library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2011-2... · Web viewSelain itu kemampuan akses ( misalnya kecepatan akses dan jenis layanan ) ditentukan oleh jenis
Post on 02-May-2019
225 Views
Preview:
Transcript
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Jaringan Komputer
Menurut Tanenbaum (2003, p3), jaringan komputer adalah
kumpulan beberapa komputer yang saling berhubungan dengan suatu
teknologi. Dua komputer dapat dihubungkan melalui kawat tembaga
(copper wire), fiber optic, microwaves, infrared, dan satelit
komunikasi juga dapat digunakan.
Di dalam literatur masih sering terjadi kesulitan pemahaman
dalam membedakan antara jaringan komputer dan sistem yang
terdistribusi. Perbedaan utama yaitu bahwa sistem terdistribusi adalah
kumpulan dari komputer yang berhubungan langsung dengan user,
dapat digambarkan sebagai sebuah sistem berjalan. Sering kali lapisan
dari software pada bagian sistem operasi yang disebut juga dengan
middleware yang berfungsi untuk bertanggung jawab dalam
penerapan model ini. Contoh dari sistem terdistribusi adalah World
Wide Web, dimana semuanya terlihat seperti sebuah dokumen (Web
page).
Pada dasarnya, sebuah sistem terdistribusi adalah sistem
software yang dibangun di atas sebuah jaringan. Software ini
memberikan gambaran bahwa sistem terdistribusi tersusun secara
9
10
teratur. Sehingga perbedaan antara jaringan dan sistem terdistribusi
berada di software (khususnya sistem operasi), bukan di hardware.
2.1.2 Arsitektur Jaringan
2.1.2.1 Client/Server Model
Menurut Linto Herlambang (2009, Arsitektur Aplikasi
Client Server), dalam client/server model, perangkat yang
meminta sebuah informasi disebut dengan client dan
perangkat yang menanggapi setiap permintaan disebut
server. Proses client/server berada pada application layer.
Client dimulai dengan meminta data dari server, yang akan
memberi respon dengan mengirimkan satu data atau lebih
ke client. Application layer protocol mendeskripsikan
format permintaan dan respon antara client dan server.
Selain mentransfer data yang aktual, pertukaran data ini
juga membutuhkan control information, seperti otentikasi
pengguna dan identifikasi dari sebuah file data yang akan
ditransfer.
Salah satu contoh dari jaringan client/server adalah
yang ada di lingkungan perusahaan dimana karyawan
menggunakan sebuah company e-mail server untuk
mengirim, menerima, dan menyimpan e-mail.
11
2.1.3 Peralatan Jaringan Komputer
2.1.3.1 Network Device
Menurut Joko (2010, Network Devices), Network
Device adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan
end-user device ke jaringan, memperluas jangkauan
jaringan, melakukan konversi format data, mengatur
transfer data, dan banyak fungsi jaringan lainnya. Contoh
network device adalah:
a. Modem
Modem (modulator-demodulator) digunakan
untuk mengubah informasi digital menjadi sinyal
analog. Modem mengubah tegangan bernilai biner
menjadi sinyal analog dengan melakukan encoding data
digital ke dalam frekuensi carrier. Modem yang umum
digunakan dihubungkan ke jalur telepon. Oleh karena
itu modem ini mampu memodulasi data digital ke dalam
sinyal berspektrum suara, yang disebut dengan proses
modulasi. Modem juga dapat mengubah kembali sinyal
analog yang termodulasi menjadi data digital, sehingga
informasi yang terdapat di dalamnya dapat dimengerti
oleh komputer. Proses ini disebut demodulasi.
12
Gambar 2.1 Modem
Sumber :
http://4antum.files.wordpress.com/2009/11/modem.gif
b. Hub
Hub merupakan network device yang digunakan
untuk mengkonsentrasikan hubungan dalam jaringan.
Hub menggabungkan beberapa host sehingga jaringan
melihat host-host tersebut sebagai sebuah unit tunggal.
Ini adalah tugas sebuah passive hub, sedangkan active
hub selain bertugas melakukan hal yang sama, juga
melakukan penguatan sinyal. Host-host yang terhubung
ke hub akan menerima semua traffic yang melalui hub.
Hal ini akan berpotensi mengakibatkan collision jika ada
banyak host yang terhubung ke hub.
13
Gambar 2.2 Hub
Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/_Hiu-bV301NQ/TFrSUG086_I/
AAAAAAAAADA/b8VgascAbF0/s1600/hub.jpg
c. Switch
Switch merupakan network device yang bekerja
pada Layer 2 model OSI, yang mampu melakukan
manajemen transfer data yaitu hanya meneruskan data ke
segmen yang dituju. Switch tidak melakukan konversi
format data. Switch mempelajari host mana saja yang
terhubung ke suatu port dengan membaca MAC address
asal yang ada di dalam frame kemudian switch membuka
sirkuit virtual antara node sumber dengan node tujuan.
Dengan demikian komunikasi dua port tersebut tidak
mempengaruhi traffic dari port lain. Hal tersebut
membuat LAN lebih efisien.
14
Gambar 2.3 Switch
Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/_GfNbBNHT7ko/TAzctmtoaCI
/AAAAAAAAAHU/rKsAlWTekj4/s1600/
netgear_gs748ts_48_port_gigabit_network_switch.gif
Switch terbagi menjadi dua jenis, yaitu manageable
switch dan unmanageable switch. Secara umum fungsi
kedua jenis switch sama yaitu sebagai media
penghubung dalam jaringan yang sama, memperbesar
skala jaringan. Manageable switch memiliki kelebihan-
kelebihan tertentu dibandingkan dengan unmanageable
switch. (Micro, 2010, p11)
1. Unmanageable Switch
Unmanageable switch sering disebut
dengan glorified hub, yang berarti bahwa switch
dapat dilakukan tanpa interaksi dengan user.
Manfaat switch diatas sebuah hub adalah
bandwidth yang penuh untuk setiap port daripada
menghancurkan semua data atas semua port
15
seperti hub dan menghadapi collision.
2. Manageable Switch
Manageable switch mempunyai IP address
tersendiri dan memiliki telecommunication
network dan mungkin juga web-based interface
untuk memonitoring dan akses yang aman untuk
setiap port yang ada di dalam switch.
Manageable port dapat menggunakan VLAN,
dimana dapat membuat banyak port yang berbeda
dalam switch yang sama hingga switch yang
berbeda. Hal ini dapat berguna dalam IP address
yang terbatas dimana dapat melayani satu port.
Hal ini memastikan tidak ada colokan sebuah hub
ke dinding dan berbagi banyak koneksi tanpa
harus meminta izin ke administrator. Manageable
switch juga dapat digunakan untuk mengaktifkan
atau menonaktifkan port tertentu tanpa harus
mencabut kabel.
d. Router
Router mempunyai semua kemampuan network
device lainnya. Router dapat memperkuat sinyal,
mengkonsentrasikan beberapa koneksi, melakukan
konversi format transmisi data, dan mengatur transfer
data. Selain itu router juga bisa melakukan koneksi ke
16
WAN sehingga dapat menghubungkan LAN yang
terpisah jauh. Router bertugas melakukan routing paket
data dari source ke destination pada LAN, dan
menyediakan koneksi ke WAN. Dalam lingkungan LAN,
router membatasi broadcast domain, menyediakan
layanan local address resolution seperti ARP (Address
Resolution Protocol) dan RARP (Reverse Address
Resolution Protocol), dan membagi network dengan
menggunakan struktur subnetwork.
Gambar 2.4 Wireless Router
Sumber :
http://ictfiles.com/resources/images/uploaded/image/net
working/108m_Wireless_Router.jpg
2.1.4 Media Transmisi
Menurut Jonathan Lukas (2006, p55), media transmisi adalah
pemancar dan penerima dalam sistem transmisi data. Media trasnmisi
dapat diklasifikasikan menjadi guided dan unguided (dengan
perantara dan tanpa perantara). Media transmisi akan dilewati oleh
17
gelombang elektromagnetik, jadi sinyal yang ada baik itu analog
ataupun digital harus diubah ke dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Jenis media transmisi guided seperti twisted pair,
coaxial cable, optical fiber. Sedangkan media transmisi unguided
menghantarkan gelombang atau sinyal elektromagnetik tanpa melalui
suatu perantara solid, yaitu melalui udara. Bentuk transmisi ini biasa
disebut juga dengan transmisi tanpa kabel (wireless trasmission).
Pada media transmisi guided, kemampuan transmisi baik berupa
kecepatan data maupun bandwidth sangat tergantung pada jarak, baik
pada medium point to point ataupun multipoint. Contohnya adalah
local area network (LAN).
2.1.4.1 Kabel Twisted Pair
Menurut Jonathan Lukas (2006, p58), twisted pair
terdiri dari dua kabel tembaga yang terisolasi yang disusun
dalam jalinan berbentuk spiral. Sepasang kabel tersebut
berfungsi sebagai satu aliran komunikasi. Sejumlah
pasangan kabel ini disatukan menjadi satu bundel kabel
dengan membungkus bundelan kabel – kabel tersebut
dalam suatu sarung yang lentur. Untuk jarak jauh, kabel
tersebut dapat berisi ratusan pasangan kabel tembaga , dan
jenis ini dapat menimbulkan terjadinya crosstalk antar dua
pasangan kabel yang berdekatan. Twisted pair terdiri dari
dua jenis, yaitu:
A. Unshielded Twisted Pair (UTP)
Merupakan kabel jaringan yang memiliki
18
dua kabel yang diputar enam kali per-inci, yang tidak
dilengkapi shield (pelindung internal) untuk
memberikan perlindungan terhadap gangguan listrik
ditambah dengan tahanan listrik yang konsisten. Kabel
ini sangat umum digunakan banyak orang karena
harganya murah.
Gambar 2.5 Kabel UTP
Sumber :
http://1.bp.blogspot.com/-xa0rWEu-Jas/T9Be4JUddJI/
AAAAAAAAAV0/_vOgRA1wxsw/s1600/kabel-
utp.jpg
Untuk pemasangan kabel UTP, terdapat dua jenis
pemasangan kabel UTP yang umum digunakan pada
jaringan komputer terutama LAN, yaitu Straight
Through Cable dan Cross Over Cable.
a. Kabel Straight-through
Kabel straight merupakan kabel yang
memiliki warna yang sama antara ujung satu
dengan ujung yang lainnya. Kabel straight digu-
19
nakan untuk menghubungkan dua perangkat yang
berbeda.
Gambar 2.6 Straight-through Cable
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-xa0rWEu-
Jas/T9Be4JUddJI/AAAAAAAAAV0/_vO-
gRA1wxsw/s1600/kabel-utp.jpg
Contoh client kabel straight adalah sebagai
berikut :
1. Menghubungkan antara komputer dengan
switch.
2. Menghubungkan komputer dengan LAN
pada modem kabel / DSL.
3. Menghubungkan router dengan LAN
pada modem kabel / DSL.
4. Menghubungkan switch ke router.
5. Menghubungkan hub ke router.
20
b. Kabel Crossover
Kabel crossover merupakan kabel yang
memiliki susunan berbeda antara dua ujung ka-
bel. Kabel crossover digunakan untuk
menghubungkan dua perangkat yang sama.
Gambar 2.7 Crossover Cable
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-xa0rWEu-
Jas/T9Be4JUddJI/AAAAAAAAAV0/_vO-
gRA1wxsw/s1600/kabel-utp.jpg
Contoh client kabel cross over adalah sebagai
berikut :
1. Menghubungkan 2 buah komputer secara
langsung
2. Menghubungkan 2 buah switch
3. Menghubungkan 2 buah hub
4. Menghubungkan switch dengan hub
5. Menghubungkan komputer dengan router
6.
21
B. Shielded Twisted Pair (STP)
Merupakan kabel jaringan yang sama seperti
kabel tetapi kawatnya lebih besar dan diselubungi
dengan lapisan pelindung isolasi untuk mencegah
gangguan interferensi. Jenis kabel STP yang paling
umum digunakan pada LAN ialah IBM jenis 1.
Gambar 2.8 Kabel STP
Sumber :
http://2.bp.blogspot.com/_eZR9PshEleQ/TNDFiO5gpx
I/AAAAAAAAALY/axaZDVE5AAM/s1600/twisted-
pair-cable-utp.jpg
2.1.4.2 Optical Media
1. Single-mode Fiber
Menurut Setraplanet (2011, Mengenal Fiber Optic
Cable dan Aksesorisnya), fiber optic ini mengirimkan
satu sinyal per fiber core yang mengalir lurus sepanjang
fiber core. Single-mode fiber mempunyai ketebalan
hingga 8.3 sampai 10 mikron dan memiliki sumber
sinyal berupa laser. Single-mode fiber mempunyai
jangkauan lebih jauh dibandingkan dengan multimode
22
fiber dan juga memiliki core jauh lebih kecil daripada
multimode fiber (anonim2).
Single-mode fiber dapat memberikan tingkat
transmisi jauh lebih tinggi dengan jarak 50 kali lebih
besar dari multimode fiber. Dengan adanya core yang
kecil dan memiliki gelombang cahaya tunggal yang
hampir dapat menghilangkan distorsi yang diakibatkan
dari getaran sinyal yang tumpang tindih, memberikan
peredam sinyal, dan memiliki kecepatan transmisi
tertinggi dibanding jenis kabel fiber lainnya.
Gambar 2.9 Single-mode Fiber
Sumber :
http://www.wire-cable-solution.com/photo/original_01c
fb1e1d6c966f2d6c8b952f32bed44/single-mode-e2000-
connector-on-3mm-jacketed-fiber.jpg
2. Multimode Fiber
Menurut Setraplanet (2011, Mengenal Fiber Optic
Cable dan Aksesorisnya), fiber tipe ini mampu
mengirimkan beberapa sinyal per fiber core. Multimode
fiber mempunyai ketebalan fiber core 50 atau 62.5
mikron. Sumber cahaya sinyal berupa Light Emitting
23
Diodes (LED), dan sinyal yang dipantulkan pada inner
cladding yang menyelimuti fiber core dengan
menggunakan prinsip pemantulan sempurna.
Multimode fiber dapat memberikan bandwidth
tinggi pada kecepatan tinggi (10 hingga 100Mbps -
Gigabit ke 275m hingga 2km). Gelombang cahaya
tersebar ke banyak jalan (mode) saat melakukan
perjalanan melalui core kabel yang umumnya sebesar
850nm atau 1300nm. Namun dengan kabel panjang
(lebih dari 300 kaki), beberapa jalur cahaya dapat
menyebabkan distorsi sinyal diujung penerima dan
dapat mengakibatkan transmisi data tidak jelas dan
tidak lengkap.
Gambar 2.10 Multimode Fiber
Sumber :
http://www.cables.com/Merchant5/BVModules/Themes
/CablesDotCom/images/Manufacturers/Datacomm/
LCSC-10GB.png
24
2.1.5 Arsitektur Protokol Jaringan
2.1.5.1 Model OSI
Menurut Tanenbaum (2003, p37), model OSI (Open
Systems Interconnection) didasari atas usulan yang
dikembangkan oleh International Standarts Organization
(ISO) sebagai langkah pertama menuju international
standardization protokol yang digunakan dalam berbagai
lapisan dan telah direvisi pada tahun 1995.
Model OSI terdiri atas tujuh layer (sehingga disebut 7
OSI Layer). Model OSI bukanlah arsitektur jaringan karena
tidak menentukan layanan yang tepat dan protokol yang
akan digunakan dalam setiap layer. Model OSI hanya
memberitahu apa saja yang harus dilakukan setiap layer.
Gambar 2.11 Model OSI
Sumber :
http://net.tutscity.com/wp-content/uploads/2011/01/OSI-
25
reference-model.png
Setiap layer menangani fungsi yang ada di dalamnya
dan bergantung pada layer dibawahnya untuk menangani
fungsi komunikasi yang lebih primitif, serta menyediakan
fungsi layanan untuk layer di atasnya. Tujuh model OSI
layer adalah sebagai berikut:
a. Physical Layer
Layer ini berada paling bawah pada arsitektur OSI
Layer. Layer ini mencakupi semua physical interface
antar device dan aturan pengiriman bit, serta
menjelaskan karakteristik masing-masing media
transmisi. Network device yang bekerja pada layer ini
antara lain hub dan access point.
b. Data Link Layer
Layer ini bertugas mengaktifkan, menjaga dan
memutuskan link, serta memastikan link tersebut tetap
reliable pada media transmisi (memastikan bahwa data
dapat terkirim pada suatu media tertentu), melakukan
physical addressing, melakukan pengiriman frame yang
teratur, dan flow control. Layer ini memberikan fasilitas
error detection dan error control bagi layer di atasnya.
Protokol yang bekerja pada layer ini antara lain HDLC,
Frame Relay, PPP, ATM. Network device yang bekerja
pada layer ini antara lain switch dan bridge.
26
c. Network Layer
Layer ini menyediakan jaringan komunikasi untuk
mengirimkan informasi antar host. Layer ini
memberikan layanan bagi layer di atasnya dalam hal
menangani transmisi data dan teknologi switching yang
digunakan untuk menghubungkan host. Pada layer ini
sistem komputer berkomunikasi dengan jaringan untuk
menentukan alamat tujuan (logical addressing). Pada
layer ini juga ditentukan bagaimana proses routing
bekerja dan bagaimana cara untuk transmisi data (route)
dipelajari. Protokol yang bekerja pada layer ini
misalnya IP. Network device yang bekerja pada layer ini
antara lain adalah router.
d. Transport Layer
Layer ini menyediakan mekanisme untuk bertukar
data antara host. Layanan transportasi data ini
memastikan bahwa data terkirim tanpa error, sekuensial
(termasuk mengatur kembali urutan data stream jika
paket yang tiba tidak beraturan), tanpa loss maupun
duplikasi. Layer ini juga bertanggung-jawab atas
optimisasi penggunaan layanan jaringan dan menjaga
kualitas layanan untuk aplikasi session (menjaga error-
rate, delay maksimum, prioritas, dan keamanan).
27
Protocol yang bekerja pada layer ini antara lain yaitu
TCP.
e. Session Layer
Layer ini menyediakan mekanisme pengendalian
dialog antara aplikasi di end-user device. Conversation /
Session dimulai, dikontrol, dan diakhiri di layer ini.
f. Presentation Layer
Layer ini menentukan data yang akan
dipertukarkan oleh aplikasi (misalnya teks ASCII, data
biner, MPEG, GIF, dan JPEG) dan menyediakan
layanan transformasi data bagi layer aplikasi.
Presentation layer menentukan syntax yang digunakan
antar aplikasi dan menyediakan pemilihan dan
modifikasi representasi data yang digunakan. Contoh
layanan yang tersedia pada layer ini antara lain enkripsi
dan kompresi data.
g. Application Layer
Layer ini berada paling atas pada arsitektur OSI
Layer. Layer ini berfungsi sebagai alat bagi aplikasi
untuk mendapatkan akses ke lingkungan OSI. Layer ini
berisi fungsi-fungsi manajemen dan mekanisme yang
mendukung aplikasi terdistribusi. Protocol Telnet,
HTTP (Hyper Text Transfer Protocol), FTP, browser
WWW, dan SMTP berada di layer ini.
28
2.1.5.2 Model TCP/IP
Menurut Tanenbaum (2003, p41), model TCP/IP
merupakan hasil eksperimen dan pengembangan
ARPANET. ARPANET adalah sebuah research network
yang disponsori oleh DoD (Departemen Pertahanan
Amerika Serikat).
Gambar 2.12 Model TCP/IP
Sumber :
http://www.buzzle.com/img/articleImages/321658-5303-
30.jpg
Seperti pada arsitektur OSI, arsitektur TCP/IP
menggunakan prinsip layering, dimana fungsi-fungsi
komunikasi dibagi atas beberapa layer. Tiap layer
bertanggung jawab atas bagian fungsi, ia melayani layer di
atasnya dan bertanggung pada layer di bawahnya untuk
melakukan fungsi yang lebih primitif. Layer-layer pada
29
arsitektur TCP/IP terbagi atas:
a. Application layer
Layer ini berada paling atas arsitektur TCP/IP.
Layer ini melingkupi representasi data, encoding, dan
dialog control. Protokol yang bekerja pada layer ini
antara lain:
- Virtual terminal (TELNET)
- File Transfer Protocol (FTP)
- Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)
- Domain Name Service (DNS)
- Hyper Text Transfer Protocol (HTTP)
b. Transport layer
Layer ini bertanggung-jawab atas masalah
reliabilitas, flow control, dan error correction,
membuat logical connection antara source dan
destination. Protokol yang mengatur pada layer ini
adalah Transmission Control Protocol (TCP). TCP
membagi informasi dari layer aplikasi menjadi
segmen. Selain TCP, protokol yang bekerja pada layer
ini adalah User Datagram Protocol (UDP).
c. Internet layer
Layer ini bertugas membagi segmen TCP
30
menjadi paket dan mengirimnya ke network tujuan.
Paket mencapai network tujuan secara bebas, tidak
terikat oleh jalur yang diambil. Proses pemilihan jalur
terbaik dan paket switching terjadi pada layer ini.
Protokol yang mengatur layer ini adalah Internet
Protocol (IP).
d. Host-to-Network Layer / Network Inteface Layer
Layer ini berada paling bawah dalam arsitektur
TCP/IP. Layer ini bertanggung jawab atas semua
komponen physical dan logical yang diperlukan untuk
link, mencakup physical interface antar device,
menentukan karakteristik media transmisi, sifat-sifat
sinyal, dan data route.
2.1.6 Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP)
Menurut Stephen Byron Cooper (2011, What Is a DHCP
Server?), Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) adalah
metode yang memungkinkan network administrator untuk
mengkonfigurasi perangkat lunak jaringan pada komputer di dalam
suatu jaringan tanpa harus bertemu secara fisik dengan user. DHCP
server adalah komputer yang menyimpan program-program yang
mengoperasikan protokol dan mengembalikan pesan yang masuk dari
komputer yang ada di jaringan, yang menjalani proses
pengkonfigurasian.
31
2.1.7 Bandwidth dan Throughput
Bandwidth adalah luas atau lebar cakupan frekuensi yang
digunakan oleh sinyal dalam media transmisi. Dalam kerangka ini,
bandwidth dapat diartikan sebagai perbedaan antara komponen sinyal
frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah. Frekuensi sinyal diukur
dalam satuan Hertz. Bandwidth diartikan juga sebagai takaran jarak
frekuensi yaitu sebuah takaran lalu lintas data yang masuk dan yang
keluar. Dalam jaringan komputer dan ilmu komputer, bandwidth
digital, bandwidth jaringan atau bandwidth adalah ukuran yang
tersedia atau dikonsumsi. Komunikasi data tersebut dinyatakan dalam
bit/s atau Multiples of (kbit/s, Mbit/s, dll). Dalam perancangan IPTV,
bandwidth merupakan suatu yang harus diperhitungkan agar dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan yang dapat digunakan menjadi
parameter untuk menghitung jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam
suatu jaringan. Perhitungan ini juga sangat diperlukan dalam efisiensi
jaringan dan biaya serta acuan pemenuhan kebutuhan. Bandwidth
adalah nilai kotor kapasitas maksimal sebuah jaringan. Sedangkan
throughput adalah nilai riil dari penggunaan jaringan yang bisa
digunakan. Throughput adalah bandwidth actual yang diukur secara
spesifik. Jadi nilai bandwidth selalu lebih besar daripada nilai
Throughput. Throughput yang didapatkan kadang bisa sangat jauh
dari harapan. Penyebabnya banyak, diantaranya adalah (anonim):
32
1. Perangkat jaringan (misalnya, sudah terlalu tinggi loadnya,
setting yang kurang tepat, dll).
2. Tipe data yang ditransfer (misalnya, umumnya web lebih cepat
dari FTP).
3. Topologi jaringan.
4. Jumlah pengguna.
5. Spesifikasi komputer pengguna / user / server.
6. Interference (misalnya listrik, cuaca, dll).
2.1.8 Metode Transmisi Data
Menurut Raj (2008, What Is Unicast, Broadcast, Multicast?),
terdapat berbagai metode dalam proses transmisi data, yakni
broadcast, unicast, dan multicast.
2.1.8.1 Unicast
Menurut Raj (2008, What Is Unicast, Broadcast,
multicast?), unicast adalah jenis transmisi di mana
informasi dikirim dari satu pengirim ke satu penerima
(antara satu-ke -satu node). Contoh transmisi Unicast
adalah http, smtp, telnet, ssh, pop3 dimana permintaan
informasi diarahkan dari satu pengirim ke satu penerima di
ujung lainnya.
2.1.8.2 Multicast
Menurut Raj (2008, What Is Unicast, Broadcast,
33
Multicast?), Multicast adalah sangat jauh berbeda dari
Unicast dan Multicast dalam definisi dan aplikasi juga. Ini
adalah jenis transmisi atau komunikasi di mana mungkin
ada lebih dari satu pengirim dan informasi yang dikirim
dimaksudkan untuk satu set receiver. Multicast beroperasi
pada kelas yang berbeda dari alamat IP. Semua komputer
lain memilih untuk menerima informasi dalam jaringan
multicasted harus menjadi bagian dari jaringan berbasis IP
Multicast. Multicast menggunakan UDP. Hal ini hanya
karena TCP tidak mendukung mode komunikasi multicast.
2.1.8.3 Broadcast
Menurut Raj (2008, What is unicast, broadcast,
multicast?), broadcast adalah jenis transmisi di mana
informasi dikirim dari hanya satu komputer namun diterima
oleh semua komputer yang terhubung ke jaringan. Ini
berarti bahwa setiap kali komputer atau node akan
mengirimkan paket 'broadcast', semua komputer lainnya
akan menerima paket informasi.
Contoh siaran banyak tapi satu yang akan menjadi
terbaik untuk memahami di sini adalah sebuah komputer
boot up dan meminta untuk alamat IP. Dalam hal ini,
komputer yang booting dan meminta alamat IP tidak tahu
mana komputer akan dapat memberikan dengan alamat
IP. Kemudian akan menyiarkan paket permintaan pada
jaringan yang akan diterima oleh semua komputer lain
34
tetapi akan diakui oleh hanya komputer yang bertindak
sebagai server DHCP. Salah satu contoh lainnya akan
bahwa dari ARP (Address Resolution Protocol) yang akan
menyiarkan permintaan resolusi alamat kepada semua
komputer lain pada jaringan.
2.1.9 Masalah Transmisi Data
Menurut Jonathan Lukas (2006, p42), dengan berbagai sistem
komunikasi, ada kemungkinan bahwa sinyal yang diterima akan
berbeda dari sinyal aslinya, ini dapat terjadi karena adanya beberapa
penyebab gangguan dalam saluran transmisi.
2.1.9.1 Redaman Murni
Menurut Jonathan Lukas (2006, p44), yang dimaksud
disini adalah semua frekuensi yang lewat di saluran ini akan
teredam amplitudonya. Hal ini disebabkan karena pada
saluran tersebut:
- Mempunyai tahanan yang tinggi
- Amplifier dari rangkaian tidak bekerja
- Open wire
- Adanya arus bocor di saluran tersebut
Pada komunikasi data pada umumnya redaman diukur
dengan satuan dbm.
2.1.9.2 Interference (Interferensi)
35
Menurut Jonathan Lukas (2006, p46), walaupun
interferensi dan noise sama sama didefinisikan sebagai
gangguan dari energi listrik yang tidak diinginkan yang
berfluktuasi secara random, namun dapat kita katakan
bahwa interferensi merupakan gangguan yang lebih
terstruktur dibandingkan dengan noise. Hal ini disebabkan
oleh karena pada umumnya interferensi tersebut timbul
sebagai akibat ketidakseimbangan rangkaian seperti
misalnya induksi, coupling dan lain-lain.
Jika interferensi ini sudah merupakan sinyal yang
intelligiable, maka interferensi tersebut biasanya disebut
juga sebagai Distraksi. Bentuk – bentuk distraksi yang
umum pada suatu saluran suara adalah:
a. Crosstalk
Crosstalk dapat dikatakan sebagai pemindahan
isi dari suatu saluran ke saluran lainnya. Crosstalk ini
biasanya disebabkan oleh induksi arus oleh suatu
rangkaian ke rangkaian lain yang secara fisik letaknya
berdekatan. Dua bentuk crosstalk yang dikenal adalah
Near End Crosstalk (NEXT) dan Far End Crosstalk
(FEXT).
NEXT terjadi karena daya pancar (Transmitter)
yang sangat kuat sehingga masuk ke bagian penerima.
Penyebab terjadinya crosstalk adalah:
36
1. Multi konduktor dari saluran transmisi yang
mempunyai isolasi yang tidak baik.
2. Capasitive coupling antara dua saluran transmisi
sehingga menyebabkan perpindahan sinyal ke
saluran lain.
3. Saluran transmisi dapat berfungsi sebagai antena
sehingga dapat menerima pemancar radio.
Untuk mengatasi crosstalk biasanya level
pengirim dinaikkan, tetapi perlu diingat dengan
menaikkan level pengirim berarti kita dapat menjadi
penyebab timbulnya interferensi terhadap saluran lain.
b. Echo
Echo adalah suara kita kembali saat terjadinya
suatu hubungan komunikasi. Pada umumnya echo ini
terjadi hanya pada pembicaraan jarak jauh dan hal ini
disebabkan oleh karena ketidakcocokan impendansi
pada rangkaian. Pengaruh echo yang terbesar adalah
dapat menambah atau mengurangi amplitudo suatu
sinyal tergantung dari hubungan antara echo dan
sinyal.
c. Singing
Jika echo yang terjadi dikembalikan lagi secara
berulang ulang maka terjadilah osilasi. Hasil daripada
osilasi ini disebut sebagai singing. Pada prinsipnya
37
singing itu terjadi jika gain dari loop yang terjadi
tersebut lebih dari satu.
d. Noise
Noise yang dimaksud di sini adalah sinyal yang
tidak kita inginkan dalam saluran transmisi. Ada
banyak jenis noise yang kita kenal diantaranya, yaitu:
a. Intermodulation Noise
Noise yang terjadi karena banyak
frekuensi modulasi yang menggunakan jalur
komunikasi yang sama sehingga terbentuk satu
frekuensi baru yang merupakan gabungan dari
semua frekuensi yang ada, selain itu dapat juga
intermodulation ini terjadi karena kesalahan
peralatan yang tidak ada modulasi harmonik
yang masuk kedalam saluran transmisi.
b. Thermal Noise
Noise yang terjadi karena pengaruh
panas dari elektron yang terdapat dalam media
dan timbul dalam saluran transmisi.
c. Impulse Noise
Amplitudo yang tiba-tiba menjadi tinggi
dalam waktu yang relatif singkat. Yang
38
menimbulkan terjadinya impulse noise adalah:
1. Dialling telepon
2. Bekerjanya relay yang memakai power
besar
3. Motor waktu start
4. Crosstalk
2.1.9.3 Distortion (Distorsi)
Menurut Jonathan Lukas (2006, p50), jika kita dapat
mengirimkan suatu sinyal melalui suatu saluran yang
sempurna, maka ditempat tujuan kondisi sinyal yang
diterima akan persis sama seperti kondisi pada saat sinyal
tersebut dikirim. Namun seperti kita ketahui bahwa kita
tidak mungkin memperoleh suatu saluran yang ideal, maka
dapat dipastikan bahwa sinyal yang dikirim melalui suatu
saluran akan mendapat distorsi.
Berbeda dengan noise, distorsi ini merupakan suatu
hal yang sifatnya deterministik, artinya kita dapat
memperkirakan bentuk dari distorsi tersebut, dan juga dapat
kita kendalikan (kompensasikan). Bentuk – bentuk distorsi
yang umum terjadi pada suatu saluran transmisi adalah:
a. Harmonic Distortion
Harmonic Distortion ini merupakan distorsi non
39
linear di mana harmonisa – harmonisa dari suatu
sinusoida terjadi. Distorsi ini terjadi oleh karena
ketidak linieran dari suaatu rangkaian pada saluran
transmisi. Harmonisa – harmonisa yang terjadi dapat
diketahui dengan mengukur daya – daya yang terjadi
diluar komponen fundamental.
b. Amplitude Distortion
Distorsi ini dikenal juga dengan nama
Attenuation Distortion ataupun Frequency Distortion,
dan merupakan distorsi non linear di mana magnitude
relatif dari komponen suatu sinyal mendapat redaman
yang tidak sama besarnya pada saat melalui suatu
saluran transmisi. Pada umumnya komponen sinyal
yang berfrekuensi tinggi akan mendapat redaman yang
relatif lebih besar jika dibandingkan dengan komponen
sinyal yang berfrekuensi rendah, sehingga komponen
komponen yang ada pada sinyal akan mendapat
redaman yang tidak sama.
c. Delay Distortion
Delay distortion adalah sebuah fenomena
istimewa pada guided media. Gangguan terjadi
diakibatkan oleh kenyataan bahwa kecepatan rambat
sinyal dimedia berbeda antara satu frekuensi dengan
frekuensi lainnya.
40
Sebuah saluran yang tidak terpengaruh oleh
faktor faktor luar dan tidak mempuntai tahanan akan
melewatkan sinyal dengan kecepatan 300.000 km/det
(kecepatan cahaya). Gelombang mikro akan
melewatkan sinyal dengan kecepatan 160.000 km/det,
sedangkan kabel akan melewatkan sinyal dengan
kecepatan 23.000 km/det.
Karena semua media transmisi mempunyai suatu
kecepatan tertentu dalam melewatkan suatu sinyal,
maka dapat dipastikan bahwa akan ada suatu
perbedaan waktu antara pengiriman sinyal dan
penerimaan sinyal. Selang waktu tersebut disebut
Phase Delay, Absolute Delay atau Propagation Delay.
d. Envelope Delay Distortion
Telah diketahui bahwa phase dan frekuensi dari
suatu sinyal menurut definisi adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan, jadi definisi frekuensi yang terbaik
adalah besarnya perubahan phase yang terjadi terhadap
waktu. Dengan demikian makin besar pergeseran phase
suatu sinyal, makin lama pula waktu yang dibutuhkan
oleh sinyal tersebut untuk melalui saluran transmisi.
Jika suatu sinyal yang mengandung lebih besar
dari satu komponen frekuensi dikirimkan melalui suatu
saluran transmisi, maka definisi delay distortion
41
tersebut tidak berlaku lagi, sebagai gantinya dibuat
definisi baru untuk menyatakan distorsi semacam itu
yang dikenal dengan nama Envelope Delay Distortion
atau Group Delay Distortion, di mana envelope delay
tersebut didefinisikan sebagai perubahan phase
terhadap frekuensi.
e. Jitter
Jika suatu sinyal mendapat Envelope Delay
Distortion atau Attenuation Distortion, maka kedua
distorsi ini akan memberikan akibat gabungan yang
berupa distorsi puncak yang dikenal dengan nama
Jitter. Secara umum jitter dapat didefinisikan sebagai
variasi waktu daripada urutan sinyal yang diterima
dibandingkan dengan urutan waktu pada saat sinyal
tersebut dikirim.
Jitter biasanya dinyatakan dalam persen dan
representasi matematis daripada jitter tersebut dapat
dilihat pada dibawah ini.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)
Menurut Aditya Widyawan Prima (2009, Jaringan Lokal Akses
Fiber Optik), Jarlokaf adalah jaringan lokal akses yang memanfaatkan
media fiber optic sebagai media transmisinya, sehingga proses
42
pengiriman sinyal informasi dapat dilakukan lebih cepat (anonim).
Modus aplikasi, sistem JARLOKAF setidaknya memiliki dua
perangkat opto elektronik, satu di sisi sentral, satu di sisi pelanggan.
Lokasi perangkat tersebut di sisi pelanggan disebut Titik Konversi
sinyal Optik (TKO).
Berdasarkan perbedaan letak TKO:
1. Fiber To The Building (FTTB)
a. TKO terletak di dalam gedung dan biasanya di
ruang telekomunikasi di basement.
b. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga indoor atau IKR.
c. FTTB dapat dianalogikan sebagai Daerah Catu
Langsung (DCL).
d. Dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis di gedung
bertingkat atau pelanggan di apartemen.
43
Gambar 2.13 Ilustrasi FTTB
Sumber : Modul TELKOM
2. Fiber To The Zone (FTTZ)
a. TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan,
baik dalam kabinet dengan kapasitas besar.
b. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer.
c. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK.
d. Diterapkan pada daerah perumahan yang letaknya
jauh dari sentral atau bila infrastruktur duct pada
arah yang bersangkutan, sudah tidak memenuhi
lagi untuk ditambah dengan kabel tembaga.
44
Gambar 2.14Ilustrasi FTTZ
Sumber : Modul TELKOM
3. Fiber To The Curb (FTTC)
a. TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, di
dalam kabinet dan di atas tiang dengan kapasitas
lebih kecil.
b. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus me-
ter.
c. FTTC dapat dianalogikan sebagai pengganti KP.
d. FTTC dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis yang
letaknya terkumpul di suatu area terbatas namun
tidak berbentuk gedung bertingkat atau bagi.
45
Gambar 2.15Ilustrasi FTTC
Sumber : Modul TELKOM
4. Fiber To The Home (FTTH)
a. TKO terletak di dalam rumah pelanggan.
b. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga be-
berapa puluh meter.
c. FTTH dianalogikan sebagai pengganti TB (Termi-
nal Batas).
46
Gambar 2.16Ilustrasi FTTH
Sumber : Modul TELKOM
2.2.2 Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT)
Menurut Wahyu Edy Seputra (2012, Metode Sampling Dalam
Pengukuran Validitas Data Numerik Jaringan Lokal Akses Tembaga
(JARLOKAT)), Jaringan Lokal Akses Tembaga (JARLOKAT) adalah
jaringan yang menghubungkan antara pelanggan User Network Inter-
face (UNI) dan sentral Sercive Network Interface (SNI) yang konfig-
urasinya dimulai dari terminal blok vertikal pada rangka pembagi
utama, baik yang hanya menggunakan tembaga sebagai media akses
maupun adanya tambahan perangkat lain yang bertujuan untuk
menigkatkan unjuk kerjanya.
Beberapa alasan perlunya optimalisasi JARLOKAT antara lain:
1. Kebutuhan jasa telekomunikasi melebihi kapasitas jaringan
kabel lokal tembaga yang ada.
47
2. Kebutuhan layanan data kecepatan tinggi yang tidak dapat
dilayani menggunakan jaringan kabel lokal tembaga yang
ada.
3. Penggunaan teknologi serat optik sebagai solusi jaringan
yang fleksibel dan modern memerlukan analisis yang ta-
jam, karena harganya yang relatif mahal disamping waktu
penggelarannya yang lama.
4. Sulitnya perijinan penggalian kabel dan proses pekerjaan
galian yang membutuhkan waktu yang lama.
JARLOKAT dapat berkembang dan perkembangan kemampuan
akses pada jaringan lokal akses kabel tembaga dapat dilakukan den-
gan dua cara, yaitu adalah :
1. JARLOKAT Murni
Merupakan jaringan lokal akses tembaga yang operasional-
nya tidak menggunakan tambahan perangkat aktif. Jarlokat murni
digunakan untuk menghubungkan pelanggan telepon individual
ke sentral telepon dan pelanggan data individual ke sentral data
dengan kecepatan sampai dengan 19,6 kbps. Performansi jarlokat
murni hanya dipengaruhi oleh performansi saluran / jaringan ka-
bel lokal. Jaringan kabel lokal yang direkomendasikan untuk
perencanaan mendatang menggunakan homogenitas diameter
sebesar 0,6 mm. Berikut adalah gambar konfigurasi dasar dari
jarlokat murni.
48
Gambar 2.17 Konfigurasi jarlokat murni
Sumber : Modul TELKOM
Keterangan:
1. Sentral / MDF (Main Distribution Frame).
2. Kabel Primer.
3. Rumah Kabel (RK).
4. Kabel Sekunder.
5. Distribution Point (DP).
6. Saluran Penanggal.
7. Kotak Terminal Batas (KTB).
8. Kabel Rumah.
9. Daerah Catuan Langsung (DCL).
10. Pesawat Telepon.
2. JARLOKAT Tidak Murni
Merupakan jaringan lokal akses tembaga yang dalam opera-
sionalnya menggunakan tambahan teknologi atau perangkat lain
untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja jaringan lokal akses
tembaga tidak murni tergantung pada dua faktor utama, yaitu fak-
tor saluran dan faktor perangkat aktif yang digunakan. Kinerja
49
perangkat aktif dan kelengkapannya mengacu pada spesifikasi
PT. Telkom, sedangkan kinerja saluran mengacu pada ketentuan
yang berlaku dengan teknologi yang digunakan. Gambar di
bawah ini menguraikan susunan jaringan lokal akses tembaga
tidak murni.
Gambar 2.18 Konfigurasi Jarlokat tidak murni
Sumber : Modul TELKOM
Keterangan:
1. Sentral / MDF (Main Distribution Frame)
2. Kabel Primer
3. Rumah Kabel (RK)
4. Kabel Sekunder
5. Distribution Point (DP)
6. Saluran Penanggal
7. Kotak Terminal Batas (KTB)
8. Kabel Rumah
9. Daerah Catuan Langsung (DCL)
10. Perangkat Tambahan pada jarlokat
50
11. Pesawat Telepon
Dari gambar di atas terlihat bahwa perbedaan jaringan lokal
akses tembaga murni dan tidak murni terletak pada perangkat
tambahan yang diintregasikan dengan jaringan tersebut. Tujuan
penambahan perangkat tersebut adalah untuk meningkatkan per-
formansi pada jaringan kabel tembaga. Kinerja yang dimaksud
adalah peningkatan kapasitas atau kemampuan pada jaringan ka-
bel tembaga. Disamping itu jenis layanan dan kecepatannya
bervariasi tergantung dari perangkat tambahan yang digunakan.
Mekanisme akses dari pelanggan menuju sentral lokal pada jar-
lokat tidak murni harus bersifat transparan terhadap layanan yang
dicakup. Selain itu kemampuan akses ( misalnya kecepatan akses
dan jenis layanan ) ditentukan oleh jenis teknologi / perangkat
yang ditambahkan.
Adapun perangkat tambahan yang digunakan dalam
jaringan lokal akses tembaga tidak murni adalah sebagai berikut :
1. Pengganda saluran atau Pair Gain
2. X – DSL yang meliputi :
a. High bit rate Digital Subscriber Line (HDSL)
b. ISDN Digital Subscriber Line (IDSL)
c. Asymetrical Digital Subscriber Line (ADSL)
d. Very High bit rate Digital Subscriber Line (VDSL)
2.2.3 Layanan Triple Play
51
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan bahwa
layanan triple play adalah layanan internet, dimana menyediakan
layanan data, video, dan suara dalam satu kemasan paket berlang-
ganan. Layanan ini muncul sebagai hasil inovasi dari munculnya
layanan akses internet broadband.
1. Layanan IPTV
IPTV (Internet Protocol Television) adalah layanan
multimedia televisi / video / audio / text / grafik / data yang di
deliver di atas jaringan manage IP Broadband dan dijamin
kualitas layanan, keamanan, dan kehandalannya (anonim).
Berbeda dengan traditional TV, IPTV menawarkan interak-
tivitas dua arah antara end user dengan sistem IPTV melalui
komponen berupa Set Top Box, dimana end user dapat menggu-
nakan layanan yang bersifat on demand (diinisiasi oleh end user)
seperti Video on Demand, Karaoke on Demand, Online Shop-
ping, Game, dan sebagainya.
Dalam implementasinya, layanan ini dikonfigurasikan
seperti gambar berikut:
52
Gambar 2.19 Konfigurasi Umum IPTV versi ZTE
Sumber : Modul TELKOM
2. Layanan Data
Layanan data dalam layanan triple play adalah akses inter-
net berkecepatan tinggi (broadband). Secara khusus, banyak ap-
likasi yang dapat diterapkan dengan adanya layanan ini, salah
satu di antaranya adalah Home Network atau HAN (Home Area
Network). Home Network, seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.30, merupakan suatu jaringan akses dalam rumah yang diban-
gun dari perangkat-perangkat berbasis IP (IP based) dengan ak-
ses internet kecepatan tinggi yang dapat diakses dari dalam atau
luar rumah. Perangkat-perangkat berbasis IP di antaranya adalah
IP Camera, IP printer, IP Storage dan lain sebagainya. Pengatu-
ran pada perangkat-perangkat home network tersebut dilakukan
oleh Home Gateway.
Gambar 2.20 Home Network
53
Sumber : Modul TELKOM
3. Layanan VoIP
VoIP adalah teknologi telepon yang menggunakan internet
sebagai medianya. VoIP juga dikenal dengan istilah lain seperti
VoBB (Voice over BroadBand) dan IP Telephony. Dengan
adanya VoIP, pelanggan dapat terhindar biaya telepon yang ma-
hal saat menelepon seseorang yang berada di tempat yang jauh.
Selain itu, VoIP juga menghemat biaya infrastruktur telepon.
Latar belakang dibangunnya teknologi VoIP, antara lain:
a. Perkembangan teknologi komunikasi data
b. Teknologi sistem kompresi yang semakin berkembang
c. Perkembangan teknologi pemrosesan data
d. Efisiensi penggunaan media transmisi
Beberapa masalah fundamental dalam VoIP :
a. Standar
Permasalahan besar yang dihadapi VoIP adalah
masalah interoperabilitas antara produk layanan VoIP den-
gan layanan PSTN. Pengembangan standar dan adopsi
adalah kunci masalah interoperabilitas ini.
b. Kualitas
Kinerja suara diukur berdasarkan tundaan (delay).
Panggilan pada PSTN biasanya mencapai tundaan 50 sam-
pai 70 milidetik. Tundaan ini akan bertambah secara sub-
stansial sampai 500 milidetik pada jaringan internet. Tun-
54
daan sangat mempengaruhi kualitas pembicaraan melalui
internet. Manusia dapat mentoleransi tundaan sampai den-
gan 250 milidetik sebelum terdapat efek lainnya.
c. Kapasitas
Internet merupakan jaringan terbuka dari banyak
jaringan ISP (Internet Service Provider) yang berbeda.
Konsekuensinya adalah sangat sulit untuk memastikan
bandwidth jaringan yang baik, sekuen paket data yang ter-
atur, serta tundaan yang kecil. Salah satu parameter utama
yang mempengaruhi kualitas layanan internet adalah kehi-
langan paket. Hilangnya paket adalah masalah yang ham-
pir ada setiap saat, yang umumnya disebabkan oleh
bertambahnya popularitas penggunaan internet sehingga
berdampak terhadap kenaikan beban jaringan internet.
Kongesti jaringan, karena keterbatasan bandwidth atau
traffic yang berlebihan (overload), merupakan penyebab
utama hilangnya paket.
2.2.4 Metode Kualitas VoIP
1. MOS (Mean Opinion Score)
Menurut Ibnu (2011, Metode Pengukuran Kualitas VoIP),
metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kualitas suara dalam jaringan IP berdasar pada standar ITU-T
P.800. Metode ini bersifat subjektif, karena dinilai berdasarkan
pada pendapat orang per orang. Untuk menentukan nilai MOS
55
terdapat dua cara pengetesan yaitu, conversation opinion
test dan listening test. Rekomendasi nilai ITU-T P.800 untuk nilai
MOS adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Nilai MOS
Nilai MOS Opini
5 Sangat baik
4 Baik
3 Cukup baik
2 Tidak baik
1 Buruk
Metode MOS dirasakan kurang efektif untuk mengestimasi
kualitas layanan suara untuk VoIP, hal ini dikarenakan :
1. Tidak tedapat nilai yang pasti terhadap parameter yang
mempengaruhi kualitas layanan suara dalam VoIP.
2. Setiap orang memiliki standar yang berbeda-beda terhadap
suara yang mereka dengar dengan hanya melalui percakapan.
3. Dibutuhkan pendapat banyak orang untuk mengestimasi nilai
MOS tersebut.
2. E-Model
Menurut Ibnu (2011, Metode Pengukuran Kualitas VoIP), di
dalam jaringan VoIP, tingkat penurunan kualitas yang diakibatkan
oleh transmisi data memegang peranan penting terhadap kualitas
suara yang dihasilkan. Hal yang menjadi penyebab penurunan
kualitas suara ini diantaranya adalah delay, paket loss, dan jitter.
56
Pendekatan matematis yang digunakan untuk menentukan kualitas
suara berdasarkan penyebab menurunnya kualitas suara dalam
jaringan VoIP dimodelkan dengan E – Model yang distandarkan
oleh ITU–T G.107.
R Factor : (Estimasi range kualitas suara)(0-100)
R Factor = R - (Packet loss x 2.5)
R = Ro - Is - Id - Ie
Keterangan:
Ro = faktor dasar untuk level noise (nilai default 93.3)
Is = Masalah yang terjadi secara bersama dengan suara yang
masuk (jitter)
Id = Masalah yang disebabkan oleh delay (delay)
Ie = faktor kerusakan peralatan (asumsi 1-2)
Tabel 2.2 Hubungan nilai R dengan nilai MOS
2.2.5 Gigabyte Passive Optical Network (GPON)
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan bahwa
57
GPON adalah suatu teknologi akses yang dikategorikan sebagai
Broadband Access yang berbasis kabel serat optik. GPON
menggunakan serat optik sebagai medium transmisinya. Satu
perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan
mendistribusikan traffic triple play ke arah pelanggan. Yang menjadi
ciri khas dari teknologi ini dibanding teknologi optik lainnya adalah
teknik distribusi traffic dilakukan secara pasif. Dari sentral hingga
kearah pelanggan akan didistribusikan menggunakan pasif splitter.
GPON menggunakan Time Division Multiple Access (TDMA) sebagai
teknik multiple access upstream dan menggunakan broadcast ke arah
downstream. GPON beroperasi dengan line rate 2.5 Gbps untuk
downstream dan 1,2 Gbps untuk upstream. GPON diciptakan untuk
memberikan layanan suara, data, dan video dengan menggunakan
standart dat ITU-T G984.x series (anonim).
Gambar 2.21 Arsitektur GPON
Sumber : Modul TELKOM
2.2.5.1Konfigurasi GPON
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan
bahwa konfigurasi sistem GPON pada dasarnya dapat dibagi
58
menjadi tiga bagian, yatu :
1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan antarmuka anatara sistem PON dengan
PT. Telkom (service profider) video, data dan suara.
Bagian ini akan menuju ke sistem operasi pada metro
melalui Element Managemen System (EMS).
Gambar 2.22 Perangakat OLT
Sumber : Modul TELKOM
2. Optical Distribution Network (ODN)
ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai
perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi
optic dari OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya.
Transmisi ini menggunakan komponen optik passif. ODN
menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan
ONU.
ODN sendiri terdiri dari :
- Passive Splitter
- Connector
- Jaringan Fiber optic
- Splices
59
3. Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU)
ONT / ONU menyediakan interface antara jaringan
optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan
melalui ODN diubah oleh ONT / ONU menjadikan sinyal
elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan. Pada
arsitektur FTTH, ONT / ONU diletakan disisi pelanggan.
ONT / ONU dihubungkan melalui Adaption Unit (AU)
yang menyediakan fungsi penyesuaian antara ONT / ONU
dan pelanggan. Sehingga FTTH atau FTTB sangat sesuai
dengan skema GPON.
4. Set Top Box (STB)
Fungsi dari STB adalah mengkonversi IP Video
(broadcast) menjadi gambar analog yang dapat
ditampilkan pada televisi pelanggan.
Gambar 2.23 Set Top Box
Sumber : Modul TELKOM
60
2.2.6 Multi Service Access Node (MSAN)
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan bahwa
Multi Service Access Node (MSAN) adalah salah satu sistem pada PT.
Telkom masih menggunakan kabel tembaga yang merupakan generasi
ketiga dari Optical Access Network (OAN). MSAN merupakan
platform single yang mampu mendukung teknologi akses tradisional
dan sudah digelar secara luas, MSAN juga mampu mendukung
teknologi baru dengan fungsi sebagai gateway menuju inti Next
Generation Network (NGN) dan berfungsi untuk Broadband Access
Multiplexer yang membawa layanan berbasis ADSL, ADSL2/2+,
G.SHDSL2 (anonim).
Berikut ini adalah beberapa layanan MSAN pada PT. Telkom yaitu :
1. POTS (Plain Old Telephone Service) adalah layanan telepon dasar
berupa layanan suara dan data / internet berkecepatan rendah
menggunakan jaringan lokal akses kabel tembaga
2. ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) adalah salah satu jenis
teknologi DSL dimana pembagian bandwidth data untuk transmisi
downstream lebih besar daripada upstream. Teknologi ADSL ini
memungkinkan pelanggan dapat melakukan akses data dan
panggilan telepon biasa secara bersamaan karena teknologi ini
memisahkan frekuensi suara dan frekuensi data.
61
Gambar 2.24 Arsitektur MSAN
Sumber : Modul TELKOM
2.2.6.1Konfigurasi MSAN
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan
bahwa secara umum teknologi MSAN yang dimiliki oleh PT.
Telkom terdiri dari Rangka Pembagi Utama (RPU) / Main
Distribution Frame (MDF), Kabel Primer, Rumah Kabel
(RK), Kabel Sekunder, Kotak Pembagi (KP) / Distribution
Point (DP), Saluran Penaggal (Salpa), Kotak Terminal Batas
(KTB), Kabel Rumah, Soket/Roset, Pesawat Telepon.
Gambar 2.25 Konfigurasi Perangkat Jaringan
Sumber : Modul TELKOM
Berdasarkan gambar di atas, konfigurasi MSAN adalah
(sesuai kode nomor pada gambar) :
1. Rangka Pembagi Utama (RPU) / Main Distribution Frame
(MDF)
62
RPU yang dimiliki oleh PT. Telkom berbentuk blok-
blok terminal yang terdapat dalam gedung STO (Sentral
Telepon Otomat) atau Sentral Lokal. RPU / MDF biasanya
terletak di bawah ruang sentral telepon untuk gedung STO
bertingkat. Sedangkan, untuk gedung STO tidak bertingkat,
MDF diletakkan di samping ruang sentral telepon. Di
bawah MDF terdapat ruang bawah tanah yang dipasang
rangka besi (Cable Chamber) untuk menempatkan kabel-
kabel primer dari luar gedung sebelum di distribusikan ke
MDF.
Gambar 2.26 Bentuk dan letak MDF / RPU di gedung STO
Sumber : Modul TELKOM
Fungsi MDF :
a. Tempat Penyambungan Kabel Primer dengan Kabel
Sentral
b. Tempat Pengetesan
63
c. Fleksibelitas Saluran, artinya dapat
ditukarpasangkan kabel sentral dengan kabel primer
dengan menggunakan kabel jumper wire.
d. Tempat meletakkan pengaman jaringan.
Blok terminal vertikal dan blok terminal horizontal
dihubungkan dengan dengan menggunakan kabel jumper
wire, yaitu kabel tembaga polietelin.
Gambar 2.27 Pemasangan Jumper Wire Di MDF pada Block Terminal
Sumber : Modul TELKOM
2. Kabel Primer
Pada PT. Telkom kabel primer berfungsi untuk
menghubungkan RPU suatu sentral telepon ke RK dan
DP / KP pada daerah catuan langsung. Kabel primer
mempunyai kapasitas maksimal 2400 pasang dengan
diameter 0,4 mm dan 0,6 mm. Untuk STO kapasitas
besar kabel primer ditanam langsung atau dipasang
melalui pelanggan yang dicor beton (sistem duct).
64
Gambar 2.28 Konfigurasi Kabel Primer
Sumber : Modul TELKOM
3. Rumah Kabel (RK)
Pada PT. Telkom RK merupakan salah satu bagian
yang penting dalam suatu jaringan kebel telepon antara
sentral dengan pesawat pelanggan yang biasanya
dipasang di tepi jalan, trotoar, dan pada tempat yang
tidak mengganggu lalu lintas dan aman. RK terbuat dari
beton ( type lama , sekarang tidak dipakai lagi ), dan
ada juga yang terbuat dari besi / fiber glass. RK
mempunyai fungsi sebagai tempat penyambungan
antara kabel primer dengan kabel sekunder, tempat
melaksanakan pengetesan untuk mengetahui keberadaan
gangguan, dan tempat melaksanakan jumper antara
terminal blok disisi primer dengan terminal blok disisi
sekunder. Kapasitas RK paling kecil 800 pasang,
dengan arti jumlah pasangan primer dengan pasangan
sekunder yang dapat diterminasikan adalah 800 pasang,
sedangkan kapasitas RK paling besar 2400 pasang
(dimensi RK dengan kapasitas 2400 pasang sama
dengan kapasitas 1600 pasang). Pada umumnya,
perbandingan antara kapasitas kabel primer dan kabel
sekunder adalah 2 : 3.
65
Gambar 2.29 Rumah Kabel
Sumber : Modul TELKOM
4. Kabel Sekunder
Kabel sekunder adalah kabel yang
menghubungkan RK dengan DP/KP. Kabel sekunder
mempunyai kapasitas maksimal 200 pasang dengan
diameter urat kabel bervariasi antara 0,4 s/d 0,8 mm.
Gambar 2.30 Konfigurasi Kabel Sekunder
Sumber : Modul TELKOM
5. Kotak Pembagi (KP) / Distribution Point (DP)
66
KP merupakan unit terminal kabel tempat
penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel
distribusi (penanggal) yang mempunyai fungsi sebagai
tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan
kabel distribusi, dan sebagai tempat pengetesan untuk
mengetahui keberadaan gangguan.
Gambar 2.31 Konfigurasi KP
Sumber : Modul TELKOM
Keterangan :
RK : Rumah Kabel
KP : Kotak Pembagi
Pswt : Pesawat telepon
Fungsi KP :
a. Tempat penyambungan kabel sekunder dengan
saluran penanggal
b. Tempat pengetesan atau mengetahui keberadaan
gangguan
c. Tempat mutasi jaringan yang menuju rumah
pelanggan
67
d. Saluran yang stabil karena setiap pasang urat kabel
sekunder bisa di tukar pasang dengan setiap saluran
penaggal.
KP ada berbagai macam jenis, antara lain :
1. Kotak Pembagi Tiang ( KPT )
Mempunyai kapasitas 10 pasang yang kecil
dan 20 pasang yang besar. Digunakan untuk
mencatu pelanggan yang terpencar dengan
menggunakan saluran penanggal.
Gambar 2.32 Konfigurasi KP di tiang
Sumber : Modul TELKOM
2. Kotak Pembagi Dinding ( KPD )
Dipasang pada dinding sebelah luar, biasanya
digunakan untuk mencatu pertokoan/rumah yang
letaknya berdampingan secara teratur. Dapat juga
dipasang pada dinding sebelah dalam / biasanya
digunakan untuk mencatu tiap tingkat pada gedung
68
bertingkat/komplek industri, kampus, perkantoran.
DP jenis ini mempunyai kapasitas lebih besar
dibanding DP atas tiang dan biasanya kapasitas
paling kecil 60 pasang dan paling besar 400
pasang.
Gambar 2.33 Konfigurasi KP di Dinding
Sumber : Modul TELKOM
3. Tabung Pembagi / Terminal Post ( TP )
Kotak pembagi yang dipasang di atas
permukaan tanah/pelataran. Digunakan untuk
mencatu pelanggan pada daerah permukaan yang
sudah mapan seperti perumahan pada real estate.
Pada STO Simpang lima menggunakan kotak
pembagi tiang dengan kapasitas 10 – 20 saluran.
Umumnya, dari 10 saluran, diambil 1 sebagai
saluran cadangan dan dari 20 saluran diambil 2
sebagai saluran cadangan. Saluran cadangan ini
69
berfungsi sebagai pengganti apabila dalam 1 KP
tersebut ada saluran yang mengalami kerusakan
atau sedang dalam perbaikan.
4. Kabel distribusi
Kabel distribusi pelanggan yang fungsinya
menghubungkan DP/KP ke tambatan akhir pada
rumah pelanggan. Kabel yang digunakan adalah
kabel penanggal. Kabel penanggal ada dua jenis,
yaitu kabel dengan penguat dan tanpa penguat.
Kabel saluran penanggal berfungsi
menghubungkan KP (Kotak Pembagi) dengan
KTB( Kotak Terminal Batas) yang berada di
pelanggan. Kabel yang digunakan adalah kabel
DW (Drop Wire). Jarak kabel Drop Wire terjauh
adalah 250 meter. Dengan jarak 250 meter itu,
maka maksimal diperlukan tiang adalah :
Banyaknya tiang = Jarak terjauh / 50
Banyaknya tiang = 250 / 50 = 5 tiang
Pada rumus terdapat pembagian 50 karena
jarak maksimal antara tiang itu adalah 50 meter.
5. Kotak Terminal Batas (KTB)
KTB merupakan tempat penyambungan
antara kabel penanggal / distribusi dengan kabel
70
instalasi dalam rumah (indoor cable) yang
mempunyai fungsi sebagai pembatas antara IKR
pada rumah pelanggan dengan saluran penanggal
pada jaringan kabel., tempat terminasi awal IKR
pada rumah pelanggan, tempat terminasi akhir
saluran penanggal dari jaringan kabel telepon lokal,
tempat penyambungan antara IKR pada rumah
pelanggan dengan saluran penanggal dari jaringan
lokal, dan tempat pemeriksaan ada tidaknya dial
tone (nada pilih). KTB biasanya dipasang pada
dinding rumah pelanggan dengan ketinggian
kurang lebih 170 cm dari atas tanah.
KTB mempunyai dua bagian, yaitu sisi PT.
Telkom dan sisi pelanggan.
a. Sisi Telkom
Batasan sepenuhnya tanggung jawab PT.
Telkom terhadap kondisi instalasi kabel. Pada
sisi PT. Telkom terdapat terminal urat kabel
yang berfungsi untuk menterminasikan kabel
saluran penanggal, IKR, kabel yang terhubung
ke konektor pada sisi pelanggan, dan kabel
yang terhubung ke soket pada sisi pelanggan.
Sisi Telkom dilengkapi dengan pintu yang
hanya dapat dibuka dengan alat khusus
/dirancang dengan menggunakan segel.
71
b. Sisi Pelanggan
Sisi pelanggan PT. Telkom adalah
batasan pelanggan diijinkan memelihara,
memeriksa, dan memperbaiki IKR. Dalam
kondisi normal (operasi), maka penyambungan
saluran pananggal dengan IKR dilakukan
dengan memasukkan konektor ke dalam outlet
pasangannya di sisi pelanggan. Pelanggan
telepon dapat memeriksa ada tidaknya nada
pilih dari sentral telepon dengan cara
memasukkan utas konektor dari pesawat
telepon langsung ke outlet yang ada pada sisi
pelanggan.
6. Kabel Rumah
Kabel rumah pada PT. Telkom menggunakan
kabel UTP yang menghubungkan antara Kotak
Terminal Batas dengan Soket dan keluarannya
menggunakan RJ11.
7. Soket/Roset
Pada PT. Telkom Soket/roset merupakan
sebuah terminal 1 pair to 1 pair, yang berfungsi
menghubungkan kabel rumah ke pesawat telepon.
72
Gambar 2.34 Soket
Sumber : http://bolozer.blogspot.com/2011/05/cara-mengatasi-
gangguan-speedy.html
8. Pesawat Telepon
Perangkat ini adalah umum digunakan
dimasyarakat luas yang berfungsi untuk
berkomunikasi 2 arah. Pada PT. Telkom akan
digunakan pesawat yang menggunakan konektor
kabel tembaga di bagian belakang.
Gambar 2.35 Pesawat Telepon
Sumber :
http://w14.itrademarket.com/pdimage/37/1801737_
kx-ts600mx_w.jpg
73
2.2.7 Parameter yang digunakan
A. Pengukuran Kualitas Jaringan
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan
bahwa parameter yang digunakan untuk melakukan pengukuran
pada kualitas jaringan adalah :
a. Line Rate adalah kecepatan pengiriman data dari metro
menuju pengguna.
b. SNR (Signal to Noise Ratio) adalah perbandingan (ratio)
antara kekuatan sinyal (signal strength) dengan kekuatan
derau (noise level). Nilai SNR dipakai untuk menunjukkan
kualitas jalur koneksi, maka makin besar nilai SNR, makin
tinggi kualitas jalur tersebut. Artinya makin besar pula
kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu lintas komunikasi
data dan sinyal dalam kecepatan tinggi.
c. Attenuation adalah nilai yang menunjukkan seberapa jauh
kulitas sinyal dari modem pelanggan sampai ke perangkat
GPON/MSAN di STO telah terdegradasi (melemah).
Semakin kecil nilai line attenuation maka akan semakin
baik.
d. Attainable Rate adalah nilai yang menunjukkan kapasitas
bandwidth maksimum yang dapat ditransmisikan melalui
jaringan, melihat parameter ini untuk menentukan pilihan
paket yang sesuai dengan kondisi jaringan.
B. Pengukuran Kualitas Gambar
74
Menurut modul PT. Telkom (Anonim, 2011) dikatakan
bahwa parameter yang digunakan untuk melakukan
pengukuran pada kualitas gambar adalah :
a. Throughput adalah tingkat rata-rata pengiriman pesan
yang berhasil melalui saluran komunikasi.
b. MDI-DF (Media Delivery Index – Delay Factor) adalah
berapa milidetik data yang harus ditampung oleh buffer
untuk mengatasi jitter.
c. MDI-MLR (Median Delivery Index – Median Lost Rate)
jumlah paket yang hilang atau juga datang tidak berurutan
setiap detik. Jika MLR lebih besar dari 0 maka akan
terjadi paket loss. Maka kualiatas gambar akan menurun
dan menghasilkan gambar yang rusak.
d. IP-Jitter adalah perbedaan waktu dari paket yang diterima
dibandingkan dengan urutan waktu pada saat paket
dikirimkan.
e. IP-Loss adalah nilai dari besaran paket IP yang hilang.
Untuk setiap IP memiliki tujuh paket untuk dikirimkan.
Untuk satu paket IP yang hilang berarti tujuh paket yang
hilang (MLR) dalam satu paket IP.
2.2.8 SINYAL ANALOG
Menurut Alfiansyah (2009, Definisi Sinyal), sinyal analog
adalah suatu sinyal dimana salah satu besaran karakteristiknya
mengikuti secara kontinyu perubahan dari besaran fisik lainnya yang
melambangkan informasi, secara fisik sinyal analog berarti selalu
75
mempunyai nilai di sepanjang waktu. Karakteristik yang dimiliki oleh
sinyal analog antara lain : Amplitudo, frekuensi dan fasenya.
Gambar 2.36 Sinyal Analog
Sumber : http://www.sentra-edukasi.com
2.2.9 SINYAL DIGITAL
Menurut Alfiansyah (2009, Definisi Sinyal), sinyal digital
adalah sebuah sinyal diskrit dimana informasinya dilambangkan oleh
sejumlah deretan sinyal diskrit yang telah ditentukan jumlahnya.
Gambar 2.37 Sinyal Digital
Sumber : http://www.sentra-edukasi.com
top related