sumbar.bps.go - NEW INDONESIAnew-indonesia.org/.../upload/dok/edustat/Profil-Pendidikan-Provinsi... · Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014 Pendahuluan 1. Untuk mengetahui
Post on 11-Apr-2019
217 Views
Preview:
Transcript
PROFIL PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT 2014
ISBN : 978-602-1196-66-3 Nomor Publikasi : 13520.15.08 Katalog BPS : 4301003.13 Ukuran buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : ix + 40
Naskah :
Bidang Statistik Sosial
Gambar Kulit :
Bidang Statistik Sosial
Diterbitkan Oleh :
© Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
iii Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dilimpahkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya,
penyusunan buku ini dapat diselesaikan pada waktunya. ”Profil Pendidikan Provinsi
Sumatera Barat 2014” merupakan salah satu publikasi Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Sumatera Barat yang menyajikan informasi mengenai sarana dan prasarana
pendidikan, partisipasi sekolah, melek huruf, tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan, rata-rata lama sekolah dan alasan berhenti bersekolah. Gambaran kondisi
pendidikan di Sumatera Barat dilihat untuk kondisi tahun 2014. Data yang digunakan
dalam publikasi ini bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2014.
Publikasi ini merupakan publikasi khusus pendidikan yang pertama kali disusun
oleh BPS Provinsi Sumatera Barat. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi
dalam penyusunan publikasi ini, diucapkan terima kasih.
.
Padang, Desember 2015
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT,
YOMIN TOFRI, MA
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
v
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................... v
Daftar Tabel ..................................................................................... vii
Daftar Gambar ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang……………..……………………………… 1
1.2. Tujuan…………………………..………………………….. 2
1.3. Sumber Data dan Metodologi……………………………. 3
1.4. Sistematika Penulisan…………………………………….. 3
BAB II METODOLOGI………………………………………………….. 5
2.1. Sumber Data…………………………………………….… 5
2.2. Konsep dan Definisi………………………………………. 5
BAB III SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN………………… 11
3.1. Latar Belakang…………………………………………….. 11
3.2. Partisipasi Pendidikan…………………………………….. 13
3.3. Pendidikan Anak Usia Dini……………………………….. 15
3.4. Partisipasi Sekolah………………………………………... 16
3.5. Angka Partisipasi Sekolah……………………………….. 19
3.6. Angka Partisipasi Kasar………………………………….. 22
3.7. Angka Partisipasi Murni…………………………………... 24
BAB IV HASIL PEMBANGUNAN PENDIDIKAN……………………... 27
4.1. Angka Melek Huruf………..……...……………………… 27
4.2. Rata-Rata Lama Sekolah…..……………...……………. 29
4.3. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan………………. 31
4.4. Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi
35
BAB V PENUTUP……………………………………………………….. 39
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
vii
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1.1 : Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan Sumatera Barat Tahun 2014
12
Tabel 3.1.2 : Jumlah dan Rasio Guru, Murid dan Ruang Kelas Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2014
13
Tabel 3.4 : Persentase Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah di Sumatera Barat Tahun 2014
17
Tabel 3.5 : Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Tipe Daerah, Status Ekonomi Rumah Tangga Dan Kelompok Umur di
Sumatera Barat Tahun 2014
21
Tabel 3.6 : Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014
23
Tabel 3.7 : Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014
25
Tabel 4.1 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014
28
Tabel 4.4 : Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun Yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi Menurut Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi, Tipe Daerah dan Jenis kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014
35
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
ix
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Daftar Gambar
Gambar Judul Gambar
Halaman
Gambar 3.3 : Persentase Anak Usia 0-6 Tahun Yang Pernah/Sedang
Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah Menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur di Sumatera Barat 2014
15
Gambar 3.5 : Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat tahun 2014
20
Gambar 4.2 : Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah Dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014
30
Gambar 4.3.1 : Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Barat tahun 2014
32
Gambar 4.3.2 : Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Dan Jenjang Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Barat Tahun 2014
33
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
1
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi
kesejahteraan anak dan berkontribusi terhadap penurunan
kemiskinan dan ketidaksetaraan (Unicef, 2012). Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar
menyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan minimal bagi
warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi
dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut
sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas
hidup, dengan makin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat
diharapkan semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya.
Semakin baik kualitas sumber daya manusianya akan lebih
memberikan jaminan untuk hidup yang lebih baik
Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan
pemerintah, misalnya dengan mengembangkan akses terhadap
1 Pendahuluan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
2
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Pendahuluan
pendidikan anak usia dini, meningkatkan sarana dan prasarana
pendidikan, memperbaiki kurikulum serta meningkatkan kualitas,
kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik. Sejak tahun
1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar
9 tahun yaitu 6 tahun di pendidikan dasar ditambah 3 tahun pada
pendidikan menengah. Semakin lamanya usia wajib belajar ini
diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan
tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk.
Untuk memantau perkembangan pembangunan manusia dalam
bidang pendidikan dapat dilihat dengan pendekatan indikator
pendidikan. Indikator pendidikan yang akan dibahas untuk
melihat perkembangan pembangunan manusia di bidang
pendidikan pada tahun 2014 di Provinsi Sumatera Barat antara
lain, kemampuan intelektual dasar yang meliputi Angka
Partisipasi untuk PAUD, Angka Melek Huruf (AMH) dan Mean
Years of School (MYS) atau rata-rata lama sekolah, partisipasi
masyarakat dalam pendidikan meliputi Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka Partisipasi
Murni (APM)
1.2 Tujuan
Ada 2 (dua) tujuan pokok penulisan Publikasi ”Profil Pendidikan
Provinsi Sumatera Barat 2014”, yaitu:
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
3
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Pendahuluan
1. Untuk mengetahui pembangunan manusia dilihat dari
aspek pendidikan yang telah dicapai oleh Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 2014
2. Untuk mengetahui hasil pembangunan di bidang
pendidikan yang dicapai oleh Provinsi Sumatera Barat
tahun 2014
1.3 Sumber Data dan Metodologi
Data yang digunakan sebagai dasar penghitungan dan penyusu-
nan indikator pendidikan dalam publikasi ini bersumber dari hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 yang
dilaksanakan oleh BPS secara triwulan pada bulan Maret, Juni,
September dan Desember. Selain itu digunakan pula data yang
bersumber dari instansi terkait lainnya di lingkungan Provinsi Su-
matera Barat. Pembahasan yang disajikan dalam indikator pen-
didikan ini menggunakan metode analisis deskriptif baik
menyangkut Provinsi Sumatera Barat maupun perbandingan an-
tara daerah perdesaan dan perkotaan serta perbandingan antar
jenis kelamin
1.4 Sistematika Penulisan
Pembahasan utama dirinci ke dalam tiga bab sesuai tema besar
profil statistik pendidikan dengan sistematika sebagai berikut:
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
4
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Bab I berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan dan
sistematika penulisan
Bab II metodologi, berisi tentang ruang lingkup dan konsep/
definisi yang digunakan penulisan publikasi
Bab III menjelaskan tentang sarana dan prasarana pendidikan
yang mencakup informasi umum tentang sarana dan prasarana
pendidikan yang memuat dua bahasan utama yaitu, partisipasi
pendidikan anak usia dini dan partisipasi sekolah dasar dan
menengah
Bab IV menyajikan pembahasan mengenai hasil pembangunan
pendidikan yang tercermin dari indikator oleh angka melek huruf,
rata-rata lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan,
serta alasan tidak/belum pernah sekolah atau tidak bersekolah
lagi.
Bab V penutup, berisi ringkasan tentang kondisi pendidikan
penduduk Sumatera Barat secara umum
Pendahuluan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
5
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Metodologi
METODOLOGI
2.1. Sumber Data
Data yang digunakan sebagai sebagai dasar penghitungan
dan penyusunan indikator pendidikan dalam publikasi ini
bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2014 yang dilaksanakan oleh BPS secara
triwulan pada bulan Maret, Juni, dan September. Selain itu
digunakan pula data yang bersumber dari instansi terkait lainnya
di lingkungan Provinsi Sumatera Barat.
2.2. Konsep dan Definisi
Pembahasan yang disajikan dalam indikator pendidikan ini
menggunakan metode analisis deskriptif baik menyangkut
Provinsi Sumatera Barat maupun perbandingan antara daerah
perdesaan dan perkotaan serta perbandingan antar jenis
kelamin. Konsep serta definisi dari indikator-indikator yang
digunakan disajikan di bawah ini.
Penduduk adalah setiap orang yang menetap di suatu wilayah
selama enam bulan atau lebih dan atau yang berdomisili kurang
dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap lebih dari enam
bulan.
Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang
2
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
6
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Metodologi
yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh
bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu
dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang
yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam satu bangunan
sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap
satu rumah tangga biasa.
Kepala Rumah Tangga (KRT) adalah salah seorang dari
Anggota Rumah Tangga (ART) yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang
yang dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Anggota Rumah Tangga (ART) adalah semua orang yang
biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang
pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut
maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak
berniat pindah.
Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah
bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan
tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6
bulan atau lebih). Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih
tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah
tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap
sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang
dicacah tersebut.
Rasio murid-guru adalah perbandingan antara jumlah murid
terhadap jumlah guru.
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
7
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Metodologi
Rasio kelas-guru adalah perbandingan antara jumlah kelas pada
suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah guru.
Rasio murid-kelas adalah perbandingan jumlah murid dalam
suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah kelas yang
tersedia.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/
MTs/sederajat, SMA/MA/sederajat dan PT.
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus),
pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan
kesetaraan (paket A, paket B dan paket C) serta pendidikan
lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Partisipasi sekolah yaitu menunjukkan keadaan status
pendidikan seseorang saat ini. Partisipasi sekolah terbagi
menjadi tiga yaitu:
Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah
terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang
pendidikan, termasuk mereka yang tamat Taman Kanak-kanak
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
8
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
tetapi tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar.
Masih bersekolah adalah apabila terdaftar dan aktif mengikuti
proses belajar di suatu jenjang pendidikan formal dan non formal
(Paket A, Paket B dan Paket C), baik yang berada di bawah
pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(kemdikbud), Kementerian Agama (kemenag), Instansi Negeri
lain maupun Instansi Swasta.
Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif
mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal
maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada saat pencacahan
tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif.
Angka Partisipasi Sekolah (APS): Proporsi penduduk pada ke-
lompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih ber-
sekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut.
Angka Partisipasi Murni (APM) : Proporsi penduduk pada
kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih
bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kelompok umurnya terhadap penduduk pada kelompok umur
tersebut.
Angka Partisipasi Kasar (APK): Proporsi penduduk yang masih
bersekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok umur yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tersebut.
Pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan non formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/
MTs, dan SMA/MA yang mencakup program paket A, paket B
Metodologi
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
9
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
dan paket C.
Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada
kelas/tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri
maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah.
Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi
tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat.
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh seseorang, yang
ditandai dengan sertifikat/ijazah.
Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah/sedang diduduki
adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki oleh
seseorang yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang sedang
diduduki oleh seseorang yang masih bersekolah.
SD/MI meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan
sederajat.
SMP/MTs meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah
Tsanawiyah, SMP Kejuruan dan sederajat.
SMA/MA meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan
sederajat.
PT meliputi jenjang pendidikan Diploma I, II, III dan IV dan
sederajat.
Dapat membaca dan menulis, artinya dapat membaca dan
menulis kata/kalimat sederhana dalam aksara tertentu.
Huruf latin, bila responden dapat membaca dan menulis huruf
latin;
Metodologi
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
10
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Huruf lainnya, bila responden hanya dapat membaca dan
menulis selain huruf latin, misalnya huruf arab, cina dan
sebagainya;
Huruf latin dan huruf lainnya, bila responden dapat membaca
dan menulis huruf latin dan huruf lainnya;
Tidak dapat, bila responden tidak dapat membaca dan menulis,
baik huruf latin maupun huruf lainnya.
Catatan:
1. Orang buta yang dapat membaca dan menulis huruf braille
digolongkan dapat membaca dan menulis huruf latin.
2. Orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan
menulis, kemudian karena cacatnya tidak dapat membaca
dan menulis digolongkan dapat membaca dan menulis.
3. Orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat
menulis atau sebaliknya, dianggap tidak dapat membaca
dan menulis.
Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk kelompok umur
tertentu yang dapat membaca dan menulis huruf Latin atau huruf
lainnya.
Metodologi
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
11
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Sarana dan Prasarana Pendidikan
SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
3.1 Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, penyelenggara
pendidikan berkewajiban untuk menyediakan sarana dan
prasarana pendidikan yang sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Sesuai bunyi Pasal 45 UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana pendidikan di
Sumatera Barat akan dibahas pada bab ini, yaitu jumlah
sekolah, murid dan guru.
3
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
12
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tabel 3.1.1 Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: SBDA 2015 (olahan)
Tingkat pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan juga dapat
dilihat dari nilai rasio murid-kelas, yang mencerminkan idealnya
jumlah murid dalam satu kelas pada suatu jenjang pendidikan
tertentu. Standar ideal rasio murid-kelas adalah 1:28 untuk SD,
1:32 untuk SMP dan 1:32 untuk SMA/SMK (Statistik Pendidikan,
2012).
Selain itu menurut PP nomor 74 tahun 2008 tentang Guru pada
pasal 17 disebutkan guru tetap pemegang sertifikat pendidik
berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di
PAUD/Sejenis
- Jumlah PAUD/sejenis 5 799
- Jumlah Murid 170 939
- Jumlah guru 21 884
SD/Sederajat
Jumlah SD/sederajat 4 260
Jumlah Murid 698 814
Jumlah guru 55 199
SMP/Sederajat
Jumlah SMP/ sederajat 1 147
Jumlah murid 285 910
Jumlah Guru 33 458
SMA/sederajat
Jumlah SMA/sederajat 671
Jumlah murid 227 268
Jumlah guru 20 817
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
13
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Sarana dan Prasarana Pendidikan
satuan pendidikan yang minimal jumlah siswa terhadap gurunya
sebagai berikut: jenjang TK/RA = 15:1; jenjang SD/ sederajat =
20:1; jenjang MI/sederajat = 15:1; jenjang SMP/ sederajat = 20:1;
jenjang MTs/sederajat = 15:1; jenjang SMA/sederajat = 20:1;
jenjang MA/sederajat = 15:1; jenjang SMK/sederajat = 15:1;
jenjang MAK/sederajat = 12:1.
Tabel 3.1.2 Jumlah dan Rasio Guru, Murid dan Ruang Kelas menurut Jenjang Pendidikan, Tahun 2014
Keterangan: tidak termasuk
Sumber: SBDA 2015 (olahan)
Dari Tabel 3.1.2 di atas terlihat bahwa untuk tiap jenjang, kompo-
sisi murid guru dan murid kelas di Provinsi Sumatera Barat pada
tahun 2014 sudah sangat ideal. Tidak ada yang melebih batas
standar ideal. Harapannya kondisi ini dapat menjadikan suasana
belajar mengajar yang nyaman sehingga hasil belajar
mengajarnya lebih optimal.
Jenjang Pendidikan
Jumlah Rasio
Guru Murid Kelas Murid -
Guru
Kelas -
guru
Murid -
Kelas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pra sekolah formal
(TK/ sederajat)* 7 132 75 877 4 803 10,64 0,67 15,80
SD/ sederajat 55 199 698 814 29 998 12,66 0,54 23,30
SMP/ sederajat 33 458 285 910 13 317 8,55 0,40 21,47
SMA/sederajat 20 817 227 268 77 28 10,92 0,37 29,41
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
14
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
3.2 Partisipasi Pendidikan Program wajib belajar yang digulirkan melalui PP No. 47 Tahun
2008 bertujuan untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga
negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya
agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rencana strategis yang
disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
mempertegas berbagai target pencapaian program pendidikan
pada tahun 2014, di antaranya sebagai berikut:
Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang PAUD sebesar
45,05 persen
Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang pendidikan SD/
SDLB/Paket A sebesar 83,57 persen
APK jenjang pendidikan SMP/SMPLB/Paket B sebesar
76,53 persen
APM jenjang pendidikan SMP/SMPLB/Paket B sebesar
58,17 persen
APK jenjang pendidikan SMA/SMLB/SMK/Paket C sebesar
70,7 persen
APK jenjang pendidikan PT dan PTA sebesar 30,00 persen
(Statistik Pendidikan 2012 )
Apabila disandingkan dengan hasil yang dicapai di Sumatera
Barat melalui indikator pendidikan yang diolah dari Susenas 2014
dapat dilihat sejauh mana capaian provinsi akan dapat menyamai
renstra nasional.
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
15
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Indikator partisipasi sekolah digunakan untuk memantau program
pendidikan yang telah digulirkan pemerintah. Partisipasi sekolah
menggambarkan efektifitas program pendidikan dalam menyerap
potensi pendidikan yang ada di masyarakat. Semakin tinggi
nilainya menunjukkan semakin efektifnya suatu program. Hasil
Susenas 2014 memperlihatkan hasil perhitungan berbagai
indikator partisipasi sekolah mulai dari pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.
3.3 Pendidikan Anak Usia Dini
Masih menurut UU No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Gambar 3.3 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Pernah/Sedang Mengikuti Pendidikan Pra Sekolah menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur di Sumatera Barat, 2014
Sarana dan Prasarana Pendidikan
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
0-2tahun
3-4tahun
5-6tahun
3-6tahun
0-6tahun
Kota 2,05 18,01 62,35 38,53 22,58
Desa 0,76 14,78 49,16 29,26 17,83
K+D 1,29 16,00 54,27 32,65 19,62
Pe
rse
nta
se (
%)
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
16
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal (TK/RA/sederajat), non formal (KB/TPA/sejenisnya), dan/
atau informal (keluarga/lingkungan). Pendidikan pada jenjang ini
dapat disebut sebagai pendidikan pra sekolah
Dari Gambar 3.3 di atas, pada tahun 2014, persentase anak usia
0-6 tahun yang pernah/sedang mengikuti pendidikan pra sekolah
di Sumatera Barat masih jauh dari target renstra nasional, untuk
daerah perkotaan dan perdesaan belum mencapai 20 persen
(19,62 persen). Pendidikan pra sekolah paling tinggi berada di
kelompok umur 5-6 tahun, mencapai sekitar 60 persen untuk
daerah perkotaan dan hampir 50 persen untuk daerah
perdesaan.
3.4 Partisipasi Sekolah
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk peningkatan
Sumber Daya Manusia. Memanfaatkan fasilitas pendidikan
terbuka untuk semua penduduk, tidak hanya pada kelompok
penduduk usia sekolah saja. Untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat
dari penduduk menurut kategori partisipasi sekolah. Berdasarkan
partisipasi sekolah, penduduk dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu: tidak/belum pernah sekolah, masih bersekolah, dan tidak
bersekolah lagi. Masih sekolah adalah mereka yang terdaftar
dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan
formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
17
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
menengah yaitu SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT)
maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, Paket B
setara SMP dan Paket C setara SMA) yang berada di bawah
pengawasan Kemdikbud, Kementerian Agama (Kemenag),
Instansi Negeri lain maupun Instansi swasta.
Tabel 3.4 Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, di Sumatera Barat 2014
Sumber: Susenas 2014
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa persentase penduduk usia 5
tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 5,67
persen, penduduk yang masih sekolah sebesar 29,89 persen dan
penduduk yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 64,44
Tipe Daerah/Jenis
Kelamin
Partisipasi Sekolah Formal dan Non Formal
Jumlah Tidak/belum
pernah bersekolah
Masih
Bersekolah
Tidak Bersekolah
Lagi
(1) (2) (3) (4) (5)
Perkotaan
Laki-Laki 4,65 31,43 63,92 100,00
Perempuan 4,61 31,59 63,80 100,00
Laki-Laki + Perempuan 4,63 31,51 63,86 100,00
Perdesaan
Laki-Laki 5,41 28,93 65,66 100,00
Perempuan 7,25 28,77 63,98 100,00
Laki-Laki + Perempuan 6,34 28,85 64,81 100,00
Perkotaan + Perdesaan
Laki-Laki 5,11 29,91 64,98 100,00
Perempuan 6,22 29,87 63,91 100,00
Laki-Laki + Perempuan 5,67 29,89 64,44 100,00
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
18
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat penduduk
usia 5 tahun ke atas yang belum/tidak menikmati pendidikan.
Menurut daerah tempat tinggal, persentase penduduk usia 5
tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah di perdesaan
(6,34 persen) lebih tinggi daripada penduduk perkotaan (4,63
persen). Hal ini disebabkan akses pendidikan penduduk
perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan penduduk
perdesaan, dan ketersedian fasilitas pendidikan di daerah
perkotaan lebih lengkap dan lebih memadai dibandingkan daerah
perdesaan.
Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang masih sekolah di
daerah perkotaan (31,51 %) relatif sedikit lebih tinggi
dibandingkan daerah perdesaan (28,85 %). Sedangkan
persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang tidak bersekolah
lagi di perkotaan (63,86 %) lebih rendah dibandingkan penduduk
di perdesaan (64,81 %).
Faktor jenis kelamin juga berpengaruh terhadap akses
masyarakat pada pendidikan. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa
persentase penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas yang
tidak/belum pernah sekolah (6,22%) lebih tinggi
dibandingkan penduduk laki-laki (5,11 %). Kesenjangan terhadap
akses pendidikan antar jenis kelamin cenderung terjadi di daerah
perdesaan. Di daerah perkotaan, persentase penduduk
perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar
4,61 persen relatif sama dengan penduduk laki-laki sebesar 4,65
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
19
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
persen. Di daerah perdesaan, persentase penduduk perempuan
yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 7,25 persen dan laki-
laki sebesar 5,41 persen.
3.5 Angka Partisipasi Sekolah
Angka partisipasi sekolah (APS) merupakan persentase
penduduk yang bersekolah menurut kelompok umur tertentu.
APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap
penduduk usia sekolah. APS yang tinggi menunjukkan tingginya
partisipasi sekolah dari penduduk usia tertentu. Ukuran yang
banyak digunakan di sektor pendidikan, misalnya pertumbuhan
jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang
mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Naiknya jumlah
murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya
partisipasi sekolah.
Partisipasi sekolah yang akan dibahas adalah partisipasi sekolah
berkaitan dengan aktivitas pendidikan formal dan nonformal
seseorang. APS merupakan indikator dasar yang digunakan
untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk
usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat
struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah.
Gambar 3.5 memperlihatkan perkembangan APS menurut
kelompok umur dan jenis kelamin di Sumatera Barat tahun 2014.
Berdasarkan kelompok umurnya, APS pada kelompok umur 7-12
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
20
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
tahun jauh lebih tinggi dibandingkan pada kelompok umur
lanjutan (kelompok umur 13-15 tahun dan kelompok umur 16-18
tahun). Sejalan dengan itu semakin tinggi pendidikan semakin
rendah partisipasinya. Yang perlu diperhatikan apabila dilihat
menurut jenis kelamin untuk ketiga kelompok umur usia sekolah
ini, APS perempuan lebih tinggi dibandingkan APS laki-laki.
Gambar 3.5 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat, 2014
Lebih lanjut, Tabel 3.5.1 menyajikan APS menurut kelompok
umur dan status ekonomi rumah tangga. Pada tabel tersebut
terlihat bahwa APS anak usia sekolah akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan pendapatan rumah tangga.
APS kelompok usia 7-12 tahun dari rumah tangga dengan
golongan pendapatan tinggi sebesar 99,76 persen, sementara
yang berasal dari rumah tangga dengan golongan pengeluaran
Sarana dan Prasarana Pendidikan
7-12 13-15 16-18
Laki-Laki 99,26 93,69 75,73
Perempuan 99,29 98 88
0
20
40
60
80
100
120
An
gk
a P
art
isip
asi
Se
ko
lah
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
21
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
menengah dan rendah masing-masing sebesar 99,58 persen dan
98,91 persen. Pola yang sama terjadi untuk kelompok umur 13-
15 tahun dan16-18 tahun.
Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Tipe Daerah, Status Ekonomi Rumah Tangga Dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: Susenas 2014
Dilihat menurut tipe daerah, terdapat pola yang sama baik terlihat
di daerah perdesaan bahwa semakin meningkat pendapatan
rumah tangga maka semakin meningkat pula APS anak usia
sekolah, tetapi sedikit berbeda untuk daerah perkotaan. Pola
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tipe daerah / Status ekonomi
rumah tangga
Kelompok Umur
7-12 13-15 16-18
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 99,62 97,70 87,18
40 % terendah 98,96 96,27 85,18
40 % sedang 100,00 97,98 83,58
20 % tinggi 99,87 98,80 94,05
Perdesaan 99,07 94,74 78,38
40 % terendah 98,89 94,30 73,97
40 % sedang 99,27 95,35 81,84
20 % tinggi 99,56 94,84 84,46
Perkotaan dan perdesaan 99,27 95,84 81,97
40 % terendah 98,91 94,78 77,13
40 % sedang 99,58 96,45 82,56
20 % tinggi 99,76 97,17 90,76 http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
22
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
yang terlihat adalah justru terjadi penurunan APS pada golongan
pengeluaran tinggi dan kenaikan pada pengeluaran sedang. Pola
tersebut tampak pada kelompok umur sekolah 7 hingga 12 tahun
dan 13 hingga 15 tahun. Sementara untuk kelompok umur 16-18
tahun APS kelompok pengeluaran sedang paling rendah
dibandingkan dua kelompok pengeluaran lainnya.
3.6 Angka Partisipasi Kasar
APK mengindikasikan partisipasi sekolah penduduk sesuai
jenjang pendidikannya. APK SD merupakan persentase jumlah
penduduk yang sedang sekolah di SD terhadap jumlah penduduk
usia 7-12 tahun. Nilai APK bisa lebih dari 100 persen karena
populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan
tertentu mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang
pendidikan tersebut.
Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pendaftaran siswa usia dini,
pendaftaran siswa yang telat bersekolah, atau pengulangan
kelas. Secara umum, APK digunakan untuk mengukur
keberhasilan program pembangunan pendidikan yang
diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi
penduduk untuk mengenyam pendidikan.
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
23
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Tabel 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: Susenas 2014
Pada Tabel 3.6 terlihat APK untuk SD secara keseluruhan, baik
laki-laki maupun perempuan, daerah perkotaan maupun
perdesaan, nilainya lebih dari 100 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa murid SD selain mencakup anak yang berusia 7-12 tahun
juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan juga
lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyak
anak yang terlambat masuk SD atau sebaliknya sangat dini
(belum cukup umur) untuk bersekolah SD, atau masih ada murid
SD yang tinggal kelas.
APK menurut jenis kelamin memperlihatkan perbedaan. Pada
jenjang pendidikan SD/sederajat, APK laki-laki (111,38 %) lebih
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tipe Daerah/Jenis Kelamin APK
SD SMP SMA
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Laki-Laki 109,31 88,78 84,27
Perempuan 108,42 98,42 88,47
Laki-Laki + Perempuan 108,97 93,64 86,48
Perdesaan
Laki-Laki 112,49 80,60 71,15
Perempuan 111,50 88,96 81,57
Laki-Laki + Perempuan 112,01 84,75 76,32
Perkotaan + Perdesaan
Laki-Laki 111,38 88,86 76,31
Perempuan 110,36 92,50 84,48
Laki-Laki + Perempuan 110,89 88,05 80,46
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
24
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
besar dari pada APK perempuan (110,36 %). Sementara pada
jenjang yang lebih tinggi, APK perempuan lebih besar dari pada
laki-laki. APK SMP/sederajat perempuan sebesar 92,50 persen,
laki-laki sebesar 88,86 persen dan APK SMA/sederajat
perempuan sebesar 84,48 persen, laki-laki sebesar 76,31 persen.
Secara umum, APK di daerah perkotaan lebih tinggi daripada
daerah perdesaan, kecuali pada jenjang SD/sederajat.
Kesenjangan APK tersebut semakin besar seiring meningkatnya
jenjang pendidikan. Di daerah perkotaan, APK SMP/sederajat
sebesar 93,64 persen, dan APK SMA/sederajat sebesar 86,48
persen. Untuk daerah perdesaan, APK SMP/sederajat sebesar
84,75 persen dan APK SMA/sederajat sebesar 76,32 persen.
Sementara itu pada jenjang SD/sederajat, APK daerah
perdesaan (112,01 %) lebih tinggi daripada daerah perkotaan
(108,97 %).
Hal ini memperlihatkan bahwa proporsi murid SD di perdesaan
yang berusia kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun lebih
besar daripada di perkotaan. Ini menunjukkan sistem pendidikan
SD/sederajat di perkotaan lebih tertib dalam mengatur batas usia
penerimaan murid.
3.7. Angka Partisipasi Murni
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi penduduk
kelompok usia sekolah tertentu yang masih bersekolah pada
jenjang pendidikan yang sesuai dengan kelompok usianya
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
25
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
terhadap jumlah penduduk pada kelompok usia sekolah tersebut.
APM berfungsi untuk menunjukkan partisipasi pendidikan
penduduk pada tingkat pendidikan tertentu yang sesuai dengan
usianya, atau melihat penduduk usia sekolah yang dapat
bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat
bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai 100 persen.
Sebagai gambaran APM SD/MI adalah proporsi jumlah murid SD/
sederajat yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh
penduduk usia 7-12 tahun. Secara umum, APM akan selalu lebih
rendah dari APK karena APK memperhitungkan jumlah penduduk
di luar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan.
Tabel 3.7 Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tipe Daerah, Jenis
Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: Susenas 2014
Tipe Daerah/Jenis Kelamin
Angka Partisipasi Murni
SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan Laki-Laki 98,19 78,25 68,86
Perempuan 97,68 86,48 76,75
Laki-Laki + Perempuan 97,94 82,39 73,01
Perdesaan
Laki-Laki 97,89 66,33 55,13
Perempuan 97,92 76,96 69,07
Laki-Laki + Perempuan 97,90 71,61 62,05
Perkotaan + Perdesaan
Laki-Laki 98,00 70,72 60,53
Perempuan 97,83 80,53 72,31
Laki-Laki + Perempuan 97,92 75,61 66,52
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
26
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Tabel 3.7 menunjukkan APM berdasarkan tipe daerah, secara
umum APM di daerah perkotaan lebih tinggi daripada daerah
perdesaan. Di daerah perkotaan, APM SMP/sederajat sebesar
82,39 persen, dan APM SMA/sederajat sebesar 73,01 persen.
Untuk daerah perdesaan, APM SMP/sederajat sebesar 71,61
persen dan APM SMA/sederajat sebesar 62,05 persen.
Sementara itu pada jenjang SD/sederajat, APM daerah perkotaan
relatif sama dengan APM daerah perdesaan yaitu berturut-turut
97,94 persen dan 97,90 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, tampak perbedaan antara APM laki-
laki dengan APM perempuan. APM perempuan lebih besar
daripada APM laki-laki pada semua jenjang. Fakta tersebut
menunjukkan bahwa secara umum kesenjangan gender di bidang
pendidikan khususnya di Sumatera Barat bukan lagi karena
perempuan tidak diberi kesempatan namun lebih kepilihan baik
oleh perempuan maupun laki-laki.
Sarana dan Prasarana Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
27
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Hasil Pembangunan Pendidikan
HASIL PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
Pembangunan pendidikan menempati peran sangat strategis
dalam keseluruhan upaya membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sasaran pembangunan pendidikan diarahkan untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan
meningkatnya mutu pendidikan. Keseriusan pemerintah dalam
memperbaiki akses bidang pendidikan dan kualitas pendidikan
salah satunya melalui peningkatan anggaran pendidikan hingga
20 persen dari APBN.
Untuk melihat hasil pembangunan pendidikan dapat dilihat
melalui beberapa indikator seperti angka melek huruf, rata-rata
lama sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan alasan
tidak/belum pernah sekolah/tidak sekolah lagi.
4.1 Angka Melek Huruf
Melek huruf atau melek aksara adalah kemampuan seseorang
untuk membaca dan menulis. Kemampuan membaca sangat
penting untuk pemeliharaan dan pengembangan kehidupan
suatu masyarakat. Dalam dunia pendidikan, kegiatan membaca
dapat dipandang sebagai jantungnya pendidikan. Melalui
kegiatan membaca, setiap orang dapat mengikuti perkembangan
baru yang terjadi dalam kehidupan. Di dunia internasional salah
4
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
28
Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014
Hasil Pembangunan Pendidikan
satu aspek penentu tingkat pembangunan suatu bangsa diukur
dari tingkat keaksaraan penduduknya.
Pemerintah Indonesia sangat serius dalam hal pemberantasan
buta huruf. Ini terlihat dengan dikeluarkannya Inpres RI No. 5
Tahun 2006 tentang Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun
dan Pemberantasan Buta Aksara. Berbagai program yang telah
dilaksanakan dalam pemberantasan buta aksara diantaranya
adalah kursus A-B-C, Program Pemberantasan Buta Huruf
Fungsional, Kejar Paket A, dan program Keaksaraan Fungsional
(KF) yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 1995 (Statistik
Pendidikan, 2012).
Tabel 4.1 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Melek Huruf
menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: Susenas 2014
Tipe Daerah/Jenis Kelamin Kelompok Umur (tahun)
10-14 15-24 25-44 45+ 10 + 15 +
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Perkotaan Laki-Laki 99,60 100,00 99,68 99,51 99,69 99,71
Perempuan 99,70 100,00 99,84 98,65 99,50 99,47
Laki-Laki + Perempuan 99,65 100,00 99,76 99,05 99,59 99,59
Perdesaan
Laki-Laki 98,24 99,85 99,52 96,07 98,41 98,44
Perempuan 99,50 99,98 98,70 93,28 97,29 96,95
Laki-Laki + Perempuan 98,85 99,91 99,11 94,58 97,84 97,68
Perkotaan + Perdesaan Laki-Laki 98,76 99,91 99,59 97,38 98,92 98,94
Perempuan 99,57 99,99 99,15 95,31 98,16 97,95
Laki-Laki + Perempuan 99,16 99,95 99,37 96,27 98,53 98,44
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
29
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Hasil Pembangunan Pendidikan
Kondisi keaksaraan di Sumatera Barat ditunjukkan pada Tabel
4.1 yang menyajikan persentase penduduk melek huruf yang
berumur 10 tahun ke atas menurut tipe daerah, jenis kelamin dan
kelompok umur berdasarkan hasil Susenas 2014. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas
yang melek huruf sebesar 98,53 persen, sedangkan untuk yang
berumur 15 tahun ke atas sebesar 98,44 persen. Ini menunjukkan
proporsi penduduk muda dibandingkan yang lebih tua tidak terlalu
berbeda. Terlihat persentase penduduk usia 45 tahun ke atas
cukup baik yaitu di atas 90 persen (98,44 %).
Dilihat menurut tipe daerah, persentase penduduk melek huruf
umur 10 tahun ke atas di daerah perdesaan sebesar 97,84
persen, lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan sebesar
99,59 persen. Kondisi yang sama terjadi pada kelompok umur
lainnya terlihat persentase penduduk yang melek huruf di
perdesaan lebih rendah dibandingkan di perkotaan. Hal ini
disebabkan di daerah perkotaan lebih banyak tersedia fasilitas
pendidikan dibandingkan daerah perdesaan.
4.2 Rata - Rata Lama Sekolah
Salah satu indikator untuk menggambarkan tingkat pendidikan
masyarakat adalah rata-rata lama sekolah penduduk umur 15
tahun ke atas. Rata-rata lama sekolah penduduk 15 tahun ke
atas merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara
keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling)
merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
30
Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014
efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun
efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh
seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan,
misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun
dan seterusnya. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa
memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih
cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan.
Rata-rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang
diformulasikan oleh United Nations Development Programs
(UNDP) pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan Renstra Kemdikbud
tahun 2009-2014, disebutkan bahwa salah satu sasaran
pencapaian pembangunan pendidikan adalah rata-rata lama
sekolah sekurang-kurangnya 8,25 tahun dapat dicapai pada
tahun 2014 (Statistik Pendidikan, 2012)
Gambar 4.2 Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014
Hasil Pembangunan Pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki+Perempuan
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
10,18
7,64 8,66
10,26
7,51 8,60
10,22
7,57 8,63
Rat
a-R
ata
Lam
a Se
kola
h (
Tah
un
)
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
31
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah
penduduk umur 15 tahun ke atas pada tahun 2014 mencapai 8,63
tahun. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pendidikan
penduduk umur 15 tahun ke atas baru mencapai jenjang
pendidikan kelas 2 SMP (kelas VIII) atau putus sekolah di kelas 3
SMP (Kelas IX).
Gambar 4.2 juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti
antara rata-rata lama sekolah yang dicapai antara penduduk laki-
laki dengan penduduk perempuan (relative sama 8,6 tahun).
Kondisi ini menunjukkan secara umum isu gender bukanlah men-
jadi isu kesenjangan.
Rata-rata lama sekolah penduduk di perkotaan sebesar 10,22
tahun dan di perdesaan sebesar 7,57 tahun. Hal ini berarti secara
rata-rata penduduk berumur 15 tahun ke atas di daerah perkotaan
telah menuntaskan program wajib belajar 9 tahun atau tamat SMP
(kelas IX) bahkan lebih, sedangkan di perdesaan secara rata-rata
baru menamatkan pendidikan dasar (kelas 6 SD).
4.3 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari tingkat
pendidikan yang ditamatkan, semakin banyak penduduk yang
berpendidikan menunjukkan keadaan kualitas penduduk yang
semakin baik. Selain itu, tingginya tingkat pendidikan yang dapat
dicapai dapat mencerminkan taraf intelektualitas suatu
masyarakat.
Hasil Pembangunan Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
32
Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014
Gambaran kualitas Sumber Daya Masyarakat (SDM) Sumatera
Barat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan disajikan pada
Gambar 4.3.1 dan Gambar 4.3.2 berturut-turut menurut daerah
tempat tinggal dan menurut jenis kelamin.
Gambar 4.3.1 Persentase Peduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Tipe Daerah dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Sumatera Barat Tahun 2014
Dari Gambar 4.3.1 tersebut terlihat bahwa persentase tertinggi
adalah penduduk yang tamat SMA/sederajat sebesar 27,57
persen, diikuti tamat SD/sederajat sebesar 22,26 persen, dan
tamat SMP/sederajat sebesar 20,97 persen. Sedangkan
persentase penduduk yang tamat PT sebesar 8,65 persen.
Disamping itu masih terdapat sebesar 2,12 persen penduduk 15
tahun ke atas yang belum pernah mengenyam pendidikan dan
sebesar 18,42 persen pernah bersekolah di SD/sederajat namun
Hasil Pembangunan Pendidikan
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Perkotaan Perdesaan Kota+Desa
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e(
%)
tidak/belum pernah bersekolah tidak / belum tamat sd
SD SMP
SMA PT
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
33
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
tidak tamat.
Tingkat pendidikan penduduk perkotaan lebih tinggi dibandingkan
penduduk perdesaan. Persentase penduduk di perkotaan yang
menamatkan jenjang pendidikan SMP/sederajat ke atas (SMP/
sederajat, SMA/sederajat, dan PT) sebesar 72,95 persen, hampir
1 1/2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan perdesaan sebesar 46,76
persen. Sedangkan persentase penduduk yang belum
mengenyam pendidikan di perdesaan (2,78 %) lebih tinggi
dibandingkan di perkotaan (1,14%).
Berikutnya dari Gambar 4.3.2 menggambarkan persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kelamin dan
jenjang pendidikan yang ditamatkan.
Gambar 4.3.2 Persentase Peduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis
Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Dita-matkan di Sumatera Barat Tahun 2014
Hasil Pembangunan Pendidikan
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
tidak/belum pernah bersekolah
tidak / belum tamat sd
SD
SMP
SMA
PT
Persentase (%)
Laki-Laki+Perempuan Perempuan Laki-Laki
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
34
Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014
Jika dilihat menurut jenis kelamin, persentase perempuan yang
belum pernah mengenyam pendidikan sebesar 2,94 persen, dua
kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 1,28 persen.
Namun persentase perempuan yang menamatkan pendidikan
SMP/sederajat ke atas sebesar 56,86 persen hampir sebanding
dengan laki-laki sebesar 57,55 persen. Kondisi ini menunjukkan
bahwa baik perempuan dan laki-laki relatif memiliki kemampuan
yang sama dalam pencapaian pendidikan lanjutan.
4.4 Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak
Bersekolah Lagi Pendidikan belum dapat dinikmati oleh seluruh anak Indonesia
hal ini dapat dilihat dari masih adanya anak-anak yang tidak/
belum pernah sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan
oleh banyak faktor. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya
antara lain karena tidak ada biaya, bekerja, menikah/mengurus
rumah tangga, merasa pendidikan cukup, malu karena ekonomi,
sekolah jauh, cacat, menunggu pengumuman, tidak diterima, dan
lain-lain.
Hasil Pembangunan Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
35
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 7-18 Tahun Yang Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi Menurut Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin di Sumatera Barat Tahun 2014
Sumber: Susenas 2014
Tabel 4.4 menyajikan berbagai alasan yang menyebabkan anak
umur 7-18 tahun tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah
lagi. Pada tabel tersebut terlihat bahwa masalah ekonomi menjadi
penyebab utama anak tidak dapat menikmati pendidikan. Alasan
karena tidak ada biaya dan bekerja umumnya berkaitan erat
dengan faktor ekonomi (kemiskinan atau kemampuan ekonomi
orang tua). Sebesar 34,05 persen dari penduduk berumur 7-18
Alasan Tidak/Belum Pernah
Bersekolah
Tipe Daerah/Jenis Kelamin
Perkotaan Perdesaan Perkotaan +Perdesaan
Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Tidak ada biaya 33,43 31,97 33,00 28,99 44,99 34,43 30,22 41,88 34,05
Bekerja/mencari nafkah
9,59 13,43 10,73 10,22 3,34 7,88 10,05 5,75 8,64
Menikah/mengurus rumah tangga
0,00 2,80 0,83 0,00 7,39 2,51 0,00 6,29 2,07
Merasa pendidi-kan cukup
0,59 0,56 0,58 5,14 3,97 4,74 3,87 3,15 3,63
Malu karena ekonomi
2,59 0,00 1,82 0,37 0,00 0,24 0,99 0,00 0,66
Sekolah jauh 0,00 0,00 0,00 3,82 1,08 2,89 2,76 0,82 2,12
Cacat 3,06 10,42 5,23 6,65 5,16 6,14 5,65 6,42 5,90
Menunggu pengumuman
6,41 8,57 7,05 1,21 2,90 1,79 2,66 4,26 3,19
Tidak diterima 2,18 1,06 1,85 1,53 0,96 1,34 1,71 0,98 1,48
Lainnya 42,15 31,18 38,91 42,07 30,21 38,04 42,09 30,44 38,27
Hasil Pembangunan Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
36
Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Sumatera Barat 2014
tahun menyatakan tidak/belum pernah sekolah/tidak bersekolah
lagi karena tidak ada biaya dan sebesar 8,64 persen dengan
alasan bekerja/mencari nafkah. Kenyataan ini sangat
memprihatinkan karena Pemerintah telah meluncurkan program
bantuan operasional sekolah (BOS) yang pada dasarnya
bertujuan untuk meringankan beban semua siswa dan
membebaskan siswa miskin dari kewajiban membayar uang
sekolah.
Kenyataan ini, mencerminkan bahwa program sekolah gratis
untuk tingkat pendidikan dasar ternyata belum sepenuhnya
terealisasi dan dinikmati oleh masyarakat luas. Selain itu,
keluarga miskin masih menghadapi kesulitan untuk memenuhi
biaya pendidikan seperti biaya transportasi, buku, dan seragam
sekolah.
Masih terdapat 2,12 persen anak yang tidak/belum pernah
sekolah/tidak sekolah lagi karena sekolah jauh. Kondisi ini
menunjukkan belum meratanya fasilitas sekolah yang dapat
diakses oleh penduduk. Selain itu, kondisi ini kemungkinan terkait
dengan kondisi geografis suatu daerah menyebabkan akses sulit
(seperti daerah perbukitan, wilayah pedalaman, dan kepulauan).
Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa alasan anak yang
tidak bersekolah dibedakan menurut jenis kelamin. Untuk alasan
tidak ada biaya, persentase laki-laki lebih rendah dibandingkan
dengan persentase perempuan, berturut-turut 30,22 persen dan
Hasil Pembangunan Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
37
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
41,88 persen. Untuk alasan bekerja/mencari nafkah, persentase
laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 10,05 persen
dan 5,75 persen. Sementara untuk alasan menikah/mengurus
rumah tangga didominasi oleh perempuan sebesar 6,29 persen.
Hasil Pembangunan Pendidikan
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
39
Profil Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2014
PENUTUP
Beberapa catatan penting yang dapat digunakan sebagai
bahan/referensi bagi penentu kebijakan di Provinsi Sumatera Barat
guna penyusunan rencana pembangunan bidang pendidikan ke depan,
yaitu:
1. Partisipasi sekolah anak usia dini (3-6 tahun) baru mencapai
32,65 persen. Mengingat betapa pentingnya upaya peningkatan
kualitas manusia sejak usia dini, maka program ini perlu dipacu.
2. Angka partisipasi sekolah, baik APS maupun APM di ketiga
jenjang pendidikan (SD, SMP dan SMA) di Provinsi Sumatera
Barat, ada tendensi bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan,
makin kecil angka partisipasinya. Kesenjangan yang terjadi
sebagai akibat rendahnya tingkat partisipasi pendidikan di
daerah perdesaan. Selain itu diduga masih ada diskriminasi
gender, laki-laki masih dipandang sebagai figur utama pada
program pendidikan 7 hingga 18 tahun.
3. Hingga tahun 2014 masih terdapat 1,56 persen penduduk usia
15 tahun ke atas yang masih buta huruf di Sumatera Barat.
Sebagian besar penduduk buta huruf terdapat di daerah
perdesaan.
4. Rata-rata lama sekolah yang dicapai oleh penduduk usia 15
tahun ke atas di Sumatera Barat pada tahun 2014 sebesar 8,63
tahun. Hal ini disebabkan oleh capaian rata-rata lama sekolah di
daerah perdesaan yang cukup rendah yaitu 7,57 tahun.
5. Sebagian besar alasan berhenti sekolah adalah keterbatasan
biaya sekolah (34,05 %).
5 Penutup
http
://sum
bar.b
ps.g
o.id
top related