YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

OLEH :

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

PERCOBAAN III

OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP

3.1 Tujuan Percobaan

1. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian amplifier dari op-amp

2. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian filter dari op-amp

3.2 Tinjauan Pustaka

Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa

inggris, sering disebut sebagai Op-Amp OpAmp (Operasional Amplifiers) pada

hakekatnya merupakan sejenis IC. Di dalamnya terdapat suatu rangkaian

elektronik yang terdiri atas beberapa transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau

kepada IC jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu jenis

rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai

operasi matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali,

mengintegrasi, dsb. Oleh karena itu IC jenis ini dinamakan penguat operasi atau

operasional amplifier, disingkat OpAmp. Namun demikian OpAmp dapat pula

dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai penguat audio,

pengatur nada, osilator atau pembangkit gelombang, sensor circuit, dsb. OpAmp

banyak disukai karena faktor penguatannya besar (100.000 kali), yang biasanya

dikenal dengan sebuah IC dimana banyak transistor digabungkan dalam satu

kristal semikonduktor. Dengan memakai teknologi IC banyak transistor dan

komponen elektronika lain biasa digabungkan menjadi satu komponen dengan

berbagai sambungan dan sifat tertentu yang canggih. Rangkaian Op-Amp

dalam IC modern merupakan pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal.

Suatu amplifier dapat dikatagorikan operasional jika memenuhi tiga karakteristik

utama, yakni:

1.Very high gain (200.000 kali)

2. Very high input impedance

3. Very low output impedance

Page 3: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

OpAmp umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang dirangkai

secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing:

1. Differensitial amplifier

2. Voltage amplifier

3. Output amplifier

Differential amplifier memiliki respon frekuensi yang sangat lebar dan

input impedance yang sangat tinggi. Voltage amplifier memberikan penguatan

yang sangat tinggi dan output amplifier memberikan output impedance yang

sangat rendah sehingga dapat mengeluarkan arus listrik yang besar terhadap

beban.

Gambar 3.2.1 Op-Amp

3.2.1 Jenis – jenis atau Tipe Op-Amp

Ada banyak jenis OpAmp, namun yang umum dijual di pasaran adalah

OpAmp 741. OpAmp type 741 dijual dengan dua tampilan, yakni silinder dan DIL

(Dial In Line). Yang berbentuk silinder berkaki 8 pin, sedangkan yang berbentuk

DIL ada yang berkaki 8 pin, namun ada juga yang berkaki 14 pin.

Page 4: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.2 Jenis Op-Amp

Nomor pin untuk 8 kaki dan 14 kaki:

Pin 1 (3) + Pin 5 (9) untuk penyetelan 0 volt.

Pin 2 (4) untuk inverting input.

Pin 3 (5) untuk noninverting input.

Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negatif.

Pin 6 (10) terminal keluaran (output).

Pin 7 (11) untuk tegangan positif.

Nomor pin dalam kurung untuk DIL 14 kaki.

Gambar 3.2.3 Op-Amp

3.2.2 Karakteristik dan Parameter OP-AMP

a. Op-Amp Dasar

Op-Amp menggunakan differential amplifier dengan dua input (plus dan

minus ) dan setidaknya satu output.

Page 5: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.4 Op-Amp Dasar

Rangkaian dasar Op-Amp sebagai berikut :

Gambar 3.2.5 Rangkaian Dasar Op-Amp

Penguatan yang terjadi adalah :

11 R

R

V

V fo

Unity gain

Jika Rf = R1 maka penguatan tegangan = - 1

b. Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real

Tentu saja Op-Amp yang ada tidak persis seperti Op-Amp ideal,tetapi

terdapat beberapa sifat yang tidak ideal. Pada banyak rangkaian dan pemakaian

rangkaian tersebut, pengaruh sifat real dari Op-Amp pelu diperhatikan karena

pengaruh pada fungsi rangkaian cukup besar. Rangkaian ini misalnya rangkaian

ukur yang harus memberikan hasil yang sangat teliti atau rangkaian dimana Op-

Amp dirangkai bersama dengan resistivitas yang sangat besar pada masukkan

Op-Amp.

Page 6: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

c. Diferential Amplifier

Gambar 3.2.6 Rangkaian Diferential Amplifier

Differential amplifier adalah rangkaian yang banyak digunakan dalam

IC.Perhatikan bahwa rangkaian mempunyai dua input dan dua output. Jika sinyal

input diaplikasikan pada salah satu input, dengan input yang lain dihubungkan ke

ground, operasi kerjanya disebut dengan single-ended. Jika dua input dengan

polaritas berlawanan diaplikasikan, disebut dengan double-ended.

Jika input yang sama diaplikasikan pada ke dua terminal input, disebut dengan

common mode.

Dalam operasi common-mode, input sinyal yang sama menghasilkan

sinyal yang berlawanan pada masing-masing collector. Kedua sinyal saling

meniadakan sehingga outputnya menjadi nol. Dalam praktek, nilai output tidak

benar-benar nol, tapi menghasilkan sinyal yang kecil.

Fitur utama dari differential amplifier adalah gain yang sangat besar jika

sinyal yang berlawanan diberikan pada input, dibandingkan dengan gain yang

sangat kecil yang dihasilkan dari common input. Ratio dari perbedaan penguatan

ini disebut common mode rejection.

Page 7: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.7 Rangkaian Bias DC

VE = 0 V – VBE = - 0.7 V

Arus emitter :

Dengan asumsi kedua transistor sama (Q1 = Q2) maka

IC1= IC2 = ½ IE

Menghasilkan tegangan collector

VC1 = VC2 = VCC – ICRC = VCC- ½ IE RC

d. Penguatan Diferensial

Sifat dari Op-Amp ideal adalah voltase pasa keluaran hanya tergantung

dari selisih antara kedua masukkan dan penguatan diferensialnya tak terhingga.

Sebenarnya penguatan diferensial memiliki nilai yang terhingga. Penguatan

diferensial biasa disebut sebagai AD dan terdifinisi sebagai berikut :

)( VVV

VV

ANEGPOS

out

diff

out

D

Page 8: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Di mana :

V outvoltase pada keluaran Op-Amp

V posvoltase pada masukkan non-inverting ( tak membalik )

V neg= voltase pada masukkan inverting ( membalik )

VV negpos=perubahan dari perbedaan antara voltase pada kedua

masukan Op-Amp.

e. Penguatan Bersama ( Common Amplification )

Pada Op-Amp ideal voltase keluaran hanya tergantung dari perbedaan

voltase pada kedua masukkan dn tidak tergantung dari besar potensial pada

masukkannya. Berarti keluaran sama persis ketika kedua masukan sama-sama

mempunyai potensial IV terhadap GND atau mempunyai potensial 8V terhadap

GND. Pada Op-Amp real potensial bersama dari input akan mempengaruhi

keluaran. Terhadap penguatan bersama AC ( common Amplification ) dengan

definisi sebagai berikut :

VAV inbersamaCout.

dimana :

Vout : perubahan voltase output

V in bersama : perubahan voltase bersama pada kedua masukan,dimana

voltase bersama terdefinisi sebagai

V in bersama = VV inin2

1

Common Mode Rejection Ratio ( CMRR ) sering dinyatakan dengan

huruf besar G adalah perbandingan antara penguatan diferensial AD dan

bersama AC :

G =

AA

C

D

f. Input Op-Amp

Untuk Op-Amp ideal voltase keluaran nol ketika perbedaan voltase input

nol,tetapi dalam Op-Amp real voltase input biasanya berbeda dari nol ketika

Page 9: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

keluaraaan nol. Perbedaan voltase input dimana voltase output nol tersebut Input

Offset, Voff. Besar dari input offset tergantung dari Op-Amp dan biasanyan

besarnya antara 25 V dan 5mV. Kalau suhu berubah maka voltase offset juga

berubah. Besar perubahan voltase offset

V offper perubahan suhu ,T

T

V offdisebut koefisien suhu

(Temperature coeffisien). Pada berbagai Op_amp ada masukan khusus untuk

menghilangkan input offset. Dengan rangkaian tambahan dan memakai masukan

tersebut,besar dari voltase offset bias diatur. Biasanya prlengkapan ini dipakai

untuk menghilangkan voltase offset, berarti mengaturnya menjadi nol. Hal ini

disebut dengan menolkan voltase offset. Kalau offset sudah dinolkan pada suhu

tertentu,voltase offset hanya timbul kalau suhu berbeda dengan suhu tersebut.

Tetapi kalau offset diatur dengan rangkaian pengatur tersebut maka pengaruh

suhu lingkungan pada besar voltase biasanya menjadi lebih besar berarti

koefisien suhu menjadi lebih besar.

Satu lagi perbedaan lagi yang harus diperhatikan pada Op-Ampreal

adalah arus yang terdapat pada inputnya. Arys tersebut sebenarnya merupakan

arus yang terdiri dari dua macam arus, yaitu satu bagian yang besarnya tidak

tergantung pada besar voltase input dan satu bagian yang tergantung pada

voltase input (arus yang terjadi karena adanya resistivitas input).

g. Output Op-Amp

Pada keluaran terdapat resistivitas keluaran. Resistivitas keluaran

biasanya sebesar beberapa puluh ohm sampai orde k . juga terdapat batas

maksimal dan batas minimal untuk voltase keluaran. Voltase keluaran

,aksimalpositif biasanya 1 sampai 3V (tergantung Op-Amp dan beban pada

outputnya) di bawah voltase sumber positif dan voltase keluaran minimal

negative biasanya 1 sampai 3 V (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya)

di atas voltase sumber negative. Tetapi juga ada Op-Amp yang bias memiliki

voltase output sampai voltase sumber negatif atau sampai voltase sumber positif.

Selain terdapat resistivitas outpunya juga terdapat suatu pembatasan

arus pada keluaran Op-Amp untuk melidungi Op-Amp dari penyerapan daya

yang terlalu besar. Op-Amp biasanya bias dipakai hanya dengan arus keluaran

Page 10: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

maksimal sebesar beberapa mA. Kalau arus yang lebih besar dibutuhkan pada

keluaran rangkaian.

3.2.3 Rangkaian-Rangkaian Op-Amp

a. Penguat Linear yang Inverting dengan Op-Amp; Prinsip Bumi Semu

Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan

pada gambar 3.2.8, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting.

Seperti tersirat pada namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa fase

keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada

rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2.

Gambar 3.2.8 Penguat Inverter

Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ =

0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan

dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke

ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan

fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah Vin – V- = Vin dan tegangan

jepit pada resistor R2 adalah Vout – v- = Vout. Kemudian dengan menggunakan

aturan 2, di ketahui bahwa :

iin + iout = i- = 0,

karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.

iin + iout = Vin/R1 + vout/R2 = 0

Selanjutnya Vout/R2 = - Vin/R1 .... atau

Vout/Vin = - R2/R1

Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran

terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis

G = Vout/R2 = - Vin/R1 …(1)

Page 11: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari

sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini

diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja

adalah Zin = R1.

B = Vf + C

Vf = IDC . Rf

B = IDC . Rf + C ………………………………… ( a )

Arus IDC yang mengalir dari D ke C terdapat ari Hukum Ohm :

IDC = R

V =

RR fi

CD …………………..( b )

Jika persamaan b dimasukkan ke persamaan a maka terdapat

persamaan potensial :

B = cf

fi

CD

RRR

.

ruas kanan dari persamaan diatas dapat diubah menjadi :

RRR

f

fi

CD . =

RRR

RRR

fi

f

Cfi

f

D..

sehingga persamaan menjadi :

B = C

fi

f

Cfi

f

D RRR

RRR

..

B =

RRR

RRR

fi

f

Cfi

f

D1..

B =

RRR

RRR

fi

i

Cfi

f

D..

Voltase output dari Op-Amp dapat ditemukan persamaan sebagai berikut :

V output = ( V input 1 – V input 2 ) . A

V output = ( Vin+ - Vin

- ) . A

AAC

.B

Page 12: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

b. Penguat Linear yang Non-Inverting dengan Op-Amp

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang

diperlihatkan pada gambar 3.2.9 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini

memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian

tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya.

Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama

seperti menganalisa rangkaian inverting.

Gambar 3.2.9 Penguat Non-Inverter

Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu

beberapa fakta yang ada, antara lain :

Vin = V+

V+ = V- = Vin ..... lihat aturan 1.

Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah Vout

– V- = Vout – Vin, atau iout = (Vout-Vin)/R2.

Lalu tegangan jepit pada R1 adalah V- = Vin, yang berarti arus iR1 =

Vin/R1. Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang

mengatakan bahwa iout + i(-) = iR1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika

disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis

dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh

(Vout – Vin)/R2 = Vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :

Vout = Vin (1 + R2/R1)

Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap

tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting

G = Vout / Vin = (1 + R2/R1)… (2)

Page 13: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari

input non-inverting op-amp ersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki

impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.

c. Rangkaian Diferensiator

Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah :

QC

VV

QC

1

ICdt

dV

dt

dQI

dt

dQ

Cdt

dv

dt

d

1

1

Jika komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di

depan, maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 3.3.

Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh

persamaan penguatannya :

dtRCdvV in

OUT

Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran

vout pada rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh

praktis dari hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal

segitiga, maka outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak.

Gambar 3.2.10 Differensiator

Page 14: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Bentuk rangkaian differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting.

Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting

G = -R2/R1

dan pada rangkaian differensiator diketahui,

CCZR

R R

11

2

maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator

RCG

Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high

pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun

demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi

tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1

(unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya

sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada

nilai frekuensi cutoff tertentu.

Gambar 3.2.11 Rangkaian OPAmp sebagai Differensiator

Gambar diatas merupakan rangkaian differensiator, yaitu rangkaian

yang akan mendifferensialkan sinyal yang masuk ke rangkaian tersebut. Output

Page 15: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

dari rangkaian ini seakan-akan merupakan fungsi hasil pendifferensialan dari

fungsi masukan. Rangkaian ini dinamakan pula “the differentiation amplifier”.

Dapat dilihat dari gambar berikut :

Gambar 3.2.12 Pendiferensialan sinyal kotak

Sama halnya dengan sinyal-sinyal lain yang dimasukkan ke rangkaian itu,

keluarannya akan terdifferensialkan.

d. Rangkaian Integrator

Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian

dengan respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu

contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar

3.4. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting,

hanya saja rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan

menggunakan capasitor C.

Gambar 3.2.13 Integrator

Page 16: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan

menganalisa rangkaian opamp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan opamp

(golden rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis :

iin = (Vin – V-)/R = Vin/R , dimana V- = 0 (aturan1)

iout = -C d(Vout – V-)/dt = -C dvout/dt;V- = 0

iin = iout ; (aturan 2)

Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan :

iin = iout = Vin/R = -C dVout/dt,

atau dengan kata lain :

Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis

tegangan keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input.

Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga

rangkaian Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian

integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa

sinyal kotak.

Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana

f = 1/t dan

f2

penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus :

RCG 1)(

Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan

mengingat rumus dasar penguatan op-amp inverting G = - R2/R1. Pada

rangkaian integrator (gambar 3) tersebut diketahui

CZR

RR

C1

2

1

Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti

persamaan (5) atau agar terlihat respons frekuensinya dapat juga ditulis dengan

fRCfG2

1

Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkain integrator ini

merupakan dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara

Page 17: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input

semakin besar.

Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan

sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu

yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan

berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya

akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik op-amp menjadi open loop

(penguatan open loop op-amp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai

resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin.

Gambar 3.2.14 Rangkaian OPAmp sebagai Integrator

Perhatikan perbedaannya dengan rangkaian differensiator pada gambar

3.2.14 diatas. Yaitu tidak adanya capasitor pada jalur input.

Bila diberikan sinyal kotak sebagai masukan, akan dihasilkan sinyal mirip

segitiga. Dapat dilihat pada gambar berikut :

Contoh sinyal :

Page 18: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.15 Pengintegralan sinyal kotak

e. Inverting Amplifier

Rangkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting

amplifier, seperti gambar berikut :

Gambar 3.2.16Rangkaian Inverting Amplifier

Output diperoleh dengan mengalikan input dengan suatu konstanta

penguatan yang nilainya ditentukan oleh resistor input R1 dan resistor umpan

balik Rf. Output ini terbalik (inverted) dari input (beda phase 180o).

f. Unity Follower

Unity follower menghasilkan gain = 1 tanpa pembalikan phase. Dengan

demikian maka Vo = V1. Ini berarti bahwa output mempunyai magnitud dan

phase yang sama dengan input.

Page 19: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.17 Unity Follower

g. Summing Amplifier

Gambar 3.2.18 Summing Amplifier

Rangkaian menunjukkan penguatan dengan tiga input yang

menghasilkan suatu fungsi penjumlahan. Masing-masing input dikuatkan dengan

suatu konstanta penguatan sebelum dijumlahkan.

Tegangan output yang dihasilkan adalah :

3

3

2

2

1

1

VR

RV

R

RV

R

RV

fff

o

h. Comparator

Rangkaian comparator digunakan untuk membandingkan tegangan

masukan. Apakah positif ataukan negatif. Rangkaian ini dapat digunakan sebagai

sensor. Dengan mengetahui masukan bertegangan positif/negatif output maka

akan mempengaruhi output rangkaian, sehingga dapat diambil langkah-langkah

yang sekiranya perlu dilakukan bila suatu gejala tertentu terjadi.

Gambar rangkaian sebagai berikut :

Page 20: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 3.2.19 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator

Karena sinyal input dimasukkan melalui kaki + maka bila Vin positif maka

Vout juga positif. Demikian pula bila Vin negatif maka Vout negatif. Bila masukan

nol, maka sinyal keluaran juga akan nol.

Untuk rangkaian dengan tipe :

Gambar 3.2.20 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator

i. Adder

Gambar 3.2.21 Rangkaian OpAmp sebagai adder

Page 21: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

Rangkaian adder merupakan rangkaian yang menjumlahkan tegangan

masukan menjadi tegagan output. Juga tergantung dari berapa besar

penguatannya.

Sehingga bila dimasukkan tegangan masing-masing 1V, 2V dan 3V maka output

yang didapat adalah 6V.

Dihitung dengan persamaan :

disederhanakan :

Sedangkan bila kita hitung Vo berdasarkan V1 sebagai berikut

Karena = 2kOhm dan = 1kOhm maka besarnya gain sebesar 1+2 = 3.

maka :

Sehingga telah terbukti secara matematis bahwa rangkaian diatas merupakan

adder/penjumlah.

3.3 Daftar Komponen dan Alat

1. IC op-amp

2. Resistor dan kapasitor

3. Potensiometer

4. Osiloskop

5. Multimeter

6. Disket / flashdisk

7. Milimeterblock

8. Pulpen / pensil

9. Penggaris / mistar

Page 22: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Amplifier membalik

1. Buatlah rangkaian sperti gambar 3.1

2. Setting Rg=1K sehingga 1000 mark sesuai dengan 10V

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan Inverting amplifier

3. Ukur tegangan dengan osiloskop/multimeter untuk posisi nol

4. Ukur tegangan output Vo sesuai dengan tegangan input Vi seperti pada

table 3.1

Tabel 3.1 Pengukuran tegangan input output(positif) untuk amplifier membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

5. Sekarang hubungkan A1 dengan -15V dan ulangi langkah percobaan

sebelumnya dan catat hasilnya pada table 3.2.

Tabel 3.2 Pengukuran tegangan input output(negatif) untuk amplifier membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

Page 23: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

3.4.2 Amplifier tak membalik

1. Buatlah Rangkaian Seperti gambar 3.2

Gambar 3.2 Rangkaian percobaan NonInverting amplifier

2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga V1 berharga 10V

3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rf dan ukur Vo sebagai

fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.3

Tabel 3.3 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk amplifier tak

membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya

serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.4

Tabel 3.4 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk amplifier tak

membalik

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt

2 Vo Volt

Page 24: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

3.4.3 Pengikut tegangan (voltage follower)

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.3

Gambar 3.3 Rangkaian percobaan untuk pengikut tegangan

2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga V1 berharga 10V

3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rt dan ukur Vo sebagai

fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.5

Tabel 3.5 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk pengikut tegangan

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt

2 Vo Volt

4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya

serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.6

5.

Tabel 3.6 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk pengikut tegangan

No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting

1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt

2 Vo Volt

Page 25: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

3.4.4 Amplifier penjumlah

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.4

Gambar 3.4 Rangkaian percobaan amplifier penjumlah

2. Hubungkan potensiometer 10 putaran ke +15V dan atur resistor variable

1K sehingga posisi 1000 berhubungan dengan 10V

3. Setting potensiometer 10 putaran ke nol. Ukur Uo

4. Input Vi’ dibiarkan open dan ukur Vo=f(Vi) dengan Vi=1V dan 2V

5. Hubungkan R3=10K ke ground dan ukur Vo=f(Vi) seperti langkah 4

6. Ganti R3 1K dengan 100 hubungkan ke ground da lakukan seperti

langkah 4

7. Set FG1 sehingga Vi=2V pada R1. Set juga FG2 sehingga Vi’=3V pada

R3. Ukur Vo=f(Vi + Vi’)

Set FG1 dan FG2 seperti pada langkah 7. tapi Fg2 dihubungkan ke -15V.

ukur Vo= f(Vi – Vi’)

3.4.5 Low pass filter

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.5

Gambar 3.5 rangkaian percobaan LPF (LOW PASS FILTER)

Page 26: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

2. Ukur Uo sebagai fungsi frekuensi f. set Ui pada 2 Vpp dan lakukan

pengukuran seperti table 3.7 catat hasil pengukuran pada table.

Table 3.7 Pengujian LPF dengan Frekuensi yang berbeda.

No F(Hertz) 20 200 1000 1500 … 4000 20000

1 Ui(Vpp) 2 2 2 2 2 2 2

2 Uo(Vpp)

3.4.6 High pass filter

1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.7

Gambar 3.6 rangkaian percobaan HPF (HIGH PASS FILTER)

2. Ukur Uosebagai fungsi frekuensi f. set Ui pada 2 Vpp dan lakukan

pengukuran seperti table 3.7 catat besarnya tegangan output Uo dari

HPF.

Page 27: OP-AMP Dan Rangkaian OP-AMP

PUTU RUSDI ARIAWAN

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi


Related Documents