5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sensor
D Sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu
peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau
sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti
energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya.. Contoh; Camera sebagai sensor
penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai
sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor
cahaya, dan lainnya.
Menurut William D.C, (1993), mengatakan transduser
adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam
sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam
bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem
transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik,
mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Contoh;
generator adalah transduser yang merubah energi mekanik
menjadi energi listrik, motor adalah transduser yang merubah
energi listrik menjadi energi mekanik, dan sebagainya. Sedangkan
pengertian sensor secara umum.
Sensor adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu
besaran fisis menjadi sinyal besaran fisis yang lain yang dapat
diukur. Sensor juga bisa digunakan sebagai indera suatu alat
(instrument). Sensor merupakan elemen pertama yang
bersentuhan langsung dengan obyek yang diukur. Sinyal dari
sensor akan diteruskan ke unit proses selanjutnya untuk diolah
sehingga menghasilkan output sesuai keinginan. Contoh Besaran
yang paling banyak diukur : posisi, force, kecepatan, percepatan,
tekanan, level, flow, dan temperature. Dalam dunia industry
sensor digunakan sebagai monitoring, controlling dan proteksi.
Tranduser merupakan gabungan dari sensor dan signal
conditioning. Di dalam tranduserlah sistem, proses atau variabl
mlwati komponen – komponen didalamnya misalnya sensor,
5
6
transmitter dan amplifier. Keluaran atau outputnya siap untuk
masuk bagian ketiga dari sistem pengukuran yaitu prossesing data
element.
Transmitter adalah bagian dalam sinyal conditioning di
sistem penukuran. Transmitter mempunyai fungsi sebagai
pembangkit sinyal tanpa harus merubah sistem, proses atau
variabl yang akan diukur ke dalam bentuk eneri yang lain.
Adapun sensor dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu sensor optik,
sensor mekanik, dan sensor thermal.
Suatu sensor yang baik mempunyai kriteria sebagai
berikut:
1. Sensitif terhadap besaran yang diukur.
2. Tidak sensitive terhadap besaran lain yang berada
disekitarnya.
3. Tidak mempengaruhi sifat obyek yang diukur.
2.1.1 Tipe sensor :
1. Mekanik. Contoh: panjang, luas, mass low, gaya, Torque,
tekanan, kecepatan, percepatan, panjang gelombang
akustik.
2. Suhu. Contoh : temperature, panas, entropy, heat flow.
3. Elektrik. Contoh : tegangan, arus, muatan, resistance,
frekuensi.
4. Magnetik. Contoh : intensitas medan,fluk density
5. Radian. Contoh : intensitas, panjang gelombang,
polarisasi.
6. Kimia. Contoh : komposisi, konsentrasi, PH, kecepatan
reaksi.
7. Isyarat input
Gambar 2.1 Diagram Blok Sensor
2.1.2 Karakteristik statis sensor
7
Sensor memiliki karakteristik statik yang terbagi dalam
penjelasan sebagai berikut:
2.1.2.1 Accuracy
Accuracy akan menunjukkan range/bound kemungkinan
dari nilai sebenarnya. Istilah ini digunakan untuk menentukan
error keseluruhan maksimum yang diharapkan dari suatu alat
dalam pengukuran. Accuracy biasanya diekspresikan dalam
inaccuracy.
Beberapa jenis accuracy terhadap :
1. Variabel yang diukur.
Misal : akurasi dalam pengukuran suhu ialah 2oC, berarti ada
ketidak akuratan (uncertainty) sebesar 2oC pada setiap nilai
suhu yang dikur.
2. Prosentase dari pembacaan Full Scale instrumen.
Misal : akurasi sebesar 0.5% FS pada meter dengan 5 V Full
Scale, berarti ketidakakuratan pada sebesar 0.025 volt.
3. Prosentase span (range kemampuan pengukuran
instrumen).
Misal : jika sebuah alat mengukur 3% dari span untuk
pengukuran tekanan dengan range 20-50 psi, maka akurasinya
menjadi sebesar ( 0.03) (50 – 20) = 0.9 psi.
2.1.2.2 Sensitivity
Sensitivity merupakan perubahan pada output insrtumen
untuk setiap perubahan input terkecil. Sensitivitas yang tinggi
sangat diinginkan karena jika perubahan output yang besar terjadi
saat dikenai input yang kecil, maka pengukuran akan semakin
mudah dilakukan. Misalnya, jika sensitivitas sensor temperatur
sebesar 5mV/oC berarti setiap perubahan input 1
oC akan muncul
output sebesar 5 mV.
2.1.2.3 Repeatibility
8
Repeatibility adalah pengukuran terhadap seberapa baik
output yang dihasilkan ketika diberikan input yang sama beberapa
kali. Repeatibility dapat dicari dengan menggunakan persamaan
repeatibility = %100minmax
xfullscale
pers 1
2.1.2.4 Hysteresis
Hysteresis adalah perbedaan output yang terjadi antara
pemberian input menaik dan pemberian input menurun dengan
besar nilai input sama.
2.1.2.5 Linearity
Linearity adalah hubungan antara output dan input dapat
diwujudkan dalam persamaan garis lurus. Linearitas sangat
diinginkan karena segala perhitungan dapat dilakukan dengan
mudah jika sensor dapat diwujudkan dalam persamaan garis
lurus.
2.1.2.6 Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan seberapa cepat
tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh,
instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah
termometer merkuri. Masukannya adalah temperatur dan
keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan
temperatur terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap
waktu,
2.1.3 Karakteristik Dinamis
Menunjukkan seberapa baik respon sensor terhadap
perubahan pada inputnya secara kontinyu dan teratur. Dilakukan
dengan memberikan input step dan sinusoidal. Jika sensor
berorde satu, parameter yang diamati : rise time, time constant,
dan dead time.
o Rise Time : waktu yang diperlukan agar output
9
mencapai 10 – 90% dari respon penuh saat
diberikan input step.
o Time Constant : waktu yang diperlukan output
untuk mencapai 63.2% dari nilai maksimal yang
mungkin.
o Dead time : waktu yang diperlukan output untuk
mulai berubah.
Jika sensor berorde dua, parameter yang diamati : damping
coefficient, resonant frequency, settling time, dan percent
overshoot.
o Damping coeffecient dan resonant frequency
menentukan bentuk dan waktu respon sensor.
o Settling time adalah waktu yang diperlukan
sampai terbentuk output yang diinginkan.
o Percent Overshoot adalah besarnya lonjakan
respons output dibanding kondisi stabil.
2.1.4 Beberapa jenis sensor berdasarkan besaran yang diukur 1. Sensor optik atau cahaya
Sensor optik atau cahaya adalah sensor yang mendeteksi
perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun
bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Prinsip kerja
dari sensor ini adalah mengubah energy dari foton menjadi
electron. Contoh :
LDR ( Light Dependent Resistor )
Gambar 2.2 LDR
LDR adalah salah satu sensor cahaya yang terbuat dari
10
semikonduktor dengan resistansi tinggi. LDR memiliki
karakteristik nilai tahanan bergantung dengan jumlah cahaya yang
diterima. Semakin besar intensitas cahaya yang diterima maka
resistansinya akan berkurang. Sebaliknya jika LDR menerima
intensitas cahaya yang sedikit maka resistansinya akan
bertambah.
Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram
tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif
kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut
muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi
konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki
resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.
Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang
lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada
lebih banyak elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya
pada saat cahaya terang LDR menjadi konduktor yang baik, atau
bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat
cahaya terang.
Jadi LDR memiliki karakteristik nilai tahanan bergantung
dengan intensitas cahaya yang di terimanya.
LED
Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-
emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan
cahaya monokromatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan
maju.
Ada beberapa karakteristik LED yang perlu diketahui
antara lain:
– Merubah arus menjadi cahaya
– Prinsip kerja kebalikan dari photodiode
– Warna (panjang gelombang) ditentukan oleh band-gap
– Intensitas cahaya hasil berbanding lurus dengan arus
– Non linieritas tampak pada arus rendah dan tinggi
11
– Pemanasan sendiri (self heating) menurunkan efisiensi pada
arus tinggi
Gambar 2.3 Polaritas dan simbol LED
Photodioda
Gambar 2.4 Photodioda
Seperti halnya LDR, photodioda juga bereaksi jika diberi
intensitas cahaya. Hanya saja output yang dihasilkan oleh
photodiode berupa arus. Berbeda dengan LDR yang
menghasilkan outputan berupa hambatan ( resistan ). Besarnya
arus yang dihasilkan bisa berbanding lurus atau berbanding
terbalik terhadap intensitas cahaya yang diterima.
Ada beberapa karakteristik photodioda yang perlu diketahui
antara lain:
Arus bergantung linier pada intensitas cahaya
12
Respons frekuensi bergantung pada bahan (Si 900nm, GaAs
1500nm, Ge 2000nm)
Digunakan sebagai sumber arus
junction capacitance turun menurut tegangan bias mundurnya
Junction capacitance menentukan respons frekuensi arus yang
diperoleh
─ Fotosemikonduktor
Device ini memanfaatkan efek kuantum pada junction,
energi yang diterima oleh elektron memungkinkannya untuk
terpindah. Bila semikonduktor jenis N disinari cahaya maka
elektron yang tidak terikat pada struktur kristal akan mudah lepas.
Jika dihubungkan dengan jenis P akan terjadi beda potensial.
Beda potensial pada bahan silikon umumnya sekitar 0,6-0,8 V.
Fotovoltaic atau sel solar
Sel solar adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar
langsung menjadi energi listrik. Sel solar silikon yang modern
pada dasarnya adalah sambungan PN dengan lapisan P yang
transparan. Jika ada cahaya pada lapisan transparan P akan
menyebabkan gerakan elektron antara bagian P dan N, jadi
menghasilkan tegangan DC yang kecil sekitar 0,5 volt per sel
pada sinar matahari penuh. Sel fotovoltaic adalah jenis tranduser
sinar/cahaya seperti pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Cahaya pada sel fotovoltaik menghasilkan tegangan
13
─ Fotokonduktif
Energi yang jatuh pada sel fotokonduktif akan
menyebabkan perubahan tahanan sel. Apabila permukaan alat ini
gelap maka tahanan alat menjadi tinggi. Ketika menyala dengan
terang tahanan turun pada tingkat harga yang rendah. Seperti
terlihat pada gambar 2.3.
( a ) ( b )
Gambar 2.6 (a) Sel Fotokonduktif ; (b) Cahaya pada sel
fotokonduktif mengubah harga resistansi
2. Sensor Suhu
Sensor suhu adalah sensor yang digunakan untuk
mendeteksi gejala perubahan panas/ temperatur/ suhu pada suatu
dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contoh :
Bimetal
Bimetal adalah sensor suhu yang sangat sederhana, terbuat
dari 2 logam yang berbeda koefisien muainya dan direkatkan
menjadi satu. Oleh karena perbedaan reaksi muai, bimetal akan
melengkung kearah logam yang koefisien muainya lebih rendah.
Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar
normally closed (NC) atau normally open (NO).
Termokopel
Termokopel merupakan sensor suhu yang bekerja
berdasarkan efek seeback. Efek seeback yaitu jika dua kabel yang
14
terbuat dari logam berbeda disambungkan pada kedua ujungnya
dan salah satu ujung itu dipanaskan, maka akan mengalir arus
listrik.” Prinsip kerja dari Thermocouple adalah Jika dua buah
kabel yang terbuat dari logam yang berbeda disambungkan pada
kedua ujungnya dan logam yang berbeda disambungkan pada
kedua ujungnya dan salah satu ujung sambungan itu dipanaskan,
akan mengalir arus.
Termokopel pada pokoknya terdiri dari sepasang
penghantar yang berbeda disambung las dilebur bersama satu
sisi membentuk “hot” atau sambungan pengukuran yang ada
ujung-ujung bebasnya untuk hubungan dengan
sambungan referensi. Perbedaan suhu antara sambungan
pengukuran dengan sambungan referensi harus muncul untuk alat
ini sehingga berfungsi sebagai thermocouple.
( a )
( b )
Gambar 2.7 (a) Termokopel ; (b) Simbol termokopel
IC LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang
memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran
listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 berupa sebuah
komponen dari berbagai rangkaian elektronika untuk pengukuran.
15
komponen ini juga merupakan komponen
elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35
memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga
mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang
tinggi sehingga dapat
dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus ser
ta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan
tetapi yang diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga
dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan
bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini
berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-
heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC
Gambar 2.8 IC LM35
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan
tampak bawah. 3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin
diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari
LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran
atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5
Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan
antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik
sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
16
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada
saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan
sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan
dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan
tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena
terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini
diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat
dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika
suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah
dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan
dan suhu udara disekitarnya .
Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh
oleh interferensi dari luar, dengan demikian digunakan kabel
selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak sebagai suatu
antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat
bertindak sebagai perata arus yang mengkoreksi pada kasus yang
sedemikian, dengan mengunakan metode bypass kapasitor dari
Vin untuk ditanahkan.
Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35:
Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier
antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat
dikalibrasi langsung dalam celcius.
Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC
pada suhu 25 ºC seperti terlihat pada gambar 2.2.
Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC
sampai +150 ºC.
Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating)
yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W
untuk beban 1 mA.
Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
17
Gambar 2.9 LM35 terhadap suhu
3. Sensor mekanik
Sensor mekanik adalah sensor yang mendeteksi perubahan
gerak mekanis, seperti perpindahan atau pergeseran atau posisi,
gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level dan sebagainya.
Contoh :
Potensiometer
Potensiometer merupakan sensor yang memiliki tiga kaki
dengan tuas yang bisa digeser. Bila semua kaki pada
potensiometer digunakan, maka potensiometer tersebut berfungsi
seperti pembagi tegangan. Sedangkan jika hanya dua kaki yang
digunakan, maka potensiometer tersebut berfungsi seperti
hambatan geser.
Macam-macamnya :
Trimpot (Trimpel Potensiometer), pengaturannya
dengan cara diputar dengan menggunakan obeng.
Pengaturannya sendiri dengan cara memutar secara
langsung pada porosnya.
18
Gambar2.10 Potensiometer
Strain gauge
Gambar 2.11 Strain Gauge
Strain gauge adalah komponen elektronika yang dipakai
untuk mengukur tekanan (deformasi atau strain) pada alat ini.
Alat ini ditemukan pertama kali oleh Edward E. Simmons pada
tahun 1938, dalam bentuk foil logam yang bersifat insulatif
(isolasi) yang menempel pada benda yang akan diukur
tekanannya. Jika tekanan pada benda berubah, maka foilnya akan
ter deformasi, dan tahanan listrik alat ini akan berubah. Perubahan
tahanan listrik ini akan dimasukkan ke dalam rangkaian Jembatan
Wheatstone. Output dari sensor ini adalah berupa perubahan
resistansi yang kemudian dikondisikan dengan menggunakan
wheatstone brige. Sensor inni digunakan dengan cara ditempelkan
pada permukaan logam yang akan diukur regangannya.
19
Besarnya tekanan akan dinyatakan dalam bentuk faktor
gauge, GF yang didefinisikan sebagai
GRR
GF
di mana RG adalah tahanan sebelum ada deformasi, ΔR adalah
perubahan tahanan listrik yang terjadi, dan ε adalah tekanannya.
Piezoelektrik
Gambar 2.12 Piezoelektrik
Piezoelektrik adalah suatu kemampuan yang dimiliki
sebagian kristal maupun bahan-bahan tertentu lainnya yang dapat
menghasilkan suatu arus listrik jika mendapatkan perlakuan
tekanan.
4. Sensor Aliran Fluida ( Flow Sensor )
Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika
Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam
pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan
aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluida tersebut
berubah dari titik ke titik.
Pengukuran atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan
sebagai berikut:
1. Pengukuran kuantitas
20
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding dengan
kuantitas total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida
mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam
kuantitas yang kurang lebih terisolasi dengan secara bergantian
mengisi dan mengosongkan bejana pengukur yang diketahui
kapasitasnya.
Pengukuran kuantitas diklasifikasikan menurut :
a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
b. Pengukur volumetri untuk cairan
c. Pengukur volumetri untuk gas
2. Pengukuran laju aliran
Laju aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V
dari cairan yang mengalir lewat pipa, yakni:
Q = A.V
tetapi dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat.
Jadi kecepatan terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda
dari kecepatan rata-rata sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi
sebagai berikut:
Q = K.A.V
di mana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan
menggambarkan hubungan antara kecepatan rata-rata sebenarnya
dan kecepatan terukur. Nilai konstantaini bisa didapatkan melalui
eksperimen.
Pengukuran laju aliran digunakan untuk mengukur kecepatan
cairan atau gas yang mengalir melalui pipa. Pengukuran ini
dikelompokkan lagi menurut jemis bahan yang diukur, cairan atau
gas, dan menurut sifat-sifat elemen primer sebagai berikut:
a. Pengukuran laju aliran untuk cairan:
1) jenis baling-baling defleksi
2) jenis baling-baling rotasi
3) jenis baling-baling heliks
21
4) jenis turbin
5) pengukur kombinasi
6) pengukur aliran magnetis
7) pengukur aliran ultrasonic
8) pengukur aliran kisaran (vorteks)
9) pengukur pusaran (swirl)
b. Pengukuran laju aliran gas
1) jenis baling-baling defleksi
2) jenis baling-baling rotasi
3) jenis termal
3. Pengukuran metoda diferensial tekanan
Jenis pengukur aliran yang paling luas digunakan adalah
pengukuran tekanan diferensial. Pada prinsipnya beda luas
penampang melintang dari aliran dikurangi dengan yang
mengakibatkan naiknya kecepatan, sehingga menaikan pula
energi gerakan atau energi kinetis. Karena energi tidak bisa
diciptakan atau dihilangkan ( Hukum perpindahan energi ), maka
kenaikan energi kinetis ini diperoleh dari energi tekanan yang
berubah..
Lebih jelasnya, apabila fluida bergerak melewati penghantar
(pipa) yang seragam dengan kecepatan rendah, maka gerakan
partikel masing-masing umumnya sejajar disepanjang garis
dinding pipa. Kalau laju aliran meningkat, titik puncak dicapai
apabila gerakan partikel menjadi lebih acak dan kompleks.
Kecepatan kira-kira di mana perubahan ini terjadi dinamakan
kecepatan kritis dan aliran pada tingkat kelajuan yang lebih tinggi
dinamakan turbulen dan pada tingkat kelajuan lebih rendah
dinamakan laminer.
Kecepatan kritis dinamakan juga angka Reynold,
Pers 2
dituliskan tanpa dimensi:
VDRD
22
di mana :
D = dimensi penampang arus fluida, biasanya diameter
ρ = kerapatan fluida
V = kecepatan fluida
μ = kecepatan absolut fluida
Batas kecepatan kritis untuk pipa biasanya berada
diantara 2000 dan 2300.Pengukuran aliran metoda ini dapat
dilakukan dengan banyak cara misalnya: menggunakan pipa
venturi, pipa pitot, orifice plat (lubang sempit), turbine flow
meter, rotameter, cara termal, menggunakan bahan radio aktif,
elektromagnetik, ultar sonic dan flowmeter gyro. Cara lain dapat
dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan proses. Yang
dibahas dalam buku ini adalah sensor laju aliran berdasarkan
perbedaan tekanan.
2.2 Signal Conditioning
Signal Conditioning merupakan proses untuk
memanipulasi suatu sinyal (pengkondisi), bisa dimanipulasi
menjadi lebih besar, menjadi bentuk sinyal yang lain (sinyal
segitiga menjadi kotak), dsb.
Biasanya proses pengkondisian/ manipulasi sinyal ini
dilakukan untuk mempersiapkan sinyal agar dapat diproses di
tahap processing. Sebagai contoh LM35 adalah sensor suhu
dengan output analog. Output yang dihasilkan sangat kecil, skitar
10mV/derajat celcius, yang dimana berarti tiap kenaikan 1 derajat
celcius, tegangan output LM35 naik 10mV. Bisa dibayangkan
bila tegangan sekecil itu langsung dimasukkin ke ADC yang
dinamakan tahap processing. Selain sulit untuk memproses
datanya karena terlalu sensitif, mungkin pula terlalu kecil buat
diproses di ADC, yang tergantung ADC yang dipakai. Untuk itu
diperlukan proses pengkondisian sinyal/ signal conditioning.
Sinyal dapat dimanipulasi dengan cara dikuatkan sebanyak 10
kali. Maka dikuatkan (amplify) tegangan output LM35 dengan
memakai OP-AMP dengan perhitungan penguatan 10x, lalu
23
kemudian hasil manipulasi (output dari OP-AMP) dimasukkan ke
ADC. Proses manipulasi inilah yang dinamakan signal
conditioning.
Gambar 2.13 Signal Conditioning
2.2.1 Bentuk – bentuk Analog Signal Conditioning :
Perubahan Level Sinyal. Misalnya dengan menguatkan atau
melemahkan level tegangan. Faktor yang penting dalam
pemilihan amplifeier adalah impedansi input.
Linearisasi. Ada rangkaian analog yang berfungsi untuk
melinearkan sinyal.
Konversi. ASC berfungsi untuk mengubah bentuk perubahan
elektris tertentu ke bentuk lain. Misalnya banyak sensor yang
menghasilkan perubahan resistansi akan diubah ke bentuk
sinyal arus atau tegangan melalui rangkaian jembatan.
Filtering dan Impedance Matching. ASC berguna untuk
menghilangkan sinyal-sinyal yang tidak diinginkan pada
frekuensi tertentu. ASC juga berguna untuk menghilangkan
error akibat impedansi internal transducer atau impedansi line
(kabel).
Beberapa contoh pengkondisian sinyal yang dapat dibuat
menggunakan rangkaian pasif sederhana antara lain :
a. Pembagi tegangan ( Voltage Divider )
Power divider/combiner merupakan komponen pasif
mikrowave yang digunakan untuk membagi atau menggabung
Process
Cmax
Cmin
Sensor
Signal
Conditio
ning
ymax
ymin
24
daya, karena baik port input maupun port outputnya match,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar Dengan kata lain, power
divider berfungsi sebagai reciprocal passive device, yang dapat
digunakan sebagai power combiner. Dalam membagi daya,
sebuah input sinyal dibagi oleh power divider/combiner menjadi
dua atau lebih sinyal dengan daya yang lebih kecil.
Struktur Divider/Combiner
Jumlah perangkat yang digabung untuk tipe struktur
combiner/divider ini adalah biner. Ini berarti bahwa perangkat
yang dipakai harus sama dengan 2N. Tipe ini disebut juga
tree/corporate structure.
Gambar2.14 Struktur Divider
Wilkinson Power Combiner / divider
Wilkinson power divider berfungsi membagi sinyal
masukan menjadi beberapa sinyal keluaran dengan fasa yang
sama. Prinsip utamanya adalah menyediakan isolasi tinggi
antar output, dengan membatasi efek dari refleksi sinyal,
karena lossless reciprocal, three-port network tidak mempunyai
port-port yang secara simultan match. Wilkinson
menambahkan sebuah resistor untuk mengupayakan port
output match dan secara penuh mengisolasi port 2 dari port 3
pada frekuensi tengah (fc). Keuntungannya adalah resistor
tidak menimbulkan resistive loss pada power divider/combiner,
sehingga idealnya Wilkinson divider memiliki efisiensi 100%.
Jenis power divider ini memiliki empat bagian yang berbeda
yaitu sebagai berikut:
25
1. Input port
2. Quarter-wave transformers
3. Isolation resistors
4. Output ports
Adapun daya yang dibagi sama besar, maka power
divider dapat dikatakan power splitter.
Gambar 2.15 Wilkinson Power Dvider
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana Wilkinson
power divider bekerja sebagai pembagi daya. Ketika
sebuah sinyal input masuk port 1, dibagi kedalam sinyal
keluaran yang memiliki amplitudo dan fasa sama pada port
2 dan 3. Karena tiap ujung ada resistor isolasi antara port 2
dan 3, sehingga tidak ada arus yang mengalir
sepanjangnya. Terminasi pada dua port keluaran paralel
terhadap input, sehingga harus ditransformasikan menjadi
2Z0 pada masing-masing port input untuk dikombinasikan
ke Z0. Transformer λ/4 digunakan dalam rangkaian ini
untuk memudahkan kita dalam memahami kondisi match,
tanpa quarter-wave transformer, impedansi yang
menggabungkan dua keluaran pada port 1 menjadi Z0/2.
Impedansi karakteristik saluran quarter-wave harus sama
26
dengan sehingga masukan menjadi match ketika port 2 dan
3 diterminasi Z0.
b. Wheatstone bridge
Wheatstone bridge merupakan suatu rangkaian yang
ditemukan oleh Samuel Hunter Christie dan kemudian
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Sir Charles Wheatstone.
Jembatan wheatstone merupakan suatu susunan rangkaian listrik,
untuk mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui harganya.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan besarnya
suatu hambatan dengan menggunakan metode jembatan
wheatstone dimana prinsip dari metode ini adalah berdasarkan
hukum ohm dan menentukan harga tahanan sebagai fungsi dari
perubahan suhu. Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan
untuk mengukur hambatan listrik. Cara ini tidak memerlukan alat
ukur voltmeter dan amperemater,cukup satu Galvanometer untuk
melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian.
Rangkaian Jembatan Wheatstone digunakan untuk
mengkonversi variasi impedansi menjadi variasi tegangan. Salah
satu keuntungan dari rangkaian ini adalah, tegangan yang
dihasilkan dapat bervariasi sekitar nol. Artinya, penguatan dapat
digunakan untuk menaikkan level tegangan, sehingga sensitivitas
terhadap variasi impedansi juga meningkat. Aplikasi lainnya
adalah pada ketepatan pengukuran impedansi. Rangkaian ini juga
digunakan untuk aplikasi signal conditioning, di mana sebuah
sensor dapat mengubah nilai hambatan, ketika variabel proses
juga berubah.
Cara pengukuran hambatan listrik dengan voltmeter dan
ampermeter, dapat menggunakan rangkain seperti gambar (1) dan
gambar (2).
27
Gambar 2.8 Pengukuran Hambatan Cara I
Pengukuran Hambatan cara pertama
Bukti pengukuran gambar 1 menghasilkan harga R :
A
ac
ac RI
VR
Gambar 2.9 Pengukuran hambatan cara kedua
Bukti pengukuran gambar 2 menghasilkan harga R :
V
ABA
AB
R
VI
VR
Metode jembatan Wheatstone dapat di gunakan untuk
mengukur hambatan listrik. Cara ini tidak memerlukan alat ukur
voltmeter dan amperemater, cukup satu Galvanometer untuk
melihat apakah ada arus listrik yang melalui suatu rangkaian.
Prinsip dari rangkaian jembatan
b
I
R
R c
a
V
A IR
I
R R
I
V
a b
V
IA A
28
Prinsip dasar dari jembatan Wheatstone ini adalah
Hukum Kirchoff pertama, yang dimana menyatakan pada setiap
titik percabangan jumlah aljabar arus adalah nol :
In = 0 (1)
Disini In adalah arus yang menuju atau meninggalkan titik
percabangan. Hal ini berarti jumlah arus yang masuk sama
dengan jumlah arus yang keluar.
Hukum Kirchoff kedua menyatakan di dalam suatu rangkaian
tertutup dari suatu jaringan, jumlah potensial sama dengan nol
atau dapat ditulis :
vn = 0 (2)
Apabila terdapat titik-titik a,b,c,d,e,……, maka Vaa = Vab + Vbc +
Vcd + …….+ V…a
Hukum Kirchoff II ini berlaku pada jaringan penghantar linear
dan pada setiap kondisi material tidak reaktif.
Ekspresi lain dari hukum Kirchoff dengan memperhatikan arus
dan tegangan serta konvensi tanda yang benar :
(In.Rn - Vn) = 0 (3)
Disini Rs adalah hambatan dari penghantar ke-n dan Vn besar
tegangan.
Skema rangkaian wheatstone bridge dapat dilihat dibawah
ini :
Gambar 2.15 Wheatstone bridge
29
Keterangan Gambar :
S: Saklar penghubung
G:Galvanometer
E: Sumber tegangan arus
Rs:Hambatan geser
Ra dan Rb : Hambatan yang sudah di ketahui nilainya.
Rx: Hambatan yang akan di tentukan nilainya.
Prinsip kerja dari rangkaian wheatstone bridge ini
diperlihatkan pada gambar 2.7 di atas :
Saat saklar S di tutup,maka arus akan melewati rangkaian.
Jika jarum Galvanometer menyimpang artinya ada arus yang
melewatinya,yaitu antara titik C dan D ada beda potensial.Dengan
mengatur besarnya Ra dan Rb juga hambatan geser Rs akan dapat
di capai galvanometer G tak teraliri arus,artinya tak ada beda
potensial antara titik C dan D.
Dengan demikian, berlaku persamaan :
S
B
a RR
R=Rx
Untuk menyederhanakan rangkaian dan untuk menghubungkan
besarnya R bergantung pada panjang penghantar, maka rangkaian
jembatan Wheatstone dapat di ubah menggunakan kawat
penghantar seperti gambar di bawah ini:
30
Gambar 2.16 Rangkaian Jembatan Wheatstone menggunakan
kontak geser di atas kawat penghantar
Pada kawat penghantar AB di berikan suatu kontak geser yang
berasl dari ujung Galvanometer. Gunanya untuk mengatur agar
tercapai pengukuran panjang L1dan L2 yang akan menghasilkan
arus di Galvanometer sama dengan NOL. Oleh karena itu pada
kawat AB perlu di lengkapi skala ukuran panjang.
c. Rangkaian Filter
Rangkaian filter merupakan rangkaian penyaring jalur
frekuensi tertentu dengan melakukan penguatan atau pelemahan
pada frekuensi tertentu. Filter dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis tergantung pada frekuensi yang dilewatkannya, yakni low
pass filter, high pass filter, band pass filter, dan band stop filter.
Low pass Filter
Disebut low pass filter karena filter tersebut melewatkan
frekuensi rendah dan menahan frekuensi tinggi. Rangkaian tapis
low-pass merupakan salah satu aplikasi dari rangkain
jenis non inverting op-amp.
S
R
X
Ra G
E
31
Rumus :
pers 13
Gambar 2.17 Low pass filter.
Sumbu vertikal adalah rasio tegangan output terhadap tegangan
input dengan tanpa memperhatikan fasenya. Jika nilai rasionya
adalah satu, maka sinyal yang dilewatkan tanpa efek pembiasan.
Jika nilainya sangat kecil, atau mendekati nol, maka sinyal
berhasil ditahan. Sedangkan sumbu horizontal adalah rasio
perbandingan antara frekuensi sinyal input terhadap frekuensi
kritis. Frekuensi kritis adalah frekuensi dimana perbandingan
antara tegangan output terhadap tegangan input adalah 0,707.
Gambar 2.18 Rangkaian Low pass filter
32
High pass filter
Filter yang melewatkan frekuensi tinggi dan meredam
frekuensi rendah. Persamaan untuk mencari nilai rasio
tegangan output terhadap input sebagai frekuensi ditunjukkan
sebagai berikut :
pers 14
Maka penguatan tegangan Absolut :
pers 15
Gambar 2.19 Respon High Pass Filter
33
Gambar 2.20 Rangkaian HPF
Band Pass Filter
Band pass filter adalah rangkaian filter yang merupakan
gabungan seri antara low pass filter dan high pass filter
.Sehingga frekuensi yang dilewatkan adalah frekuensi yang
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Rangkaian filter ini
melewatkan frekuensi hanya jika frekuensi inputannya berada
dalam range frekuensi kerja dari filter tersebut,dengan kata lain
diantara frekuensi cut off atas (foh) dengan frekuensi cutt off
bawah ( fol ).
Gambar 2.21 respon band pass Filter
Gambar 2.22 rangkaian BPF
34
Pada Band Pass Filter ini ada 2 macam rangkaian yaitu
BPF bidang lebar dan BPF bidang sempit. Untuk membedakan
kedua rangkaian ini adalah dilihat dari nilai figure of merit
(FOM) atau Faktor kualitas (Q).
Bila Q < 10, maka digolongkan BPF bidang lebar.
Bila Q > 10, maka digolongkan BPF bidang sempit.
Perhitungan faktor kualitas (Q) adalah :
pers 16
Sedangkan :
pers 17
Band Stop Filter
Band stop filter adalah rangkaian filter yang merupakan
gabungan pararel antara low pass filter dan high pass filter.
Rangkaian filter ini melewatkan frekuensi hanya jika frekuensi
inputnya berada diluar range frekuensi cut-off (foh) dengan
frekuensi cutt-off bawah (fol).
Gambar 2.23 respon Band stop filte
35
Gambar 2.24 Rangkaian Band Stop Filter
36
Halaman ini sengaja dikosongkan