Top Banner
PENGELOLAAN AWAL PADA PENYAKIT INFEKSI PERNAFASAN TBC,ASMA,FLU PADA KEHAMILAN MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah ASKEB IV (patologi kehamilan) Disusun Oleh: Ani Listiani Diana Novita Dewi Saputri STIkes WIDYA DHARMA HUSADA PRODI D3-KEBIDANAN Jl. Surya Kencana No. 1 Pamulang
72

Tugas Bu Maria Penyakit Pernafasan Pada Kehamilan

Dec 18, 2015

Download

Documents

Asep Purnama

penyakit pernafasan pada khamilan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENGELOLAAN AWAL PADA PENYAKIT INFEKSI PERNAFASAN TBC,ASMA,FLU PADA KEHAMILANMAKALAHDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah ASKEB IV (patologi kehamilan)

Disusun Oleh:Ani ListianiDianaNovita Dewi SaputriSTIkes WIDYA DHARMA HUSADAPRODI D3-KEBIDANANJl. Surya Kencana No. 1 PamulangTangerang Selatan Banten20152

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kami.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Askeb IV patologi kehamilan. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik kepada penulis maupun kepada para mahasiswi kebidanan untuk lebih mengetahui bagaimana cara pengelolaan awal pada penyakit infeksi pernafasan pada kehamilan.Dalam Makalah ini, penulis tidak lepas dari dukungan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Siti Novy Romlah,SST selaku Kepala Program Studi D3 KebidananSTIkes Widya Dharma Husada Pamulang,yang telah memberi dukungannya dalam penyusunan makalah ini.2. Ibu Maria Ulfah,SST selaku Dosen Pembimbing dalam mata kuliah Askeb IV patlogi kehamilan ,yang telah memberi banyak pengarahan dan pengajaran dalam penyusunan makalah ini.3. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas dukungan, perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan doa-nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. 4. Serta teman-teman maupun semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Segala keterbatasan dan kekurangan dalam bentuk apapun yang mungkin ada dalam makalah ini, penulis memohon maaf dan kiranya dapat dimaklumi dengan bijaksana.

Pamulang, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI...iBAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang11.2. Identifikasi Masalah21.3. Pembatasan Masalah 21.4. Manfaat penulisan3BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian TBC52.2. Etiologi dan faktor predisposisi42.3. Tanda dan gejala52.4. Patofisiologi TBC72.5. Deteksi dini82.6. Diagnosis82.7. Komplikasi pada ibu dan janin92.8. Penatalaksanaan TBC pada kehamilan112.9. Pencegahan TBC142.10. Prognosis142.11. Pengertian Asma152.12. Etiologi152.13. Faktor presdiposisi162.14. Tanda dan gejala172.15. Fatofisiologi `182.16. Komplikasi pada ibu dan janin182.17. Diagnosis asma bronkial212.18. Penatalaksanaan asma pada kehamilan212.19. Pencegahan222.20. Prognosis232.21. Pengertian flu232.22. Tanda dan gejala232.23. Cara penularan penyakit influenza242.24. Pencegahan penyakit influenza242.25. Etiologi252.26. Faktor presdiposisi252.27. Tanda dan gejala262.28. Komplikasi272.29. Pencegahan27BAB III PEMBAHASAN 3.1. Asuhan kebidanan pada klien dengan TBC,Asma, dan Infuenza30BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan 404.2 Saran 41DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar belakangTuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.Penularan tuberculosis terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah penderita terdapat basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering dalam bentuk spora lalu diterbangkan angin. Kuman yang terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru.Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit ini masih merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. TBC paru ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan masyarakat sekitarnya.Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya perjalanan penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan yang sering ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sakit sekitar dada.Tingginya angka penderita TBC di Indonesia dikarenakan banyak faktor, salah satunya adalah iklim dan lingkungan yang lembab serta tidak semua penderita mengerti benar tentang perjalanan penyakitnya yang akan mengakibatkan kesalahan dalam perawatan dirinya serta kurangnya informasi tentang proses penyakitnya dan pelaksanaan perawatan dirumah kuman ini menyerang pada tubuh manusia yang lemah dan para pekerja di lingkungan yang udaranya sudah tercemar asap, debu, atau gas buangan.Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya dilakukan pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) 5u dan bila hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperhatikan dan dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru aktif perlu dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat diagnosis secara pasti sekaligus untuk tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil bila diobati dengan baik tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jarang dijumpai TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena dirawat atau disusui oleh ibunya.Asma pada Kehamilan dan persalinan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap sebagian besar pada fisiologi organ-organ tubuh sehubungan dengan rahim yang membesar bersama dengan tuanya kehamilan sehingga rongga dada menjadi sempit dan gerakan paru akan terbatas untuk mengambil O2 selama pernapasan, ini akan mengakibatkan gangguan pernapasan yaitu Asma. Dalam penatalaksanaannya pun juga akan berbeda antara Asma dalam kehamilan dan persalinan dengan asma pada wanita yang tidak sedang hamil atau bersalin.1.2. Identifikasi masalah1. Apa tanda gejala infeksi pernafasan pada kehamilan?2. Bagaimana tanda gejala TBC,Asma,Flu?3. Bagaimana cara deteksi dini penyakit pernafasan pada ibu hamil?4. Apa saja yang terjadi komplikasi pada kehamilan?1.3. Pembatasan masalahMakalah ini hanya mencakup pembahasan tentang infeksi pernafasan pada ibu hamil, dan penanganannya. 1.29.1 Tujuan umumUntuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan awal penyakit infeksi pernafasan pada ibu hamil.1.29.2 Tujuan khususUntuk mengetahui :a. Memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV patologi kehamilan.b. Mengetahui pengelolaan awal pada penyakit infeksi pernafasan pada kehamilan. c. Menambah wawasan terhadap mahasiswi maupun ibu hamil.1.4. Manfaat penulisan1. Bagi Pelayanan KesehatanDi harapkan makalah ini dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan kebidanan terutama dalam pelayanan kebidanan.2. Bagi Ilmu PengetahuanMemberikan tambahan referensi ilmu patologi kebidanan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Pengertian TBCTuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah karena sebagian besar basil tuberkolus masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection. Di Indonesia sendiri belum ada data prevalensi TB pada perempuan Hamil sedangkan menurut beberapa penelitian yang dilakukan menurut PPTI tahun 2006-2007 terdapat 0,2 % perempuan hamil dengan TB dan penelitian Prawirohadjo dan Sumoharto frequensi TB 1,6 % dan ini jauh lebih tinggi dinegara berkembang yang kurang makmur dan sejahtera tetapi sebagai gambaran dari 4300 ibu hamil yang bersalin di RSUPNCM jumlahnya sekitar 3.48 % atau 150 orang (1989-1999).2.2. Etiologi dan faktor predisposisi Penyakit dari TBC adalah mycrobacterium tuberculosis dan myomabacterium bavis.a. Faktor predisposisi Pada ibuSumber penularan penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Pada janinTuberkulosis dapat ditularkan baik melalui plasenta di dalam rahim, menghirup atau menelan cairan yang terinfeksi saat kelahiran, atau menghirup udara yang mengandung kuman TBC setelah lahir.2.3. Tanda dan gejalaa. Tanda dan gejala pada ibu1) 2) Demam ringan, berkeringat waktu malam.3) Sakit kepala4) Takikardi5) Anoreksia6) Penurunan berat badan7) Malaise8) Keletihan9) Nyeri otot10) Batuk: pada awal non produktif11) Sputum bercampur darah12) Sputum mukopurulen13) Krekels/rales di atas apeks paru14) Nyeri dada

b. Pada bayi:Abortus, terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.2.4. Patofisiologi TBCPenyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu saluran pernafasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet yang mengandung kuman dari orang yang terinfeksi sebelumnya. Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak di paru-paru. Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari hari pertama ini di gantikan oleh makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakan infiltrasi akan menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan Kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru ataupun basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkijauan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak lepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.2.5. Deteksi DiniDeteksi dini pada kehamilan TB dilakukan dengan beberapa pemeriksaan untuk mendiagnosa adanya TB pada tubuh ibu hamil yaitu dengan beberapa test laboratorium maupun test langsung ataupun oleh bidan yaitu: pemeriksaan darah,pemeriksaan sputum,test mantoux (uji tuberculin).2.6. DiagnosisDiagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang. Pada orang dewasa, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam diagnosis, hal ini disebabkan suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tubeculosis. Selain itu, hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita TB. Misalnya pada penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus), malnutrisi berat, TB milier dan morbili. Sementara diagnosis TB ekstra paru, tergantung pada organ yang terkena. Misalnya nyeri dada terdapat pada TB pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan pembengkakan tulang belakang pada Sponsdilitis TB. Seorang penderita TB ekstra paru kemungkinan besar juga menderita TB paru, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak dan foto rontgen dada. Gejala-gejala yang timbul adalah:a. Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakealb. Milierc. Atelektasis/kolaps konsolidasid. Konsolidasi (lobus)e. Reaksi pleura dan atau efusi pleuraf. Kalsifikasig. Bronkiektasish. Kavitasi. Destroyed lung 2.7. Komplikasi pada ibu dan janinAdapun beberapa komplikasi yang disebabkan adanya kuman tuberculosis didalam tubuh manusia terutama yang menginfeksi pada paru paru adalah Radang Pleura, Efusi Pleura, Bronkopneumonia,Menurunnya imunitas tubuh.1. Efek tuberculosis terhadap kehamilan kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru . Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB. Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavaitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi. Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.2. Efek tuberculosis terhadap janinMenurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (