ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA … · 2019. 8. 26. · Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan oleh guru masih menggunakan indikator kognitif dengan tingkatan
Post on 06-Feb-2021
5 Views
Preview:
Transcript
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH
SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Oleh:
Endang Suprapti
NIM: 151134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH
SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar
Oleh:
Endang Suprapti
151134208
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya
2. Kedua orang tua Bapak Warno Suwignyo dan Ibu Sumiyati yang senantiasa
memberikan dukungan baik dalam doa maupun materi dan kasih sayang.
3. Kakak saya Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senantiasa memberi
dukungan dan semangat.
4. Saudara dan keluarga besar yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
5. Dosen Pembimbing yang telah membantu saya untuk menyelesaikan skripsi
Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,S.S., M.Pd. dan Ibu Brigitta Erlita Tri
Anggadewi,M.Psi.
6. Rekan payung skripsi Dinda Marga Saputri.
7. Sahabat saya Irene Pri Septianing, Dinda Marga Saputri, Melania Chintya
Kusuma Wardhani, Maria Dwi Aria Sari, Christina Dessy Indriastuti.
8. Kepada almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyirah; 5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juni 2019
Peneliti
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Endang Suprapti
Nomor Mahasiswa : 151134208
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU
SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 21 Juni 2019
Yang menyatakan
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN KELAS III (STUDI KASUS PADA SALAH SATU
SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA)
Endang Suprapti
Universitas Sanata Dharma
2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; Bagaimana desain
Rencana Pelaksanaan pembelajaran yang dirancang guru memuat indikator
keterampilan berpikir tingkat tinggi, Bagaimana penerapan keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada proses pembelajaran di kelas III, Bagaimana pelaksanaan
penilaian kelas (assessment) telah mengarah pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan desain
penelitian studi kasus.penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Swasta di
Yogyakarta dengan subjek penelitian Guru dan siswa kelas III. Teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu, observasi, dokumentasi,
wawancara, dan kuesioner. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu
metode triangulasi. Uji kredibilitas dengan triangusi serta expert judgement
digunakan untuk menguji keabsahan data.
Berikut merupakan hasil dari penelitian ini (1) Desan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan oleh guru masih menggunakan
indikator kognitif dengan tingkatan keterampilan berpikir tingkat rendah. (2)
Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung
mengarahkan siswa kepada keterampilan berpikir tingkat rendah (3) Penliaian
yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa yaitu soal Tes Kendali
Mutu (TKM) yang sebagian besar masih menggunakan kata kerja operasional
keterampilan berpikir tingkat rendah.
Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS), Kurikulum 2013,
Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian Pembelajaran
(assessment)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF HIGHERORDER THINKING SKILLS IN THIRD
GRADE LEARNING (A CASE STUDY IN ONE OF THE PRIVATE
ELEMENTARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA)
Endang Suprapti
Sanata Dharma University
2019
The purpose of this study is to determine (1) How the design of the Lesson
Plan at one of the private elementary schools in Yogyakarta loads the indicator of
higher order thinking skills (2) How does the application of higher order thinking
skills on the learning process in third gradeatone of the private elementary
schools in Yogyakarta (3) How is the implementation of classroom assessment at
one private elementary schools in Yogyakarta which has led to higher order
thinking skills.
This study is a qualitative studyusing the researchdesign ofa case study.
The study was conducted in one of the Private Elementary Schools in Yogyakarta
with the research subject of Teachers and students of third grade. The data
collection techniques used by the researchers are observation, documentation,
interviews, and questionnaires. The method used to analyze the data is
triangulation method. Test credibility with triangulation and expert judgment is
used to ensure the validity of the data.
Here are the results of this study (1) The Design ofLessonPlan used by the
teachers still use cognitive indicators with levels of lower order thinking skills. (2)
The implementation process of learning undertaken by the teachers tends to lead
students towardlower order thinking skills (3) The assessmentused by the teachers
to measure the ability of students is Quality Control Tests (QCT), most of which
still use the operational verbs of lower order thinking skills.
Keywords: Higher Order Thinking Skills (HOTS), 2013 Curriculum, Lesson Plan,
Learning Implementation, Learning Assessment
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul ”Analisis
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Kelas III (Studi Kasus
Pada Salah Satu Sekolah Dasar Swasta di Yogyakarta)”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjan Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari selama proses penyususnan skripsi dilaksanakan
banyak pihak yang telah membantu peneliti untuk menulis skripsi ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan kali ini peneliti akan
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang selalu mendukung peneliti
baik dalam doa dan semangat. Ucapan terima kasih tersebut ditunjukan kepada:
1. Dr. Yohans Harsono, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing
yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing peneliti dari
awal hingga akhir penyususnan skripsi.
5. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen pembimbing
kedua yang senantiasa bersabar menuntun dan membimbing peneliti
dari awal hingga akhir penyususnan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Theresia Yunia Setyawan,M.Hum. selaku dosen pembimbing
akademik kelas C yang senantiasa bersabar dan penuh kasih sayang
dalam membimbing kelas kami.
7. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma
8. Segenap Karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
peneliti dalam proses kelancaran administrasi selama perkuliahan
berlangsung.
9. Seluruh staff Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
menyediakan buku dan fasilitas dalam mengerjakan skripsi.
10. Seluruh Staff Biro Keuangan dan Student Staff Keuangan yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kepala Sekolah di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota
Yogyakarta karena telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
12. Guru kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota Yogyakarta
karena bersedia memberikan waktu dan membantu peneliti untuk
melakukan penelitian di kelas.
13. Seluruh siswa kelas III di salah satu Sekolah Dasar Swasta di Kota
Yogyakarta yang telah membantu mengisis kuesioner saat proses
observasi.
14. Kedua orang tuaku Warno Suwignyo dan Sumiyati yang senantiasa
bersabar dan mendukung dengan penuh kasih sayang dalam bentuk
doa maupun semangat kepada peneliti.
15. Mbah putri Ibu Siwi yang selalu memberikan doa dan dukungan serta
nasehat yang baik kepada peneliti.
16. Kakakku Mayang Astia Paramitha S.Pd. yang senentiasa memberikan
dukungan dan doa kepada peneliti.
17. Sahabat karibku Irene Pri Septianing yang selalu memberi dukungan
dan semangat kepada peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
18. Sahabat seperjuangan Dinda Marga Saputri, Melania Chintya Kusuma
Wardhani, Christina Desi Indriastuti, Maria Dwi Ariya Sari yang
selalu memberi semangat dan dukungan kepada peneliti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
19. Pandu Kauri yang selalu memberikan dukungan serta doa selama
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan
memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati
peneliti meminta kritik dan saran terhadap karya tulis ini. Semoga
karya ini juga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.
Peneliti
Endang Suprapti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………… ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO …………………………………………………… vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………….. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……………………..
viii
ABSTRAK ………………………………………………………………… ix
ABSTACK …………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xviii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... xx
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan masalah ………………………………………………………. 6
C. Tujuan penelitian ………………………………………………………... 6
D. Manfaat penelitian …………………………………………………….... 7
E Asumsi penelitian ………………………………………………………... 7
F. Definisi Operasional …………………………………….......................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………. 9
A. Kajian Pustaka …………………………………………………………. 9
1. Teori-teori Yang Mendukung ………………………………………... 9
a. Keterampilan abad ke-21 ………………………………………… 9
b. High Order Thinking Skis (HOTS) ……………………………… 11
c. Low Order Thinking Skis (LOTS) ………………………………… 17
d. Kurikulum 2013 …………………………....……………………… 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ………………………………………. 29
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 32
BAB III MEODE PENELITIAN ………………………………………... 34
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 34
B. Setting Penelitian ………………………………………………………. 35
1. Tempat dan Waktu penelitian …………………………………………… 35
C. Desain Penelitian ………………………………………………………... 36
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………… 36
E. Instrumen Penelitian …………………………………………………….. 38
1. Instrumen Penelitian RPP ……………………………………………….. 38
2. Instrumen Penelitian Pembelajaran ……………………………………... 41
3. Instrumen Penelitian Soal ……………………………………………….. 54
4. Kredibilitas dan Transferabilitas ………………………………………… 57
5. Teknik Analisis Data …………………………………………………..... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………... 60
A. Hasil Penelitian …………………………………………………………. 60
1. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Perencanaan
Pembelajaran ………………………………………………………........
60
a. Hasil Analisis Indikator Kognitif RPP …………………………………... 60
2. Penerapan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pelaksanaan
Pembelajaran ………………………………………………………......
63
a.Hasil Analisis Kuesioner Siswa …………………………………………. 63
b.Hasil Analisis Kuesioner Guru ………………………………………….. 66
c.Hasil Analisis Wawancara Guru …………………………………............. 70
d.Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran …………………………… 72
3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Penilaian
Pembelajaran …………………………………………………………..
79
B. Pembahasan …………………………………………………………....... 84
1.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ………………………………………………
84
2.Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada
Pelaksanaan Pembelajaran …………………………………………........
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Pada Penilaian
Pembelajaran …………………………………………….........................
91
BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 96
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 96
B. Keterbatasan Peneliti …………………………………………………... 96
C. Saran …………………………………………………………………… 97
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 98
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 101
RIWAYAT PWNWLITI ………………………………………………… 236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Pedoman Analisis Desain RPP ……………………………… 39
Tabel 3.2 Lembar Instrumen Perancangan RPP ……………………… 41
Tabel 3.3 Lembar Instrumen Untuk Guru ……………………………… 45
Tabel 3.4 Lembar Instrumen Untuk Siswa …………………………… 47
Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Guru ………………………………… 50
Tabel 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP ………………………………… 62
Tabel 4.2 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Siswa ………………… 65
Tabel 4.3 Hasil Akhir Kuesioner Siswa………………………………… 67
Tabel 4.4 Hasil Hitung Skala Likert Kuesioner Guru ………………… 68
Tabel 4.5 Hasil Akhir Kuesioner Guru ………………………………… 70
Tabel 4.6 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ………………… 74
Tabel 4.7 Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi …………………… 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 14
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom …………………… 19
Gambar 2.3 Prinsip Pembelajaran Abad ke- 21 ………………………… 25
Gambar 2.4 Penelitian Yang Relevan …………………………………… 32
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir ………………………………… 34
Gambar 4.1 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Peneliti ………………… 61
Gambar 4.2 Hasil Analisis Indikator RPP oleh Rekan Peneliti ………… 61
Gambar 4.3 Hasil Akhir Analisis Indikator RPP ……………………… 61
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Siswa ………… 66
Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Analisis Kuesioner Guru ………… 69
Gambar 4.6 Pelaksanaan Wawancara Dengan Guru …………………… 71
Gambar 4.7 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1A ……… 80
Gambar 4.8 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1B ……… 81
Gambar 4.9 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2A ……… 82
Gambar 4.10 Diagram Pie Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2B ……… 82
Gambar 4.11 Diagram Pie Hasil Hitung Keseluruhan Soal Evaluasi …… 84
Gambar 4.12 Contoh Soal LOTS Tema 1 A …………………………….... 82
Gambar 4.13 Contoh Soal HOTS Tema 1 A ……………………………... 84
Gambar 4.14 Contoh Soal LOTS Tema 1 B …………………………….... 92
Gambar 4.14 Contoh Soal HOTS Tema 1 B ……………………………... 92
Gambar 4.15 Contoh Soal LOTS Tema 2 A …………………………….... 93
Gambar 4.16 Contoh Soal HOTS Tema 2 B ……………………………... 94
Gambar 4.17 Contoh Soal LOTS Tema 2 B …………………………….... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Penelian ……………………………………… 91
Lampiran 2 Pernyataan Penelitian …………………………………….. 92
Lampiran 3A Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 93
Lampiran 3B Validasi Instrumen Kuesioner Siswa …………………… 94
Lampiran 4A Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 95
Lampiran 4B Validasi Instrumen Kuesioner Guru ……………………… 96
Lampiran 5A Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 97
Lampiran 5B Validasi Instrumen Pedoman Wawancara ……………… 98
Lampiran 6A Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ………… 99
Lampiran 6B Validasi Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ………… 100
Lampiran 7A Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ……………… 101
Lampiran 7B Validasi Instrumen Analisis Indikator RPP ……………… 102
Lampiran 8 Validasi Instrumen Analisis Soal Evaluasi ……………… 103
Lampiran 9 Lembar Pedoman Analisis RPP ………………………….. 104
Lampiran 10A Hasil Kuesioner Siswa ………………………………… 107
Lampiran 10B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 108
Lampiran 11A Hasil Kuesioner Siswa …………………………………… 109
Lampiran 11B Hasil Kuesioner Siswa ……………………………………. 110
Lampiran 12 Hasil Data Kuesioner Siswa ……………………………… 111
Lampiran 13 Hasil Skala Likert Kuesioner Siswa …………………… 119
Lampiran 14A Hasil Kuesioner Guru …………………………………… 120
Lampiran 15 Hasil Data Kuesioner Guru ……………………………… 123
Lampiran 16 Hasil Skala Likert Kuesioner Guru ……………………… 125
Lampiran 17A Hasil Instrumen Wawancara Guru ……………………… 126
Lampiran 17B Hasil Wawancara Guru ………………………………… 130
Lampiran 18 Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ………………………… 135
Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……………… 139
Lampiran 20A Hasil Analisis Indikator RPP …………………………… 152
Lampiran 20B Instrumen Langkah-Langkah Pembalajaran RPP ……… 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Lampiran 21A Soal Evaluasi Tema 1 A ………………………………… 158
Lampiran 21B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A ………………… 168
Lampiran 21C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 A ………… 173
Lampiran 22A Soal Evaluasi Tema 1 B ………………………………… 175
Lampiran 22B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B ………………… 182
Lampiran 22C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 1 B ………… 188
Lampiran 23A Soal Evaluasi Tema 2 A ………………………………… 190
Lampiran 23B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A ………………… 198
Lampiran 23C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 A ………… 204
Lampiran 24A Soal Evaluasi Tema 2 B ………………………………… 206
Lampiran 24B Hasil Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B ………………… 213
Lampiran 24C Hasil Hitung Analisis Soal Evaluasi Tema 2 B ………… 220
Lampiran 25 Hasil Hitung Keseluruhan Analisis Soal Evaluasi ………… 222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kunci untuk membentuk suatu kemajuan bangsa yaitu dengan
mengutamakan pendidikan. Karena dengan mengembangkan pendidikan maka
dapat tercipta generasi bangsa yang memiliki pola pikir dan kebiasaan yang
lebih baik untuk menghadapi suatu persoalan dan tantangan. Untuk
memperoleh suatu pendidikan yang berkualitas harus menentukan rencana
serta tujuan yang yang pasti dan terarah agar dapat menciptakan generasi
yang lebih berkualitas untuk mendorong kemajuan bangsa.
Berdasarkan hasil survei pertama “Trends in International Math and
Science” pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Global Institute, menunjukan
hanya lima persen peserta didik di Indonesia mampu mengerjakan soal
penalaran berkategori tinggi (HOTS) padahal peserta didik di Korea dapat
mencapai 71 persen. Sebaliknya, 78 persen peserta didik di Indonesia mampu
mengerjakan soal hafalan yang berkategori rendah (LOTS), Sementara siswa
di korea 10 persen. Kemudian data lain juga diungkapkan oleh Programme
For International Students Assesment (PISA) dalam survei ke dua.
Pengambilan data dilakukan pada tahun 2009 dan menyatakan bahwa
Indonesia terdapat pada peringkat 10 paling bawah dari 65 negara peserta
PISA. Hasil menyatakan peserta didik di Indonesia menguasai pelajaran hanya
sampai level tiga sementara Negara lain dapat menguasai pelajaran hingga
level empat, lima, bahkan level enam Saputra (2016: 86-87). Berdasarkan
kedua hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi peserta didik di
Indonesia masih kurang bahkan tertinggal jauh dari Negara lainnya.
Oleh sebab itu pemerintah harus memperhatikan sistem pendidikan di
Indonesia agar peserta didik di Indonesia siap menghadapi abad ke-21 ini.
Keterampilan di abad ke-21 menuntut siswa untuk memiliki berbagai
keterampilan. Keterampilan-keterampilan penting yang terdapat di abad ke-21
mencakup empat pilar kehidupan yaitu ; learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together. Empat keterampilan itu tentunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar seperti keterampilan untuk berpikir
kritis dan kreatif. Demi tercapainya keterampilan yang terdapat dalam abad
ke-21 maka pemerintah harus memperbaiki program pendidikan agar dapat
membentuk generasi yang berkualitas untuk mendorong kemajuan bangsa.
Apa itu pendidikan? mengapa pendidikan sangat berperan penting untuk
kemajuan Bangsa dan Negara?
Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untu meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu
rohani (piker, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (pancaindra
serta keterampilan-keterampilan) Syam (dalam Danim,2011: 4). Pendidikan
merupakan proses membawa perubahan yang diinginkan dalam perilaku
manusia. Pendidikan dapat juga didefinisikan sebagai proses perolehan
pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan melalui pembelajaran atau studi
(Dahama & Bhatnager (1980:3-4). Pendidikan merupakan usaha yang
dilakukan untuk mengembangkan kepribadian serta potensi yang ada dalam
dirinya melalui pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran. Hal ini
disebutkan juga oleh Prof. Rechey (Planning for teaching and introduction to
education) istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa
warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan
tanggung jawabnya di dalam masyarakat (Ahmadi Rulam, 2014: 34-35 dan
37).
Pendidikan berarti sebuah proses yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan meningkatkan potensi yang ada pada diri sendiri yang
bertujuan untuk mengembangkan membawa kehidupan generasi masyarakat
yang lebih baik lagi dan mampu mendorong kemajuan bangsa. Karena
semakin baik pendidikan yang diperoleh maka pengetahuan yang dihasilkan
akan lebih berkualitas sehingga dapat membentuk pola pikir masyarakat
khususnya generasi baru menjadi lebih kritis dalam menyikapi setiap
persoalan.
Dalam proses pendidikan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan
adalah kegiatan berpikir. Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak
pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan (Suriasumantri, 1978: 1).
Dengan demikian kegiatan berpikir merupakan sarana untuk memperoleh
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi
pendidikan.
Kegiatan berpikir sendiri dibagi menjadi dua, yaitu berpikir tingkat tinggi
atau Higer Order Thinking (HOT) dan berpikir tingkat rendah atau Lower
Order Thinking (LOT). HOTS sendiri merupakan suatu proses berpikir anak
didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode
Problem Solving Krulik dan Rudrinck (1998), Taksonomi Bloom (1956), dan
Taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson dan
Krathwohl (2001).
Mulyadi (2010) mengemukakan, kemampuan berpikir tingkat tinggi
Hinger Order Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir yang diharapkan 1)
mencipta, 2) mengefaluasi, dan 3) menganalisis (Desstya, 2015: 261).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses bepikir yang tidak
hanya sebatas menghafal materi saja melainkan dapat membuat siswa berpikir
lebih kritis lagi untuk dapat mengatasi masalah dengan menggunakan cara
atau pendapatnya sendiri. Hingher Order Thinking Skill (HOTS) adalah
kemampuan berpikir yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analisis
terhadap infotmasi dan data dalam memecahkan permasalahan (Barratt, 2014)
Tujuan utama dari HOTS ini adalah bagaimana cara meningkatkan
kemampuan berpikir anak pada level yang lebih tinggi, terutama yang
berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima
berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan masalah dengan
pengetahuan yang dimilikinya serta membuat putusan dalam situasi-situasi
yang kompleks. Sedangkan manfaat berpikir tingkat tinggi secara umum
untuk memperoleh informasi baru dan disimpan dalam memori dan saling
berkaitan atau menata ulang memperluas informasi tersebut untuk mencapai
tujuan atau menemukan kemungkinan jawaban dalam kondisi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
membingungkan. Oleh sebab itu kemampuan berpikir tingkat tinggi sangat
berpengaruh bagi siswa agar siswa dapat berlatih mengembangkan pola pikir
siswa.
Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan maka HOTS ini dikembangkan melalui metode Taksonomi kognitif
Bloom dan revisi Taksonomi Bloom oleh Anderson dan Krathwohl.
Taksonomi bloom sendiri merupakan pengelompkan atau klasifikasi benda
berdasarkan cirri-ciri tertentu. Taksonomi sendiri digolongkan dalam tiga
domain yang menunjang keutuhan pemahaman dan kedirian anak didik, yakni
: (1) domain kognitif (cognitive domain) ; (2) domain afektif (affective
domain) ; (3) domain psikomotorik. Domain tersebut harus menjadi sasaran
dalam menjalankan praktik pembelajaran agar anak dapat mengeluarkan
potensinya secara maksimal. Taksonomi bloom juga terdiri dari berbagai
tingkatan atau level mulai dari jenjang rendah hingga jenjang yang tinggi.
Level tersebut yakmi ; (C-1) Pengetahuan (Knowledge) ; (C-2) Pemahaman
(Comprehension) ; (C-3) Penerapan (Application) ; (C-4) Analisis (Analysis) ;
(C-5) Sintesis (Synthesis) ; (C-6) Evaluasi (Evaluation).
Selain memperhatikan pola pikir siswa, untuk mencapai tahap kemampuan
berpikir tingkat tinggi guru juga harus mengetahui sifat dan karakter siswa.
Hal tersebut bertujuan agar guru dapat memberikan pembelajaran dan binaan
yang tepat untuk siswa. Apa lagi untuk perkembangan siswa Sekolah Dasar
Untuk menciptakan pemebelajaran efektif seperti yang termuat dalam
taksonomi bloom maka guru harus melakukan perencanaan yang tersususn
dengan baik. Cara yang harus dilakukan yaitu dengan menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melakukan proses kegiatan belajar
mengajar. Tujuannya adalah agar kata kerja yang termuat dalam taksonomi
bloom dapat tercapai dengan baik.
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, pembelajaran adalah
kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan materi pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
melainkan juga sebagai proses belajar-mengajar siswa dijadikan sebagai pusat
dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk watak, peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan kata lain, dari kedua makna
kata, baik makna kata perencanaan maupun makna kata pembelajaran, maka
dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu cara yang
memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk untuk membuat
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat membentuk watak,
peradaban dan meningkatkan mutu kehidupan siswa Uno (dalam Prastowo,
2015). Penyususnan RPP dilakukan dengan tujuan agar dapat membentuk pola
pikir siswa sesuai dengen tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu pembuatan RPP
harus disusun secara perinci agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai
perbaikan pembelajaran. Menurut Callahn & Clark (dalam Prastowo: 2015)
bahwa perencanaan pembelajaran memiliki kedudukan yang esensial dalam
pembelajaran yang efektif, karena akan membuat disiplin kerja yang baik,
suasana yang lebih menarik, dan pembelajaran yang diorganisasikan secara
baik, relevan, dan akurat. Oleh sebab itu guru harus memiliki kemampuan
untuk menyusun RPP dengan baik, bukan hanya sekedar pada tahap
menghafal saja melainkan dapat membentuk siswa menjadi lebih kreatif dan
berpikir kritis. Selain itu guru juga harus membuat siswa memahami materi
yang diberikan bukan hanya menerima saja. Langkah-langkah yang terdapat di
dalam RPP harus di deskripsikan secara jelas sehingga tujuan yang ada dalam
setiap pembelajaran dapat tercapai dan dapat membentuk siswa menjadi lebih
kritis.
Pada dasarnya kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa penting
dibentuk sejak dini mengingat sumber daya manusia yang semakin meningkat.
Sehingga lembaga pendidikan harus semakin giat dalam pembelajaran yang
lebih berkualitas. Tidak hanya menerapkan kemampuan menghafal pada siswa
karena dengan menghafal saja belum tentu siswa mengerti tentang materi
pembelajaran yang disampaikan. Selain itu siswa juga tidak terbiasa untuk
dapat berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut dapat berakibat fatal bagi
perkembangan siswa karena siswa tidak memiliki pemikiran yang kritis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
keinginan untuk menjadi lebih maju. Maka dari itu, pemerintah harus lebih
memperhatikan peningkatan mutu pendidikan agar dapat membentuk generasi
bangsa yang lebih baik dan mampu bersaing dalam era persaingan global.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi dunia pendidikan agar tidak
selalu menggunakan kemampuan menghafal saja dalam kegiatan
pembelajaran. Seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan
kemampuan kognitif lainnya agar dapat membentuk siswa menjadi lebih aktif
dan kreatif. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas maka
peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III (STUDI KASUS PADA
SALAH SATU SEKOLAH DASAR SWASTA DI YOGYAKARTA).
Peneliti menyamarkan nama sekolah tempat penelitian dengan tujuan agar
pihak sekolah tidak merasa dirugikan dengan penelitian ini.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan beberapa rumusan masalah dari peneliti :
1. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada
desain Rencana Perlaksanaan Pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar
swasta di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
2. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada
kegiatan pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar swasta di Kecamatan
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
3. Sejauh mana implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi pada
penilaian kelas (assessment) di salah satu Sekolah Dasar swasta di
Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Tujuan Penelitian
Peneliti merumuskan tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan sejauh mana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) di salah satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik, Sleman,
Yogyakarta memuat indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Untuk mendeskripsikan sejauh mana kegiatan pembelajaran di salah
satu sekolah dasar di Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta mengarah
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3. Untuk mendeskripsikan soal evaluasi di salah satu sekolah dasar di
Kecamatan, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta telah menunjukkan indikator
pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.
D. Manfaat Penelitian
Berikut ini merupakan manfaat dari penelitian :
1. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi guru.
Khususnya dalam merancang RPP dan saat proses pembelajaran sehingga
guru tidak hanya menerapkan keterampilan menghafal namun guru dapat
membentuk kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
2. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan bagi mahasiswa khususnya
bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma untuk menjadi refrensi pada
penelitian berikutnya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membantu penulis untuk mendapatkan
informasi lebih banyak lagi mengenai kegiatan berpikir tingkat tinggi
pada siswa Sekolah Dasar.
E. Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi yaitu :
1. Keterampilan abad ke-21
Proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan pembelajaran yang lebih
kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang terdapat
dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical Thinking & Problem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk menganalisis proses
pelaksanaan pembelajaran.
2. High Order Thinking Skills
Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang bertujuan
untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode, pendekatan
dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu pada
taksonomi bloom dan kata kerja operasional
3. Low Order Tinking Skill
Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu dan
mengingat suatu konsep dasar.
4. Kurikulum 2013
Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk memperoleh
pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut berpedoman
pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual
5. Studi Kasus
Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu
F. Definisi Operasional
Berikut ini merupakan beberapa definisi operasional dalam
penelitian:
1.Keterampilan abad ke-21
Adalah proses berpikir kreatif yang dapat menciptakan pembelajaran yang
lebih kondusif guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang
terdapat dalam 4C (Communication, Collaborative, Crittical Thinking &
Problem Solving, Creativity) yang dapat digunakan untuk menganalisis
proses pelaksanaan pembelajaran.
2.High Order Thinking Skills
Adalah kegiatan berpikir pada tingkat yang lebih tinggi yang bertujuan
untuk membuat siswa dapat mencipta dan mencapai metode, pendekatan
dan pembelajaran yang yang sudah dipelajari yang mengacu pada
taksonomi bloom dan kata kerja operasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
3.Low Order Tinking Skill
Adalah kegiatan berpikir yang hanya meliputi mengetahui sesuatu dan
mengingat suatu konsep dasar.
4.Kurikulum 2013
Adalah konsep belajar mengajar yang dilakukan untuk memperoleh
pengalaman belajar pada siswa. Proses pengajaran tersebut berpedoman
pada 4 aspek yaitu kognitif, efektif, sosial dan spiritual.
5.Studi Kasus
Adalah proses untuk mencari pengetauan tentang pentingnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat uraian yang berisi landasan teori, penelitian yang
relevan dan kerangka berpikir
A. Kajian Pustaka
Di dalam bagian ini, peneliti menulis mengenai teori yang mendukung yang
terkait dalam penelitian, kemudian peneliti akan menyimpulkan dari setiap
teori yang sudah dituliskan. Teori tersebut berupa (1) Berpikir Tingkat Tinggi
(2) Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill), (3)
Berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skill), dan Kurikulum 2013..
1. Teori-teori yang Mendukung
a. Keterampilan abad ke-21
1. Pengertian Keterampilan abad ke-21
Dengan berkembangnya kemajuan teknologi pada era globalisasi
seseorang harus menguasai berbagai keterampilan. Sehingga pendidikan
diharapkan untuk membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Berdasarkan dimensi pendidikan pada abad ke-21 output student
profil yang diharapkan yaitu kemampuan 4C (Critical thinking and problem
solving, collaborative, creativity, dan communication). Kemampuan berpikir
kritis sebagai cara berpikir rasional dan reflektif dalam membuat keputusan
tentang hal yang harus dipercayai atau dilakukan. Rasional berarti mempunyai
keyakinan dan pandangan yang disertai oleh bukti yang standar, aktual, cukup
dan relevan; refelktif berarti harus mempertimbangkan secara aktif, hati-hati
dan tekun segala alternatif solusi pemecahan masalah sebelum mengambil
keputusan Dewey ( dalam Susilowati, 2017;224).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencangkup 4C (Critical
thinking and problem solving, collaborative, creativity, dan communication)
merupakan fundamental pada pembelajaran abad ke-21. Kemampuan berpikir
kritis (Critical Thinking and Problem Solving) mencakup kemampuan
mengakses, menganalisis, mensistematis informasi yang dapat dibelajarkan,
dilatihkan dan dikuasai mensitesis informasi yang dapat dibelajarkan, dilatikan
dan dikuasai Redecker (dalam Zubaidah 2016) . Keterampilan berpikir kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
juga menggambarkan keterampilan lainnya seperti keterampilan komunikasi
dan informasi, serta kemampuan untuk memeriksa, menganalisis, menafsirkan
dan mengevaluasi bukti. Sedangkan kemampuan menyelesaikan masalah
mencangkup keterampilan lain seperti identifikasi dan kemampuan mencari,
memilih, mengevaluasi, mengorganisir, dan mempertimbangkan berbagai
alternatif dan menafsirkan informasi. Kolaborasi (Collaborative) kemampuan
berkolaborasi dapat dikembangkan melalui pengalaman yang ada di sekolah,
antar sekolah dan di luar sekolah (P21, 2007a). Komunikasi (Communication)
Kemampuan komunikasi mencangkup keterampilan menyampaikan pemikiran
dengan jelas dan persuasive secara oral maupun tertulis, kemampuan
menyampaikan opini dengan kalimat yang jelas, menyampaikan perintah
dengan jelas dan dapat memotivasi orang lain melalui kemampuan berbicara.
Kreativitas (Creativity) adalah kemampuan untuk mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada orang lain.
Kreativitas dan inovasi akan semakin berkembang jika siswa memiliki
kesempatan untuk berpikir devergen. Siswa harus dipicu untuk berpikir diluar
kebiasaan yang ada, melibatkan cara berpikir baru, memperoleh kesempatan
untuk menyampaikan ide-ide dan solusi baru, mengajukan pertanyaan yang
tidak lazim, dan mencoba mengajukan jawaban ( dalam Zubaidah, 2016;3-4).
Berdasarkan cara pandang dari 4C dapat dilihat bahwa seluruh konsep
yang terdapat di dalamnya sangat penting bagi perkembangan cara berpikir
siswa mulai dari taap berpikir tingkat rendah hingga mencapai tahap berpikir
tingkat tinggi. Karena pada dasarnya keterampilan berpikir tingkat tinggi akan
semakin diperlukan guna untuk membentuk generasi yang lebih kreatif dan
dapat berpikir kritis mengenai keadaan di lingkungan sekitar. Setiap siswa
harus mampu menganalisis semua informasi yang di dapatkan sehingga
informasi tersebut dapat dipertanggung jawabkan ketika disampaikan kepada
orang lain.
Berpikir tingkat tinggi adalah (1) berpikir tingkat tinggi berada pada
bagian atas taksonomi kognitif bloom, (2) tujuan pengajaran dibalik tksonomi
kognitif yang dapat membekali peserta didik untuk melakukan transfer
pengetahuan, (3) mampu berpikir artinya peserta didik mampu menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pengetahuan dan keterampilan yang mereka kembangkan selama belajar pada
konteks yang baru. Dalam hal ini yang dimaksud ”baru” adalah aplikasi konsep
yang belum terpikirkan sebelumnya oleh peserta didik, namun konsep tersebut
sudah diajarkan, ini berarti belum tentu suatu yang universal baru. Berpikir
tingkat tinggi berarti kemampuan peserta didik untuk mengubungkan
pembelajaran dengan hal-hal lain yang belum pernah diajarkan. Brookart
(2010, p.5).
Menurut Gunawan (dalam Novirin, 2014) mengatakan bahwa berpikir
tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dalam implikasi baru. Sedangkan menurut Heong dkk (dalam
Novianti, 2014:4) Kemampuan berpikir tingkat tinggi di definisikan sebagai
pengggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk
menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi
informasi untuk menjangkau kemaungkinan jawaban dalam situasi yang baru
(Wiwin, 2018;45).
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli yang telah disebutkan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan
keterampilan yang bukan hanya sebatas mengafal namun siswa harus memiliki
kemampuan kognitif lainnya seperti menyimpulkan dan memanipulasi
informasi yang didapatkan untuk disapaikan kepada orang lain namun dapat
dipertanggung jawabkan. Selain itu berpikir tingkat tinggi juga merupakan
keterampilan yang sangat dibutukan untuk membantu siswa berpikir kritis dan
kreatif.
b. High Order Thinking Skill
1. Pengertian High Order Thinking Skill
High Order Tinking Skill merupakan suatu proses berpikir anak didik
dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode
Problem Solving Krulik dan Rudnick (1998), taksonomi Bloom (1956), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian dari Anderson dan
Kratwohl (2001) (Saputra, 2016:91)
Characteristics of higher-order tinking skills: higher-order thinking skills
encompass both chritical thinking and creative thinking. Artinya, karakteristik
keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis dan berpikir
kreatif. Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang
sangat mendasar karena keduannya dapat mendorong seseorang untuk
senentiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta
mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru
yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya Coklin (dalam Budiman,
2014;141).
HOTS (High Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi
informasi yang ada dengan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan
mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa
menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensitesis, melakukan hipotesis
dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan.
Selanjutnya Rosnawati (2013:3) menjelaskan kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru diterima
dengan informasi yang sudah tersimpan dalam ingatannya kemudian
menghubung-hubungkannya dan atau menata ulang serta mengembangkan
informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan ataupun suatu penyelesaian
dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan (Lailly, 2015;28).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang disebutkan di atas
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
yang dimiliki siswa bukan hanya sebatas kemampuan menghafal melainkan
mencapai pada kemampuan kognitif yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2. Indikator Pengukur Higher Order Thinking Skills Menurut Revisi
Taksonomi Bloom
Menurut Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy : an
overview – Theory Into Practice menyatakan bahwa indikator untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi
Gambar 2.1 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom
(1) Menganalisis (Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan
dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganasilis
merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut
siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan
terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali
cenderung lebih penting dari pada dimensi proses kognitif yang lain
seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian
besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan
pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut
(attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut
akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi
asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan.
Mengorganisasikan menunjukan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan
memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan
koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama
yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang
paling penting dan relevan dengan permasalahan kemudian melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah
diberikan.
(2) Mengevaluasi (Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi. Kriteria
atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini
dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri
oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses
kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang
dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada
standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria
yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang
digunakan maka yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang
tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika
dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan
sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan
standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.
Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari
suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
(3) Mencipta (Create)
Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang
berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan
pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun
menciptakan mengarahkan pada proses berpikir kreatif namun tidak
secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan
menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan
menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenali sebelumnya, sedangkan
pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan suatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis
yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir
divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang
diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan
yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakologis
(Gunawan&Palupi, 2015;105-108).
3. Konseptual HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Menurut Saputra ( Dinni, 2018) Tujuan utama dari HOTS adalah
bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir anak didik pada level yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
lebih tinggi, terutama yang berkaitan kemampuan untuk berpikir secara
kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam
memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki
serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks. Konsep
HOTS ini dikembangkan dari metode problem solving Krulik dan
Rudnick, taksonomi kognitif Bloom, dan revisi taksonomi Bloom oleh
Anderson dan Krathwohl.
Apa yang dimaksud dengan Problem Solving sendiri adalah sebuah
proses di mana seseorang menggunakan berbagai informasi dan
pengetahuan yang dimilikinya untuk kemudian diolah dalam satu situasi
yang belum dialami sebelumnya atau untuk menyelesaikan persoalan yang
baru dan berbeda.
Mengutip Krulik dan Rudnick (1998:3):
Promblem solving is process. It is the means by which an individual
uses previously acquired knowledge, skills, understanding to satisfy the
demands of an unfamiliar situation. The process begins with the inital
confrontation and concludes when an answer has been obtained and
consideres with regard to the initial conditions. Thr student must
synthesize what he or she has learned, and apply it to the new and
different situation.
Pola pemecahan masalah (Problem solving) tersebut dijabarkan oleh
Krulik dan Rudnick (1998:19-27) dalam langkah-langkah berikut yang
bisa diajarkan pada anak didik dalam pembelajaran, yaitu:
a. Read (baca); membaca persoalan ini membuat tindakan-tindakan seperti
memperjelas situasi dan membayangkan tindakan yang akan dilakukan,
menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri, memahami apa yang
ditanyakan dan menjadi persoalan, memahami kunci persoalan dan
informasi yang berkaitan dengannya.
b. Explore (kembangkan); yakni tindakan menata informasi dan
menganalisis serta membuat sintesa atau informasi yang terkandung
dalam masalah yang sudah dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Select a strategy (memilih strategi); yakni mengenali pola, membuat
perkiraan berdasarkan informasi dan melakukan uji coba penyelesaian,
mereduksi masalah dan berlatih memecahkannya, merumuskan logika
secara deduktif, serta membagi dan menguasai masalah berdasarkan
strategi yang sudah dipilih dan diuji pada masalah yang lebih sempit.
d. Solve (pemecahan); yakni menyelesaikan masalah berdasarkan analisis
data informasi yang sudah dilakukan dan strategi yang sudah ditetapkan.
Langkah ini juga bisa memuat penggunaan matematika atau perhitungan
seperti keterampilan komputasional, geometri, serta logika dasar.
e. Look back and extend (memeriksa kembali dan meluaskan); perlu
diingat bahwa suatu jawaban bukanlah sebuah solusi (the answer is not
the solution. Soluasi adalah sebuah proses di mana suatu jawaban
didapatkan. Kerena itu, jawaban tersebut harus diperiksa kembali untuk
kemudian dikembangkan pada kasus yang serupa dalam skala yang lebih
besar atau konteks yang berbeda. Langkah-langkah pemecahan masalah
di atas merupakan gambaran bagaimana guru mengajarkan pada anak
didik untuk berpikir secara kritis dan kreatif (critical and creative
thinking)sebagai lanjutan atas pemahaman terhadap materi pelajaran
(informasi dan pengetahuan) baik ysng bersifat recall (pengulangan)
atau basic (mendasar atau kemampuan memahami dan mengaplikasikan
pengetahuan).
c. Low Order Thinking Skill
1. Pengertian Low Order Thinking Skill
Kemampuan berpikir tingkat renda (LOTS) didefinisikan sebagai
kemampuan dalam mnegetahui dan mengingat sesuatu konsep dasar Zoller
(dalam Sutrisno dkk, 2018). LOTS (Low Order Tinking Skill) adalah
keterampilan berpikir yang hanya menuntut seseorang untuk mengingat,
memaami, dan mengaplikasikan sesuatu rumus atau hukum Thomas & Thome
(dalam Gunawan, 2008).
Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 2010) mengungkapkan bahwa
kemampuan berpikir rendah umumnya hanya difokuskan pada kemampuan
mengingat informasi, mengumpulkan informasi, menjelaskan ulang informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dengan kata-kata sendiri (Susanti, 2014). Berdasarkan pengertian beberapa ahli
yang sudah disebutkan di atas penulis menyimpulkan bahwa kemampuan
berpikir tingkat rendah merupakan kemampuan berpikir yang hanya melibatkan
kemampuan mengingat, mengumpulkan,dan mengulang informasi yang sudah
didapatkan.
2. Indikator Low Order Thinking Skill
Gambar 2.2 Piramida Tingkatan Taksonomi Bloom
Berdasarkan revisi taksonomi Bloom yang termasuk dalam kategori
kemampuan berpikir tingkat rendah atau Low Order Tinking Skill adalah pada
tingkatan mengingat (Remembering), memahami (Understanding), dan
menerapkan (applying). Berikut ini merupakan uraian mengenai kategori Low
Order Thinking Skill:
(1) Mengingat (Remember)
Mengingat merupakan usaha untuk mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang
baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat
merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masala (problem
solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
permasalahan yauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Menggali berkaitan
dengan mengetetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan
hal-hal yang konret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia,
sedangkan memangil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang
membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.
(2) Memahami (Understand)
Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami atau mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan
akan muncul ketika seorang siswa berusaha menggali pengetahuan yang
merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertuntu.
Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang
spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan
dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi.
Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu
persatu ciri-ciri dari obyek yang dibandingkan.
(3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing).
Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam
menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa
sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan
pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak
mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan
menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih
asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu
mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru
menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
Mengimplementasikan berkatan erat dengan dimensi proses kognitif
yang lain yaitu mngerti dan menciptakan.
Menerapkan merupakan proses kontinu, dimulai dari siswa
menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar
yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa
benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah,
kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru
yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan
baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tetap untuk
menyelasaikan permasalahan (Gunawan&Palupi, 2015;105-108).
d. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut pandangan Sani (dalam Prastowo, 2015) Kurikulum 2013 ini
merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan untuk menghasilkan lulusan
yang kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Abdul Madjid (dalam Prastowo, 2015)
Pengembangan Kurikulum 2013 adalah bagian dari strategi meningkatkan
capaian pendidikan. Kurikulum menurut undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Morelent & Syofiani, 2015). Berdasarkan beberapa pendapat ahli
yang sudah di sebutkan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kurikulum
2013 adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan untuk mengupayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
peningkatan mutu dalam pendidikan guna untuk membentuk lulusan yang
kreatif dan mampu mengadapi perkembangan dimasa yang akan datang.
2. Kerangka Dasar Kurikulum 2013
Kerangka dasar kurikulum berisi landasan filosofis, psikopedagogis dan
yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kerangka dasar kurikulum
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum pada tingkat
nasional sebagai acuan dalam pengembangan struktur kurikulum pada tingkat
nasional sebagai acuan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah, dan
sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
1. Landasan Filosofis
a. Filosofis pendidikan berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan
peserta didik, dan masyarakat.
b. Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
2. Landasan Psikopedagogis
a. Relevansi
b. Kurikulum berbasis kompetensi
c. Proses pembelajaran yang berisi aktivitas belajar, output, dan outcomes.
d. Penilaian yang autentik (input, proses, dan output) dan sesuai dengan 3
ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
3. Landasan Yuridis
a. Undang-undang Disdiknas, PP32, dan Permendikbud.
b. RPJMN 2010-2014 Sektor pendidikan tentang perubahan metodelogi
pembelajaran dan penataan kurikulum.
c. Inpres No 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas
Pembangunan Nasional: penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk
daya saing karakter bangsa.
e. Komponen dalam kurikulum 2013
a. Standar isi (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Salah satu komponen penting yang terdapat dalam kurikulum 2013 adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uno (dalam Prastowo, 2015)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengungkapkan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan
untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi, sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan hyang telah ditetapkan. Sementara itu,
pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan
materi pembelajaran, melainkan juga sebagai proses mengatur lingkungan
supaya siswa belajar. Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar siswa
dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksud untuk membentuk
watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa. Dengan kata
lain, dari kedua makna kata perencanaan maupun makna kata pembelajaran,
maka dapat kita pahami bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu cara
yang memuaskan disertai dengan langkah-langkah antisipatif untuk membuat
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat membentuk watak,
peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa.
Sementara menurut Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 20 dijelaskan, bahwa ”Perencanaan pembelajaran
adalah penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap muatan
pembelajaran” (Prastowo,2015)
2. Komponen RPP
Menurut Permendikbud RI No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dan
Permendikbud RI No. 81a Tahun 2013 komponen yang terdapat dalam RPP
yakni sebagai berikut:
a. Identitas RPP
Identitas RPP ini menyajikan tentang data informasi nama sekolah,
Tema/Subtema, Kelas/Semester, materi pokok, dan alokasi waktu.
b. Kompetensi inti
Kompetensi inti merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetauan, dan keterampilan yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
Sedangkan indikator, merupakan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat
dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat
operasional yang ditargetkan /dicapai dalam RPP.
e. Materi Pembelajaran
Merupakan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran .
f. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan
strategi pembelajaran
g. Alat dan Sumber Pembelajaran
Media pembelajaran berupa alat yang digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran.
h. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.
i. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian
suatu kompetensi dasar pembelajaran.
j. Penilaian
Penilaian pencapaian KD dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes.
k. Pengesahan
Pada bagian pengesahan menyajikan tanda tangan dari pihak yang
bertanggung jawab terhadap penyusunan RPP.
b. Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
1. Pradikma proses dalam pembelajaran abad ke-21
Dengan berjalannya waktu perkembangan jaman semakin luas dan sumber
daya manusia yang berkualitas akan semakin diperlukan. Untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
generasi yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi pemerintah harus
sealalu memperbaiki sistem pendidikan. Seperti pada kehidupan di abad ke-21
yang menuntut siswa untuk memiliki berbagai macam keterampilan. Oleh
sebab itu pendidik harus mampu menyiapkan siswa agar mengusai berbagai
keterampilan tersebut dan mampu bersaing di era globalisasi ini.
Nichols (dalam Zubaidah, 2016) menyederhanakan prinsip pembelajaran
dalam abad ke-21 menjadi empat hal berikut ini
1. Intruction Should be student-centered
Pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan yang berpusat kepada
siswa. Siswa sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan
minat dan potensinya. Siswa tidak dituntut untuk menghafal materi
pembelajaran yang diberikan guru, tetapi mengkontruksi pengetahuan dan
keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa harus diajarkan untuk berkolaborasi dengan orang lain, yang
berbeda latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Siswa perlu didorong
untuk bisa berkolaborasi dengan teman di kelasnya dalam menggali informasi
dan membangun makna, menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran menyesuaikan diri di tempat mereka.
3. Learning should have context
Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa
karena pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak diberi dampak
terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
4. Schools should be integrated with society
Sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya, dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga yang
bertanggung jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 2.3 Empat prinsip pembelajaran abad ke-21
2. Standar Proses Pembelajaran
Standar proses merupakan salah satu dari 8 bagian Standar Nasional
Pendidikan yang menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tantang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus
dikembangkan yaitu standar proses. Standar proses adalah Standar Nasional
Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan.
Standar proses sendiri berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses berlaku pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah untuk jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem
kredit semester.
Beberapa aspek yang menjadi bagian dari standar proses yaitu
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian
hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran guna untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efesien. Berikut ini
merupakan penjelasan dari isi standar proses :
a. Perencanaan Proses Pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Perancanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang dapat
digunakan untuk mendorong guru agar lebih siap dalam melakukan kegiatan
pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
b. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran adalah implementasi dari RPP.
Pelaksanaan proses pembelajaran sendiri terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
c. Penilaian Hasil Pembelajaran
Peniliaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran guna untuk mengukur tingkat pencapaian pada peserta didik dan
digunakan untuk bahan penyusunan laporan hasil belajar serta memperbaiki
proses kegiatan pembelajaran. Penilaian yang dilakukan harus konsisten,
sistematik, dan terprogram baik menggunakan tes maupun non tes. Penilaian
yang digunakan harus berdasarkan pada standar penilaian pendidikan dan
panduan penilaian kelompok mata pelajaran.
d. Pengawasan Prosen Pembelajaran
Terdapat beberapa langkah dalam pengawasan proses pembelajaran yaitu:
1) Pemantuan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan dengan
cara diskusi kelompok terfokus,pengamatan, pencatatan, perekaman,
wawancara dan dokumentasi.
2) Supervisi
Supervisi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Supervisi
pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultsi. Kegiatan ini dilakukan oleh kepala dan pengawas
satuan pendidikan.
3) Evaluasi
Evaluasi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan untuk
menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap
perencanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara membandingkan proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses kemudian
diidentifikasi dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensei guru.
Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru
dalam proses pembelajaran.
4) Pelaporan
Pelaporan merupakan hasil kegiatan pemantauan, supervise, dan evaluasi
proses pemeblejaran dilaporkan pada pemangku kepentingan.
5) Tindak Lanjut
Proses tindak lanjut merupakan penguatan dan penghargaan diberikan
kepada guru yang telah memenuhi standar. Serta teguran yang mendidik
diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar kemudian guru akan
diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.
c. Standar Penilaian ( Pelaksanaan Penilaian Kelas )
1. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Wijaya, 2019).
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga
menjadi informasi bermakna dalam pengambilan keputusan (Wijayani, 2006).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan kegiatan untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang
dilakukan melalui proses pembelajaran.
2. Pendekatan Penilaian
Berdasarkan panduan penilaian yang diterbitkan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, penilaian dalam kurikulum 2013 bukan sebatas
mengukur hasil belajar peserta didik. Penilaian seharusnya mampu
meningkatkan kopetensi peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh krena
itu, penilaian dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu :
1. Penilaian atas pembelajaran (assessment of learning) adalah penilaian yang
dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Penilaian ini digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mengukur capaian peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Yang
termasuk dalam assessment of learning yaitu Penilaian Tengah Semester
(PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), Ujian
Sekolah Berstandar Naional (UNBK), serta Ujian Nasional (UN).
2. Penilauan untuk pembelajaran (assessment for learning) dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Assessment of learning dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Penilaian sebagai pembelajaran (Assesment as learning) merupakan penilaian
yang juga dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian ini
melibatkan peserta didik aktif dalam kegiatan penilaian. Adapun yang
termasuk dalam assessment as learning yaitu penilaian diri dan penilaian antar
teman. Pada penilaian ini, peserta didik diberi kesempatan untuk menilai
dirinya sendiri sekaligus menilai temannya secara jujur.
3. Prinsip Penilaian
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2016 adapun prinsip-prinsip dalam penilaian sebagai berikut :
1. Sahih (Valid)
Penilaian hasil belajar didasarkan pada data yang mencerminkan
kompetensi yang dapat diukur.
2. Objektif
Penilaian hasil belajar didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas
serta tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilaian.
3. Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
dengan kebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku budaya,
adat istiadat, status sosial ekonimi, dan gender.
4. Terpadu
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka
Prosedur, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
6. Menyeluruh dan Berkeseimbangan
Penilaian hasil belajar mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk mamantau dan
menilai perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis
Penilaian hasil belajar dilakukan secara terencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah buku.
8. Memiliki Acuan Kriteria
Penilaian hasil belajar didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan.
9. Akuntabel
Penilaian hasil belajar dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya. (Wijayani, 2006)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini merupakan penelitian yang releven terkait dengan
penelitian ini:
1. Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas
V SD (Rofiyah ,2015)
Dalam penelitian ini penulis menuliskan permasalahan yang terjadi
di sekolah yaitu Munculnya sikap kebencian terhadap pelajaran
matematika di Sekolah Dasar, karena matematika dianggap sebagai
ilmu yang membosankan yang hanya merupakan kumpulan angka-
angka dan rumus yang tidak diterapkan dalam kehidupan sehari –hari.
Kemudian peneliti menggunakan Jenis Penelitian penelitian
pengembangan, untuk subejknya sendiri yang digunakan peneliti
adalah siswa kelas V SDN JEMBER. Hasil dari penelitian ini adalah
Penelitian ini menggunakan pengembangan model 4D yang
dikembangkan oleh Thiagarajan.
2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Treffinger (Annuuru, Johan, Ali,2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang
muncul disekolah yaitu peserta didik belum diajarkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, melainkan sebatas kemampuan tingkat rendah
saja yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.
Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta tidak diajarkan secara
intensif. Kondisi ini juga berlaku pada SD yang belum mengajarkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi secara intensif. Peserta didik
kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan pendidik dan
kesulitan dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi
tersebut. Peserta didik belum terampil dalam mengontruksi
pengetahuan mereka sendiri dan hanya menunggu materi yang
disampaikan pendidik tanpa menemukan sendiri konsep pembelajaran.
Kemudian untuk penelitian ini peneliti menggunakan penelitian
kualitatif.
3. Penerapan model problem solving dalam meningkatkan kemampuan
hot (higher order thinking) siswa sdn banyu landas (Uyaniv,2016)
Dalam penelitian ini peneliti menuliskan permasalahan yang
muncul di sekolah yaitu Pelajaran yang diajarkan di kelas VI adalah
pelajaran yang pernah diterima siswa sejak kelas I hingga kelas v,
maka di kelas VI siswa hanya perlu mempertajam dan meningkatkan
pemahaman konsep saja. Kenyataannya di SDN Banyu Landas, kurang
berhasilnya kegiatan pembelajaran terutama di kelas III, IV dan V
menyebabkan siswa di kelas VI terkesan harus mempelajari segala
sesuatu dari dasar mulai dari awal lagi. Fenomena ini terjadi karena
saat duduk di kelas III, IV dan V si
top related