029934 SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNG
Post on 06-Nov-2021
6 Views
Preview:
Transcript
KONSEP TEOLOGI PEMBEBASAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN
GEREJAWI BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN
Skripsi
Diajukaii Kepada
Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teologi
Oleh:
MUSRAN
1010711041
997
029934
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AMANAT AGUNGJAKARTA
2011
-.iRPUSTAKAAN
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
AMANAT AGUNG
Ketua Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
konsep teologi fembebasan dan implikasinya terhadapPELAYANAN GEREJAWI BAGI MASYARAKAT MISKIN DI PEDESAAN
Dinyatakan lulus setelah diuji oleh Tim Penguji pada tanggal 1 Desember 2011.
Dosen Penguji
1. Lotnatigor Sihombing, Th.M.
2. Astri Sinaga, S.S., M.Th.
3. Paulus Kumia, Th.M., D.Min.
Tanda Tangan
Jakarta, 1 Desember 2011
Andreas
Ketua
DAFTARISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI ix
BAB L PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Perumusan Masalah 4
1.3.Tujuan Penulisan 7
1.4. Pembatasan Masalah 8
1.5. Metodologi Penelitian 8
1.6. Sistematika Penulisan 9
BAB 11. SEJARAH PERKEMBANGAN TEOLOGI PEMBEBASAN 10
II. 1. Latar Belakang Munculnya Teologi Pembebasan Amerika Latin 10
II.2.Tahap Perkembangan Teologi Pembebasan Amerika Latin 14
11..1. Pemikiran dan Metode Berteologi Para Tokoh Teologi Pembebasan
Amerika Latin p
11.3.1. Gustavo Gutierrez I ̂
11.3.2. Juan Luis Segundo 25
11.3.3. Leonardo Boff 29
11.3.4. Paolo Freire ^2
11.4. Pengaruh Marxisme Dalam Teologi Pembebasan 35
11.5. Evaluasi Terhadap Teologi Pembebasan 38
11.6. Kesimpulan 45
IX
BAB UI. KONSEP KEMISKINAN DAN FEMETAANNYA
DALAM SITUASI PEDESAAN DI EVDONESIA 47
III. 1. Makna Kemiskinan Dalam Perspektif Alkitab 47
III. 1 .A. Peijanjian Lama 47
III. 1.8. Peijanjian Baru. 50
ITI.2. Akar Permasalahan Utama Kemiskinan 52
111.3. Peta Kemiskinan di Indonesia 55
111.3.1. Defmisi dan Situasi Umum Pedesaan di Indonesia 55
111.3.2. Definisi Kemiskinan 57
111.3.3. Indikator Kemiskinan 59
111.3.4. Jenis-Jenis Kemiskinan ^4
111.4. Karakteristik Kemiskinan Pedesaan di Indonesia 67
BAB IV. PRINSIP-PRINSIP TEOLOGIPEMBEBASAN DAN APLIKASINYA
BAG! PELAYANAN DIAKONIA TRANSFORMATIF GEREJA
DALAM USAHA MENGENTASKAN KEMISKINAN
MASYARAKAT DI PEDESAAN 72
IV. A. Prinsip-Prinsip dalam Teologi Pembebasan 73
IV. A. I Pelayanan Gereja yang Kontekstual 74
IV.A.2. Pelayanan yang Memprioritaskan Solidaritas dan
Komitmen
IV.A.3. Pelayanan Untuk Membangkitkan Kesadaran 77
IV.B. Fungsi Diakonia Gereja Sebagai Wadah Pembebasan 77
IV.B. I. Diakonia Karitatif 32
IV.B.2. Diakonia Reformatif 82
IV.B.3. Diakonia Transformatif Sebagai Pelayanan yang
Membebaskan 84
IV.C. Keterlibatan Gereja Injili Dalam Pelayanan Diakonia Sosial 85
IV.D. Diakonia Transformatif Sebagai Penerapan Prinsip-Prinsip
Teologi Pembebasan g7
IV.D. l.Pemberdayaan Sebagai Perwujudan Diakonia
Transformatif gg
IV.D. I a. Pendidikan Sebagai Upaya Penyadaran 89
IV.D. 1 .b. Pemberdayaan Ekonomi Jemaat 93
IV.D.I.e. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas
Politik 94
BAB V. PENUTUP 99
DAFTAR PUSTAKA JO2
XI
BABl
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Latar belakang penulisan skripsi ini diawali dengan keprihatinan penulis
melihat bagaimana kemiskinan masih merupakan suatu realita yang masih terns ada
dan menjadi permasalahan sosial yang perlu untuk dicarikan solusi untuk
mengatasinya. Keprihatinan yang disertai kerinduan untuk terUbat dalam pelayanan
sosial untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih manusiawi terutama
bagi masyarakat miskin yang ada di pedesaan.
Kemiskinan yang teijadi dalam kehidupan masyarakat pedesaan tentunya tidak
dapat dipisahkan dengan situasi dan kondisi yang teijadi di Indonesia. Secara umum,
permasalahan kemiskinan akibat ketidakadilan sosial merupakan masalah yang cukup
serius dan masih terns ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebagai salah satu
negara yang sedang berkembang. Negara yang telah mengecap kemerdekaan selama
65 tahun ini temyata masih belum bisa melepasakan diri dari masalah kemiskinan.*
Permasalahan kemiskinan yang masih terns ada tentunya disebabkan berbagai faktor
yang mendukung, baik faktor politik, ekonomi dan juga sosial budaya yang ada dalam
seluruh aspek kehidupan masyarakat yang ada di pedesaan.
1. M. Fadjroel Rachman, "Jangan Peraah UtihMencintai Indonesia," dalam Rindu Pancasila(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), 267. M. Fajroel Rachman Halam tulisannya di harianKompas memapaikan bahwa setelah 65 tahun merdefca ada 35 juta penduduk miskin( menunit data BiroPusat Stati^, I juli 2008) sedangkan jika gms kemiskinan dipatok 2 dollar AS perhari maka jumlahorang miskin yang ada di Indonesia mencapai 52 p^sen populasi. Sedangkan dibidang Pendidikansangat meminiliatinkan dengan jumlah 11 juta anak buta hunif tidak peraah bersekolah, ada 4.370.492anak putus SD dan 18.296 anak putus SMP. Beliau membuat kesinqjulan bahwa masalah tersebutdiakibatkan oleh ketidakadilan sosial yang terjadi dalam sistim negara.
Berbagai usaha penanganan masalah kemiskinan ini telah mendapat perhatian
yang serius dari berbagai pihak untuk dicari solusinya dengan nielakukan perbaikan
kebijakan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, termasuk peran gereja Tuhan
untuk terlibat memberikan solusi bagi masalah kemiskinan ini. Gereja sebagai
representatif Kristus di tengah dunia ini juga bertanggung jawab untuk memberikan
kontribusi untuk mengentaskan kemiskinan yangteijadi di sekitarnya. Gereja berperan
untuk membawa suatu pembebasan terhadap masyarakat yang hidup dalam
kemiskinan serta membawa sebuah pembaharuan hidup yang lebih baik sama seperti
kehadiran Kristus yang datang ke dunia untuk mendatangkan perubahan besar dalam
kehidupan orang banyak pada masa itu.^
Namun dalam realitanya, menurut pengamatan penulis, masih banyak gereja,
termasuk gereja-gereja Injili memiliki kecenderungan mementingkan kehidupan
spiritual umat dalam pelayanan yang diberikan sehingga pada akhirnya hanya
memperhatikan masalah internal namun mengabaikan masalah ekstemal gereja, terlalu
mementingkan masalah spiritual dan mengabaikan kehidupan yang bersifat material.
Sedangkan kedua hal ini memiliki korelasi mengingat bahwa dosa telah membawa
dampak kedalam berbagai sisi kehidupan manusia seperti ekonomi, politik dan
budaya. Tidak mungkin teijadi suatu transformasi hidup dalam bidang material jika
tidak teijadi transformasi spiritual. Oleh sebab itulah dibutuhkan sebuah transformasi
spiritual yang membawa kepada satu transformasi yang bersifat material.
Kurangnya perhatian gereja terhadap permasalahan kemiskinan bisa
disebabkan karena pemahaman teologis yang berbeda yang dianut oleh setiap gereja
dalam hal memandang masalah ini. Gereja lebih cenderung mengurus hal-hal yang
2. Abraham Kuyper, Iman Kristen dan Problema Sosial (Surabaya; Momentum, 2004), 45.
2
bersifat rohani dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan di alam baka.
Hal ini, menunit Newbigin seperti yang dikutip oleh Bryant L. Myers, dipengaruhi
oleh pandangan modem yang menyatakan bahwa "dunia spiritual dan dunia material
mempakan dua bagian yang berbeda yang memiliki areanya masing-masing yang
keduanya tidak saling berhubungan."^ Pandangan modem ini juga masuk dalam
pemahaman gereja yang memberikan batasan dengan memisahkan kehidupan iman
pribadi dengan masalah-masalah sosial yang teijadi di sekitar gereja.'* Myers
memaparkan bahwa "kebanyakan gereja mengalah dan mengikuti apa yang telah
menjadi pandangan tersebut dengan hanya menekankan aspek spiritual dan
membiarkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek material kepada institusi lain yang
bertanggung jawab untuk menanganinya".^ Sedangkan di pihak lain ada pemahaman
teologi yang dianut oleh gereja yang memandang bahwa kemiskinan merupakan
kutukan dan akibat dosa. Pemahaman ini juga mengajarkan bahwa setiap orang yang
menjadi pengikut Tuhan pasti akan mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya.®
Minimnya kesadaran gereja untuk memperhatikan masalah sosial ini bisa disimpulkan
karena pemahaman teologi yang berbeda dalam menyikapi hal tersebut.
Gereja memang memiliki bidang diakonia yang menjalankan pelayanan sosial
terhadap lingkungan sekitamya, tetapi masih sebatas program yang tidak
berkesinambungan. Program diakonia yang dilakukan pada akhiraya tidak menyentuh
akar persoalan yang mampu untuk membawa sebuah pembahaman dalam kehidupan
3. Biyant L. Myers, WaMng With The Poor: Principles and Practice of TransformationalDevelopment (New Yoik: Oibis Books, 1996), 6.
4. Baskaia T. Waidaya, Spiritualitas Pembebasan: Refleksi atas Iman Kristiani dan PraksisPastoral (Yogyakarta: Peneibit Kanisius, 1995), 29.
5 Myers, Walking With The Poor: Principles and Practice of Transformational Development,6.
6 . Herlianto, Teologi Sukses: Antara Allah dan Mamon (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),1.
masyarakat itu sendiri.^ Sebab itulah, perlu dilakukan sebuah tindakan yang bersifat
komprehensif karena jika penanganan yang dilakukan hanya bersifat situasional tidak
akan banyak membantu untuk mengatasi masalah ini karena tidak menyentuh apa
yang menjadi akar persoalan yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.
Permasalahan iniiah yang menjadi keprihatinan penulis, yaitu bagaimana
gereja dalam situasi seperti ini dengan pemahaman teologi yang dianutnya dapat
memberikan solusi dalam usaha membantu mengentaskan kemiskinan yang dialami
oleh masyarakat pedesaan dengan dinamika sosial yang ada didalamnya.
Pokok Permasalahan
Pemahaman teologi yang dianut atau diyakini oleh gereja memengaruhi sikap
gereja dalam mengimplementasikan kebenaran firman ke dalam realita yang terjadi
dalam konteks dimana gereja berada. Menurut David Clark " Teologi seharusnya
tidak hanya sekedar menginformasikan kebenaran tentang Allah tetapi lebih dari pada
itu teologi harus mampu mengaplikasikan kebenaran untuk membawa suatu
transformasi bagi masyarakat dan komunitasnya." ® Pemyataan yang sama dipaparkan
oleh Eka Darmaputera yang mengatakan bahwa" teologi adalah upaya untuk
memmuskan penghayatan iman kristiani pada konteks ruang dan waktu tertentu
sehingga teologi harus memperhitungkan kedua-duanya".^ Namun realita yang teijadi
seringkali teologi hanya berhenti pada tatanan sebuah pengetahuan padahal seharusnya
7. A. A Yewangoe, Tidak Ada Penumpang Gelap: fVarga Gereja, Warga Bangsa (Jakarta;BPK Gunung Mulia, 2009), 135. Pelayanan Gereja tidak hai^a bersifat diakonia karitatif yaitupelayanan yang hanya merefleksikan betas kasih Allah kepada orang-orang yang menderita namun jugaharus bersi^t diakonia transformatif yaitu diakonia yang tidak hanya mempeilihatkan betas kasihannamun berusaha untuk membawa perubahan hidup bagi orang-orang yang mengalami penderitaan.
8. David K.Clark, To Know and Love God (Illinois: Crossway Books, 2003), xxix.9. Eka Darmaputera, Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia dalam '^Konteks Berteologi di
Indonesia, ed. Eka Darmaputera (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997),10.
teologi menjadi sebuah hikmat untuk mengaplikasikan kebenaran itu ke dalam konteks
kehidupan dimana kebenaran itu dinyatakan.
Salah satu teologi yang memberikan perhatian kepada konteks dimana gereja
eksis untuk memperhatikan masalah kemiskinan adalah teologi pembebasan yang
muncui sebagai reaksi terhadap realita kemiskinan yang dialami oleh sebahagian besar
masyarakat Amerika Latin akibat eksploitasi yang dilakukan oleh orang kaya yang
memiliki sebagian besar lahan, eksploitasi terhadap kelas sosial dalam masyarakat.
Sementara keberadaan gereja Katolik pada masa itu tidak memberikan perhatian
kepada permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan lebih ironis, gereja berpihak
kepada pihak yang menindas."
Kontribusi yang diberikan oleh teologi pembebasan dapat dirasakan
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Amerika Latin. Tidak bisa di pungkiri
bahwa teologi pembebasan mempengaruhi wacana berteologi para teolog dan gereja-
gereja di dunia untuk memikirkan masalah kemiskinan sebagai masalah teologis,
misalnya Konferensi Pekabaran Injil Sedunia di Melbourne tahun 1980 yang
memberikan penekanan terhadap masalah kemiskinan. Pengaruh teologi pembebasan
ini juga menjadi sebuah gerakan moral sampai ke beberapa negara Asia yang secara
institusi juga mengklaim menerapkan teologi pembebasan dalam mempeijuangkan
masyarakat yang tertindas dalam berbagai teologi pembebasan yang kontekstual. Di
Indonesia sendiri, teologi pembebasan mempengaruhi tokoh-tokoh terutama dari
kalangan Katolik maupun Protestan. Secara institusi Dewan gereja Indonesia dalam
10.Gustavo Gutienez,yl Theology of Liberation (Mai>iaioIl: Oibis Books, 1973), xxi.11. Ed. L. Miller & Stanley J. Grenz, Fortress Introduction to Contemporary Theologies
(Minneapolis: Fortress Press, 1998), 150.12. Chiistiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja: Sejarah, Dokumen dan Tema-Tema
Gerakan Oikumenis (Jakarta: BPK Giinung Miilia,1996), 151.
konferensinya di Pematang Siantar memberikan penekanan terhadap permasalahan• 13
kemiskinan yang diinspirasikan oleh teologi pembebasan Amerika Latin,
Prioritas terhadap masalah kemiskinan memerlukan perhatian dari banyak
pihak termasuk tanggungjawab gereja, mengingat masih tingginya angka kemiskinan
di Indonesia yang juga memunculkan dampak negatif lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Jika mengacu kepada data dari Badan Pusat Statistik yang
menunjukkan bahwa ada sekitar 109 juta rakyat Indonesia yang hidup dengan upah
dua dollar AS per hari. Bisa disimpulkan, bahwa masih banyak masyarakat
Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan temtama di daerah pedesaan yang
disebabkan oleh berbagai faktor baik secara kultural maupun struktural.
Namun tidak semua gereja memberikan perhatian yang serius untuk
melibatkan diri dalam usaha pengentasan kemiskinan di pedesaan. Menurut penulis,
ha! ini kemungkinan disebabkan karena gereja merasa hanya bertanggungjawab untuk
menyampaikan Injil tanpaharus memperhatikan pelayanan sosial terhadap jemaat atau
masyarakat miskin.
Bercermin dari kemunculan teologi pembebasan terlepas dari adanya
kekurangan dan kelemahan dari pemahaman teologi ini namun penulis meyakini
adanya hal-hal positif dari pemahamannya yang masih relevan untuk dipelajari
sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi pelayanan gereja dalam usaha
mengentaskan kemiskinan khususnya bagi warga masyarakat yang bermukim
dipedesaan. Meskipun kemiskinan masih akan terus ada sepanjang kehidupan
manusia, namun membiarkan kemiskinan dialami oleh masyarakat khususnya jika hal
13. A. A. Yewangoe, Teologi Cruds di Asia (Jakarta: BPK Gunimg Mulia,1996), 298.14. Myma Ratna, "Indonesia Memanggil" dalam Pancasila: Merajut Nusmtara
(Jakarta: Peneibit Buku Kompas, 2010), 201.
itu disebabkan karena ketidakmampuannya untuk memperbaiki tingkat kehidupan juga
mempakan hal yang naif bagi gereja.
Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penulisan ini adalah;
1. Gereja membutuhkan pemahaman teologi yang relevan dengan konteks
termasuk dalam masalah kemiskinan.
2. Pelayanan gereja terhadap masalah kemiskinan seharusnya dilakukan
secara efektif dan berkesinambungan dan bukan bersifat temporer.
3. Bagaimana gereja yang ada di pedesaan dalam pelayanan diakonianya
dapat memberikan solusi yang membawa pembebasan bagi kehidupan
masyarakat yang sedang dibelenggu kemiskinan.
Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan munculnya teologi pembebasan dan metode berteologi beberapa
penganut teologi pembebasan serta pengaruhnya bagi usaha pembebasan
masyarakat dari masalah kemiskinan.
2. Memperlihatkan bagaimana kemiskinan menjadi tema penting dalam sejarah
kehidupan manusia dari sejak masa PL dan PB bahkan hingga pada masa kini.
3. Menarik relevansi konsep teologi pembebasan dalam sumbangsihnya bagi
pelayanan gereja dalam usaha pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan
melalui pelayanan diakonia transformatif.
Pembatasan Masalah
Sesuai dengan tujuan penulisan maka penulisan berfokus kepada latarbelakang
munculnnya teologi pembebasan dan metode berteologi tokoh-tokoh penganut teologi
pembebasan. Terdapat beberapa tokoh yang memberikan pemahaman ataupun konsep
mengenai teologi pembebasan, namun penults hanya ingtn mengangkat konsep 4
tokoh teologia pembebasan yakni Gustavo Gutierrez, Juan Luis Segundo, Leonardo
BofFdan Paolo Freire yang memberikan pengaruh yang signifikan bagi metode teologi
pembebasan dalam kontribusinya bagi pembebasan sosial, ekonomi, hukum dan
budaya pada konteks munculnya metode pembebasan tersebut. Selanjutnya
kemiskinan yang akan disorot ketika membahas tentang peran gereja dalam usaha
mengentaskan kemiskinan akan lebih mengacu kepada masyarakat miskin yang
merupakan anggota jemaat gereja-gereja yang ada dipedesaan serta jika mungkin
masyarakat yang ada disekitamya.
Metodologi Penulisan
Dalam penulisan ini, penults akan menggunakan metode analisa deskriptif
yang bersifat aplikatif dengan melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan topik dibahas yang terdapat dalam buku-buku, jumal dan sumber-
sumber dart internet. Penults dalam memaparkan berbagai pemahaman teologia
pembebasan berusaha untuk menggunakan pr/moo' source dart buku-buku yang
ditulis langsung oleh tokoh-tokoh teologi pembebasan dan secondary source yang
juga memberikan pemaparan tentang teologi pembebasan. Penulisan ini bersifat
aplikatif karena pada akhir studi literatur ini penults berusaha untuk mendapatkan
pemahaman yang masih sesuai dart teologi pembebasan ini sehtngga memberikan
8
sumbangsih bagi pelayanan gerejadalam mengentaskan kemiskinan yang adadi
daerah pedesaan.
Sistcmatika Penulisan
Sistemalika penulisan skripsi ini terdiri dari V bab. Bab I berisi tentang
pcndahuluan skripsi yang menibahas tentang latar belakang permasalahan. pokok
permasalahan. tujuan penulisan, pembatasan masalah, metodologi penulisan. serta
sistematika penulisan. Bab 11 mcmbahas tentang latar belakang munculnya teologi
pembebasan. Pcrtama. pcmaparan ini akan menyoroti konteks kemiskinan yang terjadi
di Amcrika I .atin dan bagaimana peran gereja menyikapi permasalahan yang terjadi.
Keciua, penulis akan mcmaparkan tentang pemikiran-pemikiran para teolog teologi
pembebasan serta melode berteologinya.
Dalam Bab III. penulis akan memaparkan mengenai pengertian kemiskinan
dan bagaimana Alkitab memandang masalah kemiskinan. Selanjutnya penulisan akan
membahas mengenai sosiologi pedesaan kliususnya tentang karakteristik pedesaan
secara umum yang erat kaitannva dengan penyebab kemiskinan yang terjadi di
pedesaan.
Dalam Bab IV. penulis mencoba untuk memaparkan prinsip-prinsip dari
pemahaman teologi pembeba.san yang bisa dijadikan sebuah rujukan atau acuan bagi
gereja dalam usaha mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan melalui peran dan
fungsi gereja yaitu diakonia yang bersifat transformatif. Penulisan ini di akhiri dengan
bab V yang merupakan ringkasan dan kesimpulan dari keseluruhan pemaparan
penulisan ini.
ben,da dip.„e,,, """ ^upa^ il pen Pen f-1C-. I
diakonia van^ , ''' memikirkan ulangpdaya^^^^^- '"ig, sclama mi tclah diInL-..L- , ,niembcrikan kotitribusi bagi
' la,.l-'ntLik n-jewuiur]L-.,n ,..•'.lauKan lujuan {crscbui imL-n . • ,
■ naka g^-reja liarus bcrani melakukan sebualilerobosan-iiM-oK/x .
" ̂'P^ya»„sa„d™p,,e„jdinkc,;iasa„,a' ' ' '' ̂ '^^bkaji pemerinlali selempaldalam iisalia
kdii L,pa_\ a penibcrdayaan masyarakaiyang bertujuan membawamasyarakat kcpada pca.balaaa keb.dapan yang
lebih manusiavvi,
\-l
lOi
top related