bulelengkab.bps.go...melakukan kajian berkelanjutan terhadap capaian tingkat kesejahteraan rakyat yang terjadi di masyarakat. Ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diamati
Post on 15-Feb-2020
5 Views
Preview:
Transcript
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT
KABUPATEN BULELENG 2013
(Hasil Susenas dan Sakernas 2012)
ISBN : 979 473 490 5
Nomor Publikasi : 51082. 1001
Katalog BPS : 4101003.5108
Ukuran Buku : 21 x 16 cm
Jumlah Halaman : 83 + ix halaman
Naskah :
Seksi Statistik Sosial
BPS Kabupaten Buleleng
Gambar Kulit :
Seksi IPDS
BPS Kabupaten Buleleng
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Buleleng
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) ii
KATA PENGANTAR
Publikasi “Profil Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Buleleng 2013” ini
menyajikan berbagai indikator sosial seperti; indikator kependudukan, kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi, dan perumahan. Kesemua indikator tersebut
sangat diperlukan penyajiannya untuk mengetahu seberapa jauh manfaat pembangunan
yang telah dilaksanakan pemerintah telah dapat memajukan tingkat kesejahteraan
penduduk di Kabupaten Buleleng.
Sumber data yang disajikan dalam publikasi ini bersumber dari hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)
yang setiap tahun dilaksanakan oleh pemerintah melalui Badan Pusat Statistik. Pada
penerbitan kali ini, kami sajikan beberapa indikator sosial dan dikemas kedalam tabel-
tabel disertai ulasan singkat, sederhana dan beberapa ilustrasi yang kami sajikan dalam
gambar/grafik, sehingga mudah disimak/dipahami oleh semua kalangan; masyarakat luas,
pelajar/mahasiswa, pelaku usaha dan para eksekutif.
Kepada semua konsumen/pemerhati, dan semua pihak yang telah merelakan
waktu, tenaga, saran dan kritiknya untuk penyempurnaan publikasi ini, kami
menyampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga bermanfaat.
Singaraja, September 2013
Kepala BPS Kabupaten Buleleng
I GEDE NYOMAN SUBADRI
NIP. 19650422 198603 1 003
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) iii
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………….…………………. ii
Peta Wilayah …………………………………………………………………… iii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iv
Daftar Tabel …………………………………………………………………….. v
Daftar Gambar …………………………………………………………………... ix
Bab I Pendahuluan
I.1. Umum ………………………………………………………… 1
I.2. Sistematika Penyajian ………………………………………… 2
Bab II Metode Survey
II.1. Ruang Lingkup ……………………………………………….. 3
II.2. Kerangka Sampel …………………………..…………….…... 3
II.3. Rancangan Sampel …………………………………..………. 4
II.4. Metode Pengumpulan Data …………………………..……… 4
II.5. Pengolahan Data …………………………………………...... 4
II.6. Konsep dan Definisi …………………………………….…... 5
Bab III Ulasan Singkat
III.1 Kependudukan ……………………………………………….. 14
III.2 Kesehatan …………………………………………………….. 21
III.3 Pendidikan …………………………………………..….……. 35
III.4 Ketenagakerjaan .......................................................................... 44
III.5 Fertilitas dan Keluarga Berencana …………………………… 52
III.6 Perumahan dan Pemukiman …………………………………. 62
III.7 Distribusi Pendapatan dan Pola Konsumsi ..…………………... 78
Bab IV Simpulan ............................................................................................... 82
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) v
DAFTAR TABEL
1. KEPENDUDUKAN
3.1.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 ........................……….….… 17
3.1.2. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Usia Anak-Anak,
Produktif dan Lanjut Usia, Kabupaten Buleleng, 2012 ………...…. 18
3.1.3. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Khusus
Kabupaten Buleleng, 2012 …………………..…………………… 19
3.1.4. Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas di Menurut Status
Perkawinan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 ……. 20
2. KESEHATAN
3.2.1. Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan, menurut Jenis
Keluhan, Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2012 ………………... 26
3.2.2. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan
Menurut Cara Pengobatan, dan Jenis kelamin Kab. Buleleng, 2012
……………………………………………………………………... 27
3.2.3. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng 2012 …………………… 28
3.2.4. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Fasilitas
Pengobatan dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 …….. 29
3.2.5. Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan dan Terganggu
Kegiatannya, Menurut Jumlah Hari Sakit, dan Jenis Kelamin,
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………………….. 30
3.2.6. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 ………….……….………… 31
3.2.7. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Buleleng 2012 ………………………..……. 32
3.2.8. Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 …………………………….. 33
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) vi
3.2.9. Persentase Balita Menurut Pemberian Imunisasi dan Jenis Kelamin
Kabupaten Buleleng, 2012 ………………………………………… 34
3. PENDIDIKAN
3.3.1. Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur, Kemampuan
Membaca dan Menulis, dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng
2012 ……………………………………………………………….. 40
3.3.2. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis
Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012 ............................................... 41
3.3.3. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Ijasah
Tertinggi yang Dimiliki dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng
Tahun 2012 ………………………………………………..…........ 42
3.3.4. Persentase Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut Tipe Daerah,
Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
.......................................................................................................... 43
4. KETENAGAKERJAAN
3.4.1. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
Seminggu yang Lalu di Kabupaten Buleleng, 2012 .......................... 47
3.4.2. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekerjaan Utama Seminggu yang Lalu di Kabupaten
Buleleng, 2012 ................................................................................... 48
3.4.3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang termasuk Angkatan
Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………………..…. 49
3.4.4. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang bekerja di Kabupaten
Buleleng Menurut Status Pekerjaan Utama Seminggu yang Lalu,
2012 .................................................................................................. 50
3.4.5. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
Jumlah Jam Kerja di Kabupaten Buleleng, 2012 ............................. 51
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) vii
5. FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
3.5.1. Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Umur Perkawinan Pertama, Kabupaten Buleleng, 2012
……………………………………………………….………… 55
3.5.2 Persentase Penduduk Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin
Menurut Pernah/Sedang Pakai Alat KB, Di Kabupaten Buleleng,
2012 ……………………………………………………………. 56
3.5.2 Persentase Penduduk Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin
Menurut Alat/Cara KB yang sedang digunakan, Di Kabupaten
Buleleng, 2012 ………………………………………………….. 57
3.5.1 Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup, Di Kabupaten
Buleleng, 2012 ………………………………………….………… 58
3.5.2 Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak Masih Hidup, Di Kabupaten Buleleng, 2012
………………………………………………………..…………… 59
3.5.3 Persentase Penduduk Wanita 10 Tahun ke atas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak yang Sudah Meninggal, Di Kabupaten
Buleleng, 2012 …………………………………………………….. 60
3.5.4 Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup Per Wanita Usia 15-49 Tahun
yang Pernah Kawin Di Kabupaten Buleleng, 2012 ………………. 61
6. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
3.6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan Bangunan
Tempat Tinggal, Di Kabupaten Buleleng, 2012 …………..………. 66
3.6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………….………. 67
3.6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ………………………………………… 68
3.6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………..…………. 69
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) viii
3.6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terluas, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………….……….. 70
3.6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ………………………………………… 71
3.6.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ………………….…………..……….. 72
3.6.8 Persentase Rumah Tangga yang Sumber Air Minumnya dari
Pompa, Sumur dan Mata Air Jaraknya ke Penampungan Tinja
Terdekat, Di Kabupaten Buleleng, 2012 …………………………. 73
3.6.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air
Besar, Di Kabupaten Buleleng, 2012 ……………….…………… 74
3.6.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset yang Dipakai, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ………………….…………………… 75
3.6.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja, Di
Kabupaten Buleleng, 2012 ……………………………………….. 76
3.6.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar / Energi Utama
Untuk Memasak, Di Kabupaten Buleleng, 2012................................. 77
7. KONSUMSI / PENGELUARAN
3.7.1 Gini Ratio dan Distribusi Pendapatan Penduduk Kabupaten
Buleleng, 2012 …………………………………………………… 81
3.7.2 Persentase Penduduk Menurut Golongan dan Pengeluaran Per
Kapita Sebulan, Kabupaten Buleleng 2012 ……………………... 82
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( Hasil Susenas dan Sakernas 2012) ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida Penduduk Kabupaten Buleleng, 2012 ......................................... 16
Gambar 2. Penolong Persalinan Balita di Kab Buleleng, 2012 .......................…......... 23
Gambar 3. APS Usia 7 – 18 Tahun di Kabupaten Buleleng, 2012 ....................……… 36
Gambar 4. Daya Serap Tenaga Kerja di Kabupaten Buleleng, 2011-2012 .................. 45
Gambar 5. Penggunaan Alat Kontrasepsi KB di Kabupaten Buleleng, 2012 .............. 53
Gambar 6. Bahan Bakar Utama Untuk Memasak di Kabupaten Buleleng, 2012 ........ 64
Gambar 7. Perbandingan Konsumsi Makanan dan Non Makanan
di Kabupaten Buleleng, 2012 .………………………………..………….... 79
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Umum
Buleleng sebagai salah satu dari sembilan daerah tingkat II di Bali, merupakan
kabupaten tertua terletak di belahan utara pulau Bali. Sebagai salah satu daerah tingkat
II tertua di Bali, Buleleng telah melaksanakan berbagai program pembangunan baik di
bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, ekonomi, perumahan, lingkungan
hidup, keamanan, politik dan lain sebagainya. Pelaksanaan pembangunan di berbagai
lini sosial tersebut segalanya diarahkan demi terciptanya masyarakat yang adil,
makmur sejahtera, merata material dan spiritual.
Membangun masyarakat sejahtera bukanlah sesuatu yang mudah, terlebih
dengan adanya keberagaman dan perbedaan karakteristik masyarakat seperti budaya,
adat istiadat, sumber daya alam dan manusia, luas wilayah, serta berbagai perbedaan-
perbedaan karakteristik lainnya, semua itu diakui sebagai kendala-kendala yang pelik
dan rumit karena terkadang dikala kendala yang satu dapat diselesaikan justru menjadi
masalah baru pada kendala lainnya. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam
menentukan atau menyusun berbagai kebijakan pembangunan yang akan dilaksa-
nakan. Monitoring dan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan merupakan langkah
yang harus dilkukan disamping melakukan analisis dampak, tendensi, dan implikasi
yang mungkin akan terjadi di masa depan. Hasil dari upaya tersebut kemudian
dijadikan rumusan sebagai dasar perencanaan pembangunan ke depan.
Salah satu metode evaluasi dan monitoring pembangunan adalah dengan
melakukan kajian berkelanjutan terhadap capaian tingkat kesejahteraan rakyat yang
terjadi di masyarakat. Ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diamati melalui
beberapa indikator sosial, ekonomi dan beberapa indikator lain seperti indikator
keluaran (out-put) pembangunan. Dan salah satu sumber informasi ke arah sana dapat
diperoleh melalui data sosial yang dihasilkan dari Survey Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan oleh
BPS setiap tahun.
Susenas mengumpulkan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi
masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh berbagai indikator pencapaian
kesejahteraan rakyat. Indikator kesejahteraan rakyat yang dihasilkan dari Susenas di
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 2
bidang pendidikan smeliputi; angka partisipasi sekolah, angka melek huruf, angka
putus sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, status perkawinan, dan alasan
berhenti/tidak melanjutkan sekolah. Di bidang kesehatan dapat diperoleh informasi
mengenai; angka morbiditas, pemanfaatan fasilitas kesehatan, pemberian ASI,
imunisasi, penolong persalinan, fertilitas dan keluarga berencana. Di bidang ekonomi,
dapat digali informasi mengenai distribusi pendapatan, pola konsumsi rumah tangga
dan rata-rata pengeluaran penduduk perkapita. Sementara dari hasil Sakernas dapat
diperoleh berbagai informasi ketenagakerjaan seperti; lapangan dan status pekerjaan
penduduk, pengangguran dan pekerja berdasarkan tingkat pendidikan..
Masih banyak indikator-indikator lainnya yang dihasilkan dari Susenas dan
Sakernas, namun karena keterbatasan tempat, tidak semua indikator tersebut dapat
dipublikasikan. Indikator-indikator khusus yang tidak disajikan dalam publikasi ini
dapat diakses atau diperoleh melalui kemasan media komputer maupun mengolahnya
dari data mentah (raw data).
1.2. Sistematika Penyajian
Penyajian data/tabel dalam publikasi ini dikelompokkan menjadi tujuh bagian.
Bagian pertama merupakan masalah kependudukan termasuk jumlah penduduk, angka
beban tanggungan, kelompok umur dan status perkawinan. Bagian kedua menyajikan
mengenai kondisi kesehatan penduduk yang menyangkut keluhan kesehatan, penolong
kelahiran balita, pemberian ASI dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Dibagian ke tiga
ditampilkan kondisi pendidikan penduduk yang mencakup partisipasi sekolah, status
pendidikan, tingkat pendidikan dan melek huruf. Dibagian keempat menyajikan
kondisi ketenagakerjaan yang mencakup angkatan kerja, lapangan pekerjaan
penduduk serta pengangguran. Fertilitas dan KB disajikan pada bagian ke lima.
Gambaran mengenai kondisi Perumahan penduduk disajikan pada bagian ke enam,
ditutup dengan data distribusi pendapatan dan pola konsumsi pada bagian terakhir.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 3
BAB II METODE SURVEY
2.1. Ruang Lingkup
Susenas dan Sakernas 2012 dilaksanakan diseluruh wilayah Republik Indonesia
termasuk di Kabupaten Buleleng, dengan jumlah sampel rumah tangga sebanyak 720
rumah tangga untuk susenas dan 480 sampel rumah tangga untuk Sakernas. Sampel-
sampel tersebut tersebar di seluruh kecamatan/desa/kelurahan.
Data yang dihasilkan dari sampel hanya representatif untuk disajikan sampai
pada tingkat kabupaten/kota dan dapat dibedakan menurut tipe daerah (perkotaan
dan pedesaan), namun belum bisa disajikan menurut kecamatan karena terbatasnya
sampel
Rumah tangga yang disurvei adalah rumah tangga biasa yang tinggal dalam blok
sensus biasa. Sementara rumah tangga khusus yang tinggal di blok sensus khusus dan
yang berada di blok sensus biasa tidak dipilih sebagai sampel. Data yang diperoleh
dari seluruh rumah tangga sampel dikumpulkan dengan menggunakan daftar
VSEN2012.K untuk Susenas dan SAK2012.AK untuk Sakernas.
2.2. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan untuk Susenas dan Sakernas 2012 terdiri dari
kerangka sampel untuk pemilihan kecamatan, kerangka sampel untuk pemilihan blok
sensus, dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga. Kerangka sampel untuk
pemilihan kecamatan di daerah pedesaan adalah daftar kecamatan dalam setiap
kabupaten/kota yang telah diurutkan menurut letak geografis.
Kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus di daerah perkotaan adalah daftar
blok sensus yang dibedakan menurut blok sensus yang terletak di kota besar, kota
sedang dan kota kecil di setiap kabupaten/kota. Untuk daerah pedesaan, pemilihan
blok sensus menggunakan daftar blok sensus yang terdapat dalam setiap kecamatan
terpilih.
Kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga adalah daftar rumah tangga
yang terdapat dalam frame SP2010.C1 dan terlebih dahulu dilakukan pemutakhiran
muatan dengan menggunakan daftar VSEN12.P (pemutakhiran) untuk kegiatan
susenas dan dengan daftar SAK12.P untuk kegiatan sakernas..
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 4
2.3. Rancangan Sampel
Rancangan sampel yang digunakan adalah rancangan sampel bertahap dua untuk
daerah perkotaan dan bertahap tiga untuk daerah pedesaan. Pemilihan sampel untuk
daerah perkotaan dan pedesaan dilakukan secara terpisah.
Pemilihan sampel untuk daerah perkotaan pada tahap pertama, dari kerangka
sampel blok sensus dipilih sejumlah blok sensus secara linier sistematik sampling.
Kemudian dari setiap blok sensus terpilih, dipilih sebanyak 10 rumah tangga juga
secara linier sistematik sampling, sedangkan untuk Sakernas minimal 10 rumahtangga
tergantung hasil SAK2012.P.
Pemilihan sampel untuk daerah pedesaan pada tahap pertama, dari kerangka
sampel kecamatan dipilih sejumlah kecamatan secara probability propotional to size,
dengan size banyaknya rumah tangga dalam kecamatan. Tahap kedua, dari setiap
kecamatan terpilih dipilih sejumlah blok sensus secara linier sistematik sampling.
Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih, dipilih sebanyak minimal 10 rumah
tangga juga secara linier sistematik sampling.
Pemilihan kecamatan dan blok sensus dilakukan di BPS RI sedangkan pemilihan
rumah tangga dilakukan di BPS kabupaten/kota berdasarkan hasil pemutakhiran dafatr
VSEN2012.P dan SAK2012.P pada setiap blok sensus.
2.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara tatap
muka antara pencacah dengan responden. Untuk pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner Susenas dan Sakernas 2012 yang ditujukan kepada individu diusahakan
agar individu yang bersangkutanlah yang menjadi responden. Keterangan tentang
rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga,
suami/istri kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui
tentang karakteristik yang ditanyakan.
2.5. Pengolahan Data
Pengolahan, mulai dari tahap perekaman data (data entry), pemeriksaan
konsistensi antar isian dalam kuesioner sampai dengan tahap tabulasi, sepenuhnya
dilakukan dengan menggunakan komputer.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 5
Sebelum tahap ini dimulai, terlebih dahulu dilakukan cek awal atas kelengkapan
isian daftar pertanyaan, penyuntingan (editing) terhadap isian yang tidak wajar,
termasuk hubungan keterkaitan (konsistensi) antar satu jawaban dengan jawaban yang
lainnya.
Proses perekaman data yang berasal dari Daftar VSEN 2012. K (kelompok kor)
dan VSEN2012.M1(kelompok modul) dilakukan di BPS kabupaten/kota dan
SAK2012.AK juga dilakukan di BPS kabupaten/kota.
2.6. Konsep dan Definisi
Untuk menghindari adanya salah persepsi dalam memahami data yang disajikan,
barikut ini disajikan beberapa konsep/definisi dan batasan yang digunakan dalam
Susenas dan Sakernas 2012 sebagai berikut :
2.6.1 Tipe Daerah
Untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan tertentu termasuk daerah
perkotaan atau pedesaan digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan)
yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel yakni
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses ke fasilitas umum.
2.6.2 Blok Sensus
Blok sensus merupakan daerah kerja dari seorang pencacah Susenas dan
Sakernas 2012. Ada tiga jenis blok sensus yaitu :
Blok Sensus Biasa adalah blok sensus yang sebagian besar muatannya berkisaran
antara 80-120 rumah tangga atau bangunan tempat tinggal atau bangunan bukan
tempat tinggal atau gabungan keduanya dan sudah jenuh.
Blok Sensus Khusus adalah bermuatan sekurang kurangnya 100 orang kecuali
Lembaga Pemasyarakatan, tempat-tempat yang bisa dijadikan blok sensus khusus
antara lain : asrama militer, daerah perumahan militer dengan pintu keluar masuk
yang dijaga.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 6
Blok Sensus Persiapan adalah daerah yang kosong seperti sawah, kebun, tegalan,
rawa, hutan, daerah yang dikosongkan (digusur) atau bekas pemukiman yang terbakar.
2.6.3 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga
Rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah
tangga khusus.
Rumah Tangga Biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dari satu
dapur (mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu).
Rumah Tangga Khusus yaitu orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti
asuhan, lembaga pemasyarakatan, rumah tahanan dan kelompok orang yang
mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih. (Rumah tangga
khusus tidak dicakup dalam Susenas dan Sakernas).
Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di
suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada saat pencacahan maupun
sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih
dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan pindah
tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang
bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau orang yang
dianggap/ ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga tersebut.
2.6.4 Status Perkawinan
Kawin adalah mempunyai istri (bagi laki-laki) atau suami (bagi perempuan)
pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini yang
dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara, dan
sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat
sekelilingnya dianggap sebagai suami istri.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 7
Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami/istri karena bercerai dan belum kawin
lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi
secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi
masih berstatus kawin, misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat
lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita
yang mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau istrinya dan belum kawin lagi.
2.6.5 Kesehatan
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi
kesehatan, kejiwaan, kecelakaan, atau hal lain. Seseorang yang menderita penyakit
kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu
bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.
Rawat jalan atau berobat jalan adalah kegiatan atau upaya responden yang
mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan atau mengatasi gangguan/
keluhan kesehatannya dengan mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern
atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas medis ke rumah
pasien.
Rawat inap adalah kegiatan atau upaya responden yang mempunyai keluhan
kesehatan untuk mengatasi gangguan/keluhan kesehatannya dengan mendatangi
tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional dengan menginap
minimal 1 malam.
2.6.6 Pendidikan
Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal mulai dari pendidikan dasar,
menengah dan tinggi, termasuk pendidikan yang disamakan.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 8
Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak atau belum pernah bersekolah di sekolah
formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke
Sekolah Dasar (SD).
Masih bersekolah adalah sedang mengikuti pendidikan di pendidikan dasar,
pendidikan menengah atau pendidikan tinggi.
Tidak sekolah lagi adalah pernah mengikuti pendidikan dasar, menengah atau tinggi,
tetapi pada saat pencacahan tidak bersekolah lagi.
Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu
jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda
tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah
mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah.
2.6.7 Ketenagakerjaan.
Angkatan Kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama seminggu
yang lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena
suatu sebab seperti menunggu panen, sedang cuti dan sedang menunggu pekerjaan
berikutnya (pekerja profesional seperti dukun dan dalang). Disamping itu mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan
dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja.
Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas dan selama
seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan tidak melakukan
suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja atau mencari pekerjaan.
Kegiatan yang terbanyak dilakukan adalah kegiatan yang menggunakan waktu
terbanyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya.
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit 1 jam
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 9
dalam seminggu berturut turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa
upah yang membantu dalam usaha/kegiatan ekonomi).
Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah mempunyai pekerjaan
tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti sakit, cuti,
menunggu panen dan mogok, termasuk menunggu pekerjaan bagi yang sudah diterima
bekerja tetapi selama seminggu yang lalu belum mulai bekerja.
Jumlah Jam Kerja adalah lama waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja
dari seluruh pekerjaan yang dilakukan selama seminggu.
Lapangan Pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/
instansi tempat seseorang bekerja.
Jenis Pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau
ditugaskan kepada seseorang.
Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan.
2.6.8 Fertilitas dan KB
Anak lahir hidup adalah anak yang pada waktu dilahirkan menunjukkan tanda-tanda
kehidupan walaupun mungkin hanya beberapa saat saja seperti jantung berdenyut,
bernafas, dan menangis. Anak yang pada waktu lahir tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan disebut lahir mati.
Medis Operasi Wanita (MOW) /sterilisasi wanita/tubektomi adalah operasi yang
dilakukan pada wanita untuk mencegah terjadinya kehamilan, yaitu mengikat saluran
telur. Operasi tersebut dimaksudkan agar wanita itu tidak dapat mempunyai anak lagi.
Operasi untuk mengambil rahim atau indung telur kadang-kadang dilakukan karena
alasan-alasan lain, bukan untuk memberikan perlindungan agar wanita tidak
mempunyai anak lagi. Yang dicatat sebagai sterilisasi di sini hanya operasi yang
ditujukan agar seorang wanita tidak bisa mempunyai anak lagi.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 10
Medis Operasi Pria (MOP) /sterilisasi pria/vasektomi adalah suatu operasi ringan
yang dilakukan pada pria dengan maksud untuk mencegah terjadinya kehamilan pada
pasangannya.
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)/IUD (Intra Uterus Device)/Spirl) adalah
alat yang dibuat dari plastik halus/tembaga, berukuran kecil, berbentuk spiral, T, kipas
dan lainnya, dipasang di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan. Alat ini
berfungsi untuk mencegah kehamilan dalam jangka waktu lama.
Suntikan KB adalah salah satu cara pencegahan kehamilan dengan jalan
menyuntikkan cairan tertentu ke dalam tubuh, misalnya satu, tiga atau enam bulan
sekali.
Susuk KB/Norplan/Implanon/Alwalit (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) adalah
enam batang logam kecil yang dimasukkan ke bawah kulit lengan atas untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Orang dikatakan menggunakan susuk KB apabila
susuk KB terakhir dipasang di tubuhnya kurang dari 5 (lima) tahun sebelum
pencacahan. Termasuk suntikan di bawah kulit (implanta).
Pil KB adalah pil yang diminum untuk mencegah terjadinya kehamilan. Pil ini harus
diminum secara teratur setiap hari. Orang dikatakan sedang menggunakan pil KB,
apabila sejak haid terakhir, ia minum pil KB setiap hari. Orang yang biasanya minum
pil KB tetapi pernah lupa minum pil KB selama dua hari, namun pada hari berikutnya
minum 2 (dua) pil KB sekaligus, tetap dicatat sebagai menggunakan pil KB.
Kondom/karet KB adalah alat yang terbuat dari karet, berbentuk seperti balon, yang
dipakai oleh laki-laki selama bersenggama dengan maksud agar istrinya/pasangannya
tidak menjadi hamil. Waktu rujukan pemakaian kondom adalah sampai dengan waktu
kumpul terakhir dalam 30 hari sebelum wawancara. Orang dikatakan sedang
menggunakan kondom apabila sejak haid terakhir pasangannya selalu menggunakan
alat kontrasepsi tersebut waktu berkumpul, termasuk saat kumpul terakhir (jadi ia
terlindung).
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 11
Intravag/Tissue/Kondom Wanita adalah tissue KB yang dimasukkan ke dalam
vagina sebelum kumpul. Waktu rujukan cara ini adalah sampai dengan waktu kumpul
terakhir dalam 30 hari sebelum wawancara.
Alat/cara KB tradisional, antara lain :
a. Pantang berkala/sistem kalender didasarkan pada pemikiran bahwa dengan
tidak melakukan senggama pada hari-hari tertentu, yaitu pada masa subur dalam
siklus bulanan, seorang wanita dapat menghindarkan terjadinya kehamilan. Cara
ini tidak sama dengan puasa (abstinensi), yaitu tidak bersenggama untuk beberapa
bulan tanpa memperhitungkan siklus bulanan wanita dengan tujuan agar ia tidak
hamil. Orang dianggap menggunakan cara ini apabila ia melakukannya dalam 30
hari terakhir sebelum wawancara.
b. Senggama terputus adalah cara yang dilakukan oleh laki-laki untuk mencegah
masuknya air mani ke dalam rahim wanita, yaitu dengan menarik alat kelaminnya
sebelum terjadi ejakulasi (klimaks). Waktu rujukan cara ini adalah untuk kumpul
terakhir dalam 30 hari.
c. Cara tradisional lainnya misalnya tidak campur (puasa), jamu, urut.
2.6.9 Perumahan
Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-
hari. Bagian-bagian yang digunakan bukan untuk keperluan sehari-hari tidak
dimasukkan dalam perhitungan luas lantai seperti lumbung padi, kandang ternak,
lantai jemur (lamporan semen), dan ruangan khusus untuk usaha (misalnya warung).
Air leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah diproses menjadi jernih
sebelum dialirkan kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber air
ini diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM (Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah
Air Minum/Badan Pengelola Air Minum).
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 12
Air sumur/perigi terlindung bila lingkar mulut sumur/perigi tersebut dilindungi oleh
tembok paling sedikit setinggi 0,8 meter di atas tanah dan sedalam 3 meter di bawah
tanah dan di sekitar mulut sumur ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar mulut
sumur atau perigi.
2.6.10 Distribusi Pendapatan dan Pola Konsumsi
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan
rumah tangga sebulan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga dibagi dengan
banyaknya anggota rumah tangga. Pengeluaran atau konsumsi rumah tangga
dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan tanpa
memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk keperluan rumah
tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah
tangga atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan
ditanyakan selama seminggu yang lalu, sedangkan pengeluaran non makanan setahun
dan sebulan yang lalu. Baik konsumsi makanan maupun non makanan selanjutnya
dikonversikan ke dalam pengeluaran rata-rata sebulan.
Konsumsi Makanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan makanan termasuk makanan jadi, rokok dan tembakau.
Konsumsi Non Makanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya
perumahan, pendidikan, kesehatan, aneka barang dan jasa, pakaian dan barang tahan
lama tanpa memperhatikan asal barang.
Distribusi Pendapatan adalah banyaknya pendapatan yang diterima oleh masing-
masing rumah tangga / penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Gini Ratio (GR) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur tingkat
pemerataan pendapatan suatu masyarakat di suatu daerah. GR merupakan salah satu
indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan,
nilainya antara Nol sampai Satu. Bila GR sama dengan Nol berarti distribusi
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 13
pendapatan amat merata sekali karena setiap golongan penduduk menerima bagian
pendapatan yang sama.
Pola Konsumsi adalah kecenderungan rumah tangga/penduduk membelanjakan
pendapatannya dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi untuk penduduk tersebut,
baik konsumsi makanan maupun non makanan.
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan adalah seluruh biaya pengeluaran yang
dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga (art) sebulan dibagi jumlah anggota
rumah tangga.
Kriteria Bank Dunia
Bank Dunia membagi penduduk menurut kelompok pendapatan menjadi tiga
kelompok pendapatan yaitu pertama 40 persen penduduk berpendapatan rendah,
kedua 40 persen penduduk berpendapatan menengah dan ketiga 20 persen penduduk
berpendapatan tinggi (untuk melihat pemerataan, difokuskan perhatiannya pada
perkembangan pendapatan 40 persen yang berpendapatan terendah saja dengan
pedoman sbb : pendapatan yang diterima diatas 17 persen tergolong ketimpangan
rendah, 12-17 persen tergolong ketimpangan sedang dan kurang dari 12 persen
tergolong ketimpangan tinggi).
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.1 KEPENDUDUKAN
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 14
BAB III. URAIAN SINGKAT
3.1. Kependudukan
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan adalah
masalah kependudukan yang mencakup antara lain: jumlah, komposisi dan distribusi
penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan bila
kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan bila kuali-
tasnya rendah.
Dari hasil Susenas 2012, jumlah penduduk Kabupaten Buleleng pada Tahun
2012 diperkirakan sebanyak 642.159 terdiri dari 320.335 laki-laki dan 321.824
perempuan. Dengan jumlah rumah tangga sebanyak 174.762 diprediksikan bahwa
setiap rumah tangga rata-rata memiliki anggota sebanyak 3,67 jiwa. Memperhatikan
jumlah penduduknya, Kabupaten Buleleng mempunyai jumlah penduduk paling besar
diantara sembilan kabupaten/kota di Bali, dengan proporsi sebesar 16,03 persen
penduduk bali ada di Kaupaten Buleleng. Keterbandingan penduduk Kabupaten
Buleleng menurut jenis kelamin (sex ratio) tercatat sebesar 99,54 persen. Sex rasio di
bawah 100 persen menandakan bahwa penduduk laki-laki jumlahnya lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki di
buleleng hamper imbang dengan jumlah penduduk perempuannya.
Distribusi penduduk menurut kelompok umur (tabel 3.1.1 dan 3.1.2)
menunjukkan bahwa 29,04 persen penduduk Kabupaten Buleleng berusia muda
(umur 0-14 tahun), sebanyak 63,82 persen berusia produktif (umur 15-64 tahun) dan
hanya 7,13 persen yang berumur 65 tahun ke atas, sehingga berdasarkan angka
mutlaknya diperoleh angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten
Buleleng sebesar 56,67. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif
menanggung sekitar 57 orang tidak produktif. Semakin besar proporsi penduduk usia
muda, maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif.
Angka ketergantungan lebih banyak tertumpu pada penduduk anak-anak (45,50
persen), sementara beban tanggungan pada penduduk usia lanjut (11,17 persen).
Berikut disajikan beberapa Indikator Kependudukan di Kabupaten Buleleng (table
3.1.1)
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 15
Beberapa Indikator Kependudukan
Di Kabupaten Buleleng, 2012
Indikator Nilai
(1) (2)
1. Luas Wilayah (Km2) 1.365,89
2. Jumlah Rumah Tangga 174.762
3. Jumlah Penduduk 642.159
a. Laki-laki 320.335
b. Perempuan 321.824
c. Anak-anak (0-14 tahun) 186.507
d. Usia produktif (15-64 tahun) 409.847
e. Usia lanjut (65 tahun lebih) 45.805
f. Usia kerja;
- 10 tahun lebih 523.268
- 15 tahun lebih 455.652
g. Usia Pendidikan :
- SD/MI (7-12 tahun) 83.206
- SMP/MTs (13-15 tahun) 33.662
- SMA/MK/MA (16-18 tahun) 27.064
- Univ./PT (19-24) 42.924
h. PAUD;
- Usia 2-4 tahun 38.269
- Usia 5-6 tahun 23.147
- Usia 2-6 tahun 61.416
4. Kepadatan per Km2 470,14
5. Rata-rata Art per rumah tangga 3,67
6. Sex Ratio 99,54
7. Status Perkawinan (%);
- Belum kawin 29,50
- Kawin 63,71
- Cerai hidup 1,07
- Cerai mati (janda/duda) 5,72
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 16
Tabel komposisi penduduk menurut status perkawinan (tabel 3.1.4)
menunjukkan bahwa penduduk laki-laki yang berstatus belum kawin lebih besar
(32,88 persen) dibanding penduduk perempuan (26,20 persen). Sementara itu
penduduk perempuan yang berstatus janda (cerai hidup dan cerai mati) sebesar 9,94
lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki yang berstatus duda (cerai hidup dan
cerai mati) yaitu hanya 3,58 persen.
Gambar 1.
Piramida Penduduk Kabupaten Buleleng, 2012
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 17
Tabel 3.1.1 :
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Kelompok Jenis Kelamin
Umur Laki-laki Perempuan L + P
(1) (2) (3) (4)
0 – 4 9,40 8,33 8,86
5 – 9 9,71 9,60 9,65
10 – 14 10,50 10,56 10,53
15 – 19 7,69 5,93 6,81
20 – 24 5,54 5,89 5,71
25 – 29 8,69 8,37 8,53
30 – 34 7,15 7,43 7,29
35 – 39 8,30 7,87 8,08
40 – 44 6,45 6,90 6,67
45 – 49 7,06 7,30 7,18
50 – 54 6,21 6,00 6,11
55 – 59 3,64 4,23 3,93
60 – 64 3,12 3,91 3,51
65 – 69 2,65 2,73 2,69
70 – 74 1,72 2,69 2,21
75 + 2,18 2,29 2,24
Total : 100,00 100,00 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 18
Tabel 3.1.2
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Usia Anak-anak,
Produktif, dan Lanjut Usia, Kabupaten Buleleng 2011
Kelompok Jenis Kelamin
Umur Laki-laki Perempuan L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Usia anak-anak (0-14
tahun) 29,61 28,48 29,04
2. Usia produktif (15-64
tahun) 63,84 63,80 63,82
3. Lanjut usia (65 tahun
lebih) 6,55 7,72 7,13
Jumlah : 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 19
Tabel 3.1.3
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Usia Khusus,
Kabupaten Buleleng 2012
Kelompok Usia Khusus
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Usia Jenjang Kehidupan (%) :
a. Anak-anak (0-14 th.) 29,61 28,48 29,04
b. Remaja (15-19 th.) 7,69 5,93 6,81
c. Muda (20-39 th.) 29,67 29,55 29,61
d. Dewasa (40-54 th.) 19,72 20,20 19,96
e. Tua (55+ th.) 13,31 15,85 14,58
2. Usia jenjang pendidikan(%) :
a. PAUD (2-6 tahun) 9,68 9,45 9,56
- PAUD (2-4 tahun) 6,15 5,77 5,96
- PAUD (5-6 tahun) 3,54 3,67 3,60
b. Usia SD/MI (7-12 th) 13,23 12,68 12,96
c. Usia SMP/MTs (13-15 th) 5,49 5,00 5,24
d. Usia SMA/MK/MA (16-18 th) 4,78 3,65 4,21
e. Usia Univ/PT (19-24 th) 6,40 6,97 6,68
3. Usia Kerja (%) :
a. Usia 10 tahun lebih 80,89 82,08 81,49
b. Usia 15 th lebih 70,39 71,52 70,96
4. Usia Keaksaraan (%):
a. Melek huruf usia 10 th lebih 96,56 85,65 91,05
b. Melek huruf usia 15 th lebih 96,17 83,53 89,78
c. Melek huruf (15-24 th) 99,68 97,73 98,74
d. Melek huruf (25-64 th) 96,78 86,68 91,65
e. Melek huruf (65 th lebih) 83,70 38,15 59,00
5. Usia Subur (15-49) 50,87 49,67 50,27
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 20
Tabel 3.1.4
Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas Menurut Status Perkawinan
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Status Perkawinan
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Belum Kawin 32,88 26,20 29,50
2. Kawin 63,55 63,87 63,71
3. Cerai Hidup 0,94 1,20 1,07
4. Cerai Mati 2,64 8,74 5,72
Jumlah : 100 100 100
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.2 KESEHATAN
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 21
3.2. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata sehingga
diharapkan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Berbagai upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh
pemerintah diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua
anggota keluarga mau berperilaku hidup sehat; penyediaan berbagai fasilitas umum
seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan
fasilitas air bersih.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate). Tabel 3.2.1 menunjukkan
banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dalam sebulan dan
komposisi penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut jenis keluhan.
Banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan
yang lalu adalah 51,05 persen, angka ini turun sebesar 0,01 persen dari kondisi tahun
2011 yang tercatat 51,06 persen. Empat jenis keluhan yang paling banyak dialami
penduduk adalah sakit batuk (laki-laki 43,07 %; perempuan 37,86 %), panas (laki-laki
42,06 %; perempuan 35,11%), pilek (laki-laki 40,01%; perempuan 35,15%) dan sakit
kepala berulang (laki-laki 8,49%; perempuan 12,65%).
Komposisi jenis keluhan antara laki-laki dengan perempuan tercatat lebih
besar diderita oleh penduduk perempuan yakni sebesar 51,75 persen dari jumlah
penduduk perempuan, sedangkan penduduk laki-laki yang mengalami keluhan
penyakit tercatat 50,35 persen dari penduduk laki-laki.
Tabel 3.2.2 menunjukkan gambaran tentang cara penanganan penduduk dalam
menanggulangi keluhan kesehatan yang dialaminya, sebagian penduduk melakukan
pengobatan sendiri (67,86 persen). Dan sebagian lagi melakukannya dengan berobat
jalan (52,22 persen). Sementar sebagian kecil saja penduduk membiarkan keluhannya
tanpa melakukan pengobatan (6,66 persen).
Selanjutnya pada tabel 3.2.3 digambarkan bahwa diantara penduduk yang
melakukan pengobatan sendiri, sebagian besar dari mereka telah menggunakan obat
modern (77,46 persen). Namun demikian masih cukup banyak yang menggunakan
obat tradisoinal (60,88 persen). Untuk penggunaan obat modern lebih banyak
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 22
dikonsumsi oleh penduduk laki-laki (laki-laki 78,39%, perempuan 76,61%).
Penggunaan obat tradisional di Buleleng masih lebih banyak digemari oleh perempuan
(perempuan 60,61%, laki-laki 61,12%). Gambaran tentang karakteristik penduduk
yang melakukan penanggulangan keluhan dengan cara berobat jalan disajikan pada
tabel 3.2.4.
Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat
jalan adalah Praktek petugas kesehatan (46,10 %) disusul pada Praktek dokter
(41,17 %) dan pada Puskesmas/ Puskesmas Pembantu (23,35 %). Pembangunan
kesehatan di Buleleng nampaknya sudah cukup bagus. Hal ini terlihat dari kesadaran
dan pemahaman penduduk Buleleng yang sebagian besar telah memanfaatkan fasilitas
kesehatan terlatih, ketimbang harus menggunakan fasilitas yang tidak terlatih seperti
dukun atau tenaga lainnya.
Keluhan kesehatan terkadang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari bagi si
penderitanya. Gangguan yang cukup lama akan berefek kepada turunnya produktifitas
penduduk dan sebagai konsekuensinya dapat menyebabkan menurunnya pendapatan.
Sebagian besar lamanya gangguan akibat keluhan kesehatan yang dialami oleh
penduduk buleleng tidak lebih dari tiga hari. (Tabel 3.2.5).
Kesehatan balita (bayi bawah lima tahun) selain dipengaruhi oleh kesehatan
ibu juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah penolong kelahiran. Data
komposisi penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan
terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak, persalinan yang
ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan dan paramedis dianggap lebih baik
dibandingkan yang ditolong oleh dukun, famili atau lainnya. Tabel 3.2.6 menunjukkan
persentase balita menurut penolong pertama waktu lahir, sedangkan tabel 3.2.7
penolong terakhir balita waktu lahir.
Dari tabel 3.2.7 diketahui bahwa pada umumnya sebagian besar penolong
kelahiran balita di Kabupaten Buleleng adalah bidan (74,69 %), sedangkan balita yang
ditolong tenaga Non medis (dukun dan family) waktu lahir tercatat sebesar 2,66
persen.
Apabila dikaitkan hubungannya antara penolong pertama kelahiran bayi
dengan terakhir (tabel 3.2.6 dengan 3.2.7) terlihat bahwa dukun sebagai penolong
pertama kelahiran dan terakhir mengalami penurunan dari angka 3,01% menjadi
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 23
2,66%, sementara dokter sebesar 19,17 persen pada penolong kelahiran naik menjadi
22,65 persen pada penolong kelahiran terakhir. Demikian juga yang ditolong oleh
Bidan, sebesar 77,82 persen pada penolong pertama kelahiran, turun menjadi 74,69
persen pada penolong kelahiran terakhir. Fenomena ini wajar bahwa persalinan oleh
tenaga medis dianggap lebih baik dibandingkan dengan tenaga non medis.
Gambar 2. Penolong Persalinan Balita Terakhir, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Salah satu faktor penting untuk perkembangan anak adalah pemberian Air
Susu Ibu (ASI). ASI merupakan zat yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan
dapat mempercepat perkembangan berat badan. Selain itu ASI mengandung zat
penolak/pencegah penyakit serta dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati
ibu dan anak sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Banyak ibu-ibu yang
telah menyadari pentingnya ASI bagi bayi serta menyadari bahwa salah satu
kodratnya sebagai seorang ibu adalah menyusui anaknya.
Pada tabel 3.2.8 menunjukkan bahwa pada umumnya semua balita di
kabupaten buleleng pernah mendapatkan ASI. Dan angka rata-rata lama pemberian
ASI relatif cukup tinggi. Terlihat bahwa yang disusui 24 bulan ke atas sebesar 21,59
persen dan yang disusui kurang dari 12 bulan sebesar 24,05 persen. Lama pemberian
ASI yang ideal adalah antara 18 – 23 bulan, pemberian ASI yang ideal telah tercatat
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 24
sebanyak 23,53 persen dari total balita. Jika dirinci menurut jenis kelamin, pemberian
ASI ideal laki-laki sebanyak 25,50 persen dan perempuan sebanyak 21,38 persen.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati adalah pomeo dibidang kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit diantaranya dilakukan dengan imunisasi. Imunisasi
terutama diperlukan oleh balita agar supaya tubuhnya kebal terhadap serangan
penyakit tertentu yang sering kali mengakibatkan kematian. Dengan pemberian
imunisasi tubuh dirangsang agar menghasilkan anti bodi sehingga jika diserang
penyakit maka tubuh sudah bersiap diri. Dari tabel 3.2.9 terlihat sudah 100 persen
balita mendapat pelayanan imunisasi.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 25
Beberapa Indikator Kesehatan
di Kabupaten Buleleng 2012
Indikator
Persentase
Laki Prp L + P
(1) (5) (6) (7)
1. Penduduk mengalami Keluhan Kesehatan 50,35 51,75 51,05
2. Empat jenis keluhan terbanyak :
a. Batuk 43,07 37,86 40,42
b. Panas 42,06 35,11 38,53
c. Pilek 40,01 35,15 37,54
d. Sakit kepala 8,49 12,65 10,6
3. Tingkat Kesakitan Penduduk 32,70 32,35 32,52
4. Balita menurut penolong kelahiran
pertama :
a. Dokter 22,63 22,68 22,65
b. Bidan 72,35 77,32 74,69
c. Tenaga medis 0 0 0
d. Dukun 5,02 0 2,66
e. Famili/keluarga 0 0 0
4. Balita menurut pemberian ASI :
a. Diberi ASI 90,76 94,5 92,52
b. Tidak diberi ASI 9,24 5,5 7,48
5. Pemberian Imunisasi balita:
a. BCG 98,36 98,18 98,28
b. DPT 93,59 94,07 93,82
c. Polio 95,58 92,06 93,93
d. Campak/Morbili 80,06 80,00 80,03
e. Hepatitis 93,47 91,40 92,49
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 26
Tabel 3.2.1
Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan, menurut Jenis
Keluhan, Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2012
Jenis Keluhan
Tahun 2011 Tahun 2012
Laki Prp L + P Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Panas 35.55 35.54 35.54 42,06 35,11 38,53
2. Batuk 38.43 34.94 36.64 43,07 37,86 40,42
3. Pilek 31.97 30.09 31.01 40,01 35,15 37,54
4. Asma/Sesak Napas 5.85 7.19 6.54 5,35 5,37 5,36
5. Diare/buang air 6.45 7.09 6.78 7,24 5,20 6,20
6. Sakit kepala berulang 15.37 26.32 20.99 8,49 12,65 10,60
7. Sakit gigi 5.63 5.25 5.43 5,60 5,24 5,42
8. Lainnya 53.26 55.94 54.63 48,47 52,27 50,40
Penduduk yang mengalami 50.15 51.95 51.06 50,35 51.75 51,05
keluhan kesehatan
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 27
Tabel 3.2.2
Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut
Cara Pengobatan, dan Jenis Kelamin Kab. Buleleng, 2012
Cara Pengobatan
Penduduk mengalami keluhan
(%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Tidak melakukan pengobatan 6,92 6,41 6,66
2. Mengobati sendiri 65,39 70,25 67,86
3. Berobat jalan 53,13 51,35 52,22
4. Penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan 50,35 51.75 51,05
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 28
Tabel 3.2.3 :
Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis
Obat dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Jenis Obat yang Digunakan
Penduduk Berobat Sendiri
(%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Obat tradisionil 60,61 61,12 60,88
2. Obat Modern 78,39 76,61 77,46
3. Lainnya 7,47 7,13 7,29
4, Penduduk yang
mengobati sendiri 65,39 70,25 67,86
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 29
Tabel 3.2.4
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Fasilitas
Pengobatan dan Jenis Kelamin, Kab. Buleleng, 2012
Fasilitas Pengobatan
Penduduk Berobat Jalan
(%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Rumah sakit pemerintah 3,98 4,15 4,07
2. Rumah sakit swasta 1,29 0,40 0,85
3. Praktek dokter 43,18 39,16 41,17
4. Puskesmas/pustu 22,93 23,78 23,35
5. Praktek Nakes 44,29 47,92 46,10
6. Praktek Batra 2,95 3,29 3,12
7. Dukun 0,23 0,00 0,11
8. Lainnya 0,82 0,28 0,55
9. Penduduk yang berobat
Jalan 53,13 51,35 52,22
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 30
Tabel 3.2.5
Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan dan Terganggu
Kegiatannya, Menurut jumlah Hari Sakit, dan Jenis Kelamin
Kabupaten Buleleng, 2012
Jumlah Hari Sakit
Penduduk Mengalami Keluhan
(%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
<= 3 hari 60,49 62,40 61,44
4 - 7 hari 23,90 22,10 23,00
8 - 14 hari 7,31 5,19 6,25
15 - 21 hari 2,97 1,75 2,36
22 - 30 hari 5,34 8,56 6,94
Penduduk yang mengalami kelu-
han dan terganggu kegiatannya 64,93 62,52 63,71
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 31
Tabel 3.2.6
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama
Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Penolong Kelahiran Pertama
Banyaknya Balita (%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
Dokter 19,70 18,58 19,17
Bidan 74,61 81,42 77,82
Tenaga Medis 0,00 0,00 0,00
Dukun 5,69 0,00 3,01
Famili/Keluarga 0,00 0,00 0,00
Jumlah : 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 32
Tabel 3.2.7
Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Tarakhir
Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Penolong Kelahiran Terakhir
Banyaknya Balita (%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
Dokter 22,63 22,68 22,65
Bidan 72,35 77,32 74,69
Tenaga Medis 0,00 0,00 0,00
Dukun 5,02 0,00 2,66
Famili/Keluarga 0,00 0,00 0,00
Jumlah : 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 33
Tabel 3.2.8
Persentase Balita Menurut Lamanya diberi ASI
Dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Lamanya diberi ASI Banyaknya Balita (%)
(bulan) Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
- Diberi ASI 100.00 100.00 100.00
- Tidak diberi ASI 0.00 0.00 0.00
- Jumlah 100.00 100.00 100.00
1 – 5 15,44 12,22 13,90
6 – 11 10,79 9,45 10,15
12 – 17 27,49 34,48 30,83
18 – 23 25,50 21,38 23,53
24 + 20,78 22,47 21,59
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 34
Tabel 3.2.9
Persentase Balita Menurut Pemberian Imunisasi, dan
Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Pemberian Imunisasi/ Banyaknya Balita (%)
Jenis Imunisasi Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
- Mendapat Imunisasi 100.00 100.00 100.00
- Tidak Mendapat Imunisasi 0.00 0.00 0.00
- Jumlah 100.00 100.00 100.00
BCG 98,36 98,18 98,28
DPT 93,59 94,07 93,82
POLIO 95,58 92,06 93,92
CAMPAK 80,06 80,00 80,03
HEPATITIS B 93,47 91,40 92,50
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.3 PENDIDIKAN
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 35
3.3. Pendidikan
Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 dimana dinyatakan bahwa
pendidikan merupakan hak dari setiap warga negara yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan merupakan
salah satu amanat yang harus diupayakan untuk memajukan kehidupan masyarakat
suatu bangsa. Sejauh mana amanat ini telah dilaksanakan, dapat dilihat antara lain dari
statistik pendidikan yang dibahas secara singkat dalam uraian berikut.
Dalam bagian ini antara lain disajikan beberapa indikator pendidikan yang
menggambaran keadaan capaian pembangunan bidang pendidikan seperti ; partisipasi
penduduk di bidang pendidikan, status pendidikan, tingkat pendidikan yang
ditamatkan dan tingkat melek huruf penduduk.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan perbandingan antara penduduk
usia sekolah yang masih bersekolah dengan penduduk usia sekolah. APS biasanya
diterapkan untuk kelompok umur sekolah menurut jenjang pendidikan SD (usia 7-12
tahun), SMP (13-15 tahun) dan SMA (16-18 tahun). Secara matematis APS SD dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut : Penduduk usia 7-12 tahun yang masih
bersekolah dibagi jumlah penduduk usia 7-12 tahunn dikali 100. APS SMP dapat
dihitung dengan formulasi; Penduduk usia 13-15 tahun yang masih sekolah dibagi
jumlah penduduk usia 13-15 tahun dikali 100. Demikian selanjutnya untuk APS SMA
digunakan formulasi; Penduduk usia 16-18 tahun yang masih sekolah dibagi jumlah
penduduk usia 16-18 tahun,
APS SD dan APS SMP seperti terlihat pada table 3.3.2 di Kabupaten Buleleng
sudah cukup membanggakan karena telah mencapai di atas 96 persen yakni APS SD
sebesar 98,02 persen dan APS SMP sebesar 96,07 persen. Walaupun demikian
keadaan ini masih perlu mendapat perhatian mengingat bahwa program wajib belajar
sembilan tahun sudah dicanangkan pemerintah sejak lama, mestinya pada keadaan
sekarang kedua APS tersebut sudah mendekati 100 persen. Tidak tercapainya angka
APS SD maupun APS SMP sebesar 100 persen disebabkan oleh masih adanya
penduduk yang tidak/belum sekolah atau berhenti sekolah yaitu 1,76 peren di SMP
(DO di SMP sebesar 1,76 persen)
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 36
Angka Partisipasi Sekolah ( APS ) Penduduk Usia
7-18 Tahun Di Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Kelompok Umur /
Jenjang pendidikan APS Laki-Laki APS Perempuan
(1) (2) (3)
Jenjang SD (7-12 tahun) 97,99 98,06
Jenjang SMP/MTs (13-15 tahun) 95,67 96,51
Jenjang SMA/MK/MA (16-18 tahun) 73,72 65,69
Dari tabel di atas terlihat APS antara penduduk laki-laki dan perempuan pada
kelompok usia SD (7-12 tahun) hampir seimbang sedangkan pada kelompok usia
SMP/MTs (13-15 tahun) APS penduduk laki kalah cepat dengan perempuan, dan
polanya berbalik lagi di jenjang SMA/MK/MA, APS penduduk perempuan kalah
cepat dengan penduduk laki-laki.
Gambar 3. APS Usia 7 – 18 Tahun di Kabupaten Buleleng, 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 37
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu
kelompok umur tertentu yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kelompok umurnya. APM SD diformulasikan sebagai berikut :
Jumlah Murid SD Usia 7-12 tahun
APM SD = ------------------------------------------------------ X 100
Jumlah Penduduk Usia 7-12 tahun
Pada umumnya APM digunakan untuk melihat seberapa jauh anak-anak usia
sekolah bersekolah secara tepat waktu sesuai dengan umur mereka dan juga bisa
diterapkan sesuai jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA, dengan demikian angka
APM akan selalu lebih kecil atau maksimal sama dengan APS dan pada dasarnya
APM tidak memberikan analisa yang berbeda dari APS.
APM SD tercatat sebesar 91,19 persen, ini berarti bahwa setiap 100 penduduk
usia 7-12 tahun terdapat sekitar 91 orang penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah
di SD. APM SMP/MTs tercatat sebesar 72,04 persen, berarti setiap 100 orang
penduduk usia 13-15 tahun terdapat sekitar 72 orang yang bersekolah di SMP/MTs,
sedangkan APM SMA/MK/MA baru tercatat sebesar 62,67 persen atau baru sekitar 63
orang usia 16-18 tahun dari 100 penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah pada
SMA (tabel 3.3.3)
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu
jenjang pendidikan tertentu yang sesuai dengan kelompok umur tersebut. Tidak
berbeda dengan APS dan APM, APK juga dibedakan menurut jenjang dan secara
matematis diformulasikan sebagai berikut :
Jumlah Murid di SD
APK – SD = ------------------------------------------------------- X 100
Jumlah Penduduk Usia 7 – 12 tahun
Penduduk Yang Bersekolah di SD dibagi Penduduk Usia 7-12 tahun dikali
100. APK pada umumnya digunakan untuk melihat bagaimana kondisi murid pada
suatu jenjang pendidikan. Kalau APS dan APM melihat penduduk usia sekolah sesuai
jenjang pendidikannya, maka APK melihat penduduk pada jenjang pendidikan
tertentu tanpa melihat usia mereka. Untuk APK SD maka yang diperhatikan adalah
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 38
murid SD dibandingkan dengan penduduk usia SD demikian juga APK SMP dan
SMA. Dari hasil Susenas 2012 nampak APK SD di Kabupaten Buleleng sebesar
101,17 artinya penduduk yang bersekolah di SD sekitar 101 persen dari penduduk
usia SD (7-12 tahun), dengan kata lain terdapat sekitar 1 persen murid SD berusia
kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun yang masih terdaftar dab aktif di sekolah
dasar.
Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki merupakan indikator pokok kualitas
pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk
suatu daerah mencerminkan taraf intelektualitas daerah tersebut, selain itu semakin
banyak penduduk yang berhasil menyelesaikan pendidikan SMA ke atas, maka
semakin baik pula kualitas SDM daerah tersebut. Pada tabel 3.3.3 dapat dilihat bahwa
penduduk Kabupaten Buleleng usia 15 tahun ke atas yang tidak/belum memiliki
ijazah/STTB sebesar 19,10 persen. Penduduk yang tamat SD/MI sebesar 29,55
persen, sebesar 18,69 persen tamat SMP/MTs dan yang berpendidikan SMA ke atas
sebesar 32,76 persen.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang
dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera serta
merupakan kemampuan dasar bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai informasi
dan pengetahuan terlebih pada era informasi global seperti sekarang. Kemampuan
baca tulis tercermin dari angka melek huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai
persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin
dan huruf lainnya atau keduanya.
Tabel 3.3.1 mencerminkan, dari jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas,
tercatat sebesar 91,05 persen melek huruf, sedangkan sisanya sebesar 8,95 persen
masih tergolong buta huruf. Dari jumlah tersebut persentase penduduk laki-laki yang
dapat membaca dan menulis jauh lebih besar dari pada penduduk perempuan yaitu
masing-masing 96,56 persen berbanding 85,65 persen.
Secara garis besar kondisi pendidikan di Kabupaten Buleleng sampai dengan
Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 39
BEBERAPA INDIKATOR PENDIDIKAN
KABUPATEN BULELENG, TAHUN 2012
Indikator Banyaknya (%)
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Partisipasi PAUD ;
a. Usia 2 - 4 tahun 1,52 6,67 4,02
b. Usia 5 - 6 tahun 33,87 28,36 31,06
c. Usia 2 - 6 tahun 13,34 15,10 14,21
2. Partisipasi sekolah ;
a. APM-SD/MI 95,33 86,90 91,19
b. APM-SMP/MTs 68,19 76,26 72,04
c. APM-SMA/MK/MA 65,19 59,37 62,67
3. Rata-rata lama sekolah
4. Angka Putus Sekolah ;
a. DO-SD/MI 0 0 0
b. DO-SMP/MTs 1,45 2,09 1,76
5. Angka Melek Huruf ;
a. Usia 15 Tahun ke atas 96,56 85,65 91,05
b. Usia 15 - 24 Tahun 99,68 97,73 98,74
c. Usia 25 - 64 Tahun 96,78 86,68 91,65
d. Usia 65 Tahun ke atas 83,70 38,15 59,00
6. Ijasah Tertinggi yang Dimiliki
a. Tidak punya ijasah 17,96 17,68 17,82
b. Tamat SMP ke bawah 45.47 46.26 45.88
c. Tamat SMA ke atas 32.38 21.13 26.58
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 40
Tabel 3.3.1
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur, Bisa Baca
Tulis, dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Kelompok Umur
Persentase Penduduk
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Umur 15 th ke atas 100,00 100,00 100,00
a. Melek Huruf 96,56 85,65 91,05
b. Buta Huruf 3,44 14,35 8,95
2. Umur 15-24 tahun 100,00 100,00 100,00
a. Melek Huruf 99,68 97,73 98,74
b. Buta Huruf 0,32 2,27 1,26
3. Umur 25-64 tahun 100,00 100,00 100,00
a. Melek Huruf 96,78 86,68 91,65
b. Buta Huruf 3,22 13,32 8,35
4. Umur 65 th ke atas 100,00 100,00 100,00
a. Melek Huruf 83,70 38,15 59,00
b. Buta Huruf 16,30 61,85 41,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 41
Tabel 3.3.2
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Buleleng, 2012
Partisipasi Sekolah/Jenjang
Persentase Penduduk
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Partisipasi PAUD
a. Usia 2 - 4 tahun 1,52 6,67 4,02
b. Usia 5 - 6 tahun 33,87 28,36 31,06
c. Usia 2 - 6 tahun 13,34 15,10 14,21
2. APS
a. SD/MI (usia 7-12 th) 97,99 98,06 98,02
b. SMP/MTS (13-15 th) 95,67 96,51 96,07
c. SMA/MK/MA (16-18 th) 73,72 65,69 70,24
3. APK
a. SD/MI (usia 7-12 th) 104,76 95,40 100,17
b. SMP/MTS (13-15 th) 78,21 104,58 90,81
c. SMA/MK/MA (16-18 th) 96,82 83,31 90,96
4. APM
a. SD/MI (usia 7-12 th) 95,33 86,90 91,19
b. SMP/MTS (13-15 th) 68,19 76,26 72,04
c. SMA/MK/MA (16-18 th) 65,19 59,37 62,67
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 42
Tabel 3.3.3
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas
Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki dan Jenis Kelamin
Kabupaten Buleleng, 2012
Ijasah Tertinggi yang
Dimiliki
Penduduk Usia 15 +
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Tidak Punya Ijasah 16,55 21,90 19,10
2. Tamat SD/MI 26,88 32,49 29,55
3. Tamat SMP/MTs 19,89 17,37 18,69
4. Tamat SMA/MK/MA 27,08 22,48 24,89
5. Tamat Dpl I/II/III 3,37 2,49 2,95
6. Tamat DIV/Univ. 6,22 3,27 4,82
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 43
Tabel 3.3.4
Persentase Penduduk Umur 7-18 Tahun Menurut
Tipe Daerah, Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin
Kabupaten Buleleng, 2012
Tipe Daerah/Partisipasi Sekolah Persentase Penduduk
Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Perkotaan
a. Tidak/belum pernah sekolah 0,8 1,52 1,15
b. Masih Sekolah 96,14 93,24 94,73
c. Tidak bersekolah lagi 3,06 5,24 4,12
2. Perdesaan
a. Tidak/belum pernah sekolah 1,39 0,85 1,14
b. Masih Sekolah 89,62 91,25 90,39
c. Tidak bersekolah lagi 8,99 7,9 8,48
3. Perkotaan + Perdesaan
a. Tidak/belum pernah sekolah 1,13 1,16 1,14
b. Masih Sekolah 92,51 92,16 92,34
c. Tidak bersekolah lagi 6,36 6,68 6,52
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.4 KETENAGAKERJAAN
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 44
3. Ketenagakerjaan
Pada bagian ini disajikan gambaran umum mengenai ketenagakerjaan di
Kabupaten Buleleng meliputi komposisi angkatan kerja, jumlah jam kerja, lapangan
pekerjaan, pengangguran dan sebagainya. Data dari bab ini bersumber dari Survey
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2012 yang keempat kalinya kami sajikan sejak 4
tahun terakhir (pernah tersaji pada penerbitan Profil Kesra 2004 kebawah).
Batas tenaga kerja memakai usia 15 tahun keatas, tenaga kerja digolongkan
sebagai angkatan kerja bila mereka bekerja dan mencari pekerjaan sedangkan yang
tergolong bukan angkatan kerja bila mereka bersekolah saja, mengurus rumah tangga
saja dan lainnya. Banyaknya penduduk usia 15 tahun ke atas yang berada pada
golongan angkatan kerja menggambarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK).
Dari 366.276 angkatan kerja Tahun 2012, sebesar 96,85 persen tergolong
bekerja, sisanya sebesar 3,15 persen penganggur terbuka (mencari pekerjaan),
sedangkan dari 104.826 orang yang tergolong bukan angkatan kerja 35,10 persen
sebagai anak sekolahan, mengurus rumah tangga 47,30 persen dan yang melakukan
kegiatan lainnya sebesar 17,60 persen. TPAK secara keseluruhan mencapai 77,75.
TPAK didominasi oleh angkatan kerja laki-laki (84,76 persen), sementara TPAK
perempuannya hanya 70,94 persen. Hal ini disebabkan penduduk laki-laki umumnya
merupakan pencari nafkah keluarga. Daya serap atau Tingkat kesempatan kerja yang
dialami oleh penduduk angkatan kerja di Kabupaten Buleleng tercatat sebesar 96,85
dengan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 3,15 persen. (tabel 3.4.1)
Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Buleleng kebanyakan tercurah di sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 34,88 persen disusul
sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 34,88 persen, dan sektor
Perdagangan, Rumah Makan, dan jasa akomodasi 25,19 persen. sedangkan sektor-
sektor lainnya berada dibawah 9 persen.
Jika diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok lapangan pekerjaan (primer,
sekunder dan tersier), ternyata tumpuan perekonomian di Buleleng kini telah beralih
menuju klaster ekonomi tersier, terutama di sektor perdagangan, rumah makan dan
jasa akomodasi.
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 45
Menurut tingkat pendidikannya sebesar 42,06 persen dengan pendidikan SD
kebawah bahkan sebesar 21,94 persen tidak punya ijasah, selanjutnya dengan
pendidikan SMP/sederajat ke atas sebesar 47,28 persen, SMA/sederajat ke atas
sebesar 33,29 persen dan dengan pendidikan diatas SMA/sederajat sebesar 6,31
persen (tabel 3.4.3).
Mereka dikatakan bekerja penuh (fully employed) bila jam kerjanya mencapai
diatas 35 jam dalam seminggu, sedangkan yang bekerja kurang dari 35 jam dalam
seminggu digolongkan setengah penganggur/penganggur terselubung. Pada tabel 3.4.5
terlihat sebagian besar (72,23 persen) bekerja penuh dan hanya sebesar 27,77 persen
dari angkatan kerja yang bekerja tergolong masih setengah penganggur.
Gambar 4. Daya Serap Tenaga Kerja di Kabupaten Buleleng, 2011-2012
Sumber : BPS, Sakernas 2011-2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 46
Beberapa Indikator Ketenagakerjaan
Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2012
I n d i k a t o r 2011 2012
(1) (2) (3)
Jumlah Penduduk 15 tahun keatas (N) 461.836 471.102
Penduduk 15 th keatas menurut kegiatan (%) 100 100
a. Bekerja 74.60 75,30
b. Mencari Pekerjaan/Penganggur terbuka 1.50 2,45
c. Sekolah 7.44 7,81
d. Mengurus rumah tangga 12.05 10,52
e. Lainnya 4.41 3,92
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (%) 76,1 77,75
Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (%) 3,69 3,15
Lapangan Pekerjaan Utama (%) 100 100
a. Primer 34,00 34,88
b. Sekunder 17,33 16,07
c. Tersier 48,67 49,05
Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja (%) 100 100,00
a. Tidak punya ijasah 19.74 21,94
b. SD/sederajat 31.52 30,79
c. SMP/sederajat 19.30 13,99
d. SMA/sederajat 23.83 26,98
e. PT/Univ. 5.61 6,31
Jumlah Jam Kerja Pekerja (%) 100 100,00
a. 0 jam 0.27 0,92
b. 1 - 34 jam 36.41 26,85
c. >= 35 jam 63.31 72,23
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 47
Tabel 3.4.1
Persentase Penduduk 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Seminggu yang lalu, Kabupaten Buleleng, 2012
Jenis Kegiatan Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
Angkatan Kerja 100 100 100
- Bekerja 96,46 97,30 96,85
- Pengangguran 3,54 2,70 3,15
Bukan Angkatan Kerja 100 100 100
- Sekolah 58,11 23,39 35,10
- Mengurus rumahtangga 23,37 59,48 47,30
- Lainnya 18,53 17,13 17,60
Tingkat Partisipasi 84,76 70,94 77,75
Angkatan Kerja/TPAK
Tingkat Pengangguran 3,54 2,70 3,15
- Terbuka/TPT
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 48
Tabel 3.4.2 :
Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Seminggu
Yang Lalu, Menurut Lapangan Pekerjaan, Kabupaten Buleleng 2012
Lapangan Pekerjaan Laki Prp L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Sektor Primer; 30,67 39,74 34,88
o Pertanian, Perkebunan, Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan 30,67 39,74 34,88
o Pertambangan dan Penggalian. 0,00 0,00 0,00
2. Sektor Sekunder; 20,08 11,46 16,07
o Industri Pengolahan 7,43 10,17 8,70
o Listrik, Gas dan Air Minum 0,21 0,00 0,11
o Konstruksi 12,43 1,29 7,25
3. Sektor Tersier; 49,26 48,80 49,05
o Perdagangan, Rumah Makan dan
Jasa akomodasi 18,33 33,08 25,19
o Transportasi, Pergudangan dan
Komunikasi 5,68 0,32 3,19
o Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha
Persewaan dan jasa perusahaan 3,38 2,13 2,80
o Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan 21,87 13,27 17,87
Perorangan 30,67 39,74 34,88
Jumlah 100 100 100
Sumber : BPS, Sakernas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 49
Tabel 3.4.3 :
Perentase Penduduk Angkatan Kerja, Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, Kabupaten Buleleng, 2012
Pendidikan tertinggi
Banyaknya
N %
(1) (2) (3)
Tidak punya ijasah 80.344 21,94
SD/sederajat 112.778 30,79
SMP/sederajat 51.229 13,99
SMA/sederajat 98.804 26,98
PT/Univ. 23.121 6,31
Jumlah 366.276 100
Sumber : BPS, Sakernas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 50
Tabel 3.4.4 :
Persentase Penduduk Yang Bekerja, Menurut Status Pekerjaan
Utama, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Status Pekerjaan Utama Nilai (%)
(1) (4)
· Berusaha Sendiri 13,86
· Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar 15,30
· Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 4,36
· Buruh/Karyawan/Pegawai 33,34
· Pekerja Bebas di Pertanian 7,42
· Pekerja Bebas di Non Pertanian 9,30
· Pekerja Keluarga/Tak dibayar 16,42
Jumlah 100.00
Sumber : BPS, Sakernas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 51
Tabel 3.4.5 :
Persentase Penduduk yang Bekerja, Menurut Jumlah
Jam Kerja, Kabupaten Buleleng, Tahun 2012
Jumlah Jam Kerja Nilai (%)
(1) (4)
0 jam 0,92
1 - 34 jam 26,85
>= 35 jam 72,23
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Sakernas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.5 FERTILITAS DAN
KELUARGA BERENCANA
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 52
5. Fertilitas dan Keluarga Berencana.
Usia perkawinan pertama seorang wanita berpengaruh terhadap resiko
melahirkan. Semakin muda usia perkawinan pertama, semakin besar resiko yang
dihadapi selama masa kehamilan / melahirkan baik keselamatan ibu maupun anak,
karena belum matangnya rahim wanita muda untuk proses berkembangnya janin, atau
karena belum siapnya mental menghadapi masa kehamilan / melahirkan. Demikian
pula sebaliknya, semakin tua usia perkawinan pertama (melebihi usia yang dianjurkan
dalam program KB), juga semakin tinggi resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan/
melahirkan.
Tabel 3.5.1 menampilkan persentase penduduk wanita usia 10 tahun ke atas
yang pernah kawin menurut umur perkawinan pertama. Secara umum, modus usia
saat perkawinan pertama adalah 19-24 tahun (53,54%) ini menunjukkan semakin
meningkatnya kesadaran wanita akan besarnya resiko perkawinan usia muda. Namun
demikian persentase wanita pernah kawin yang usia perkawinan pertamanya kurang
dari 16 tahun masih mencapai 6,13 persen perempuan pernah kawin. Perkawinan di
bawah umur ini terjadi baik di daerah perdesaan maupun di daerah perkotaan.
Perkawinan di bawah umur di perdesaan sebesar 6,21 persen, hal yang sebanding juga
terjadi di daerah perkotaan sebesar 6,02 persen.
Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang wanita karena
pada rentang usia tersebut kemungkinan wanita melahirkan anak cukup besar. Wanita
yang usianya berada pada periode ini disebut Wanita Usia Subur ( WUS ) dan
Pasangan Usia Subur ( PUS ) bagi yang berstatus kawin.
Semakin banyak jumlah PUS, maka peluang banyaknya anak yang dilahirkan
juga semakin besar. Semakin banyak jumlah anak berarti semakin besar tanggungan
kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota
rumah tangganya. Dengan demikian pembatasan jumlah anak perlu diperhatikan agar
tercapai keluarga yang sejahtera.
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui
program Keluarga Berencana ( KB ). Pada tabel 3.5.2 terlihat bahwa persentase
wanita usia 15-49 tahun pernah kawin dan pernah meggunakan/memakai alat/cara KB
adalah 85,15 persen sisanya (14,85%) tidak/belum pernah pakai alat/cara KB,
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 53
sementara yang sedang menggunakan alat/cara KB sebesar 78,50 persen dari wanita
usia subur yang pernah/sedang kawin.
Menurut alat kontrasepsi yang digunakan, pemakai kontrasepsi suntikan dan
IUD merupakan alat KB yang banyak digandrungi dengan proporsi masing-masing
58,89 persen dan 20,13 persen sedangkan cara KB lainnya Pil KB (10,40 persen),
MOW (6,99 persen), susuk KB (1,05 persen), serta kondom (0,72 persen). Sementara
yang memakai alat tradisionil juga masih cukup besar yaitu 1,82 persen (lihat tabel
3.5.3).
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan hidup per wanita usia 15-49 tahun
(WUS) atau perbandingan anak lahir hidup terhadap seluruh wanita usia 15-19 tahun
adalah 1,24 orang, sedangkan rata-rata jumlah anak lahir hidup terhadap wanita usia
15-49 tahun dan kawin atau pernah kawin sebesar 1,58 orang.
Gambar 5. Penggunaan Alat Kontrasepsi KB
di Kabupaten Buleleng, 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 54
Beberapa Indikator Fertilitas dan Keluarga Berencana
Di Kabupaten Buleleng, Tahun 2012
I n d i k a t o r N i l a i
(1) (2)
Penduduk wanita 10 tahun ke atas yang pernah
kawin menurut usia kawin pertama (%)
a. Di bawah 16 tahun
b. 16 tahun
c. 17-18 tahun
d. 19-24 tahun
e. 25 tahun ke atas
Penggunaan alat kontrasepsi KB ( % )
a. Suntikan KB
b. IUD
c. Pil KB
d. Tubektomi
e. Vasektomi
f. Lainnya
6,13
5,15
20,39
53,54
14,80
58,59
20,13
10,40
6,99
0
3,59
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 55
Tabel 3.5.1 : Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut Umur
Perkawinan Pertama, Di Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Umur Perkawinan
Pertama
Banyaknya (%)
Perkotaan Perdesaan Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
· Di bawah 16 tahun 6,02 6,21 6,13
· 16 tahun 2,19 7,37 5,15
· 17-18 tahun 18,05 22,13 20,39
· 19-24 tahun 53,43 53,62 53,54
· 25 tahun ke atas 20,32 10,67 14,80
Jumlah 100 100 100
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 56
Tabel 3.5.2 : Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut
Pernah/sedang Pakai Alat/cara KB Di Kabupaten Buleleng Tahun
2012
Pernah / Sedang Pakai
Alat KB Banyaknya (%)
(1) (2)
Pernah Pakai Alat KB
Tidak Pernah Pakai Alat KB
85,15
14,85
Jumlah Wanita 15-49 Tahun dan Kawin 100
Sedang Pakai Alat KB
Tidak Sedang Pakai Alat KB
78,50
21,50
Jumlah Wanita Pernah ber KB 100
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 57
Tabel 3.5.3 : Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin
Menurut Alat/cara KB yang Digunakan Di Kabupaten
Buleleng Tahun 2012
Alat / Cara KB Banyaknya (%)
Yang Sedang Digunakan
(1) (2)
· MOW / Tubektomi 6,99
· MOP / Vasektomi 0
· AKDR / IUD / Spiral 20,13
· Suntikan KB 58,89
· Susuk KB / Norplan / Alwalit 1,05
· Pil KB 10,4
· Kondom / Karet KB/Tisue/Kondom Wanita 0,72
· Cara Tradisional 1,82
Jumlah 100
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 58
Tabel 3.5.4 : Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup, Di Kabupaten
Buleleng Tahun 2012
Jumlah Anak Yang
Lahir Hidup ( ALH ) Banyaknya Wanita (%)
(1) (2)
0 orang
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang
7 orang
8 orang
9 orang
10 orang lebih
5,67
15,52
28,19
20,38
11,58
7,53
3,79
2,48
1,70
0,93
2,24
Jumlah 100
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 59
Tabel 3.5.5 : Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Jumlah Anak Yang Masih Hidup, Di Kabupaten
Buleleng Tahun 2012
Jumlah Anak Yang
Masih Hidup ( AMH ) Banyaknya Wanita (%)
(1) (2)
0 orang
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang
7 orang
8 orang
9 orang
10 orang lebih
5,90
16,26
29,82
21,72
13,73
6,80
3,06
1,14
0,53
0,43
0,60
Jumlah 100
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 60
Tabel 3.5.6 : Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin Menurut
Jumlah Anak yang Sudah Meninbggal, Di Kabupaten Buleleng
Tahun 2012
Jumlah Anak Yang
Sudah Meninggal Banyaknya Wanita (%)
(1) (2)
0 orang
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
5 orang
6 orang
7 orang lebih
83,55
9,35
3,36
1,86
0,63
0,31
0,39
0,55
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 61
Tabel 3.5.7 : Rata-rata Anak Lahir Hidup per Wanita Usia 15-49 Tahun
dan Pernah Kawin, Di Kabupaten Buleleng Tahun 2012
U r a i a n N i l a i
(1) (2)
Jumlah Anak Lahir Hidup
Jumlah Wanita 15-49 Tahun
Jumlah Wanita Usia 15-49 Tahun
Yang Pernah Kawin
Rata-Rata Jumlah ALH per Wanita
Usia 15-49 Tahun
( Perbandingan ALH terhadap wanita
15 – 49 tahun )
Rata-Rata Jumlah ALH per Wanita
Usia 15-49 Tahun dan Pernah Kawin
( Perbandingan ALH terhadap wanita
15 – 49 tahun dan pernah kawin )
284.925
159.841
127.567
1,78
2,23
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.6 PERUMAHAN DAN
PEMUKIMAN
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 62
6. Perumahan dan Pemukiman
Di samping pangan (makanan) dan sandang (pakaian), papan (perumahan)
merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Berdasarkan sifatnya permintaan unit
rumah akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Disisi lain
meningkatnya permintaan tersebut harus diimbangi dengan penyediaan akan
kebutuhan perumahan bagi penduduk. Dengan demikian rumah layak huni yang
diidam-idamkan penduduk dapat dipenuhi. Kondisi dan kualitas rumah yang ditempati
umumnya dapat menunjukkan keadaan sosial ekonomi rumah tangga.
Melalui data Susenas dapat digali beberapa informasi penting mengenai
keadaan perumahan antara lain penguasaan bangunan tempat tinggal, luas lantai, jenis
lantai, jenis atap, jenis dinding, sumber penerangan, fasilitas air minum, sumber air
minum, fasilitas tempat buang air besar dan sebagainya.
Dari 174.762 rumah tangga di Tahun 2012, sebagian besar (83,10 persen)
penduduk Kabupaten Buleleng telah menempati rumah milik sendiri, dan ada sekitar
8,47 persen penduduk menempati rumah milik orang tua/sanak saudara, sedangkan
sisanya menempati rumah bebas sewa, kontrak, dinas dan sebagainya (tabel 3.6.1).
Kebanyakan dari mereka (36,54 persen) menempati rumah tempat tinggal dengan luas
lantai antara 50-99 m2. Walaupun masih terdapat sebagian kecil saja (5,96 persen)
hanya memiliki luas lantai kurang dari 50 m2. (Tabel 3.6.2).
Atap rumah penduduk didominasi oleh bahan dengan kualitas baik yaitu
genteng/asbes/seng/beton (99,26 persen), dan hanya 5,40 persen saja yang memiliki
atap kualitas rendah (daun dan lainnya). Hal ini mencerminkan kondisi rumah
penduduk di Kabupaten Buleleng relatif cukup baik (Tabel 3.6.3)
Apabila dilihat dari jenis lantai terluas yang ditempati tercatat hampir sebagian
besar (94,60 %) rumah penduduk menggunakan lantai yang bukan tanah, walaupun
sementara masih ada yang menggunakan lantai tanah sebesar 5,40 persen (Tabel
3.6.4).
Selain atap dan lantai rumah, jenis dinding rumah juga dapat menunjukkan
tingkat kesejahteraan masyarakat, dimana semakin tinggi nilai/kualitasnya dapat
dikatakan semakin sejahtera tingkat kehidupannya. Hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan, budaya masyarakat dan tersedianya bahan baku. Pada Tabel
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 63
3.6.5 terlihat bahwa 93,57 persen rumah penduduk di Kabupaten Buleleng telah
menggunakan tembok sebagai dinding rumah, walaupun masih terdapat rumah yang
menggunakan dinding dari kayu/bamboo/lainnya sebesar 6,43 persen.
Listrik merupakan sumber penerangan yang mempunyai nilai paling tinggi
dibandingkan sumber penerangan lainnya. Karenanya rumah tangga yang
menggunakan listrik dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik
dibanding lainnya. Pada Tabel 3.6.6 terlihat sebesar 98,99 persen rumah tangga telah
menggunakan listrik sebagai sumber penerangan, namun masih ditemukan 1,01 persen
rumah tangga yang menggunakan pelita/lampu sentir dan petromak.
Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi manusia terutama untuk
minum. Manusia normal membutuhkan air minum rata-rata 1,5 liter (+ 8 gelas) per
hari, karena itu perlu pengadaan air minum yang cukup pada setiap rumah tangga.
Sumber air minum perlu diperhatikan dalam masalah perumahan karena sumber air
minum sangat mempengaruhi kualitas air yang diminum oleh anggota rumah tangga.
Penggunaan air bersih seperti air kemasan dan ledeng tercatat sebesar 53,96 persen.
angka ini memberikan sinyal bahwa penyediaan dan sosialisasi tentang pentingnya
meminum/memanfaatkan air bersih masih harus diupayakan lagi. Sementara konsumsi
air yang kurang bersih seperti mata air tak terlindung, sumur tak terlindung dan
sumber lainnya masih tercatat cukup tinggi yakni sebesar 46,04 persen. (Tabel 3.6.7).
Kotoran manusia, binatang, limbah rumah tangga dan industri merupakan
sumber penyakit. Untuk itu kita semua harus peduli terhadap jarak sumber air tanah
(sumber air minum yang berasal dari pompa, sumur atau mata air) ke tempat
penampungan kotoran tersebut agar terhindar dari kemungkinan mengkonsumsi air
yang kurang sehat. Jarak yang dianjurkan adalah lebih dari 10 meter, semakin jauh
jarak penampungan kotoran tersebut dengan sumber air minum, semakin kecil
kemungkinan tercemarnya air yang digunakan rumah tangga. Berdasarkan hasil
susenas Tahun 2012, sebagian besar rumah tangga (89,46%) jarak sumber air
minumnya yang dari pompa, mata air dan sumur lebih dari 10 meter, namun masih
ditemukan sebanyak 4,05 persen dari jumlah rumah tangga yang jarak sumber airnya
ke penampungan kotoran/tinja kurang dari 10 meter. Sementara 7,44 persen dari
jumlah rumah tangga menjawab tidak tahu ( Tabel 3.6.8 ).
Rumah tangga yang mengutamakan unsur kesehatan tentunya tidak dapat
dilepaskan dari aspek fasilitas pembuangan air besar. Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 64
menunjukkan sudah 99,60 persen rumah tangga telah menggunakan jamban, namun
demikian masih ada yang tidak menggunakan jamban sebesar 0,40 persen.
Untuk menghindari tercemarnya sumber air minum rumah tangga dari resapan
air yang berasal dari tempat pembuangan akhir tinja, sebaiknya dibuat dengan jarak
tertentu atau sejauh mungkin dengan bak penampungan sehingga sumber air minum
rumah tangga sekitarnya tidak terkontaminasi oleh resapan dari tempat pembuangan
akhir. Sebesar 81,99 persen rumah tangga telah menggunakan tangki sebagai tempat
pembuangan akhir tinja, menggunakan pantai/kebun sebesar 9,10 persen, langsung ke
sungai/laut/danau sebesar 5,18 persen, ke lobang tanah 3,35 persen dan hanya sebesar
0,38 persen tempat pembuangan lainnya, seperti Tabel 3.6.11.
Memperhatikan penggunaan bahan bakar untuk memasak, ternyata kayu bakar
masih dominan (50,00 persen) digunakan oleh penduduk Kabupaten Buleleng
kemudian disusul dengan gas/elpiji (45,26 persen), minyak tanah (1,22 persen), dan
bahan bakar lainnya (3,04 persen)
Gambar 6. Bahan Bakar Utama Untuk Memasak
Di Kabupaten Buleleng, 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 65
Beberapa Indikator Perumahan di Kabupaten
Buleleng, Tahun 2012
I n d i k a t o r N i l a i
(1) (2)
Jumlah Rumah Tangga ( N ) 174.762
Luas Lantai ( % )
a. Kurang dari 50 m2 51,96
b. 50 - 99 m2 36,54
c. Lebih dari 100 m2
11,50
Jenis Lantai ( % )
a. Bukan tanah/bamboo 94,60
b. Tanah/bamboo 5,40
Jenis Atap ( % )
a. Genteng/seng/beton/asbes 99,26
b. Daun-daunan, Lainnya 0,74
Jenis Dinding ( % )
a. Tembok 93,57
b. Bambu, Kayu, Lainnya 6,43
Sumber Penerangan ( % )
a. Listrik 98,99
b. Non Listrik 1,01
Sumber Air Minum ( % )
a. Air Kemasan/Ledeng 53,96
b. Lainnya 46,04
Fasilitas Tempat Buang Air Besar ( % )
a. Ada 85,54
b. Tidak Ada 14,46
Sumber : BPS, Hasil Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 66
Tabel 3.6.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Status Penguasaan
Bangunan Tempat Tinggal, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Status Penguasaan Bangunan Banyak
Tempat Tinggal Rumah Tangga
(1) (2)
1. Milik Sendiri 83,10
2. Kontrak 1,70
3. Sewa 2,44
4. Bebas Sewa 3,07
5. Dinas 1,23
6. Milik Ortu/sanak/saudara 8,47
7. Lainnya 0,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 67
Tabel 3.6.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai
Tempat Tinggal, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Luas Lantai Tempat Tinggal Banyak
Rumah Tangga
(1) (2)
< 20 7,56
20-49 44,40
50-99 36,54
100-149 7,50
150+ 4,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 68
Tabel 3.6.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap
Terluas, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Jenis Atap Terluas Banyak
Rumah Tangga
-1 -2
* Beton 1,49
* Genteng 46,85
* Sirap 0,07
* Seng 47,34
* Asbes 3,51
* Ijuk/Rumbia 0,58
* Lainnya 0,16
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 69
Tabel : 3.6.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Tempat
Tinggal Terluas Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Jenis Lantai Terluas
Jumlah
Rumah Tangga
(1) (2)
Bukan Tanah/Bambu 94,60
Tanah/Bambu 5,40
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 70
Tabel : 3.6.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Tempat
Tinggal Terluas Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Jenis Dinding Jumlah
Terluas Rumah Tangga
(1) (2)
Tembok 93,57
Kayu 1,52
Bambu 4,18
Lainnya 0,73
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 71
Tabel 3.6.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan
Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Sumber Penerangan Jumlah
Rumah Tangga
-1 -2
· Listrik PLN 98,99
· Listrik Non PLN 1,81
· Petromak/Aladin 0
· Pelita/Sentir 0,74
· Lainnya 0,27
Jumlah 100
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 72
Tabel 3.6.7
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
Air Minum, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Sumber Air Jumlah
Minum Rumah Tangga
(1) (2)
Air Kemasan 10,24
Ledeng Meteran 42,62
Ledeng Eceran 1,11
Pompa 3,61
Sumur Terlindung 6,46
Sumur Tdk Terlindung 0,57
Mata Air Terlindung 26,61
Mata Air Tak Terlindung 6,89
Air Sungai 1,6
Air Hujan 0,29
Lainnya 0
Jumlah 100
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 73
Tabel 3.6.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air Minum
ke Penampungan Tinja Terdekat, di Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Jarak ke Penampungan Jumlah
Rumah Tangga
(1) (2)
< = 10 m 4,05
> 10 m 89,46
Tidak Tahu 6,49
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 74
Tabel 3.6.9
Persentase Rumah Tangaga Menurut Penguasaan Fasilitas
Buang Air Besar, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Fasilitas Tempat Buang Jumlah
Air Besar Rumah Tangga
(1) (2)
Sendiri 67,69
Bersama 17,85
Umum 0,00
Tidak ada/tak pakai jamban 14,46
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 75
Tabel 3.6.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset Yang
Dipakai, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Jenis Kloset
Jumlah
Rumah Tangga
(1) (2)
Leher Angsa 94,77
Plengsengan 3,26
Cemplung/Cubluk 1,57
Tidak Pakai 0,40
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 76
Tabel 3.6.11
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Tinja
Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Tempat Pembuangan Tinja
Jumlah
Rumah Tangga
(1) (2)
1. Tangki/ SPAL 81,99
2. Kolam/Sawah 0
3. Sungai/Danau/Laut 5,18
4. Lubang Tanah 3,35
5. Pantai/Tanah lapang/Kebun 9,1
6. Lainnya 0,38
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 77
Tabel 3.6.12
Persentase Rumah Tangga Menurut Bahan Bakar Untuk
Memasak, Kabupaten Buleleng Tahun 2012
Bahan Bakar Untuk Memasak
Jumlah
Rumah Tangga
(1) (2)
1. Gas/Elpiji 45,26
2. Minyak Tanah 1,22
3. Kayu Bakar 50,00
4. Lainnya 3,04
5. Tidak Memasak 0,48
Jumlah 100,00
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
III.7 DISTRIBUSI
PENDAPATAN DAN
POLA KONSUMSI
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 78
7. Distribusi Pendapatan dan Pola Konsusmsi
Pemerataan pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi yang sangat penting. Pemerataan Pendapatan dimaksud disini
adalah seberapa besar jumlah pendapatan yang dapat dinikmati oleh rumah tangga/
penduduk pada umumnya. Dengan mengikuti formulasi oleh Bank Dunia, hasil
analisis data Susenas 2012 menunjukkan bahwa 40 persen penduduk berpenghasilan
rendah di Kabupaten Buleleng menikmati sebanyak 39,96 persen pendapatan. Ini
menunjukkan kondisi pemerataan pendapatan di Kabupaten Buleleng tergolong baik
(penghasilan rendah menikmati lebih dari 17 persen).
Dari hasil penghitungan Gini Ratio di Kabupaten Buleleng Tahun 2012 ( tabel
3.7.1 ) tercatat bahwa tingkat pemerataan pendapatan penduduk Kabupaten Buleleng
berada dalam ketimpangan rendah yaitu angka indeks Gini = 0,3450 (sama atau lebih
kecil dari 0,3500 menunjukkan ketimpangan rendah, lebih besar dari 0,3500 dan lebih
kecil dari 0,5000 menunjukkan ketimpangan sedang dan sama atau lebih besar dari
0,5000 menunjukkan ketimpangan tinggi ). Indeks Gini Kabupaten Buleleng lebih
rendah dari Propinsi Bali yang tercatat Tahun 2012 sebesar 0,3450. Jika dibandingkan
dengan satu dekade (5 tahun yl/tahun 2006), gini ratio Kabupaten Buleleng tercatat
0,2385 ini berarti fenomena ekonomi sudah sangat jauh berbeda membuat
kesenjangan pendapatan semakin terlihat nyata, namun demikian masih pada tingkat
ketimpangan rendah.
Pengumpulan data konsumsi/pengeluaran melalui Susenas dilakukan dengan
dua pendekatan yaitu menggunakan pertanyaan rinci melalui “modul konsumsi/
pengeluaran rumah tangga” yang dilaksanakan tiga tahun sekali (1993, 1996, 1999,
2002, 2005, 2008, 2012 dan seterusnya) dan menggunakan pertanyaan tidak rinci
melalui kor, yang datanya dikumpulkan setiap tahun sejak 1992.
Konsumsi/pengeluaran rumah tangga penduduk dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan (bukan makanan).
Konsumsi makanan meliputi beras, umbi-umbian, daging/ikan, sayur-sayuran, buah-
buahan, kacang-kacangan, susu dan telur, bahan minuman, tembakau sirih dan rokok
dan makanan jadi lainnya; sedangkan konsumsi non/bukan makanan meliputi
kelompok perumahan, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan,
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 82
BAB IV. SIMPULAN
1. Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 diperkirakan sekitar
642.159 jiwa, dengan komposisi 320.335 jiwa (49,88%) penduduk laki-laki
dan 321.824 jiwa (50,12%) penduduk perempuan. Perkiraan jumlah
penduduk ini dihitung berdasarkan metode secara tidak langsung (indirect
estimate) dengan penimbang rasio antara hasil proyeksi dengan sampel.
2. Angka ketergantungan (depedency ratio) penduduk Kabupaten Buleleng
sebesar 56,68. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung
sekitar 57 orang penduduk usia tidak produktif.
3. Dari hasil pendataan Susenas 2012 sebagian besar (97,34 persen) proses
persalinan/kelahiran bayi ditolong tenaga medis (Dokter, Bidan atau Tenaga
Paramedis), hal ini menunjukkan adanya kecendrungan masyarakat untuk
memilih tenaga medis dibandingkan dengan tenaga non medis seperti dukun
dan famili.
4. Banyaknya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan atau angka
kesakitan (morbidity rate) sebesar 32,52 persen yang besarannya hampir
berimbang antara laki dan perempuan. Tiga jenis keluhan yang paling banyak
dialami penduduk adalah sakit panas, batuk dan pilek.
5. Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia pendidikan dasar (SD-SLP) yaitu usia 7-
15 tahun masih perlu mendapat perhatian karena masih ada sekitar 1,76
persen berhenti sekolah (dropout di SMP/MTs).
6. Pada tahun 2012 persentase penduduk usia 15 th keatas yang buta huruf di
Kabupaten Buleleng mencapai sekitar 8,95 persen, sebesar 41,00 persen
penduduk yang buta huruf untuk usia 65 tahun keatas dan hanya sebesar 1,26
persen penduduk yang buta huruf untuk usia 15-24 tahun.
7. Jumlah Angkatan kerja di tahun 2012 tercatat sebanyak 366.276 jiwa.
Diantaranya terdapat 3,15 persen yang menganggur (penganggur terbuka).
Sedangkan Pengangguran Terselubung atau Setengah Penganggur tercatat
28,93 persen dari penduduk yang bekerja.
8. Dominasi Lapangan pekerjaan utama penduduk di tahun 2012 telah bergeser
ke sector tersier (49,05 persen), disusul sektor primer (34,88 persen)
selanjutnya sektor sekunder (16,07 persen).
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 79
pengeluaran alas kaki, pakaian, tutup kepala, barang tahan lama, pajak/asuransi dan
pengeluaran pesta/upacara agama/adat.
Pola konsumsi atau kecendrungan untuk mengkonsumsi makanan dan bukan
makanan biasanya mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, selera dan lingkungan. Konsumsi makanan pada suatu titik akan
menjadi statis karena telah mencapai titik kulminasi/kepuasan, sementara konsumsi
bukan/non makanan akan terus berkembang mengikuti tingkat pendapatan penduduk.
Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat pula diukur melalui proporsi
besarnya konsumsi/pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga pada konsumsi
makanan dan non makanannya. Diasumsikan bahwa semakin besar porsi
konsumsi/pengeluaran rumah tangga untuk bukan makanan dibandingkan porsi pada
konsumsi/pengeluarah pada makanan, maka tingkat kesejahteraan rumah tangga yang
bersangkutan semakin baik.
Secara keseluruhan pola konsumsi penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2012
untuk konsumsi makanan dan konsumsi Non Makanan menunjukkan tingkat
kesejahteraan yang baik karena proporsi konsumsi untuk makanan lebih kecil dengan
proporsi konsumsi untuk Non Makanan yaitu masing-masing sebesar 49,05 persen
untuk Makanan dan 50,95 persen untuk Non Makanan.
Gambar 7. Perbandingan Konsumsi Makanan dan Non
Makanan Kabupaten Buleleng, 2012
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 80
Beberapa Indikator Ekonomi, Kabupaten Buleleng, Tahun 2012
I n d i k a t o r N i l a i
(1) (2)
Jumlah Penduduk 642.159
Jumlah Rumah Tangga 174.762
Pola Konsumsi (Rata-rata per kapita/bulan)
a. Makanan
- Rupiah 291.180
- % 49,05
b. Non Makanan
- Rupiah 302.447
- % 50,95
c. Rata-rata konsumsi per kapita / bulan ( Rp ) 593.627
(Total Pengeluaran)
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 81
Tabel : 3.7.1
Gini ratio dan Distribusi Pendapatan
Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2012
U r a i a n B a n y a k n y a
(1) (2)
Gini Ratio
a. Kab. Buleleng
b. Prov. Bali
Rata-Rata Pendapatan Penduduk ( Rp )
Distribusi Pendapatan ( % )
a. 40 % penduduk berpengeluaran rendah
b. 40 % penduduk berpengeluaran sedang
c. 20 % penduduk berpengeluaran tinggi
0,3450
0,4355
593.627
39,96
40,05
19,99
Sumber : BPS, Susenas 2012
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
Profil Kesra Kab. Buleleng 2013 ( hasil Susenas dan Sakernas 2012) 83
9. Wanita pernah kawin yang usia perkawinan pertamanya kurang dari 16 tahun
(perkawinan usia muda/di bawah umur) masih cukup tinggi yaitu sebesar 6,13
persen, walaupun demikian angka perkawinan pada umur yang ideal (19-24
tahun) masih tetap dominan (53,54 persen)
10. Partisipasi PUS dalam ber KB relatif masih dominan dengan pemakaian suntik
KB (58,89 persen). Dan disusul dengan AKDR (20,13 persen) dan pil KB
(10,4 persen).
11. Keadaan kualitas lingkungan perumahan umumnya masih perlu ditingkatkan.
penggunaan fasilitas tempat buang air besar, tempat pembuangan akhir tinja
dan jarak ke tempat penampungan limbah masih perlu mendapat perhatian
kedepan untuk menunjang terwujudnya lingkungan yang sehat bagi seluruh
masyarakat. Tahun 2012 masih terdapat rumah tangga yang tidak
menggunakan jamban sebesar 14,46 persen dari 174.762 total rumah tangga,
sementara jumlah rumah tangga dengan jarak ke tempat tampung limbah
yang kurang dari 10 meter tercatat sebesar 4,05 persen.
12. Di Tahun 2012 masih terdapat rumah tangga yang kondisi lantai rumahnya
belum menggunakan bahan penutup lantai yang cukup berkualitas (bukan
tanah) yaitu sebesar 5,40 persen. Sementara yang sudah menggunakan lantai
bukan tanah baru tercatat sebesar 94,60 persen.
13. Berdasar formulasi Bank Dunia dan penghitungan gini ratio menunjukkan
bahwa pemerataan pendapatan di Kabupaten Buleleng tergolong baik dengan
tingkat ketimpangan rendah yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah
telah menerima 39,96 persen dari total pendapatan penduduk seluruhnya,
angka ini sudah cukup baik karena menurut criteria bank dunia penerimaan
penduduk pada klaster 40 persen berpendapatan rendah tersebut telah
menikmati lebih dari 17 persen total pendapatan.
14. Pola konsumsi penduduk Kabupaten Buleleng tahun 2012 telah menunjukkan
angka yang menggembirakan karena pola konsumsinya sebagian besar telah
digunakan untuk konsumsi non makanan (50,95 persen).
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
https:
//bulel
engka
b.bps.g
o.id
top related