YOU ARE DOWNLOADING DOCUMENT

Please tick the box to continue:

Transcript
Page 1: Amanda, Cerber

AMANDABagian 1 : Hari Yang Berat Untuk

Amanda

Amanda baru beberapa bulan lulus dari SMAnya, namun gadis yang baru genap 18 tahun beberapa bulan yang lalu juga itu, sudah harus merasakan pahitnya hidup sebagai manusia dewasa lebih awal dari teman-temannya yang lain. Bagaimana tidak, ketika kebanyakan teman yang lain meneruskan ke perguruan tinggi, Amanda justru tidak bisa melakukannya. Lantaran kecelakaan mobil yang membuat Ibunya meninggal dan Ayahnya terluka parah sebulan yang lalu,Amanda melewatkan kesempatan mengikuti penerimaan mahasiswa baru.

Gadis berparas cantik dan bermata coklat indah itu begitu gigih untuk mencoba tegar di hadapan Ayahnya. Kehilangan Ibunya adalah hal yang tersulit yang tidak ingin terbayangkan sekalipun di benak Amanda. Namun, tetap memberikan semangat hidup untuk Ayahnya adalah hal besar baginya. Karena saat ini, hanya laki-laki itulah yang dimilikinya.

Entah benar atau tidak, tiba-tiba Ayah Amanda diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Setelah sempat koma beberapa minggu. Saat Amanda mengkonfirmasinya, dokter mengiyakan. Dia senang sekali, segera dia mengurusi kepulangan Ayahnya itu ke bagian administrasi Rumah Sakit. Namun Amanda bingung, ternyata telah ada orang yang melunasi biaya rumah sakit Ayahnya itu. saat ditanyakan siapa orangnya, petugas hanya mengatakan seorang pemuda. Amanda mencoba menerka-nerka siapa. Tapi dia masih belum dapat mengetahuinya. Meskipun demikian, Amanda sangat berterima kasih pada orang tersebut. Karena dia sempat takut kalau uang tabungannya tidak cukup untuk melunasi tagihan rumah sakit. Uang itu sudah digunakan untuk keperluan mengurus jenazah ibunya. Sementara

Amanda sama sekali tidak mengusik rekening Ayahnya.

“Ayah, Amanda akan pulang dulu. Besok Ayah kan pulang, jadi Amanda mau beres-beres rumah dulu”Ucap Amanda pada Ayahnya. Lelaki itu hanya tersenyum pada anak perempuannya itu. “Ayah tidak apa kan Amanda tinggal dulu. Nanti malam Amanda datang lagi”Lanjutnya.

“Tidak apa, Nak. Dan Ayah pikir kau tak perlu kemari lagi nanti malam. Kau istirahat saja di rumah” Tutur Ayah Amanda masih lemas. Amanda terheran.

“Benar, Ayah? Ayah baik-baik saja?” Tanyanya sekali lagi seolah masih ragu untuk meninggalkan Ayahnya, Lelaki itu hanya mengangguk. Amanda pun berlalu meninggalkan Ayahnya di dalam kamar sendiri. Sebenarnya tidak berapa lama seorang laki-laki muda masuk kedalam kamar Ayah Amanda.

Hari ini Amanda sudah cantik dan rapi. Dia bersiap-siap ke rumah sakit lagi untuk membereskan barang-barang Ayahnya. Dia tampak senang, karena hari ini Ayahnya sudah diperbolehkan pulang. sedikit tergesa-gesa dia mengambil tasnya, Amanda hanya ingin cepat sampai di rumah sakit. Semalam dia sudah tidak menunggui Ayahnya. Pasti sekarang Ayahnya sedang kesepian dan menunggu Amanda di sana. Namun, baru saja hendak beranjak bel berbunyi. Amanda bergegas membuka pintu, dan mengira itu tetangga sebelah yang hendak menanyakan kepulangan Ayahnya.

Tapi itu salah, karena ketika Amanda membuka pintu, yang dilihatnya adalah seorang pemuda tinggi tegap dengan wajah indonya. Sepertinya Amanda tidak asing dengannya. Untuk beberapa saat mereka saling memperhatikan.

“ Selamat pagi, Amanda?” Sapanya terlebih dulu.

Page 2: Amanda, Cerber

“Pagi, eng…” jawab Amanda dan sepertinya hendak menanyakan siapa dan apa maksud kedatangannya. Namun tidak berapa lama kemudian mobil Ambulan memasuki halaman rumah Amanda. Lelaki itu berlari menghampiri mobil ambulan, tidak berapa lama kemudian dia kembali bersama dua perawat mengusung Ayah Amanda.

“ Ya Allah, Ayah!” Pekik Amanda girang bercampur haru. Berlari menghampiri lelaki pesakitan itu dan memeluknya. “ Kok Ayah sudah pulang, kan dokter bilang nanti sore setelah ayah menjalani pemeriksaan terakhir?” Amanda masih merasa tidak percaya.

“Sudah, Ayah sudah boleh pulang” Ucapnya meski suaranya masih berat dan lirih.

“ Amanda, sebaiknya kita bawa dulu ayahmu ke dalam “ Sahut lelaki itu, yang bahkan Amanda belum tahu siapa dia. Mereka masuk ke dalam rumah bersama. Setelah memasang peralatan kesehatan Ayah Amanda, perawat itu pun berlalu. Saat ini tinggal Amanda, Ayahnya dan lelaki itu.

“Amanda, ini Wisnu, kamu masih ingat dia?” Tanya ayahnya setelah dibaringkan di kamarnya.

Amanda memandang lelaki itu, begitu juga sebaliknya. Mereka saling melempar pandang.

“ Mas Wisnu?” Tukasnya antara ingat dan lupa. “Yang keluarganya dulu pernah berlibur bersama kita di Bali, Ayah?” Amanda memastikan.

“Iya, Amanda. Saat itu kamu baru 6 tahun, dan aku menggendongmu saat kakimu berdarah menginjak karang” Tegas lelaki itu yang namanya disebut Wsnu. Amanda tersenyum mengingatnya.

“Dia akan tinggal beberapa waktu bersama kita” Ucap Ayah Amanda.

“Kalau begitu, akan aku siapkan kamar depan untuk Mas Wisnu” Amanda bangkit beranjak hendak

membersihkan kamar depan, namun Wisnu menggapai lenganya. Akan tetapi cepat-cepat dia melepaskannya.

“Tidak perlu Amanda, nanti biar aku yang melakukannya. Lagi pula kau seharusnya menemani Om Dirja” Ujar Wisnu.

Hari mulai beranjak malam, Amanda sepanjang hari menemani Ayahnya. Bercerita banyak hal pada Ayahnya. Tentang rencananya mengadakan syukuran untuk kesembuhan Ayahnya dan 40 hari ibunya. Dan terutama tentang janji Amanda yang akan selalu merawat Ayahnya sampai sembuh dan sampai kapanpun. Namun lelaki yang tampak belum sembuh benar itu sepertinya tidak merasa bahagia. Ada hal yang bahkan terlihat disembunyikannya dari Amanda.

“Amanda” Ucap Ayah Amanda “ Putri Ayah, trimakasih atas semuanya, Nak.” Lelaki itu mencoba tersenyum meski hanya sebentar saja.”Kau sudah banyak menderita,Nak. Ayah minta ma’af ya, Nak”

“Ayah, jangan begitu dong Yah” Tukas Amanda,” Kenapa Ayah mesti berterimakasih dan meminta ma’af seperti itu? Perasaan Amanda menjadi tidak enak,Yah. Sudah lebih 18 tahun ayah dan ibu yang merawat Amanda, memberikan semua yang Amanda butuhkan. Kalian hidup untuk Amanda, tapi Amanda baru beberapa hari saja merawat Ayah, kenapa Ayah mengucapkan semua itu? Ini belum cukup Yah untuk membalas apa yang Ayah lakukan untuk Amanda” Air mata Amanda mengucur deras. Air mata yang kini telah menjadi teman barunya. Namun Amanda cepat-cepat menghapusnya dan menahan dirinya agar tidak terlarut dalam kesedihan.terlebih di depan ayahnya.

“Kau bisa menerima semua ini Amanda?”

“Iya, Ayah… kalau Tuhan memang ingin ini kita bisa apa,Yah?”

Page 3: Amanda, Cerber

Butir airmata menetes dari pipi Ayah Amanda. Mulutnya bergetar entah haru entah sedih. Ditatapnya lekat-lekat wajah anak gadisnya itu. Anak gadisnya yang dulu selalu merajuk bila ingin sesuatu, marah dan mengunci pintu kamarnya bila keingginanya tidak diiyakan, saat ini dipaksa dewasa seketika dengan semua keadaan ini.

“Ayah senang,Nak. Ternyata kau anak yang tegar. Kau bisa melewati semua ini”

Sementara hati Amanda memberontak keras mendengar semua itu. Dia sebenarnya ingin sekali protes dan mengatakan bahwa dia tidak ingin semua ini terjadi. Hanya saja Amanda sadar, semua itu tak akan bisa merubah kenyataan.

“Ayah boleh minta satu hal lagi, Sayang?”

Amanda menatap Ayahnya dalam-dalam, matanya yang masih basah itu rupanya bertanya-tanya apa yang hendak ayahnya katakan.” Apa ayah?”

“Berjanjilah pada Ayah, kau akan melakukannya, Amanda”

“Maksud Ayah apa?”

“Berjanjilah saja,Nak. Ayah ingin kau berjanji pada Ayah. Dan ayah tidak akan minta apapun lagi dari mu”

Amanda terdiam, dibuat berpikir apa yang diinginkan ayahnya untuk Amanda lakukan. Tapi apapun itu, Amanda yakin ini pasti demi Amanda juga. Ayahnya tak pernah meminta apapun selama ini, Amanda tak sampai hati mempertanyakan dulu apa maksud ayahnya. “ Baiklah Ayah, Amanda janji akan penuhi keinginan Ayah”

Matahari masih kemerahan di ufuk timur. Amanda menyibak tirai jendela kamarnya dan berharap hari ini Ayahnya akan lebih baik lagi. Amanda tidak sabar mengajak Ayahnya jalan-jalan keluar rumah. Pasti banyak hal yang dirindukan

Ayahnya diluar. Tetangga-tetangga dekat mereka, Lapangan tenis yang setiap sore didatangi Ayahnya, dan banyak lagi yang ingin dilakukan Amanda bersamanya.Namun jujur, hingga detik ini Amanda masih merasa sedih dan khawatir pada kondisi ayahnya. Seringkali perasaan Amanda tiba-tiba saja tidak enak. Sama seperti perasaan tepat sebelum kedua orangtuanya kecelakaan.

Amanda tiba-tiba teringat ayahnya, segera dia bergegas menuju kamar ayahnya. Karena terlalu tergesa-gesa Amanda tidak melihat ada Wisnu yang berjalan dari balik dinding. Mereka saling bertabrakan. Amanda hampir terjerembab, untung Wisnu mendekapnya.”Hati-hati Amanda” Wisnu berujar. Kedua mata itu saling memandang dalam jarak yang dekat untuk beberapa saat. Amanda tersadar dia masih dalam dekapan Wisnu, begitupun Wisnu. Segera dia melepaskan Amanda.

“Ma’af Mas, Amanda tidak melihat Mas Wisnu”

“ Tidak apa Amanda” Ujar Wisnu “ Oh, Yah. Biar aku yang melihat keadaan Om Dirja kamu sarapan dulu saja. Aku sudah buat nasi goreng untukmu “

“Tidak Mas, terimakasih, aku mau lihat ayah dulu” Wisnu pun mempersilahkan Amanda masuk ke dalam kamar ayahnya.

Amanda masuk ke kamar ayahnya, tirai jendelanya telah tersibak. Tidak mungkin ayahnya menyibaknya. Ada bantal, kemeja pria dan HP di sofa. Pasti semalam Mas Wisnu menemani ayah di sini. Batin Amanda dalam hatinya.

“Kenapa Amanda? Wisnu memang semalam tidur di sini, Ayah yang memintanya” Tuturnya seperti mengerti apa yang sedang dipertanyakan Amanda. Wajahnya pun terlihat lebih berseri. Sepertinya dia sudah lebih baik. Amanda senang melihatnya. Dia duduk di tempat tidur Ayahnya sambil memperbaiki letak infuse di tangan Ayahnya.

Page 4: Amanda, Cerber

“Tapi semalam ayah memintaku tidur di kamar, mengapa ayah malah meminta Mas Wisnu yang menemani ayah?”

“Ayah hanya ingin berbicara banyak dengannya, sudah lama ayah tidak bertemu denganya. Dia anak yang baik. Dia juga laki-laki yang matang dan mapan. Persis seperti ayahnya”

“Tapi, bukankah ayah pernah bercerita Om hendra bercerai dengan Tante Paula yang orang Italia itu?”

“Itu kan masalah rumah tangga, Amanda. Setiap orang pasti akan mempunyai masalah dalam hidupnya. Dan aku merasa itu tidak berpengaruh pada Wisnu. Dia tetap tumbuh jauh lebih baik tanpa kedua orangtuanya”

“Ayah sayang sama Mas Wisnu?” Tanya Amanda menatap Ayahnya. Sejenak lelaki itu terdiam.

“Ayah sudah menganggapnya sebagai Anakku sendiri, Amanda. Aku dan Ibumu dulu yang merawat Wisnu waktu ditinggal Ibunya pergi. Kamu baru lahir ketika usianya hamper 8 tahun. Dan saat itu Hendra mengajaknya pindah ke Singapur”Ayah Amanda mengisahkan kedekatan emosinya dengan Wisnu. “Dan Ayah tahu persis Amanda, Wisnu laki-laki yang baik “ Sekali lagi Ayah Amandamenyinggung tentang hal tersebut pada Amanda. Amanda tidak tahu apa maksud Ayahnya. Sebenarnya Pak Dirja ingin mengatakan sesuatu, tapi belum juga bisa mengatakannya. Tiba-tiba diapun teringat Wisnu “ Amanda, apa kau sudah membuatkan Wisnu sarapan. Mungkin saja dia lapar dan tidak tahu apa yang harus dia makan”

Amanda baru ingat, tadi Wisnu bilang dia sudah membuatkan sarapan untuknya .”Tapi mas wisnu udah masak kok,Yah. Malah tadi dia yang menyuruh Amanda sarapan sebelum kesini”

“Kamu ini Amanda, dia kan tamu di rumah kita, masak dia yang melayani kita?”

“Iya Ayah, nanti biar aku yang melayani Mas Wisnu” Tutur Amanda tersenyum. Lelaki itu menatap anaknya sejurus. Seolah hendak mengamini ucapan Amanda dalam hatinya.

“Ya sudah, kamu temani Wisnu sarapan”

Amanda bergegas ke dapur. Di meja makan, Wisnu belum menyentuh makanannya. Dia masih sibuk dengan Laptopnya.

“Mas Wisnu belum sarapan?” Tanya Amanda, dia duduk di depan Wisnu.

“Ya aku ingin nunggu kamu, lagi pula tadi ada sedikit kerjaan yang mesti aku emailkan.” Wisnu menutup Laptopnya”Bagaimana keadaan Om Dirja, apa dia sudah minum obat?”

“Iya sudah”

“Ya udah, sepetinya kamu juga harus sarapan”

“Terima kasih ya Mas, semalam sudah menemani ayah”

“Kau jangan memikirkan itu, Om Dirja sudah aku anggap sebagai ayahku sendiri”

Keduanya kemudian sarapan. Tidak banyak yang mereka bicarakan. Amanda juga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan pada Wisnu.kedekatan mereka waktu kecil dulu sama sekali tidak membuat suasana lebih cair. Entah, Amanda seolah sedikit sungkan pada laki-laki dihadapannya itu. Bahkan beberapa kali dia tertunduk malu dan kemerahan bila mengetahui Wisnu menatapnya dalam.

Sementara Wisnu terlihat beberapa kali memperhatikan Amanda yang sedang makan. Sesekali dipalingkan muka ke arah lain saat Amanda memandang ke arahnya. Bila teringat apa yang

Page 5: Amanda, Cerber

sedang dialami Amanda dan yang mungkin akan dialaminya nanti, dada Wisnu menjadi sesak. Wisnu menghentikan sarapannya dan menyudahinya dengan meneguk air putih. Dia ingin sekali berlalu dari hadapan Amanda. dia tidak ingin terlihat sedih di depan gadis itu.

“Kok gak di habisin mas? Nasi goreng mas Wisnu enak lho”

“Kamu terusin saja Amanda, aku harus menghubungi seseorang, aku permisi dulu” Wisnu beranjak pergi.

Amanda seperti merasa aneh dengan sikap Wisnu yang tiba-tiba berubah. Tetapi dia tidak ambil pusing memikirkannya. Baru beberapa saat sejak Wisnu beranjak, terdengar suara sesuatu terjatuh dari kamar Ayah Amanda. Amanda terkejut dan berlari kekamar Ayahnya. Disana dia telah melihat ayahnya terjerembab dilantai dan mulutnya berlumur darah. Amanda berteriak keras sekali. Dan saat itu pula Wisnu berlari menghampiri.

“Ya Ampun, Om?, apa yang terjadi Amanda?” Wisnu mencoba mengangkat tubuh Ayah Amanda ke tempat tidurnya lagi. “Kamu lekas telpon dokter, Amanda”

Gugup dan shock bercampur jadi satu pada diri Amanda. Dia bahkan tidak tahu nomor mana yang harus dihubunginya. Melihat itu Wisnu segera merebut telphon dari tangan Amanda kemudian menghubungi dokter.

Dokter sedang menangani Ayah Amanda, tidak tanggung-tanggung, ada tiga dokter di dalam sana. Amanda masih sangat terpukul. Perasaan khawatir yang berlebihan menjangkiti dirinya. Sementara Wisnu memperhatikan Amanda dan terlihat kebingungan sendiri. Meski dia terlihat begitu tenang, Ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Sesuatu yang semalam telah dia sepakati dengan Ayah Amanda.

Seorang Dokter keluar dari kamar, “Dengan siapa saya bisa bicara?” tanyan dokter itu. Wisnu berdiri dan mengajak dokter menjauh dari Amanda. Amanda tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

“Kami sudah berulangkali meminta Tn.Dirja agar tidak meninggalkan rumah sakit terlebh dahulu, tapi beliau memaksa. Beginilah akhirnya.beliau juga tidak mau di rawat di rumah sakit lagi”

“Lalu, apa yang harus kami lakukan dokter?”

“Kami benar-benar tidak sanggup, kita berdoa saja. Mudah-mudahan ada mukjizat dari Allah”

“Dokter, tolong usahakan dokter, kami mohon” Pinta Wisnu. Mukanya begitu tegang mendengar ucapan dokter.

“Pak Wisnu, Lebih baik anda dan keluarga menyerahkan semuanya pada Allah. Dan alangkah baiknya anda laksanakan wasiat pak Dirja segera, sebelum semuanya terlambat”

Dokter itu menepuk pundak Wisnu. Dokter yang merawat Ayah Amanda sejak koma itu tahu tentang wasiat yang diingini pasiennya. Untuk itulah dia megijinkan Ayah Amanda keluar dari rumah sakit. Disamping memang secara medis, kondsi paru-paru Ayah Amanda yang terkena benturan keras itu tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Wisnu tertunduk lemas. Sementara Amanda menghampirinya dengan ketidakpastian mencoba mengetahui sesuatu. “ Ada apa ini? Ayah kenapa lagi? Kenapa dokter datang membawa peralatan rumah sakit itu, bukankah Ayah sudah sembuh? Katakan Mas. Ayah kenapa?” Amanda mengguncang bahu Wisnu sambil meratap.

Wisnu mencoba tegar. dipeluknya Amanda. Namun Amanda memberontak. “Mas, Ayah kenapa?” Suara gadis itu semakin parau, sebentar kemudian

Page 6: Amanda, Cerber

tubuhnya sempoyongan dan tiba-tiba dia terhuyung. Wisnu menangkapnya.

Amanda melihat Ayahnya berpakaian putih bersih mendekatinya, mengusap keningnya dan memakaikan kerudung putih menutupi rambutnya yang berjuntaian. Ibunya juga datang menggunakan kebaya putih bercahaya. Amanda memeluk Ibunya, sepertinya dia rindu sekali. Perempuan itu membenahi pakaian Amanda dan mendandaninya.

“Kau Cantik Amanda, Cantik sekali. Kau akan jadi pengantin yang paling cantik di dunia, Ibu senang sekali, sebentar lagi kau menikah” Tukas Ibunya sambil terus mendandaninya.

“Ibu, memangnya Amanda menikah dengan siapa?”

“Dia itu cinta sejatimu,Nak. Dia yang terbaik bagimu. Dan hanya dia yang akan bisa membahagiakanmu”

“Tapi siapa, Ibu?” Amanda penasaran

“Ingat Amanda, Kau berjanji untuk memenuhinya. Ini semua demi kebaikanmu, Nak. “ Suara Ayahnya terdengar.

“Janji? Apa yang harus Manda penuhi Ayah?”

“Kau akan menikah ,Nak. Ini takdirmu. Kami hanya bisa mendoakanmu dari sini” Ayah dan ibu Amanda bersahutan. Kemudian lamat-lamat bayangan mereka menghilang.

Samar-samar terdengar suara ijab qobul tidak jauh dari tempatnya. Amanda terbangun dan butuh beberapa saat untuk meyakinkan ini semua mimpi atau kenyataan. Hingga suara itu terdengar jelas ditelinga Amanda.

“Saya terima nikahnya Amanda Rachela Binti Dirja Wiyatmoko dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”

“Sah”

“Sah”

Dan bayangan itu tampak sangat jelas. Seorang Penghulu, Ayahnya dan Wisnu yang sedang berjabat tangan, dokter, dan beberapa tetangga. Ketika Amanda benar-benar sadar. Semua telah terjadi. Tertatih – tatih dia berjalan menghampiri Ayahnya. Semua hanya terdiam beku.

“Ayah…” Ucap Amanda lirih.

“Anakku, Anakku Amanda, Ayah sayang kamu Nak. Untuk itu ayah lakukan semua ini” Ucap Ayah Amanda terbata-bata disela nafasnya yang berat.

“Ayah…” Amanda tak mampu mengucapkan apapun. Dia hanya terisak memeluk Ayahnya.”Jangan pergi,Yah. Amanda cuma punya Ayah. Jangan tinggalin Amanda,Yah”

Semua orang keluar dari kamar itu. Kecuali Amanda, Wisnu, dan Ayahnya yang terbaring sekarat itu.

“Wisnu sekarang suamimu,Nak. Dia yang akan bertanggung jawab atas dirimu. Kau harus menerimanya. Itu pinta ayah, dan kau sudah berjanji menepatinya”

Tangan Ayah Amanda mencoba menggapai Wisnu, wisnu mendekatinya dan menangkap tangan itu. ”Tolong aku Wisnu, sekarang Amanda tanggung jawabmu, ku serahkan dia padamu. Buatlah dia bahagia,Nak. Semoga Allah memberkati kalian.” Suara itu begitu berat dan lemah.

Wisnu hanya mengangguk, terlihat dia juga begitu merasa sedih. Di hari seharusnya dia bahagia, tetapi harus menghadapi semua ini. Ayah Amanda terlihat semakin pucat, beberapa kali dia berhenti bernafas, Wisnu berusaha memperdengarkan Kalimat Syahadat ditelinganya. Dan beberapa saat kemudian terdengarlah nafas panjang itu untuk keterakhir

Page 7: Amanda, Cerber

kalinya. Nafas yang tak lagi terdengar untuk selamanya.

“Ayaah…Ayah, Jangan pergi Ayah, Jangan tinggalin Amanda. Ayaah…” pekik Amanda meronta menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya yang mulai kaku

“Sudah Amanda, sudah” Wisnu memeganginya dan memeluknya erat sekali karena Amanda mencoba berontak. Sebentar kemudian tubuh gadis itu lemas dan tak sadarkan diri lagi.

Bagian 2 : KELUARGA BARU AMANDA

Matahari tidak terbit pagi ini. Mendung masih

menyelimuti kota. Musim hujan tak lagi bisa di prediksi. Seharusnya memasuki pertengahan tahun, merupakan puncak musim kemarau. namun sepanjang tahun ini musim hujan rata turun setiap hari.

Di dalam kamarnya, Amanda mengurung diri. Duduk terpekur di depan jendela kamarnya yang bahkan tirainya masih tertutup. Tirai itu berkelebatan tertiup angin dari luar yang menyusup dari sela-sela jendela. Duka itu masih terasa sesak di dada Amanda, bahkan hingga dua hari ini dia telah mengurung diri, duka itu tetap belum berkurang. Amanda sangat tidak siap menerima semua ini. Kehilangan Ibu, Ayah, dan terakhir dia kini berstatus sebagai istri orang. Di usianya yang baru 18 tahun.

Di balik dinding kamar Amanda, Wisnu berada di kamar Pak Dirja. Mengambil sebuah Album di atas meja. Sebentar kemudian Wisnu telah duduk dan melihat-lihat foto-foto dalam album itu. Foto-foto Amanda sejak kecil hingga seusia sekarang terpampang di sana. Wajah Amanda terlihat selalu ceria bahkan banyak diantaranya yang lucu. Dia juga gadis yang manis sejak kecil. Wisnu tersenyum sendiri

melihatnya. Namun sebentar kemudian senyum itu berubah sedih teringat apa yang dialami Amanda.

Di halaman depan yang terlewati, Wisnu membukanya lagi. Dia terkejut karena Pak Dirja ternyata juga menempelkan foto-foto kecilnya dulu. Beberapa diantaranya bersama Amanda ketika berlibur di Bali. Dia masih ingat ketika masih berumur 5 tahunan, Pak Dirja selalu membawanya dari rumah tanpa sepengetahuan Papa mamanya. Saat itu Pak Dirja belum memiliki Anak. Oleh sebab itu Wisnu lebih sering berada di rumah Pak Dirja, sampai akhirnya Wisnu harus ikut pindah ke Singapura karena pekerjaan Papanya. Baru dua tahun kemudian Amanda lahir.

Terdengar bel berbunyi. Sepertinya masih ada tetangga atau teman Pak Dirja yang hendak melayat. Wisnu segera bangkit dan membukakan pintu depan. Alangkah terkejutnya dia saat tahu siapa yang datang. Papanya, Om Syamsul dan Tante Marini istri Om Syamsul yang masih saudara dengan ibu Amanda.

“Bagaimana keadaan keponakanku, Wisnu?” Tante Marini bergegas mencari-cari Amanda.

“Itulah Tante, sudah sejak kemarin dia mengurung diri di kamar. Mungkin Tante bisa menghiburnya”

“ Tapi bagaimana? Bahkan dia tidak tahu kalau aku ini Tantenya. Dirja tak pernah ijinkan aku untuk menghubungi Istri dan anaknya. Padahal aku sangat merindukan mereka” Ujar Tante Marini dengan suara serak. Sepertinya sambil menangis.

“Tan, sudahlah. Om Dirja juga menyesal atas semua ini. Hanya saja dia tak punya waktu untuk bertemu kalian. Sekarang lebih baik aku antar Tante ke kamar Amanda, biar aku jelaskan padanya” Wisnu menenangkan Tante Marini. Wanita itu mengusap hidungnya dengan sapu tangan dan menuruti apa kata Wisnu.

Page 8: Amanda, Cerber

Wisnu mengetuk pintu dan memanggil-manggil Amanda. awalnya tak ada sahutan, namun saat Wisnu mengatakan ada tamu untuknya, Amanda pun mempersilahkan Wisnu masuk.

“Amanda, lihat siapa yang datang?” Wisnu mendekati Amanda “ Aku pastikan kau akan terkejut melihatnya”

Wisnu berhasil, Amanda menatapnya penuh penasaran. Hingga masuklah Tante Marini ke dalam. Wanita itu berkaca-kaca menatap keponakannya yang telah tumbuh dewasa. Keponakannya yang kini juga telah menjadi yatim piatu itu. Amanda berdiri terkejut, wajah itu tidak asing baginya. Karena di wajah wanita yang sedang di hadapinya itu ada wajah Ibunya.

“Amanda, itu Tante Marini, Saudara Ibumu” Jelas Wisnu memperkenalkan. Dan setelah sedikit memberi pengertian pada Amanda, Wisnu pun meninggalkan mereka berdua agar bisa leluasa bercerita dan melepas rindu.

Di ruang depan, Papanya dan Om Sunu sudah menunggu Wisnu. Mereka hendak menanyakan banyak hal yang selama ini hanya di dengar melalui kabar setengah-tengah Wisnu dari telpon. Mereka, dua sahabat Pak Dirja yang sudah bertahun-tahun tinggal di kota yang terpisah dengan jarak ribuan mil. Hubungan mereka pun telah renggang karena satu atau dua sebab yang Wisnu juga tidak tahu.

“Aku kebetulan ada proyek di sini, aku ingat Om Dirja. Tapi saat ku datangi rumahnya tetangga bilang Om Dirja sedang dirawat di Rumah Sakit karena kecelakaan, aku shock saat mendengar ternyata Tante Marina telah meninggal dua minggu sebelumnya. Aku pun ke Rumah Sakit mencari Om Dirja, ketika aku bertemu denganya dia baru saja terbangun dari komanya.”

“ Oh, Dirja. Kenapa semua ini terjadi padamu Sobat” Papa Wisnu terlihat sedih.

“ Dan bagaimana ceritanya sampai kau menikah dengan Amanda?” Om Syamsul ikut berbicara, dia tak kalah penasarannya. Dalam beberapa hari saja semua bisa terjadi begitu saja.

“Itu, itu juga terjadi begitu saja” Wisnu seperti disadarkan oleh pertanyaan Om Syamsul, dia bahkan lupa kalau dirinya telah menikahi Amanda.”Dokter menyampaikan kalau Om Dirja bisa terbangun dari komanya adalah sebuah mukjizat, dokter itu juga bilang sepertinya ada hal yang membebani Om Dirja selama koma. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku datang disaat Om Dirja terbangun dari komanya. Dan pembicaraan itu berlangsung begitu saja”

Om Syamsul memperhatikan Wisnu. Wajah Wisnu memang tampak letih. Pasti beberapa hari belakangan ini dia yang mengurusi semuanya. Lelaki yang belum begitu tua namun telah beruban itu pun menjadi penasaran, bagaimana rupa keponakannya itu yang membuat Wisnu tidak berfikir dua kali untuk mengiyakan pernikahannya. Om Syamsul tahu banyak hal tentang Wisnu. Terlebih bagaimana pemuda itu menilai seorang perempuan.

Setelah sholat dhuhur berjama’ah yang di pimpin Papa Wisnu, mereka semua pergi ke pemakaman. Mereka berangkat dengan mobil Wisnu. Di makam itu Amanda masih tampak terpukul dengan kepergian kedua orangtuanya. Tante Marini memeluknya.

“Rina, Dirja, kami datang. Kami datang untuk menunjukan kepada kalian bahwa kami sebenarnya sangat menyayangi kalian” Suara Om Syamsul bergetar. “ Kami telah lupakan pertikaian kita. Dan kami berjanji akan menjaga putrimu dengan baik. Ma’af kan kami baru dapat mengunjungi makam kalian. Semoga kalian tenang di sana. Amin” dan semuanya menyahuti “Amin”

Selepas dari makam, mereka berkumpul di meja makan layaknya keluarga. Amanda masih membantu Tante Marini menyiapkan makan siang untuk

Page 9: Amanda, Cerber

semuanya. Meski matanya masih terlihat sembab, paling tidak kehadiran tante Marini dan semuanya membuat Amanda merasa masih memiliki keluarga. Beban Amanda terasa lebih ringan saat ini.

“Amanda, sini nak” Panggil Om Syamsul meminta Amanda duduk di sampingnya. Gadis itu menurut saja. “Apa kau sudah tahu kalau aku ini Om mu, Nak?”

“ Iya, Om. Tadi tante yang menceritakan semuanya” Tutur Amanda

“ Dan laki-laki yang berkacamata itu, apa kau juga sudah tahu siapa?” Tanya Om Syamsul lagi. Amanda memperhatikannya.

“ Om Hendra, Papanya mas Wisnu kan Om?”

“Benar Amanda, kau masih mengingat Om ini. Tapi seharusnya kau tak lagi memanggilku Om kan? Karena kau ini sekarang adalah menantuku” Ujar Papa Wisnu menuturkan sambil tersenyum mengajak Amanda dan yang lainnya bercanda. Namun Wisnu merasa situasinya belum tepat untuk mencandai Amanda soal itu. Terlihat Amanda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Wisnu pun memberi kode pada papanya.

Beruntung Tante Marini datang dan pembicaraan itu teralihkan. Mereka semua makan bersama. Om Syamsul yang memang suka berkelakar sering kali menyegarkan suasana. Sesekali Amanda tersenyum menanggapinya. Wisnu merasa senang melihat Amanda tersenyum lagi. Sejenak lupa dengan kesedihannya.

“Tidak terasa ya, anak-anak yang dulu masih dalam gendongan kita sekarang sudah tumbuh dewasa” Om Hendra memperhatikan Wisnu dan Amanda bergantian.

“ Kami sangat bahagia Amanda melihat kamu tumbuh menjadi gadis yang cantik dan dewasa. Dan kami juga bahagia ternyata takdir menyatukan kamu dengan Wisnu” Tante Marini menuturkan.

“ Dulu Wisnu tinggal bersama kami sejak Om Hendra dan istrinya bercerai” Om Syamsul ikut bercerita. Dia menyindir Om Hendra yang asyik makan di depannya.”Ya, dia juga sih. Sok menikahi perempuan Bule, tapi baru beberapa tahun berumah tangga, cerai deh “

“ Ada saja, si Syamsul ini. Padahal dulu itu yang bercita-cita menikah dengan Bule itu ya dia. Eh, malah sewot keduluan saya” Balas Om Hendra.

Tante Marini melotot ke arah Om Syamsul meminta klarifikasi. Ramailah suasana meja makan. Wisnu hanya berbisik ke Amanda yang sejak tadi hanya menjadi pendengar setia. “ Lebih baik kita teruskan makannya, Amanda. biarkan saja mereka memang seperti itu.”

Setelah acara makan itu, Om Syamsul sekedar berbincang-bincang dengan Wisnu di halaman samping rumah. Lelaki itu sepertinya masih ingin menyelidiki perasaan Wisnu pada Amanda.

“Wisnu, jujur pada Om. Bagaimana perasaanmu pada Amanda?”

“Perasaan apa Om?”

Om Syamsul menatap Wisnu seolah meminta Wisnu untuk memahami pertanyaanya dan menjawabnya langsung.

“ Om, aku hanya ingin membantu Om Dirja”

“Apa itu artinya kau terpaksa melakukannya?”

Wisnu terdiam. Dia takut salah bicara. Karena yang dihadapinya itu Om Syamsul yang bukan lagi teman curhatnya. Tetapi Paman dari Amanda.

“Aku melakukannya secara sadar kok Om, aku tahu konsekuensi apa yang akan aku jalani setelah ini.”

“Dan apa kamu juga tahu bagaimana perasaan Amanda saat ini, diluar memenuhi permintaan

Page 10: Amanda, Cerber

Ayahnya, apa Amanda bisa menerima semua ini?” Om Syamsul terus mengejar pertanyaan.

Wisnu terdiam sesaat. “ Aku tidak akan memaksanya untuk menerimaku sebagai suaminya saat ini, Om. Aku bisa mengerti posisinya.”

“Dan Kau akan menunggu sampai dia bisa membuka hatinya untukmu?”

Wisnu mengangguk. Om Syamsul lega mendengar jawaban Wisnu. Jawaban seorang pria yang telah dewasa. Jawaban itu pula yang membuat Om Syamsul menepuk pundak Wisnu untuk memujinya. “Kau benar, Lelaki seperti itu yang seharusnya pantas untuk Amanda. dia butuh lelaki sepertimu. Yang tidak hanya menjadi suaminya saja, tetapi juga bisa menjadi teman, kakak, bahkan ayah baginya.”

Om Syamsul beranjak pergi. Namun sebelum itu dia sempat sedikit menggoda “ Amanda itu Cantik, ya?. Dan aku jadi ragu apa kau bisa menunggu sampai dia siap menerimamu” kemudian berlalu meninggalkan Wisnu yang mendesah kesal.

Sementara itu, ditempat yang berbeda Amanda membantu Tante Marini menata barang-barangnya di kamar Ayah Amanda. kamar ini sementara akan dipakai Tante Marini dan Om Syamsul. Amanda merapikan kamar yang sedikit berantakan. Tante Marini melihat-lihat barang-barang saudaranya, Marina. Sama seperti Amanda dia masih tidak percaya dengan kepergian saudaranya yang secepat ini.

“ Tante, bagaimana hubungan Tante dengan Ibu ?” Amanda merasa masih banyak yang belum dia tahu tentang Tantenya itu.

“ Kami baik-baik saja, dia sangat menyayangi Tante. Hanya Tantemu ini yang sedikit egois dan kelewatan, Amanda” Tante Marini memulai ceritanya. “ Orang selalu mengatakan Tante dan Ibumu itu seperti saudara kembar, padahal umur Tante 2 tahun lebih

tua dari Ibumu. Orangtua kami sangat menyayangi ibumu, tapi tidak untuk Tante yang egois.”

Amanda memperhatikan raut muka Tante Marini. Memang sangat jelas kemiripan wajah itu dengan wajah Ibunya. Wanita itu masih meneruskan ceritanya, meskipun dengan mata berkaca-kaca dan penuh penyesalan.

“Hingga suatu hari, Marina jatuh cinta pada teman satu sekolah Tante, dia itu Ayahmu. Dirja.sebaliknya Dirja pun sama. Dan Tante tidak terima itu, karena sejak dulu Tantelah yang lebih dulu dekat dengan Dirja. Tante melakukan segala cara untuk memisahkan mereka, tetapi mereka akhirnya menikah juga. Tante sakit hati, karena orangtua Tante juga sangat mendukung mereka. Mereka bahkan tidak mempertimbangkan bagaimana perasaan Tante”

“Tante, tante tidak perlu menceritakannya kalau tante mau” Potong Amanda karena melihat wanita itu sedih.

“Tidak, Amanda. kamu harus tahu bagaimana jahatnya Tantemu ini pada Ibumu“. Tante Marini melanjutkan ceritanya “ tiga bulan setelah menikah sebenarnya Ibumu sudah hamil, Tante masih belum terima semua itu. Tante sengaja mendorong Ibumu dari tangga dan dia keguguran. Parahnya lagi karena mendengar itu Kakek kamu terkena jantung dan meninggal seketika. Sejak kejadian itu Dirja sangat membenci Tante, dia membawa Marina pergi dari kami. Dan beberapa tahun kemudian kami baru bertemu kembali saat Ibu meninggal “

Amanda mengernyitkan jidatnya. Sepertinya dia terbawa cerita Tante Marini dan seketika merasa benci dengan Tante Marini.

“Saat itu Tante sudah sadar, Tante akan segera menikah dengan Om Syamsul. Ibumu senang mendengar semua itu, tapi tidak ayahmu. Dia masih sangat membenci Tante. Dan Tante benar-benar tidak tahu Amanda, kalau saat itu Ibumu hamil yang

Page 11: Amanda, Cerber

kedua. Kami baru saja selesai memasak di dapur, tiba-tiba tante datang dari luar dan menubruk tubuh ibumu hingga terjatuh. Dan Ibumu keguguran lagi. Tapi Tante benar-benar tidak bermaksud mencelakai Ibumu. Ayahmu tidak terima dan memperkarakan ini ke polisi. Terjadilah pertikaian antara Ayahmu dan Om Syamsul, sampai selama ini Amanda.”

Tante Marini sesenggukan. Amanda membiarkannya saja. Dia merasa sakit hati dengan cerita Tante marini. Tapi kemudian, dia mulai tersadar. Wanita itu sangat terpukul dan tertekan saat menceritakan semua ini. Amanda jadi tidak tega, diapun memeluk Tante Marini.

Hari mulai beranjak petang. Tante Marini dan Om Syamsul telah pergi ke kamarnya. Sementara Pak Hendra sudah dari tadi terlelap di kamar depan yang ditempati Wisnu. Maklumlah, dari semua tamu Amanda, Om Hendra besok pagi-pagi sekali sudah harus kembali. Pekerjaannya sudah menunggu di Singapur. Sementara Tante Marini dan Om Syamsul masih punya waktu barang sehari lagi untuk menemani Amanda, sebelum akhirnya merekapun kembali ke aktifitasnya masing-masing.

Sekarang pertanyaanya, Wisnu harus tidur di mana?. Semua kamar sudah terisi. Tidak mungkin dia tidur sekamar dengan Amanda. meskipun status Amanda saat ini adalah istrinya. Tapi Wisnu masih sangat menjaga persaan Amanda. tidak mudah bagi seorang Amanda menerima semua ini dalam waktu yang singkat. Dan Wisnu faham itu.

Semua telah terlelap. Wisnu tidak tahu apa Amanda juga sudah terlelap. Dia duduk menyadarkan dirinya di sofa ruang tengah sambil menyalakan televise. Udara semakin malam semakin dingin. Wisnu sudah mulai mengantuk. Tapi tiba-tiba Amanda menghampirinya, duduk di samping Wisnu sambil membawa selimut hangat.

“Amanda?!” Wisnu terkejut, tanganya mengecilkan volume TV “ Sudah hampir tengah malam, kau belum tidur?”

“Aku lupa harus mengatakan sesuatu pada Mas Wisnu” Amanda terhenti, Wajah Wisnu seperti mempersilahkan Amanda untuk melanjutkan bicaranya.” Terimakasih banyak Mas atas semuanya. Aku tidak tahu bagaimana jadinya semua ini tanpa Mas Wisnu”

Wisnu tersenyum. Amanda memang gadis manis. “Iya Amanda, aku cuma melakukan apa yang seharusnya aku lakukan”.

“Dan aku…” Amanda tidak dapat melanjutkan kata-katanya, dia menatap Wisnu tapi entah apa yang ingin dikatakannya. Wisnu bangkit dan mencoba memperbaiki posisi duduknya berhadapan dengan Amanda.

“Ada apa Amanda?” Tanya Wisnu menerka-nerka.

“Aku juga minta ma’af, kalau mas Wisnu harus tidur di sini “

“ Tidak apa, sekarang lebih baik kau masuk ke kamar dan tidur. Karena ini sudah larut malam” suara Wisnu terdengar mulai serak. Mungkin karena pengaruh lelah dan kurang tidurnya.

“ Ini selimutnya, Mas.” Amanda menyerahkan selimut itu dan berdiri dari duduknya untuk melangkah ke kamarnya.

“Amanda” Panggil Wisnu lagi. Sepetinya Wisnu merasa Amanda hendak mengatakan sesuatu tadi, tapi masih terganjal. Wisnu mencoba menerkanya. Amanda berhenti. Wisnu berdiri menghampirinya.

“Kau tidak perlu memikirkan tentang status kita. Aku tahu semua ini terjadi terlalu singkat. Dan pasti butuh waktu yang tidak sebentar bagimu untuk bisa menerima semua ini”

Page 12: Amanda, Cerber

Amanda menatap Wisnu. Mereka saling bertatapan. Dan hanya keduanya yang tahu apa makna tatapan masing-masing itu.

“Terima kasih Mas”

“ Sama-sama Amanda, Selamat Malam”

Amanda masuk kedalam kamarnya. Wisnu memperhatikanya hingga hilang dari balik daun pintu. Wisnu senang karena merasa dari pandangan Amanda tadi, sepertinya dia telah memberikan celah hatinya untuk di buka dan di tempati. Senyum Wisnu terkembang di wajahnya yang sedikit kusut itu. Seolah rasa lelahnya beberapa hari ini terbayar sudah. Namun, matanya mulai lelah dan akhirnyapun dia terlelap juga di sofa tengah. Dengan selimut yang diberikan Amanda untuknya.

Bagian 3 : SATU PER SATU BERPISAH

“Amanda, Om minta ma’af kalau tidak bisa berlama-lama di sini. Om banyak kerjaan di Singapur.” Om Hendra nampak sudah siap dengan kopernya. Tidak terlalu banyak barang bawaannya.

“Iya, Om. Terimakasih Om sudah menyempatkan mengunjungi Amanda.” Ucap Amanda. koper yang di dorong Om Hendra di ambil Amanda untuk di bawakannya.

“ Apa kau juga mengantar Om sampai ke bandara bersama Wisnu?”

Amanda berfikir sejenak. Tante Marini menghampiri keduanya. “Iya, Amanda. Kalau sudah berpisah dengan Om Hendra belum tentu setahun lagi bisa bertemu dia. Dia orangnya Workholic. Lagi pula sejak orangtuamu sakit sampai meninggal, kamu pasti belum pernah jalan-jalan.”

“Siapa yang mau jalan-jalan Tante?” Wisnu datang ikut bergabung. Dia tampak segar dan rapi. Pasti

karena rasa lelahnya sudah hilang karena tidur semalam.

“Ya kalian lah, Wisnu. Kamu bisa kan ajak Amanda jalan-jalan selesai antar Papamu ke bandara?”

“Boleh itu, aku juga belum bisa jalan-jalan sejak datang kesini. Bisa kan Amanda?” Wisnu tanya pada Amanda. gadis itu hanya tersenyum mengiyakan.

Mereka bertiga masuk ke dalam mobil. Wisnu dan Amanda duduk di depan sementara Pak Hendra duduk di belakang. Bandara tidak begitu jauh dari rumah Amanda. perjalanan pun tidak begitu lama juga.

Sembari menunggu pesawat, Pak Hendra menyempatkan waktu berbicara pada Amanda. Handphone Wisnu dari tadi berdering. Sesampainya di Bandara, Wisnu mencari tempat untuk menerima telephone. Mungkin urusan pekerjaannya.

“Om ini bukan ayah yang baik seperti ayahmu, Amanda” Om Hendra memulai pembicaraan. Amanda memperhatikannya. “Dirja selalu mengutamakan keluarganya di atas segalanya. Tapi, Om tidak pernah bisa melakukan itu pada keluarga Om.” Pak Hendra berhenti sesaat, diperhatikannya Wisnu yang masih berkomunikasi dengan Handponnya dari kejauhan.

“Wisnu bahkan mendapatkan kasih sayang bukan dari orangtuanya sendiri, tapi dari ayah ibu kamu, dari Om dan tante kamu. Jadi Wisnu lebih dekat dengan mereka dari pada dengan papanya sendiri. Wisnu seolah tidak membutuhkan Om lagi.”

“Kenapa Om bicara seperti itu?” Sela Amanda melihat raut muka Pak Hendra yang berubah sedih.

“Om senang melihat Wisnu berhasil dengan usahanya sendiri, Om bangga padanya karena dia bisa buktiin sama Om bahwa dia memang anak yang tangguh. Tapi Om sedih, Om tidak pernah bisa menepuk dada Om untuk menunjukan pada dunia bahwa Wisnu

Page 13: Amanda, Cerber

adalah putra Om. Bahkan dia lebih senang meminta Marini dan Syamsul untuk hadir dalam sidang Wisudanya. Om tahu diri lah, karena Om tidak memiliki andil apapun atas apa yang dimilikinya”.

“Padahal Ayah pernah bilang, Mas Wisnu itu mirip Om Hendra. Dan Mas Wisnu juga mengatakan pada Amanda saat sedang terpukul dengan kepergian Ayah, kalau dia juga akan sepertiku kalau kehilangan Om Hendra.”

Pak Hendra memandang Amanda dengan lekat. Ucapan Amanda seperti sebuah Oasis yang menyenangkan hatinya yang gersang. Pak Hendra tidak pernah membuka diri pada siapapun tentang perasaannya, bahkan kepada Wisnu sendiri. Tapi dia begitu saja menceritakan perasaannya pada Amanda. dan Amanda ternyata teman bicara yang baik, dia tidak seperti yang lainnya yang terlalu banyak menghakimi atas apa yang bahkan belum di ungkapkannya.

“Aku berharap apa yang kamu katakan tadi benar, Amanda”. Pak Hendra melihat jam tangannya, sepertinya orangtua itu tidak ingin terbawa suasana hatinya. “ Sebentar lagi pesawat Om berangkat, Om masuk dulu”

“ Lho, Om tidak menunggu Mas Wisnu? Atau Amanda panggilkan sebentar?”

“Tidak usah Amanda, Om titip dia saja padamu. Aku boleh minta satu hal sama kamu sebelum pergi?”

Amanda mengangguk.

“Maukah kamu memanggilku Papa, bukannya Om Amanda? ”

Amanda terdiam. Dilihatnya lelaki yang mulai berkeriput itu menunggu permintaannya di turuti Amanda. bukankah memang seharusnya Amanda memanggilnya papa, secara Amanda telah menjadi istri dari anak Pak Hendra.

“iya, Papa” Tukas Amanda perlahan. Pak Hendra tersenyum senang mendengarnya. Amanda mencium tangan Pak Hendra, Kemudian diapun berlalu meninggalkan Amanda.

Wisnu datang berlari-lari ke arah Amanda yang terlihat duduk sendirian. Dia sedang mencari-cari sesuatu. “ Papa mana?” Tanyanya.

“ Udah berangkat, Mas. Baru saja” Ucap Amanda.

“ Oh, ya udah, kita keluar yuk “

Amanda memperhatikan Wisnu yang sedang menyetir mobil. Dia biasa-biasa saja bertemu untuk berpisah lagi dengan Papanya. Sikapnya juga tampak acuh tadi sewaktu di bandara. Tapi Amanda masih sungkan untuk berbicara banyak tentang hubungan ayah dan anak itu. merasa di perhatikan, Wisnu pun menoleh pada Amanda.

“Hei, apa ada yang aneh ya? Kok sejak tadi aku seperti diperhatikan ya?” Wisnu berseloroh.

“Memang Amanda perhatiin mas Wisnu kok “ Tukas Amanda.

“Kenapa? Apa hari ini aku terlihat lebih ganteng dari kemarin?” Wisnu mulai menunjukan sisi humornya pada Amanda. gadis itu cuma tersenyum-senyum saja. Sepertinya suasana lebih cair saat ini.

“Bukan itu, Mas. Tapi tadi mas Wisnu biasa saja waktu Papa berangkat. Acuh banget. Kok bisa ya?”

“Lha terus aku mesti gimana? Teriak-teriak? nangis-nangis? geto maksudnya?” Wisnu tiba-tiba memotong pembicaraannya sendiri karena sempat teringat ucapan Amanda barusan “ Eh, tadi kamu panggil apa sama Papaku? Panggil Papa ya?”

Amanda terkejut. Tapi memang iya dia tadi mengucapkan Papa untuk memanggil Om Hendra. Dan bukankah itu yang di minta Om Hendra sebelum pergi. “ Oh, tadi itu Om Hendra yang meminta. Dia

Page 14: Amanda, Cerber

bilang dia udah anggap aku sebagai putrinya sendiri. Jadi Om hendra minta aku panggil dia Papa mulai sekarang “ Jawab Amanda Polos.

Sambil membuang muka, Wisnu melenguh kecewa. Baru saja dia merasakan seolah terbuai ketika Amanda memanggil papa pada papanya. Wisnu mengira bahwa Amanda telah menyadari bahwa saat ini dia adalah istrinya. Tapi ternyata bukan itu.

“Kita mau kemana ,Mas?” Tanya Amanda karena sudah sejam lebih tetapi belum jelas hendak kemana.

“Ya, ndak tau. Kan yang punya daerah sini kamu” Tukas Wisnu tak acuh, terus memacu mobilnya.

“Tapi ini udah kejauhan lho mas” Amanda memperhatikan jalan, dia sedikit bingung. Tapi Wisnu seolah tidak memperhatikannya. “Mas, kok jalan terus? “

“Ya terus mau belok di mana? Ini jalan satu arah,Non”

Amanda sedikit jengkel karena Wisnu tampak tidak memperlambat laju mobilnya, dia juga terlihat santai saja, dan yang pasti Amanda belum tahu ke mana Wisnu akan membawanya.

Akhirnya tak berapa lama mobil itupun mulai memperlambat kecepatannya. Wisnu membelok pada jalan yang mengarah pada sebuah pusat perbelanjaan baru. Amanda heran, dia bahkan tidak tahu kalau ada tempat sebesar ini di dekat kotanya. Terakhir kali dia melewati tempat itu, tempat itu masih berupa bangunan yang belum jadi dan masih berantakan.

“ Lho, kok ada lokasi perbelanjaan sebesar ini di sini?” Amanda masih terheran. Dia menoleh kesana kemari memperhatikan situasi yang sangat berbeda itu.

“Dari mana saja,Non. Habis dari Gua ya?” Ledek Wisnu sambil merangkul bahu Amanda mengajaknya masuk.

Di tepi-tepi bangunan terdapat beberapa rangkaian bunga bertuliskan selamat atas dibukanya pusat perbelanjaan tersebut. Banyak sekali atraksi-atraksi yang sengaja di pertontonkan untuk menambah meriah tempat itu. ada juga pertunjukan sirkus, Debus, dan tidak ketinggalan Band-Band negri ternama. Amanda masih belum terhenti kekagumannya dengan tempat baru itu. dia jadi teringat teman-teman SMA nya dulu yang suka jalan-jalan ketika pulang sekolah atau hari libur. Kalau ada tempat semegah ini saat itu, mereka pasti akan sering kemari.

“Ini baru di buka dua minggu yang lalu, Amanda.” Wisnu memberitahu Amanda yang masih tampak heran.

“Oh, Ya?” Amanda ingat dua minggu yang lalu mana sempat dia tahu informasi dibukanya tempat ini. Bukankah dua minggu yang lalu dia masih harus menunggui dan merawat Ayahnya yang masih kritis. Wisnu memperhatikan raut wajah itu. kemudian dia menarik Amanda ke tempat permainan di lantai atas.

Wisnu dan Amanda menjajal semua permainan yang menarik dan menantang. Mereka pergi dari tempat satu ke tempat lain. Mereka juga sempat menonton konser Band. Disana banyak juga anak-anak muda yang sedang asik berjoget. Beberapa diantaranya hendak mengganggu Amanda. Wisnu segera mendorongnya dan menarik Amanda keluar dari tempat itu. Anak muda itu tampak tidak terima, tapi melihat penampilan dan perawakan Wisnu yang lebih tegap darinya, dia pun mengangkat dua jarinya pertanda damai.

“Mas, aku boleh belanja nggak?” Pinta Amanda. Wisnu baru melihat sisi manja Amanda yang sering diceritakan Om Dirja. Dan dia senang melihatnya.

“Oke“ Ujar Wisnu enteng seraya mempersilahkan Amanda menuju tempat yang dia ingini.

Page 15: Amanda, Cerber

Sementara Amanda asyik memilih-milih barang-barang yang diperlukannya, Wisnu mencuri waktu pergi ke suatu tempat. Tapi tidak begitu lama kemudian dia telah kembali. Dan Amanda belum selesai juga.

Selesai bersenang-senang, berbelanja, dan melihat-lihat, merekapun mencari restaurant untuk mengisi perut. Tidak lama kemudian mereka hendak keluar dan menuju mobil. Saat itu seorang perempuan cantik yang seumuran Wisnu dan berpakaian kantoran mendekati mereka yang asyik ngobrol.

“Pak Wisnu?” Sapa perempuan itu, namun Wisnu tidak menyadarinya sampai Amanda memberitahunya.

“ Selamat siang Pak Wisnu” Sapanya lagi.

“Oh, Bu Erika. Selamat siang juga”

Mereka berjabat tangan. Perempuan itu tampak sumringah dan menatap Wisnu sambil berbinar-binar.Amanda memperhatikannya.

“Saya pikir anda sudah meninggalkan kota ini, tapi saya senang ternyata anda masih di sini. Karena sebenarnya masih banyak hal yang hendak kita bicarakan.”

“Oh, Yah? Terima kasih banyak Bu Erika.”

“Berkat pak Wisnu, tempat ini jadi semegah ini. Dan semua orang memuji perancangan dan penataan tempat ini. Saya akan senang sekali jika pak Wisnu mau menyempatkan waktu untuk makan malam di rumah kami.”

“Saya sangat tersanjung sekali, Bu. Akan saya pertimbangkan itu.” Wisnu lupa sesuatu dan sepertinya dia baru ingat. “ Oh, Ya. Ini Amanda. Amanda ini Bu Erika, salah satu pemilik tempat ini”

Amanda mengulurkan tangannya dan tersenyum memberi salam pada perempuan itu. perempuan itu

pun membalas uluran tangan Amanda kemudian sekilas memperhatikan Amanda.

“Dia saudara Pak Wisnu yang ada di kota ini?” Tanyanya lagi, karena sepanjang pengetahuannya Wisnu sering meminta waktu untuk mengunjungi kerabat sewaktu masih bekerjasama dengannya.

“Benar, dan Amanda ini adalah istri saya” Perlahan tapi pasti Wisnu mengatakan hal itu. tampak jelas perubahan raut muka perempuan itu. Wisnu tidak memperhatikannya, tapi Amanda masih memperhatikannya. Dia pun sedikit terkejut Wisnu begitu cepat memperkenalkan dirinya sebagai istri di depan rekan kerjanya.

“Istri?” Erika terkejut, dipandanginya Amanda sekali lagi “Oh, Ma’af, saya benar-benar tidak tahu kalau Pak Wisnu sudah beristri “

Wisnu tersenyum kemudian mengundurkan diri. Dia pun menggandeng tangan Amanda menjauhi perempuan itu. Sepertinya Wisnu punya alasan sendiri mengapa melakukan itu.

Saat ini dia bingung sendiri, takut kalau-kalau Amanda menjadi marah karena ucapannya tadi. Padahal hubungan antara mereka sudah lebih baik. Leganya hati Wisnu, karena sampai di rumah, Amanda tidak menyinggung perihal ucapannya tadi. Tentang dia yang memperkenalkan Amanda sebagi istrinya.

Di dalam kamar, Amanda masih memikirkan kejadian tadi. Sebenarnya dia ingin protes pada Wisnu. Tapi tidak jadi, karena bagimanapun Amanda protes toh kenyataannya Amanda adalah istri Wisnu. Dan tidak ada yang salah dengan ucapan Wisnu.

“Amanda, Apa kau di dalam?” terdengar Wisnu yang memangil Amanda dari depan pintu kamarnya. Amanda segera berjingkat dan membukakannya.

“ Ini barang-barang kamu, masih ada yang ketinggalan di mobil” Wisnu menyodorkan beberapa tas bungkus

Page 16: Amanda, Cerber

berisi barang-barang Amanda. Amanda mengambilnya.

“Oh, Yah. Aku minta ma’af ya kalau tadi sempat buat kamu tidak nyaman” Lagi ucap Wisnu karena sejak tadi Amanda hanya diam. Amanda hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

“Aku capek, Mas. Pengen istirahat bentar “ Ujar Amanda.

“ Oh, Ya. Silahkan.”

Pintu di tutup Amanda. Gadis itu menyandarkan punggungnyapada daun pintu yang barusan ditutupnya. Wisnu pun demikian, dia belum beranjak dari pintu Amanda. Dia mengacak-acak rambutnya dan menghela nafas panjang-panjang menyesali apa yang tadi dia lakukan. Andai saja itu tidak terjadi, hubungannya mungkin lebih baik saat ini.kemudian dia berlalu. Sepertinya dia juga terlihat capek.

Malam ini adalah malam perpisahan Om Syamsul dan Tante Marini. Esok mereka akan kembali ke Kalimantan. Mereka makan malam bersama.

“Amanda, sebenarnya Tante ingin selalu menemani kamu, tapi ma’af ya Amanda. besok Tante sudah harus kembali”

“ Iya, Tante. Amanda ngerti kok. Amanda sudah cukup senang mengetahui kalau Amanda masih punya Tante dan Om “

Tante Marini memegang tangan Amanda. “ Tante juga sebaliknya, Sayang. Aku harap kita akan punya hari-hari dimana kita bisa berkumpul mejadi satu. Dan Tante juga mohon padamu Wisnu, jaga Amanda dan antar dia mengunjungi kami sekali waktu”

Wisnu hanya mengangguk. Amanda melihat ada yang lain malam ini. Amanda merasa tidak enak, jangan-jangan karena sikap Amanda tadi Wisnu jadi berubah seperti ini. Padahal seharian ini Wisnu sudah sangat menghibur hati Amanda.

“Sayang, kalau kamu ada apa-apa, jangan sungkan-sungkan menghubungi Tante ya?”

“ Wisnu, bagaimana acara jalan-jalan kalian? Kemana saja seharian ini” Om Syamsul mencoba mengajak Wisnu berbicara. Dia memperhatikan Wisnu sejak tadi sedikit lemas.

“ Aku ajak Amanda ke pusat perbelajaan di kota, Om” Wisnu pun berbicara.

“Oh, yang proyeknya kamu ambil alih itu ?” Tanya Om Syamsul lagi. Wisnu mengangguk. “Apa kau menikmatinya Amanda?” kali ini Om Syamsul bertanya pada Amanda.

Amanda melirik Wisnu yang masih terlihat lemas.”Iya, Om. Amanda senang karena Mas Wisnu seharian ini sudah berusaha bikin Amanda bahagia. Amanda ucapkan terimakasih buat Mas Wisnu” tutur Amanda. tapi Wisnu hanya memberikan senyum kecilnya. Sekarang Amanda semakin merasa tidak enak. Om Syamsul memperhatikan keduanya.

“Biasalah Amanda, Wisnu kalau capek pasti seperti ini mukanya”

“Oh,Yah. Wisnu kamu tidak lupa titipan Tante kan?” Tante Marini teringat sesuatu. Wisnu berhenti makan dan seolah mengingat-ingat sesuatu. Dia mengangguk dan beranjak mengambil sesuatu. Sesuatu itu diserahkan pada Tante Marini. Tante Marini membukanya dan tersenyum sendiri.

“Kayaknya Ibu sudah gak pantas memakainya, kita ini sudah tua” Om Syamsul memperhatikan barang yang dihadapan Tante Marini. Perempuan itu mendesah.

“Siapa bilang ini buat kita, ini untuk mereka berdua”Tukasnya.

Amanda penasaran barang apa yang dimaksud. Dia mencoba mencari tahu dengan melirik ke arah Wisnu yang duduk disampingnya, tapi sepertinya Wisnu

Page 17: Amanda, Cerber

masih asyik dengan makananya. Bahkan dia tidak menyadari Amanda memperhatikannya.

Rasa penasaran itu terjawab setelah mereka menyelesaikan acara makannya. Tante Marini menunjukan dua buah cincin yang telah dipesannya kemarin. Dia meminta Wisnu memakaikannya pada jari Amanda, begitu juga sebaliknya. kedua orang itu tampak kikuk saat harus saling memakaikan cincin dijari manis mereka.

Semua kembali ke kesibukan masing-masing. Amanda yang membantu beres-beres dapur kemudian membantu membereskan barang-barang Tante Marini dan Om Syamsul. Sementara Om Syamsul menghampiri Wisnu yang berkutat dengan Laptopnya.

“Woi, ada apa dengan tuh muka kok ditekuk-tekuk?” Selidik Om Syamsul.

“Nggak ada apa-apa, kan tadi Om sendiri yang bilang. Wisnu sedang capek” Wisnu tidak mengalihkan perhatiannya dari laptop.

“Ada masalah ya tadi?”

“Sedikit, biasalah Om. Namanya juga pengantin baru” Wisnu sedikit bergurau. Meski perhatian dan tangannya masih menari-nari di atas keyboard laptop.

“Kamu lihat ngga sih, tadi pas makan malam? Amanda merasa kamu cuekin. Apa kamu gak kasihan sama dia?”

Wisnu menghentikan jari-jarinya. Kemudian membuang nafas. Dia sendiri tidak tahu pasti sikap Amanda yang sebentar-bentar manis, senemtar-bentar jutek, sebentar-bentar hangat, sebentar-bentar dingin.

“Katanya bisa sabar?” Ledek Om Syamsul lagi.

“Iya, Iya, Om. Kan Om tahu Wisnu belum pernah punya Istri. Cewek juga udah lama gak ada kan? Jadi

ya wajar lah, Wisnu masih bingung dengan sikap perempuan”

“Ya itulah, Nu. Kalau Om bilang, Perempuan itu adalah mahluk yang mengerikan. Sayangnya kita ini tidak bisa hidup tanpa mahluk yang mengerikan itu.”

Wisnu terkekeh, ada ada saja Om syamsul ini. Sebegitu berlebihannya memandang perempuan itu mengerikan. Memangnya hantu apa mengerikan?. Batin Wisnu sambil tertawa kecil.

“Oh ya, Wisnu. tadi saat kalian keluar ada petugas KUA mengantarkan ini” Om Syamsul menyerahkan dua buku keci pada Wisnu kemudian berlalu meninggalkan Wisnu dengan kesibukannya.

Surat nikah. Baca Wisnu seolah meyakinkan dirinya sendiri. Dilihatnya isi buku itu, tertera namanya dan juga nama Amanda. Dia hanya tersenyum simpul. Amanda telah menjadi istrinya, istri yang sah menurut hukum dan agama. Tapi Amanda belum bisa menerima semua ini. Wisnu menutup laptopnya dan beranjak kekamarnya.

Pagi pun menjelang. Mereka semua pergi ke Bandara lagi. Tante Marini dan Amanda sepanjang perjalanan berbicara terus. Dari membicarakan Wisnu, kuliah dan lain-lain.Sepertinya masih banyak yang ingin mereka berdua bicarakan.

“Wisnu, selepas ini kau bisa bantu Amanda masuk kuliah kan?” Tukas Tante Marini di bangku belakang mobil. Wisnu hanya memperhatikan dari kaca spion. “Oke, Tante”

“Amanda, tahu tidak kalau sikap kamu itu mirip Almarhumah Ibu kamu. Dia itu manis, baik, dan sopan pada orang lain. Tante senang sekali, Sayang.” Tante Marini mengakhiri pembicaraannya. Kali ini mereka telah ada di bandara. Sekali lagi Tante memeluk Amanda.

Page 18: Amanda, Cerber

“ Terimakasih, Tante. Amanda pasti akan merindukan Tante”

“ Wisnu, kamu ingat pesan-pesan tante semalam kan?”

“ Iya, Tante. Wisnu sudah simpan semua pesan Tante di memori Wisnu.” Ujar Wisnu sambil menegaskan. Tante Marini sudah lebih dari tigakali mengingatkan itu.

“ Oh, Yah. Amanda. Telphon Om kalau laki-laki ini buat kamu sedih. Akan Om hajar dia biar tahu rasa” Om Syamsul melirik Wisnu. Wisnu hanya nyengir.

Merekapun pergi. Saat ini tinggal Amanda dan Wisnu. Mereka tampak kaku lagi. Amanda tidak tahu bagaimana memulai lagi kedekatan mereka, begitupun Wisnu. Dia takut salah ucap dan ujung-ujungnya Amanda ngambek lagi.Tapi Wisnu bukan laki-laki yang suka bertele-tele. Dia merasa jenggah dengan keadaan ini.

“ Amanda, kita mampir di kafe depan ya? Ada yang harus kita bicarakan “ Tukas Wisnu sembari memarkir mobilnya di tempat parker kafe. Dia lebih suka berbicara di luar rumah. Karena kalau di rumah Amanda bisa sesukanya mengurung diri di kamar dan Wisnu hanya akan bengong menunggu pintu kamar itu di buka.

Amanda masih menunggu apa yang akan di bicarakan Wisnu. Dia juga sepertinya ingin sekali meminta ma’af kalau sikapnya kemarin membuat wisnu tersinggung.

“ Lusa kita berangkat ke Jakarta ,Amanda.”

Kata-kata itu mengagetkan Amanda. Wisnu tidak menggunakan basa-basi dulu sebelum menyampaikannya. Amanda menjadi shock. Wisnu tersadar, dia lupa kalau yang di hadapinya adalah mahluk yang bernama perempuan.

“Kamu, Ndak apa apa Amada?” Tanya Wisnu memperhatikan ekspresi Amanda yang terkejut.dia juga terlihat menyesal mengatakannya.

“ Mas, kenapa secepat itu?” Ucap Amanda bergetar. seolah dia tidak siap untuk pindah ke Jakarta secepat itu. bahkan tanah makam orangtua Amanda masih memerah dan segar.

“ Oh, Ma’af Amanda. tapi aku sudah sering menunda pekerjaanku. Kalau aku bisa, aku akan menundanya lagi sampai kamu siap pindah ke Jakarta. Tapi ternyata tidak bisa “ Wisnu merendahkan suaranya karena melihat Amanda begitu sedih dan shock.

Amanda diam dan tertunduk. Wisnu tidak tahu lagi apa yang mesti dilakukannya. Jujur dia tidak tega melihat Amanda seperti itu. begitu halnya dengan Amanda, gadis itu jadi teringat dengan apa yang terjadi belakangan ini. Dia tidak akan bisa jauh dari keduaorang tuanya. Tapi mereka telah tiada. Dan Amanda harus ikut suaminya. Karena kini, selain tante dan Omnya yang telah pergi barusan,Amanda hanya punya Wisnu. Suaminya.

Amanda mengangguk pelan. Tapi tampak matanya berkaca-kaca. Menderita sekali rasanya menjadi Amanda. alur kisah hidupnya harus berjalan begitu cepat. Hari ini begini esok begitu, lusa entah lagi.

Sesampai di rumah Wisnu memegang tangan Amanda dan memandangnya lekat-lekat mencoba menghiburnya. “ Dimanapun kita berada, kalau orang yang kita cintai ada di hati kita, mereka akan selalu menyertai kita, Amanda”

Air mata Amanda tidak terbendung lagi. Belum juga dia berangkat ke Jakarta tapi sudah begitu beratnya dia meninggalkan rumah ini. Meninggalkan kedua orang tuanya yang terbujur di dalam tanah pemakaman. Rumah ini dan semua yang ada di dalam dan sekitarnya adalah kenangan hidup Amanda yang sangat berarti. Bagaiman bisa Amanda melepasnya begitu saja.

Page 19: Amanda, Cerber

“ Hey, Jangan begitu, Lihat aku “ Wisnu mengangkat dagu Amanda agar dia bisa menatap mata gadis itu untuk meyakinkannya.

“ Kita bisa mengunjungi rumah ini sesering mungkin. Dan aku janji akan mengantarmu ke sini kapanpun kamu ingin, kamu bisa mengerti aku kan Amanda”

Amanda mengangguk meski terasa berat. Wisnu memeluknya agar dia bisa leluasa menangis untuk mengurangi kesedihannya. Tangisan Amanda semakin menjadi, Wisnu memeluknya lebih erat lagi.

Bagian 4 : RUMAH BARU UNTUK AMANDA

Sesampai di rumah barunya, Amanda langsung menghempaskan tubuhnya di atas kamar tidur. Sepertinya dia masih lemas dan enggan untuk pergi ke Jakarta meninggalkan rumahnya dulu. Wisnu masih mengangkat barang-barang yang tadi di letakan di halaman begitu saja oleh supir Taxi. Mobilnya masih belum datang. Mungkin besok pagi. Wisnu membereskan barang-barang.

Wisnu mencari Amanda di kamar yang tadi ditunjukan Wisnu dilantai atas. Dilihatnya Amanda merebahkan diri. Wisnu menghampirinya. Sepertinya Amanda tertidur. Wisnu melepaskan sepatu Amanda yang masih dipakainya.

“ Amanda?” Panggil Wisnu seolah hendak meyakinkan Amanda tertidur atau tidak. Disibaknya rambut yang menutupi wajah Amanda. Amanda memang tidur. Wisnu membelai rambut Amanda sebentar, kemudian dia berlalu meninggalkan Amanda istirahat di kamar. Saat Wisnu menutup pintu, Amanda membuka matanya. Pastilah tadi dia pura-pura tertidur.

Terdengar suara motor dari bawah, Amanda bangkit mendekati dinding Kaca kamarnya Amanda melihat Wisnu keluar membawa motor balapnya. Rumah sepi sekarang. Hanya ada Amanda. gadis itu beranjak dari kamarnya dan melihat-lihat suasana rumah Wisnu.

Semua tertata dengan baik. Rancangan rumahnya pun unik. Di lantai atas ada dua kamar, yang kini dia tempati dan yang satu Amanda tidak tahu apa itu juga kamar tidur. Selebihnya adalah ruangan luas yang masih lega, ada juga ruang yang Amanda tidak tahu ruang apa itu, dia tidak membukanya. Dua kursi sofa di atas karpet, dan seperangkat televise lengkap dengan DVD dan lainya. Di depannya ada semacam kasur tapi berisi udara, jika di duduki atau di buat rebahan kasur ini akaan bergoyang. Seperti pijat refleksi saja.

Uniknya lantai atas adalah hampir semua dindingnya terbuat dari kaca. Dan Wisnu mungkin faham betul akan efek rumah kaca, jadi ditepi-tepi kaca banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon yang daunnya berjuntaian. Disepanjang kaca itu gorden putih berlambaian tertiup angin. Amanda bisa melihat pemandangan luar dari tempatnya berada. Suasana yang nyaman sekali. Batin Amanda mulai menemukan sisi kenyamanan di rumah Wisnu.

Amanda menuruni tangga ke lantai bawah. Pantulan cahaya dari kolam renang di halaman samping meliuk-liuk di wajahnya, Amanda keluar sejenak. Menghirup udara yang segar. Dia heran di Jakarta ternyata masih ada udara segar. Sekeliling kolam dipagari beton. Sebagai pembatas rumah Wisnu dengan yang lain. Amanda masuk kembali, Ruang yang dia temui di samping tangga adalah meja dan beberapa kursi di sekelilingnya. Mungkin ini ruang makan, pikir Amanda. dan memang benar, tak jauh dari sana ada dapur sederhana yang tidak terlalu banyak perabotnya. Wisnu pasti jarang makan di rumah. Kulkasnya hamper tidak ada makanan. Hanya Softdrink dan beberapa makanan instan lainnya.

Amanda masih penasaran dengan yang lainnya. Ada dua ruang lagi, yang satu pintunya sedikit terbuka. Amanda hanya melihat sekilas saja. Ada barang banyak di sana. Sepertinya ini ruang kerja Mas Wisnu. Ruang yang satunya lagi pintunya tertutup. Amanda berjalan ke depan. Dia melewati pintu garasi dan di

Page 20: Amanda, Cerber

lewati saja. Kemudian ruang tamu dan halaman depan. Tadi dia belum sempat mempehatikannya. Rumah di daerah sini tidak berpagar. Dan jaraknya pun tidak berdekatan.

Amanda melangkah lagi, tapi dia ingat kalau tidak sedang memakai sandal atau sepatu. Telapak kakinya tidak tahan panas. Apalagi sejak siang tadi matahari di Jakarta bersinar terang sekali. Amanda pun masuk kembali ke dalam.

Wisnu sudah kembali. Dia banyak membawa barang. Lekas dia ke lantai atas mencari Amanda. karena tidak ada di kamarnya, Wisnu segera mencarinya di tempat lain. Amanda sedang duduk termenung di kursi tepi kolam.

“ Hei, aku cari-cari kamu ternyata di sini?” Wisnu duduk di samping Amanda.

“ Mas Wisnu dari mana?” Tanya Amanda.

“ Tadi ada sedikit yang harus aku urus di kelurahan. Kamu lapar kan? Aku juga bawa makanan untuk kita”

“ Tidak, Aku tidak lapar. Mas Wisnu saja yang makan “

Amanda masih acuh tak acuh sama seperti selama perjalanan tadi. Wisnu mendesah seperti orang yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Sabar, Sabar. Gumamnya dalam hati bila teringat ucapan Om Syamsul.

Sore ini dilewati Amanda dengan banyak diam. Dia sedang membereskan barang-barangnya dan menatanya di ruang barunya itu. barang-barang Wisnu tidak di bawah ke kamarnya. Artinya Wisnu tidak sekamar dengan Amanda. Wisnu merasa Amanda belum bisa menerimanya. Jadi dia lebih baik menjaga jarak dengan memilih kamar di lantai bawah. Dekat dengan ruang kerjanya. Meskipun kamar itu sebenarnya adalah kamar tamu.

Tidak lama Amanda menata ruangnya, karena memang Amanda tidak membawa semua barangnya.

Dia masih enggan mengkosongkan rumahnya. jadi dia meminta tetangganya mengurusi rumah itu. tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu. Sepertinya ada yang tertinggal. Beberapa baju tidur dan sebangsanya, serta alat-alat make up Amanda.

“ Mas Wisnu “ Amanda turun menghampiri wisnu.

“ Ada apa Amanda?”

“Aku lupa membawa sesuatu, sepertinya tadi tertinggal di kamarku “

“Ya udah, biar aku belikan. Apa itu?”

Amanda terdiam. Wisnu mengulang pertanyaanya.

“Eng… biar aku beli sendiri saja “ Tukas Amanda. dia malu mengatakan barang apa yang tertinggal pada Wisnu. Wisnu hanya mengernyitkan jidatnya, menebak-nebak barang apa yang ketinggalan.

Selesai mengantarkan Amanda Wisnu membaringkan tubuhnya di kasur. Barang-barangnya masih dalam koper. Dia masih malas membukanya. Sebentar kemudian dia beranjak ke kamar mandi. Dilihatnya wajah itu mulai banyak tumbuh rambut. Dia hendak bercukur. Jadi di bongkarnya koper untuk mencari alat cukur dan cream cukurnya. Tapi alangkah terkejutnya dia, karena barang-barang Amanda ternyata ada di kamarnya. Wisnu tersenyum-senyum sendiri karena barang inilah yang tadi di cari Amanda. Pantas saja Amanda malu mengatakannya. Ujar Wisnu lirih masih tekekeh.

Malam pertama di rumah barunya telah berlalu. Amanda terbangun dengan suara celotehan burung-burung. Dia merasa ada di sebuah daerah pedesaan. Tapi saat dia bangkit dan menyadari keberadaanya, Amanda baru ingat kalau saat ini ada di rumah Wisnu.

Di bawah masih sepi. Pasti Wisnu belum terbangun. Amanda ingin membuatkan sarapan untuk Wisnu. Sejak kemarin sikapnya dingin pada Wisnu. Pagi ini dia akan menebus kesalahannya.

Page 21: Amanda, Cerber

Pintu kamar Wisnu terbuka. Wisnu sudah rapi dan mungkin akan langsung pergi. Amanda menghampirinya.

“Mas, aku buatin sarapan buat Mas Wisnu. Mas Wisnu tidak terburu-buru kan?” Tanya Amanda. Wisnu memperhatikan wajah Amanda yang sudah berseri lagi. Dia tidak kuasa menolaknya.

Selesai Sarapan Wisnu berangkat. Rumah kembali Sepi, Amanda tidak tahu apa yang akan di lakukan hari ini. Wisnu sudah memberinya nomor telpon taxi jika dia ingin pergi kemana-mana. Semalam Wisnu juga memberikan kartu kredit dan ATM pada Amanda jika sewaktu-waktu Amanda butuh sesuatu. Tapi sepertinya hari ini Amanda masih ingin di rumah.

Wisnu tidak tepat janji. Dia bilang akan datang sore hari, ternyata dia lebih cepat 3 jam dari jam yang telah di tentukannya pada Amanda. laki-laki itu sepertinya kepikiran Amanda terus selama bekerja. Dia tidak tega meninggalkan Amanda sendirian di rumah. Apalagi dia baru sampai kemarin siang. Tapi Wisnu juga ingin mengajak Amanda ke suatu tempat. Dia baru teringat tadi, jadi buru-buru saja diselesaikan pekerjaannya dan bergegas pulang.

“Kok sudah pulang, Mas.” Tegur Amanda saat membukakan pintu rumah.

“ Ya, jam kantor sih sampai sore. Tapi itu kan kantor-kantor aku sendiri. Jadi ya terserah “ Wisnu sedikit bercanda. Dia senang karena Amanda menyambutnya dengan senyum manisnya itu. rasanya dia bisa lupa dengan deadline pekerjaannya yang terus mengejar.

“Kita keluar, aku mau anter kamu cari kampus. Katanya mau masuk kuliah?” tukas Wisnu.

“Emang bisa? Bukannya masih harus nunggu PMB tahun depan? “ Amanda sedikit terkejut.

“ Ya namanya juga usaha, kali saja pas lihat kamu rektornya jatuh cinta gitu, terus masukin kamu jadi

mahasiswanya” Wisnu mulai menggoda Amanda. gadis itu hanya tersenyum kesal karena digoda.

“ Ya udah aku ganti baju dulu “

“Tidak perlu Amanda” Wisnu menggapai lengan Amanda “ Kau sudah cantik seperti itu “

Setelah sedikit berputar-putar Jakarta, akhirnya wisnu sampai juga ke universitas negri yang ada di kota itu. Awalnya Amanda pesimis, untuk ikut seleksi PMB saja sulitnya bukan main apalagi sekarang yang sudah hamper 3 bulan kuliah sudah masuk efektif.

Lain dengan Amanda, Wisnu terlihat tenang dan santai saat memasuki ruang rector. Dia diterima dengan baik disana. Tidak banyak yang Wisnu bicarakan dengan rector universitas itu. dia pun keluar dari ruangan itu dengan wajah yang tidak berubah sejak tadi. Amanda yang menunggunya di luar penasaran.

“Kamu bisa kuliah besok kalau kamu mau” Tukas Wisnu yang sontak membuat Amanda girang. Dia melompat memeluk Wisnu untuk mengucapkan terima kasih. Wisnu kaget. Tapi dia senang mendapat pelukan tiba-tiba itu.

Mereka tidak langsung pulang. Wisnu mengajak Amanda keliling Jakarta. Setelah puas merekapun pulang. Amanda memperhatikan Wisnu yang konsentrasi menyetir. Dia sepertinya mulai mengagumi sosok lelaki yang ada di sampingnya itu. selama ada di samping Wisnu, Amanda merasa nyaman. Wisnu juga tidak pernah protes atas sikap Amanda selama ini. Amanda tersenyum sendiri. Dia kemudian melempar pandangannya ke arah lain. Takut Wisnu merasa diperhatikannya.

Sesampai di rumah Amanda masuk terlebih dahulu. Semetara Wisnu masih memasukan mobilnya ke dalam garasi. Tiba-tiba Wisnu mendengar Amanda menjerit. Wisnu berlari dari pintu garasi ke dalam rumahnya. tahulah dia apa penyebab Amanda

Page 22: Amanda, Cerber

menjerit terkejut. Dua orang lelaki sedang asyik melahap makanan di meja makan. Kedua laki-laki itu pun sama terkejutnya dengan Amanda.

“Hey, kalian! Ngapain di rumahku, pergi pergi! “ Tukas Wisnu pada kedua lelaki itu setelah menghampiri Amanda yang masih terkejut.

“Ya ampuuun, Lu dapat cewek dari mana, Nu. Ini Lindsay Lohan ya ?” Salah seorang dari mereka yang berkulit coklat menghampiri Wisnu dan Amanda yang masih belum mengenal mereka. Lelaki yang satunya lagi ikut menghampiri.

“Amanda, mereka temen-temenku.” Jelas Wisnu, Amanda mulai sedikit tenang. “ Yang kulitnya hitam agak kriwil itu Munir namanya, yang satunya lagi Jammy. Wajah mereka memang mengerikan tapi mereka baik kok“ ujar Wisnu meledek teman-temannya.

“Wah, kurang ajar lu, Nu. Cakep gene dibilang mengerikan. Emang gue hantu apa?” Yang bernama Murni mendekati Amanda dan mengulurkan tangannya. “ Nona manis, namaku bukan Munir tapi Murnie” Ujarnya, Wisnu menangkis tangan itu.

“ Udah, gak usah pegang-pegang.Tangan kamu kotor “

“Saudara kamu, Nu?” Tanya yang bernama Jammy. Seperti namanya dia memang mirip VJ MTV yang berwajah unik itu.“Asyiiik…” Tambahnya sambil melirik Amanda

Wisnu menatap Amanda. Dia seolah meminta pertimbangan. Dia takut Amanda akan marah lagi kalau Wisnu menyebutnya sebagai istri di depan teman-temanya. Namun kali ini perasaan Amanda sedang bahagia. Dia pun tersenyum sebagai tanda tidak keberatan.

“ Saudara kepalamu, dia istriku “ Jawab Wisnu. Kedua temannya terkejut sebentar, namun setelahnya mereka terbahak-bahak.

“Yang bener, Lu? Hebat benar, pulang-pulang bawa istri euy. Cantik pisan“ Jammy tak kalah nglawaknya dari si Munir atau si Murnie itu.

Wisnu meminta Amanda untuk ke kamarnya. Amanda pun berlalu. Wisnu menjitak kepala teman-temannya itu. di angkatnya barang-barang mereka dan di lemparkan ke arah mereka.

“Pulang, gak? Pulang, gak?” Ancam Wisnu pada teman-temannya.

“ Ya ela, Nu. Lu tega banget sama kita kita, baru juga sampe. Biasanya lu juga yang minta kita ke sini “ Si murni berujar.

“ Lagian kita kan Cuma nginep beberapa hari, Ya ?”

“ Ndak, ga ada nginep-nginepan. Pergi, pergi !” Usir Wisnu. Ketiga bersahabat itu memang terbiasa seperti itu.

“ Oke, Oke, kita pergi ya Mur. Tapi bener, Nu. Dia istrimu? Kok tidak undang-undag kita?”

“ Udahlah, kalian pergi dulu. Besok-besok aku ceritakan” Ujar Wisnu. Mereka berdua mendegus kesal. Tapi mereka mengertilah dengan keadaan Wisnu sekarang. Pengantin baru. Begitulah yang ada dibenak mereka. “ Eh, kembaliin kunci serepnya” Wisnu mengambil kunci dari tangan Murnie, dia takut kedua temannya itu datang tiba-tiba di rumahnya lagi dan membuat Amanda takut. Mereka Cuma nyengir dan berlalu.

Bagian 5 :

Wisnu punya jadwal baru saat ini. Mengantar dan menjemput Amanda kuliah. Meskipun Amanda sering mengatakan pada Wisnu agar tidak perlu mengantar

Page 23: Amanda, Cerber

atau menjemputnya, Wisnu tetap melakukannya. Dia hanya ingin lebih dekat dengan Amanda.

Sudah banyak hal yang dilakukan Wisnu untuk dapat menarik hati istrinya itu. tapi hingga saat itu, Wisnu masih harus banyak bersabar. Amanda belum bisa seutuhnya menjadi istrinya. Terlihat hingga saat ini Amanda dan Wisnu belum juga tinggal sekamar.

Namun, sudah banyak perubahan yang terjadi selama mereka tinggal bersama. Hubungan mereka tampak lebih dekat. Merekapaun tidak jarang menghabiskan waktu bersama. Meski setelah itu mereka akan kembali ke kamar masing-masing.

Wisnu menyelesaikan rapatnya. Dilihatnya jam, dia bergegas pergi untuk menjemput Amanda. di depan kampus Wisnu mencari-cari Amanda. dilihatnya gadis itu sedang bercanda lepas bersama teman-temannya. Beberapa diantaranya memang laki-laki. Wisnu senang Amanda bisa seceria itu. memang sebenarnya inilah Amanda. Amanda dulu yang selalu ceria dan cantik. Hanya saja Wisnu suka cemburu dan tidak enak hati bila melihat teman laki-laki Amanda yang terkadang terlihat terlalu dekat.

Sering beberapa kali Wisnu meminta Amanda untuk tidak terlalu dekat pada teman laki-lakinya. Hanya saja saat ditanya alasannya, Wisnu tidak menjawab secara jelas apa alasannya Amanda tidak boleh terlalu dekat. Mereka pun bertengkar kecil. Tapi biasanya itu tidak berlangsung lama. Mereka akan kembali biasa lagi setelah salah satu dari mereka meminta ma’af.

Padahal jauh dari dalam diri Amanda, dia ingin Wisnu cemburu padanya. Dia ingin Wisnu menunjukan pada dirinya bahwa Wisnu benar-benar sayang sama dia. Tapi Wisnu masih belum mengungkapkannya. Wisnu lupa, Amanda hanyalah gadis 18 tahun yang mungkin tidak memahami bahwa ikatan pernikahan secara otomatis adalah ikatan perasaan dan cinta mereka. Sepertinya yang Amandainginkan adalah sebuah ungkapan langsung dari Wisnu.

Mobil Wisnu sudah parker dari tadi, tapi Amanda belum juga menyadarinya. Hingga Wisnu memutuskan untuk menghampirinya. Dia bahkan tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Saat ini saja dia merasa sangat tidak suka dengan cara Amanda bercanda dan melempar senyum serta pandangnya pada temannya laki-laki itu. Amandaterkejut saat tiba-tiba Wisnu telah ada didekatnya.

“Mas, aku kok tidak melihat mobil mas Wisnu. baru datang atau bagaimana?” Tanya Amanda. Tiba-tiba teman Amanda mengulurkan tangan pada Wisnu untuk memperkenalkan diri. Melihat Wisnu yang sedikit dingin, Amanda memperkenalkan mereka.

“Dia itu kakak kelas aku sewaktu SMA di malang, sekarang kami kebetulan satu ruang dengannya. Kenalkan namanya Timo”

Wisnu membalas uluran tangan itu. hanya saja dia tidak begitu ramah. Wisnu meminta Amanda segera masuk mobil. Saat itu Wisnu sedikit berbicara pada teman Amanda. Amanda hanya memperhatikannya dari dalam mobil. Tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan dalam waktu yang sebentar itu. saat di dalam mobil pun mereka saling diam.

Amanda memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

“Mas, Amanda boleh Tanya sesuatu ndak?”

“Apa?”

“Apa Mas Wisnu cinta sama Amanda?”

Wisnu melongo. Sambil tetap mengendarai mobilnya dia sesekali menoleh pada Amanda. sepertinya dia kesal dengan pertanyaan Amanda yang baginya itu tidak penting. Namun bagi Amandaitu penting. Oleh sebab itu Amanda masih menunggu jawaban Wisnu. dia tidak memperdulikan Ekspresi wajah Wisnu yang kesal.

“Sampai sejauh ini kau masih tanya itu?” Tukas Wisnu

Page 24: Amanda, Cerber

“Mas Wisnu kan tinggal jawab ya atau tidak”

“Tapi kamu kan bisa simpulkan sendiri,Amanda”

“Memang susah ya pertanyaannya?”

Pertengkaran kecil tersulut lagi. Amanda yang selalu mempersoalkan sesuatu yang kecil dan wisnu yang enggan meladeni sesuatu yang baginya tidak perlu. Amanda memang terkadang masih kekanak-kanakan dalam berfikir. Dan sepertinya itu sesuai jika dibandingkan dengan usianya.

“Udah, ah. Amanda turun saja” Potong Amanda karena kesal pada Wisnu.

“Turun dimana, bisa ditilang polisi kalau kita berhenti disini Amanda”

Amanda cemberut. Wisnu mendegus. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk mengumpulkan energinya. Energi menghadapi Amanda yang saat ini sedang kambuh manjanya. Untunglah rumah sudah di depan mata. Mudah-mudahan saat di rumah semuanya selesai. Tapi ternyata belum.

“Mas aku mau ke kafenya Mas Murnie” Rajuk Amanda masih dengan muka cemberutnya. Lagi-lagi Wisnu dibuat kesal. Bagaimana tidak, Kafe murni sudah terlewat jauh sedangkan rumah sudah didepan mata. Amanda baru minta ke kafe.

“Tapi kita sudah hamper didepan rumah Amanda” Wisnu mencoba membujuk. “Kalau kamu lapar aku pesenin saja ya?”

“Aku mau ke kafenya Mas Murnie , Mas” Pinta Amanda lagi. Wisnu mencoba tidak memperdulikannya. Tapi tiba-tiba “Ya udah Amanda turun nih, Amanda bisa naik taxi kok” Amanda hendak membuka pintu mobil Wisnu, padahal mobil masih sedang berjalan. Wisnu terkejut.

“Oke, Oke, Oke” tukas Wisnu sambil membelokan mobilnya berbalik arah. Dia mencoba tetap bersabar

menghadapi Amanda meski wajahnay terlihat kesal. Sementara Amanda membuang muka dan tersenyum geli melihat wajah Wisnu yang kesal.

“Aku mau buatin Mas Wisnu Pizza Pisang, Mas Wisnu mau bantu Amanda tidak?” Wajah Amanda sudah manis lagi pada Wisnu. dia menarik lengan Wisnu dan mengajaknya ke dapur. Wisnu masih terlihat kesal.

“Woi, Laki-laki ini kenapa Amanda. sepertinya kamu tadi lupa menyetrika mukanya deh” Goda Murnie pada sahabatnya itu. Ekspresi Wisnu masih datar datar saja. Kemudian Murnie meninggalkan mereka lagi.

Wisnu sering megajak Amanda ke kafe Murnie. Amanda memang suka memasak. Waktu pertama kali mengunjungi kafe, dia sangat bersemangat sekali saat Murnie mempersilahkannya membuat Pizza sendiri di dapur. Ternyata Amanda membuat menu baru, Murnie bersedia mencobanya dan menjadikannya menu baru di kafenya. Kenyataannya menu baru itu banyak yang menyukai.

Kafe murnie hari tertentu tutup sore hari, Saat ini Amanda telah ada di dapur yang sudah sepi. Dia sedang sibuk dengan pizzanya. Rambut panjangnya berjuntaian mengganggu pekerjaannya. Dia meminta Wisnu membantu mengikatkan rambutnya karena kedua tangannya kotor.

“Mas, Ikatin Rambut Amanda, dong”

Dengan masih tidak bersemangat Wisnu bangkit dari duduknya dan menghampiri Amanda. tangannya menyibak rambut itu dan mengumpulkannya kesisi lain. Terlihat leher Amanda yang jenjang dan mulus. Perasaan wisnu menjadi tidak menentu. Rasa kesalnya seharian ini membuatnya ingin menyalurkan libidonya. Wisnu merangkul Amanda dari belakang. Dia tidak peduli tangan Amanda masih sibuk dengan gulungan roti pizza yang masih digunakannya. Dia mencumbui Amanda.

Page 25: Amanda, Cerber

“Mas Wisnu jangan” Amanda memberontak, tapi Wisnu malah mengeratkan pelukannya.”Malu mas, ini di kafe, kalau ada yang lihat bagaimana?”

Karena Wisnu tidak memperdulikannya Amanda berteriak. Murnie yang kebetulan melintas di depan dapur mendengar suara ribut-ribut. Dia membuka pintu dapur, takut ada apa-apa. Wisnu melepaskan Amanda.

“Apa ada masalah dengan pemanggangnya atau yang lainnya, Amanda?” Tanya Murnie memeriksa pemanggangnya. Dia mengira ada yang tidak beres dengan alat-alat masaknya, Karena beberapa kali pemanggangnya bermasalah.

Amanda tidak menjawab. Wisnu menendang meja yang ada dihadapannya. “Mejanya bermasalah, sebaiknya kau melemparnya ke jalanan” Tukasnya kesal sambil berlalu pergi. Murnie memandangnya terheran-heran.

“Ada masalah apa dengan dia?” Tanyanya sambil memperbaiki posisi meja dapurnya. Amanda masih begong. Kemudian dia berlari mengikuti Wisnu.

“Mas, terimakasih. Amanda pergi dulu”

“Pizzanya sudah matang, kau tidak bawa?” Teriak Murnie memanggil Amanda yang sudah keluar dapur. Sebentar kemudian Amanda balik mengambil Pizza itu. “Ya udah, Amanda bawa. Makasih mas” tukasnya berlari lagi keluar. Murnie hanya mengusap-usap keningnya. Pusing melihat tingkah laku mereka.

Mereka sudah sampai di rumah. Wisnu masih memasang muka kesalnya. Mungkin dia kecapaian hari ini. Biasanya dia tidak seperti ini. Batin Amanda. ditangannya telah ada sepiring pizza dan segelas jus. Dia ingin mengantarnya ke kamar Wisnu. mungkin dengan ini Wisnu tidak marah lagi pada Amanda.

“Mas, Mas Wisnu” Panggil Amanda. tapi tiada sahutan. Amanda membuka pintu kamar. Tidak ada

Wisnu di sana. Terdengar suara orang mandi. Pasti Wisnu sedang mandi. Sebentar kemudian Wisnu keluar kamar mandi. Wajahnya sudah segar kembali. Dia masih mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk.

“Pizzanya, Mas. Aku juga buatin jus buat mas Wisnu” Amanda meletakan pizza dan jus di meja kamar Wisnu.

“Terima kasih Amanda” Jawabnya singkat seraya sibuk menggenakan Kaos. Ternyata Wisnu masih marah pada Amanda.

“Ya udah, Amanda keluar” Ujar Amanda keluar kamar. Wisnu membiarkannya saja dan tidak mencegahnya. Amanda terdiam di depan pintu kamar Wisnu. kejadian seperti di dapur Murnie memang sering terjadi di rumah. Sama seperti tadi, Amanda juga selalu menghindar. Ini hanya masalah psikologis saja. Dia harus berperang dengan perasaannya. Amanda masih dihantui perasaan takut dan khawatirnya, entah apa itu. hanya saja bila Wisnu menjauhinya, Amanda pasti melakukan banyak cara agar bisa dekat lagi dengan Wisnu. begitu sampai saat ini.

Malam itu Amanda berlari-lari ke kamar Wisnu.

Wisnu masih ada sedikit kesibukan, tetapi dia terperangah saat tiba-tiba Amanda membuka pintu kamarnya dan menghampirinya. Wisnu memalingkan mukanya karena Amanda lagi-lagi lupa menggenakan piyamanya bila turun dari kamarnya. Baju tidur yang melekat ditubuhnya tipis dan sedikit terbuka. Bukankah itu akan menggoda naluri Wisnu sebagai seorang laki-laki, padahal Amanda sendiri belum siap untuk melakukan hal itu.

“Mas, bisa bantu aku bentar, Ndak?” tukas Amanda.

“Ada apa?” Jawab Wisnu sedikit lemas.

Page 26: Amanda, Cerber

“File ku banyak yang hilang, sepertinya laptopnya bermasalah. Padahal besok aku harus presentasi, lho mas”

Wisnu meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Amanda ke kamarnya di lantai atas. Diperiksanya laptop Amanda sejenak. Dan kemudian dia telah dapat menyimpulkan. “ Laptopmu terserang virus Amanda. Antivirusnya tidak aktif “

“Tapi, masih bisa kan mas ?” Wajah Amanda memelas. “Aku sudah susah payah kumpulin bahan presentasi, tolong dong Mas.” Suara Amanda mulai merajuk manja. Wisnu jadi serba salah.

“ Ya kalau Cuma beresin virusnya bisa, tapi file kamu kan udah keserang.” Jelas Wisnu, mendengar itu Amanda lemas. Wisnu merasa tidak tega dengannya.

“ kamu kumpulin lagi saja. Pakai internet di laptopku. Aku bantu kok “

Semalaman mereka begadang di kamar berdua mencari bahan-bahan untuk presentasi kuliah Amanda besok pagi. Sesekali Wisnu sedikit nakal, saat membantu mencari bahan di internet beberapa kali tiba-tiba muncul gambar porno. Amanda hanya bisa kesal melihat itu. Wisnu cengar cengir saja. Dia memang sengaja melakukannya.

Tugas sudah hampir selesai, Amanda mengantuk berat. Saat Wisnu menjelaskan padanya cara menyimpan data yang aman, Amanda ternyata telah tertidur di sampingnya. Wisnu hanya melenguh dan menutup Laptopnya.

Saat ini dia begitu dekat dengan Amanda. dirapikannya posisi tidur Amanda kemudian Wisnu tidur di samping Amanda. lekat – lekat dia memperhatikan setiap lekuk wajah Amanda. rambutnya yang lembut, dan tubuhnya yang sedikit terbuka itu dalam balutan baju tidur. Tiba-tiba dia sudah menciumi wajah Amanda, dahi, pipi, hidung, bahkan bibirnya. Amanda hanya terusik sebentar

namun tidak sampai terbangun. Dan sebelum terlalu jauh, Wisnu bangkit menggelar karpet dan tidur di lantai. Meski dengan pikiran yang tak karuan.

Hari ini Wisnu tidak ke kantor. Beberapa hari

belakangan dia telah bekerja keras menyelesaikan beberapa proyek. Ini saatnya bagi Wisnu menghabiskan harinya untuk menghilangkan ketegangan otak dan ototnya. Dia sengaja mengambil libur untuk bisa menghabiskan waktu berenang. Sepertinya kepalanya akan meledak jika tidak di ceburkan dalam kolam renang.

Amanda berjalan di tepi kolam kemudian duduk dan memperhatikan Wisnu yang sedang berenang. Dia masih menggunakan piyama tidurnya. Hari ini tidak ada perkuliahan untuk Amanda. jadi dia terlihat bermalas-malasan. Tiba-tiba Wisnu mencipratinya dengan air kolam. Amanda terkejut.

“ Woi, belum mandi kan? Sini ikutan renang” Wisnu berada pada tepi kolam. Tapi tubuhnya masih di dalam kolam renang.

“ Ndak, ah. Males “ Jawab Amanda singkat.

“ Tapi kayaknya kamu belum pernah nyebur kolam deh, ayo dong sini. Kita renang sama-sama “ Wisnu masih membujuk Amanda. saat ini dia keluar dari dalam kolam renang dan menghampiri Amanda. Amanda menolak. Wisnu tetap memaksanya.

“ Mas, aku, aku gak bisa renang “ Ujar Amanda sambil terus menolak ajakan Wisnu. Wisnu terkejut dan dia tertawa mendengar jawaban Amanda.

“ Ya, Ampun. Segede gini gak bisa renang. Pelajaran olahraganya dapat nilai berapa ,Non?”

Amanda berdiri dan siap-siap berlari menghindari Wisnu. Tapi terlambat Wisnu menangkap tubuhnya dan bersama dirinya menceburkan diri ke kolam. Amanda panic, dia memeluk Wisnu erat sekali. Karena memang tidak bisa berenang.

Page 27: Amanda, Cerber

“ Mas, aku takut “ Teriak Amanda. diamasih memeluk Wisnu dan tidak melepaskannya.

“ Iya, aku ajari. Gampang kok “ Ujar Wisnu melepaskan tubuh Amanda “ Kamu tidak akan tenggelam, lagian kolamnya juga dangkal “ Wisnu sekali lagi meyakinkan Amanda. di perlihatkannya tinggi air kolam yang hanya sampai di atas pinggangnya. Tapi tentu saja semakin ke tengah semakin dalam.

Amanda berdiri tapi masih berpegangan di bahu Wisnu. Wisnu memperhatikan ada yang janggal. Amanda masih menggunakan piyamanya. Dia pun berusaha melepaskannya. Tapi Amanda menolak.

“ kamu akan kesulitan kalau memakai piyama ini Amanda “ Bujuk Wisnu.

“ Nggak Ah, aku malu “ Ujar Amanda menolak. Tapi akhirnya piyama itu bisa juga dilepaskan Wisnu, kemudian dilempar ke tepi kolam sedikit jauh. Wisnu pasti sengaja. Terlihatlah Amanda saat ini hanya menggunakan pakaian dalamnya. Gadis itu tetap menolak tapi Wisnu masih juga menahannya.

“ Udah, gak apa. Kalau begini kan kita bisa mulai latihan renangnya “ Ujar Wisnu sambil nyengir.Amanda terlihat semakin seksi bila hanya menggunakan pakaian dalamnya. Wisnu jadi lebih bersemangat melatih Amanda berenang. Kulitnya bisa sering-sering bersentuhan dengan kulit Amanda. dasar Wisnu, bisa saja dia mencuri-curi kesempatan. Ya meskipun memang seharusnya Wisnu punya hak melakukannya.

Beberapa teknik renang berusaha diajarkan Wisnu dengan sabar. Pada awalnya Amanda kesulitan karena memang dia pernah punya trauma tenggelam di kolam ketika di SMP. Tapi karena yang mengajari terlalu bersemangat dan telaten sedikit demi sedikit Amanda mengerti teknik berenang. Coba kalau yang minta diajari si murni dan dion temannya yang menjengkelkan itu, Wisnu gak bakalan sanggup, mau

juga nggak. Wisnu tersenyum dalam hati bila memikirkan itu.

Selesai itu mereka bercanda di dalam kolam. Mereka seperti anak kecil yang lagi senang bermain air.Pikiran Wisnu kambuh lagi. Melihat Amanda seperti itu dia merasa ingin melumatnya saja sampai habis bak makanan. Tiba-tiba Amanda terpeleset dan terjatuh hingga ke dasar kolam. Wisnu segera mengangkatnya. Sepertinya Amanda kemasukan banyak air. Gadis itu terbatuk-batuk di tepi kolam.

“Kau kemasukan banyak air Amanda, airnya harus dikeluarkan“ Wisnu duduk di samping Amanda dan mencoba merangkulnya. Mungkin ini juga salah satu triknya untuk mencari kesempatan. Amanda berhenti terbatuk-batuk dan terkejut saat Bahu Wisnu merangkul tubuhnya.

“Tidak, aku tidak apa-apa” Ujar Amanda berusaha melepaskan diri. Namun Wisnu justru memegangi wajah Amanda dengan tangan yang satunya “ Mau apa?” Tanya Amanda.

“Kau perlu nafas buatan“ Bisik Wisnu, wajahnya semakin dekat dengan Amanda. dia sekali lagi mencoba melepaskan diri tapi Wisnu hanya memintanya diam “ Ssst..” ujarnya dan sebentar kemudian bibirnya telah melekat pada bibir Amanda. awalnya Amanda masih memberontak, namun akhirnya menyerah juga. Bahkan adegan itu dilakukan Wisnu berkali-kali.

Handphon Wisnu berdering, Adegan itu pun terpotong. Wisnu terlihat kesal, dimatikannya Handphon itu. di saat yang sama Amanda beranjak berlari ke dalam kamarnya. Sudah basah sekalian saja nyebur, batin Wisnu yang telah dipenuhi gejolak yang membara. Dia pun berlari mengejar Amanda ke kamarnya. Lagi-lagi Amanda mengunci pintunya.

Kali ini Wisnu tidak mampu lagi bersabar. Dia berteriak-teriak memanggil Amanda. suara ketukan pintunya pun kasar sekali.

Page 28: Amanda, Cerber

“Amanda sampai kapan kita seperti ini?”Tanya Wisnu dari luar pintu.

“Ma’af Mas, Ma’afin Amanda. Amanda belum bisa” Sahut Amanda dari dalam kamar. Dia tersiksa dengan perasaannya sendiri. Antara tidak ingin menyakiti Wisnu dan memenuhi ketakutan-ketakutannya sendiri. Amanda terisak.

Di luar sudah sepi. Amanda tidak lagi mendengar suara Wisnu. pasti Wisnu sudah pergi ke kamarnya. Saat ini dia pasti sangat marah pada Amanda. Amanda mencoba berdiri. Sebentar kemudian dia mendengar suara deru mesin mobil. Saat Amanda mengintipnya dari jendela kamar, yang terlihat adalah Wisnu keluar menggunakan motornya, bukan dengan mobil.

Bab 7 : WISNU TIDAK PULANG

Waktu telah menunjukan pukul 12.00 malam. Amanda belum mengantuk. Dia memang sengaja tidak tidur terebih dahulu. Dia ingin menunggu suaminya pulang. sejak kejadian kemarin Wisnu tidak pulang sampai selarut ini. Rencananya Amanda ingin meminta ma’af.

Amanda memeriksa layar HPnya. Kalau-kalau ada sms atau panggilan dari Wisnu. tapi sejak kemarin tidak ada panggilan dan sms dari nomor Wisnu. Amanda juga masih enggan untuk menghubungi Wisnu. dia masih takut Wisnu marah padanya.

Hingga Amanda tertidur dan terbangun lagi dipagi harinya. Wisnu tetap belum pulang. Amanda memeriksa kamar Wisnu, barangkali saja dia sedang tertidur atau mungkin pulang sebentar untuk sekedar mengganti bajunya. Tapi ternyata Wisnu tidak pulang. sudah tiga hari ini. Amanda lemas dan meradang.

Di ruang kerjanya di kantor Wisnu dibangunkan suara ketukan pintu. Dia tergagap dan mengusap wajahnya yang kusut dengan kedua tangannya. Baru kemudian dia mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk.

“Selamat pagi, Pak” Tukas sekretaris Wisnu masuk ke ruang kerjanya. Sepertinya perempuan itu heran karena Bosnya semalam tertidur di ruang kerja hingga pagi ini. Wisnu hanya mengusap-usap matanya.

“Apa agenda hari ini?” Tanya Wisnu. suaranya sengau dan serak. Mungkin beberapa hari ini kurang tidur.

“Bapak ada rapat dengan pak Ollan, beliau akan datang dari jepang jam 10.00 nanti di hotel yang telah ditentukan”

Wisnu melihat jam digital yang ada di mejanya. Saat ini pukul 08.30, ada satu setengah jam lagi untuk bersiap-siap. Sepertinya dia harus membeli stelan jas baru. Dia masih enggan untuk pulang. “Tolong belikan aku stelan jas” Ujarnya pada sekretarisnya. sekretaris itu pun berlalu meski penuh keheranan.

Wisnu menggunakan kamar mandi kantor dan menyeduh kopinya sendiri di pantry sambil menunggu stelan jasnya datang. Beberapa karyawan hanya terheran saja mengetahui bosnya beberapa hari ini tidak pulang. tapi mereka tidak punya keberanian menyinggung itu. tidak salah mereka menduga kalau bosnya itu sedang ada masalah dengan istrinya.

Sebenarnya Wisnu telah memesan hotel. Tapi ternyata dia lebih senang mengusir perasaan suntuknya di studio tempat kerjanya. Dia megerjakan sendiri beberapa pekerjaan yang seharusnya dikerjakan karyawannya. Dia juga mengerjakan beberapa proyek yang masih memiliki tenggang yang lama. Rasanya sudah lama dia tidak segiat ini bekerja Hingga larut malam. Sejak dia menikah dengan Amanda.

“Bos, tidur di kantor lagi?” Celutuk Jammie tiba-tiba saat masuk pantrie. Dia sahabat Wisnu yang juga bekerja dikantornya.”Suntuk diomelin istri ye?” Jammie ikut-ikutan menyeduh kopi dan duduk di hadapan Wisnu. Wisnu hanya nyengir. Sebentar kemudian stelan jas yang dipesan datang. Wisnu bersiap-siap untuk pergi ke hotel.

Page 29: Amanda, Cerber

Saat perjalanan ke kampus tiba-tiba Alarm HPnya bordering. Amanda membuka layarnya, ternyata besok adalah hari ulang tahun Wisnu. Amanda meminta supir taksi tidak jadi ke kampus tapi berbalik arah ke supermarket. Amanda ingin membeli sesuatu.

Sesampainya di rumah Amanda menelpon kantor Wisnu. Sekretarisnya yang mengangkat. Amanda hanya ingin tahu apa Wisnu ada di kantor beberapa hari ini dan apa saja Acara Wisnu hari ini. Setelah mendapatkan jawabannya. Amanda menutup telpon itu.

Saat ini dia sedang bersemangat membuatkan Wisnu tart. Nanti malam dia yakin wisnu pasti pulang. Wisnu pasti ingat kalau besok adalah hari ulang tahunnya, dia pasti pulang dan merayakan ulang tahun bersama Amanda. Kue telah selesai dibuat. Amanda mengeluarkan lilin yang bertuliskan angka 27 dan menempelkannya pada kue. Sedikit polesan terakir dan akhirnya selesailah kue tart itu. Amanda senang melihatnya.

Sudah pukul 20.00, Amanda sudah bersiap untuk menyambut Wisnu. beberapa menu makanan kesukaan Wisnu telah disiapkan di meja makan. dia pun telah berdandan cantik sekali. Pandangan matanya selalu tertuju pada pintu depan. Dia membayangkan tiba-tiba Wisnu telah membuka pintu itu dan masuk menghampirinya. Dia ingin sekali melihat Wisnu terkejut dengan kejutan kecil yang dibuatnya. Namun hingga sejam berikutnya Wisnu tetap belum datang.

Amanda mengambil Hpnya dan ingin menghubungi Wisnu. tapi diurungkannya. Dia bingung dan resah. Sejak tadi dia mondar-mandir sendiri. Tiba-tiba dia bergegas membungkus kue tart itu ke dalam kotak dan memutuskan untuk menemui Wisnu di kantornya. Kalau Wisnu tidak mau pulang biarlah Amanda yang datang ke kantornya. Sebentar kemudian Amanda telah berada dalam taksi dan sedang dalam perjalanan ke kantor Wisnu.

Di kantor telah sepi, tapi masih ada beberapa karyawannya. Sepertinya memang kantor sedang lembur. Sekretaris Wisnu pun masih ada di ruang kerjanya. Amanda menghampirinya.

“Sampai jam segini belum pulang?” Sapa Amanda pada perempuan itu. Sekretaris itu berdiri memberi salam pada Amanda.

“Malam,Bu. Kami ada pekerjaan besar mendadak. Pak Wisnu masih di ruang rapat. Apa anda mau saya memberitahunya?” Tanya sekretaris Wisnu. sepertinya dia sedang mengemasi barangnya. Mungkin akan pulang.

“Terimakasih, tapi aku tunggu saja di ruang kerjanya”

Amanda masuk ke ruang kerja Wisnu. diletakannya kotak yang berisi kue tart itu di meja. Dia duduk di kursi kerja wisnu. ada fotonya di meja. Amanda tersenyum senang. Dilihatnya foto itu sambil mengingat-ingat kapan Wisnu pernah meminta foto itu atau mungkin mengambil gambarnya.

Di laci Wisnu yang sedikit terbuka Amanda melihat HP wisnu yang sedang di non aktifkan. Wajah Amanda cemberut karena beberapa hari ini pasti Wisnu menonaktifkan HPnya karena tidak ingin Amanda menghubunginya. Tapi sepertinya bukan itu alasannya, Amanda berusaha mengaktifkannya tapi layarnya memberi peringatan bahwa Batre sedang low. Pasti Wisnu lupa membawa Charge HP nya.

Beberapa menit berlalu, Wisnu belum tampak juga. Amanda jenuh. Dia pun keluar ruang Wisnu. Sekretaris itu mungkin sudah pulang. Amanda melangkah ke arah ruang rapat. Sepertinya sudah sepi. Pintunya pun sedikit terbuka. Amanda hendak melangkah masuk, tapi langkahnya terhenti. Dia terpaku melihat Wisnu yang hanya berdua dengan seorang wanita. Amanda ingat itu Jenifer, rekan kerja Wisnu. mereka terlihat begitu dekat.

Page 30: Amanda, Cerber

Tiba-tiba Amanda merasakan dadanya sesak sekali. Bagaiman mungkin semalam ini mereka masih berdua di ruang itu? apa itu juga yang membuat Wisnu beberapa hari ini tidak pulang ke rumah? Dan banyak lagi pikiran-pikiran buruk Amanda yang tiba-tiba melintas begitu saja. Amanda urung masuk dan berlari pergi.

Sekretaris Wisnu yang baru saja dari kamar kecil melihat Amanda tergesa-gesa berlalu. dia heran. Tak seberapa lama Jammie juga keluar dari pantry dan membawa segelas minuman hangat masuk ke ruang rapat.

“Bos, kita bahas besok saja lah. Kayaknya aku masuk angin neh” Tukas Jammie.”Atau jangan-jangan kita disini Cuma untuk nemenin begadang lagi neh?” Tebak Jammie.

“Ya ini juga udah kelar, lagi pula aku juga pengen pulang. kangen neh sama istriku” Ujar Wisnu berberes.

“Wisnu, aku pulang sama kamu ya?” jenni membuntuti Wisnu yang berjalan keluar ruang rapat. Dia sama seperti Jammie, teman sekolahnya dulu.

“Aku tidak bawa mobil, kamu pulang sama Jammie saja” Tukasnya. Di depan ruangnya sekretarisnya telah bersiap pulang. dia menunggu Wisnu selesai rapat. “Apa document yang aku minta sudah disiapkan?” Tanya Wisnu padanya.

“Sudah pak, sudah ada di meja bapak. Saya mohon permisi pulang dulu. Takut tidak ada kendaraan” Ujarnya. Wisnu mempersilahkannya.”Oh ya,Pak. Apa tadi sudah bertemu Bu Amanda?” Tanyanya lagi.

“Amanda?”Wisnu terperanjat. Jadi Amanda datang ke kantor. Batinnya.

“Tadi sepertinya Bu Amanda baru dari ruang rapat, tapi setelah itu sepertinya terburu-buru pulang”

“Apa dia bilang sesuatu?” Tanya Wisnu. sekretarisnya mengatakan tidak ada pesan “Ya sudah kamu boleh pulang, terimakasih”

Wisnu tertegun sejenak. Berfikir tadi Amanda dari ruang kerjanya dan tiba-tiba tergesa-gesa pulang. apa dia salah faham karena melihatnya berdua berasama Jenni tadi saat jammie keluar sebentar. Apalagi jenni memang seperti itu orangnya. Wisnu pun segera masuk ruang kerjanya hendak mengambil kunci sepeda motornya. Dia melihat ada kotak diatas mejanya. Pasti dari Amanda. setelah dilihat dia baru teringat besok adalah hari ulangtahunnya. Dibawanya kue itu pergi berlalu dari ruang kerjanya.

Amanda terbangun, untuk kesekian kali dia tidak mendapati Wisnu ada di rumah. Matanya masih sembab dan sayu. Semalaman dia menangis. Hatinya meradang perih. Dia tidak percaya Wisnu melakukan hal demikian. Apa itu karena sikap Amanda selama ini padanya. Tapi bukankah Wisnu sendiri yang pernah mengatakan bahwa dia akan berusaha memahami Amanda. dia tidak akan memaksa Amanda sampai Amanda benar-benar siap dengan semua ini. Tapi sepertinya Wisnu lupa dengan semua itu.

Amanda semakin merasa sedih. Saat-saat seperti itu Amnada tidak bisa untuk tidak mengingat kedua orangtuanya yang tak lagi bisa menemaninya. Yang tak lagi bisa mendengar keluh kesahnya. yang tak lagi bisa memeluknya. Saat ini Amanda butuh sekali pelukan itu. saat ini Amanda benar-benar merasa bahwa hidupnya begitu nestapa. Dia tidak pernah ingin ini terjadi. Dia merasa hanya butuh sedikit waktu saja. tapi sepertinya Amanda bahkan tidak mempunyai hak untuk itu.

Sekarang, untuk apa dia masih ada di sini? Bukankah dengan tidak pulangnya Wisnu beberapa hari ini secara tidak langsung mengatakan padanya bahwa dia tidak menghargai keberadaanya dirumah. Lalu hendak pergi kemana dia? Apa kembali saja ke kotanya? Bagaimana dengan kuliahnya?. Pertanyaan-

Page 31: Amanda, Cerber

pertanyaan itu mulai mengusik Amanda. dia pun bergegas bangun dan beranjak dari tempat tidurnya.

Tenggorokannya kering. Dia ingin membasahinya dengan seteguk air. Saat dibukanya lemari es, Amanda terkejut. Kue tart itu ada disana. Hanya saja bentuknya telah berubah. Amanda mengangkatnya dan meletakannya di meja makan. bergegas dia berlari ke kamar Wisnu. pasti semalam Wisnu pulang.

Di dalam kamar tidak ada siapa-siapa. Sepertinya memang Wisnu semalam pulang. Amanda melihat keranjang pakaian Wisnu yang kemarin kosong sekarang ada beberapa potong baju dan kaos Wisnu. pasti Wisnu pulang untuk ganti baju. Apa dia juga semalam tidur di rumah? Lalu mengapa sepagi ini dia sudah pergi lagi? Apa sebegitu marahkah dia sama Amanda hingga menemuinya saja Wisnu enggan.

Amanda terisak lagi. Dia pun mengambil kerajang pakaian Wisnu dan memasukannya dalam mesin cuci. Satu baju tertinggal, Amanda hendak memasukannya tapi dia sepertinya rindu dengan Wisnu. diciumnya baju itu dalam-dalam, dia rindu dengan aroma tubuh Wisnu.

Amanda kembali kemeja makan. Kue yang dibuatnya kemarin dibentuk Wisnu sedemikian rupa menyeruapai miniatur istana. Amanda memperhatikan istana kecil itu, dia terbawa pada kenangan dipinggir pantai itu. saat Wisnu membuatkannya istana pasir. Meskipun usianya baru lima tahun saat itu, Amanda masih teringat betul.

“nanti kalau Amanda sudah besar, aku akan buatin istana yang lebih besar lagi” ucap wisnu kala itu, usianya 13 tahun dan sudah duduk di bangku setingkat SMP di singapur. Amanda kecil melompat kegirangan mendengar itu. itu adalah saat pertama dia bertemu dengan Wisnu, dan mereka tidak pernah bertemu lagi hingga sehari sebelum mereka menikah. Secara mendadak.

Air mata Amanda menetes mengenangnya. Dia tidak menduga ternyata anak lelaki itu adalah jodohnya. Anak lelaki itu adalah Wisnu yang menjadi suaminya. Wisnu yang tidak butuh waktu lama untuk membuat Amanda sangat mencintainya.

Pandangan Amanda tertuju pada kertas kecil yang terselip di bawah kotak kue. Amanda mengambilnya dan membaca tulisannya.

“Kuenya enak, terimakasih” Hanya itu yang tertera di kertas kecil itu. walau singkat tapi cukuplah untuk mengobati perasaan Amanda yang merana dan meradang. Meski rasa sakit karena melihat Wisnu dan Jenni semalam tetap menyala-nyala.

“Jenni kamu cemburuin, perawan tua itu memang seperti itu. sejak di sekolah dia udah banyak yang benci. Hanya saja otaknya encer “ Tutur Murnie pada Amanda saat dia memaksa Amanda untuk menceritakan apa yang dipikirkannya. Amanda terkejut karena Murnie mengganggapnya cemburu. Maksudnya tidak seperti itu tadi. Meskipun memang sebenarnya Amanda cemburu.

“Ya sudahlah, Amanda. Mungkin Wisnu sedang mengejar target. Jadi dia sangat sibuk sekarang. Kamu tidak perlu negative tingking dulu” Ujar Murnie lagi ”Wisnu itu sejak dulu memang begitu, kalau udah dihadapin pekerjaan dia gak bakal berhenti sampai kerjaannya tuntas. Ya sekarang-sekarang saja dia punya banyak waktu santai, sejak menikah dengan kamu. Tapi kayaknya kumat lagi kebiasaannya” Ujar Murnie lebih mirip menggerutu.

Amanda memang sudah mengetahui itu sejak dulu. Tapi sejauh ini Wisnu masih bisa menemani Amanda. mengantar dan menjemput Amanda kuliah. Bahkan Wisnu selalu menyempatkan waktunya bila Amanda memintanya. Sekarang, mengapa Wisnu berubah? Apa memang yang dikatakan Murnie benar, bahwa Wisnu kembali ke kebiasaan lamanya.

Page 32: Amanda, Cerber

Sore itu di hari yang sama, Wisnu mendatangi kafe Murnie. Dia sedang melahap makanannya ketika Murnie mengejutkanya dari belakang.

“Woi, gak dikasih makan istrinya di rumah? Kok malah makan di warung?” seloroh Murnie. Dia duduk di hadapan Wisnu. Wisnu yang terkejut mengucapkan kata-kata cercaan yang memang terbiasa mereka ucapakan dalam pertemanan mereka. Murnie pun hanya terkekeh meresponnya.

“Istri lo kesepian tuh di rumah, tega banget bikin cewek sedih”

“Amanda kesini?” Tanya Wisnu.

“Ya tadi pagi, dia aku minta bantu-bantu aku, kafe lagi ramai pas Weekend. Karyawan gue ada yang sakit, yang lainnya juga masih belum balik pulang kampung”

“Sialan, Lu. Istri gue lu pekerjain juga”.

“Ya dia sendiri mau? Daripada bengong dirumah nunggu suaminya gak pulang-pulang. pacaran terus sama si jenni”

Wisnu tersedak. Begitupun Murnie dia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Wisnu. “Amanda bilang begitu?” Tanya Wisnu.

“Ya dia sih lihat kamu berduaan sama jenni di kantor, jadi dia mikir yang tidak-tidak”Terang Murnie

Wisnu hanya tersenyum. tapi sebentar kemudian dia telah bangkit dan berlalu. “Nir, bon dulu” tukasnya pergi. Murnie sudah faham kebiasaan Wisnu yang selalu ngibrit jika diajak bicara.

Bagian 8 :

Di ruang kerjanya Wisnu senyum-senyum sendiri mengingat cerita Murnie. Amanda cemburu padanya dan si jenni temannya itu. Wisnu berencana nglembur lagi malam ini. Meski mungkin dia ingin pulang larut

nanti. Dia masih ingin menghindari Amanda. dia fikir memang inilah yang diinginkan Amanda.

Tidak demikian dengan Amanda. ini hari ke lima Wisnu tidak pulang. dia semakin gusar dibuatnya. Ingin sekali dia mendatangi kantor Wisnu dan marah-marah padanya. Atau dia pergi saja dari rumah biar Wisnu tahu rasa. Lagi-lagi pikirannya teringat lagi pada Wisnu dan Jenni dikantornya. Saat ini ketakutan Amanda tidak hanya tentang jenni, tapi bagaimana jika Wisnu mencari pelampiasan diluar rumah.

Amanda menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Jari jarinya sudah memainkan HP. Ingin sekali dia menelpon Wisnu. tapi dia harus bilang apa?. Dengan tekad bulat dia pun akhirnya memencet no Hp Wisnu. sayang yang di dengar adalah nada sibuk.

Layar HP wisnu menyala. Wisnu melihat nama penelpon yang tertera di layar, dia terkejut dan langsung mengangkatnya.

“Hallo?” Wisnu membuka telpon.

“Apa kabarnya Wisnu? Amanda bagaimana?” terdengar suara dari dalam telepon. Itu suara Tante Marini.

“Baik Tante, bagaimana Tante dan Om?” Wisnu balik bertanya.

“Alhamdulillah juga baik, aku mau bicara dengan Amanda bisa?”

Wisnu terdiam. Bagaimana dia mengatakan pada tantenya jika saat ini Wisnu masih ada di kantor. Wanitaitu pasati banyak berkomentar dan menceramahi Wisnu. terlebih jika Wisnu mengatakan yang sebenarnya, bahwa dia tidak pulang dan menemui Amanda hampir seminggu. Pastilah suasana tambah runyam.

“Hallo?” Masih suara tante Marini.tapi kemudian suara itu berganti suara laki-laki. Untunglah sudah

Page 33: Amanda, Cerber

berganti Om Syamsul. “Wisnu? Tantemu ingin bicara dengan Amanda, kamu dirumah kan?”

“eng… begini Om, aku ada undangan dari rekan kerja, jadi belum bisa pulang nih”

“Nomor Amanda sejak tadi sibuk melulu, saya pikir dia sama kamu”

Wisnu mendesah. Untung Tante Marini belum tersambung dengan Amanda langsung. Jadi dia tidak Tanya macam-macam sama Amanda. bisa malu Wisnu sama Om Syamsul kalau ketahuan sedang berantem dengan Amanda gara-gara masalah itu.

“Begitu ya?” Jawab Wisnu dia juga berfikir Amanda sedang bertelphon dengan siapa malam-malam begini. “Ya udah Om, nanti biar aku kasih tahu Amanda. besok biar aku hubungi Om dan Tante”

“Tapi kalian baik-baik saja kan, Wisnu?” Masih suara Om Syamsul. Wisnu hanya mengatakan ya. Dan mereka mengakhiri pembicaraan.

Wisnu bingung. Akhirnya dia memutuskan untuk pulang. dalam perjalanan itu tiba-tiba kepalanya terasa pening. Wisnu memfosir dirinya beberapa hari ini, mungkin sekarang kondisi tubuhnya sedang menurun. Saat itu tiba-tiba di depannya melintas Truk pengangkut barang. Wisnu membanting setir dan terpelanting ketepi jalan. Mobilnya menabrak pohon ditepi jalan.

Amanda tiba-tiba dijangkiti perasaan yang tidak menentu. Sekarang perasaan itu lebih pada rasa khawatir. Dia begitu tidak tenang. Apalagi beberapa detik yang lalu gelas yang ada di meja tiba-tiba tersenggol dan jatuh pecah. Spontan Amanda menjerit dan memanggil nama Wisnu.

Masih dengan perasaan itu Amanda mencoba menghubungi Wisnu. legalah dia saat terdengar suara Wisnu dari dalam HPnya.

“Ya, Amanda” Suara itu terdengar lemas.

“Mas, Mas Wisnu dimana?” Tanya Amanda

“Aku, aku dijalan pulang”

“Tapi Mas Wisnu tidak apa-apa kan Mas? Mas Wisnu baik-baik saja kan?”

Wisnu tertegun. Dia mendengar suara Amanda begitu khawatir. Apa Amanda tahu apa yang terjadi padanya. Tapi bagaimana dia bisa tahu sementara dia dirumah. Sebegitu dalamkah perasaan Amanda padanya, hingga ikatan batinnya kuat sekali. Darah mengalir dari atas kepala Wisnu. Wisnu merasa nyeri ditangannya. Sepertinya terkilir.

“Mas Wisnu?” Panggil Amanda lagi saat tidak terdengar suara Wisnu beberapa saat.

“Iya aku segera pulang” Tukas Wisnu sambil menutup HP nya. Dia pun berusaha membelokan mobilnya yang sedikit ringsek itu. untung Wisnu tidak sedang dalam kecepatan tinggi. Dia tidak tahu apa jadinya jika dia tidak bisa mengindari truk itu.

Mendengar suara mobil, Amanda langsung berlari membuka pintu. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui keadaan Wisnu. pelipis dan ujung bibirnya berdarah. Perasaan tidak enak itu ternyata terjadi juga.

“Bagaimana bisa seperti ini mas?” Amanda membersihkan luka Wisnu dan menempelkan perban di kepalanya yang terluka. Wisnu tidak berkata apa-apa.

Kepala Wisnu rasanya bertambah berat. Kali ini matanya mulai berkunang-kunang. Amanda masih sibuk membersihkan luka yang lain. Wisnu menahan tangan Amanda.

“Amanda aku mohon kembalilah ke kamarmu, aku tidak apa-apa”

“Tapi tangan Mas Wisnu ada yang memar, aku olesin cream otot ya?”

Page 34: Amanda, Cerber

“Tidak perlu Amanda, terima kasih. Sudah malam istirahatlah” Suara Wisnu semakin lirih. Sepertinya dia ingin langsung merebahkan tubuhnya dan beristirahat. Seluruh badannya sakit semua. Mungkin memang dia butuh istirahat.

Amanda menganggap sikap Wisnu dingin padanya. Dia sedih sekali saat Wisnu menolak kehadirannya dan meminta Amanda kembali kekamarnya. Padahal beberapa hari ini Amanda sangat merindukan Wisnu. Amanda jugabegitu mengkhatarirkannya. Tapi ini yang didapat Amanda setelah Wisnu pulang. Wisnu menolak Amanda. Amanda berfikir Wisnu masih marah padanya. Dengan perasaan merana dan sakit hati, Amanda keluar dari kamar Wisnu.

Semalaman Amanda masih juga menangisi Wisnu. kemarin kemarin dia menangis karena Wisnu tidak pulang. sekarang dia menangis karena sikap Wisnu padanya. Namun pagi-pagi Amanda sudah terbangun. Matahari belum juga terbit. Amanda ingin melihat keadaan Wisnu. kalau Wisnu menolak Amanda saat sadarnya, Amanda mungkin bisa masuk kekamar Wisnu sebelum dia terbangun. Amanda hanya ingin membuatkan minuman hangat untuk Wisnu. agar setelah bangun dia bisa langsung meminumnya.

Perlahan Amanda membuka pintu kamar Wisnu. Wisnu masih tertidur pulas sekali. Diletakkannya nampan dan gelas yang berisi minuman dimeja dekat tempat tidur Wisnu. dilantai Amanda melihat alas sholat masih tergelar. Pasti Wisnu telah bangun tadi dan sekarang tidur lagi. Amanda tahu betul kebiasaan Wisnu. itu salah satu yang membuat Amanda mengagumi sosok Wisnu.

Amanda keluar lagi. Diatidak ingin menganggu tidur Wisnu. beberapa menit agak lama kemudian Wisnu terbangun. Badanya masih lemas tapi sudah cukup lebih baik dari semalam. Dia melihat minuman telah ada di mejanya. Wisnu langsung menyeruputnya. Hari

ini sepertinya diaingin istirahat dulu di rumah. Tapi dia teringat ada banyak dokumen-dokumen yang harus dipelajari dan ditadatangani. Wisnu mengambil Hpnya dan menghubungi kantor. Dia meminta dokumen yang harus dipelajari dan ditandatanganinya diantar kerumahnya.

Amanda sedang membereskan dapur ketika terdengar bunyi bel. Dia bergegas membuka pintu. Seorang wanita berpenampilan rapi dan formal telah ada di hadapannya. Kalau dia pegawai Wisnu Amanda pasti pernah lihat. Tapi dia belum pernah melihatnya. Lagi pula semuapegawai Wisnu juga sudah mengenal Amanda. sepertinya wanita itu tidak mengenalinya.

“Ma’af, ini rumah pak Wisnu ya?” Tanyanya.

“Iya, anda siapa?”

“barusan Pak Wisnu telpon kantor, beliau minta berkas-berkasnya di antar ke rumah. Dengan siapa saya menyerahkan berkas ini?”

Amanda tidak langsung menjawab. dia memperhatikan pintu kamar Wisnu. semalam Wisnu sepertinya tidak suka Amanda ada dikamarnya. Apa Amanda panggil saja Wisnu agar menemui pegawianya itu. atau,

“Itu kamar pak Wisnu, kamu ketuk saja pintunya. Nanti biar pak Wisnu yang menerimanya langsung”. Amanda menunjukan pintu kamar Wisnu pada wanita itu. dia sedikit kegeranan pada Amanda yang meintanya masuk dan menyerahkan sendiri berkas-berkas yang dibawa ke kamar Wisnu.

“Ma’af, anda siapanya pak Wisnu”

“Saya cuma pembantu disini” Jawab Amandasembari berlalu meninggalkan wanita itu di depan kamar Wisnu. Amanda masih kesal dengan sikap Wisnu semalam.

Terdengar suara ketukan pintu. Wisnu mempersilahkan masuk. Dia mengira Amanda yang

Page 35: Amanda, Cerber

mengetuk pintu. Tapi alangkah terkejutnya dia saat melihat bukan Amanda yang datang. Melainkan pegawai baru dikantornya. Wisnu gelagapan dan segera bangkit.

“Kamu? Bagaimana kamu bisa sampai kamarku?” Wisnu sedikit marah. Wanita itu serba salah.

“Ma’af pak. Tapi mbak tadi yang menyuruh saya memberikan langsung pada Bapak”

“Mbak?” Wisnu heran, siapa yang dimaksud mbak.

“Maksudnya pembantu bapak”

“Pembantu?!” Lagi Wisnu terheran dengan ucapan pegawainya. Kalau yang dimaksud wanita itu Amanda, Wisnu pasti akan segera memberinya peringatan karena memanggil istrinya dengan sebutan pembantu.

“Mbak tadi yang bilang seperti itu, saya mohon ma’af”

Wisnu tidak bicara apa-apa lagi. Dia mengambil berkas-berkasnya dan meminta pegawainya itu kembali ke lentor. Pasti Jammie atau pegawai yang lain sengaja menyuruh wanita itu mengantarnya. Pegawai baru memang selalu dikerjai. Sekarang Wisnu merasa kesal sekali pada Amanda. kali ini dia keterlaluan sekali. Apa maksudnya mengaku pembantu pada pegawainya itu, dan bagaimana bisa Amandamempersilahkan wanita lain masuk kekamar Wisnu. Wisnu melempar Berkas-berkas itu di mejanya dan buru-buru mencari Amanda.

Amanda masih beres-beres di dapur. Wisnu datang menghampirinya. Wisnu langsung mencengkeram lengan Amanda. Amanda terkejut dan kesakitan.

“Aw, sakit Mas” teriak Amanda.

“Apa maksudnya kamu mengaku pembantu tadi? Dan kenapa kamu biarkan dia masuk kamarku Amanda?!”

Amanda melepaskan diri. Dia mengelus lengannya yang sedikit sakit.”Kan semalam mas Wisnu tidak senang kalau Amanda ada dikamar Mas Wisnu, Mas Wisnu usir Amanda kan? Jadi ya aku suruh saja dia antar langsung ke kamar mas Wisnu” Jelas Amanda. dia tidak kalah kesal dengan Wisnu.

“Tapi itu tidak benar Amanda” Wisnu menekankan ucapannya seolah meminta Amanda memahaminya.”Kau tidak seharusnya mengijinkan seorang wanita masuk ke kamar suamimu”

“Iya, Amanda salah. Amanda memang selalu salah. Amanda minta ma’af”

Wisnu tidak ingin memulai pertengkaran. Dia menarik nafas dan mencoba mengatur emosinya. Dia menenangkan Amanda. “Iya, iya, aku juga minta ma’af karena sikapku semalam. Aku tidak bermaksud mengusirmu dari kamarku Amanda. aku hanya ingin cepat istirahat saja. dan aku tidak mau merepotkan kamu” tuturnya sambil membelai wajah Amanda dengan kedua tangannya. Amanda sudah tidak kesal lagi mendengar penjelasan Wisnu. senyumnya mulai terkembang.

“Tapi “ tiba-tiba Wisnu berucap lagi, senyum itu terhenti tiba-tiba “Aku masih tidak terima kamu mengaku sebagai pembantu tadi. Aku tersinggung Amanda”

“Tuh kan Amanda salah lagi” Gerutu Amanda. Wisnu cepat-cepat menarik ucapannya dengan maksud Amanda tidak marah lagi padanya.

“Tidak, kamu tidak salah Amanda. hanya…” belum selesai Wisnu berbicara Amanda sudah memotong sambil mencak-mencak.“Jadi Amanda gak salah kalau mengaku pembantu?” kemudian berlalu meninggalkan Wisnu.

Wisnu tampak gemas sekali dengan prilaku Amanda. begini salah begitu salah. Dia mencengkeramkan kedua tangan di atas kepalanya seolah hendak

Page 36: Amanda, Cerber

mengacak-acak rambutnya sendiri karena kesal. Sabar, Sabar. Gumamnya sambil melangkah membuntuti Amanda yang sudah sejak tadi berlalu ke dalam kamarnya.

Wisnu melangkah ke kamar Amanda. dia tidak ingin Amanda terus-terusan marah padanya hari ini. Dia lebih baik meminta ma’af dan membereskan permasalahan agar semuanya cepat selesai. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu Wisnu masuk ke kamar Amanda. Alangkah terkejutnya dia karena ternyata Amanda sedang tidak menggunakan busana.

“Astaga…” Ujar Wisnu terkejut menutup kedua matanya dengan jari tangan sambil memalingkan mukanya. Amanda pun terkejut melihat Wisnu tiba-tiba masuk.

“Mas Wisnu kebiasaan deh” Ujar Amanda kesal segera membungkus tubuhnya dengan handuk. Buru-buru dia masuk kamar mandi.

Wisnu masih bengong. Perlahan dibukanya jari yang menutupi matanya itu. dia mengernyitkan jidatnya. Mengapa harus menutup mata? Bukankah Amanda istrinya sendiri?. Dia melangkah keluar dengan senyum senyum sendiri. Seolah baru saja menemukan sesuatu.

“Amanda mau ke kampus, masih ada satu mata kuliah yang belum tuntas” Amanda sudah rapi, cantik dan wangi. Dia sudah siap berangkat ke kampus.”Kalau mas Wisnu mau sarapan ada makanan di lemari es. Amanda berangkat dulu”

“Aku antar” Wisnu bangkit dan segera mengambil kunci mobilnya di dalam kamar. Tapi setelah keluar dari dalam kamar Wisnu baru memperhatikan Amanda. Amanda hanya keheranan.

“Sepertinya aku tidak pernah lihat kamu pakai baju ini?” Tanya Wisnu berbasa-basi. Sebenarnya dia hendak protes dengan baju itu. Amanda terlihat seksi dan menggoda. Wisnu tidak suka itu.

“Emang baju baru, kenapa sih?” Tanya Amanda.

“Ya tidak pantas sama sekali, kamu ganti sana”

“Tidak pantas?” Amanda memperhatikan penampilannya sendiri. “Yang mananya yang tidak pantas. Mas Wisnu suka gitu deh. Udah dong, aku udah telat neh. Belum tar kena macet di jalan”

“Serius, dan kamu gak boleh keluar sebelum ganti baju” Tukas Wisnu mengancam. Mau tidak mau Amanda harus kembali ke kamarnya dan mengganti pakaiannya.

Wisnu tidak jadi mengeluarkan mobilnya dari bagasi. Dia menunggu Amanda di depan rumah dengan motornya.

“Nanti kalau Amanda terlambat, Mas Wisnu tanggung jawab” Gumam Amanda dari dalam rumah. Langkahnya terhenti karena melihat Wisnu sudah siap di atas motornya. “Kok pakai motor? Kalau rambut Amanda berantakan bagaimana?” keluhnya pada Wisnu.

“Katanya mau cepat. Udah pake helmnya. Atau ini kamu pakai jaketku kalau gak mau rambut kamu berantakan” Wisnu melepas jaketnya dan menggenakannya di tubuh Amanda.

Amanda duduk dibelakang wisnu dengan cemberut. Wisnu memintanya untuk berpegangan erat. Tapi Amanda tidak melakukannya. Sepertinya dia ngambek. Wisnu sengaja menancap gas sebentar untuk mengejutkan Amanda. Amandapun terkejut dan langsung merangkul tubuh Wisnu. motor melaju dengan cepat.

Maunya tidak ke kantor. Wisnu hari ini ingin bersantai saja di rumah. Sudah lama dia tidak menceburkan dirinya ke dalam kolam renang. Namun belum juga dia puas di kolam, suara HPnyatidak berhenti-henti. Dengan malas Wisnu mengangkatnya.

Page 37: Amanda, Cerber

“Bos, Gawat” Suara Jammie terdengar dari seberang. Sepertinya dari pembicaraan mereka kondisi kantor sedang bermasalah. Wisnu kesal karena baru beberapa jam saja dia tidak di kantor, pekerjaan banyak yang tidak beres. Diapun bergegas ganti baju untuk memeriksa kantor.

“Tolong panggilkan Jammie dan yanto ke ruangku” Ucap Wisnu pada sekretarisnya sesaat sampai di depan ruangannya.

Yang dipanggilpun masuk tidak berapa lama.

“Siapa yang survey ke lapangan?” Tanya Wisnu pada kedua orang itu.

“Saya, Pak. Dan ini laporannya” Seorang yang bernama Yanto menyodorkan laporannya. Wisnu memperhatikannya dan tiba-tiba dia terlihat kesal.

“Jem, siapa yang memilih supplier ini? Bukannya kemarin sudah ditentukan dirapat?”

“Kita udah laksanakan sesuai prosedur, sepertinya pelaksana lapangan yang sedikit bandel” Jammie mencoba menduga-duga.

“Kita berangkat ke proyek. Aku mau lihat langsung kondisi di lapangan”. Ujar Wisnu dan ketiganya berlalu menuju ke tempat proyek.

Banyak yang menyimpang dari ketentuan. Wisnu marah besar. Proyek baru berjalan beberapa hari, tapi dia memerintahkan untuk segera menghentikan sementara. Sementara target selesainya proyek telah ditentukan dan tidak bisa diundur.

“Pak Win, ini bukan proyek main-main. Mengapa pak Win sampai berbuat senekat itu?” Dalam rapat Wisnu tampak emosi. dia berbicara dengan sangat keras pada pegawainya yang bertugas mengawasi proyek.”Perusahaan ini baru 5 tahun beroperasi, kita sedang menciptakan citra yang baik di public. Kalau sampai proyek kita ada yang cela, mana percaya mereka sama kita”

“Kami sudah berusaha, selama ini pekerjaan baik-baik saja. hanya untuk yang satu ini kami mohon ma’af pak. Semua sudah diatur kantor” Ucap pegawai yang disebut Pak Win.

“Maksudnya apa?” Wisnu kurang jelas.

“Bu Jenni yang telah menghandle semua, dari membatalkan kontrak supplier yang sudah ditentukan, dan sebagainya. Kami sudah mencoba protes ke kantor, tapi belum ada tanggapan sampai saat ini”

“Jenni?, mengapa dia berbuat seperti itu?” Wisnu mencoba bertanya pada Jammie tapi yang ditanya hanya mengangkat bahu pertanda tidak mengerti.”ya udah, udah” Wisnu berusaha berfikir “ Yanto, hubungi supplier yang dulu. Pak Win besok tolong dihandle pekerjaan lapangan, kalau perlu tambah tenga kerja. Kami sangat butuh keprofesionalan bapak sekalian” Wisnu sudah tampak tenang. Meskipun dia bosnya tapi bila menghadapi orang yang lebih tua seperti Pak Win, Wisnu masih menahan diri. Wisnu masih punya sopan santun. Karenaitulah dia begitu dihargai.

“Tentu, Pak. Kami senang bapak mengetahui semua ini” Ucap lelaki itu.

Rapat selesai, semua kembali ke pekerjaan masing-masing. Kecuali beberapa pegawai yang memang diminta Wisnu untuk tetap ditempat. Wisnu masih tampak kesal. Sekali lagi dia minta sekretarisnya untuk memanggil jenni, dan dia bertambah marah saat mengetahui jenni hari ini tidak masuk kerja.

“Sejak tadi dipanggil rapat, tidak datang, ini malah tidak masuk kerja. Apa-apaan ini. Kantor neneknya apa gimana?” Wisnu membanting beberapa berkas ke meja dengan keras.

“Nur, saya mau kamu pelajari dan ambil alih pekerjaan Jenni. Lakukan sekarang juga” Perintah Wisnu pada seorang pegawai perempuan.

Page 38: Amanda, Cerber

“saya Ambil alih pekerjaan Bu Jenni? Sekarang Pak?” Tanyanya tidak percaya karena karena menggantikan posisi Jenni.

“Tahun depan, ya sekarang lah!” Bentak Wisnu kesal. Perempuan yang bernama Nur itu kaget dan langsung beranjak memenuhi perintah.

“Mohon ma’af pak, tapi apa tindakan bapak mengganti bu jenni sekarang bukannya malah menambah masalah. Karena yang berkompeten dalam hal ini bu jenni” Yanto yang sedari tadi diam berbicara.

“lalu menurut kalian kita hanya diam saja menunggu dia masuk. Hey, ini proyek ada tenggang waktunya. Kita tidak sedang menghadapi klien sembarangan. Ini pengusaha dari jepang. Mikir tidak sih?” masih Wisnu dengan nada emosinya. Semuanya hanya terdiam tidak berani membantah.

“Erni, buatka surat peringatan untuk Jenni. Dia di skors” Perintah itu untuk sekretarisnya. Karena melihat sekretarisnya begitu lamban Wisnu berteriak mengulangi. “segera Erni”. Dan wanita itu pun segera beranjak.

HP Wisnu berdering. Dilihatnya dilayar ada nama Amanda. Wisnu menarik nafas dalam-dalam sebelum mengangkat HP itu. kini suaranya sudah tenang lagi. berbeda saat marah-marah pada karyawannya, kini suara Wisnu terdengar lembut menjawab telpon Amanda.

“Ada Amanda?”

“Mas Wisnu dirumah apa dikantor?”

Wisnu tidak menjawab. dia mempersilahkan beberapa pegawainya yang masih diruangnya untuk pergi. Mereka semua bernafas lega dan keluar ruangan. Mereka bersyukur Wisnu mendapat telpon dari Amanda, jadi mereka terhindar dari amuk yang lebih lama lagi.

“ Aku masih ada urusan dikantor, apa kamu sudah selesai kuliah?” Tanya Wisnu kemudian.

“Aku masih di tempat Spa bersama temanku, nanti malam kita makan malam ya? Mas Wisnu tidak nglembur lagi kan?”

Wisnu mengusap keningnya. Harusnya malam ini dia ingin mengevaluasi ulang seluruh persiapan proyek bersama stafnya yang lain.

“Mas? Mas Wisnu tidak bisa ya?” Tanya Amanda sekali lagi karena tidak ada jawaban.

“Ya udah, nanti aku akan pulang setelah magrib” Jawab Wisnu kemudian. Beberapa hari ini dia sibuk dengan pekerjaannya. Jadi apa salahnya kalau malam ini dia menyempatkan diri untuk makan bersama Amanda di rumah.

Menu makan malam sudah tertata dengan baik di meja makan. Amanda bergegas kedalam kamarnya dan berganti pakaian. Hari ini sepertinya dia ingin memberi kejutan yang special untuk Wisnu. kejutan yang memang sudah dinanti-nanti Wisnu selama ini. Amanda ingin semuanya serba sempurna.

Magrib sudah berlalu sejam yang lalu, Amanda resah menunggu Wisnu yang belum sampai juga di rumah. Jangan-jangan Wisnu lupa dan nglembur di kantor. Padahal Amanda sudah berdandan cantik. Dia ingin Wisnu terpesona padanya malam ini. Dia ingin mnebus malam-malam yang lalu yang dilewatinya dengan penuh penyesalan dan kecewa.

Bel pun berbunyi. Amanda lekas membuka pintu. Diluar Wisnu telah berdiri bak tamu yang menunggu dipersilahkan masuk. Entah mengapa tiba-tiba Amanda gugup sekali. Pintu pun dibukanya.

“Selamat malam, ada kiriman bunga untuk nyonya Wisnu Ivander” Tukas Wisnu sambil menyerahkan rankaian bunga pada Amanda. Amanda terkejut dan menerimanya dengan senyum mengembang.

Page 39: Amanda, Cerber

“Terimakasih, Mas” Ucapnya senang.

“Apa aku boleh masuk?” Ucap Wisnu, sejak tadi dia hanya di depan pintu.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan menuju meja makan. Wisnu memperhatikan Amanda. malam ini dia terlihat sangat cantik sekali. Perasaan suntuknya dikantor perlahan terusir. Dia senang mendapat kejutan ini. Hanya saja saat seperti itu Wisnu masih saja kepikiran kerjaannya.

Rencananya setelah makan, Wisnu akan balik lagi ke kantor. Di kantor ada Jammie dan kawan-kawan yang nglembur mengevaluasi kesalahan-kesalahan proyek. Wisnu sedang berusaha mencari-cari alasan. Sementara itu Amanda banyak bercerita tentang kegiatan dikampusnya, teman-temannya, dan rencananya untuk meneliti kesehatan dan gizi masyarakat. Karena memang bidang itulah yang diambil Amanda. Mengetahui Wisnu tidak menyimak pembicaraannya, Amanda kesal.

“Mas? Mas mikir apa sih, dari tadi ditanyain gak nyambung” Gerutu Amanda.

“Iya, aku denger kok”

“Emang tadi Amanda bicara apa?”

Wisnu tertegun. Sebenarnya memang dia kurang menyimak pembicaraan Amanda. melihat itu Amanda marah dan beranjak pergi sambil menggerutu “Kalau emang gak niat pulang ngapain juga tadi pulang, kan enakan diluar bisa kumpul sama teman-teman mas Wisnu. dari pada dirumah ketemu sama cewek yang selalu bikin mas Wisnu sebel”

Wisnu mengikuti Amanda dan mencoba menahannya. “Kok gitu, aku kan dari tadi dengerin kamu”

“Bohong, pikiran mas Wisnu ga lagi disini kan?” bantah Amanda.

“Ya disini lah Amanda” Wisnu menarik lengan Amanda hingga gadis itu terhempas ke pelukannya. “Ngapain juga aku mikirin yang lain, kalau didekatku ada cewek cantik” Wisnu mencoba merayu.

Amanda masih belum percaya. Baru saja Wisnu mengatakan itu HPnya berdering. Cepat-cepat dia mengambil dan hendak mengangkatnya. Amanda merebutnya. Dilayar tertulis nama Nur Aini Kantor. Amanda terbelalak.

“Jadi ini yang Mas Wisnu pikirin?” Amanda tampak kesal. Diperlihatkan nama yang ada di layar HP itu. Wisnu melongo, takut Amanda salah faham lagi.

“Itu kan pegawai kantor Amanda, dikantor sedang ada lembur. Kali saja dia mau kabarin sesuatu” Jelas Wisnu.

“Ya Mas Wisnu terima saja, Amanda pergi dulu, takut mengganggu” Amanda menyerahkan Hp itu ketangan Wisnu dengan kesal dan berlalu. sepertinya memang dia salah faham. Amanda sudah ada di depan pintu kamarnya. Wisnu mencoba mengejarnya. Telpon itu diriject.

“Lihat Amanda, aku sudah merijeknya” Wisnu memperlihatkan layar HPnya yang sudah mati di depan Amanda. Amanda masih saja terlihat kesal.

“Terserah Mas Wisnu, Aku ke kamar dulu” Amanda mendorong tubuh Wisnu yang menghalanginya. Wisnu tetap menahannya. Amanda marah dan memberontak. “Lepasin, Mas!”

“Oke, oke“ Ucap Wisnu menahan suaranya sepertinya dia mulai dibuat jengkel oleh Amanda.tiba-tiba dia melepas sepatunya dan melemparkannya saja terserak dilantai. Amanda melongo, melihat Wisnu bersikap seperti itu dia sedikit takut.

“Aku tidak akan kemana-mana Amanda, kau lihat sendiri kan?” Tukas Wisnu, kali ini sambil melepas kemejanya. ”Memangnya kamu mau aku ngapain?

Page 40: Amanda, Cerber

Kamu mau aku temenin kamu sampai pagi?” Tambah Wisnu. Amanda masih terdiam dan Wisnu membuka kaos yang masih tertanggal dibadannya. Terlihatlah dada bidang dan perut sixpek Wisnu. Perasaan Amanda menjadi tidak karuan. Bukankah memang dia ingin menghabiskan malam ini bersama Wisnu.

Wisnu menarik lengan Amanda, kembali gadis itu terhempas dalam pelukan Wisnu. tangan Wisnu melepaskan kaitan baju Amanda yang berada dipunggung. Amanda menolak dan mencoba menghentikan Wisnu, tapi dia tidak bisa banyak berbuat, Wisnu mendekapnya kuat. Wisnu berhasil melucuti gaun itu.

Posisi Amanda seperti terkunci dan tidak dapat berkutik. Wisnu tidak tahu lagi apa yang mesti dilakukan. Dia gemas sekali dengan prilaku Amanda yang terus merongrong kesabarannya. Emosi itu meletup bercampur dengan gejolak yang selama ini tertahan. Amanda tak dapat melawan tubuh kekar itu dan membiarkannya menjamah setiap lekuk tubuhnya. Saat hasrat telah bergelora Wisnu memapah tubuh itu ke dalam kamar dan melakukan apa yang semestinya dia lakukan.

***

Wisnu terjaga dari tidurnya pada tengah malam. Dilihatnya sebujur tubuh indah tergolek lemas disampingnya terbalut selimut. Jari jemarinya membelai rambut panjang itu, menyibaknya agar tidak menghalangi pandangannya pada wajah cantik Amanda. jari itu beralih menyusuri lekuk wajah Amanda, hingga terhenti pada bibir indahnya. Bibir yang sering menggoda Wisnu untuk tidak bisa menahan diri bila melihatnya.

Seperti seorang seniman yang sedang mengagumi karya seni, Wisnu mengagumi setiap inci keindahan yang ada pada diri Amanda. Jika selama ini Wisnu harus bersabar menghadapi sikap Amanda, baginya itu sebanding dengan rasa puasnya karena telah

memiliki istri yang cantik dan lembut sepertinya. Wisnu tersenyum-senyum sendiri, karena sepertinya perasaan cintanya yang sudah terbit saat pertama bertemu Amanda saat ini membuncah dan menusuk lebih dalam lagi direlung jiwanya.

Tangan Wisnu menelusup pada tubuh Amada dan menariknya kedalam dekapannya. Dia ingin mendekapnya sampai pagi, membaluri seluruh tubuh itu dengan ciuman sayangnya. Dan merasakan detak jantung Amanda begitu dekat dengan detak jantungnya. Wisnu bahkan terlupakan oleh kerjaan-kerjaan yang selama ini menjadi ambisi dalam hidupnya. Dia pun terlelap lagi dalam kelembutan tubuh itu.

Suara deringan HP membangunkan Amanda dari tidurnya. Lamat-lamat dia membuka matanya. Tak ada siapa-siapa disampingnya. HP itu masih bordering, tapi bukan nada deringan HPnya. Mungkin itu punya Wisnu. karena semalam Wisnu tidur di kamar Amanda.

Tiba-tiba Amanda berjingkat mengingat semua itu. seolah baru tersadar akan sesuatu. Dia meraba-raba tubuhnya dari balik selimut. Dan memang dia tidak menggenakan apapun. Semalam semua telah terjadi. Wisnu sangat memaksakan kehendaknya. Meski sakit pada awalnya, selanjutnya Amanda menyukainya. Amanda bahkan dibuat terlena dengan cara Wisnu menyentuhnya. Meningat itu dia hanya tersenyum senyum sendiri. Dia merasa begitu bodohnya dirinya menyia-nyiakan waktu selama ini untuk memenuhi ketakutan yang belum tentu terjadi.

Suara HP itu hilang sendiri. Amanda bergegas kekamar mandi. Kali ini Amanda sedikit lebih lama di kamar mandi. Setelah mengeringkan rambut dan berdandan, Amanda pun keluar kamar. Yang pertama dicarinya adalah sosok yang semalam menemaninya tidur. Ternyata Wisnu telah ada dimeja makan.

Page 41: Amanda, Cerber

“Selamat pagi, Cantik” Sapa Wisnu sumringah. Dia menyeret kursi untuk mempersilahkan Amanda duduk. “Sini, aku sudah buatin sarapan untuk nyonya besar dirumah ini”

Amanda memperhatikan menu sarapan yang disiapkan Wisnu. masih sama seperti yang sudah-sudah, Wisnu pasti membuat nasi goreng dan ceplok telur. Itu menu andalannya.

“Nasi goreng lagi?” Ujar Amanda dan melirik Wisnu yang telah duduk disampingnya.

“Ya memang Cuma itu yang aku bisa” Tukas Wisnu tersenyum. Amanda melahap juga nasi goring itu meski hanya sedikit. Diperhatikannya Wisnu yang begitu lahap memakan nasi goring buatannya sendiri.

“Habis nguli dimana pak?” Goda Amanda. Wisnu hanya melirik dan tersenyum sambil tetap melahap makanannya. Bel berbunyi dari pintu depan Amanda cepat bangkit dan membukakan pintu.

“Saya mau ketemu Wisnu” Tiba-tiba suara itu langsung terdengar saat Amanda membuka pintu. Ada Jenni di depan rumah. Mau apa dia pagi-pagi begini ingin bertemu dengan Wisnu. sepertinya wajah Amanda kesal.

“Pagi, ada perlu apa?” Amanda masih menyempatkan untuk menyapanya.

“Tolong panggilkan Wisnu” Jenni mulai memaksa. Amanda sangat tersinggung Jenni bersikap seperti itu. biasanya dia selalu ramah pada semua orang, tapi melihat sikap jenni Amanda sebal, terlebih jika Amanda teringat kejadian malam itu diruang rapat.

“Kamu bisa sopan sedikit gak sih? Pagi-pagi bertamu dirumah orang, pakai bentak-bentak lagi” Tukas Amanda sebal.

“Aku kan Cuma bilang, aku mau ketemu Wisnu. aku tidak perlu pelajaran sopan santun dari anak kecil seperti kamu”

Amanda emosi mendengar hal itu. dia tidak mau kalah. “Apa itu artinya kamu ngaku kalau udah tua?” Terlihat wajah jenni bersungut-sungut hendak melabrak Amanda yang membuatnya tersinggung. Namun Wisnu keburu keluar.

“Ada apa Amanda?” Wisnu memastika Amanda baik-baik saja. dari dalam tadi Wisnu mendengar rebut-ribut di luar.

“Ma’af mas Wisnu, apa seluruh pegawai Mas Wisnu sikapnya seperti ini?” Tanya Amanda masih menatap jenni yang dikuasai emosi.

“coba dari tadi kamu keluar Wisnu, aku tidak harus berdebat dengan perempuan ini”

“Dia istriku Jenni, kamu bisa tidak bersikap yang lebih baik dan berpendidikan”

“Aku hanya mau konfirmasi tentang surat peringatan itu, aku tidak terima diskors” Jenni masih bersungut-sungut. Wisnu kesal dengan sikap jenni. Selama ini dia membiarkan wanitaitu bertindak sekenanya sendiri, bukan karena apa-apa, tetapi memang Wisnu sudah mengenalnya sejak dulu. Dan seperti itulah orangnya. Tapi kali ini diatidak bisamentolerir lagi. apalagi Jenni sangat tidak menghargai Amanda.

“Kamu saya pecat” Tukas Wisnu. jenni terperangah karena Wisnu berani memecatnya. Padahal posisinya sangat berarti dan penting diperusahaan. “Saya ulangi lagi, kamu saya pecat. Dan silahkan urusi semuanya dikantor, bukan disini. Karena ini bukan kantor, jenni. Mengerti kamu?!” Nada Wisnu keras dan tegas pada jenni.

“Tapi aku pastikan kamu akan menyesal Wisnu” Ancam Jenni pada Wisnu dan berlalu pergi.

Wisnu bersiap-siap hendak ke kantor. Dia sedang menggenakan sepatunya saat Amanda menghampiri.

“Mas Wisnu sungguh-sungguh mecat Jenni?” Tanya Amanda. dia duduk disamping Wisnu.”Bukankah Jenni

Page 42: Amanda, Cerber

teman Mas Wisnu sejak dulu, dia juga punya andil besar kan diperusahaan?” Amanda mencoba meminta Wisnu mempertimbangkan sesuatu yang diputuskannya. Terlebih keputusan itu begitu saja terlontar. Memang Amanda sangat tidak menyukai Jenni, tapi Amanda tidak ingin Wisnu memecatnya hanya karena sikapnya tadi pada Amanda.

“Ya, dan aku tidak pernah menarik ucapanku kembali Amanda. Dia memang pantas dipecat” Tukas Wisnu, dia tidak memberitahukan pada Amanda apa alas an yang sebenarnya, meski dijelaskan pun Amanda belum tentu faham tentang kerjaannya.

“Kamu kekampus hari ini?” Tanya Wisnu pada Amanda. dia berdiri dan bersiap untuk berlalu.

“Aku masih ada tugas praktik lapangan, jadi nanti aku langsung ke puskesmas Sejahtera”

Wisnu mengingat-ingat, seperti dia pernah tahu puskesmas itu. “Kalau tidak salah itu searah dengan jalan ke kantor kan?” Tanya Wisnu dan Amanda hanya mengangguk. “Jam berapa kamu kesana? Apa kita sekalian saja bareng?”

“Tidak Mas, aku sama temenku. Lagi pula masih jam 10 nanti. Mas Wisnu kan banyak kerjaan dikantor”

“Ya udah, nanti pulangnya saja aku jemput. Aku berangkat dulu” Ucap Wisnu. dia sudah melangkah keluar tapi tiba-tiba dia terhenti. Amanda bertanya-tanya mengapa Wisnu berhenti. Dia kembali mendekati Amanda. “Hey, aku butuh semangat Amanda. maukah kau menciumku?”

Amanda hanya tersenyum dan menuruti permintaan Wisnu. laki-laki itu tersenyum senang mendapatkan ciuman dari Amanda. “Bisa kan kita melakukannya setiap saat Amanda” Wisnu masih merajuk, tidak jelas apa yang ingin dilakukannya setiap saat. Amanda hanya mendorong tubuhnya agar segera beranjak keluar dan berangkat ke kantor. “Udah sana berangkat!”

Sudah beberapa hari ini Amanda dan temannya mengadakan penyuluhan dipuskesmas Sejahtera lahan praktiknya. Tidak seperti hari sebelumnya yang berjalan lancer, kali ini Amanda menemui masalah. Amanda tidak memberikan makanan yang telah distok dari puskesmas untuk anak-anak balita karena beberapa alas an. Oleh sebab itu dia mendapat masalah dengan kepala puskesmas disana.

“Lakukan saja apa yang telah biasa dilakukan, jangan mencoba menjadi sok tahu disini” Tukas dokter kepala itu kesal pada Amanda.

“Ma’af, bukan maksud saya lancang. Tapi disini saya sedang mempraktikan apa yang saya dapatkan selama kuliah, dan saya yakin anda juga tahu biscuit dan susu itu sudah tidak layak lagi”

“Apa yang kamu pelajari itu Cuma materi, makanan-makanan itu juga bantuan dari pemerintah. Lagi pula masyarakat kecil seperti mereka tidak akan protes kok, toh mereka baik-baik saja selama ini”

Amanda terperangah. Bagaimana mungkin orang yang membidangi kesehatan malah membiarkan orang-orang awam tentang pengetahuan kesehatan terbiasa dengan hal-hal yang tidak sehat. Memang makanan itu baru habis masa kadaluarsanya beberapa hari lagi. tapi apakah mereka tidak memikirkan bagaimana jika mereka menyimpan dulu makanan itu dan baru mengkonsumsinya seminggu kemudian. Apa orang-orang itu tahu bahayanya untuk kesehatan anak-anak mereka yang masih rapuh?.

Lebih mudah bila praktik ditempat-tempat kebugaran atau rumahsakit yang besar sekalipun. Mereka orang-orang yang berduit dan sangat mengerti akan pentingnya kesehatan, mereka tidak tanggung-tanggung mengeluarkan banyak uang untuk bisa mendapatkan kebugaran tubuh mereka. Karena memang mereka bekerja untuk menikmati hidup.

Sementara bagaimana nasib orang-orang kecil seperti yang sedang dihadapi Amanda saat ini. Untuk mencari

Page 43: Amanda, Cerber

nafkah sehari-hari dikota yang besar ini pastilah sangat sulit. Bisa makan cukup saja mereka sudah untung. Mana peduli mereka apa makanan yang mereka makan itu baik untuk kesehatan atau tidak. Yang penting bagi mereka perut kenyang dan terisi.

“Semua sudah tersalurkan, Bu” Ucap salah seorang pegawai puskesmas pada ibu kepala puskesmas. Dia mengambil alih tugas Amanda yang menghentikkan penyaluran makanan bantuan pemerintah untuk balita di daerah sekitar.

“Baguslah, setidaknya kita tidak harus menumpuk sampah itu di sini” Ujar kepala puskesmas lirih seperti berbicara pada dirinya sendiri. Tapi Amanda sempat mendengarnya.

Mudah-mudahan anak-anak itu memiliki pertahan tubuh alamiah yang kuat. Batin Amanda. dia tidak bisa berbuat apa-apa karena puskesmas mengancamnya akan melaporkan Amanda pada pihak universitas. Amanda menjadi dilemma.

“Udahlah, Nda. Kalau kenyataannya mereka baik-baik saja kita mending tidak usah memperdebatkan ini” Teman Amanda membujuknya agar tidak lagi membuat masalah di tempat tugas praktik mereka. Karena takut dosen tidak meluluskan mereka.

Amanda melenguh. Sepertinya dia kehabisan alas an untuk mengajak temannya itu protes. Tiba-tiba seorang ibu-ibu datang dengan tergopoh-gopoh. Dia membopong anaknya yang masih balita. Sepertinya dia panic sekali.

“Tolong, Bu. Anak saya muntah-muntah terus sampai lemas”

Pegawai puskesmas memeriksanya. Amanda menghampiri mereka. Dia melihat anak kecil itu kejang dan membiru. Dari mulutnya keluar busa.

“Ya ampun, sepertinya dia keracunan” Ucap Amanda pada temannya.

Petugas berusaha menangani pasien kecil itu. tapi Amanda merasa apa yang dilakukannya sangat lamban. dia berusaha mendekati dokter yang menangani anak itu.

“Dok, lebih baik kita bawa ke rumah sakit. Anak ini keracunan. Dia bisa meninggal bila tidak segera ditangani serius”

Dokter puskesmas itu berdebat kecil dengan Amanda. dia merasa tidak suka dicampuri urusannya dengan mahasiswa muda itu. Amanda yakin anak ini telah memakan makanan bantuan tadi. Amanda tidak tega melihat tubuh anak itu yang semakin membiru. Dengan sangat terpaksa dia mengendong anak itu dan melarikannya ke rumah sakit.

Meskipun anak itu tertolong, diluar dugaan ibu anak itu marah pada Amanda. dia meributkan apa yang harus dipakai untuk membiayai anaknya yang harus dirawat inap dirumah sakit. Dia berfikir bila bisa ditangani di puskesmas kecil yang alat-alat kesehatannya tidak lengkap tadi, tidak perlu dibawa kerumah sakit. dia tidak berfikir bagaimana bila anaknya tidak bisa tertolong dan akhirnya bisa meninggal. Amanda pun bersedia membiayai pengobatan anak itu hingga sembuh.

Hari berikutnya Amanda meminta dokter dan pegawai dipuskesmas itu untuk menarik lagi makanan bantuan yang tidak layak lagi itu. sudah ada anak yang keracunan, Amanda khawatir akan ada korban-korban lainnya yang berjatuhan. Tapi pihak puskesmas menyanggupinya tidak sepenuh hati. Amanda jenkel sekali. Dia bahkan mengancam akan melaporkan tindakan mereka ke kantor polisi jika makanan itu tidak segera di ganti. Dari situlah masalah Amanda.

Sekarang dia menghadapi Dosen pembimbingnya diruang pembimbingan. Amanda diskors dan tidak diperbolehkan mengikuti tugas praktik lapangan semester ini. Amanda hanya memberikan alas an yang

Page 44: Amanda, Cerber

sebenarnya. Tapi dosen itu malah mengungkit-ungkit perihal status mahasiswa Amanda.

“Sudah untung kamu diterima di kampus ini tanpa mengikuti seleksi, sekarang kamu hendak mempermalukan kampus ini dengan tindakan konyolmu itu” Dosen perempuan yang memang belum bisa dipanggil tua itu marah-marah pada Amanda. Amanda terkejut Dosennya mengungkit hal itu.

“Mengapa ibu berbicara seperti itu, bukankah meski saya baru masuk beberapa bulan setelah semester pertama efektif, tapi saya berusaha keras untuk mengejar ketinggalan-ketinggalan itu. dan ibu bisa menilainya sendiri kan?” Ujar Amanda memprotes. Wanita itu melongo mendengar Amanda. dia tidak mengira Amanda yang terlihat lembut dan lemah itu ternyata orang yang tidak terima jika hargadirinya terusik.

“Benar, tapi ma’af Amanda. kamu tidak bisa lagi mengikuti praktik lapangan ini. Kamu bisa melakukannya semester depan. Dan dengan terpaksa kamu tidak lulus mata kuliah saya”

Amanda keluar dari ruang dosen dengan lemas. sekarang Amanda telah sampai di depan kantor Wisnu. dia tidak tahu hendak kemana. Dia butuh teman bicara. Mungkin setelah berbicara dengan Wisnu Amanda sedikit lebih baik. Hanya Wisnu yang selalu mendukungnya.

“Apa pak Wisnu ada di ruangannya?” Tanya Amanda pada sekretaris Wisnu.

“Ada bu, tapi ma’af pak Wisnu sedang ada tamu. Kalau tidak keberatan ibu bisa tunggu sebentar?” Jelas sekretaris itu. Amanda hanya mengangguk dan menunggu Wisnu di ruang sekretarisnya itu.

Tidak berapa lama Wisnu keluar bersama seorang perempuan. Amanda ingat itu adalah perempuan yang dia pernah temui bersama Wisnu di pusat

perbelanjaan dikotanya beberapa bulan yang lalu sebelum Amanda pindah kejakarta. Mereka berjabat tangan kemudian perempuan itu berlalu. melihat Amanda ada dikantor Wisnu terkejut.

“Kamu kok disini? Tidak ke kampus atau praktik di puskesmas?” Tanya Wisnu. Amanda berdiri dari duduknya dengan lemas. dia masih menjinjing Jas almamaternya. Melihat itu Wisnu pun mengajak Amanda keruangnya.

“Aku diskors, Mas” Hanyaitu kata-kata yang muncul dari mulut Amanda. padahal pertanyaan Wisnu panjang lebar. Wisnu tidak begitu menunjukan ekspresi kagetnya. Baginya itu sudah biasa dialami mahasiswa.

“Karena masalah kemarin?” Tanya Wisnu. Amanda tidak menjawab, Wisnu sudah tahu apa yang terjadi pada Amanda. dan Wisnu pula yang mendukung tindakan Amanda. “Ya jangan sedih gitu lah, kamu sudah melakukan hal yang benar kok. Diskors juga bukan masalah kan. Tahun depan juga bisa lagi”

Wisnu tahu suasana hati Amanda saat ini. Dia mengajak Amanda makan siang diluar. Sebelum itu Wisnu menghampiri sekretarisnya “Tolong beritahukan Jammie, suruh dia yang pimpin rapat hari ini. Aku ada urusan” Sekretarisnya mengangguk dan diapun berlalu.

Wisnu memegang tangan Amanda selesai makan siang. Dia mencoba agar Amanda tidak patah semangat karena penskorsan itu.

“Tahu tidak Amanda, aku baru tahu kalau perempuan manja yang ada didepanku ini ternyata perempuan yang pemberani, tidak Cuma itu aku bangga sekali padamu karena kamu punya hati malaikat. Kamu punya empati yang tinggi pada orang-orang seperti mereka” Wisnu mencoba memberi Amanda semangat dan menghiburnya.

Page 45: Amanda, Cerber

Senyum Amanda mulai terkembang. “Terima kasih, Mas. Amanda tidak mungkin bisa melakukan tanpa dukungan dari Mas Wisnu”

Mereka menghabiskan sore itu bersama. Amanda sepertinya lupa dengan masalahnya. Hingga dia mendapat masalah lainnya dari Wisnu. “Kita ke hotel yuk!” Ajak Wisnu pada Amanda.

“Emang mau ngapain?” Tanya Amanda berlagak heran Wisnu mengajaknya ke hotel.

“Kali saja mau cari suasana baru, biar gak boring getu”

“Aku udah gak boring kok” Tukas Amanda, Wisnu menatapnya seolah meminta Amanda memahami apa yang diinginkannya. Amanda berlagak bodoh.

“Tapi aku nih yang mulai boring, kayaknya butuh penyegaran gitu” Wisnu masih menyetir mobilnya.

“Ya mending kita pulang, tar dirumah saja lah” Tukas Amanda.

“Tar dirumah kita …?”

“Tar dirumah aku buatin jus buat mas Wisnu biar bisa segar lagi. kan butuh penyegaran?” Amanda menggoda. Wisnu hanya melenguh dan mempercepat laju mobilnya. Sepertinya dia ingin segera sampai ke rumah.

“Mas, rencana ke Thailandnya jadi ya?” Tanya Amanda suatu malam pada Wisnu yang sedang sibuk di ruang kerjanya.

“Iya” Jawab Wisnu pendek. Dia masih sibuk mengkaji ulang rancangan desainnya di laptopnya.

“Berapa hari?”

“paling cepat dua minggu lah, kenapa?”

Amanda cemberut, tapi Wisnu tidak memperhatikannya. Wisnu sering keluar kota dalam beberapa hari, tapi tidak sampai berminggu-minggu.

Ini kepergian Wisnu pertama kalinya keluar negri sejak mereka menikah.

“Itu juga paling cepat, kalau tidak ada kendala” Tambah Wisnu lagi. dia baru memperhatikan Amanda yang duduk disebelahnya.

“Kalau ada kendala?”

“Bisa sampai sebulan atau paling lama dua bulanan lah, tergantung kendalanya”

Amanda lemas. wajahnya tampak murung mendengar Wisnu akan pergi selama itu. apa dia bisa hidup sendiri selama itu dirumah. Meski Amanda masih disibukan dengan kuliahnya, tapi dia pasti akan sangat merana jika ditinggal Wisnu selama itu. Wisnu tersenyum memperhatikannya.

“Woi, kenapa?” Tukas Wisnu menyentak Amanda. ”aku gak terus disana Amanda, aku bisa pulang sewaktu-waktu, anggap saja kayak ngantor” Wisnu memberikan penjelasan pada Amanda. Amanda senang mendengarnya.

“Oh ya, Amanda. aku mau mengabari ini padamu, mungkin ini terlalu mengejutkanmu” Wisnu menutup laptopnya. Nada bicaranya serius pada Amanda. Amanda penasaran. “Aku baru memberitahumu sekarang, karena aku tahu kemarin-kemarin kau sedang menghadapi ujian penting”

“Ada apa sih mas?” Amanda tidak sabar. dia ingin segera mendengar apa yang akan disampaikan Wisnu. perasaan Amanda menjadi tidak enak melihat ekspresi muka Wisnu. beberapa hari terakhir Wisnu memang sedikit tampak murung.

“Papa kena struk, dia dirawat di rumah sakit”

Amanda terkejut. Sepontan dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya untuk menahan jeritnya. “Sejak kapan, Mas?”

Page 46: Amanda, Cerber

“Sakitnya sudah tiga hari ini, tadi barusan dokter di sana mengabari Papa struk. Aku harus pergi ke sana Amanda”

“Aku ikut mas, kita jemput Papa. Kalau mas Wisnu tidak keberatan aku ingin merawat Papa dirumah”

“Apa kau tidak apa-apa Amanda, merawat Papa dirumah? Apa tidak akan merepotkanmu?” Wisnu berusaha menelisik pernyataan Amanda. dia juga berkeinginan merawat Papanya dirumah.

“Amanda justru senang mas, Amanda juga kangen pengen punya Papa. Ada orang yang bisa dipanggil Papa”

Wisnu menuntun tangan Amanda agar duduk dipangkuannya. Dibelainya wajah istrinya itu dengan mesra. “kamu kangen Ayah?” Tanyanya lirih. Mata Amanda berkaca-kaca. Dia mengangguk perlahan. Dan Wisnu memeluknya. “Begini saja, anggap aku Ayah dan mintalah apa yang kamu minta”

“Ya ndak bisa lah mas, masa aku anggap Mas Wisnu Ayah” Sela Amanda.

“Kenapa?”

“Beda saja fungsinya”

Wisnu melongo. Dia menatap Amanda sambil terkekeh. “Ya udah, kita fungsiin sekarang juga ya?” Wisnu menarik-narik baju Amanda. Amanda tertawa geli.

“Disini?”

“Iyalah, sayang”

Dari balik pintu itu mereka memadu cinta kasih. Sesekali terdengar suara cekikian Amanda. malam pun berlalu tenang membiarkan suami istri itu melakukan kegiatannya.


Related Documents