ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI … · 1 Data perkembangan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2010-2014 1 2 Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan pertumbuhan
Post on 06-Mar-2019
257 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP PERTUMBUHAN NILAI AKTIVA BERSIH
REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA
DARMAN GUSNAINI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Variabel Makroekonomi terhadap Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Darman Gusnaini
NIM H54120036
ABSTRAK
DARMAN GUSNAINI. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap
Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia. Dibimbing
oleh LUKYTAWATI ANGGRAENI dan RANTI WILIASIH
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel
makroekonomi terhadap pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana
syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode vector error correction
model (VECM) dengan data runtut waktu bulanan dari Januari 2010 sampai
dengan Desember 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan pada jangka panjang
variabel inflasi, harga minyak dunia, indeks produksi industri, jumlah uang
beredar, nilai tukar, indeks korupsi berpengaruh signifikan terhadap NAB reksa
dana syariah. Berdasarkan hasil IRF, guncangan yang terjadi pada variabel
makroekonomi yang diamati dalam penelitian ini direspon oleh NAB. NAB
paling cepat mencapai kestabilan ketika merespon guncangan indeks korupsi.
Variabel yang memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan NAB adalah harga
minyak dunia. Berdasarkan analisis pada penelitian ini, pemerintah seharusnya
mendorong pertumbuhan di sektor riil yang akan tergambar dari pertumbuhan
indeks produksi industri dan meningkatkan upaya untuk melawan kegiatan
korupsi sebab kedua variabel ini memiliki pengaruh bagi pertumbuhan NAB reksa
dana syariah.
Kata Kunci : NAB, reksa dana syariah, variabel makroekonomi, indeks korupsi
VECM
ABSTRACT
DARMAN GUSNAINI, Analysis of the Impact of Macroeconomic Variables to
Sharia Equity Fund Net Asset Value Growth in Indonesia. Supervised by
LUKYTAWATI ANGGRAENI and RANTI WILIASIH.
The purpose of this research is to analyze the impact of macroeconomic
variables to the growth of Net Asset Value (NAV) of sharia equity fund in
Indonesia. This research used Vector Error Correction Model (VECM) with
monthly time series data from January 2010 to December 2014. The findings
show that inflation, oil price, industrial production index, money supply, exchange
rate, corruption index give a significant impact to NAV of sharia equity fund.
Based on IRF results, the shock on macroeconomic variables is responsed by
NAV. The fastest stabilization of NAV is attained when responses the shock of
oil price. The highest contribution of variables on NAV growth is oil price. Based
on this research analysis, the government should focus on the growth of real
sector which represented by industrial production index growth and improve the
role of government to oppose the corruption because these two variables give an
impact to NAV of sharia equity fund.
Keywords : NAV, sharia equity fund, macroeconomic variable, corruption index,
VECM
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP PERTUMBUHAN NILAI AKTIVA BERSIH
REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA
DARMAN GUSNAINI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Pertumbuhan Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah salah syarat
untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada kedua orang tua ayah Nurdin, ibu Nurasni, keenam sodara
penulis Armaini, Oktowarman, Patriayanti, Apridarnita, Elfitri dan Rosalinda atas
kasih sayang, dukungan, doa yang senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P, M.Si dan Ranti Wiliasih S.P, M.Si.
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membantu dan selalu
memberikan arahan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E, M.Si selaku dosen penguji
utama dan Ibu Tita Nursyamsiah, M.Sc selaku dosen penguji dari komisi
pendidikan yang telah memberikan banyak saran dan masukan untuk
penyempurnaan skripsi ini.
3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Teman-teman satu bimbingan Choirunnisa, Ica, Ayu, Alex, dan Natiya
yang selalu mengingatkan dan memberikan masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Teman-teman terbaik penulis Ramdani, Praharti, Ivan, Shofwan,
Novitasari, Nadiya, dan Aglariat yang memberikan dukungan, canda tawa
dan doa.
6. Teman-teman Ekonomi Syariah 49 dan rekan Pendidikan BEM FEM 2014
serta rekan-rekan asisten ekonomi atas dukungan dan motivasinya.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Darman Gusnaini
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Investasi dalam Islam 5
Pasar Modal 7
Reksa Dana Syariah 8
Nilai Aktiva Bersih 9
Makroekonomi 10
Inflasi 10
Nilai Tukar 11
Harga Minyak Dunia 12
Jumlah Uang Beredar 12
Penelitian Terdahulu 12
Kerangka Pemikiran 15
Hipotesis Penelitian 16
METODE PENELITIAN 16
Jenis dan Sumber Data 16
Model Penelitian 16
Definisi Operasional 17
Metode Analisis dan Pengolahan Data 18
Vector Autoregression 18
Uji Stasioneritas Data 18
Uji Lag Optimum 18
Uji Stabilitas VAR 19
Uji Kointegrasi 19
Vector Error Correction Model 19
Impulse Response Function 20
Forecast Error Variance Decomposition 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 20
Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi Pertumbuhan
NAB Reksa Dana Syariah di Indonesia 22
Uji Stasioneritas Data 22
Uji Lag Optimum 23
Uji Stabilitas VAR 24
Uji Kointegrasi 24
Analisis Respon NAB terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi 26
Analisis Kontribusi Guncangan Variabel Makroekonomi
dalam Menjelaskan Pertumbuhan NAB 29
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 43
DAFTAR TABEL
1 Data perkembangan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2010-2014 1 2 Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan
pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2010-2014 2 3 Ringkasan hasil penelitian terdahulu 13 4 Variabel penelitian 16 5 Statistik deskriptif variabel penelitian 21 6 Hasil uji stasioneritas 23
7 Hasil uji Lag Optimum 23 8 Hasil uji stabilitas VAR 24 9 Hasil pengujian kointegrasi 24 10 Hasil estimasi VECM 25
DAFTAR GAMBAR
1 Mekanisme kerja reksa dana 9 2 Kerangka pemikiran 15 3 Hasil impulse response function 27
4 Hasil variance decomposition 29
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji Akar Unit 33 2 Penentuan Lag Optimum 37 3 Hasil Uji Stabilitas VAR 37
4 Hasil Uji Kointegrasi 38 5 Hasil Estimasi VECM 39 6 Hasil Uji Variance Decomposition 42
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebangkitan industri keuangan syariah di tengah-tengah dominasi industri
keuangan konvensional yang mulai goyah akibat guncangan ekonomi global
menjadi suatu jawaban, sekaligus tantangan akan kebutuhan masyarakat dunia
terhadap industri keuangan yang stabil dan efisien. Pasar modal syariah
merupakan salah satu komponen industri keuangan syariah yang memiliki
perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Perannya yang sangat vital sebagai
lembaga intermediasi keuangan berbasis syariah dirasa sangat penting
keberadaannya di Indonesia, yang notabene sebagai negara berkembang, memiliki
keterbatasan modal dalam penyediaan dana pembangunan.
Reksa dana syariah sebagai salah satu instrumen investasi pasar modal
syariah dianggap sebagai instrumen investasi alternatif bagi para investor yang
hanya memiliki modal kecil serta tidak memiliki banyak waktu dan keahlian
dalam mengelola portofolio efek. Reksa dana syariah merupakan kumpulan dana
dari para investor yang dikelola oleh manajer profesional dan penempatan dana
dialokasikan secara diversifikasi sehingga risiko investasi yang dihadapi oleh
investor lebih rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Perkembangan reksa dana syariah tidak terlepas dari berbagai macam
faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut
dapat memengaruhi perkembangan reksa dana syariah baik secara positif maupun
negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan reksa
dana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB merupakan harga beli atau
harga jual unit penyertaan reksa dana. NAB dihitung dengan menjumlahkan
seluruh nilai masing masing efek yang dimiliki (berdasarkan harga pasar
penutupan efek yang bersangkutan), kemudian dikurangi dengan kewajiban-
kewajiban reksa dana, seperti biaya manajer investasi, bank kustodian, dan biaya
lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (2014),
pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia telah meningkat selama lima tahun
terakhir.
Tabel 1 Data perkembangan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2010-2014
Tahun NAB (Milyar
Rupiah)
Jumlah Reksadana
Syariah
Perkembangan
NAB (%)
2010 5 225.78 48 12.87
2011 5 564.79 50 6.48
2012 8 050.07 58 44.66
2013 9 432.19 65 17.17
2014 11 158.00 74 18.29 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2014)
Tabel 1 memperlihatkan perkembangan reksa dana syariah di Indonesia
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, yang tercermin dari NAB reksa dana
syariah. Pada tahun 2014, NAB reksa dana syariah mencapai Rp11 158 miliar
2
atau meningkat 113.51 persen dibandingkan dengan NAB reksa dana syariah pada
tahun 2010, yakni Rp5 225.78 miliar. Pada tahun 2014 tercatat NAB reksa dana
syariah mencapai 4.65 persen dari total NAB reksa dana. Sementara itu, jumlah
reksa dana syariah selama lima tahun terakhir juga terus meningkat. Sampai akhir
tahun 2014, jumlah reksa dana syariah mencapai 74 reksa dana syariah atau
meningkat sebesar 54.16 persen dibandingkan dengan jumlah reksa dana syariah
pada tahun 2010, yaitu 48 reksa dana syariah. Pada tahun 2013, tercatat jumlah
reksa dana syariah sebesar 8.31 persen dari total jumlah reksa dana.
Perkembangan reksa dana syariah dipengaruhi oleh faktor makroekonomi.
Mohammed et al. (2013) menemukan bahwa variabel makroekonomi inflasi yang
tercermin dari Consumer Price Index (CPI) dan GDP memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap NAB reksa dana syariah di Malaysia. Variabel
makroekonomi lainnya, yaitu suku bunga yang tercermin dari Base Lending Rate
(BLR) dan Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) memberikan pengaruh negatif
yang signifikan terhadap NAB reksa dana syariah di Malaysia. Gambaran umum
perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan pertumbuhan reksa dana syariah
di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan
pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2010-2014
Tahun GDP
(%)
Penduduk
(Juta
Orang)
Pengangguran
(%dari
Tenaga Kerja)
Inflasi
(%)
Suku
Bunga
(%)
NAB (Rp
Milyar)
2010 6.2 240.68 7.1 5.13 6.01 5 225.78
2011 6.2 243.80 6.6 5.36 5.62 5 564.79
2012 6.0 246.86 6.1 4.28 4.01 8 050.07
2013 5.6 249.87 6.3 6.41 4.83 9 432.19
2014 5.0 252.81 6.2 6.39 5.85 11 158.00 Sumber : International Monetary Fund (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2014), Worldbank (2014)
Berdasarkan data yang diperoleh dari International Monetary Fund (2014),
Investment Company Institute (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2014),
Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia (2010-2014), dan
Worldbank (2014), ada indikasi hubungan positif antara kondisi makroekonomi
dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang baik memperlihatkan
bahwa iklim investasi pada negara tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal ini
yang menjadi alasan pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah Malaysia dan Pakistan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji bagaimana pengaruh
yang diberikan oleh faktor-faktor makroekonomi terhadap reksa dana syariah di
negara Indonesia.
Perumusan Masalah
Reksa dana syariah sebagai salah satu instrumen investasi di pasar modal
syariah yang sedang berkembang. Perkembangan reksa dana syariah dipengaruhi
oleh faktor makroekonomi, seperti inflasi, jumlah uang beredar, dan sebagainya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari International Monetary Fund (2014),
3
Investment Company Institute (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2014),
Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia (2010-2014), dan
Worldbank (2014), terlihat bahwa perkembangan faktor-faktor makroekonomi di
Indonesia lebih baik dari Malaysia dan Pakistan. Perkembangan faktor-faktor
makroekonomi pada suatu negara memperlihatkan perkembangan dari iklim
investasi pada negara tersebut. Perkembangan faktor-faktor makroekonomi
Indonesia yang lebih baik dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor
makroekonomi Malaysia dan Pakistan memperlihatkan iklim investasi Indonesia
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada NAB reksa dana syariah di
Indonesia yang semakin mengalami peningkatan.
Perkembangan yang dialami reksa dana syariah tidak terlepas dari faktor-
faktor makroekonomi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor
tersebut dapat memengaruhi perkembangan reksa dana syariah. Oleh karena itu,
dengan mengetahui faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi
perkembangan reksa dana syariah, maka pihak pihak yang memiliki kepentingan
terhadap reksa dana syariah dapat lebih memfokuskan perhatian pada faktor-
faktor tersebut demi perkembangan reksa dana syariah.
Othman et al (2015) menemukan bahwa variabel makroekonomi memiliki
hubungan jangka panjang dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) di Pasar Modal
Malaysia. Variabel Consumer Price Indeks (CPI), Industrial Production Index
(IPI), Money Supply (M3), Foreign Exchange Rate (FER), Oil Price (OP),
Corruption Index (CI) berpengaruh signifikan terhadap NAB reksa dana syariah
Malaysia dalam jangka panjang. Variabel Treasure Bills Rate (TBR), Nasional
Political Election (NPE), the Global Financial Crisis (FC) tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap NAB reksa dana syariah Malaysia dalam jangka
panjang.
Afza dan Nafees (2014) menemukan bahwa adanya pengaruh negatif
signifikan dari variabel makroekonomi, yaitu inflasi yang tercermin dari
Consumer Price Index (CPI), jumlah uang beredar (M2), dan suku bunga yang
tercermin dari Karachi Interbank Offering Rate (KIBOR) pada jangka pendek dan
jangka panjang terhadap NAB reksa dana syariah di Pakistan. Karachi Stock
Exchange (KSE) 100 berpengaruh secara positif signifikan terhadap NAB reksa
dana syariah di Pakistan pada jangka panjang.
Penelitian tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap NAB pernah
dilakukan oleh Othman et al (2015) di Malaysia, Shahid et al (2015) di Pakistan,
Afza dan Nafees (2014) di Pakistan, Mohammed et al (2013) di Malaysia,
Monjazep dan Ramazanpour (2013) di Iran, Patrick (2011) di Hong Kong.
Penelitian di Indonesia tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap NAB
pernah dilakukan oleh Mirazdianti (2014), Ali (2012), Arisandi (2009) terdapat
hubungan antara variabel makroekonomi dengan pertumbuhan NAB. Hasil
Penelitian tersebut menemukan perbedaan pengaruh yang diberikan variabel
makroekonomi terhadap pertumbuhan NAB di Indonesia serta pada penelitian ini
menambahkan variabel oil price (OP), indeks produksi industri (IPI) dan
corruption index (CI).
Berdasarkan perbedaan pengaruh yang diberikan oleh variabel
makroekonomi terhadap reksa dana syariah pada penelitian sebelumnya maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
4
1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor makroekonomi terhadap pertumbuhan
NAB reksa dana syariah di Indonesia?
2. Bagaimana respon NAB terhadap guncangan variabel makroekonomi?
3. Bagaimana kontribusi guncangan variabel makroekonomi dalam
menjelaskan pertumbuhan NAB?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi
pertumbuhan NAB reksadana syariah di Indonesia.
2. Menganalisis respon NAB terhadap guncangan variabel makroekonomi.
3. Menganalisis kontribusi guncangan variabel makroekonomi dalam
menjelaskan pertumbuhan NAB.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
pemerintah, instansi-instansi terkait, masyarakat luas, pembaca, dan penulis pada
khususnya. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya :
1. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan
yang mampu mendorong pertumbuhan industri reksa dana syariah yang
maju, stabil, dan berdaya saing.
2. Membantu para investor dalam mengidentifikasi kondisi makroekonomi
ke depan dan memperoleh manfaat dari berinvestasi didalam reksa dana
syariah demi meningkatkan keuntungan.
3. Sebagai bahan referensi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya
penelitian yang terkait dengan reksadana syariah
Ruang Lingkup Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
makroekonomi yang terdiri dari variabel SBIS, variabel inflasi, variabel exchange
rate, oil price, corruption index, indeks produksi industri, serta variabel jumlah
uang beredar (M2). analisis data menggunakan metode vector autoregression
(VAR) untuk melihat pengaruh tingkat sbis, inflasi, exchange rate, oil price,
corruption index, indeks produksi industri, serta jumlah uang beredar (M2)
terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah, serta untuk mengidentifikasi
faktor manakah yang paling memengaruhi pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana Syariah. Data yang digunakan diambil dari website Bank Indonesia
(BI), International Financial Statistics (IFS), Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
OECD statistic dan Worldbank. Periode penelitian dimulai dari bulan Januari
2010 sampai dengan Desember 2014.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi dalam Islam
Investasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan harta yang dimiliki (Gozali 2004). Dalam Islam, semua
kegiatan memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Batasan-batasan itu
dinamakan prinsip dalam Islam. Dalam berinvestasi, ada beberapa prinsip yang
harus dipenuhi agar investasi yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
1. Halal
Investasi yang halal adalah syarat utama dalam syariat Islam. Ada lima
unsur yang dilarang dalam transaksi sehingga transaksi tersebut bisa dikategorikan
halal, diantaranya (Gozali 2004):
a. Maysir (judi, spekulasi)
Transaksi yang termasuk mengandung unsur maysir bukan hanya praktek
perjudian yang sudah jelas, namun juga meliputi transaksi spekulatif di pasar
modal, transaksi jual-beli dengan berjangka, spekulasi mata uang asing, dan
sebagainya.
b. Gharar (ketidakjelasan, transaksi yang tidak pasti)
Ketika terjadi transaksi jual-beli, harus jelas apa yang dijual dan berapa
harganya. Contoh yang jelas dari transaksi yang mengandung unsur gharar
adalah jual beli dengan sistem ijon, yaitu membeli hasil pertanian yang tidak
jelas kualitas maupun kuantitas hasil pertanian yang dibeli. Petani diberi uang
untuk semua hasil dari perkebunannya sebelum panen.
c. Haram
Permasalahan yang sering ditemui dalam penentuan haram atau halalnya suatu
investasi adalah jika berinvestasi secara tidak langsung ke dalam produk
keuangan. Investor tidak tahu ke mana dana yang dititipkan untuk investasi
ditanamkan.
d. Riba (bunga)
Praktek riba ini tidak hanya terjadi di bank konvensional. Dalam kehidupan
sehari hari pun sering ditemui.
e. Bathil (tidak adil)
Seorang muslim dilarang untuk mengambil keuntungan dari sesama muslim
dengan cara yang bathil atau tidak adil, seperti menipu atau dengan
memanipulasi. Bukan hanya mengambil keuntungan dengan cara kriminal
seperti itu, bahkan dengan cara legal pun tetap tidak boleh dilakukan, seperti
menjual dengan harga yang sangat tinggi jauh di atas harga pasar.
2. Berkah
Keberkahan dapat diartikan sebagai kebaikan yang bertambah. Ini adalah
aspek keuntungan non-ekonomis dari suatu investasi. Ketenangan dan kepuasan
batin dapat menjadi salah satu bentuk berkah dari investasi.
3. Bertambah
Investasi berarti bertumbuh dan berkembang. Investasi yang dilakukan
harus dapat memberikan keuntungan bagi pemodalnya.
6
Investasi dalam Pandangan Alquran dan Hadis Investasi yang berarti menunda pemanfaatan harta yang dimiliki pada saat
ini, atau berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal
yang dianjurkan dalam Alquran seperti yang dijelaskan dalam Surat Yusuf ayat
46-49.
Allah SWT berfirman :
اظف قأ د ي أكظواى بقساث ظبعفأفتاالص ظبععجاف ظبع ل بلث أخسخضس ظ
نال اضإلىأزجعلعلابعاث حصدتنفوادأباظيظبعتصزعىقال(64)علوىلعل
ففرز بل ظ اقللإل ي قد هتنهاأكليشداد ظبع ذلكبعدهيأتحن (64)تأكلىهو ل
اقللإل عام ذلكبعدهيأتحن (64)تحصىهو ال اضغاثف ف {(64)عصسى
]ظف:
Artinya:
46. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru): “Yusuf,
hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang
tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor
sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu,
agar mereka mengetahuinya.”
47. Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit,
yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya
(tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia
diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.”
(QS Yusuf 12:46-49.)
Ayat ini mengajarkan untuk tidak mengkonsumsi semua kekayaan yang
dimiliki pada saat mendapatkannya, tetapi hendaknya sebagian kekayaaan yang
itu ditangguhkan pemanfaatannya untuk keperluan yang lebih penting. Dengan
bahasa lain, ayat ini mengajarkan untuk mengelola dan mengembangkan
kekayaan demi untuk mempersiapkan masa depan. Masa depan itu bisa berarti 1,
2, 5, 10, atau 15 tahun ke depan bahkan lebih, termasuk juga masa pensiun atau
hari tua.
Surat Al-luqman 31 Ayat :34
اذاتكعب هاتدزيفطه علنهافىالزحن ج لالغ ص دعلنالع اعت هاتدزيا اهللع دا
﴿ س ن خب هللاعل ثاى بايازضتو ۳٤فط
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan
mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
7
Dalam Alquran surat Lukman : 34 Allah secara tegas menyatakan bahwa
tiada seorang-pun yang dapat mengetahui apa yang akan diperbuat dan
diusahakannya, serta peristiwa yang akan terjadi pada esok hari. Ayat ini
memerintahkan seluruh manusia untuk melakukan investasi (invest sebagai kata
dasar dari investment memiliki arti menanam) sebagai bekal dunia dan akhirat.
Karena pada dasarnya manusia tidak mengetahui apa yang akan diusahakannya
besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian manusia diwajibkan
berusaha.
بال ظل نبالر لهللاصل ىهللاعل هيالوغانتباع،فأهسزظ , ب ذ اخسش ريفف
ش ب، بالر ب الر ": ظل ن عل هللا صل ى هللا زظل ن ل قال حن حد، االقلدةفصع
شى" )زاهعلن (ب
“ fadhalah bin “ubaid al-Anshari r.a. mengatakan bahwa rosulullah
disodori sebuah kalung yang berisi merjan (permata) dan emas untuk
dijual ketika beliau ada di Khabair. Kalung tersebut berasal dari
Ghanimah. Maka Rosulullah memerintahkan untuk mengambil emas
yang ada dikalung itu lalu dipisahkan, kemudian beliau bersabda,
“emas hendaknya dijual (ditukar) dengan emas dengan berat yang
sama”.
Hadis tersebut menjelaskan tentang berinvestasi dengan ketentuan yang
benar yang tidak menimbulkan kerugian dari pihak yang terlibat didalamnya.
ص لد تفعب علن جازت هيصدقت هيحلحت قطععولإل عاىا ال دعإذاهاثال
)زاهعلن (ل
”Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga
perkara yaitu, Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang
saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut menjelaskann tentang investasi akhirat, yakni investasi yang
mendatangkan keberuntungan bagi penanamnya, yang akan dituai diakhirat
nanti.Bersandar kepada hadis riwayat Muslim tersebut, kiranya
investasi akhirat ini perlu dilirik karena menguntungkan bagi orang-orang yang
mengerjakannya dengan ikhlas.
Pasar Modal
Menurut Widoatmodjo (2009) yang membedakan pasar modal dengan
pasar-pasar yang lain adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat
dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka
panjang, yaitu dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.
Sedangkan secara fisik, pasar modal menunjuk pada suatu tempat yang biasanya
menempati sebuah gedung, sebagai tempat bertemunya para pialang yang
mewakili pala investor. Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan
ekonomi. Pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan.
Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan salah satu agen produksi yang secara
nasional akan membentuk gross national product (GDP), sehingga dapat
dikatakan berkembangnya pasar modal akan mendorong kemajuan ekonomi suatu
negara.
8
Reksa Dana Syariah
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27,
reksa dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi, sedangkan pengertian reksa dana menurut Senduk (2004) adalah
sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam satu wadah,
di mana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi (manajer
investasi) dengan cara mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai macam
instrumen investasi.
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2000
reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad kerjasama antara pemodal sebagai
pemilik harta (shahibul maal) dengan manajer investasi sebagai wakil pemilik
harta dengan pengguna investasi.
Mekanisme Reksa Dana Syariah
Mekanisme operasional reksa dana syariah melibatkan tiga pihak, yaitu
pihak yang memberikan dana (investor), pihak yang menerima dan mengelola
dana (manajer investasi), serta pihak yang menggunakan dana tersebut. Akad
yang digunakan antara pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Antara investor dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem wakalah bil
ujrah.
b. Antara manajer investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem
mudharabah.
Akad wakalah bil ujrah yang digunakan dalam kontrak antara manajer
investasi dengan investor berisi perjanjian pemberian kuasa kepada manajer
investasi, dengan kata lain, investor memberi kewenangan pada manajer investasi
untuk melakukan investasi bagi kepentingan investor sesuai dengan ketentuan
yang tercantum di dalam prospektus. Investor dalam hal ini berperan sebagai
shahibul maal, sedangkan manajer investasi berperan sebagai mudharib-nya.
Sementara karakteristik dari akad mudharabah antara manajer investasi dengan
pengguna investasi adalah sebagai berikut :
a. Pembagian keuntungan antara investor (shahibul maal) yang diwakili oleh
manajer investasi dan pengguna investasi didasarkan pada proporsi yang telah
disepakati kedua belah pihak dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu
kepada investor.
b. Investor hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan.
c. Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas
investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaiannya.
9
Sumber : Pratomo dan Nugraha (2002)
Gambar 1 Mekanisme kerja reksa dana
Keterangan :
1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit
penyertaan
2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan
kembali
3. Perintah transaksi investasi
4. Eksekusi transaksi investasi
5. Konfirmasi transaksi
6. Perintah penyelesaian transaksi
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta
8. Surat konfirmasi pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan dan
informasi NAB per Unit Penyertaan secara harian melalui media massa
9. Laporan valuasi harian dan bulanan
10. Laporan bulanan kepada BAPEPAM (sekarang OJK)
Nilai Aktiva Bersih
Achsien (2000), menjelaskan bahwa NAB adalah total investasi dan kas
yang dipegang setelah dikurangi dengan biaya-biaya utang dari kegiatan
operasional yang harus dibayarkan. Sementara, NAB per unit adalah harga wajar
dari portofolio reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi
jumlah unit penyertaan yang telah beredar atau dimiliki oleh investor pada saat
tertentu. NAB per unit dihitung setiap hari pada hari bursa oleh bank kustodian
setelah mendapat data dari manajer investasi. Besarnya NAB bisa berfluktuasi
setiap harinya, tergantung dari perubahan nilai efek pada portofolio. Peningkatan
NAB mengindikasikan bahwa nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan
meningkat. Sebaliknya, penurunan NAB mengindikasikan bahwa nilai investasi
pemegang saham per unit penyertaan menurun.
Menurut Soemitra (2009), kinerja investasi pengelolaan portofolio reksa
dana tercermin dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB). Kebijakan dan strategi investasi
yang dibuat oleh manajer investasi memengaruhi baik atau tidaknya kinerja
investasi portofolio yang dikelola oleh manajer investasi tersebut. Perhitungan
NAB reksa dana meliputi biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi,
10
biaya bank kustodian, biaya akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan
dari biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari reksa dana setiap hari sehingga
NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai investasi yang
dimiliki investor.
Makroekonomi
Pengertian makroekonomi Islam
Makroekonomi adalah studi tentang tentang perekonomian secara
menyeluruh (Mankiw 2007). Makroeknomi menurut perspektif Islam bermuara
pada akidah Islam yang bersumber dari syariat (Huda et al 2013). Menurut
Chapra (2000) ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya
realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang
terbatas yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan
individu atau tanpa perilaku makroekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
ketidak seimbangan lingkungan. Manan (1997) mengartikan ilmu ekonomi Islam
sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam
Ekonomi Islam berdasarkan kepada Alquran dan Hadis yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat. Ada tiga asas filsafat
ekonomi Islam yaitu :
1. Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, manusia
hanyalah khalifah yang memegang amanah dari allah untuk menggunakan
milik-Nya, sehingga segala sesuatunya harus tunduk pada Allah sang pencipta
dan pemilik.
2. Untuk dapat melaksnakan tugasnya sebagai khalifah Allah ,manusia wajib
tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi
yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah
3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam suatu sistem
ekonomi Islam kerena dengan keyakinan ini tingkah laku ekonomi manusia
akan dapat terkendali sebab manusia sadar bahwa semua perbuatannya akan
dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah SWT.
Kajian fikih makroekonomi Islam dibatasi pada dua hal, yaitu fikih riba dan
fikih zakat, kedua hal tesebut merupakan indikator-indikator yang biasa
digunakan pada pembahasan masalah-masalah makroekonomi Islam. Pada
penelitian ini indikator-indikator makroekonomi yang digunakan menyesuaikan
dengan kondisi dan data yang tersedia di Indonesia. Indikator-indikator
makroekonomi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Inflasi
Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga (Mankiw 2007).
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya
(Mankiw 2007). Salah satu indikator yang sering digunakan dalam mengukur
11
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI). IHK merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan
perubahan harga. Perubahan indeks harga konsumen dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat.
∑
∑
: harga tahun n
: harga tahun dasar
Berdasarkan teori Efek Fisher dijelaskan bahwa inflasi berhubungan
dengan tingkat suku bunga nominal. Perubahan pada tingkat inflasi menyebabkan
perubahan pada tingkat suku bunga nominal. Teori ini menyatakan bahwa tingkat
suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat
inflasi. Perubahan pada tingkat suku bunga nominal mengakibatkan perubahan
pada tingkat suku bunga riil, karena tingkat suku bunga riil merupakan perbedaan
di antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Semakin tinggi perubahan
pada tingkat bunga nominal maka akan semakin nyata pula perbedaan di antara
tingkat suku bunga nominal dan inflasi. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya
nilai dari tingkat suku bunga riil.
Berdasarkan fungsi investasi dikatakan bahwa tingkat suku bunga riil
berpengaruh secara negatif terhadap investasi. Artinya, setiap terjadi kenaikan
pada tingkat suku bunga riil sebesar 1 persen maka akan menurunkan investasi
sebesar 1 persen. Sebaliknya, penurunan pada tingkat suku bunga riil sebesar 1
persen akan meningkatkan investasi sebesar 1 persen. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat diterangkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh secara negatif
terhadap investasi (Mankiw 2007).
Nilai Tukar
Menurut Mankiw (2007), nilai tukar (exchange rate) atau kurs antara dua
negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan. Terdapat dua jenis kurs, yaitu kurs nominal dan kurs riil.
Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Ketika orang-orang
mengacu pada kurs di antara dua negara, maka kurs yang dimaksud adalah kurs
nominal. Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara.
Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang
dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil terkadang disebut
terms of trade. Cara menghitung kurs riil secara umum sebagai berikut.
atau
Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan
barang-barang domestik relatif lebih mahal. Jika kurs riil rendah, barang-barang
luar negeri relatif lebih mahal, dan barang-barang domestik relatif lebih murah.
Kurs riil berkaitan dengan arus modal keluar neto, yang merupakan selisih
dari tabungan dengan investasi. Hubungan antara kurs riil dan arus modal keluar
12
neto menunjukkan penawaran dan permintaan untuk pertukaran mata uang asing.
Arus modal keluar neto menunjukkan penawaran mata uang domestik yang akan
ditukarkan menjadi mata uang asing dan diinvestasikan di luar negeri. Pola
hubungan antara kurs riil dan arus modal keluar neto berbentuk miring ke kanan,
dan kurs riil berpengaruh secara negatif terhadap arus modal keluar neto.
Harga Minyak Dunia
Sebagian besar industri di dunia menggunakan minyak mentah untuk
menjalankan kegiatannya. Fluktuasi harga minyak dunia memengaruhi tingkat
inflasi. Peningkatan maupun penurunan harga minyak dunia akan memengaruhi
fluktuasi harga barang dan jasa.
Jumlah Uang Beredar
Ukuran uang yang beredar dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu M1, M2,
dan M3. M1 adalah uang kartal ditambah deposito yang dapat digunakan sebagai
alat tukar, dan deposito yang dapat diuangkan dengan cek lainnya. M2 adalah M1
ditambah dengan tabungan dan simpanan berjangka pendek, termasuk rekening
pasar uang dan pinjaman semalam antar bank. M3 adalah M2 ditambah dengan
deposito berjangka panjang dan beberapa komponen lainnya (Lipsey et al. 1995).
Berdasarkan teori portofolio dari permintaan uang, jumlah uang yang
beredar berkaitan dengan investasi. Teori ini mengatakan bahwa uang merupakan
bagian dari portofolio aset. Uang memberikan kombinasi risiko dan pengembalian
yang berbeda dibandingkan dengan aset lainnya. Pengembalian dari aset uang
dianggap lebih aman dibandingkan dengan aset saham atau obligasi.
Teori portofolio mengatakan bahwa permintaan uang bergantung kepada
risiko dan pengembalian riil yang diberikan oleh uang, yang tercermin dalam
tingkat inflasi yang diharapkan. Permintaan uang juga bergantung pada berbagai
aset lain yang dapat dimiliki oleh rumah tangga, yang tercermin dalam
pengembalian riil yang diharapkan atas saham dan obligasi, serta kekayaan riil,
karena kekayaan mengukur besarnya portofolio yang dialokasikan di antara uang
dan aset alternatif. Teori portofolio digunakan untuk menjelaskan permintaan
uang pada ukuran uang yang lebih luas, yaitu M2 dan M3.
Kenaikan pada pengembalian riil yang diharapkan atas saham dan obligasi
akan menurunkan permintaan uang, karena aset lain dianggap lebih menarik
dibandingkan dengan uang. Kenaikan pada tingkat inflasi yang diharapkan juga
menurunkan permintaan uang, karena uang dianggap menjadi kurang menarik.
Tingkat inflasi yang diharapkan dalam teori ini merupakan tingkat pengembalian
riil yang diharapkan akan diterima dari memegang uang. Sementara kenaikan
pada kekayaan riil akan meningkatkan permintaan uang, karena kekayaan yang
lebih tinggi berarti portofolio yang lebih besar (Mankiw 2007).
Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi pertumbuhan reksa dana, baik reksa dana syariah maupun reksa
dana konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Othman et al. (2015), Afza dan Nafees (2014), Monjazeb dan Ramazanpour
13
(2013), Mohammed et al. (2013), Mirazdianti (2014) Ali (2012), Chu (2011),
serta Arisandi (2009), Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut :
Tabel 3 Ringkasan hasil penelitian terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Model
Penelitian Hasil Penelitian
Shahid et al.
(2015)
Relationship
between
Macroeconomic
Variables and Net
Asset Value
(NAV) of Islamic
Equity Funds:
Evidence from
Pakistan
VAR
Nilai Aktiva Bersih
(NAB) terkointergrasi
dengan variabel
Consumer Price Index,
Treasure Bills Rate,
Money Supply.
Othman et al.
(2015)
Relationship
between
Macroeconomic
Variables and Net
Asset Value
(NAV) of Islamic
Equity Unit Trust
Funds:
Cointegration
Evidence from
Malaysian Unit
Trust Industry
VAR Variabel Makro
Ekonomi yang dipilih
memiliki hubungan
jangka panjang dengan
NAV di Pasar Modal
Malaysia Variabel
CPI,IPI,M3,FER,OP,CI,
berpengaruh siginifikan
terhadap NAB dalam
jangka panjang
Variabel TBR, NPE, FC
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
NAB dalam jangka
panjang
Othman et al.
(2015)
Causal
Relationship
between Macro-
Economic
Indicators and
Funds Unit Prices
Behavior:
Evidence
from Malaysian
Islamic Equity
Unit Trust Funds
Industry
VECM
causality test,
Granger
causality test
Indeks produksi industri,
Pemilu politik dan krisis
keuangan adalah
variabel yang memiliki
hubungan kausal searah
dengan harga satuan
dana harga minyak
dunia mengalami
kausalitas dua arah
dengan dana NAV
Hasil test VECM
menunjukkan efek
kausal jangka panjang
yang signifikan antara
NAV dan
variabel makroekonomi
14
Tabel 3 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan)
Peneliti Judul Penelitian Model
Penelitian Hasil Penelitian
Mohammed, et
al. (2013)
Macroeconomic
Fundamentals and
Unit Investment
Trusts in Malaysia
Panel data Variabel CPI dan GDP
memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap
NAB RDS. Sementara
variabel BLR dan KLCI
memiliki pengaruh negatif
yang signifikan terhadap
NAB RDS.
Monjazeb M dan
Ramazanpour E
(2013)
The Effect of
Economic Factors
on the Efficiency of
Mutual Funds in
Iran Seyedeh
Javaneh Amhadi
Tulamy
Panel Data
Hasil uji panel
memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan positif
yang signifikan antara
return pembiayaan,
exchange rate, dan inflasi.
Hasil uji juga
memperlihatkan adanya
hubungan positif yang
signifikan antara aset
pembiayaan dan umur
pembiayaan dengan return
pembiayaan
Chu (2011)
Relationship
between
macroeconomic
variables and net
asset values (NAV)
of equity funds:
Cointegration
evidence and vector
error correction
model of the Hong
Kong Mandatory
Provident Funds
(MPFs)
Unit root test,
Cointegration
test, Granger
causality, Eror
correction
model ( ECM)
analisis kointegrasi
bivariat menunjukkan
bahwa NAV dipengaruhi
HSI dan CPI, tapi tidak
dipengaruhi M2 dan
HIBOR sedangkan analisis
kointegrasi multi variat
membuktikan bahwa NAV
kointegrasi dengan
variabel makroekonomi.
HSI,CPI,dan M2 memiliki
hubungan kausal dengan
NAV
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan
pengaruh yang diberikan oleh variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah.
Penelitian Othman et al. (2015), Afza dan Nafees (2014), serta Putratama (2007)
menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah NAB reksa dana
syariah. Sementara penelitian Monjazeb dan Ramazanpour (2013), Mohammed et
al. (2013), Ali (2012), serta Arisandi (2009) menyatakan bahwa inflasi
berpengaruh positif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah.
Perbedaan pengaruh juga ditunjukkan pada variabel kurs. Penelitian
Monjazeb dan Ramazanpour (2013), Arisandi (2009), dan menyatakan bahwa
kurs berpengaruh positif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Sementara itu,
15
penelitian Ali (2012) menyatakan bahwa kurs berpengaruh negatif terhadap
jumlah NAB reksa dana syariah.
Berdasarkan perbedaan pengaruh yang diberikan oleh variabel
makroekonomi terhadap reksa dana syariah pada penelitian sebelumnya, maka
penelitian ini akan mengkaji pengaruh dari variabel makroekonomi variabel SBIS,
variabel Inflasi, variabel exchange rate, oil price, serta variabel jumlah uang
beredar (M2) terhadap reksa dana syariah.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari variabel
makroekonomi terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah. Faktor ekonomi
yang digunakan adalah SBIS, inflasi, exchange rate, oil price, corruption index,
indeks produksi industri dan jumlah uang beredar (M2), sedangkan pertumbuhan
NAB Reksa Dana Syariah diukur dengan indikator jumlah NAB Reksa Dana
Syariah itu sendiri.
Keterangan :
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Investasi
Saham
Pasar Modal Syariah
Faktor yang memengaruhi NAB
1. SBIS
2. Exchange rate
3. Inflasi
4. Oil Price
5. Jumlah uang beredar
6. Corruption Index
7. Indek Produksi Industri
Reksa dana syariah Sukuk
Nilai Aktiva Bersih
Implikasi Kebijakan
16
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
tentang pengaruh variabel makro ekonomi terhdap pertumbuhan reksa dana
syariah maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. SBIS berpengaruh positif terhadap pertumbuhan NAB
2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB
3. Exchange rate berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB
4. Oil price berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB
5. Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan NAB
6. Indeks produksi industri (IPI) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
NAB
7. Corruption index ( CI) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder yang diperoleh dari Internasional Financial Statistics (IFS), Bank
Indonesia (BI), Transparency International, OECD statistic, dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series)
bulanan dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2014. Data yang digunakan
adalah data nilai aktiva bersih reksa dana syariah, data inflasi, data sbis, data
exchange rate, data indeks produksi industri, data corruption index, serta data
jumlah uang beredar (M2).
Tabel 4 Variabel penelitian
Variabel Simbol Sumber Data
Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana Syariah
NAB Otoritas Jasa Keuangan
(OJK)
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah
SBIS Bank Indonesia
Inflasi INF Bank Indonesia
Exchange rate KURS IFS
Oil price OP IFS
Jumlah uang beredar M2 Bank Indonesia
Indeks produksi industri IPI OECD statistic
Corruption index CI Transparency
International Sumber : Bank Indonesia (2016), Otoritas Jasa Keuangan (2016)
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana
Syariah (NAB), Inflasi (INF), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
17
Exchange rate (KURS), Oil Price (OP), Corruption Index (CI), Indeks Produksi
Industri (IPI), dan Jumlah Uang Beredar (M2). Model yang digunakan dalam
penelitian ini diadopsi dari Othman et al. (2015) adalah sebagai berikut :
[
]
=
[
]
+ [
]
[
]
+
[
]
Keterangan :
= Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah (Milyar rupiah)
= Tingkat Inflasi (Persen)
= Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Milyar rupiah)
= Exchange rate (Rp/ US$)
= Oil Price (Indeks)
= Jumlah Uang Beredar (Milyar rupiah)
= Corruption Index (Indeks)
= Indeks Produksi Industri (Indeks)
Definisi Operasional
Definisi dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. NAB adalah total investasi dan kas yang dipegang setelah dikurangi
dengan biaya-biaya utang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan
yang dinyatakan dalam satuan milyar rupiah.
b. SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berdasarkan
jangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia yang dinyatakan dalam satuan milyar rupiah.
c. Inflasi adalah proses meningkatnya harga-harga secara umum dan kontinu
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor uang dinyatakan dalam bentuk persen.
d. Exchange Rate Menggambarkan nilai tukar uang nasional (Rupiah)
terhadap mata uang asing (US$) yang dinyatakan dalam satuan Rp/ US$.
e. Oil Price adalah harga minyak dunia.
f. Jumlah uang beredar adalah uang yang beredar di kalangan masyarakat
dalam bentuk uang kartal, uang giro, deposito, serta tabungan.
g. Indeks Produksi Industri adalah indikator ekonomi yang mengukur
perubahan nilai total inflasi yang disesuaikan dengan output produksi.
h. Corruption Index adalah tingkat korupsi negara-negara di dunia yang
dikeluarkan oleh tranparency International.
18
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Untuk menganalisis variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan NAB
reksa dana syariah dalam penelitian ini akan digunakan metode Vector
Autoregression (VAR) apabila data stasioner pada tingkat level, apabila data
memiliki kointegrasi maka digunakan metode Vector Error Correction Model
(VECM). Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah software e-
views 6 dan microsoft excel 2010.
Vector Autoregression
Metode Vector Autoregression (VAR) merupakan sebuah model dimana
masing-masing variabel dalam model tersebut dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri,
serta nilai saat ini dan nilai masa lampaunya. Model VAR termasuk ke dalam
multivariate time series analysis. Model VAR mampu menangkap perubahan
akan multiple time series, serta memiliki pendekatan yang kredibel dan mudah
untuk dipahami untuk pendeksripsian data, peramalan, inferensi struktural, dan
analisis kebijakan (Firdaus 2011).
Uji Stasioneritas Data
Uji stasioneritas data atau disebut dengan unit root test merupakan langkah
awal dalam melakukan pengolahan data menggunakan metode VAR/VECM.
Menurut Gujarati (2003), data yang stasioner akan mempunyai kecenderungan
untuk mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi di sekitar nilai rata-ratanya. Untuk
itu, pengujian stasioneritas data sangat penting dilakukan apabila menggunakan
data time series dalam analisis. Hal tersebut dikarenakan data time series pada
umumnya mengandung akar unit (unit root) dan nilai rata-rata serta variansnya
berubah sepanjang waktu. Nilai yang mengandung unit root atau non-stasioner,
apabila dimasukkan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana,
maka kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya
atau disebut sebagai spurious estimation (Nachrowi 2006).
Pada penelitian ini, uji stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan
Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Pengujian pada ADF test dilihat dari nilai t-
statistics jika dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon, pada taraf nyata 1
persen, 5 persen, atau 10 persen. Apabila nilai t-statistics pada ADF test lebih
kecil secara aktual daripada nilai kritis Mac Kinnon maka data telah stasioner
pada taraf nyata yang telah ditentukan. Apabila berdasarkan hasil ADF test data
tidak stasioner pada tingkat level, maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
sampai data mencapai stasioner pada tingkat first difference atau second
difference.
Uji Lag Optimum
Pengujian lag optimum dilakukan untuk menentukan jumlah lag optimal
yang digunakan dalam model. Dalam model VAR, selain dipengaruhi oleh
variabel lain, suatu variabel juga dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Lag berguna
untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Selain itu, lag optimal dapat menghilangkan masalah autokorelasi dalam model
19
VAR. Penentuan lag optimal harus dilakukan secara tepat karena apabila lag yang
ditetapkan terlalu panjang maka akan membuang secara percuma derajat bebas,
sedangkan apabila lag yang ditetapkan terlalu cepat maka akan menimbulkan
kesalahan dalam spesifikasi model. Pengujian panjang lag optimum dapat
menggunakan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion
(SC), dan Hannan-Quinn Criterion (HQ).
Uji Stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial atau disebut dengan roots of characteristics polinomial. Apabila akar-
akar dari fungsi polinomial tersebut memiliki nilai absolut yang lebih kecil dari
pada satu atau berada di dalam unit circle¸ maka dapat dikatakan model VAR
tersebut stabil sehingga Impuls Response Function (IRF) dan Forecast Error
Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dapat dianggap valid (Firdaus
2011).
Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi merupakan lanjutan dari uji akar-akar unit dan uji derajat
integrasi. Uji kointegrasi dimaksudkan untuk mengetahui perilaku data dalam
jangka panjang antar variabel terkait apakah berkointegrasi atau tidak. Menurut
Verbeek (2000) dalam Firdaus (2011), adanya hubungan kointegrasi dalam
sebuah sistem persamaan mengimplikasikan bahwa dalam sistem persamaan
tersebut terdapat error correction model yang menggambarkan adanya dinamisasi
jangka pendek secara konsisten dengan hubungan jangka panjangnya. Pengujian
kointegrasi dilihat pada nilai trace statistic dan critical value. Apabila nilai trace
statistic lebih kecil daripada critical value maka persamaan tersebut dapat
dikatakan terkointegrasi. Sebaliknya, apabila nilai trace statistic lebih besar dari
pada critical value maka dapat dikatakan persamaan tersebut tidak terkointegrasi.
Vector Error Correction Model
Vector Error Correction Model atau VECM merupakan bentuk VAR yang
terestriksi (Enders, dalam Firdaus 2011). Restriksi tambahan ini harus diberikan
karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner pada level, tetapi
terkointegrasi. VECM kemudian memanfaaatkan informasi restriksi kointegrasi
tersebut ke dalam spesifikasinya. Karena itu, VECM sering disebut sebagai desain
VAR bagi series non stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi (Firdaus
2011).
Model VECM digunakan untuk mencari hubungan dinamis dalam suatu
sistem yang terkointegrasi. Model VECM dapat mengestimasi hubungan jangka
pendek maupun jangka panjang antar variabel yang digunakan. Persamaan umum
model VECM sebagai berikut :
∏
∑
20
Keterangan :
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intercept
= vektor koefisien regresi
= time trend
∏ = dimana mengandung persamaan kointegrasi jangka
panjang
= variabel in-level
= matriks koefisien regresi
k-1 = ordo VECM dari VAR
= errror term
Impulse Response Function
Impulse Response Function (IRF) menunjukkan bagaimana respon dari
setiap variabel endogen sepanjang waktu terhadap guncangan dalam variabel itu
sendiri dan variabel endogen lainnya. Fungsi dari impulse response ini pertama,
untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel tertentu apabila
terjadi guncangan atau shock suatu variabel. Fungsi yang kedua adalah untuk
mengetahui besarnya nilai guncangan terhadap variabel yang ada.
Forecast Error Variance Decomposition
Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan suatu
metode yang digunakan untuk melihat bagaimana perubahan suatu variabel
endogen akibat dari pengaruh variabel lainnya yang ditunjukkan oleh perubahan
error variance dari variabel-variabel tersebut. Metode FEVD memperlihatkan
kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel
endogen selama kurun waktu tertentu. Metode FEVD mencirikan suatu struktur
dinamis dalam model VAR/VECM. Perhitungan metode FEVD memperlihatkan
seberapa besar perubahan error variance sebelum dan sesudah terjadinya inovasi
yang berasal dari variabel endogen maupun variabel-variabel lainnya. Oleh karena
itu, melalui metode FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang
memengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu serta memberikan informasi
mengenai variabel inovasi yang lebih penting dalam model VAR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempelajari segi-segi yang penting
dari suatu data. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta, antara
lain dengan cara menghitung ukuran parameter dan fungsi distribusi statistika
berdasarkan data empiris. Parameter-parameter tersebut adalah antara lain rata-
rata (mean), median, varian, standar deviasi, skewness, kurtosis, Jarque-bera,
21
covarian, dan korelasi. Statistik deskriptif semua variabel yang digunakan pada
penelitian ini ditunjukan oleh Tabel 5.
Tabel 5 Statistik deskriptif variabel penelitian
Variabel Rata-rata Standar
deviasi
Nilai
Maksimum
Nilai
Minimum
LNNAB 8.811333 0.285357 9.32 8.42
LNM2 14.9045 0.207564 15.24 14.54
LNKURS 9.194667 0.118471 9.43 9.05
LNSBIS 7.8105 0.53997 8.53 6.32
LNOP 4.572 0.142398 4.77 4.1
INFLASI 5.5205 1.49541 8.36 3.43
LNIPI 4.694 0.07305 4.85 4.53
CI 3.12 0.205682 3.4 2.8
Tabel 5 menunjukkan statistik deskriptif seluruh variabel yang menjadi
gambaran umum pengaruh variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan NAB
reksa dana syariah di Indonesia. Selama kurun waktu lima tahun dari 2010 hingga
2014. Rata-rata NAB reksa dana syariah di Indonesia adalah 8.81 persen dengan
nilai minimum adalah 8.42 persen. Nilai tersebut terjadi pada Januari 2010 dan
Mei 2010. Nilai maksimum NAB yaitu 9.32 persen yang terjadi pada Desember
2014, hal ini didorong oleh meningkatnya dana kelolaan reksa dana syariah dan
peningkatan jumlah reksa dana syariah serta peningkatan kepercayaan investor
untuk berinvestasi direksa dana syariah.
Jumlah uang beredar (M2) meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga
yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun. M2 dipengaruhi oleh
pertumbuhan kredit dan kegiatan belanja pemerintah pusat. Rata-rata jumlah uang
beredar Indonesia periode Januari 2010 sampai Desember 2014 adalah 14.9. nilai
minimum yaitu 14.54 yang terjadi pada bulan Januari dan Februari 2010. Nilai
maksimum 15.24 persen yaitu terjadi pada bulan Desember 2014.
Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah 9.19 pesen. Nilai tukar
rupiah terhadap dolar berfluktuatif periode Januari 2010 sampai Desember 2014.
Fluktuasi nilai tukar ini di pengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran
terhadap rupiah. Nilai minimum 9.05 persen dan nilai maksimum 9.43 persen
yang terjadi pada Desember 2014.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah adalah surat berharga berdasarkan
prinsip syariah berdasarkan jangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia. Rata-rata SBIS periode Januari 2010 sampai
Desember 2014 adalah 7.8 persen. Nilai maksimalnya adalah 8.53 persen yang
terjadi pada bulan Mei 2013.
Rata-rata oil price periode Januari 2010 sampai Desember 2014 adalah
4.57 persen . Nilai minimum 4.1 persen yang terjadi pada Desember 2014, hal ini
terjadi karena keputusan organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC)
untuk mempertahankan kuota produksi, turunnya proyeksi permintaan minyak
mentah global, kenaikan tingkat stok mingguan minyak mentah komersial di
22
Amerika Serikat, menguatnya nilai tukar dolar AS, melemahnya perekonomian
Tiongkok serta menurunnya permintaan dan penggunaan gasoil India. Nilai
maksimum yaitu 4.77 persen yang terjadi pada Maret 2012 sebagai dampak dari
konflik dan kondisi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah.
Rata-rata Inflasi Indonesia periode Januari 2010 sampai Desember 2014
adalah 5.52 persen. Nilai minimum 3.43 persen yang terjadi pada Maret 2010
sebagai dampak dari peningkatan impor dan deflasi karena adanya penurunan
harga yang ditunjukan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan.
Nilai maksimalnya adalah 8.36 persen yang terjadi pada Desember 2014 sebagai
dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak .
Indeks produksi industri adalah proxi dari GDP dari sisi penerimaan yang
merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi. GDP Indonesia terus meningkat
dari tahun 2010-2014. Rata-rata indeks produksi industri Indonesia periode
Januari 2010 sampai Desember 2014 adalah 4.69 persen. Nilai minimum 4.53
persen yang terjadi pada 2010. Nilai maksimalnya adalah 4.85 yang terjadi pada
2014.
Rata-rata corruption index Indonesia periode 2010-2014 adalah 3.12
persen. Skor dari corruption index di keluarkan oleh lembaga tranparency
Internasional. Rentang skornya dari 1 sampai 100, dengan 1 berarti sangat korup
dan 100 berarti bersih dari korupsi. Skor corruption index indonesia periode 2010-
2014 terus meningkat, 2.8 di tahun 2010, meningkat 3.0 tahun 2011, 3.2 ditahun
2012 dan 2013, dan terjadi lagi peningkatan di tahun 2014 yaitu sebesar 3.4, hal
ini menunjukan bahwa pemberantasan korupsi di Indonesia terus membaik.
Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi Pertumbuhan NAB Reksa
Dana Syariah di Indonesia
Faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi pertumbuhan NAB reksa
dana syariah di Indonesia pada penelitian ini dapat di jelaskan oleh hasil estimasi
VECM jangka panjang. Model VECM memberikan dua output estimasi utama,
yakni mengukur cointegrating atau hubungan keseimbangan jangka panjang antar
variabel, serta mengukur error correction atau kecepatan variabel-variabel
tersebut dalam bergerak menuju keseimbangan jangka panjangnya (Marciano
2004). Jadi dengan VAR/VECM, maka dapat diketahui hubungan jangka pendek
serta jangka panjang antar variabel. Variabel dependen dalam penelitian ini,
adalah nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah di indonesia, sedangkan
variabel independennya adalah inflasi, sbis, exchange rate, indeks produksi
industri, corruption index, oil price, serta jumlah uang beredar (M2). Signifikansi
suatu variabel terhadap variabel lainnya dalam penelitian ini dinilai pada taraf
nyata 5 persen. Hasil estimasi VECM ini didapat setelah melakukan beberapa
tahapan :
Uji Stasioneritas Data
Pengujian stasioneritas data digunakan untuk melihat apakah suatu
variabel stasioner atau tidak stasioner. Pengujian stasioneritas data pada penelitian
ini menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Berdasarkan Tabel 6
23
dapat terlihat bahwa hanya variabel SBIS yang stasioner pada tingkat level. Hal
ini dapat dilihat dari nilai t-statistics ADF yang lebih kecil dibandingkan dengan
nilai kritis Mac Kinnon, sedang pada tingkat first difference semua variabel
stasioner. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistics ADF yang lebih kecil
dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon.
Tabel 6 Hasil uji stasioneritas
Variabel
Tingkat Level Tingkat First Difference
ADF statistic Nilai Kritis
MacKinnon
ADF
statistic
Nilai Kritis
MacKinnon
LNNAB -1.852 -3.4878 -7.3805 -3.4892
LNSBIS -4.4103 -2.9135 -5.7586 -2.9126
INFLASI -2.347 -2.9126 -4.1314 -2.9126
LNOP -1.2538 -2.9126 -3.7765 -2.9126
LNIPI -0.337 -2.9135 -7.9538 -2.9135
LNM2 -2.8358 -3.4878 -9.5287 -3.4892
LNKURS -2.2552 -3.4892 -5.2775 -3.4892
CI -2.7072 -3.4878 -7.8414 -3.4892
Uji Lag Optimum
Pengujian lag optimum sangat berguna, selain untuk menunjukkan berapa
lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya, lag optimum dapat
menghilangkan masalah autokorelasi di dalam model VAR. Penentuan lag
optimum dalam penelitian ini menggunakan kriteria Schwarz Information (SC).
Hasil pengujian lag optimum dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil uji Lag Optimum
Lag SC
0 -10.221
1 -21.03297*
2 -18.435
3 -17.233
4 -15.811
Tabel 7 menunjukan bahwa nilai yang mengandung tanda bintang (*)
merupakan nilai terkecil yang terdapat pada kriteria, sehingga lag pada nilai
tersebut merupakan lag yang paling optimum. Pada pengujian SC, nilai -21.03297
merupakan nilai terkecil yang terdapat pada kriteria SC dan terdapat pada lag satu.
Oleh karena itu, pada penelitian ini lag satu merupakan lag yang paling optimum.
24
Uji Stabilitas VAR
Model VAR yang digunakan dapat disimpulkan bersifat stabil berdasarkan
hasil uji stabilitas VAR apabila memiliki nilai modulus kurang dari 1 dan berada
di dalam unit circle. Pada penelitian ini, dapat terlihat bahwa seluruh variabel
memiliki nilai modulus berkisar antara 0.24 sampai dengan 0.49 dan berada di
dalam unit circle. Oleh karena itu, model VAR penelitian ini dapat dikatakan
stabil. Hasil uji stabilitas VAR dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Hasil uji stabilitas VAR
Root Modulus
0.499963 0.499963
-0.151517 - 0.415481i 0.442246
-0.151517 + 0.415481i 0.442246
-0.415119 0.415119
0.376107 - 0.059202i 0.380738
0.376107 + 0.059202i 0.380738
0.180137 - 0.164536i 0.24397
0.180137 + 0.164536i 0.24397
Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang tidak
stasioner secara individual dapat terkointegrasi atau tidak. Suatu persamaan
dikatakan terkointegrasi apabila memiliki nilai trace statistic yang lebih besar
daripada critical value, pada titik kritis yang telah ditentukan. Pengujian
kointegrasi pada penelitian ini menggunakan Johanssen Cointegration test dengan
panjang lag optimum 1.
Tabel 9 Hasil pengujian kointegrasi
Hypothesized No. of CE(s) Trace Statistic 0.05 Critical
Value
None * 178.771 159.53
At most 1 119.099 125.615
At most 2 84.7761 95.7537
At most 3 52.9643 69.8189
At most 4 33.4628 47.8561
At most 5 17.673 29.7971
At most 6 7.46127 15.4947
At most 7 2.31608 3.84147
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa hasil uji Johanssen
Cointegrastion test menunjukkan terdapat 1 persamaan kointegrasi (r=1), yaitu
saat nilai trace statistic lebih besar daripada critical value pada titik kritis 5%. Hal
25
ini mengindikasikan bahwa persamaan ini memiliki hubungan keseimbangan
jangka panjang. Dengan adanya kointegrasi pada persamaan ini maka model yang
akan digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM).
Hasil estimasi VECM menunjukkan pada jangka panjang semua variabel
signifikan terhadap NAB kecuali variabel SBIS. Peubah koreksi kesalahan
signifikan terhadap NAB reksa dana syariah, yaitu sebesar -2.93125. Artinya
terdapat penyesuaian dari persamaan jangka pendek menuju persamaan jangka
panjang sebesar -0.193. Dapat pula diartikan sebagai pengkoreksian yang
dilakukan tiap bulan sebesar -0.193 persen menuju keseimbangan jangka panjang. Hal ini dapat digambarkan pada tabel 10.
Tabel 10 Hasil estimasi VECM
Jangka Panjang
Variabel Koefisien t-Statistik
SBIS -0.03099 1.39218
INFLASI 0.0332 -3.60600*
LNOP -0.42663 2.66092*
LNIPI 4.254 -10.7845*
LNM2 1.3421 -5.52613*
LNKURS -0.9287 3.76235*
CI -0.86609 4.20227*
Variabel inflasi dalam jangka panjang secara signifikan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah, artinya jika terjadi
kenaikan inflasi sebesar satu persen maka akan menyebabkan NAB reksa dana
syariah meningkat sebesar 0.0332 persen. Peningkatan inflasi menyebabkan
masyarakat akan memilih untuk mempertahankan nilai uangnya melalui
pembelian reksa dana syariah dibandingkan memegang uang yang nilai riilnya
akan terus menurun seiring terjadinya peningkatan inflasi. Hal inilah yang
menyebabkan NAB reksa dana syariah meningkat. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arisandi (2009).
Variabel indeks produksi industri (IPI) dalam jangka panjang secara
signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah,
artinya jika terjadi kenaikan IPI sebesar satu persen maka akan menyebabkan
NAB reksa dana syariah meningkat sebesar 4.254 persen. Indeks produksi industri
mencerminkan aktivitas ekonomi secara riil sehingga memengaruhi secara
langsung arus kas perusahaan. Jika IPI meningkat maka pendapatan perusahaan
meningkat begitu pula dengan pendapatan masyarakat (Aziz dan Ibrahim 2008).
Peningkatan pendapatan masyarakat berdampak positif bagi permintaan reksa
dana syariah sehinga NAB akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Othman et al (2015) yang menyatakan bahwa pasar ekuitas sangat
sensitif terhadap perubahan indeks produksi industri.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (kurs) dalam jangka panjang secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, yakni ketika
terjadi peningkatan kurs sebesar satu persen, maka akan terjadi penurunan NAB
reksa dana syariah sebesar 0.9287 persen. Temuan ini sejalan dengan peneltian
26
yang dilakukan Othman et al (2015)yang menyatakan bahwa jika mata uang suatu
negara terapresiasi terhadap dolar AS, akan menyebabkan penurunan permintaan
produk ekspor karna harganya lebih mahal dari negara-negara eksportir lainnya.
Hal ini akan menyebabkan capital outflow. Capital outflow akan menurunkan
investasi dan akan berdampak terhadap turunnya NAB reksa dana syariah.
Variabel jumlah uang beredar (M2) dalam jangka panjang secara
signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah,
artinya jika terjadi kenaikan M2 sebesar satu persen maka akan menyebabkan
NAB reksa dana syariah meningkat sebesar 1.3421 persen. Peningkatan jumlah
uang beredar di masyarakat akan meningkatkan inflasi. Peningkatan inflasi
menyebabkan masyarakat akan memilih untuk mempertahankan nilai uangnya
melalui pembelian reksa dana syariah dibandingkan memegang uang yang nilai
riilnya akan terus menurun seiring terjadinya peningkatan inflasi. Hal inilah yang
menyebabkan NAB reksa dana syariah meningkat. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arisandi (2009).
Variabel oil price (OP) dalam jangka panjang secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah, artinya jika
terjadi kenaikan OP sebesar satu persen maka akan menyebabkan NAB reksa dana
syariah turun sebesar 0.42663 persen. Kenaikan harga minyak dunia dapat
memengaruhi inflasi dari sisi Supply (cost push inflation), kenaikan harga minyak
menyebabkan peningkatan biaya produksi barang dan jasa. Peningkatan biaya
produksi ini akan memicu terjadinya inflasi. Peningkatan pada tingkat inflasi akan
menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang sehingga akan menurunkan
keinginan melakukan investasi. Turunnya keinginan masyarakat untuk melakukan
investasi ini akan berdampak pada investasi di pasar modal. Hal ini akan
menyebabkan turunnya permintaan reksa dana syariah sehingga NAB reksa dana
syariah turun. Temuan ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan Othman et al
(2015).
Variabel corruption index (CI) dalam jangka panjang secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah, artinya jika
terjadi kenaikan CI sebesar satu persen maka akan menyebabkan NAB reksa dana
syariah turun sebesar 0.86609 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat korupsi di Indonesia maka nilai NAB akan semakin kecil. Temuan ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Othman et al (2015).
Analisis Respon NAB terhadap Guncangan Variabel Makroekonomi
Analisis respon NAB terhadap guncangan variabel makroekonomi dapat
dijelaskan oleh hasil Impulse Response Function (IRF). IRF digunakan untuk
mengamati pertumbuhan dan respon antar variabel pada periode sekarang dan
peramalan kondisi variabel jika terjadi shock atau gunjangan. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat respon yang diberikan oleh pertumbuhan NAB terhadap
guncangan variabel makroekonomi selama 24 periode ke depan.
27
Gambar 3 Hasil impulse response function
Guncangan inflasi sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh
pertumbuhan NAB pada bulan pertama. Pada bulan kedua sampai bulan ketiga,
gunjangan pada inflasi direspon secara negatif oleh pertumbuhan NAB sebesar
0.00414 persen hingga 0.001847 persen. Sejak bulan keempat guncangan pada
inflasi direspon positif oleh pertumbuhan NAB sebesar 0.00078 persen. Respon
positif pertumbuhan NAB akibat dari guncangan inflasi ini semakin meningkat
dalam jangka panjangnya. Respon pertumbuhan NAB terhadap guncangan yang
diberikan oleh inflasi mulai mencapai kestabilan pada bulan ke-17 dengan
merespon secara positif sebesar 0.004268 persen. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Arisandi (2009) yang menyatakan bahwa kenaikan
inflasi akan menjadikan nilai uang yang beredar di masyarakat akan terdepresiasi.
masyarakat lebih memilih untuk mempertahankan nilai uangnya melalui
pembelian reksa dana syariah.
Guncangan indeks produksi industri (IPI) sebesar satu standar deviasi pada
bulan pertama belum direspon oleh pertumbuhan NAB. Mulai bulan kedua hingga
periode jangka panjangnya tampak bahwa guncangan IPI direspon positif oleh
pertumbuhan NAB yang ditandai dengan meningkatnya nilai NAB pada jangka
panjang. Selama 10 bulan pertama, peningkatan NAB sebagai respon terhadap
gunjangan IPI ini cenderung berfluktuasi. Respon NAB terhadap guncangan IPI
ini mulai mencapai kestabilan pada bulan ke-16 yakni NAB merespon guncangan
IPI sebesar 0.010363. Hal ini menunjukkan bahwa guncangan IPI membuat NAB
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to LNM2
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to LNKURS
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to LNIPI
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to LNOP
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to LNSBIS
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to CI
-.04
-.03
-.02
-.01
.00
.01
.02
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
Response of LNNAB to INFLASI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
28
mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Othman et al. (2015) yang menyatakan bahwa pasar ekuitas sangat sensitif
terhadap perubahan indeks produksi industri.
Guncangan SBIS sebesar satu standar deviasi belum direspon oleh NAB.
Pada bulan kedua guncangan tersebut direspon positif oleh NAB sebesar
0.002395 persen. Respon positif NAB akibat guncangan SBIS ini terus berlanjut
sampai jangka panjang, hal ini menyebabkan NAB meningkat dalam jangka
panjang. Respon NAB terhadap guncangan SBIS ini mulai mencapai kestabilan
pada bulan ke-16 yakni NAB merespon guncangan SBIS sebesar 0.007374 persen.
Peningkatan SBIS akan menjadi insentif bagi manajer investasi untuk
menginvestasikan dana kelolaannya ke dalam SBIS yang merupakan salah satu
instrumen investasi reksa dana syariah, sehingga diharapkan terjadi peningkatan
return bagi para investor. Peningkatan return akan menjadi daya tarik bagi para
investor untuk menginvestasikan dananya melalui reksa dana syariah, yang akan
berdampak pada peningkatan NAB reksa dana syariah. Temuan ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Ali (2012)
Guncangan Exchange Rate (kurs) sebesar satu standar deviasi belum
direspon oleh NAB. Pada bulan kedua guncangan tersebut direspon positif oleh
NAB sebesar 0.004829 persen. Respon positif NAB akibat guncangan KURS ini
terus berlanjut sampai jangka panjang, hal ini menyebabkan NAB meningkat
dalam jangka panjang. Respon NAB terhadap guncangan kurs ini mulai mencapai
kestabilan pada bulan ke-16, yakni NAB merespon guncangan KURS sebesar
0.003943 persen. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Othman et
al (2015).
Guncangan yang terjadi pada variabel jumlah uang beredar (M2) direspon
secara negatif oleh NAB reksa dana syariah pada periode ke-2, yaitu sebesar -
0.001004. Respon negatif terus terjadi hingga mencapai kestabilan pada periode
ke-16, yaitu sebesar -0.005505, dan berlanjut hingga periode akhir. Peningkatan
pada jumlah uang yang beredar mencerminkan banyaknya uang yang beredar di
kalangan masyarakat sehingga memicu terjadinya peningkatan pada inflasi.
Peningkatan pada inflasi akan memengaruhi pendapatan dan perubahan pada pola
konsumsi masyarakat. Perubahan pendapatan riil, akan mengurangi minat
masyarakat untuk berinvestasi. Hal ini mengakibatkan penurunkan NAB reksa
dana syariah. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Afza dan
Nafees (2014)
Guncangan yang terjadi pada oil price (OP) direspon secara negatif oleh
NAB reksa dana syariah pada periode ke-2, yaitu sebesar -0.004575. Respon
negatif terus terjadi hingga mencapai kestabilan pada periode ke-16, yaitu sebesar
-0.030156 dan berlanjut hingga periode akhir. Kenaikan harga minyak dunia dapat
memengaruhi inflasi dari sisi supply (cost push inflation), sekaligus menyebabkan
peningkatan biaya produksi barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi ini akan
memicu terjadinya inflasi, dan selanjutnya berdampak pada turunnya pendapatan
riil masyarakat yang kemudian akan menurunkan keinginan melakukan investasi.
Turunnya keinginan masyarakat untuk melakukan investasi ini akan berdampak
pada investasi di pasar modal. Hal ini akan menyebabkan turunnya NAB reksa
dana syariah. Temuan ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan Othman et al
(2015)
29
Guncangan corruption index (CI) sebesar satu standar deviasi pada bulan
pertama belum direspon oleh NAB. Pada bulan ke-2 guncangan CI mulai direspon
negatif oleh NAB sebesar -0.011764. Respon negatif ini terus berlanjut sampai
akhir periode. Respon NAB terhadap guncangan CI mulai stabil pada bulan ke-14
yaitu sebesar -0.017774 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka
panjang tingkat korupsi akan memengaruhi NAB reksa dana syariah. Semakin
tinggi tingkat korupsi di Indonesia maka nilai NAB akan semakin kecil. Temuan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Othman et al (2015).
Analisis Kontribusi Guncangan Variabel Makroekonomi dalam
Menjelaskan Pertumbuhan NAB
Analisis kontribusi guncangan variabel makroekonomi dalam menjelaskan
pertumbuhan NAB dapat dilihat dari hasil Forecast Error Variance
Decomposition (FEVD). FEVD bertujuan untuk menjelaskan kontribusi dari
masing-masing variabel terhadap shock yang ditimbulkannya terhadap variabel
endogen utama yang diamati. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa
besar persentase kontribusi masing-masing guncangan makroekonomi
memengaruhi pertumbuhan NAB. Jangka waktu yang digunakan dalam
menjelaskan FEVD ini adalah 24 periode. Pada periode pertama, guncangan
pertumbuhan NAB hanya dipengaruhi oleh guncangan pertumbuhan NAB itu
sendiri. Namun pada periode 2 nampak variabel lain yang mulai memengaruhi
pertumbuhan NAB. Pada periode 3 sampai 24 keragaman pertumbuhan NAB
paling besar dipengaruhi oleh dirinya sendiri, OP, CI, IPI, SBIS, M2, KURS dan
Inflasi.
Gambar 4 Hasil variance decomposition
Variabel yang pengaruhnya dominan terhadap pertumbuhan NAB adalah
OP dan CI. OP menjadi variabel yang paling dominan pengaruhnya, yaitu hingga
mencapai 29.30837 persen pada akhir periode pengamatan. Variabel CI berada
pada posisi kedua dengan dominasi pengaruh sebesar 10.82473 persen pada akhir
pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang indeks korupsi
akan mempengaruhi pertumbuhan NAB reksa dana syariah di Indonesia.
0
20
40
60
80
100
120
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Pe
rse
n
Periode
LNNAB LNM2 LNKURS LNSBIS LNOP INFLASI LNIPI CI
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil estimasi VECM menunjukkan bahwa pada pada jangka panjang
variabel inflasi, exchange rate, indeks produksi industri (IPI), oil price
(OP), corruption index (CI), serta data jumlah uang beredar (M2)
berpengaruh signifikan terhadap NAB.
2. Hasil IRF menunjukkan bahwa sebelum mencapai kestabilan NAB
berfluktuasi dalam merespon guncangan yang terjadi pada variabel yang
diamati dalam penelitian ini. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
kondisi stabil ini berbeda-beda diantara variabel tersebut. NAB paling
cepat mencapai kestabilan ketika merespon guncangan corruption index.
3. Hasil FEVD menunjukkan bahwa hingga akhir periode variabel yang
memiliki kontribusi besar dalam pertumbuhan NAB adalah oil price.
Saran
Mengacu pada hasil penelitian ini tentang analisis pengaruh variabel
makroekonomi yaitu inflasi, SBIS, exchange rate, indeks produksi industri (IPI),
oil price (OP) corruption index (CI) serta data jumlah uang beredar (M2) terhadap
pertumbuhan nilai aktiva bersih reksa dana syariah maka ada beberapa
rekomendasi :
1. Pemerintah perlu mendorong pertumbuhan di sektor riil yang akan
tergambar dari pertumbuhan IPI karena memiliki pengaruh positif
terhadap pertumbuhan NAB.
2. Pemerintah perlu meningkatkan upaya untuk melawan kegiatan korupsi
karena Corruption Index (CI) memberikan dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan NAB reksa dana syariah.
3. Peneliti selanjutnya perlu menambah variabel lain yang relevan
memengaruhi pertumbuhan reksa dana syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Achsien IH. 2000. Investasi Syaria di Pasar Modal Menggagas Konsep dan
Praktik Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Afza T, Nafees B. 2014. Relationship between nav of equity funds and
macroeconomic variables in Pakistan. Vidyabharati International
Interdisciplinary Research Journal. Vol 3(1): 118-134.
31
Ali K. 2012. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Reksa Dana
Syariah di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anwar H, Ahamed K, Hasanuddeen AZ. 2015. Causal relationship between
macro-economic indicators and funds unit prices behavior: evidence
from Malaysian Islamic equity unit trust funds industry. International
Journal of Economic. Vol. 9(1) : 192-200
Anwar H, Ahamed K, Hasanuddeen AZ. 2015. Relationship between
macroeconomic variables and net asset value (nav) of Islamic equity unit
trust funds: cointegration evidence from Malaysian unit trust industry.
Global Journal of Business and Social Science Review. Vol. 1(2) : 327-
339
Arisandi TD. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan
Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008 [skripsi]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
[BI] Bank Indonesia. 2016. Inflasi [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia
pada: http://www.bi.go.id
_________________. 2016. BI rate [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia
pada: http://www.bi.go.id
Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta : Gema Insani Press
Chu, Patrick Kuok-Kun. 2011. Relationship between macroeconomic variables
and net asset values (NAV) of equity funds: Cointegration evidence and
vector error correction model of the Hong Kong Mandatory Provident
Funds (MPFs). Journal of International Financial Markets, Institutions
and Money. Vol : 1-19.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Bogor (ID): IPB Press.
Gholam RZ, Naser Zandi PJ, Ayesha A. 2015. Micro & macroeconomic
determinants of net asset value of Islamic equity unit trust funds: The case
of Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science
Research. Vol. 1(2) : 48-54
Gozali, Ahmad. 2004. Halal, Berkah, Bertambah. Mengenal dan Memilih Produk
Investasi Syariah Keuangan Syariah. Elex Media Komputindo,Jakarta.
Huda, Nurul. dan Nasution, Mustafa Edwin. 2008. Investasi pada Pasar Modal
Syariah. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Huda, Nurul, Idris, Handi Risza,Nasution, Mustafa Edwin, Wiliasih, Ranti. 2013.
Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta : Kencana
[ICI] Investment Company Institute. 2014. Monthly Trends in Mutual Fund
Investing [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia pada:
http://www.ici.org/research/stats
[IMF] International Monetary Fund. 2016. World Economic Outlook Database
[Internet]. [diunduh 2016 Maret 02]. Tersedia pada:
http://www.imf.org/external/data.htm
Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, Steiner PO. 1995. Pengantar Makroekonomi
Jilid 1. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta (ID): Erlangga.
Mirazdianti F. 2014. Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi
Pertumbuhan Reksa Dana Syariah dan Perkembangannya di Indonesia
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
32
Mohammed WS, Shukor N, Affandi S, Mahmood WM. 2013. Macroeconomic
fundamentals and unit investment trusts in Malaysia. World Applied
Sciences Journal . Vol 23: 53-56.
Monjazeb M, Ramazanpour E. 2013. The effect of economic factors on the
efficiency of mutual funds in Iran seyedeh javaneh ahmadi tulamy.
Technical Journal of Engineering and Applied Sciences. Vol 3(15): 1707-
1711.
MUI. 2001. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20/DSN-MUI/IV/2001.
Jakarta: MUI.
Nachrowi, Djalal Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Data Statistik Reksa Dana 2009-2014
[Internet]. [diunduh 2016 Maret 10]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id
Othman, Kameel A, Aziz AH. 2015. Relationship between macroeconomic
variables and net asset value (NAV) of Islamic equity unit trust funds:
cointegration evidence from Malaysian unit trust industry. Journal of
business and social science review. Vol 1(2) : 327-339.
Pratomo EP, Nugraha, U. 2002. Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era
Modern. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Putratama H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan
Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Shahid MKG, Abdul R, Omar M. 2015. Relationship between macroeconomic
variables and net asset value (nav) of Islamic equity funds: evidence from
Pakistan. Journal of Islamic Financial Studies. Vol 1(1) : 19-23.
Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana.
[SS SCM] Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia. 2014. Unit
Trust Funds in Malaysia-Summary of Statistics [Internet]. [diunduh 2016
Maret 10]. Tersedia pada: http://www.sc.com.my/data-statistics/unit-trust -
fund-in-malaysia-summary-of-statistics
[TI] Tranparency International. 2016. Corruption Perception Index 2015
[Internet].[diunduh 2016 Maret 02]. Tersedia pada:
http://www.transparency.org/cpi2015
UU Pasar Modal. 1995. UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 Ayat 27.
Jakarta.
Widoatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Worldbank. 2014. Inflation, Consumer Prices [Internet]. [diunduh 2016 Maret 10].
Tersedia pada: http://www.data.worldbank.org
33
LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Akar Unit
1. SBIS
Null Hypothesis: LNSBIS has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.410307 0.0008
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNSBIS) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.758624 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. NAB
Null Hypothesis: LNNAB has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.851997 0.6665
Test critical values: 1% level -4.121303
5% level -3.487845
10% level -3.172314
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNNAB) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.380481 0.0000
Test critical values: 1% level -4.124265
5% level -3.489228
34
10% level -3.173114
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3. Inflasi
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.347046 0.1612
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.131412 0.0018
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. KURS
Null Hypothesis: LNKURS has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.255249 0.4509
Test critical values: 1% level -4.124265
5% level -3.489228
10% level -3.173114
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.277482 0.0003
Test critical values: 1% level -4.124265
5% level -3.489228
10% level -3.173114
35
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
5. IPI
Null Hypothesis: LNIPI has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.336993 0.9123
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNIPI) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.953788 0.0000
Test critical values: 1% level -3.550396
5% level -2.913549
10% level -2.594521
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
6. M2
Null Hypothesis: LNM2 has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.835835 0.1908
Test critical values: 1% level -4.121303
5% level -3.487845
10% level -3.172314
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.528661 0.0000
Test critical values: 1% level -4.124265
5% level -3.489228
36
10% level -3.173114
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
7. OP
Null Hypothesis: LNOP has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.253843 0.6450
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LNOP) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.776470 0.0053
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
8. CI
Null Hypothesis: CI has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.707179 0.2377
Test critical values: 1% level -4.121303
5% level -3.487845
10% level -3.172314
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(CI) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.841369 0.0000
Test critical values: 1% level -4.124265
5% level -3.489228
10% level -3.173114
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
37
Lampiran 2 Penentuan Lag Optimum
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: LNNAB LNM2 LNKURS LNSBIS LNOP INFLASI LNIPI CI
Exogenous variables: C
Date: 06/13/16 Time: 22:38
Sample: 2010M01 2014M12
Included observations: 55 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 297.0954 NA 3.76e-15 -10.51256 -10.22058 -10.39965
1 722.6707 711.8714 7.50e-21 -23.66075 -21.03297* -22.64457*
2 779.4603 78.47289 1.12e-20 -23.39856 -18.43497 -21.47910
3 874.6536 103.8472* 5.43e-21* -24.53286 -17.23346 -21.71012
4 963.7651 71.28922 5.45e-21 -25.44600 -15.81080 -21.71999
5 1059.872 48.92698 1.23e-20 -26.61351* -14.64251 -21.98423 * indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
Lampiran 3 Hasil Uji Stabilitas VAR
Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: D(LNNAB) D(LNM2) D(LNKURS) D(LNSBIS) D(LNOP) D(INFLASI) D(LNIPI) D(CI)
Exogenous variables: C
Lag specification: 1 1
Date: 06/13/16 Time: 22:41 Root Modulus 0.499963 0.499963
-0.151517 - 0.415481i 0.442246
-0.151517 + 0.415481i 0.442246
-0.415119 0.415119
0.376107 - 0.059202i 0.380738
0.376107 + 0.059202i 0.380738
0.180137 - 0.164536i 0.243970
0.180137 + 0.164536i 0.243970 No root lies outside the unit circle.
VAR satisfies the stability condition.
38
Lampiran 4 Hasil Uji Kointegrasi
Date: 06/13/16 Time: 22:43
Sample (adjusted): 2010M03 2014M12
Included observations: 58 after adjustments
Trend assumption: Linear deterministic trend
Series: LNNAB LNM2 LNKURS LNSBIS LNOP INFLASI LNIPI CI
Lags interval (in first differences): 1 to 1
Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.642573 178.7711 159.5297 0.0029
At most 1 0.446659 119.0993 125.6154 0.1166
At most 2 0.422172 84.77607 95.75366 0.2235
At most 3 0.285542 52.96425 69.81889 0.5068
At most 4 0.238327 33.46282 47.85613 0.5313
At most 5 0.161436 17.67303 29.79707 0.5903
At most 6 0.084889 7.461265 15.49471 0.5247
At most 7 0.039146 2.316075 3.841466 0.1280 Trace test indicates 1 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level
* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level
**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Lam
pir
an
5 h
asi
l es
tim
asi
VE
CM
Ve
cto
r E
rro
r C
orr
ectio
n E
stim
ate
s
Date
: 06
/13/1
6 T
ime
: 22
:44
Sa
mple
(ad
juste
d):
201
0M
03
20
14
M1
2
In
clu
ded
obse
rva
tio
ns:
58 a
fter
ad
justm
en
ts
Sta
nd
ard
err
ors
in
( )
& t
-sta
tistics in
[ ]
C
oin
teg
ratin
g E
q:
Coin
tEq
1
L
NN
AB
(-1
) 1
.00
00
00
LN
M2
(-1
) -1
.34
21
24
(
0.2
428
7)
[-
5.5
261
3]
LN
KU
RS
(-1
) 0
.92
87
03
(
0.2
468
4)
[
3.7
62
35
]
LN
SB
IS(-
1)
0.0
309
94
(
0.0
222
6)
[
1.3
92
18
]
LN
OP
(-1
) 0
.42
66
25
(
0.1
603
3)
[
2.6
60
92
]
INF
LA
SI(
-1)
-0.0
331
68
(
0.0
092
0)
[-
3.6
060
0]
LN
IPI(
-1)
-4.2
539
82
(
0.3
944
5)
[-
10
.784
5]
CI(
-1)
0.8
660
92
(
0.2
061
0)
[
4.2
02
27
]
C
17
.907
20
E
rro
r C
orr
ectio
n:
D(L
NN
AB
) D
(LN
M2
) D
(LN
KU
RS
) D
(LN
SB
IS)
D(L
NO
P)
D(I
NF
LA
SI)
D
(LN
IPI)
D
(CI)
C
oin
tEq
1
-0.1
929
58
0.0
079
46
-0.0
209
48
-0.1
556
63
0.0
149
06
0.2
141
73
0.2
842
74
0.0
295
46
(
0.0
764
5)
(0
.02
29
7)
(0
.02
75
1)
(0
.45
40
9)
(0
.10
03
6)
(1
.12
21
6)
(0
.03
90
8)
(0
.06
93
3)
[-
2.5
239
0]
[ 0
.345
99
] [-
0.7
614
2]
[-0
.34
28
0]
[ 0
.148
53
] [
0.1
90
86
] [
7.2
74
59
] [
0.4
26
15
]
D(L
NN
AB
(-1
))
0.0
801
09
-0.0
447
90
-0.0
259
22
-0.5
471
02
0.2
658
19
0.6
137
35
-0.0
965
81
-0.0
689
96
(
0.1
372
1)
(0
.04
12
2)
(0
.04
93
7)
(0
.81
49
5)
(0
.18
01
1)
(2
.01
39
1)
(0
.07
01
3)
(0
.12
44
3)
[
0.5
83
85
] [-
1.0
866
5]
[-0
.52
50
2]
[-0
.67
13
3]
[ 1
.475
85
] [
0.3
04
75
] [-
1.3
771
4]
[-0
.55
44
9]
D(L
NM
2(-
1))
-0
.57
28
91
-0.4
112
25
-0.2
800
63
-1.8
333
92
-0.0
343
28
-6.0
457
79
0.3
885
95
1.9
274
17
(
0.4
865
1)
(0
.14
61
5)
(0
.17
50
7)
(2
.88
96
7)
(0
.63
86
4)
(7
.14
09
5)
(0
.24
86
7)
(0
.44
12
1)
[-
1.1
775
5]
[-2
.81
36
4]
[-1
.59
97
3]
[-0
.63
44
6]
[-0
.05
37
5]
[-0
.84
66
3]
[ 1
.562
67
] [
4.3
68
47
]
D(L
NK
UR
S(-
1))
0
.38
71
66
0.0
215
97
0.3
558
64
-0.3
441
50
-0.1
601
44
-2.1
520
46
-0.0
113
07
0.0
840
74
(
0.3
422
3)
(0
.10
28
1)
(0
.12
31
5)
(2
.03
26
8)
(0
.44
92
4)
(5
.02
31
6)
(0
.17
49
2)
(0
.31
03
6)
[
1.1
31
31
] [
0.2
10
07
] [
2.8
89
70
] [-
0.1
693
1]
[-0
.35
64
8]
[-0
.42
84
2]
[-0
.06
46
4]
[ 0
.270
89
]
D(L
NS
BIS
(-1
))
0.0
167
73
0.0
052
19
0.0
144
52
0.2
884
26
-0.0
258
17
0.1
610
03
-0.0
008
39
-0.0
217
28
(
0.0
231
7)
(0
.00
69
6)
(0
.00
83
4)
(0
.13
76
4)
(0
.03
04
2)
(0
.34
01
3)
(0
.01
18
4)
(0
.02
10
2)
[
0.7
23
81
] [
0.7
49
75
] [
1.7
33
10
] [
2.0
95
53
] [-
0.8
487
0]
[ 0
.473
35
] [-
0.0
708
0]
[-1
.03
38
9]
D(L
NO
P(-
1))
-0
.00
15
66
-0.0
377
28
-0.0
103
57
0.0
899
83
0.4
626
16
-2.5
180
26
-0.2
605
47
0.0
874
53
(
0.1
237
4)
(0
.03
71
7)
(0
.04
45
3)
(0
.73
49
8)
(0
.16
24
4)
(1
.81
62
9)
(0
.06
32
5)
(0
.11
22
2)
[-
0.0
126
5]
[-1
.01
48
9]
[-0
.23
26
0]
[ 0
.122
43
] [
2.8
47
96
] [-
1.3
863
6]
[-4
.11
93
4]
[ 0
.779
29
]
D(I
NF
LA
SI(
-1))
-0
.01
30
88
0.0
012
80
0.0
086
00
-0.0
801
58
-0.0
120
07
0.4
811
08
0.0
034
55
-0.0
021
56
(
0.0
099
0)
(0
.00
29
7)
(0
.00
35
6)
(0
.05
88
1)
(0
.01
30
0)
(0
.14
53
3)
(0
.00
50
6)
(0
.00
89
8)
[-
1.3
218
6]
[ 0
.430
40
] [
2.4
13
75
] [-
1.3
629
9]
[-0
.92
38
2]
[ 3
.310
39
] [
0.6
82
58
] [-
0.2
401
1]
D(L
NIP
I(-1
))
-0.3
095
93
0.0
097
72
-0.0
499
80
-1.7
773
61
0.0
073
88
0.0
122
66
0.1
329
45
0.0
262
59
(
0.2
291
3)
(0
.06
88
3)
(0
.08
24
5)
(1
.36
09
4)
(0
.30
07
8)
(3
.36
31
5)
(0
.11
71
2)
(0
.20
78
0)
[-
1.3
511
6]
[ 0
.141
96
] [-
0.6
061
7]
[-1
.30
59
8]
[ 0
.024
56
] [
0.0
03
65
] [
1.1
35
15
] [
0.1
26
37
]
D(C
I(-1
))
-0.1
266
91
-0.1
531
96
-0.1
176
37
-0.5
743
93
0.2
337
37
-2.6
342
39
-0.1
604
18
0.1
367
72
(
0.1
450
1)
(0
.04
35
6)
(0
.05
21
8)
(0
.86
13
3)
(0
.19
03
6)
(2
.12
85
1)
(0
.07
41
2)
(0
.13
15
1)
[-
0.8
736
4]
[-3
.51
65
4]
[-2
.25
43
2]
[-0
.66
68
7]
[ 1
.227
86
] [-
1.2
376
0]
[-2
.16
42
3]
[ 1
.040
00
]
C
0.0
211
41
0.0
189
14
0.0
080
45
0.0
506
94
-0.0
080
88
0.1
570
90
0.0
016
20
-0.0
131
31
(
0.0
086
8)
(0
.00
26
1)
(0
.00
31
2)
(0
.05
15
5)
(0
.01
13
9)
(0
.12
73
9)
(0
.00
44
4)
(0
.00
78
7)
[
2.4
35
96
] [
7.2
54
63
] [
2.5
76
09
] [
0.9
83
43
] [-
0.7
099
5]
[ 1
.233
18
] [
0.3
65
29
] [-
1.6
682
9]
R-s
qu
are
d
0.2
018
04
0.2
727
54
0.3
536
80
0.1
703
98
0.2
530
18
0.2
453
39
0.6
244
90
0.3
272
07
Ad
j. R
-sq
ua
red
0.0
521
42
0.1
363
96
0.2
324
95
0.0
148
48
0.1
129
59
0.1
038
40
0.5
540
82
0.2
010
58
Su
m s
q.
Resid
s
0.0
930
88
0.0
084
01
0.0
120
54
3.2
839
87
0.1
604
07
20
.054
78
0.0
243
20
0.0
765
59
S.E
. e
qua
tio
n
0.0
440
38
0.0
132
29
0.0
158
47
0.2
615
65
0.0
578
08
0.6
463
81
0.0
225
09
0.0
399
37
F-s
tatistic
1.3
484
01
2.0
002
73
2.9
185
09
1.0
954
55
1.8
065
07
1.7
338
58
8.8
695
85
2.5
938
18
Lo
g lik
elih
oo
d
10
4.3
06
6
17
4.0
57
3
16
3.5
87
1
0.9
717
27
88
.525
66
-51
.501
15
14
3.2
31
5
10
9.9
75
4
Aka
ike
AIC
-3
.25
19
53
-5.6
571
50
-5.2
961
07
0.3
113
20
-2.7
077
81
2.1
207
29
-4.5
941
91
-3.4
474
29
Sch
wa
rz S
C
-2.8
967
04
-5.3
019
01
-4.9
408
59
0.6
665
69
-2.3
525
32
2.4
759
78
-4.2
389
43
-3.0
921
80
Me
an
de
pe
nde
nt
0.0
143
10
0.0
120
69
0.0
050
00
0.0
034
48
-0.0
036
21
0.0
784
48
0.0
037
93
0.0
103
45
S.D
. d
epe
nd
en
t 0
.04
52
33
0.0
142
36
0.0
180
88
0.2
635
29
0.0
613
79
0.6
828
03
0.0
337
08
0.0
446
81
Dete
rmin
ant
resid
co
va
ria
nce
(d
of
adj.)
4.2
0E
-21
Dete
rmin
ant
resid
co
va
ria
nce
9
.24
E-2
2
Lo
g lik
elih
oo
d
74
6.1
83
8
Aka
ike
in
form
atio
n c
rite
rion
-2
2.6
95
99
Sch
wa
rz c
rite
rio
n
-19
.569
80
Lam
pir
an
6 H
asi
l U
ji V
ari
an
ce D
eco
mp
osi
tion
V
ari
ance
D
eco
mp
ositio
n
of
LN
NA
B:
Pe
rio
d
S.E
. L
NN
AB
L
NM
2
LN
KU
RS
L
NS
BIS
L
NO
P
INF
LA
SI
LN
IPI
CI
1
0.0
440
38
10
0.0
00
0
0.0
000
00
0.0
000
00
0.0
000
00
0.0
000
00
0.0
000
00
0.0
000
00
0.0
000
00
2
0.0
630
45
92
.736
60
0.0
253
38
0.5
866
40
0.3
908
22
0.5
729
13
0.8
631
81
1.8
629
76
2.9
615
31
3
0.0
795
48
83
.318
02
0.1
177
50
0.8
191
34
0.7
759
45
4.5
166
66
0.8
273
43
3.8
563
35
5.7
688
07
4
0.0
947
40
75
.602
33
0.2
589
64
0.8
194
96
1.0
424
36
10
.371
01
0.6
265
60
3.8
558
82
7.4
233
30
5
0.1
083
65
70
.231
51
0.4
341
30
0.7
997
94
1.3
468
46
14
.726
14
0.4
798
90
3.6
243
99
8.3
572
95
6
0.1
206
78
66
.546
80
0.5
419
44
0.7
748
38
1.6
098
61
17
.711
49
0.3
892
95
3.5
088
32
8.9
169
41
7
0.1
320
62
63
.810
83
0.6
102
37
0.7
459
87
1.7
977
02
19
.959
33
0.3
305
79
3.4
219
69
9.3
233
67
8
0.1
426
68
61
.726
31
0.6
681
92
0.7
193
07
1.9
366
10
21
.697
74
0.2
901
52
3.3
394
42
9.6
222
48
9
0.1
525
75
60
.129
61
0.7
143
35
0.6
973
04
2.0
451
85
23
.040
57
0.2
609
01
3.2
728
89
9.8
392
06
10
0.1
618
89
58
.875
32
0.7
493
07
0.6
794
59
2.1
310
04
24
.097
74
0.2
385
89
3.2
214
73
10
.007
10
11
0.1
707
07
57
.863
95
0.7
774
16
0.6
647
57
2.1
997
56
24
.951
14
0.2
209
16
3.1
795
78
10
.142
49
12
0.1
790
95
57
.034
15
0.8
007
49
0.6
525
37
2.2
561
25
25
.652
39
0.2
065
61
3.1
446
50
10
.252
84
13
0.1
871
09
56
.342
64
0.8
201
76
0.6
423
03
2.3
031
95
26
.237
14
0.1
946
48
3.1
155
03
10
.344
39
14
0.1
947
93
55
.757
61
0.8
365
63
0.6
336
25
2.3
430
16
26
.731
88
0.1
845
90
3.0
908
80
10
.421
83
15
0.2
021
86
55
.256
29
0.8
506
15
0.6
261
76
2.3
771
20
27
.155
88
0.1
759
80
3.0
697
51
10
.488
19
16
0.2
093
19
54
.822
07
0.8
627
95
0.6
197
19
2.4
066
62
27
.523
18
0.1
685
27
3.0
514
31
10
.545
62
17
0.2
162
16
54
.442
35
0.8
734
43
0.6
140
71
2.4
324
99
27
.844
37
0.1
620
10
3.0
354
13
10
.595
84
18
0.2
229
00
54
.107
48
0.8
828
31
0.6
090
90
2.4
552
84
28
.127
64
0.1
562
64
3.0
212
88
10
.640
13
19
0.2
293
89
53
.809
95
0.8
911
74
0.6
046
64
2.4
755
27
28
.379
31
0.1
511
59
3.0
087
37
10
.679
48
20
0.2
357
00
53
.543
87
0.8
986
35
0.6
007
05
2.4
936
31
28
.604
39
0.1
465
93
2.9
975
12
10
.714
67
21
0.2
418
46
53
.304
49
0.9
053
47
0.5
971
43
2.5
099
18
28
.806
88
0.1
424
85
2.9
874
14
10
.746
33
22
0.2
478
40
53
.087
98
0.9
114
18
0.5
939
22
2.5
246
49
28
.990
02
0.1
387
70
2.9
782
80
10
.774
96
23
0.2
536
92
52
.891
23
0.9
169
35
0.5
909
95
2.5
380
36
29
.156
45
0.1
353
94
2.9
699
80
10
.800
98
24
0.2
594
12
52
.711
63
0.9
219
71
0.5
883
23
2.5
502
56
29
.308
37
0.1
323
12
2.9
624
03
10
.824
73
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pasinggrahan pada tanggal 4 Agustus 1994 dari ayah
Nurdin dan ibu Nurasni. Penulis merupakan anak ke-enam dari 7 bersaudara.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Kota Solok dan lulus pada
tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kota Solok dan
lulus pada tahun 2012. Setelah lulus SMA, penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen
Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Syariah. Selama perkuliahan, penulis aktif
mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
(BEM TPB) sebagai staf Advokasi 2013. Pada tahun 2014 penulis menjabat
sebagai Kepala Departemen Pendidikan BEM FEM 2014 dan staf Departeman
Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Anggota (DIPPA) Ikatan Pelajar dan
Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor. Tahun 2015 penulis menjabat sebagai Ketua
1 IPMM Bogor. Sejak tahun 2014 penulis juga aktif sebagi pengajar di Katalis
Corp untuk bidang Ekonomi Umum. Selain itu, penulis menjadi Asisten dosen
untuk mata kuliah Ekonomi Umum dan Sosiologi Umum PPKU IPB. Penulis juga
aktif berpartisipasi dalam berbagai kepanitian yang diselenggarakan oleh fakultas,
departemen dan Katalis Corp.
top related