Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal berjalan mulai dari mulut ke anus, yang
berfungsi untuk ingesti dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta
penyerapan zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan.
Saluran GI berawal di rongga mulut berlanjut ke esofagus dan lambung
dimana makanan sementara disimpan sampai di salurkan ke usus halus.
Setelah diserap di usus makanan disalurkan ke usus besar (colon dan rectum).
Organ-organ tambahan sistem GI meliputi hati, pankreas, kandung empedu
dan apendik. Jika salah satu organ GI terganggu maka akan menimbulkan
gangguan, salah satunya apendik. Apendik cenderung menjadi tersumbat atau
rentan terhadap infeksi bila pengosongan mukusnya tidak efektif dan
lumennya yang kecil kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
apendikdisitis. Apendikdisitis sering terjadi antara 20 dan 30 tahun.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dalam melaksanakan ASKEP pada
klien dengan apendiksitis baik perawat, individu dan keluarga, sehingga
tercapai keperawatan yang komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui makalah ini diharapkan kelompok mampu melaksanakan Askep
pada klien apendik.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini kelompok diharapkan :
a. Mampu menjelaskan tentang konsep apendiksitis.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien post apendiktomi
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien post
apendiktomi.
1
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien post
appendiktomi.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah studi literatur dimana penyusun menggunakan buku-buku sumber
sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
B. Pengertian
C. Penyebab
D. Gambaran Klinis
E. Klasifikasi
F. Pathofisiologi
G. Evaluasi Diagnostik
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
BAB III : TINJAUAN KASUS
BAB IV : PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
Apendix merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan.
Apendiks panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal, apendix berisi mukus dan mengosongkan diri secara
teratur, kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektif dan lumen
yang kecil apendix cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendixitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih sering mengalami
apendixitis, dibandingkan wanita, dan remaja lebih sering mengalami daripada
orang dewasa, meskipun sering terjadi pada usia berapapun, apendixitis paling
sering terjadi antara usia 20 dan 30 tahun (Brunner dan Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah 2002. 1097)
B. Pengertian
Apendixitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai
yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluh darahnya.
(Curwin, Patohofisiologi, 2001. 529)
C. Penyebab
Penyebab dari apendixitis ialah terjadinya obstruksi pada lumen
apendix. Obstruksi pada Lumen apendix biasanya diakibatkan oleh:
- Fecalith
- Cacing
- Pembesaran jaringan limpoid
- Infeksi Virus
- Efek samping dari tindakan barium enema.
- Biji-bijian
- Tumor
3
D. Gambaran Klinis
Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan,
terdapatnya nyeri tekan dan nyeri lepas.
Bila apendix melingkar di belakang sekum perasaan nyeri dan nyeri
tekan dapat terasa didaerah lumbar, bila ujung apendix ada pada pelvis, tanda-
tanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan rektal. Nyeri pada saat
berkemih menunjukan letak ujung apendix dekat dengan kandung kemih atau
ureter adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah. Apabila apendix telah ruptur nyeri menjadi menyebar, terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik.
E. Klasifikasi
Apendixitis dapat diklasifikasikan berdasarkan munculnya gejala
sebagai berikut :
1. Apendixitis akut : yaitu apendixitis yang timbul secara tiba-tiba dan
dirasakan sangat hebat.
2. Apendixitis kronis : yaitu apendixitis yang timbul secara yang dirasakan
hilang timbul dan diketahuinya dalam kondisi yang
sudah berat.
4
F. Pathofisisologi
Obstruksi lumen apendix oleh berbagai penyebab
menghambat dan menyumbat pengeluaran mukus
dari lumen apendix
Terjadi reaksi inflamasi/infeksi
Peningkatan tekanan intra luminal
Nyeri abdomen atas/Menyebar hebat secara progresif
Dalam beberapa jam nyeri terlokalisasi
di kuadran kanan bawah
Aliran darah ke dalam apendix menurun
Hipoxia pada jaringan
lumen apendix
Nekrosis
Gangren
Perforasi dalam jangka waktu 24-36 jam
G. Evaluasi Diagnostik
- Pada pemeriksaan laboratium, didapatkan peningkatan jumlah leukosit
lebih dari 10.000/mm3
- Pemeriksaan USG menunjukan adanya densitas pada kuadran kanan
bawah abdomen atau adanya aliran udara terlokalisasi.
H. Penatalaksanaan
Pada kasus apendixitis pembedahan diindikasikan bila diagnosa,
apendixitis telah ditegakan, antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai
pembedahan dilakukan.
Apendixtomy dilakukan untuk menurunkan resiko terjadi perforasi.
5
I. Komplikasi
Komplikasi utama pada apendixitis adalah terjadi apendix perforasi
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Perforasi terjadi 24
jam setelah awitan nyeri insiden terjadinya apendix perforasi lebih tinggi pada
anak dan lansia.
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN :
I. Pengkajian
a. Identitas Klien.
Perlu dikumpulkan data-data yaitu nama, umur, alamat, dan pekerjaan
klien serta data lain yang diperlukan.
b. Keluhan Utama.
Perlu dikaji adanya rasa nyeri pada abdomen daerah kuadran kanan
bawah.
c. Riwayat Kesehatan.
Kembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu.
- Kaji apakah pernah klien dioperasi pada bagian abdomen.
- Riwayat pernah diberi bubur barium enema.
- Riwayat diit tinggi serat.
- Riwayat kebiasaan memakan-makanan biji-bijian.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah kebiasaan didalam anggota keluarga yang dapat
menyebabkan apendix.
f. Pemeriksaan Fisik.
Sistem Pernafasan
Adanya takipneu dan pernafasan dangkal akibat adanya rasa nyeri.
Sistem Kardiovaskular.
Adanya takikardi juga akibat perasaan nyeri.
Sistem Percernaan
6
- Pada inspeksi terlihat perilaku klien berhati-hati dan atau tidur
terlentang dengan lutut ditekuk
- Penurunan atau tidak adanya bising usus.
- Nyeri atau perasan tidak enak pada daerah epigastrium atau nyeri
umbilikal diikuti dengan anorexia, nausea dan atau tanpa vomitus.
Gejala ini berlangsung 1-2 hari selanjutnya nyeri tersebut bergeser
ke daerah kuadran kanan bawah.
- Pada palpasi di daerah kuadran kanan bawah terasa ada yg
membengkak dan klien merasa nyeri, nyeri tekan dan nyeri lepas
(+), disertai spasme otot (detense musculer (+)), adanya perasaan
ingin defekasi atau flatus yang sering.
Sistem Persarafan
Ditemukan adanya rasa nyeri, nyeri tekan dan lepas pada abdomen
kuadran kanan bawah.
Sistem Endokrin
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid
Sistem Genitourinaria
- Pada preoperasi : Tidak ditemukan adanya kelainan
- Pada post operasi : Sering ditemukan adanya inkontinensia urine
akibat pengaruh anastesi.
Sistem muskuloskeletal
Ditemukan adanya kekakuan otot pada daerah abdomen dan pada
daerah ekstermitas terjadi kelemahan otot karena kurangnya suplai
nutrisi akibat proses infeksi yang terjadi pada daerah usus.
Sistem Integumen
Suhu tubuh meningkat karena adanya proses infeksi.
Sistem penglihatan, pendengaran dan wicara
Tidak ditemukan adanya kelainan pada kasus appendiktomie.
7
g. Data Psikologis
1) Status emosi
Klien labil karena adanya rasa nyeri.
2) Kecemasan
Meningkat karena akan menghadapi prosedur operasi dan karena
kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara perawatan.
3) Gaya komunikasi
Pada dasarnya tidak ada gangguan kecuali ketika klien merasa nyeri.
4) Konsep diri
Yang dikaji adalah gambaran diri, peran diri, harga diri, identitas diri
dan ideal diri.
h. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi antara pasien dan keluarga serta
masyarakat selama ia menderita sakit.
i. Data Spiritual
Mengidentifikasikan tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap
kesembuhan penyakitnya dan gangguan dalam melaksanakan ibadah.
j. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan leukositosis, neutropil meningkat sampai 70%, pada
pemeriksaan urine normal tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
2) Rontgen
Foto abdomen dapat dinyatakan adanya pengerasan material pada
appendik, ileus terlokalisir.
8
II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi
jaringan usus akibat inflamasi/adanya insisi bedah
Intervensi :
Bimbing dan ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam (Pursed Lips
Breathing) dan batuk efektif.
Lakukan teknik distraksi : berikan posisi nyaman sesuai keinginan
klien.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Kaji ulang skala nyeri.
2. Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan muntah, pra
operasi, pembatasan pasca operasi (puasa), status hipermetabolik
(demam), inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Intervensi :
Monitor BU dan flatus setiap satu jam
Monitor adanya kembung dan muntah
Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
Lakukan test veeding bila BU dan flatus (+)
Berikan makanan secara bertahap mulai dari cair, lunak, nasi biasa
dengan diit TKTP.
Kolaborasi pemberian terapi antiemetik.
3. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
Berikan pembatasan tentang pentingnya mobilisasi dini, cara dan
waktunya.
Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.
Berikan kesempatan pada klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
9
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
operasi tindakan/prosedur invasif.
Intervensi :
Ganti sprei dan pakaian yang kotor serta potong kuku klien
Lakukan perawatan luka (ganti verban) mulai hari ke-3, selanjutnya
setiap hari dengan teknik aseptik dan antiseptik.
Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi di sekitar luka.
Kolaborasi pemberian antibiotik dan antivirus
Kolaborasi pemeriksaan hematokrit, Hb dan leukosit ulang.
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan denagn akumulasi sekret akibat
efek samping anasthesi.
Intervensi :
Monitor kepatenan jalan napas, respiratory rate, irama, pola dan bunyi
nafas.
Pertahankan posisi semi fowler.
Berikan terapi O2 sesuai dengan kbutuhan.
Miringkan kepala klien ke salah satu sisi
Bila perlu lakukan suctioning.
6. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan
adanya rasa nyeri.
Intervensi :
Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.
Anjurkan berdo’a, membaca dll yang dapat memberikan ketenangan
saat tidur.
Atur program pengobatan dan perawatan sehingga tidak mengganggu
waktu tidur klien.
Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien saat tidur.
Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas sebelum tidur dan
anjurkan untuk minum susu hangat.
Kolaborasi untuk pemberian obat tidur, bila diperlukan.
III. Pelaksanaan/Implementasi
10
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
pelaksanaannya berdasarkan urutan waktu tindakan yang dilakukan.
IV. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini
ditujukan untuk menilai perkembangan klien berupa catatan SOAPIER yang
dibuat untuk menentukan apakah :
1. Tujuan telah tercapai dengan waktu yang ditentukan dalam intervensi.
2. Tujuan hanya tercapai sebagian
3. Terjadi penurunan kondisi klien.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : An. E
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan -
Ciledug
Tanggal Masuk : 26 April 2004
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2004
No. CM : 04133107
Diagnosa medis : Post op Appendictomi per Laparotomi atas
Indikasi Apendiksitis Perforasi.
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan -
Ciledug
Hubungan dgn klien : Ayah klien
12
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah luka operasi.
b. Keluhan waktu didata
Pada saat didata klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi, nyeri
dirasakan bertambah berat bila klien berubah posisi atau tidur dengan kaki
diluruskan, nyeri dirasakan berkurang bila klien tidur dengan posisi
terlentang dengan kaki ditekuk. Nyeri dirasakan oleh klien seperti diiris-
iris dan terasa perih. Nyeri dirasakan hanya terlokalisasi pada daerah
operasi, skala nyeri klien 3 (skala 1-5) nyeri dirasakan + 2 menit dan
terasa setiap 10-15 menit sekali.
c. Riwayat masuk RS
Sekitar 10 hari sebelum masuk RS klien mengeluh sakit perut, kembung
dan perut terasa mengeras, lalu dibawa ke klinik kesehatan. Klien
didiagnosa typoid abdominalis, lalu klien diberi obat dan pulang. 2 hari
sebelum masuk RS perutnya semakin kembung dan mengeras dan
esoknya klien muntah-muntah. Tanggal 26 April 2004, klien dibawa ke
RSU Tangerang dan esoknya dilakukan laparatomy + appendictomy a.i
apendicsitis perforasi.
Pada tanggal 22 Mei 2004 klien dilakukan operasi yang kedua kalinya
dengan laparatomi explorasi + ileotomi terminal dan colostomi asenden.
d. Riwayat kesehatan lalu
Klien belum pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah
menderita penyakit yang berat yang menyebabkan klien dirawat di RS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, serta penyakit lain seperti asma, TBC, hepatitis, maupun
DM.
13
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Bentuk dan ukuran hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, tidak ada sumbatan pada lubang hidung, tidak ada pengeluaran
abnormal dari lubang hidung, mukosa hidung tampak merah muda dan
tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran konkha, tidak ada nyeri
pada penekanan rongga sinus.
Bentuk dada simetris, pengembangan rongga dada simetris, tidak ada
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan. Pengembangan paru
sempurna, pada pemeriksaan fokal premitus getaran teraba simetris antara
paru kanan dan kiri, semakin ke ujung getaran terasa semakin lemah.
Suara paru terdengar bersih, pada periksa ketuk suara paru terdengar
resonan, tidak terdapat adanya penumpukan sekret, respirasi 24x.menit.
b. Sistem Cardiovaskuler
Hate Rate : 96x/menit, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni reguler,
pada pemeriksaan perkusi ukuran jantung terletak antara intercosta II
sampai intercosta V.
Pada pemeriksaan vaskularisasi, conjungtiva tampak anemis, nadi pada
ekstermitas teraba dengan jelas dan tidak mudah menghilang, akral teraba
hangat dan tidak ada cyanosis, CRT 2 detik.
c. Sistem Pencernaan
Bibir tampak kering dan agak pecah-pecah, gigi sudah tumbuh lengkap 20
buah, tidak ada pembengkakan maupun perdarahan gusi, lidah agak kotor,
palatum tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran tonsil, refleks menelan
baik.
Bising usus (+) 8x./menit merata pada setiap region, pada pemeriksaan
perkusi pada setiap region bunyi usus terdengar resonan, tidak ada
penumpukan cairan pada rongga abdomen, terdapat luka kolostomi
dibawah kanan umbilikus, tidak teraba pembesaran hepar maupun limpa,
14
keadaan anus bersih dan tidak terdapat luka. Berat badan dan tinggi badan
tidak terkaji.
d. Sistem Persyarafan
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi orang : klien dapat menyebutkan orang yang berdiri di
depannya
Orientasi tempat : klien mengatakan ia berada di RSU Tangerang
Orientasi waktu : klien mampu menyebutkan hari apa sekarang
Pemeriksaan nervus cranial I-XII tidak ada kelainan.
Pemeriksaan refleks :
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Babinsky (-)
e. Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut agak kotor, tidak ada ketombe, tidak ada luka
pada kulit kepala. Warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat, terdapat
luka pada abdomen yaitu bekas operasi laparatomi explorasi dan
colostomi + illeostomi. Luka laparatomi explorasi terletak pada abdomen
kuadran bawah. Sayatan horizontal sepanjang + 15 cm. pada sayatan
terpasang agraf sebanyak 20 buah, keadaan luka tampak kemerahan, luka
tampak basah, terdapat pus pada luka sebelah kanan. Keadaan kulit sekitar
luka tampak kemerahan dan terdapat alergi bekas pemasangan heperfik.
Luka kolostomi terletak pada kuadran kanan bawah dengan diameter + 7
cm. Keadaan stoma tampak kemerahan, tidak mengeluarkan darah/pus,
feces keluar + 20 cc setiap jam, feces merembes pada luka yang berada di
bawahnya, suhu 36,70C.
15
f. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala normal, tidak ada makrosefalus/mikrosefalus. Keadaan
tulang belakang tidak ada kifosis, lordosis maupun skoliosis, ekstermitas
kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan, tidak ada deformitas, tidak ada
kekakuan sendi, setiap sendi dapat bergerak dengan bebas. Keadaan otot
hipotoni, kekuatan otot
g. Sistem Genitourinaria
Tidak ada oedema pada palpebra, tidak ada oedema pada ekstremitas,
tidak ada penumpukan cairan pada abdomen, ginjal tidak teraba, tidak
terdapat nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal.
Pada saat dikaji kandung kemih tampak kosong, tidak terdapat adanya
nyeri tekan ataupun nyeri ketuk pada kandung kemih, keadaan uretra
bersih, tidak ada peradangan ataupun kelainan-kelainan. Keadaan genital
tidak ada kelainan, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan masalah
reproduksinya.
h. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening jugularis, terdapat pembesaran kelenjar getah bening
femoralis.
i. Sistem Panca Indera
Bentuk mata simetris, refleks kornea (+), refleks pupil (+), bentuk pupil
bulat isokor, fungsi penglihatan masih baik, terbukti klien mampu
membaca papan nama perawat pada jarak 36 cm. Bentuk hidung simetris,
kemampuan klien menghirup masih baik, bentuk telinga simetris, daun
telinga teraba lunak, lubang telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada
pengeluaran abnormal dari lubang telinga. Fungsi pendengaran masih
baik, fungsi pengecapan klien masih baik.
16
5 54 4
4. Pengkajian Psikososial Spiritual (Klien dan Keluarga)
a. Psikologis
1) Status emosi : Emosi klien tampak stabil
2) Kecemasan : Klien tampak tenang, keluarga tampak gelisah, keluarga
sering menanyakan keadaan klien, dan kemungkinan penyembuhan
klien. Klien tampak cemas.
3) Konsep diri
Body Image : Klien mengatakan semua bagian tubuhnya ia sukai,
klien juga mengatakan tidak menjadi masalah bagi
dirinya dengan keadaannya yang terdapat luka
kolostomi.
Identitas : Klien mengatakan ia adalah seorang perempuan,
dan ia puas dengan jenis kelaminnya.
Ideal diri : Klien berharap ia segera sembuh dan kembali
melanjutkan sekolahnya agar ia bisa mencapai cita-
citanya.
Harga diri : Klien mengatakan bahwa semua anggota keluarga
menghargai dirinya, keluarganya sekarang mau
menerima keadaannya sekarang, dan tidak ada
yang mengejeknya.
Peran : Klien mengatakan ia adalah anak pertama, yang
harus memberi contoh pada adiknya, dan dengan
keadaannya sekarang klien mengatakan ia tidak
bisa membantu ibunya di rumah.
b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau
menerima kehadiran anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien
lain yang sekamar dengannya.
17
c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan,
klien juga berharap agar ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar
ia dapat meneruskan sekolahnya.
GENOGRAM :
10 th
Keterangan :
= Laki-laki = Garis keturunan
= Perempuan = Tinggal serumah
+ = Meninggal = Klien
5. Aktifitas Sehari-Hari
No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS
1 Nutrisi
Makan
Minum
3x sehari, porsi kecil
habis, jenis makanan :
nasi, lauk sayur dan
buah, tidak ada
pantangan makan,
makanan yang disukai :
rujak yang pedas.
5-6 gelas kecil sehari (+
1250-1500 cc), jenis air
putih, tidak suka minum
Bubur saring/bubur sum,
3x sehari, hanya habis ¼
nya, klien merasa perutnya
mual dan tegang, kadang-
kadang makan buah.
4-5 gelas kecil sehari
(1000-1250 cc) air putih,
kadang-kadang susu
18
kopi, minum susu
kadang-kadang.
(Peptisol)
2 Eliminasi
BAK
BAB
4-5x sehari, warna
kuning tua, bau khas,
tidak ada kesulitan pada
saat BAK.
1-2x sehari, konsistensi
lunak, warna kuning
tengguli, bau khas tidak
ada kesulitan saat BAB.
2-3x sehari, warna kuning
tua, tidak ada kelainan saat
BAK.
Feces keluar dari
kolostomi, bentuk cair,
warna kuning, tidak ada
darah/nanah.
3 Personal
Hygiene
-Mandi
-Gosok gigi
-Cuci rambut
-Gunting kuku
3xsehari pakai susun.
3xsehari pakai pasta gigi
2-3xsemingu pakai
sampho
1 minggu 1x
1x sehari hanya dilap
Jarang
Belum pernah
1 minggu 1x
4 Istirahat dan
tidur
Tidur malam
Tidur siang
Klien tidur dari jam
22.00-08.00, tidak ada
kesulitan untuk memulai
tidur, tidak
menggunakan obat tidur,
tidur nyenyak dan jarang
terbangun pada malam
hari.
Klien jarang tidur siang.
Klien tidur dari Jam
22.00-06.00, kurang
nyenyak, kadang
terbangun pada malam
hari karena nyeri pada
luka operasi.
Klien jarang tidur siang.
19
5 Aktivitas
sehari-hari
Klien sekolah siang
antara pukul 11.00-
16.30, sepulang sekolah
klien main dengan
teman sebayanya.
Klien hanya tiduran di
tempat tidur.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin : 9,00 gr% (N : 12-14 gr%)
Leukosit : 5.100/mm3 (N : 4000-10.000/mm3)
Hematokrit : 27% (N : 36-46%)
22 Mei 2004
Hemoglobin : 13,7 gr%
Leukosit : 18.600/mm3
Trombosit : 359.000 (N : 150.000-450.000/mm3)
Hematokrit : 40%
b. Ultra sonografi
20
7. Analisa Data
No Data SenjangKemungkinan Penyebab
dan DampakMasalah
1 DS :
-Klien mengeluh nyeri
pada daerah luka
operasi
-Nyeri dirasakan seperti
teriris dan terasa perih.
-Nyeri bertambah bila ia
berubah posisi/bila
tidur dengan kaki
diluruskan.
DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 1-
5)
-HR : 98x/menit
-Terdapat luka operasi
pada abdomen bawah +
15 cm
Appendiksitis perforasi
Operasi laparatomi explorasi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang pengeluaran histamin, bradikinin dan
prostaglandin
Merangsang reseptor nyeri delta C
Rangsang nyeri
disampaikan ke radix posterior medulla spinalis
Spinotalamicus
Talamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
2 DS :
Klien mengatakan jika
ia makan perutnya
terasa mual dan terasa
tegang.
DO :
-Klien hanya
menghabiskan
makanannya ¼ porsi
-Jenis makanan klien
Proses operasi (laparatomy)
Bising usus menurun
Puasa
Peningkatan asam
lambung, sedangkan lambung dalam keadaan
kosong
Rangsangan pada refleks vomiting center di
hipotalamus
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
21
bubur saring/bubur
sumsum
-Perut klien terasa
tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+)
8x/menit
Adanya mual
Nafsu makan
Pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan
3 DS :
-Klien mengatakan nyeri
bertambah bila klien
merubah posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di
tempat tidur.
-Klien mengatakan takut
ada apa-apa apabila ia
merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 54 4
Adanya luka operasi
Nyeri bila berubah posisi
Klien merasa takut untuk merubah posisi
Kemampuan melakukan
aktifitas sehari-hari
Intoleransi aktivitas
Intoleransi
aktifitas
4 DS : Adanya luka operasi Gangguan
22
-Klien mengatakan
tidurnya kurang
nyenyak.
-Klien mengatakan ia
sering terbangun tengah
malam karena nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak
mengantuk
-Konjungtiva pucat.
Nyeri
Merangsang pengaktifan RAS (Reticulo Activity
System)
Mudah terjaga
Sering terbangun tengah malam
Tahap tidur tidak terlalu
Kebutuhan tidur tidak
perpenuhi
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur
pemenuhan
istirahat dan
tidur.
5 DS :
-Keluarga mengatakan
feces yang keluar pada
kolostomi kadang
merembes pada balutan
luka laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi
laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
Terputusnya kontinuitas jaringan
Merupakan port of entry
Reaksi pertahanan tubuh
dengan suplay darah dan leukosit pada daerah luka
Reaksi inflamasi/
peradangan
Akumulasi pus sebagai produksi dari reaksi
peradangan
Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri
Resiko penyebaran infeksi
Resiko
penyebaran
infeksi.
23
bawah.
-Operasi yang sekarang
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka terpasang
Agraf sebanyak 20
buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
6 DS :
-Keluarga sering
menanyakan keadaan
klien, dan
kemungkinan
penyembuhan klien.
-Keluarga mengatakan
tidak mengetahui
keadaan penyakit klien.
DO :
-Keluarga tampak
cemas.
Kurangnya informasi dari petugas kesehatan
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit klien
Stressor bagi klien/
Keluarga
Koping inefektif
Cemas
Gangguan rasa
aman : cemas
24
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. EDENGAN POST OP LAPARATOMI EXPLORASI ATAS INDIKASI APENDIKSITIS PERFORASI
NODiagnosa
KeperawatanPerencanaan
ImplementasiTujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman
: nyeri berhubungan
dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
ditandai dengan :
DS :
-Klien mengeluh nyeri
pada daerah luka
operasi
-Nyeri dirasakan seperti
teriris dan terasa
perih.
-Nyeri bertambah bila
ia berubah posisi/bila
tidur dengan kaki
diluruskan.
DO :
-Klien tampak meringis
Tupan :
Rasa nyaman
terpenuhi dalam
waktu 4 hari.
Tupen :
Klien dapat
mengalami rasa
nyeri dalam waktu 2
hari dengan kriteria :
-Klien dapat
mempraktekan
teknik relaksasi
nafas dalam (pussed
lips breathing)
-Klien dapat
mempraktekkan
teknik distraksi.
-Klien mengatakan
Bimbing dan ajarkan
klien teknik relaksasi
nafas dalam (pursed lips
breathing) dan batuk
efektif.
Berikan posisi nyaman
sesuai keinginan klien.
Kaji ulang rasa nyeri
(skala 1-5)
Berikan obat sesuai
indikasi (Analgetik)
Meningkatkan pasokan
O2 kepada jaringan serta
meningkatkan supai O2
ke otak.
Perubahan posisi semi
fowler memudahkan
drainase cairan/luka
karena gravitasi dan
membantu
meminimalkan nyeri
karena gerakan.
Intervensi yang diberikan
dapat lebih tepat guna
untuk menangani nyeri
Menurunkan laju
metabolik dan iritasi usus
karena toksin
Membimbing dan
ajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam
(pursed lips breathing)
dan batuk efektif.
Memberikan posisi
nyaman sesuai
keinginan klien.
Mengkaji ulang rasa
nyeri (skala 1-5)
Memberikan obat
Analgetik
25
-Skala nyeri 3 (skala 1-
5)
-HR : 98x/menit
-Terdapat luka operasi
pada abdomen bawah +
15 cm
nyeri berkurang. sirkulasi/lokal, yang
membantu
menghilangkan nyeri dan
meningkatkan
penyembuhan.
2 Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
rangasangan pada
refleks vomiting center
di hipotalamus,
ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan jika
ia makan perutnya
terasa mual dan terasa
tegang.
DO :
-Klien hanya
menghabiskan
makanannya ¼ porsi
Tupan :
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dalam 1
minggu.
Tupen :
Berat badan klien
dapat bertahan dan
naik dalam waktu 4
hari dengan kriteria :
-BB tidak turun dan
dapat meningkat.
-Klien mengatakan
mual berkurang atau
hilang.
-Porsi makan
Monitor bising usus dan
flatus setiap jam.
Monitor adanya kembung
dan muntah.
Lanjutkan pemberian
nutrisi parenteral.
Berikan makanan secara
bertahap dengan diit
TKTP.
Menandakan adanya
gangguan pada daerah
abdomen.
Penurunan peristaltik
usus dapat menyebabkan
adanya muntah dan
kembung.
Pemberian nutrisi
perenteral mempercepat
proses absorbsi makanan
dalam tubuh.
Meningkatkan kerja
organ pencernaan,
mempercepat proses
absorpsi.
Memonitor bising usus
dan flatus setiap jam.
Melakukan monitor
adanya kembung dan
muntah.
Melanjutkan pemberian
nutrisi parenteral.
Memberikan bubur
saring.
26
-Jenis makanan klien
bubur saring/bubur
sumsum
-Perut klien terasa
tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+)
8x/menit
-Klien terkadang
muntah bila selesai
makan.
-BB : 23 kg
meningkat ½ porsi.
-Intake output stabil.
Kolaborasi pemberian
terapi antiemetik.
Menurunkan
mual/muntah.
Memberikan terapi
sesuai indikasi.
3 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari
menurun ditandai
dengan:
DS :
-Klien mengatakan
nyeri bertambah bila
klien merubah
Tupan :
ADL terpenuhi
dalam waktu 1
minggu.
Tupen :
Klien dapat
memenuhi
kebutuhan sehari-
hari.
Bantu klien memenuhi
kebutuhan aktivitasnya.
Berikan latihan
mobilisasi secara
bertahap.
Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
aktivitas klien.
Menjaga ADL klien tetap
terpenuhi.
Mobilisasi yang
dilakukan bertahap dapat
bersifat tepat dan efektif.
Dapat memandirikan
keluarga dalam
perawatan klien di rumah.
Membantu klien
memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
Memberikan latihan
mobilisasi secara
bertahap.
Melibatkan keluarga
dalam memenuhi
kebutuhan aktivitas
27
posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di
tempat tidur.
-Klien mengatakan
takut ada apa-apa
apabila ia merubah
posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 54 4
Berikan kesempatan klien
untuk memenuhi
kebutuhannya.
Memberikan pengajaran
pada klien bagaimana
pemenuhan ADL secara
mandiri.
klien.
Memberikan
kesempatan klien untuk
memenuhi
kebutuhannya
aktivitasnya.
4 Gangguan pemenuhan
istirahat : tidur
Tupan :
Kebutuhan istirahat
Ciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
Stimulus lingkungan
yang besar akan membuat
Menjaga lingkungan
yang tenang dan
28
berhubungan dengan
rangsangan RAS
(Reticulo Activity
System) ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengatakan
tidurnya kurang
nyenyak.
-Klien mengatakan ia
sering terbangun
tengah malam karena
nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak
mengantuk
-Konjungtiva pucat
tidur terpenuhi
selama 4 hari.
Tupen :
Klien dapat
melakukan tindakan
untuk memenuhi
kebutuhan istirahat
tidur selama 2 hari
dengan kriteria :
-Klien mengatakan
nyeri berkurang saat
menjelang tidur.
-Klien mengetahui
cara penanganan
gangguan istirahat :
tidur.
untuk tidur.
Atur program pengobatan
dan perawatan sehingga
tidak mengganggu tidur
klien.
Anjurkan keluarga untuk
menemani klien saat
menjelang tidur.
Anjurkan klien untuk
tidak melakukan aktifitas
sebelum tidur dan
anjurkan klien untuk
minum susu hangat.
RAS tetap terjaga.
Memberikan kesempatan
kepada klien untuk
melaksanakan REM dan
non REM secara bertahap
tanpa gangguan.
Memberikan rasa tenang
dan aman bagi klien.
Aktivitas sebelum tidur
akan menstimulasi kerja
otak untuk tetap terjaga,
susu hangat membuat
RAS non aktif sebagai
akibat kerja triptopan
dalam protein dan susu. `
nyaman untuk tidur.
Memberikan program
therapi dan perawatan
sebelum waktu
istirahat.
Menganjurkan pada
keluarga untuk
mendampingi klien saat
tidur.
Menganjurkan klien
untuk tidak melakukan
aktifitas menjelang
tidur.
5 Resiko penyebaran
infeksi berhubungan
Penyebaran infeksi
tidak terjadi selama
Ganti laken dan pakaian
serta potong kuku klien.
Laken, pakaian, serta
kuku klien yang panjang
Mengganti laken dan
pakaian serta potong
29
dengan akumulasi pus
sebagai akibat produksi
dari reaksi peradangan
ditandai dengan :
DS :
-Keluarga mengatakan
feces yang keluar pada
kolostomi kadang
merembes pada
balutan luka
laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi
laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
1 minggu.
Tupen :
Infeksi dapat
ditanggulangi
selama 5 hari
dengan kriteria :
-Keadaan luka baik
(kering, terdapat
jaringan baru).
Lakukan perawatan luka
dengan teknik aseptik dan
antiseptik.
Monitor TTV serta tanda
infeksi sekitar luka.
dapat menjadi perantara
mikroorganisme patogen.
Perawatan luka yang
efektif dan optimal akan
mencegah infeksi serta
penyebaran infeksi.
TTV yang tidak stabil
menandakan adanya
reaksi tubuh untuk
proteksi terhadap
peradangan.
kuku klien.
Melakukan perawatan
luka dengan teknik
aseptik dan antiseptik.
Memonitor TTV serta
tanda infeksi sekitar
luka.
30
bawah.
-Operasi yang sekarang
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka
terpasang Agraf
sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
6 Gangguan rasa aman :
cemas berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan klien dan
Tupan :
Rasa cemas tidak
dirasakan oleh
keluarga dalam
Kaji tingkat cemas,
ekspresi verbal perasaan
tentang prognosa dan
pengaruh pada gaya
Rentang cemas dari
sedang keberat, tingkat
cemas akan tinggi akan
gatal beradaptasi
Mengkaji tingkat
cemas, ekspresi verbal
perasaan tentang
prognosa dan pengaruh 31
keluarga tentang
penyakit klien, ditandai
dengan :
DS :
-Keluarga sering
menanyakan keadaan
klien, dan
kemungkinan
penyembuhan klien.
-Keluarga mengatakan
tidak mengetahui
keadaan penyakit
klien.
DO :
-Keluarga tampak
cemas
waktu 1 minggu.
Tupen :
Keluarga mengerti
tindakan yang
dilakukan pada
klien, dengan
kriteria :
-Keluarga dapat
mengerti tindakan
yang dilakukan pada
klien.
-Keluarga merasa
tenang terhadap
perawatan yang
diberikan pada klien.
hidup.
Kaji tingkat penggunaan
mekanisme koping,
kemampuan menjelaskan
masalah.
Kaji kepribadian, sumber
untuk koping dengan
stress dan kecemasan.
Berikan informasi
penerimaan tidak
menyesuaikan/memutusk
an sikap tanpa perasaan
kecewa, ketidak sadaran
atau marah.
Ciptakan lingkungan
yang mencegah
kebiasan dan kemampuan
koping.
Kebiasaan pemecahan
masalah diperlukan untuk
koping dengan penyakit
Sistem pendukung dan
kekuatan kepribadian
dapat membantu dalam
perkembangan
kemampuan koping.
Berikan dukungan
emosional ketika
mengungkapkan, klien
mengontrol lingkungan.
Penurunan kecemasan
dengan menghindari
pada gaya hidup.
Mengkaji tingkat
penggunaan mekanisme
koping, kemampuan
menjelaskan masalah.
Mengkaji kepribadian,
sumber untuk koping
dengan stress dan
kecemasan.
Memberikan informasi
penerimaan tidak
menyesuaikan/memutus
kan sikap tanpa
perasaan kecewa,
ketidak sadaran atau
marah.
Menciptakan
lingkungan yang
32
kecemasan, situasi
kemajemukan.
Anjurkan teknik relaksasi
seperti penyimpangan
lingkungan, kegiatan
relaksasi otot, musik.
Berikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan
dan keluhan obat
berpantang.
rangsangan tambahan.
Mengurangi cemas dan
meningkatkan istirahat
dan ketenagaan.
Dapat meningkatkan
pemahanan ssakit dan
petunjuk untuk diikuti
mencegah kecemasan,
situasi kemajemukan.
Menganjurkan teknik
relaksasi seperti
penyimpangan
lingkungan, kegiatan
relaksasi otot.
Memberikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan
pengobatan dan
keluhan obat
berpantang.
33
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP TANGGAL EVALUASI
I 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan
perawatan luka operasi.
O :
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I :
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.
-Lakukan perawatan luka
II 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak nafsu
makan.
O :
-Porsi makan habis ¼ porsi
-Klien tidak muntah setelah selesai makan.
A :
Masalah sebagian teratasi.
P :
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I :
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
-Berikan makanan secara bertahap.
III 28-5-04 S :
34
Klien mengatakan sudah dapat miring kiri-miring
kanan dan duduk.
O :
-Klien tampak dalam posisi setengah duduk.
-Klien dapat/mau makan sendiri.
-Klien tampak meringis saat berubah posisi.
A :
Masalah sebagian teratasi.
P :
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I :
-Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
-Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
IV 28-5-04 S :
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka
operasi.
O :
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:
Masalah teratasi.
V 28-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang
merembes pada luka laparatomi.
O :
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada
sekitar luka.
35
A:
Masalah sebagian teratasi.
P :
Lanjutkan intervensi.
I :
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV serta tanda-tanda infeksi pada luka
VI 28-5-04 S :
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
O :
Keluarga tampak menerima tindakan yang dilakukan
pada klien.
A :
Masalah teratasi.
I 29-5-04 S :
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O :
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan
perawatan luka
-Pus (-)
A :
Masalah sebagian teratasi
P :
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I :
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.
II 29-5-04 S :
36
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa
kenyang.
O :
-Terdapat distensi abdomen.
-Porsi makan habis ½ porsi
A :
Masalah sebagian teratasi.
P :
Lanjutkan intervensi.
I :
-Berikan diit TKTP secara bertahap.
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
V 31-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma merembes pada
luka laparatomi.
O :
Keadaan luka op basah, pus (-), adanya kemerahan
pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P :
Lanjutkan intervensi.
I :
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV, tanda-tanda peradangan sistemik.
-Berikan therapi sesuai program.
37
BAB IV
P E N U T U P
Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh
tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa
telah ditegakkan. Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi
laparatomi explorasi atas indikasi apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan
diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan
pada refleks vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS
(Reticulo Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat
produksi dari reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit klien.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta :
2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta :
1999.
39
top related