Transcript
8/6/2019 26000512200511162
1/25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan
(TrustatauFaith). Dalam bahasa latin disebut creditum yang berarti kepercayaan akan
kebenaran. Oleh karena itu dasar dari kredit itu ialah kepercayaan seseorang atau badan
yang telah memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) pada
masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.
Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa. Dengan demikian
seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya memperoleh kepercayaan.
Arti kredit pada perkembangan selanjutnya, terdapat beberapa definisi yang
dikemukakan, antara lain :
1. Menurut Raymond P. Kent dalam buku karangannya Money and Bankingyang
dikutip oleh Suyatno (1999: 13), mengatakan bahwa kredit adalah hak untuk
menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
diminta, ataupun pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang
sekarang.
2. Menurut Eric L. Kohler yang memberikan ulasannya mengenai kredit seperti
dikutip oleh Mulyono (1996: 10), kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan
suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji
13
13
8/6/2019 26000512200511162
2/25
pembayarannya dilakukan atau ditangguhkan pada jangka waktu yang telah
disepakati.
3. Menurut Moh. Tjoekam (1999: 1), kredit adalah suatu kegiatan memberikan nilai
ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berdasarkan kepercayaan saat itu,
bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah
jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan yang sudah disetujui antara
kreditur dan debitur.
4. Kredit dalam pengertian nasional sesuai dengan UU No.10 tahun 1998 tentang
perbankan, kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Dari ke empat definisi diatas dapat ditarik kesimpulan berikut ini:
1. Adanya suatu penyerahan uang, tagihan atau barang lain yang
menimbulkan tagihan kepada pihak lain, dengan harapan akan mendapat tambahan
nilai uang dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan sebagai pendapatan bagi pihak pemberi pemberi kredit.
2. Terdapat dua pihak yang berkepentingan yaitu pihak pemberi kredit dan
pihak penerima kredit, dimana kedua pihak tersebut sepakat untuk mematuhi
kewajiban masing-masing.
14
8/6/2019 26000512200511162
3/25
3. Dalam pemberian kredit terkandung kesepakatan pelunasan hutang
beserta bunga, imbalan atau hasil keuntungan yang akan diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu sesuai dengan yang telah disepakati.
B. Tujuan Kredit
Pada dasarnya tujuan pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan
karena kredit hanya akan diberikan bila pihak pemberi kredit merasa bahwa peminjam
akan mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dengan adanya
faktor kemampuan dan kemauan tersebut akan dapat dikatakan bahwa dalam kredit
terkait unsur keamanan (safety), sehingga menurut Sinungan (1993: 4) dapat
disimpulkan bahwa di dalam kredit terkandung hal-hal berikut ini :
a. Keuntungan (profitability), yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit
berupa keuntungan yang diperoleh dari bunga.
b. Keamanan (safety) bank, yaitu bahwa prestasi atau fasilitas yang diberikan
betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan yang diharapkan dapat
tercapai.
Kredit yang aman dapat memberikan dampak yang positif bagi bank sehingga
kepercayaan masyarakat akan bertambah.
C. Unsur-unsur kredit
Pihak pemberi kredit memberikan kreditnya berdasarkan atas kepercayaan
sehingga pemberi kredit merupakan pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa
15
8/6/2019 26000512200511162
4/25
kredit yang akan diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh pihak
penerima kredit sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh
kedua pihak. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka unsur-unsur yang terdapat dalam
kredit adalah sebagai berikut (Suyatno, 1999: 14) :
a) Kepercayaan
Yang dimaksud adalah suatu keyakinan dari pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-
benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
b) Waktu
Adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dan kontra
prestasi yang akan diterima di masa yang akan datang.
c) Degree of risk
Adalah suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi
yang akan diterima dimasa yang akan datang. Dalam pemberian kredit selalu
terdapat ketidaktentuan yang tak dapat diperhitungkan, hal ini yang menyebabkan
adanya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko itulah maka timbul jaminan
dalam pemberian kredit.
d) Prestasi
Adalah obyek kredit yang dapat diberikan dalam bentuk uang, barang atau
jasa. Dalam kehidupan modern sekarang ini transaksi-transaksi kredit yang
16
8/6/2019 26000512200511162
5/25
menyangkut uang adalah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan,
sehingga dalam hal ini prestasi tersebut adalah uang.
D. Prinsip-Prinsip Kredit
Untuk memperkecil resiko pemberian kredit terdapat prinsip yang harus dipatuhi
dalam melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat. Menurut Teguh Pudjo Muljono
(1996: 11):
1. Character
Soal character ini merupakan faktor yang dominan, sebab walaupun calon
debitur mampu untuk melunasi hutangnya, tetapi kalau tidak memiliki itikad baik
untuk melunasinya, tentunya akan membawa kesulitan bagi bank dikelak kemudian
hari.
2. Capacity
Adalah kemampuan dari calon debitur untuk melunasi kewajibannya dari
hasil kegiatan usaha yang dilakukan atau akan dilakukan yang dapat dibiayai dengan
kredit tersebut. Dengan demikian melalui penilaian terhadap capacity ini akan dapat
diketahui sampai seberapa besar hasil dari usaha yang dibiayai dengan kredit
tersebut.
3. Capital
Adalah permodalan yang dimiliki calon debitur. Permodalan bukan hanya
sekedar jumlahnya saja, tetapi juga harus diteliti pula penggunaan modalnya.
Semakin besar modal sendiri yang dimiliki calon debitur, maka akan semakin besar
17
8/6/2019 26000512200511162
6/25
kepercayaan untuk memperoleh kredit. Kemampuan ini dapat ditunjukkan dengan
kemampuan membiayai usahanya dalam jumlah tertentu.
4. Collateral
Yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur sebagai jaminan
atas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengaman
apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain
dimana debitur tidak melunasi kreditnya dari usahanya yang normal. Jaminan juga
dapat digunakan sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya
ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus
dilunasi. Jaminan ini sifatnya sebagai pelengkap dari kelayakan atau keterlaksanaan
dari proyek suatu nasabah.
5. Conditional of Economy
Yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang
mempengaruhi keadaan perekonomian pada saat maupun untuk kurun waktu
tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari
perusahaan yang memperoleh kredit.
E. Arti penting pengendalian intern pemberian kredit
Pengendalian intern perkreditan dimulai sejak kreditur merencanakan untuk
memberikan kredit sampai dilunasinya kredit beserta bunganya. Langkah ini untuk
menghindari resiko yang terkandung dalam pemberian kredit. Menurut Teguh Pudjo
Mulyono (1996: 462) pengertian pengendalian kredit selaras dengan pengertian
18
8/6/2019 26000512200511162
7/25
pengendalian dalam arti luas, yaitu salah satu fungsi manajemen dalam usahanya untuk
penjagaan dan pengamanan dalam pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk
perkreditan yang lebih baik dan efisien, guna menghindarkan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan perkreditan
yang telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi yang benar.
Struktur pengendalian intern bidang perkreditan merupakan salah satu alat bagi
manajemen untuk mengawasi kegiatan perkreditan guna menjaga kekayaan dan
mengecek keandalan data akuntansi perusahaan. Menurut Arens (1997: 368) sistem
pengendalian intern mutlak digunakan dalam perusahaan karena hal-hal berikut :
1. Terdapat ruang lingkup dan skala usaha dalam
perusahaan yang semakin besar dan kompleks sehingga tidak sebanding dengan
span of control(ruang lingkup pengendalian) dari manajemen
2. Dalam suatu organisasi biasanya mempunyai unit kerja
yang banyak, sehingga dalam melaksanakan pengendalian manajemen terpaksa
mengandalkan pada berbagai laporan diantaranya laporan keuangan.
3. Adanya tanggung jawab dalam penjagaan dan
pengamanan asset perusahaan yang pada umumnya lebih banyak berbentuk
monetary asset yang mudah dimanipulasi oleh pihak intern maupun pihak ekstern
perusahaan.
4. Adanya human weakness yaitu keterbatasan kemampuan
para pegawai dan manajemen itu sendiri, sehingga memungkinkan terjadinya
kekeliruan dan penyimpangan.
19
8/6/2019 26000512200511162
8/25
5. Kegiatan perkreditan mempunyai frekuensi yang relatif
tinggi dan turn over yang relatif cepat, sehingga perlu ada penciptaan sistem
pengendalian yang rutin dan otomatis sebagai sistem peringatan dini bila ada
ancaman terhadap keamanan harta perusahaan.
6. Dengan adanya sistem pengedalian yang baik akan
memungkinkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diungkapkan dan
diselesaikan dengan tuntas.
Dari hal-hal diatas, bagi manajemen mempertahankan adanya struktur
pengendalian intern termasuk sistem pelaporan yang baik adalah sangat diperlukan agar
dapat melepaskan, menyerahkan atau mendelegasikan wewenang dan tanggung
jawabnya dengan tepat. Tanggung jawab manajemen terhadap struktur pengendalian
intern adalah merancang dan menerapkan termasuk pula mengawasi efektifitas struktur
pengendalian intern tersebut dan melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Struktur pengendalian intern dikatakan efektif bila struktur pengendalian intern tersebut
telah dirancang dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan yang telah diterapkan.
F. Pengertian struktur pengendalian intern
Banyak definisi mengenai struktur pengendalian intern yang telah diberikan oleh
beberapa ahli, diantaranya seperti berikut ini :
1. Menurut H. S. Munawir (1997: 134), menegaskan bahwa struktur pengendalian
intern suatu perusahaan haruslah meliputi kebijakan dan prosedur-prosedur yang
20
8/6/2019 26000512200511162
9/25
ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu
perusahaan tersebut akan dapat tercapai
2. Menurut American Institute of Certified Publik Accountans (AICPA) yang
dikutip oleh Hartadi (1997: 3) mendefinisikan struktur pengendalian intern
meliputi struktur organisasi, semua metode, dan ketentuan-ketentuan yang
terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya,
meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan
yang telah ditetapkan.
3. Menurut Mulyadi dan Puradireja (1998: 171-172) mendefinisikan struktur
pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu: (a) keandalan pelaporan
keuangan, (b) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, dan (c)
efektifitas dan efisiensi operasi.
Dari definisi diatas, dikatakan bahwa suatu pengendalian intern mengandung
beberapa konsep dasar seperti dibawah ini :
1). Pengendalian intern merupakan suatu proses, maksudnya suatu proses
untuk mencapai tujuan tertentu, bukan tujuan itu sendiri. Pengendalian intern
merupakan suatu rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan menjadi bagian
tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
21
8/6/2019 26000512200511162
10/25
2). Pengendalian intern dijalankan oleh orang, maksudnya bukan hanya
terdiri dari pedoman kebijakan dari formulir, namun harus dijalankan oleh orang
dari tahap atau jenjang organisasi yang mencakup pimpinan dan personel lain
dibawahnya.
3). Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan keyakinan
memadai bukan keyakinan mutlak, bagi pimpinan dan personel entitas
keterbatasan yang melekat dalam semua struktur pengendalian intern
dipertimbangkan manfaat dan pengorbanan dalam pencapaian tujuan pengendalian
menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
4). Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
G. Tujuan Pengendalian intern
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan dimuka, tujuan pengendalian
intern yang disimpulkan oleh Mulyadi (1998: 172) adalah sebagai berikut: (1)
keandalan pelaporan keuangan, (2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku dan (3) efektifitas dan efisiensi operasi.
Dari definisi di atas, maka tujuan yang paling sesuai dengan evaluasi sistem
pemberian kredit adalah untuk menilai efektivitas dan efisiensi operasi pemberian kredit
oleh BPR sebagai unit usaha. Sehingga untuk masalah yang dihadapi oleh BPR Karunia
Pakto mengenai besarnya jumlah kredit yang menunggak, dapat dicari pemecahannya.
22
8/6/2019 26000512200511162
11/25
H. Unsur-unsur struktur pengendalian intern
Struktur pengendalian intern terdiri dari lima unsur pengendalian yang dibuat
dan digunakan manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan
pengendalian dapat tercapai. Kelima unsur tersebut adalah seperti berikut ini (Mulyadi,
1998: 175-186):
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi
dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengedalian
intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk
lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:
a) Nilai integritas dan etika
Efektifitas struktur pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang
yang mendesain dan melaksanakannya. Struktur pengendalian intern yang
memadai desainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak
menjunjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan
tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern.
b) Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen
atas pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dan panduan antara
kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan
kompetensi.
23
8/6/2019 26000512200511162
12/25
c) Dewan komisaris dan komite audit
Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan
berbadan hukum perseroan terbatas, yang berfungsi mengawasi pengelolaan
perusahaan yang dilaksanakan oleh manajer. Komite audit terdiri dari pihak
luar perusahaan, pemnbentukan komite audit ini ditujukan untuk memperkuat
independensi auditor oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran
pertanggungjawaban keuangan yang dilakuakan oleh manajemen.
d) filosofi dan gaya operasi manajemen
Filosofi adalah seperangkat keyakinan mendasar yang menjadi parameter
bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya
dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan.
e) Struktur organisasi
Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan
struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan
pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi.
f) Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan
perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi.
g) Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
24
8/6/2019 26000512200511162
13/25
Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap struktur
pengendalian intern, jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan
jujur, unsur struktur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas
minimum dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban
yang dapat diandalkan.
2. Penaksiran resiko
Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
penaksiran rasiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam pelaporan keuangan
dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk
mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat.
3. Informasi dan komunikasi
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada personel yang terlibat
dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan
pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi.
4. Aktivitas pengendalian
Adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan
bahwa petunjuk yang dianut oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur
ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan
untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas.
5. Pemantauan
25
8/6/2019 26000512200511162
14/25
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian
intern sepanjang waktu.
I. Kharakteristik struktur pengendalian intern
Terdapat Lima kharakteristik pengendalian intern yang dapat dipercaya, seperti
yang diungkapkan oleh Bambang Hartadi (1996: 14) seperti berikut ini :
1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya
Faktor yang paling penting dalam pengendalian adalah orang-orang yang
dapat menunjang suatu sistem dapat berjalan baik. Penilaian kepada karyawan akan
dikatakan ideal apabila tingkat kualitas yang dimiliki sesuai dengan tanggung
jawabnya yaitu dengan melihat hasil-hasil yang telah dikerjakan karyawan yang
bersangkutan.
2. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggung jawab fungsi yang layak
Tujuan adanya pemisahan fungsi adalah tidak ada seorang pun yang harus
mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Apabila departemen / bagian
atau orang yang berbeda melaksanakan suatu transaksi maka terdapat keuntungan,
pertama akan sulit berbuat kecurangan kecuali kerjasama, dan kedua, dengan adanya
koordinasi maka akan terselenggaranya suatu transaksi yang dikerjakan secara
efisien dan terhindar dari kesalahan karena adanya saling cross-check
3. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang wajar
untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, hutang, penghasilan dan biaya
26
8/6/2019 26000512200511162
15/25
Dengan adanya sistem pemberian wewenang yang bagus, tujuan dan teknik
yang tepat serta adanya pengawasan yang berjalan baik, maka organisasi tersebut
akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir yang
penting
Pengendalian fisik diantaranya aktiva, dokumen, serta formulir mempunyai
tujuan menghindari kesalahan dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.
5. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan hutang dengan yang senyatanya ada dan
mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan
Perbandingan merupakan satu alat untuk pengawasan, dimana manajemen
harus mengadakan perbandingan secara periodik dengan bukti yang bebas tentang
adanya dan penilaian bahwa transaksi telah dicatat.
J. Atribut Sampling dalam Pengujian Kepatuhan
Pengertian sampling audit menurut Standar Auditing seksi 350 pasal 1 adalah :
Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur saldo akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik
saldo akun atau kelompok transaksi tertentu.
Audit sampel dapat diterapkan untuk pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif. Penentuan dan pengambilan jumlah sampel yang harus diuji dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan kebijakan auditor (non statistical atau
27
8/6/2019 26000512200511162
16/25
judgement sampling) atau berdasarkan perhitungan secara statistik (statistical
sampling).
Jika menggunakan teknik statistik, maka perlu adanya sampling atribut dan
sampling variabel. Sampling atribut digunakan untuk pegujian pengendalian dengan
tujuan untuk meramalkan tingkat penyimpangan antara pelaksanaan dengan
pengendalian yang sudah ditetapkan. Sedangkan sampling variabel digunakan untuk
pengujian substantif dengan tujuan untuk meramalkan total suatu populasi atau jumlah
rupiah kesalahan dalam suatu populasi. (Munawir, 1995:296)
Model sampling atribut dalam pengujian pengendalian ada tiga :
1. Fixed Sample Size Attribute Sampling
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan oleh
auditor.Pengambilan sampel dengan model ini ditujukan untuk memperkirakan
prosentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama
digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur
struktur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai
beberapa penyimpangan (kesalahan).
2. Stop or Go Sampling
Model pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute
sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu
banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini
digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi
sangat kecil.
28
8/6/2019 26000512200511162
17/25
3. Discovery Sampling
Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang
diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam model ini
auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk menemukan paling tidak satu
kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhnya lebih besar dari yang
diharapkan.Discovery samplingdipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangan,
pelanggaran yang serius dari struktur pengendalian intern dan ketidakberesan
lainnya.
(Mulyadi, 1998 : 241)
Langkah-langkah dalam melakukan sampling atribut adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian
Tujuan pengujian pengendalian adalah untuk menilai efektivitas prosedur
pengendalian intern dan untuk menentukan keandalan pengendalian dalam suatu
siklus sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan risiko pengendalian.
2. Menentukan atribut simpangan
Atribut adalah suatu karakteristik dari suatu pengendalian, sedangkan simpangan
adalah tidak adanya atau kurangnya suatu atribut. Berdasarkan pengetahuan
terhadap struktur pengendalian intern, auditor harus dapat menentukan atribut yang
berkaitan dengan efektivitas pengendalian yang akan diuji.
3. Menetapkan populasi
Dalam sampling atribut, populasi meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelompok transaksi yang akan diuji. Hasil sampel hanya dapat diproyeksikan
29
8/6/2019 26000512200511162
18/25
terhadap populasi dari mana sampel tersebut dipilih. Sehingga penentuan populasi
harus sesuai dengan tujuan auditor.
4. Menetapkan metode pemilihan sampel
Tujuan sampel audit adalah untuk mengambil suatu kesimpulan tetang satu atau
lebih karakteristik populasi tanpa harus melakukan pengujian terhadap seluruh
populasi. Metode yang dapat digunakan untuk memilih sampel, sebagai berikut:
a. Tabel angka acak
Tabel tersebut berisi kolom-kolom dan jajaran angka-angka. Auditor dapat
memulai dari angka manapun kemudian ditelusuri nomor satuan sampel. Jika
tidak ada angka yang mengidentifikasikan nomor satuan sampel, maka auditor
dapat menetapkan hubungan antara populasi dengan angka acak dengan
memberi nomor pada masing-masing unsur populasi.
b. Sampling sistematik
Metode sampel ini menyangkut pemilihan setiap sampel ke-n dari populasi yang
sudah berurutan. Metode ini tidak perlu menentukan hubungan populasi dengan
angka acak dan akan bermanfaat jika populasi jika populasi tidak mempunyai
nomor identifikasi. Pengambilan sampel dilakukan secara sistematis dengan
interval yang ditentukan dengan cara membagi jumlah populasi dengan jumlah
sampel yang diinginkan.
c. Dengan bantuan komputer
Penggunaan komputer untuk mendapatkan angka acak jauh lebih efisien serta
mengurangi kemungkinan kesalahan dalam pemilihan angka acak. Pada program
30
8/6/2019 26000512200511162
19/25
pemilihan angka acak ini auditor hanya perlu memasukkan besarnya sampel
yang diinginkan, serta elemen populasi terbesar dan terkecil.
5. Menentukan jumlah sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diinginkan dalam sampling atribut, maka
auditor harus memperhatikan :
a. Reliability level(confidence level) atau risiko penentuan keandalan
struktur pengendalian intern atau R. Auditor pada umumnya menentukan
reliability level sebesar 1 dikurangi risk over relience dan menggunakan
reliability level (R) 90%, 95% atau 99%. Jika auditor menetapkan R=90%
berarti bahwa auditor mempunyai risiko 10% untuk mempercayai struktur
pengendalian intern yang sebenarnya tidak efektif.
b. Desired Upper Precision Limit(DUPL) atau batas ketepatan tertinggi
yang diinginkan, yaitu maksimum tingkat penyimpangan populasi dari prosedur
pengendalian yang ditetapkan sehingga auditor akan menoleransi tanpa
memodifikasi tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan. Penentuan
besarnya DUPL untuk pengujian pengendalian adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 BesarnyaDesired Upper Precission Limit
Kepercayaan terhadap Pengendalian Intern DUPL
1.Auditor menaruh sedikit kepercayaan tetapi tidak
mengurangi kepercayaan terhadap pengendalian intern
10%
2.Auditor menaruh kepercayaan cukup besar bahwa
pengendalian intern dapat diandalkan
5%
3.Auditor sangat percaya terhadap pengendalian intern
(tidak ada kelemahan)
1%
31
8/6/2019 26000512200511162
20/25
Expected population accurence rate (Penaksiran tingkat penyimpangan populasi),
penaksiran ini dapat dilakukan berdasarkan hasil pengujian atribut pengendalian tahun
sebelumnya, atau dari sampel percobaan.
6. Pelaksanaan Pengambilan Sampel
Jika auditor telah menetapkan risk over relience dan tingkat penyimpangan populasi
yang diinginkan, maka sampel audit dapat ditentukan dari tabel standar. Sekali
dipilih, sampel harus diperiksa atributnya yang dipilih dan harus didokumentasi
dalam kertas kerja audit.
7. Evaluasi Hasil Sampel
Setelah melaksanakan pemilihan sampel, auditor meringkas dan mengevaluasi
hasilnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menentukan tingkat penyimpangan sampel, dengan rumus :
Temuan jumlah penyimpangan
Tingkat penyimpangan sampel =
Jumlah sampel
b. Menentukan maksimum tingkat penyimpangan populasi. Taksiran
tingkat penyimpangan populasi maksimum dapat ditentukan atas dasar tingkat
penyimpangan sampel ditambah dengan cadangan risiko sampel.
c. Mempertimbangkan informasi kualitatif
d. Kesimpulan keseluruhan
Auditor mempertimbangkan semua informasi kuantitatif dan kualitatif dalam
penentuan risiko pengendalian.
32
8/6/2019 26000512200511162
21/25
K. Stop or Go Sampling
Stop or go sampling digunakan untuk mengatasi permasalahan sampel yang
diambil dalam pengujian terlalu banyak. Jika auditor tidak menemukan adanya
penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan,
ia dapat menghentikan pengambilan sampel. Prosedur yang ditempuh auditor dalam
pelaksanaan pengujian menggunakan stop or go sampling menurut Mulyadi dalam
bukunya Auditing adalah sebagai berikut :
1. Menentukan desired upper precission limit dan tingkat keandalan. Pada tahap ini
auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat keandalan
maksimum yang dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop or go sampling
menyarankan auditor untuk memilih tingkat keandalan 90%, 95% atau97,5%.
2. Menggunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian kepatuhan untuk
menentukan sampel pertama yang harus diambil. Jika struktur pengendalian intern
baik, maka auditor disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang
dari 95% dan menggunakan desired upper precisson limitlebih dari 5%.
Contoh :
Dalam pengujian kepatuhan terhadap otorisasi kredit dalam sistem penjualan kredit
auditor menentukan tingkat keandalan 95% dan dasired upper precision limit 5%.
Auditor kemudian menggunakan tabel minimum sample size untuk menentukan
besarnya sampel minimum dengan cara menentukan titik potong baris desired upper
precision limitdengan kolom reliability level yang telah dipilih. Hasilnya jumlah
sampel minimum adalah 60.
33
8/6/2019 26000512200511162
22/25
3. Membuat tabelstop or go decision.
Apabila sampel minimumnya adalah 60, maka tabel stop or go decision adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Keputusan Stop or Go
Langkah
ke-
Besarnya
Sampel
kumulatif yang
digunakan
Berhenti jika
kesalahan
kumulatif yang
terjadi
samadengan
Lanjutkan ke
lagkah berikutnya
jika kesalahan
yang terjadi sama
dengan
Lanjutkan ke
langkah 5 jika
kesalahan paling
tidak sebesar
1 60 0 1 42 96 1 2 4
3 126 2 3 4
4 156 3 4 4
5 Gunakanfixed sample size attribute sampling
Sumber : Mulyadi hal. 256
Cara penyusunan tabel Stop or go decision adalah sebagai berikut :
Langkah 1
Pada langkah ini auditor menentukan besarnya sampel minimum dengan
menggunakan tabel minimum sample size. Jumlah sampel dicantumkan dalam
kolom besarnya sampel komulatif pada baris langkah pertama. Jika dari
pemeriksaan terhadap anggota sampel tersebut tidak menemukan kesalahan, maka
auditor menghentikan pengambilan sampel, dan mengambil kesimpulan bahwa
elemen struktur pengendalian intern yang diperiksa adalah efektif.
Pengambilan sampel dihentikan jika DUPL = AUPL ( Desired Upper Precision
Limit=Achieved Upper Precision Limit).
AUPL dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Confidence level factor at desired reliability for accurrence observedAUPL =
Sample size
34
8/6/2019 26000512200511162
23/25
Confidence level factorpada R% = 95 dan tingkat kesalahan sama dengan 0 adalah
3. Disimpulkan jika kesalahan yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60
anggota sampel sama dengan 0, maka elemen struktur pengendalian intern adalah
baik, karena AUPL tidak melebihi DUPL.
Langkah 2
Jika kesalahan yang dijumpai dalam pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel
tersebut sama dengan 1, maka confidence level factorpada R% = 95 adalah 4,8.
Tabel 2.3 Penentuan Besarnya Confidence Level
Attribute sampling table for determining stop or go sample size and upper
precission limit of population occurence rate based on sampe result.
Number of occurrence Confidence level
90% 95% 97,5%
0
1 4,8
2
34
Sumber : Mulyadi hal. 259
Jika tingkat kesalahan dalam sampel sebanyak 1, maka AUPL = 4,8/60 =0.08 atau
8% yang melebihi DUPL yang ditetapkan sebesar 5%, sehingga perlu mengambil
sampel tambahan, yang dihitung dengan rumus :
Confidence level factor at desired reliability for occurence observed
Sample size =Acceptable UPL
Dalam contoh tersebut besarnya sampel dihitung sebagai berikut :
4,8
Sample size = = 96
5%
35
8/6/2019 26000512200511162
24/25
Langkah 3
Jika dalam pemeriksaan terhadap attribut 96 anggota sampel ditemukan dua
kesalahan, maka auditor mengambil 30 anggota sampel tambahan sehingga jumlah
sampel komulatif menjadi 126. Jika dari 126 anggota sampel tersebut hanya
dijumpai 2 kesalahan, maka :
6,3
AUPL = = 5%
126
Dengan demikian jika dari 126 anggota sampel tersebut hanya terdapat dua
kesalahan, auditor akan mengambil kesimpulan bahwa struktur pengendalian intern
adalah efektif, dan auditor akan menghentikan pengambilan sampel karena AUPL
sama dengan DUPL. Namun jika dari 126 anggota sampel auditor menemukan 3
kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 6,19% ( 7,8 / 126 ). Dalam keadaan ini
auditor memerlukan sampel komulatif sebesar 156 ( 7,8 / 5% ) dan dilanjutkan ke
langkah 4.
Langkah 4
Jika dari 156 anggota sampel tersebut hanya dijumpai 3 kesalahan, maka AUPL =
7,8/126 = 5%. Dengan demikian jika dari 156 anggota sampel tersebut hanya
terdapat 3 kesalahan, auditor mengambil kesimpulan bahwa struktur pengendalian
intern adalah efektif dan auditor akan menghentikan pengambilan sampel, karena
36
8/6/2019 26000512200511162
25/25
AUPL=DUPL. Namun jika dari 156 anggota sampel tersebut auditor menemukan 4
kesalahan, maka AUPL menjadi sebesar 5,9% ( 9,2 / 156 ).
Dalam keadaan ini auditor beralih kelangkah kelima, yaitu mengambil kesimpulan
bahwa struktur pengendalian intern yang diperiksa tidak dapat dipercaya, atau
auditor dapat menggunakanFixed Sample Size Attribute sebagai alternatif.
37