ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB ...etheses.uin-malang.ac.id/5207/1/11110204.pdf · selalu mendoa’kan penulis agar sukses dunia akhirat, serta terimakasih kepada
Post on 09-Jun-2019
224 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM KITAB ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM
KARYA KH. MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI
SKRIPSI
Oleh:
LAILI NURIYANA
NIM 11110206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM KITAB ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM
KARYA KH. MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)
Diajukan oleh:
LAILI NURIYANA
NIM 11110206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
i
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM KITAB ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM
KARYA KH. MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Laili Nuriyana (11110206)
Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 07 Juli 2015 dan
dinyatakan
LULUS
Serta diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
Dr. KH. Muhammad Asrori, M.Ag : _____________________________
NIP. 19691020200003 1 001
Sekretaris Sidang
Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag : _____________________________
NIP. 19660311 199403 1 007
Pembimbing
Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag : _____________________________
NIP. 19660311 199403 1 007
Penguji Utama
Dr. Hj. Sulalah, M.Ag : _____________________________
NIP. 19651112199403 2 002
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. H. Nur Ali, M. Pd.
NIP. 19650403199803 1 002
ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB
ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM KARYA KH. MUHAMMAD
HASYIM ASY’ARI
SKRIPSI
Oleh :
Laili Nuriyana
NIM. 11110206
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag
NIP. 19660311 199403 1 007
Malang, 16 Juni 2015
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Dr. Marno Nurullah, M.Ag
NIP. 19720822 200212 1 001
iii
PERSEMBAHAN
Sujud syukur kehadirat-Mu ya Robby atas Rahman dan Rahim-Mu yang
selalu mengiringi disetiap langkahku hingga Engkau beri kemudahan dalam
menyelesaikan skripsi yang sederhana ini, hanya usaha dan do’a yang bisa hamba
lakukan, hanya pada-Mu lah aku pasrahkan hidup dan matiku.
Kekuatan cinta yang dimiliki oleh setiap hamba-Mu kepada sosok manusia
terhormat dijagat raya ini, beliau manusia tapi tak seperti manusia, bak mutiara
di antara bebatuan yang datang ke dunia membawa misi mulia beliaulah habibina
wa syafi’ina Muhammadin SAW. Semoga Sholawat dan salam selalu Engkau
limpahkan padanya. aamiin
Dengan segenap kasih sayang dan Diiringi Do’a yang tulus ku persembahkan
Karya tulis ini kepada
Ibunda dan Ayahanda tercinta …
Engkau lah orang tua terhebat yang ananda temui, Tak ada yang
mampu menggantikan apa yang telah ibu dan abah berikan pada ananda,
ananda hanya berusaha menjadi penyejuk hati ibu dan abah, menjadi
kebanggaan orang tua, menjadi buah hati yang sholihah yang bisa memantu
ibu dan abah baik di dunia maupun akhirat.
Untaian do’a dan harapan untuk ibu dan abah Semoga Allah selalu
memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan, limpahan rizki yang halal dan
barokah serta merasakan kebahagiaan yang diridhoi oleh Allah.
iv
Guru – guru ku tercinta..
Engkau tak pernah lelah mengajariku, Ilmu yang telah kau berikan
pada ku adalah sebuah cahaya yang menjadi penerang dalam hidupku, semoga
cahaya itu tidak akan pernah redup dan menjadi petunjuk dikala aku berada
dalam kegelapan dan menjadi pegangan dalam perjalanan hidupku.
Engkau adalah pendidik ruhku yang sangat berjasa dalam hidupku,
semoga Allah selalu menglirkan pahala untukmu dan melindungimu serta
memberikan tempat yang mulia di sisinya.
Kakak ku….
Engkaulah pahlawan ku yang menuntun adikmu ke jalan yang diridhoi
oleh Allah, terimakasih kau telah menjadi uswah hasanah bagi adikmu.
Semoga Allah menjadikan kau orang yang semakin hari semakin baik dan
semoga kau menemukan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Keluargaku….
Terimaksih ku ucapkan pada semua keluargaku dimanapun berada,
semoga Allah selalu memberikan taufiq, hidayah dan inayahnya kepada semua
keluargaku tercinta.
Sahabat-sahabatku
Terimakasih sobat atas kebaikan kalian selama ini, aku ingin melihat
kalian sukses di dunia dan akhirat.
Dosen pembimbing tugas akhirku……
Terimakasih Pak Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag yang telah meluangkan
waktu untuk mendidik, membimbing dan mengarahkan saya hingga akhirnya
saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga bapak sekeluarga selalu
diberikan kesehatan dan kesabaran dan dimudahkan segala urusannya.
v
Dan saya juga mengucapkan berribu-ribu trimakasih kepada seluruh
pihak yang sudah mendoakan, memotivasi dan mendukung saya dan mohon
maaf saya tidak dapat menyebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas
kebaikan kalian semua. Aamiin..
vi
MOTTO
ALIM, SHOLEH, KAFI
اوب أه ذ مهأق أل خأ تب ه ذ مأهأإنو #تي ق اب م قأل خأ مأم االأن إ و
Jika akhlak suatu bangsa telah hilang maka hilanglah
kejayaan suatu bangsa itu
م لع الق وف بأد ال
Kedudukan Akhlak diatas Ilmu
vii
Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Laili Nuriyana Malang, 16 Juni 2015
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar
Yang Terhormat,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Malang
di
Malang
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Laili Nuriyana
Nim : 11110206
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul
‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag
19660311 199403 1 007
viii
ix
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 10 Juli 2015
Laili Nuriyana
x
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرمحن الرحيم
احلمد هلل رب العاملني و به نستعني على أمور الدنيا و الدين, و الصالة و الصالة و السالم على أشرف األنبياء و املرسلني سيدان حممد و على أله و صحبه و سلم أما بعد.
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah subhanahu
wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya
kepada kita semua sehingga sampai hari ini kita masih diberi kesehatan,
kenikmatan terutama nikmat iman dan islam.
Sholawat serta salam semoga selalu Allah limpahkan kepada junjungan
kita nabi besar nabi agung nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kita
jalan yang terang benerang yakni Addinul islam.
Dengan ridho Allah SWT sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
dengan judulm “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul
‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari”.
Dengan terselesainya skripsi ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan pada
penulis.
Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak, Prof. Dr. Mudjia Raharjo,M.Si selaku Rektor UIN Maliki Malang,
yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman yang berharga.
2. Bapak Dr. H. Nur Ali, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. Marno, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
xi
4. Bapak Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam telah memberikan
banyak ilmu kepada penulis.
6. Ayahanda H. Achsan Junaidi dan Ibunda Hj. Munifah tercinta yang tak henti-
hentinya mendo’akan dan memberikan curahan kasih sayang, dukungan,
motivasi, perhatian, serta mengorbankan jiwa raga, harta untuk penulis
sehingga penulis diberikan kemudahan oleh Allah dalam menyelesaikan
skripsi ini karena keberhasilan anak itu tak luput dari ridho dan do’a orang
tua. Serta ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kakakku tersayang
Abdullah Aziz dan keluarga besar penulis yang telah memberikan support,
motivasi dan do’anya.
7. Kh. Masbuhin Faqih dan Ibu Hj. Ainiah Almarhumah. beserta keluarga
selaku pengasuh PP. Mamba’us Sholihin Suci Manyar Gresik yang telah
membimbing, mendidik, mengenalkan ilmu agama sejak dini dan selalu
mendo’akan penulis meskipun sa’at ini jauh secara dhohiriyah namun dekat
secara bathiniyahnya.
8. Abah Yai KH. Suyuthi Asyrof dan Ibu Nyai Hj. Masruroh selaku pengasuh
PP. Al-Mubarok Merjosari Malang, yang telah bersedia menjadi pengganti
orangtua selama di malang penulis yang dengan tulus membimbing,
mendidik, dan mengarahkan agar penulis menjadi orang yang tangguh, tegar,
mengerti dan agar menjadi lebih baik dan berkualitas menurut Allah, dan
selalu mendoa’kan penulis agar sukses dunia akhirat, serta terimakasih
kepada seluruh keluarga ndalem yang telah mendidik dan menyampaikan
ilmu serta mendo’akan penulis.
9. Guru-guru yang telah mendo’akan, mendidik dan mengajar penulis dari mulai
TK Kapiworo, SDN Sumber Wuluh, MTS dan MA Mamba’us Sholihin,
serta pengajar di PP. Al-mubarok hingga kuliyah di perguruan Tinggi UIN
Maliki Malang.
xii
10. Teman-teman Mamba’us Sholihin terutama D-Titanic T-ven Lely, Ida
Musfika, Rif, Zahro, Miftah, Faiz, Islamiyah, Lilik yang selalu memberi
motivasi dan do’a kepada penulis.
11. Teman-teman mahasiswa jurusan PAI angkatan 2011, khususnya sahabat
seperjuanganku selama 4 tahun kita susah senang bersama di kelas ICP
bahasa arab: Rina, Atika, Eka, Nafis, Nova, khusnul, Fuad, Ridwan,
Rahmanto, Jayora, Alfi, Saikhu, Irul, Fahrizal yang selalu tak henti-hentinya
saling memberikan motivasi dan do’a serta selalu menghibur teman-teman di
kelas. Aku senang dan bangga mempunyai sahabat seperti kalian.
12. Teman-teman kelompok PKL MAN Tlogo yang senasib seperjuangan Binty,
Dina, Nuris, Eka, Ika Tari, Wisnu, Bahrul, Kamal, Harits yang selalu
berbagai suka maupun duka selama PKL berlangsung yang selalu berbagai
suka maupun duka selama PKL berlangsung, saya bahagia mengenal kalian
dan menjadi keluarga kecil bersama-sama kita lalui susah, senang, tangis,
canda dan tawa telah terlukis indah di memori kenangan. Semangat dan
support dari kalian menjadi langkah ke dua dalam menggapai cita-cita ini.
dan terimakasih juga kepada Ibu Kasiani dan pak Rudi, Pak Towo, Mak Mi
selaku Bpk dan Ibu Kost ketika PKL dan Adek-adek MAN Tlogo Malang
khususnya kelas XD dan XG yang telah memberi motivasi dan mendo’anku.
13. Teman-teman pondok Al-Mubarok, khususnya komplek kamar A6 Mbiks
Indana, Fergy, Nisfi, Nevi, Intan, Fida, Nia Telok Lemak, Zahro, Ayin, Putri,
Firda serta teman-teman pengurus pondok khususnya sie Pendidikan (Queen,
Brida, Fitri dan Mariroh), Panitia Ramadhan 1436 H, Sahabat PAI di pondok
(Aisyah dan Latus) yang telah memberi support, masukan penting selama
menyelesaikan skripsi ini lewat kebersamaan dan canda tawa kebahagian
selama hidup bersama menjadi satu keluarga.
14. Serta semua pihak yang tiada henti mendoakan dan yang telah membantu
terwujudnya keberhasilan dan kesuksesan dalam menjalankan dan
meyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Atas jasa-jasa penyusun hanya bisa
mendoakan semoga amal kebaikannya mendapat balasan dari Allah Swt.
xiii
Tidak ada kata yang patut penulis ucapkan selain kata terimakasih
semoga Allah selalu melimpahkan rahmatnya kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan serta do’a pada penulis dan dengan
kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran dari pembaca jika
dalam penyelesaian skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga
Apa yang penulis dapatkan dari para Bapak atau Ibu Guru, Kiyai, Orang tua,
Saudara, Keluarga dan teman-teman baik itu berupa Ilmu, Pengalaman, atau
Materi dapat beramanfaat dan barokah Fiddini Waddunya Wal Akhiroh.
Aamiin
Malang, 16 Juni 2015
Penulis,
Laili Nuriyana
11110206
xiv
TRANSLITERASI
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
z = ز a = ا
q = ق
s = س b = ب
k = ك
sy = ش t = ت
l = ل
sh = ص ts = ث
m = م
dl = ض j = ج
n = ن
th = ط h = ح
w = و
zh = ظ kh = خ
’ = ء
‘ = ع d = د
y = ئ
gh = غ dz = ذ
f = ف r = ر
xv
B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong
Vocal (a) panjang = a ا و = aw
Vocal (i) panjang = i ائ = ay
Vocal (u) panjang = û ا و = û
Î = ائ
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Nilai-Nilai pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul ‘Alim wal
Muta’allim…………………………………………………………...51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1…………………………………………………………………..88
LAMPIRAN 2…………………………………………………………………..89
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi
HALAMAN NOTA DINAS .............................................................................. vivii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ixi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
HALAMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xixiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xvxviiiii
ABSTRAK ............................................................ Error! Bookmark not defined.i
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….….1
Latar Belakang………………………………………………………….…1
Rumusan Masalah………………………………………………………....4
Tujuan Penelitian………………………………………………………….5
Manfaat Penelitian………………………………………………………...5
Batasan Masalah…………………………………………………………..6
Penelitian Terdahulu………………………………………………………6
Sistematika Pembahasan…………………………………………………..9
BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………………11
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter……………………………………..11
1. Pengertian Nilai…………………………………………………..11
2. Macam-Macam Nilai…………………………………………….13
3. Standart Nilai…………………………………………………….15
4. Pengertian Pendidikan……………………………………………18
5. Pengertian Karakter………………………………………………20
B. Pandangan Para Pakar Tentang Pendidikan Karakter…….………….24
xix
1. Pengertian Pendidikan Karakter…………………………………24
2. Tujuan Pendidikan Karakter…………………..…………………26
3. Nilai Pendidikan Karakter……………………………………….27
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………..…………..31
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian……………………………………..31
B. Sumber Data…………………………………………………………33
C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..34
D. Teknik Analisis Data………………………………………………...34
E. Pengecekan Keabsahan Data………………………………………...36
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMAN PENELITIAN…………………….38
A. Kemunculan Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim…………………...38
B. Biografi Pengarang Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim……………40
C. Masa Pendidikan……………………………………………………..42
D. Karya-Karya………………………………………………………….44
E. Diskripsi Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim……………………….46
F. Manfaat Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim di Lingkungan
Masyarakat……………………………………………….…………..47
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN……………………………….48
A. Konsep Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul ‘Alim wal
Muta’allim Karya KH.Muhammad Hasyim Asy’ari…….…………..48
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul ‘Alim wal
Muta’allim Karya KH.Muhammad Hasyim Asy’ari…….…………..52
1. Etika Murid Terhadap Diri Sendiri…………...…………………53
a. Membersihkan Hati……………………………………….….53
b. Membangun Niat yang Luhur…………………………….….54
c. Tidak Menunda Waktu…………………………….………...56
d. Sabar………………………….……………………………....57
e. Manajemen Waktu…………………………………….……..58
f. Tidak Berlebihan Makan dan Minum………………….…….59
g. Wara’……………………………………………..…………..60
h. Menjauhi Makanan yang Dapat Melemahkan Kecerdasan…..61
xx
i. Tidak Memperbanyak Tidur…………………………………62
j. Menjaga pergaulan …………………………………..…...…63
2. Etika Murid Terhadap Guru………………………….………….66
a. Memilih Figur Seorang Guru…………………………..........66
b. Patuh pada Guru………………………………….………….68
c. Memiliki Pandangan Mulia Terhadap Guru…….…………..68
d. Mengerti Hak-Hak dan Keutamaan Guru…………………...68
e. Sopan Santun pada Guru………………………………..…...69
f. Menghargai Guru…………………………………….……...70
3. Etika Belajar bagi Murid………………………………………..72
a. Menjauhi Pembahasan Khilafiyat…………….……………..72
b. Memperluas Pengetahuan………………………….………..72
c. Aktif (Tekun)………………………… …………...………..73
d. Mengucapkan Salam………………..……………….………74
e. Adab Bertanya……………………….………….…………..76
f. Istiqomah……………………………………….…………...76
g. Memiliki Sifat kasih Sayang…………………….…………..77
h. Belajar Sambil Mengahadap ke Arah Kiblat………………..78
4. Etika Terhadap Kitab……………………………………………79
a. Memuliakan Kitab…………………………...………………79
b. Memeriksa Kesempurnaan dan Isi Kitab………............……80
c. Menjaga kesucian……………………………………………81
d. Mengawali Tulisan dengan Bacaan Basmalah.……………...81
BAB VI PENUTUP…………………………………...…………………………83
A. Kesimpulan………………………………..…………………………83
B. Saran…………………………………………………………………84
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………86
LAMPIRAN
xxi
ABSTRAK
Nuriyana, Laili. 2015. Analysis of the values of moral education in the book Adabul
‘Alim wal Muta’allim by KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Thesis. Islamic Education
Program, Faculty of Tarbiyah and Teaching Scienses , The State University Maulana Malik
Ibrahim Malang. Advisor, Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag.
Education is conscious and planned effort to create condition and process of learning
condition. The main role to encourage students actively develop their potential in keeping
them to have religious strength, self-control, personality, intelligence, noble characters and
skills which are needed by them, their nation and country. The role of education is not only to
achieve students who have brain intelligence, however it more important to achieve students
who have high potential in intellectual and spiritual field. In this modern era, most of them
are rely on their brain and ignoring about morals and good attitude. From those phenomena,
moral education is important in changing society’s idea who is inadvertent about education.
A book Adabul ‘Alim wal Muta’allim which explained some moral values in moral education
hoped that can to support curriculum 2013 to achieve students who have good personality
and character appropriate with the purpose of Islamic education. In book Adabul ‘Alim wal
Muta’allim, the researcher analyzed the value of moral educations. The researcher addressed
problems: 1) how the concept of moral education in book Adabul ‘Alim wal Muta’allim by
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari? 2) What are the values of moral education in book Adabul
‘Alim wal Muta’allim by KH. Muhammad Hasyim Asy’ari?
In this study, the researcher used library research and it aimed to collect data and
information. Library research is research which done by reading books, magazines or other
sources. The data sources used are primary and secondary sources. The researcher collect the
data by using document technique while for analysing the data, the researcher used content
analysis. In addition, to check the validity of the data, the researcher used dilligence
observation and discussion with friends and religious experts technique.
The result showed that the concept of moral education in the book Adabul ‘Alim wal
Muta’allim by KH. Muhammad Hasyim Asy’ari are (1) the ethics of students toward
themselves (2) the ethics of students toward teachers (3) the ethics of students toward lessons
(4) the ethics of sudents toward books. In addition, the values in that book are responsibility,
discipline, care, diligence, honesty, intelligent, faith, godfearing, innovative, health, perserve,
hard working, trusteeship, unsalaried, curiosity, deference, risk taker, fair, serious, emphaty,
no retret, nationalistic, friendly, helpful, respect, cooperative.
Key tems : value of morals and book Adabul ‘Alim wal Muta’allim
xix
ABSTRAK
Nuriyana, Laili. 2015. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul
‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Pembimbing, Dr. H. Imam Muslimin, M.Ag.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan bukan hanya menghasilkan manusia-manusia yang hanya mengedepankan
kecerdasan otaknya melainkan menghasilkan manusia yang cerdas secara intelektual dan
spiritual. Di zaman yang serba modern saat ini kebanyakan diantara mereka hanya
mengandalkan otak tanpa memperhatikan masalah akhlak dan moral, maka pendidikan
karakter sangat berperan dalam merubah pola fikir masyarakat yang lalai dalam masalah
pendidikan. Dengan adanya kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim yang di dalamnya terdapat
kandunagan nilai-nilai pendidikan karakter dapat membantu kurikulum 2013 dalam mencetak
anak didik memiliki peribadi yang baik dan berakhlakul karimah sesuai dengan tujuan
pendidikan islam.
Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim peneliti menganalisis nilai-nilai
pendidikan karakter di dalamnya. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1)Bagaimana konsep pendidikan karakter dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim Karya
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari? 2) Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang
terkandung dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim
Asy’ari?
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka (library
research). Dengan tujuan mengumpulkan data dan informasi. Penelitian kepustakaan adalah
penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku atau majalah dan sumber data lainnya
dalam perpustakaan. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data Primer dan skunder.
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik
diperpustakaan maupun di tempat-tempat lain. Adapun teknik pengumpulan data
menggunakan penelitian dokumen, sedangkan teknik analisis data mengguakan Content
Analysis, dan upaya untuk memeriksa keabsahan data dengan menggunakan teknik ketekunan
pengamat, teknik berdiskusi sesama teman dan pakar agama untuk memeriksa ihwal
penelitian ini.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa konsep pendidikan karakter dalam kitab Adabul
‘Alim wal Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yaitu (1) Etika seorang murid
terhadap dirinya sendiri, (2) Etika seorang murid terhadap Guru, (3) Etika seorang murid
terhadap pelajaran (4) Etika seorang murid terhadap kitab. Adapun nilai-nilai pendidikan
karakter di dalam kitab tersebut adalah rasa tanggung jawab, kedisiplinan, peduli, ketekunan,
kejujuran, cerdas, beriman, bertaqwa, inovatif, sehat, gigih, kerja keras, amanah, rela
berkorban, rasa ingin tahu. rasa hormat, berani mengambil resiko, adil. kedisiplinan, kritis,
xx
kreatif, berempati, pantang menyerah, kerja keras, rasa kebangsaan, ramah, suka menolong,
saling menghargai, toleran, bersahabat, dan kooperatif.
Kata Kunci : Nilai Pendidikan Karakter dan Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim
xxii
مالخص البحث
نورإيانا, ليلي. تحليل القيم تربوية الطبعية في كتاب أداب العالم و المتعلم للشيخ الحاج هاشم أشعري.
البحث. الشعبة التربية اإلسالمية في كلية علم التربية والتعليمية. الجامعة موالنامالك إبراهيم اإلسالمية الحكومية
الماجستير ينمسليمماالنج. المشرف: دكتور الحاج.إمام
التربية هي سعي األفاق و المخطط لوجود بيئة التعلم و عملية التعليم لكي الطالب نشيط لتطويو
سيطرة النفس و النشيط و األخالق الكريمة و المهارة التي لنفسه و المهارات في نفسه لتمليك قوة الدينية و
ان الذي فقط يقدم نشط الفكرية و لكن تحصيل األنسان نشط المجتمج و البالد. التربية ليست لتحصيل اإلنس
الباطنية و الدينيةز في هذا الزمان الذي كل شيئ عصرية أكثر منهم فقط يستعمل الفكر بدون األخالق و األدب،
لمتعلم فالتربية الطبيعية لها الدور لتغيير فكرة المجتمع الذي ينسى في هذخ المسئلة. بوجود كتاب أدب العالم و ا
لنشئة الطالب له طبيعة الحسنة و 2013الذي فيه يشتمل على القيم تربية الطبيعية يستطيع أن يساعد المنهاج
األخالق الكريمة كما أهداف التربية اإلسالمية.
أسئلة البحث هذه البحث هي بكتاب أداب العالم و المتعلم الكاتب تحلل فيه القم تربية اإلسالمية. و أما
( ما القي التربية 2؟ كتاب أداب العالم و المتعلم للشيخ الحاج هاشم أشعري( كيف المفاهم تربية الطبعية في 1
؟ للشيخ الحاج هاشم أشعريأدب العالم و المتعلم كتاب الطبعية في
في هذه البحث الكاتب يستعمل جنس البحث ببحوث المكتبة. بأهداف جمع البيانات و األخبار. بحوث
مصدر البيانات المكتبة هي البحث الذي يفعل بقراءة الكتب و المجالت و مراجع البيانات اآلخر في المكتبة.
المستخدمة هي مصادر البيانات األولية والثانوية. أنشطة األبحاث التي أجريت عن طريق جمع البيانات من
يات جمع البيانات باستخدام الوثائق البحثية، مجموعة واسعة من األدب، سواء في المكتبة وفي أماكن أخرى. تقن
بينما يستخدم تقنية تحليل البيانات وتحليل المضمون، ومحاوالت للتحقق من صحة البيانات باستخدام تقنيات
.العناية مراقب، ومناقشة التقنيات أصدقاء السمسم والخبراء الدينيين لدراسة تفاصيل هذا البحث
تربية الطبيعية في أداب العالم و المتعلم للشيخ الحاج هاشم أشعريمن حصول البحث يوجد مفاهم
( أدب الطالب للكتابز و 4( أدب الطالب في عملية التعلم 3( أدب طالب إلي المعلم 2( أدب الطالب لنفسه 1يعني:
، ومبتكرةرس الصدق، وذكي، والمؤمنين، وكوالمثابرة و، ورعاية واالنضباط اما القم فيه الشعور بالمسؤولية
تحمل ، يجرؤ على االحترام .، والفضولعلى استعداد للتضحيةوصحية، والثابتة، والعمل الجاد، جديرة بالثقة،
ودية ، الحس الوطني الحرج،، والعمل الجاد الذي ال ينضب، بحنان، وخالقة، االنضباط .ونزيهة المخاطر
.تعاونيةو، ودية، والتسامح االحترام، ومفيدة
أدب العالم و المتعلماألساسية : القيم تربية الطبيعية و الكتاب الكلمة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah sosok yang senantiasa dinamis, baik sebagai pendidik,
peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan. Pembahasan konsep
pendidikan selalu berkembang dan tidak akan habis dibicarakan oleh
masyarakat khususnya di lembanga pendidikan, karena semakin tua dunia
maka akan semakin pentingnya dunia pendidikan.
Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat
mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
pendidikan. Jhon Dewey menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu
kebutuhan hidup manusia guna membantu dan mempersiapkan pribadinya
agar hidup dengan disiplin. 1
Melihat perubahan zaman seperti sekarang khususnya di Indonesia,
tidak luput dari perkembangan pendidikan di Indonesia itu sendiri, jika sebuah
pendididkan itu mengarahkan pada nilai-nilai pendidikan agama, akhlak, serta
kode etik baik untuk peserta didik maupun pendidik, maka akan melahirkan
generasi penerus yang sesuai dengan tujuan pendidikan, sebaliknya, apabila
pendidikan itu melalaikan nilai-nilai pendidikan islam dan budi pekerti maka
tidak akan menghasilkan generasi penerus yang sesuai dengan ajaran Al-
qur’an.
1 Fattah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (UIN-Malang Press, 2008). Hlm: 15
2
Negara indonesia selain dikenal sebagai negara yang memiliki
kekayaan alam yang sangat berlimpah ruah indonesia juga dikenal sebagai
negara yang sopan dan ramah-ramah penduduknya. Namun ketika indonesia
mengalami krisis multidimensional pendidikan dituding gagal dalam
menciptakan manusia yang berkualitas. Institusi-institusi pendidikan dinilai
gagal dalam memenuhi tujuan pendidikan. Misalnya masih banyak siswa-
siswi yang yang saling mencontek ketika ujian, adanya perkelahian antar
sekolah, pencurian, pembunuhan dan lain sebagainya yang seharusnya tidak
pantas dilakukan oleh manusia khususnya seorang pelajar. Oleh karena itu
sangat diperlukan upaya memulihkan kondisi tersebut diantaranya
menanamkan kembali akan pentingnya akhlak mulia pada diri manusia dan
demi memperbaiki kualitas pendidikan hingga perubahaan kurikulum yang
sudah beberapa kali diubah hal itu dilakukan demi mewujudkan cita-cita.
Pentingnya karakter dinyatakan dalam adagium klasik, If the wealth is
lost, nothing is lost. If the healt is lost, something is lost, if the character is
lost, everything is lost. Hal ini menunjukkan bahwa karakter adalah ciri khas
yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut sudah
mengakar pada kepribadian tiap individu atau benda itu sendiri. karakter
merupakan mesin yang mendorong bagaiman seseorang bertindak, berucap,
bersikap dan merespon sesuatu.2
Pendidikan bukan hanya menghasilkan manusia-manusia yang hanya
mengedepankan kecerdasan otaknya melainkan menghasilkan manusia yang
2 Ibid 24
3
cerdas secara dhohir dan batin atau disebut dengan istilah berotak barat berhati
ka’bah. Karena yang perlu kita ingat tujuan akhir pendidikan islam yaitu
terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik
secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia
keseluruhannya.3 Sebagai hamba Allah yang beriman kepada Khaliknya dan
berilmu pengetahuan maka untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung
dalam firman Allah SWT.
إن صالتي و نسكي و محياي و مماتي هلل رب العالمين
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk
Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-anam: 162)
Sebagaimana karakter adalah value in action, nilai yang menjadi dasar
dalam bertindak. Dengan menekan aspek moraliatas, nilai-nilai luhur,
kecerdasan rasa, budi dan batin pendidikan karakter dianggap mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas secara kognitif
atau dhohirnya saja, melainkan afektif, psikomotoriknya lah yang lebih
diperhatikan, yakni batinnya yang menjadi prioritas utama, karena al-adabu
fauqol ‘ilmi.
Maka disinilah pendidikan karakter merupakan salah satu wacana
pendidikan yang dianggap mampu memberikan bantuan untuk menjawab
problematika tersebut dalam system pendidikan. Dalam hal ini kitab Adabul
‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari sangatlah
3 Prof. H. M Arifin. M.Pd , Ilmu pendidikan Islam (Bumi Aksara, Jakarta, 1993) Hlm: 41
4
berperan dalam menggali nilai-nilai pendidikan karakter. Dalam kitab tersebut
banyak sekali kandungan nilai-nilai karakter, akhlak seorang murid dalam
dalam mencari ilmu, baik dalam proses belajarnya, memuliakan dan
menghormati guru dan pelajarannya, bahkan bukan hanya membahas etika
murid saja namun etika guru pun juga dibahas dalam kitab Adabul Alim wal
Muta’allim. Oleh karena itu penulis disini tertarik untuk menggali dan
membahas lebih mendalam tentang isi kandungan kitab Adabul Alim wal
Muta’allim sebagai judul penulisan skripsi, selain itu agar dapat meningkatkan
semangat para Tholibul ilmi dan pada pribadi penulis sendiri, serta mencari
barokah dan warisan ilmu dari sang pengarang kitab yani KH. Hasyim asy’ari
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka penulis mengangakat permasalan
tersebut dan dituangkan dalam judul skripsi dengan judul :
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB
ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM KARYA KH. MUHAMMAD
HASYIM ASY’ARI
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter dalam kitab Adabul ‘Alim Wal
Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari?
2. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kitab
Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter dalam kitab Adabul ‘Alim
Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari.
2. Untuk mengetahui nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam kitab
Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
D. Manfaat penelitian
1. Peneliti
Untuk Menambah wawasan ilmu pengetahuan yang membahas tentang
hal-hal yang bernilaikan agama khususnya tentang pendidikan karakter yang
terdapat pada kitab adabul alim wal muta’allim serta agar menjadi pribadi
yang lebih baik dalam mencari ilmu yang berakhlak yang sesuai dengan
tuntunan agama islam.
2. Pelajar
Sebagai panduan bagi para pelajar dalam proses Tholabul ‘ilmi agar
menjadi murid yang memiliki keagungan akhlak dan mental yang kuat.
3. Lembaga Pendidikan
a. Sebagai refrensi dalam rangka peningkatan ilmu pendidikan islam
agar dapat membina akhlak dan karakter anak berdasarkan kitab-kitab
terdahulu yang tak lepas dari sumber al-qur’an dan hadits.
b. Sebagai acuan dalam proses pembinaan karakter anak dalam proses
Tholabul ’ilmi.
6
4. Masyarakat
Sebagai pijakan dalam mendidik akhlak anak maupun diri sendiri
untuk menghadapi kurangnya akhlakul karimah dalam mencari ilmu di
zaman sekarang.
E. Batasan Masalah
Agar lebih jelas dan tidak terjadi misunderstanding dalam
penulisan skripsi ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan
pembahasannya. Dalam skripsi ini penulis akan membahas mengenai
pendidikan Karakter dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim tentang
konsep pendidikan karakter dan nilai-nilai pendidikan karakter, khususnya
1) Etika murid terhadap dirinya sendiri, 2) Etika murid terhadap guru, 3)
Etika murid terhadap pelajaran, 4) Etika murid terhadap kitab. Kemudian
nantinya akan dapat ditarik benang merah yang dapat memberikan
pemahaman tentang pendidikan karakter dalam kitab Adabul ‘Alim Wal
Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari.
F. Penelitian Terdahulu
Kajian ini dimaksudkan untuk melengkapi dan menyempurnakan
khazanah pengetahuan pendidikan agama islam yang telah dilakukan oleh
peneliti dan pengkaji terdahulu tentang yaitu sebagai berikut:
7
1. Eka Zeni Fitriana (10110246), dalam skripsinya yang berjudul Analisis
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak menurut Hafidz Hasan Lil Mas’udi (studi
kitab Taisirul Kholaq) penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan
konsep nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam kitab Taisirul
Kholaq, (2) untuk mendeskripsikan bagaiman relevansi nilai pendidikan
akhlak yang terkandung dalam kab taisirul kholaq dengan era globalisasi
sekarang.4
2. Judul Nilai Pendidikan Karakter Menurut K.H. Bisri Mustofa (Studi Kitab
Ngudi Susila Saka Pitedah Kanthi Terwela) oleh Ahmad Muhlishin.5
Adapun hasil penelitian manunjukkan bahwa nilai karakter yang
ada dalam kitab Ngudi Susila Sala Pitedah Kanthi Terwela yaitu setelah
menganalisis dan mengkaji kitab ini secara mendalam, maka penulis
berkesimpulan bahwa nilai-nilai karakter yang terkandung dalam naskah
Syi’ir yaitu mandiri, disiplin, kerja keras, semangat, cinta tanah air, cinta
damai, tanggung jawab, jujur, gemar membaca, taat, beradab, ta’dzim,
qona’ah, kasih sayang, sadar diri, sabar, adil, tawadlu’ dan ahli dzikir.
Adapaun wujud implementasi nilai karakter kitab Ngudi Susila Sala
Pitedah Kanthi Terwela ialah melalui program pendidikan berkarakter
yang dicanangkan tahun 2011 oleh Kemdikbud dengan menetapkan 18
4 Eka Zeni Fitiana, “ Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak menurut Hafidz Hasan Lil Mas’udi
(studi kitab Taisirul Kholaq)’’, Proposal Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Maliki Malang, 2013. 5Ahmad Muhlisin, Nilai Pendidikan Karakter Menurut K.H. Bisri Mustofa (Studi Kitab Ngudi
Susila Saka Pitedah Kanthi Terwela), Skripsi, Abstrak, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Malang, 2014.
8
nilai karakter yang wajib disisipkan dalam proses pembelajaran peserta
didik.
3. Skripsi Moch. Hafidz F jurusan PAI, dengan judul Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter dalam Kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir As
(Telaah Tafsir al-Qur’an Surat Al Kahfi Ayat 60-82).6
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menggali nilai-
nilai pendidikan karakter terkait dengan pendidikan etika/moral yang
terkandung dalam surat al-Kahfi, serta relevansinya dengan pendidikan
remaja untuk kemudian bisa dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.
Hasil dari penelitiannya adalah bahwa dalam surat Al-Kahfi mangandung
nilai-nilai pendidikan karakter terhadap Tuhan meliputi sabar, syukur,
taqwa, iffah dan al-haya’, dan berdo’a; pendidikan terhadap diri sendiri
meliputi etika berilmu, dalam proses belajar mengajar, tidak sombong,
cinta ilmu, menghormati guru, etika remaja terhadap sesama meliputi
mempererat persaudaran, pemaaf dan tidak memiliki rasa dendam,
menutup aib orang lain, serta etika remaja terhadap Negara meliputi
menyelamatkan Negara dari bahaya, mengantarkan Negara pada
kemajuan, serta mematuhi peraturan yang ditetapkan Negara.
6Moch Hafidz F, Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir As
(Telaah Tafsir Al-Qur’an Surat Al Kahfi Ayat 60-82) , Skripsi, Abstrak, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2008.
9
G. Sistematika Pembahasan
Penulisan kajian ini dibagi menjadi lima bab yang dijabarkan dalam
garis besarnya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini peneliti akan mendeskripsikan secara umum dan
menyeluruh tentang apa yang akan dibahas dalam proposal skripsi ini,
yang dimulai dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah, penelitian Terdahulu
dan Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini pembahasan yang tercakup adalah membahas
tentang Pengertian Nilai, Macam-Macam Nilai, Standart Penilaian,
Pengertian Pendidikan, Pengertian Karakter, Pengertian Pendidikan
Karakter, Tujuan Pendidikan karakter, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
dan Landasan Para Pakar Tentang Pendidikan Karakter.
BAB III : Metodologi Penelitian
Pembahasan dalam bab ini menyangkut tentang Jenis metode
Penelitian, Fokus Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan
Data, Teknik Analisis Data, pengecekan keabsahan data.
10
BAB IV : Paparan Data
Merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian yang berupa
Biografi Penulis Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim (KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari), Masa Pendidikan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari,
Karya-Karya , Diskripsi Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya KH.
M. Hasyim Asy’ari.
BAB V : Hasil Penelitian
Dalam bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang Konsep dan
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Adabul Alim Wal Muta’allim
Karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari berdasarkan rumusan malasah.
BAB VI : Penutup
Pada bab terakhir ini penulis menarik kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan dalam subbab kesimpulan yang kemudian dilanjut dengan
pemberian saran.
11
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
1. Pengertian Nilai
Secara bahasa nilai berasal dari bahasa latin yaitu Vale’re yang artinya
berguna, mampu akan, berdaya, belaku sehingga nilai diartikan sebagai
sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan benar menurut keyakinan
seseorang atau suatu kelompok.5 Kemudian para ahli berbeda-beda dalam
mendefinisikan nilai.
Menurut Steeman yang dikutip oleh Sutarjo Adisusilio (2012:56) nilai
adalah sesuatu yang memberi makna dalam hidup yang memberi acuan titik
tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dapat mewarnai dan
menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan,
melaikankan selalu menyangkut pada pola pikir dan tindakan, sehingga
terdapat hubungan yang sangat erat antara nilai dan etika.6
Tertulis dalam buku “pendidikan profetik“ khoirun Rosyadi
menjelaskan bahwa nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan
dalam diri kita sebagai daya pendorong atau prinsip yang menjadi penting
5 Sutarjo Adisusilio2012 Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta : PT. grafindo persada.. hlm:56 6 Ibid
12
dalam sebuah kehidupan, sampai pada tingkat dimana seseorang lebih siap
mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.7
Menurut Linda dan richard Eyre yang dikutip oleh Khoirun Rosyadi (
2014:115) telah menulis bahwa Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-
standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaiman kita
hidup, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Tentu saja nilai-nilai
yang baik bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik dan
memperlakukan orang lain secara baik.8
Dari berbagai macam definisi nilai dapat disimpulakan dan difahami
bahwa nilai selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran
budi serta menjadi sesuatu yang dihargai dan dijunjung tinggi serta dikejar
oleh seluruh manusia sehingga ia merasakan suatu kepuasanm dan merasa
menjadi manusia yang sebenarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai
adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal tersebut disukai,dihargai,
diinginkan, dikejar, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya
menjadi bermartabat.
Sebuah perilaku dan suatu tindakan seseorang itu dapat ditentukan
oleh nilai-nilai yang tertanam pada diri masing-masing individu. Nilai
merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku sesorang sehingga
seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung sistem
7 Khoirun Rosyadi, Pendidik Profetik. Yogyakarta: pustaka pelajar, 2004, hlm.115 8 Ibid hlm:57
13
nilai yang dipegangnya yang dapat menyimpulkan sifat dan prilaku
seseorang tersebut.
Banyak cabang dari berbagai ilmu pengetahuan yang telah
mempersoalkan khusus terhadap nilai ini, misalnya logika, etika dan estetika.
Logika mempersoalkan tentang nilai kebenaran sehingga dapat diperoleh
aturan berfikir yang benar dan berurutan. Etika mempersoalkan tentang nilai
kebaikan tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan sesamanya. Estetika mempersolakan tentang nilai
keindahan, baik tentang keindahan alam maupun keindahan yang dibuat oleh
manusia.9
2. Macam-Macam Nilai
Macam-macam nilai menurut Spranger, yaitu :10
(1) Nilai keilmuan merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang
mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang bekerja
terutama atas dasar pertimbangan rasional. Nilai keilmuan ini
dipertentangkan dengan nilai agama.
(2) Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu
itu dipandang benar menurut ajaran agama.
9 Muhammad Djunaidi Ghoni. 1982. Nilai Pendidikan. Surabaya: usaha Nasional. Hlm.16 10 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2010. Judul : Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta
Dididik). Penerbit PT Bumi Aksara : Jakarta
14
(3) Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan ada
tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya itu. Nilai
ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni.
(4) Nilai Seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang mendasar
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan rasa
keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan material.
(5) Nilai Solidaritas ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang
mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa keberuntungan
maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas ini dikontraskan dengan nilai
kuasa.
(6) Nilai Kuasa adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan baik
buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
Dari macam-macam nilai yang disebutkan di atas, nilai yang dominan
pada masyarakat tradisional adalah nilai solidaritas, nilai seni dan nilai agama.
Nilai yang dominan pada masyarakat modern ialah nilai keilmuan, nilai kuasa
dan nilai ekonomi. Sebagai konsekuensi dari proses pembangunan yang
berlangsung secara terus-menerus, yang memungkinkan terjadinya pergeseran
nilai-nilai tersebut. Pergeseran nilai keilmuan dan nilai ekonomi akan
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya jika
15
menggunakan model dinamik-interaktif. Ini merupakan konsekuensi dari
kebijakan pembangunan yang memberikan prioritas ada pembangunan
ekonomi dan ditunjang oleh cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi.
3. Standart Nilai
Jika berbicara tentang standart nilai maka hal ini tidak lepas dari
wacana kurikulum yang pengedepankan pendidikan karakter, Dalam rangka
mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan sejalan dengan
visi pendidikan dan kebudayaan, Kemdikbud mempunyai visi untuk
menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan
Paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia cerdas adalah insan yang
cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial,
cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.11
Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan soft skills melalui
kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam rangka menghadapi
tantangan global yang terus berkembang.12
Sebagai landasan teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori
kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan
11 http://lpmpjateng.go.id/web/index.php/arsip/artikel/915-kurikulum-2013-membangun-pendidikan-
karakter. Diakses pada tanggal 09/07/2015, pukul 09.40
12 M. Fadlillah, MPd,I. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media ( Yogyakarta) Hlm. 25
16
berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas
minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang
untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak.13
Dalam Kurikulum 2013, Standart Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
masing-masing jenjang dibagi menjadi tiga bagian yaitu sikap, keterampilan
dan pengetahuan. Lebih jelasnya dapat diperhatikan melaluai penjelasan
berikut:14
1) Dimensi Sikap
Untuk tingkat SD/MI, SKL yang menyangkut kemampuan sikap adalah
memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriaman, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah dan
tempat bermain.
13 http://www.kompasiana.com/refaelmolinanttindonesia.com/implementasi-kurikulum-2013-dan-
urgensinya-pendidikan-karakter. Diakses pada tanggal 09/07/2015, pukul 10.30
14 Op.cit Implementasi Kurikulum 2013 hlm: 37-39
17
Kemudian untuk jenjang SMP/MTS, SKL yang menyangkut
kemampuan sikap adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap
orang beriaman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Sementara pada jengang SMA/MA/SMK, SKL yang berhubungan
dengan sikap adalah memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriaman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2) Dimensi Keterampilan
Untuk tingkat SD/MI, SKL yang menyangkut kemampuan keterampilan
adalah memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif, serta kreatif
dalam ranah abstrak dan konkret sesuai yang ditugaskan padanya.
Kemudian untuk tingkat SMP/MTS, SKL yang menyangkut
kemampuan keterampilan adalah memiliki memiliki kemampuan pikir
dan tindak yang efektif, serta kreatif dalam ranah abstrak dan konkret
sesuai yang dipelajari di sekolah.
Sementara untuk tingkat SMA/MA/SMK adalah memiliki
kemampuan pikir dan tindak yang efektif, serta kreatif dalam ranah
18
abstrak dan konkret terkait dengan pengembangan diri yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri.
3). Dimensi Pengetahuan
Pada tingkat SD/MI, SKL yang berhubungan dengan kemampuan
pengetahuan adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena
dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain.
Kemudian pada tingat SMP/MTS, SKL yang berhubungan dengan
kempuan pengetahuan adalah faktual dan konseptual dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian
yang tampak mata.
Adapun untuk tingkat SMA/MA/SMK adalah memiliki kemampuan
pengetahuan ialah memiliki kemampuan procedural dan meta kognitif
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian..
19
4. Pengertian Pendidikan
Pendidikan dalam wacana islam dikenal dengan istilah tarbiyah,
ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. namun dalam dunia pendidiakan
yang paling sering digunakan untuk kata pendidikan yaitu menggunakan kata
tarbiyah.
Dalam Al-qur’an dan As-sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah,
namun terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu : 15
a. Rabba-yarbu-tarbiyah:
Memiliki makna tambahan (zaada) dan berkembang (nama). Artinya,
pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan
apa yang ada pada diri peserta didik baik secara fisik, psikis, soaial
maupun spiritual.
b. Rabba- yurbi-tarbiyah:
Memiliki makna tumbuh (nasya’a) dan menjadi besar atau
dewasa (tara’ra’a). Artinya, pendidikan merupakan usaha untuk
menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara
fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
c. Rabba, yarubbu, tarbiyah:
15. Dr. Abdul Mujib, M. Ag. dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M. Si.. Ilmu Pendidikan Islam. Kencana
prenada media.jakarta 2006. Hlm: 10-11
20
Memiliki makna memperbaiki (ashlaha),menguasai urusan,
memlihara dan merwat memindah, memberi makan, mengasuh,
tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian dan
eksistensinya. Artinya pendidikan merupakan usaha untuk
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur
kehidupan peserta didik agar ia dapat menajadi lebih baik dalam
hidupnya.
Adapun pengertian pendidikan secara terminologi menurut
Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa pendidikan islam
adalah : islamic education in true sense of the lern, is a system of education
wich enable a man to lead his life according to the islamic ideologi, so that he
may eaisly mould his life in accordance with tenets of islam.16 (pendidikan
islam dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang dapat mengrahkan kehidupannyasesuai dengan
ideologi islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai
dengan ajaran islam.
Sedangkan ditinjau dari sudut hukum, definisi pendidikan berdasarkan
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pasal 1 ayat(1),
yaitu “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
16 Ibid hlm 25
21
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” 17
Dari berbagai pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah usaha seorang hamba Allah untuk menjadi lebih baik,
mengembangkan kemampuan dan skil yang di miliki serta dan usaha menjadi
orang yang memiliki keagungan akhlak dan kekuatan spiritual keagamaan.
5. Pengertian Karakter
Secara etimologi Karakter atau watak berasal dari kata Yunani “
charrassein“, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang
kemudian hari dipahami sebagai stempel/cap. Jadi watak bisa diartikan
sebagai stempel/cap yaitu sifat-sifat yang melekat pada seseorang (Heri
Gunawan 2012). Watak merupakan sifat seseorang yang dapat dibentuk,
artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur
bawaan (potensi internal) yang berbeda-beda setiap orang.18 Dalam bahas
inggris Character Dan dari bahasa Latin Kharakter, Kharassaein, dan
Kharax. Departemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat
kejiwaanakhlak atau budi-pekerti yang memebdakan dengan orang lain, atau
17 Husaini Usman. Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan, Ed.3, Cet.2 (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), Hlm. 11 18 Pembelajaran nilai-karakter, op.cit
22
bermakna bawaan, hati, jiwa kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak. 19
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut asli dan sudah mengakar pada kepribadian benda atau
individu, serta merupakan “mesin“ yang mendorong bagaimana seseorang
bertindak, bersikap, berucap, dan merespons sesuatu. Dalam kamus lengkap
bahasa indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat,
watak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengang yang lain.
Menurut kamus psikologi karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari
titik tolak, etis atau moral, misalnyakejujuran seseorang dan biasanya
berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Secara harfiyah karakter
bermakna kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama, dan
reduplikasi.20
Sedangkan karakter menurut istilah yang telah dikemukakan oleh para
ahli diantaranya adalah sebagi berikut:21
a. Menurut imam Al-Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan
akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau melakukan
perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia tanpa dipikirkan
terlebih dahulu.
19 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan implementasi. Bandung, Alfabeta, 2012. Hlm: 1-2 20 Membumikan pendidikan karakter di SD, op.cit hlm: 24-25 21 Pendidikan Karakter Konsep dan implementasi. Op.cit Hlm: 2-3
23
b. Simon Philips yang dikutip oleh Herri Gunawan dalam bukunya
Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi mengatakan karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan.
c. Menurut Tadzkirotun Musfiroh yang juga dikutip oleh Herri
Gunawan dalam bukunya Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (
skills). Karakter berasal dari bahasa yunani yang berarti tomark atau
menandai dan memfokuskan bagaimana pengaplikasian nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan, dapat dinyatakan
bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau
budi pekerti individu yang membentuk kepribadian seseorang, dana dapat
menjadi pendorong atau penggerak serta membedakannya dengan individu
yang lain.seseorang dapat dikatakan berkarakter apabila telah berhasil
menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan
sebagi moral dalam hidupnya. Pengertian karakter, watak dan kepribadian
memiliki kesamaan yakni sesuatu aksi yang ada dalam diri individu seseorang
yang cenderung menetap secara permanen.
24
B. Pandangan Para Pakar Pendidikan Tentang Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari
semakin masyhur dan mendapat pengakuan dari masyarkat indonesia saat ini.
Karena banyak dari kalangan melihat kondisi masyarakat indonesia baik dari
kalagan pelajar, pemerintahan, pemimpin, dan masyarakat umum kecurangan
dan kemaksiatan, pelanggaran hukum kini merajalela akibat kurangnya
kedisiplinan, lemahnya iman, dan hilangnya moral bangsa, hingga terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan seperti perkelahian, pembunuhan, pencurian, seks
bebas dan hal-hal buruk yang lain, maka adanya pendidikan karakterlah yang
menyikapi hal tersebut.
Pendidikan karakter yang terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 3 tentang SISDIKNAS, yang mengutamakan pengembangan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh
Dharma Kusuma dkk. (2011:5) “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya
22 http://www.kompasiana.com/refaelmolinanttindonesia.com/implementasi-kurikulum-2013-dan-
urgensinya-pendidikan-karakter. Diakses pada tanggal 09/07/2015. Pukul 10:30
25
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
yang positif kepada lingkungannya. Begitu juga Definisi lainnya
dikemukakan oleh Fakry Gaffar : “Sebuah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu“. 23
Menurut Elkin dan Sweet yang dikutip oleh Herri Gunawan (2012: 23)
pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis/susila.
Sedangkan menurut Ramli dalam bukunya Herri Gunawan (2012:24)
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik.24
Menurut Muchlas Samani dan Hariyanto dalam bukunya Konsep dan
Model pendidikan (2012), Karakter dimaknai cara berfikir dan berperilaku
yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung
jawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai
23 Kusuma Dharma, Triatna Cepi, Permana Johar, Pendidikan Karakter kajian teori dan praktik di
sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5 24 Heri Gunawan, pendidikan karakter konsep dan implementasi ( Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 23-
24. Ibid hlm: 24
26
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan ynag
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya adat istiadat
dan estetika.25
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada hakikatnya kajian tujuan pendidikan karakter tidak jauh berbeda
dari tujuan pendidikan nasional. pendidikan nasional menurut UUSPN
No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kpada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratisdan bertanggung jawab.26
Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi untuk
menjawab soal ujian. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembiasaan untuk berbuat baik, berlaku jujur, sopan,
malu dalam hal kejelekan. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi butuh
latihan untuk membiasakan akhlakul karimah.
25 Prof. Dr. Muchlas Samani dan Drs. Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. PT.
Remaja Rosdakarya. (Bandung). hlm:41 26 Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah op.cit hlm:6
27
Pendidikan karakter yang dibangun dalam pendidikan mengacu pada
pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003,
bahwa,‘‘Pendidikan nasional berfngsi mengembangkan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya pontensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab“.27
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, yang kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknlogi yang semuanya dilandasi oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berlandaskan pancasila.28
3. Nilai Pendidikan Karakter
Daniel Goleman yang dikutip oleh Sutarjo adisusilo, J.R. dalam
bukunya Pembelajaran Nilai-Karakter , menyebutkan bahwa pendidikan
27 Membumikan pendidikan karakter di SD, op.cit hlm:69 28 Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Op.cit 30
28
karakter merupakan pendidikan nilai, yang mencakup sembilan nilai dasar
yang saling terkait, yaitu:29
1. Responsibillity (tanggung jawab)
2. Respect (rasa hormat)
3. Fairness (keadilan)
4. Courage ( keberanian)
5. Honesty ( kejujuran)
6. Citizenship (rasa kebangsaan)
7. Self-discipline (disiplin diri)
8. Caring (peduli), dan
9. Perseverance (ketekunan)
Jika pendidikan nilai berhasil menginternalisasikan kesembilan nilai
dasar tersebut dalam diri peserta didik, maka dalam pandangan Daniel
Goleman akan terbentuk seorang pribadi yang berkarakter, pribadi yang
berwatak. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pendidikan nilai harus dimulai,
dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah dan diterapkan secara nyata
dalam masyarakat (termasuk masyarakat politik, industri, usaha dan lain-lain).
Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemdiknas yang
dikutip oleh Herri Gunawan(2012), secara psikologis dan sosial kultural
29 Sutarjo adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai-Karakter (PT.Raja grafindo persada, Jakarta: 2012). Hlm: 79-81)
29
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi diri seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks
interaksi sosial kultural (dalam keluarga), sekolah dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokkan dalam: (1) olah
hati (spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual
development), (3) olah raga dan kinestetik (Physical and kinesthetic
development) dan (4) olah rasa dan karsa (affective and crativity), keempat hal
ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yang bahkan saling melengkapi
dan saling keterkaitan.30
Pengkatagorian nilai didasarkan pada pertimbangan bahwa pada
hakikatnya perilaku seseorang yang berkarakter merupakan perwujudan
fungsi totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif dan psikomotori) dan fungsi totalitas sosial-kultural dalam
konteks interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Seperti yang tergambar dalam diagram di
bawah ini:31
30 Op.cit pendidikan karakter konsep dan implementasi hlm: 24-25 31 Ibid hlm: 25
30
Gambar
karakter dalam konteks totalitas proses psiko sosial
31
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian studi literatur atau disebut
dengan studi kepustakaan. Maka metode yang akan digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan metode sebagai berikut:
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
yaitu dengan pendekatan kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara
lain, menjelaskan dengan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan yang ada, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
antara peneliti dengan responden, metode ini lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penguat dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Penelitian kualitatif menghasilkan deskripsi analisis tentang fenomena-
fenomena secara murni yang bersifat informatif dan berguna bagi masyarakat
peneliti, pembaca dan juga pertisipan. Penelitian kualitatif bersifat studi kasus,
kasus tunggal tersebut tidak dimaksudkan mewakili sesuatu populasi. Dengan
perkataan lain penelitian kualitatif tidak ditujukan untuk membuat generalisasi,
32
tetapi untuk memperluas temuan, yang memungkinkan pembaca atau peneliti
lain dapat memahami situasi yang sama.23
Pendekatan kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Natural setting),
disebut juga metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif.24
Sedangkan menurut Meolong“ Metode Kualitatif” adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau
lisan dari orang-orang pelaku yang diamati.25
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka (library
research). Dengan tujuan mengumpulkan data dan informasi. Penelitian
kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku atau
majalah dan sumber data lainnya dalam perpustakaan. Kegiatan penelitian ini
dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik diperpustakaan
maupun di tempat-tempat lain. Literatur yang digunakan tidak terbatas hanya
pada buku-buku, tetapi juga berupa bahan-bahan dokumentasi, majalah-majalah,
koran-koran, dan lain-lain. Berdasarkan sumber data tersebut, dan penelitian ini
23 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remajarosda Karya:
2006) hal. 107. 24 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung, 2012.
Hlm: 8 25 Lexy.J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda karya,1992), hlm.6
33
sering disebut penelitian dokumentasi (documentary research) atau survei buku
(book survey/resarch). 26
Penelitian ini digunakan untuk meneliti mengenai nilai-nilai pendidikan
Karakter yang terdapat dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim serta
membuktikan hubungan antara pendidikan karakter dengan pendidikan agama
islam.
B. Sumber Data
Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis mengambil data dari sumber
buku-buku yang ada kaitannya dengan judul proposal skripsi. Dalam hal ini
istilah tersebut sudah lazim disebut dengan penelitian dokumen yaitu
pengembilan data yang berasal dari buku-buku di bidang pendidikan karakter
dan akhlak, yang terdiri dari berbagai sumber yakni sumber primer dan sekunder,
sebagaimana berikut:
1. Sumber Primer merupakan sumber langsung yang berkaitan dengan objek
inti. Dalam penelitian ini sumber primer yang digunakan oleh peneliti
adalah kitab Adabul ’Alim wal Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim
Asy’ari yang telah diterjemahkan oleh Ustadz Muhammad Kholil dari
Indramayu.
2. Sumber Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain atau
sumber tambahan yang membahas mengenai penelitian tersebut atau
dijadikan sebagai data pendukung yang melengkapi sumber data primer.
26 Dr. H. Mahmud, M.Si. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka setia, 2010), hlm.31
34
Dalam pembahasan ini maka peneliti menggunakan kitab-kitab kuning,
buku-buku, majalah, Novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter, Koran dan lainnya yang ada hubungannya dengan judul skripsi,
dan penunjang lainnya yang di anggap relevan dengan pembahasan dalam
skripsi ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan proposal
skripsi ini penulis mengambil data dari sumber primer yakni kitab Adabul ‘Alim
wal Muta’allim, dan juga literatur buku-buku lain yang terkait dengan
pembahasan penelitian. Istilah ini lazim disebut dengan penelitian dokumen.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan seperti buku catatan harian, novel, sejarah
kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Adapun dokumen yng
berbentuk gambar diantaranya, foto, sketsa dan lain sebagainya. Sedangkan
dokumen yang berbentuk karya misalnya, lukisan,karya seni, patung, filem dan
lain-lain. Studi dkumen merupakan pelengkap dari kegunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
D. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, bogdan menyatakan bahwa. Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
35
hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.27
Menurut Webber, Content Analysis, yaitu sebagaimana yang telah diungkapan
Webber dalam bukunya, Content Analisis yaitu metodelogi penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik suatu kesimpulan yang
shohih dari pernyatan atau dokumen. Begitu juga dengan Holsi yang menyetakan
bahwa conten analisis sebagai teknik apapunyang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karaktristik pesan dan dilakukan secara
obyektif dan sistematis.
Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan metode kualitatif, dan
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data Content Analisis. Metode
analisis konten (content analisis) atau analisis isi digunakan untuk mengenalisis
isi dari suatu wacana, kitab klasik, kode dan karya sastra. 28
Menurut Janice Mc Drury ( Collaborative Group Analysis of Data, 1999)
tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci gagasan dan
gagasan yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema
yang berasal dari data.
27 Prof. Dr. Sugiyono, op.cit hlm. 244 28Sutrisno Hadi. Metode Research (Yogjakarta: Andi Offset, 1993), Cet. XXIV. Hlm. 36-37
36
3. Menuliskan model yang ditemukan.
4. Koding yang telah ditentukan.
Tujuan analisi data adalah untuk menemukan nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data yang digunakan oleh peneliti sebagai upaya
untuk memeriksa data adalah sebagi berikut :
1. Teknik ketekunan pengamat, yakni peneliti berusaha secara tekun
memusatkan diri pada latar penelitian untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur yang relevan dengan persoalan yang diteliti. Peneliti mengamati
secara mendalam pada kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim agar data yang
ditemukan dapat dikelompokkan sesuai dengan kategori yang telah
ditentukan.
2. Teknik berdiskusi dengan teman yang sudah pernah mempelajari kitab
Adabul ‘Alim wal Muta’allim.
3. Berdiskusi dengan pakar agama untuk memeriksa ihwal penelitian ini.
Selain itu dalam pengecekan keabsahan data diperlukan panduan
rambu-rambu yang berisi ketentuan studi dokumentasi tentang nilai-nilai
pendidikan karakter agar mendapatkan hasil yang maksimal. Maka perolehan
37
tersebut dilakukan peneliti dengan menidentifiksi data sesuai dengan arah
permasalahan dalam penelitian. Adapun rambu-rambu tersebut antara lain:
1. Dengan berbekal pengetahuan, wawasan, kemampuan dan
kepekaan yang dimiliki, peneliti memebaca sumber data secara
kritis cermat dan teliti. Peneliti membaca berulang-ulang untuk
memahami dan menghayati secara kritis terhadap sumber data.
2. Berbekal pengetahuanm wawasan kemampuan dan kepekaan
peneliti secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Langkah ini
diikuti kegiatan penandaan, pencatatan dan pemberian kode
(coding)
38
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kemunculan Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim Karya KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari
Kitab Adabul ‘Alim wal muta’allim adalah kitab karya KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari sebuah kitab yang membahas tentang etika, baik etika seorang
murid atau guru. Selain itu terdapat pembahasan tentang keutamaan mencari
ilmu.
Kemunculan kitab Kitab Adabul ‘Alim wal muta’allim yang ditulis oleh KH.
Muhammad Hasyim Asy’ari tidak sekedar sebuah karya biasa dengan tanpa
adanya dasar. Namun, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari menulis dan mengarang
kitab Adabul ‘Alim wal muta’allim dengan dasar dan landasan yang kuat.
Berawal dari sebuah kisah imam Syafi‘i. Pada suatu ketika imam Syafi’i
pernah ditanya oleh seseorang, ‘‘ Sejauh manakah perhatian (hasrat) mu terhadap
adab (pengetahuan budi pekerti)? “ Beliau menjawab, “Setiap kali telingaku
menyimak suatu pengejaran budi pekerti meski hanya satu huruf, maka seluruh
organ tubuhku akan ikut merasakan (mendengarnya) seolah-olah setiap organ itu
memiliki alat pendengar. Demikianlah perumpamaan hasrat dan kecintaanku
terhadap pengajaran budi pekerti. Beliau ditanya lagi, “ lalu bagaimanakah
usahamu dalam mencari adab (pengetahuan budi pekerti) itu?‘‘ Beliau
39
menjawab, ‘‘aku akan senantiasa mencarinya laksana usaha seorang ibu yang
mencari anak satu-satunya yang hilang.“29
Kaitannya dengan masalah adab ini, sebagian ulama lain menjelaskan,
“konsekuensi dari pernyataan tauhid (mengesakan Allah) yang telah diikrarkan
seorang adalah mengharuskan beriman kepada Allah (yakni dengan
membenarkan dan meyakini tanpa sedikitpun keraguan). Karena, apabila tidak
memiliki keimanan itu, tauhidnya dianggap tidak sah. Demikian pula keimanan,
jika keimanan tidak dibarengi dengan pengamalan syariat (hukum-hukum islam)
dengan baik. Maka sesungguhnya ia belum memiliki keimanan dan tauhid yang
benar. Begitupun syariat, apabila ia mengamalkannya tanpa dilandasi adab
keluhuran budi pekerti, maka pada hakikatnya ia belum mengamalkan syariat
dan belum dianggap beriman serta bertauhid pada Allah.“30
Berdasarkan beberapa hadits Rasulullah dan keterangan para ulama, kiranya
tidak perlu diragukan lagi betapa luhurnya kedudukan adab didalam ajaran
agama islam. Karena tanpa adab dan perilaku yang terpuji maka apapun amal
ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan diterima di sisi Allah (sebagai amal
kebaikan), baik sebagai amal qalbiyah (hati), badaniyah (badan), qouliyah
(ucapan), maupun fi’liyah (perbuatan). Dengan demikian dapat kita maklumi
bahwa salah satu indikator amal ibadah seseorang diterima atau tidak di sisi
Allah adalah melalui sejauh mana aspek adab disertakan dalam setiap amal
29 Muhammad Kholil, , Etika Pendidikan Islam (Terjemah Adabul ‘Alim Wal Muta’allim petuah
KH.M. Hasyim Hasyim Asy’ari) (Yogyakarta: Titian, 2007), Hlm xvii 30 Ibid xviii
40
perbuatan yang dilakukannya. Tak terkecuali juga dalam kegiatan belajar-
mengajar yang di dalamny aterdapat interaksi antara seorang guru dan murid.31
Oleh karena itu, dengan dorongan dan niat yang tulus untuk menasehati diri
pribadi penulis da orang lain (pembaca) pada umunya, kitab yang berjudul
Adabul ‘Alim wal Muta’allim ini sengaja disusun. Ini demi memenuhi kebutuhan
para siswa/murid dan guru dalam memahami secara lebih rinci perihal beberapa
adab yang sepatutnya mereka ketahui di dalam proses belajar mengajar.
Akhirnya, penulis kitab (KH. Muhammad Hasyim ‘Asy’ari) berharap kepada
Allah semoga kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim ini dapat memberikan manfaat
di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Dia adalah Zat yang Maha Menguasai segala
kebaikan.32 Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim ini selesai disusun pada hari
Ahad 22 Jumadil Akhir 1343 Hijriyah.33
B. Biografi Penulis Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim (KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari)
Kitab adabul Alim wal muta’allim adalah karya KH. Muhammad Hasyim
Asy’ari, beliau memilik nama lengkap yaitu Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin
Abdul Wahid bin Abdul Halim (pangeran benawa) bin Abdur Rahman (Jaka
Tingkir, Sultan Hadiwijaya) bin Abdul zizi bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq
31 Ibid hlm: xviii 32 Ibid hlm: xix 33 Ibad hlm : xiv
41
(Ayah kandung Raden Ainul Yaqin, atau lebih masyhur dengan sebutan Sunan
Giri).
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada hari selasa, 24 Dzulqa’dah
1287 H/14 Februari 1871 M du Gedang, yang terletak di sebelah utara kota
Jombang (Jawa Timur). Di masa kecil, KH. Muhammad Hasyim Asy‘ari tumbuh
dalam didikan Ayah beliau sendiri, Ayah beliau bernama Kiyai Asy‘ari. Kepada
sang ayah beliau KH. Muhammad Hasyim Asy’ari banyak belajar memebaca Al-
Qur’an dan beberapa kitab keagamaan.34
Ayahnya adalah pendiri pesantren keras di jombang, sementara kakeknya
kiyai usman adalah kiyai terkenal dan pendiri pesantren Gedang yang didirikan
pada akhir abad ke-19. Selain itu moyangnya kiyai Sihah adalah pendiri
pesantren Tambakberas Jombang. Ayah KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
sebelumnya merupakan santri terpandai di Pesantren Kiyai Ustman. Ilmu dan
akhlaknya sangat mengagungkan sang kiyai sehingga beliau dikawinkan dengan
putrinya yang bernama Halimah. Ibu KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
merupakan anak pertama dari tiga saudara laki-laki dan dua perempuan:
Muhammad Leler, Fadil, dan Nyonya Arif.35
Dari perkawinan mereka lahirlah Muhammad Hasyim yang kelak
dikemudian hari menjadi orang besar dan diakui pemerintah sebagai pahlawan
perintis kemerdekaan nasional, yang lebih dikenal dengan nama KH. Muhammad
34 Ibid hlm: xi 35 Lathiful Khuluq. Fajar Kebangunan Ulama. (Yogyakarta. LKiS. 2009. Cet. V). hlm. 16-17
42
Hasyim Asy’ari. Sementara itu Akarhanaf (anak KH. Muhammad Hasyim
Asy’ari) di dalam bukunya bahwa garis silsilahnya dari ibu adalah sebagai
berikut: Muhammad Hasyim Asy’ari bin Halimah binti Layyinah binti Sichah
bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin Pangeran Benawa bin Jaka
Tingkir (Mas Karebet) bin Prabu Brawijaya VI (Lembu Peteng), Raja Majapahit
terakhir.36
C. Masa Pendidikan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
Memasuki usia remaja, KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dikirim oleh orang
tua beliau untuk belajar ke berbagai pondok pesantren termasyhur di Pulau Jawa.
Diantaranya adalah pondok pesantren Sono dan Sewulan Sidoarjo, Pondok
Pesantren Langitan KH. Abdullah Faqih di Widang Tuban, dan pondok pesantren
Madura, asuhan Syaikh Kholil Waliyullah.37
Selesai menimba ilmu di pondok pesantren Madura, KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari melanjutkan studi ke tanah suci Makkah al-Mukarromah dan
menetap selama beberapa tahun disana. Di kota suci Makkah tersebut KH.
Muhammad Hasyim Asy’ari berguru kepada Ulama‘ besar saat itu, di antaranya
kepada Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Banten, Syekh Khotib
Minangkabau, Syekh Syu’aib bin Abdurrohman, Sayyid Abbas al-Maliki al-
Hasany (kepadanya beliau banyak mengkaji ilmu-ilmu Hadits), dan Syekh
36 Syaifuddin Zuhri. KH. Wahab Hasbullah Bapak dan Pendiri NU. (Yogyakarta. Pustaka Falakiyah.
1983). Hlm. 141 37 Op cit. Etika Pendidikan Islam (Terjemah Adabul ‘Alim Wal Muta’allim petuah KH.M. Hasyim
Hasyim Asy’ari). Hlm. xi
43
Muhammad Mahfuz bin Abdullah Termas (kepadanya beliau mendalami ilmu-
ilmu syari’at (fiqih, ilmu alat (Nahwu/Shorf), ilmu adab (sastra), dan beberapa
kajian islam kontemporer).
Sepulang dari Makkah, tepatnya pada tanggal 26 Rabiul Awwal 1317
H/1899 M beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng dan Madrasah
Salafiyyah Syafi’iyyah yang saat itu proses pendidikan dan pengajarannya beliau
tangani secara langsung. Di lembaga yang baru didirikan tersebut denagan tekun
beliau menggembleng da mendidiki para santri yang datang fari berbagai penjuru
tanah tanah air demi menimb ilmu pengetahuan.
Kemudian, pada tanggal 16 rajab 1344 hijriyah/31 januari 1926 M,
bersama KH. Abdul Wahhab hasbullah, KH. Bisri Syamsuri dan beberapa ulama‘
pengaruh lainnya, beliau mendirikan organaisasi Nahdhotul Ulama‘ (NU-
Kebangkitan para ulama). Tujuan utama didirikan organisasi tersebut adalah
mengajak umat islam indonesia untuk kembali pada ajaran Al-qur’an dan Hadits
dalam setiap aspek kehidupan mereka. Disamping itu, perintisan organisasi
tersebut juga sebagai upaya mengantisipasi berbagai bid’ah (ajaran sesat) yang
banyak berkembang dalam kehidupan umat islam saat itu, serta mengajak mereka
berjihad( berjuang) mengagungkan kalimat Allah (agama islam).
Berbekal ilmu pengetahuan yang cukup dan semangat perjuangan yang
dimiliki oleh beliau semakin mengokohkan posisinya sebagi figur seorang ‘alim
44
yang sangat dihormati, disegani, dan dijadikan panutan oleh ulama-ulama lain
(Qudwatul Ulama).38
D. Karya-Karya
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari adalah ulama yang cukup aktif dan
produktif dalam penulisan buah pikirannya ke dalam beberapa buku atau kitab.
Diantara karya yang pernah ditulis beliau adalahsebagai berikut:39
1. Adabul ‘Alim wal Muta’allim yang menjelaskan tentang adab (etika) yang
harus dimiliki oleh seorang guru dan murid atau pelajar.
2. Ziyadatu Ta’liqot, yang berisi bantahan beliau terhadap pernyataan-
prtnyataan syekh Abdullah bin Yasin Pasuruan yang dianggap
mendiskreditkan (menghina) orang-orang Nahdhotul Ulama‘.
3. At-Tanbihatu al-Wajibat, berisi perinatan-peringatan keras beliau
terhadap praktek-praktek perayaan Maulid Nabi SAW. di tanah air.
4. Ar-Risalah al-Jami’iyyah yang mengulas beberapa persoalan menyangkut
kematian dan tanda-tanda datangnya hari kiamat, serta penjelasan seputar
konsep sunnah dan bid’ah.
5. An-Nur Al-Mubin Fi Mahaabbati Sayyidi Al-Mursalin yang menjelaskan
makna dan hakikat mencintai Rasulullah SAW. serta beberapa hal
menyangkut itba‘( mengikuti) dan ihya‘ terhadap sunnah-sunnah beliau.
38 Ibid hlm xiii 39 Ibid hlm xiii-xvi
45
6. Hasyiyatu ‘ala Fath Ar-rohaman bin Syarhi Risaalati al waliy Ruslan li
Syaikh al-Islam Zakariya al-Anshori, yang berisi penjelasan dan catatan-
catatan singkat beliau atas kitab Risalatu al-Waliy Ruslan karya Syekh
Zakariya al-Anshori.
7. Addaroru al-Muntantsirih Fi al-Masaa’il at-tis’an Asyaroh, yang
mengulas persoalan tarekat serta beberapa hal yang penting menyangkut
persoalan tarekat.
8. At-Tibyan fi an-Nahyi an muqatha’ati al-Arham wal al Aqaribi wa al-
Ikhwan yang membahas tentang pentingnya menjaga tali silaturrahim dan
bahaya memutusnya.
9. Ar-Risalatu at- Tauhidiyyah yang menjelaskan tentang konsep dan akidah
ahlu sunnah wal jamaah
10. Al-Qolaid Fi Bayani Ma Yajibu Min al-Aqaid yang menjelaskan tentang
akidah-akidah wajib dalam islam.
KH. Hasyim Asy’ari Wafat pada tanggal 7 Ramadhan 1366
Hijriyah.1967 M. Jenazah beliau dikebumikan dipondok Pesantren Tebu Ireng
Jombang jawa timur. Semoga Allah SWT. Memberikan balasan yang lenih
baik kepada Beliau atas segala ilmu, amal, dan jasa-jasa yang telah beliau
46
berikan pada segenap kaum muslim, serta menempatkan beliau di dalam
taman surga Firdaus. Amiin.40
E. Diskripsi Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad
Hasyim ‘Asy’ari
Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim adalah sebuah kitab yang membahas
tentang adab seorang guru dan murid. Kitab ini berbahasa arab. Kitab Adabul
‘Alim Wal Muta’allim yang dikeluarkan oleh Pondok Pesantren Tebu Ireng oleh
penerbit Maktabah Turots al-Islami terdiri dari 115 halaman, dengan cover
berwarna biru bercorak kuning kehijauan, dalam cover tersebut bertuliskan
tulisan arab dan terdapat foto KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dan bayang-
bayang gambar masjid.
Daftar isi dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim yaitu Muqoddimah,
Bab 1) Keutamaan Ilmu Pengetahuan, Serta Fadhilah Mengajarkan dan
Mempelajari Ilmu Pengetahuan ( pasal terpenting dalam bab ini adalah
membahas tentang ancaman bagi ulama‘/Guru yang tidak mengamalkan ilmunya
dengan benar), Bab 2) Etika Bagi Murid Terhadap Dirinya sendiri, Bab 3) Etika
Murid Terhadap Guru, Bab 4) Etika Belajar Bagi Murid, Bab 5) Etika Guru
Terhadap Dirinya Sendiri, Bab 6) Etika Mengajar Bagi Guru, Bab 7) Etika Guru
Terhadap Murid, Bab 8) Etika Terhadap Kitab (Buku).
40 Ibid hlm. xi-xiv
47
F. Manfaat Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. Muhammad
Hasyim Asy’ari di Lingkungan Masyarakat
Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya KH. Hasyim Asy’ari adalah
kitab tentang etika dalam belajar dan mengajar yang digunakan untuk pelajar
maupun para guru. Kitab ini meskipun tidak besar dan tebal namun banyak
sekali manfaat dan kegunaannya.
Selain kitab Ta’limul Muta’allim dan kitab Taisirul Kholaq yang
masyhur di kalangan pondok pesantren salaf, kitab Adabul ‘Alim Wal
Muta’allim karya KH. Hasyim Asy’ari juga sudah tidak asing lagi di kalangan
pondok pesantren, meskipun tidak semua pondok pesantren menggunakan
kitab tersebut. Untuk mempermudah dalam mempelajari kitab Adabul Alim
wal muta’allim, maka alih bahasa Muhammad Kholil berusaha menterjemah
teks kitab tersebut ke dalam bahasa Indonesia yang di jadikan dalam suatu
buku yang berjudul Adabul ‘Alim Muta’allim Etika pendidikan Islam (Petuah
KH. Hasyim Asy’ari Untuk Para guru Dan murid).
Di dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya KH. Hasyim
Asy’ari terdapat banyak nilai-nilai pendidikan karakter seorang guru maupun
pelajar dan nilai keluhuran akhlak yang sangat tinggi. Oleh karena itu kitab
tersebut diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama di kalangan
Guru dan murid.
48
48
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah penulis mempelajari dan mengkaji sumber data baik primer maupun
skunder, maka penulis mencoba untuk menganalisis pendidikan karakter yang ada
dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim ‘Asy’ari
berdasarkan rumusan masalah, semuanya akan dijelaskan dibawah ini :
A. Konsep Pendidikan Karakter dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim
karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari.
Dalam tulisan KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yang mengutip dari Ibnu
Mubarok RA Menyatakan :
نحن إلى قليل من األدب أحواج منا إلى كثير من العلم
“Mempunyai adab (kebaikan budi pekerti)meskipun sedikit adalah lebih kami
butuhkan dari pada (memiliki) banyak ilmu pengetahuan.”
Menurut KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, kedudukan adab sangat luhur
di dalam ajaran agama islam. Karena tanpa adab dan perilaku yang terpuji maka
apapun amal ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan diteriama di sisi Allah,
baik menyangkut amal kebaikan, ucapan, badan, maupun perbuatan. Dengan
demikian dapat dimaklumi bahwa salah satu indikator diterima atau tidak ibadah
seseorang di sisi Allah adalah melalui sejauh mana aspek adab (keluhuran budi
49
pekerti disertakan dalam tiap amal perbuatan yang dilakukan. Tanpa terkecuali
dalam proses kegiatan belajar mengajar.38
Hal itu menunjukkan bahwa semua manusia tidak ada yang sempurna
karena pada hakikatnya manusia diberi oleh Allah kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Namun dengan kekurangan dan kelebihan yang diberikan oleh
Allah kepada setiap hambanya merupakan bukti akan Kekuasaan Sang Pencipta
agar hambanya dapat berfikir dengan akal dan hati yang telah diberikan kepada
hambanya. Oleh karena itu adanya akhlak untuk menjadikan manusia menjadi
makhluk menjadi hamba Allah yang bertaqwa dan taat.
Menurut KH. Muhammad Hasyim ‘Asy’ari Konsep pendidikan karakter
dalam kitab kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim bagi murid dibagi menjadi empat
yaitu : (1) Etika seorang murid terhadap dirinya sendiri, (2) Etika seorang murid
terhadap Guru, (3) Etika seorang murid terhadap pelajaran (4) Etika seorang
murid terhadap kitab.
Senada dengan pendapat KH. Muhammad Hasyim ‘Asy’ari, Menurut
Muchlas Samani dan Hariyanto dalam bukunya Konsep dan Model pendidikan
(2012), Karakter dimaknai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat
38Ibid hlm: xviii
50
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya.
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya adat
istiadat dan estetika.39
Dari pendapat para pakar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa selain
memiliki keluasan ilmu atau ahli dalam ilmu pengetahuan, harus dibarengi
dengan akhlak yang mulia. Sebagai mana hadits yang berbunyi:
إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق
“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak.“
Dengan adanya hadits itu dapat diketahui dan difahami bahwa misi
Rasulullah diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Karena sepintar dan secerdik apapun manusia itu jika tidak memiliki akhlak dan
moral maka tidak ada harganya dan tidak dihargai orang. Dan keluhuran akhlak
tak jauh beda dengan karakter, sebagaimana yang dikemukakan oleh imam Al-
Ghazali, Menurut imam Al-Ghozali menganggap karakter lebih dekat dengan
39
51
akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap atau melakukan perbuatan
yang telah menyatu dalam diri manusia tanpa dipikirkan terlebih dahulu. 40
Adapun konsep pendidikan karakter yang telah dikemukakan oleh KH.
Muhammad Hasyim ‘Asyar’i seperti yang telah disebutkan diatas dengan bentuk
adab yang disusun dalam tabel sebagai berikut:
1. Etika pelajar terhadap guru a. Memilih figur seorang guru.
b. Patuh pada guru
c. Memiliki pandangan yang mulia
terhadap guru.
d. Mengerti hak-hak dan keutamaan
guru.
e. Memiliki sopan santun pada
guru.
f. Menghargai Guru dan tidak
menyinggung perasaan guru.
2. Etika pelajar terhadap
pelajaran.
a. Menjauhi pembahasan
Khilafiyat.
b. Memperluas pengetahuan
c. Aktif (tekun)
40 Pendidikan Karakter Konsep dan implementasi. Op.cit Hlm: 2-3
52
d. Mengucapkan salam.
e. Adab bartanya
f. Istiqomah
g. Memiliki Sifat kasih sayang
h. Belajar menghadap kiblat.
3. Etika terhadap kitab a. Memuliakan kitab.
b. Memeriksa kesempurnaan
susunan dan isi kitab.
c. Menjaga kesucian
d. Mengawali tulisan dengan
bacaan basmalah.
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim
karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
Karakter ditidak bisa diukur seperti halnya hasil ujian tulis atau ujuan lisan,
melainkan perlu adanya ukuran atau standart seberapakah murid bisa mencapai
berkarakter menurut jenjang mereka masing-masing. maka untuk mengukur murid
dalam berkarakter dengan menggunakan panduan stadart Nilai kurikulum 2013,
karena Kurikulum 2013 di dalamnya mengandung pendidikan karakter.
53
1. Etika Murid Terhadap Dirinya Sendiri
a. Membersihkan Hati
Mengawali proses mencari ilmu, hendaknya seorang pelajar
membersihkan hati terlebih dahulu dari berbagai macam kotoran dan penyakit
hati seperti bohong, hasud, riya, cinta dunia, ujub, buruk sangka dan
sebagainya.41 Hal ini juga dijelaskan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya
’Ulumuddin , beliau menjelaskan bahwa tiga hal yang merusak dan
merupakan bibit atau induk sifat yang mengotori dan menjelekkan hati.
Adapun sifat yang dimaksud adalah hasud, riya’ dan ujub.42
Rasulullah SAW. telah bersabda :
.ثالثة مهلكات : شخ مطاع , وهوى متبع , وإعجاب المرء بنفسه )رواه البيهقي(
Artinya : “ Ada tiga perkara yang sangat merusakkan, yaitu : bakhil yang
sangat, hawa nafsu yang selalu dituruti dan mengagungkan diri (mengagumi
diri sendiri atau ‘ujub)’’. (HR. Baihaqi).
Ketiga sifat itu adalah perusak mental serta moral dan harga diri ummat
manusia. Hanya orang-orang yang bermoral rendahlah yang memiliki sifat-
sifat tersebut. Adapun sifat-sifat yang dapat melanggangkan moral dan harga
diri seseorang ialah adil dikala marah, takut kepada Allah baik ketika sendiri
maupun berada di tengah keramaian dan sederhana dikala fakir dan kaya.43
41 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan Islam, Yogyakarta: Titian Wacana, 2007 , hal. 21. 42 Mudjab Mahali, Pembinaan Moral di Mata Al-Ghozali, Yogyakarta: BPFE, 1984, hlm, 158 43 ibid , hlm. 159
54
Oleh karena itu membersihkan hati adalah suatu hal yang wajib dilakukan
oleh setiap pelajar. Karena ilmu bagaikan nur, ia hanya bertempat pada jiwa
(hati) yang bersih, maka selayaknya pencari ilmu harus berusaha
membersihkan hatinya dari akhlak-akhlak madzmumah (tercela) di atas dan
menggantinya dengan akhlak mahmudah (baik) seperti : ikhlas, tawadlu’,
malu, sabar, tawakkal, syukur, amanah dll. Semua itu akan sangat bermanfaat
bagi pelajar tatkala ia menyiapkan dirinya untuk bisa menerima, menghafal
dan memahami ilmu secara baik dan mendalam.
Sebagaimana Pendidikan karakter menurut Ramli (2003) pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.44
Dari sini dapat dikatakan bahwa membersihkan hati bagi pencari ilmu
memiliki nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat membangun jiwa dan
moral seorang pelajar untuk menjadi pelajar yang memiliki sifat-sifat yang
agung dan mulia, beriman, bertaqwa dengan harapan agar ilmu yang diperoleh
menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah di dunia maupun di akhirat.
b. Membangun Niat yang Luhur
Inti amal shaleh adalah keikhlasan hamba karena Allah dalam niatnya.
Umar bin al-Khattab mendengar Rasulullah saw. bersabda:
44 Heri Gunawan, op.cit hlm. 23-24.
55
لكل امرئ ما نوى. فمن كان هجرته إلى هللا و رسوله إنما األعمال بالنيات و إنما
و إمرأة ينكحها فهجرته إلى إلى هللا و رسوله و من كانت هجرته لدنيا يصيبها أ فهجرته
جر إليه. ما ها
Membangun niat yang luhur, yakni mencari ilmu pengetahuan demi
meraih ridlo Allah SWT semata, serta mengamalkannya setelah ilmu itu
diperoleh, mengembangkan syariat islam dan mendekatkan diri kepada Allah.
Tidak sepantasnya seorang pencari ilmu termotivasi karena mencari
kesenangan duniawi seperti pangkat, pengaruh, reputasi atau lainnya45. Syekh
Al Zarnuji menjelaskan sebaiknya seorang pelajar di dalam menuntut ilmu
berniat mencari ridho Allah SWT, mengharap kebahagiaan akhirat,
menghilangkan kebodohan dari dirinya sendiri dan dari segenap orang-orang
bodoh. Jangan sampai ia berniat untuk mencapai pengaruh agar orang-orang
di sekitarnya berpaling darinya, mencari kedudukan di mata penguasa dan lain
sebagainya.46 Adapun taqorrub yang kuat kepada Allah sebagai wujud aplikasi
dari luhurnya niat seorang pencari ilmu itu bisa menyebabkan datangnya ilmu
hakikat.
Pintu untuk menuju keikhlasan adalah niat. Untuk itu, ketika ingin
mencapai keikhlasan, langkah pertama adalah memperbaiki niat dalam hati
kita.
45 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 21-22. 46 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu, Surabaya: Pelita Dunia, 1996 hal : 15 dan
16.
56
Sebuah hadits Rasul yang harus dipahami dengan baik. Imam Syafi’i
memberikan komentar terhadap hadits itu dengan mengatakan, ’‘Hadits
merupakan sepertiganya ilmu ‘‘ ini menyangkut masalah niat. hadits tentang
niat memang harus dipahami dengan baik, Karena niat merupakan pintu kita
menuju keikhlasan. Ketika kita ingin menggapai keikhlasan, hal pertama yang
harus dilakukan adalah memperhatikan kembali niat yang berada dalam hati
kita. Rasulullah SAW. Bersabda : ‘‘Setiap amal perbuatan itu tergantung dari
niatnya, dan semua perkara tergantung dari apa yang ia niatkan‘‘.
Nilai yang terkandungan dalam hal ini sebagaimana nilai pendidikan
karakter menurut Daniel Goleman, yaitu mengandung nilai kejujuran.
pembentukan karakter dalam diri individu ini merupakan fungsi diri afektif
dan psikomotorik seorang murid.
c. Tidak Menunda waktu
Menyegerakan diri dan tidak menunda-nunda waktu dalam mencari ilmu
pengetahuan karena waktu yang telah berlalu mustahil akan terulang
kembali.47 Seyogyanya manfaatkanlah setiap waktu dan jangan menyia-
nyiakan, lebih-lebih malam hari dan pada saat sepi. 48 Hendaknya seorang
pelajar itu berusaha menekan sekecil mungkin rintangan atau aktifitas yang
ada, misalnya memikirkan urusan duniawi, karena jika hal itu terjadi maka
otomatis hati seorang pelajar akan terbagi untuk memikirkan berbagai
47 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal . 22. 48 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 103.
57
masalah, padahal Allah hanya menganugrahi manusia dengan satu hati 49.
Intinya seorang pelajar harus bisa memanage dan memanfaatkan waktu sebaik
mungkin untuk pencapaian ilmu secara maksimal.
Seorang murid hendaknya bisa membagi waktunya untuk melaksanakan
hak dan kewajibannya.
Nilai karakter yang ditekankan disini adalah mengenai tanggung jawab
dan kedisiplinan, serta kerja keras, sehat dan rela berkorban sebagai umat
islam tanggung jawab memiliki kewajiban untuk mencari ilmu, sebagaimana
hadits tentang kewajiban seorang muslim dalam mencari ilmu.
d. Sabar
Rela, sabar dan menerima keprihatinan dalam masa pencarian ilmu baik
menyangkut makanan, minuman dsb, karena jika sifat-sifat tersebut sudah
tertanam di hati seorang pelajar maka ia akan sukses mengarungi luasnya
samudra ilmu pengetahuan dan mampu menata hati. 50 Senada dengan KH.
Hasyim Asy’ari adalah penjelasan syekh Al Zarnuji, beliau berkata :
Ketahuilah, bahwa kesabaran dan keteguhan merupakan modal yang besar
dalam segala hal tetapi hal itu sangat jarang yang melakukannya.51 Bila
seseorang mampu bersabar dalam menghadapi kesulitan, maka akan
menemukan nikmat ilmu lebih dari kenikmatan lain yang ada di dunia.52 Mari
49 Abu Fajar Al Qolani, Ringkasan Ihya’ …, hal : 27. 50 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 22. 51 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 26. 52 Ibid., hal. 90.
58
kita mengambil pelajaran dari seorang Ulama Ibnu Hajar, bagaimana beliau
sempat menyerah dalam mencari ilmu, namun akhirnya beliau berfikir betapa
benda padat seperti batu saja bisa cekung hanya karena ditetesi oleh benda
cair (air), apalagi hati manusia yang lembek jika terus diisi oleh ilmu
insyaAllah hati itu akan difutuh (mendapat hidayah) dari Allah SWT. Selain
itu pelajar juga harus sabar mengulang dan menghafal pelajaran dalam setiap
harinya, karena dengan begitu ilmu akan semakin menancap di hati dan
fikirannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam hal ini adalah mengajarkan kepada
setiap murid agar memiliki ketekunan, beriman, bertaqwa, kerja keras,
amanah dan rela berkorban.
e. Mananjemen Waktu
Membagi waktunya dalam melakukan aktivitas belajar antara pagi,
siang dan malam yakni : pagi hari untuk membahas pelajaran, siang hari untuk
aktivitas menulis, sedangkan untuk muthola’ah (mengkaji pelajaran) dan
berdiskusi akan sangat efektif dilakukan pada malam hari. Selain masalah
waktu, pelajar juga sangat perlu untuk memperhatikan tempat belajarnya
antara lain : menjauhi tempat-tempat yang dapat menjadikan seseorang cepat
lupa ( misalnya di tepi sungai, depan tumbuh-tumbuhan, tempat yang ada
suara bising.53 Karena semua itu bisa mengganggu konsentrasi belajar,
53 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 23.
59
sebaliknya menjauhinya itu bisa mencerahkan fikiran dan memudahkannya
dalam penguasaan materi pelajaran.
Adapun Nilai-nilai yang terkandung dalam hal ini adalah mengajarkan
kepada setiap murid agar memiliki rasa tanggung jawab, kedisiplinan,
ketekunan, cerdas, beriman, bertaqwa, inovatif, sehat, gigih, kerja keras,
amanah, rela berkorban.
f. Tidak Berlebihan Makan dan Minum
Tidak berlebihan dalam makan dan minum karena mengonsumsi
makanan dan minuman yang terlalu banyak bisa menghalangi seseorang dari
melakukan ibadah kepada Allah dan menambah berat badan. Di sisi lain
sedikit mengonsumsi makanan dan minuman juga dapat menjadikan tubuh
sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit jiwa dan raga, sifat ini
merupakan salah satu sifat para wali Allah, mereka semua menghindari
banyak makan, karena sifat itu adalah sifat binatang yang tidak berakal dan
hanya disiapkan untuk bekerja. 54 Al Hasan menerangkan bahwa Rosulullah
bersabda, berfikir adalah bagian dari ibadah sedangkan makan sedikit adalah
ibadah. 55 Nabi bersabda : Tiada orang yang lebih dibenci Allah dibandingkan
orang yang suka memenuhi perutnya sekalipun makanan yang halal 56. Dari
kedua hadits di atas, jelas sekali manfaat lapar dan bahaya kenyang, antara
54 Ibid., hal : 23 dan 24. 55 Abu Fajar Al Qolami, Ringkasan Ihya ’ …, hal : 22. 51 Ibid., hal . 81. 52 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 24-25.
60
lain lapar bisa menjadikan tajam mata hati, sedangkan kenyang bisa membuat
buta mata hati, itupun masih berupa makanan halal, bayangkan jika berupa
makanan haram, Na’udzu billah.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan kepada
setiap murid agar memiliki rasa tanggung peduli, kejujuran, sehat, gigih, rela
berkorban.
g. Wara‘
Bersikap wara’ (waspada) dan berhati-hati dalam setiap tindakan, yakni
seorang pencari ilmu hendaknya selalu berusaha memperoleh segala sesuatu
dengan cara halal baik menyangkut makanan, minuman, pakaian, tempat
tinggal dan sebagainya . Hal itu dimaksudkan demi menjaga hati agar
senantiasa cemerlang dalam menerima ilmu pengetahuan dan
kemanfaatannya. Selain itu seorang pelajar hendaknya mengambil rukhshoh /
kemudahan hukum yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya,
Sesungguhnya Allah SWT sangat senang apabila rukhshohnya dilaksanakan
oleh hambaNya sebagaimana ia melaksanakan perintahNya57. Rosulullah
bersabda : Barang siapa tidak wara’ ketika belajar, maka Allah akan
mengujinya dengan salah satu dari tiga perkara : dimatikannya ketika muda,
diletakkan di kalangan orang-orang yang bodoh, atau diberi cobaan menjadi
pelayan para penguasa. Al Zarnuji menambahkan : Menuntut ilmu yang
.
61
disertai wara’ maka ilmunya akan berguna, belajar menjadi mudah dan
mendapatkan pengetahuan yang banyak.58 Perlu diketahui bahwa esensi dari
sifat wara’ diatas adalah meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah
yang mana semua itu sudah dijelaskan oleh Sang Pembawa Syari’at yakni
Rasulullah SAW. Jika seorang murid bisa wara’ dalam kehidupannya baik
dalam masa proses mencari ilmu atau sesudahnya maka insyaAllah ia akan
menjadi orang yang mulya.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan kepada
setiap murid agar memiliki rasa kedisiplinan, peduli, kejujuran, cerdas,
beriman, bertaqwa dan rasa ingin tahu.
h. Menjauhi Makanan yang Dapat Melemahkan Kecerdasan.
Tidak mengonsumsi jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan akal (
kecerdasan) seseorang menjadi tumpul (bodoh) serta melemahkan kekuatan
organ-organ tubuh (panca indra), jenis makanan tersebut antara lain : buah
apel yang rasanya asam, aneka kacang-kacangan, air cuka, selain itu
hendaknya seorang pelajar menghindari makanan yang dapat menumpulkan
mata hati dan cepat menambah berat badan seperti mengonsumsi air susu dan
ikan terlalu banyak. Seorang pelajar juga hendaknya menjauhi hal-hal yang
dapat menjadikannya cepat lupa seperti memakan makanan dari bekas tikus,
58 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 106.
62
membaca tulisan batu nisan, membuang seekor kutu dalam keadaan hidup59.
Namun, tatkala seseorang dicoba oleh Allah dengan kurangnya kecerdasan
meskipun tanpa mengonsumsi makanan-makanan diatas, hal itu tetap harus
disyukuri sebagai suatu anugrah dan dan menjadi faktor untuk lebih
bersungguh-sunguh dalam mencari ilmu dan meraih cita-cita.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan kepada
setiap murid agar memiliki rasa kedisiplinan dan ketekunan.
i. Tidak Memperbanyak Tidur
Tidak memperbanyak tidur yakni selama hal itu tidak membawa dampak
negative bagi kesehatan jasmani dan rohani. Idealnya dalam sehari semalam
seorang pelajar tidak tidur lebih dari delapan jam. Namun demikian, apabila
mungkin dan tidak memberatkan, tidur kurang dari delapan jam dalam sehari
semalam itu akan jauh lebih baik baginya.60 Dikatakan dari Yahya bin Muadz
Ar Rozi : “Malam itu panjang, maka jangan kau persingkat dengan tidurmu
sedangkan siang hari penuh cahaya maka jangan kau kotori dengan perbuatan
dosamu.”61 Bisa dibayangkan, jika dalam 24 jam (1 hari 1 malam) seorang
pelajar tidur minimal 8 jam, maka seandainya umur orang tersebut 60 tahun
otomatis waktu yang dihabiskan untuk tidur saja kurang lebih 20 tahun.
Alangkah ruginya dia. Maka seyogyanya seorang pelajar mengurangi waktu
59 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 25. 60 Ibid., hal. 25. 61 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 103.
63
tidurnya demi memperbanyak ilmu dan mempelajari yang sudah diperoleh
dalam masa belajar.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan kepada
setiap murid agar memiliki rasa tanggung jawab, kedisiplinan, sehat, gigih,
kerja keras, amanah dan rela berkorban.
j. Menjaga Pergaulan
Menjauhkan diri dari pergaulan yang tidak baik. Lebih-lebih dengan
lawan jenis karena efek negatif dari pergaulan semacam itu adalah banyaknya
waktu yang terbuang sia-sia serta hilangnya rasa keagamaan seseorang.
Mestinya seorang pelajar bergaul dengan orang-orang yang sholih, taat
agama, bertaqwa, wara’ dan semua yang termasuk akhlak mahmudah. 62
Sungguh hal ini dimaksudkan demi memelihara kesucian diri dari fitnah dan
menjaga kehormatan. Adapun menjaga kehormatan itu diawali dengan
menjaga hati dari sifat-sifat kotor serta dilakukan secara kontinyu dalam
kehidupan sehari-hari, bukan pada moment tertentu saja.
Menjaga diri dalam kitab ini yang dimaksud adalah menjaga diri dari
pergaulan yang tidak baik dan menjaga diri dari pengaruh buruk teman.
Dengan begitu sebagai seorang pelajar hendaknya mempunyai adab dan cara
memilih teman.
62 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 26.
64
Kalau secara kebetulan kita bergaul dengan orang yang belum dikenal,
maka adab kesopanan dalam bergaul dengan mereka ialah harus
memperhatikan lima perkara sebagaimana yang akan ditutur di bawah ini,
yaitu:
a. Jangan ikut campur urusan dalam pembicaraan mereka
b. Tidak perlu dan tidak usah mendengarkan pembicaraan mereka
c. Tidak perlu memperhatikan suara dan ucapan mereka
d. Jagalah diri jangan sampai banyak berjumpa dengan mereka, apalagi
membutuhkannya.
e. Peringatkanlah tindakan mereka yang mungkar, tegurlah dengan tuntunan
agama dengan cara yang sopan dan bijaksana.
Sebelum begaul lebih dahulu mengetahui syarat-syarat berteman dan
berkenalan. Sebab tidak setiap orang dapat dijadikan teman. Karenanya,
janganlah kita berteman melainkan dengan orang yang sekiranya ada
kecocokan jiwa dan hati, serta orang yang pantas untuk dijadikan teman dan
kenalan.
Dalam hal ini Rasulullah Saw telah bersabda: “Seseorang adalah berada
dalam agama kekasihnya. Maka lihatlah seseorang siapakah yang
dikasihinya, demikian itulah jiwanya.”
65
Dari keterangan hadits ini, hendaklah di dalam mencari teman memilih
orang yang bisa diajak bermusyawarah dan cocok, lebih-lebih dalam
menuntut ilmu pengetahuan. Hendaklah memilih mereka yang ada kata
sepakat kalau sekiranya diajak beruang mempertegak ajaran agama, jangan
semabarang pilih teman. Di samping, hadits di atas, di dalam sebauah syi’ir
diterangkan pula:63
“Seoang jangan kau tanya siapa dia
lihat saja dengan siapa diaberteman
sebab teman adalah seia sekata
dalam gerak,tindak dan langkah perbuatan
kalau teman berakhlak baik
temanilah dengan segera
kalau tak berakhak baik
tinggalkan pula dengan segera.”
63 Pembinaan moral di mata Al-Ghozali. Op.cit hlm :294
66
Islam telah menggariskan tentang cara mencari teman untuk
mengarungi hidup dan kehidupan di dunia ini. Hendaklah dalam menjaga diri
khusunya memilih teman memperhatikan:64
a. Orang yang berakal sehat
b. Orang yang berakhlak baik
c. Orang yang shalih
d. Orang yang tidka gila kemewahan dunia
e. Orang yang jujur
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan
kepada setiap murid agar memiliki rasa tanggung jawab, kedisiplinan, peduli,
kejujuran, cerdas, beriman dan bertaqwa
Itulah etika yang mesti dicamkan dan diaplikasikan oleh pelajar
menurut KH. Hasyim Asy’ari. Jika salah satu dari sepuluh etika tersebut tidak
teraplikasikan dengan baik, maka kemungkinan besar akan berpengaruh pada
hasil belajar seseorang dalam baik dan buruknya.
2. Etika Murid Terhadap Guru
a. Memilih Figur Seorang Guru
Memohon petunjuk kepada Allah tentang siapa orang yang dianggap
paling baik menjadi gurunya dan berupaya mencari guru yang benar-benar
64 ibid hlm: 294-299
67
ahli di bidangnya.65 Adapun di dalam memilih guru sebaiknya memilih orang
yang alim, wara’ dan lebih tua sebagaimana saat Abu Hanifah memilih Imam
Hammad bin Sulaiman sebagai gurunya setelah melalui pertimbangan dan
pemikiran.66
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari
murid agar menjadi orang yang memiliki rasa berani mengambil resiko, kritis
dan inovatif
b. Patuh Pada Guru
Patuh kepada guru serta tidak menyimpang dari pendapatnya, Ia
hendaknya selalu meminta saran terlebih dahulu kepada sang guru atas apapun
yang akan ia lakukan serta berusaha mendapatkan restunya. Sesungguhnya
kehinaan seorang pelajar di hadapan guru justru merupakan suatu kemuliaan,
ketundukannya adalah suatu kebanggaan dan kerendahan hati terhadapnya
adalah suatu keluhuran.67 Hal ini juga dikuatkan oleh Imam Muhammad Said
Bik bin Usman Iyas bahwa seorang murid tidak patut berkata kepada gurunya
“Aku tidak pasrah (dalam urusanku).68 Semua itu dimaksudkan agar seorang
murid dalam mengambil keputusan dan tindakannya tetap dalam do’a dan
ridlo guru untuk kemaslahatan murid itu sendiri.
65 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 27. 66 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 24. 67 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 28-29. 68 Muhammad Said Bik, Da’watul Ashab, Tuban: Al-Misbah, hal. 13.
68
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari murid
agar menjadi orang yang memiliki rasa hormat dan bertaqwa.
c. Memiliki Pandangan Mulia Terhadap Guru
Memiliki pandangan yang mulya terhadap guru serta meyakini derajat
kesempurnaan gurunya. Sikap yang demikian ini akan mendekatkan pada
keberhasilan seorang pelajar dalam meraih ilmu yang bermanfaat.
Diriwayatkan dari Abu Yusuf ra bahwa sebagian ulama salaf pernah berkata :
“Barang siapa tidak memiliki tekad memuliakan guru, maka ia termasuk orang
yang tidak beruntung”.69 Imam Hafidz Hasan Al-Mas’udy juga menguatkan
bahwa hendaknya seorang murid berkeyakinan tentang gurunya melebihi
kemulyaan kedua orang tuanya.70 Sifat ini juga ditegaskan oleh Shohibu
Da’watil Ashab bahwa seorang murid harus mengakui keutamaan gurunya.
Karena sifat ini merupakan tingkah laku orang yang berakal.71 Jadi seorang
murid harus mengakui kemuliaan dan kualitas keilmuan gurunya karena itu
merupakan prasyarat keberhasilan dirinya sendiri.
d. Mengerti Hak-Hak dan Keutamaan Guru
Mengerti akan hak-hak seorang guru serta tidak melupakan keutamaan
dan jasa-jasanya selain itu ia juga hendaknya selalu mendoakan gurunya baik
ketika gurunya masih hidup ataupun telah wafat, serta menghormati keluarga
69 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 29. 70 M. Fadlil Sa’id An-Nadwi, Tarjamah Taisirul Kholaq, Surabaya : Al-Hidayah, 1997, hal. 18. 71 Muhammad Said Bik, Da’watul Ashab…, hal. 14.
69
dan orang-orang terdekat yang dicintainya.72 Sifat ini banyak diaplikasikan
oleh para ahli ilmu terhadap guru, sanak kerabat dan orang-orang yang
dicintainya karena mereka sungguh memahami bahwa
من ت عظيم المعل م ت عظيم اهله
Artinya : Termasuk mengagungkan guru adalah mengagungkan ahlinya
(sanak kerabatnya).
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari
murid agar menjadi orang yang memiliki rasa hormat, bertaqwa dan adil.
e. Sopan Santun Pada Guru
Meminta izin terlebih dahulu setiap kali hendak memasuki ruangan
pribadi guru, baik ketika guru sedang sendirian atau bersama orang lain.
Apabila saat berkunjung ia tidak mendapati gurunya berada di tempat, maka
sebaiknya ia bersabar menunggu tanpa membuat kegaduhan yang dapat
memancing gurunya agar lekas keluar.73 Sebagaimana dalam etika
sebelumnya, syekh Muhammad Said juga menjelaskan dalam nadhomnya,
bahwa seorang murid itu hendaknya tidak masuk ke ruangan guru kecuali
72 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 30. 73 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 32-33.
70
sudah mendapat izinnya, dan juga tidak terlalu lama berdiam diri di
ruangannya (tanpa ada perlu).74
Bersikap (duduk) dengan santun di hadapan guru. Diantara cara duduk
yang baik adalah duduk dengan cara bertumpu diatas kedua lutut (bersimpuh)
duduk tasyahud (tanpa meletakkan kedua tangan di atas paha), duduk bersila,
serta hendaknya tidak terlalu sering memalingkan wajahnya di hadapan guru
tanpa kepentingan apapun .75 Senada dengan pernyataan di atas bahwa
sebaiknya pelajar tidak duduk terlalu dekat dengan gurunya pada saat belajar
tanpa ada hal yang memaksa. Ambillah jarak kira-kira sepanjang busur panah
antara ia dengan guru, karena hal ini lebih menunjukkan rasa hormat.76
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari murid
agar menjadi orang yang memiliki rasa hormat, bertaqwa berani mengambil
resiko, rasa ingin tahu dan inovatif.
f. Menghargai Guru
Mendengarkan keterangan guru dengan baik meskipun ia telah
mengetahui sebelumnya. Atho’ bin Robbah ra pernah berkata : “Sungguh aku
akan mendengarkan dengan seksama suatu hadist yang dibacakan seseorang
meskipun mungkin aku sendiri lebih memahami hadis itu dari pada orang
74 Muhammad Said Bik, Da’watul Ashab…, hal. 14. 75 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan …, hal. 34. 76 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 43.
71
tersebut, dan aku tidak mencelanya sedikitpun.77 Pernyataan di atas juga
senada dengan penjelasan Al Zarnuji : Hendaknya pelajar mendengarkan ilmu
dan hikmah dengan sikap respek dan hormat, meskipun ia telah mendengar
suatu masalah atau suatu kalimat seribu kali. Diungkapkan, bahwa barang
siapa bersikap tidak respek dan hormat pada suatu masalah setelah
mendengarnya seribu kali sebagaimana respeknya pertama kali
mendengarnya, maka bukanlah ia ahli ilmu. 78 Dan penadham Shohibu
Da’watil Ashab juga menyebutkan :79
بغي ب ن تكون صاغيا * لكل ما ي قوله وواعيا وي ن
Etika-etika di atas merupakan etika yang seharusnya diaplikasikan
oleh seorang pelajar tatkala berinteraksi dengan gurunya demi meraih ilmu
dan kemanfaatannya, Sebaliknya jika pelajar tidak mengindahkan etika-etika
yang ada maka ia akan membuat sakit hati gurunya, pada akhirnya ia tidak
akan mendapatkan berkah ilmu, tidak pula kemanfaatannya kecuali sedikit.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari
murid agar menjadi orang yang memiliki rasa hormat bertaqwa dan berani
mengambil resiko
77 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 38-39. 78 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 42. 79 Muhammad Said Bik, Da’watul Ashab…, hal. 14.
72
3. Etika Belajar Bagi Murid
a. Menjauhi Pembahasan Khilafiyat.
Bagi para pelajar pemula, hendaknya menjauhi pembahasan-
pembahasan yang banyak mengandung pertentangan di kalangan ulama,
karena itu bisa membingungkan fikirannya80. Al Ghazali juga menjelaskan,
hendaknya murid tidak membicarakan salah satu ilmu yang belum ia kuasai,
sebab ilmu-ilmu itu ada tingkatan dan urutannya secara pasti. Jika telah
selesai mempelajari satu jenjang ilmu, hendaknya meningkatkan pelajaran
pada jenjang berikutnya.81 Ada waktunya sendiri bagi seorang pelajar pemula
yang ingin masuk pada masalah khilafiyah ulama yakni, ketika ia benar-benar
sudah menguasai bidang tersebut secara mendalam.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, kritis dan kreatif.
b. Memperluas Pengetahuan
Jika pelajar benar-benar telah menguasai pembahasan yang ringan,
hendaknya ia melanjutkannya dengan pembahasan yang lebih kompleks, luas
dan detail. Karena itu ia harus selalu menanamkan semangat belajar yang
tinggi dalam mencari ilmu pengetahuan dan tidak lekas merasa puas dengan
ilmu yang dia miliki.82 Pernyataan di atas juga dikuatkan oleh Imam Ghazali
dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, bahwasanya seorang murid tidak membicarakan
80 Ibid., hal. 47. 81 Abu Fajar Al Qolani, Ringkasan Ihya’…, hal : 29. 82 Ibid. , hal. 49.
73
salah satu ilmu yang belum ia kuasai, sebab ilmu itu ada tingkatan dan
urutannya secara pasti, jika telah selesai mempelajari satu jenjang ilmu
hendaknya meningkatkan pelajaran pada jenjang berikutnya.83
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, ketekunan kritis, kreatif,
berempati, pantang menyerah dan kerja keras.
c. Aktif (Tekun)
Aktif (tekun) menghadiri halaqah (pengajian/kuliah) yang disampaikan
oleh guru. Sungguh, yang demikian itu akan menjadi nilai plus baginya dalam
meraih kebakan, kebersihan, adab/etika, dan keutamaan. Tidak hanya itu, ia
juga hendaknya menyimak baik-baik setiap penjelasan yang disampaikan oleh
gurunya serta mencatat beberapa keterangan yang dirasa penting.
Selain itu, ia pun hendaknya selalu melakukan muzakarah (mengingat
pelajaran) seraya berkonsentrasi dalam menerima segala faedah dan kaidah
yang ada di dalam halaqah gurunya itu. Karena sesungguhnya di dalam
aktivitas bermuzakarah tersebut terdapat manfaat yang sangat besar. Syekh
Khotib al-Baghdadi mengatakan:
وأفضل المذاكرة مذاكرة اليل
83 Abu Fajar Al Qolani, Ringkasan Ihya’…, hal : 28.
74
“Bermuzakarah yang paling utama adalah bermuzakarah di waktu malam.”
Riwayat yang lain menceritakan bahwa salah satu kebiasaan dari
kebanyakan ulama salaf dalam melakukan muzakarah adalah sejak waktu
Isya’ hingga datangnya waktu Subuh.
Hal penting lain yang juga perlu dilakukan oleh seorang pelajar adalah
mengulang-mengulang penjelasan yang telah disampaikan oleh guru seraya
melafazkannya di dalam hati. Yang demikian itu demi menjaga ilmu
pengetahuan yang telah ia raih agar tertancap kuat di dasar sanubari.84
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, kritis, kreatif, pantang
menyerah, kerja keras dan ketekunan.
d. Mengucapkan Salam.
As-Salam artinya memohon perlindungan dan penjagaan kepada Allah
SWT. Kata As-salam adalah salah satu nama Allah SWT. Maksud kata
tersebut adalah semoga Allah menjaga dan melindungi engkau“, sebagaimana
dikatakan pula maksudnya: “semoga Allah bersamamu“ yakni dengan
penjagaan, pertolongan, dan kelembutan-Nya.
“ As-Salam adalah salah satu nama-nama Allah, Allah meletakkannya
di muka bumi maka tebarkanlah salam diantara kamu, karena sesungguhnya
seorang muslim apabila ia berlalu pada suatu kaum, lalu ia memberi salam
84 Etika Pendidikan Islam, op,cit. Hal. 50-51.
75
kepada mereka, ia memperoleh satu derajat keutamaan di atas mereka dengan
mengingatkan salam kepada mereka. Dan jika mereka tidak menjawabnya,
niscaya akan dijawab leh yang lebih baik dan lebih harum. 85
Sebagai pelajar hendaknya mengucapkan salam kepada jamaah setiap
kali memasuki halaqoh, kemudian memberikan penghormatan khusus kepada
guru. Hal demikian juga hendaknya dilakukan setiap kali meninggalkan
halaqoh yaitu setelah selesai pengajian. Setelah mengucapkan salam
hendaknya seorang pelajar memasuki ruangan mencari tempat duduk dengan
tenang dan sopan agar ia tidak mengganggu ketenangan jamaah lain yang
terlebih dahulu berada di dalam halaqoh.86
Menyebarkan salam memiliki kandungan nilai pendidikan karakter
yaitu mengajarkan kita untuk menjadi orang yang respect (rasa hormat)
terhadap sesama kaum muslim, karena sebagai umat islam kita diperintahkan
untuk saling mendoakan dan menghormati satu sama lain.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, kreatif, rasa kebangsaan,
peduli dan rasa hormat, ramah, saling menghargai, toleran dan bersahabat.
85 Muhammad Bin ismail Al-Umrani, Ta’aruf Cinta, Jakarta selatan Qultum media, 2009, hlm: 1 86 Etika pendidikan islam Op.cit , hlm: 51-52
76
e. Adab bertanya
Seorang murid hendaknya tidak menanyakan kepada gurunya tentang
hal-hal yang tidak patut ditanyakan atau tidak pada tempatnya (tidak relevan)
untuk ditanyakan. Oleh karena itu apabila misalnya seorang guru diam atas
pertanyaan yang diajukan, sebaiknya ia tidak terus mendesak untuk menjawab
pertanyaannya. Demikian pula ketika seorang guru memberikan jawaban yang
menurutnya keliru, seorang murid hendaknya tidak segera menolak atau
membantahnya. Ia hendaknya mengakui atas ketidak tahuannya dan ketidak
mengertiannya ketika seorang guru menanyakan dan murid tidak mengetahui
jawabannya.87
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, kritis, kreatif, kerja keras,
kejujuran, rasa kebangsaan, peduli dan rasa hormat, ketekunan dan saling
menghargai.
f. Istiqomah
Thalabul ilmi termasuk ibadah yang utama. Ia lebih utama dari ibadah
sunnah, khususnya bila kebodohan telah merebak di mana-mana,
berkurangnya ulama’dan manusia mengikuti kebodohan. Mencari ilmu
diwajibkan atas setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Yaitu ilmu
87 KH. Hasyim Asy’ari Op cit. hlm: 55-56
77
yang cukup bagi mereka sebagai bekal melaksanakan ibadah, mengetahui
Rabb mereka, dan mencari penghidupan mereka.88
Tekun serta kontinyu dalam mempelajari setiap kitab (pembahasan).89
Imam Al Zarnuji juga menegaskan, bahwa merupakan suatu keharusan bagi
pelajar untuk kontinyu atau istiqomah dalam belajar serta mengulanginya
pada setiap awal dan akhir malam, karena antara waktu maghrib dan isya’
serta waktu sahur adalah waktu yang penuh berkah. 90 Sesungguhnya Allah
mencintai suatu amalan yang sedikit tapi kontinyu dari pada amal yang
banyak tapi tidak istiqomah, termasuk disini adalah muthala’ah (mengulang
pelajaran).
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, pantang menyerah, kerja
keras dan ketekunan.
g. Memiliki Sifat Kasih Sayang
Membantu keberhasilan teman-teman sesama pelajar dalam meraih
ilmu pengetahuan, memberi petunjuk kepada mereka ihwal pentingnya
menyibukkan diri dalam meraih kebaikan dan kemanfaatan. Meringankan
88 Muhammad Zaki Khadhr, Manajemen Total Istiqomah, Shafa: Surakarta, hlm; 120 89 Ibid., hlm. 56. 90 Ahmad Ma’ruf Asrori, Etika belajar …, hal . 50.
78
kesusahan mereka.91 Senada dengan pernyataan diatas adalah kata penadham
Syekh Muhammad Said yang berbunyi :92
يع الوسع * بلسعي ف صالهم والن فع بغي بذل ج وي ن
Sifat ini juga sangat mulia karena orang yang memudahkan urusan orang
lain sekali maka Allah akan memudahkan urusannya berkali-kali.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki berempati, rasa kebangsaan, peduli dan
rasa hormat, ramah, ketekunan, suka menolong, saling menghargai, toleran,
bersahabat dan kooperatif.
h. Belajar sambil menghadap kiblat.
Hendaklah menghadap kiblat ketika belajar, selalu menjalankan
sunnah Nabi Saw., mengikuti ajakan para pendukung kebaikan, dan
menghindari ajakan orang-orang yang berbuat lalim.93
Dikisahkan, ada dua orang yang pergi merantau untuk menuntut ilmu.
Mereka berdua selalu bersama-sama dalam menuntut ilmu. Selang beberapa
tahuk kemudian mereka pulang ke negeri asalnya. Yang satu sangat
menguasai ilmunya sedang yang satunya lagi tiak begitu menguasai. Salah
seorang ahli fikih di negeri itu ingin mengetaui apa penyebabnya. Ia lalu
91 Mohamad Kholil, Etika Pendidikan … , hal. 57. 92 Muhammad Said Bik, Da’watul Ashab…, hal. 16. 93 Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu, Op,cit. Hal. 109
79
menanyakan kepada mereka berdua bagaimana cara mereka belajar, cara
menelaah ulang dan bagaimana skap duduknya. Akhirnya, bisa diketahui
bahwa orang yang sangat menguasai ilmunya ketika menelaah pelajaran di
kota ketika menuntut ilmu ia selalu menghadap kiblat, sedang yang sarunya
membelakangi kiblat. Maka para ulama dan ahli fikih sepakat, bahwa orang
yang menguasai ilmunya tadi adalah karena ia selalu menghadap kiblat dan
karena itulah disunahkan duduk menghadap kiblat kecuali karena terpaksa,
juga karena ia selalu mendapat do’a dari orang-orang muslim, karena di kota
tersebut tidak pernah sepi dari orang-orang yang berbuat kebaikan, paling
tidak dalam setiap malam terdapat seorang ahli ibadah yang mendoakannya.94
4. Etika Terhadap Kitab
a. Memuliakan kitab.
Salah satu sikap memuliakan kitab adalah tidak menyelonjorkan kaki
ke arah kitab. Letakkanlah kitab tafsir di atas kitab-kitab yang lain, dan tidak
meletakkan sesuatu di atas kitab. Guru kami Burhanuddin menuturkan cerita
dari seorang guru, bahwa seorang ahli fikih meletakkan botol tinta di atas
kitab, maka dikatakan kepadanya: “Tidak bermanfaat ilmumu.”
94 Ibid, hal. 110
80
Tetapi guru kita Hakim Agung Fakhrul Islam yang terkenal dengan
nama Qadhi Khan berpendapat, bahwa hal itu bila tidak dimaksudlan untuk
apa-apa, tetapi lebih baik tindakan itu dihindari.95
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah rasa hormat, cerdas, kritis,
beriman, bertaqwa dan kepedulian.
b. Memeriksa Kesempurnaan Susunan dan Isi Kitab.
Kitab adalah sebuah pedoman hidup. Dalam memilih kitab baik itu
meminjam maupun membeli suatu kitab hendaknya seorang murid memeriksa
dan memastikan kesempurnaan susunan dan isinya.96 karena untuk menghati-
hati akan terjadinya penyesatan, penipuan dan kesalah fahaman dari orang-
orang yang tidak bertanggung jawab, sebab banyak terjadinya penyesatan
salah satunya adalah tidak berhati-hati dalam memilih kitab atau buku yang
dibacanya.
Hal ini mengajarkan murid untuk agar tidak ceroboh dan disiplin diri
dalam hal sekecil apapun termasuk dalam hal memeriksa kesempurnaan dan
isi kitab sebagai etika seorang murid pada kitab.
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah ketekunan cerdas, kritis,
ingin tahu, kratif dan kepedulian.
95 Etika Belajar bagi Penuntut Ilmu, Op,cit. Hal. 39 96 Kh. Muhammad Hasyim Asy’ari . op. cit. hlm 97
81
c. Menjaga Kesucian
Salah satu menghormati ilmu adalah memuliakan kitab. Seorang
pelajar sebaiknya tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan bersuci dari
hadas. Dikisahkan dari Syekh al-Khulwani, ia berkata: ‘‘Sesungguhnya aku
dapat memperoleh ilmu hanya dengan mengagungkannya, aku tidak meraih
kertas belajarku kecuali dalam keadaan bersuci.“97
Syekh asy-Syarkhasyi suatu malam mengulang pelajarannya dalam
kondisi sakit perut. Maka terpaksa ia berwudhu tujuh belas kali malam itu,
karena ia tidak mau mengulang pelajarannya kecuali dalam keadaan suci. Hal
ini dilakukannya karena ilmu akan semakin cemerlang dengan adanya
wudhu.98
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah ketekunan, rasa
hormat, beriman dan bertaqwa.
d. Mengawali Tulisan Dengan Bacaan Basmalah.
Ketika menulis, hendaknya ia mengawali tulisannya dengan
basmalah.99 Diterangkan oleh Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi
dalam kitab Uqudul Lujaini “ Kandungan makna dari beberapa kitab itu
terkumpul dalam Al-qur’an, kandungan makna Al-qur’an terletak pada surat
Al-Fatihah, dan kandungan makna surat Al-Fatihah terletak pada huruf Ba‘
nya lafadz basmalah. barokah basmalah dikisahkan dari ulama‘ sholih
97 Az-Zarnuji Op.cit 38. 98 Ibid hlm. 39 99 KH. Muhammad Hasyim Asy’ari . op.cit hlm. 97
82
bahwasanya seorang ulama‘ beliau mengalami sakit yang sangat parah yang
tidak bisa disembuhkan oleh beberapa dokter dan suatu ketika beliau
berfikir, kemudian beliau membaca basmalah dengan bilangan yang tidak
dapat dihitung maka Allah memberikan kesembuhan padanya barokah dari
kalimat basmalah.100
Adapun Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah rasa
hormat, ketekunan, beriman dan bertaqwa.
100 Syekh Muhammad Bin Umar an-Nawawi , Uqudul Lujaini, Surabaya: maktabah al-Hidayah, hlm:2
83
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan dari pembahasan
skripsi yang berjudul Analisis Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam kitab
Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari yang
disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan pembahasan. Penulis juga
akan memberikan saran yang dirasa perlu sebagai sumbangan yang
bermanfaat dalam dunia pendidikan Islam.
1. Konsep Pendidikan Karakter dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim
karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari di bagi menjadi 4 bagian yaitu :
(1) Etika seorang murid terhadap dirinya sendiri, (2) Etika seorang murid
terhadap Guru, (3) Etika belajar bagi murid (4) Etika seorang murid
terhadap kitab.
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim
karya KH. Muhammad Hasyim Asy’ari
- Etika seorang murid terhadap dirinya sendiri
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah mengajarkan
kepada setiap murid agar memiliki rasa tanggung jawab, kedisiplinan,
peduli, ketekunan, kejujuran, cerdas, beriman, bertaqwa, inovatif,
sehat, gigih, kerja keras, amanah, rela berkorban, rasa ingin tahu.
- Etika Seorang Murid Terhadap Guru
84
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah mengajari
murid agar menjadi orang yang memiliki rasa hormat, bertaqwa berani
mengambil resiko, rasa ingin tahu, kritis, inovatif, adil.
- Etika Belajar Bagi murid
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalam etika tersebut adalah
mengajarkan murid agar memiliki kedisiplinan, kritis, kreatif, berempati,
pantang menyerah, kerja keras, kejujuran, rasa kebangsaan, peduli dan
rasa hormat, ramah, ketekunan, suka menolong, saling menghargai,
toleran, bersahabat, kooperatif.
- Etika Murid Terhadap Kitab
Nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya adalah ketekunan, rasa
hormat, cerdas, kritis, beriman, bertaqwa, ingin tahu, kratif dan
kepedulian.
B. Saran
1. Bagi pendidik
Dari kajian tentang nilai-nilai pendidikan karakter ini diharapkan
menjadi bahan wacana untuk para pendidik baik guru maupun orang tua
dalam mendidik akhlak dan moral anak bangsa agar generasi penerus
bangsa Indonesia dan sebagai umat Nabi Muhammad menjadi generasi
penerus yang benar-benar dapat diandalkan yang intelektual dan
berakhlakul karimah yakni berotak barat dan berhati ka’bah.
2. Bagi lembaga pendidikan
85
Lembaga pendidikan adalah ladang untuk mencari ilmu, maka
diharapkan untuk seluruh lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal selain memperhatikan materi pelajaran dalam suatu lemabaga juga
memperhatiakan akhlak dan moral anak didik yang tidak sesuai dengan
al-qur’an dan hadits.
3. Bagi masyarakat
Peserta didik terutama Remaja tidak lepas dari kehidupan di
masyarakat, maka diharapkan bagi seluruh masyarakat untuk
mengingatkan dan memperhatikan akhlak dan moral peserta didik dalam
pergaulan di lingkungan sekitarnya agar selalu terarahkan dan tidak
terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Bagi peserta didik
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan, maka bagi
peserta didik untuk selalu menjaga dan mengamalkan ilmunya agar ilmu
yang didapat tidak sia-sia serta barokah dan manfaat di dunia dan akhirat.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Kajian tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Adabul
‘Alim Wal Muta’allim yang sederhana ini diharapkan bisa menjadi acuan
dan gambaran untuk penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan lebih
dalam dan lebih baik lagi.
86
DAFTAR RUJUKAN
Asy’ari, Hasyim. Tanpa Tahun. Adabul ‘Alim Wal Muta’allim. Jombang:
Maktabah Turots Islami Tebu Ireng.
Kholil, Muhammad. 2007. Etika Pendidikan Islam (Terjemah Adabul ‘Alim Wal
Muta’allim Petuah KH. M. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Titian.
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Mujib, Abdul dan Mudakkir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: putra
Grafika.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung;
Alfabeta.
Mahmud. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: CV Pustaka Setia.
Kusuma Dharma Triatna, Cepi dan Permana, Johar. 2010 Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung:
Alfabeta.
Ghoni, Muhammad Djunaidi. 1982. Nilai Pendidikan. Surabaya: usaha Nasional.
Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di
SD Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fitriana, Eka Zeni. 2013, Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak menurut Hafidz
Hasan Lil Mas’udi (studi kitab Taisirul Kholaq). Proposal Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maliki Malang.
Adisusilio, Sutarjo. 2012, Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta: PT. grafindo
persada.
Sutrisno, Hadi. 1993 Metode Research, Yogjakarta: Andi Offset.
87
Khoirun, Rosyadi. 2004, Pendidik Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdul, Mujib dan Dr. Jusuf, Mudzakkir. 2006, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana prenada media.
Lexy.J. Meolong. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja
Rosda karya.
Al-Zarnuji. 1994. Etika Belajar bagi Penuntut ilmu (Terjemah Ta’limul
Muta’allim. Surabaya: Al-Miftah
Mahalli, Mudjab. 1984. Pembinaan Moral di Mata Al-Ghazali. Yogyakarta:
BPFE
Khadhar, Muhammad Zaki. 2008. Manajemen Total Istiqmah. Surakarta: Shafa.
Kholid, Amr. 2009. Menjernihkan Hati. Jogjakarta: Darul Hikmah.
Muhammad Bin Ismail Al-’Irmani. 2008. Ta’aruf Cinta. Jakarta: Qultum Media.
Qardhawi, Yusuf dan Huwaidy. 1993. Waktu, Kekuasaan, Kekayaan Sebagai
Amanah Allah. Jakarta: Gema Insani Press.
Izutsu, Toshihiko. 2003. Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Qur’an.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hafidz Hasan Al-Mas’udi. 1418 H. (Terjemah Tisirul Kholak) Bekal Berharga
Untuk Menjadi Anak Mulia. Surabaya: Al-Hidayah
Khuluq, Lathiful. 2009. Fajar Kebangunan Ulama. Yogyakarta: LKiS
Zuhri, Syaifuddin. 1983. KH. Wahab Hasbullah Bapak dan Pendiri NU.
Yogyakarta: Pustaka Falakiyah.
88
LAMPIRAN 1
BIODATA PENELITI
Nama : Laili Nuriyana
Tempat/Tanggal lahir : Mojokerto, 30 April 1992
Alamat : Perumda Deket, Deket, Lamongan
Agama : Islam
No HP : 085732296746
Alamat e_mail : Iyana.laily53@gmail
Pendidikan :
1. TK Kapiworo Sumber Wuluh, Dawar Blandong,
Mojokerto Tahun 1996-1998
2. SD Negeri II Sumber Wuluh, Dawar Blandong,
Mojokerto Tahun 1998-2004
3. MTS Mamba’us Sholihin Suci, Manyar, Gresik
Tahun 2004-2007
4. MA Mamba’us Sholihin Suci, Manyar, Gresik Tahun
2007-2010
5. Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci,
Manyar, Gresik Tahun 2010-2011
6. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Tahun 2011-2015
89
LAMPIRAN 2
90
86
DAFTAR RUJUKAN
Asy’ari, Hasyim. Tanpa Tahun. Adabul ‘Alim Wal Muta’allim. Jombang:
Maktabah Turots Islami Tebu Ireng.
Kholil, Muhammad. 2007. Etika Pendidikan Islam (Terjemah Adabul ‘Alim Wal
Muta’allim Petuah KH. M. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Titian.
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Mujib, Abdul dan Mudakkir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: putra
Grafika.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung;
Alfabeta.
Mahmud. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bandung: CV Pustaka Setia.
Kusuma Dharma Triatna, Cepi dan Permana, Johar. 2010 Pendidikan Karakter
Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi Bandung:
Alfabeta.
Ghoni, Muhammad Djunaidi. 1982. Nilai Pendidikan. Surabaya: usaha Nasional.
Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di
SD Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fitriana, Eka Zeni. 2013, Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak menurut Hafidz
Hasan Lil Mas’udi (studi kitab Taisirul Kholaq). Proposal Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maliki Malang.
Adisusilio, Sutarjo. 2012, Pembelajaran nilai-karakter. Jakarta: PT. grafindo
persada.
Sutrisno, Hadi. 1993 Metode Research, Yogjakarta: Andi Offset.
87
Khoirun, Rosyadi. 2004, Pendidik Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdul, Mujib dan Dr. Jusuf, Mudzakkir. 2006, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana prenada media.
Lexy.J. Meolong. 1992. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja
Rosda karya.
Al-Zarnuji. 1994. Etika Belajar bagi Penuntut ilmu (Terjemah Ta’limul
Muta’allim. Surabaya: Al-Miftah
Mahalli, Mudjab. 1984. Pembinaan Moral di Mata Al-Ghazali. Yogyakarta:
BPFE
Khadhar, Muhammad Zaki. 2008. Manajemen Total Istiqmah. Surakarta: Shafa.
Kholid, Amr. 2009. Menjernihkan Hati. Jogjakarta: Darul Hikmah.
Muhammad Bin Ismail Al-’Irmani. 2008. Ta’aruf Cinta. Jakarta: Qultum Media.
Qardhawi, Yusuf dan Huwaidy. 1993. Waktu, Kekuasaan, Kekayaan Sebagai
Amanah Allah. Jakarta: Gema Insani Press.
Izutsu, Toshihiko. 2003. Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Qur’an.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Hafidz Hasan Al-Mas’udi. 1418 H. (Terjemah Tisirul Kholak) Bekal Berharga
Untuk Menjadi Anak Mulia. Surabaya: Al-Hidayah
Khuluq, Lathiful. 2009. Fajar Kebangunan Ulama. Yogyakarta: LKiS
Zuhri, Syaifuddin. 1983. KH. Wahab Hasbullah Bapak dan Pendiri NU.
Yogyakarta: Pustaka Falakiyah.
88
LAMPIRAN 1
BIODATA PENELITI
Nama : Laili Nuriyana
Tempat/Tanggal lahir : Mojokerto, 30 April 1992
Alamat : Perumda Deket, Deket, Lamongan
Agama : Islam
No HP : 085732296746
Alamat e_mail : Iyana.laily53@gmail
Pendidikan :
1. TK Kapiworo Sumber Wuluh, Dawar Blandong,
Mojokerto Tahun 1996-1998
2. SD Negeri II Sumber Wuluh, Dawar Blandong,
Mojokerto Tahun 1998-2004
3. MTS Mamba’us Sholihin Suci, Manyar, Gresik
Tahun 2004-2007
4. MA Mamba’us Sholihin Suci, Manyar, Gresik Tahun
2007-2010
5. Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci,
Manyar, Gresik Tahun 2010-2011
6. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Tahun 2011-2015
89
LAMPIRAN 2
top related