staffnew.uny.ac.idstaffnew.uny.ac.id/.../laporan-ppm-jurusan-2012-2.docx · Web viewPendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal
Post on 13-Mar-2019
230 Views
Preview:
Transcript
BABIPENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan-keputusan yang dilakukannya.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak
mulia. UU Sisdiknas tahun 2003 itu bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, dengan harapan
agar nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter
yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
Para insan pendidik seperti , dalam hal ini dosen, diharapkan perlu menyadari
betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman prilaku,
pengayaan nilai individu dengan cara menjadi figur keteladanan bagi anak didik serta
mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa
kenyamanan dan keamanan yang dapat membantu suasana pengembangan diri individu
secara keseluruhan dari segi teknis, intelektual, psikologis, moral, sosial, estetis dan religius.
Pendidikan karakter tidak semata-mata bersifat individual, melainkan juga memiliki
dimensi sosial struktural. Meskipun pada gilirannya kriteria penentu adalah nilai-nilai
kebebasan individual yang bersifat personal. Pendidikan karakter yang berkaitan dengan
dimensi sosial struktural, lebih melihat bagaimana menciptakan sebuah sistem sosial yang
1
kondusif bagi pertumbuhan individu. Dalam konteks inilah, kita bisa meletakkan
pendidikan moral dalam kerangka pendidikan karakter. Pendidikan moral itu sendiri
merupakan pondasi bagi sebuah pendidikan karakter.
Berdasarkan pemahaman di atas Jurusan pendidikan Bahasa Perancis merasa
bertanggungjawab untuk turut serta mendukung dalam mengembangkan pendidikan
berkarakter yang dapat digunakan guru-guru bahasa Prancis dalam pembelajaran di kelas.
Diharapkan dengan pendidikan karakter para siswa di SMA/SMK yang memiliki etika akan
tetap ada, sehingga tercipta generasi yang bermoral dan bertanggungjawab serta mampu
menunjukkan jati dirinya sebagai manusia yang berbudaya.
1.2 Landasan Teori
1.2.1 Pengembangan Profesionalisme Guru
Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 bab Ketentuan Umum
dijelaskan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa seorang guru dituntut menjadi
seorang profesional seperti halnya profesi-profesi lain seperti pengacara, dokter, dan
sebagainya. Tuntutan profesionalisme ini membawa ikutan yang cukup berat, yang harus
dilakukan dan dikuasai oleh seorang guru.
Profesionalisme guru dimaksud berkaitan dengan kompetensi guru yang menjadi
dasar pengembangan profesionalisme guru. Kompetensi dimaksud meliputi empat hal yaitu
(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4)
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik
2
memegang peranan penting dalam peningkatan proses belajar mengajar di kelas seperti
kompetensi pengelolaan kelas, penggunaan media, penggunaan metode mengajar, dan
sebagainya. Penguasaan kompetensi pedagogik yang baik akan berdampak kualitas
pembelajaran yang baik pula, demikian sebaliknya. Oleh karena itu, seorang guru harus
terus-menerus berusaha untuk mengembangkan kompetensi pegagogiknya dengan cara
mengikuti penataran-penataran, simposium pendidikan, pertemuan-pertemuan ilmiah dan
program-program pengembangan profesi keguruan, agar kualitas pembelajaran terus
meningkat.
Kompetensi kepribadian sangat mendukung profesi seorang guru. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (UU No. 14
Tahun 2005). Tugas utama yang diemban guru ini bukanlah tugas yang ringan. Ia tidak
hanya memerlukan pengetahuan dan ketrampilan dalam mentransfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) tetapi juga harus pandai mentransfer nilai-nilai (transfer of values).
Untuk dapat mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa, dibutuhkan kepribadian yang matang, mantap, dan kuat, yang didasari
oleh nilai-nilai agama yang kokoh.
Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Artinya, nilai-nilai
sosial harus mendapat perhatian yang cukup. Kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh
seorang guru mengisyaratkan bahwa ia harus dapat mendudukan posisinya di masyarakat,
menjaga harkat martabat guru di msyarakat, dan dapat bermanfaat bagi masyarakatnya, baik
masyarakat sekolah, masyarakat keluarga, maupun masyarakat yang lebih luas. Sebagai
mahluk sosial, seorang guru harus memandang proses pembelajaran di sekolah sebagai suatu
3
proses sosial, yang melibatkan banyak mahluk sosial (siswa, guru, karyawan, masyarakat
lingkungan sekolah). Oleh karena itu dalam mengajar, seorang guru harus memperlakukan
proses pembelajaran secara lebih humanis.
Kompetensi profesional seorang guru diperoleh melalui pendidikan formal. Di dalam
UU No 14 Tahun 2005, pasal 9 dikatakan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana
dimaksud diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Tuntutan ini merupakan suatu hal yang sangat baik dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan Indonesia. Semakin tinggi kualifikasi pendidikan seseorang tentunya akan
semakin baik pula kompetensi profesional yang bersangkutan. Demikian pula bagi seorang
guru.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
profesionalisme guru merupakan suatu langkah yang konstruktif dan terencana dalam upaya
meningkatkan kompetensi guru. Dalam hal ini, perguruan tinggi memegang peranan penting
dalam upaya ikut mengembangkan program-program kegiatan yang dapat meningkatkan
profesionalisme guru, termasuk kegiatan-kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (PPM).
1.2.2 Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter Menurut T. Ramli (2003), memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara
yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga
negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial
tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu,
hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan
4
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia
sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai
moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the
golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari
nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar
tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab,
jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja
keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi,
cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia
terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab;
kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas.
Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter
dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih
tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi,
dan lingkungan sekolah itu sendiri.
Pendidikan karakter di kelas diimplementasikan dalam kerja kelompok yang
dilaksanakan oleh mahasiswa secara bersama-sama dan rasa tanggung jawab ditanamkan
pada masing-masing individu pada saat mahasiswa harus menyelesaikan tugas individu yang
harus diselesaikan dan di paparkan secara lisan. Tanggung jawab adalah kesadaran yang
harus dimiliki oleh mahasiswa akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Dengan demikian, tanggung jawab merupakan perwujudan kesadaran
5
akan kewajiban mahasiswa. Selanjutnya, tanggung jawab yang mereka miliki akan
terefleksikan dalam berbagai tindakan.
Sutrisno (1993:76) yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri
dari tanggung jawab, baik sebagi makhluk individual, sosial, maupun makhluk berTuhan.
Sebagai makhluk individual, manusia harus bertanggung jawab dirinya (keseimbangan
jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai
penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya
apabila dia memiliki kesadaran yang mendalam akibat keyakinannya terhadap suatu nilai.
Selanjutnya tanggung jawab terhadap Tuhan akan timbul karena manusia sadar akan
keyakinannya terhadap nilai-nilai, yang bersumber dari agama. Sebagai makhluk social,
manusia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Tindakan-
tindakan yang dilakukan seseorang harus selalu dipertanggungjawabkan, sehingga tidak
mengganggu nilai-nilai yang telah menjadi konsensus bersama. Tanggung jawab sangat
berkaitan dengan kewajiban, yaitu sesuatu yang dibebankan kepada seseorang. Menurut
Mustopo M. Habib (1983 : 217-220) tanggung jawab dapat dibedakan menjadi : 1)
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, 2) tanggung jawab terhadap keluarga, 3) tanggung
jawab terhadap masyarakat, 4) tanggung jawab terhadap Tuhan,
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pemahaman guru terhadap penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM?
b. Bagaimanakah pengaruh penerapan penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM
dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru ?
c. Bagaimanakah penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM dalam upaya peningkatan
dan pengembangan nilai-nilai pada diri siswa ?
6
1.4 Tujuan Kegiatan PPM
a. Memberikan pemahaman kepada guru-guru SMP Moyudan II Sleman terhadap
penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM
b. Memberikan pengalaman kepada guru-guru SMP Moyudan II Sleman dalam
menerapkan penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM dalam upaya meningkatkan
profesionalisme guru.
c. Memberikan pengalaman kepada siswa belajar dengan penanaman nilai-nilai karakter
d. Memberikan masukan kepada Sekolah/ Dinas Pendidikan dalam menerapkan
penanaman nilai-nilai karakter dalam PBM di sekolah/dinas pendidikan masing-
masing.
1.5 Manfaat Kegiatan PPM
1.5.1 Bagi guru
a. Guru mengerti dan paham tentang nilai-nilai karakter yang dapat dilakukan pada RPP
b. Guru mengerti dan paham tentang langkah-langkah penerapan nilai-nilai karakter
dalam PBM
c. Meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengamati aktivitas pembelajaran.
e. Menguatkan hubungan kolegalitas.
f. Meningkatkan motivasi pengajar agar terus mengembangkan kualitas akademik
mereka.
1.5.2 Bagi Siswa
a. Siswa memiliki pengalaman langsung belajar dengan penanaman nilai-nilai karakter
7
b. Siswa dapat meningkakan motivasi belajar mereka, mengembangkan kualitas nilai-
nilai pada diri siswa, yaitu nilai-nilai yang berguna bagi pengembangan pribadinya
sebagai makhluk individual sekaligus sebagai makhluk sosial dalam lingkungan
sekolah
8
BAB IIMETODE KEGIATAN PPM
2.1 Khalayak Sasaran
Yang menjadi khalayak sasaran kegiatan PPM ini adalah guru–guru bahasa Prancis
SMA/SMK di derah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa
tim PPM adalah dosen bahasa Prancis yang selalu bekerja sama dengan MGMP bahasa
Prancis agar kualitas pembelajaran bahasa Prancis selalu berkembang dan memenuhi target
pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum SMA/SMK.
2.2 Metode Kegiatan PPM
Dalam kegiatan PPM ini, pelaksanaan kegiatan diawali dengan (1) pemberian
penjelasan tentang pendidikan karakter sebagai suatu langkah dalam membangun
pengetahuan dasar pembelajaran, menelaah bagaimana siswa-siswa berpikir dan merespon
pembelajaran dan menanamkan nilai-nilai. (2) Kegiatan work shop yang berhubungan
dengan pembelajaran : yang didesain secara khusus dengan tujuan pembelajaran yang jelas,
dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu (RPP) cara mengajar guru
dan aktivitas siswa dan catatan-catatan bagaimana merespon kesulitan cara belajar siswa.
2.3 Langkah-langkah Kegiatan PPM
Dalam kegiatan PPM ini, pelaksanaan kegiatan diawali dengan PPM ini, pelaksanaan
kegiatan diawali dengan (1) pemberian penjelasan tentang Pendidikan karakter sebagai suatu
langkah dalam membangun dan penanaman nilai-nilai pembelajaran, (2) tanya jawab dan
diskusi dilaksanakan pada saat penyajian materi oleh dosen pelaksana kegiatan. (3) kegiatan
work shop yang berhubungan dengan pembelajaran yang didesain secara khusus dengan
tujuan pembelajaran yang jelas, dan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan rambu-
9
rambu (RPP) yang mengandung nilai-nilai karakter di dalamnya dan cara mengajar guru dan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. (4) guru melaksanakan pengkajian
atau telaah yang dilakukan berkelompok untuk strategi-strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk penanaman nilai-nilai karakter bagi siswa, berbagi pengalaman dan
pengetahuan tentang temuan dan hasil observasi.
10
BAB IIIPELAKSANAAN KEGIATAN PPM
3.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
PPM ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, dan lokakarya tentang penanaman
nilai-nilai karakter dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
Kegiatan PPM ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam
penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran serta menyusun RPP pada bidang studi
yang diampuh oleh guru (dalam hal ini pembelajaran bahasa Prancis). Kegiatan PPM
dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi
keberhasilan.
3.1.1 Tahap Persiapan
Kegiatan dalam tahap persiapan dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut.
a. Rapat-rapat koordinasi antara tim yang terdiri unsur 3 dosen dan 2 mahasiswa,
yaitu Drs. CH Waluyo Suhartono M.Pd., Dra. Siti Sumiyati, Dra. N.Nastiti Utami
dan Dra. Roswita Lumban Tobing, M.Hum, Deddy Nugroho dan Khoirunisah,
dilanjutkan dengan pembagian dan penyusunan materi.
b. Penyebaran Undangan dengan kepala sekolah SMA/SMK di Yogyakarta untuk
memberi kesempatan kepada para guru bahasa Prancis mengikutu Pelatihan dan
worlshop yang dilaksanakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNY,
yang selanjutnya perencanaan dan pelaksanaan teknis ditindaklanjuti oleh guru
yang diberi tugas oleh kepala sekolah.
11
3.1.2 Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di kampus Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Yogyakarta
b. Kegiatan PPM diikuti oleh guru-guru SMA/SMK bidang studi bahasa Prancis. Daftar
nama dan presensi peserta terlampir.
c. Pada saat pelaksanaan peserta mendapat materi yang berisi tentang nilai-nilai
karakter yang perlu dikembangkan bagi siswa-siswa di SMA/SMK.
3.1.3 Evaluasi Keberhasilan
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan kegiatan
PPM ini. Parameter yang digunakan adalah program berupa pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengandung nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan materi yang diberikan dalam pembelajaran di kelas oleh peserta pelatihan
(guru-guru SMA/SMK Yogyakarta) untuk mengetahui peningkatan pengetahuan
peserta setelah mengikuti pelatihan.
3.2 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam kegiatan PPM ini, yaitu (1) pemberian materi
yang berhubungan nilai-nilai karakter dalam pelaksanaan pembelajaran, (2) workshop
pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Semua guru yang diundang dapat
mengikuti secara keseluruhan kegiatan dengan antusias, hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh guru-guru peserta kegiatan.
Pada saat kegiatan praktek pembuatan Rencana Pelaksanaan setiap guru melakukan
penyusunan RPP sesuai materi ajar yang dipilih oleh guru. Kegiatan ini didamping oleh tim
12
pelaksana PPM, yaitu 3 orang dosen dan 3 orang mahasiswa. Para mahasiswa tersebut
adalah mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan PPL di sekolah.
3.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan
3.3.1 Faktor Pendukung
a. Para guru SMA/SMKYogyakarta memiliki latar belakang Pendidikan yang sebagian
besar lulusan Jurusan pendidikan bahasa Prancis UNY
b. Beberapa guru belum pernah menjelaskan nilai-nilai karakter secara eksplisit
dalam pembelajaran di kelas.
c. Guru-guru merasa perlu penyegaran tentang pendidikan karakter bagi siswa dan
pemodelan nilai-nilai karakter oleh guru
d. Tim pelaksana PPM memiliki kompetensi dan telah melakukan implememtasi
pendidikan karakter dalam pembelajaran (pemberian mata kuliah) di kampus
e. Mahasiswa telah berada di semester VII, dan telah melakukan PPL di sekolah
13
BAB IVPENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari proses pelaksanaan kegiatan PPM ini, ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1) Peserta pelatihan, yaitu guru-guru SMA/SMK Yogyakarta dapat menguasai materi
yang berhubungan dengan pembuatan RPP yang memuat nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran di kelas.
2) Para guru SMA/SMK Yogyakarta dapat menyusun RPP yang memuat nilai-nilai
karakter dalam pembelajaran
4.2 Saran
Berdasarkan masukan dari para guru pada saat pelaksanaan kegiatan PPM ini,
ada beberapa saran yang dapat diutaran sebagai berikut.
1) Pelatihan ini perlu dilanjutkan, agar para guru memiliki RPP yang telah berisi nilai-
nilai karakter dan dapat digunakan oleh guru-guru SMA/SMK Yogyakarta secara
keseluruhan terutama jika guru akan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
2) Perlu adanya pendampingan dari pihak Diknas, agar kegiatan yang telah dilatihkan
oleh guru-guru dapat dilanjutkan dan mendapat kesempatan untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan dukungan Diknas Yogyakarta.
14
DAFTAR PUSTAKA
Burns, H.D. 1999. Collaborative Action Research for English Language Teachers. Cambridge : Cambridge University Press.
David Elkind & Freddy Sweet. 2004. Caracter Education. New York : Oxford
Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutrisno, Mudji. 1993. Manusia dalam Pijar-Pijar Kekayaan Dirinya, Yogyakarta : Kanisius
T. Ramli. 2003. Pendidikan Karakter. Bandung : Angkasa
Zahorik, Jonh. A. Constructivist Teaching. (fash back 391)Bloomington Indiana : Phi-DeltaKappa Education Fondation
15
LAMPIRAN
16
17
18
19
20
top related