BAB I PENDAHULUANeprints.kwikkiangie.ac.id/922/2/Bab I PENDAHULUAN.pdf1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di dunia seiring berjalannya era globalisasi
Post on 31-Jan-2021
2 Views
Preview:
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di dunia seiring berjalannya era globalisasi
sangat berkembang pesat khususnya pada negara-negara maju dan sedang
berkembang guna mencari keuntungan yang besar dengan cara melakukan investasi.
Salah satu investasi yang dilakukan adalah dengan berinvestasi di pasar modal. Bursa
Efek Indonesia (BEI) mencatatkan penambahan jumlah investor baru selama 2018
tercatat sebanyak 200.935 single investor identification (SID). Berdasarkan data PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per tanggal 19 November 2018, total
jumlah investor saham di BEI telah mencapai 829.426 SID. Jumlah tersebut
meningkat 31,97% dibanding jumlah investor yang tercatat akhir 2017 sebanyak
628.491 SID. Agar investor tertarik untuk berinvestasi pada suatu perusahaan, maka
perusahaan tersebut harus memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau
nilai perusahaan. Nilai perusahaan menjadi suatu hal yang sangat penting karena
apabila perusahaan memiliki nilai perusahaan yang tinggi, maka akan diikuti juga
tingkatnya kemakmuran pemegang saham.
Menurut Brigham dan Houston (2011), menyatakan bahwa beberapa faktor
penting dalam menentukan struktur modal diantaranya adalah ukuran perusahaan,
struktur aktiva, leverage, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian,
sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi
internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Dalam teori struktur modal, pecking
order theory yang mana perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan
menurunkan rasio keuangannya. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
2
profitabilitas tinggi memiliki sumber dana internal yang melimpah. Komponen
modal terdiri dari setor, aigo saham, laba yang ditahan, cadangan laba dan lainnya
(Kasmir, 2010).
Perusahaan consumer goods merupakan salah satu bagian dari perusahaan
industri manufaktur yang berada di Indonesia. Sedangkan industri consumer goods
disebut sebagai industri barang konsumsi terdiri dari lima sub sektor diantaranya
adalah sub sektor makanan & minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub
sektor kosmetik & barang keperluan rumah tangga dan sub sektor peralatan rumah
tangga. Perusahaan consumer goods merupakan salah satu consu di Indonesia yang
cukup menarik, hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk di Indonesia
mengakibatkan meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat. Oleh karena itu barang
konsumsi selalu dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Investor merespon positif
hasil laporan survei penjualan eceran oleh Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan
bahwa penjualan eceran pada 2018 lebih baik dibandingkan 2017. Sehingga, saham-
saham di sektor barang konsumsi dan manufaktur laris manis hari ini.
(https://katadata.co.id/berita/2019/01/10/sektor-barang-konsumi-melesat-nyaris-2-
ihsg-tembus-632871)
Table 1.1
Rata-rata Ukuran Perusahaan dihitung menggunakan Ln(Total Asset)
Perusahaan Consumer Goods Ln(Total Asset)
2018 2017 2016
Sub Sektor Makanan dan Minuman 28.39 28.36 28.24
Sub Sektor Rokok 30.38 30.33 30.33
Sub Sektor Farmasi 28.51 28.37 28.30
Sub Sektor Kosmetik & Keperluan RT 28.42 28.42 28.36
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 26.69 26.69 26.66
https://katadata.co.id/berita/2019/01/10/sektor-barang-konsumi-melesat-nyaris-2-ihsg-tembus-632871https://katadata.co.id/berita/2019/01/10/sektor-barang-konsumi-melesat-nyaris-2-ihsg-tembus-632871
3
Sumber: Data yang diolah
Tabel 1.1 menggambarkan ukuran perusahaan berdasarkan rata-rata dari
perusahaan-perusahaan yang ada dengan sub sektornya masing-masing. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan Ln(Total Asset). Kelima sektor
menunjukkan bahwa sub sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, dan
peralatan rumah tangga memiliki penurunan pada ukuran perusahaan selama tiga
tahun terakhir. Sedangkan sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga memiliki
fluktuasi selama tahun 2016 sampai dengan 2018.
Tabel 1.2
Rata-rata Struktur Modal dihitung menggunakan DER
Perusahaan Consumer Goods DER
2018 2017 2016
Sub Sektor Makanan dan Minuman 0.73 0.75 0.83
Sub Sektor Rokok 0.47 0.28 0.41
Sub Sektor Farmasi 0.53 0.32 0.36
Sub Sektor Kosmetik & Keperluan RT 0.94 1.12 1.01
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 0.76 0.69 0.59
Sumber: Data yang diolah
Tabel 1.2 menggambarkan struktur modal berdasarkan rata-rata dari
perusahaan-perusahaan yang ada dengan sub sektornya masing-masing. Struktur
modal diukur dengan menggunakan DER. Kelima sektor menunjukkan bahwa sub
sektor makanan dan minuman memiliki kenaikan pada struktur modalnya sedangkan
sub sektor peralatan rumah tangga memiliki penurunan dari tahun 2016 hingga 2018.
Dan sub sektor kosmetik dan keperluan rumah tangga, rokok, farmasi memiliki
fluktuasi selama tahun 2016 sampai dengan 2018.
4
Tabel 1.3
Rata-rata Nilai Perusahaan dihitung menggunakan PBV
Perusahaan Consumer Goods PBV
2018 2017 2016
Sub Sektor Makanan dan Minuman 5.99 5.67 6.84
Sub Sektor Rokok 4.35 5.53 4.74
Sub Sektor Farmasi 2.49 3.039 3.19
Sub Sektor Kosmetik & Keperluan RT 11.99 21.09 16.46
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 0.66 0.61 0.56
Sumber: Data yang diolah
Tabel 1.3 menggambarkan nilai perusahaan berdasarkan rata-rata dari
perusahaan-perusahaan yang ada dengan sub sektornya masing-masing. Ukuran
perusahaan diukur dengan menggunakan PBV. Kelima sektor menunjukkan bahwa
sub sektor farmasi memiliki peningkatan pada nilai perusahaan tiap tahun selama
tiga tahun terakhir, sedangkan sub sektor peralatan rumah tangga memiliki
penurunan nilai perusahaan dari tahun 2016 hingga 2018. Dan sub sektor kosmetik
dan keperluan rumah tangga, makanan dan minuman, rokok, memiliki fluktuasi
selama tahun 2016 sampai dengan 2018.
Menurut Utomo dan Christy (2017), ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total asset, jumlah penjualan,
rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva perubahan tersebut. Perusahaan
yang lebih besar dapat melakukan akses ke pasar modal dalam memperoleh
pendanaan lebih mudah. Karena aksebilitas yang mudah terhadap pasar modal berarti
memiliki fleksibilitas yang besar dan kemampuan untuk mengumpulkan dana dalam
waktu singkat, dengan demilian perusahaan besar biasanya mampu membayarkan
5
rasio dividen yang lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan kecil dan menaikkan
nilai perusahaan sehingga banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi.
Sedangkan perusahaann yang masih baru dan perusahaan kecil akan mengalami
banyak kesulitan dalam akses ke pasar modal. Karena kemudahan tersebut, maka
dapat diartikan bahwa perusahaan besar memiliki tingkat fleksibilitas dan
kemampuan untuk mendapatka dana dengan lebih mudah.
Ukuran perusahaan dianggap mempengaruhi nilai perusahaan karena
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin mudah perusahaan memperoleh
sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Namun, di sisi lain akan menimbulkan hutang yang banyak karena resiko perusahaan
dalam memenuhi tanggung jawabnya sangat kecil. Jadi, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran
perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya tingkat penjualan perusahaan. Makin
besarnya ukuran perusahaan maka akan mempengaruhi besarnya dana yang
dibutuhkan untuk mendanai operasional dan investasi perusahaan. Perusahaan besar
akan mendapat kemudahan untuk mengakses pasar modal, kemudahan tersebut akan
meningkatkan kemampuan dan fleksibilitas perusahaan untuk memperoleh dana
(Widyawati, Desiyanti, dan Yuhelmi, 2014).
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan kekuatan perusahaan dalam
mempertahankan eksistensinya, maka ukuran perusahaan dapat menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menyediakan kapasitas produksi, dan profitabilitas
perusahaan. Menurut Dewi (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan.
Dalam hal ukuran perusahaan dilihat toal asset yang dimiliki oleh perusahaan, yang
dapat dipergunakan untuk kegiatan operasional perusaahaan. Menurut penelitian
6
Indriyani (2017), bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh negarif terhadap nilai
perusahaan (PBV). Sedangkan menurut Pratama dan Wiksuana (2018), bahwa
ukuran perusahaan (size) dan struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan (PBV). Dan menurut Rachmawati dan Pinem (2015), bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah
mengukur kemampuan struktur modal dalam mempengaruhi nilai perusahaan yang
dapat meningkatkan kemakmuran dari pemilik perusahaan. Struktur modal adalah
keputusan penting yang harus diambil oleh setiap bisnis, sisi positif dan negatif dari
keputusan ini memainkan peran penting dalam menentukan masa depan setiap bisnis
(Fumani dan Moghadam, 2015), Struktur modal merupakan perimbangan jumlah
hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka pendek, saham
preferen dan saham biasa. Menurut Yasa (2013), struktur modal merupakan
perbandingan antara utang dengan ekuitas.
Struktur modal yang optimal adalah perbandingan antara nilai hutang dengan
ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Pendanaan dari utang akan
memiliki konsekuensi yang berbeda jika dibandingkan dengan pendanaan dari modal
sendiri. Struktur modal tidak mempengaruhi resiko usaha, melainkan memengaruhi
laba bagi pemegang saham (Asnawi dan Wijaya, 2015). Berdasarkan teori struktur
modal ada dua pandangan yang terus diperdebatkan oleh ahli-ahli keuangan dunia.
Pandangan pertama dikenal sebagai pandangan tradisional yang menyatakan bahwa
struktur modal mempengaruhi nilai perusahan. Pandangan tradisional diwakili oleh
dua teori menurut Sujoko dan Kusnaeni (2007:4) yaitu Trade off Theory dan Pecking
Order Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Modigliani dan Miller yang
menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhinilai perusahaan. Jika ada
7
dua perusahaan yang mempunyai struktur modal yang sama, tetapi mempunyai nilai
yang berbeda, maka ada proses abritrase yang akan menyamakan nilai kedua
perusahaan tersebut. MM mengasumsikan kondisi pasar modal yang sempurna dan
tidak ada pajak jika ada pajak, maka biaya modal utang akan lebih murah
dibandingkan dengan biaya modal saham. Dalam teori MM menyatakan bahwa
peningkatan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan apabila belum mencapai
titik optimalnya, hal ini diperkuat oleh teori trade-off yang menjelaskan bahwa
penggunaan utang dapat mengurangi beban pajak dan biaya agensi perusahaan
(Brigham dan Houston, 2011). Trade-off theory berasumsi bahwa perusahaan akan
menggunakan hutang sampai tingkat tertentu untuk memaksimalkan nilai perusahaan
dengan memanfaatkan pajak akibat penggunaan hutang (Mahardika dan Aisjah,
2014).
Perusahaan dengan struktur modal yang tidak baik dan hutang yang sangat
besar akan memberikan beban berat kepada perusahaan sehingga perlu diusahakan
suatu keseimbangan yang optimal dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Semakin
tinggi suatu modal dalam suatu perusahaan maka investor maupun pemilik
mengindikasikan rendahnya hutang yang dimiliki. Menurut penelitian Dewi,
Handayani dan Nuzula (2014), bahwa Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity
Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Tobin’s Q. Sedangkan menurut
Pasaribu, Topowijono dan Sulasmiyati (2016), bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator harga pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat
memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan
datang, sehingga akan meningkatkan harga saham (Meidiawati dan Mildawati,
8
2015). Harga saham tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi dan meningkatkan
kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada
prospek perusahaan di masa mendatang. Sehingga nilai perusahaan sangat penting
dalam mengukur kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi para calon
investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Salah satu pendekatan yang menentukann nilai intrinsic saham adalah
price book value. Price book value merupakan salah satu rasio penilaian yang
memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya
diatas biaya investasi dengan cara membandingkan nilai pasar saham terhadap nilai
buku (Kasmir, 2010:116). Semakin tinggi rasio price book value berarti semakin
berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham, yang akan berdampak
pula pada nilai perusahan.
Berdasarkan penelitian yang telah dijabarkan mewakili informasi yang ada,
serta dengan adanya ketidakseragaman hasil dari penelitian sebelumnya, maka
penulis ingin meneliti kembali mengenai pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas dan
profitabilitas terhadap nilai perusahaan yang menggunakan perusahaan sektor
industry consumer goods sebagai objek penelitian, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN
DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2016-2018“
9
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasikan antara lain:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI ?
3. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di BEI ?
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasikan antara lain:
1. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI ?
2. Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di BEI ?
Batasan Penelitian
Pada penelitian ini penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Penelitian hanya terbatas pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
10
2. Periode data yang akan digunakan adalah dari tahun 2016-2018.
3. Pengambilan data bersumber pada www.idx.co.id, idnfinancials.com, laporan
keuangan perusahaan dan perpustakaan Kampus Kwik Kian Gie School of
Business.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Bagaimana Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2018”
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang disebutkan di atas maka tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan consumer goods.
2. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan consumer goods.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
http://www.idx.co.id/
11
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pengaruh ukuran perusahaan dan
struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan consumer goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2018.
2. Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu memberikan panduan investasi,
memberikan masukan-masukan baru berupa informasi dalam merancang strategi
investasi serta untuk return portofolio mereka serta meminimalkan risiko
kerugian investasi.
3. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih ilmu dalam bidang keuangan,
dan juga menjadi masukan kepada mahasiswa kepada mahasiswa untuk
mendalami dan melanjutkan penelitian ini.
top related