BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mangrove tumbuh di sepanjang pantai yang berlumpur dan berpasir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut yang terdapat pada daerah tropis. Ekosistem mangrove mempunyai sifat yang khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas mangrove karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Dalam komunitas mangrove selain terdapat jenis-jenis vegetasi dari kerabat mangrove, juga terdapat jenis-jenis lain. Menurut catatan Wetlands International pada hutan mangrove di Indonesia terdapat 89 spesies pohon, 5 palem, 19 liana, 44 herba tanah, 44 epifit dan 1 sikas. Dari total 202 jenis species tersebut pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau Kalimantan merupakan tiga besar yang memiliki keragaman paling tinggi di Indonesia, masing masing Jawa terdapat 166 spesies, Sumatera 157 spesies dan Kalimantan 150 spesies. Jenis-jenis fauna yang ada pada ekosistem hutan bakau oleh para ahli dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni: "Jenis-jenis fauna yang hanya datang/ berkunjung untuk mencari makan atau hanya sekedar tempat persinggahan saja seperti 1
21
Embed
VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mangrove tumbuh di sepanjang pantai yang berlumpur dan
berpasir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat
dan laut yang terdapat pada daerah tropis. Ekosistem mangrove
mempunyai sifat yang khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang
tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut
air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di
tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat
khas mangrove karena telah melewati proses adaptasi dan
evolusi.
Dalam komunitas mangrove selain terdapat jenis-jenis
vegetasi dari kerabat mangrove, juga terdapat jenis-jenis
lain. Menurut catatan Wetlands International pada hutan
mangrove di Indonesia terdapat 89 spesies pohon, 5 palem, 19
liana, 44 herba tanah, 44 epifit dan 1 sikas. Dari total 202
jenis species tersebut pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau
Kalimantan merupakan tiga besar yang memiliki keragaman paling
tinggi di Indonesia, masing masing Jawa terdapat 166 spesies,
Sumatera 157 spesies dan Kalimantan 150 spesies.
Jenis-jenis fauna yang ada pada ekosistem hutan bakau
oleh para ahli dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni:
"Jenis-jenis fauna yang hanya datang/ berkunjung untuk mencari
makan atau hanya sekedar tempat persinggahan saja seperti
1
misalnya burung-burung migrant. "jenis-jenis fauna yang datang
dan menjadikan hutan bakau hanya sebagai tempat pemijahan atau
hanya untuk berkembang biak, kemudian setelah mencapai dewasa
fauna tersebut akan pergi. "Jenis-jenis hewan yang memang
menggunakan hutan bakau sebagai tempat tinggal, mencari makan,
bereproduksi serta melangsungkan proses hidupnya yang lain.
Hutan mangrove juga menjadi habitat yang sangat penting
bagi jenis-jenis krustasea seperti udang dan kepiting.
Tercatat tidak kurang dari 100 jenis kepiting hidup pada
kawasan hutan mangrove, dan banyak diantaranya yang memiliki
nilai ekonomi yang tinggi seperti jenis Scylla serrataI. Dalam
setiap meter persegi dapat ditemukan 10-70 ekor kepiting.
Sedangkan jenis udang, ada sekitar 14 jenis udang dapat
ditemukan pada kawasan hutan mangrove.
Selain ikan, jenis-jenis moluska juga banyak dijumpai
pada hutan mangrove. ada 91 jenis molusca yang dapat ditemukan
dimangrove. Ini menunjukkan bahwa molusca juga menjadikan
hutan mangrove sebagai salah satu habitat penting bagi
kelangsungan hidupnya.
1.2 Tujuan Pratikum
1. Mengetahui Indeks nilai penting penting pada suatu
ekosistem mangrove.
2. Mengetahui jenis-jenis moluska (gastropoda dan Bivalvia)
yang terdapat pada ekosistem mangrove
3. Mampu menganalisa nilai kepadatan, keanekaragaman,
keseragaman dan dominansi pada moluska mangrove
2
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem
pantai atau komunitas bahan dangkal yang sangat menarik, yang
terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Penelitian
mengenai mangrove lebih banyak dilakukan daripada ekosistem
pantai lainnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang
spesifik dibandingkan ekosistem pantai lainnya karena
mempunyai vegetasi yang agak seragam serta mempunyai tajuk
yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang
khas dan selalu hijau, (Zoer’aini.1996).
Hutan air payau dapat dijumpai kearah daratan dari hutan
mangrove dan merupakan tempat tinggal tertinggi yang dapat
dicapai air sungai diwaktu pasang naik. Juga dapat terjadi
didaerah-daerah dimana bagian pantai dipinggir laut merupakan
suatu pembatas yang terdiri dari asir yang terbawa oleh ombak
dan dibentuk oleh arus laut. Dibalik pasir pembatas tersebut,
biasanya dijumpai lahan yang datar dan rendah dimana sungai-
sungai sering meluap dan membentuk danau-danau pantai yang
berawa-rawa, (Jazanul.1984).
Ekosistem tidak dapat terlepas dari interaksi antara
komponen abiotik dan biotic. Komponen abiotik merupakan
kompenen tak hidup yang terdiri dari cahaya, suhu, dan pH.
Sedangkan komponen biotic merupakan komponen hidup. Seperti
benthos, plankton, perifiton, nekton dan neuston. Komponen
abiotik berfungsi sebagai produsen dan komponen biotic
berfungsi sebagai konsumen. Komponen biotic sangat bergantung
kepada komponen abiotik, seperti fitoplankton yang sangat
bergantuk kepada cahaya matahari dalam melakukan fotosintesis
4
sehingga dapat menghasilkan makanan. Interaksi antara kompenen
biotic dan abiotik dapat menyebabkan perpindahan energy,
(Odum.1998).
Biota yang hidup diekosistem mangrove umumnya adalah
percampuran antara yang hidup endemic, artinya yang hanya
hidup di mangrove, dengan mereka yang beradal dari laut dan
beberapa yang berasal dari perairan tawar khususnya yang
mempunyai kemampuan asmore gulasi yang tinggi. Bagi kehidupan
banyak biota akuatik komersial. Ekosistem merupakan daerha
pemijahan dan asuhan, (Kristanto.2002).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 20 Mei
2012 yang bertempat di desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar pratikum dilaksanakan pada pukul 08.00
s/d 12.00
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan
pratikum ini yaitu:
5
No Alat dan Bahan Jumlah1. Sampel Biota -2. Tali Rafia Secukupnya3. Kantung Plastik Secukupnya4. Sekop 1 buah5. Saringan 1 buah6. Alkohol 70% 1 botol7. Buku Identifikasi 1 buah8. Alat Tulis -9. Data Sheet 3 lembar10
.Name Tag Secukupnya
11
.Meteran Kain 1 buah
Tabel 3.2.1 daftar alat dan bahan
3.3 Cara kerja
a. Tentukan lokasi transek garis secara tegak lurus
terhadap garis pantai dari arah darat atau pantai kearah
laut. Letakkan 3 plot pengamatan (sub stasiun) vegetasi
mangrove disepanjang transek garis.
b. Gunakan tali rafia yang telah ditentukan ukurannya dan
meteran kain untuk mengukur diameter batang pohon dan
anakan.
c. Pengambilan contoh moluska dilakukan dengan transek
berukuran 5x5m dalam stasiun pengamatan vegetasi
mangrove.
d. Pengambilan moluska dilakukan dengan 2 cara yaitu
dengancara pemungutan untuk moluska epifauna dan dengan
6
cara mengambil substrat sampai kedalaman 15 cm untuk
moluska infauna kemudian dilakukan penyortiran biota.
e. Moluska yang sudah terkumpul disimpan dalam botol
sample/kantung plastic dan diawetkan dengan alcohol 70%
den diidentifikasi dilaboratorium
f. Diidentifikasi berdasarkan jenis. Setelah diidentifikasi
moluska tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis
dan jumlah pada setiap plot pengambilan contoh.
g. Catat jenis dan jumlah moluska pada data sheet, hitung
kepadatan moluska, keanekaragaman, keseragaman dan
dominansi.
7
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil pengamatan
Data hasil pengamatan terlampir dibelakang
4.2 Analisa Data
4.2.1 Analisa data mangrove
Adapun hasil analisa data yang diperoleh adalah sebagai
berikut:
a. Stasiun I
Plot
Kategori Nama Spesies
Jumlah Di RDi Fi RFi Ci RCi INP
1
Pohon Avecennia marina 10.01 10%
0.33
0.10%
1052.7
49.85%
59.95
Anakan
Avecennia marina 10.01 10%
0.33
0.10% 0.31 0.01%
10.11
Rhizopora mucronata 1
0.01 10%
0.33
0.10% 0.48 0.02%
10.12
Semai
Rhizopora mucronata 1
0.01 10%
0.33
0.10% 0.17
0.008%
10.108
Rhizopora apiculata 10.01 10%
0.33
0.10% 0.31
0.01%
10.11
2Pohon Sonneratia alba 1
0.01 10%
0.33
0.10%
1052.7
49.85%
59.95
Anakan
Rhizopora mucronata
1 0.01
10% 0.33
0.10%
0.17 0.008%
10.108
8
Semai - - - - - - - - -
3
Pohon - - - - - - - - -
Anakan
Rhizopora mucronata 1
0.01 10%
0.33
0.10% 2.86
0.13%
10.23
Avecennia marina 10.01 10%
0.33
0.10% 1.6
0.07%
10.17
SemaiRhizopora mucronata 1
0.01 10%
0.33
0.10% 0.07
0.003%
10.103
Tabel 4.2.1.1 data mangrove stasiun I
Kerapatan Jenis (Di)
Di = ¿A
Di Avecennia marina = 1100 = 0.01/m2
Kerapatan Jenis Relatif (RDi)
RDi = ¿Σn x 100%
RDi Avecennia marina = 110 x 100% =10%
Frekuensi Jenis (Fi)
Fi = PiΣP
Fi Avecennia marina = 13= 0.33
Frekuensi Jenis Relatif (RFi)
RFi = FiΣF x 100%
RFi Avecennia marina = 0.333.3 x 100% = 0.10%
Penutupan Jenis (Ci)
Ci = ΣBAA à BA = ΠDBH2
4
9
BA = 3,14(36.62)2
4 = 1052.7 Penutupan Jenis Relatif (RCi)
RCi = CiΣC x 100%
RFi Avecennia marina = 1052.72111.37 x 100% = 49.85%