Transcript
BAB I
PEMBAHASAN
DEFENISI
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga Dengue Hemorrhagic
(DHF), disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamik aedes
aegypti, yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
pembentukan system pembekuan darah, sehingga menyebabkan perdarahan – perdarahan
(Anomin, 1997)
Demama berdarah dengue(DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes
aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya
dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996 bahwa).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan Dmam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam
Etiologi
a. Virus dengue sejenis arbovirus.
b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue
1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue
3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk
batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium
diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3
merupakan serotif yang paling banyak
Pencegahan penyakit DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya,yaitu
nyamuk Aedes Aegeypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa metode yaitu :
1. linkungan
metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PNS DBD ( Gerakan 3M)
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ian
adu,/ikan cupang) dan bakteri.
3.kimiawi
cara pengendalian ini antara lain dengan:
a. pengasapan pogging, dengan menggunakan insektisida golongan malathion dan
penithion, yang berguna untuk memberantas nyamuk dewasa yang suka hinggap
pada benda-benda tergantung seperti pakaian ,klambu dan lain sebagainya.
b. Memberikan bubuk abate ( temephos) pada tempat-tempat penampungan air
seperti gentong air,vas bunga, kolam dan lain-lain
PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody.
Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan
dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh
darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama
perdarahan saluran gastrointestinal.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia
dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat
bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan
dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian
DIAGNOSIS
Diagnosis demam berdarah dengue dan kriteri beratnya penyakit didasarkan pada
patokan WHO (1975)
Mendadak panas tinggi selama 2-7, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38 C
sampai 40 C atau lebih
Tampak bintik –bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah
itu tidak hilang.
Kadang – kadang terjadi pendarahan di hidung ( mimisan )
Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah
Tidak ada nafsu makan (Anoreksia), diare, konstipasi.
Tes tourniquet positif
Sakit kepala
Pembengkakan sekitar mata
Pembesaran limpa, hati, dan kelenjar getah bening
Tanda – tanda renjatan ( sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah )
Adanya perdarahan yang peteki, akimosis, atau purpura
Kadang – kadang nyeri ulu hati karena terjadi perdarahan di lambung
Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat.
Perdarahan selaput lender mukosa, alat cerna gastro intestinal, tempat suntikan
atau di tempat yang lain
Hematenesis atau melena, epistaksis, hematuria.
Trombositopenia ( 100.000 per mm)
Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permiabilitas
dinding pembuluh darah, yang di tandai dengan munculnya satu atau lebih dari
a. Kenaikan nilai 20 % hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis
kelamin
b. Menurunnya nilai hematokrit dan nilai dasar 20 % atau lebih sesudah
pengobatan
c. Tanda – tanda pembesaran limpa, efusi pleura, asites, hipoprotemia.
Klasifikasi
a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah
kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan
manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan
lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita
gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran
Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
TUJUAN TERAPI
Adapun tujuan terapi terhadap penyakit demam berdarah dengue adalah :
Gangguan terhadap volume cairan tubuh dapat diatasi
Hipertermi dapat teratasi
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
Pendarahan tidak terjadi
Shock hipovolemik dapat teratasi
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu :
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Pemberian cairan melalui infus.Pemberian cairan intra vena
(biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na +
130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl
109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari
.
Pengelolaan penderita DBD tanpa syok
- penderita diberi minum banyak baik berupa air the, sirup,susu, atau larutan oralit.
Tidak di anjurkan pemberian cairan melalui pipa lambung ( nasogastric tube).
- infuse diberikan bila terus-menerus muntah sehingga asupan peroral tidak
mungkin, dan penderita terancam hipovolemia intravaskuler yang dapat ditentukan
dengan pemeriksaan hematokrit. Larutan yang digunakan ringer laktat dengan
jumlah yang sama dengan yang diberikan pada dehidrasi sedang akibat
gastroenteritis.
- karena DBD sukar diduga perjalanan penyakitnya, maka penderita sebaiknya
segera dirujuk ke RS terdekat.
Pengelolaan penderita DBD dengan syok
- penderita perlu mendapat infuse Ringer laktat, atau campuran NaCl 0,9% :glukosa
10% (1:3)
- kecepatan infuse permulaan 20 ml/kgBB/jam. Bila syok mulai teratasi jumlah
cairan dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam.
- untuk pemantauan dan penangan lebih lanjut, sebaiknya penderita dirujuk ke RS
terdekat.
IM PLIKASI
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan .
pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya
meliputi :
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai
sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok
(denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama
pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
2. Diagnosa keperawatan .
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan,
kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul
sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF
diantaranya :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
3. Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu
pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan
yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi.
Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan :
a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
Tujuan :
Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
Volume cairan tubuh kembali normal
Intervensi :
1) Kaji KU dan kondisi pasien
2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
3) Observasi tanda-tanda dehidrasi
4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
5) Balance cairan (input dan out put cairan)
6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh
keringat.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan
Hipertermi dapat teratasi
Kriteria hasil
Suhu tubuh kembali normal
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap
keringat seperti terbuat dari katun.
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 –
2000 cc per hari
6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan
Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil
Intake nutrisi klien meningkat
Intervensi
1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi
sering
4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi
Tujuan
Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat
Kriteria hasil
Klien mengerti tentang proses penyakit DHF
1) Kaji tingkat pendidikan klien.
2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF
3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.
4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau
diketahuinya.
5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
e. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.
Tujuan
Perdarahan tidak terjadi
Kriteria hasil
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
5) Monitor hasil darah, Trombosit
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra
vena.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Tujuan
Shock hipovolemik dapat teratasi
Kriteria hasil
Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.
Intervensi
1) Observasi tingkat kesadaran klien
2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).
3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)
4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.
4. Penyuluhan pada keluarga/pasien
Pada pasien tersangka DBD perlu mendapatkan penyuluhan / penjelasan
yaitu:
1. Kontrol setiap hari ke rumah sakit / puskesmas selama masih demam
2. Berikan obat penurun demam bila diperlukan
3. Berikan minum 4-6 gelas per hari, disamping iar putih dapat diberika
teh manis, sirup, jus buah, atau oralit.
4. apabila sewaktu – waktu di jumpai tanda kegawatan, yaitu :
- Anak tampak lemas
- Badan dingin, terutama tangan dan kaki
- Muntah terus menerus
- Mimisan
- Perdarahan lain
Segera di bawah kembali ke rumah sakit / puskesmas
5. baca formulir pesanan yang di berikan oleh dokter.
5. Evaluasi.
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau
tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif /
evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat
setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang
dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi :
a. Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.
c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.
d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.
e. Pengetahuan keluarga bertambah.
f. Shock hopovolemik teratasi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga Dengue Hemorrhagic
(DHF), disebabkan oleh virus dengue yang di tularkan melalui gigitan nyamik aedes
aegypti, yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada
pembentukan system pembekuan darah, sehingga menyebabkan perdarahan – perdarahan
yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam, Tampak bintik –bintik merah pada kulit
dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang., Kadang – kadang terjadi
pendarahan di hidung ( mimisan ), terjadi muntah darah atau berak darah Tidak ada nafsu
makan (Anoreksia), diare, konstipasi, Sakit kepala, Pembesaran limpa, hati, dan kelenjar
getah bening.
Dengan diagnosa keperawatan :
a. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah
dan demam.
b. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, tidak ada nafsu
makan.
d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit b/d kurangnya informasie.
Resiko terjadinya perdarahan b/d trombositopenia.
f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Saran
Dengan mempelajari farmasi saya dapat mengetahui bagaiman cara mencegah
dan mengobati penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga saran saya agar
pembaca lebih memahami gejala – gejala dalam hal yang dapat menyebabkan DBD dan
dapat mmeriksaan ke Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro,Sri Rzeki.2004. Demam Berdarah Dengue, FKUI. Jakarta.
Wilson,Lorraine M, Price,Sylvia A. 2005. Konsep klinis proses – proses penyakit, EGC.
Jakarta.
Guyton,Arthur C,1990,Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit,EGC,Jakarta.
http://www.Cermin dunia kedokteran. Co.Id
http://www.Asuhan keperawatan DBD .CO.Id
http://www.PPNI.Co.Id
Tugas kelompok :Metodelogi keperawatan
Dosen pembimbing :Rakhim, S.Kep,M.Kes
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI
O L E H :
NUR HIFMAWATI ARIEF
p.06.028.1.1.028
A1. keperawatan
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2009
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha
Esa,karena berkat rahmat ,taufik dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas ini
dengan tepat waktu, walaupun dalam bentuk sangat sederhana dengan judul “Asuha
keperawatan pada kasus Hipertiroidisme”
Kami menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami harapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun kepada para pembaca, teman – teman, dan dosen pembimbing
untuk kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya khususnya dalam menambah ilmu
pengetahuan kami.
Kendari, September 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
Demma berdarah dengue (Dengue hemorhagic fever) adalah penyakit infeksi
yang di sebabkan oleh 4 (empat) serotipe virus dengue dan secara klinis di tandai dengan
adanya manifestasi perdarahan dan dapat berkembang menjadi renjatan (dengue shock
syndrom) yang berakibat fatal. Trombositopeni yang bersamaan dengan hemokonsentrasi
merupakan gambaran yang selalu di temukan. Terutama sekali ditemukan di filifina pada
tahun 1953, thailan 1958, Malaysia, Singapur dan vietnam pada tahun 1953- 1964.
Di indonesia pertama kali di jumpai di Surabaya pada tahun 1968 dan kemudian
disusul dengan daerah – daerah yang lain ( jumlah penderita menunjukkan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, dan penyakit ini banyak terjadi dikota –
kota yang padat penduduknya. Akan tetapi dalam tahun –tahun terakhir ini, penyakit ini
juga terjadi di daerah pedesaan.
Penyakit ini umumnya mengenai anak yang berumur 1-5 tahun, akan tetapi
belakangan ini terlihat bahwa golongan umur diatas 15 tahun semakin banyak yang
menderita Demam Berdarah Dengue,dimana proporsinya brrubah dari 4,3% pada tahun
1968 menjadi 2,6% pada tahun 1988.
Serotipe virus Dengue (DEN-I, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) secara antigenik
sangat mirip satu dengan lainnya, tetpi tidak dapat menghasilkan proteksi silang yag
lengkap setelah terinfeksi oleh salah satu tipe,. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti, A.albopictus, A.polynesiesis, dan beberapa spesies A.scuttelaris.
akan tetapi di indonesia penularan melalui A.aegypti dan A.albopiktus
i
2.Rumusan masalah
Yang menjadi permasalahan tentang penyakit DBD dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Bagaimana mengetahi tentang penyakit DBD,Patofisiologi, diagnosis, cara
penularan dan cara pencegahannya
2) Bagaimana penanganan penyakit DBD yang di mulai dari pengkajian, diagnosa,
intervensi, dan memberikan penyuluhan pada penderita dan keluarganya.
3.Tujuan
Adapun tujuan pembutan makalah tentang penyakit DBD yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian DBD, patofisiologinya, Diagnosis, cara
pencegahan dan penularannya
2) Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan penyakit DBD dan
memberikan penyuluhan pada penderita dan keluarga
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................i
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................ii
1.3 Tujuan........................................................................................iv
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI.................................................................................1
2.2 PATOFISIOLOGI.....................................................................3
2.3 DIAGNOSIS.............................................................................3
2.4 TUJUAN TERAPI....................................................................6
2.5 PENATALAKSANAAN.........................................................6
2.6 IMPLIKASI
- Pengkajian .........................................................................8
- diagnosa kepeawatan .........................................................8
- intervensi............................................................................9
- penyuluhan pada pasien / keluarga....................................11
- evaluasi .............................................................................12
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................13
3.2 Saran.......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
top related