digilibadmin.unismuh.ac.id · 2020. 12. 5. · Adapun factor pendukung dan penghambat „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai yaitu Faktor pendukung, pelatihan
Post on 21-Dec-2020
4 Views
Preview:
Transcript
vi
ABSTRAK
JUMIARNI, 105 270 011 511. 2019 Peranan Majelis Tabligh Pimpinan
Daerah ‘Aisyiyah Dalam Meningkatkan Manajemen Dakwah Dan
Efektivitas Organisasi Di Kabupaten Sinjai. Dibimbing oleh Dr.M.Ali
Bakri., S.Sos.,M.Pd dan Wiwiek Laela Mukromin.,M.Pd.I
Skripsi ini berjudul Peranan manajemen dakwah majelis tabligh „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah di Sinjai. Pokok permasalahan penelitian ini adalah karena ingin mengetahui bagaimana peran manajemen dakwah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di kabupaten Sinjai. Penelitian ini mengangkat masalah sebagai berikut : 1)Bagaimana manajemen dakwah majelis tabligh „Aisyiyah di Sinjai . 2) Bagaimana peran manajemen dakwah majelis tabligh „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah di Sinjai. 3)Bagaimana factor pendukung dan penghambat majelis tabligh „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah di Sinjai.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, deskriptif yang berlokasi di jalan Sultan Hasanuddin No.20. Balangnipa Kab. Sinjai Utara. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan komunikasi dan pendekatan sosiologi. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer seperti wawancara langsung dengan ionforman dan data sekunder seperti buku, internet, jurnal, dan dokumentasi. sedangkan teknik analisis data adalah dengan metode deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen dakwah pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai dalam meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai adalah membuat perencanaan dakwah ,membentuk pengorganisasian dakwah kemudian menjalankan perencanaan yang telah dibuat dan terakhir evaluasi.
Adapun factor pendukung dan penghambat „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai yaitu Faktor pendukung, pelatihan muballighat dan pembinaan keluarga sakinah. Adapun factor penghambat yaitu dana, adat dan waktu. Adapun implikasi penelitian ialah diharapkan kepada pengurus „Aisyiyah agar penelitian ini menjadi bahan referensi bagi pengurus „Aisyiyah dalam melakukan aktivitas meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai.
Kata kunci :manajemen dakwah, majeis tabligh dan efektivitas.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah memberikan nikmat yang begitu besar terutama nikmat
kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Salam dan shalawat kepada junjungan rasulullah Muhammad SAW. yang
diutus oleh Allah ke permukaan bumi ini sebagai suri tauladan yang patut
dicontoh dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Adapun skripsi ini merupakan suatu karya tulis ilmiah yang diajukan
sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama Islam Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi
ini tidak lepas dari bantuan dan kerja sama dari semua pihak yang dengan
rela dan ikhlas turut serta dalam pembuatan Skripsi ini. Terutama Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari Ayahanda (Aco dg
palallo ) dan ibunda (Nursiah) tercinta atas segala pengorbanannya yang
tak pernah bisa penulis balas meskipun sampai titik peluh yang terakhir
serta kakak dan adik-adikku tersayang (Nurjannah, Muvidah, Faatimah)
serta Suamiku Tercinta (Arman Malik) yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan studi dan keluarga dengan
segala dukungan, semangat dan motivasi yang tiada hentinya.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Drs, H. Mawardi Pewangi, M.Pd selaku dekan Fakultas Agama Islam.
3. Syekh Dr. Mohammed Mohammed Tayeb Mohammed Khoory, selaku
Pembina Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) Jakarta, yang telah
memberikan beasiswa kepada penulis sehingga proses penyelesaian
studi dapat berjalan dengan lancar.
4. Ustadz Dr. H. Abbas Baco Miro, Lc., MA., selaku ketua Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam.
5. Dr. Muhammad Ali Bakri, S.Sos., M.Pd dan Wiwik Laela Mukromin
M.Pd.I., selaku pembimbing I dan II yang dengan kesabaran dan
ketekunanya memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
membimbing dan mengarahkan penulis
6. Meisil B. Wulur selaku penasihat Akademik atas bimbingan dan
nasehat yang sangat berharga selama penulis menuntut ilmu di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Seluruh Staf Pegawai dalam lingkungan Fakultas Agama Islam dan
Ma‟had Al Birr Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membekali ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Ibu Hj. Hamdana Kantao., SKM selaku ketua Pimpinan Daerah
„AisyiyahSinjai, ibu Nafsiyah, S.Ag selaku ketua Majelis Tabligh dan
8. seluruh anggota „Aisyiyah Sinjai yang telah menerima dan memberikan
kesempatan serta membantu penulis dalam mengumpulkan data
selama penelitian.
9. Akhwat FSNI yan kucintai karena Allah. Jazakillah khair atas
nasiahatnya.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Angkatan 2015, terkhusus kelas akhwat dan kelas akselerasi, semoga
perjuangan kita semua mendapatkan ridho Allah.
Semoga amal baik mereka semuanya menjadi amal baik di sisi
Allah Subhanahu Wata’ala, dan mendapat balasan yang berlipat, Aamiin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sangat sederhana
ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi kita semua.
Jazakumullah Khairan Katsir.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... iii
BERITA ACARA MUAQASYAH ............................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Manajemen Dakwah ................................................................... 7
a. Pengertian manajemen dakwah ........................................ 7
b. Tujuan manajemen ............................................................ 14
c. Fungsi-fungsi manajemen ................................................. 15
d. Unsur-unsur dakwah ......................................................... 28
e. Peranan manajemen dakwah ............................................ 34
B. Majelis Tabligh ............................................................................. 37
C. Efektivitas..................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 40
B. Lokasi dan objek Penelitian .......................................................... 42
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 42
D. Deskripsi fokus Penelitian ........................................................... 42
E. Sumber data ................................................................................ 43
F. Instrument Penelitian ................................................................... 44
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 45
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 49
A. Gambaran Umum „Aisyiyah Kabupaten Sinjai .............................. 49
1. Sejarah „Aisyiyah ................................................................ 49
2. Sejarah terbentuknya „Aisyiyah di Sinjai .............................. 52
3. Identitas, Visi, dan Misi „Aisyiyah kabupaten Sinjai .............. 54
4. Struktur Organisasi „Aisyiyah kabupaten Sinjai .................... 56
B. Peranan manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah ....................................................................................... 57
C. Efektivitas manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah di Sinjai ....................................................................... 65
D. factor pendukung dan penghambat majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai ......... 69
1. factor pendukung majelis tabligh PDA dalam meningkatkan
efektivitas dakwah di sinjai ................................................ 69
2. factor penghambat ;majelis tabligh PDA dalam meningkatkan
efektivitas dakwah di sinjai ............................................ …70
BAB V PENUTUP ................................................................................ 74
A. Kesimpulan ................................................................................ 74
B. Saran ........................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 78
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah. yaitu, agama untuk menyeru dan
mengajak seluruh umat untuk memeluk agama Islam. Sebagai rahmat
bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kesejahteraan umat
manusia bilamana ajaran Islam yang mencakup segenap aspek
kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh. 1
Dakwah juga merupakan suatu yang sangat penting bagi
keberlangsungan agama Islam sebab dakwah Islamiyah telah
dilaksanakan oleh Nabi dan diteruskan para sahabat, khalifah, dan diikuti
oleh para ulama yang sebagi pewaris nabi.2 Di era yang semakin modern
saat ini, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
semakin berkembang dan telah membawa banyak perubahan bagi
masyarakat, baik pola pikir, sikap maupun tingkah laku. Namun disamping
itu, kemajuan ilmu pengetahuaan dan tekhnologi nampaknya tidak diikuti
oleh kemajuan akhlak dan budi pekerti.
1Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam,( Suara
Muhammadiyah,Yogyakarta), 2010, h. 1.
2 Hasanah Hasyim, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013),
h. 19.
3
Bahkan sebaliknya, peneliti melihat keadaan disekitar, sangat jelas terlihat
semakin merosotnya nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai keagamaan,
sehingga bisa dikatakan manusia dewasa ini sedang mengalami krisis
akan nilai-nilai Islam maupun nilai-nilai Insani.
Dimana peneliti melihat perempuan zaman sekarang banyak
terjerumus ke dalam penjajahan modern emansipasi. Perempuan Lebih
banyak mengekploitasi dirinya dan banyak perempuan yang keluar dari
fitrahnya sebagai perempuan, sehingga dianggap sebagai penyebab krisis
moral akan bangsa ini, dan penulis melihat bagaimana perempuan
sekarang diekspos di media-media dan banyak hal lain yang menjadi
sasaran utamanya dan umpannya adalah perempuan. Dan peneliti juga
mengetahui bahwa perempuan memiliki peran penting dalam Islam yaitu
melahirkan keturunan serta sebagai tonggak dalam tatanan masyarakat.
Melihat problematika di atas, perempuan memiliki peran penting di
kalangan perempuan itu sendiri untuk beramar ma‟ruf nahi munkar. Dan
dengan adanya pemberdayaan perempuan oleh „Aisyiyah yang bergerak
dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan mampu untuk
menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan masyarakat,
yaitu masyarakat yang rahmatan lil‟alamin, masyarakat yang sejahtera
lahir batin, dunia dan akhirat, baldatun thayyibatun warabbun gafur,
masyarakat madani, masyarakat berkesetaraan dan berkeadilan gender.3
3Dwi astuti, Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan, (online).
https://www.academica.edu/5252429/muhammadiyah_dan_pemberdayaan_perempuan. diakses (tanggal 28 Januari 2018).
4
Dan Pada tahun 1930, Muhammadiyah grup Balangnipa-Sinjai
membentuk „Aisyiyah Balangnipa-Sinjai sebagai wadah pergerakan
dakwah perempuan di Sinjai, namun realitanya dakwah „Aisyiyah di Sinjai
sampai saat ini belum menyentuh seluruh pelosok- pelosok daerah di
Sinjai, karena masih ada beberapa daerah di Sinjai yang belum mengenal
Islam secara baik. Yang dimana mereka belum tersentuh dakwah Islam
sama sekali. Dan masih banyak masyarakat yang memahami agama
Islam sebagaimana nenek moyang mereka dalam memahami Islam,
belum lagi perang pemikiran (Ghazwul Fikri) yang mereka tidak sadari
yang akan melumpuhkan kaum muslim.
Segala persoalan kemasyarakatan yang semakin rumit dan
kompleks yang dihadapi oleh umat manusia merupakan masalah yang
harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung dan pelaksana dakwah.
Begitupun dengan banyaknya serangan pemikiran yang menentang Islam
yang dialami oleh masyarakat Islam yang merupakan problema dakwah
yang harus dihadapi.
Untuk menghadapi masalah dakwah yang semakin berat dan
meningkat, penyelenggara dakwah harus bekerja sama dalam satu
kesatuan yang teratur, yang terlebih dahulu dipersiapkan dan
direncanakan sebaik-baiknya, serta menggunakan sistem kerja yang
efektif dan efisien yaitu dengan Manajemen. Sebagaimana Allah
Subhanahu Wa Ta’ala telah mengilustrasikan dalam firman-Nya Q.S. As-
Shaff /61: 4.
5
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.4
Ayat itu merupakan dorongan dari Allah kepada hamba-Nya untuk
berjihad di jalan Allah dan mengajarkan kepada mereka bagaimana yang
seharusnya mereka lakukan, dan bahwa sepatutnya mereka berbaris
secara rapi dalam jihad tanpa celah dalam barisan, dimana barisan
mereka tersusun rapi dan tertib yang dengannya dicapai dengan
kesamaan antara para mujahid, saling membantu, membuat musuh gentar
dan membuat semangat.5
Dengan demikian, ilmu manajemen sangat penting untuk
kehidupan sehari-hari dan dakwah ini. Karena ilmu manajemen tidak
hanya sebatas ilmu yang sekedar dipahami, hal ini penting untuk
dipraktikkan dalam penyelenggaraan dakwah dan kehidupan kita. Karena
seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali timbul
permasalahan-permasalahan yang dilatar belakangi karena tidak memiliki
manajemen. Jadi, dalam dakwah tentu sangat memerlukan yang namanya
manajemen, kerena manajemen identik dengan sikap disiplin yang akan
membantu kelancaran dakwah secara efektif dan efisien. Dan dengan
4Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Penerbit Sahifa,
2014), h. 551.
5 http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-ash-shaff-ayat-1-4.hml (Diakses tanggal
6 januari 2018)
6
penerapan manajemen dakwah dalam proses dakwah diharapkan
pelaksanaan dakwah dapat tercapai seperti yang direncanakan, kemudian
dapat diadakan penelitian dan evaluasi sehingga dapat digunakan
persiapan dakwah dimasa yang akan datang,
Melihat betapa besar peranan manajemen bagi tercapainya tujuan
dakwah meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah di Sinjai Utara.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penulisan ini adalah:
1. Bagaimana manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah di Sinjai ?
2. Bagaimana peran manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah
di Sinjai ?
3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah
„Aisyiyah di Sinjai ?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah di Sinjai.
7
2. Untuk mengetahui peran manajemen dakwah majelis tabligh dalam
meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah di Sinjai.
3. Untuk mengetaui faktor pendukung dan penghambat majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah
„Aisyiyah di Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan adalah:
a. Manfaat Teoritis
Bagi penulis merupakan suatu pelajaran yang berharga,
karena dengan penelitian ini kita dapat mengetahui peranan
manajemen dakwah dalam meningkatkan efektivitas dakwah suatu
lembaga khususnya pada lembaga dakwah Aisyiyah cabang Sinjai.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menjadi bahan
referensi bersama untuk melihat bagaimana peran manajemen
dakwah. dan sekaligus merupakan sumbangan pemikiran dan
evaluasi bagi Lembaga dakwah Aisyiyah cabang Sinjai dalam
memajukan dan mencerahkan bangsa agar menjadi lebih baik di
tengah perkembangan lembaga dakwah saat ini
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Dakwah
a. Pengertian Manajemen dakwah
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi.
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen di pandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha
memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Istilah
manajemen adalah ketatalaksanaan, pengurusan, tata pimpinan,
pengelolaan dan lain sebagainya. Dalam bahasa Inggris manajemen
adalah Management dengan kata kerja to manage, diartikan sebagai
mengurusi. Adapun bahasa manajemen dalam bahasa Arab adalah an-
nizam atau at-tanzim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan
segala sesuatu dan penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Sedangkan menurut istilah manajemen adalah suatu proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan (sasaran). 6
Adapun pengertian manajemen menurut para ahli ada beberapa,
diantaranya :
a. Robert Kritiner mendefinisikan bahwa manajemen sebagai proses
kerja melalui orang lain mencapai tujuan organisasi dalam
lingkungan
6 Luther gulick, Manajemen Is Science” Academy of Management Journal .maret
1965. Hal.7-8
9
Berubah. proses ini berpusat pada penggunaan yang efektif dan
efisien terhadap penggunaan sumber daya manusia.7
b. James A.F Stoner mendefinisikan manajemen sebagai proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan
supaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8
c. George R. Terry dalam merumuskan proses manajemen
mengemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas,
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan/pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.9
d. Zaini muchtarom mengungkapkan bahwa manajemen adalah
aktivitas mengatur kegunaan sumber daya sebagai tercapainya
tujuan organisasi secara efektif.10
e. H. Melayu S.P. Hasibuan mengemukakan bahwa manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
7 Robert Kritiner, Management, Edisi IV (Boston: Hougton Mifflin Company,
1989), h.9.
8 James A.F stoner, manajemen, (Jakarta:PT.Prahallindo,1996), h.19
9 George R. Terry, Principle Of Management, (New York: Richard D. Irwin, 1961),
h. 32
10 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (cet,1:Yogyakarta: Al-
Amin Press,1996). H.37
10
dan sumber- sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.11
f. M. Manullang mengatakan bahwa maanajemen adalah seni dan ilmu
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan.12
g. Menurut Sofyan Syafri Harahap, manajemen adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara mencapai suatu tujuan, apa fungsi
yang harus dilakukan, dengan menggunakan alat, tenaga orang, ide
dan sistem secara efisien.13
Berdasarkan definisi-definisi di atas, Manajemen adalah bagaimana
kita mengatur sebuah kegiatan dari awal sampai akhir dengan terstruktur
serta dilakukan dengan bekerja sama sehingga apa yang kita inginkan
bisa tercapai dengan efektif dan efisien.
Dakwah berasal dari bahasa Arab da’a yad’u da’watan artinya
memanggil menyeru, mengajak atau mengundang. Jika diubah menjadi
da’watun maka maknanya akan berubah menjadi seruan, panggilan atau
undangan.14
Dakwah menuju jalan Allah, maknanya adalah mengajak orang lain
agar melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Hal itu
11
H. Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.2
12 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), h. 15
13 Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid;Suatu pendekatan Teoritis dan
Organizatoris, (Yogyakarta: Danba Bakti Prima Yasa, 1993), h. 16.
14 Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Amzah,
2007),h. 25.
11
berarti memerintahkan orang lain untuk melakukan segala kebaikan, dan
melarang orang lain dari segala keburukan.15 Allah Berfirman dalam
qur‟an surat al-Baqarah/2: 221, dalam menjelaskan makna dakwah sebagi
berikut :
Terjemahnya: Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga
Makna dakwah disini adalah mengajak, menyeru serta
memerintahkan. Namun makna dakwah secara syara‟ adalah mengajak
orang lain agar melakukan segala perintah baik berupa ucapan atau
amalan, dan meninggalkan larangan Allah baik dalam ucapan maupun
perbuatan, beriman kepada Allah, dan kepada segala hal yang dibawa
oleh para rasul-Nya, serta ajakan kepada menaati mereka dengan suatu
yang mereka perintahkan.16
Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kata yang di dalamnya
berisi penyampaian pesan dari seseorang kepada seseorang atau kepada
masyarakat, agar pesan yang disampaikan dapat menarik mad‟u dan
dapat memberi pengaruh dan efek yang positif, kehidupan di dunia dan di
akhirat.17
15
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta :Darul Haq,, 2013) h. 19-20
16
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, h. 19-20
17
Arifuddin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat, (Samata:Alauddin Press, 2011), h. 22.
12
Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam
kehidupan manusia dengan strategi, metodologi, dan system dengan
mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologis individu atau
masyarakat agar target maksimal tercapainya.18
Pengertian dakwah menurut beberapa para ahli, antara lain:
1. KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dakwah adalah upaya seorang
da‟i mengajak dan menawarkan manusia ke jalan kebaikan sesuai
prinsip kebaikan. Sehingga sebaiknya dakwah yang paling baik
adalah pendekatan budaya atau dakwah kultural, yang tidak
berlandaskan kepada kekerasan dan tidak kaku kepada keharusan
secara formal (yaitu seorang da‟i tidak harus menyelipkan ayat al-
Qur‟an dan Hadits). Yang paling utama adalah bagaimana cara
seorang da‟i meminimalisir penegakan amar ma‟ruf nahi mungkar
secara paksaan.19
2. Menurut Dr. M Quraish Shihab dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi
yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat. Terwujudnya dakwah bukan hanya sekedar usaha
peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup
saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada
18 Nur Syam, Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis Tentang Ilmu Dakwah,(
Surabaya: Jenggala Pustaka Umum, 2003), h.2
19 M, Munir & Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah,(Cet 2, Jakarta : Kencana 2009),
h. 20
13
masa sekarang ini ia harus lebih berperan menuju kepada
pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai
aspek.20
3. Syaikh Abdullah Ba‟alawi, memberikan definisi bahwa dakwah
adalah mengajak, membimbing, dan memimpin orang yang belum
mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk
dialihkan ke jalan ketaatan kepada Allah, menyuruh mereka
berbuat baik dan melarang mereka berbuat buruk agar mereka
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.21
4. Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Samsul Munir Amin,
dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar
orang beriman kepada Allah, percaya dan menaati apa yang telah
diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah
kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.22
5. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan Allah untuk
keselamatan mereka dunia dan akhirat.23
6. Menurut Amrullah Ahmad bahwa pada hakikatnya dakwah Islam
merupakan aktualisasi iman (teologis) yang dimanifestasikan ke
20
Quraish Shihab , Membumikan Al-Quran dan Peran Wahyudalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 194
21 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajawali Press, 2011),
h.3.
22 RB. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional
menujuDakwah Profesional, h. 27.
23 Prof. Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1985), h. 1
14
dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan bertindak
manusia pada dataran kenyataan individual dan sosiokultural
dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam
semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.24
Berdasarkan beberapa definisi tentang dakwah di atas, jadi dakwah
adalah menyeruh/mengajak orang atau sekelompok orang ke jalan yang
yang lebih baik daripada keadaan sebelumnya, untuk mentauhidkan Allah.
Adapun pengertian Manajemen dakwah adalah suatu aktifitas
dakwah yang dilaksanakan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen
dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
bersama.25 Adapun definisi manajemen dakwah berdasarkan para ahli
yaitu sebagai berikut :
1. Menurut A.Rosyad Shaleh mengartikan manajemen dakwah
sebagai proses perencanaan tugas, menghimpun dan
menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok
tugas dan kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan
dakwah. Adapun inti dari manajemen dakwah adalah sebagai
sebuah pengaturan secara sistematis dan koordinatif dalam
24 Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial,( Yogyakarta: PLP2M,
1983), h.3.
25 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, h.50
15
kegiatan dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai
akhir dari kegiatan dakwah.26
2. Menurut Mahmudin manajemen dakwah adalah suatu proses
dalam memanfaatkan sumber daya insani dan alam dan dilakukan
untuk merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam sebagai tujuan
bersama.27
Adapun inti dari manajemen dakwah adalah sebuah pengaturan
secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan atau aktivitas dakwah
yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai akhir dari kegiatan.28
b. Tujuan manajemen
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
karena dengan tujuan akan mempengaruhi arah dan tindakan kita.
Dengan tujuan itu kita dapat mengetahui apa target sudah dapat tercapai
atau tidak.29
Tujuan manajemen secara umum sebagai alat atau sarana yang
efektif untuk melakukan pekerjaan secara berdaya guna dan berhasil.
Tujuan manajemen adalah agar pelaksanaan suatu usaha terencana
secara sistematis, dapat dievaluasi secara benar, akurat, dan lengkap
26 I‟anut Thoifah, manajemen dakwah. h. 25-26.
27 I‟anut Thoifah, manajemen dakwah, 25.
28 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 36-37.
29 Rudi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana
Prima, 2008), h.29
16
sehingga mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efisien dan
efektif. 30
c. Fungsi-fungsi manajemen
1. Perencanaan (Takhtih)
Perencanaan adalah hal yang dilakukan seorang atau kelompok
sebelum melakukan kegiatan, seperti menyusun agenda-agenda yang
akan dilakukan dan cara untuk melakukan agenda tersebut. Perencanaan
merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-
asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan
kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan.31
Menurut Harold Koontz dan Cyril yang dikutip oleh Melayu S.P
Hasibuan mengatakan perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang
berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-
kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program serta alternatif yang ada
dan perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternatif yang ada.32
Perencanaan yang dilakukan dalam suatu lembaga organisasi
hendak mencapai tujuan yaitu keberhasilan. Al- Quran selalu memberikan
petunjuk kepada perbuatan-perbuatan yang baik untuk menciptakan
30
Arifuddin Siraj, Cara Praktis Mempelajari Manajemen, (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h.6
31 George R.Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 46
32 Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, h. 40.
17
kedamaian dan kebahagiaan bagi aspek kehidupan manusia yang
beraneka ragam. Dalam QS. Al-Hasyr/59: 18
Terjemahnya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.33
Perbuatan yang baik dan memperhatikan yang akan diperbuatnya
hari esok di dalam ayat di atas, tentu terselip dalam hati niat yang baik,
yang berencana dengan rapi dan teratur untuk memulai suatu tindakan
atau aktivitas.
Jelas bahwa ayat tersebut menganjurkan kepada orang-orang yang
beriman, agar supaya memperhatikan apa yang akan diperbuat
selanjutnya, maka di dalam istilah manajemen tindakan itu disebut
perencanaan.34
Pekerjaan yang berjalan dengan baik dan mencapai sasaran dan
tujuan ialah pekerjaan/kegiatan yang dijalankan sesuai dengan
perencanaan.
Perencanaan merupakan bagian dari Sunnatullah, dengan melihat
sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan alam semesta
dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang
33
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, h. 548.
34 Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut al-Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Al Husna, 1983), h. 9.
18
jelas. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam al-Qur‟an
surat as-Shad /38 ayat 27 :
Terjemahnya:
dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka35
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah menciptakan langit dan
bumi dengan adanya rencana di balik semuanya. Ketentuan-ketentuan
Allah telah diatur dan direncanakan sedemikian hebatnya. Jadi setiap
gerak dakwah harus dilakukan dengan teknik merencanakan. Salah satu
teknik perencanaan strategi yaitu dengan menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah strategi organisasi dakwah. Kerangka
berfikir yang digunakan didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang (Opportunities). Namun
secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (thearts).36
Perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis
Intern maupun ekstern suatu organisasi yaitu berupa kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada pada
35
Kementrian Agama RI, AlQur’an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017, h. 455.
36I‟anut Thaifah, Manajemen Dakwah, h. 27.
19
saat membuat perencanaan yang tepat. Adapun yang harus diperhatikan
sebelum perencanaan dakwah yaitu:
1. Hasil (output) dakwah yang ingin dicapai
2. Da‟i atau para juru dakwah yang akan menjalankan
3. Waktu dan skala prioritas
4. Dana (capital).
Adapun unsur-unsur kerangka perencanaan dakwah dalam bentuk
langkah dan aktivitas berikut:
a. Dakwah harus memiliki visi, misi dan tujuan utama ke depan
b. Mengkaji realitas dan lingkungan yang meliputi segala aspek yang
terkandung di dalamnya.
c. Menetapkan tujuan yang mungkin dapat direalisasikan, yakni
dengan mengikuti metode yang ada
d. Mengusulkan berbagai bentuk wasilah/sarana dakwah serta
menetapkan alternatif pengganti
e. Memilih saran dan metode dakwah yang paling cocok
f. Dakwah harus bisa menjawab; apa tujuan dakwah dilakukan ?
dimana dakwah akan dilaksanakan ? Kapan ? dan apa materi yang
akan disampaikan ?.
2. Pengorganisasian (Tandzhim)
Pengorganisasian dalam bahasa inggris organizing atau dalam
istilah bahasa arabnya at-tandzhim. Pengorganisasian adalah seluruh
proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung
20
jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi
yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapaai
suatu tujuan yang telah ditentukan.37
Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur
semua sumber-sumber yang diperlukan, termasuk sumber daya manusia
hingga pekerjaan yang dikehendaki dapat dilaksanakan dengan berhasil.38
Karena dengan pengorganisasian kegiatan dakwah terperinci
sedemikian akan memudahkan bagi pemilihan tenaga serta sarana yang
dibutuhkan. Pengorganisasian adalah sebagai berikut :
(1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan,
(2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan
membawa hal tersebut ke arah tujuan, dan
(3) penugasan tanggungjawab tertentu dan kemudian pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya.39
Setelah direncanakan langkah dalam pencapaian tujuan organisasi
adalah mengorganisir segala sumber daya untuk diarahkan guna
menggerakkan organisasi pada tujuan yang telah ditentukan. Allah telah
mengilustrasikan dalam al-Qur‟an surat ash-Shaff /61: 4.
37
M. Munir dan Wahyu Ilaishi, Manajemen Dakwah, h. 117.
38 George R. Terry , Dasar-dasar Manajeman, h. 82.
39
I‟anut Thoifah manajemen dakwah,h. 22
21
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.40
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah menyukai penataan barisan
dalam melaksanakan perang di jalan Allah dengan bersaf-saf untuk
mencapai tujuan yaitu untuk memenangkan perang. Manajemen diartikan
sebagai penataan (pengorganisasian) yaitu penataan barisan dalam
melaksanakan segala aktifitas untuk di arahkan mencapai tujuan dakwah.
Penataan barisan yang dimaksud adalah mengatur organisasi dengan
berbagai system administrasi dan struktur organisasi dapat bekerja
dengan baik sesuai tugasnya masing-masing.
Wujud dari pelaksanaan pengorganisasian ini adalah tampaknya
kerja tim yang baik, kesatuan yang utuh, kekompakan, kesetiakawanan,
dan terciptanya mekanisme yang sehat, sehingga kegiatan lancar, stabil,
dan mudah mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses pengorganisasian
menekankan pentingnya tercipta kesatuan dalam segala tindakan, dalam
hal ini al-Quran telah menyebutkan urgensi dari tindakan kesatuan yang
utuh, murni dan bulat dalam suatu kelompok atau lembaga organisasi
sebagaimana terdapat pada QS ali-Imran/3:103
40 Kementrian agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah.h. 551.
22
Terjemahnya :
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.41
Sangat diperlukan penyatuan dalam setiap tindakan yang terpadu,
utuh dan kuat karenanya dilarang oleh Allah ada tindakan adu domba,
bercerai, berpecah belah, antara sesama umat manusia dalam satu
aqidah dan dalam keimanan.42
Maka dalam suatu kegiatan sangat diperlukan suatu
pengorganisasian dan kerja sama di dalamnya demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan/ penggerakan (Tawjih)
Pelaksanaan atau pengarahan adalah tahap yang
direalisasikannya perencanaan dan pengorganisasian yang telah
diformulasikan baik dari sumber daya manusia dan alat ke dalam
serangkaian kegiatan atau aktivitas dakwah pada lembaga organisasi,
41
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, h. 63.
42 Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Al-Quran, h. 72.
23
adapun fungsi pengarahan adalah mengarahkan semua karyawan atau
anggota agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai
tujuan dari perusahaan/organisasi. Pengarahan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakkan, mengatur
segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu
kegiatan usaha dan dapat dilakukan dengan cara persuasif atau bujukan
atau instruksi, tergantung cara yang digunakan paling efektif
dipersiapakan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh anggota yang
ditugasi.43
Penggerakan mempunyai arti dan peran penting karena
penggerakan merupakan fungsi yang secara langsung berhubungan
dengan manusia (pelaksana) yang akan merealisasikan rencana dakwah
yang telah dirancang. Action merupakan inti dari manajemen dakwah. 44
Dalam al-Quran memberikan penjelasan bahwasanya pedoman
dasar terhadap proses bimbingan, pengarahan ataupun memberikan
peringatan dalam bentuk actuating ini yaitu dalam QS al-Kahfi/18: 2
Terjemahnya :
43 Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Dasar, h. 184.
44
Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h.107-108
24
Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.45
Allah menjajikan hamba-Nya bagi yang mengerjakan amal shaleh
dan mendapatkan balasan yang baik jika segala pekerjaan yang dilakukan
terorganisir dengan baik sesuai dengan perencanaan dengan cara yang
baik untuk mencapai tujuan dari kegiatan dakwah tersebut.
3. Pengendalian (Controling)
Controling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana.46
Controling merupakan penemuan dan penerapan cara dan
peralatan untuk menjalin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan mecakup 4 unsur (1)
penetapan standar pelaksanaan, (2) penentuan ukuran-ukuran
pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan dan (4) pengambilan tindakan
koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Pengawasan memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting bagi
proses dakwah, karena merupakan alat pengaman dan pendinamis
jalannya dakwah.47
45
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahan, h.293.
46 George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, h. 18.
47
Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h.146
25
Pengendalian adalah fungsi yang sangat menunjang dikarenakan
pengendalian ini dilakukan sebelum proses, saat proses, sampai akhir dari
proses sebuah kegiatan atau aktivitas dakwah dalam lembaga organisasi.
Dalam buku Jawahir Tanthowi unsur-unsur manajemen menurut al-Quran,
bahwasanya rumusan mengenai pengendalian ialah sebagai proses
kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, hambatan, kesalahan,
kegagalan, untuk diperbaiki kemudian dan mencegah terulangnya kembali
kesalahan itu begitupula mencegah sehingga pelaksanaan tidak berbeda
dengan rencana yang telah ditetapkan.48
Dalam al-Quran banyak menyebutkan mengenai mengontrol dan
mengoreksi kepada diri, ancaman bagi yang melanggarnya, salah satu
dalam surat as-Shaf/61: 2-3
Terjemahnya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.49 Dalam ayat di atas penulis pahami bahwa Allah menegur keras
orang yang beriman / aktivis dakwah yang mengatkan sesuatu namun dia
sendiri tidak melakukannya, bahkan Allah sangat membencinya. Karena
48
Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manjemen dalam al-Quran, h. 78.
49 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,h. 551.
26
seorang da‟i harus melakukan atau mencontohkan dengan perbuatan apa
yang diucapkannya, sehingga dakwahnya mudah diterima oleh khalayak.
Dan adapun praktik manajerial yang dilakukan manajer. Dalam
proses manajemen ada fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer/pemimpin yaitu: planning, organizing, staffing, actuating,
dan controlling serta Evaluating.50
Dan adapun potret manajemen dalam al-Qur‟an adalah sebagai
berikut :51
1. Keteraturan alam semesta ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala
sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Mulk/67 :3-4
Terjemahnya :
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.
52
2. Silih bergantinya siang dan malam, sebagaimana dalam firman Allah
dalam surat Al-mulk/67:19
50 I‟anut Thoifah, manajemen dakwah, Madani Press, Malang, 2015, h. 19-20.
51
M.munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006)h. 3-5
52 Kementian agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah, Cordoba, 2017.h. 562
27
أ
Terjemahnya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.”53
3. Bintang-bintang dan garis orbit tata surya, sebagaimana firman Allah
dalam surat Ali-Imran/3:190
Terjemahnya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal54 Para pemikir manajemen kontemporer menyatakan bahwa
manajemen mempunyai tiga karakteristik utama :55
1. Manajemen merupakan sebuah proses atau serangkaian kegiatan
saling barkaitan dan berkelanjutan
2. Manajemen manyangkut dan memutuskan bagaimana mencapai
tujuan-tujuan organisasi
53
Kementian agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah.h. 563.
54
Kementian agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah.h. 75.
55
I‟anut Thoifah manajemen dakwah,h.23.
28
3. Dalam mencapai tujuannya, manajemen melakukan pekerjaan
bersama, melalui orang dan sumber daya organisasi lainnya.
Adapun tujuan dari dakwah terdiri dari tujuan utama dan tujuan
departemental.
1. Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin
dicapai atau yang ingin diperoleh oleh keseluruhan tindakan
dakwah. beserta terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah. Dan amar
ma‟ruf nahi munkar merupakan suatu usaha atau sarana
penting untuk tercapainya tujuan dakwah.
2. Tujuan departemental dakwah adalah mencapai dan
mewujudkan tujuan utama dan merupakan tujuan perantara
oleh karena itu tujuan departemental dakwah berintikan nilai-
nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan
yang diridhai Allah, masing-masing sesuai dengan segi atau
bidangnya misalnya suatu nilai ditandai dengan adanya system
pendidikan yang baik, tersedianya sarana pendidikan yang
cukup serta terbentuknya obyek pendidikan menjadi manusia
yang bertakwa, berakhlak dan berilmu pengetahuan tinggi.56
56
Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 21 & 27
29
d. Unsur-Unsur Dakwah
Ketetapan dan keberhasilan dakwah akan dapat terwujud dengan
baik apabila unsur-unsur dakwah terpenuhi dengan baik. Adapun unsur-
unsur dakwah sebagai berikut :
1. Subjek dakwah (da’i)
Merupakan orang atau sekelompok orang yang melakukan tugas
dakwah, yang berfungsi sebagai pelaku dakwah atau pelaksana dakwah.
Dengan kata lain subjek dakwah merupakan pelaksana dari kegiatan
dakwah, baik secara perorangan/individu maupun secara bersama-sama
secara terorganisir. Dan untuk mencapai sebuah keberhasilan yang
maksimal dalam berdakwah maka harus mempunyai kemampuan
manajemen professional dan memiliki ciri pokok da‟I yang mempunyai
bekal kemampuan dan keahlian dalam memimpin dan nilai-nilai tersebut
adalah sebagai berikut :
a) Mempunyai ilmu pengetahuan yang luas
b) Bersikap dan bertindak bijaksana
c) Ikhlas dan sabar
d) Mampu berkomunikasi
e) Memiliki kondisi fisik yang baik57
Da‟i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang
Allah, alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah
untuk memberi solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga
57
Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h.43.
30
metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan
perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng.58
2. Objek dakwah
Objek dakwah adalah orang yang dijadikan sasaran untuk
menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da‟i. keberadaan objek
dakwah sering dikenal dengan mad’u. Menurut Syaikh Muhammad Abduh
dalam tafsir al manar, menyimpulkan bahwa mad‟u yang dihadapi da‟I ada
tiga golongan :59
a) Golongan cendekia-cendekia yang cinta akan kebenaran dan dapat
berpikir kritis dan dapat menanggapi persoalan, meraka ini
didakwahi dengan cara Bil hikmah, dengan dalil-dalil yang dapat
diterima oleh akal mereka.
b) Golongan orang awwam, yaitu orang yang kebanyakan belum
dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat
menangkap pengertian yang tinggi. Mereka harus dididik dengan
baik-baik, serta dengan ajaran yang mudah, mauidzatul hasanah.
c) Golongan yang diantara keduanya. Mereka suka membahas
sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak bisa mendalami
yang benar. Cara berdakwah kepada mereka adalah dengan
mujaadalah billati hiya ahsan, yakni bertukar pikiran, guna
mendorong supaya mau berpikir secara sehat.
58
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta :2009) h.140
59
I‟anut Thoifah manajemen dakwah,h.47-48
31
3. Metode dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang merupakan
gabungan dari kata meta (melalui) dan hodos (jalan). Adapun Metode
atau cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da‟I untuk menyampaikan
materi :
a) Dakwah Fardiyah
Dakwah fardiyah merupakan metode dakwah Islam yang dilakukan
seseorang kepada seseorang atau sekelompok kecil orang. Atau dengan
kata lain dakwah fardiyah yaitu dakwah dengan sebuah pendekatan
personal. Keunggulan dari dakwah ini yaitu dapat dilakukan dimanapun
dan kapanpun. Bahkan kemajuan orang yang didakwahi dapat dipantau
dan hasilnya lebih berkualitas.60 Dan ketika membahas tentang metode
dakwah, maka pada umumnya merujuk pada surat an-Nahl :125
Terjemahnya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.61
Berdasarkan ayat di atas metode dakwah ada 3 yaitu:
60 https://www.satujam.com/dakwah-islam/ (Diakses tanggal 6 januari 2018)
61
Kementian agama RI, Al-Qur’an Hafalan Mudah.h. 281
32
a) Metode Bil Hikmah, yaitu berdakwah dengan memerhatikan
situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada
kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-
ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau
keberatan.62
b) Metode Mauidzatil Hasanah, yaitu berdakwah dengan
memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran
Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran
Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.63
c) Metode Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan
cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-
baiknya dengan tidak memberikan tekanan yang memberatkan
pada sasaran dakwah.64
4. Materi dakwah
Isi pesan yang disampaikan da‟I kepada mad‟u untuk menuju
kepada tercapainya tujuan dakwah. Adapun materi yang disampaikan
dalam dakwah adalah apa yang ada dalam al-Qur‟an dan Hadist sebagai
berikut :
a. Aqidah (tauhid dan keimanan)
62
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2006) h. 34.
63 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34.
64 M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, h. 34.
33
Masalah pokok dalam materi dakwah adalah aqidah Islamiah.
Aspek aqidah ini akan membentuk moral manusia. Aqidah yang
menjadi materi utama dakwah mempunyai ciri-ciri yang dapat
membedakan dengan kepercayaan lain, yaitu:65
1. Keterbukaan melalui persaksian (Syahadat).
2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan
bahwa Allah adalah tuhan seluruh alam.
3. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan
amal perbuatan. Dari ibadah-ibadah pokok yang
merupakan manifestasi dari iman dengan segi
pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan
kemaslahatan masyarakat.
b. Syari‟ah (hukum)
Hukum atau syari‟ah sering disebut sebagai peradaban dalam
pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka
peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya.
Syari‟ah ini bersifat universal yang menjelaskan hak-hak umat
muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dan
syari‟ah ini memberikan kemaslahatan dalam memberikan hujjah
atau dalil-dalil dalam melihat sebuah persoalan.66
c. Mu‟amalah (kehidupan sosial)
65
M. Munir dan wahyu ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 24-25
66 M. Munir dan wahyu ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 26-27.
34
Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan.
d. Akhlak
Secara etimologis kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak
dari khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat. Akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas
perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaannya. 67
e. Ukhuwah
Menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam
antara penganutnya sendiri, serta sikap pemeluk Islam terhadap
golongan yang lain.68
5. Media dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin median yang merupakan
bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.69
Dalam menyampaikan dakwah sangat dibutuhkan sarana atau media.
Seperti di era modern ini dakwah tak hanya disampaikan melalui lisan
tetapi melalui alat bantu komunikasi modern. Adapun menurut Hamzah
Yaqub sarana/media dakwah terdiri dari :70
a. Lisan (pidato, ceramah, bimbingan dan sebagainya)
67
M. Munir dan wahyu ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 28-29.
68 I‟anut Thaifah, Manajemen Dakwah, h. 54.
69
http://kamiluszaman.blogspot.co.id/2015/09/media-dakwah.html(Diakses tanggal 6 januari 2018)
70
Alwirsal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia,2002), h.10.
35
b. Tulisan (buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain)
c. Audiovisual (Televisi, internet dan lain-lain).
d. Akhlak (menyampaikan dakwah dalam bentuk nyata, langsung
praktik dan tidak banyak teori).71
6. Efek Dakwah (Atsar)
Efek dakwah merupakan respon dan timbal balik yang dirasakan
mad‟u setelah adanya dakwah yang disampaikan oleh da‟i dengan materi
dakwah, metode dan media yang ada. Dalam hal ini Jalaluddin Rahmat
menyatakan bahwa ada dua efek yang dirasakan mad‟u diantaranya
yaitu:72
a. Efek kognitif yaitu apabila terjadi perubahan pada apa yang
diketahui, dipahami, dirasakan yang meliputi segala yang
berhubungan dengan emosi, sikap, serta nilai. Efek ini berkaitan
dengan perubahan pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau
informasi.
b. Efek behavioral yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat
diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, dan kebiasaan
perilaku.
e. Peranan manajemen dalam dakwah
Peranan manajemen senantiasa dipandang penting dan menonjol
dalam bisnis dan masyarakat. Semua organisasi bertanggungjawab
71 I‟anut Thoifah manajemen dakwah,h. 55-56
72 I‟anut Thoifah manajemen dakwah,h.56
36
kepada orang atau pihak tertentu, apakah para pemilik, kalangan
masyarakat tertentu atau masyarakat keseluruhan. Manajemen memiliki
peranan penting karena ia merupakan kunci bagi tercapainya
keberhasilan organisasi. Manajemen merupakan prinsip yang bersifat
universal karena ia dap at digunakan semua jenis organisasi.73
Proses dakwah yang mencakup segi kehidupan yang luas, hanya
dapat berjalan dengan baik dan berhasil, bilamana tersedia tenaga-tenaga
pelaksana yang cukup serta memiliki kemampuan dan keahlian yang
diperlukan. Adanya tenaga-tenaga yang cukup dan berkemampuan akan
efektif setelah mereka diorganisir dan dikombinasikan sedemikian rupa
dengan factor lain yang diperlukan. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran,
kekacauan, kekosongan, dan kesamaan dalam melaksanakan kegiatan
dakwah, dan juga agar tidak mengakibatkan kegagalan dalam
menjalankan proses dakwah.
Begitupun dengan faktor-faktor yang lain diperlukan dalam proses
dakwah, seperti fasilitas dan lainnya sebagainya, haruslah dihimpun dan
dikerahkan serta diatur penggunaanya sesuai dengan keperluan dalam
rangka pencapaian tujuan dakwah yang telah ditetapkan. Factor tenaga
pelaksana yang memiliki kemampuan dan keahlian yang bermacam-
macam tidaklah tersedia dan terhimpun dengan sendirinya. Kadang harus
dicari dan dipersiapkan, dan setelah itu, memberikan pembagian tugas
dan pengarahan agar mereka mengetahui apa yang akan dilakasanakan,
73 Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h.29-37.
37
bagaimana cara melaksanakan tugas itu, kapan dan dimana serta dengan
apa tugas itu harus dilaksanakan.
Jadi, meskipun tugasnya bermacam-macam dan berbeda-beda,
tetapi tetap merupakan satu kesatuan. Namun untuk dapat menghimpun
tenaga pelaksana yang diperlukan, kemudian mempersiapkan mereka
dalam rangka menghadapi tugas-tugas yang harus dilaksanakan
diperlukan tenaga khusus yang memiliki ciri atau nilai pribadi tertentu serta
kemampuan dan keahlian tertentu pula. Dan tenaga khusus tersebut
disebut pemimpin (leader), sedangkan nilai dan ciri pribadi yang dimiliki
adalah nilai-nilai kepemimpinan dan kemampuan serta keahliannya
adalah keahlian memimpin. Adanya proses merencanakan tugas,
mengelompokkan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok tugas dan kemudian menggerakkannya ke
arah pencapaian tujuan dakwah disebut manajemen. 74
Dengan adanya pemimpin atau orang yang memiliki nilai-nilai
leadership serta kemampuan dan keahlian manajemen merupakan suatu
factor yang sangat menentukan bagi jalannya proses dakwah. Karena
pemimpin mampu mempengaruhi dan mengarahkan serta menggerakkan
tenaga pelaksana dan mengerahkan fasilitas.75
74 Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h. 33-34.
75
Rosyad sholeh, Manajemen Dakwah Islam, h. 35.
38
B. Majelis Tabligh
Majelis tabligh adalah salah satu majelis yang terdapat dalam tubuh
organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah pada tingkat daerah yang
bertugas dalam bidang pengembangan dan peningkatan dakwah Islam.
Majelis tabligh adalah satu dari sekian majelis yang ada dalam struktur
organisasi Pimpinan Daerah Aisyiah Kabupaten Sinjai. Adapun
keseluruhan majelis yang dimiliki oleh Pimpinan Daerah Aisyiah
Kabupaten Sinjai Utara adalah :
1. Majelis tabligh
2. Majelis pendidikan dasar dan menengaah
3. Majelis pendidikan kader
4. Majelis ekonomi
5. Majelis Pembina kesehatan
6. Majelis kebudayaan
Adapun program kerja majelis tabligh Aisyiyah sebagai berikut:76
a. Pembinaan kelompok pegajian
b. Pembinaan muballighat
c. Sosialisasi program pembinaan keluarga sakinah
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengajian
e. Kegiatan kerja sama dengan majelis lainnya dalam dakwah.
76 tabligh@aisyiyah.or.id
39
C. Efektivitas
Manajemen juga menaruh perhatian pada penyelesaian kegiatan-
kegiatan agar sasaran organisasi tercapai, artinya manajemen menaruh
perhatian pada aspek efektivitas. Sedangkan kata efektif adalah “The
ability to determine appropriate objectives” doing the right thing” yaitu
kemampuan untuk mengukur tujuan dengan tepat, melakukan hal-hal
yang benar”. manakala para manajer mencapai sasaran organisasi
dikatakan bahwa itu berhasil atau efektif. Efektivitas sering dilukiskan
dengan” melakukan hal-hal yang tepat”, artinya kegiatan kerja yang
membantu organisasi tersebut mencapai sasarannya atau mencapai hasil
akhir.77
Kata efektivitas mempunyai beberapa arti, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyebutkan beberapa arti efektivitas, yaitu suatu efek,
akibat, pengaruh, kesan, dan hasil guna. Kata efektif yang berarti adanya
pengaruh atau akibat dari suatu unsur. Jadi efektivitas adalah
keberhasilan setelah melakukan sesuatu/kegiatan.78
Efektivitas adalah ukuran hasil tugas atau pencapaian tujuan.79
Teori Efektivitas menurut para ahli antaranya adalah:
77
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2006), h. 16.
78Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 250.
79 Suharto Tahta Rianto, Kamus Bahasa Indonesia Terbaru, ( Surabaya:
Surabaya Indah, 1996), h. 99.
40
1. Handoko mengemukakan efektivitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.80
2. Martoyo, mendefinisikan efektivitas sebagai suatu kondisi atau
keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan
sarana atau peralatan yang digunakan, disertai dengan kemampuan
yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat
dicapai dengan hasil yang memuaskan.81
3. Abdurahman Fathoni Efektivitas adalah pemantapan sumber daya,
sarana, dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan
tepat pada waktunya.82
4. Pandji Anoraga mengatakan bahwa Efektivitas berhubungan dengan
pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja.83
Berdasarkan beberapa definisi tentang efektivitas, maka efektivitas adalah
keberhasilan suatu program dalam mencapai sasaran atau tujuan.
80
Handoko TH, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,(Yogyakarta: BPFE, 2001), h. 44.
81 Martoyo dan Susilo, Manajemen Sumber Daya manusia, (Yogyakarta: BPFE,
2002), h. 4
82 Abdurahman Fathoni, Manajemen Sumber Daya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 92.
83 Pandji Anoraga , manajemen Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 178.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dalam
pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, yaitu penulis
memaparkan atau menggambarkan objek penelitian secara objektif
sebagai realita sosial, serta memaparkan bagaimana peranan manajemen
dakwah majelis tabligh dalam kegiatan dakwah yang dilakukan oleh
Aisyiyah cabang Sinjai.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
kondisi obyek yang alamiah. Filsafat postpositivisme juga disebut
paradigma interperatif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial
sebagai suatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif.84
Merujuk pada pendekatan yang digunakan penulis, yaitu jenis
penelitian kualitatif yang tidak mempromosikan teori sebagai alat hendak
diuji. Maka teori dalam hal ini berfungsi sebagai hal pendekatan untuk
memahami lebih dini konsep ilmiah yang relevan dengan focus
Permasalahan.
84 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 14-15.
42
Dengan demikian, penulis meggunaakan beberapa pendekatan yang
dianggap bisa membantu peneliti.
a. pendekatan komunikasi
Pendekatan komunikasi merupakan dasar manusia. Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain, baik
dalam kehidupan sehari-hari dimana pun manusia berada. Tidak ada
manusia tidak terlibat dalam komunikasi. Pentingnya komunikasi bagi
manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu lembaga
atau organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi
dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya
atau tidak ada komunikasi organisasi dapat berantakan tujuan yang
diinginkan.85
b. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi adalah manusia sebagai multifungsi dituntut
untuk bertindak sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk
spiritual. Jika dikaitkan dengan penelitian yang akan penulis teliti harus
menggunkan pendekatan sosiologi karena ketika proses pengelolaan
dakwah berjalan maka harus menjalin interaksi dengan pemimpin atau
manajer dan bawahan serta masyarakat. Karena pada dasarnya konsep
awal manusia adalah saling membutuhkan satu sama lain dan tidak
mampu bertahan hidup sendiri. Dalam ilmu sosiologi ada dua unsur yang
tidak bisa lepas yaitu individu dan masyarakat. Dapat dipahami bahwa
85 Rahmat Kriantono, Komunikasi Organisasi, (Jakarta:kencana, 2009), h. 15.
43
masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh
system, adat istiadat, hukum dan norma yang berlaku.86
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Jl. Sultan Hasanuddin No.20,
Balangnipa, Kec. Sinjai Utara, Kab. Sinjai. Adapun objek penelitian adalah
manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dalam
meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan fokus kepada intisari
penelitian yang akan dilakukan. Fokus penelitian adalah garis terbesar
dalam penelitian yang akan dilakukan agar penelitian lebih terarah.
Adapun fokus dari penelitian yang akan dilakukan adalah peran
manajemen dakwah majelis tabligh dalam meningkatkan efektivitas
dakwah „Aisyiyah.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah peran manajemen dakwah majelis
tabligh dalam meningkatkan efektivitas dakwah „Aisyiyah. Adapun
deskripsi fokus penelitian ini:
a. Manajemen dakwah adalah proses merencanakan tugas,
mengelompokkan tugas, menghimpun tenaga-tenaga pelaksana
dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian menggerakkan
kea rah pencapaian tujuan dakwah
86
Zulfi Mubarak, Sosiologi Agama : Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius Kontemporer, ( cet.1 ;Malang Press, 2006), h.5.
44
b. Majelis tabligh merupakan majelis yang ada dalam struktur
organisasi Pimpinan Daerah „Aisyiah Kabupaten Sinjai
c. Efektivitas dakwah merupakan hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan dakwah yang telah direncanakan.
E. Sumber data
Sumber data penelitian terdiri dari dua sumber, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer atau data pokok yang dibutuhkan yang diperoleh
secara langsung (dari informan pertama) atau diperoleh secara
langsung dari informan yang erat kaitannya dengan masalah yang
akan diteliti yaitu peranan manajemen dakwah „Aisyiyah di Sinjai.
Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah hasil
wawancara dengan pimpinan serta anggota „Aisyiyah di Sinjai
sebagai responden mengenai Manajemen Organisasi „Aisyiyah.
Responden / informan dalam penelitian ini adalah :
1. Hj. Hamdana Kantao, SKM
2. Nafsiah Pabo S.Ag
3. Fatmawati Jafar
4. Sari Bulan
5. A. Rahmi Sinar Alam S.Pd.M.Pd
b. Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap yang
dibutuhkan dalam penelitian dari sumber yang sudah ada. Sumber
data sekunder yaitu pustaka-pustaka yang memiliki relevansi dan
45
bisa menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: Buku, majalah,
koran, internet, jurnal serta sumber data lain yang dapat dijadikan
sebagai reverensi.
F. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, instrument penelitian merupakan alat
bantu dalam mengumpulkan data.87 Pengumpulan data pada prinsipnya
merupakan suatu aktivitas yang bersifat operasional agar tindakannya
sesuai pengertian penelitian yang sebenarnya. Adapun instrument yang
digunakan peneliti adalah penelitian kepustakaan (library search) dan
penelitian lapangan (field research), dan yang menjadi instrument utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan daftar
pertanyaan atau pernyataan yang mencakup fakta, data, pengetahuan,
konsep, dan persepsi berkenaan dengan fokus masalah aau vaiabel yang
dikaji dalam penelitian, selain itu dibutuhkan alat tulis menulis berupa
catatan dan pulpen dan kamera serta alat perekam.
Namun karena fokus penelitian sudah jelas yaitu mengenai
peranan manajemen dakwah dalam meningkatkan efektivitas dakwah
majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah kabupaten Sinjai, maka dari itu
dikembangkan instrumen penelitian sederhana yaitu :
a. Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan
87 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 68.
46
b. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang paling utama
dengan bertukar informasi atau ide melalui Tanya jawab.
c. Dokumentasi adalah catatan peristiwa untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variable berupa catatan , transkip, buku,
surat kabar, majalah atau notulen rapat dan sebagainya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini,
maka penulis menggunakan beberapa instrumen nantara lain:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan, yaitu kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata
serta dibantu dengan indera lainnya. Observasi yang dilakukan adalah
observasi langsung , yaiu pengamatan yang dilakukan secara langsung
pada objek yang diobservasi.
2. Interview bebas atau wawancara
Metode interview adalah suatu percakapan, Tanya jawab lisan
antara dua orang atau lebih yang sudah berhadapan secara fisik dan
diarahkan pada masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang sah
atau terpercaya.
47
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan benda-
benda tertulis seperti buku, majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, foto dan sebagainya. 88
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dimaksud adalah data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan, diolah, dan dikerjakan serta dimanfaatkan
sedemikian rupa dengan menggunakan metode deskriptif. Penulis akan
melakukan pencatatan serta berupaya mengumpulkan informasi
mengenai keadaan suatu gejala yang terjadi saat penelitian dilakukan.
Analisis data merupakan upaya untuk mencapai serta menata
secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan
yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menjadikannya sebagai temuan bagi orang lain.89
Tujuan analisis data ialah untuk menyedarhanakan data ke dalam
bentuk yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini ialah metode
survey dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data terhimpun
dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang serta
sesuai dengan judul peneliti. Teknik pendekatan deskriptif kualitatif
merupakan suatu proses yang menggambarkan keadaan sasaran
88
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: UGM Press, 1999), h. 72.
89
Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), h.183
48
sebenarnya, peneliti secara apa adanya, sejauh yang penulis dapatkan
dari hasil observasi, wawancara, dan juga dokumentasi.90
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan populasi yang sedang diteliti. Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna dan
komunikatif.91
Dalam penelitian ini digunakan metode :
1. induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau
peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik
kearah kesimpulan umum), maka jelas metode tinduktif ini menilai
fakta-fakta empiris yang di temukan lalu dicocokkan dengan teori-
teori yang ada. Sedangkan mengenai data yang telah terkumpul,
maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis
data tersebut Antara lain yaitu :92
a. Persiapan
Dimana dalam persiapan kegiatan yangakan dilakukan
olehpeneliti yaitu :mengenai nama dan kelengkapan interview
(sumber informasi) dan benda-benda yang merupakan sumber data
yang telah dikumpulkan. Mengecek kelengkapan data dan isian-
90
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 335
91
Asep Saeful Muhtadi dan Agus ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandug: Pustaka Setia, 2003), h.107.
92 Sheilynurfajriah.blogspot.com tanggal 17 aril 2019
49
isian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian,
termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal
interview dan tanggal dilakukanya observasi.
b. Penerapan
Dalam penyusunan skripsi ini, penerapan yang digunakan
adalah yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang lebih
cenderung menggunakan analisis iduktif yang berangkat dari
khusus ke umum, maksudnya ialah mengungkapkan proses
pelaksanaan manajemen dakwah yang diterapkan, serta factor-
faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan dari
manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah
tersebut.
2. Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan ke yang bersifat khusus. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya sudah diketahui atau diyakini,
dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ‘Aisyiyah Kabupaten Sinjai
1. Sejarah ‘Aisyiyah
„Aisyiyah adalah “organisasi kemasyarakatan yang bergerak
dalam bidang dakwah Amar makruf Nahi munkar khususnya di
kalangan wanita”.93 Nama Aisyiyah diambil dari nama seorang istri Nabi
Muhammad saw. Yaitu Aisyah. Nama Aisyiyah merupakan hasil
musyawarah antara tokoh-tokoh Muhammadiyah, di antaranya K. H.
Fachruddin. Nama „Aisyiyah dipilih bukan hanya Aisyah adalah istri
nabi, yang cerdas menghafal hadis 3000 an akan tetapi juga
mencerminkan cita-cita Muhammadiyah tentang wanita.
Aisyah semasa hidupnya mempunyai peran ganda, bukan
hanya dalam tataran domestik saja akan tetapi juga berperan dalam
dunia publik. Hal inilah yang ingin diwujudkan oleh tokoh-tokoh
muhammadiyah terhadap para wanita-wanita indonesia khususnya
wanita muhammadiyah „Aisyiyah, yaitu berjuang untuk kemakmuran
dan kesejahterna keluarga dan masyarakat serta pembangunan
bangsa
93
Wacana Keluarga Sakinah, Keluarga dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Pimpinan Pusat „Aisyiyah, 1995), h. 4.
51
dan agama.94Aisyiyah merupakan “gerakan Islam yang didirikan pada
tanggal 27 Rajab 1335 H. Bertepatan pada tanggal 19 Mei 1917 Tahun
Miladiyah”. 95 Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlah dan Nyai Ahmad
Dahlan. Kelahiran organisasi Aisyiyah bertolak dari kesadaran dan
keperluan sosial yang ril, organisasi ini merupakan salah satu dari
perintis terwujudnya kesatuan gerak demi bersatunya wanita indonesia
untuk mencapai tujuan masing-masing yang kesemuanya menuju
kepeningkatan martabat, derajat dan kesadaran wanita terhadap
fungsinya dalam kehidupan ini.96
Keberadaan organisasi „Aisyiyah telah memberikan nuansa
baru bagi wanita Indonesia, karena harkat dan martabatnya
dikembalikan kepada kedudukannya sebagaimana yang dikehendaki
Tuhan. Sebagai wanita mereka mengerti peran dan tanggung jawabnya
baik sebagai isteri maupun sebagai ibu dari anak-anaknya.
Di dalam membimbing dan mengikuti gerak langkah Aisyiyah
yang telah terbentuk, Nyai Ahmad Dahlan diangkat sebagai
pelindungnya. Beliauu adalah sesepuh dari pengurus „Aisyiyah yang
menjadi tempat bertanya dan memohon nasehat. „Aisyiyah sebagai
gerakan dakwah memulai kegiatannya dengan mengadakan pengajian
anak yatim. Corak organisasi yang sederhana ini kemudian ditingkatkan
94
M. Marcoes Natsir,Johan Hendrik Meuleman, Wanita Islam Indonesia dalam Kajian Tekstual dan Kontekstual (jakarta: INIS, 1993),h. 130
95 Muktamar Muhammadiyah, Kemuhammadiyahan ( Yogyakarta; 1990) h. 153.
96 Mengenang hari ibu 22 Desember, “Suara „Aisyiyah”, No. 12. Desember 1997/
Sya‟ban 1418, h. 8.
52
menjadi organisasi yang lebih utuh, meskipun organisasi ini merupakan
bagian yang organik dari muhammadiyah, namun organisasi „Aisyiyah
diberikan kebebasan untuk menentukan gerak dan langkahnya sendiri.
Organisasi „Aisyiyah menjadi otonom pada tahun 1923.
Berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
No. 1/66 Organisasi „Aisyiyah diterapkan sebagai organisasi otonom.
“Organisasi otonom adalah sebagian dari kesatuan organisasi Muhammadiyah untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. „Aisyiyah sebagai otonom yang didirikan oleh PP Muhammadiyah, dilimpahi wewenang dan tanggun jawab sebagian tugas Muhammadiyah mengenai bidang wanita untuk satu golongan/anggota masyarakat, tetapi tidak terpisah dari kesatuan organisasi Muhammadiyah.”97
„Aisyiyah sebagai organisasi yang otonom yang kelahirannya
dilatar belakangi oleh lima pokoh pikiran antara lain :
a. Nikmat beragama menciptakan masyarakat sejahterah.
b. Cara mencapai masyarakat yang sejahtrah diatur dalam
peraturan yang bernama agama Islam. Masyarakat sejahtrah
menurut ajaran Islam bertujuan menciptakan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
c. Tiap-tiap manusia, khususnya muslim wajib menciptakan
masyarakat sejahterah.
d. Untuk mendapatkan hasil guna yang sempurna, upaya
menciptakan masyarakat sejahterah dilakukan dalam sistem
kerja yang disebut organisasi itu bernama „Aisyiyah.
97
Pimpinan Pusat „Aisyiyah , Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tanngga (Yogyakarta:1996)h. 48
53
e. Gerakan Aisyiyah didasarkan pada kesadaran beragama
dan kesadaran berorganisasi.”
Pertumbuhan dan perkembangan organisasi „Aisyiyah diindonesi
semakin dirasakan oleh masyarakat. Ini ditandai dengan berbagai
program yang telah dibuat oleh Pimpinan Pusat „Aisyiyah yang
mengcankup seluruh aspek kehidupan. Selaku organisasi massa,
aspek gerak „Aisyiyah adalah kemasyarakatan, keagamaan dan
kewanitaan. Dalam ketiga aspek itu menyelenggarakan kegiatan-
kegiatannya di dalam masyarakat. Organisasi „Aisyiyah mencermati
dan senantiasa tanggap pada tuntunan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat.
Program yang ada dalam lembaga ini mencangkup bidang
tabligh, bidang pendidikan dan kebudayan, bagian pembinaan
kesehatan, bagian pembinaan kader, bagian ekonomi dan bagian
kesejahteraan umat. Berdasarkan hal tersebut di atas dapatlah
dipahami bahwah organisasi „Aisyiyah adalah merupakan salah satu
lembaga yang utuh. Dalam tulisan ini penulis akan membatasi
pembahasannya pada bidang tabligh saja.
2. Sejarah terbentuknya ‘Aisyiyah di Sinjai
„Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam
bidang sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan. Sebagai komponen
organisasi perempuan Muhammadiyah, „Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab
54
1375, bertepatan dengan 19 Mei 1917 di Yogyakarta oleh KH Ahmad
Dahlan.
Bermula dari perkumpulan gadis-gadis dalam pengajian rutin yang
dikenal sebagai sapa tresna tahun 1914, para kader „Aisyiyah kemudian
berkembang dengan mengajak para ibu rumah tangga, untuk memikirkan
soal kemasyarakatan, khususnya masalah peningkatan harkat kaum
perempuan.
„Aisyiyah merupakan wadah bagi anggota Muhammadiyah
perempuan dalam menunaikan misi dakwah amar makruf nahi mungkar.
„Aisyiyah di Sulawesi Selatan di awali dengan berdirinya „Aisyiyah cabang
Makassar yang dirintis oleh Hj. Fathimah Abdullah dan St Maemunah Dg
Mattiro. Status „Aisyiyah kemudian meningkat menjadi pimpinan daerah
pada tahun 1937, dengan ketua Hj. Fatimah Abdullah.
Pada tahun 1928, muhammadiyah group sinjai dapat didirikan atas
kepeloporan Ahmad Marsuki bersama Muhammad Sanusi dan Andi
Bintang dan labuana, usaha mereka mendapat dukungan dari tokoh-
tokoh masyarakat setempat. Pada tahun 1928 Muhammadiyah Sinjai juga
mendirikan hizbul wathan group Balangnipa-sinjai. Pada tahun 1930
Muhammadiyah Balangnipa-Sinjai membentuk pula „Aisyiyah group.
Seiring berjalannya waktu dengan berbagai macam perubahan dan
perkembangan yang terjadi, „Aisyiyah di Sulawesi Selatan pun mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Kini, pimpinan daerah „Aisyiyah sudah
terbentuk pada 23 Kabupaten dan kota se-Sulawesi Selatan, yaitu PDA
55
kota Makassar, PDA Gowa, PDA Takalar, PDA Jeneponto, PDA
Bantaeng, PDA Bulukumba, PDA Selayar, PDA Sinjai, PDA Bone, PDA
Maros, PDA Pangkep, PDA Barru, PDA Pare-pare, PDA Sidrap, PDA
Pinrang, PDA Enrekang, PDA Tana Toraja, PDA Soppeng, PDA Wajo,
PDA Palopo, PDA Luwu, PDA Luwu Timur dan PDA Luwu Utara. Dan
kemudian terjadi pemekran di Provinsi Sulawesi Barat sehingga pada
tanggal 10 Dzulhijjah 1427 H/ 31 Desember 2006 M diadakan
musyawarah pembentukan „Aisyiyah Sulawesi Barat dengan tiga pimpinan
daerah yaitu PDA Majene, PDA Mamuju, PDA Polman.98
Pada periode 2010-2015, di bawah kepemimpinan Nurhayati Aziz
sebagai ketua dan Hidaya Quraisy sebagai sekertaris. Pimpinan Wilayah
„Aisyiyah Sulawesi Selatan telah memiliki 23 pimpinan daerah , 191
pimpinan cabang, dan 644 pimpinan ranting.
3. Identitas, Visi, dan Misi
a. Identitas
„Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan
Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf
nahi munkar dan berasas Islam serta bersumber kepada Al-Qur‟an
dan As-Sunnah.
b. Visi
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islami
yang sebenar-benarnya dan tercapainya usaha-usaha „Aisyiyah
98 www. Pedomankarya.co.id tanggal 17 April 2019
56
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar
makruf nahi munkar secara lebih baik menuju masyarakat madani.
c. Misi
1) Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas
pemahaman,meningkatkan pengalaman serta
menyebarluaskan ajaran Islam dalam aspek kehidupan.
2) Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai
dengan ajaran Islam
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap
ajaran Islam
4) Memperteguh iman, memperkuat ibadah, serta mempertinggi
akhlak
5) Meningkatkan semangat ibadah, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf,
membangun dan memelihara tempat ibadah serta amal usaha
6) Membina angkatan muda Muhammadiyah puteri untuk menjadi
pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan „Aisyiyah
7) Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan,
memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi.
8) Memajukan perekonomian, dan kewirausahaan ke arah hidup
yang berkualitas
9) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-
bidang sosial, kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan
lingkungan hidup.
57
10) Memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa
11) Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama diberbagai
bidang dan kalangan masyarakat.
4. Struktur Organisasi ‘Aisyiyah
Struktur „Aisyiyah secara umum adalah sebagai berikut :
a. Pimpinan pusat „Aisyiyah adalah pimpinan tertinggi yang
memimpin organisasi secara keseluruhan
b. Pimpinan wilayah „Aisyiyah adalah pimpinan organsasi yang
berada di tingkat provinsi
c. Pimpinan daerah „Aisyiyah adalah pimpinan organisasi yang
berada di tingkat kabupaten/kota
d. Pimpinan cabang „Aisyiyah adalah organisasi yang berada di
tingkat kecamatan
e. Pimpinan ranting „Aisyiyah adalah pimpinan organisasi yang
berada di tingkat kelurahan, desa, atau kampung.
Adapun susunan anggota kepengurusan pimpinan daerah „Aisyiyah
periode 2015-2020 di Kabupaten Sinjai sebagai berikut :99
a. Ketua : Hj. Hamdana Kantao, SKM
b. Wakil ketua : A. Rahmi Sinar Alam, S.Pd, M.Pd
c. Wakil ketua : Dra. Dharmawaty Syurkati
d. Wakil ketua : Siti Maryam, S.Pd.I
99
Lampiran surat keputusan pimpinan wilayah „Aisyiyah Sulawesi Selatan,penetapan susunan anggota pimpinan daerah ‘Aisyiyah Kabupaten sinjai periode 2015-2020
58
e. Wakil ketua : Husna Sanusi, S.Pd.I
f. Sekertaris : Tarbiyawati Rabdar, S.Pd.I
g. Wakil sekertaris : Sitti Nurhaerati, S.Pd.I
h. Bendahara : Dra. Nursyamsi Hamid
i. Wakil Bendahara : Nur Aisyah Yunus, S.Ag., S.Pd. M.Ag
Adapun anggota merangkap sebagai ketua majelis/lembaga :
1. Ketua majelis tabligh : Nafsiah, S.Ag
2. Ketua majelis pendidikan dasar dan menengah : Dra. Hj. Syamsiah
3. Ketua majelis kesehatan : Hj. Rahmaniar, M.Kes
4. Ketua majelis ekonomi dan ketenaakerjaan : Agustina Julianti, S.Pd
5. Ketua majelis pembinaan kader : Ramdani AR, M.Pd
6. Ketua majelis kesejahteraan sosial : Sri Wahyuni
7. Ketua majelis hukum dan ham :Cahaya, S.H.,M.Pd.I
8. Ketua lembaga penelitian dan pengembangan :Aguswati S.Ag.,M.Pd.I
9. Ketua lembaga kebudayaan : Nirwati Mansur, S.Ag
10. Ketua lembaga lingkungan hidup dan
Penanggulangan bencana : Ummu Kalsum M.Pd.I
B. Peran manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah
‘Aisyiyah Kabupaten Sinjai
Adapun peran manajerial yang dilakukan dalam meningkatkan
efektivitas dakwah di kabupaten Sinjai meliputi perencanaan (Takhtikh),
Pengorganisasian (Tanzhim), penggerakan/pelaksanaan (Tawjih),
pengawasan dan Evaluasi. Manajemen dakwah bagi pengurus „Aisyiyah
59
sangat berperan penting karena manajemen dakwah sudah mengatur
berbagai aspek fungsi manjemen.
a) perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan yang diikuti
dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Hal ini sejalan dengan yang diterapkan majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai. Dimana dalam membuat suatu kegiatan,
maka hal yang paling utama dilaksanakan adalah menyusun sebuah
rencana.
Menurut ketua majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai
dalam hal ini mengemukakan bahwa adapun perencanaan yang disusun
untuk program kerja kedepannya diantaranya adalah:100
1. Menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan,
mempertimbangkan kegiatan yang harus didahulukan.
2. Membentuk kepanitiaan untuk menjalankan kegiatan
3. Membahas tentang arah dari kegiatan tersebut
4. Menentukan waktu pelaksanaan
5. Merencanakan Lokasi dan biaya yang akan dipakai.
Selain itu perencanaan yang dilakukan oleh majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah berupa program kerja. Adapun program kerja
bidang majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah adalah :
100
Ibu nafsiah pabo, Ketua majelis tabligh. Wawancara tanggal 30-06-2018 jam 11.44
60
a. Meningkatkan pembinaan aqidah, akhlak, ibadah dan muamalah
duniawiah dikalangan warga „Aisyiyah dan masyarakat luas
melalui pengajian, kajian, publikasi dan media lainnya secara
terprogram sesuai paham agama dalam muhammadiyah yakni
Islam berkemajuan.
b. Menyusun dan mengembangkan peta dakwah tingkat cabang dan
ranting sebagai kerangka pelaksanaan tabligh diseluruh tingkatan.
c. Menyusun dan mengembangkan data pengajian pimpinan dan
jamaah sebagai kerangka pembinaan dan pengembangan
pencerahan.
d. Melaksanakan pelatihan muballighat ditingkat daerah dengan
mengikut sertakan cabang dan ranting
e. Pembentukan dan penguatan korps Muballighat „Aisyiyah Sinjai
f. Peningkatan pembinaan keluarga sakinah bagi semua elemen
masyarakat
g. Mengintensifkan dakwah dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat sebagai penerapan program Qaryah Thayyibah (QT)
h. Menyelenggarakan kajian dakwah cultural dan menerbitkan buku
saku (silabus dan materi dakwah kultural)
i. Mensosialisasikan model praktis tabligh dan menyusun buku saku
pembinaan spiritual bagi kelompok marginal seperti nara pidana
perempuan (NAPI), tenaga kerja wanita , masyarakat marginal
(pemulung, mantan PSK, dll)
61
j. Melakukan pendataan , pembinaan dan pendampingan serta
menyebar luaskan buku panduan pembinaan muallaf.
Program kegiatan majelis tabligh dan kehidupan Islami
diarahkan pada terbangunnya kualitas aqidah, akhlak, ibadah, dan
muamalah di kalangan umat yang berlandaskan nilai-nilai Al-Quran dan
sunnah melalui pesan-pesan yang bersifat pencerahan dan
berkemajuan dengan cara :
1. mengadakan pelatihan muballighat pada hari kamis-ahad tgl
29-31 Maret di Hotel Rosyida Kab. Sinjai
2. melanjutkan pengajian pengurus setiap sebulan sekali
3. melanjutkan pengajian / ceramah umum pada arisan Anggota
„Aisyiyah setiap sebulan sekali
4. menghidupkan kembali pertemuan pengurus setiap hari
jum‟at
5. menggalakkan tadarrus magrib
6. membentuk qaryah tayyibah yang insya Allah direncanakan
dalam tiga tempat yaitu Desa pattongko Kec. Tellu Limpoe,
Desa Kassi Bulaeng Kec. Borong, Kelurahan Lappa Kec
Sinjai Utara
7. mengadakan kursus muballighat
8. mengadakan pelatihan penyelenggaraan jenazah.
Adapun program kegiatan unggulan majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah di Sinjai adalah proses penyelenggaraan jenazah,
62
menurut ibu Nafsiyah selaku ketua majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah Sinjai:
“program kegiatan unggulan didalam majelis kami itu adalah penyelenggaraan jenazah, meskipun tidak setiap saat namun ini adalah kegiatan dakwah yang efektif dalam masyarakat karena tidak semua orang/masyarakat mengetahui jadi ketika kita melakukan penyelenggaraan jenazah mulai dari memandikan sampai mengkafani (khususnya jenazah perempuan) ibu-ibu atau keluarga dekat dari almarhum bias mempelajari dengan memperhatikan yang kita lakukan dan itu adalah bagian dakwah yang kami lakukan”101
b. Pengorganisasian
Pengoranisaisan adalah membagi kegiatan-kegiatan besar menjadi
kegiatan yang lebih kecil dengan membagi dalam tiap tugas supaya
dapat dengan mudah meraih tujuan kegiatan.
Kegiatan mengubungkan dan mengatur pekerjaan sehingga dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien Antara lain :
a. Desain struktur organisasi
b. Menentukan pekerjaan dari tiap-tiap jabatan guna meraih
sasaran organisasi
c. Mendeskripsikan berbagai hal yang dianggap lebih efektif
sehubungan dengan adanya pemanfaatan sumber daya
manusia untuk meraih tujuan dakwah.
Adapun susunan pengurus dan anggota devisi majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai periode 2015-2020 :102
101
Hasil wawancara dengan ketua majelis tabligh tgl 30-06-2018 102
Surat keputusan pimpinan daerah „aisyiyah Sinjai, penetapan susunan
pengurus dan anggota devisi majelis tabligh PDA Sinjai periode 2015-2020
63
Ketua : Nafsiah Pabo, S.Ag
Wakil ketua : Fatmawati Jafar
Sekretaris : Era Trisnawati S.Pd.I
Bendahara : Andi Sri Bulan
a. Devisi Muballighat :
1) Sahri Bulan
2) Fatmawati Jafar
b. Devisi Pembinaan Keluarga Sakinah:
Hj. Rahmatia S.Ag
c. Devisi penguatan pengajian dan media:
A. Suci Ramadani
Setiap devisi juga memiliki program kerja yakni sebagai berikut :
1) Devisi pembinaan muballighat
a) Peningkatan kualitas dan kuantitas muballighat
b) Pembentukan dan penguatan corps muballighat „Aisyiyah
c) Menyediakan buku saku materi dakwah
2) Devisi pembinaan keluarga sakinah
a) Pelaksanaan biro konsultasi keluarga sakinah
b) Mengadakan evaluasi terhadap pemasyarakatan keluarga
sakinah
c) Melaksanakan konsep keluarga sakinah
d) Pembinaan buta aksara alquran bagi kelompok masyarakat
e) Penguatan dan peningkatan keluarga sakinah.
64
f) Membentuk kelompok arisan sekaligus pengajian ibu-ibu
3) Devisi penguatan pengajian dan media
a) Mengintensifkan pembinaan aqidah, akhlak, ibadah dikalangan
warga „Aisyiyah dan masyarakat luas melalui pengajian, kajian,
publikasi media (membuat brosur ceramah pengajian secara
berkala) lainnya secara terprogram sesuai paham agama dalam
muhammadiyah.
b) Menyusun dan mengembangkan data pengajian pimpinan dan
jamaah secara lengkap
c) Menyusun dan mengembangkan peta dakwah sebagai kerangka
pelaksanaan tabligh di seluruh tingkatan daerah sampai
tingkatan ranting.
c. Penggerakan / pelaksanaan
Penggerakan merupakan upaya menjadikan orang lain atau
anggota suatu organisasi untuk dapat bekerja sama dalam mencapai
tujuan, penggerakan dakwah ini merupakan pimpinan menggerakkan
semua elemen organisasi untuk melakukan semua aktivitas-aktivitas
dakwah yang telah direncanakan dan dari sinilah aksi semua rencana
dakwah akan bersentuhan langsung dengan para pelaku dakwah.
Selanjutnya dari sini juga proses perencanaan, pengoranisasian, dan
pengendalian akan berfungsi efektif.
65
d. Pengawasan
Setelah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, serta
pelaksanaan maka kegiatan akhir dari fungsi manajemen adalah
pengendalian/pengawasan untuk mengadakan perbaikan apabila ada
yang salah.
Proses pengawasan dan pengendalian dilakukan guna memastikan
seluruh rangkaian kegiatan-kegiatan yang direncanakan, diterapkan,
dan diorganisasikan dapat berjalan dengan lancer
Fungsi pengawasan memiliki tugas sebagai berikut :
1. Mengevaluasi sebuah keberhasilan dalam meraih tujuan
serta target dakwah yang sesuai tolak ukur yang ditentukan
2. Mengambil langkah-langkah klarifikasi serta koreksi terhadap
kesalahan yang mungkin ditemukan.
3. Membuat alternative solusi- solusi pada saat terdapat
masalah yang rumit terkait terhalangnya pencapaian
tujuan.103
Pengawasan di majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dilakukan
oleh ketua majelis tablih sendiri serta di bantu oleh sekertaris majelis
tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah.
“….sebenarnya pengawasan secara keseluruhannya di majelis tabligh itu dilakukan oleh ketua majelis tabligh ibu Nafsiah Pabo tapi karena beliau sakit dan sudah melakukan operasi sehingga tidak bisa terlalu capek dengan banyak kegiatan jadi saya sebagai sekertaris yang menghandel pengawasan, tapi bukan berarti ibu Nafsiah sudah tidak melalukan pengawasan, tetap ibu Nafsiah melakukan tugasnya sebagai
103
Wibowo. Manajemen Kerja(Yogyakarta:Pustaka Pelajar 2012),h.19
66
ketua Majelis tabligh. Ketika ada masalah kami melakukan rapat /Musyawarah bagaimana untuk solusinya”104
C. Efektivitas manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah
‘Aisyiyah di kabupaten Sinjai
Manajemen sangatlah penting karena Manajemen sebagai kegiatan
mengolah kegiatan sumber daya manusia, sumber dana, dan sumber-
sumber lainnya.
Adapun upaya lain majelis tabligh dalam meningkatkan efektivitas
dakwahnya di Sinjai yaitu dengan mengadakan program kerjasama yang
di arahkan pada optimalisasi hubungan organisasi baik secara internal
maupun eksternal dalam menjalankan misi dakwah serta memajukan dan
memperluas jangkauan gerakan menuju pencapaian tujuan, untuk
memperkuat system gerakan dan jaringan, pimpinan daerah „Aisyiyah
melaksanakan kerjasama antara lain dengan PKK, peningkatan peranan
wanita untuk keluarga sehat dan sejahtera (P2WKSS) dan pemberdayaan
perempuan, badan kontak majelis taklim (BKMT) serta gabungan
organisasi wanita (GOW). Dan majelis tabligh juga mengadakan
hubungan kerjasama secara internal yaitu dengan majelis dikdasmen,
karena menurut ketua majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dengan
bekerjasama dengan majelis dikdasmen dapat mempermudah dalam
menyebarkan dakwah kepada ibu-ibu khususnya kepada orang tua murid
104 Wawancara Ibu Fatmawati Jafar Tanggal 1 juli 2018 jam 11.56
67
yang anaknya bersekolah di sekolah binaan „Aisyiyah di Sinjai seperti di
Paud / TK ABA.
“dengan bekerjasama dengan majelis dikdasmen kita dapat membentuk majelis taklim orang tua murid dan kita juga dapat melakukan pembinaan keluarga sakinah dengan mereka.”105
Adapun realisasi dari program kegiatan majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah di Sinjai yaitu :
1. program kegiatan yang terlaksana
a) melanjutkan pengajian pengurus setiap sebulan sekali
b) mengadakan pengkajian tafsir setiap Minggu terakhir bulan
berjalan
c) mengadakan pelatihan Muballighat di Hotel Rosyida
Kabupaten Sinjai
d) menggalakkan tadarrus magrib
e) mengadakan pelatihan penyelenggaraan jenazah.
2. program kegiatan yang belum terlaksana
a) pembentukan qaryah tayyibah
Ukuran efektivitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh
mana apa yan direncanakan atau dapat diinginkan dapat terlaksana atau
tercapai. Misalnya bila ada 10 program kerja atau kegiatan yang kita
rencanakan dan tercapai hanya 5 kegiatan maka efektivitas kegiatan
belum tercapai dan masih dipandang kurang efektif.
105
Wawancara dengan ketua majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai
68
Demikian uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya efektif disini
merupakan sejumlah tujuan dan output yang dicapai sebanding dengan
yang telah direncanakan misalnya suatu kegiatan bisa dikatakan atau
dinilai efektif apabila dari sekian program atau tujuan yang ingin dicapai
minimal sudah mencapai 85% keatas dengan apa yang ditargetkan maka
program atau tujuan tersebut baru bisa dikatakan efektif.
Dan efektivitas dakwah bisa ditandai dengan :
a. melahirkan pengertian mad‟u tentang pesan apa yang
disampaikan da‟i
b. menimbulkan kesenangan
c. menimbulkan pengaruh pada sikap mad‟u
d. menimbulkan hubungan yang semakin baik antara da‟I dan
mad‟u
e. menimbulkan tindakan.
Mengenai tingkat keefektivan dakwah majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah dilihat berdasarkan haasil wawancara dengan berbagai
narasumber dalam penelitian ini.
Menurut ibu Sahri Bulan dan ibu Fatmawati Jafar sebagai devisi
muballighat di bidang majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dakwah
„Aisyiyah sudah efektif karena sudah adanya kader-kader hasil dari binaan
majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah Kabupaten sinjai.
“ dakwah majelis tabligh menurut saya sudah efektif karena sudah bertambahnya orang yang bergabung dengan kami di „Aisyiyah
69
terutama dari ibu majelis taklim dan ibu yang hadir dalam pengajian umum yang kami adakan.”106 Dan di tambahkan oleh ibu Fatmawati Jafar, “…iya dan meskipun masyarakat yang ikut di pengajian tidak semuanya bergabung secara structural dalam organisasi „Aisyiyah tapi mereka jadi simpatisan”107 Dari hasil wawancara dengan anggota devisi muballighat majelis
tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dapat disimpulkan bahwa dakwah
majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah sudah efektif karena sudah
dapat melahirkan kader dan disenangi oleh masyarakat dalam artian
dakwah „Aisyiyah sudah diterima.
Menurut ibu Rahmi Sinar Alam dakwah yang efektif adalah ketika
mad‟u dapat memahami dengan baik maksud dari pesan yang
disampaikan oleh komunikator dan adanya umpan balik.
“dan itu sudah terlihat pada mad‟u-mad‟u kita, mereka ada yang sudah memahami dengan baik apa yang kita sampikan namun tidak terluput dari hambatan dalam berdakwah sehingga ada yang mengikuti atau mengerjakan apa yang dipahami dan ada juga yang hanya sekedar memahami namun tidak direalisasikan dalam kehidupannya.”108 Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam bab-bab
sebelumnya maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penerapan manajemen dakwah majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah
kabupaten Sinjai sudah berjalan efektif secara struktural dan pelaksanaan.
106
Wawancara ibu Sahri Bulan tanggal 01 juli 2018
107 Wawancara ibu Fatmawati jafar tanggal 01 juli 2018
108 Wawancara ibu Rahmi sinar Alam 20 April 2019.
70
Akan tetapi efek dakwah masih kurang efektif karena faktor banyaknya
hambatan.
D. factor pendukung dan penghambat majelis tabligh pimpinan
daerah ‘Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di
Sinjai
1. factor pendukung majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dalam
meningkatkan efektivitas dakwahnya di Sinjai
a) pelatihan muballigh
Majelis tabligh mempunyai peran bertujuan untuk
mengadakan pelatihan-pelatihan untuk pengurus „Aisyiyah , pelatihan
yang dilakukan majelis tabligh yaitu dengan membentuk kelompok dan
melakukan pembinaan serta melakukan pelatihan materi tentang
belajar kemuhammadiyaan sangat diperlukan untuk pelatihan yang
kita berikan seperti pelatihan muballigh, pelatihan kultum, pembiaan
keluarga.
Menurut ketua pimpinan dengan adanya pembinaan agama
dan pembinaan-pembinaan yang lain tentunya akan lebih menguatkan
pengurus bahwa kegiatan yang dilakukan pengurus tidak hanya
mendengarkan materi yang mereka dengar tapi juga turut andil atau
melakukan kegiatan dakwah.109
Melihat pelatihan yang dibuat majelis tabligh adalah salah
satu program kegiatan keagamaan yang menjadi program unggulan
109
Wawancara ketua pimpinan „Aisyiyah Sinjai
71
mereka, maka majelis tabligh harus berpikir bagaimana
mengedepankan kegiatan masyarakat.
b. pembinaan keluarga sakinah
Dalam pembinaan keluarga sakinah didalamnya membahas
pembinaan agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan
social yang menjadi langkah untuk menuju keluarga sakinah.
Dalam rangka meningkatkan pembinaan keluarga sakinah
tentunya diperlukan rapat dimana agenda rapat ditentukan ketua
majelis tabligh dan mengkoordinasikan kepada devisinya yang dimana
pembahasan yang akan dibahas bagaimana program tahun lalu dan
apa saja program kedepannya yang akan dilakukan.
Mengadakan arisan atau pengajian merupakan wadah
perkumpulan para perempuan untuk menjalankan silaturahmi. Dalam
hal ini ketua majelis tabligh mengatakan bahwa salah satu upaya yang
kami lakukan untuk membina keluarga sakinah, kami memanfaatkan
moment seperti waktu arisan atau pengajian yang rutin kami lakukan,
dengan metode ceramah atau sharing.
2. factor penghambat majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dalam
meningkatkan efektivitas dakwahnya di Sinjai
a. Dana
Setiap lembaga tentunya mempunyai kegiatan yang
memerlukan dana begitupun „Aisyiyah dalam menjalankan
kegiatan keagamaannya tentunya memerlukan dana inilah masih
72
menjadi penghambat atau kendala „Aisyiyah karena kurangnya
dana sehingga program pengajian kadang tehambat karena untuk
mengadakan sebuah pengajian tentunya memerlukan peralatan
seperti pemimjaman mikropon, kursi dan tentunya kebutuhan
makan dan minum di persiapkan untuk para peserta.
Dana masih menjadi faktor penghambat kegiatan-kegiatan
yang dilakukan „Aisyiyah untuk membentuk satu kelompok
kegiatan karena mengadakan kegiatan tentunya dana sangat
diperlukan.
b. Waktu
Melihat pengurus Divisi keluarga sakinah tentunya
mempunyai penghambat seperti waktu dan jadwal pertemuan
mereka tiap minggunya yaitu pengurus masih memiliki kesibukan-
kesibukan tersendiri dalam kehidupan sehariannya sehingga
kegiatan yang dilakukan tiap minggunya yang dihadiri pengurus
„Aisyiyah terhambat.
Seperti yang disampaikan ibu Nafsiyah bahwa ada beberapa
anggota majelis tabligh yang berprofesi sebagai pengajar / guru
dan setiap pulang mengajar mereka harus melanjutkan
kegiatannya seperti mengurus keluarga, dan juga mereka banyak
yang petani.
Menurut ketua Majelis Tabligh bahwa penyebab ketidak
hadiran pengurus karena kesadaran anggota yang kurang sadar
73
akan berorganisasi, sehingga kita tidak bisa menghalangi mereka
kala tiap rapat tidak hadir inilah yang menjadi penghambat
organisasi. Padahal bimbingan yang kita berikan tentang materi
pedoman hidup warga „Aisyiyah dan belajar kemuhammadiyaan
sangat di perlukan untuk pembinaan keluarga dan pelatihan yang
kita berikan seperti, pelatihan khultum dan pelatihan tadarus.
Sangat dibutuhkan untuk pengurus agar motivasinya dalam
berdakwah semakin kuat.
Dan mayoritas pekerjaan mad‟u atau masyarakat di
Kabupaten Sinjai adalah petani, maka waktu untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan pengajian yang dilaksanakan, banyak yang
tidak dapat mengikuti secara aktif karena waktu bekerja yang tidak
terduga atau tidak terkondisikan.
c. Adat
Kabupaten Sinjai dikenal dengan adat yang masih kental yaitu
masih banyak yang mengikuti dan mempercayai mitos-mitos yang
diciptakan nenek moyang dahulu.
Dengan pemahaman masyarakat yang masih sangat awwam
dengan ilmu agama dan juga tingkat pendidikan yang rendah
sehingga ketertarikannya untuk mempelajari ilmu agama lebih
dalam sangat kurang. Dan karena pemahaman agama yang
kurang sehingga sebagian masyarakat bahkan kebanyakan
masyarakat yang dipelosok desa sulit untuk menerima apa yang di
74
dakwahkan terutama dakwah tentang Tauhid. Masyarakat tidak
ingin meninggalkan agama/tradisi nenek moyang mereka seperti
mabaca-baca karena mereka masyarakat percaya bahwa ketika
mereka tidak lagi melakukan tradisi itu mereka akan terkena
imbasnya, seperti sakit dan lain-lain.
Dan menurut salah satu dari simpatisan Muhammadiyah pak
Safruddin S.H selaku pak KUA di Desa Bulu Tellue dusun Tanah
Tekko, Lorong Lappa‟e.
“kita butuh da‟I dari luar wilayah desa kita atau bahkan da‟I dari luar kabupaten Sinjai yang memang professional secara ilmu dikampung ini karena kalau cuma kita yang menyampaikan, orang disini juga tidak mau percaya bahkan mereka mendoakan kita untuk sakit dan semacamnya karena telah meninggalakan adat/kebiasaan tomatoa rioleoe.”110
d. Kurangnya SDM
Dapat dilihat dari struktur kepengurusan majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah Sinjai yang hanya beranggotakan
kurang lebih 7 orang sehingga setiap devisi di majelis Tabligh
hanya satu orang yang memanage. Sehingga semua anggota dan
ketua majelis tabligh saling membantu/kerja sama dalam
mencapai tujuan majelis tabligh di semua devisi bahkan ada yang
merangkap, sebagai wakil ketua dan juga sebagai anggota salah
satu devisi.
110 Wawancara Safruddin S.H di Bulupoddo desa Bulu Tellue
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penulis lakukan selama ini, maka penulis
dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
a. Untuk membangun dakwah yang efektif perlu adanya sebuah
manajemen dakwah, terutama dalam persatuan pemikiran,
khususnya tujuan dan kepentingan dakwah yang akan dicapai
kedepannya, dan membentuk susunan kepengurusan sebagai
penggerak kemudian memplanning gerakan dakwah sehingga
optimal dalam melakukan dakwah dimasyarakat. Maka dari itu PDA
„Aisyiyah Sinjai telah menyusun visi misi sebagai bentuk persatuan
pemikiran untuk mencapai tujuan dan juga telah membentuk
struktur organisasi dan perencanaan dakwah. Peran manajemen
dakwah yang dilakukan „Aisyiyah Sinjai untuk meningkatkan
efektivitas dakwah „Aisyiyah tidak lepas dari fungsi-fungsi
manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), pengendalian dan
pengawasan (controlling), yaitu Para pengurus majelis tabligh
pimpinan daerah „Aisyiyah mejalankan program kerja yang telah
disusun. Dan semua itu sudah menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dengan baik
76
terkhusus untuk program kerja penyelenggaraan jenazah sebagai
program kerja unggulan di bidang majelis tabligh
b. Faktor pendukung dan penghambat majelis tabligh pimpinan
daerah „Aisyiyah dalam meningkatkan efektivitas dakwah di Sinjai
a) Dana
Dana masih menjadi factor penghambat kegiatan-kegiatan
yang dilakukan „Aisyiyah untuk membentuk satu kelompok kegiatan
karena mengadakan kegiatan tentunya dana sangat diperlukan.
b) Waktu
Melihat pengurus Divisi keluarga sakinah tentunya mempunyai
penghambat seperti waktu dan jadwal pertemuan mereka tiap
minggunya yaitu pengurus masih memiliki kesibukan-kesibukan
tersendiri dalam kehidupan sehariannya sehingga kegiatan yang
dilakukan tiap minggunya yang dihadiri pengurus „Aisyiyah terhambat.
c) Adat
Dengan pemahaman masyarakat yang masih sangat awam
dengan ilmu agama dan juga tingkat pendidikan yang rendah sehigga
ketertarikannya untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam sangat
kurang. Dan karena pemahaman agama yang kurang sehingga
sebagian masyarakat bahkan kebanyakan masyarakat yang dipelosok
desa sulit untuk menerima apa yang di dakwahkan terutama dakwah
tentang Tauhid. Masyarakat tidak ingin meninggalkan agama/tradisi
nenek moyang mereka seperti mabaca-baca karena mereka
77
masyarakat percaya bahwa ketika mereka tidak lagi melakukan tradisi
itu mereka akan terkena imbasnya, seperti sakit.
d) Kurangnya SDM
Kurangnya sumber daya manusia sehingga menjadi salah satu
penghambat untuk menyampaikan dakwah secara luas dan merata di
Kabupaten Sinjai.
c. Berdasarkan uraian dan analisis yang dikemukakan dalam bab-
bab sebelumnya maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
penerapan manajemen dakwah di majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah di Kabupaten Sinjai sudah berjalan efektif secara
struktural dan secara pelaksanaan karena pencapaian usaha atau
tujuan sudah 85 %.
B. Saran
1. Diharapkan kepada pengurus majelis tabligh pimpinan daerah
„Aisyiyah agar penelitian ini menjadi referensi bagi prngurus
majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah dalam upaya
meningkatkan efektivitas dakwah di sinjai
2. Sebagai langkah evaluasi bagi para aktivis pengurus majelis
tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah secara personal maupun
kelembagaan, dengan adanya program yang dilakukan
majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah menjadikan lagkah
kedepannya kita lebih menyadari bahwa pentingnya dakwah.
78
3. Sebaiknya para pengurus „Aisyiyah lebih memperkenalkan
apa itu „aisyiyah karena sebagian besar masyarakat di Sinjai
masih belum mengenal apa itu „Aisyiyah, karena mereka
hanya mengenal muhammadiyah. Agar dakwah kita lebih
mudah diterima masyarakat sehingga kader semakin
bertambah dan memperbanyak sumber daya manusia dalam
menyampaikan dakwah.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arifuddin. 2011. Metode Dakwah Dalam Masyarakat. Samata: Alauddin
Press.
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik, Edisi
revisi VI, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Anoraga, Pandji. 2000. manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Dwi. Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan, Online
As-Suhaimi, Fawwaz bin Hulayyil. 2013. Begini Seharusnya Berdakwah,
Jakarta: Darul Haq
Ahmad, Amrullah. 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial,
Yogyakarta: PLP2M
Departemen Agama RI. 2014. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Penerbit
Sahifa
Fathoni, abdurahman. 2006. Manajemen Sumber Daya, Jakarta: Rineka
Cipta
Hasibuan, S.P Melayu. 2007. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara
Hasyim, Hasanah. 2013. Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak
H.R Al-Bukhori 3/1275 no 3274.
Ilaihi, Wahyu dan M. Munir. 2009. Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana
Ilaihi, Wahyu dan M. Munir. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: Prenadamedia Group
Kriantono, Rahmat. 2009. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Kencana Kayo, RB. Khatib Pahlawan. 2007. Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menujuDakwah Profesional. Jakarta: Amzah
Kritiner, Robert. 1989. Manajemen, Boston: Hougton Mifflin Company
Kementian agama RI, 2017. Al-Qur’an Hafalan Mudah, Jakarta: Cordoba.
Manullang, M. 1996. Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Galia Indonesia
80
Mubarak, Zulfi. 2006. Sosiologi Agama, Malang: Malang Press
Muhajirin, Neon. 1998. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake
Sarasin
Martoyo dan Susilo, 2002. Manajemen Sumber daya Manusia, Bandung:
Alfabeta
Muhtadi, Asep saiful dan Agus Ahmad Safei. 2003. Metode Penelitian Dakwah, Bandung: Pustaka Setia
Omar, Toha Yahya. 1985. Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya
Rianto, Suharto Tahta. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya:
Surabaya Indah
Syam, Nur. 2003. Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis Tentang Ilmu
Dakwah, Surabaya: Jenggala Pustaka Umum
Sholeh, Rosyad. 2010. Manajemen Dakwah Islam, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali
Press
Shihab, Quraish. 2001. Membumikan Al-Quran dan Peran Wahyudalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Press
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran, Bandung:
CV. Wacana Prima
Siraj, Arifuddin. 2012. Cara Praktis Mempelajari Manajemen, Makassar:
Alauddin University Press
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Terry, George R. 1961. Principle Of Management, New York: Richard D.
Irwin
Thoifa, I‟anut. 2015. Manajemen Dakwah, Malang: Madani Press
81
Tanthowi, Jawahir. 1983. Unsur-Unsur Manajemen Menurut Al-Quran,
Jakarta: Pustaka Al-Husna
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
TH. Handoko. 2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: BPFE
Zaidallah, Alwirsal Imam. 2002. Strategi Dakwah, Jakarta: Kalam Mulia
https://www.academica.edu/5252429/muhammadiyah_dan_pemberdayaan_perempuan.
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-ash-shaff-ayat-1-4.hml
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
Panduan wawancara :
1. Bagaimana sejarah berdirinya „aisyiyah Kabupaten Sinjai ?
2. Apa visi misi pimpinan derah „Aisyiyah Kabupaten Sinjai ?
3. Bagaimana struktur manajemen PD „Aisyiyah Kabupaten Sinjai ?
4. Apa saja program kegiatan /program kerja PD „Aisyiyah Kabupaten
Sinjai ?
5. Apakah semua terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan ?
6. Berpapa program yang tidak terlaksana dan yang terlaksana?
7. Siapa yang melaksanakan atau bertanggung jawab dakam
pengawasan di Majelis Tabligjh „Aisyiyah?
8. Apa saja yang menjadi factor pendukung dan penghambat dalam
berdakwah ?
9. Bagaimana menurut anda dakwah majelis Tabligh PD „Aisyiyah,
apakah sudah efektif atau kurang efektif atau bahkan tidak efektif ? ?
83
Lampiran 2
Gambar 1.1
Surat putusan pimpinan daerah „Aisyiyah Kabupaten Sinjai
Gambar 1.2 Penetapan susunan anggota pimpinan daerah „Aisyiyah Kabupaten Sinjai
84
Gambar 1.3
Susunan Anggota devisi majelis tabligh pimpinan daerah „Aisyiyah
Kabupaten Sinjai
Gambar 1.4
Penjabaran Program kerja Pimpinan Daerah „Aisyiyah Kaupaten Sinjai
Gambar 1.5
85
Program Kerja „Aisyiyah
Gambar 1.6
Ibu Nafsiah Pabo S.Ag, Ketua Majelis Tabligh PDA Kabupaten SInjai
86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Jumiarni. Lahir di Sinjai
pada tanggal 18 Oktober 1996. merupakan anak
kedua dari empat bersaudara dari pasangan Aco
Dg Palallo dan Nursiah. Penulis sekarang
bertempat tinggal di Pangkajene Kepulauan
Kecamatan Pangkajene Kelurahan Bonto Perak.
Penulis menyelesaikan pendidikan di sekolah Dasar di SDN 219
Pukkiseng di Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai pada Tahun 2008.
Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 4 Sinjai
Kecamatan Bulupoddo dan tamat pada tahun 2011, kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Sinjai Tengah pada
tahun 2011 dan selesai tahun 2014. Pada Tahun 2014 penulis
melanjutkan pendidikan di Ma‟had Albirr Unismuh Makassar sampai
mustawa tsalis, Kemudian pada Tahun 2015 penulis mengambil Jurusan
Komuikasi Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Agama Islam di Universitas
Muhammadiyah Makassar. Penulis menyelesaikan kuliah Strata Satu (S1)
pada tahun 2020.
top related