BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 21
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan inflasi
disebabkan oleh menurunnya harga komoditas bahan makanan. Lancarnya ketersediaan
pasokan menjadi faktor utama menurunnya harga komoditas bumbu-bumbuan seperti cabe
dan bawang merah.
2.1 INFLASI GORONTALO
Inflasi Gorontalo pada triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan inflasi
periode laporan terutama akibat dari menurunnya volatile food yang mengalami deflasi
sebesar 0.90% (y.o.y) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 12,07% (y.o.y). Sementara itu, core inflation sebesar 6,44% (y.o.y) lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,64% (y.o.y). Sedangkan administered
price sebesar 2,96% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,47%
(y.o.y).
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Melemahnya tekanan inflasi disebabkan oleh menurunnya harga komoditas bahan
makanan terutama bumbu-bumbuan. Meskipun harga barang sandang mengalami kenaikan
karena meningkatnya tekanan permintaan masyarakat saat Ramadhan dan Lebaran, namun
penurunan harga yang signifikan dari komoditas bumbu-bumbuan terutama tomat, cabe dan
bawang merah menyebabkan secara keseluruhan inflasi Gorontalo mengalami perlambatan.
Lancarnya ketersediaan pasokan menjadi faktor utama menurunnya harga komoditas
bumbu-bumbuan. Cuaca yang mendukung meningkatkan produktivitas tanaman tomat dan
cabe. Di sisi lain, permintaan cabe dari Manado juga masih minim sehingga harga cabe di
Gorontalo cenderung menurun. Sementara itu, harga bawang juga jatuh karena hasil liason
JUNI SEPT DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT
Total Inflasi 2.73% 7.60% 7.43% 7.13% 5.28% 5.77% 6.17% 6.69% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27%
Core Inflation 3.41% 3.40% 2.68% 2.79% 3.43% 3.53% 4.23% 4.27% 4.64% 4.50% 5.47% 6.44%
Volatile Food 1.95% 15.71% 16.30% 15.41% 8.40% 8.57% 8.69% 11.35% 12.07% 12.46% 1.55% -0.90%
Administered Price 2.39% 5.30% 5.25% 4.90% 4.69% 6.52% 6.75% 5.30% 5.47% 4.26% 4.25% 2.96%
Total Inflasi 0.20% 0.36% 0.59% 0.10% -0.07% -0.01% -0.50% 0.92% 0.60% 1.26% 0.84% -0.27%
Core Inflation 0.23% 0.03% 0.19% 0.56% 0.55% 0.20% 0.56% 0.12% 0.59% 1.18% 1.60% 0.95%
Volatile Food 0.29% 0.22% 1.22% -0.32% -0.83% -1.56% -2.49% 2.68% 0.94% 2.00% -0.15% -2.20%
Administered Price -0.02% 1.24% 0.46% -0.21% -0.20% 1.92% 0.21% 0.08% 0.14% 0.33% 0.71% -0.01%
2010Disagregasi
2011
Inflasi Bulanan (mtm)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
dengan para pedagang menginformasikan bahwa daerah asal impor bawang sedang
mengalami panen raya.
Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo
2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Core inflation atau inflasi inti pada triwulan III-2011 sebesar 6,44% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,64% (y.o.y) seiring dengan meningkatnya
berbagai tekanan faktor fundamental terutama output gap, ekspektasi inflasi, dan imported
inflation. Output gap negatif diperkirakan memberi tekanan inflasi terkait dengan
meningkatnya permintaan masyarakat dalam rangka perayaan Ramadhan dan Lebaran
pada triwulan laporan. Permintaan masyarakat tersebut terutama mendorong kenaikan
harga barang sandang yang pada umumnya masuk dalam perhitungan inflasi inti. Di sisi
lain, diperkirakan kapasitas produksi masih belum mampu mengimbangi tingginya
permintaan masyarakat. Hal ini diindikasikan oleh Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
yang menunjukkan lemahnya kapasitas produksi pada triwulan laporan.
Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.2 Kapasitas Produksi
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 23
Ekspektasi inflasi pada triwulan laporan diperkirakan masih optimis dengan nilai
indeks di atas 100, yang berarti bahwa masyarakat menganggap bahwa harga barang akan
mengalami kenaikan.
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo
Grafik 2.3 Indeks Keyakinan Konsumen
Faktor kenaikan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar
daerah atau luar negeri turut mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti di Gorontalo. Tren
kenaikan harga komodtias internasional seperti emas ikut memberi sumbangan kepada
kenaikan core inflation.
Sumber : Bloomberg
Grafik 2.4 Perkembangan Harga Emas Internasional
Harga
Perubahan Harga (yoy)
% yoy
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL
Faktor non-fundamental merupakan penyebab utama melemahnya inflasi Gorontalo
terutama dari volatile food inflation. Adapun komoditas yang mengalami tren penurunan
yang cukup signifikan adalah bawang merah, cabe merah, dan cabe keriting. Hasil
konfirmasi dengan para pedagang mengemukakan bahwa merosotnya harga-harga
komoditas dimaksud disebabkan oleh melimpahnya pasokan. Untuk komoditas bawang
merah, penurunan harga terjadi karena pada periode laporan terjadi panen raya bawang
merah di kota asal impor yaitu Bima, Nusa Tenggara Timur. Sebagai informasi bahwa
Gorontalo belum dapat memproduksi bawang merah sendiri sehingga mengimpor dari NTT
atau Sulawesi Tengah. Sementara itu, pasokan cabe sangat melimpah pada periode
laporan seiring dengan menguatnya produksi akibat musim yang mendukung (kemarau)
disamping permintaan ekspor ke Manado pada periode ini masih relatif rendah.
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan
Tabel 2.2 Perkembangan Harga-Harga
Sumber : Survei Pemantauan Harga, KBI Gorontalo
Komoditas Satuan 28/3 25/4 23/5 6/6 20/6 11/7 8/8 22/8 12/9 26/9
Beras
Super Win kg 8,000 8,000 7,500 7,000 8,500 7,000 8,000 8,000 8,000 8,000
Ciheran kg 7,000 7,000 6,500 6,000 7,000 6,500 7,500 7,500 7,000 7,000
IR 64 kg 7,000 7,000 6,000 5,000 6,000 6,000 7,000 7,000 7,000 7,000
Cabe
Cabe Rawit kg 50,000 48,000 40,000 40,000 45,000 30,000 22,000 22,000 24,000 22,000
Cabe Keriting kg 16,000 18,000 14,000 16,000 20,000 15,000 16,000 10,000 14,000 12,000
Bawang
Merah kg 25,000 27,000 24,000 27,000 28,000 28,000 28,000 18,000 18,000 16,000
Putih kg 27,000 18,000 26,000 28,000 26,000 25,000 16,000 16,000 14,000 14,000
Tomat kg 3,000 6,000 6,000 12,000 7,000 7,000 4,000 4,000 3,000 6,000
Gula Pasir kg 12,000 12,000 12,000 11,500 11,500 11,500 11,000 10,000 10,000 10,000
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 25
Sementara itu, administered price relatif minimal karena belum terdapat kebijakan
strategis pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Namun, masih terdapat
hambatan dalam penyaluran distribusi BBM sehingga masih kerap terjadi antrian panjang di
SPBU. Disinyalir, terdapat pihak tertentu yang mengganggu distribusi barang melalui
penimbunan sehingga stok di SPBU seringkali habis walaupun sebetulnya pasokan BBM di
daerah cukup.
2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA
2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)
Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2011 sebesar 3,27% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,11% (y.o.y). Melemahnya tekanan
inflasi terutama disebabkan oleh menurunnya inflasi kelompok bahan makanan.
Tabel 2.3
Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Penurunan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh sub kelompok
bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi sebesar -14,33% (y.o.y) jauh lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 45,46% (y.o.y) dan
tahun sebelumnya sebesar 49,00% (y.o.y). Penurunan inflasi komoditas bumbu-bumbuan
sangat terasa bila dibandingkan dengan tahun lalu (2011) saat terjadi kenaikan harga cabe
dan bawang merah secara nasional (terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia) akibat
cuaca yang kurang mendukung. Sebaliknya pada tahun 2011, kondisi produksi kedua
komoditas tersebut sangat baik bahkan di sentra-sentra penanaman bawang di Indonesia
seperti Brebes, Jawa Tengah dan Bima, Nusa Tenggara Barat terjadi panen raya sehingga
harga bawang pada periode ini jatuh. Gorontalo sebagai daerah yang mengimpor hampir
seluruh komoditas bawang merah dari daerah lain mendapatkan pengaruh dari turunnya
harga bawang merah di pasaran lokal. Di sisi lain, produksi cabe Gorontalo pada periode
laporan juga sangat baik karena cuaca yang mendukung untuk pertanaman cabe.
9 10 11 12 3 6 7 8 9
Inflasi Umum 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% 5.77% 7.11% 6.91% 3.92% 3.27%
1 Bahan makanan 15.63% 11.15% 11.25% 16.20% 8.50% 12.04% 12.49% 1.74% -0.70%
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 7.87% 7.06% 6.87% 13.43% 8.32% 7.44% 4.65% 4.37% 4.82%
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.45% 3.11% 2.68% 12.53% 4.21% 5.05% 5.64% 5.92% 6.58%
4 Sandang 3.05% 3.39% 3.71% 6.39% 4.14% 5.12% 6.61% 12.51% 12.33%
5 Kesehatan 2.37% 2.33% 2.27% 2.32% 2.22% 3.43% 3.75% 3.39% 3.50%
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.41% 0.51% 0.51% 0.51% 1.18% 0.60% 0.42% 0.48% 3.88%
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.57% 1.55% 2.13% 2.53% 2.44% 3.36% 2.34% 2.94% 1.38%
2010 2011No
Inflasi Tahunan
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Sementara, permintaan ekspor ke Manado masih sangat minim sehingga harga terkoreksi
ke bawah.
Tabel 2.4
Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)
Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan III-2011
mengalami inflasi sebesar 1,48% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 1,01% (q.t.q). Meningkatknya permintaan masyarakat dalam rangka menyambut
Ramadhan dan Lebaran diperkirakan menjadi faktor utama penyebab kenaikan inflasi
secara triwulanan.
Tabel 2.5 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Secara triwulanan, subkelompok bahan makanan pada triwulan III-2011 mengalami
inflasi sebesar 1,84% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,01%
(q.t.q). Kenaikan inflasi triwulanan terutama didorong oleh inflasi kelompok sandang sebesar
7,93% (q.t.q) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,28% (q.t.q). Kenaikan
harga secara triwulanan secara umum terjadi pada komoditas non-makanan seperti pakaian
akibat dari meningkatnya permintaan masyarakat dalam menyambut Ramadhan dan
Lebaran. Di sisi lain, harga emas di Gorontalo juga terus mengalami kenaikan sejalan
dengan harga internasional. Kenaikan harga emas juga turut memberikan andil dalam
peningkatan inflasi Gorontalo secara triwulanan.
MAR JUNI SEPT DEC MAR JUNI JULI AUG SEPT
BAHAN MAKANAN 5.1 2.03 15.63 16.20 8.5 12.04 12.49 1.74 -0.70
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.46 5.97 16.62 20.20 8.41 13.18 11.18 -0.70 1.67
Daging dan Hasil-hasilnya 0.31 0.63 5.29 6.19 3.88 6.68 9.84 5.16 7.30
Ikan Segar 5.58 -8.8 15.86 8.83 -1.17 9.00 17.55 3.10 0.56
Ikan Diawetkan 10.14 9.94 8.01 6.86 2.46 8.67 15.70 21.37 19.90
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -2.47 -2.91 -0.92 3.27 5.21 5.74 8.17 6.03 2.96
Sayur-sayuran 25.92 30.25 21.8 -0.96 0.86 -17.05 7.91 9.38 -11.79
Kacang - kacangan 4.09 9.04 4.57 14.95 16.27 13.74 15.50 14.96 14.66
Buah - buahan 27.79 -4.61 20.07 9.93 -20.58 34.39 22.80 8.77 -7.71
Bumbu - bumbuan -17.84 26.78 49 77.12 97.34 45.46 5.01 -15.27 -14.33
Lemak dan Minyak 6.45 -7.23 -7.73 -3.42 -4.95 8.38 8.93 7.40 7.84
Bahan Makanan Lainnya 2.3 0.95 0.83 4.37 4.78 5.25 4.29 7.05 7.05
Kelompok / Sub kelompok
2010 2011
9 10 11 12 3 6 7 8 9
Umum 5.63 2.93 0.13 0.36 0.02 1.01 2.81 2.73 1.84
1 Bahan makanan 12.57 7.84 0.17 1.12 -2.66 1.12 5.78 2.93 -0.23
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 4.24 0.65 -0.14 -0.29 2.61 0.74 1.03 2.13 1.69
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 2.11 0.67 -0.42 -0.11 1.73 1.23 2.43 3.26 3.60
4 Sandang 1.00 1.37 1.17 1.58 0.18 2.28 2.07 8.09 7.93
5 Kesehatan 0.69 0.54 0.01 0.03 1.57 1.11 1.36 0.75 0.76
6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.26 0.21 0.22 0.11 0.62 -0.38 -0.45 0.03 3.52
7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2.91 0.61 0.92 -0.21 -0.04 0.69 0.40 1.16 0.94
2010 2011No
Inflasi Triwulanan
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 27
BOKS 2 : LAPORAN MONITORING HARGA PERIODE PUASA DAN
LEBARAN TAHUN 2011
TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH GORONTALO
Beras
Pergerakan harga komoditas beras pada periode Ramadhan mengalami
peningkatan pada kisaran Rp.500/liter untuk beberapa jenis beras kelas menengah.
Harga beras jenis Ciheran tercatat sebesar Rp.6.500/liter pada Minggu ke-3 Agustus, lebih
tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp.6.000/liter. Tren yang sama juga terjadi
pada beras jenis IR-64 yang tercatat Rp.6.000/liter, lebih tinggi dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar Rp.5.500/liter. Sementara itu, beras kelas premium jenis Super Win
relatif stabil pada kisaran Rp.7.500/liter, bahkan cenderung turun pada minggu ke-3
Agustus.
Grafik 2.6 Harga Beras
Kenaikan harga beras hingga pertengahan Ramadhan relatif terkendali di tengah
tingginya tekanan permintaan masyarakat. Hasil konfirmasi dengan pedagang menyatakan
bahwa stok beras cukup aman karena panen raya terjadi sesaat sebelum periode
Ramadhan tiba, meskipun terdapat gagal panen di beberapa wilayah karena banjir. Namun,
masuknya pasokan beras impor dari daerah lain terutama Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah menyebabkan pasokan beras cukup melimpah. Di sisi lain, stok beras Bulog juga
diperkirakan cukup aman mencapai 7.000 ton pada posisi pertengahan Agustus 2010.
Berdasarkan hasil rapat TPID bulan Juli 2011, Bulog menyatakan bahwa cadangan beras
Bulog dapat memenuhi kurang lebih hingga 7 bulan ke depan.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Daging
Harga daging meliputi daging sapi dan daging ayam (ras) cenderung
mengalami tren kenaikan pada periode Ramadhan. Untuk harga daging sapi dan daging
ayam telah mengalami kenaikan yang mencapai puncaknya pada minggu pertama
Ramadhan. Pada pertengahan bulan Juli, harga daging sapi sebesar Rp.18.500/kg
kemudian melonjak naik pada minggu pertama Agustus 2011 hingga mencapai
Rp.76.500/kg. Tren yang sama juga terjadi pada harga daging ayam yang mencapai
Rp.42.200/kg pada minggu pertama Agustus lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya
sebesar Rp.18.500/kg. Berdasarkan informasi dari para pedagang bahwa permintaan
daging sangat tinggi pada awal Ramadhan karena masyarakat Gorontalo memiliki budaya
untuk memasak hidangan istimewa terutama pada minggu pertama berpuasa. Oleh karena
itu, permintaan daging sapi dan daging ayam yang tergolong ‘hidangan istimewa’ sangat
tinggi pada periode dimaksud. Perkembangan selanjutnya, harga daging sapi mulai
menurun namun masih dalam level yang tinggi yaitu sebesar Rp61.000/kg pada minggu ke-
3 Agustus. Sementara, daging ayam terus menunjukkan tren peningkatan hingga mencapai
Rp45.000/kg pada minggu ke-3 Agustus.
Grafik 2.7 Harga Daging Sapi dan Daging Ayam
Bumbu-Bumbuan
Perkembangan harga komoditas bumbu-bumbuan yaitu Barito (bawang,
rica/cabe, dan tomat) diwarnai oleh tren penurunan. Harga cabe merah keriting dan cabe
merah biasa pada bulan Juli berkisar Rp.16.000/kg dan Rp30.000/kg turun masing-masing
menjadi sebesar Rp.11.000/kg dan Rp.19.000/kg pada minggu ke-3 Agustus. Hasil
konfirmasi para pedagang, menginformasikan bahwa kondisi pasokan cabe cukup
melimpah karena pada periode ini permintaan ekspor cabe ke kota Manado masih terbatas,
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 29
sehingga stok di Gorontalo relatif melimpah. Sementara itu, harga bawang merah pada
bulan Juli sebesar Rp.24.200/kg turun menjadi sebesar Rp.16.400/kg pada minggu ke-3
Agustus. Penurunan harga bawang merah, menurut para pedagang, disebabkan karena
saat ini sentra produksi Bawang Merah di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam kondisi
panen raya, sehingga harga impor bawang merah menuju Gorontalo relatif murah. Di sisi
lain, harga tomat juga mengalami penurunan yaitu pada bulan Juli sebesar Rp.7.000/kg
turun menjadi sebesar Rp.5.000/kg pada minggu ke-3 Agustus. Informasi para pedagang
menuturkan bahwa saat ini produksi tomat sangat baik seiring dengan berjalannya musim
kemarau.
Grafik 2.8 Harga Bumbu-Bumbuan
Komoditas lainnya
Pergerakan harga komoditas strategis lainnya seperti tepung terigu, minyak
goreng (Bimoli), dan gula pasir relatif stabil, namun harga komoditas mentega
menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Harga tepung terigu relatif stabil pada kisaran
Rp7.000/kg untuk Merek Segitiga biru dan Rp6.500/kg untuk merek Lencana Mas,
sedangkan harga minyak goreng (Bimoli) dan gula pasir relatif stabil masing-masing pada
kisaran Rp16.500/liter dan Rp.10.000/kg. Berdasarkan survei kepada para pedagang,
bahwa stok tepung terigu di gudang berkisar 329.750 kg, sedangkan stok gula pasir (lokal)
berkisar 595 ton pada pertengahan Agustus. Sementara itu, stok minyak goreng Bimoli
tercatat sebanyak 2.450 galon untuk ukuran 20 kg, 550 karton untuk ukuran 5 liter, dan 240
karton untuk ukuran 1 liter. Sebaliknya, harga mentega menunjukkan tanda-tanda
peningkatan dari Rp35.000/kg pada bulan Juli menjadi Rp36.500/kg pada pertengahan
Agustus. Namun, meskipun terjadi kenaikan harga, para pedagang menginformasikan
bahwa ketersediaan stok mentega cukup baik yaitu sebanyak 4.350 karton untuk kemasan 1
kg, 3.250 karton untuk kemasan 2 kg, 2.200 karton untuk kemasan 200 gram, dan 2.400
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
karton untuk kemasan 250 gram. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya,
pedagang menganggap stok sebesar tersebut di atas cukup aman untuk melayani
permintaan masyarakat hingga periode Puasa dan Lebaran berakhir.
Grafik 2.9 Harga Komoditas Lainnya
Langkah Kebijakan
Berdasarkan pengamatan di lapangan, mengindikasikan bahwa pergerakan harga
barang strategis selama periode Puasa relatif terkendali. Tren kenaikan harga terjadi pada
komoditas beras, daging sapi, daging ayam, dan mentega namun masih dalam level yang
wajar. Sebaliknya, terdapat komoditas yang mengalami penurunan harga terutama bumbu-
bumbuan meliputi bawang merah, cabe merah (rica), dan tomat. Kestabilan harga pada
umumnya disebabkan oleh faktor pasokan yang relatif lancar sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat selama periode Ramadhan. Di sisi lain, anggota Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) juga telah melakukan serangkaian kebijakan untuk menjaga kestabilan
harga meliputi pasar murah dan operasi pasar. Pasar murah telah dijalankan oleh
Diskoperindag, Bulog, dan Pertamina di seluruh kabupaten/kota melalui penjualan
kebutuhan pokok dengan potongan harga kurang lebih 20%. Adapun komoditas yang
tersedia dalam pasar murah diantaranya minyak tanah, minyak goreng, gula, telur, beras,
dan kue-kue. Di samping itu, operasi pasar untuk mengawasi, mengecek, dan memonitor
stok barang juga terus dilakukan. Target operasi pasar diantaranya Pasar Central-Kota,
Pasar Limboto, dan distributor-distributor besar.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 31
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Aktivitas perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2011 masih menunjukkan
peningkatan, yang tercermin dari beberapa indikator perbankan antara lain dari sisi
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Hingga triwulan laporan,
DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum adalah sebesar Rp2,60 trilliun atau secara
(y.o.y) tumbuh sebesar 19,10% dan DPK yang berhasil dihimpun BPR sebesar Rp14,82
milliar atau secara (y.o.y) tumbuh 27,25%. Sedangkan penyaluran kredit bank umum
tercatat sebesar Rp4,31 trilliun atau tumbuh (y.o.y) sebesar 28,39%, sementara pada BPR
tercatat Rp22,09 milliar atau tumbuh (y.o.y) 17,80%. Dilihat dari angka tersebut di atas,
terlihat bahwa permintaan kredit di Gorontalo cukup tinggi seperti ditunjukkan oleh angka
LDR yang mencapai 165,65% pada bank umum dan 149,08% pada BPR. Untuk kredit
bermasalah, hal yang perlu mendapat perhatian adalah pada kredit bermasalah Bank
Perkreditan Rakyat yang masih cukup tinggi dan relatif meningkat dibanding triwulan
sebelumnya yaitu 17,91%, sedangkan kredit bermasalah bank umum masih terjaga pada
level wajar yaitu sebesar 3,33%.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, angka statistik
perbankan mengindikasikan bahwa fungsi intermediasi perbankan Gorontalo telah berjalan
baik sebagaimana tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR). Hingga triwulan III-
2011 indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 165,65% pada bank umum, dan
149,08% pada BPR, artinya bahwa seluruh dana yang disalurkan kepada masyarakat
Gorontalo jauh lebih besar dari pada dana yang dihimpun perbankan Gorontalo. Dari jenis
penggunaan, penyaluran kredit bank umum masih didominasi untuk jenis konsumsi, yakni
sebesar 50,82% dari total kredit yang disalurkan, sedangkan untuk BPR terlihat bahwa
pangsa terbesar penyaluran kredit adalah untuk kredit modal kerja yakni 51,70% dari total
kredit yang disalurkan. Sementara itu jika dilihat secara sektoral, kredit terbesar disalurkan
untuk sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa sebesar 29,53% pada bank
umum dan 36,48% pada BPR.
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Jumlah bank di Gorontalo hingga triwulan III-2011 tercatat sebanyak 12 Bank Umum
Konvensional, 3 Bank Umum Syariah dan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jumlah bank
tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya karena adanya pembukaan kantor
baru, yakni Bank Pundi Kantor Cabang Gorontalo.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Dari jumlah bank tersebut, jaringan kantor Bank umum di Provinsi Gorontalo terdiri
dari 16 kantor cabang, 28 kantor cabang pembantu, 14 kantor kas serta 22 kantor unit.
Jaringan kantor tersebut selama triwulan III-2011 mengalami penambahan 4 kantor baru
yaitu Bank Pundi Kantor Cabang (KC) Gorontalo, Bank Mandiri Kantor Cabang Pembantu
(KCP) Kwandang, BRI Unit Aloei Saboe, dan Bank Mandiri Kantor Fungsional (KF) Isimu.
Sementara itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor
kas.
3.1.2 PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT
Hingga triwulan III-2011 dana yang dihimpun bank umum di Gorontalo tercatat
sebesar Rp2,60 triliun atau tumbuh sebesar 19,10% (y.o.y). Pertumbuhan DPK tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar
15,64% (y.o.y). Pertumbuhan jumlah DPK tersebut terutama bersumber dari tabungan yang
mengalami pertumbuhan sebesar 21,66% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011
sebesar 15,09% (y.o.y). Dari series data terlihat bahwa share tabungan terhadap
pembentukan DPK pada triwulan laporan (53,48%) relatif lebih rendah dibandingkan periode
triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 53,97%. Sementara itu simpanan giro masih memiliki
share terhadap DPK terkecil yaitu sebesar 15,68%, dengan pertumbuhan positif sebesar -
1,99% (y.o.y).
Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan
menunjukkan pelambatan pertumbuhan yaitu tumbuh sebesar 28,46% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 32,58% (y.o.y). Share
deposito terhadap pembentukan DPK juga menunjukkan penurunan yaitu menjadi sebesar
30,84% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 31,31%.
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 33
Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan DPK hingga triwulan III-2011
tercatat sebesar Rp.14,82 milliar atau tumbuh sebesar 27,25% (y.o.y), namun
pertumbuhannya relatif lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 34,33% (y.o.y). Peningkatan jumlah penghimpunan dana BPR
tersebut terutama terjadi karena peningkatan jumlah tabungan sebesar 34,59% (y.o.y) yakni
dari Rp4,52 milliar menjadi Rp6,07 milliar. Hal yang sama juga terjadi pada deposito yang
meningkat dari Rp7,13 milliar menjadi Rp8,74 miliiar atau tumbuh 22,60% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari angka statistik dana pihak ketiga tersebut di atas, terlihat bahwa secara umum
penyerapan dana masyarakat oleh perbankan di Gorontalo sudah cukup baik namun
demikian masih diperlukan upaya yang secara berkelanjutan dari perbankan dan
masyarakat untuk mendorong kesadaran masyarakat untuk menabung atau menyimpan
uang di perbankan. Pertumbuhan simpanan jangka menengah dan panjang perlu terus
ditingkatkan untuk menjaga keseimbangan likuiditas keuangan perbankan di Gorontalo
dalam rangka menunjang pertumbuhan kredit yang cukup tinggi di Gorontalo. Untuk itu,
sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat perlu terus dilakukan untuk mendorong
pertumbuhan penghimpunan dana/DPK.
Dalam rangka mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga, selain sosialisasi juga
telah dilaunching Program TabunganKu yang merupakan produk tabungan bersama
perbankan tanpa biaya administrasi. Hasil eveluasi hingga triwulan III-2011 menunjukkan
bahwa respons masyarakat Gorontalo terhadap program tersebut masih cukup baik yang
tercermin dari jumlah rekening dan nominal dana yang berhasil dihimpun menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan. Data statistik hingga September 2011 tercatat sebanyak
20.561 rekening dengan nominal dana terhimpun sebesar Rp61,82 milliar, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah ini diharapkan akan terus
meningkat pada setiap tahunnya dengan terus mengintensifkan sosialisasi kepada
masyarakat khususnya pelajar antara lain melalui penyediaan layanan bank mini pada
sekolah tertentu di Gorontalo dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk
menabung.
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Penyaluran kredit/pembiayaan bank umum di Gorontalo hingga triwulan III-2011
adalah sebesar Rp4,31 triliun, tumbuh 28,39% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,25% (y.o.y). Pertumbuhan
kredit pada triwulan ini terutama bersumber dari kredit investasi yang tercatat Rp752,34
milliar atau tumbuh sebesar 227,55 (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
sebelumnya yang tercatat hanya Rp442,26 milliar dengan pertumbuhan 142,63% (y.o.y).
Pertumbuhan kredit investasi ini diharapkan menjadi hal positif dalam mendorong
perekonomian ekonomi khususnya sector riil di Gorontalo. Sedangkan untuk kredit modal
kerja dan konsumsi meskipun memiliki share tertinggi terhadap kredit namun namun
pertumbuhannya relatif melambat yaitu masing-masing dari 36,74% dan 15,40% (y.o.y)
pada triwulan II-2011 menjadi sebesar 21,78% dan 9,26% (y.o.y) pada triwulan III-2011.
Ditinjau dari jenis penggunaan kredit, pangsa terbesar kredit/pembiayaan di
Gorontalo hingga triwulan III-2011 masih didominasi oleh kredit konsumsi yang tercatat
sebesar Rp2,19 trilliun, dengan pangsa sebesar 50,82%. Namun demikian jika diamati
perkembangannya pada setiap periode, terlihat bahwa pangsa kredit konsumsi relatif
menurun dibandingkan trilwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 52,20% atau turun
sebesar 1,38%. Hal yang sama juga terjadi pada share kredit modal kerja, walaupun masih
tumbuh positif namun pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu dari 37,11% menjadi 31,72. Sedangkan share kredit investasi terhadap
total kredit/pembiayaan menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari
10,70% menjadi 17,47% pada triwulan III-2011. Pertumbuhan positif kredit investasi
diharapkan menjadi sinyal adanya peningkatan aktivitas sektor riil di Gorontalo serta menjadi
sinyal meningkatnya peran perbankan dalam menstimulus percepatan pembangunan
ekonomi di Provinsi Gorontalo. Pertumbuhan kredit penggunaan dan share masing-masing
jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan
Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar
Rp22,09 milliar atau tumbuh sebesar 17,80% (y.o.y) sedikit meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya 17,76%. Walaupun pangsa terbesar
kredit BPR adalah untuk modal kerja (51,70% dari total kredit), namun penyumbang
pertumbuhan kredit BPR tertinggi adalah kredit konsumsi dimana pada triwulan laporan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 35
tercatat Rp10,22 milliar atau tumbuh sebesar 34,17% yang diperkirakan dipengaruhi oleh
meningkatnya permintaan kredit yang sifatnya musiman antara lain untuk kebutuhan biaya
sekolah. Sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi, pertumbuhannya
(y.o.y) relatif lebih rendah yaitu masing-masing tercatat sebesar 6,42% (modal kerja) dan
11,42% (investasi).
Secara sektoral, penyaluran kredit terbesar oleh Bank umum adalah pada sektor
perdagangan besar dan eceran. Pada triwulan III-2011, kredit sektor ini tercatat sebesar
Rp1,27 trilliun atau 29,53% dari total kredit perbankan. Kredit tersebut tumbuh sebesar
50,14% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 37,52% (y.o.y). Permintaan kredit pada sektor ini antara lain disebabkan
meningkatnya permintaan yang diperkirakan terkait dengan faktor musiman (khususnya
puasa dan lebaran) seperti terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan kredit sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan negatif yaitu masing-masing sebesar -2,56% dan -3,35%.
Penurunan jumlah kredit pada kedua sektor tersebut diperkirakan karena faktor musiman
seperti telah selesainya panen dan pembayaran termijn kontrak selama triwulan periode
Juli-September. Adapun rincian pertumbuhan dan komposisi kredit sektoral pada triwulan
III-2011, dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral
Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.22,09 milliar, kredit terbesar disalurkan ke
sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar Rp8,06 milliar atau 36,48% dari total
kredit. Sektor perdagangan, hotel dan restoran nampaknya masih menjadi sektor yang
mendominasi kredit/pembiayaan dari perbankan di Gorontalo. Sedangkan sektor primer
(sektor pertanian dan sektor pertambangan), meskipun menjadi penyumbang terbesar bagi
pembentukan PDRB Gorontalo, namun jumlah kredit sektor ini masih relatif kecil yaitu
masing-masing dengan share sebesar 1,50% dan 0,30% dari total kredit.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Adapun untuk kredit UMKM pada bank umum, hingga triwulan III-2011, kredit yang
disalurkan tercatat sebesar Rp2.68 triliun atau mengambil pangsa sebesar 62,25% dari total
kredit di Gorontalo. Jumlah kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat hanya Rp2,53 trilliun dengan pangsa sebesar 61,10%
dari total kredit. Hal tersebut merefleksikan bahwa selama triwulan III-2011 kredit yang
disalurkan di Gorontalo mengalami pergeseran dari dominasi kredit non UMKM menjadi
kredit UMKM. Dari ketiga jenis kredit UMKM (mikro, kecil, menengah), share terbesar
diberikan oleh kredit skala kecil dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,17
trilliun atau 27,33% dari total kredit yang disalurkan, lebih tinggi dibanding triwulan II-2010
yang tercatat sebesar Rp1,08 trilliun dengan share 26,10% dari total kredit. Sedangkan
untuk kredit skala mikro, jumlahnya tercatat sebesar Rp716,99 milliar atau 16,65% dari total
kredit. Kualitas kredit UMKM yang tercermin dari rasio kredit UMKM bermasalah (NPLs)
juga masih cukup terjaga yaitu total sebesar 2,68%. Kualitas kredit skala mikro dan skala
kecil cukup baik sebagaimana tercermin dari angka NPLs dari kedua jenis kredit tersebut
yaitu masing-masing 0,47% dan 0,87%. Sedangkan kredit skala menengah memiliki kredit
bermasalah (NPLs) sebesar 1,33%. Kualitas kredit UMKM yang cukup baik tersebut
memberikan indikasi positif perlunya mendorong penyaluran kredit khususnya skala mikro
dan kecil sehingga usaha mikro, kecil dan menengah dapat lebih berperan sebagai
komponen penopang perekonomian daerah Gorontalo dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Adapun gambaran perkembangan penyaluran kredit UMKM pada bank umum,
secara ringkas dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 37
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Ditinjau dari aspek stabilitas sistem perbankan di Gorontalo, risiko kredit masih
terkendali sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing
Loanss/NPLs) pada triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 3,33%. Sedangkan risiko
likuiditas yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 165,65%.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum hingga
triwulan III-2011 secara umum masih berada pada level wajar yaitu 3,33% (bruto) walaupun
tercatat sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 3,26%. Angka NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit kredit di
Gorontalo cukup baik dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian karena rasio kredit
bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit yang masih perlu mendapat perhatian
adalah kredit sektor konstruksi dan industri karena sepanjang tahun 2011 (Januari-Juni)
rasio NPLs kedua sektor tersebut masih cukup tinggi dimana pada September-2011 tercatat
NPLs kedua sektor tersebut masing-masing tercatat sebesar 25,47% dan 10,32%. Untuk
BPR, nominal kredit bermasalah (NPLs) pada triwulan III-2011 adalah sebesar 17,91%,
mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,53%.
Peningkatan NPLs pada BPR tersebut menjadi perhatian sehingga diharapkan hingga akhir
tahun 2011 tidak mengalami peningkatan.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor
Untuk konsentrasi penyaluran kredit pada jenis kredit konsumsi terlihat bahwa terjadi
penurunan share dimana jika pada triwulan sebelumnya tercatat masih sebesar 52,80%
maka pada triwulan laporan tercatat share kredit konsumsi turun menjadi sebesar 50,82%
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
dari total kredit yang disalurkan (keperluan lainnya) seperti tampak pada grafik di bawah ini.
Meskipun jenis tidak dapat dipungkiri bahwa jenis kredit ini memiliki eksposure risiko yang
relatif rendah karena sebagian besar merupakan kredit dengan angsuran gaji
(karyawan/pegawai), namun untuk mendorong perekonomian diperlukan adanya
keseimbangan dengan kredit sektor produktif.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan
Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada tahun 2011 masih perlu terus mendapat
perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih
kecil dibanding dana jangka pendek/tabungan, walaupun terlihat adanya pergeseran dari
tabungan ke jenis simpanan lainnya yaitu giro pada triwulan III-2011. Komposisi dana jangka
panjang yaitu deposito pada triwulan laporan tercatat mencapai 30,84% dari total DPK,
relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 31,31% dari total
DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 69,16% dalam struktur dana
pihak ketiga yaitu giro sebesar 15,68% dan tabungan sebesar 53,48%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dana pihak ketiga di Gorontalo masih likuid sehingga berpotensi
mengganggu likuiditas bank.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 39
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK
Rasio kredit terhadap dana simpanan pihak ketiga (LDR) pada triwulan laporan
sebesar 165,65% relatif mengalami sedikit penurunan dibanding triwulan II-2011 yang
tercatat sebesar 170,16%. Angka LDR tersebut menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan
Gorontalo masih sangat ketat, juga merefleksikan masih rendahnya kemandirian penyaluran
kredit/pembiayaan perbankan di Gorontalo karena hanya sekitar 60% dari kebutuhan kredit
yang mampu dibiayai oleh dana yang dihimpun perbankan di Provinsi di Gorontalo,
selebihnya selebihnya bersumber dari dana perbankan di luar Gorontalo. Hal ini tentunya
dapat mengganggu kondisi likuiditas perbankan dan untuk itu perlu mendapat perhatian
serta upaya optimal untuk mendorong penghimpunan dana sehingga perbankan di
Gorontalo lebih mandiri dalam memberikan pembiayaan kepada dunia usaha maupun
masyarakat secara umum, dan pada akhirnya tercapai tingkat LDR yang dinilai
wajar/optimal yaitu berada pada kisaran tidak jauh dari 90%. Secara ringkas, gambaran
kondisi LDR perbankan di Gorontalo dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
3.2.3 RISIKO PASAR
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas
suku bunga dan kurs. Suku bunga acuan (BI Rate) hingga September 2011 relatif tidak
berfluktuasi dan sejak Februari 2011 dipertahankan pada level 6,75%. Hal serupa juga
terjadi pada suku bunga perbankan yang relatif stabil dan bahkan cenderung menurun
sehingga memberikan akses kredit yang lebih besar kepada masyarakat. Sementara itu,
volatilitas kurs juga relatif tidak mengalami fluktuasi yang signifikan atau relatif stabil pada
kisaran Rp8500 per dollar, dan pada posisi September 2011 kurs tengah rupiah terhadap
mencapai Rp8.823 per dollar Amerika sedikit melemah dibanding Juni 2011 yang tercatat
sebesar Rp8.597 per dollar. Kondisi suku bunga dan kurs yang relatif stabil tersebut
merefleksikan bahwa risiko pasar relatif cukup baik dan kondusif dalam mendukung aktivitas
perbankan baik nasional maupun daerah, termasuk Gorontalo.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 41
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan III-2011
relatif sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya angka penyerapan
belanja APBD membawa siklus perekonomian regional yang hampir sama dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yakni penurunan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Kondisi yang sama terjadi pada penghimpunan pendapatan daerah, tingkat realisasi
pendapatan yang telah mencapai 80% namun angka penyerapan belanja daerah yang
masih mencapai 65% memberikan efek kontraktif fiskal bagi jumlah uang beredar di
masyarakat sehingga berimplikasi kurang baik bagi pertumbuhan ekonomi regional selama
triwulan III-2011.
4.1 PENDAPATAN DAERAH
Pada triwulan III-2011, secara umum penghimpunan penerimaan keuangan daerah
mengalami peningkatan. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh meningkatnya realisasi dari
Dana Perimbangan sementara realisasi untuk Penghimpunan Pajak Daerah relatif sama.
Meskipun secara eksplisit persentase penerimaan keuangan daerah mengalami
peningkatan namun kualitasnya lebih bersumber pada keuangan pusat sementara
penerimaan yang bersumber dari keuangan daerah masih belum optimal sehingga
ketergantungan perekonomian regional terhadap pusat diindikasikan semakin meningkat.
Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan III-2011 sebesar Rp 541,52 Miliar
dengan capaian 79,99% dari target anggaran APBD-P 2011. Capaian tersebut meningkat
apabila dibandingkan triwulan III-2010 yang tercatat sebesar Rp 417,74 Miliar dengan
capaian 78,22% dari target anggaran APBD-P 2010. Dilihat dari strukturnya, penerimaan
APBD dari Dana Perimbangan menunjukkan realisasi yang lebih baik secara persentase
target anggaran dibandingkan kondisi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Tercatat
realisasi Dana Perimbangan mencapai 81,23% sementara realisasi PAD mencapai 80,87%.
Upaya Pemerintah Provinsi untuk mendorong pendapatan asli daerah menunjukkan
arah yang positif namun kemampuannya untuk mencapai target anggaran APBD-P relatif
menurun. Dilihat dari laporan keuangan Pemerintah Provinsi tercatat secara nominal PAD
Pemprov pada triwulan III-2011 mencapai Rp 117,18 Miliar atau sebesar 80,87% terhadap
target anggaran sementara pada triwulan III-2010 realisasi mencapai Rp 85,36 Miliar atau
sebesar 82,65% terhadap target anggaran.
Di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada triwulan III-2011, penyerapan DAU telah mencapai 83,33% dari target
anggaran sementara DAK mencapai 75% dari target anggaran. Sementara itu realisasi bagi
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
hasil pajak/bagi hasil bukan pajak masih relatif kecil berkisar 48,07% dari target anggaran.
Di tahun anggaran 2011, Pemprov menerima alokasi DAK lebih besar dibandingkan tahun
sebelumnya baik untuk kepentingan infrastruktur jalan maupun irigasi. Rata-rata alokasi
DAK meningkat hingga 100% dibandingkan tahun anggaran 2010. Pada tahun anggaran
2011 pula, Pemprov mendapatkan alokasi DAK untuk kegiatan Kelautan dan Perikanan
sebesar Rp 4,6 Miliar
Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD
triwulan III-2011 sebesar 76,98% hampir sama dibandingkan pangsa dana perimbangan
pada triwulan III-2010 sebesar 77,22%. Sementara pangsa pembiayaan mandiri dari PAD
meningkat sedikit dari 21,64% menjadi 20,43%. Ketergantungan sumber penerimaan daerah
dari Dana Perimbangan masih menunjukkan bahwa perkembangan daerah pemekaran baru
masih tergantung pada dana alokasi pemerintah pusat.
Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)
Nominal Pencapaian
(%)Nominal
Pencapaian
(%)
Pendapatan Asli Daerah 103,283,066,210 85,365,508,635 82.65 144,916,740,520 117,188,319,267 80.87
Pajak daerah 93,420,724,011 79,006,778,558 84.57 133,127,278,321 107,935,524,876 81.08
Pajak Kendaraan Bermotor 11,742,615,224 25,679,167,128 218.68 42,153,606,599 33,761,534,440 80.09
Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 57,322,124,099 37,854,799,800 66.04 66,537,687,034 54,285,268,450 81.59
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24,180,984,688 15,419,303,555 63.77 24,180,984,688 19,869,809,141 82.17
Pajak Air Permukaan 120,000,000 43,337,610 36.11 160,000,000 18,912,845 11.82
Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 10,170,465 67.80 55,000,000 - -
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550,000,000 - - - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,312,342,199 6,358,730,077 68.28 11,789,462,199 9,252,794,391 78.48
Dana Perimbangan 430,749,380,658 322,583,179,848 74.89 513,158,308,835 416,836,605,517 81.23
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658 13,968,886,848 72.51 23,983,008,835 11,528,615,517 48.07
Dana Alokasi Umum 400,750,820,000 300,563,118,000 75.00 461,118,100,000 384,265,090,000 83.33
Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 8,051,175,000 75.00 28,057,200,000 21,042,900,000 75.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 9,794,250,000 - 18,900,000,000 7,496,149,600 39.66
Jumlah Pendapatan 534,032,446,868 417,742,938,483 78.22 676,975,049,355 541,521,074,384 79.99
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Pendapatan Daerah APBD-P 2010
III-2010
APBDP 2011
III-2011
Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)
Pendapatan Asli Daerah 103,283,066,210 85,365,508,635 20.43 144,916,740,520 117,188,319,267 21.64
Pajak daerah 93,420,724,011 79,006,778,558 18.91 133,127,278,321 107,935,524,876 19.93
Pajak Kendaraan Bermotor 11,742,615,224 25,679,167,128 6.15 42,153,606,599 33,761,534,440 6.23
Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - -
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 57,322,124,099 37,854,799,800 9.06 66,537,687,034 54,285,268,450 10.02
Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24,180,984,688 15,419,303,555 3.69 24,180,984,688 19,869,809,141 3.67
Pajak Air Permukaan 120,000,000 43,337,610 0.01 160,000,000 18,912,845 0.00
Pajak Air Bawah Tanah 15,000,000 10,170,465 0.00 55,000,000 - -
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550,000,000 - - - - -
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,312,342,199 6,358,730,077 1.52 11,789,462,199 9,252,794,391 1.71
Dana Perimbangan 430,749,380,658 322,583,179,848 77.22 513,158,308,835 416,836,605,517 76.98
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658 13,968,886,848 3.34 23,983,008,835 11,528,615,517 2.13
Dana Alokasi Umum 400,750,820,000 300,563,118,000 71.95 461,118,100,000 384,265,090,000 70.96
Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 8,051,175,000 1.93 28,057,200,000 21,042,900,000 3.89
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 9,794,250,000 100.00 18,900,000,000 7,496,149,600 1.38
Jumlah Pendapatan 534,032,446,868 417,742,938,483 100.00 676,975,049,355 541,521,074,384 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Pendapatan Daerah APBD-P 2010
III-2010
APBDP 2011
III-2011
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 43
4.2 BELANJA DAERAH
Pada triwulan III-2011 realisasi belanja daerah mencapai 65,69% meningkat
dipbandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 60,94%. Upaya Pemerintah
Provinsi mempercepat penyerapan APBD cukup terlihat apabila dibandingkan capaian tahun
2010, namun realisasi dimaksud dirasakan belum optimal. Dampaknya perekonomian
regional pada triwulan III-2011 masih melemah sama halnya pada triwulan III-2010.
Pada triwulan laporan, tercatat Rp 504,70 Miliar dana APBD telah dibelanjakan
dengan persentase realisasi mencapai 65,69%, lebih baik dibandingkan penyerapan belanja
triwulan III-2010 yang mencapai Rp 346,27 Miliar (60,94%).
Pada Pos Belanja Tidak Langsung jumlah penyerapan anggaran mencapai Rp
236,20 Miliar (67,58%) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp 173,19 Miliar (66,12%). Meningkatnya penyerapan belanja ini terkait
pembayaran gaji ke-13 pada Juli 2011.
Penyerapan anggaran pada Pos Belanja Langsung menunjukkan peningkatan. Pada
triwulan III-2011, penyerapan anggaran Belanja Langsung tercatat Rp 268,50 Miliar
(64,11%) lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 173,07
Miliar (56,51%). Peningkatan terbesar terjadi pada pos Belanja Barang dan Jasa yang
mencapai Rp 160,48 Miliar atau 66,89% dari realisasi anggaran. Hal positif juga terlihat
pada penyerapan anggaran belanja modal, realisasi penyerapan anggaran belanja modal
pada triwulan III-2011 sudah mencapai Rp 89,37 Miliar (60,39%) lebih baik dibandingkan
penyerapan tahun sebelumnya sebesar Rp 47,88 Miliar (42,81%). Meskipun lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya namun secara umum penyerapannya masih relatif rendah
sehingga berdampak pada pertumbuhan sektor konstruksi yang terkontraksi.
Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
Nominal Pencapaian
(%)Nominal
Pencapaian
(%)
Belanja Tidak Langsung 261,960,951,852.00 173,195,955,367 66.12 349,534,816,664.00 236,203,138,699.00 67.58
Belanja Pegawai 173,594,813,052.00 124,785,601,771 71.88 203,973,905,336.00 151,958,940,274.00 74.50
Belanja Subsidi 5,300,000,000.00 1,000,000,000 18.87 2,500,000,000.00 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000.00 9,047,400,000 106.44 73,240,000,000.00 34,920,809,500.00 47.68
Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000.00 2,256,433,582 75.21 7,500,000,000.00 5,457,508,239.00 72.77
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000.00 23,121,754,774 60.06 51,070,911,328.00 36,556,990,611.00 71.58
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800.00 12,851,715,240 42.05 7,500,000,000.00 5,639,090,200.00 75.19
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 133,050,000 5.32 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 44.53
Belanja Langsung 306,256,934,706.00 173,074,386,848 56.51 418,812,138,202.00 268,506,083,649.00 64.11
Belanja Pegawai 23,969,649,454.00 13,420,785,886 55.99 30,891,979,880.00 18,652,115,771.00 60.38
Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162.00 111,768,451,727 65.58 239,917,730,430.00 160,482,649,632.00 66.89
Belanja Modal 111,845,881,090.00 47,885,149,235 42.81 148,002,427,892.00 89,371,318,246.00 60.39
Jumlah Belanja 568,217,886,558.00 346,270,342,215 60.94 768,346,954,866.00 504,709,222,348.00 65.69
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Belanja Daerah APBD-P 2010
III-2010
APBDP 2011
III-2011
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Kualitas APBD Gorontalo triwulan III-2011 masih diarahkan pada kepentingan
konsumsi meskipun disisi lain untuk kegiatan investasi turut ditingkatkan. Pada triwulan
laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 82,29% sementara untuk belanja investasi
mencapai 17,71%, kondisi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya dimana proporsi belanja investasi hanya sebesar 13,83%.
Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo
4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN
UANG BEREDAR
Kinerja fiskal selama triwulan III-2011 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa
17,67%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 3,80%. Pangsa konsumsi
pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III-2010, hal ini
terkait pembayaran Gaji ke-13 yang direalisasikan pada bulan Juli 2011.
Meskipun secara pangsa pasar belanja modal menunjukkan peningkatan namun
implikasi kepada pergerakan sektor konstruksi dan komponen investasi belum menunjukkan
dorongan pertumbuhan ekonomi.
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Nominal Komposisi (%)
Nominal Komposisi (%)
Belanja Tidak Langsung 261,960,951,852.00 173,195,955,367 50.02 349,534,816,664.00 236,203,138,699.00 46.80
Belanja Pegawai 173,594,813,052.00 124,785,601,771 36.04 203,973,905,336.00 151,958,940,274.00 30.11
Belanja Subsidi 5,300,000,000.00 1,000,000,000 0.29 2,500,000,000.00 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000.00 9,047,400,000 2.61 73,240,000,000.00 34,920,809,500.00 6.92
Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000.00 2,256,433,582 0.65 7,500,000,000.00 5,457,508,239.00 1.08
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000.00 23,121,754,774 6.68 51,070,911,328.00 36,556,990,611.00 7.24
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800.00 12,851,715,240 3.71 7,500,000,000.00 5,639,090,200.00 1.12
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 133,050,000 0.04 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 0.33
Belanja Langsung 306,256,934,706.00 173,074,386,848 49.98 418,812,138,202.00 268,506,083,649.00 53.20
Belanja Pegawai 23,969,649,454.00 13,420,785,886 3.88 30,891,979,880.00 18,652,115,771.00 3.70
Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162.00 111,768,451,727 32.28 239,917,730,430.00 160,482,649,632.00 31.80
Belanja Modal 111,845,881,090.00 47,885,149,235 13.83 148,002,427,892.00 89,371,318,246.00 17.71
Jumlah Belanja 568,217,886,558.00 346,270,342,215 100.00 768,346,954,866.00 504,709,222,348.00 100.00
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Belanja Daerah APBD-P 2010
III-2010
APBDP 2011
III-2011
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 456,372,005,468 298,385,192,980 14.15 620,344,526,974 415,337,904,102 17.67
Belanja Pegawai 197,564,462,506 138,206,387,657 6.55 234,865,885,216 170,611,056,045 7.26
Belanja Subsidi 5,300,000,000 1,000,000,000 0.05 2,500,000,000 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000 9,047,400,000 0.43 73,240,000,000 34,920,809,500 1.49
Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000 2,256,433,582 0.11 7,500,000,000 5,457,508,239 0.23
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000 23,121,754,774 1.10 51,070,911,328 36,556,990,611 1.56
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 30,566,138,800 12,851,715,240 0.61 7,500,000,000 5,639,090,200 0.24
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000 133,050,000 0.01 3,750,000,000 1,669,799,875 0.07
Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162 111,768,451,727 5.30 239,917,730,430 160,482,649,632 6.83
Pembentukan Modal Tetap Bruto 111,845,881,090 47,885,149,235 2.27 148,002,427,892 89,371,318,246 3.80
Belanja Modal 111,845,881,090 47,885,149,235 2.27 148,002,427,892 89,371,318,246 3.80
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
Belanja Daerah APBD-P 2010III-2010
APBDP 2011 I-2011
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 45
Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo
sampai dengan akhir triwulan III-2011 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena
realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD.
Surplus penerimaan mencapai Rp 36,18 Miliar lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar Rp 71,47 Miliar.
Tabel 4.6 Dampak APBD Terhadap Uang Beredar
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Pendapatan 534,032,446,868.00 417,742,938,482.94 19.80 676,975,049,355.00 541,521,074,383.92 23.04
Pendapatan Asli Daerah 103,283,066,210.00 85,365,508,634.94 4.05 144,916,740,520.00 117,188,319,266.92 4.99
Dana Perimbangan 430,749,380,658.00 322,583,179,848.00 15.29 513,158,308,835.00 416,836,605,517.00 17.74
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 19,263,660,658.00 13,968,886,848.00 0.66 23,983,008,835.00 11,528,615,517.00 0.49
Dana Alokasi Umum 400,750,820,000.00 300,563,118,000.00 14.25 461,118,100,000.00 384,265,090,000.00 16.35
Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000.00 8,051,175,000.00 0.38 28,057,200,000.00 21,042,900,000.00 0.90
Dana Darurat - -
Dana Penyesuaian - 9,794,250,000.00 0.46 18,900,000,000.00 7,496,149,600.00 0.32
Belanja 568,217,886,558.00 346,270,342,215.00 16.42 768,346,954,866.00 504,709,222,348.00 21.48
Belanja Pegawai 197,564,462,506.00 138,206,387,657.00 6.55 234,865,885,216.00 170,611,056,045.00 7.26
Belanja Subsidi 5,300,000,000.00 1,000,000,000.00 0.05 2,500,000,000.00 - -
Belanja Hibah 8,500,000,000.00 9,047,400,000.00 0.43 73,240,000,000.00 34,920,809,500.00 1.49
Belanja Bantuan Sosial 3,000,000,000.00 2,256,433,582.00 0.11 7,500,000,000.00 5,457,508,239.00 0.23
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,500,000,000.00 23,121,754,774.00 1.10 51,070,911,328.00 36,556,990,611.00 1.56
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa30,566,138,800.00 12,851,715,240.00 0.61 7,500,000,000.00 5,639,090,200.00 0.24
Belanja Tidak Terduga 2,500,000,000.00 133,050,000.00 0.01 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 0.07
Belanja Barang dan Jasa 170,441,404,162.00 111,768,451,727.00 5.30 239,917,730,430.00 160,482,649,632.00 6.83
Belanja Modal 111,845,881,090 47,885,149,235 2.27 148,002,427,892 89,371,318,246 3.80
Surplus/Defisit (34,185,439,690) 71,472,596,268 3.39 (91,371,905,511) 36,811,852,036 1.57
Pembiayaan Netto (34,185,439,690) - - (91,371,905,511) - -
DAMPAK RUPIAH - 71,472,596,268 3.39 - 36,811,852,036 1.57
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo
APBD APBD-P 2010III-2010
APBDP 2011 III-2011
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan