AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGATeprints.unram.ac.id/8219/1/JURNAL .pdfFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI ... Jonggat. Metode
Post on 25-Apr-2019
231 Views
Preview:
Transcript
1
AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGAT
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pregram Strata
Satu (S-1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
oleh
Nurul Waki’ah
E1C014047
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
2018
2
3
AFIKS VERBA BAHASA SASAK ISOLEK PERINA DI JONGGAT
Nurul Waki‟ah, Dr. H. Muhammad Sukri, M. Hum, Drs. Kaharuddin, M. Hum
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI
FAKULTAL KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang afiks verba bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk afiks pembentuk verba,
kategori kata dasar yang melekat pada afiks pembentuk verba, serta proses
morfofonemik yang terjadi pada pembentukan verba bahasa Sasak isolek Perina di
Jonggat. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
simak, cakap, dan introspeksi.metode yang digunakan untuk menganalisis data
adalah metode padan intralingual dan distribusional. Hasil dari penelitian ini yaitu:
Bahasa Sasak isolek Perina memiliki delapan wujud afiks pembentuk verba, yakni
prefiks {pe-} dengan alomorf {pe-, peñ-, dan pe-}, prefiks {be-} dengan alomorf
{be-, ber-, dan bel-}, prefiks {-} dengan alomorf {-, n-, ñ-, dan m-}, prefiks {te-
}, sufiks {-an}, konfiks {pe-an}, konfiks {be-an} dengan alomorf {be-an dan ber-
an}, dan kombinasi afiks {te- dan pe-}. Adapun kata dasar yang melekat pada afiks
pembentuk verba bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat ini ada empat kategori,
yakni kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektifva), dan numeralia.
Pada bahasa Sasak isolek Perina di Jonggat ini mengalami proses morfofonemik
berupa penambahan, perubahan dan pelesapan fonem.
Kata kunci : bentuk, afiks, verba,isolek
4
VERBAL AFFIX OF SASAK ISOLEK PERINA LANGUAGE AT JONGGAT
ABSTRACT
This study examines verbal affix in sasak isolek perina language in Jonggat. This
study aimed to describe the form of affix which forms verbal, the basic category
attached in affix which forms the verbal, as well as the process of morphophonemic
which occur in affix formation of sasak isolek perina language. The methods in
collecting the data are comprehending, speaking, and introspecting. In analyzing the
data, intralingua equivalent and distributional technique are used. and the result of
the study shows that sasak isolek perina language have eight form of affixes in verbs
formation, those are prefix {pe-} with the allomorphs {pe-, peñ-, and pe-}, prefix
{be-} with the allomorphs {be-, ber-, and bel-}, prefix {-}with the allomorphs {-, n-, ñ-, and m-}, prefix {te-}, suffix {-an}, Confix {pe-an}, Confix {be-an} with the
allomorphs {be-an and ber-an}, and affix combination {te- and pe-}. As the stem
that is attached in verbal affixes formation in sasak islek perina language it is
divided into four categories those are noun (nominal) verb (verbal), adjective
(adjectival) and numeral. In sasak isolek perina language there is morphophonemic
process occurs in phoneme such as affixation, alteration, and extrication.
Keyword: form, affix, verbal, isolek
5
A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi atau menyampaikan
pesan kepada pendengar atau lawan
bicara. Sebagai alat komunikasi,
bahasa selalu dilukiskan dalam
sistem lambang yang arbitrer yang
dipergunakan suatu masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri (Sukri dan
Rusdiawan, 2008:109).
Selain sebagai alat
komunikasi, bahasa termasuk
bahasa-bahasa daerah beserta dialek-
dialeknya, juga merupakan bagian
atau aspek-aspek budaya daerah
yang turut memberikan kontribusi
bagi pembinaan dan pengetahuan
budaya nasional dan budaya daerah
itu sendiri.
Bahasa Sasak merupakan
salah satu bahasa daerah yang ada di
wilayah Nusantara tepatnya berada
di pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Bahasa tersebut dipakai dan
didukung oleh para penuturnya
dalam berbagai bentuk kegiatan
berkomunikasi seperti komunikasi
pada media massa lokal dan televisi
lokal yang ada di Lombok.
Selain itu, bahasa Sasak
dibina dan dikembangkan dalam
bentuk penelitian yang dilakukan
oleh para ahli bahasa dan para
mahasiswa dalam berbagai aspek
kebahasaannya. Penelitian yang
dimaksud mencakup struktur bahasa
(fonologi, morfologi, sintaksis dan
semantik); serta bahasa dalam
kaitannya dengan sosial
(sosiolinguistik).
Salah satu aspek bahasa
Sasak yang belum diteliti secara
mengkhusus adalah aspek morfologi
verba bahasa Sasak isolek Perina di
kecamatan Jonggat. Bahasa Sasak
isolek Perina Kecamatan Jonggat ini
merupakan bahasa ibu penulis. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini
penulis akan meneliti aspek tersebut,
yaitu afiks verba bahasa Sasak isolek
Perina di Jonggat.
Dalam penelitian ini, hal-hal
yang dikaji di dalamnya dibatasi
pada pembentukan verba bahasa
Sasask isolek Perina melalui proses
afiksasi. Hal ini bertujuan demi
ketuntasan pembahasan. Pembatasan
ini juga dimaksudkan agar
penelititan ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti bagi
6
perkembangan ilmu linguistik,
khususnya morfologi bahasa Sasak.
Berdasarkan pemaparan latar
belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut. Bagaimanakah
bentuk afiks pembentuk verba
bahasa Sasak isolek Perina di
Jonggat? Bagaimanakah kategori
kata dasar yang dilekati afiks verba
bahasa Sasak isolek Perina di
Jonggat?, dan bagaimanakah proses
morfofonemik yang terjadi dalam
pembentukan verba bahasa Sasak
isolek Perina di Jonggat?.
Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut. Mendeskripsikan bentuk
afiks pembentuk verba bahasa Sasak
isolek Perina di Jonggat,
mendeskripsikan kategori kata dasar
yang dilekati afiks verba bahasa
Sasak isolek Perina di Jonggat,
mendeskripsikan proses
morfofonemik yang terjadi pada
pembentukan verba bahasa Sasak
isolek Perina di Jonggat. Manfaat
teoretis dari penelitian ini adalah
sebagai tambahan perbendaharaan
literatur kebahasaan mengenai
pembentukan verba khususnya
morfologi, sebagai gambaran bagi
pembaca mengenai pembentukan
verba bahasa Sasak, dan sebagai
bahan perbandingan bagi peneliti
selanjutnya yang akan
mengembangkan penelitian
mengenai afiks verba khususnya
bahasa Sasak. Sedangakan manfaat
praktis dari penelitian ini adalah
Sebagai bahan penunjang pengajaran
bahasa yang akan menimbulkan
minat untuk mempelajari bahasa
daerah terutama pada bahasa Sasak.
Sebagai pembanding antara bahasa
daerah Sasak dengan bahasa daerah
lainnya yang ada di Nusantara, dan
Sebagai khazanah ilmu pengetahuan
muatan lokal di sekolah.
B. LANDASAN TEORI
Penelitian ini membahas tentang
afiks pembentuk verba. Oleh karena
itu, pada bagian ini akan diuraikan
tentang konsep afiks, konsep
kategori kata, dan konsep
morfofonemik. Berikut ketiga hal
tersebut akan diuraikan satu persatu.
Sebelum diuraikan ketiga konsep itu,
akan disinggung tentang konsep
morfologi karena studi ini termasuk
ke dalam bagian morfologi.
7
Ramlan(2009:21) mengemukakan
bahwa morfologi ialah bagian dari
ilmu bahasa yang membicarakan
atau yang mempelajari seluk beluk
bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata atau
dengan kata lain, bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata
serta fungsi perubahan-perubahan
bentuk kata itu baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
1. Afiks
Ramlan (2009:55)
menambahkan bahwa afiks ialah
satuan gramatik terikat yang di
dalam suatu kata merupakan unsur
yang bukan kata dan bukan pokok
kata, yang memiliki kesanggupan
melekat pada satuan-satuan lain
untuk membentuk kata atau pokok
kata baru. Misalnya kata minuman.
Kata ini terdiri dari dua unsur ialah
minum yang merupakan kata dan –an
yang merupakan satuan terikat.
Maka, morfem –an diduga
merupakan afiks. Setiap afiks berupa
satuan terikat, artinya dalam tuturan
biasa tidak dapat berdiri sendiri, dan
secara gramatikal selalu melekat di
depan bentuk dasar yang terletak di
jalur tengah disebut infiks karena
selalu melekat di tengah bentuk
dasar, dan yang terletak dibelakang
disebut sufiks karena selalu melekat
di belakang bentuk dasar.
Ciri-ciri afiks adalah, Afiks
merupakan unsur langsung, afiks
memiliki kesanggupan melekat pada
bentuk-bentuk lain, Afiks merupakan
bentuk terikat, afiks tidak sama
kedudukannya dengan klitik, afiks
tidak memiliki leksis. Jenis afiks
yaitu, Prefiks (awalan), yaitu afiks
yang diletakkan di depan bentuk
dasar, contohnya: {meŋ-},{ ber}-,{
ter-}, {pə-},{ pər}-, dan{ sə-}, infiks
(sisipan) yaitu afiks yang diletakkan
pada bentuk dasar, contohnya: {-el-},
{-ər-}, {-əm-}, dan {–in}-, sufiks
(akhiran) yaitu afiks yang diletakkan
di belakang bentuk dasar, contohnya:
{-an}, {-kan}, {-i}, simulfiks, yaitu
afiks yang dimanifestasikan dengan
ciri segmental yang yang dileburkan
pada bentuk dasar. Dalam bahasa
Indonesia, simulfiks
dimanifestasikan dengan nasalisasi
dari fonem pertama suatu bentuk
dasar, dan fungsinya ialah
membentuk verba atau memverbakan
nomina, adjektifa, atau kelas kata
8
lain. Contoh berikut dalam bahasa
Indonesia nonstandar: kopi menjadi
ngopi dan soto menjadi nyoto,
Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari
dua unsur, yaitu di depan dan di
belakang, contoh konfiks {ke-an},
kepandaian, keramaian. Afiksasi
adalah proses pembentukan kata
dengan membubuhkkan bubuhan
yang disebut afiks.
2. Verba kompleks
Verba adalah kelas kata yang
menunjukkan suatu tindakan atau
perbuatan atau keadaan, sedangkan
kata kompleks adalah adalah satuan
yang terdiri dari satuan-satuan yang
lebih kecil lagi. Jadi, verba kompleks
adalah verba yang terdiri atas dua
unsur atau lebih.
Proses Morfofonemik adalah
ilmumempelajari perubahan-
perubahan fonem yang timbul
sebagai akibat pertemuan fonem
dengan morfem lain. proses ini
terjadi melalui proses perubahan
fonem, penambahan fonem,
pelesapan fonem, dan penghilangan
fonem.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif, yaitu
pendekatan yang digunakan untuk
memaparkan/mendeskripsikan
fenomena dan pembentukan verba
secara apa adanya dan berdasarkan
dengan fakta-fakta yang ada. Data
adalah sebuah informasi yang
dijadikan sebagai bahan analisis.
Data dalam penelitian ini adalah
berupa verba kompleks. Verba
kompleks yang dimaksud adalah
verba yang dibentuk dari dua unsur,
unsur yang dimaksud yaitu afiks dan
unsur kata dasar yang berupa verba,
nomina, adjektifa, dan numeralia.
Adapun sampel dalam penelitian ini
adalah 2 orang informan utama dan
beberapa orang sebagai informan
tambahan yang memenuhi kriteria.
Adapun tiga metode pengumpulan
data yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu metode simak
beserta tekniknya (libat cakap dan
catat), metode wawancara disertai
tekniknya(pancing, catat, rekam),
dan metode intospeksi. Metode
penganalisissan data yang dipakai
adalah metode padan intralingual
dengan teknik hubung banding
menyamakan dan metode
distribusional dengan teknik urai
9
unsur terkecil. Hasil penganalisisan
data disajikan secara formal dan
informal (Mahsun, 2014: 279).
Secara formal data sisajikan
menggunakan tanda-tanda atau
lambang. Sedangkan secara informal,
data disajikan menggunakan kata-
kata biasa.
D. PEMBAHASAN
Bahasa Sasak isolek Perina
memiliki delapan wujud afiks
pembentuk verba, yakni prefiks {pe-
} dengan alomorf {pe-, peñ-, dan
pe-}, prefiks {be-} dengan alomorf
{be-, ber-, dan bel-}, prefiks {-}
dengan alomorf {-, n-, ñ-, dan m-},
prefiks {te-}, sufiks {-an}, konfiks
{pe-an}, konfiks {be-an} dengan
alomorf {be-an dan ber-an}, dan
kombinasi afiks {te- dan pe-}.
A. Bentuk Afiks Pembentuk
verba
1. Prefiks {pe-}
Alomorf {pə-}
Prefiks {pə-} akan tetap
berbentuk {pə-} apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal /s,
k, p, dan m/. berikut contoh data
hasil bentukan alomorf {pə-}.
(1) {pə-} + /sɔŋko?/‟topi‟
/pesongkoq/ [pəsɔŋko?]
„memakaikan topi‟
(2) {pə-} + /kandɔ?/ ‟lauk‟
/pekandoq/ [pəkandɔ?]
„memberi lauk nasi‟
(3) {pə-} + /sɔgɔl/‟keluar‟
/pesogol/ [pəsɔgɔl]
„mengeluarkan‟
(4) {pə-} + /pirik/ „hindari‟
/pepirik/ [pəpirik]
„menghindari‟
(5) {pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟
/pesopoq/ [pəsɔpɔ?] „menjadi
nyatu‟
(6) {pə-} + /sɔlah/‟cantik‟
/pesolah/ [pəsɔlah] „menjadi
indah‟
(7) {pə-} + /məlt/‟suka‟
/pemelet/ [pəməlt]„tawaran
basa basi
(8) {pə-} + /sakit/‟sakit‟
/pesakit/ [pəsakit] „memaksa‟
Berdasarkan data yang telah
dipaparkan, dapat dilihat bahwa
prefiks {pə-} pembentuk verba di
atas merupakan bentuk terikat dan
tidak bisa disisipkan dengan bentuk
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik. Bukti bahwa {pə-} termasuk
10
afiks verba bahasa Sasak isolek
Perina adalah prefiks {pe-} mampu
melekat pada banyak kata dasar.
Kata dasar songkoq dan kandoq
adalah kata dasar berupa nomina,
namun dilekatkan dengan afiks {pe-}
menjadi pesongkoq dan pekandoq
sehingga berubah bentuk menjadi
verba karena bisa didahului dengan
leksem endeq .
Alomorf {peñ-}
Prefiks {pə-} akan berbentuk
{pəñ-} apabila melekat pada bentuk
dasar berfonem awal /s/. Berikut
contoh data hasil bentukan alomorf
{pəñ-}.
(9) {pəñ-} + /susu/‟susu‟
/penyusu/ [peñusu]
„menyusui‟
(10) {pəñ-} + /sumpa?/‟cacimaki‟
/penyumpaq/ [pəñumpa?]
„mencacimaki‟
Berdasarkan paparan data di
atas, pada prefiks {pe-} dengan
alomorf {pəñ-} yang membentuk
verba merupakan bentuk terikat yang
tidak dapat disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik.
Alomorf {pəŋ-}
Prefiks {pə-} akan berbentuk
{pəŋ-} apabila melekat pada bentuk
dasar berfonem awal /a, k, dan o /.
Kemudian prefiks {pə-} akan luluh
ketika bertemu dengan bentuk dasar
berfonem awal /k/. Berikut contoh
data hasil bentukan alomorf {pəŋ-}.
(11) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟
/penganak/ [pəŋanak] „suka
memeras‟
(12) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/pəngupi/ [pəŋupi] „suka
mengopi‟
(13) {pəŋ-} + /oloq/‟hina‟
/pengoloq/[pəŋolo?] „suka
menghina‟
Merujuk paparan data di atas,
prefiks {pe-} dengan alomorf {pəŋ-}
yang membentuk verba merupakan
bentuk terikat yang tidak dapat
disisipkan dengan unsur lain dan
juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik.
2. Prefiks {be-}
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai prefiks {bə-} yang melekat
pada bentuk dasar. Prefiks {bə-}
dalam bahasa sasak sama denga
prefiks {bər-} dalam bahasa
11
Indonesia. Prefiks {bə-} memiliki
alomorf yaitu {bə-}, {bər-}, {bəl}.
Berikut data hasil bentukan alomorf
tersebut.
Alomorf {bə-}
Prefiks {bə-} akan tetap
berbentuk {bə-} apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal /s,
b, dan k/. Berikut contoh data hasil
bentukan alomorf {bə-}.
(14) {bə-} + /sandəl/‟sendal‟
/besandel/ [bəsandəl]
„memakai sendal‟
(15) {bə-} + /suntik/‟suntik
/besuntik/ [bəsuntik]
„bersuntik‟
(16) {bə- } + /sambəl/‟sambel‟
/besambel/ [bəsambəl] „
menaruhkan sambel‟
(17) {bə-} + /boyaq/‟cari‟
/beboyaq/ [bəbɔya?]
„mencari‟
(18) {bə-} + /kedek/‟kecil‟
/bekedek/ [bəkədk]
„bermain‟
(19) {bə-} + /sɔpɔq/‟satu‟
/besopok/ [bəsɔpɔ?] „ bersatu/
menyatu‟
Mencermati data yang telah
dipaparkan, dapat dilihat bahwa
prefiks {bə-} pembentuk verba di
atas, merupakan bentuk terikat dan
tidak bisa disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik. Bukti bahwa {bə-} termasuk
afiks verba bahasa Sasak isolek
Perina adalah prefiks {be-} mampu
melekat pada banyak kata dasar.
Kata dasar sandel dan suntik adalah
kata dasar berupa nomina, namun
dilekatkan dengan afiks {be-}
menjadi besandel dan besuntuk
sehingga berubah bentuk menjadi
verba karena bisa didahului dengan
leksem endeq .
Alomorf {bər-}
Prefiks {bə-} akan berbentuk
{bər-} apabila melekat pada bentuk
dasar berfonem awal /e, j, o dan a/.
Berikut contoh data hasil bentukan
alomorf {bər-}.
(20) {bər-} + /əmas/‟emas‟
/beremas/ [bərəmas]
„memakai emas‟
(21) {bər-} + /jam/‟jam‟
/berjam/ [berjam] „ memakai
jam‟
(22) {bər-} + /oas/‟cuci‟
/beroas/ [bəroas] „mencuci‟
12
(23) {bər-} + /ajah/‟ajar‟
/berajah/ [bərajah] „belajar‟
Berdasarkan paparan data di
atas, pada prefiks {be-} dengan
alomorf {bər-} yang membentuk
verba merupakan bentuk terikat yang
tidak dapat disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik.
3. Prefiks {ŋ-}
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai prefiks {ŋ-} yang melekat
pada bentuk dasar. Prefiks {ŋ-}
dalam bahasa Sasak memiliki
padanan prefiks dalam bahasa
Indonesia {məŋ-}. Hal ini diketahui
melalui makna dari kata hasil
bentukan prefiks tersebut. Prefiks {ŋ-
] dalam bahasa sasak memiliki tiga
alomorf yaitu {ŋ-, n-, ñ-, dan m-}.
Berikut data hasil bentukan alomorf
tersebut.
Alomorf {ŋ-}
Prefiks {ŋ-} akan tetap
berbentuk {ŋ-} apabila melekat pada
bentuk dasar berfonem awal /k dan
o/. Berikut contoh data hasil
bentukan alomorf {ŋ-}.
(24) {ŋ-} + /karuŋ/ „karung‟
/ngarung/[ŋaruŋ]„memasukka
n barang ke dalam karung]
(25) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/ngupi/ [upi] „ meminum
kopi‟
(26) {ŋ-} + /ɔpɔ/‟angkat‟
/ngopong/ [opo]
„mengangkat barang‟
(27) {ŋ-} + /oloq/„hina‟
/ngoloq/ [olo?]‟ menhina‟
Berdasarkan data yang telah
dipaparkan di atas, dapat dilihat
bahwa prefiks {ŋ-} pembentuk verba
di atas, merupakan bentuk terikat dan
tidak bisa disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik. Bukti bahwa {-} termasuk
afiks verba bahasa Sasak isolek
Perina adalah prefiks {-} mampu
melekat pada banyak kata dasar.
Kata dasar karung dan kopi adalah
kata dasar berupa nomina, namun
dilekatkan dengan afiks {-}
menjadi ngarung dan ngupi sehingga
berubah bentuk menjadi verba
karena bisa didahului dengan leksem
endeq .
13
Alomorf {n-}
Pelekatan prefiks {-] pada
bentuk dasar berfonem awal /t/
menyebabkan peluluhan fonem,
yaitu peluluhan fonem /t/ dan
disenyawakan oleh fonem /n/. Oleh
sebab itu, prefiks [-] akan berubah
bentuk menjadi [n-] apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal /t/.
Di bawah ini contoh data bentukan
alomorf {n-}.
(28) {-} + tulis‟tulis‟
/nulis/ [nulis]‟menulis‟
(29) {-} + tamak‟masukkan‟
/namaq/ [nama?]
„memasukkan‟
(30) {-} + timbaq‟timba‟
/nimbaq/ [nimba?]‟menimba‟
(31) {-} + tunuq‟bakar‟
/nunuq/ [nunu?] membakar‟
(32) {-} + tais‟tangis‟
/nangis/ [nais] „ menangis‟
(33) {-} + tunah‟sayang‟
/nunah/ [nunah]
„menyayangi‟
Berdasarkan paparan data di
atas, pada prefiks {ŋ-} dengan
alomorf {n-} yang membentuk verba
merupakan bentuk terikat yang tidak
dapat disisipkan dengan unsur lain
dan juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik.
A. Alomorf {ñ-}
Pelekatan prefiks {-] pada
bentuk dasar berfonem awal /s/
menyebabkan peluluhan fonem,
yaitu peluluhan fonem /s/ dan
disenyawakan oleh fonem /ñ/. Oleh
sebab itu, prefiks [-] akan berubah
bentuk menjadi [ñ-] apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal /s/.
Di bawah ini contoh data bentukan
alomorf {ñ-}.
(34) {-} + /sapu/‟sapu‟
/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟
(35) {-} + /shr/‟sihir;
/nyeher/ [ñhr] „ menyihir‟
(36) {-} + /sədot/‟sedot‟
/nyedot/ [ñədot]‟ menyedot‟
(37) {-} + /sdaq/‟rusak‟
/nyedaq/ [sda?] „ merusak‟
Berdasarkan paparan data di
atas, pada prefiks {ŋ-} dengan
alomorf {ñ-} yang membentuk verba
merupakan bentuk terikat yang tidak
dapat disisipkan dengan unsur lain
dan juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik
14
Alomorf {m-}
Pelekatan prefiks {-] pada
bentuk dasar berfonem awal /p/
menyebabkan peluluhan fonem,
yaitu peluluhan fonem /p/ dan
disenyawakan oleh fonem /m/. Oleh
sebab itu, prefiks [-] akan berubah
bentuk menjadi [m-] apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal
/m/. Di bawah ini contoh data
bentukan alomorf {m-}.
(38) {-} + /pali/‟paling‟
/maling/ [mali]‟ mencuri‟
(39) {-} + /pələ/‟potong‟
/meleng/ [mələ]
„memotong‟
(40) {-} + /pantok/‟pukul‟
/mantok/ [mantok}‟
memukul‟
berdasarkan paparan data di
atas, pada prefiks {ŋ-} dengan
alomorf {m-} yang membentuk
verba merupakan bentuk terikat yang
tidak dapat disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun klitik
4. Prefiks {te-}
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai prefiks {tə-} yang melekat
pada bentuk dasar. Prefiks {tə-}
dalam bahasa Sasak sama denga
prefiks {di-} dalam bahasa
Indonesia. Prefiks {tə-} sama sekali
tidak memilikli alomorf. Prefiks
dapat melekat pada kata dasar berupa
verba /.
(41) {tə-} + bau‟petik/mengambil‟
/tebau/ [təbau] „dipetik‟
(42) {tə-} + /pinaq/‟buat‟
/tepinaq/ [təpina?] „dibuat‟
(43) {te-} + /rasaq/‟cicip‟
/terasaq/ [tərasa?] „dicicip‟
(44) {tə-} + /kakoq/‟gigit‟
/tekakoq/ [təkako?]‟digigit‟
Mencermati data yang telah
dipaparkan, dapat dilihat bahwa
prefiks {tə-} pembentuk verba di
atas, merupakan bentuk terikat dan
tidak bisa disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik. Bukti bahwa {tə-} termasuk
afiks verba bahasa Sasak isolek
Perina adalah prefiks {te-} mampu
melekat pada banyak kata dasar.
Kata dasar bau dan buat adalah kata
dasar berupa verba, namun
dilekatkan dengan afiks {te-}
menjadi tebau dan tebuat sehingga
berubah bentuk menjadi verba
15
karena bisa didahului dengan leksem
endeq .
5. Sufiks {-an}
Terdapat hanya satu sufiks
pembentuk verba yang diperoleh
penulis pada bahasa Sasak isolek
Perina, yakni sufiks {-an}. Padanan
sufiks {-an} dalam bahasa Indonesia
adalah sufiks [-kan] yang dilekati
oleh kata dasar berupa nomina,
verba, adjektiva maupun numeralia.
6. /sikat/‟sikat‟ + {-an}
/sikatan/
[sikatan]‟sikatkan‟
7. /sabun/‟sabun‟ + {-an}
/sabun/ [sabunan]
„sabunan‟
8. /pinaq/‟buat‟ + {-an}
/pina?an/
[pinaqan]‟buatkan‟
9. /baet/‟ambil‟ + {-an}
/baetan/ [baetan]‟
ambilkan‟
10. /ŋəs/‟cantik‟ + {-an}
/engesan/
[ŋəsan]‟cantikan‟
11. /mulus/‟mulus‟+ {-an}
/mulusan/ [mulusan]
„mulusan‟
Merujuk yang telah dipaparkan
dapat dilihat bahwa sufiks {tə-}
pembentuk verba di atas, merupakan
bentuk terikat dan tidak bisa
disisipkan dengan unsur lain dan
juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik.
Bukti bahwa {-an} termasuk afiks
verba bahasa Sasak isolek Perina
adalah sufiks {-an} mampu melekat
pada banyak kata dasar. Kata dasar
sabun dan sikat adalah kata dasar
berupa nomina, namun dilekatkan
dengan sufiks {-an} menjadi
sabunan dan sikatan sehingga
berubah bentuk menjadi verba
karena bisa didahului dengan leksem
endeq .
6. Konfiks {pe-an}
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai konfiks {pə-an} yang
melekat pada bentuk dasar. Konfiks
{pə-an} dalam bahasa Indonesia }
sama sekali tidak memiliki padanan.
Konfiks {pə-an}melekat pada kata
dasar yang berfonem awal /k, s, dan
l/. konfiks {pə-an} ini juga sama
sekali juga tidak memiliki alomorf.
Berikut data yang diperoleh oleh
peneliti.
16
4. {pə-an} + /karuŋ/‟karung‟
/pekarungan/[pekarungan]„m
emasukkan sesuatu ke dalam
karung
5. {pə-an} + /kaiŋ/‟selimut‟
/pekaingan/ [pəkaiŋan]
„memakaikan selimut‟
6. {pə-an} + /sɔgɔl/‟keluar‟
/pesogolan/ [pəsɔgɔlan]
„mengeluarkan‟
7. {pə-an} + /lampaq/‟jalan‟
/pəlampaqan/[pelampa?an]
„memjalankan‟
Mencermati data yang telah
dipaparkan di atas, dapat dilihat
bahwa prefiks {pə-an} pembentuk
verba di atas, merupakan bentuk
terikat dan tidak bisa disisipkan
dengan unsur lain dan juga
kedudukannya tidak sama dengan
preposisi ataupun klitik.
7. Konfiks {be-an}
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai konfiks {bə-an} yang
melekat pada bentuk dasar. Konfiks
{bə-an} dalam bahasa Indonesia
sama sekali tidak memiliki padanan.
konfiks {bə-an} memiliki alomorf
{bə-an} dan {bər-an}.
Alomorf {be-an}
Konfiks {bə-an} akan tetap
berbentuk {bə-an}apabila melekat
pada bentuk dasar berfonem awal /r,
k, dan g/. berikut contoh data hasil
bentukan alomorf {bə-an}.
8. {bə-an} + / rkeŋ/‟hitung‟
/berekengan/
[bərkŋan]‟melakukan
hitungan‟
9. {bə-an} + /kədek/‟main‟
10. /bekedekan/ [bəkədkan]
„bermain‟
11. {bə-an} +
/gɔmpɔ?/‟bertengkar‟
begompo’an [bəgɔmpɔ?an]
„bertengkar hebat‟
Melihat paparan data di atas,
pada prefiks {ŋ-} dengan alomorf
{m-} yang membentuk verba
merupakan bentuk terikat yang tidak
dapat disisipkan dengan unsur lain
dan juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik.
Alomorf {bər-an}
Konfiks {bə-an] berubah menjadi
{bər-an} pada bentuk dasar
berfonem awal /u dan a/. Di bawah
17
ini contoh data bentukan alomorf
{bər-an}.
12. {bər-an} +/utaŋ/‟hutang‟
/berutangan/ [bərutaŋ]
„berhutang‟
13. {bər-an} + /ampəs/„lempar‟
/berampesan/[bərampəsan]sal
ing lempar‟
Dari data yang telah
dipaparkan dapat dilihat bahwa
konfiks {pə-an} pembentuk verba di
atas, merupakan bentuk terikat dan
tidak bisa disisipkan dengan unsur
lain dan juga kedudukannya tidak
sama dengan preposisi ataupun
klitik.
8. Kombinasi Afiks
Di bawah ini adalah bahasan
mengenai kombinasi afiks {te-}dan
{pe-} yang melekat pada bentuk
dasar. Padanan kombinasi afiks {tə-}
dan {-pə} dalam bahasa Indonesia
adalah afiks {di-}, {di-kan}, dan {di-
i}, tetapi jika dilekatkan dengan
bentuk dasar nomina kombinasi afiks
{tə-pə} tidak mempunyai padanan
dalam bahasa Indonesia. Berikut ini
contoh kombinasi afiks temuan
peneliti.
9. {tə- + pə-} + /kaiŋ/‟selimut‟
/tepekaing/
[təpəkaiŋ]‟diselimuti‟
10. {tə- + pə} + /kando?/‟sayur‟
/tepekandoq/[təpəkandɔ?]‟dib
erikan lauk‟
11. {tə- + pə-} + /sila?/‟undang‟
/tepesilaq/ [təpəsila?]
„diundang‟
12. {tə- + pə-} + gita?‟lihat‟
/təpəgitaq/ [təpəgita?]
„diperlihatkan‟
13. {tə- + pə-} + /kəna?/‟benar‟
/tepekenaq/ [təpəkəna?]
„dibenarkan‟
14. {tə- + pə-} + /lila?/‟malu‟
tepelikaq
[təpəlila?]‟dipermalukan‟
15. {tə- + pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟
/tepesopoq/ [təpəsɔpɔ?]
„dipersatukan‟
Dari data yang telah
dipaparkan dapat dilihat bahwa
kombinasi afiks {te- + pə-}
pembentuk verba di atas, merupakan
bentuk terikat dan tidak bisa
disisipkan dengan unsur lain dan
juga kedudukannya tidak sama
dengan preposisi ataupun klitik.
18
B. Kategori kata dasar yang
dilekati afiks verba bahasa
Sasak isolek Perina di Jonggat
Berikut afiks yang melekat
pada bentuk dasar berupa nomina,
verba, adjektiva dan numeralia.
1. Prefiks {pe-}
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh afiks {pə-} ialah sebagai
berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina, contohnya:
(1) {pə-} + /sɔŋko?/‟topi‟
/pesongkoq/ [pəsɔŋko?]
„memakaikan topi‟
(2) {pə-} + /kandɔ?/ „lauk‟
/pekandoq/ [pəkandɔ?]
„memberi lauk pada nasi‟
(3) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟
/penganak/ [pəŋanak]
„membantu melahirkan‟
(4) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/pəngupi/ [pəŋupi] „memberi
kopi‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar songkoq, kandoq, anak dan
kupi yang melekat pada afiks {pə}
merupakan kata dasar yang
berkategori nomina (kata benda)
karena tidak dapat di dampingi
dengan leksem endeq, melainkan
dapat bergabung dengan leksem
endeq iye.
B. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
(5) {pə-} + /pirik/ „hindari‟
/pepirik/ [pəpirik]
„menghindari‟
(6) {pə-} + /sɔgɔl/‟keluar‟
/pesogol/[pəsɔgɔl]
„mengeluarkan‟
(7) {pəŋ-} +/oloq/‟hina‟
/pengoloq/ [pəŋolo?] „orang
yang suka menghina‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar pirik, sogol dan oloq yang
melekat pada afiks {pə-} merupakan
kategori kata dasar berbentuk verba,
karena kata dasar tersebut bermakna
melakukan kegiatan atau perbuatan.
Kata dasar pirik, sogol dan oloq
dapat didampingi oleh leksem endeq
pada suatu kontruksi dan tidak dapat
di damping oleh preposisi joq, eleq,
dan leq.
C. Kategori kata dasar berupa
adjektiva, contohnya:
(8) {pə-} + /sɔlah/‟cantik‟
/pesolah/ [pəsɔlah]
„memperindah‟
19
(9) {pə-} + /məlt/‟suka‟
/pemelet/ [pəməlt] „tawaran
basa basi‟
(10) {pə-} + /sakit/‟sakit‟
/pesakit/ [pəsakit]
„memaksa/membuat sakit‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar solah, melet dan sakit
yang melekat pada afiks {pə-}
merupakan kata dasar berkategori
adjektiva (kata sifat), karena dapat
diterangkan atau didahului dengan
kata lebih, agak, paling, sangat dan
cukup.
D. Kategori kata dasar berupa
numeralia, contohnya
(11) {pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟
/pesopoq/ [pəsɔpɔ?]
„persatukan‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar sopoq yang melekat pada
afiks {pə-} merupakan kata dasar
berkategori numeralia (kata
bilangan), karena menyatakan
jumlah bilangan.
2. Prefiks {bə-}
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh prefiks {bə-} ialah sebagai
berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina {kata benda},
contohnya:
(12) {bə-} + /sandəl/‟sendal‟
/besandel/ [bəsandəl]
„memakai sendal‟
(13) {bə-} + /suntik/‟suntik
/besuntik/ [bəsuntik]
„bersuntik‟
(14) {bə-} + /sambəl/‟sambel‟
/besambel/[bəsambəl]„men
aruhkan sambel‟
(15) {bər-} + /əmas/‟emas‟
/beremas/ [bərəmas]
„memakai emas‟
(16) {bər-} + /jam/‟jam‟
/berjam/ [bərəjam] „
memakai jam‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar sandel, sambel, suntik, emas
dan jam yang melekat pada afiks
{bə} merupakan kata dasar yang
berkategori nomina (kata benda)
karena sandel, sambel, suntik, emas
dan jam merupakan benda, tidak
dapat bergabung dengan leksem
endeq, melainkan dapat bergabung
dengan leksem endek iye.
B. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
20
(17) {bə-} + /boyaq/‟cari‟
/beboyaq/ [bəbɔya?]
„mencari‟
(18) {bə-} + /kedek/‟main‟
/bekedek/ [bəkədk]
„bermain‟
(19) {bər-} + /ajah/‟ajar‟
/berajah/ [bərajah] „belajar‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar boyaq, kedek, dan ajar yang
melekat pada afiks {bə-} merupakan
kategori kata dasar berbentuk verba,
karena kata dasar tersebut bermakna
melakukan kegiatan atau perbuatan.
Kata dasar boyaq, kedek dan ajah
dapat didampingi oleh leksem endeq
pada suatu kontruksi dan tidak dapat
di damping oleh preposisi joq, eleq,
dan leq.
C. Kategori kata dasar berupa
numeralia, contohnya:
(20) {bə-} + /sɔpɔq/‟satu‟
/besopok/ [bəsɔpɔ?] „
menjadi satu/ menyatu‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar sopoq yang melekat pada
afiks {bə-} merupakan kata dasar
berkategori numeralia (kata
bialangan), karena menyatakan
jumlah benda.
3. Prefiks {ŋ-}
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh afiks {pə-} ialah sebagai
berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina, contohnya:
(21) {ŋ-} + /karuŋ/‟karung‟
/ngarung/
[ŋaruŋ]„memasukkan
barang ke dalam dalam
karung]
(22) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/ngupi/ [upi] „ meminum
kopi‟
(23) {-} + timbaq‟timba‟
/nimbaq/
[nimba?]‟menimba‟
(24) {-} + sapu‟sapu‟
/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar karung, kopi, timbaq, dan sapu
yang melekat pada afiks {ŋ-}
merupakan kata dasar yang
berkategori nomina (kata benda)
karena kata dasar tersebut
merupakan benda dan tidak dapat
bergabung dengan leksem endeq,
melainkan dapat bergabung dengan
leksem endek iye.
21
B. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
(22) {ŋ-} + /oloq/ „hina‟
/ngoloq/ [olo?]‟ menhina‟
(23) {-} + /tulis/‟tulis‟
/nulis/ [nulis]‟menulis‟
(24) {-} +
/tamaq/‟masukkan‟
/namaq/ [nama?]
„memasukkan‟
(25) {-} + /sədot/‟sedot‟
/nyedot/ [ñədot]‟
menyedot‟
(26) {-} + /kərisa?/‟perbaiki‟
/ngerisaq/
[ərisa?]‟memperbaiki‟
(27) {-} + /kəla?/‟masak
/ngelaq/ [əla?]‟
memasak‟
(28) {-} + /pali/‟curi‟
/maling/ [mali]‟ mencuri‟
(29) {-} + /pələ/‟potong‟
/meleng/ [mələ]
„memotong‟
(30) {-} + /pantok/‟pukul‟
/mantok/ [mantok}‟
memukul‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar tulis, tamaq, sedot,
kerisaq,kelaq, paling, peleng dan
pantok yang melekat pada afiks {ŋ-}
merupakan kategori kata dasar
berbentuk verba, karena kata dasar
tersebut bermakna melakukan
kegiatan atau perbuatan. Kata dasar
oloq, tulis, tamaq, sedot, kerisaq,
dan kelaq dapat didampingi oleh
leksem endeq pada suatu kontruksi
dan tidak dapat di damping oleh
preposisi joq, eleq, dan leq.
C. Kategori kata dasar berupa
adjektiva, contohnya:
(31) {-} + /tunah/‟sayang‟
/nunah/ [nunah]
„menyayangi‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar tunah yang melekat pada
afiks {ŋ-} merupakan kata dasar
berkategori adjektiva (kata sifat),
karena dapat diterangkan atau
didahului dengan kata lebih, agak,
paling, sangat dan cukup.
4. Prefiks {tə-}.
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh afiks {tə-} ialah sebagai berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
22
(32) {tə-} + /bau/‟petik/ambil‟
/tebau/ [təbau]
„dipetik/diambil‟
(33) {tə-} + /pinaq/‟buat‟
/tepinaq/ [təpina?] „dibuat‟
(34) {te-} + /rasaq/‟cicip‟
/terasaq/ [tərasa?] „dicicip‟
(35) {tə-} + /kakoq/‟gigit‟
/tekakoq/ [təkako?]‟digigit‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar bau, pinaq, rasaq dan kakoq
yang melekat pada afiks {ŋ-}
merupakan kategori kata dasar
berbentuk verba, karena kata dasar
tersebut bermakna melakukan
kegiatan atau perbuatan. Kata dasar
bau, pinaq, rasaq, dan kakoq dapat
didampingi oleh leksem endeq pada
suatu kontruksi dan tidak dapat di
damping oleh preposisi joq, eleq, dan
leq.
5. Sufiks {-an}
Terdapat hanya satu sufiks
pembentuk verba yang diperoleh
penulis pada bahasa Sasak isolek
Perina, yakni sufiks {-an}.
A. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
(36) /sikat/‟sikat‟ + {-an}
/sikatan/ [sikatan]‟sikatkan‟
(37) /sabun/‟sabun‟ + {-an}
/sabun/ [sabunan] „sabunan‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar sikat dan sabun yang melekat
pada sufiks {-an} merupakan kata
dasar yang berkategori nomina (kata
benda) karena kata dasar tersebut
merupakan benda dan tidak dapat
bergabung dengan leksem endeq,
melainkan dapat bergabung dengan
leksem endeq iye
B. Kategori kata dasar berupa
verba, contohnya:
(38) /Pinaq/‟buat‟ + {-an}
pina?an [pinaqan]‟buatkan‟
(39) /Baet/‟ambil‟ + {-an}
baetan [baetan]‟ ambilkan‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar pinaq dan baet yang melekat
pada sufiks {-an} merupakan
kategori kata dasar berbentuk verba,
karena kata dasar tersebut bermakna
melakukan kegiatan atau perbuatan.
Kata dasar pinaq dan baet dapat
didampingi oleh leksem endeq pada
suatu kontruksi dan tidak dapat di
damping oleh preposisi joq, eleq, dan
leq.
23
C. Kategori kata dasar berupa
adjektiva, contohnya:
(40) /ŋəs/‟cantik‟ + {-an}
/engesan/ [ŋəsan]‟cantikan‟
(41) /mulus/‟mulus‟+ {-an}
/mulusan/ [mulusan]
„mulusan‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar enges dan mulus yang
melekat pada sfiks {-an} merupakan
kata dasar berkategori adjektiva (kata
sifat), karena dapat diterangkan atau
didahului dengan kata lebih, agak,
paling, sangat dan cukup.
6. Konfiks {pe-an}
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh afiks {pə-an} ialah sebagai
berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina, contohnya
(42) {pə-an} + /karuŋ/‟karung‟
/pekarungan/[pekarungan]
„memasukkan delam karung
(43) {pə-an} + /kaiŋ/‟selimut‟
/pekaingan/[pəkaiŋan]
„memakaikan selimut‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar kaing dan karung yang
melekat pada konfik {pə-an}
merupakan kata dasar yang
berkategori nomina (kata benda)
karena kata dasar tersebut
merupakan benda dan tidak dapat
bergabung dengan leksem endeq,
melainkan dapat bergabung dengan
leksem endeq iye.
B. Kategori kata dasar berupa verba,
contohnya:
(44) {pə-an} + /sɔgɔl/‟keluar‟
/pesogolan/ [pəsɔgɔlan]
„mengeluarkan‟
(45) {pə-an} + /lampaq/‟jalan‟
/pəlampa’an/[pelampa?an]
„menjalankan‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar sogol dan lampaq yang
melekat pada konfiks {pə-an}
merupakan kategori kata dasar
berbentuk verba, karena kata dasar
tersebut bermakna melakukan
kegiatan atau perbuatan. Kata dasar
sogol dan lampaq dapat didampingi
oleh leksem endeq pada suatu
kontruksi dan tidak dapat di damping
oleh preposisi joq, eleq, dan leq.
7. Konfiks {be-an}
24
Kategori kata dasar yang dilekati
oleh afiks {bə-an} ialah sebagai
berikut.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina, contohnya
(46) {bər-an} + /utaŋ/‟hutang‟
/berutangan/ [bərutaŋ]
„berhutang‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar utang yang melekat pada
konfik {bə-an} merupakan kata dasar
yang berkategori nomina (kata
benda) karena kata dasar tersebut
merupakan benda dan tidak dapat
bergabung dengan leksem endeq,
melainkan dapat bergabung dengan
leksem endeq iye.
B. Kategori kata dasar berupa verba,
contohnya
(47) {bə-an} + /rkeŋ/‟hitung‟
/berekengan/
[bərkŋan]‟melakukan
hitungan‟
(48) {bə-an} + /kədek/‟main‟
/bekedekan/[bəkədkan]
„bermain‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar rekeng dan kedek yang
melekat pada konfiks {bə-an}
merupakan kategori kata dasar
berbentuk verba, karena kata dasar
tersebut bermakna melakukan
kegiatan atau perbuatan. Kata dasar
rekeng dan kedek dapat didampingi
oleh leksem endeq pada suatu
kontruksi dan tidak dapat di damping
oleh preposisi joq, eleq, dan leq.
8. Kombinasi afiks
Terdapat hanya satu
kombinasi afiks pembentuk verba
yang diperoleh penulis pada bahasa
Sasak isolek Perina, yakni kombinasi
afiks {tə-} dan {pə-}.
A. Kategori kata dasar berupa
nomina, contohnya:
(49) {tə- + pə-} + / kaiŋ/‟selimut‟
/tepekaing/
[təpəkaiŋ]‟diselimuti‟
(50) {tə- + pə-} + /kando?/‟sayur‟
/tepekandoq/[təpəkandɔ?]‟dib
erikan lauk‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar kaing dan kandoq yang
melekat pada kombinasi afiks {tə-pə-
} merupakan kata dasar yang
berkategori nomina (kata benda)
karena kaing dan kandoq tidak dapat
bergabung dengan leksem endeq,
melainkan dapat bergabung dengan
endeq iye.
25
B. Kategori kata dasar berupa verba,
contohnya:
(51) {tə- + pə-} + /sila?/‟suruh‟
/tepesilaq/ [təpəsila?]
„dipersilahkan‟
(52) {tə- + pə-} + /gita?/‟lihat‟
/təpəgitaq/
[təpəgita?]„diperlihatkan‟
Berdasarkan data di atas, kata
dasar silaq dan gitaq yang melekat
pada konfiks {bə-an} merupakan
kategori kata dasar berbentuk verba,
karena kata dasar tersebut bermakna
melakukan kegiatan atau perbuatan.
C. Kategori kata dasar berupa
adjektiva, contohnya:
(53) {tə- + pə-} + kəna?‟benar‟
tepekenaq [təpəkəna?]
„dibenarkan‟
(54) {tə- + pə-} + lila?‟malu‟
tepelikaq
[təpəlila?]‟dipermalukan‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar kenaq dan lilaq yang
melekat pada kombinasi afiks {-an}
merupakan kata dasar berkategori
adjektiva (kata sifat), karena dapat
diterangkan atau didahului dengan
kata lebih, agak, paling, sangat dan
cukup.
D. Kategori kata dasar berupa
numeralia, contohnya:
(55) {tə- + pə-} + /sɔpɔ?/‟satu‟
/tepesopoq/ [təpəsɔpɔ?]
„dipersatukan‟
Berdasarkan data di atas,
kata dasar sopoq yang melekat pada
kombinasi afiks {tə-pə-} merupakan
kata dasar berkategori numeralia
(kata bilangan), karena menyatakan
jumlah benda.
C. Proses morfofonemik yang
terjadi dalam pembentukan
verba bahasa Sasak isolek
Perina.
Pada bagian ini akan
diuraikan proses morfofonemik yang
terjadi pada pembentukan verba
bahasa Sasask Isolek Perina. Pada
bahasa Sasak isolek Perina di
temukan tiga proses yakni,
penambahan fonem, perubahan
fonem, dan pelesapan fonem.
1. Proses penambahan fonem
Berikut di bawah ini contoh
data berupa penambahan fonem yang
melekat pada prefiks {pe-} dan {be-
}.
26
A. Proses penambahan fonem
yang melekat pada prefiks
{pe-}.
Berikut contoh data berupa
penambahan fonem yang dilekatkan
dengan prefiks {pe-}:
(1) {pəŋ-} + /anak/‟anak‟
/penganak/ [pəŋanak]
„membantu melahirkan‟
(2) {pəŋ-} + /oloq/‟ejek‟
/pengoloq/ [pəŋolo?] „orang
yang suka menghina‟
(3) {pəñ + /susu/‟susu‟
/penyusuq/
peñusu?]‟memberi air susu‟
Berdasarkan paparan data di
atas, terdapat adanya proses
morfofonemik berupa penambahan
fonem // yang diletakkan setelah
afiks {pə-} sehingga menjadi {pə-
} pada kata dasar anak dan oloq
sehingga menjadi penganak dan
pengoloq. Selanjutnya, terdapat
adanya penambahan fonem /q/
setelah kata dasar susu sehingga
menjadi penyusuq.
B. Proses penambahan fonem
yang melekat pada prefiks
{be-}
Berikut data contoh data
berupa penambahan fonem yang
dilekatkan dengan prefiks {be-}.
(4) {bər-} + /əmas/‟emas‟
/beremas/ [bərəmas]
„memakai emas‟
(5) {bər-} + /jam/‟jam‟
/berejam/ [berjam] „ memakai
jam‟
(6) {bər-} + /oas/‟cuci‟
/beroas/ [bəroas] „mencuci‟
(7) {bər- + /ajah/‟ajar‟
/berajah/ [bərajah] „belajar‟
Merujuk paparan data di atas,
terdapat adanya proses
morfofonemik berupa penambahan
fonem /r/ yang diletakkan setelah
afiks {bə-} sehingga menjadi {bər-}
pada bentuk dasar yang diawali
fonem e, o, dan pada kata dasar
emas, oas, dan ajah sehingga
menjadi beremas, beroas, dan
berajah. Sedangkan penambahan
fonem /re/ pada afiks {bə-} sehingga
menjadi {bərə-} pada bentuk dasar
yang di awali oleh fonem j pada kata
dasar jam sehingga menjadi berejam.
2. Proses perubahan fonem
27
Berikut di bawah ini data
berupa perubahan fonem yang
melekat pada prefiks {pe-} dan {ŋ-}.
A. Proses perubahan fonem yang
melekat pada prefiks {pe-}.
(8) {pəŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/pəngupi/ [pəŋupi]
„memberikan/membuatkan
kopi‟
Berdasarkan paparan data di
atas, terdapat adanya proses
morfofonemik berupa perubahan
fonem /k/ pada bentuk dasar kupi
yang digantikan menjadi // ketika
dilekatkan dengan afiks {pə-}
menjadi {pə-} sehingga menjadi
pengupi
B. Proses perubahan fonem yang
melekat pada prefiks {ŋ-}
(9) {ŋ-} + /karuŋ/‟karung‟
/ngarung/
[ŋaruŋ]„memasukkan barang ke
dalam dalam karung]
(10) {ŋ-} + /kupi/‟kopi‟
/ngupi/ [upi] „ meminum
kopi‟
(11) {-} + /kərisa?/,perbaiki‟
/ngerisaq/
[ərisa?]‟memperbaiki‟
(12) {-} + /kəramak/‟cakar‟
/ngeramaq/
[əramak] „mencakar‟
(13) {-} + /kəla?/‟masak
/ngelaq/ [əla?]‟ memasak‟
(14) {-} + /tulis/‟tulis‟
/nulis/ [nulis]‟menulis‟
(15) {-} + /tamak/‟masukkan‟
/namaq/ [nama?]
„memasukkan‟
(16) {-} + /timbaq/‟timba‟
/nimbaq/ [nimba?]‟menimba‟
(17) {-} + /tunuq/‟bakar‟
/nunuq/ [nunu?] membakar‟
(18) {-} + /tais/‟tangis‟
/nangis/ [nais] „
menangis‟
(19) {-} + /tunah/‟sayang‟
/nunah/ [nunah]
„menyayangi‟
(20) {-} + /pali/‟paling‟
/maling/ [mali]‟
mencuri‟
(21) {-} + /pələ/‟potong‟
/meleng/ [mələ]
„memotong‟
(22) {-} + /pantok/‟pukul‟
/mantok/ [mantok}‟
memukul‟
28
Merujuk paparan data di atas,
terdapat adanya proses
morfofonemik berupa perubahan
fonem dari /k/ mejadi // pada
bentuk dasar karung, kupi,
kerisaq,keramak dan kelaq sehingga
menjadi ngarung, ngupi, ngerisaq,
ngeramak dan ngelaq. Sedangkan
perubahan fonem /t/ menjadi /n/
pada bentuk dasar timbaq, tunuq,
tangis, dan tunah sehingga menjadi
nimbaq, nunuq, nangis dan nunah.
Sedangkan perubahan fonem /p/
menjadi /m/ pada bentuk dasar
paling, peleng, dan pantok menjadi
maling, meleng, dan mantok.
3. Proses pelesapan fonem
Berikut di bawah ini adalah
contoh data berupa pelesapan fonem
yang melekat pada prefiks {pe-} dan
{ŋ-}.
A. Proses pelesapan fonem yang
melekat pada prefiks {pe-}.
Berikut ini contoh data
berupa pelesapan fonem yang
melekat pada prefiks {pe-}:
(23) {pəñ-} + /susu/‟susu‟
penyusu [peñusu?]
„menyusui‟
(24) {pəñ-} + /sumpa?/‟cacimaki
Penyumpaq [pəñumpa?]
„mencacimaki‟
Mencermati paparan data di
atas, terdapat adanya proses
morfofonemik berupa pelesapan
fonem /s/ yang digantikan menjadi
/ñ/ pada morfem afiks {pə-} yang
menjadi {pəñ-} yang dilekatkan
pada bentuk dasar susu, sumpaq dan
sehingga menjadi penyusu,
penyumpaq.
B. Proses pelesapan fonem yang
melekat pada prefiks {ŋ-}.
Berikut contoh data berupa
pelesapan fonem yang melekat pada
prefiks {-}
(25) {-} + /sapu/‟sapu‟
/nyapu/ [ñapu]‟ menyapu‟
(26) {-} + /shr‟/sihir;
/nyeher/ [ñhr] „ menyihir‟
(27) {-} + /sədot/‟sedot‟
/nyedot/ [ñədot]‟ menyedot‟
(28) {-} + /sdaq/‟rusak‟
/nyedaq/ [sda?] „ merusak‟
Berdasarkan paparan data di
atas, terdapat adanya proses
morfofonemik berupa pelesapan
fonem /s/ yang digantikan menjadi
29
/ñ/ pada morfem afiks {-} yang
dilekatkan pada bentuk dasar sapu,
seher, sedot dan sedaq sehingga
menjadi nyapu, nyeher nyedot, dan
nyedaq.
SIMPULAN
Berdasarkan uraian yang
telah disajikan mengenai afiks verba
bahasa Sasak isolek Perina di
Jonggat, ada beberapa hal yang perlu
disimpulkan yakni sebagai berikut.
1. Bahasa Sasak isolek Perina
memiliki delapan wujud afiks
pembentuk verba, yakni prefiks
{pe-} dengan alomorf {pe-,
peñ-, dan pe-}, prefiks {be-}
dengan alomorf {be-, ber-, dan
bel-}, prefiks {-} dengan
alomorf {-, n-, ñ-, dan m-},
prefiks {te-}, sufiks {-an},
konfiks {pe-an}, konfiks {be-
an} dengan alomorf {be-an dan
ber-an}, dan kombinasi afiks
{te- dan pe-}.
2. Adapun kata dasar yang melekat
pada afiks pembentuk verba
bahasa Sasak isolek Perina di
Jonggat ini ada empat kategori,
yakni kata benda (nomina), kata
kerja (verba), kata sifat
(adjektifva), dan numeralia.
3. Pada bahasa Sasak isolek Perina
di Jonngat di temukan adanya
tiga proses morfofonrmik, yakni
penambahan fonem, perubahan
fonem, dan pelesapan fonem.
Saran
Penelitian ini diharapkan
mampu menjadi sumber pustaka bagi
peneliti lain yang akan melakukan
penelitian pada bidang morfologi
khususnya afiksasi dan diharapkan
dapat mengkaji lebih luas mengenasi
afiks tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Siti Rabiatul. 2007.
“Afiksasi Verba Bahasa
Sasak Dialek Meno-mene:
Sebuah Kajian Morfologi
Transformasi Generatif”.
Mataram: Perpustakaan
FKIP Universitas Mataram.
Ashriany, Ratna Yulida. 2008.
“Sistem Verba Bahasa
Sasak Dialek Bayan dari
Dasar Verba dan
Nomina”.Tesis, Surakarta:
Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2005.
Kelas Kata dalam Bahasa
30
Indonesia.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2014. Metode Penelitian
Bahasa . Jakarta: PT Raja Gafindo.
Permatasari, Linda. 2015. “System
Afiksasi Bahasa Indonesia
Ragam Nonformal Pada
Kalangan Remaja Di Kota
Mataram”. Mataram:
Perpustakaan FKIP
Universitas Mataram.
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian
morfologi (bentuk
derivasional dan
infleksional). Bandung: PT
refika Aditama.
Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu
Tinjauan Deskriptipf.
Yogyakarta: C.V.Karyono.
Syahrawati, Chairani. 2013.
“Prefiksasi Pembentukan
Kata Kerja dalam Bahasa
Sumbawa Dialek Jereweh”.
Mataram: Perpustakaan
FKIP Universitas Mataram.
Subroto, Edi. 2007. Pengantar
Metode Penelitian
“Linguistik Struktural”.
Surakarta: UNS Press.
Subroto, Edi. 2012. Pemerian
Morfologi Bahasa
Indonesia Berdasarkan
Persfektif Derivasi dan
Infleksi Proses
Afiksasi”.Surakarta:
Cakrawala Media.
Sukri, H Muhammad dan
Rusdiawan. 2008. “Bahasa
Dalam Realitas Sosial”.
Mataram: Lembaga Cerdas
Press.
Sukri, H Muhammad. 2008.
“{mə-} sebagai Afiks Derivasional dan
Infleksional dalam Bahasa
Sasak Dialek Kuto-Kute”.
Disertasi, Bali: Universitas
Udayana.
Sumadi. 2012. Morfologi Bahasa
Indonesia. Malang.
Universitas Negeri Malang.
Tarigan, Henry Guntur. 2009.
Pengajaran Morfologi.
Bandung. Penerbit
Angkasa.
Verhaar. 2010. Asas-Asas
Linguistik Umum.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
top related