Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mangrove tumbuh di sepanjang pantai yang berlumpur dan berpasir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut yang terdapat pada daerah tropis. Ekosistem mangrove mempunyai sifat yang khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas mangrove karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi. Dalam komunitas mangrove selain terdapat jenis-jenis vegetasi dari kerabat mangrove, juga terdapat jenis-jenis lain. Menurut catatan Wetlands International pada hutan mangrove di Indonesia terdapat 89 spesies pohon, 5 palem, 19 liana, 44 herba tanah, 44 epifit dan 1 sikas. Dari total 202 jenis species tersebut pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau Kalimantan merupakan tiga besar yang memiliki keragaman paling tinggi di Indonesia, masing masing Jawa terdapat 166 spesies, Sumatera 157 spesies dan Kalimantan 150 spesies. Jenis-jenis fauna yang ada pada ekosistem hutan bakau oleh para ahli dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni: "Jenis-jenis fauna yang hanya datang/ berkunjung untuk mencari makan atau hanya sekedar tempat persinggahan saja seperti 1
21

VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Dec 19, 2022

Download

Documents

Dendy Yogaswara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove tumbuh di sepanjang pantai yang berlumpur dan

berpasir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat

dan laut yang terdapat pada daerah tropis. Ekosistem mangrove

mempunyai sifat yang khas, baik karena adanya pelumpuran yang

mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang

tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut

air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di

tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat

khas mangrove karena telah melewati proses adaptasi dan

evolusi.

Dalam komunitas mangrove selain terdapat jenis-jenis

vegetasi dari kerabat mangrove, juga terdapat jenis-jenis

lain. Menurut catatan Wetlands International pada hutan

mangrove di Indonesia terdapat 89 spesies pohon, 5 palem, 19

liana, 44 herba tanah, 44 epifit dan 1 sikas.  Dari total 202

jenis species tersebut pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau

Kalimantan merupakan tiga besar yang memiliki keragaman paling

tinggi di Indonesia, masing masing Jawa terdapat 166 spesies,

Sumatera 157 spesies dan Kalimantan 150 spesies.

Jenis-jenis fauna yang ada pada ekosistem hutan bakau

oleh para ahli dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni:

"Jenis-jenis fauna yang hanya datang/ berkunjung untuk mencari

makan atau hanya sekedar tempat persinggahan saja seperti

1

Page 2: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

misalnya burung-burung migrant. "jenis-jenis fauna yang datang

dan menjadikan hutan bakau hanya sebagai tempat pemijahan atau

hanya untuk berkembang biak, kemudian setelah mencapai dewasa

fauna tersebut akan pergi. "Jenis-jenis hewan yang memang

menggunakan hutan bakau sebagai tempat tinggal, mencari makan,

bereproduksi serta melangsungkan proses hidupnya yang lain.

Hutan mangrove juga menjadi habitat yang sangat penting

bagi jenis-jenis krustasea seperti udang dan kepiting.

Tercatat tidak kurang dari 100 jenis kepiting hidup pada

kawasan hutan mangrove, dan banyak diantaranya yang memiliki

nilai ekonomi yang tinggi seperti jenis Scylla serrataI. Dalam

setiap meter persegi dapat ditemukan 10-70 ekor kepiting.

Sedangkan jenis udang, ada sekitar 14 jenis udang dapat

ditemukan pada kawasan hutan mangrove.

Selain ikan, jenis-jenis moluska juga banyak dijumpai

pada hutan mangrove. ada 91 jenis molusca yang dapat ditemukan

dimangrove. Ini menunjukkan bahwa molusca juga menjadikan

hutan mangrove sebagai salah satu habitat penting bagi

kelangsungan hidupnya.

1.2 Tujuan Pratikum

1. Mengetahui Indeks nilai penting penting pada suatu

ekosistem mangrove.

2. Mengetahui jenis-jenis moluska (gastropoda dan Bivalvia)

yang terdapat pada ekosistem mangrove

3. Mampu menganalisa nilai kepadatan, keanekaragaman,

keseragaman dan dominansi pada moluska mangrove

2

Page 3: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

BAB II

3

Page 4: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem mangrove atau hutan bakau termasuk ekosistem

pantai atau komunitas bahan dangkal yang sangat menarik, yang

terdapat pada perairan tropik dan subtropik. Penelitian

mengenai mangrove lebih banyak dilakukan daripada ekosistem

pantai lainnya. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang

spesifik dibandingkan ekosistem pantai lainnya karena

mempunyai vegetasi yang agak seragam serta mempunyai tajuk

yang rata, tidak mempunyai lapisan tajuk dengan bentukan yang

khas dan selalu hijau, (Zoer’aini.1996).

Hutan air payau dapat dijumpai kearah daratan dari hutan

mangrove dan merupakan tempat tinggal tertinggi yang dapat

dicapai air sungai diwaktu pasang naik. Juga dapat terjadi

didaerah-daerah dimana bagian pantai dipinggir laut merupakan

suatu pembatas yang terdiri dari asir yang terbawa oleh ombak

dan dibentuk oleh arus laut. Dibalik pasir pembatas tersebut,

biasanya dijumpai lahan yang datar dan rendah dimana sungai-

sungai sering meluap dan membentuk danau-danau pantai yang

berawa-rawa, (Jazanul.1984).

Ekosistem tidak dapat terlepas dari interaksi antara

komponen abiotik dan biotic. Komponen abiotik merupakan

kompenen tak hidup yang terdiri dari cahaya, suhu, dan pH.

Sedangkan komponen biotic merupakan komponen hidup. Seperti

benthos, plankton, perifiton, nekton dan neuston. Komponen

abiotik berfungsi sebagai produsen dan komponen biotic

berfungsi sebagai konsumen. Komponen biotic sangat bergantung

kepada komponen abiotik, seperti fitoplankton yang sangat

bergantuk kepada cahaya matahari dalam melakukan fotosintesis

4

Page 5: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

sehingga dapat menghasilkan makanan. Interaksi antara kompenen

biotic dan abiotik dapat menyebabkan perpindahan energy,

(Odum.1998).

Biota yang hidup diekosistem mangrove umumnya adalah

percampuran antara yang hidup endemic, artinya yang hanya

hidup di mangrove, dengan mereka yang beradal dari laut dan

beberapa yang berasal dari perairan tawar khususnya yang

mempunyai kemampuan asmore gulasi yang tinggi. Bagi kehidupan

banyak biota akuatik komersial. Ekosistem merupakan daerha

pemijahan dan asuhan, (Kristanto.2002).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum ini dilaksanakan pada hari minggu tanggal 20 Mei

2012 yang bertempat di desa Ladong Kecamatan Mesjid Raya

Kabupaten Aceh Besar pratikum dilaksanakan pada pukul 08.00

s/d 12.00

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan

pratikum ini yaitu:

5

Page 6: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

No Alat dan Bahan Jumlah1. Sampel Biota -2. Tali Rafia Secukupnya3. Kantung Plastik Secukupnya4. Sekop 1 buah5. Saringan 1 buah6. Alkohol 70% 1 botol7. Buku Identifikasi 1 buah8. Alat Tulis -9. Data Sheet 3 lembar10

.Name Tag Secukupnya

11

.Meteran Kain 1 buah

Tabel 3.2.1 daftar alat dan bahan

3.3 Cara kerja

a. Tentukan lokasi transek garis secara tegak lurus

terhadap garis pantai dari arah darat atau pantai kearah

laut. Letakkan 3 plot pengamatan (sub stasiun) vegetasi

mangrove disepanjang transek garis.

b. Gunakan tali rafia yang telah ditentukan ukurannya dan

meteran kain untuk mengukur diameter batang pohon dan

anakan.

c. Pengambilan contoh moluska dilakukan dengan transek

berukuran 5x5m dalam stasiun pengamatan vegetasi

mangrove.

d. Pengambilan moluska dilakukan dengan 2 cara yaitu

dengancara pemungutan untuk moluska epifauna dan dengan

6

Page 7: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

cara mengambil substrat sampai kedalaman 15 cm untuk

moluska infauna kemudian dilakukan penyortiran biota.

e. Moluska yang sudah terkumpul disimpan dalam botol

sample/kantung plastic dan diawetkan dengan alcohol 70%

den diidentifikasi dilaboratorium

f. Diidentifikasi berdasarkan jenis. Setelah diidentifikasi

moluska tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis

dan jumlah pada setiap plot pengambilan contoh.

g. Catat jenis dan jumlah moluska pada data sheet, hitung

kepadatan moluska, keanekaragaman, keseragaman dan

dominansi.

7

Page 8: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil pengamatan

Data hasil pengamatan terlampir dibelakang

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa data mangrove

Adapun hasil analisa data yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

a. Stasiun I

Plot

Kategori Nama Spesies

Jumlah Di RDi Fi RFi Ci RCi INP

1

Pohon Avecennia marina 10.01 10%

0.33

0.10%

1052.7

49.85%

 59.95

Anakan

Avecennia marina 10.01 10%

0.33

0.10% 0.31 0.01%

 10.11

Rhizopora mucronata 1

0.01 10%

0.33

0.10% 0.48 0.02% 

 10.12

Semai

Rhizopora mucronata 1

0.01 10%

0.33

0.10% 0.17

 0.008%

 10.108

Rhizopora apiculata 10.01 10%

0.33

0.10% 0.31

 0.01%

 10.11

2Pohon Sonneratia alba 1

0.01 10%

0.33

0.10%

1052.7

 49.85%

 59.95

Anakan

Rhizopora mucronata

1 0.01

10% 0.33

0.10%

0.17  0.008%

 10.108

8

Page 9: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Semai - - - - - - -  -  -

3

Pohon - - - - - - -  -  -

Anakan

Rhizopora mucronata 1

0.01 10%

0.33

0.10% 2.86

 0.13%

 10.23

Avecennia marina 10.01 10%

0.33

0.10% 1.6

 0.07%

 10.17

SemaiRhizopora mucronata 1

0.01 10%

0.33

0.10% 0.07

 0.003%

 10.103

Tabel 4.2.1.1 data mangrove stasiun I

Kerapatan Jenis (Di)

Di = ¿A

Di Avecennia marina = 1100 = 0.01/m2

Kerapatan Jenis Relatif (RDi)

RDi = ¿Σn x 100%

RDi Avecennia marina = 110 x 100% =10%

Frekuensi Jenis (Fi)

Fi = PiΣP

Fi Avecennia marina = 13= 0.33

Frekuensi Jenis Relatif (RFi)

RFi = FiΣF x 100%

RFi Avecennia marina = 0.333.3 x 100% = 0.10%

Penutupan Jenis (Ci)

Ci = ΣBAA à BA = ΠDBH2

4

9

Page 10: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

BA = 3,14(36.62)2

4 = 1052.7 Penutupan Jenis Relatif (RCi)

RCi = CiΣC x 100%

RFi Avecennia marina = 1052.72111.37 x 100% = 49.85%

Indeks Nilai Penting (INP)

INP = RDi + RFi + RCi

INP = 10% + 0.10% + 49.85%

INP = 59.95

b. Stasiun 2

Plot

Kategori Nama Spesies

Jumlah Di RDi Fi RFi Ci RCi INP

1

Pohon

Rhizopora apiculata 2

0.02

0.13%

0.66

13.30%

34.42

27.57% 41

Avecennia marina 10.01

0.06%

0.33 6.66% 2.8

6 2.29% 9.01

Anakan

Rhizopora apiculata 2

0.02

0.13%

0.66

13.30%

1.07 0.85% 14.2

8

Avecennia marina 10.01

0.06%

0.33 6.66% 0.5

9 0.47% 7.19

Semai Ceriops tagal 20.02

0.13%

0.66

13.30%

0.48 0.38% 13.7

1

2

Pohon Sonneratia alba 10.01

0.06%

0.33 6.66% 0.3

1 0.24% 6.96

Rhizopora mucronata 2

0.02

0.13%

0.66

13.30%

80.48

64.46%

77.89

Anakan Avecennia marina 1

0.01

0.06%

0.33 6.66% 3.3

6 2.69% 9.41

Semai Avecennia marina 10.01

0.06%

0.33 6.66% 0.4

8 0.38% 7.1

3 Pohon - - - - - - - - -Anaka

nRhizopora apiculata 1

0.01

0.06%

0.33 6.66% 0.4

8 0.38% 7.1

Semai Rhizopora 1 0.0 0.06 0.3 6.66% 0.3 0.24% 6.96

10

Page 11: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

apiculata 1 % 3 1Tabel 4.2.1.2 Data mangrove stasiun 2

Kerapatan Jenis (Di)

Di = ¿A

Di Rhizopora apiculata = 2100 = 0.02/m2

Kerapatan Jenis Relatif (RDi)

RDi = ¿Σn x 100%

RDi Rhizopora apiculata = 215 x 100% =0.13%

Frekuensi Jenis (Fi)

Fi = PiΣP

Fi Rhizopora apiculata = 23= 0.66

Frekuensi Jenis Relatif (RFi)

RFi = FiΣF x 100%

RFi Rhizopora apiculata = 0.664.95 x 100% = 13.3%

Penutupan Jenis (Ci)

Ci = ΣBAA à BA = ΠDBH2

4

BA = 3,14(5.41)2

4 = 22.97Ci Rhizopora apiculata = 22.97 + 11.45 = 34.42

Penutupan Jenis Relatif (RCi)

RCi = CiΣC x 100%

11

Page 12: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

RFi Rhizopora apiculata = 34.42124.84 x 100% = 27.57%

Indeks Nilai Penting (INP)

INP = RDi + RFi + RCi

INP = 0.13% + 13.3% + 27.57%

INP = 41

c. Stasiun 3

Plot

Kategori Nama Spesies

Jumlah Di RDi Fi RFi Ci RCi INP

1

PohonSonneratia alba 1 0.01 5.88% 0.33 5.86% 3.36 7.95% 19.69

Rhizopora apiculata 3 0.03 17.64% 1 17.76

%18.27

43.23% 78.63

Anakan Rhizopora mucronata 2 0.02 11.76

% 0.66 11.72% 1.18 2.79% 26.27

Semai Sonneratia alba 1 0.01 5.88% 0.33 5.86% 0.17 0.40% 12.14

2

PohonRhizopora mucronata 1 0.01 5.88% 0.33 5.86% 5.06 11.97

% 23.71

Anakan Rhizopora mucronata 3 0.03 17.64

% 1 17.76% 2.33 5.51% 40.91

SemaiRhizopora mucronata 1 0.01 5.88% 0.33 58.86

% 0.31 0.73% 65.47

Pohon - - - - - - - - -

3 Anakan

Ceriops tagal 1 0.01 5.88% 0.33 58.86% 1.26 2.98% 67.72

Sonneratia alba 2 0.02 11.76% 0.66 11.72

% 3.1 7.33% 30.81

Ceriops decandra 2 0.02 11.76% 0.66 11.72

% 7.22 11.08% 40.56

Semai - - - - - - - - -Tabel 4.2.1.3 Data mangrove stasiun 3

Kerapatan Jenis (Di)

Di = ¿A

Di Sonneratia alba = 1100 = 0.01/m2

12

Page 13: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Kerapatan Jenis Relatif (RDi)

RDi = ¿Σn x 100%

RDi Sonneratia alba = 117 x 100% =5.88%

Frekuensi Jenis (Fi)

Fi = PiΣP

Fi Sonneratia alba = 13= 0.33

Frekuensi Jenis Relatif (RFi)

RFi = FiΣF x 100%

RFi Avecennia marina = 0.335.63 x 100% = 5.86%

Penutupan Jenis (Ci)

Ci = ΣBAA à BA = ΠDBH2

4

BA = 3,14(2.07)2

4 = 3.36 Penutupan Jenis Relatif (RCi)

RCi = CiΣC x 100%

RFi Sonneratia alba = 3.3642.26 x 100% = 7.90%

Indeks Nilai Penting (INP)

INP = RDi + RFi + RCi

INP = 5.88% + 5.86% + 7.95% = 19.69

INP = 59.95

13

Page 14: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

4.2.2 Analisa Data Moluska (Gastropoda dan Bivalvia)

Stasiun Plot Nama Spesies

Jumlah D H' E D

11

Cardium pseudolima 1 1,6

1,08 0,69 0,302 Crassostrea gigas 1 1,6

3Terebralia palustris 1 1,6

2

1Terebralia palustris 7 11,6

1.3 0,30 0,262Terebralia palustris 7 11,6

3

Nerita Picea 2 3,3Planaxis savigny 1 1,6Mareginella elegans 2 3,3

3

1Terebralia palustris 4 6,6

1,06 0,29 0,422 Anodontia edutula 1 1,6

3Terebralia palustris 6 10Planaxis savigny 1 1,6

Tabel 4.2.2.1 Data Moluska

Kepadatan

D= ¿A

D = 10.6

D = 1.6 (Cardium pseudolima)

Keanekaragaman

H’ = - ∑i=1

sPilnPi

H’ = - (13ln13

+13ln1

3+13ln1

3)

H’ = - 0.3 (-1.2) + 0.3 (-1.2) + 0.3 (-1.2)

H’ = 1.08 (Stasiun I)

14

Page 15: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Keseragaman

E = H'HMax

E = 1.081.59

E = 0.69 (stasiun 1)

Dominansi

D = ∑ ¿¿

D = ¿

D = (0.33)2 + (0.33)2 + (0.33)2

D = (0.30) Stasiun 1

4.3 Pembahasan

Praktikum kali ini kami mengamati ekosistem mangrove di

desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Pada

daerah ini substrat yang ditemukan adalah berpasir dan

berlumpur, dan pada saat pratikum berlangsung keadaan hutan

mangrove dalam keadaan pasang, sehingga tidak memudahkan

praktikan untuk melakukan praktikum dengan baik.

Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara

lain sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang

hidup pada ekosistem mangrove, fungsi yang lain sebagai daerah

mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan

produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar

detritus dari daun dan dahan pohon mangrove di mana dari sana

tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makanan

pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga

adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-

ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus

15

Page 16: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

mencari lingkungan yang optimal untuk memijah dan membesarkan

anaknya.

Secara fisik mangrove berfungsi sebagai peredam angin

badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur,

dan perangkap sedimen. Dan secara ekonomi mangrove juga mampu

memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik itu

penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari

tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar,

bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis

yang cukup tinggi. Dan juga saat ini ekosistem mangrove sedang

dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi atau tempat

pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara.

4.3.1 Stasiun 1

Pada stasiun pertama vegetasi mangrove yang ditemukan

yaitu spesies Rhizopora mucronata, Avecennia marina, dan Sonneratia alba.

Dengan INP tertinggi terdapat pada spesies Avecennia marina dan

Sonneratia alba, yaitu 55.95 hal ini menunjukkan bahwa kedua

spesies tersebut memengang peranan penting didalam ekosistem

mangrove pada stasiun 1. Avecennia marina sendiri memiliki

Deskripsi umum seperti belukar atau pohon yang tumbuh tegak

atau menyebar, ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki

sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil

(atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah

lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan

terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai

daun berwarna kuning, tidak berbulu.

16

Page 17: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Sepsies moluska yang kami dapatkan pada stasiun pertama

yaitu Cardium pseudolima, Crassostrea gigas, dan Terebralia palustris. Ketiga

spesies tersebut memiliki nilai kepadata 1.6. nilai

keanekaragaman untuk stasiun 1 berkisar antara 1.08 hal

tersebut menandakan keanekaragaman spesies pada stasiun 1

rendah, untuk nilai keseragaman spesies pada stasiun 1 adalah

0.69 hal ini menandakan bahwa penyebaran individu setiap

spesies tidak sama. Untuk nilai dominansi adalah 0.30 hal ini

menunjukkan bahwa hampir tidak ada individu yang mendominansi.

4.3.2 Stasiun 2

Pada stasiun kedua spesies mangrove yang ditemukan adalah

Rhizopora apiculata, Avecennia marina, Ceriops tagal, Sonneratia alba, dan

Rhizopora mucronata. Nilai INP tertinggi terdapat pada mangrove

jenis Rhizopora mucronata dengan INP 77.89. pada ekosistem

mangrove distasiun 2 yang memengang peranan penting adalah

spesies tersebut.

Untuk biota moluska yang kami dapatkan pada stasiun

tesebut adalah Terebralia palustris 7 individu terdapat pada plot

pertama dengan nilai kepadatan 11,6 dan 7 individu terdapat

pada plot kedua. Sedangkan untuk plot ketiga kami mendapatkan

Nerita picea 2 individu dengan nilai kepadatan 3.3, Planaxis savigny 1

individu dengan nilai kepadatan1,6, dan Marginella elegans 2

individu dengan nilai kepadatan 3.3. pada stasiun kedua nilai

keanekaragaman spesies rendah dengan nilai 1.3 sedangkan untuk

nilai keseragaman adalah 0.30 yang menunjukkan keseragaman

spesies pada stasiun kedua juga sama rendahnya dengan

keseragaman spesies pada stasiun pertama. Nilai dominansi

17

Page 18: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

untuk stasiun kedua adalah 0.26 hal ini juga menunjukkan

dominansi spesies juga rendah atau hampir tidak ada spesies

yang medominansi.

4.3.3 Stasiun 3

Pada stasiun ketiga spesies mangrove yang kami dapatkan

adalah Sonneratia alba, Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Ceriops tagal,

dan Ceriops decandra. Dengan nilai INP tertinggi terdapat pada

spesies mangrove Rhizopora apiculata dengan nilai 78.63. spesies

Rhizopora apiculata berperan sangat penting pada stasiun ketiga.

Rhizopora apiculata memiliki deskripsi umum Pohon/belukar, menyebar

rimbun/melebar di permukaan tanah, dengan ketinggian hingga 3

m. Kulit kayu berwarna abu-abu hingga coklat. Akar nafas tidak

terlalu berkembang. Daunnya Tebal (hingga 3 mm) berdaging,

kaku, berkulit dan agak melengkungltertekuk ke dalam.

Biota moluska yang kami dapatkan pada stasiun ketiga

adalah Terebralia palustris 4 individu pada plot pertama dengan

nilai kepadatan 6.6. Anodontia edutula 1 individu pada plot kedua

dengan nilai kepadatan 1.6. Terebralia palustris 6 individu dengan

nilai kepadatan 10 dan Planaxis savigny 1 individu dengan nilai

kepadatan 1.6 pada plot ketiga.

Nilai keanekaragaman pada stasiun ketiga adalah 1.06.

nilai keanekaragaman yang kurang dari 3.32 menandakan bahwa

pada stasiun tersebut keanekaragaman spesies rendah atau tidak

stabil. Nilai keseragaman yang didapatkan pada stasiun ketiga

adalah 0.29, hal ini menunjukkan bahwa penyebaran individu

tiap spesies tidak sama dan dalam ekosistem pada stasiun

ketiga ada kecenderungan terjadinya dominansi spesies yang

18

Page 19: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

disebabkan oleh adanya ketidakstabilan faktor-faktor

lingkungan dan populasi. Pada stasiun ketiga nilai dominansi

lebih tinggi dibandingkan stasiun pertama dan kedua dengan

nilai dominansi 0.42. nilai dominansi yang lebih dari 0.4

menunjukkan bahwa nilai dominansi pada stasiun ketiga sedang.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah lakukan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Beberapa spesies yang telah di dapatkan adalah Rhizophora

apiculata, Rhizopora mucronata, Sonneratia alba, ceriops decandra dan

Sonneratia alba.

2. Ekosistem mangrove memiliki peranan penting dalam sebuah

komunitas. Mangrove itu sendiri memiliki fungsi biologis,

fisik dan ekonomis.

3. Nilai INP yang teringgi terdapat pada spesies Avecennia

marina dan Sonneratia alba yang terdapat pada stasiun pertama

4. Nilai dominansi spesies moluska tertinggi terdapat pada

stasiun ketiga dengan nilai dominansi 0.42.

19

Page 20: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

5. Nilai keanekaragaman dan keseragaman rendah pada setiap

stasiun

5.2 Saran

Pratikum lapangan untuk kedepan agar dapat dicari tempat

yang berbeda dengan pratikum yang sebelumnya untuk menambah

pengalaman dan pengetahuan dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Jazanul. Dkk. 1984. Ekologi ekosistem Sumatra. Gadjah Mada

University press. Yogyakarta

20

Page 21: VEGETASI MANGROVE DAN MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA)

Carpenter. Kent E and Volker H. Niem. 1998. The living marine

resources of the western central pacific. FAO. Rome

Dance. Peter S. 1977. The Encyclopedia of shell. Blandford press.

London and Eastleigh

Kristanto. Philip. 2002. Ekologi industry. Penerbit andi

Yogyakarta. Yogyakarta

Odum. EP. 1988. Dasar-dasar ekologi. 4rded. Gadjah Mada University

pers. Yogyakarta.

Wim. Geisen et al. 2006. Mangrove guidebook for Southeast Asia. FAO.

Rome

Zoer’aini. Djamal. 1996. Prinsip-prinsip ekologi dan organism ekosistem

komunitas dan lingkungan. Bumi aksara. Jakarta

21