YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript

Autism Syndrome DisorderDEFINISIIstilah autisme dikemukakan pertama kali oleh Dr. Leo Kanner pada 1943. Secara harfiah, autisme berasal dari kata autos yang berarti diri dan isme yang berarti paham atau aliran. Secara etimologi, autisme adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri.Menurut American Psychiatic Association, Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup dirI, dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Autisme merupakan kombinasi dari beberapa kegagalan perkembangan, yang biasanya mengalami gangguan pada : KomunikasiPada anak dengan autism, perkembangan bahasanya akan sangat lambat atau bahkan tidak ada sama sekali. Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai dengan makna yang dimaksud dan lebih sering berkomunikasi menggunakan gerak tubuh (gesture) daripada kata-kata serta gangguan dalam pemusatan perhatian (atensi). Interaksi SosialPada anak dengan autism, kondisi menyendiri lebih menyenangkan daripada bersama orang lain, sehingga sulit untuk membangun hubungan sosial dan pertemanan dengan lingkungannya. Gangguan sensorikAnak dengan autism memiliki sensitifitas indra (penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa) yang sangat tinggi atau bisa juga sebaliknya. Gangguan BermainAnak dengan autism pada umumnya kurang memiliki spontanitas dalam permainan yang bersifat imajinatif dan tidak dapat meniru orang lain, dan tidak mempunyai inisiatif. PrilakuAnak dengan autism bisa saja berprilaku hiper-aktif atau isa juga sebaliknya hipo-aktif; gangguan prilaku seperti marah tanpa sebab yang jelas, perhatian yang sangat besar pada suatu benda, menampakkan agresi pada diri sendiri dan orang lain dan mengalami kesulitan dalam perubahan rutinitas.Berdasarkan DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder), Anak dengan ganguan perkembangan Autisme dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu : Segi pendidikanAnak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anakini memerlukan penanganan atau layanan pendidikan secara khusus sejakdini. Segi medis Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yangmenyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan atau terapi secara klinis. Segi psikologiAnak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembanganyang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis. Segi sosial Anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.EPIDEMIOLOGISaat ini autisme dianggap sebagai salah satu gangguan perkembangan paling umum di dunia. Dalam studi yang dilakukan oleh Amerika Serikat Centers for Disease Control pada tahun 2002 pada beberapa masyarakat yang dipilih menunjukkan bahwa prevalensi autisme saat ini adalah sekitar 1 dari 150 orang anak. Berdasarkan prevalensi terekhir dari National Institute of Mental Health memperkirakan bahwa autisme terjadi 0.003-0.006 % dari populasi, yang berarti 3-6 orang dari 1000 orang akan mengalami gangguan ini.Sejumlah penelitian epidemiologi telah memberikan bukti yang kuat mengenai komponen dasar genetik pada penyakit autisme. Studi yang dilakukan oleh Folstein dan Rutter pada tahun 1977 mengidentifikasi bahwa autisme lebih tinggi terjadi pada monozygotic kembar daripada dizygotic kembar. Dan sejak saat itu dilaporkan bahwa temuan paling sering dikaitkan dengan kromosom 7q, 15q, 22q, dan 2q. Autisme terjadi empat kali lebih sering pada pria daripada wanita, dengan rasio yang tinggi dan dalam bentuk gangguan yang lebih ringan tanpa memandang status sosial-ekonomi, ras, agama, etnis, warna kulit,dll. Suatu keluarga yang memiliki seorang anak dengan kondisi autistik akan memiliki resiko 4-6% gangguan perkembangan pada anggota keluarganya yang sedarah lainnya.ETIOLOGIPenyebab terjadinya gangguan perkembangan (autisme) ini belum diketahui dengan jelas, tetapi ada beberapa kondisi yang dicurigai sebagai penyebabnya, antara lain yaitu gangguan pada otak, genetik, lingkungan, polusi udara, air, dan makanan, sistem imun, dan proses kehamilan.Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari banyak negara ditemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya sehingga menyebabkan anak cuek terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada lobus ke VIdan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga didapatkan jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau kekacauan impuls di otak.Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terhadap agresi dan emosi yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadaryang relatif tinggi.Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus.Faktor genetika dapat menyebabkan abnormalitaspertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak dan diperkirakan sebagai penyebab utama terjadinya kondisi autisme walaupun bukti-bukti yang konkrit masih sulit ditemukan. Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya gejala autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (postpartum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya infeksi ringan sampai berat pada bayi.ANATOMI DAN FISIOLOGI

Gambar : Bagian-bagian OtakKetika lahir seorang bayi telah mempunyai 100 miliar sel otak yang aktif dan 900 miliar sel otak pendukung, setiap neuron mempunyai cabang hingg 10.000 cabang dendrit yang dapat membangun sejumlah satu kuadrilion koneksi. komunikasi.perkembangan otak pada minggu-minggu pertama lahir diproduksi 250.000 neuroblast (sel saraf yang Belum matang), kecerdasan mulai berkembang dengan terjadinya koneksi antar sel otak, tempat sel saraf bertemu disebut synapse, makin banyak percabangan yang muncul, makin berkembanglah kecerdasan anak tersebut, dan kecerdasan ini harus dilatih dan di stimulasi, tanpa stimulasi yang baik, potensi ini akan tersia-siakan.Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian besar, yaitu kortex serebri, system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila korteks serebri berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbik berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, sedangkan batang otak mengatur fungsi vegetasi atau pertahanan tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan, tapi juga dapat bekerja secara terpisah.Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal, mengatur emosi, ingatan, aktivitas motorik dan lain-lain. Otak terbentuk dari dua jenis sel: yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang di kenal sebagai sinapsis. Neurotransmiter paling mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang yang ada antara lain Asetil kolin, dopamin, serotonin, epinefrin, norepinefrin.Sistem norepinefrin dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin. (Guyton 1997:954)Pada pasien dengan gangguan neuropsikis terdapat berbagai keadaan yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut: 1. Terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal;2. Perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau;3. Abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak. (Guyton,1997:954)Sistem limbik merupakan bagian basal dari otak yang mengatur emosi dan tingkah laku, dan motivasi manusia. Sistem limbik terdiri dari jaringan kortikal disekitar hilus dari hemisfer serebri dan terdiri dari struktur seperti amigdala, hipokampus, dan nukleus septal. Salah satu karakteristik dari sistem limbik adalah kurangnya hubungan dengan neokorteks (korteks serebri), namun neokorteks tetap dapat memodifikasi tingkah laku emosional dan sebaliknya. Karakteristik lain dari sistem limbik adalah aktifitasnya yang menetap setelah suatu stimulasi sehingga memberikan respons emosional yang dapat bertahan lama setelah di stimulasi.Struktur utama dari sistem limbik adalah hipotalamus beserta struktur di sekitarnya yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku, mengatur fungsi endokrin dan mengatur fungsi vegetatif dari otak seperti pengaturan suhu tubuh, nafsu makan, osmolalitas cairan tubuh, dll. Perangsangan atau kerusakan pada hipotalamus dapat menyebabkan gangguan emosi dan tingkah laku. Perangsangan pada bagian lateral hipothalamus dapat mneyebabkan rasa marah dan tingkah laku agresif; perangsangan pada daerah nukleus ventromedial dan daerah sekitarnya akan menyebabkan rasa kenyang dan tenang; perangsangan pada daerah nukleus paraventrilularis akan menyebabkan rasa marah dan rasa bersalah. Pada seorang anak yang mengalami Autism didapatkan adanya gangguan pada sistem limbik terutama bagian hipothalamusnya yang menyebabkan dirinya tidak dapat mengontrol emosi dan prilaku yang agresif.

KLASIFIKASI PENYAKITAutism Syndrome Disorder memiliki tingkatan dari autism spektrum ringan hingga autism spektrum berat. Anak dengan autism spektrum parah mungkin tidak dapat berbicara dan juga mengalami keterbelakangan mental. Sedangkan anak dengan autism spektrum ringan mungkin masih dapat melakukan fungsi seperti biasa didalam kelas dan mungkin tidak lagi menunjukkan criteria autism. Dua orang anak dengan gangguan ASDs tidak pernah sama walaupun mereka didiagnosa dengan tanda dan gejala yang sama. Seorang anak dengan ASDs mungkin tidak dapat berbicara dan memiliki IQ yang rendah, tapi anak lain yang didiagnosa sama mungkin saja memiliki IQ di atas rata-rata. Term high-functioning dan low-functioning biasa digunakan untuk mendeskripsikan kondisi autisme yang dialami oleh seorang anak apakah itu autism spektrum ringan atau autism spektrum parah.Autism Syndrome Disorder dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu :1. Childhood AutismDikenal juga dengan Autisme masa kanak yaitu jenis gangguan perkembangan (komunikasi, interaksi sosial, dan prilaku) yang gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai umur 3 tahun. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.2. Sindroma RettSindroma Rett adalah gangguan perkembangan yang hanya dialami oleh anak perempuan. Kehamilannya normal, kelahiran normal, perkembangan normal sampai sekitar umur 6 bulan. Lingkaran kepala normal pada saat lahir dan sekitar umur 6 bulan mereka mulai mengalami kemunduran perkembangan. Pertumbuhan kepala mulai berkurang antara umur 5 bulan sampai 4 tahun. Gerakan tangan menjadi tak terkendali, gerakan yang terarah hilang, disertai dengan gangguan komunikasi dan penarikan diri secara sosial. Gerakan-gerakan otot tampak makin tidak terkoordinasi. Hal ni terjadi antara umur 6-30 bulan. Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat. Timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus menerus seperti orang yang sedang mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur mebjadi ciri khas dari Sindrom Rett ini.Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otot-otot yang makin kaku , timbul kejang, scoliosis tulang punggung, pertumbuhan terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya menunjukkan kelainan.3. Desintegrasi Masa KanakPada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun, sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur 3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannyapun ikut mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulang-ulang dan stereotipik. Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya menjadi sangat mirip dengan autisme.4. Sindrom AspergerSeperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA)juga lebih banyak terdapat pada anak laki-laki daripada wanita. Anak dengan Sindrom Asperger juga mempunyai gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah, dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya.5. Gangguan Perkembangan Perpasiv (PDD-NOS)PDD-NOS juga mempunyai gejala gangguan perkembangan dalam bidang komunikasi, interaksi maupun perilaku, namun gejalanya tidak sebanyak seperti pada Autisme Masa kanak. Kualitas dari gangguan tersebut lebih ringan, sehingga kadang-kadang anak-anak ini masih bisa bertatap mata, ekspresi fasial tidak terlalu datar, dan masih bisa diajak bergurau.PATOFISIOLOGI

Sel saraf otak (neuron) terdiriatas badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus oleh selaput mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain melalui sinaps. Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak. Semakin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps. Kelainan genetik, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitaspertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak(brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide,calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan selsaraf. Brain growth factors inipenting bagi pertumbuhan otak. Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autisme terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara takberaturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluarnya hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factordan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide. Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasilingkungan. Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori). Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat. Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan.PROGNOSISAutism tidak dapat disembuhkan. Anak-anak kadang menjadi pulih, kadang setelah intensive treatment dan kadang tidak; tidak diketahui seberapa sering hal ini terjadi. Sebagian besar anak autism kurang mendapatkan dukungan sosial, hubungan yang berarti, kesempatan kerja di masa depan atau self-determination. Meskipun masalah inti tetap ada, gejala-gejalanya sering berkurang dalam masa perkembangan selanjutnya. Beberapa studi berkualitas tinggi menunjukkan long-term prognosis autism. Beberapa orang dewasa menunjukkan peningkatan dalam ketrampilan berkomunikasi, tetapi beberapa mengalami kemunduran; tidak ada studi yang difokuskan pada autism setelah menginjak masa dewasa. Mempelajari bahasa setelah usia enam, memiliki IQ di atas 50, dan memiliki ketrampilan yang marketable semuanya memprediksi hasil yang lebih baik; hidup mandiri tidak dapat dilakukan oleh penderita autism berat. British study tahun 2004 pada 68 orang dewasa yang didiagnosa sebelum tahun 1980 sebagai anak-anak autistic dengan IQ di atas 50 menemukan bahwa 12% sudah mencapai level kemandirian yang tinggi sebagai orang dewasa, 10% memiliki teman dan secara umum bekerja tetapi membutuhkan beberapa bantuan, 19% memiliki beberapa kemandirian tetapi umumnya tinggal di rumah dan membutuhkan bantuan dan pengawasan dalam kehidupan sehari-hari, 46% membutuhkan pembekalan dari spesialis dari fasilitas-fasilitas khusus di bidang ASD dengan bantuan tingkat tinggi dan kebebasan yang sangat terbatas, dan 12% membutuhkan perawatan rumah sakit tingkat tinggi. Penelitian di Swedia tahun 2005 pada 78 orang dewasa yang tidak memasukkan IQ yang rendah menemukan prognosis yang lebih buruk; contohnya, hanya 4% yang mencapai kemandirian. Penelitian di Kanada tahun 2008 pada 48 orang dewasa muda yang didiagnosa ASD ketika masih usia pra sekolah menemukan hasil mulai dari kurang (46%), cukup (32%), baik (17%), dan sangat baik (4%); hanya 56% yang pernah dipekerjakan, sebagian besar menjadi volunteer, kerja full atau paruh waktu. Perubahan dalam diagnostic practice dan meningkatnya ketersediaan early intervention yang efektif membuat tidak jelas apakah penemuan-penemuana ini dapat digeneralisasi untuk anak-anak yang didiagnosa baru-baru ini. Beberapa anak terutama mereka yang mengalami gangguan bicara dapat tumbuh pada kehidupan marginal, dapat berdiri sendiri sekalipun terisolasi hidup dalam masyarakat namun untuk beberapa anak, penempatan lama pada institusi merupakan hasil akhir. Hubungan antara autisme dan skizofrenia tidak jelas. Kasus dimana anak autistik kemudian berkembang menjadi skizofrenia telah dilaporkan namun jarang. Prognosis yang lebih baik adalah terkait dengan intelegensi yang lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, dan kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh. Gejala-gejaLa sering berubah karena anak-anak tumbuh semakin tua. Kejang-kejang dan mencelakakan diri sendiri semakin lazim dengan perkembangan usia. GAMBARAN KLINISAnak dengan autisme dapat tampak normal pada tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan darikelima panca inderanya(pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadapinformasisensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentuTerlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat.The National Institute of Child Health and Human Development(NICHD) diAmerika Serikatmenyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut:1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan2. Anak tidak memperlihatkan kemampuangestural(menunjuk, melambai, menggenggam) hingga usia 12 bulan3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentuAdanya kelima karakteristik di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secaramulti-disipliner yang dapat meliputi Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, dan Profesi lain yang memahami persoalan autisme.Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV), kategori diagnostik autisme terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis autisme dibuat jika ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV:a. Interaksi Sosial(minimal 2):1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju.2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arahb. Komunikasi Sosial(minimal 1):1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi socialc. Imaginasi, berpikir fleksibeldanbermain imaginatif(minimal 1):1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu bendaAutisme ditunjukkan bila ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu: Interaksi Sosial Komunikasi Perilaku.Pemeriksaan penunjang Autisme :1. Childhood Autism Rating Scale (CARS)2. Checklis for Autism in Toddlers (CHAT)3. The Autism Screening Questionare4. The Screening Test for Autism in Two-Years OldDIAGNOSA BANDINGGangguan lain yang mempengaruhi fungsi otak penyandang autisme adalah Epilepsi, Retardasi Mental, Down Syndrome atau gangguan genetis lain. Melihat gangguan-gangguan yang biasanya menyertai gejala autisme seperti yang dikemukakan di atas, menyebabkan banyak orang beranggapan bahwa penyandang autisme tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan hidup normal.PROBLEM FT (GAMBARAN KLINIS VS ASSESMENT)a. Pemeriksaan motorik kasar dan halus Hasil , tidak terjadi gangguan motorik.b. Pemeriksaan Kognitif Hasil, Mengalami gangguan kognitif.c. Pemeriksaan Psikis Hasil, Penderita mengalami gangguan psikis d. Tes Vokal Hasil, adanya gangguan bicara khususnya saat menyebutkan huruf konsonan.e. Pemeriksaan Laboratorium dan RadiologiINTERVENSIPrimer : Hyperaktif anggota gerak Sekunder :a. konsentrasi b. Gangguan bicara Kompleks : Gangguan ADL koordinasi

Berbagai pendekatan terapeutik telah dianjurkan untuk menangani dan menatalaksana anak-anak autistik, namun keberhasilannya terbatas. Terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang sedang berlaku dilaporkan meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresi sering dapat diubah dengan manajemen perilaku. Neuroleptik telah menunjukkan harapan dalam mengurangi perilaku mencelakakan diri sendiri yang kelihatannya mengarah pada perilaku agresi, stereotipik, dan penarikan diri dari pergaulan sosial. Antagonis opiat yang kuat baru-baru ini terbukti mengubah masalah-masalah perilaku, penarikan diri dan stereotipik. Model penanganan harian dengan menggunakan permainan, terapi kemampuan berbicara dan latihan antarperorangan terstruktur juga menampakkan harapan. Umumnya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak. Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Peran tenaga medis dalam menangani autisme yaitu meggunakan analisis perilaku antara lain: Pelatihan percobaan Intervensi perilaku secara dini Pengajaran langsung Pelatihan respon-respon penting Intervensi perilaku verbal Perkembangan, perbedaan individu dan dasar-dasar pendekatan relasi Intervensi dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain Treatmen dan pendidikan untuk anak autisme dan cara berkomunikasi.

Glosarium Monozygotic :Dizygotic :Atensi :Sel Purkinye :Agresi :Partus :Neuroblast :Neurotransmitter :ASDs :Scoliosis :Stereotipik :Skizofrenia :Inisiasi :Egosentris :Epilepsi :Retardasi mental :Down syndrome :

REFERENSI Marilynn E. 1999. Rencana AsuhanKeperawatan.Edisitiga. Jakarta:EGChttp://www.autis.info/index.php/tentang-autisme/sindrom-gangguan-autismehttp://www.psych.org/http://www.ninds.nih.gov/disorders/autism/autism.htmNelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGCBehrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, AlihBahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, JakartaVeague, Heather Barnett. 2010. Psychological Disorder : Autism. New York: Infobase PublishingExkorn, Karen Siff. The Autism Source Book : Everything You Need To Know About Diagnosis, Treatment, Coping, And Healing. New York : Perfect BoundMonti Jennifer, 2012. Autism Overview. Healthline Editorial TeamSiregar, Harris. 1994. Neuro-Fisiologi. Ujung Pandang : Publishing Division of Physiology


Related Documents