Transcript
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, telah banyak penyakit yang diderita oleh masyarakat yang berkaitan dengan
radikal bebas seperti seperti peradangan, penuaan, dan penyebab kanker (Bhaigyabati
dkk., 2011). Tanpa disadari, dalam tubuh manusia terbentuk radikal bebas secara terus-
menerus, baik berupa proses metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi, dan
akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh, seperti polusi lingkungan, ultraviolet
(UV), asap rokok dan lain-lain (Winarsi, 2007). Radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh
ini bisa dihambat oleh antioksidan yang melengkapi sistem kekebalan tubuh. Apabila hal
tersebut tidak ditanggulangi sejak dini, maka akan berakibat fatal seiring dengan
bertambahnya usia. Oleh karena itu, diperlukan mengkonsumsi bahan pangan yang
mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas seperti teh, kopi, dan
kakao.
Polifenol merupakan senyawa yang tersusun dari banyak senyawa fenol. Fenol
merupakan senyawa non gizi yang mempunyai minimal satu cincin aromatik dengan satu
atau lebih gugus hidroksil, sedangkan senyawa polifenol mempunyai lebih dari satu cincin
aromatik. Zat ini mampu bereksi dengan radikal bebas dengan menyumbangkan atom
hidrogen (H) pada radikal bebas sehingga radikal bebas menjadi stabil. Berbagai produk
pangan seperti teh, kopi, kakao gingseng dan jahe memiliki komponen bioaktif yang
berperan sebagai antioksidan berupa polifenol. Namun produk-produk olahan dari bahan
pangan yang terdapat di pasaran tersebut diketahui apakah kandungan polifenol yang
masih terkandung dapat memiliki aktivitas antioksdan atau tidak. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini akan diadakan pengujian aktivitas antioksidan pada berbagai produk
pangan dengan menggunakan medote DPPH.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui adanya aktivitas antioksidan dalam berbagai produk pangan.
2. Untuk mengetahui cara analisis aktivitas antioksidan metode DPPH pada berbagai
produk pangan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Antioksidan dan Jenis-Jenis Senyawa Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa atau molekul yang dapat mencegah terjadinya
proses oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Tubuh manusia sebenarnya dapat
menghasilkan antioksidan tapi jumlahnya tidak mencukupi untuk menetralkan radikal
bebas yang jumlahnya semakin menumpuk di dalam tubuh. Oleh karena itu, tubuh
memerlukan antioksidan dari luar berupa makanan atau suplemen (Rahardjo & Hernani,
2005).
Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara signifikan
dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai (Halliwell dan
Whitemann, 2004). Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan yang disebabkan
oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas. Antioksidan dapat
mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat menstabilkan
radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan antara lain β karoten,
likopen, vitamin C, vitamin E (Sies, 1997).
Jenis-jenis antioksidan alami meliputi:
1. Vitamin C
Asam askorbat atau vitamin C (Gambar 1) adalah antioksidan monosakarida yang
ditemukan pada tumbuhan. Asam askorbat adalah komponen yang dapat mengurangi dan
menetralkan oksigen reaktif, seperti hidrogen peroksida (Antioksidan dan Pencegahan
Kanker, 2007; Ortega, 2006 dalam Inggrid & Santoso, 2014).
Gambar 1. Struktur kimia vitamin C
2. Flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok antioksidan penting dan dibagi menjadi 13 kelas,
dengan lebih dari 4000 senyawa ditemukan sampai tahun 1990 (Harborne, 1993).
Flavonoid merupakan senyawaan fenol yang dimiliki oleh sebagian besar tumbuhan hijau
dan biasanya terkonsentrasi pada biji, buah, kulit buah, kulit kayu, daun, dan bunga.
Flavonoid memiliki kontribusi yang penting dalam kesehatan manusia. Menurut Hertog
(1992) disarankan agar setiap hari manusia mengkonsumsi beberapa gram flavonoid.
Flavonoid diketahui berfungsi sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik, selain itu
memiliki sifat sebagai antioksidan, anti peradangan, anti alergi, dan dapat menghambat
oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein) (Rahmat, 2009 dalam Inggrid dan Santoso, 2014).
Gambar 2. adalah struktur flavonoid.
Gambar 2. Struktur flavonoid
Senyawa flavonoid yang paling banyak terdapat di alam adalah flavonol, flavon,
flavon-3 ol, isoflavon, flavanon, antosianidin dan proantosianidin. Kombinasi yang
beragam dari gugus hidroksil, gula, oksigen, dan metil pada struktur ini menjadi dasar
pembagian golongan flavonoid menjadi flavonol, flavanon, flavon, flavon-3-ol (katekin),
antosianidin, biflavonoid, dan isoflavon (Markham 1988 dalam Inggrid & Santoso, 2014).
Menurut USDA Database for the Flavonoid Content of Selected Foods, buah kiwi
mengandung senyawa bioaktif flavonoid yang dibagi ke dalam kelas: antosianidin,
flavanon, flavon, flavonol dan flavon-3-ol. Penentuan kadar flavonoid pada buah kiwi
dinyatakan dengan kadar katekin dimana katekin termasuk kedalam kelas flavon-3-ol.
Senyawa katekin, memiliki gugus fungsi dari senyawa flavon-3-ol dengan posisi R1 dan R2
diganti dengan gugus H, sedangkan pada posisi R3 diganti dengan gugus OH.
Gambar 3. Struktur flavon-3-ol
3. Polifenol
Karakteristik antioksidan yang berasal dari bahan pangan dilihat dari kandungan
polifenol. Sampai saat ini, minat penelitian terhadap senyawa fenolik meningkat karena
kemampuan ‘scavenging’ terhadap radikal bebas. Polifenol merupakan salah satu
kelompok yang paling banyak dalam tanaman pangan, dengan lebih dari 8000 struktur
fenolik dikenal saat ini (Harborne, 1993). Polifenol adalah produk sekunder dari
metabolisme tanaman.
Senyawa antioksidan alami polifenol adalah multifungsional, dapat berfungsi
sebagai (Aulia, 2009 dalam Inggrid dan Santoso, 2014):
1) Pereduksi atau donor elektron
2) Penangkap radikal bebas,
3) Pengkelat logam, dan
4) Peredam terbentuknya singlet oksigen.
Gambar 4. Struktur Kimia Polifenol
4. Vitamin EVitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan memiliki sifat
antioksidan, diantara vitamin E, yang paling banyak dipelajariadalah β tokoferol (Gambar
5) karena memiliki ketersediaan hayati yang tinggi (Herrera dan Barbas, 2001 dalam
Inggrid dan Santoso, 2014).
Tokoferol dapat melindungi membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas pada
reaksi rantai peroksidasi lipid. Tokoferol dapat menghambat radikal bebas dan mencegah
tahap reaksi propagasi. Reaksi ini menghasilkan radikal tokoferosil yang dapat diubah
kembali ke bentuk kurang aktif melalui pemberian elektron dari antioksidan lainnya, seperti
askorbat dan retinol. Berikut ini pada gambar 2.9 adalah struktur kimia dari vitamin E :
Gambar 5. Struktur kimia β tokoferol
2.2. Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan
Metode yang umum untuk mengukur aktivitas antioksidan adalah dengan DPPH,
DPPH adalah 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl. Pada metode ini antioksidan (AH) bereaksi
dengan radikal bebas DPPH dengan cara mendonorkan atom hidrogen, menyebabkan
terjadinya perubahan warna DPPH dari warna ungu menjadi kuning, intensitas warna
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Pada metode ini yang
diukur adalah aktivitas penghambatan radikal bebas.
Gambar 6. Reaksi Penghambatan Radikal DPPH (Moektiwardoyo, 2012)
Metode ini tidak spesifik untuk komponen antioksidan tertentu, tetapi untuk semua
senyawa antioksidan dalam sampel. DPPH digunakan secara luas untuk menguji aktivitas
antioksidan makanan. Warna berubah menjadi kuning saat radikal DPPH menjadi
berpasangan dengan atom hidrogen dari antioksidan membentuk DPPH-H. Aktivitas
antioksidan dapat dihitung dengan rumus berikut ini.
% aktivitas antioksidan = absorbansi kontrol−absorbansi sampel
absorbansi kontrol x 100%
Berdasarkan rumus tersebut, makin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi nilai
aktivitas penangkapan radikal. Aktivitas antioksidan dinyatakan secara kuantitaif dengan
IC50. IC50 adalah konsentrasi larutan uji yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50%.
2.3. Senyawa Antioksidan yang terdapat dalam Kopi, Kakao, teh, dan Apel
1. Kopi
Kopi mengandung beberapa komponen fenolik selain tokoferol yang menunjukkan
kapasitas antioksidan seperti asam klorogenat yang merupakan ester dari beberapa asam
sinamat dengan asam quinat, dan asam kafeat, asam ferulat serta asam p-kaumarat yang
terdapat yang terdapat dalam bentuk bebas. Senyawa polifenol yang utama dalam kopi
adalam asam klorogenat dan asam kafeat. Asam klorogenat mencapai 90% dari total yang
terdapat pada kopi (Mursu, et al., 2005 dalam Yusmarini, 2011).
Gambar 1. Strtuktur Kimia Polifenol asam klorogenat dan asam kafeat
senyawa polifenol yang terdapat pada kopi mempunyai beberapa aktivitas biologis
seperti kemampuan untuk memerangkap radikal bebas, meng-kelat logam, memodulasi
aktivitas enzim, mempengaruhi signal transduksi, aktivasi faktor transkripsi dan ekspresi
gen (Ursini et al, 1994 dalam Yusmarini, 2011).
2. Kakao
Kakao merupakan salah satu jenis pangan yang mengandung senyawa polifenol,
yang dapat bertindak sebagai antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Kandungan total polifenol pada kakao lebih tinggi dibandingkan dari anggur, teh hitam, teh
hijau. Kelompok senyawa polifenol yang banyak terdapat pada kakao adalah flavonoid
golongan flavanol. Flavanol umumnya terdapat dalam bentuk senyawa tunggal seperti
katekin dan epikatekin dan juga berbentuk senyawa oligomer seperti prosianidin
(Paembong, 2012).
Gambar 2. Strtuktur Kimia Polifenol yang Penting Pada Kakao
Polifenol dalam produk cokelat bertanggung jawab atas pembentukan rasa sepat melalui
mekanisme pengendapan protein-protein yang kaya prolin dalam air ludah dan
menyumbang rasa pahit khas cokelat bersama alkaloid, beberapa amino, peptida dan
pirazin (Misnawi, 2003a dalam Probowaseso, 2015).
3. Teh
Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif dimana
sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol merupakan cincin
benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil. Polifenol dapat berupa senyawa
flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun, polifenol yang ditemukan dalam teh hampir
semuanya merupakan senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid tersebut merupakan hasil
metabolisme sekunder dari tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid
bersama tiga gugus malonyl-CoA. Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam teh,
tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam kelompok besar (Mahmood
et al., 2010).
Tabel 1. Kandungan Polifenol pada Teh
Flavonoid Examples Flavanols EGCG, EG, and catechinFlavanols Kaempferol and QuercetinAnthocyanidins Malvidin, Cyanidin and DelphonidinFlavones Apigenin and RutinFlavonones MyricetinIsoflavonoids Genistein and Biachanin A
Gambar 3. Struktur Kimia Flavonoid pada Teh
Dari senyawa-senyawa polifenol tersebut, flavanol atau yang dikenal dengan
catechin, merupakan senyawa yang memyumbangkan berat 20-30% dari daun teh yang
kering. Senyawa catechin tidak berwarna, larut dalam air, dan berfungsi untuk
memberikan rasa pahit pada teh. Modifikasi pada catechin dapat mengubah warna,
aroma, dan rasa pada teh. Sebagai contoh, pengurangan kadar catechin dalam teh dapat
menambah kualitas aroma dari suatu teh (Mahmood et al., 2010).
4. Apel
Distribusi kandungan kimia pada kulit dan daging buah apel berbeda. Kulit apel
mengandung total senyawa phenol yang lebih kaya daripada daging buahnya. Kelompok
senyawa phenol yang paling penting adalah flavonoid (Shills, 2006).
Daging buah apel mengandung senyawa-senyawa flavonoid seperti : Catechin,
procyanidin, phloridzin, phloretin glycoside, caffeic acid, dan chlorogenic acid. Sedangkan
kulit apel selain mengandung senyawa – senyawa di atas, juga mengandung flavonoid
tambahan yang tidak terdapat pada daging buah seperti quercetin glycosides dan cyanidin
glycoside (Wolfe dan Liu, 2003).
Kulit apel yang diekstrak mengandung vitamin C dengan total aktivitas antioksidan
1251±56 μmol/gram (Wolfe dan Liu, 2003). Vitamin C merupakan mikronutrien esensial
yang larut air yang berguna untuk kesehatan tubuh. Manusia dan primata lainnya tidak
dapat mensintesis vitamin C karena tidak adanya enzim L-gulonolakton oksidase, suatu
enzim terminal dalam biosintesis vitamin C dari glukosa (Shills, 2006).
5. Gingseng
Akar ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dikenal berkhasiat sebagai
tonikum dan aprodisiaka–sama seperti sebagian khasiat akar ginseng korea (Pramono et
al., 1993; Adimoelja, 1996). Ginseng jawa mudah dibiakkan dan harganya jauh lebih
murah dibanding ginseng korea. Namun, dibanding dengan akar ginseng korea,
popularitas ginseng jawa yang hanya dikenal lokal, jauh di bawah ginseng korea.
Ginseng korea juga dikenal mempunyai efek androgenik (Harkey et al., 2001).
Androgen merupakan hormon yang bersifat anabolik (meningkatkan sintesis protein dan
menurunkan pemecahan protein). Aksi androgen pada jaringan target mengakibatkan efek
maskulinisasi, ikut bertanggung jawab terhadap keberlangsungan spermatogenesis di
testis, peningkatan sifat agresif, pertumbuhan tulang dan otot, serta perilaku seksual.
Testosteron yang dihasilkan testis merupakan androgen paling aktif (Ganong, 2003).
Faridah dan Isfaryanti (1996) menyebutkan bahwa akar ginseng jawa mengandung
steroid/sterol (stigmasterol dan b-sitosterol) dan saponin (b sitosterol-b-D-glukosida),
senyawa pereduksi dan senyawa yang diduga kumarin. Sedangkan Sukardiman (1996)
menyebutkan bahwa dari hasil analisis KLT (kromatografi lapis tipis) densitometri,
diketahui ada sedikitnya dua senyawa (golongan terpenoid dan steroid ) yang terkandung
dalam ginseng jawa sama dengan yang terkandung dalam ginseng korea.
6. Jahe
Komponen utama dari jahe segar adalah senyawa homolog fenolik keton yang
dikenal sebagai gingerol. Gingerol sangat tidak stabil dengan adanya panas dan pada
suhu tinggi akan berubah menjadi shogaol. Shogaol lebih pedas dibandingkan gingerol,
merupakan komponen utama jahe kering (Mishra, 2009).
Gingerol sebagai komponen utama jahe dapat terkonversi menjadi shogaol atau
zingeron Senyawa paradol sangat serupa dengan gingerol yang merupakan hasil
hidrogenasi dari shogaol. Shogaol terbentuk dari gingerol selama proses pemanasan
(Wohlmuth et al. 2005). Kecepatan degradasi dari [6]-gingerol menjadi [6]-shogaol
tergantung pada pH, stabilitas terbaik pada pH 4, sedangkan pada suhu 100°C dan pH 1,
degradasi perubahan relatif cukup cepat (Bhattarai et al. 2001).
Komponen utama minyak atsiri jahe adalah seskuiterpen hidrokarbon, dan paling
dominan adalah zingiberen (35%), kurkumen (18%), farnesen (10%), dan sejumlah kecil
bisabolen dan β- seskuifellandren. Sejumlah kecil termasuk 40 hidrokarbon monoterpen
seperti 1,8-cineole, linalool, borneol, neral, dan geraniol (Govindarajan 1982). Komposisi
seskuiterpen hidrokarbon (92,17%), antara lain β- seskuifellandren (25,16%), cis-kariofilen
(15,29%), zingiberene (13,97%), α-farnesen (10,52%), α- (7,84%) dan β- bisabolene
(3,34%) dan lainnya. Selain itu, terkandung juga sejumlah kecil limonen (1,48 – 5,08%),
dimana zingiberene dan β-seskuiterpen sebagai komponen utama dengan jumlah 10
sampai 60% (Wohlmuth et al. 2006; Felipe et al. 2008). Dari penelitian El-Baroty et al.
(2010), ternyata minyak atsiri jahe yang berasal dari Mesir mengandung komponen
seskuiterpen hidrokarbon yang cukup tinggi, termasuk di dalamnya β-seskuifellandren
(27,16%), kariofilen (15,29%), zingiberen (13,97%), α-farnesene (10,52%) dan ar-
kurkumin (6,62%). Sekitar 50 komponen telah dikarakterisasi dari jahe, antara lain
monoterpenoids [β- fellandren, (+)-kamfen, sineol, geraniol, kurkumen, sitral, terpineol,
borneol] dan seskuiterpenoids [α-zingiberene (30–70%), -sesquiphellandrene (15–20%),
β-bisabolene (10–15%), (E-E)-α-farnesene, ar-kurkumen, zingiberol]. Beberapa komponen
merupakan hasil konversi akibat proses pengeringan (Langner et al. 1998; Evans 2002).
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan
3.1.1. Bahan Pangan yang Digunakan dalam Analisa Uji Aktivitas Antioksidan Antara
Lain:
1. Vicco bubuk cokelat murni
2. Vicco 3 in 1
3. Pro food jahe chocolate
4. Sekar arum kopi arabika murni
5. Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
6. Sekar arum kopi blanding ekselen
7. Sekar arum kopi jahe sachet
8. Sekar arum kopi robusta murni
9. Sekar arum komik (kopi minim kafein)
10. Kopi O Aik chehong
11. Kopi jahe sekar arum
12. Rolas tea black tea
13. Teh Botol Sosro
14. Sariwangi sari melati
15. Oolong my tea
16. Tong tji green tea
17. Mirai ocha
18. Teh kepala djenggot
19. Zestea green tea
3.1.2. Bahan Kimia yang Dgunakan dalam Uji Aktivitas Antioksidan
1. Aquades
2. DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrasil)
DPPH (1,1 –diphenyl-2-picrylhydrazyl) merupakan radikal bebas yang
dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna
untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam suatu ekstrak. Karena
adanya electron yang tidak berpasangan. DPPH memberikan serapan kuat pada 517 nm.
Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal bebas,
maka absorbansinya menurun secara stokiometri sesuai jumlah elekton yang diambil.
Keberadaan senyawa antioksdian dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu
menjadi kuning.
3. Etanol p.a
Etanol p.a merupakan jenis pelarut murni yang sudah umum digunakan dalam
praktikum, etanol ini sering digunakan untuk mengekstrak suatu bahan pangan sehingga
didapatkan ekstrak dari bahan yang digunakan.
3.2. Persiapan Bahan
3.2.1. Sampel Bubuk
Padan bahan yang berupa bubuk awalnya dilakukan preparasi dengan
pengenceran. Langkah-langkahnya ialah bubuk kopi, the, coklat dan lain-lain dilakukan
penimbangan sampel sabanyak 1,5 g. hal ini dikarenakan aquades hangat digunakan
untuk mempercepat proses ekstraksi. Larutan diaduk selama 10 menit untuk
menghomogenkan larutan. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring
untuk memisahkan ampas dengan filtrat. filtrat yang dihasilkan ditera menggunakan
aquades hingga 50 ml di dalam labu takar. Filtrat yang sudah diencerkan diambil 1 ml
kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dan dilakukan pengenceran kembali
dengan penambahan aquades 50 ml. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengujian
aktivitas antioksidan dalam sampel yang digunakan saat pengukuran absorbansi sehingga
nantinya larutan encer ini akan dicuplik sebesar 0,1 ml.
3.2.1. Sampel Minuman
Pada sampel minuman tidak dilakukan preparasi, melainkan langsung dilakukan
pengujian aktivitas antioksidan dengan menambahkan bahan kimia yang digunakan untuk
analisa seperti DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) dan etanol. Hal ini dikarenakan
sampel minuman telah berbentuk konsentrasi yang encer dalam kemasannya.
1,5 g sampel bubuk
Pelarutan
Pengadukan 15 menit
Penyaringan
Filtrat
Ambil 1 ml
Masukkan dalam beaker glass50 ml aquades
Peneraan hingga 50 ml
Pengadukan
50 ml Aquades hangat
Ampas
3.3. Ekstraksi Senyawa Polifenol
Gambar 3.3.1. Skema kerja ekstraksi senyawa polifenol
Etanol 0,9 mlDPPH 3 ml
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Di vortex
Pendiaman 30 menit
Pengukuran absorbansi λ= 517 nm
0,1 ml sampel
Dimasukkan kedalam tabung reaksi Etanol 0,9 ml
DPPH 3ml
dikocok
Pendiaman 30 menit
Pengukuran absorbansi λ= 517 nm
3.4 Prosedur Analisa
3.4.1 Prosedur analisa blanko
Gambar 3.4.1. Skema kerja analisis blanko
3.4.2 Prosedur analisa sampel
Gambar 3.4.2. Skema kerja analisis aktivitas antioksidan
Dalam uji aktivitas antioksidan diawali dengan dilakukannya pembuatan blanko
untuk memperoleh nilai absorbansi yang nantinya digunakan sebagai acuan dari nilai
absorbansi sampel. Prosedur analisa pengukuran absorbansi sampel dilakukan dengan
mengambil 0,1 ml sampel yang kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Selanjutnya ditambahkan etanol 0,9 ml. penambahan etanol berfungsi karena etanol dapat
melarutkan senyawa bioaktif antioksidan berupa polifenol. kemudian ditambahakan
larutan DPPH sebanyak 3 ml. setelah itu, dilakukan pengadukan pada sampel dengan
cara di vortex agar larutan menjadi homogen. Kemudian dilakukan pendiaman selama 30
menit. Hal bertujuan agar sampel dan radikal bebas DPPH yang berwarna ungu dapat
bereaksi berubah menjadi warna ungu. Hal ini dikarenakan DPPH direduksi oleh senyawa-
senyawa antioksidan bahan sehingga warna ungu akan semakin memudar. Tingginya
kepudaran warna ungu menunjukkan seberapa besar suatu bahan mengandung senyawa
antioksidan. Tahap terakhir dalam analisa ini dilakukan pengukuran absorbansi sampel
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Panjang gelombang
tersebut merupakan panjang gelaombang yang besarnya cocok untuk mendeteksi akan
adanya senyawa antioksidan dan memudahkan dalam pengukuran absorbansi.
Aktivitas scavenging terhadap radikal DPPH dinyatakan % penghambatan
terhadap radikal DPPH. Persen penghambatan dihitung dengan rumus :
Rumus: % penghambatan = |.|blanko−|sampel|
|blanko| x 100%
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengamatan
NoBlanko
Jenis Sampel
Pengukuran Absorbansi (λ = 517 nm)
Ulangan 1 Ulangan 2
13,034 A1 : Vicco bubuk cokelat murni 2,976 3,076
2 3,034 A2 : Vicco 3 in 1 2,765 2,8353 3,034 A3 : Vicco 3 in 1 3,030 3,0114
3,034 A4 : Pro food jahe chocolate 2,995 3,031
5 3,034 B1 : Sekar arum kopi arabika murni 2,961 2,988
63,034
B2 : Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
3,008 3,028
7 3,034 B3 : Sekar arum kopi blanding ekselen 2,663 2,930
83,034 B4 : Sekar arum kopi jahe sachet 2,977 2,754
9 3,034 B5 : Sekar arum kopi robusta murni 2,829 2,761
103,034
B6 : Sekar arum komik (kopi minim kafein)
2,885 1,371
11 3,034 B7 : Kopi O Aik chehong 2,413 2,31512 3,034 B8 : Kopi jahe sekar arum 0,708 0,73613 3,034 C1 : Rolas tea black tea 2,836 2,28314 3,034 C2 : Teh Botol Sosro 0,308 0,30015 3,034 C3 : Sariwangi sari melati 2,979 2,93516 3,034 C4 : Oolong my tea 1,811 1,68617 3,034 C5 : Tong tji green tea 2,981 2,93318 3,034 C6 : Mirai ocha 2,217 2,00019 3,034 C7 : Teh kepala djenggot 2,622 2,65220 3,034 C8 : Zestea green tea 0,625 0,629
4.2.2. Hasil Perhitungan
No BlankoJenis Sampel
% Penghambatan Antioksidan
terhadap DPPH Rata-rata(%)
SD RSDUlangan
1Ulangan
2
1 3,034A1 : Vicco bubuk
cokelat murni1,91 1,91
2 3,034 A2 : Vicco 3 in 1 8,87 6,56 7,76 3 3,034 A3 : Vicco 3 in 1 0,13 0,76 0.444
3,034A4 : Pro food jahe
chocolate 1,28
0,1 0,695
3,034B1 : Sekar arum kopi
arabika murni 2,41 1,52 1,966
3,034
B2 : Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
0,87 0,20,54
73,034
B3 : Sekar arum kopi blanding ekselen 12,23 3,43 7,83
83,034
B4 : Sekar arum kopi jahe sachet 1,88 9,23 5,56
93,034
B5 : Sekar arum kopi robusta murni 6,76 9 7,88
103,034
B6 : Sekar arum komik (kopi minim kafein)
4,91 54,81 29,86
113,034
B7 : Kopi O Aik chehong 20,47 23,7 29,86
123,034
B8 : Kopi jahe sekar arum 76,66 75,74 76.2
133,034
C1 : Rolas tea black tea
6,53 24,7515.64
14 3,034 C2 : Teh Botol Sosro 89,85 90,11 89.9815
3,034C3 : Sariwangi sari melati 1,81 3,26 2,54
16 3,034 C4 : Oolong my tea 40,31 44,43 42,3717
3,034C5 : Tong tji green tea
1,75 3,332,54
18 3,034 C6 : Mirai ocha 26,93 34,08 30,5119
3,034C7 : Teh kepala djenggot
13,58 12,5913,08
203,034
C8 : Zestea green tea
79,4 79,2779,34
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, K. 2012. Efek Antibakteri Polifenol Biji Kakao pada Streptococcus mutans.
Bagian Biodemik. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Jember. (Skripsi).
Bhaigyabati, T., T, Kirithika., J, Ramya., K, Usha. 2011. Phytochemical constituens and
Antioxidant Activity of Various Extracts Of Corn Silk (Zea mays. L). Research
Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 2(4):986-993.
Bhattarai, S., V.H. Tran dan C.C. Duke. 2001. The stability of gingerol and shogaol
in aqueous solution. J. Pharm. Sci. 90 : 1658–1664.
Faridah GE, dan Isfaryanti AF, 1996. Skrining Fitokimia Akar Som Jawa. Prosiding
Seminar Nasional Pokjanas Tanaman Obat Indonesia XI. Surabaya.
Ganong WF, 200 3. Review of Medical Physiology. 21st ed. McGraw-Hill Co.
Halliwell, B. & Whiteman, M. (2004) Measuring reactive species and oxidative damage in
vivo and in cell culture: how should you do it and what do the results mean; Br J
Pharmacol, 142,55-231.
Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Edisi kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soedira, ITB Press, Bandung.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung.
Harkey MR, Henderson GL, Gershwin ME, Stern JS, Hackman RM. 2001. Variability in
Commercial Ginseng Product: An Analysis of 25 Preparations. American Journal of
Clinial Nutrition.73(6): 1101–1106.
Hernani dan Raharjo, M., 2005, Tanaman Berkhasiat Antioksidan, Cetakan I, Penebar
Swadaya, Jakarta, Hal 3, 9, 11, 16-17.
Langner, E., S. Greifenberg dan J. Gruenwald. 1998. Ginger: history and use. Adv.
Ther. 15: 25–44.
Mahmood, T., Akhtar, N. & Khan, B.A., 2010. The Morphology, Characteristics, and
Medicinal Properties of Camellia Sinensis’ Tea. Journal of Medicinal Plants
Research, 4(19): 2028-2033.
Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung
Mishra, P. 2009. Isolation, Spectroscopic Characterization and Molecular Modeling
Studies of Mixture of Curcuma Longa, Ginger and Seeds of Fenugreek.
International Journal of PharmTech Research. 1: 79-95,
Moektiwardoyo, M. Levita, J. Supriyatna, Muchtadi, A., Subarnas, A, dan Udin L.Z. 2012.
The Research Evidence of Antioxidant and Anti-Cancer Activity of Genistein Content in the
Indonesian Traditional Food (Oncom) Ethanol EXTRACT. Faculty of Pharmacy,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Indonesia. 2 Indonesian Institute of Sciences,
Bandung, Indonesia. (Jounal)
Moektiwardoyo, M. Levita, J. Supriyatna, Muchtadi, A., Subarnas, A, dan Udin L.Z. 2012.
The Research Evidence of Antioxidant and Anti-Cancer Activity of Genistein
Content in the Indonesian Traditional Food (Oncom) Ethanol EXTRACT. Faculty of
Pharmacy, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Indonesia. 2 Indonesian Institute
of Sciences, Bandung, Indonesia. (Jounal)
Nely, F. 2007. Aktivitas Antioksidan Rempah Pasar dan Bubuk Rempah Pabrik dengan
Metode Polifenol dan Uji Aom (Active Oxygen Method). Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
(Skripsi)
Paembong, Adyati. 2012. Mempelajari Perubahan Kandungan Polifenol Biji Kakao
(Theobroma Cacao L) dari Hasil Fermentasi yang diberi Perlakuan Larutan Kapur.
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar. (Skripsi)
Porbawaseso, T.W.B. 2015. Ekstraksi Polifenol Biji Kakao secara Kimia sebagai
Antioksidan dan Pewarna Alami. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas jember.
Shills M.E. (ed). 2006. Modern Nutrition in Health and Disease 10th Edition. Lippincott
William and Wilkins.
Stahl W, Sies H. 1997. Antioxidant defense: vitamin C, E and carotenoid. supll
Sukardiman, 1996. Perbandingan Profil Kandungan Kimia dari Akar Talinum paniculatum
Gaertn. dan Panax ginseng dengan Metode KLT Densitometri. Prosiding Seminar
Nasional Pokjanas Tanaman Obat Indonesia XI. Surabaya.
Suoth, E., Kaempe, H., dan Tampi, A. 2013. Evaluasi Kandungan Total Polifenol dan
Isolasi Senyawa Flavonoid pada Daun Gedi Merah (Abelmoschus Manihot L.).
Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Kristen Indonesia Tomoho. (Jurnal)
Tsao, R. 2010. Chemistry and Biochemistry of Dietary Polyphenols. Guelph Food
Research Centre, Agriculture & Agri-Food Canada, 93 Stone Road West, Guelph
Ontario. (Review Journal)
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Wolfe K. L, Liu R.H.. 2003. Apple Pells as a Value-Added Food Ingredient . J. Agric. Food
Chem. 51: 1676 – 1683.
Yusmarini, 2011. Senyawa Polifenol pada Kopi: Pengaruh Pengolahan, Metabolisme dan
Hubungannya dengan Kesehatan. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
% penghambat = absorbansiblanko−absorbansi sampel
absorbansiblanko x 100%
Rata-rata % penghambat = A+B2
1. Vicco bubuk coklat murni dan Vicco 3 in 1
Vicco bubuk coklat murni
Blanko = 3,034
U1 = 2,976
U2 = 3,076
U1 = 3.034−2,9763.034
x 100% = 1,91 %
U2 =
Rata-rata = 1,91%
Vicco 3 in 1
Blanko = 3,034
U1 = 2,765
U2 = 2,835
U1 = 3.034−2,7653.034
x 100% = 8,87 %
U2 = 3.034−2,8353.034
x 100% = 6,56 %
Rata-rata = 8,87+6,56
2 = 7,76 %
2. Vicco 3 in 1dan Pro food jahe chocolate
Vicco 3 in 1
Blanko = 3,034
U1 = 3,030
U2 = 3,011
U1 = 3.034−3.0303.034
x 100% = 0,13 %
U2 = 3.034−3.0113.034
x 100% = 0,76 %
Rata-rata = 0.13+0.76
2 = 0.44 %
Pro food jahe chocolate
Blanko = 3,034
U1 = 2,995
U2 = 3,031
U1 = 3.034−2,9953.034
x 100% = 1,28 %
U2 = 3.034−3,0313.034
x 100% = 0,1 %
Rata-rata = 1.28+0.1
2 = 0,69 %
3. Sekar arum kopi arabika dan sekar arum ereksa
Sekar arum kopi arabika
Blanko = 3,034
U1 = 2,961
U2 = 2,988
U1 = 3.034−2.9613.034
x 100% = 2,41 %
U2 = 3.034−2.9883.034
x 100% = 1,52 %
Rata-rata = 2.41+1.52
2 = 1,96 %
Sekar arum ereksa (kopi robusta ginseng instan)
Blanko = 3,034
U1 = 3,008
U2 = 3,028
U1 = 3.034−3.0083.034
x 100% = 0,87 %
U2 = 3.034−3.0283.034
x 100% = 0,2 %
Rata-rata = 0.87+0.2
2 = 0,54 %
4. Sekar arum kopi blanding ekselen dan sekar arum kopi jahe sachet
Sekar arum kopi blanding ekselen
Blanko = 3,034
U1 = 2,663
U2 = 2,930
U1 = 3.034−2.6633.034
x 100% = 12,23 %
U2 = 3.034−2.9303.034
x 100% = 3,43 %
Rata-rata = 12.23+3.43
2 = 7,83 %
Sekar arum kopi jahe sachet
Blanko = 3,034
U1 = 2,977
U2 = 2,754
U1 = 3.034−2.9773.034
x 100% = 1,88 %
U2 = 3.034−2.754
3.034x 100% = 9,23 %
Rata-rata = 1.88+9.23
2 = 5,56 %
5. Sekar arum kopi robusta murni dan sekar arum komik
Sekar arum kopi robusta murni
Blanko = 3,034
U1 = 2,829
U2 = 2,761
U1 = 3.034−2.8293.034
x 100% = 6,76 %
U2 = 3.034−2.7613.034
x 100% = 9 %
Rata-rata = 6.76+92
= 7,88 %
Sekar arum komik (kopi minim kafein)
Blanko = 3,034
U1 = 2,885
U2 = 1,371
U1 = 3.034−2.8853.034
x 100% = 4,91 %
U2 = 3.034−1.3713.034
x 100% = 54,81 %
Rata-rata = 54.81+4.91
2 = 29,86 %
6. Kopi O Aik chechong dan kopi jahe sekar arum
Kopi O Aik chechong
Blanko = 3,034
U1 = 2,413
U2 = 2,315
U1 = 3.034−2.4133.034
x 100% = 20,47 %
U2 = 3.034−2.3153.034
x 100% = 23,7 %
Rata-rata = 20.47+23.7
2 = 29,86 %
Kopi jahe sekar arum
Blanko = 3,034
U1 = 0,708
U2 = 0,736
U1 = 3.034−0,7083.034
x 100% = 76,66 %
U2 = 3.034−0.736
3.034x 100% = 75,74 %
Rata-rata = 76.66+75,74
2 = 76.2 %
7. Rolas tea black tea dan teh botol sosro
Rolas tea black tea
Blanko = 3,034
U1 = 2,836
U2 = 2,283
U1 = 3.034−2.8363.034
x 100% = 6,53 %
U2 = 3.034−2.2833.034
x 100% = 24,75 %
Rata-rata = 24.75+6.53
2 = 15.64 %
Teh botol sosro
Blanko = 3,034
U1 = 0,308
U2 = 0,300
U1 = 3.034−0.3083.034
x 100% = 89,85 %
U2 = 3.034−0.3003.034
x 100% = 90,11 %
Rata-rata = 89.85+90.11
2 = 89.98 %
8. Sariwangi sari melati dan Oolong my tea
Sariwangi sari melati
Blanko = 3,034
U1 = 2,979
U2 = 2,935
U1 = 3.034−2.9793.034
x 100% = 1,81 %
U2 = 3.034−2.9353.034
x 100% = 3,26 %
Rata-rata = 1.81+3,26
2 = 2,54 %
Oolong my tea
Blanko = 3,034
U1 = 1,811
U2 = 1,686
U1 = 3.034−1,8113.034
x 100% = 40,31 %
U2 = 3.034−1.6863.034
x 100% = 44,43 %
Rata-rata = 40.31+44.43
2 = 42,37 %
9. Tong tji green tea dan mirai ocha
Tong tji green tea
Blanko = 3,034
U1 = 2,981
U2 = 2,933
U1 = 3.034−2,9813.034
x 100% = 1,75 %
U2 = 3.034−2,9333.034
x 100% = 3,33 %
Rata-rata = 1,75+3.33
2 = 2,54 %
Mirai ocha
Blanko = 3,034
U1 = 2,217
U2 = 2,000
U1 = 3.034−2,2173.034
x 100% = 26,93 %
U2 = 3.034−2,0003.034
x 100% = 34,08 %
Rata-rata = 26.93+34.08
2 = 30,51 %
10. Teh kepala djenggot dan zeztea green tea
Teh kepala djenggot
Blanko = 3,034
U1 = 2,622
U2 = 2,652
U1 = 3.034−2,6223.034
x 100% = 13,58 %
U2 = 3.034−2,6523.034
x 100% = 12,59 %
Rata-rata = 13,58+12.59
2 = 13,08 %
Zeztea green tea
Blanko = 3,034
U1 = 0,625
U2 = 0,629
U1 = 3.034−0.6253.034
x 100% = 79,4 %
U2 = 3.034−0.6293.034
x 100% = 79,27 %
Rata-rata = 79.4+79.27
2 = 79,34 %
top related