Tingkat Kesehatan Bank Dilihat dari sisi Capital (Permodalan) Disusun Oleh : Kelompok 01 Alfian Zulfa Azizi F3610006 Eva Betawati F3610046 Ryan Prabowo Deky Prasetyawan Mutiara Reza
Oct 30, 2014
Tingkat Kesehatan Bank
Dilihat dari sisi Capital (Permodalan)
Disusun Oleh :
Kelompok 01
Alfian Zulfa Azizi F3610006
Eva Betawati F3610046
Ryan Prabowo
Deky Prasetyawan
Mutiara Reza
Diploma III Keuangan dan Perbankan
Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualiakum Wr,Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kasih
dan rahmatNya, sehingga makalah sebagai tugas mata kuliah praktek indicator
tingkat kesehatan bank dapat kami selesaikan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada
para pembaca sehingga dapat memperoleh tambahan pengetahuan terkait dengan
tingkat kesehatan Bank dari sisi capital.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami banyak memperoleh banyak
sekali petunjuk, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karenanya
dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Yogi Pasca Pratama SE, MSE selaku pembimbing mata kuliah
praktek indicator kesehatan bank.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dan memberikan dorongan serta bantuan atas selesainya laporan
ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan ,sehingga kritik
dan dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, atas kritik dan
saran yang telah diberikan kami sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr,Wb
Surakarta, 2 Januari 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
A. INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA ............................................................ 4
BAB II DASAR HUKUM DAN PERATURAN.............................................................. 5
BAB III STUDI KASUS................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 27
A. KESIMPULAN............................................................................................................ 27
B. DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1. INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian.
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan
BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR
tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang
terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum
dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.
Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP berlaku sejak 31 mei 2004
yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4382) Bank wajib
melakukan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan. Sehubungan dengan hal
tersebut faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor CAMEL yang terdiri dari Capital, Asset Quality, management, Earnings, dan Liquidity
2. PENTINGNYA STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian.
Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana
dari pihak yang mengalami surplus kepada yang mengalami defisit. Apabila sistem keuangan
tidak stabil dan tidak berfungsi secara efisien, pengalokasian dana tidak akan berjalan dengan
baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Pengalaman menunjukkan, sistem
keuangan yang tidak stabil, terlebih lagi jika mengakibatkan terjadinya krisis, memerlukan
biaya yang sangat tinggi untuk upaya penyelamatannya.
Pelajaran berharga pernah dialami Indonesia ketika terjadi krisis keuangan tahun
1998, dimana pada waktu itu biaya krisis sangat signifikan. Selain itu, diperlukan waktu yang
lama untuk membangkitkan kembali kepercayaan publik terhadap sistem keuangan. Krisis
tahun 1998 ini membuktikan bahwa stabilitas sistem keuangan merupakan aspek yang sangat
penting dalam membentuk dan menjaga perekonomian yang berkelanjutan. Sistem keuangan
yang tidak stabil cenderung rentan terhadap berbagai gejolak sehingga mengganggu
perputaran roda perekonomian. Maka dari itu penilaian tingkat kesehatan bank perlu untuk
diterapkan
2.1. Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP berlaku sejak 31
Mei 2004 yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal
12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4382) Bank wajib melakukan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara
triwulanan. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank antara lain :
Pasal 29 UU Nomor 10 Tahun 1998
a) Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
b) Bank Indonesia menetapkan ketetuan tentang kesehatan bank dengan
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas
manajemen,rentabilitas,likuiditas,solvabilitas dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha
sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Pasal 30 UU Nomor 10 Tahun 1998
a) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,segala
keterangan,dan penjelasan mengenai usahannya menurut tatacara yang
ditetepkan oleh Bank Indonesia
b) Bank atas permintaan Bank Indonesia,wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya,serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan,dokumen dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
c) Keterangan tetang bank yang diperoleh berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak diumumkan dan
bersifat rahasia.
Pasal 31 UU Nomor 10 Tahun 1998
a) BI melakukan pemeriksaan terhadap bank,baik secara berkala maupun
setiap waktu apabila diperlukan
Pasal 8 undang-undang No.3 tahun 2004, tentang Bank Indonesia
a) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
b) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
c) Mengatur dan mengawasi bank
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatf factor permodalan antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yaitu modal dibagi
dengan aktiva tertimbang menurut resiko dikali 100%
Komposisi permodalan
Trend ke depan
a) Angka pertumbuhan permodalan dan ATMR serta rasio KPMM diperoleh dari
hasil stress test rencana bisnis bank
b) Trenk KPMM dinilai selama 2-3 tahun ke depan
c) Modal adalah modal sesuain dengan ketentuan KPMM yang berlaku
d) Presentase pertumbuhan modal
e) Presentase pertumbuhan ATMR
f) Analisis dilakukan terhadap fgure/grafik dari pertumbuhan modal,
pertumbuhan ATMR
Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank
Formula
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang bersal dari
keuntungan
Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
Aksese kepada sumber permodalan
Kinerja keuangan keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank
antara lain
a) Kondisi keuangan pemegang saham
Analisis dilakukan dengan solvabilitas, likuiditas, profitabilitas, dan cash flow
pemegang saham
b) Peringakat perusahaan pemegang saham
Melalui lambaga pemeringkat seperti Pefindo, Standart ,Poor’s, moody’s dan
fitch
c) Core business pemegang saham
Analisis dilakukan terhadap jenis/sector/industry dan posisi perusahan
pemegang saham di industry sejenis
d) Track record pemegang saham
Track record PS dalam memenuhi komitmen kepada Bank Indonesia dalam
penambhaan modal.
BAB II
STUDY KASUS PADA BANK MANDIRI
A. Latar belakang Bank Mandiri
Transformasi Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan
Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara,
Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi
Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak
terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini,
Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi
dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
Konsolidasi dan integrasi
Segera setelah merger, Bank Mandiri melaksanakan proses konsolidasi secara
menyeluruh. Pada saat itu, kami menutup 194 kantor cabang yang saling berdekatan
dan rasionalisasi jumlah karyawan dari jumlah gabungan 26.600 menjadi 17.620.
Brand Bank Mandiri diimplementasikan ke semua jaringan dan seluruh kegiatan
periklanan dan promosi lainnya. Salah satu prestasi Bank Mandiri yang paling
signifikan adalah dengan mengganti platform teknologinya secara menyeluruh. Bank
Mandiri mewarisi total 9 core banking system yang berbeda dari 4 bank
pendahulunya. Bank Mandiri segera berinvestasi untuk mengkonsolidasikan sistem-
sistem dari platform yang terkuat. Dibutuhkan tiga tahun dan dana sebesar US$ 200
Juta demi mengembangkan program untuk menggantikan core banking platform
sebelumnya agar sesuai dengan standar perbankan ritel. Kini infrastruktur IT Bank
Mandiri telah menyediakan system pengolahan data straigth-through dan interface
yang seragam bagi pelanggannya. Sesuai dengan visi kami, Bank Mandiri memasuki
segmen bisnis yang menguntungkan dan memiliki prospek tumbuh, sekaligus
berperan sebagai institusi perbankan yang komprehensif. Untuk itu, Bank Mandiri
berfokus pada segmen korporasi, komersial, mikro & ritel, serta pembiayaan
konsumen dengan strategi yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan
seluruh segmen pasar yang ada. Kehadiran Bank Mandiri sebagai Bank Domestik
Multispesialis di Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam langkah-langkah khusus
dengan menumbuhkan pangsa pasar dominan di segmen yang kami fokuskan. Selain
itu, Bank Mandiri juga memiliki visi untuk menjadi bank terdepan di Indonesia.
Sebagai bank publik, visi Bank Mandiri untuk menjadi bank blue chip publik di Asia
Tenggara ini akan diukur berdasarkan kapitalisasi pasar.
Program Transformasi Tahap I (2005 - 2009)
Ambisi Bank Mandiri yang ditetapkan untuk 4 tahun ke depannya hanya dapat dicapai
dengan mengubah organisasi kami untuk dapat beradaptasi dengan dinamika dan
pergerakan pasar. Di tahun 2005, kami berkomitmen untuk menjalankan program
transformasi selama 5 tahun untuk membentuk Bank Mandiri menjadi Bank
Multispesialis yang Dominan. Kami menetapkanempat tema transformasi sebagai
syarat utama: budaya, penjualan, aliansi dan kontrol NPL. Bank Mandiri melakukan
Program Transformasi dalam tiga tahap, yaitu:
Tahap 1 (2006-2007)
Back on Track : Dalam tahapan ini, fokus utama kami adalah merekonstruksi ulang
fondasi Bank Mandiri untuk pertumbuhan di masa depan
Tahap 2 (2008-2009)
Outperform the Market : Dalam periode ini, Bank Mandiri lebih menekankan
ekspansi bisnis untuk menjamin pertumbuhan yang signifikan di berbagai segmen dan
mencapai level profit yang mampu melampaui target rata-rata pasar
Tahap 3 (2010)
Shaping the End Game : Di tahap ini, Bank Mandiri menargetkan diri untuk menjadi
bank regional terdepan melalui konsolidasi dari bisnis jasa keuangan dan lebih
mengutamakan peluang strategi pertumbuhan non-organik, termasuk memperkuat
kinerja anak perusahaan dan akuisisi bank atau perusahaan keuangan lainnya yang
dapat memberikan nilai tambah bagi Bank Mandiri
Proses transformasi yang telah dijalankan sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 ini
secara konsisten berhasil meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Hal ini tercermin dari
peningkatan berbagai parameter finansial, diantaranya:
Kredit bermasalah turun signifikan, tercermin dari rasio NPL net konsolidasi
yang turun dari 15,34% di tahun 2005 menjadi 0,62% di tahun 2010.
Laba bersih Bank Mandiri juga tumbuh sangat signifikan dari Rp 0,6 Triliun
di tahun 2005 menjadi Rp 9,2 Triliun di tahun 2010.
Sejalan dengan transformasi bisnis, Bank Mandiri juga melakukan transformasi
budaya dengan merumuskan kembali nilai nilai budaya untuk menjadi pedoman kerja
pegawai. Bank Mandiri juga berhasil mencatat sejarah dalam peningkatan kualitas
layanan, yaitu menjadi service leader perbankan nasional dengan menempati urutan
pertama pelayanan prima selama empat tahun berturut-turut (tahun 2007, 2008, 2009
dan 2010) berdasarkan survey Marketing Research Indonesia (MRI). Selain itu, Bank
Mandiri juga mendapat apresiasi dari berbagai pihak dalam penerapan Good
Corporate Governance.
Peningkatan kinerja Bank Mandiri mendapatkan respon positif oleh investor,
tercermin dari meningkatnya harga saham Bank Mandiri secara signifikan dari posisi
terendah Rp 1.110 per lembar saham pada 16 November 2005, menjadi Rp 6.300,- per
lembar saham pada 30 September 2011, atau meningkat 33,6% per tahunnya
berdasarkan rata-rata (CAGR). Dalam kurun waktu kurang lebih 6 tahun, nilai
kapitalisasi pasar Bank Mandiri meningkat sekitar 7 kali lipat, dari Rp 21,8 Triliun
menjadi Rp 146,9 Triliun.
Program Transformasi Tahap II (2010 - 2014)
Saat ini Bank Mandiri tengah melaksanakan tahap transformasi lanjutan tahun 2010-
2014, dimana kami telah melakukan revitalisasi visi, yaitu "Menjadi Lembaga
Keuangan Indonesia yang Paling Dikagumi dan Selalu Progresif". Sejalan dengan visi
tersebut, Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar
terbesar di Indonesia, yaitu di atas Rp 225 Triliun dengan pangsa pasar pendapatan
mendekati 16%, ROA mencapai kisaran 2,5% dan ROE mendekati 25%, namun tetap
menjaga kualitas asset yang direfleksikan dari rasio NPL gross di bawah 4%. Bank
Mandiri juga berambisi untuk masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN pada tahun
2014. Selanjutnya di tahun 2020, Bank Mandiri menargetkan untuk masuk dalam
jajaran Top 3 Bank di ASEAN dalam hal nilai kapitalisasi pasar dan menjadi pemain
utama di regional. Untuk mewujudkan visi tersebut, transformasi bisnis di Bank
Mandiri tahun 2010 - 2014 akan difokuskan pada 3 (tiga) area bisnis yaitu:
Wholesale transaction
Bank Mandiri akan memperkuat leadership-nya dengan menawarkan solusi transaksi
keuangan yang komprehensif dan membangun hubungan yang holistik melayani
institusi corporate & commercial di Indonesia.
Retail deposit & payment
Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk menjadi bank pilihan nasabah di bidang retail
deposit dengan menyediakan pengalaman perbankan yang unik dan unggul bagi para
nasabahnya.
Retail Financing
Bank Mandiri memiliki aspirasi untuk meraih posisi nomor 1 atau 2 dalam segmen
pembiayaan ritel, terutama untuk memenangkan persaingan di bisnis kredit
perumahan, personal loan, dankartu kredit serta menjadi salah satu pemain utama di
micro banking.
Ketiga area fokus tersebut didukung dengan penguatan organisasi dan peningkatan
infrastruktur (cabang, IT, operation dan risk management) untuk memberikan solusi
layanan terpadu. Disamping itu, Bank Mandiri didukung oleh Sumber Daya Manusia
yang handal, teknologi yang selalu update, penerapan manajemen risiko dalam
menjalankan bisnis secara seksama dan penuh pertimbangan, serta penerapan Good
Corporate Governance yang telah teruji.
Pencapaian Bank Mandiri
Hingga Desember 2011, total aset Bank Mandiri telah mencapai Rp 551,9 Triliun,
dimana jumlah ini berlipat ganda dari total aset di tahun 2006 (sebesar Rp 267
Triliun), atau tumbuh 15,6% (CAGR). Ini mengukuhkan posisi Bank Mandiri sebagai
bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga tumbuh menjadi Rp 314,4
Triliun, meningkat 22% (CAGR) dari kredit tahun 2006 yang sebesar Rp 118 Triliun.
Sedangkan net profit kami tumbuh menjadi Rp 12,2 Triliun, meningkat 28,3%
(CAGR) dari tahun 2006 yang sebesar Rp 2,4 Triliun. Selain menjadi bank pemberi
pinjaman terbesar di Indonesia (secara konsolidasi), Bank Mandiri juga merupakan
bank penyimpanan terbesar di Indonesia dengan dana pihak ke tiga sebesar Rp 422,3
Triliun. Bank Mandiri juga telah berhasil mempertahankan kualitas aset yang kuat,
dibuktikan dengan nilai Gross dan Net NPL Ratio yang masing-masing sebesar 2,21%
dan 0,52%. Salah satu momen penting dalam proses transformasi tahap 2 ini adalah
suksesnya rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank.
Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp 62,7 Triliun, meningkat dari
48,9% tahun ke tahun dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank
Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan
Indonesia (API).
Kinerja Bank Mandiri juga didukung oleh perusahaan-perusahaan anak yang
memberikan kontribusi pendapatan signifikan, yaitu sekitar 12% dari laba bersih
konsolidasi Bank Mandiri. Kini Bank Mandiri memiliki jaringan ATM terbesar, yaitu
sejumlah 10.000 unit yang telah terpasang dan tersebar di seluruh Indonesia. Ini
menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbaik dalam pelayanan selama 4 tahun
berturut-turut dan menjadi perusahaan yang paling terpercaya di Indonesia untuk
Good Corporate Govenance selama 5 tahun berturut-turut. Setelah memenuhi
berbagai persyaratan dari Bank Indonesia, Bank Mandiri kini berhak untuk
menyandang titel sebagai Bank Internasional yang telah beroperasi di sektor
perbankan regional dan siap menjadi bank panutan di Indonesia. Hal ini turut
didukung dengan visi kami untuk menjadi Lembaga Keuangan yang Paling Dikagumi
dan Paling Progresif di Indonesia.
Meningkatkan Sinergi & Nilai dari Perusahaan Anak
Untuk mendukung berbagai segmen usaha kami serta membangun budaya kerja
berbasis kinerja yang kuat di seluruh organisasi, Bank Mandiri menerapkan sistem
organisasi berbasis Strategic Business Unit (SBU) yang terdiri dari berbagai unit
bisnis yang strategis. Unit bisnis strategis ini akan bergerak sebagai generator
penghasil profit pertumbuhan Bank Mandiri di masa depan, sebagai inti dari
perusahaan dan juga sebagai layanan fungsi bersama. Bank Mandiri juga didukung
oleh beberapa perusahaan anak untuk meningkatkan performa unit-unit bisnis
strategisnya, diantaranya Corporate Banking, Commercial Business Banking, Micro
& Retail Banking, Treasury & International Banking serta Consumer Finance. Bank
Mandiri senantiasa mencari peluang bisnis yang saling menguntungkan guna
menciptakan sinergi, membangun aliansi sekaligus memperkuat bisnis pendukungnya
melalui perusahaan anak Bank Mandiri, diantaranya Mandiri Sekuritas yang bergerak
di bidang investment banking, Mandiri AXA Financial Service yang bergerak di
bidang asuransi, Bank Syariah Mandiri yang bergerak di bidang perbankan syariah,
Bank Sinar Harapan Bali yang bergerak di bidang perbankan mikro dan Mandiri
Tunas Finance yang bergerak di bidang multi-finance. Di tahun 2011, Bank Mandiri
berhasil mengakuisisi Mandiri AXA General Insurance (MAGI), yaitu perusahaan
hasil kerjasama antara Bank Mandiri dan AXA Societe Anonyme, untuk memperkuat
penetrasi Bank Mandiri di bisnis asuransi umum. Dengan memiliki berbagai
perusahaan anak yang mendukung bisnis kami, Bank Mandiri kini memegang peranan
sebagai institusi finansial holding terkuat di Indonesia.
B. Visi & Misi
Visi:
Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif
Misi:
Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
Mengembangkan sumber daya manusia professional
Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
Melaksanakan manajemen terbuka
Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan
Kami berkomitmen membangun hubungan jangka panjang yang didasari atas
kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun perseorangan. Kami melayani
seluruh nasabah dengan standar layanan internasional melalui penyediaan solusi
keuangan yang inovatif. Kami ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia
dan kerjasama tim yang terbaik.
Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi pelanggan, kami
mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang Indonesia
dan selalu menghasilkan imbal balik yang tinggi secara konsisten bagi pemegang
saham.
C. Budaya TIPCE
Trust
Membangun keyakinan dan sangka baik diantara stakeholders dalam
hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan.
Iintegrity
Setiap saat berpikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga martabat serta
menjunjung tinggi kode etik profesi.
Professionalism
Berkomitmen untuk be ke rja tuntas d an akurat atas dasar kompetensi terbaik
dengan penuh tanggung jawab.
Customer Focus
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling
menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan.
Excellence
Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang untuk
mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus-
menerus.
D. Alamat Kantor Pusat Bank Mandiri
Kantor Pusat Bank Mandiri
PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk.
Jl, Jenderal Gatot Subroto Kav. 36-38 Jakarta 12190 Indonesia
Telp: 14000, +62-21-52997777
Fax: +62-21-52997735
SWIFT Code : BMRIIDJA
Otoritas Pengawas Bank
Bank Indonesia : Jl. MH Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Indonesia
Telp (62-21) 381-7187 Faks (62-21) 350-1867
email : [email protected]
E. Direksi
Posisi Nama
Direktur Utama Zulkifli Zaini
Wakil Direktur Utama Riswinandi
Direktur Institutional Banking Abdul Rachman
Direktur Risk Management Sentot A. Sentausa
Direktur Micro & Retail Banking Budi G. Sadikin
Direktur Compliance & Human Capital Ogi Prastomiyono
Direktur Finance & Strategy Pahala N. Mansury
Direktur Corporate Banking Fransisca N. Mok
Direktur Commercial & Business Sunarso
Banking
Direktur Technology & Operations Kresno Sediarsi
Direktur Treasury, Financial Institution
& Special Asset ManagementRoyke Tumilaar
F. Dewan Komisaris
Posisi Nama
Komisaris Utama merangkap
Komisaris Independen Edwin Gerungan
Wakil Komisaris Utama Muchayat
Komisaris Independen Gunarni Soeworo
Komisaris Independen Pradjoto
Komisaris Cahyana Ahmadjayadi
Komisaris Independen Krisna Wijaya
Komisaris Wahyu Hidayat
G. Pengelolaan Risiko Melalui Modal
Kebijakan permodalan Bank Mandiri adalah secara prudent melakukan
diversifikasi sumber permodalan untuk mengantisipasi rencana strategis jangka
panjang dan mengalokasikan modal secara efisien pada segmen bisnis yang
memiliki potensi untuk memberikan profil risk-return yang optimal, termasuk
penempatan pada perusahaan anak dalam rangka memenuhi ekspektasi
stakeholder termasuk investor dan regulator.
Bank Mandiri memastikan memiliki kecukupan modal untuk dapat memenuhi
risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, baik dalam kondisi normal
maupun kondisi stress yang sekaligus menjadi dasar bagi Bank dalam
mengimplementasikan VBM (Value Based Management) melalui pengukuran
RORAC (Return On Risk Adjusted Capital). Dengan VBM, Bank dapat
mengidentifikasi unit bisnis, segmen, produk, wilayah yang memberikan nilai
tambah bagi Bank. Dengan demikian Bank dapat fokus mengembangkan bisnis
yang paling memberikan nilai tambah bagi Bank. Bank mengacu kepada
regulasi Bank Indonesia dalam melakukan perhitungan kecukupan modal untuk
risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Untuk risiko kredit, Bank
menggunakan pendekatan Standar Basel II (Standardized Approach). Untuk
risiko pasar, Bank menggunakan Model Standar, sedangkan secara internal
Bank telah menggunakan Value at Risk sebagai Model Internal. Untuk risiko
operasional, Bank mengacu kepada Pendekatan Indikator Dasar Basel II (Basic
Indicator Approach) dan sudah mensimulasikan Pendekatan Standar
(Standardized Approach). Dalam penerapan SE BI No.13/6/DPNP tanggal 18
Februari 2011 perihal perhitungan ATMR risiko kredit menggunakan
pendekatan standar, hasil perhitungan ATMR Bank menunjukkan ATMR
risiko kredit untuk posisi 30 Juni 2011 sebesar Rp315,66 Triliun dengan
komponen ATMR counterparty credit risk sebesar Rp156,01 Miliar. Posisi
ATMR risiko pasar dengan pendekatan standar dan ATMR risiko operasional
dengan pendekatan standar menunjukan angka Rp1,43 Triliun dan Rp48,38
Triliun.
Saat ini Bank sedang melakukan pengembangan perhitungan kebutuhan
permodalan untuk risiko kredit dengan pendekatan advance baik regulatory
(IRBA) maupun pendekatan ekonomis. Pendekatan ekonomis (economic
capital) dikembangkan untuk risiko kredit dan risiko operasional. Rasio
Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio [CAR]) adalah rasio modal
terhadap aset tertimbang menurut risiko (Risk-Weighted Assets [RWA]).
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, jumlah modal untuk risiko kredit terdiri
dari Modal Inti (“Tier I”) dan Modal Pelengkap (“Tier II”) dikurangi
penyertaan pada Anak Perusahaan. Dalam rangka perhitungan Risiko Pasar,
Bank dapat memasukkan komponen Modal Pelengkap Tambahan (“Tier III”)
yaitu Pinjaman Subordinasi berjangka pendek yang memenuhi kriteria tertentu
sebagai komponen Modal. Rasio Kecukupan Modal (Bank Mandiri saja) pada
tanggal 30 Juni 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Modal 2012 2011
Modal inti 51.042.746 43.566.601
Modal pelengkap 7.970.528 8.491.741
Jml modal untuk resiko
kredit,resiko operasional dan
resiko pasar
59.013.274 52.058.342
ATMR kredit 315.660.337 269.496.584
ATMR Operasional 48.384.624 40.781.287
ATMR pasar 1.434.351 938.522
Jumlah ATMR 365.479.312 938.522
RASIO KECUKUPAN MODAL (CAPITAL ADEQUACY RATIO)
2012 2011
CAR untuk modal inti 13,97% 14,00%
CAR untuk risiko kredit 18,70% 19,32%
CAR untuk risiko kredit dan
operasional
16,21% 16,78%
CAR untuk risiko kredit dan
pasar
18,61% 19,25%
CAR untuk risiko kredit,
operasional dan pasar
16,15% 16,73%
CAR Minimum Modal Inti 5,00% 5,00%
CAR Minimum Total Modal 8,00% 8,00%
Rasio kecukupan modal minimum Bank secara konsolidasian pada tanggal 30 Juni
2012 dengan memperhitungkan risiko kredit, operasional dan pasar adalah 15,90%
dan dengan memperhitungkan risiko kredit dan operasional adalah 15,96%.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebijakan permodalan Bank Mandiri adalah secara prudent melakukan diversifikasi
sumber permodalan untuk mengantisipasi rencana strategis jangka panjang dan
mengalokasikan modal secara efisien pada segmen bisnis yang memiliki potensi untuk
memberikan profil risk-return yang optimal, termasuk penempatan pada perusahaan
anak dalam rangka memenuhi ekspektasi stakeholder termasuk investor dan regulator.
Bank Mandiri memastikan memiliki kecukupan modal untuk dapat memenuhi risiko
kredit, risiko pasar dan risiko operasional, baik dalam kondisi normal maupun kondisi
stress yang sekaligus menjadi dasar bagi Bank dalam mengimplementasikan VBM
(Value Based Management) melalui pengukuran RORAC (Return On Risk Adjusted
Capital).
Dengan demikian Bank dapat fokus mengembangkan bisnis yang paling memberikan
nilai tambah bagi Bank. Bank mengacu kepada regulasi Bank Indonesia dalam
melakukan perhitungan kecukupan modal untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com, profil perbankan konvensional, tentang bank mandiri, tanggal 14
Januari 2013, pukul 19.30.
profil bank Mandiri konvensional, tentang bank Mandiri, www.mandiri.com, tanggal
14 Januari 2013, pukul 19.45.