spesifik, pelaporan laba mempunyai
tujuan sebagai berikut :30
a. Sebagai alat ukur efisiensi manajemen.
b. Untuk membedakan antara modal dan laba.
c. Memberikan informasi yang dapat dipakai untuk
memprediksi dividen (pembagian laba kepada pemegang
saham berdasarkan saham yang dimiliki).
29
Winardi, Dasar-Dasar Akuntansi (2000;6). 30
Winwin Yadiati, Teori Akuntansi Suatu Pengantar (Jakarta: Kencana,
2007), 90.
41
d. Sebagai alatuntuk mengukur keberhasilan manajemen dan
pedoman bagi pengambilan keputusan manajemen.
e. Sebagai salah satu dasar untuk menentukan pajak.
f. Sebagai dasar untuk pembagian bonus dan kompensasi.
3. Konsep Laba
Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi aktual.
Menurut Hery dalam buku teori akuntansi terdapat pos-pos yang
berhubungan dengan laba atau unsur-unsur utama laporan laba rugi,
diantaranya :31
a. Pendapatan
Adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya atas
akktiva atau penyelesaian kewajiban entitas (atau kombinasi
dari keduanya) dari pengiriman barang, pemberian jasa, atau
aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi
sentral perusahaan.
b. Beban
Adalah arus keluar aktiva atau penggunaan lainnya atas
aktiva atau terjadinya (munculnya) kewajiban entitas (atau
kombinasi dari keduanya) yang disebabkan oleh pengiriman
31
Hery, Teori Akuntan, 145-146.
42
atau pembuatan barang, pemberian jasa, atau aktivitas lainnya
yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
c. Keuntungan
Adalah kenaikan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas
yang ditimbulkan oleh transaksi feriferal (transaksi di luar
operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi
insidental (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari
seluruh transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-
keadaan lainnya yang memengaruhi entitas, tidak termasuk
yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
d. Kerugian
Adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) entitas yang
ditimbulkan oleh transaksi feriferal (transaksi di luar operasi
utama atau sentral perusahaan) atau transaksi insidental
(transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi
lainnya serta peristiwa maupun keadaan lainnya yang
memengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari beban
atau distribusi kepada pemilik.
43
4. Cakupan Laba
Terdapat dua konsep cakupan laba, yaitu: 1. Current
Operating Concept of Income dan 2. All Inclusive Concept.
Berikut ini penjelasan setiap konsep tersebut:
a. Current Operating Concept.
Menurut konsep ini income hanya meliputi item-item
yang sifatnya regular dan dari elemen-elemen pendapatan dan
beban yang sifatnya berulang (recurring) dan berasal dari
operasi saat ini (current operating). Item-item yang sifatnya
irregular tidak dimasukkan sebagai komponen laba, sehingga
tidak mencerminkan earning power di masa yang akan datang
dari satu kesatuan usaha. Konsep ini relevan dengan
kepentingan manajemen sebagai pengukuran efisiensi, yaitu
berkaitan dengan pemanfaatan semua input dan sumber daya
yang digunakan dalam rangka menghasilkan laba.
b. All Inclusive Concept.
Menurut konsep ini, cakupan laba meliputi semua
perubahan dan kenaikan net as-set selama periode tertentu,
kecuali yang diakibatkan dari investasi oleh pemilik dan
distribusi kepada pemilik (transaksi modal). Dalam konsep ini,
44
item-item yang sifatnya dan berasal dari aktivitas baik regular
dan nonreguler, recurring, maupun nonrecurring, termasuk
dalam cakupan laba.32
D. Hipotesis
Hipotesis terdiri dari dua penggalan kata yaitu hypo dan
thesis. Hypo artinya di bawah, lemah atau kurang, sedangkan
thesis artinya proporsi atau pernyataan yang disajikan sebagai
bukti. Jadi hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan yang
masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan melalui
penelitian atau hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap permasalahan penelitian dan perlu dibuktikan melalui
penelitiannya.33
Adapun hipotesisnya adalah:
Ho : tidak terdapat pengaruh antara jumlah pendapatan terhadap
laba bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah.
Ha : terdapat pengaruh antara jumlah pendapatan terhadap laba
bersih di PT. Asuransi Sinar Mas Syariah.
32
Winwin Yadiati, Teori Akuntansi Suatu Pengantar, 90. 33
misbahuddin dan Ikbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik
(Jakarta: Bumi aksara, 2013).
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian
ini adalah bulan September 2018. Tempat penelitian ini adalah
pada perusahaan asuransi syariah yaitu PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah, yang dihimpun dari web resmi perusahaan yakni
www.sinarmas.co.id.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT. Asuransi
Syariah Sinar Mas dan buku-buku serta jurnal-jurnal ilmiah
yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Disebut metode penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
46
statistik. Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian
yang berladaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.34
Penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu jumlah pendapatan sebagai
variabel independen, laba bersih sebagai variabel dependen.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek
atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah
pendapatan dan laba bersih PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
pada bulan Januari 2011 – Desember 2015.
34
Sugiyino, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 7-8
47
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan
penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi itu.35
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sesuai dengan jumlah populasi yaitu laporan keuangan tahunan
PT. Asuransi Sinar Mas Syariah pada bulan Januari 2011
sampai Desember 2015 yang telah diinterpolasi aplikasi eviews
9 sehingga data menjadi perbulan (5*12 = 60) sehingga n=60.
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam riset data merupakan bahan mentah dari
informasi. Jadi, informasi merupakan data yang telah diolah.
Data yang belum diolah tidak dapat memberikan informasi.
Hasil akhir satu riset akan bergantung kepada informasi yang
diperoleh, sedangkan akurasi informasi sangat bergantung pada
data yang dikumpulkan. Kualitas hasil riset akan sangat
bergantung pada kualitas data yang diolah. Oleh karena itu, data
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 80-81
48
yang dipakai dalam riset haruslah data yang baik. Data yang
baik sangat dipengaruhi oleh instrument riset dan teknik
pengambilan data. Adapun syarat-syarat yang baik adalah harus
akurat, harus relevan, dan harus uptodate.36
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
dengan prosedur statistik.37
Berupa data jumlah pendapatan
dan laba bersih.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah
data sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan
oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Sumber-sumber
sekunder memiliki beberapa macam diantaranya surat-surat
pribadi, buku harian, notulen rapat dan dokumen-dokumen
36
Suliyanto, Metode Riset Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2009), 129. 37
Nur Indrianoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen cet. Ke 2 (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2002), 12.
49
resmi berbagai instansi pemerintah.38
Berdasarkan
sumbernya, data sekunder dapat diklasifikasikan menjadi
data internal dan data eksternal:
a. Data Internal
Yaitu dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang
dikumpulkan, dicatat dan disimpan di dalam suatu
organisasi. Contonya antara lain: faktur penjualan, jurnal
penjualan, laporan penjualan periodik, surat-surat,
notulen hasil rapat dan memo manajemen.
b. Data Eksternal
Yaitu data yang umumnya disusun oleh suatu entitas
selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan.39
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
jumlah pendapatan dan laba bersih PT. Asuransi Sinar
Mas Syariah sesuai dengan topik masalah yang sedang
diteliti. Data tersebut diperoleh melalui website
www.sinarmas.co.id.
38
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis ( Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2008), 71 39
Nur Indrianoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen cet. Ke 2, 149.
50
E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah sekumpulan informasi biasanya berbentuk
bilangan yang dihasilkan dari pengukuran atau perhitungan.
Dalam riset bisnis, ada beberapa teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Penggunaan masing-masing teknik
disesuaikan dengan kebutuhan data yang diambil. Beberapa
teknik yang dapat digunakan dalam riset bisnis adalah sebagai
berikut.40
1. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk lisan, tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan
lain-lain.41
40
Suliyanto, Metode Riset Bisnis, 135. 41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,240.
51
Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam proses
dalam pengumpulan data ini adalah teknik dokumentasi,
yaitu metode pengumpulan data dengan cara melihat data
yang telah dipublikasikan oleh PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah.
F. Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut.42
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yaitu sering disebut sebagai variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering
disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Variabel dependen yang dipilih oleh
peneliti yaitu variabel laba usaha.
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, 38.
52
2. Variabel Independen
Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).43
Variabel independen yang
peneliti gunakan yaitu modal kerja dan penjualan bersih.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui
dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan
untuk penelitian ini.pengujian ini juga dimaksudkan untuk
memastikan bahwa didalam model regresi yang digunakan tidak
terdapat autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas
serta untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan
berdistribusi normal. Masing-masing pengujian asumsi klasik
tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, 39.
53
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa data sempel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Model regresi yang baik adalah
residual datanya berdistribusi normal. Jika residual data
tidak terdistribusi normal maka kesimpulan statistik menjadi
tidak valid atau bias. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah
residual data berdistribusi normal ataukah tidak dengan
melihat grafik normal probability plot dan uji statistik One-
Kolmogorov-Smirnov Test.44
Rumus untuk Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:
∑( )
Keterangan
X² = Nilai X²
Oi = Nilai Observasi
44
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS
23, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, 2013), 154.
54
Ei = Nilai expected/harapan, luasan interval berdasarkan
tabel normal dikalikan N (total frekuensi) = pi x
N.
N = Banyaknya angka pada data (Total Frekuensi).
Apabila pada grafik normal probability plot
tampak bahwa titik titik menyebar berhimpit disekitar
garis diagonal dan searah mengikuti garis diagonal maka
hal ini dapat disimpulkan bahwa residual data memiliki
distribusi normal, atau data memenuhi asumsi klasik
normalitas. Pada uji statistik One-Kolmogorov-Smirnov
Test jika didapat nilai signifikan > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal secara
multivariate. Untuk menetapkan kenormalan, kriteria
yang berlaku adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan taraf signifikansi uji misalnya ɑ = 0,05.
2. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang
diperoleh.
55
3. Jika signifikansi yang diperoleh > ɑ, maka sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
4. Jika signifikansi yang diperoleh < ɑ, maka sampel
bukan berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
Homoskedatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu melihat grafik plot antar nilai prediksi variabel terikat
(dependen) yaitu Zpred dengan residualnya Sresid. Deteksi
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
Sresid dan Zpred dimana sumbu Y adalah Y yang telah
56
diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi-Y
sesungguhnya yang telah di-studentized. Dasar analisis;
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.45
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya
korelasi dari residual untuk pegamatan satu dengan yang
lain yang disusun menurut runtut waktu. Model regresi yang
baik mensyaratkan tidak adanya masalah autokorelasi.46
45
Imam Ghozali, Aplikasi Analisi Multivariate Dengan Program IBM
SPSS,139. 46
Duwi Priyato, Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS ( Yogyakarta:Gava Media, 2010), 75.
57
Uji autokorelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah terjadi korelasi antara data pengamatan atau tidak.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi salah
satunya menggunakan uji Durbin Watson (DW test). Ada
tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan
menggunakan uji Durbin Watson. Ukuran yang digunakan
untun mengukur ada atau tidaknya autokorelasi yaitu
apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2,
maka dapat dinyatakan data pengamatan tersebut tidak
memiliki autokorelasi dan jika sebaliknya maka dinyatakan
terdapat autokorelasi.47
Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitan ini
adalah uji Durbin Watson (DW test) yang pertama kali
diperkenalkan oleh J. Durbin dan GS.Watson paada tahun
1951, yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
masalah autokorelasi dari model empiris dan estimasi.
47
Gunawan Sudarmanato, Statistik Terapan Berbasais Compuer dengan
Program IMBM SPSS Statistik 19 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), 264.
58
Adapun langkah-langkah untuk pengujian Durbin Watson
adalah:48
1) Tentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dengan
ketentuan
Ho : Tidak ada autokorelasi (positif/negatif)
Ha : Ada autokorelasi (positif/negatif)
2) Estimasi model dengan OLS (Ordinary Least Squares)
dan hitung nilai residualnya.
3) Hitung DW (Durbin Watson)
4) Hitung DW kritis yang terdiri dari nilai kritis dari batas
atas (du) dan batas bawah (dl) dengan menggunakan
jumlah data (n), jumlah variabel independen (k) serta
tingkat signifikan tertentu.
5) Nilai DW hitung dibandingkan dengan nilai DW kritis
dengan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
sebagai berikut :
48
Suliyanto, Ekonometrika Terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS
(Yogyakarta:CV. Andi, 2011), 126.
59
Tabel 3.1
Ketentuan Nilai Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Ada autokorelasi posistif
Tidak ada autokorelasis positif
Ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
Tolak
Tidak ada keputusan
Tolak
Tidak ada keputusan
Jangan tolak
< d < dl
dl < d < du
4-dl < d < 4
4-du < d < 4-dl
du < d < 4-du
2. Uji Regresi Linear Sederhana
Pada awalnya analisis regresi linear (garis
kecenderungan) dikembangkan oleh Sir Galton (1822-1911)
pada tahun 1877. Analisis ini digunakan untuk menganalisis
penelitian mengenai hubungan variabel independen
(variabel bebas) dengsn variabel dependen (variabel
tergantung/terikat).
Tujuan utama penggunaan regresi ini adalah untuk
memprediksi atau memperkirakan nilai variabel dependen
dalam hubungannya dengan variabel independen dengan
60
demikian, keputusan dapat dibuat untuk memprediksi
seberapa besar perubahan nilai variabel dependen bila nilai
variabel dinaikturunkan.49
Bentuk persamaan regresi linear
sederhana sebagai berikut:
Ῡ = a + bX Y
Keterangan:
Ῡ = Variabel dependen sebagai variabelyang
diduga/diprediksi. Y
X = Variabel independen, nilai variabel yang diketahui
a = Koefisien sebagai intersep (intercept); jika nilai X=0
maka niai
Y = a. Nilai a ini dapat diartikan sembagai sumbangan
faktor-faktor lain terhadap variabel Y.
b = Koefisien regresi sebagai slop (kemiringan garis slop).
Nilai b merupakan besarnya perubahan pada variabel Y
apabila variabel X berubah.50
49
Sofar Silaen dan Yaya Heriyanto, Pengantar Statistik Sosial (Jakarta: IN
MEDIA, 2013), 139. 50
Misbahudin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik
(Jakarta: Bumi aksara) 2013.
61
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis berguna untuk memeriksa atau
menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan
(berbeda nyata). Maksud dari signifikan ini adalah suatu
niai koefisien regresi yang secara staistik tidak sama
dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti
dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk
menyetakan varabel bebas mempunyai pengaruh terhadap
variabel terikat. Untuk kepentingan tersebut, maka semua
koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis uji hipotesis
terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan yaitu uji-F
dan uji-t.51
dan pengujian hipotesis dalam peneitian ini
mengunakan uji t.
1. Pengujian Signifikasi (Uji Hipotesis) Dengan Uji t.
Pengujian signifikasi atau uji statistik regresi
linear sederhana digunakan uji t. Penggunaan uji t adalah
untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua
51
Nacrowi D Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan
Praktisi Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan (Jakarta: Fakulas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), 16
62
variabel, yaitu hubunga variabel independen dengan
variabel dependen.52
Uji t dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Sb = Standar deviasi koefisien regresi b
Se = Standar deviasi regresi
Prosedur uji statistiknya sebagai berikut:
a. Rumusan hipotesis yang mencakup Ho dan Ha.
contoh:
Ho: b = 0: Tidak ada hubungan variabel X dengan
Variabel Y
1) Ha: b ≠ 0: Terdapat hubungan antara X dengan Y,
atau
52
Sofar Silaen dan Yaya Heriyanto, Pengantar Statistik Sosial, 140.
63
2) Ha: b > 0: Terdapat hubungan positif antara X
dengan Y, atau
3) Ha: b < 0: Terdapa hubungan negatif antara X
dengan Y
b. Tentukan tingkat signifikan (α). Misalkan α = 0,05
c. Hitung degree of freedom (DF) atau derajat kebebasan
(DK) dengan rumus DF = n-k-1.
d. Pada tabel Student t, cari nilai t tabel atau nilai t krtis
(tα).
e. Kesimpulan: Bandingkan nilai t hitung (th) dengan nai t
tabel (tα).
1) Bila –tα/2 > th > tα/2 maka Ho ditolak, berarti Ha
diterima, yaitu terdapat hubungan antara X dengan
Y. Bila –tα/2 ≤ th ≤ tα/2 maka Ho diterima, berarti
Ha ditolak.
2) Bila th > tα maka Ho ditolak, berari Ha derima,yaitu
terdapat hubungan positif antara X dengan Y. Bila th
≤ tα maka Ho diterima, berarti Ha ditolak.
64
3) Bila th < -tα maka Ho ditolak, berart Ha diterima,
yaitu terdapat hubungan negatif antara X dengan Y.
Bila th ≥ -tα maka Ho diterima, berarti Ha ditolak
4. Analisis Koefisien Korelasi
Korelasi adalah suatu bilangan yang menyatakan sifat
arah dan kekuatan hubungan antara dua variabel yaitu
variabel X dengan variabel Y. Koefisien (r) menyatakan
apakah suatu variabel mempunyai hubungan yang kuat
dengan suatu variabel yang lain atau tidak. Hubungan dua
variabel dikatakan semakin kuat apabila dua variabel kedua
variabel semakin banyak berubah secara bersama-sama.
Sebaliknya dikatakan semain lemah apabila kecenderungan
berubah bersama semakin itu semakin sedikit. Selain
menyatakan hubungan, korelasi menyatakan sifat arah
hubungan, korelasi disebut “positif” apabila variabel-
variabel tersebut berubah bersama dengan arah yang sama.
Artinya jika suatu variabel bertambah nilainya, variabel lain
juga berambah nilaiya. Begitu juga sebaliknya jika suatu
65
variabel berkurang nilainya, variabel lain juga berkurang.
Korelasi disebut “negatif” apabila variabel-variabel itu
berlawanan arah. Artinya, jika suatu variabel bertambah
nilainya, variabel lain berkurang nilainya, begitu juga
sebaliknya jika variabel berkurang nilainya, variabel lain
justru bertambah nilainya.53
Koefisen korelasi menunjukkan
kekuatan hubungan antar variabel X dengan variabel Y.
Angka koefisen yang dihasilkan dalam uji ini berguna untuk
menunjukkan kuat atau lemahnya hubungan antar variabel
independen dengan variabel dependen.
Tabel 3.2
Interprestasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-0,1000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
53
Prapto Yuwono, Pengantar Ekonomerika (Yogyakarta: Andi,2005), 78.
66
5. Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan
dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam
regresi karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya
model regresi yang terestimasi, atau dengan kata lain angka
tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi
yang terestimasi dengan data sesungguhnya.
Nilai Koefisien Deteminasi (R2) ini mencerminkan seberapa
besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh
variabel bebas X. Bia nilai Koefisen Determinasi sama
dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat
diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1,
maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis
regresi. Dengan demikian baik atau buruknya suatu
persamaan regresi ditentukan oleh R2 -nya mempunyai nilai
antara nol dan 1 (0 dan 1).54
54
Nacrowi D Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan
Praktisi Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, 20
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
1. Gambaran Pendapatan
Tabel 4.I
Jumlah Pendapatan
Tahun Jumlah Pendapatan
2011 13.662.000.000
2012 20.661.000.000
2013 45.465.000.000
2014 49.286.000.000
2015 72.455.000.000
Sumber pendapatan merupakan penghasilan
yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal
dengan sebutan yang berbeda seperti dalam perusahaan
asuransi adalah pendapatan pengelolaan operasi
asuransi, pendapatan pengelolaan portofolio investasi
dana peserta, pendapatan pembagian surplus
underwriting, dan pendapatan investasi.
68
2. Gambaran Laba Bersih
Tabel 4.2
Jumlah Pendapatan
Tahun Laba Bersih
2011 10.820.000.000
2012 17.220.000.000
2013 33.144.000.000
2014 33.535.000.000
2015 45.098.000.000
Sumber laba bersih biasanya merupakan angka
terakhir pada laporan laba rugi. Laba bersih merupakan
ukuran profitabilitas perusahaan yang jumlah dari
pendapatan asuransi, beban dan laba usaha.
Laporan Keuangan PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
Periode 2011-2015
Tahun Jumlah Pendapatan Laba Bersih
2011 13,662,000,000 10,820,000,000
2012 20,661,000,000 17,220,000,000
2013 45,465,000,000 33,144,000,000
2014 49,286,000,000 33,535,000,000
2015 72,455,000,000 45,098,000,000
69
Grafik Laporan Keuangan PT. Asuransi Sinar Mas Syariah
Dalam setiap tahunnya perusahaan PT. Asuransi Sinar Mas
Syariah selalu meningkat jumlah pendapatan dan laba
bersih. Pada tahun 2011 sampai dengan 2015.
3. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan asuransi profesional dan
terpercaya dengan memberikan nilai yang berarti kepada
nasabah, perusahan reasuransi, agen, rekanan, karyawan
dan pemegang polis saham.
1 2 3 4 5
Tahun 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Pendapatan 13,662,00 20,661,00 45,465,00 49,286,00 72,455,00
Laba Bersih 10,820,00 17,220,00 33,144,00 33,535,00 45,098,00
0
1E+10
2E+10
3E+10
4E+10
5E+10
6E+10
7E+10
8E+10A
xis
Titl
e
Laporan Keuangan
70
b. Misi Perusahaan
1. Mengenal dan memenuhi kebutuhan nasabah
2. Hasil underwriting yang menguntungkan
3. Mengembangkan bakat, meningkatkan produktivitas
dan efisiensi karyawan
4. Inovasi roduik dan pengembangan teknologi
informasi yang berkesinambungan
4. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI55
55
https://www.sinarmas.co.id/tentang-kami/laporan-keuangan diakses pada
tanggal 24 Oktober pukul 07:34 WIB.
Komisaris Utama
Indra Widjaja
Komisaris Independen
1. Sinarta Ginardi
2. Petrus Kiki Andries
Direktur
1. Njoman Sudartha
2. Aryanto Alimin
3. Dumasi Marisina
4. Marten Petrus
5.Ketut Pasek Swastika
Direktur Utama
Howen Widjaja Wakil Komisaris Utama
Ivena Widjaja
71
B. Deskripsi Data
Data Laporan Keuangan Tahun 2011-2015 Yang Sudah
Diinterpolasi Oleh Aplikasi Eviews 9 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Laporan Keuangan PT. Sinar Mas Syariah Periode 2011-
2015
(Dalam Rupiah)56
Tahun Bulan Jumlah Pendapatan Laba Bersih
2011 1 1,305.000.000 889.000.000
2 1,240.000.000 873.000.000
3 1,186.000.000 862.000.000
4 1,142.000.000 857.000.000
5 1,108.000.000 857.000.000
6 1,085.000.000 863.000.000
7 1,071.000.000 875.000.000
8 1,068.000.000 892.000.000
9 1,076.000.000 914.000.000
10 1,093.000.000 942.000.000
11 1,121.000.000 975.000.000
12 1,160.000.000 1,014.000.000
2012 1 1,208.000.000 1,059.000.000
2 1,267.000.000 1,109.000.000
3 1,336.000.000 1,164.000.000
4 1,416.000.000 1,225.000.000
56
http://www.sinarmas. Lapran keuangan.co.id
72
5 1,506.000.000 1,292.000.000
6 1,606.000.000 1,364.000.000
7 1,716.000.000 1,441.000.000
8 1,837.000.000 1,524.000.000
9 1,968.000.000 1,613.000.000
10 2,109.000.000 1,707.000.000
11 2,261.000.000 1,806.000.000
12 2,423.000.000 1,911.000.000
2013 1 3,130.000.000 2,368.000.000
2 3,290.000.000 2,469.000.000
3 3,438.000.000 2,562.000.000
4 3,574.000.000 2,645.000.000
5 3,698.000.000 2,720.000.000
6 3,809.000.000 2,786.000.000
7 3,909.000.000 2,842.000.000
8 3,996.000.000 2,890.000.000
9 4,071.000.000 2,929.000.000
10 4,134.000.000 2,958.000.000
11 4,185.000.000 2,979.000.000
12 4,224.000.000 2,991.000.000
2014 1 3,694.000.000 2,625.000.000
2 3,732.000.000 2,634.000.000
3 3,780.000.000 2,650.000.000
4 3,841.000.000 2,672.000.000
5 3,912.000.000 2,701.000.000
6 3,994.000.000 2,736.000.000
73
7 4,088.000.000 2,777.000.000
8 4,193.000.000 2,825.000.000
9 4,309.000.000 2,880.000.000
10 4,436.000.000 2,940.000.000
11 4,575.000.000 3,008.000.000
12 4,725.000.000 3,082.000.000
2015 1 4,886.000.000 3,162.000.000
2 5,058.000.000 3,249.000.000
3 5,241.000.000 3,342.000.000
4 5,435.000.000 3,442.000.000
5 5,641.000.000 3,548.000.000
6 5,858.000.000 3,660.000.000
7 6,086.000.000 3,779.000.000
8 6,325.000.000 3,905.000.000
9 6,576.000.000 4,037.000.000
10 6,838.000.000 4,176.000.000
11 7,110.000.000 4,321.000.000
12 7,395.000.000 4,472.000.000
Sumber : Laporan Keuangan Asuransi Sinar Mas Syariah
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik
Tujuan pengujian asumsi klasik ini untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki
ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten. Uji asumsi
74
klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Uji
Normalitas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi.
a. Hasil Uji Normalitas
Pengujian tentang normal atau tidaknya data dalam
penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yaitu : dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik bisa dilihat
dengan grafik normal Propability-Plot. Sedangkan dengan
uji statistik dapat dilakukan dengan uji non parametric
Kolmogorov- Smirnov. Dimana taraf signifikansi dari uji
normalitas adalah 5%. Berdasarkan pengujian uji normalitas
dengan menggunakan SPSS 21.0 didapatkan output sebagai
berikut:
75
Gambar 4.2
Hasil Uji Probability-Plot
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Hasil penelitian yang ditunjukkan pada gambar
tersebut bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal
sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model
regresi dengan uji normalitas terdistribusi secara normal.
76
Untuk lebih menegaskan hasil uji normalitas
diatas maka peneliti melakukan uji Kolmogorov-
Smirnov dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1434.10466206
Most Extreme Differences
Absolute .086
Positive .086
Negative -.073
Kolmogorov-Smirnov Z .668
Asymp. Sig. (2-tailed) .763
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmorgov-
smirnov nilai uji Asymp.sig.(2-tailed) yang tertera
adalah sebesar 0,763 (ρ = 0.763). karena ρ = 0.763>α =
0.05 maka dari hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
bahwa data pada penelitian ini terdistribusi normal dan
model regresi tersebut layak dipakai dalam penelitian
77
ini. Hasil uji ini memperkuat hasil uji normalitas dengan
grafik distribusi dimana keduanya menunjukkan hasil
bahwa data terdistribusi secara normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Ada beberapa cara mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas, seperti uji grafik, uji Park, uji
Glejser, uji Rank Spearmen’s, Rank Corelation dan uji
Lagrang Multiplier (LM).
Dalam penelitian ini, akan mengatasi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dengan uji grafik dan uji park.
Berikut ini akan disajikan hasil tabel dari uji
heteroskedastisitas:
78
Gambar 4.3
Hasil Uji Scatterplot
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Dari gambar scatterplot diatas, terlihat bahwa titik-
titik tersebar secara acak dan penyebaran titik-titik tersebut
melebar diatas dan dibawah angka nol (0) pada sumbu Y.
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk lebih meyakinkan hasil dari
gambar diatas maka dapat dilakukan uji park yang dapat
dilihat hasilnya sebagai berikut:
79
Tabel 4.5
Uji park
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleranc
e
VIF
1
(Constant) 7.447 12.653 .589 .558
LNX_PENDAP
TAN
.691 1.535 .059 .451 .654 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LNEI2
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Berdasarkan tabel diatas dilihat dari nilai P value
yaitu pada kolom sig. apabila nilai sig > dari 0.05 dan thitung
kurang dari ttabel maka tidak ada heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini, nilai sig lebih besar dari 0.05 yaitu 0.283
(0.654 > 0.05), dan thitung lebih kecil dari ttabel (451<2.034).
Maka data dalam penelitian ini dinyatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah menguji apakah dalam satu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
80
t-1 (sebelumnya), jika terjadi autokorelasi maka dinamakan
ada masalah autokorelasi. Hasil uji dari regresi tersebut
yang diolah melalui SPSS 21.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .336a .113 .097 1446.41480 .415
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Pendapatan
b. Dependent Variable: Laba_Bersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka dapat dilihat
bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 0.415. jumlah
sampel 60 dan jumlah variabel independen 1 (k=1). Nilai dl
(batas bawah) 1.5485 dan nilai batas du (batas atas) sebesar
1.6162, karena nilai DW berada diantara 0 < d < dl. Sehingga
berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
autokorelasi positif.
81
Karena nilai DW (0.415) berada diantara nilai 0 dan DL
maka terjadi autokorelasi positif pada regresi ini.
Karena dalam penelitian ini data yang diuji terjadi
autokorelasi positif, maka untuk mengatasi masalah
autokorelasi tersebut peneliti menggunakan Uji Durbin Watson
(DW) dengan melakukan LAGRES pada data yang terdapat
autokorelasi. Nilai DW kemudian dibandingkan dengan Dtabel.
Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti
kriteria sebagai berikut:
1. Jika 0 < d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif
(tolak).
2. Jika dl < d < du, berarti tidak ada autokorelasi positif
(tidak ada keputusan).
Ragu
-ragu Ragu
-ragu Autokorelasi
Negatif
Tidak Ada
Autokorelasi Autokorelasi
positif
4-DL DL 4-DU DU
0 1.6162 4 2.4105 2.3543 1.5485
0.415
82
3. Jika 4-dl < d < 4, berarti terdapat autokorelasi negatif
(tolak).
4. Jika 4-du < d < 4-dl, berarti tidak ada autokorelasi
negative (tidak ada keputusan).
5. Jika du < d < 4-du, berarti tidak ada autokorelasi (jangan
tolak).
Tabel 4.7
Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .782a .612 .605 900.94810156 1.905
a. Predictors: (Constant), LagX_Pendapatan
b. Dependent Variable: LagY_LabaBersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka dapat dilihat
bahwa nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1.905 jumlah
sampel 60 dan jumlah variabel independen 1 (k=1). Nilai DW
1.905 lebih besar dari batas atas (du) 1.6162 dan kurang dari (4-
du) 2.3838 atau 1.6162 < 1.905< 2.3838. sehingga bisa dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
83
Karena nilai DW (1.905) berada diantara nilai du dan 4-
du maka tidak terjadi autokorelasi pada regresi ini.
2. Analisis Regresi Linear Sederhana
Dari hasil regresi dengan menggunakan program SPSS,
maka didapatkan koefisien regresi yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Output Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 586.562 161.493 3.632 .001
LagX_Pendapata
n
.309 .170 .234 1.815 .005 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LagY_LabaBersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Ragu
-ragu Autokorelasi
Negatif
Autokorelasi
positif
Tidak Ada
Autokorelasi
DL 4-DU 4-DL
0 4 1.5485 2.4515 2.3838
Ragu
-ragu
DU
1.6162 1.905
84
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui hasil
regresi linear sederhana sebagai berikut :
Dari tabel diatas diperoleh regresi linier sederhana
sebagai berikut:
Lag Y=a+b Lag X + e
Lag Y= 586.562 + 0.309 Lag X + e
a. Angka konstan sebesar Rp. 586.562 menunjukkan
bahwa ketika variabel jumlah pendapatan relatif
tidak mengalami perubahan atau sama dengan 0
(nol) maka Laba bersih sebesar Rp. 586.562
b. Koefisien regresi untuk jumlah pendapatan sebesar
0.309% menggambarkan bahwa ketika jumlah
pendapatan kenaikan sebesar 1 Rupiah maka Laba
mengalami kenaikan sebesar 0.309%.
3. Uji Koefisien Korelasi (R)
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk menguji
tentang ada dan tidaknya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi
digunaka untuk mengetahui seberapa besar kekuatan
hubungan yang terjadi antara variabel independen (X) yaitu
85
pendapatan nasional dan pertumbuhan total asset perbankan
syariah sebagai variabel dependen (Y). Hasil uji koefisien
korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Uji Koefisien Korelasi (R)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .782a .612 .605 900.94810156 1.905
a. Predictors: (Constant), LagX_Pendapatan
b. Dependent Variable: LagY_LabaBersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Berdasarkan tabel diatas diperoleh angka R (koefisen
korelasi) sebesar 0.782 atau 78,2%. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi hubungan yang kuat antara Jumlah Pendapatan dengan
Laba Bersih. Hal ini berdasarkan pedoman interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:
Tabel 4.10
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien (Nilai R) Tingat Hubungan (kriteria)
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,02 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
86
4. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel terikatnya. Dalam analisis korelasi
terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien
determinasi yang mana besarannya adalah kuadrat dari
korelasi (r2). Koefisien ini disebut koefisien penentu. Hasil
dari koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.11
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .782a .612 .605 900.94810156 1.905
a. Predictors: (Constant), LagX_Pendapatan
b. Dependent Variable: LagY_LabaBersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Dari tabel diatas, diketahui nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0.612 = 61.2%. Artinya Jumlah Pendapatan
dapat menjelaskan pengaruhnya Terhadap Laba Bersih sebesar
87
61.2% dan sisanya sebesar 38.8% dipengaruhi oleh variabel lain
misalnya premi, klaim, yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
5. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat signifikansi
dari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual dan menganggap variabel lain
konstan. Hasil dari pengujian hipotesis dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 586.562 161.493 3.632 .001
LagX_Pendapatan .309 .170 .234 1.815 .005 1.000 1.000
a. Dependent Variable: LagY_LabaBersih
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 21.0
Dari tabel diatas menunjukkan nilai thitung sebesar 1.815
sedangkan pada nilai ttabel didapat dari tabel distribusi t dicari
pada signifikansi 5% : 2 = 2.5% (uji dua arah) derajat
kebebasan (df) n-k-1 atau 60-1-1 = 58 maka didapat t tabel
sebesar 2.00172. Oleh karena nilai thitung> ttabel = 2.00172>1.815
dengan taraf signifikan 0.005, karena nilai signifikansi lebih
88
kecil dari 0.050 maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya Jumlah Pendapatan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap Laba Bersih. Berikut ini adalah kurva uji
hipotesis (t) dua arah:
Gambar 4.4
Kurva uji t dua arah
Pada gambar diatas, terlihat bahwa nilai thitung berada
pada daerah
Ditolak Ho. Karena nilai thitung> ttabel (1.815>2.00172), maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya pengaruh antara variabel
Jumlah Pendapatan terhadap Laba Bersih.
1815 2.00172
89
D. Pembahasan
1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai thitung sebesar
1.815 sedangkan pada nilai ttabel didapat dari tabel distribusi
t dicari pada signifikansi 5% : 2 = 2.5% (uji dua arah)
derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 60-1-1 = 58 maka didapat
t tabel sebesar 2.00172 Oleh karena nilai thitung> ttabel =
2.00172>4.739 dengan taraf signifikan 0.005, karena nilai
signifikansi jauh lebih besar dari 0.050 maka dapat
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Jumlah
Pendapatan berpengaruh signifikan terhadap Laba Bersih.
2. Hubungan antara Jumlah Pendapatan terhadap Laba Bersih
dikategorikan kuat dan besarnya pengaruh Jumlah
Pendapatan terhadap Laba Bersih sebesar 61.2% sedangkan
sisanya 46.8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Jumlah Pendapatan
berpengaruh secara signifikan terhadap laba bersih.
top related