BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTAAchmad Nur
AnsyahRirih Rahadian SyaputriLaylla LathiifahayyuNindya Anggraeni
PuspaningrumSri KhodijahJean Stevany S.PNia Sahra LabetubunAnjar
Wida RiniYanuar MurnaTiara Ridia Seprina
PROGRAM KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT PARUFAKULTAS
KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015
IDENTITAS PASIENNama : Tn. H PUsia : 75 tahunAlamat :
KartasuraPekerjaan: Wiraswasta
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sesak nafas 3 minggu yg lalu. Batuk berdahak (putih kekuningan).
Mual dan muntah. Demam (-), keringat dingin malam hari (-),
penurunan nafsu makan (+). Badan terasa lemas. Nyeri dada dirasakan
terutama setelah batuk, tidak menjalar, rasanya seperti
tertindih.
Riwayat Penyakit DahuluRiwayat penyakit serupa :
disangkalRiwayat hipertensi : diakuiRiwayat diabetes :
disangkalRiwayat asma: disangkal Riwayat alergi: disangkalRiwayaat
pengobatan TB : disangkal
Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit serupa :
disangkalRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat diabetes :
disangkalRiwayat asma: disangkal Riwayat alergi: disangkalRiwayaat
pengobatan TB : disangkalPEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : lemas,
tampak sesakKesadaran : compos mentisVital sign TD : 132/94N : 80 x
/ menitS : 36, 6 o CRR: 40 x/ menitKepala leher : normocephal,
conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perbesarankelenjar
getah bening (-/-)
Thoraks :Paru : inspeksi simetris Palpasi fremitus +/+ Perkusi
sonor Auskultasi SDV (+/+), Rh (+/+), Wh(-/-)Cor : BJ I/II murni
regulerAbdomen : distended (-), peristaltik usus (+), nyeri tekan
(-)Extremitas : akral hangat, edem (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium :Hb : 13.0SGOT/SGPT :
22/23Albumin : 2.10 Al: 16.700GDS: 155Globulin: 3,76LED:
77/126Protein total : 5,86Foto thoraks : Cor normalPulmo corakan
vaskuler kasar, infiltrat di paru kiri, diafragma sinus normalKesan
: TB paru lesi luas aktif
DIAGNOSIS KERJABronkitis akutTB paru lesi aktif
TATALAKSANA
O2 2 lpmInf RL 30 tpmIj ranitidin 1A/12 jNebulizer V/P : 1:1 /12
jamIj ondansetron 1A/8jIj ceftriaxon 2gr/24jAmbroxol tab 3x1Xanvit
tab 1x1
MANAJEMEN PASIEN TB PARUPromotif Pemberdayaan perorangan,
kelompok, dan masyarakat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan
Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBEdukasi penderita dan
keluarga mengenai pengobatan TB paru dan pengobatannya oleh petugas
kesehatan atau dokter yang menanganiEdukasi penderita dan keluarga
untuk membuka jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan
menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah.Memberikan pengertian
kepada penderita dan anggota keluarga mengenai penyakit TB bahwa
penyakit TB bukan penyakit keturunan dan merupakan penyakit menular
yang dapat disembuhkan.Mensosialisasikan imunisasi BCG di
masyarakat
2. Preventif (upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit) :
Membuka jendela pagi agar sinar matahari dapat masuk ke kamar
tidurMencuci tangan Istirahat yang cukupBila ada gejala-gejala TB
segera ke puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini
3. Kuratif (pengobatan) :Kategori-1Tahap intensif (2 HRZE).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam
seminggu selama 4 bulan (4H3R3)
Obat ini diberikan untuk : Penderita baru TBC Paru BTA
Positif.Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen Positif yang sakit
berat.Penderita TBC ekstra Paru berat.
Kategori-2Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri
dari 2 bulan (2HRZE-S). Dilanjutkan 1 bulan (HRZE). Setelah itu
diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan (5H3R3E3).Perlu
diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah
penderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :Penderita kambuh (relaps)Penderita
gagal (failure)Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after
default)
Kategori-3Tahap intensif diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4 bulan diberikan 3
kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :Penderita baru BTA negatif dan rontgen
positif sakit ringan.Penderita ekstra paru ringan, yaitu TBC
kelenjar limfe (limfadenetis), pleuritis eksudativa unilateral, TBC
kulit, TBC tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal.
OAT SisipanBila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita
baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih
BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1
bulan.
4. Rehabilitatif ( usaha untuk mengembalikan bekas penderita
kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat sesusai kemampuannya) :
Mengembalikan kepercayaan pasien sehingga tetap memiliki
semangat untuk sembuhLatihan pernafasan berupa :Latihan pernafasan
diafragmatik untuk meningkatkan gerakan pengembangan dinding
dadaLatihan pernafasanpursed lipuntuk mengurangi kolaps paru,
dyspneu dan frekuensi pernafasan.Latihan posisi tubuh tertentu
untuk meningkatkan ventilasi dan relaksasi, misalnya duduk dengan
posisi tubuh mendatar ke depan(eaning forward).
IMPLEMENTASI DOTS DI BBKPMPendahuluanTuberkulosis (TB)
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman aerob yang dapat
hidup terutama di paru atau di organ tubuh lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi.
Di beberapa negara berkembang, 10 15% dari morbiditas berbagai
penyakit anak dibawah umur 6 tahun adalah penyakit tuberkulosis
paru (Tabrani, 2010).
Berdasarkan data WHO (2013) TB masih menjadi masalah kesehatan
global utama. Pada tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta orang
menderita TB dan 1,3 juta meninggal karena penyakit tersebut.Di
Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001
penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua
setelah sistem sirkulasi.
SKRT 2001 tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada
golongan penyakit infeksi.
Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL
Departemen Kesehatan tahun 2001 terdapat 50.443 penderita BTA
positif yang diobati. Prediksi WHO, Indonesia menduduki peringkat
pertama, sehingga perlu diterapkan program DOTS di Indonesia.
WHO menyatakan bahwa kunci keberhasilan penanggulangan TB adalah
menerapkan strategi DOTS yang teruji ampuh di berbagai negara.
Pemahaman DOTS merupakan hal yang penting agar TB dapat
ditanggulangi dengan baik (Aditama, 2001).DefinisiDOTS (Directly
Observed Treatment, Short-course) pengawasan langsung pengobatan
jangka pendek.
DOTS dimulai dengan keharusan setiap pengelola program TB untuk
mendiagnosis melalui pemeriksaan mikroskop. setiap obat yang
ditelan penderita harus di depan seorang pengawassetiap penderita
harus mendapat obat yang baik (terbukti ampuh secara
klinis)dukungan pemerintah dengan program penanggulangan TB yang
menjadi prioritas tinggi dalam pelayanan kesehatan
TujuanMenjamin kesembuhan penderita, mencegah penularan,
mencegah resistensi obat, mencegah putus berobat, dan segera
mengatasi efek samping obat jika timbul.
Pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat TB di dunia (Ami, 2011).
Komponen DOTSLima komponen DOTS (WHO, 2015):Peningkatan komitmen
politis dengan adanya Rencana Jangka Panjang Penanggulangan TB
dengan penganggaran yang tetap dan memadai sesuai dengan World
Health Assembly 2005danMillenium Development Goals 2015. Penegakkan
diagnosis dengan mikroskopis dahak dan pemeriksaan resistensi
obatPengobatanTB standar dengan PMO dalam upaya mengurangi risiko
terjadinya MDsR dan peningkatan kesembuhan penderita. Jaminan
ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang efektif, Ketersediaan
obat TB, manajemen obat TB, Global Drug Facility (GDF), Green Light
Committee (GLC)Sistim Pencatatan dan Pelaporan baku untuk TB.
Penerapan DOTS di BBKPMPenerapan DOTS di setiap instansi
kesehatan harus mengenai 5 komponen DOTS yang sudah dipaparkan
sebelumnya.
Implemenstasi DOTS di BBKPM menurut 5 komponen DOTS, sebagai
berikut :
Peningkatan komitmen politis dengan rencana jangka panjang
penanggulangan TB dengan penganggaran tetap dan memadai :
TB prioritas utama program kesehatan di Indonesia. Pembuatan
buku petunjuk dan pelatihan yang menjelaskan implementasi DOTS
dalam program atau sistem kesehatan.
Kader DOTS di BBKPM Surakarta diberikan pelatihan secara
berkala. BBKPM Surakarta menerima anggaran pemerintah untuk
melaksanakan kegiatan DOTS.
Penegakan diagnosis dengan mikroskopis dahak serta penguatan
jejaring laboratorium mikroskopis TB
Pemeriksaan mikroskopis sputum merupakan metode yang paling
efektif untuk penyaringan terhadap TB paru.
BBKPM Surakarta sudah dilengkapi laboratorium yang berfungsi
untuk mendeteksi kasus TB.
Laboratorium berkolaborasi dengan klinik DOTS agar setiap
penderita atau suspek TB tercatat dengan baik.
Pengobatan standar TB dengan PMO: Mengurangi resiko MDR dan
meningkatkan kesembuhan penderita
Klinik DOTS BBKPM Surakarta: program konseling penderita dan
keluarga dalam hal gizi, pengetahuan obat, dan pengawasan minum
obat.
Pengawasan minum obat: secara langsung di depan dokter, mengutus
petugas kesehatan, kerjasama dengan pemuka masyarakat atau orang
yang disegani, atau dengan keluarga serumah.Dalam penerapan DOTS di
BBKPM Surakarta dilakukan konseling dengan baik namun belum
maksimal.
Pengawasan oleh petugas kesehatan masih kurang maksimal karena
kurangnya jumlah kader yang turun langsung pada masyarakat.Jaminan
ketersediaan dan sistem pengelolaan OAT yang efektif.
Ketersediaan obat yang dikelola di farmasi BBKPM bekerjasama
dengan DOTS. Masalah utama yaitu perencanaan dan pemeliharaan stok
obat tergantung pencatatan dan pelaporan obat kepada
pemerintah.
Sistem pencatatan dan pelaporan baku untuk TB
Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk evaluasi hasil
pengobatan. Setiap pasien TB di BBKPM melalui klinik DOTS mengisi
dan mengikuti alur pencatatan pasien. Diharapkan data pasien
lengkap agar pengobatan TB menjadi lebih efektif.
Kartu pengobatan pasien TBKartu indentitas pasien TBRegister TB
kabupaten atau kotaRegister laboratorium TBFormulir permohonan
laboratorium TB untuk pemeriksaan dahakDaftar tersangka pasien
(suspek) TB yang diperiksa dahak SPS
Laporan triwulan penemuan dan pengobatan pasien TBLaporan
triwulan hasil pengobatan pasien TBFormulir rujukan atau pindah
pasien TBFormulir hasil akhir pengobatan pasien TB pindahanLaporan
triwulan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis akhir tahap
intensifFormulir jaga mutu pemeriksaan laboratorium TBMetode cross
check menggunakan :Formulir pengiriman sediaan untuk cross
checkFormulir rekapitulasi cross check kabupaten atau kotaFormulir
rekapitulasi cross check provinsi
Metode lot sampling menggunakan: Formulir uji silang pemeriksaan
mikroskopis BTAFormulir pemeriksaan uji silang dengan hasil
ketidakcocokan (discordance)Formulir rekapitulasi uji silang
kabupaten atau kotaFormulir rekapitulasi uji silang provinsi
Laporan triwulan OAT: Laporan triwukan penerimaan dan penggunaan
OAT kabupaten atau kota Rekapitulasi laporan triwulan penerimaan
dan penggunaan OAT kabupaten atau kota
Contoh formulir:Data situasi ketenagaan program TB Data situasi
UPK dalam pelayanan TBData situasi public private mix (PPM) dalam
pelayanan TB
Harapan DOTS BBKPM SURAKARTAPelaksanaan klinik DOTS lebih
terpadu dengan diwujudkan pelayanan klinik DOTS satu pintu.
Penambahan tenaga kesehatan terampil dalam mengisi klinik DOTS.
INTERNATIONAL STANDARDS FOR TUBERCULOSIS CARE (WHO, 2014)
Standar untuk pengobatanStandar 7Standar 8Standar 9Standar
10Standard 11Standard 12Standard 13Secara sistematis obat yang
diberikan, respon bakteriologis, hasil, dan efek samping harus
mendapatkan perhatian pada semua pasien.
Standard untuk Infeksi HIV dan Kondisi Komorbid LainnyaStandard
14Standard 15Standard 16Orang dengan infeksi HIV setelah evaluasi
dan tidak memiliki TB aktif harus dianggap memiliki infeksi TB
laten, perlu diberikan terapi dengan isoniazid selama 6 bulan.
Standard 17Standard untuk Kesehatan Masyarakat dan
Pencegahan