Askep diare pada anak usia 4bln(prin).doc
Post on 20-Feb-2016
189 Views
Preview:
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih
banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya,
kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti.
Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau
kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan
masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau
berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan
orang tua. sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
(anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di
dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan
bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika
digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius.
Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460
balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di
mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun.
Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan
perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare
baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di
saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di
makanan. (lifestyle.okezone.com).
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita
setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare
merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali
per tahun
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada anak dengan diare
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis diare
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan diare
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan diare
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan diare
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan diare
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan diare
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan
terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah
atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
2. Etiologia. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll),
infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula
terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
3. Patofisiologi
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang,
mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak
terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
4. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan tinja.
- Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungkinkan.
- Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
5. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi
pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration
solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering
terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain
perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk
merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam
menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang
banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila
kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi
sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang
diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik,
maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan
penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan
terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
6. Komplikasi
Menurut Broyles (1997) komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia,
hipokalsemia, disritmia jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia),
hiponatremia, dan shock hipovolemik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. PengkajianPengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali
dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan
pasien.
· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai
koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
· Perkusi : adanya distensi abdomen.
· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
· Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab
secara kuantitatip dan kualitatif.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncula. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake
terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan
peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
3. Intervensi dan RasionalDx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan
Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan
pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium Menilai status
hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat badan
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan Pembatasan diet per oral
mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi
kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis
klien memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi Mengistirahatkan kerja
gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanju
Dx.3 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan
kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian klien dan meningkatkan kemampuan
koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan
kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI
dapat diberikan sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang
mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang
anaknya mengalami masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang
mengalami masalah yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu
klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan
Dx.5 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang
penyakit dan perawatan anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang
pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan
keluarga dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek
samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri
anaknya
Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn
yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum
4. ImplementasiMelaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila
ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana,
kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam
evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan
tercapai.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Padangan 08/2 Padangan
Tanggal Masuk: 25 juli 2013
Diagnosa medis: Gastroenteritis
Nama Ayah : Tn. B
Umur :35 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : jawa
Alamat : Padangan 08/2 Padangan
Nama Ayah : Ny. S
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Suku bangsa : jawa
Alamat : Padangan 08/2 Padangan
1. Keluhan Utama
Alas an masuk dengan keluhan BAB berlendir dan berdarah sudah 4 hari yang lalu.
BAB yang sedikit tapi sering sekitar 7-8 kali perhari. pasien masuk via IGD Rujukan bidan
desa.
3. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran compos mentis, panjang badan 65 cm, BB 6 kg, LILA 35 cm, lingkar
kepala 39 cm, TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit, keluhan lain BAB
berlendir dan berdarah serta encer.
4. Riwayat kesehatan
keluhan utama BAB encer, berlendir dan berdarah,sehari bias 7-8 kali. Keluhan sudah
ada 4 hari sebelum pasien masuk RS, factor pencetus adalah alergi susu sapi. Pada riwayat
kesehatan dahulu tidak ada penyakit berat dan tidak ada dioperasi, keluarga tidak ada
penyakit menular atau keturunan.
5. Riwayat Imunisasi
imunisasi belum lengkap, imunisasi yang didapat adalah BCG, DPT, Polio, imunisasi
yang belum didapat adalah Campak, waktu imunisasi adalah sebelum dirawat di RS.
6. Psikososial
hubungan dengan anggota keluarga anak sangat dekat dengan ayah dan ibunya. ps
tidak ada teman sebaya. karakter periang.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
motorik halus, motorik kasar, kognitif dan bahasa berkembang dengan baik.
Pertumbuhan dan Perkembangana) Motorik Mengguling, umur : 4 bulan Duduk, umur : 7 bulan Merangkak, umur : 9 bulan Berdiri, umur : 10 bulan Berjalan, umur : -b) Sosial Kognitif Tersenyum, umu : 3hari Mengucap kata pertama, umur : 10 bulan Bermain, umur : 9 bulan Sekolah, umur : -
8. Jenis Kebutuhan
a. makanan, pada kondisi sehat nakan teratur, makanan air tajin, 3x/ hari. selama sakit ps
tidak diperbolehkan minum susu sapi oleh dokter, intake inadekuat, mengisap putting susu
lemah, ASI diberikan tidak adekuat, ibu jarang menyusui bayinya.
b. cairan, selama sehat px minum susu teratur, selama sakit masukan oral sebayak 300cc dan
pemasukan parenteral sebanyak 250cc total 550 cc.
c. eliminasi, selama sehat frekuensi BAK 5-6 kali perhari, warna kuning bening bau khas,
jumlah 350- 400 cc/ hari. selama sakit frekuensi 6-7 kali perhari, warna kuning, bau khas,
tidak terpasang kateter, ada tahana waktu BAK, ps tampak mengedan saat BAK. BAB
selama sehat 1 x / hari, konsistensi lembek, mengikuti bentuk kolon. warna dan bau tidak
terkaji. waktu sakit BAB 7-8 x / hari dengan konsistensi encer, tidak mengikuti bentuk
kolon, warna kuning kemerahan, bau amis, jumlah tidak terkaji, ada lendir dan darah, ps
tampak mengedan saat BAB dan meringis, tidak ada pemakaian laksatif.
d. tidur, selama sehat pola tidur teratur, malam 9-10 jam, siang 1,5 jam, jumlah jam tidur
11,5 jam. waktu sakit, pola teratur, malam 9-10 jam, siang 11,5 jam,
e. kebutuha bermain, waktu sehat, jenis permainan tepuk tangan frekuensi sering jika ps
tidak bisa tidur, 16 menit tiap bermain, teman bermain ibu pasien. waktu sakit permainan
sama.
9. Pemeriksaan Fisik
a. kepala : lingkar kepala 37 cm, distribusi rambut hanya dibagian atas saja tekstur rambut
halus, warna hitam, tidak ada lesi, wajah agak pucat.
b. Mata : mata simetris, palpebra tidak ada pembengkakan, konjungtiva agak pucat, sclera
putih,m ukuran pupil 2 cm, reaksi pupil +/+ kiri dan kanan..
c. Hidung : hidung simetris, warna sama dengan kulit sekitar, bersih, septumdan konka
hidung tidak ada kelainan, tidak ada sekret dan polip.
d. Telinga: posis sejajar kiri dan kana, tidak ada secret, membrane timpani tidak ada
peradangan, ketajaman penuh. Tidak ada nyri aurikel dan mastoid.
e. Mulut : simetris, bersih, bibir normal, gigi belum lengkap, tonsil normal.
f. Thorak / dada paru : bentuk normal chest, simetris, pernafasan dada, gerakan paru
simetris, ekspansi dada simetris, taktil fremitus teraba, sura paru sonor, suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
g. Jantung: iktus kordis tidak terlihat, precordial fraction rub tidak terlihat, iktus kordis
teraba, batas jantung jelas dan tidak ada pembesaran, suara organ jantung pekak, bunyi
jantung S1 dan S2 terdengar, intensitas S1>S2 dan bunyi reguler.Tidak ada bunyi jantung
tambahan.
h. Abdomen dan anus : abdomen bentuk soepel, simetris, warna sama dengan kulit sekitar,
tidak ada lesi dan asites. Bising usus 38 x / menit, bunyi bruit tidak terdengar. Suara
abdomen tympani, tidak terdapat massa dan pembesaran, titik mc burney tidak ada nyeri,
tanda peritonitis tidak ada. Palpasi dalam pada hepar dan limpa tidak terdapat pembesaran
dan nyeri. Warna anus merah muda / kemerah-merahan. terdapat lesi, tidak ada fistula dan
hemoroid.
i. Genitalia : simetris, tidak terpasang kateter dan tidak ada kelainan.
j. Ektremitas dan punggung : punggung tidak ada lesi, tidak ada nyeri dan kelainan tulang
belakang. Ekstremitas simetris, tidak ada edema dan deformitas tulang. Palpasi tulang dan
sendi normal. Kekuatan otot 5. Tidak ada keterbatasan gerak.
k. Kulit : lesi tidak ada, kulit lembab, turgor elastisitas, tekstur elastic, tidak ada kemerah
merah.
10. Pemeriksaan Neurologis
Reflek fisiologis: babynski +, rooting +, soaking lemah, bayi malas mengisap putting susu
ibunya, reflek meningeal: kejang + tiap sebentar,sekitar 5 detik.
11. Hasil Pemeriksaan Diagnostic
- Pemeriksaan Hb = 9,8 gr% ( 01 Agustus 2013)
- Pemeriksaan Hb = 10,2 gr% ( 02 Agustus 2013)
- Pemeriksaan Hb = 10,7 gr% ( 03 Agustus 2013)
12. Terapi Yang Diberikan
1-8-2013 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
2-8-2013 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
03-8-2013 :
Luminal 2 x 15 mg
Oralit 50 mg tiap mencret
Diit ML 700 kkal
IVFD Kaen IIIB 28 tts / i
B. Analisa Data
No. Data Fokus Penyebab Masalah
1. DO: BAB encer, berlendir serta berdarah KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C, Nadi 140 x/menit, RR 46
x/menitDS:
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
Alergi susu
sapi
Diare
2. DO: Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar anus Frekuensi diare 7-8 x/ hari Daerah sekitar anus lembab
DS: Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2
hari.
ekskresi/BAB
sering
Kerusakan
integritas
kulit
3. Do:Bayi tampak malas menyusu kepada ibunyaReflek menyusu lemahBB turun = 6,5 kg – 6 kg dalam 3 hariKU lemahPs. Hanya minum susu ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat
DS: Ibunya mengataka bahwa jarang menyusui
anaknya Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak
teratur
Kelemahan
reflek
menyusui
Menyusui
tidak efektif
C. Diagnosa Keperawatan
Diare b.d Alergi susu sapi kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
D. Intervensi
No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil(NOC)
Intervensi(NIC)
1 Diare b.d Alergi susu Setelah dilakukan tidakan Fluid management
sapiDitandai dengan :
Keluaga mengatakan BAB encer sudah 4 hari, jumlah sedikit.
BAB encer, berlendir serta berdarah
KU ps. Lemah Bising usus 38x/menit BAB 7-8 Perhari TTV: Suhu: 36,6 C,
Nadi 140 x/menit, RR 46 x/menit
keperawatan dalam 5 x 24 jam eliminasi BAB dan status hidrasi efektif.
Kriteria hasil: Tidak ada diare Konsistensi tidak cair Ada ampas Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi TTV dalam batas normal Bising usus dalam batas
normal
Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor vital sign Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV
Monitor status nutrisi Dorong masukan oral Kontrol bising usus Dorong keluarga untuk
membantu pasien minum susu
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Berikan oralit sesuai indikasi2 kerusakan integritas kulit
b/d ekskresi/BAB seringDO:
Warna anus kemerahan Terdapat lesi disekitar
anus Frekuensi diare 7-8 x/
hari Daerah sekitar anus
lembabDS:Keluarga mengatakan lesi dibagian anus sudah 2 hari.
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 5 x 24 jam membrane mukosa dan kulit kembali efektif
Kriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit Perfusi jaringan baik Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Skin care Hindari kerutan padaa tempat
tidur Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering Mobilisasi pasien (ubah posisi
pasien) setiap dua jam sekali Monitor kulit akan adanya
kemerahan Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada derah yang tertekan
Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangatJaga kulit tetap kering
3 Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui d.d:Do:
Setelah dilakukan tidakan keperawatan dalam 7 x 24 jam status nutrisi dan menyusui efektif.
Nutrition ManagementKaji BB setiap hariKaji adanya kelemahan dan
kelasan bayi dalam menyusui
Bayi tampak malas menyusu kepada ibunya
Reflek menyusu lemah BB turun = 6,5 kg – 6
kg dalam 3 hariKU lemah Ps. Hanya minum susu
ASIHb: 9,8 gr%Wajah bayi agak pucat
DS: Ibunya mengatakan
bahwa jarang menyusui anaknya
Ibunya mengatakan mrnyusui anaknya tidak teratur
Kriteria Hasil : Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan malnutrisi Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti Ibu mau menyusui anaknya
dengan teratur Reflek menyusui anak baik Hb dalam batas normal Bayi tidak lagi malas
mengisap putting susu Bayi tidak lagi pucat
Kaji kadar Hb Ajarkan ibu pentingnya
memberi susu secara teraturKaji adanya pucat Beritahu ibu pentingnya ASI
bagi bayi
E. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
1-8-2013
Kamis
09.0009.1010.00
12.0012.3012.4513.00
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan umum
ps Memberikan cairan lewat
infus Mengukur balance cairan Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising usus
S: - O:
- berat popok 500 gr - TTV: S: 36,6 C N: 140x/menit RR:46 X/menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.- Balance cairan +150 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan berdarah- Bisisng usus = 38 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
1-8-2013
Kamis
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi diare
setiap 24 jam Mengobservasi tanda –
tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan verbeden
S: keluaga mengatakan ada lesi
dibagian anusO:
frekuensi diare 7-8 x/ hari terdapat kemerahan disekitar anus verbeden setiap hari ps. Tamapk tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d
TTD
ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
1-8-2013
Kamis
10.00
12.0012.1012.1512.30
12.45
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya alergi Mengkaji tingkat kerajinan
ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
gizi- BB: 6 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman selama
pemberian diit- Tidak ada perubahan pigmen kulit- Hb 9,8 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
TTD
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
2-8-2013
Jum at
09.0009.1010.00
12.0012.3012.4513.00
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan umum
ps Memberikan cairan lewat
infus Mengukur balance cairan Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising usus
S: - O:
- berat popok 400 gr - TTV: S: 36,8 C N: 148 x /menit RR:50 x /menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.- Balance cairan +170 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan berdarah- Bisisng usus = 36 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan
TTD
2-8-2013
Jum at
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi diare
setiap 24 jam Mengobservasi tanda –
tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan verbeden
S: keluaga mengatakan masih ada lesi
dibagian anusO:
frekuensi diare 6-7 x / hari terdapat kemerahan disekitar anus verbeden setiap hari ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
2-8-2013
Jum at
10.00
12.00
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi
TTD
12.1012.1512.30
12.45
13.00
Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya alergi Mengkaji tingkat kerajinan
ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai indikasi
Mengukur Hb
- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli gizi
- BB: 6,1 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman selama
pemberian diit- Tidak ada perubahan pigmen kulit- Hb 10,2 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
Tanggal/ hari
Jam No. Dx
Implementasi Evaluasi Paraf
3-8-2013
Sabtu
09.0009.1010.00
12.0012.3012.4513.00
I Mengukur TTV Mengkaji keadaan umum
ps Memberikan cairan lewat
infus Mengukur balance cairan Mengkaji BAB Menimbang popok Mengukur bising usus
S: - O:
berat popok 350 gr - TTV: S: 36,5 C N: 140 x /menit RR: 46 x /menit
- IVFD=RL 20 tts / menit mikro.- Balance cairan +170 ml- KU ps lemah- BAB encer, berlendir, dan berdarah- Bising usus = 32 x / menit
A: Diare b.d Alergi susu sapi belum teratasiP=Intervensi dilanjutkan
TTD
3-8-2013
Sabtu
09.0009.10
19.15
10.0012.00
II Mengkaji adnya lesi Mengkaji frekuensi diare
setiap 24 jam Mengobservasi tanda –
tanda kerusakan integritas kulit
Memandikan ps Melakukan verbeden
S: keluaga mengatakan masih ada lesi
dibagian anusO:
frekuensi diare 5 x / hari terdapat kemerahan disekitar anus verbeden setiap hari ps. Tampak tenag setelah
dimandikan dan diberi lotionA: kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering belum teratasiP: Intervensi dilanjutkan
TTD
3-8-2013
Sabtu
10.00
12.0012.1012.1512.30
12.45
III mengkaji kekuatan menusui pada bayi
menimbang BB Mengkaji turgor kulit Mengkaji adanya alergi Mengkaji tingkat kerajinan
ibu dalam menyusui bayinya.
Memberiakn diit sesuai
S:-O:
- Ps. Alergi susu sapi- Diit diberikan sesuai konsultasi ahli
gizi- BB: 6,3 kg- Turgor kulit jelek- Lingkungan nyaman selama
pemberian diit
TTD
13.00indikasi
Mengukur Hb- Tidak ada perubahan pigmen kulit- Hb 10,7 gr%
A: Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui belum teratasiP : intervensi dilanjutkan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang kelompom lakukan pada An. A dengan
Gastroenteritis diruangan Teratai RSUD Dr. Soeprapto Cepu dapat ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu:
Diare b.d Alergi susu sapi
kerusakan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
Menyusui tidak efektif b.d Kelemahan reflek menyusui
Setelah Perencanaan keperawatan disusun, dalam pelaksanaan keperawatan,
kelompok dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah disusun Dalam
melaksanakan tindakan keperawatan kelompok bekerjasama dengan klien, keluarga, dan
perawat ruangan. Selain itu, implementasi keperawatan tersebut disesuaikan dengan kondisi
dan fasilitas ruangan perawatan klien.
B. Saran
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menambah koleksi bacaan di perpustakaan sehingga mudah dalam
pembuatan tugas.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan data ini dapat menjadi referensi dalam pembuatan asuhan keperawatan yang
mengacu pada standar SNL (Standard Nursing Language) yang dianjurkan oleh NANDA.
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda
company, USA.
NIC (Nursing Intervention Classification)
NOC (Nursing Outcomes Classification)
NANDA
top related